distribusi kasus hemorrhoid berdasarkan suku dan...
TRANSCRIPT
SKRIPSI 2016
DISTRIBUSI KASUS HEMORRHOID
BERDASARKAN SUKU DAN PEKERJAAN
DI RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
PERIODE JANUARI 2014 SAMPAI JUNI 2016
OLEH:
Andini Rezki Wulandari
C111 13 516
PEMBIMBING
Dr. dr. Warsinggih, Sp.B. KBD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang mendalam penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi yang berjudul
“Distribusi Pasien Hemorrhoid berdasarkan Suku dan Pekerjaan di Rumah
Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari 2014 sampai Juni
2016” guna memenuhi persyaratan kurikulum sarjana strata-1 (S-1) Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanuddin dapat di selesaikan dengan baik. Salam dan
Shalawat semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua
bantuan dan dukungan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung selama penyusunan skripsi ini. Secara khusus rasa terima kasih penulis
sampaikan kepada :
1. Dr. dr. Warsinggih, Sp.B, KBD sebagai pembimbing yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan bimbingan serta nasehat dalam penyusunan proposal
sampai pada penyusunan akhir skripsi ini.
2. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS, FICS sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin beserta seluruh jajarannya.
3. dr. Aminuddin, M.Nut&Diet., Ph.D sebagai Koordinator Mata Kuliah Skripsi
yang telah memberikan petunjuk dan saran selama penyusunan skripsi ini.
4. Kepala Departemen Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
beserta stafnya.
5. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku kuliah.
6. Kedua Orang Tua dan Keluarga Penulis yang telah membesarkan dan mendidik
serta senantiasa selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.
7. Megawati Ananda Hasbi Putri, Waode Aliza Safhiera dan Hastri Adhe
Ramdhany atas kebersamaan, dukungan dan semangat yang telah diberikan
selama ini sejak tahun 2013 hingga sekarang.
8. Nur Fajrianty Amin dan Tri Kartini Putri, teman seperjuangan yang bersama
penulis saling membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman FIBRONECTIN angkatan 2013 Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin atas dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.
10.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan skripsi ini.
Terakhir penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca dan khusunya juga bagi penulis.
Makassar, 8 Desember 2016
Penulis
ABSTRAK
Andini Rezki Wulandari, Distribusi Kasus Hemorrhoid Berdasarkan Suku dan
Pekerjaan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Periode Januari 2014 sampai
Juni 2016.
Dibimbing oleh Dr. dr. Warsinggih, Sp.B. KBD
Latar belakang : Dewasa ini pola makan masyarakat semakin berubah sesuai
dengan tuntutan keadaan. Banyak para pekerja yang hanya mengutamakan rasa
kenyang di banding gizi dari makanan yang hendak dimakan. Yang penting cepat
dan bisa langsung kenyang. Kebanyakan makanan tersebut sangat rendah
kandungan seratnya. Padahal mengonsumsi makanan rendah serat dapat
menyebabkan susah buang air besar. Bila sudah mengalami kesulitan dalam
buang air besar, maka pada akhirnya untuk mengeluarkan feses kita harus
mengejan. Hal ini menyebabkan pembuluh darah di daerah anus, yakni pleksus
hemorrhoidalis akan merenggang, membesar karena adanya tekanan yang tinggi
dari dalam. Bila hal ini terjadi secara terus-menerus, maka pembuluh darah itu
tidak akan mampu kembali ke bentuk semula. Kejadian ini dialami pula oleh
wanita yang sedang hamil dan seseorang yang obesitas. Lama kelamaan, akan
terjadi penonjolan hemorrhoid yang tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam
anus, sehingga harus dilakukan operasi.
Tujuan : Mengetahui prevalensi penderita hemorrhoid berdasarkan jenis suku
dan tingkat kesulitan pekerjaan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar
periode Januari 2015 sampai Juni 2016.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien hemorrhoid
berdasarkan suku dan pekerjaan yang dilakukan di Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo Makassar dengan menggunakan data sekunder berupa Rekam
Medik dari Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo pada periode Januari 2014
sampai Juni 2016.
Hasil Penelitian : Total sampel diperoleh sebanyak 13 orang menderita
hemorrhoid. Hasil analisis menunjukkan jumlah penderita hemorrhoid pada
kelompok suku Bugis lebih dominan dibandingkan dengan kelompok suku lain
dengan jumlah 11 orang (84.6%) dan jumlah penderita hemorrhoid dengan
kelompok pekerjaan sedang lebih dominan dibandingkan dengan kelompok
pekerjaan yang lain dengan jumlah 8 orang (61.5%).
Kata Kunci : Hemorrhoid, suku, pekerjaan
ABSTRACT
Andini Rezki Wulandari, Distribution Cases of Hemorrhoid Based on The Tribe
Group and Occupation in Makassar Wahidin Sudirohusodo Hospital Period of
January 2014 to June 2016.
Guided by Dr. dr. Warsinggih, Sp.B. KBD
Background : The current eating habits of people getting changed in accordance
with the demands of the situation. Many workers simply put satiety in the appeal
of nutrients from food to be eaten. The important thing is fast and can be directly
fed. Most of the food is very low fiber content. In fact, eating foods low with fiber
can cause constipation. If we are having difficulty in defecation, it will eventually
happen straining process. This causes the veins in the anal region, namely plexus
hemorrhoidalis be stretched, enlarged because of the high pressure from the
inside. When this happens continuously, the blood vessels will not be able to
return to its original shape. This incident also experienced by women who are
pregnant and someone who is obese. Eventually, there will be bulging
hemorrhoids that can not be put back into the anus, so the operation should be
carried out.
Objective : To determine the prevalence of hemorrhoids based on the tribe group
and difficulty level of occupation in Makassar Wahidin Sudirohusodo Hospital
period of January 2014 to June 2016.
Methods : This study is a descriptive study with cross sectional method which
aims to determine the characteristics of patients with hemorrhoids based on the
tribe group and occupation. Using secondary data obtained from medical records
of Wahidin Sudirohusodo Makassar Hospital period of January 2014 to June
2016.
Results : Total sample obtained as many as 13 people suffering from
hemorrhoids. The analysis results showed patients with hemorrhoids at Bugis
tribes are more dominant than any other tribe group as many as 11 people
(84.6%) and and the number of hemorrhoid sufferers in medium level of
occupation difficulty are more dominant than any other occupational groups with
the number 8 (61.5%).
Keywords : Hemorrhoid, ethnicity, occupation
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Hemorrhoid atau lebih dikenal
dengan nama wasir atau ambeien merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak
normal), apabila sudah mulai menimbulkan keluhan harus segera dilakukan
tindakan untuk mengatasinya. Hemorrhoid berarti pelebaran pembuluh darah vena
(pembuluh darah balik) di dalam pleksus hemorrhoidalis yang ada di daerah anus.
Dibedakan menjadi 2, yaitu hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna yang
pembagiannya berdasarkan letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena
(Murbawani, 2006).
Menurut data WHO tahun 2008, jumlah penderita wasir atau hemorrhoid
di seluruh dunia adalah sekitar 230 juta orang. Disebutkan bahwa hemorrhoid
diderita oleh 5% seluruh penduduk dunia. Bahkan pada pemeriksaan rectal
didapatkan bahwa 2/3 penduduk sehat menderita hemorrhoid yang tidak
bergejala. Hemorrhoid juga ditemukan pada 50% manusia diatas 50 tahun.
Hemorrhoid bisa diderita baik pria maupun wanita. Akan tetapi laki-laki
mempunyai kecenderungan lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
(Corman, 2004; Baker H, 2006; Smetzler & Bare, 2006; Sarosy, 2012).
Di Indonesia sendiri penderita hemoroid terus bertambah. Menurut data
Depkes tahun 2008, prevalensi hemoroid di Indonesia adalah 5,7 persen, namun
hanya 1,5 persen saja yang terdiagnosa. Jika data Riskesdas (riset kesehatan
dasar) 2007 menyebutkan ada 12,5 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami
hemoroid, maka secara epidemiologi diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi
hemoroid di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Hemoroid Care, 2004).
Dewasa ini pola makan masyarakat semakin berubah sesuai dengan
tuntutan keadaan. Banyak para pekerja yang hanya mengutamakan rasa kenyang
di banding gizi dari makanan yang hendak dimakan. Yang penting cepat dan bisa
langsung kenyang. Kebanyakan makanan tersebut sangat rendah kandungan
seratnya. Padahal mengonsumsi makanan rendah serat dapat menyebabkan susah
buang air besar. Bila sudah mengalami kesulitan dalam buang air besar, maka
pada akhirnya untuk mengeluarkan feses kita harus mengejan. Hal ini
menyebabkan pembuluh darah di daerah anus, yakni pleksus hemorrhoidalis akan
merenggang, membesar karena adanya tekanan yang tinggi dari dalam. Bila hal
ini terjadi secara terus-menerus, maka pembuluh darah itu tidak akan mampu
kembali ke bentuk semula. Kejadian ini dialami pula oleh wanita yang sedang
hamil dan seseorang yang obesitas. Lama kelamaan, akan terjadi penonjolan
hemorrhoid yang tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam anus, sehingga harus
dilakukan operasi (Murbawani, 2006).
Hasil uji statistik dengan uji chi square ditemukan adanya peranan yang
bermakna antara jenis pekerjaan dengan kejadian hemoroid yaitu pekerja yang
sifat pekerjaannya bersifat statis berpeluang untuk menderita hemoroid sebesar
6,5 kali dibandingkan pekerja yang sifat pekerjaannya dinamis (Muthmainnah A,
dkk. 2015).
Coto makassar adalah salah satu makanan khas dari Makassar. Makanan
yang berbahan jeroan seringkali dianggap sebagai akibat timbulnya berbagai
penyakit berbahaya seperti jantung koroner, stroke, dan asam urat sehingga
sebaiknya konsumsi makanan ini dihindari. Akan tetapi sebagian orang kurang
peduli akan kesehatan, terbukti masih banyak pengunjung yang memadati
restoran, rumah makan, kafe ataupun warung coto makassar baik pagi, siang
ataupun malam. Coto Makassar ini sering dikonsumsi bersama ketupat, biasanya
satu porsi coto dimakan bersama 2-3 buah ketupat (450 gr), sehingga menjadikan
makanan coto Makassar ini sebagai makanan yang tinggi kalori tinggi lemak dan
tergolong fast food lokal. Sop saudara dan sop konro/konro bakar juga tidak jauh
berbeda dengan coto Makassar. Makanan ini juga tergolong fast food lokal yang
mengandung lemak tinggi, dan hanya dikonsumsi dengan nasi sehingga
menjadikannya sebagai menu yang tidak seimbang. Tentunya bagi orang yang
memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, stroke dan obesitas harus
menghindari menu makanan ini, namun hal itu sangat sulit dilakukan mengingat
banyaknya warung makan yang ada di kota Makassar menyediakan menu
tersebut. Untuk jenis kue tradisional, karena sebagian besar mengandung gula
yang tinggi sehingga bagi penderita diabetes harus bisa membatasi konsumsi jenis
kue tersebut. Berdasarkan gambaran makanan khas suku Bugis-Makassar diatas,
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar makanan khas Makassar dapat
merugikan kesehatan (Sedyawati dan Mulyadi, 2007).
Berdasarkan data Riskesdas 2007 bahwa konsumsi makanan manis di kota
Makassar mencapai 78,5% (Sulsel 60,1%) sedangkan yang berlemak 13,0%
(Sulsel 6,8%) dan jeroan 2,7% (Sulsel hanya 1,5%), sedangkan untuk konsumsi
sayuran sangat kurang bahkan mencapai 91% (usia >10 tahun). Tingkat konsumsi
makanan manis, berlemak, dan jeroan yang cukup tinggi di kota Makassar
mungkin saja terjadi mengingat sejak pertengahan tahun 2004 perkembangkan
restoran fast food lokal yang menyajikan makanan-makanan berlemak dan jeroan
terus meningkat (Depkes.go.id).
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti kejadian
Hemorrhoid berdasarkan suku dan pekerjaan di Makassar khususnya di Rumah
Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari 2014 sampai Juni 2016.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berapakah jumlah distribusi pasien hemorrhoid di Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo Makassar berdasarkan jenis suku.
Berapakah jumlah kasus hemorrhoid di Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo Makassar berdasarkan tingkat kesulitan pekerjaan
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 TUJUAN UMUM
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita
hemorrhoid berdasarkan jenis suku dan tingkat kesulitan pekerjaan di
Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari 2015
sampai Juni 2016.
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
Mengetahui jumlah penderita hemorrhoid berdasarkan suku
Makassar di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar
periode Januari 2015 sampai 2016.
Mengetahui jumlah penderita hemorrhoid berdasarkan suku Bugis
di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari
2014 sampai 2016.
Mengetahui jumlah penderita hemorrhoid berdasarkan suku Toraja
di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari
2014 sampai 2016.
Mengetahui jumlah penderita hemorrhoid berdasarkan suku
Mandar di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar periode
Januari 2014 sampai 2016.
Mengetahui jumlah penderita hemorrhoid berdasarkan kategori
pekerjaan ringan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar
periode Januari 2014 sampai 2016.
Mengetahui jumlah penderita hemorrhoid berdasarkan kategori
pekerjaan sedang di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar
periode Januari 2014 sampai 2016.
Mengetahui jumlah penderita hemorrhoid berdasarkan kategori
pekerjaan berat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar
periode Januari 2014 sampai 2016.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi peneliti dapat memberikan pengalaman di bidang
penelitian serta informasi yang berguna dan dapat dijadikan
sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.
2. Dapat digunakan sebagai informasi bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.
3. Sebagai informasi tambahan bagi masyarakat tentang
karakteristik hemorrhoid dan angka kejadian berdasarkan jenis
suku dan pekerjaan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HEMORRHOID
2.1.1 DEFINISI
Hemorrhoid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal.
Hemorrhoid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu
mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena.
Hemorrhoid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen
yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya
perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada
kebanyakan wanita, hemorrhoid yang disebabkan oleh kehamilan
merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu
setelah melahirkan. Hemorrhoid diklasifiksasikan menjadi dua tipe.
Hemorrhoid internal yaitu hemorrhoid yang terjadi diatas sfingter anal
sedangkan yang muncul di luar sfingter anal disebut hemorrhoid eksternal.
(brunner & suddarth, 1996).
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih
vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran
vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan
beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar
anorektal (Felix, 2006).
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data yang diperoleh dari United States Cancer
Statistics pada tahun 2007 terdapat 142.672 orang yang didiagnosa
menderita tumor rektum di Amerika Serikat, dengan rincian 72.755 pria dan
69.917 wanita. Sementara itu penelitian yang dilakukan di Hemorrhoid
Care Medical Clinic didapatkan hasil bahwa sebanyak 90% pasien tumor rektum
juga menderita hemorrhoid. (United State Cancer Statistics, 2010).
Prevalensi hemorrhoid di Indonesia juga tergolong cukup tinggi.
Di RSCM Jakarta pada dua tahun terakhir, hemorrhoid mendominasi
sebanyak 20% dari pasien kolonoskopi (Osman N, 2011). Sedangkan
di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang pada tahun 2008 dari 1575 kasus
di instalasi rawat jalan klinik bedah, kasus hemorrhoid mencapai 16%
dari seluruh total kasus di instalasi tersebut. Penelitian yang
dilakukan pada penderita hemorrhoid di rumah sakit tersebut diperoleh
hasil bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga dan
konstipasi dengan kejadian hemorrhoid (Irawati D, 2008).
2.1.3 ETIOLOGI
Etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
beberapa faktor pendukung yang terlibat diantaranya adalah penuaan,
konstipasi atau diare kronik, penggunaan toilet yang berlama-lama, dan
posisi tubuh misal duduk dalam waktu yang lama (Villalba dan Abbas,
2007).
Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemorrhoid biasanya tidak
berhubungan dengan kondisi medis atau penyakit, namun ada beberapa
predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemorrhoid seperti
peradangan pada usus, kehamilan, konsumsi makanan rendah serat,
pekerjaan, obesitas dan hipertensi portal.
Hemoroid utamanya disebabkan karena terlalu lama duduk,
berjalan dalam jarak jauh, aktivitas kerja yang berlebihan, kesukaan pada
makanan pedas dan berminyak, diare kronis dan konstipasi memiliki peran
penting pada pembesaran tendon dan pembuluh darah sekitar anus.
(Yanfu, 2002).
Penyebab hemoroid diantaranya adalah keturunan, anatomi vena
yang tidak memiliki katup, pekerjaan yang berat, pertambahan usia,
endokrin seperti pada wanita hamil, mekanis seperti keadaan yang
mengakibatkan timbulnya tekanan meninggi dalam rongga perut, fisiologis
seperti bendungan pada peredaran darah portal, dan radang adalah faktor
penting yang menyebabkan vitalitas jaringan di daerah berkurang
(Suprijono, M.A, 2009).
2.1.4 PATOFISIOLOGI
Hemoroid dikatakan sebagai penyakit keturunan. Namun sampai
saat ini blum terbukti kebenarannya. Akhir-akhir ini, keterlibatan bantalan
anus (anal cushion) makin dipahami sebagai dasar terjadinya penyakit ini.
Bantalan anus merupakan jaringan lunak yang kaya akan pembuluh darah.
Agar stabil, kedudukannya disokong oleh ligamentum Treitz dan lapisan
muskularis submukosa. Bendungan dan hipertrofi pada bantalan anus
menjadi mekanisme dasar terjadinya hemoroid. Pertama, kegagalan
pengosongan vena bantalan anus secara cepat saat defekasi. Kedua,
bantalan anus terlalu mobile, dan ketiga, bantalan anus terperangkap oleh
sfingter anus yang ketat. Akibatnya, vena intramuskular kanalis anus akan
terjepit (obstruksi). Proses pembendungan diatas diperparah lagi apabila
seseorang mengedan atau adanya feses yang keras melalui dinding rektum
(Felix, 2006).
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui
vena mesenterika superior, vena mesentrika inferior, dan vena
hemoroidalis superior (bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke
hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena
iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis
antara vena hemoroidalis superior, media, dan inferior sehingga tekanan
portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke
dalam vena dan mengakibatkan hemoroid (Price dan Wilson, 2006).
Pleksus hemorroidalis merupakan sistem artereriovenous
anastomosis yang terletak didaerah submukosa kanalis analis. Terdapat dua
buah pleksus yaitu pleksus hemorrhoidalis internal dan eksternal yang
terpisah satu dengan yang lainnya, sebagai batas adalah linea dentata. Ada
3 hal untuk diketahui, yaitu pertama adalah mukosa rektum atau mukosa
anodermal, kemudian stroma jaringan yang berisi pembuluh darah, otot
polos dan jaringan ikat penunjang serta ketiga adalah jangkar (anchor) yang
akan melindungi pleksus hemorrhoid dari mekanisme kerja sfinkter ani.
Dengan bertambah usia dan berbagai faktor pemburuk (seperti bendungan
sistem porta, kehamilan, PPOK, konstipasi kronik, keadaan yang
menimbulkan tekanan intrapelvis meningkat) maka jaringan penunjang
dapat menjadi rusak akibatnya pleksus akan menonjol dan turun dan
memberikan gejala (Djumnaha, 2013).
2.1.5 KLASIFIKASI HEMORRHOID
Berdasarkan letaknya, hemoroid dibagi menjadi 3 yaitu hemoroid
eksterna, interna, dan campuran. Dikatakan eksterna karena benjolan
terletak dibawah linea pectinea. Hemoroid eksterna mempunyai 3 bentuk
yaitu bentuk hemoroid biasa yang letaknya distal linea pectinea, bentuk
trombosis, dan bentuk skin tags. Biasanya benjolan pada hemoroid
eksterna akan keluar dari anus bila mengedan, tapi dapat dimasukkan
kembali dengan jari. Rasa nyeri pada perabaan menandakan adanya
trombosis, yang biasanya disertai penyulit seperti infeksi atau abses
perianal. Berlawanan dengan hemoroid eksterna, benjolan pada hemoroid
interna terletak diatas linea pectinea. Hemoroid interna merupakan
benjolan dari vena hemoroidalis internus yang dilapisi epitel dari mukosa anus.
Pada posisi litotomi, benjolan paling sering terdapat pada jam 3, 7, dan 11.
Ketiga letak itu dikenal dengan three primary haemorrhoidal areas (Felix, 2006).
Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas 2,
yaitu hemorrhoid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan vena
hemorrhoidalis inferior yang timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk
akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang
merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid
eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sequele dari hematoma
akut. Hemorrhoid interna merupakan pelebaran dan penonjolan vena
hemorrhodialis superior dan media yang timbul di sebelah proksimal dari
muskulus sphincter ani. Kedua jenis hemorrhoid ini sangat sering dijumpai
(Ulima, 2013).
2.1.6 DERAJAT HEMORRHOID
Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat berdasarkan gambaran
klinisnya (Pablo AC, 2003). Derajat I yaitu pembesaran hemoroid yang
tidak prolaps keluar kanal anus tanpa melewati linea dentata. Derajat II
meliputi pembesaran hemoroid yang prolaps melewati linea dentata, dapat
terlihat dari luar dan dapat masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.
Derajat III yaitu pembesaran hemoroid yang prolaps keluar dan dapat
masuk ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari (Steven DW, 2005). Derajat
IV yaitu prolaps hemoroid yang sudah permanen. Pada derajat ini bisa
terjadi trombosis dan infark (Marcellus SK, 2006).
2.1.7 MANIFESTASI KLINIS
Perdarahan umumnya merupakan tanda utama pada penderita
hemorrhoid interna akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang
keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya
berupa garis pada anus atau kertas pembersih sampai pada pendarahan
yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal
dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar. Pendarahan luas dan
intensif di pleksus hemorrhoidalis menyebabkan darah di anus merupakan
darah arteri. Pendarahan hemorrhoid yang berulang dapat berakibat
timbulnya anemia berat. Hemorrhoid yang membesar secara perlahan-
lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal
penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi dan disusul oleh reduksi
sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemorrhoid
interna didorong kembali setelah defekasi masuk kedalam anus. Akhirnya
hemorrhoid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps
menetap dan tidak dapat terdorong masuk lagi. Keluarnya mucus dan
terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemorrhoid yang
mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa
gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh
kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mucus. Nyeri hanya
timbul apabila terdapat trombosis yang meluas dengan udem meradang
(Sjamsuhidajat, 1998).
Gambar 2.1. Hemorrhoid interna ( Sumber : Sjamsuhidajat, 1998 ).
Gambar 2.2. Hemorrhoid eksterna.
2.1.8 KRITERIA DIAGNOSIS
2.1.8.1 Anamnesis
Onset : biasanya mendadak, walaupun harus dibedakan apakah
sebelumnya ada riwayat buang air besar tidak seperti biasanya,
yang bisa menunjukkan adanya neoplasma kolon atau colitis.
Nyeri abdomen : walaupun nyeri kolik ringan merupakan
gejala nonspesifik, nyeri yang berat menunjukkan adanya
iskemia intestinal.
Komorbiditas signifikan : ditemukannya komordibitas yang
signifikan penting sebagai pedoman resusitasi dan intervensi
spesifik (Davey, P, 2002)
2.1.8.2 Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan sirkulasi (denyut nadi, TD) : adanya syok harus
dikenali dan ditangani sedini mungkin.
Pemeriksaan abdomen : tidak terabanya massa pada abdomen
belum menyingkirkan kemungkinan keganasan.
Bruit : bisa terdengar namun jarang, merupakan tanda ateroma
mesentrika dan iskemia potensial.
Pemeriksaan rektum : bisa mengidentifikasi kanker rektal
bawah dan dapat membedakan perdarahan saluran pencernaan
atas dan bawah secara klinis. Sigmoidoskopi rigid seringkali
menunjukkan pemandangan terbatas bila jumlah perdarahan
banyak (Davey P, 2002)
Diagnosa hemoroid dapat ditegakkan salah satunya dengan
anoskopi pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah spekulum.
Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemoroid tersebut (Ulima,
2013).
2.1.9 TATA LAKSANA
Penatalaksanaan hemorrhoid pada umumnya meliputi modifikasi
gaya hidup, perbaikan pola makan dan minum serta perbaikan cara
defekasi. Diet seperti minum 30-40 ml/kgBB/hari dan makanan tinggi
serat 20-30 g/hari. Perbaikan pola defekasi dapat dilakukan dengan
merubah kebiasaan jongkok saat defekasi. Penanganan lain seperti
melakukan warm sits baths dengan merendam area rektal pada air
hangat selama 10-15 menit 2-3 kali sehari (Winangun, 2013).
Penatalaksanaan farmakologi untuk hemorrhoid yaitu :
(1) Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat
laksatif memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik.
(2) Bentuk suppositoria untuk hemorrhoid interna dan ointment untuk
hemorrhoid eksterna (Winangun, 2013).
(3) Obat untuk menghentikan pendarahan campuran diosmin dan
hesperidin (Winangun, 2013)
(4) Terapi topikal dengan nifedipine dan krim lidokain lebih efektif
untuk menghilangkan rasa sakit (Perotti, P. 2011).
Pada pasien hemoroid eksternal berat, pengobatan dengan eksisi
atau insisi dan evakuasi dari trombus dalam waktu 72 jam dari onset
gejala lebih efektif daripada pengobatan konservatif (Greenspon J,
2004). Penatalaksanaan invasif dilakukan bila manajemen konservatif
mengalami kegagalan, antara lain:
1. Rubber band ligation merupakan prosedur dengan
menempatkan karet pengikat di sekitar jaringan hemorrhoid
interna sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan tersebut
menyebabkan hemorrhoid nekrosis, degenarasi, dan ablasi
(Poen AC, 2000).
2. Penatalaksanaan bedah hemoroidektomi (Winangun, 2013).
Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya hemorrhoid dengan minum yang cukup, makan
sayuran, dan buah-buahan, sehingga kotoran kita tidak mengeras.
Kebiasaan malas minum juga dapat mengganggu ginjal oleh karena
kurangnya cairan dalam tubuh. Usahakan minum yang cukup, imbangi
dengan olahraga, sehingga perut tidak mual saat minum air putih. Makan
makanan yang banyak serat juga akan memberikan manfaat mengurangi
penyerapan lemak sehingga kolesterol menjadi aman (Gotera, 2006).
Mengurangi angkat beban terlalu berat karena dengan mengangkat
benda berat tersebut akan ada penekanan yang kuat dari penderita dan juga
penderita akan mengejan dengan keras. Duduk terlalu lama, sebaiknya
tidak duduk terlalu lama apalagi jika tidak ada gerakan apapun. Hal itu
akan membahayakan dan akan terkena efek sakit pada bagian dubur atau
pantat.
2.1.10 PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis hemorrhoid baik apabila ditangani
dengan tepat. Dengan terapi yang sesuai, semua hemorrhoid
simptomatis dapat dibuat menjadi asimptomatis. Pendekatan konservatif
hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Setelah
terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan
makan makanan berserat agar
2.2 KERANGKA TEORI
HEMORRHOID
KONSTIPASI
JENIS AKTIVITAS FISIK
RIWAYAT HEMORRHOID PADA
KELUARGA
POLA HIDUP
RIWAYAT TUMOR REKTUM