diskel diare cerna 2

29
GASTRO ENTERITIS Makalah Diskel Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pencernaan II Disusun oleh : Kelompok G Ketua : Cici Cahyani B (213113049) Scriber 1 : Selvi Apriyani (213113025) Scriber 2 : Siska Syadiatul Z (213113087) Anggota: Risha SenyaM (213113043) Indri Noviani (213113067) Afni Noor F (213113011) M.Abdunur S (213113073) Arni Liestia (213113076)

Upload: ike-nurjanah

Post on 23-Dec-2015

248 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Diskusi Kelompok Pencernaan 2

TRANSCRIPT

GASTRO ENTERITIS

Makalah Diskel

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pencernaan II

Disusun oleh :

Kelompok G

Ketua : Cici Cahyani B (213113049)

Scriber 1 : Selvi Apriyani (213113025)

Scriber 2 : Siska Syadiatul Z (213113087)

Anggota:

Risha SenyaM (213113043)

Indri Noviani

(213113067)

Afni Noor F (213113011)

M.Abdunur S (213113073)

Arni Liestia (213113076)

Dicky Reza P (213113055)

Ike Nurjanah (213113051)

Moch Zenal A (213113042)

Yudi Gunawan (213113107)

Yayang Siti G (213113086)

Ghina F (213113027)

Affan Musthafa (213113109)

Vikria Nur (213113032)

Agus Rohman (213113077)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas petunjuk dan

hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Gastro

Enteritis” dengan baik dan lancar.

Makalah ini menampilkan rangkuman materi pokok dengan sajian

kompetensi yangbertujuanuntuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang

pokok-pokok materi yang telah dipelajari.Diharapkan makalah ini dapat

membantu mahasiswa dalam kegiatan belajar guna meraih prestasi belajar yang

maksimal.

Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing Diskel yang telah

memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah

ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari mahasiswa akan kami

terima dengan senang hati, guna penyempurnaan makalah ini berikutnya.

Penyusun,

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas

anak di dunia yang menyebakan 1,6 -2,5 juta kematian pada anak tiap tahunnya,

serta merupakan 1/5 dari seluruh penyebab kematian. Survei Kesehatan Rumah

Tangga di Indonesia menunjukkan penurunan angka kematian bayi akibat diare

dari 15,5% (1986) menjadi 13,95% (1995). Penurunan angka kematian akibat

diare juga didapatkan pada kelompok balita berdasarkan survey serupa, yaitu 40%

(1972), menjadi 16% (1986) dan 7,5% (2001). Tetapi, penurunan angka mortalitas

akibat diare tidak sebanding dengan penurunan angka morbiditasnya.

Penurunan mortalitas ini merupakan salah satu wujud keberhasilan ORS

(Oral Rehydration Solution) untuk manajemen diare. Diare terbagi menjadi diare

akut dan kronik. Diare akut berdurasi dua minggu atau kurang, sedangkan diare

kronis lamanya lebih dari 2 minggu.

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas

anak di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak.

Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang

disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain

juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare

menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai

dengan asidosis metabolic karena kehilangan basa.

Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode

diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan

berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya

berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk memahami tentang diare.

2. Untuk mengetahui apa penyebab dari diare.

3. Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada

pasien diare.

C. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan diare?

2. Apa penyebab dari diare?

3. Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan pada

penyakit diare?

BAB II

PEMBAHASAN

Skenario Kasus

Bayi C, laki-laki, umur 10bulan masuk unit rawat inap RS dan dilakukan

pengkajian dengan keluhan BAB dengan konsistensi cair 4x/hari sejak 2hari

sebelum masuk rumah sakit, suhu tubuh saat dikaji 38,8°C, akral teraba panas dan

kulit berwarna kemerahan. Klien terlihat mual, muntah dan porsi makan yang

diberikan hanya dimakan ¼porsi, BB 8 Kg. klien tampak lemas dengan hasil

pemeriksaan : nadi cepat dan lemah (120x/mnt), dan Respirasi dalam dan cepat,

terdapat peningkatan peristaltic, distensi dan nyeri tekan pada abdomen, frontanel

anterior cekung, mukosa bibir kering, anak mendapatkan terapi Zinc dan probiotik

selama dirawat.

Pertanyaan :

1. Penyakit apa yang diderita by “C” ?

2. Jelaskan secara konsep penyakit yang dideritaoleh bayi C dan bagaimana

asuhan keperawatannya !

3. Diagnosa keperawatan apa yang terjadi pada bayi “C”?

4. Intervensi apa yang dapat diberikan pada by “C”?

Step 1 Klasifikasi Istilah

1. Terapi Zinc :

- pemberian mikronutrien yang penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak.

- Terapi yang diberikan pada anak yang mengalami diare karena

didalam tubuhnya mengalami penurunan zinc.

2. Probiotik : kesediaan mikroorganisme nonpatogen yang dimasukan

ketubuh karena memberi efek yang menguntungkan, misalnya

Lactobacillus acidopilus untuk memodifikasi microflora usus.

3. Fontanel anterior cekung :

- Bagian lunak diantara plat tengkorak dikepala bayi atau ubun-ubun.

- Fontanel terdiri dari 2 bagian : bagian depan (anterior), bagian

belakang (posterior).

Step 2

1. Penyakit apa yang diderita bayi “C” ?

2. Jelaskan secara konsep penyakit yang dideritaoleh bayi C dan bagaimana

asuhan keperawatannya !

3. Diagnosa keperawatan apa yang terjadi pada bayi “C”?

4. Intervensi apa yang dapat diberikan pada by “C”?

Step 3

1. Penyakit Diare (Gastro Enteritis)

2. Konsep Diare

a. Pengertian

Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali

perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau

tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 1 minggu.

b. Etiologi

Dapat diidentifikasikan tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme

yang dapat menyebabkan diare oada anak dan bayi. Penyebab infeksi

utama timbulnya diare umumnya dalah golongan virus, bakteri, dan

parasit. Dua tipe dasar diare akut oleh karena infeksi adalah :

o non inflammatory : diare melalui produksi enterotoksin oleh

bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan

oleh parasit, perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri.

o inflammatory : diare biasanya disebabkan oleh bakteri

yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi

sitokin.

Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia adalah:

- Golongan bakteri

Aeromonas Bacillus cereus

Campylobacter jejuni

Clostridium perfringens

Clostridium defficile

Escherichia coli

Plesiomonas shigeloides

Salmonella

Shigella

Staphylococcus aureus

Vibrio cholera

Vibrio parahaemolyticus

Yersinia enterocolitica

- Golongan Virus

Astrovirus

Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)

Enteric adenovirus

Coronavirus

Rotavirus

Norwalk virus

Herpes simplex virus*

Cytomegalovirus

*umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita

imunompromised

- Golongan parasit

Balantidium coli

Blastocystis homonis

Cryptosporidium parvum

Entamoeba histolytica

Giardia lamblia

Isopora belli

Strongyloides stercoralis

Trichuris trichiura

c. Manifestasi Klinis

- Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang.

- Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang

disertai wial dan wiata.

- Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur

empedu.

- Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi

lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

- Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit

menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan

disertai penurunan berat badan.

- Dehidrasi

- Infeksi ekstra intestinal

- Mual & muntah

- Asidosis metabolic

- Hypokalemia

d. Klasifikasi

Terdapat beberapa 2 pembagian diare :

a) Diare Akut

Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam

beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.

Penyebab utamanya adalah bakteri, parasit maupun virus. Penyebab

lain: toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung

lama, kemoterapi dan berbagai kondisi lainnya.

b) Diare kronik

Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku

bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas

waktu dua minggu.

Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi

feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya.

e. Patofisiologi

Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap

hari yang berasal dari luar (asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri

(sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian besar

jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml

memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar akan

diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan ikut

membentuk tinja.

Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat

hubungannya satu sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang

mengkat akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis

karena meningkatnya volume sehingga motilitas usus meningkat.

Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan

menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa

usus sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut

karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host).

Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri

terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut yang terdiri

atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau lingkungan intern traktus

intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan juga

mencakup flora normal usus.

Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti

dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan

menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi V.cholera.

Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan

gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi agen sumber

penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan didapatkannya

frekuensi Giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan

Ig-A. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang

suatu toksoid berulangkali akan terjadi sekresi antibodi. Percobaan

pada binatang menunjukkan berkurangnya perkembangan S. typhi

murium pada mikroflora usus yang normal.

Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya

penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi

toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat

kuman pada lumen usus. Kuman dapat membentuk koloni-koloni yang

dapat menginduksi diare.

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak

dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus

meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam

rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang

usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding

usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga

usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang

selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya

mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati

rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,

kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi

hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Pathway

f. Mekanisme Diare

2 prinsip terjadinya mekanisme diare :

1) Diare sekretorit disebabkan oleh :

a) Infeksi virus, kuman pathogen & apatogen

b) Hyperperistaltik usus halus

c) Dipesiensi imun

2) Diare osmotic disebabkan oleh :

a) Malabsorsi makanan

b) Kekurangan kalori protein

c) BBLR & BBL

g. Pencegahan

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:

1) Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare

Kuman-kuman pathogen penyebab diare umumnya disebarkan

secara fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare

perlu difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan

diare yang terbukti efektif, meliputi:

a. Pemberian ASI yang benar

b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan

pendamping ASI

c. Penggunaan air bersih yang cukup

d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

sehabis buang air besar dan sebelum makan

e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh

anggota keluarga

2) Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan

tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare, antara lain:

a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun

b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member

makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi

anak

c. Imunisasi campak

Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan probiotik, prebiotik,

dan seng dalam pencegahan diare.

h. Komplikasi

1) Gangguan elektrolit

2) Demam

3) Oedema/overhidrasi

4) Asidosis metabolic

5) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau

hipertonik).

6) Renjatan hipovolemik.

7) Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,

bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).

8) Hipoglikemia.

9) Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim

laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.

10) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

11) Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,

penderita juga mengalami kelaparan.

i. Penatalaksanaan

1) Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru dapat mengurangi mual dan

muntah.

Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi

dehidrasi. Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar

biasa diare di Asia Selatan yang terutama disebabkan karena

disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit

tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak

terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih banyak

terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik

adalah disebakan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut

tidak menyebakan kekurangan elektrolit seberat pada disentri.

Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit

dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan

baru lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang

menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia.

2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat

mengembalikan nafsu makan anak.

Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir

karena memilik evidence based yang bagus. Beberapa penelitian

telah membuktikannya. Pemberian zinc yang dilakukan di awal

masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan

morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa

pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat

menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan.

3) ASI dan makanan tetap diteruskan

Sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak

sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti

nutrisis yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan

berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase

kesembuhan.

4) Antibiotik selektif

Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare

berdarah atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional

justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan megganggu

keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan

tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu,

pemberian antibiotic yang tidak rasional akan mempercepat

resistensi kuman terhdao antibiotic, serta menambah biaya

pengobatan yang tidak perlu.

5) Nasihat kepada orang tua

Nasihat pada ibu atau pengasuh: kembali segera jika demam, tinja

berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat halus, diare

makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

j. Terapi

1) TRO (Terapi Rehidrasi Oral)

Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di

sarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan

oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Bila

berat badannya tidak diketahui, meskipun cara ini kurang tepat,

perkiraan kekurangan cairan dapat ditentukan dengan menggunakan

umur penderita, yaitu untuk umur < 1 tahun adalah 300ml, 1-5 tahun

adalah 600ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa adalah 2400ml.

Rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume yang

sesungguhnya diberikan ditentukan dengan menilai rasa haus penderita

dan memantau tanda-tanda dehidrasi.

Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi

lagi. Sebaliknya bila dengan bolume di atas kelopak nata menjadi

bengkak, pemberian oralit harus dihentikan sementara dan diberikan

minum air putih atau air tawar. Bila oedem kelopak mata sudah hilang

dapat diberikan lagi.

2) TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)

Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di Puskesmas atau

Rumah Sakit. Pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi

rehidrasi parenteral.

Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus

diberi oralit sampai cairan infuse terpasang. Di samping itu, semua

anak harus diberi oralit selama pemberian cairan intravena (±

5ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik, biasanya dalam 3-

4jam (untuk bayi) atau 1-2jam (untuk anak yang lebih besar).

Pemberian tersebut dilakukan untuk member tambahan basa dan

kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan

pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan

cairan Ringer Laktat dengan dosis 100ml/kgBB. Cara pemberiannya

untuk <1tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 5 jam berikutnya

70cc/kgBB. Di atas 1 tahun ½ jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2½

jam berikutnya 70cc/kgBB.

Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV

dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih

besar, lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu

pengobatan diare dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan

diare tanpa dehidrasi.

3) Cairan Rehidrasi Oral

Pada tahun 1975, WHO dan Unicef menyetujui untuk

mempromosikan CRO tunggal yang mengandung natrium 90 mmol/L,

kalium 20 mmol/L, chlorida 80 mmol/L, basa 30 mmol/L, dan glukosa

111 mmol/L (2%).

Komposisi ini dipilih untuk memingkinkan satu jenis larutan saja

untuk digunakan pada pengobatan diare yang disebabkan oleh

bermacam sebab bahan infeksius yang disertai dengan berbagai derajat

kehilangan elektrolit.

4) CRO baru

Resep untuk memperbaiki CRO antara lain menambahkan substrat

untuk kontransport natrium (contoh: asam amino glycine, alanine, dan

glutamine) atau substitusi glukosa dengan komplek karbohidrat (CRO

berbasis beras atau cereal). Asam amino tidak menunjukkan lebih

efektif daripada CRO tradisional dan lebih mahal. CRO berbasis beras

dapat direkomendasikan bila cukup latihan dan penyediaan di rumah

dapat dilakukan, dan mungkin sangat efektuf untuk mengobati

dehidrasi karena kolera.

Walaupun demikian, kemudahan dan keamanan CRO paket di

negara berkembang dan secara komersial tersedia CRO di negara

maju, maka CRO standard tetap merupakan pilihan utama dari

sebagian besar klinisi.

5) Seng (Zinc)

Defisiensi seng sering didapatkan pada anak-anak di negara

berkembang dan dihubungkan dengan menurunnya fungsi imun dan

meningkatnya kejadian penyakit infeksi yang serius. Seng merupakan

mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh, yang penting

antara lain untuk sintesis DNA.

k. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan tinja

a) Makroskopis dan mikroskopis

b) PH dan kadar gula dalam tinja

c) Bila perlu diadakan uji bakteri

2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,

dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal

ginjal.

4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

l. Asuhan Keperawatan

3. a). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d diare

b). Hipertermia b/d proses infeksi akibat diare

c). Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan dari diare

4. Intervensi

a) - Pemantauan Elektrolit

- Bantuan perawatan diri

- Bantuan menaikan berat badan

b) - Regulasi suhu

- Pantau TTV

c) - Manajemen Cairan

- Terapi IV

- Pemantauan Elektrolit

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi:jilid 1. Jakarta : UKK Gastroenterohepatologi IDAI 2011; 87-120

Soenarto Y. Diare kronis dan diare persisten. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi:jilid 1. Jakarta : UKK Gastroenterohepatologi IDAI 2011; 121-136

Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds. Nelson textbook of Pediatrics 17ed. Saunders. 2004 : 1272-6

WHO, UNICEF. Oral Rehydration Salt Production of the new ORS. Geneva. 2006

WHO. Persistent diarrhea in children in developing countries: memorandum from a WHO meeting. Bull World Health Organ. 1988; 66: 709-17

Bhutta ZA. Persistent diarrhea in developing countries. Ann Nestle. 2006; 64: 39-47

Field M. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. J. Clin Invest. 2003; 111(7): 931-943

Buku Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya – Rumah Sakit Mohammad Hoesin, 2010.