direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu renstra … · 2 kata pengantar rencana setrategis...

56
1 REVIU RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA DITJEN PDTU 2015-2019 Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu Jakarta, April 2017

Upload: phungmien

Post on 06-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

1

REVIU RENCANA STRATEGIS

DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU

RENSTRA DITJEN PDTU 2015-2019

Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu Jakarta, April 2017

Page 2: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

2

KATA PENGANTAR

Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen

PDTu) Tahun 2015 - 2019 sudah diimplementasikan 2 (dua) tahun. Pada kurun waktu 2

tahun ini, Tahun 2015-2016 ini terdapat perkembangan dan perubahan kebijakan nasional

dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (KDPDTT) dimana

perubahan mempengaruhi terhadap target capaian lokus dan fokus yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu, untuk menjawab terhadap perubahan kebijakan tersebut maka

diperlukan juga penyesuaian Renstra PDTu 2015-2019 yang telah dibuat. Perubahan ini

khususnya terkait dengan adanya perubahan penurunan alokasi anggaran yang cukup

signifikan, perubahan fokus dan lokus yang menjadi prioritas Kementerian DPDTT sehingga

perlu dilakukan penyesuaian untuk target fokus dan lokus Ditjen PDTu tahun selanjutnya,

Diharapkan dengan dilakukannya reviu atas Renstra Direktorat Jenderal

Pengembangan Daerah Tertentu ini, dapat mengakomodasi perubahan kebijakan dan

memudahkan unit kerja di lingkungan Ditjen PDTu dalam mengimplementasikan

kegiatannya.

Semoga reviu Renstra Ditjen PDTu ini dapat dijadikan acuan bersama semua unit kerja

di lingkngan Ditjen PDTu dalam upaya mencapai tujuan dan target minimal 50 daerah

tertinggal terentaskan di daerah tertentu.

Jakarta, April 2017

Direktur Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi,

TTD

Page 3: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

3

(Drs. JOHOZUA M. YOLTUWU, M.Si, M.A)

Page 4: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

4

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Kondisi Umum

A. Peran dan Kewenangan DItjen PDTu

B. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Ditjen PDTu:

C. Hasil Capaian Kinerja Ditjen PDTu;

D. Isu-isu Strategis Berdasarkan Tupoksi dan Kewenangan Ditjen PDTu

I.2. Potensi dan Permasalahan

BAB II. PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

II.1. Perumusan Visi

II.2. Perumusan Misi

II.3. Perumusan Tujuan

II.4. Perumusan Sasaran Strategis

BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA

KELEMBAGAAN

III.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional (Sesuai Amanat Renstra Kementerian

Desa, PDT dan Transmigrasi Periode 2015-2019)

III.2. Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen PDTu

III.3. Kerangka Regulasi

III.4. Kerangka Kelembagaan

BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

IV.1. Target Kinerja

IV.2. Kerangka Pendanaan

BAB V. PENUTUP

LAMPIRAN :

Lampiran 1: Matriks Kinerja dan Pendanaan Ditjen PDTu

Lampiran 2: Matriks Kerangka Regulasi

Page 5: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

5

BAB I PENDAHULUAN

I.1. KONDISI UMUM

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, bahwa setiap kementerian/lembaga diwajibkan menyusun rencana

strategis (Renstra) untuk periode 5 tahun. Sesuai amanat tersebut Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang sebelumnya adalah Kementerian

Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) diwajibkan menyusun Renstra berdasarkan tugas

pokok dan fungsinya. Renstra Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggaldan

Transmigrasi ini disusun berdasarkan RPJM Nasional Periode 2015-2019.

Dalam pelaksanaannya, Renstra Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggaldan Transmigrasi periode 2015-2019 tersebut memerlukan penjabaran ke dalam

Renstra unit organisasi eselon (UKE I). Untuk itu, Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah

Tertentu yang sebelumnya merupakan Kedeputian KPDT diwajibkan juga untuk menyusun

Renstra sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu kepada Renstra Kementerian

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi periode 2015-2019.

Direktur Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (atau disingkat menjadi Ditjen

PDTu) merupakan salah satu unsur pelaksana Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi yang memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan salah

satu program kementerian di bidang pembangunan daerah tertinggal (daerah tertentu)

khususnya daerah perbatasan dan pulau kecil terluar.

Untuk itu, unit organisasi ini menjadi sangat strategis keberadaannya dalam

menghasilkan kebijakan di bidang pengembangan daerah perbatasan dan daerah pulau kecil

dan terluar, serta penanganan daerah rawan pangan, daerah rawan bencana dan daerah

pasca konflik, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga dapat

memberikan pelayanan secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam

mewujudkan pembangunan nasional.

Page 6: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

6

Untuk menjabarkan arah dan kebijakan tersebut diatas dan dalam rangka

mendukung pencapaian program-program prioritas Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi, Ditjen PDTu sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya

menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan

serta program dan kegiatan Ditjen PDTu untuk periode 2015-2019. Penyusunan Renstra

Ditjen PDTu ini berpedoman pada Renstra Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi Periode 2015-2019. Proses penyusunan Renstra Ditjen PDTu

periode 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang

berlaku mulai dari hasil evaluasi pencapaian kinerja periode 2010-2014 serta menghimpun

masukan-masukan stakeholders yang menjadi mitra Ditjen PDTu.

Renstra Ditjen PDTu periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja

yang lebih baik pada masa yang akan datang dibandingkan dengan pencapaian kinerja

periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Ditjen PDTu saat ini dapat dijelaskan mulai dari peran, tupoksi

dan pencapaian kinerja sebagai berikut:

A. Peran Ditjen PDTu berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan;

Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu merupakan salah satu unsur

pelaksana Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang

memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan salah satu program kementerian di

bidang pembangunan daerah tertinggal (daerah tertentu) khususnya daerah perbatasan dan

pulau kecil terluar.

Sebagai unsur pelaksana Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi maka Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu mempunyai tugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan daerah

perbatasan dan daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan pangan,

daerah rawan bencana, dan daerah pasca konflik, sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu

menyelenggarakan fungsi : 1) Perumusan kebijakan di bidang pengembangan daerah

Page 7: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

7

perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan pangan, daerah

rawan bencana, dan daerah pasca konflik yang mencakup wilayah I (Sumatera), Wilayah II

(Jawa, Bali dan Nusa Tenggara), Wilayah III (Kalimantan), Wilayah IV (Sulawesi dan Maluku),

dan Wilayah V (Papua); 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan daerah

perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan pangan, daerah

rawan bencana dan daerah pasca konflik; 3) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang pengembangan daerah perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar, serta

penanganan daerah rawan pangan, daerah rawan bencana dan daerah pasca konflik;

4) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan daerah perbatasan, daerah

pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan pangan, daerah rawan bencana dan

daerah pasca konflik; 5) Pelaksanaan administrasi Ditjen PDTu; dan 6) Pelaksanaan fungsi

lain yang diberikan oleh Menteri.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Ditjen PDTu sebagai unit organisasi dibawah

Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi dan merupakan unit organisasi yang sangat strategis

dan dapat menjalankan tugasnya secara lebih professional dan proaktif. Dengan kondisi

wilayah Indonesia yang sangat luas, Ditjen PDTu dituntut menghasilkan Program Kerja yang

sesuai dengan kebutuhan dan kekhasnya geografis Indonesia.

B. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Organisasi dan tata kerja Ditjen PDTu disusun berdasarkan Peraturan Menteri Desa,

PDT dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Desa, PDT dan Transmigrasi.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Direktur Jenderal Pengembangan

Daerah Tertentu secara struktural didukung oleh Sekretaris Jenderal dan 5 (lima)

Direktur. Adapun struktur organisasi dibawah Ditjen PDTu sebagaimana diagram 1.1 di

bawah ini.

Sebagaimana struktur organsisas Ditjen PDTu pada gambar diatas, dapat dibagi

menjadi 5 Unsur pembantu Pimpinan yang terdiri dari 5 (empat) Direktorat, meliputi

Direktorat Daerah Rawan Pangan, Direktrorat Daerah Perbatasan, Direktorat Daerah Rawan

Bencana, Direktorat Daerah Pasca Konflik dan Direktorat Daerah Pulau Kecil Terluar,.

Page 8: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

8

Masing-Masing Direktorat membawahi pejabat eselon III dan IV. Secara keseluruhan unit

oeganisasi eselon II di bawah Ditjen PDTu adalah sebanyak enam (6) Unit.

Gambar 1.1

Struktur Organisasi DItjen PDTu

Sumber: Permendesa Nomor 6 Tahun SOTK 2015 tentang SOTK Kemendesa

Jumlah sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Ditjen PDTu untuk melaksanakan

tugas dan fungsi menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

pengembangan daerah perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan

daerah rawan pangan, daerah rawan bencana dan daerah pasca konflik sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan pada tahun 2015 adalah sejumlah 103, yang tersebar di

masing-masing unit organisasi eselon II. Adapun jumlah pegawai Ditjen PDTu berdasarkan

tingkat Pendidikan dan kepangkatan dapat dijelaskan pada Tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Profil Pegawai Ditjen PDTu Berdasarkan Pendidikan dan Kepangkatan Tahun 2014

No Nama Unit Organisasi

Gol/Kepangkatan Pendidikan

KET IV III II/I S3 S2 S1 S0

1. Ditjen PDtu 1 - - 1 - - -

2. Setditjen 5 15 - 2 5 13 -

3. Direktrorat Daerah Perbatasan

8 10 - - 6 11 1

4. Direktorat Daerah Pulaui Kecil Terluar

7 11 - - 8 8 2

5. Direktorat Daerah Rawan Pangan

4 10 - - 6 6 3

6. Direktorat Daerah Rawan Bencana

6 11 1 - 7 10 -

7. Direktorat Daerah Pasca Konflik

6 9 - - 3 11 1

Total 37 66 1 3 35 53 7

Sumber: Sekretarit Direktorat Jenderal PDTu, Januari 2018

Page 9: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

9

Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa 3 % pegawai Ditjen PDTu memiliki

pendidikan S3, 35 % memiliki pendidikan S2, berpendidikan S1 sebesar 50 % serta 10 %

yang memiliki pendidikan SLTA ke bawah. Sedangkan Kepangkatan/Golongan bahwa 37%

pegawai Ditjen PDTu memiliki pangkat/Gol IV, 66% memiliki pangkat/Gol III dan pangkat/gol

II kebawah sebesar 1%.

Gambar 1.2

Grafik Profil Pegawai DItjen PDTu

Berdasarkan Tingkat Kepangkatan/Gold an Pendidikan Tahun 2014

Sesuai dengan profil kepegawaian Ditjen PDTu tersebut di atas harus mampu

mencapai tujuan organisasi sesuai dengan peran dan kewenangannya. Namun dengan

perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis akan menjadi tantangan bagi Ditjen

PDTu untuk dapat melakukan peningkatan kompetensi SDM dan memprediksi kebutuhan

SDM dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut.

C. Hasil Capaian Kinerja PDTu Periode 2015-2016

Sesuai dengan peran dan kewenangannya, pada periode Renstra Periode 2015-2016,

Ditjen PDTu telah melaksaankan salah satu program kementerian di bidang pembangunan

daerah tertinggal (daerah tertentu) khususnya daerah perbatasan dan pulau kecil terluar.

Dalam melaksanakan tugasnya telah melaksanakan capaian kinerja sesuai dengan tugas dan

fungsinya dalam 1) Perumusan kebijakan di bidang pengembangan daerah perbatasan,

daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan pangan daerah, rawan

Page 10: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

10

bencana, dan daerah pasca konflik yang mencakup wilayah I (Sumatera), Wilayah II (Jawa,

Bali dan Nusa Tenggara), Wilayah III (Kalimantan), Wilayah IV (Sulawesi dan Maluku), dan

Wilayah V (Papua); 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan daerah perbatasan,

daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan pangan daerah, rawan

bencana, dan daerah pasca konflik; 3) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

pengembangan daerah perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan

daerah rawan pangan daerah, rawan bencana, dan daerah pasca konflik.

Adapun capaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Ditjen PDTu

tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama sesuai sasaran

strategis dibawah ini.

Tabel 1.2

Capaian Kinerja Ditjen PDTu Periode 2015-2016

No Indikator Target Awal Target Realisasi

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

A PENGEMBANGAN

Prosentase pengembangan daerah perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar

- 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

B PENANGANAN

Prosentase penanganan daerah rawan bencana, daerah pasca konflik, dan daerah rawan pangan

- 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Berdasarkan capaian kinerja utama Ditjen PDTu pada tabel tersebut di atas, dapat

dilihat bahwa kinerja Ditjen PDTu telah menunjukkan hasil yang baik sesuai dengan tugas

dan kewenangannya. Namun demikian, untuk periode yang akan datang kinerja Ditjen PDTu

masih terus perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan agar hasil yang diharapkan untuk

memenuhi kebutuhan pembangunan daerah tertentu khususnya daerah perbatasan dan

Page 11: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

11

pulau kecil terluar dapat lebih baik lagi dan dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan

dan kemakmuran masyarakat.

Disamping itu, untuk menghadapi dinamika perubahan lingkungan strategis yang

semakin kompleks diperlukan penyesuaian kembali terhadap sistem dan kebijakan yang

dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut sehingga sehingga Ditjen

PDTu dapat tetap menghasilkan program pembangunan daerah tertinggal (daerah tertentu)

khususnya daerah perbatasan dan pulau kecil terluar yang sesuai dengan kebutuhan

lingkungan strategis.

D. Isu-isu Strategis Sesuai Dengan Tupoksi dan Kewenangan Ditjen PDTu

Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Ditjen PDTu tersebut sesuai

dengan capaian kinerja di atas telah diupayakan secara optimal pencapaian kinerjanya

sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Namun demikian, upaya tersebut masih perlu

ditingkatkan sesuai dengan harapan masyarakat dalam hal terjaminnya peningkatan kualitas

program pengembangan daerah tertentu khususnya daerah perbatasan dan pulau kecil

terluar. Untuk itu, dalam rangka peningkatan peran dan kewenangan Ditjen PDTu yang lebih

baik diperlukan perbaikan dan penyempurnaan dalam melaksanaakan tugas dan

kewenangannya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Adapun permasalahan yang

dihadapi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen PDTu antara lain (1) Belum

optimalnya perumusan kebijakan di bidang pengembangan daerah perbatasan, daerah

pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan bencana, daerah pasca konflik, dan

daerah rawan pangan, 2) Belum efektifnya Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan

daerah perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan

bencana, daerah pasca konflik, dan daerah rawan pangan (3) Masih terbatasnya Pemberian

bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan daerah perbatasan, daerah pulau

kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan bencana, daerah pasca konflik, dan

daerah rawan pangan.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas terdapat beberapa penyebab

permasalahan yang sangat strategis dan sangat penting bagi peran Ditjen PDTu dalam

melakukan pembenahan di masa mendatang sehingga diharapkan pencapaian kinerja

berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini diagram yang menunjukkan isu-isu strategis atas

permasalahan sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Ditjen PDTu adalah sebagai berikut:

Page 12: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

12

Gambar 1.3

Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan Dampaknya

Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Ditjen PDTu sebagai

lembaga yang melaksakankan salah satu program kementerian di bidang pengembangan

daerah tertentu khususnya daerah perbatasan dan pulau kecil terluar masih perlu terus

dilakukan penguatan kapasitas kelembagaan agar pencapaian kinerja dimasa akan datang

dapat terus ditingkatkan sehingga hasil pengembangan daerah tertentu khususnya daerah

perbatasan dan pulau kecil akan semakin lebih baik lagi dan dapat memberikan kontribusi

bagi tujuan dan sasaran organisasi Kementerian Desa, PDTu dan Transmigrasi.

Untuk itu, ada 3 (tiga) isu-isu strategis yang menjadi pokok permasalahan dalam

peran dan kewenangan Ditjen PDTu yang harus terus diperkuat dalam peningkatan kinerja

di masa yang akan datang adalah sebagai berikut :

1. Belum Optimalnya perumusan kebijakan pengembangan daerah perbatasan, daerah

pulau kecil dan terluar. Hal ini dikarenakan adanya antara lain belum terintegrasi dan

optimalnya kebijakan yang afirmatif bagi percepatan pengembangan daerah tertentu,

masih adanya regulasi yang tidak memihak/disharmonis, dan masih lemahnya

koordinasi antar pelaku pembangunan;

BELUM OPTIMALNYA PERAN DITJEN PDTU DALAM MELAKSANAKAN PEMBANGUNAN

DAERAH TERTENTU

Belum optimalnya perumusan kebijakan di bidang

pengembangan daerah perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar,

serta penanganan daerah rawan bencana, daerah pasca konflik, dan

daerah rawan pangan

Belum efektifnya Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan

daerah perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan

daerah rawan bencana, daerah pasca konflik, dan daerah rawan pangan

Masih terbatasnya Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang pengembangan daerah perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah

rawan bencana, daerah pasca

konflik, dan daerah rawan pangan;

PERAN DITJEN PDTu

PENGUATAN KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN KEBIJKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTENTU

PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN SUPERVISI

Page 13: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

13

2. Belum Efektifnya pelaksanaan kebijakan dalam pengembangan daerah perbatasan,

daerah pulau kecil dan terluar antara lain karena :

1) Masih terbatasnya ketersediaan pelayanan dasar minimum terutama sarana dan

prasarana permukiman, pendidikan, dan kesehatan, energi, dan air bersih;

3) Keterbatasan ketersediaan sarana dan prasarana wilayah untuk membuka

keterisolasian wilayah dan mendorong konektifitas/ keterkaitan antarwilayah;

4) Rendahnya aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan

wilayah, terjadinya kesenjangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,

termasuk di dalamnya daerah perbatasan negara dan daerah pulau kecil terluar;

5) Belum optimalnya pengembangan perekonomian wilayah berbasis potensi

sumber daya lokal akibat masih rendahnya produktivitas masyarakat,

ketersediaan modal rendah, serta akses dan pengembangan pasar yang masih

terbatas;

6) Belum optimalnya pembangunan antar sektor dengan pendekatan kebutuhan

wilayah akibat masih lemahnya koordinasi antar pelaku percepatan

pengembangan daerah tertentu;

7) Masih adanya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan serta terjadinya

bencana alam akibat eksplolitasi sumber daya alam yang berlebih, kemiskinan,

pengangguran, rawan pangan, terjadinya kerentanan sosial dan konflik sosial-

ekonomi serta rendahnya keberdayaan masyarakat perdesaan.

3. Masih terbatasnya pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi terhadap

pengembangan daerah perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar.

Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, Ditjen PDTu perlu

terus melakukan perbaikan, dan pengembangan secara kelembagaan serta penguatan

regulasi khususnya Standar, Kriteria, Pedoman, dan Prosedur, yang menyangkut peran dan

tugas pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi lingkungan strategis dengan dinamika

perubahan yang sangat cepat, menuntut Ditjen PDTu dapat melakukan evaluasi dan mampu

beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan

zaman. Dengan etos tersebut, Ditjen PDTu diharapkan mampu menjadi katalisator dalam

proses pencapaian tujuan dan sasaran Organisasi Kementerian Desa, PDTu dan

Transmigrasi.

Page 14: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

14

I.2. PERMASALAHAN DAN POTENSI

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik global maupun nasional,

Permasalahan dan potensi yang dihadapi Ditjen PDTu terus semakin kompleks. Adapun

permasalahan dan potensi terhadap perubahan lingkungan strategis baik secara dalam

aspek internal maupun eksternal yang dihadapi Ditjen PDTu adalah sebagai berikut :

Perkembangan aspek kehidupan nasional juga merupakan perkembangan isu-isu

nasional yang akan terus menerus mewarnai, mempengaruhi dan memberikan dampak

terhadap lingkungan strategis saat ini meliputi kondisi geografis, demografi dan sumber

daya alam, posisi silang Indonesia yang strategis membawa peluang bagi perkembangan

perekonomian nasional. Secara umum, kinerja pembangunan bidang ekonomi yang

ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan ekonomi cenderung membaik, sedangkan tingkat

kemiskinan dan pengangguran cenderung menurun. Namun, penurunan ini melambat

diikuti dengan kenaikan indek kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat (Gini

Ratio). Gini Ratio pada tahun 2011 sebesar 0,41 , artinya bahwa setiap 1% penduduk

menguasai hingga 41% total kekayaan di Indonesia. Disparitas antar-provinsi masih terjadi

dengan tingkat kemiskinan provinsi di KTI yang lebih tinggi. Hal ini terjadi antara lain

disebabkan kurang efektifnya pelaksanaan program pengurangan kemiskinan dan sulitnya

upaya menjangkau penduduk miskin karena keadaan geografis dan kondisi lainnya .

Page 15: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

15

GAMBAR 1.4

GRAFIK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESENJANGAN

Sumber: Komite Ekonomi Nasional, 2012

Kesenjangan yang menjadi salah satu isu utama pembangunan wilayah nasional saat

ini tercermin antara lain dari kontribusi PDRB terhadap PDB. Selama 30 tahun (1983-2013),

kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) KBI sangat dominan dan tidak pernah

berkurang dari 80 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, terlihat pada

Gambar dan Tabel di bawah ini.

GAMBAR 1.5

PERAN WILAYAH/PULAU DALAM PEMBENTUKAN PDB NASIONAL 1983-2013 (PERSEN)

Page 16: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

16

Pulau 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2013

Jawa dan Sumatera 82,5 82,3 81,4 80 82,4 80,8 81,8

Kalimantan dan Sulawesi 12,9 13 13,3 14,5 12,9 14,7 13,5

Bali dan Nusa Tenggara 2,8 3 3,3 2,9 2,8 2,5 2,5

Maluku dan Papua 1,8 1,7 2 2,5 1,8 2 2,2

Jumlah 100 100 100 100 100 100 100

Berdasarkan Gambar dan Tabel di atas, terlihat bahwa peran wilayah Jawa dan

Sumatera dalam pembentukan PDB Nasional masih dominan, berkisar 80 % – 82 %.

Pergeseran peran wilayah dalam pembentukan PDB Nasional masih relatif kecil atau bahkan

tidak ada perubahan (stagnant).Sehubungan dengan hal tersebut, arah kebijakan utama

pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pengurangan kesenjangan

pembangunan antarwilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang

dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah kawasan timur

Indonesia (KTI) sebagai daerah pinggiran Indonesia, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku,

Nusa Tenggara, dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah

Jawa-Bali dan Sumatera.

Kesenjangan ini pada akhirnya menimbulkan permasalahan yang dalam konteks

makro sangat merugikan proses pembangunan yang ingin dicapai. Ketidakseimbangan

pembangunan antarwilayahseringkali terjadi akibat terpusatnya distribusi dan alokasi

pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan pada wilayah tertentu yang menjadi pusat-pusat

pertumbuhan, sehingga menyebabkan semakin lemahnya kawasan hinterland. Hal ini akan

dapat menciptakan inefisiensi dan tidak optimalnya sistem ekonomi bahkan berpotensi

mengakibatkan terjadinyakonflik sosial. Selanjutnya kemiskinan di wilayah

pinggiran/perdesaan akhirnya mendorong terjadinya migrasi penduduk ke perkotaan,

sehingga kotadan pusat-pusat pertumbuhan menjadi melemah, dan inefisiendalam

memberikan pelayanan terhadap masyarakat serta timbulnya masalah sosial, ekonomi, dan

lingkungan yang semakin kompleks dan sulit diatasi (hubungan desa-kota yang saling

memperlemah).

Page 17: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

17

Ketimpangan pembangunan antarwilayah telah menghasilkan suatukonsekuensi

berupa pemusatan hasil pembangunan pada sebagian wilayah yang dapat berimplikasi pada

terbentuknya daerah yang relatif tertinggal jika dibandingkan dengan daerah lain. Pada sisi

lain, dari wilayah maju muncul pula apa yang disebut sebagai wilayah tertinggal. RPJMN

2015-2019 menyatakan terdapat 122 kabupaten tertinggal, dimana persebaran daerah

tertinggal terkonsentrasi di KTI (dari 122 kabupaten tertinggal, 103 kabupaten tertinggal

atau 84,42% terdapat di KTI).

Sejauh ini berbagai upaya pemerintah untuk mengurangi ketimpangan

pembangunan antarwilayah baik secara langsung maupun tidak langsung, baik yang

berbentuk kerangka regulasi maupun kerangka anggaran telah dilakukan. Beberapa

kebijakan untuk mengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah, antara lain melalui

pelaksanaan transmigrasi, pengembangan pusat pertumbuhan (growth poles) secara

tersebar, dan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan.

Diberlakukannya UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa diharapkan dapat

menjadi salah satu solusi terhadap permasalahan kesenjangan antar kota-desa. Tujuan dari

lahirnya Undang-undang ini antara lain adalah untuk memajukan perekonomian masyarakat

di pedesaan, mengatasi kesenjangan pembangunan kota-desa, memperkuat peran

penduduk desa dalam pembangunan serta meningkatkan pelayanan publik bagi warga

masyarakat desa.Untuk mencapai hal tersebut, beberapa hak dan wewenang diberikan

kepada desa termasuk pendanaannya yang dialokasikan khusus dari APBN untuk desa,

disamping sumber pendapatan lainnya.

Untuk mengawal implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

langkah kebijakan Pemerintah sangat tepat dan strategis dengan membentuk Kementerian

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KDPDTT) di dalam Kabinet Kerja.

Kebijakan ini sejalan dengan Sembilan Agenda Prioritas atau NAWACITA yang dicanangkan

oleh Presiden/Wakil Presiden Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla untuk pemerintahan lima

tahun ke depan, yaitu Cita ke-3: “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pembangunan desa dan kawasan perdesaan secara komprehensif merupakan faktor

penting bagi pembangunan daerah, pengentasan kemiskinan, dan pengurangan

Page 18: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

18

kesenjangan antarwilayah. Perkembangan jumlah desa di Indonesia meningkat pesat,

dengan trend pertumbuhan yang semakin meningkat. Pada tahun 2005 jumlah desa sebesar

61.409 desa, kemudian menjadi 67.211 desa di 2008, dan pada tahun 2014 meningkat

menjadi 74.045 desa1 tersebar di seluruh penjuru nusantara dengan laju pertumbuhan rata-

rata sebesar 2,29 persen atau 1.409 desa per tahun. Namun demikian, semakin

meningkatnya jumlah desa belum diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di

perdesaan. Berdasarkan data BPS, pada bulan Maret tahun 2014 terdapat 28,28 juta jiwa

atau 11,25 persen penduduk miskin di Indonesia, dimana 17,77 juta atau 14,17 persen

diantaranya merupakan penduduk miskin yang berada di perdesaan.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di perdesaan umumnya masih tertinggal dari

masyarakat di perkotaan. Masyarakat desa yang bekerja di sektor pertanian yaitu sekitar 57

persen pada tahun 2012, dengan tingkat upah bulanan relatif rendah yaitu sebesar

Rp628.364, dibandingkan masyarakat di perkotaan sebesar Rp 754.779. Tingginya alih

fungsi lahan, rendahnya tingkat produktivitas pertanian, minimnya penerapan inovasi dan

teknologi pertanian, serta perubahan iklim yang tidak menentu turut memperparah kondisi

kehidupan sosial ekonomi masyarakat perdesaan. Kondisi ini selanjutnya memicu

meningkatnya peralihan lapangan pekerjaan di perdesaan menjadi ke arah non pertanian

dan mendorong terjadinya migrasi penduduk ke perkotaan untuk mendapatkan

penghidupan yang lebih layak.

Berdasarkan data Ditjen PUM Kementerian Dalam Negeri, pada tahun 2014 terdapat

514 kabupaten/kota dengan jumlah desa sebanyak 74.095 desa. Berdasarkan analisis

KDPDTT, dari jumlah desa tersebut terdapat 39.091 (52,79%)desa yang berstatus tertinggal

dan 17.268 (23,32%) yang berstatus sangat tertinggal. Jumlah desa tertinggal berdasarkan

wilayah disajikan pada Tabel berikut.

Page 19: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

19

TABEL 1.3 JUMLAH DESA TERTINGGAL BERDASARKAN WILAYAH PULAU BESAR

No Wilayah Pulau Jumlah Desa1)

Jumlah Desa

Tertinggal2) %

Jumlah Desa

Sangat Tertinggal2)

%

1 Sumatera 22.056 12.482 56,59% 8.241 37,36%

2 Jawa 22.458 15.087 67,18% 806 3,59%

3 Kalimantan 6.382 3.063 47,99% 1.702 26,67%

4 Sulawesi 8.233 4.398 53,42% 1.213 14,73%

5 Nusa Tenggara & Bali 3.599 2.277 63,27% 424 11,78%

6 Maluku 1.958 782 39,94% 833 42,54%

7 Papua 5.204 1.002 19,25% 4.049 77,81%

Total Kabupaten/Kota (514 Kab/Kota)

74.045 39.091 52,79% 17.268 23,32%

Sumber: 1) Dirjen PUM Kemendagri. Desember 2014

2) Data PODES, 2011 (diolah), Kemendes, PDT, Trans, 2014

Metode yang dipakai dalam penetapan desa tertinggal ini adalah dengan metode

analisis kuantitatif, yaitu dengan memberikan nilai/scoring pada setiap indikator yang

digunakansesuai dengan tingkat kebutuhan dasar yang seharusnya dimiliki oleh suatu desa

dengan membagi menjadi beberapa kriteria utama dan memberikan nilai/scoring pada

setiap kriteria dan sub kriteria. Teknik penyusunan penetapan desa tertinggal ini dilakukan

dengan pemetaan kewilayahan yang terbagi menjadi 2 (dua) wilayah, yaitu Desa Tertinggal

di KBI dan Desa Tertinggal di KTI yang selanjutnya dijabarkan dalam pembagian wilayah

kepulauan. Adapun Kriteria Utama yang digunakan adalah sebagai berikut

1. Jumlah penduduk;

2. Sumber penghasilan utama penduduk;

3. Persentase (%) rumah tangga pengguna listrik;

4. Bahan bakar untuk memasak;

5. Tempat buang air besar;

6. Fasilitas pendidikan;

7. Fasilitas kesehatan;

8. Rata-rata jarak mencapai fasilitas kesehatan;

9. Kemudahan mencapai fasilitas kesehatan;

Page 20: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

20

10. Ketersediaan tenaga kesehatan;

11. Jenis air bersih yang digunakan;

12. Jenis permukaan jalan desa;

13. Sarana komunikasi; dan

14. Keberadaan pasar.

Adanya disparitas kualitas sumber daya manusia antarwilayah, perbedaan

kemampuan perekonomian antardaerah, serta belum meratanya ketersediaan infrastruktur

antarwilayah mendukung fakta kesenjangan antarwilayah. Kondisi rendahnya pencapaian

pembangunan tersebut diidentifikasi sebagai daerah tertinggal yang merupakan dampak

dari rendahnya indeks kemajuan pembangunan ekonomi, sumberdaya manusia, dan

penurunan angka kemiskinan.

Menurut PP Nomor 78 Tahun 2014, Daerah Tertinggal didefinisikan sebagai daerah

kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan

daerah lain dalam skala nasional. PadaBab II tentang Kriteria dan Penetapan Daerah

Tertinggal, Bagian Kesatu tentang Kriteria Daerah Tertinggal, Pasal 4 Ayat (2), bahwa “Selain

berdasarkan 6 (enam) kriteria suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal, maka

dapat dipertimbambangkan karakteristik daerah tertentu”. Selanjutnya dalam penjelasan PP

No. 78 Tahun 2014 tersebut, bahwa yang dimaksud dengan “Daerah Tertentu” adalah

daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

perbatasan, terdepan, terluar, dan pasca konflik sesusi dengan ketentuan perundang-

undangan.

Pembangunan daerah tertinggal adalah suatu proses, upaya, dan tindakan secara

terencana untuk meningkatkan kualitas masyarakat dan wilayah yang merupakan bagian

integral dari pembangunan nasional. Sebagai bentuk afirmasi kebijakan pembangunan di

daerah pinggiran termasuk di dalamnya daerah tertinggal perlu dilakukan langkah-langkah

percepatan. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Tertentu) mengandung arti

keberpihakan dan penajamaan terhadap pembangunan daerah tertinggal di bidang

perencanaan, pendanaan dan pembiayaan, serta penyelenggaraan pembangunan daerah

tertinggal.

Penetapan daerah tertinggal berdasarkan enam kriteria utama yaitu ekonomi, sumber

daya manusia, infrastruktur, kapasitas keuangan daerah, aksesibilitas, dan karakteristik

Page 21: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

21

daerah. Hal inilah yang mendasari diperlukannya upaya pembangunan daerah tertinggal

yang terencana dan sistematis agar kesenjangan antara daerah tertinggal dan non tertinggal

dapat semakin dikurangi. Pada akhir periode RPJMN 2015-2019, Direktorat Jenderal

Pembangunan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) dapat mendorong pencapaian target

terentaskan sekitar 80 kabupaten tertinggal sebagai upaya membangun Indonesia dari

pinggiran melalui pemerataan pembangunan antarwilayah.Peta Persebaran dan

Perkembangan Daerah Tertinggal disajikan pada Gambar 1 berikut.

GAMBAR 1.6

PETA PERSEBARAN DAN PERKEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL

Pada RPJMN 2015-2019 ditetapkan 122 kabupaten tertinggal yang harus ditangani.

Penetapan ini merupakan hasil perhitungan bahwa pada periode RPJMN 2010-2014

ditangani sebanyak 183 kabupaten tertinggal, melalui upaya percepatan dapat terentaskan

sebanyak 70 kabupaten tertinggal, namun pada tahun 2013 terdapat 9 Daerah Otonom Baru

(DOB) hasilpemekaran yang masuk dalam daftar daerah tertinggal, sehingga secara

keseluruhan menjadi 122 kabupaten tertinggal.Dari gambar di atas dapat dilihat persebaran

daerah tertinggal di KTI lebih banyak dibandingkan KBI. Dari jumlah keseluruhan daerah

80 kab

122 – 80 kab

42 kab

Page 22: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

22

tertinggal, yaitu 122 kabupaten, di KTI terdapat 103 kabupaten kategori tertinggal atau

84,42 persen atau 49,76 persen dari jumlah keseluruhan kabupaten di Indonesia.

Jika dilihat per provinsi, maka Provinsi Papua dan Nusa Tenggara Timur memiliki

kabupaten tertinggal terbanyak. Di Provinsi Papua terdapat 26 kabupaten tertinggal atau

sebesar 89,66 persen dari 29 kabupaten, sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak

18 kabupaten tertinggal atau sebesar 81,82persen dari dari 22 kabupaten wilayahnya

berstatus daerah tertinggal. Persebaran lokasi daerah tertinggal menurut provinsi dan

wilayah secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 1.4 PENYEBARAN DAERAH TERTINGGAL MENURUT PROVINSI

DAN WILAYAH PULAU/ KAWASAN TAHUN 2015-2019

WILAYAH PROVINSI JUMLAH KABUPATEN/

KOTA

DAERAH TERTINGGAL

Jumlah %

SUMATERA

Aceh 23 1 4.35

Sumut 33 4 12.12

Sumbar 19 3 15.79

Sumsel 17 2 11.76

Bengkulu 10 1 10.00

Lampung 15 2 13.33

JAWA Jatim 38 4 10.53

Banten 8 2 25.00

KBI JUMLAH 163 19 11.66

NUSTRA NTB 10 8 80.00

NTT 22 18 81.82

KALIMANTAN

Kalbar 14 8 57.14

Kalteng 14 1 7.14

Kalsel 13 1 7.69

Kaltim 10 2 20.00

SULAWESI

Sulsel 24 1 4.17

Sulteng 11 9 81.82

Sultra 14 3 21.43

Gorontalo 6 3 50.00

Sulbar 6 2 33.33

MALUKU

Maluku 11 8 72.73

Maluku

Utara 10 6 60.00

PAPUA Papua Barat 13 7 53.85

Page 23: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

23

WILAYAH PROVINSI JUMLAH KABUPATEN/

KOTA

DAERAH TERTINGGAL

Jumlah %

Papua 29 26 89.66

KTI JUMLAH 207 103 49.76

NASIONAL JUMLAH 370 122 32.97

Apabila dikelompokkan berdasarkan wilayah Pulau Besar dan Kawasan dapat

digambarkan sebagai berikut:

TABEL 1.5

PENYEBARAN DAERAH TERTINGGAL BERDASARKAN WILAYAH PULAU/ KAWASANTAHUN 2015-2019

No Wilayah Jumlah

Kab % DOB

A KBI 19 15,57% 2

1. Sumatera 13 10,66% 2

2. Jawa & Bali 6 4,92% -

B KTI 103 84,43% 7

1. Kalimantan 12 9,84% 1

2. Sulawesi 18 14,75% 4

3. Nusa Tenggara 26 21,31% 1

4. Maluku 14 11,48% 1

5. Papua 33 27,05% -

Jumlah 122 100% 9

Kinerja pembangunan daerah tertinggal erat kaitannya dengan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) sebagai subjek pembangunan. Kualitas SDM diukur melalui pencapaian

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Akhir tahun 2012 pencapaian IPM di daerah tertinggal

sebesar 68,04, jauh di bawah rata-rata nasional yakni 73,29. Rendahnya IPM di daerah

tertinggal terkait dengan rendahnya aksesibilitas terhadap sarana pendidikan, kesehatan,

dan sumber-sumber ekonomi, selanjutnya kondisi ini berdampak pada rendahnya

produktivitas masyarakat daerah tertinggal. Secara lebih detail kondisi daerah tertinggal jika

dibandingkan dengan angka nasional disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Page 24: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

24

TABEL 1.6 KONDISI UMUM DAERAH TERTINGGAL

NO KETERANGAN

RATA-RATA

DAERAH

TERTINGGAL

RATA-RATA

NASIONAL

1. PDRB Harga Konstan (Rp.Juta) 1.769.117 4.652.442

2. Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,93 6,3

3. Pendapatan Per Kapita (Rp Ribu) 5.550 10.671

4. Pengangguran (%) 5,41 7,24

5. Penduduk Miskin (%) 19,36 11,66

6. Jalan Tidak Mantap (%) 55,41 48,78

7. Desa dengan Jalan Tidak Beraspal (%) 47,12 33,99

8. Keluarga Pengguna Listrik PLN (%) 63,9 72,4

9. Keluarga Pengguna Listrik Non PLN (%) 21 17,7

10. Elektrifikasi (%) 76,9 83,18

11. Desa Pengguna Air Bersih Untuk

Minum/Memasak (%)

55,58 66,55

12. Desa Tidak Terjangkau Sinyal Seluler(%) 47,97 32,11

13. Desa Tidak Terjangkau siaran TVRI (%) 78,18 48,63

14. Rata-Rata Jarak SD (Km) 13,5 8,73

15. Rata-Rata Jarak SMP (Km) 13,43 7,97

16. Rata Rata Jarak Puskesmas (Km) 14,22 8,91

17. Rata Rata Jarak Puskesmas Pembantu (Km) 12,96 7,6

18. Rata Rata Ketersediaan Dokter / Kecamatan 8,77 11,2

19. Rata Rata Ketersediaan Bidan / Desa 1,06 1,12

20. Rata Rata Ketersediaan Paramedis / Kecamatan 39,58 37,46

21. Rata-Rata Jarak Praktek Dokter (Km) 34,00 18,51

22. Rata-Rata Jarak Praktek Bidan (Km) 34,36 16,69

23. Jumlah Aparatur Daerah Berdasarkan

Pendidikan:

A. SMA 92,28 89,85

B. D1/D2/D3 2,48 3,03

C. D4/S1 5,02 6,70

D. S2/S3 0,22 0,42

24. Rata-Rata Jarak ke Kantor Kecamatan (Km) 12,61 10,32

25. Rata-Rata Jarak ke Kantor Kabupaten (Km) 53,97 48,25

26. Rata-Rata Jarak Menuju Pasar (Km) 25,02 14,83

27. Rata-Rata Jarak Lembaga Keuangan (Bank

Umum) (Km)

45,02 24,92

28. Angka Melek Huruf (%) 88,21 93,25

29. Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 7,31 7,9

Page 25: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

25

NO KETERANGAN

RATA-RATA

DAERAH

TERTINGGAL

RATA-RATA

NASIONAL

30. Angka Harapan Hidup (Tahun) 67,05 69,87

31. IPM 68,04 73,29 Sumber: BPS 2012, Data PU 2010, Podes 2011, Diolah

Sebagaimana dinamika perubahan lingkungan strategis yang telah dijelaskan diatas

baik secara aspek internal maupun eksternal, maka Ditjen PDTu harus melakukan upaya-

upaya kearah yang lebih baik lagi agar pengaruh lingkungan strategis tersebut dapat

menjadi suatu peluang bukan ancaman yang dapat mempengaruhi Peran Kementerian

Desa, PDTu dan Transmigrasi secara umum dan peran Ditjen PDTu secara khusus sebagai

unit yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program pembangunan daerah tertentu.

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, menjadi dasar identifikasi atas

kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan terhadap pecapaian tujuan organisasi sesuai

peran dan kewenangan PDTu melalui analisa SWOT sehingga diharapkan Ditjen PDTu dapat

menentukan arah strategi dan kebijakan Ditjen PDTu kedepan agar dapat terwujud tujuan

dan sasaran organisasi Ditjen PDTu dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapun identifikasi

kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan terhadap pecapaian tujuan organisasi sesuai

peran dan kewenangan PDTu tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kesenjangan pembangunan antarwilayah di Indonesia masih merupakan tantangan

yang harus diselesaikan dalam pembangunan kedepan terutama kawasan daerah

tertentu. Kesenjangan pembangunan antarwilayah dalam jangka panjang bisa

memberikan dampak pada kehidupan sosial masyarakat. Kesenjangan antarwilayah

tersebut berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai. Upaya-

upaya pembangunan yang lebih berpihak kepada kawasan daerah tertentu menjadi

suatu keharusan untuk menangani tantangan ketimpangan dan kesenjangan

pembangunan.

2. Masih adanya ketidakmerataan pembangunan dan keadilan hasil-hasil pembangunan.

Ketimpangan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menggambarkan masih

besarnya kemiskinan dan kerentanan. Hal ini dicerminkan oleh angka kemiskinan yang

turun melambat dan angka penyerapan tenaga kerja yang belum dapat mengurangi

Page 26: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

26

pekerja rentan secara berarti. Tiga kelompok rumah tangga yang diperkirakan berada

pada 40 persen penduduk berpendapatan terbawah adalah:

3. Angkatan kerja yang bekerja tidak penuh, terdiri dari yang bekerja paruh waktu,

termasuk dalamnya adalah rumah tangga nelayan, rumah tangga petani berlahan

sempit, rumah tangga sektor informal perkotaan, dan rumah tangga buruh perkotaan;

4. Usaha Mikro Kecil (UMK), termasuk rumah tangga yang bekerja sebagai pekerja

keluarga; dan

5. Penduduk miskin yang tidak memiliki aset maupun pekerjaan.

6. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana publik dasar di daerah tertinggal.

Permasalahan keterbatasan ketersediaaan sarana dan prasarana publik dasar menjadi

permsalahan yang pokok dan krusial di daerah tertinggal hingga saat ini. Penyediaan

sarana dan prasarana publik dasar merupakan kewajiban dan tanggung jawab

pemerintah, meskipun pihak swasta dan masyarakat pun memiliki peranan. Masih

terbatasnya sarana dan prasarana publik dasar akan menghambat upaya percepatan

pembangunan daerah tertinggal di daerah tertentu dan peningkatan kesejahteraannya.

7. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dan tingkat kesejahteraan. Kondisi ini

ditandai masih rendahnya beberapa indikator terkait dengan pembangunan sumber

daya manusia (SDM) dan kesejahteraan sosial, yaitu Indeks Pembangunan Manusia

(IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Sumber

daya manusia merupakan modal utama dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu,

kualitas SDM harus terus ditingkatkan sehingga mampu memberikan daya saing yang

tinggi. Upaya tersebut dapat dilakukan pengendalian penduduk, peningkatan taraf

pendidikan, dan peningkatan derajat kesehatan dan gizi masyarakat.

8. Rendahnya produktivitas masyarakat di daerah tertinggal. Masih rendahnya IPM dan

masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran serta aktivitas ekonomi yang

masih rendah di daerah tertinggal mengakibatkan masih rendahnya produktivitas

masyarakat di daerah tertinggal. Untuk meningkatkan produktivitas masyarakat di

daerah tertinggal dapat dilakukan melalui pemberdayaan, baik pemberdayaan dari

aspek ekonomi, sosial, dan kelembagaan.

Page 27: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

27

9. Lemahnya sendi-sendi perekonomian bangsa terlihat dari belum terselesaikannya

persoalan kemiskinan, kesenjangan sosial, kesenjangan antarwilayah, kerusakan

lingkungan hidup akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, dan

ketergantungan dalam hal pangan, energi, keuangan, dan teknologi. Negara tidak

mampu memanfaatkan kandungan kekayaan alam yang besar, baik yang mewujud

maupun bersifat non-fisik bagi kesejahteraan rakyatnya. Harapan akan penguatan

sendi-sendi ekonomi bangsa menjadi semakin jauh ketika negara tidak mampu

memberi jaminan kesehatan dan kualitas hidup yang layak bagi warganya, gagal dalam

memperkecil ketimpangan dan ketidakmerataan pendapatan nasional, dan penyediaan

pangan yang mengandalkan impor.

10. Adanya regulasi yang tidak memihak/disharmonis terhadap percepatan pembangunan

daerah tertinggal dan daerah tertentu. Masih adanya regulasi yang tidak/belum

memihak terhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal dan daerah tertentu

yang menimbulkan disharmoni antar kebijakan, inefisiensi, dan kontra produktif,

sehingga upaya akselerasi atau percepatan pembangunan daerah tertinggal dan daerah

tertentu menjadi terhambat. Oleh karena itu, perlu adanya revisi terhadap beberapa

regulasi yang tidak sejalan dengan upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal

termasuk didalamnya daerah tertentu.

11. Belum optimalnya kebijakan yang afirmatif bagi percepatan pembangunan daerah

tertinggal (tertentu). Pembangunan daerah tertentu harus dilaksanakan secara lebih

terfokus, integral, dan komprehensif serta adanya keperpihakan (afirmasi) baik dari

aspek kebijakan, perencanaan, dan penganggaran. Belum optimalnya kebijakan

afirmatif terhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal menjadi kendala

tersendiri dalam memobilisasi berbagai sumberdaya pembangunan untuk diarahkan ke

daerah tertentu.

12. Masih lemahnya koordinasi antar pelaku pembangunan untuk percepatan

pembangunan daerah tertinggal di daerah tertentu, mengakibatkan pengelolaan

pembangunan dan sumberdaya pembangunan menjadi tidak optimal, tidak fokus, dan

cenderung inefisiensi. Ego sektoral dan ego kedaerahan di era otonomi dan

desentralisasi masih mewarnai pembangunan di Indonesia.

Page 28: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

28

13. Belum optimalnya pengelolaan potensi sumberdaya lokal dalam pengembangan

perekonomian di daerah tertinggal. Daerah tertinggal sesungguhnya memiliki potensi

sumberdaya wilayah yang besar. Namum demikian, potensi sumberdaya yang besar

tersebut belum dapat dikelola secara optimal bagi pengembangan perekonomian

wilayah atau daerah. Kebijakan pembangunan yang belum memihak terhadap

pengembangan ekonomi wilayah berbasis potensi sumberdaya lokal, ketersediaan

infrastruktur wilayah yang terbatas dan belum memadai, serta ketersediaan kualitas

SDM yang masih rendah turut berkontribusi menghambat upaya pengelolaan

sumberdaya lokal di daerah tertinggal secara optimal.

14. Kurangnya aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan wilayah.

Daerah tertinggal yang notabene sebagian besar adalah daerah hinterland dari pusat-

pusat pertumbuhan merupakan daerah dengan tingkat aksesibiltas rendah, karena

keterbatasan infrastruktur wilayah, terutama infrastruktur transportasi, komunikasi,

dan enegi. Perkembangan daerah tertinggal rendah dan lambat karena masih lemahnya

konektivitas antarwilayah, terutama antar daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan

wilayah.

15. Belum adanya insentif terhadap sektor swasta dan pelaku usaha untuk berinvestasi di

daerah tertentu. Pembangunan daerah tertentu kedepan harus terus didorong melalui

kebijakan fiskal maupun non fiskal. Pemberian insentif terhadap sektor swasta dan

pelaku usaha merupakan kebijakan non fiskal untuk memdorong peningkatan investasi

di daerah tertinggal. Hal ini karena daerah tertinggal, aspek ekonomi, geografis, dan

ketersediaan infrastruktur untuk menunjang kegiatan ekonomi wilayah masih terbatas

atau banyak mengalami kendala.

16. Bonus demografi merupakan peluang, karena dengan meningkatnya jumlah dan

proporsi penduduk usia produktif memberikan peluang untuk pertumbuhan ekonomi.

Namun hal ini tidak otomatis akan terjadi, perlu adanya kebijakan yang tepat untuk

mempersiapkan SDM yang berkualitas, sehat dan terdidik, tenaga kerja yang terampil

dan produktif, mampu menjaga penurunan Angka Kelahiran Total (TFR/Total Fertility

Rate), stabilitas ekonomi yang mampu menyediakan lapangan kerja, fleksibilitas pasar

tenaga kerja, keterbukaan perdagangan dan saving, serta menjaga . Jika tidak, maka

akan terjadi dampak yang buruk, seperti tingginya penganguran, konflik sosial, dan

Page 29: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

29

tekanan pada pangan dan lingkungan dan dan peningkatan jumlah penduduk miskin

terutama di daerah pinggiran Indonesia. Oleh karena itu, bonus demografi Indonesia

yang secara nasional telah terjadi dan akan mencapai puncaknya pada satu hingga tiga

dekade mendatang harus dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah. KDPDTT akan berperan

serta untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan,

pelatihan serta penyediaan lapangan kerja/peluang berusaha di berbagai wilayah desa,

daerah-daerah tertinggal dan kawasan transmigrasi terkait dengan investasi yang

berbasis pengelolaan sumber daya alam.

Rangkuman analisa pengaruh lingkungan strategis diatas dapat dilihat dalam Tabel

berikut:

TABEL 1.7 RANGKUMAN ANALISIS SWOT

Hasil Pembahasan (SWOT)

Strengths 2. Sarana dan Prasarana yang memadai

3. Adanya Komitmen Pimpinan

4. Memiliki Kewenangan dan tupoksi yang jelas

Weaknesses 1. Masih terbatas nya jumlah dan Kualitas SDM rendah

2. Belum Optimalnya perubahan paradigma (mindset dan

cultureset)

3. Masih terbatasnya dukungan IT

4. Adanya tumpang tindih kewenangan (antar unitk kerja ke

Ditjen Lainnya seperti Ditjen Desa dengan Ditjen PDTu dll)

5. Belum optimalnya pelaksanaan SOP tugas dan kewenangan

6. Belum ditetapkan Jabatan Fungsional

Opportunities 1. Koordinasi antar lembaga yang semakin kuat

2. Adanya insentif terhadap sektor swasta dan pelaku usaha

3. Tersedianya potensi sumberdaya lokal

4. bonus demografi Indonesia

5. Undang-Undang tentang Desa

Threats 1. Kurangnya aksesibilitas daerah tertinggal

Page 30: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

30

Hasil Pembahasan (SWOT)

2. Adanya Tumpang Tindih Kewenangan(Kemensos, BNPB dll)

3. Masih lemahnya koordinasi antar pelaku pembangunan

4. Adanya regulasi yang tidak memihak/disharmonis

5 Jumlah Penduduk yang semakin besar

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut diatas, maka Ditjen PDTu perlu

memperkuat penguatan organisasi agar faktor-faktor lingkungan strategis yang

mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat pencapaian

tujuan dan sasaran organisasi DItjen PDTu periode 2015-2019. Dilihat dari keseimbangan

pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan serta pengaruh lingkungan

eskternal antara peluang dan ancaman. Posisi organisasi Ditjen PDTu harus melakukan

pengembangan dan perluasan organisasi agar dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan

organisasi Ditjen PDTu periode 2015-2019. Untuk itu, Ditjen PDTu harus memiliki bisnis

proses yang jelas dan terarah. Dibawah ini adalah bisnis proses Ditjen PDTu untuk periode

2015-2019.

GAMBAR 1.7 BISNIS PROSES PDTU

Untuk itu, sesuai dengan bisnis proses pada gambar diatas, dalam melaksanakan

peran dan kewenangan yang optimal sesuai dengan peran dan kewengan Ditjen PDTu

sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam meningkatkan kualitas pembangunan

daerah tertentu maka diusulkan penguatan Peran dan Kewenangan Ditjen PDTu untuk

periode 2015-2019 sebagaimana Tabel dibawah ini:

Page 31: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

31

TABEL 1.8 PENGUATAN PERAN DITJEN PDTU TAHUN 2015-2019

Penguatan

Kebijakan dan Pelaksanaan

Kebijakan Pengembangan Daerah

Tertentu.

1. Penyusunan Standar, Kriteria, Pedoman, dan

Prosedur,

2. Penyusunan Peta Pengembangan Daerah

tertentu

3. pelaksanaa pengembangan daerah

perbatasan, da erah pulau kecil dan terluar,

serta

4. penanganan daerah rawan bencana, daerah

pasca konflik, dan daerah rawan pangan

Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan

Pembinaan dan Bimbingan Teknis,

Supervisi, dan Evaluasi.

1. Pemberian pembinaan dan bimbingan teknis,

supervisi, dan evaluasi bagi Daerah Tertentu.

2. Peningkatan kerjasama dengan instansi

terkait dalam bidang pengembangan daerah

tertentu

3. Penyusunan Program Monitoring dan Evaluasi

4. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

Page 32: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

32

BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH

TERTENTU

2.1 Visi Pembangunan Nasional 2015-2019

Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Kementerian Desa, PDTu dan Transmigrasi

disusun berdasarkan amanat yang telah digariskan dalam visi dan misi pembangunan

nasional 2015-2019. Adapun Visi pembangunan nasional sebagaimana yang tertuang dalam

RPJMN 2015-2019 adalah berikut:

Sejalan dengan visi tersebut, maka pengertian kata berdaulat, mandiri,

berkepribadian, dan gotong royong dapat dijelaskan sebagai berikut:

Berdaulat : Mempunyai kekuasaan tertinggi atas pemerintahan suatu negara.

Mandiri : Suatu kondisi dalam keadaan dapat berdiri sendiri dan berusaha tidak

bergantung dengan lainnya dalam konteks pemerintahan maupun

kenegaraan.

Berkepribadian : Keseluruhan cara pandang pemerintahan/negara dalam rangka bereaksi

dan berinterakasi dengan pemerintahan/negara lainnya.

Gotong Royong : Suatu sikap ataupun prinsip ataupun kegiatan yang dilakukan oleh

anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong menolong dalam

menyelesaikan masalah dengan suka rela dan tanpa adanya imbalan

dalam lingkup suatu pemerintahan.

“Mewujudkan Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

Page 33: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

33

2.2 Misi Pembangunan Nasional 2015-2019

Untuk mewujudkan visi pembangunan nasional di atas, telah ditetapkan 7 (tujuh) misi

pembangunan nasional, sebagai berikut:

TABEL 2.1

MISI PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015-2019

No. MISI

1 Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan

mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2 Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan

negara hukum.

3 Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara

maritim.

4 Mewujdukan kualitas hidup bangsa Indoensia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5 Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6 Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional.

7 Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dan berkebudayaan.

Visi dan misi Presiden tersebut sekaligus sebagai visi dan misi Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, sebagaimana dinyatakan oleh Presiden

pada rapat perdana Kabinet Kerja, tanggal 27 Oktober 2014, bahwa “Tugas kita semua dan

utama adalah menjalankan visi dan misi Presiden. Tidak ada lagi yang namanya visi dan

misi menteri.Karena yang ada hanya program operasional menteri.Sekali lagi yang ada

program operasional menteri”. Dengan adanya satu visi dan misi Presiden, diharapkan akan

terjadi sinergi lintas Kementerian/Lembaga dalam melaksanakan program-program

pembangunan dan sekaligus akan mengurangi ego sektoral yang selama ini disinyalir

sebagai penghambat pembangunan.

Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla telah

mempersiapkan program-program aksi untuk mengatasi beberapa masalah mendesak yang

Page 34: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

34

menyangkut hajat hidup rakyat sekaligus untuk membangun fondasi bagi implementasi

kebijakan hingga tahun 2019. Beberapa program strategis juga telah disiapkan untuk

menjalankan tujuh misi dan sembilan agenda strategis prioritas (Nawa Cita) untuk masa

pemerintahan lima tahun ke depan.

Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno dalam Pidato Trisakti tahun 1963

menegaskan, Indonesia harus: (1) Berdaulat secara politik; (2) Berdikari secara ekonomi;

dan (3) Berkepribadian secara sosial budaya. Konsep Tri Sakti Bung Karno inilah yang

digunakan Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan amanahnya dalam 5 tahun ke

depan.

2.3 Tujuan Pembangunan Nasional

Pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan terencana dalam tahapan

jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan. Sesuai dengan arahan RPJPN 2005-

2025, visi pembangunan nasional tahun 2005 – 2025 adalah: Indonesia yang maju dan

mandiri, adil dan demokratis, serta aman dan bersatu dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Sedangkan dalam pembangunan Tahap III,RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih

memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan

pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya

alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang terus meningkat.

2.4 Sasaran Strategis Pembangunan Nasional

Setelah ditetapkannya Visi dan Misi Presiden, selanjutnya ditetapkan Sasaran Strategis

Pembangunan Nasional yang merupakan terjemahan dari Visi dan Misi Presiden yaitu

Sembilan Agenda Strategis Prioritas dalam pemerintahan lima tahun ke depan atau yang

disebut dengan NAWACITA. Nawacita menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan

menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan

berkepribadian dalam kebudayaan.

Kesembilan Agenda Strategis Prioritas atau yang disebut Nawacita adalah sebagai

berikut:

1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan

rasa aman kepada seluruh warga negara.

Page 35: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

35

2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang

bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan.

4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga

bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis

ekonomi domestik.

8) Melakukan revolusi karakter bangsa.

9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Berdasarkan sasaran nawacita tersebut diatas untuk menuju Indonesia yang

berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam

kebudayaan maka NAWACITA tersebut difokuskan pada tujuh isu strategis nasional yang

memerlukan koordinasi dan sinergi antar Kementerian/Lembaga/Daerah. Ketujuh isu

strategis nasional tersebut adalah:

1) Kedaulatan pangan

2) Kedaulatan energi

3) Kemaritiman

4) Industri/Kawasan Industri

5) Pariwisata

6) Revolusi mental

7) Kawasan Perbatasan dan daerah tertinggal

Sesuai dengan kewenangan dan peran Kementerian Desa, PDTu dan Transmigrasi

maka salah satu sasaran strategis pembangunan nasional yang menjadi tanggungjawab

adalah “Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan

Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan”, sebagaimana disebutkan pada Prioritas Nawacita

ke-3. Membangun dari pinggiran harus dipahami dalam perspektif yang utuh, yakni sebagai

Page 36: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

36

afirmasi untuk mendorong kegiatan ekonomi yang selami ini kurang diprioritaskan

pemerintah. Kegiatan ekonomi dalam wujud wilayah (perdesaan/perbatasan/daerah

tertinggal), sektor (pertanian), pelaku (usaha mikro dan kecil), atau karakter aktivitas

ekonomi (tradisional).

Visi Misi Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK tersebut mencanangkan

pembangunan Indonesia dengan memperkuat dan memberdayakan desa. Pembangunan

dari pinggiran harus diperlakukan sebagai model pembangunan yang mencoba membangun

keterkaitan (linkage), keselarasan (harmony) dan kemitraan (partnership). Jika model ini

yang dijalankan, maka kemajuan wilayah perdesaan, pertanian, usaha mikro dan kecil, dan

tradisional sekaligus akan mendorong daerah perkotaan, industri/jasa, usaha menengah dan

besar, serta aktivitas ekonomi modern.

Untuk mencapai sasaran tersebut dapat dilakukan dengan upaya sebagai berikut :

1) Peletakan dasar-dasar kebijakan desentralisasi asimetris yaitu dengan melaksanakan

kebijakan keberpihakan (affirmative policy) kepada daerah-daerah yang saat ini masih

tertinggal, terutama

a. kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar;

b. daerah tertinggal dan terpencil;

c. desa tertinggal;

d. daerah-daerah yang kapasitas pemerintahannya belum cukup memadai dalam

memberikan pelayanan publik.

2) Pemerataan pembangunan antar wilayah terutama Kawasan Timur Indonesia

a. Pengembangan Kawasan Strategis

b. Pembangunan Perkotaan

c. Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa

d. Tata Ruang

3) Pengurangan ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat

a. Menciptakan pertumbuhan inklusif

b. Memberikan perhatian khusus kepada usaha mikro dan kecil

c. Memperluas ekonomi perdesaan dan mengembangkan sektor pertanian

Page 37: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

37

2.5 Tujuan Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi

Untuk mencapai sasaran strategis pembangunan nasional tersebut maka Kementerian

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mempunyai Tujuan organisasi yang

akan dicapai dalam periode lima tahun ke depan adalah sebagai berikut:

1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta

penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan dan pemberdayaan masyarakat

desa;

2) mempercepat pembangunan desa-desa mandiri serta membangun keterkaitan

ekonomi lokal antara desa dan kota melalui pembangunan kawasan perdesaan;

3) meningkatkan percepatan pembangunan di daerah tertinggal untuk mengurangi

kesenjangan pembangunan antara daerah tertinggal dengan daerah maju;

4) meningkatkan ketersediaan sarana-prasarana dasar dan aksesibilitas di wilayah

perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar (TUJUAN DITJEN PDTu);

5) meningkatkan derajat ketahanan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi

bencana, rawan pangan, dan konflik sosial(TUJUAN DITJEN PDTu);

6) menyiapkan dan meningkatkan pembangunan serta pengembangan satuan

permukiman dan desa di kawasan transmigrasi utamanya pada kawasan perbatasan,

daerah tertinggal, kawasan perdesaan;

7) meningkatkan pembangunan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di

kawasan transmigrasi utamanya pada kawasan perbatasan, daerah tertinggal,

kawasan perdesaan yang terkonektifitas dengan pusat kegiatan ekonomi wilayah;

8) percepatan pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan baru yang

terintegrasi dalam suatu kesatuan pengembangan ekonomi wilayah untuk

mewujudkan keterkaitan desa dan kota.

2.6 Sasaran Strategis Pengembangan Daerah Tertentu

Sasaran pengembangan daerah tertentu, meliputi :

1. Meningkatnya kualitas kebijakan pembangunan daerah tertentu;

2. Terentaskannya dari ketertinggalan minimal 50 daerah tertinggal di daerah tertentu,

3. Meningkatnya pengembangan daerah perbatasan dan daerah pulau kecil dan terluar

1) Meningkatnya konektifitas, sarana prasarana dasar, dan kesejahteraan

masyarakat di 187 kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) yang tersebar di 41

Page 38: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

38

kabupaten yang memiliki perbatasan Negara, dengan fokus pada 10 dari 26 Pusat

Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang diprioritaskan selama tahun 2015-2019;

2) Meningkatnya konektifitas, sarana prasarana dasar, dan kesejahteraan

masyarakat di 29 kabupaten yang memiliki pulau kecil dan pulau terluar;

4. Meningkatnya Penanganan daerah rawan pangan, daerah rawan bencana, dan daerah

pascakonflik.

1) Meningkatnya ketahanan pangan di 57 kabupaten daerah rawan pangan;

2) Meningkatnya 58 kabupaten rawan bencana menjadi tangguh bencana;

3) Meningkatkan ketangguhan 16 kabupaten daerah rawan dan pasca konflik.

2.7 Fokus Prioritas

Fokus Prioritas Direktorat Pengembangan Daerah Tertentu (PDTu) tahun 2015-2019

adalah:

1) Pengembangan daerah perbatasan dan daerah pulau kecil dan terluar.

2) Penanganan daerah rawan pangan, daerah rawan bencana, dan daerah pascakonflik.

TABEL 2.2

TUJUAN, SASARAN STRATEGIS, DAN INDIKATOR KINERJA

Tujuan Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Mengentaskan

ketertinggalan daerah

tertinggal di daerah

tertentu

Terentaskannya

Daerah Tertinggal

di Daerah Tertentu

Jumlah daerah tertinggal yang

memiliki karakteristik kewilayahan

dan kondisi situasional tertentu

yang terentaskan minimal di 50

daerah tertinggal di daerah

tertentu

Meningkatkan

ketersediaan sarana-

prasarana dasar,

aksesibilitas dan ekonomi

di wilayah perbatasan dan

pulau-pulau kecil terluar

(TUJUAN KE 4 DARI

TUJUAN KEMENDES,

PDTU DAN

TRANSMIGRASI)

Meningkatnya

pengembangan

daerah perbatasan

dan daerah pulau

kecil dan terluar

Prosentase kualitas sarana-

prasarana dasar dan aksesibilitas

yang dihasilkan

Jumlah Kecamatan sebagai Lokasi

Prioritas (Lokpri) yang tersebar di

41 kabupaten

Jumlah Kabupaten yang

terkonektifitas, sarana prasarana

dasar yang memiliki pulau kecil dan

Page 39: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

39

pulau terluar

Meningkatkan derajat

ketahanan masyarakat

dan pemerintah dalam

menghadapi bencana,

rawan pangan, dan konflik

social (TUJUAN KE 5 DARI

TUJUAN KEMENDES,

PDTU DAN

TRANSMIGRASI)

Meningkatnya

Penanganan daerah

rawan pangan,

daerah rawan

bencana, dan

daerah pascakonflik

Prosentase ketersediaan sapras

pendukung dalam penanganan

bencana, rawan pangan, dan

konflik sosial .

Jumlah kabupaten daerah rawan

pangan yang ditangani

Jumlah Kabupaten rawan bencana

menjadi tangguh bencana

Jumlah Kabupaten bebas daerah

rawan dan pasca konflik

2.8 Lokus Prioritas

Lokus Prioritas Direktorat Pengembangan Daerah Tertentu (PDTu) tahun 2015-2019

adalah 57 kabupaten rawan pangan, 187 lokasi prioritas di 41 kabupaten perbatasan, 29

kabupaten yang memiliki pulau terpencil dan terluar, 58 kabupaten rawan bencana, dan

pascakonflik, dengan perhatian di daerah tertinggal dan di kawasan timur Indonesia.

Page 40: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

40

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

3.1.1 Dasar-dasar Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional

Dasar-dasar Strategi Pembangunan Nasional adalah sebagai berikut:

1) Membangun tanpa meningkatkan ketimpangan wilayah;

2) Memanfaatkan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan;

4) Ekonomi harus berorientasi dan berbasiskan pada sector dan jenis usaha yang

memasukkan nilai tambah sebesar-besarnya dengan SDM berkualitas, inovasi,

kreatifitas dan penerapan teknologi yang tepat;

5) Pembangunan nasional sebagian besar adalah hasil agregasi dari pembangunan

daerah yang berkualitas.

3.1.2 Delapan Strategi Pembangunan Nasional Mewujudkan Nawacita

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional dan mewujudkan Sembilan

Agenda Prioritas Nasional (NAWACITA), terdapat delapan Strategi Pembangunan Nasional

untuk mewujudkan NAWACITA yaitu:

1) Penguatan tata kelola desa yang baik, melalui: (1) penyusunan peraturan pelaksanaan

UU Desa; (2) menyusun peraturan pelaksanaan perundang-undangan terkait dengan

UU Ketransmigrasian, dan PP Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal; (3)

peningkatan kapasitas pemerintah dan masyarakat desa;

Page 41: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

41

2) Mempercepat pemenuhan standar pelayanan minimum untuk pelayanan dasar di

perdesaan, daerah tertinggal dan kawasan transmigrasi;

3) Penguatan pendanaan pembangunan yang bersumber dari APBN, APBD, Dunia Usaha,

dan Masyarakat;

4) Mendorong investasi yang meningkatkan produktivitas rakyat;

5) Memanfaatkan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

6) Memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang keamanan, adminitrasi

kependudukan, pertanahan, akta-akta, dan sebagainya;

7) Peningkatan koneksitas melalui penyediaan infrastruktur transportasi dan

perhubungan di perdesaan, daerah tertinggal dan kawasan transmigrasi;

8) Peningkatan dan Penguatan koordinasi lembaga pusat dan daerah dan antar daerah.

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Daerah Tertentu

Berdasarkan arah kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional maka Ditjen PDTu

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya menetapkan arah kebijakan Pengembangan

Pembangunan Daerah Tertentu difokuskan pada:

1) Penanganan daerah rawan pangan melalui peningkatan produksi, kemudahan

ditribusi dan diversifikasi terutama pada komoditas pangan pokok yang dibutuhkan

masyarakat;

2) Peningkatan aksesibilitas, pelayanan dasar, dan kesejahteraan masyarakat dengan

pengembangan desa beranda Nusantara di wilayah perbatasan;

3) Peningkatan aksesibilitas, pelayanan dasar, dan kesejahteraan masyarakat dengan

pengembangan pulau kecil berdaya di Kabupaten yang memiliki pulau kecil dan

terluar;

4) Penanganan daerah rawan bencana dengan pengurangan risiko bencana dan

pengembangan desa tangguh bencana; dan

5) Penanganan daerah pasca konflik dengan rehabilitasi sosial dan ekonomi.

Page 42: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

42

Sedangkan Strategi pembangunan daerah tertentu, difokuskan pada :

1) Meningkatkan sarana dan prasaran produksi dan distribusi pangan;

2) Meningkatkan kualitas input produksi pangan seperti benih, bibit, pupuk dan

pendukungnya;

3) Menambah penyediaan lumbung/tempat penyimpanan pangan di perdesaan;

4) Pengembangan budidaya komoditas pangan alternatif dalam mendukung

diversifikasi pangan;

5) Meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah pulau kecil dan terluar

dengan pusat pertumbuhan melalui pembangunan sarana dan prasarana

transportasi, seperti: peningkatan akses jalan, jembatan, pelabuhan, serta pelayanan

penerbangan perintis dan pelayaran perintis;

6) Meningkatkan kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan kapasitas

tata kelola kelembagaan pemerintahan daerah perbatasan dan pulau kecil, terluar

dan terpencil, meliputi aspek peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan daerah,

kelembagaan, dan keuangan daerah melalui pengembangan pusat informasi;

7) Mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar

publik di daerah perbatasan, pulau kecil dan terluar, terutama di bidang pendidikan,

kesehatan, transportasi, air bersih, energi/listrik, telekomunikasi, perumahan dan

permukiman;

8) Meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat di lokasi prioritas dengan

pengembangan desa beranda nusantara di wilayah perbatasan;

9) Memberikan insentif khusus kepada tenaga kesehatan, pendidikan,, dan penyuluh

pertanian serta pendamping desa di daerah perbatasan dan daerah pulau kecil dan

terluar;

10) Meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat di daerah yang memiliki pulau-

pulau kecil, terluar dengan pengembangan pulau kecil berdaya;

11) Melakukan penguatan regulasi terhadap daerah tertentu dan pemberian insentif

kepada pihak swasta dalam pengembangan iklim usaha di daerah tertinggal salah

Page 43: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

43

satunya melalui harmonisasi peraturan perizinan antara pemerintah dan pemerintah

daerah;

12) Meningkatkan ketersediaan dan kualitas sarana dalam pengurangan risiko bencana;

13) Meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat mengurangi risiko bencana

dengan pengembangan desa tangguh bencana;

14) Meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam pencegahan,

rekonsiliasi, dan rehabilitasi konflik;

15) Meningkatkan koordinasi dan peran serta lintas sektor dalam upaya mendukung

pembangunan daerah tertentu melalui pengembangan kawasan perdesaan dan

transmigrasi sebagai program pembangunan lintas sektor.

3.3 Program dan Kegiatan

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Ditjen PDTu pada periode 2015-2019

menetapkan program pembangunan, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung

(generik), sebagai berikut:

a. Program teknis: Program Pembangunan Daerah Tertentu.

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Ditjen PDTu dalam

menghasilkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan

daerah perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan

bencana, daerah pasca konflik, dan daerah rawan pangan.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas

Ditjen PDTu sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pembangunan Daerah Tertentu..

1) Perumusan kebijakan di bidang pengembangan daerah perbatasan, daerah pulau

kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan bencana, daerah pasca konflik, dan

daerah rawan pangan yang mencakup wilayah I (Sumatera), Wilayah II (Jawa, Bali dan

Nusa Tenggara), Wilayah III (Kalimantan), Wilayah IV (Sulawesi dan Maluku), dan

Wilayah V (Papua);

Page 44: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

44

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan daerah perbatasan, daerah pulau

kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan bencana, daerah pasca konflik, dan

daerah rawan pangan;

3) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan daerah

perbatasan, daerah pulau kecil dan terluar, serta penanganan daerah rawan bencana,

daerah pasca konflik, dan daerah rawan pangan;

Sesuai dengan sasaran strategis Ditjen PDTu, maka perlu dijabarkan dalam sasaran

program dan kegiatan sesuai penanggungjawab unit organisasi eselon II dengan

mengunakan sebagaiman pada Tabel dibawah ini:

TABEL 3.1

PROGRAM, SASARAN PROGRAM, KEGIATAN DAN PENANGGUNGJAWAB

PROGRAM SASARAN

PROGRAM KEGIATAN

PENANGGUNGJAWAB

Program Pembangunan Daerah Tertinggal

Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai

a. Penyediaan bibit, benih, pupuk, pakan dan pestisida;

b. Pembangunan/peningkatan irigasi, jalan usaha tani, lumbung/gudang, kandang dan jalan penghubung;

c. Pembangunan/peningkatan sarana prasarana produksi hasil budidaya pertanian, peternakan dan perikanan;

d. Pengadaan sarana distribusi hasil pangan (pengadaan angkutan distribusi darat/laut);

e. Pembangunan rumah produksi.

Direktorat Penanganan Daerah Rawan Pangan

Terbangunnya akses layanan

a. Pengadaan PLTS 5 dan 10 Kwp; b. Pembangunan fasilitas air bersih; c. Pembangunan jembatan; d. Pembangunan jalan; e. Pembangunan embung; f. Pengembangan potensi sumber daya; g. Pembangunan media informasi televisi

(MIT); h. Pengadaan alat peraga untuk

pendidikan; i. Pembangunan pondok singgah.

Direktorat Pengembangan Daerah Perbatasan

Page 45: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

45

Tersedianya fasilitas penangan pasca konflik

a. Pembangunan bronjong/ pelindung tebing sungai/ laut;

b. Pengembangan desa tangguh bencana;

c. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih;

d. Pengadaan alat telekomunikasi (HT) pasca bencana alam.

Direktorat Penanganan Daerah Rawan Bencana

a. Fasilitasi pemulihan sosial dengan promosi perdamaian melalui media;

b. Fasilitasi pemulihan ekonomi penanganan daerah pasca konflik;

c. Fasilitasi rekonstruksi daerah pasca konflik;

d. Fasilitasi pembangunan pondok singgah di rute-rute jalan bagi pejalan kaki.

Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik

a. Pembangunan tambatan perahu; b. Pengadaan kapal 20 penumpang ( 5

GT); c. Pengadaan kapal 50 penumpang; d. Pengadaan kapal barang dan

penumpang; e. Pembangunan dermaga; f. Jaringan komunikasi dan informasi

desa; g. Peningkatan pembelajaran berbasis

alat peraga SD, SMP dan SMA; h. Peningkatan infrastruktur sarana

computer pendidikan untuk SD, SMP, SMA dan SMK;

i. Pengembangan potensi sumber daya di daerah pesisir;

j. Pengadaan keramba jaring apung (KJA);

k. Pembangunan (pengadaan) fasilitasi air bersih;

l. Pembangunan tambatan perahu; m. Pengadaan budidaya rumput laut.

Direktorat Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar

3.4 Kerangka Regulasi

Kerangka regulasi dimaksudkan untuk memberi arahan dan landasan (regulasi) dalam

melaksanakan kegiatan penyelenggaraan Negara dan pembangunan, dengan muatan

indikasi atau arahan kebijakan mengenai rancangan peraturan perundang-undangan yang

diusulkan dalam waktu tertentu (RPJMN ataupun RKP).

Page 46: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

46

Mempertimbangkan efisiensi anggaran yang terbatas serta berbagai dampak lain

yang sangat signifikan bagi masyarakat dan penyelenggaraan pembangunan, maka proses

penanganan kerangka regulasi sejak proses perencanaan juga dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan nasional yang tertib sehingga

memungkinkan setiap tindakan dapat memberikan manfaat yang lebih optimal. Inti dari

kerangka regulasi adalah upaya mewujudkan tertib peraturan perundang-undangan sejak

tahapan yang sangat awal, yaitu tahapan perencanaan dan penganggaran.

Oleh karena itu, beberapa produk regulasi yang perlu dipersiapkan oleh Ditjen PDTu

ke depannya antara lain:

1) Kepmen Penetapan Kelompok Kerja Pengembangan Daerah Tertentu;

2) Permen Penetapan indikator dan kriteria daerah tertentu;

3) Perpres Penetapan daerah tertentu dalam skala nasional;

4) Permen Penetapan Strategi Nasional (STRANAS) Pengembangan Daerah Tertentu

Tahun 2015-2019;

5) Permen Penetapan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pengembangan Daerah Tertentu

Tahun 2015-2019;

6) PerDitjen Pedum tentang bantuan Pembangunan Daerah Tertentu

7) Pedoman Juklak/Juknis berkaitan dengan Penanganan Daerah Rawan Pangan,

Pengembangan Daerah Perbatasan, Penanganan Daerah Rawan Bencana,

Penanganan Daerah Pasca Konflik, dan Penanganan Daerah Pasca Konflik

3.5 Kerangka Kelembagaan

Salah satu upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance)

adalah dengan melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem

penyelenggaraan pemerintahan melalui pelaksanaan reformasi birokrasi. Reformasi

birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur Negara agar lebih berdaya

guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan

nasional.

Di bidang kelembagaan, strategi yang dilakukan dalam mendukung pelaksanaan

reformasi birokrasi yang bertujuan mewujudkan kelembagaan pemerintah yang

proporsional, efektif dan efisien sesuai dengan arah kebijakan dibidang pendayagunaan

aparatur Negara.

Page 47: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

47

Kebijakan penataan kelembagaan diharapkan merupakan suatu langkah awal dari

proses reformasi birokrasi dalam rangka mendukung terwujudnya good govemance. Selain

itu, langkah kebijakan penataan tersebut didasarkan pada visi, misi, sasaran, strategi,

agenda kebijakan, program, dan kinerja kegiatan yang terencana, dan diarahkan pada

terbangunnya sosok birokrasi yang rightsizing, efisien, efektif, akuntabel, serta terjalin

dengan jelas satu sama lain sebagai satu kesatuan birokrasi nasional.

Di samping itu, upaya penataan kelembagaan tersebut dilakukan agar tercipta good

public governance dengan melakukan pembenahan dan penataan ulang terhadap tugas,

fungsi, dan struktur organisasi dengan berdasarkan kepentingan bangsa dan negara serta

melalui pertimbangan yang matang bukan didasarkan pada politik kepentingan jangka

pendek.

Oleh karena itu, beberapa produk kelembagaan yang perlu dipersiapkan oleh Ditjen

PDTu ke depannya antara lain:

1) Penguatan kapasitas kelembagaan yang terdiri dari penataan organisasi, Manajemen

SDM dan Ketatalaksanaan dengan perbaikan bisnis proses agar proses sinergi

kelembagaan baik internal Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi maupun dengan

Kementerian/Lembaga terkait melalui dengan proses bisnis sebagai berikut:

1. Daerah tertentu dikelompokkan berdasarkan geografis yaitu daerah perbatasan

dan pulau kecil terluar dan kelompok didasarkan atas kondisi yang diakibatkan

oleh kejadian tertentu yang menimbulkan kerawanan yang masuk dalam aspek

pangan, bencana alam dan konflik sosial. Pengembangan daerah tertentu

merupakan upaya keberpihakan dan penajaman terutama dalam perumusan

kebijakan, pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis dan monitoring evaluasinya.

2. Bussines Process (NOMOR NOL) pengembangan daerah tertentu diawaii dengan

berdasarkan proses kebijakan kelembagaan (Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun

2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi) dan regulasi (Peraturan Menteri Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Susunan Organisasi Tatalaksana Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi) .

3. Pengembangan daerah tertentu berdasarkan geografis lebih focus untuk

PENGEMBANGAN dibagi menjadi Direktorat Daerah Perbatasan dan Direktorat

Page 48: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

48

Daerah Pulau Kecil Terluar, sedangkan berdasarkan kejadian tertentu lebih fokus

untuk PENANGANAN dibagi menjadi Direktorat Daerah Rawan Pangan, Direktorat

Daerah Rawan Bencana dan Direktorat Daerah Pasca Konflik.

4. Dalam menyusun Inkuiri Locus dan Focus Prioritas Pengembangan Daerah

Tertentu (NOMOR SATU), maka masing-masing direktorat akan berkoordinasi

dengan mitra kerja utamanya untuk mendapatkan data dan informasi yang

dibutuhkannya. Direktorat Direktorat Daerah Perbatasan dan Direktorat Daerah

Pulau Kecil Terluar akan berkoordinasi (mendapatkan masukan) dari Badan

Nasional Penanggulangan Perbatasan, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan,

sedangkan Direktorat Daerah Rawan Pangan, Direktorat Daerah Rawan Bencana

dan Direktorat Daerah Pasca Konflik akan berkoordinasi (mendapatkan masukan)

dari Kementerian Pertanian/Badan Ketahanan Pangan, Badan Nasional

Penanggulangan Bencana, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Sosial.

Disamping itu, masing-masing direktorat juga meminta masukan dari pemerintah

daerah dan masyarakat.

Oleh karena itu, kualitas hasil Inkuiri locus dan focus prioritas pengembangan

daerah tertentu sangat ditentukan atas kualitas koordinasi dan sinkronissi dengan

mitra kerja utama dari masing-masing direktorat.

5. Dalam upaya mendukung dan merealisasikan rumusan kebijakan dari penyusunan

inkuiri locus dan focus prioritas tersebut, maka Direktorat Jenderal

Pengembangan Daerah Tertentu menyusun program unggulan yang akan dicapai

pada masing-masing Direktorat, antara lain:

1) Pengembangan Kawasan Beranda Indonesia (PKBI), dalam mewujudkan

“save villages” di perbatasan Indonesia yang mengembangkan kemandirian

desa-desa di perbatasan yang maju, sejahtera, dan tercukupi sarana dan

prasarana dasarnya, sehingga menjadi kawasan sabuk pengaman bagi wilayah

NKRI.

2) Pengembangan Pulau Kecil Berdaya (P2KB), dalam mengembangkan dan

memberdayakan pulau kecil dan terluar yang memiliki daya ungkit bagi

pulau-pulau disekitarnya, berbasis pada pemanfaatan sumberdaya lokal

untuk kesejahteraan masyarakat pulau kecil dan terluar secara berkelanjutan.

Page 49: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

49

3) Penanganan Daerah Tangguh Bencana (PKTB), dalam meningkatkan

kapasitas pemerintah daerah menghadapi bencana, khususnya dalam

pengurangan risiko bencana secara mandiri dan berkekelanjutan.

4) Penanganan Daerah Tangguh Pangan (PDTP), dalam meningkatkan

kapasitas Pemerintah Daerah dan masyarakat sebagai kawasan tangguh

menghadapi kerawanan pangan melalui kemandirian pengelolaan sumber

daya lokal berdaya saing;

5) Penganganan Daerah Tangguh Konflik (PDTK), dalam meningkatkan

kapasitas Pemerintah Daerah sebagai daerah yang tangguh dalam

penanganan paska konflik, melalui pengurangan risiko konflik dan

pembangunan perdamaian yang berkelanjutan.

Melaksanakan kerjasama dengan kementerian/lembaga dan perguruan tinggi maupun

instansi terkait lain antara lain dengan :

A. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Agraria dan

Tata Ruang/BPN mengenai

1. Percepatan penyelesaian perubahan peruntukkan hutan untuk kawasan

transmigrasi, permukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial dan lajan garapan

masyarakat yang ada dalam kawasan hutan

2. Pencadangan kawasan hutan untuk ketahanan pangan dan/atau tanaman

pangan

3. Alokasi perkebunan untuk masyarakat yang berasal dari pelepasan kawasan

hutan

4. Sinkronisasi dan harmonisasi rencana tat ruang

5. Redistrinusi dan percepatan sertifikasi tanah

6. Percepatan penangan sengketa dan konflik pertanahan

7. Penelitian dan pengembangan secara terpadu

B. Badan Informasi Geospasial mengenai :

1. Penyelenggaraan informasi geospasial temtamg potensi sumber daya alam

dan lingkungan hidup sesuai dengan kebutuhan penyususnan tata ruang

pengembangan desa, daerah tertinggal dan transmigrasi

2. Pembangunan infrastruktur simpul jaringan informasi geospasial

Page 50: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

50

3. Berbagi-pakai data dan informasi geospasial

4. Peningkatan kapasitas SDM terkait informasi geospasial dan pembangunan

desa, daerah tertinggal dan transmigrasi

5. Pelaksanaan sosialisasi, bimbingan dan pelayanan informasi untuk

mempercepat pembangunan desa, daerah tertinggal dan transmigrasi

Kegiatan lain yang dipandang perlu dan disetujui oleh PARA PIHAK

C. Badan Pengkajiaan dan Penerapan Teknologi mengenai :

1. Pengkajian Aplikasi kebijakan teknologi yang meliputi inovasi, difusi, daya

saing dan audit tehnologi berbasis sumberdaya yang di miliki daerah,

kelembagaan kawasan transmigrasi

2. Penerapan teknologi yang meliputi teknologi agroindustri dan bioteknologi,

informasi, energi dan material, serta rancang bangun dan rekayasa

Page 51: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

51

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

IV.1. Target Kinerja

Sebagaimana sasaran strategis Ditjen PDTu sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran strategis (Program)

adalah sebagai berikut:

TABEL 4.1

SASARAN STRATEGIS (PROGRAM) DAN INDIKATOR KINERJA

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target

2015 2016 2017 2018 2019

Terentaskannya

Daerah

Tertinggal di

Daerah

Tertentu

Jumlah daerah tertinggal

yang memiliki karakteristik

kewilayahan dan kondisi

situasional tertentu yang

terentaskan minimal di 50

daerah tertinggal di daerah

tertentu

- 7 13 15 15

Meningkatnya pengembangan daerah perbatasan dan daerah pulau kecil dan terluar

Prosentase kualitas sarana-

prasarana dasar dan

aksesibilitas yang dihasilkan

60% 70% 80% 90% 100%

Jumlah Kecamatan sebagai

Lokasi Prioritas (Lokpri) yang

tersebar di 41 kabupaten

50 kec 90 kec 120 kec 165 kec 187 kec

Jumlah Kabupaten yang

terkonektifitas, sarana

prasarana dasar yang

memiliki pulau kecil dan

pulau terluar

29 kab 29 kab 29 kab 29 kab 29 kab

Meningkatnya Penanganan daerah rawan pangan, daerah rawan bencana, dan daerah pascakonflik.

Prosentase ketersediaan sapras pendukung dalam penanganan bencana, rawan pangan, dan konflik sosial .

60% 70% 80% 90% 100%

Jumlah kabupaten daerah rawan pangan yang ditangani

20 kab 30 kab 40 kab 50 kab 57 kab

Jumlah Kabupaten rawan bencana menjadi tangguh

20 kab 30 kab 40 kab 50 kab 57 kab

Page 52: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

52

bencana Jumlah Kabupaten bebas daerah rawan dan pasca konflik

16 kab 16 kab 16 kab 16 kab 16 kab

IV.2. KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka

kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis (Program)

Ditjen PDTu periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:

TABEL 4.2 SASARAN STRATEGIS, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Alokasi (Rp Milyar) PIC

2015 2016 2017 2018 2019

Terentaskannya

Daerah

Tertinggal

di Daerah

Tertentu

Jumlah daerah

tertinggal

yang memiliki

karakteristik

kewilayahan

dan kondisi

situasional

tertentu yang

terentaskan

minimal di 50

daerah

tertinggal di

daerah

tertentu

1.495.665.000 650,217,849 226.224.766 262,792,792 262,792,792 Semua UKE II

Meningkatnya pengembangan daerah perbatasan dan daerah pulau kecil dan terluar

Prosentase kualitas sarana-prasarana dasar dan aksesibilitas yang dihasilkan

20.000.000 36,000,000 27.000.000 35,296,528 35,296,528 Sesditjen

Jumlah Kecamatan sebagai Lokasi Prioritas (Lokpri) yang

570.265.000 601,588,536 76.780.000 98,690,900 98,690,900 Direktorat

PDP

Page 53: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

53

tersebar di 41 kabupaten

Jumlah Kabupaten yang terkonektifitas, sarana prasarana dasar yang memiliki pulau kecil dan pulau terluar

695.670.000 508,663,758 48.570.783 58,832,600 58,832,600 Direktorat

PDPKT

Meningkatnya Penanganan daerah rawan pangan, daerah rawan bencana, dan daerah pascakonflik.

Prosentase ketersediaan sapras pendukung dalam penanganan bencana, rawan pangan, dan konflik sosial .

20.500.000 20,098,545 20.669.523

20,000,000 20,000,000 Setditjen

Jumlah kabupaten daerah rawan pangan yang ditangani

63.840.000 46,878,998 31.200.000 34,100,000 34,100,000 Direktorat

PDRP

Jumlah Kabupaten rawan bencana menjadi tangguh bencana

56.990.000 37,538,685 13.259.160 8,706,084 8,706,084 Direktorat

PDRB

Jumlah Kabupaten bebas daerah rawan dan pasca konflik

69.400.000 39,099,918 8.745.300 7,166,680 7,166,680

Direktorat PDPK

Page 54: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

54

BAB V

PENUTUP

Renstra Ditjen PDTu periode 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok

dan fungsi Ditjen PDTu untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra

Ditjen PDTu periode 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan,

ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya serta komitmen semua pimpinan dan staf

Ditjen PDTu. Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra Ditjen PDTu

periode 2015-2019 ini, maka setiap tahun perlu dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan,

dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra Ditjen PDTu termasuk indikator-indikator

kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah

tujuan Ditjen PDTu

Renstra Ditjen PDTu periode 2015-2019 harus dijadikan acuan kerja bagi unit-unit

kerja di lingkungan Ditjen PDTu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

Diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa

berorientasi pada peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai.

Evaluasi Renstra Ditjen PDTu ini merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan

perencanaan strategis Ditjen PDTu, sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur dan

dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan laporan kinerja tahunan Ditjen PDTu.

Mekanisme evaluasi terhadap proses pelaksanaan perencanaan strategis Ditjen

PDTu dilakukan sesuai Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Ditjen PDTu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dalam Renstra

Ditjen PDTu. Hasil evaluasi tersebut disampaikan ke Menteri PPN/Kepala Bappenas paling

lambat 4 (empat) bulan berakhir. Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat

mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai

dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan

pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang.

Page 55: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

55

Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan

dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Adapun indikator yang

dipergunakan dalam evaluasi ini meliputi indikator masukan, indikator keluaran, dan

indikator hasil/manfaat.

Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dilakukan pada berbagai tahapan yang

berbeda, yaitu;

1. Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex ante), yaitu evaluasi dilakukan sebelum

ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan

skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang

telah dirumuskan sebelumnya;

2. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat

pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan

rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya, dan

3. Evaluasi pada Tahap Pasca Pelaksanaan (ex post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan

setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian

(keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin

dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil

dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun

manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program.

Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan Renstra Ditjen PDTu untuk menilai efisiensi,

efektivitas, manfaat, dampak, dan keberlanjutan dari suatu program. Dalam hal ini yang

dimaksud dengan evaluasi terhadap keberlanjutan harus dapat menjawab pertanyaan:

1. Apa yang terjadi dengan program/kegiatan setelah aktivitasnya selesai;

2. Bagaimana target group dapat melakukan aktivitas;

3. Bagaimana pengelolaan pekerjaan bila pendanaan program/kegiatan selesai;

4. Apakah program akan dilanjutkan, bagaimana rencana pendanaannya.

Kriteria keberlanjutan meliputi kriteria: teknis, manajerial, sosial, dan finansial.

Page 56: DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU RENSTRA … · 2 KATA PENGANTAR Rencana Setrategis Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Tahun 2015 - 2019

56

1. Secara teknis, apakah teknologi dan metoda yang dikembangkan dalam pelaksanaan

program telah sesuai. Apakah bahan baku dan peralatan yang diperlukan dapat

diadakan dan dipelihara sendiri oleh penerima manfaat (beneficiaries);

2. Secara manajerial: siapa yang bertanggung jawab untuk mengelola hasil program yang

telah selesai dilaksanakan;

3. Dari sudut pandang sosial: apakah manfaat program akan terus diterima masyarakat

setelah program selesai dilaksanakan;

4. Secara finansial: bagaimana menutup biaya operasi dan pemeliharaan jika pelaksanaan

program dihentikan.

Evaluasi dilakukan berdasarkan sumberdaya yang digunakan serta indikator dan

sasaran kinerja keluaran untuk kegiatan; dan/atau indikator dan sasaran kinerja hasil untuk

program.

Evaluasi dilaksanakan secara sistematis, obyektif, dan transparan. Dalam hal ini yang

dimaksud dengan sistematis adalah proses pelaksanaan evaluasi dilaksanakan sesuai dengan

tata urut sehingga hasil dan rekomendasi dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan yang

dimaksud dengan obyektif adalah hasil evaluasi tidak dipengaruhi oleh kepentingan

pelaksana kegiatan dan/atau program. Dan yang dimaksud dengan transparan adalah

proses perencanaan, pelaksanaan serta pertanggungjawaban hasil evaluasi harus diketahui

oleh pemangku kepentingan (stakeholders).

Ditjen PDTu akan menyediakan informasi pengendalian dan evaluasi pelaksanaan

rencana yang diperlukan oleh pelaku pembangunan mengenai perkembangan pelaksanaan

rencana pembangunan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.