directory laporan penyelidikan 1984-1996 1

152

Upload: jokjul

Post on 14-Oct-2015

155 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Laporan Penyelidikan 1984-1996

TRANSCRIPT

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya

    penyusunandirektori laporan hasil penelitian Puslitbang Geologi Kelautan sebagai salah satu

    kegiatanBidang Afiliasi Tahun 2012 .

    Kegiatan penyusunan direktori laporan penelitian ini dilaksanakan dalam rangka

    meningkatkan system penyebarluasan data dan informasi, dan merupakan kegiatan

    pengelolaan lebih lanjut terhadap data dan informasi yang telah terkumpul dan

    dicantumkan di Media Internet sehingga dapat diakses oleh pengguna jasa perpustakaan.

    Direktori ini memuat abstrak atau sari dari laporan penelitian yang telah

    dilaksanakan oleh Puslitbang Geologi Kelautan dan merupakan koleksi perpustakaan

    Puslitbang GeologiKelautan.

    Harapan kami , mudah-mudahan direktori ini bermanfaat dan dapat membuat

    pengguna jasa perpustakaan lebih mudah dalam memperoleh informasi yang diinginkan .

    Akhir kata ,penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

    telahmembantu terselenggaranya penyusunan direktori ini.

    Bandung, 2012

    Tim Penyusun

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 1

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------------------------------------------------- 0

    DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1

    BAB I. PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 2

    BAB II. DAFTAR UTAMA (MAIN LIST) ---------------------------------------------------------------------------------- 4

    DAERAH SUMATERA, LAMPUNG, RIAU, DAN PERAIRANNYA ------------------------------------------------- 4

    DAERAH BATAM, BANGKA DAN PERAIRANNYA --------------------------------------------------------------- 256

    DAERAH JAWA DAN PERAIRANNYA ------------------------------------------------------------------------------ 289

    DAERAH KALIMANTAN DAN PERAIRANNYA -------------------------------------------------------------------- 96

    DAERAH BALI, NUSA TENGGARA BARAT, BUSUR BANDA DAN PERAIRANNYA ------------------------ 101

    DAERAH MALUKU, NUSA TENGGARA TIMUR DAN PERAIRANNYA ------------------------------------ 12627

    INDONESIA--------------------------------------------------------------------------------------------------------------139

    DAERAH SULAWESI DAN PERAIRANNYA --------------------------------------------------------------------- 14142

    BAB III. INDEKS SUBYEK------------------------------------------------------------------------------------------------148

    DAFTAR PERSONIL--------------------------------------------------------------------------------------------------------

    14950

    DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    15051

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 2

    BAB I. PENDAHULUAN

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yang berdiri sejak tahun 1984

    mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan penelitian /pemetaan geologi dan geofisika

    kelautan di wilayah perairan Indonesia. Dari Hasil penelitian tersebut dihasilkan laporan

    hasil penelitian tersebut dihasilkan laporan hasil penelitian dan pengembangan yang setiap

    tahunnya dengan berbagai lokasi penelitian di Perairan Indonesia baik tematik maupun

    sistematik. Dari tahun 1984 hingga tahun 2010 sudah menghasilkan kurang lebih 325

    laporan dalam bentuk hard copy dimana setiap laporan hasil penelitian tersebut dibiayai

    oleh APBN dengan nilai nominal yang cukup besar, sehingga sangat disayangkan apabila

    laporan hasil litbang sebanyak itu tidak terkelola atau terdaftar dengan baik.

    Laporan hasil litbang merupakan sumber informasi yang akurat , mengingat bahwa

    laporan tersebut marupakan hasil penelitian atau survey langsung di lapangan terhadap

    daerah lokasi penelitian.

    Bidang Afiliasi yang manangani informasi di Puslitbang Geologi Kelautan perlu untuk

    mengelola informasi hasil penelitian tersebut untuk didokumentasikan sebaik-baiknya.

    Salah satu bentuk pendokumentasiannya adalah dengan menyusun direktori laporan hasil

    penelitian sejak tahun 1984 s/d 2010.Pembuatan direktori koleksi lapoaran penelitian

    merupakan lingkup kegiatan dokumentasi data dan informasi PPPGL sebagai rujukan dan

    kemudahan akses akan informasi hasil laporan litbang.

    Direktori menurut Sutarno, NS, dalam Buku Kamus Perpustakaan dan Informasi, Th.

    2008, adalah buku panduan tentang sesuatu subyek yang biasanya berisi informasi yang

    berkenaan dengan orang, lembaga , organisasi, daftar alamat dan informasi lain yang

    dianggap penting. Berkaitan dengan pengertian direktori tersebut, direktori yang kami

    susun berisi informasi mengenai laporan penelitian, seperti Judul penelitian, lokasi

    penelitian, tahun terbit , executive summary atau abstrak, subyek dll.

    Direktori laporan hasil litbang ini dikelompokan menurut pembagian wilayah daerah

    penelitian yang ditandai dengan kode laporan yaitu, A, LA, untuk Daerah Sumatera dan

    Perairannya , B, LB untuk Daerah Batam dan Bangka dan perairan sekitarnya, E, LE, Daerah

    Jawa & Madura dan perairannya, F, LF, Kalimantan dan perairannya, G, LG, Nusa Tenggara

    Barat (Bali, Lombok) & Busur Banda dan perairannya, H, LH, Nusa Tenggara Timur (Timor),

    Ambon dan perairannya, I, LI, Indonesia dan perairannya, S, LS , Sulawesi dan perairannya.

    Selain Laporan, ada atlas yang juga merupakan hasil kegiatan Puslitbang Geologi

    Kelautan.

    Pengelolaan informasi hasil litbang dalam bentuk penyusunan direktori ini

    dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Sedangkan tahapan kegiatannya adalah sebagai

    berikut :

    1. Uraian Kegiatan :

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 3

    a. Pengumpulan data dan informasi hasil litbang PPPGL

    b. Pemilahan Informasi yang sudah terkumpul

    c. Penyusunan berdasarkan klasifikasi, katalogisasi, lokasi penelitian, isi dan

    executive summary , indeks.

    d. Konfirmasi ke katim di lingkungan PPPGL,

    e. Draft direktori hasil litbang

    2. Pelaksanaan

    a. Persiapan pelaksanaan lapangan : persiapan sarana dan prasarana pengolah

    data dan informasi

    b. Kegiatan pelaksanaan : prosesing secara keseluruhan data dan informasi yang

    ada sampai bentuk siap cetak

    3. Pengolahan data

    a. Processing Analog

    b. Penyusunan slot masing-masing bagian informasi

    c. inputing data dan informasi

    4. Penulisan Laporan

    Laporan Keseluruhan kegiatan penyusunan direktori laporan hasil litbang

    PPGL (Th.1984- 1995 ) yang memuat sebanyak 100 judul laporan penelitian.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 4

    BAB II. DAFTAR UTAMA (MAIN LIST)

    DAERAH SUMATERA, LAMPUNG, RIAU, DAN

    PERAIRANNYA

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 5

    1. Call No : LA 94 1 NDL.001

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Perairan Lampung Timur

    (Lembar Peta 1111/1112. PPGL.PGK.048.1994)

    Pengarang : Tim Lembar Peta 1111/1112

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Berdasarkan pemetaan batimetri, kedalaman laut daerah penelitian berkisar dari 5

    hingga 30 meter, dengan morfologi dasar laut landai, serta bentuk alur mengarah ke

    tenggara; yang bersesuaian dengan arah aliran aliran sungai-sungai di Pulau

    Sumatera dan arah arus Selat Bangka.

    Sedimen dasar laut berdasarkan pengamatan megaskopis terindikasi teroksidasi dan

    tereduksi, dengan dijumpainya gambut.Sedimen diduga berasal dari Sumatera.

    Sedimen dasar laut berdasarkan klasifikasi Folk (1980) terdiri : Lanau pasiran, Lanau,

    Lumpur pasiran sedikit kerikilan, Pasir lumpuran sedikit kerikilan, dan Pasir lanauan.

    Pola sebaran di bagian selatan dikontrol oleh arah aliran sungai daratan Sumatera,

    sedangkan di bagian utara dikontrol arah arus Selat Bangka.

    Hasil analisis mineral berat terdapat 5 kelompok : Oksida dan hidroksida, Silikat,

    Sulfida, Fosfat dan Karbonat. Kelompok Oksida dan Hidroksida dominan, baik jenis

    mineral beratnya maupun konsentrasinya. Total konsentrasi mineral berat daerah

    penyelidikan 0,67%.

    Hasil penafsiran rekaman seismic, alur purba di daerah pemetaan berpola

    menganyam atau braided, serta mengarah ke timur dan tenggara. Alur purba ini

    termasuk dalam system alur purba regional Paparan Sunda Kuarter Bawah atau

    Pleistosen.

    Ketebalan sedimen Kuarter berkisar antara 10 milidetik atau (asumsi kecepatan

    rambat sinyal akustik dalam sedimen Holosen 1600 m/detik) 16 meter, hingga 170

    milidetik atau 270 meter.Pola kontur menebal kea rah selatan yang memperlihatkan

    kesamaan dengan pola ketebalan sedimen Tersier hasil penafsiran data sonic-

    log.Indikasi struktur graben dan separuh graben berarah utara-selatan dan timur

    laut-tenggara merupakan konsekuensi perkembangan Cekungan Belakang Busur.

    Anomaly magnet total di bagian utara yang positif diduga akibat munculnya batuan

    dasar Pra-Tersier yang membentuk Pulau Bangka dan Belitung; sedangkan anomaly

    negative di bagian selatan diduga menunjukkan adanya sedimen pengisi cekungan di

    tepian bagian utara Cekungan Sunda.

    On the Bathymetric map, the sea depth of investigation area is ranged from 5 m to

    30 m, with flatty morphology and some lanes trending southeast that due to the

    rivers drainages of on land Sumatera and current trend of Bangka Strait.

    Due to the megascopic observation, seafloor surface sediments are indicated

    oxidized and reduced with peat associated. The Sediment is interpreted coming

    from Sumatera. Based on the Folk (1980) classification, the sediments consist of

    sandy silt,silt, slighty gravelly sandy mud, slightly gravelly muddy sand, and silty

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 6

    sand . Distribution pattern on the south is controlled by the drainages of

    Sumateras rivers while on the north controlled by current trend of Bangka Strait

    drainage. There are 5 minerals groups : oxide and hydroxide, silicates, sulfide,

    phosphates, and carbonates. Oxides and hydroxides are dominants in their heavy

    minerals and concentration. The total percentage of heavy minerals here is 0,67%.

    The results of seismic rexcords interpretation show a paleochannels with braided

    streams pattern and trending towards eastern and southeastern. This paleo-

    channels are including regional paleochannel system of Lower Quaternary Sunda

    Shelf or Pleistosen. Quaternary sediment thickness is 10 milliesconds or (with the

    assumption of signal velocity for Holocene sediment is 1600m/second) 16 m to 170

    millisecond or 270 m. Contour pattern is thicker toward south showing a similarity

    with Tertiary sediment resulted by sonic-log data interpretation. Graben Structure

    and the half-graben trending north-south and northwest-southeast are

    developing consequence of back-arc basin.

    The positive total magnetic anomaly at the north is interpreted as the result of

    Pre- Tertiarty basement rock of Bangka and Belitung Islands, while the negative at

    the south is sediment filling at northern Sunda Basin.

    Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - LAMPUNG SEA.

    2. MARINE GEOPHYSICS - LAMPUNG SEA.

    2. Call No : LA 95 1 NDL.002

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan GeofisikaKelautan Daerah Perairan Bangka

    Utara, Sumatera Selatan. (Lembar Peta 1114. PPGL.PGK.044.1994)

    Pengarang : Prihandono, Y.A., D.M. Barmawidjaya, L. Arifin, D. Ilahude, R. Raharjo,

    U. Kamiludin, N.A. Kristanto, Hartono & Y. Muliawan

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak :Daerah penyelidikan merupakan perairan dangkal dengan kedalaman maksimum 51

    m, dengan pola kontur batimetri berarah baratdaya timurlaut yang merupakan

    alur selat; serta morfologi terbagi menjadi landai, bergelombang landai dan

    bergelombang terjal.

    Contoh inti sedimen dasar laut secara umum berwarna abu-abu kehijauan,

    homogeny serta tersusun dari fraksi pasir hingga lanau, bentuk butir membundar

    tanggung hingga menyudut tanggung, pemilahan sedang; butiran tersusun dari

    kuarsa,feldspar, mineral hitam, fragmen cangkang dan sedimen teroksidasi. Jenis

    sedimen berdasarkan klasifikasi Folk (1980) terdiri pasir kerikilan, pasir lanauan,

    pasir lumpuran sedikit kerikilan, lanau pasiran dan lanau. Analisis mikrofauna

    mengindikasikan terjadinya perubahan muka laut satu kali, yaitu kenaikan muka laut

    10-12 m. Mineral berat dikelompokkan dalam oksida dan hidroksida, silikat, sulfide,

    fosfat dan karbonat; dengan prosentase terbesar kelompok oksida dan hidroksida.

    Penafsiran seismic membagi sekuen menjadi dua yaitu A dan B. Sekuen A menebal

    kea rah timur daerah penyelidikan mencapai sekitar 65 m, sedangkan sekuen B

    merupakan runtunan sedimen lebih tua. Berdasarkan data intensitas magnet total

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 7

    dengan pola kontur menunjukkan kelurusan searah dengan ketebalan sekuen;

    ditafsirkan memiliki pola struktur yang berkembang berarah baratlaut tenggara.

    The investigation area is a shallow sea of maximum depth 51 m, with bathymetry

    contour pattern oriented southwest northeast as part of a strait and morphology is

    devided into plain, wavy plain and wavy steep.

    In general sea bottom sediments of greenish gray color, homogeny and composed of

    silt to sand fractions, grain shapes subrounded to subangular, moderately sorted,

    consisted of quartz, feldspar, mafic, shell fragment and oxidized sediment. Sediment

    types based on Folk (1980) nomenclature consisted of gravelly sand, silty sand,

    slightly gravelly muddy sand, sandy silt and silt. Microfauna analyses indicate at

    least one sea level change, sea rise 10-12 m. Heavy minerals are grouped into oxide

    and hydroxide, silicate, sulphide, phosphate and carbonate; with the highest

    percentage oxide and hydroxide.

    Seismic interpretation recognizes two sequences A and B. The A sequence thickens to

    east direction of the investigation area until 65 m; while B sequence is the older

    sequence. Based on intensity of total magnet with contour pattern parallel with

    sequence thickness, is interpreted as structural pattern of northwest southeast

    orientation.

    Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - BANGKA SEA.

    2. MARINE GEOPHYSICS - BANGKA SEA.

    3. Call No : LA 95 2 NDL.003

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Kep. Riau.

    (Lembar Peta 1016. PPGL.PGK.053.1995)

    Pengarang : Masduki, A., A. Setiyabudhi, R. Rahardiawan, K. Budiono, Kuntoro, N. Sukmana,

    Wahyudi, M. Salahuddin, A. Wahib, M. Hanafi & Kresna T. Dewi

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Penyelidikan geologi dan geofisika kelautan di perairan Riau Kepulauan merupakan

    kegiatan penyelidikan yang dibiayai PPPGL APBN Tahun Anggara 1994/1995. Riau

    Kepulauan berkembang pesat setelah daerah ini dijadikan zona industri.Maksud dan

    tujuan penyelidikan ini adalah untuk menginventarisasi, mengkompilasi dan

    mengevaluasi serta menyajikan data geologi Kuarter.Metoda penyelidikan yang

    digunakan posisioning, pemeruman, seismic pantul dangkal, geomagnet, dan

    pengambilan contoh sedimen. Kedalaman perairan Riau Kepulauan berkisar antara

    30 m dan 70 m. Rekaman seismik menunjukkan lapisan sedimen penutup, kipas

    delta, tanggul sungai putba, dan batuan granit dan metasedimen yang diduga

    berumur Pra-Kuarter. Struktur sesar berarah barat-timur dan baratlaut-tenggara.

    Data anomali magnet mencirikan batuan granit. Sedimen permukaan dasar laut

    berupa lumpur hingga pasir dengan dominan lumpur. Periran Riau Kepulauan

    berpotensi akan sumberdaya bahan galian pasir dan endapan timah plaser.

    The marine geological and geophysical investigation of Riau archipelago waters is

    PPPGLs project funded by fiscal year 1994/1995. Riau archipelago is rapid

    developed as is included industrial zone. The objectives of the investigation are

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 8

    inventory, compilation, evaluation and to perform the Quaternary geological data.

    The methods used were positioning, sounding, reflection seismic survey, geomagnet

    and sediment sampling.

    The depth of the Riau waters are ranged from 30 m to 70 m. Seismic records

    illustrate some top sediments layers, deltaic fan, granite and metasediment rocks

    that interpreted as a Pre-quaternary rock. Fault structures are trending west-east

    and northwest-southeast. Magnetic anomaly data are characterizing granite rock.

    Seafloor surface sediment distribution consists of mud to sand with mud dominated.

    Riau waters is potential in sand quarry and tin placer sediment.

    Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - RIAU.

    2. MARINE GEOPHYSICS - RIAU.

    4. Call No : LA 95 3 NDL.004

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Sekitar Selat Gaspar,

    Perairan Bangka Belitung. (Lembar Peta 1213. PPGL.PGK.054.1995)

    Pengarang : Situmorang, M., Koesnadi H.S., M. Karmini, J. Widodo, Hartono, A. Sianipar & E.

    Usman

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Penyelidikan geologi dan geofisika kelautan di sekitar Selat Gaspar dimaksudkan

    untuk mengetahui data geologi dan geofisika di daerah tersebut untuk prospek

    mineral lepas pantai yang berupa endapan mineral plaser yang mengandung timah

    serta mineral lainnya yang berharga seperti mineral radioaktif dan bahan konstruksi

    seperti pasir dan kerikil.

    Dari hasil penyelidikan batimetri diketahui kedalaman maksimum adalah 50 m di sebelah barat P Mendanau. Di bagian barat darah penyelidikan antara P. Lepar dan P. Liat terdapat pola contour sejajar pantai yang ditafsirkan sebagai alur sungai purba .

    Berdasarkan data seismic diketahui batuan basement yang berupa granit yang berupa batuan terobosan dan terumbu karang. Konfigurasi reflector sesmik yang dijumpai adalah: facies fill/channel cut and fill, fasies progradasi, erosional truncation, down-on lap. Keseluruhannya dapat dibedakan menjadi 4 sekuen stratigrafi yaitu A, B, C, D.Sekuen D ditafsirkan sebagai endapan delta atau disebut sebagai delta front.Sekuen C, ditafsirkan berupa sedimen delta yang mana fraksi kasar lebih dominan kea rah pantai. Sekuen B dibagi menjadi 2 yaitu: B1 yang terdiri dari reflector channel fill, migrating wave, complex sigmoid dan cross layered. Sedangkan sekuen B2 terdiri dari reflector chaotic dan convergent, yang merupakan cirri dari sedimen halus. Sekuen A, merupakan endapan termuda dengan ketebalan 8-10 meter. Sekuen ini dicirikan oleh pola sejajar sampai sigmoid, channel fill, dan reflector free.

    Berdasarkan survei geomagnet diketahui anomaly magnet tinggi (>-120 nT) terdapat di baratlaut dan tengah daerah selidikan. Diantara anomaly tinggi terdapat anomaly rendah yaitu (, 150 nT) yaitu di bagian utara di perairan P. Belitung.

    Berdasarkan analisis sedimen dapat didikelompokan menjadi 3 lingkungan pengendapat yaitu: endapan darat, endapat, rawa dan endapan laut. Endapan Darat didominasi oleh pasir dan kerikil, pasir kuarsa dan dijumpai kaolin sebagai pelapukan

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 9

    batuan granit. Endapan rawa berupa lempung organik gambutan, gambut yang berwarna hitam dan coklat yang tersebar secara tidak merata. Di atas endapan ini diendapkan endapan laut yang berupa lempung lanauan, lempung pasiran, lumpur dan pasir krikilan .

    Mineral berat yang dijumpai adalah: ilmenit, leikosen, hematite, andalusit, kasiterit, zircon, epidote, monazite, siderite, hipersten, rutil, turmalin, zoisit dan xenotime. Foraminifera yang dijumpai di daerah penelitian berupa foraminifera plangton dan Bentos. Foraminifera plangton terdiri dari Globigerinoides ruber, G. sacculiferus dan G. trilobus. Sedangkan foraminifera bentos dijumpai sangat berlimpah diantaranya Operculina ammonoides yang termasuk dalam umur Plistosen hingga Holosen.

    The goal of marine geological and geophysical survey at Gaspar Strait are to know geological dan geophysical data for offshore mineral prospecting such as placer deposits contain tin and other value minerals such radioactive and construction minerals (sand and gravel).

    Based on the batimetric data known that the maximum depth of sea water is 50 m which are located in the west of P. Mendanau. In the west of study area between P. Lepar dan P. Liat there is batimetric with parallel pattern to the coastline which are interpreted as paleochannel. Base on the seismic data known that basement acoustic is granit intrusion and coral reef. Reflector configuration which are found are: facies fill/channel cut and fill, fasies progradation, erosional truncation, down-on lap. From the whole of interpretation can be devided inti 4 sequence strathigraphic such as: A, B, C, D. Sequence D is interpreted as deltaic sediments called as delta front sediments. Sequence C, is interpreted as deltaic sediment with coarse fraction which are more dominated to the coast. Sequence B can be divided into 2 part such as : B1 which are contain of channel fill, migrating wave, complex sigmoid dan cross layered reflectors. Sequence B2 contains reflector chaotic and convergent reflectors which are interpreted as fine sediments. Sequence A, is younger sediment with 8 to 10 meters thick. This sequence is characterizes by parallel to sigmoid, channel fill and free reflectors.

    Base on geomagnet survey know that the highest anomaly is >-12 nT located in northwest and middle of the study area. Between the high of intensity there is a lowest intensity with < 150 nT which are located in the north of Belitung.

    Based on grain size analysis the sediment of the study area can be divided into 3 depositional environmental such as: land deposits, swamp deposits and marine deposits.

    Land deposits dominated by sand and gravel, Quartz sand and kaolin as weathered from granitic rock. Swamp deposits such as peaty organic clay, peat with black and brown colors which are not well distributed. On the top of land deposit there is marine deposit such as silty clay, sandy clay, mud and gravelly sand.

    Heavy mineral which are found are : ilmenite, leikosene, hematite, andalusite, casiterite, zircon, epidote, monazite, siderite, hiperstene, rutile, turmalin, zoisite dan xenotime.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 10

    Foraminifera which are found in the study area are bentonic and plangtonic foraminiferas. Plangtonic foraminifera consists of Globigerinoides ruber, G. sacculiferus dan G. trilobus. While bentonic foraminifera found in abundant such as Operculina ammonoides with Plistosen to Holosen age.

    Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - GASPAR STRAIT.

    2. MARINE GEOPHYSICS - GASPAR STRAIT.

    5. Call No : LA 95 4 NDL.005

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Perairan Teluk Semangko,

    Lampung. (Lembar Peta 1010).

    Pengarang : Hardjawidjaksana, K., H. Kurnio, N.A. Kristanto, E. Usman, M. Hanafi, M.K.

    Adisaputra, J.P. Hutagaol & S. Lubis.

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Morfologi dasar laut hasil pemetaan batimetri mendapatkan pola kontur di bagian

    barat laut daerah penyelidikan membentuk lembah-lembah tidak beraturan dan

    tinggian setempat-setempat, dengan kedalaman laut berkisar antara 500 hingga 900

    meter. Ke arah tenggara morfologi dasar laut berupa lereng yang terjal, sedangkan

    sekitar Pulau Tabuan di tengah Teluk Semangko membentuk cekungan berarah

    barat laut-tenggara.Ke arah barat laut dari P. Tabuhan morfologi dasar laut melandai

    pada kedalaman 0 hingga 200 meter.

    Percontohan sedimen dasar laut pada 39 lokasi, pada kedalaman laut 26 hingga 439

    meter; mendapatkan 10 jenis sedimen : lumpur pasiran, lumpur krikilan, lumpur

    pasiran sedikit krikilan, lanau, lanau pasiran, pasir, pasir lanauan, pasir lumpuran

    sedikit krikilan, pasir lumpuran krikilan dan pasir sedikit krikilan.

    Analisis meral berat mendapatkan 12 mineral : magnetit, hematite, limonit,

    tourmaline, biotit, hornblende, kasiterit, dolomite, topas, pirit, zircon, dan muskovit.

    Mineral-mineral dengan jumlah signifikan adalah magnetit, tourmaline, dan

    hematite. Berdasarkan pendekatan kondisi geologi setempat; kasiterit, zircon dan

    tourmaline berasal dari batuan terobosan granit, pirit merupakan mineral autogenic

    yang mengisi rongga-rongga fosil, magnetit berasal dari batuan berkomposisi granit

    hingga basal.

    Hasil analisis sayatan oles medapatkan kelompok biogenic gampingan, sedangkan

    yang berkomposisi karbonan dan silikan tidak dijumpai.Kelompok non-biogenic

    terdiri kuarsa, feldspar, mika dan mineral berat, serta oksida Fe/Mn, gelas

    volkanik.Kelompok autigenik dijumpai zeolit, dolomite, gypsum dan glaukonit.

    Analisis emas sekunder pada contoh-contoh dasar laut mendapatkan kandungan

    tertinggi 1,5 gr/ton atau ppm (part per million); dan terendah 0,3 ppm. Keberadaan

    emas atau Au dalam contoh sedimen dasar laut ini dikarenakan lokasi contoh dekat

    dengan sumber primer di darat sekitar Teluk Semangko.

    Survey geomagnit mendapatkan anomaly rendah menempati sebagian besar lokasi

    daerah penyelidikan baik di mulut Teluk Semangko serta bagian barat Pulau

    Sumatera.Sedangkan anomaly tinggi berhubungan dengan batuan dasar yang

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 11

    terpengaruh oleh struktur geologi di bagian selatan dan tenggara daerah

    penyelidikan.

    Pola struktur yang menonjol adalah graben yang melalui Pulau Tabuhan di tengah

    Teluk Semangko.Struktur diperoleh dari hasil analisis rekaman seismic.Graben P.

    Tabuhan tersebut berarah barat laut tenggara.Selain itu, dari rekaman seismic,

    terdapat juga intrusi batuan beku yang muncul hingga di dasar laut, lapisan-lapisan

    batuan yang diterobos masih dapat diamati. Sedangkan di perairan sebelah barat

    Sumatera berkembang struktur patahan normal menangga berarah barat laut

    tenggara atau step faulting yang dipotong oleh sesar-sesar timur laut barat daya,

    utara selatan dan timur barat.

    Di perairan Teluk Semangko, jumlah individu foraminifera plangton pada kedalaman

    laut lebih dari 80 meter lebih banyak dari perairan dangkal. Di Samudera Hindia,

    jumlah individu foraminifera bentos melimpah pada kedalaman laut antara 40

    hingga 200 meter.

    Daerah penelitian termasuk dalam jalur tektonik aktif, tampak dari seismisitas yang

    tinggi.Daerah ini juga dilalui oleh dua sesar besar Sumatera dan Mentawai yang

    mengakomodasi pergerakan lempeng Samudera Hindia ke utara. Data gempa

    menunjukan sebaran pusat gempa pada kedalaman antara 33 hingga 539 km,

    dengan magnitude 4 hingga 5,7 skala Richter. Gempa ditimbulkan oleh sesar-sesar

    normal, karena berada pada area ekstensi atau tensional antara penunjaman frontal

    di selatan jawa dengan penunjaman tangensial di barat Sumatera.

    Sea bottom morphology resulted from bathymetric mapping found out contour

    pattern at western of investigation area forming irregular valleys and local heights

    with sea depth ranged between 500 up to 900 meters. To the southeast, sea bottom

    morphology shaping steep slopes, while surround Tabuan Island in the middle of

    Semangko Bay forming basins of northwest-southeast orientation. To the northwest

    ofTabuan Island the sea bottom morphology flat with depths between 0 until 200

    meters.

    Sea bottom sediment sampling at 39 locations, at sea depths between 26 until 439

    meters; found 10 sediment types : sandy mud, gravelly mud, slightly gravelly sandy

    mud, silt, sandy silt, sand, silty sand, slightly gravelly muddy sand, gravelly muddy

    sand and slightly gravelly sand.

    Heavy mineral analyses discover 12 minerals : magnetite, limonite, tourmaline,

    biotite, hornblende, cassiterite, dolomite, topaz, pyrite, zircon and muscovite.

    Significant amount of minerals are : magnetite, tourmaline and hematite. Based on

    local geological approach, cassiterite, zircon and tourmaline are derived from

    granitic igneous rocks, pyrite is an autogenic mineral filling fossil space, magnetite

    originated from granitic to basaltic composition rocks.

    Smear slide analyses observed group of calcareous biogenic, none of carbonaceous

    and silicates were found. Non-biogenic group consisted of quartz, feldspar, mica and

    heavy minerals; and Fe/Mn oxides, volcanic glass. From autogenic group are zeolite,

    dolomite, gypsum and glauconite.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 12

    Analyses of secondary gold content at sea bottom samples were discovered the

    highest content 1.5 gr/ton or ppm (part per million), and the lowest 0.3 ppm. The

    existence of gold or Au in sea bottom samples due to its location closed to its primary

    source on land surround Semangko Bay.

    Geo-magnetic survey invent low anomaly occupied almost the whole investigation

    area, either at the mouth of Semangko Bay or west side of Sumatra Island. On the

    other hand, high anomaly relates to basement rock influenced by geological

    structures at the south and southeast of survey area.

    The most distinct structure developed at the survey area is a graben passing through

    Tabuan Island in the middle of Semangko Bay. The features were obtained from

    analyses of seismic records. The graben of Tabuan Island is oriented northwest-

    southeast. On the other hand, from seismic records were also discovered igneous

    rock intrusions observed emerged at sea bottom, and the sedimentary layers

    intruded were still could be observed. Offshore west of Sumatra Island is developed

    stepping normal faults oriented northwest-southeast which are cut off by faults of

    northeast-southwest, north-south and east-west.

    In Semangko Bay, individual amounts of plankton foraminifera at sea depth more

    than 80 meters are more obvious than at shallow waters. At Indian Ocean, benthic

    foraminifera individual amounts were abundance at sea depth between 40 until 200

    meters.

    The investigation area belongs to active tectonic belt, as shown by high seismicity.

    The area is also passed through by two great faults of Sumatra and Mentawai that

    accommodated the movement of Indian Oceanic plate to the north. Seismicity data

    shows distribution of epicenters between 33 until 539 kilometers, of magnitudes 4 up

    to 5.7 Richter Scale. The earthquakes were and are generated by normal faults, due

    to location in extension or tensional area between frontal subduction south of Java

    Island and tangential subduction west of Sumatera.

    Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - SEMANGKO BAY.

    2. MARINE GEOPHYSICS - SEMANGKO BAY.

    6. Call No : LA 95 5 NDL.006

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Singkep dan

    Sekitarnya. (Lembar Peta 1015. PPGL.PGK.057/1996).

    Pengarang : Astjario, P., A.H. Sianipar, C. Purwanto, Supriyadi, Koesnadi, A. Yuningsih & K.T.

    Dewi

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Batimetri daerah Singkep dipengaruhi oleh proses sedimentasi dari sebelah barat

    yaitu material sedimen dari sungai Indragiri Hilir. Perairan Singkep didominasi oleh

    pasir kuarsa berukuran sedang hingga kasar, cangkang mikro fauna, fragmen batuan

    beku dan mineral hitam.Mikro fauna pada daerah timur Pulau Singkep lebih

    beraneka ragam dari pada bagian barat.

    Berdasarkan hasil interpretasi seismic pantul dangkal stratigrafi daerah Singkep

    dibedakan atas 2 jenis batuan, yaitu batuan sedimen Kuarter dan batuan

    dasar.Sedimen Kuarter semakin menipis kearah selatan-timur.Hasil interpretasi

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 13

    seismic dapat diketahui perairan Singkep telah mengalami 5 kali transgresidan 4 kali

    regresi.

    The bathymetry of Singkep waters is controlled by sedimentation process from

    western side that is alluvium of Indragiri Hilir river. Singkep waters is dominated by

    quartz sand with the grain size ranged from moderate to coarse, there are shells of

    microfauna, fragment of ignous rock and mafic minerals. Microfauna at eastern

    Singkep island is more divers than at the western.

    Based on the seismic records interpretation, the stratigraphy of the Singkep consist

    of two different rock units, those are Quaternary sediment rock and basement

    rocks. Quaternary sediment bed is thinning towards southeast. From the seismic

    interpretation results there can be illustrated they had been experienced by 5

    transgressions and 4 regressions.

    Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - SINGKEP WATERS.

    2. MARINE GEOPHYSICS - SINGKEP WATERS.

    7. Call No : LA 96 1 NDL.007

    Judul : Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Selat Bangka (Lembar

    Peta 1014, 1113 dan 1013).

    Pengarang : Silalahi, I.R., I.N. Astawa, Koesnadi H.S., A. Wahib, Sukardjono, Susilohadi, Noor

    Cahyo, R. Zuraida &Kresna T. Dewi.

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Penyelidikan geologi dan geofisika kelautan di perairan Selat Bangka dimaksudkan

    untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data dinamika wilayah pantai. Morfologi

    perairan Selat Bangka dibedakan menjadi 3 satuan morfologi dasar laut yaitu: satuan

    morfologi bergelombang curan, satuan morfologi bergelombang landai dan satuan

    morfologi landai.

    Berdasarkan data seismic pantul dangkal daerah perairan Selat Bangka dapat dibedakan menjadi 4 sekuen yaitu: Sekuen D yang dicirikan oleh pola reflector yang terputus putus dan ditafsirkan sebagai sebagai batuan meta sedimen. Sekuen C dicirikan oleh reflektor subparalel di bagian atas dan hummocky di bagian bawah, yang ditafsirkan merupakan endapan regresi laut dangkal dan dibeberapa tempat dijumpai gas charged. Sekuen B dicirikan pola reflector chaotic yangmenerobos sekuen D dan C. ditafsirkan sebagai intrusi batuan granit. Sekuen A dicirikan oleh reflector parallel, tranparan dan shingled, merupakan sedimen termuda yangdiendapkan pada energy yang kuat. Intensitas medan magnit total diketahui harga anomaly magnetnya adalah harga anomaly maksimum -70 gamma berada di perairan Jambi dan harga anomaly minimum -230 gamma di timur Muntok, yang mencerminkan berupa batuan beku granit. Berdasarkan hasil analisis besar butir diketahui sedimen permukaan dasaar laut di perairan Selat Bangka dapat dibagi menjadi 10 satuan sedimen yaitu: Lanau, Lanau pasiran, lumpur krikilan, lumpur pasiran sedikit krikilan, pasir, pasir lanauan, pasir

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 14

    lumpuran sedikit krikilan, pasir sedikit krikilan, pasir krikilan, pasir lumpuran krikilan. Mineral berat di daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 4 yaitu: 1. Kelompok oksida dan hidroksida yaitu limonit, hematite, ilmenite, kasiterit, rutil, leukoksen dan wolframit. 2. Kelompok silikat yaitu : zircon, tourmaline, amphibol boitit dan piroksen. 3. Kelompok sulfide yaitu: pirit.dan 4. Kelompok karbonat yaitu: dolomit dan cangkang. Mikrofauna yang dijumpai di Selat Bangka adalah Ostracoda dengan jumlahnya sangat rendah dibandiingkan di bagian timur dan barat daya P. Bangka hal ini disebabkan oleh aktifitas arus yang sdangat kuat.

    The aim of marine geological and geophysical research in Anyer is to get the data of coastal development, topographic and morphology, coastal dynamic in around the coastal. Based on the coastal characteristic study that the coast between Anyer and Carita have a cliff and coral coasts, between Carita and Kalibama is characterized by sand and gravel coasts, while the area in the north of Anyer are characterized by swamp and mud which are involved by tide and mangrove where found in abundant. Based on the result of coastal topographic measurement and curves of energy flux along the coast shows that the coastline has been slightly eroded. The cause of erosions in Labuan-Tanjung Bangkuang sector is due to the wave action from northwest direction, west and southwest directions, which is occur in November-February. While in Tanjung Bangkuang-Tanjung Leneng sector, generally wave action not so much influence except in Cibaru (where the wave action from Northwest and Southwest direction). Generally sand drive movement direction which are occur in this area is move to the north, except in Labuan, Tanjung Ketapang and to the north of Mataram is moving to the south. Because of Carita coast is a stabil area, so it ideal enough for the tourism area, except in the north and south coast such as Tanjung Ketapang and Tanjung Gelebeg which have been eroded. Result of sounding shows that the bathymetric picture and morphology is clear in the study area for sea floor geological understanding and development. Based on the seismic reflection profile known that 6 seismic sequence unit: sequence I to sequence V which are proved as volcanic rock and sequence VI is Recent marine sediment. The geometry with big slope in the middle area is proved that the area is a part as continous of Neogen West Jawa Basin. The Fault system in the south and/the middle area of study is interpreted as a part of fault zone which is crossed along the coast or near the Labuan-Anyer. The surficial sediment in the study area can be divided into 5 unit such as: sandy gravel, gravelly sand, sand with slightlu gravelly, silty sand and sandy silt, which are the distribution become finer to the south. The sedimentation processes in the north is involved by marine activities such current flow. To the south beside current and wave influences, the sedimentation is more involved by sediment influx from the coast and mouth river. Microfauna distribution in Anyer and its surroundings is dominated by bentonic and

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 15

    ostracod. Several gen of bentonic foraminifera is associated with coral such as Operculina, Amphistegina, Planorbulina and Calcarina in not much abundant. Several gen of benthonic which are have a self characterin the study area is Ammonia, Asterorotalia, Cibicides, Elphidium, Gavelinopsis, Operculina, Pseudorotalia, Quiqueloculina, Spiroloculina, Textularia, and Triloculina.

    Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - BANGKA STRAIT.

    2. MARINE GEOPHYSICS - BANGKA STRAIT.

    8. Call No : LA 96 2 NDL.008

    Judul : Penyelidikan Geologi dan Geofisika Dalam Pengelolaan, Pengembangan dan

    Pemanfaatan Kawasan P. Baai dan Sekitarnya, Bengkulu.(PPGL.06/Proy. PGWP/96)

    Pengarang : Nasrun, S. Lubis, H. Kurnio, M. Situmorang, Y. Noviadi, Supriyadi, Budiman &

    Hartono.

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Morfologi daerah penyelidikan terdiri pedataran, perbukitan bergelombang lemah

    hingga sedang; dengan pola aliran anastomatik, dendritik dan subparalel; serta

    karakteristik pantai bertebing curam berciri pocket beach dan landai berciri

    pelamparan pasir yang luas.

    Arah pergerakan sedimen di Perairan Bengkulu mengarah ke utara akibat monsoon

    timur lebih besar daripada monsoon barat, serta adanya beberapa lidah pasir atau

    spit yang mengarah ke utara. Proses abrasi kuat terjadi di sekitar pantai Kota

    Bengkulu serta di bagian utara alur masuk keluar pelabuhan. Pengambilan pantai

    tanpa pengaturan juga dapat semakin menambah tingkat abrasi.

    Penafsiran data seismic sedimen daerah penelitian dapat dibedakan menjadi dua

    sekuen A dan B, dimana kedua runtunan sedimen ini dipisahkan oleh kontak

    ketidakselarasan menyudut.

    Bahaya geologi yang mungkin muncul di daerah Bengkulu adalah gempabumi,

    tsunami, longsor dan banjir.Di samping itu abrasi dan akrasi perlu diwaspadai pula,

    terutama untuk kawasan pemukiman dan daerah-daerah dekat badan jalan.

    Potensi sumber daya mineral yang potensial adalah pasir besi dengan prosentase

    mencapai 42.21%, serta emas sekunder.

    Pendangkalan alur masuk Pelabuhan P. Baai diakibatkan oleh tidak adanya lapisan

    geotextile pada konstruksi groin sehingga terjadi efek penggerusan pada bagian

    bawah groin yang mengakibatkan terangkutnya sedimen pasir. Gelombang difraski

    dari ujung barat groin mengakibatkan pendangkalan secara transgresi bagian

    selatan alur masuk pelabuhan.

    Morphology of the investigation area is consisted of plain, weak to moderate wavy

    hills; with drainage patterns of anastomic, dendritic and subparallel; and steep slope

    coastal area characterized by pocket beach and coastal plain characterized by vast

    sand distribution.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 16

    Sediment transport direction in Bengkulu Waters is to the north, due to greater

    eastern monsoon compared to western monsoon, and discovery of some sand spits

    facing northward. The strongest abrasion process occurred surround Bengkulu City

    and at the north in harbour navigation channel. Unregulated sand extraction at the

    coast was also increased abrasion rate.

    Seismic data interpretation sediment at investigation area could be differentiated

    into two sequences A and B, where the two sequences are separated by an angular

    unconformity contact.

    Potency of geological hazards at Bengkulu areas are earthquake, tsunami, landslide

    and flood. On the other hand, abrasion and accretion were also intense, especially at

    areas of settlements and closed to road bodies.

    Mineral resources potencies are iron sand of 42.21% content and gold placer.

    Sedimentation at P. Baai Harbour navigation channel due to no geo-textile layers at

    groin construction, thus, is causing scouring effect at the groin bottom which further

    generated sand sediment transport. Diffraction waves at west end of groins was

    brought about transgression sedimentation at south part of the navigation channel.

    Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - P. BAAI.

    2. MARINE GEOPHYSICS - P. BAAI.

    9. Call No : A 87 1 NDL.009

    Judul : Report on Offshore Survey Between Sumatera &Kalimantan (PPGL.GF.013.87).

    Pengarang : Dwiyanto, B., S. Hakim, Tjoek A. Soeprapto & L. Hakim

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Sejumlah 400 km profil geofisika telah dibuat selama bulan Juni sampai bulan Juli

    1986 pada daerah offshore antara Sumatera dan Kalimantan. Struktur cut and fill

    dimana sediment mengisi lembah dan daerah depresi secara ekstensif diduga bahwa

    sediment diendapkan dalam lingkungan energy tinggi selama perioda fluktuasi muka

    air laut.Hal ini dididuga merupakan system pola alira sungai Pleistosen yang telah

    sangat diketahui.

    A total of 400 line-km of geophysical profiling were mode during June to July 1986

    on the offshore areas between Sumatera and Kalimantan. Cut and fill structure

    where the sediment fill an extensive network of valley and depression suggested that

    the sediment were deposited in an environment of high energy during a period of

    fluctuating sea level. It is probably the Pleistocene river drainage system which was

    quite well defined.

    Subyek : 1. Marine Survey - Selat Karimata

    10. Call No : A 90 1 NDL.010

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika di Perairan Teluk Lampung, Lampung

    (PPGL.GF.023.89).

    Pengarang : M. Widjajanegara, K. Budiono, D. Kusnida, T. Kuntoro, Wahyudi, Surijadi, I. N.

    Astawa & Nasrun.

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 17

    Abstrak : Karakteristik pantai di perairan Teluk Lampung dapat dibagi menjadi 4 jenis utama

    karakteristik pantai yang secara umum kondisi geologinya terdiri dari

    endapanalluvium dan batuan beku, topografinya dicirikan oleh relief rendah sampai

    tinggidan karakteristik garis pantainyaditempati oleh dataran lumpur, pasir

    pantai,tumbuhan bakau dan singkapan batuan. Beberapa kawasan pantai

    memperlihatkan adanya proses erosi dan pendangkalan yang relatif kecil

    danbersifat lokal, yaitu pantai sebelah timur dimana kondisi geologinya terdiri

    dariendapan alluvium dengan ketahanan rendah.

    Peta batimetri menunjukan bahwa daerah Perairan Teluk Lampung merupakanp

    uritan yang memanjang dengan arah hampir utara-selatan dan dicirikan olehadanya

    bentuk topograf adanya bentuk topografi dasar laut bergelombang dibagian barat

    serta punggungan yang relatif lebar dengan kemiringan lerengyang relatif landai di

    bagian tengah.

    Berdasarkan analisis seismik stratigrafi geologi daerah penelitian dapat

    dibagimenjadi sekwen A, B, C. Lapisan teratas sekwen A, merupakan lapisan

    termuda yang pada beberapa lintasan dipengaruhi oleh intrusi-intrusi kecil, pada

    Sekwen B dicirikan oleh adanya konfigurasi refleksi yang mencerminkan batuan

    sedimen yang relatif kompak serta kemungkinan tediri dari berbagai ragam jenis

    batuan sedimen.

    Pada hasil rekaman boomer beberapa lapisan dicirikan oleh adanyaperkembangan

    struktur sedimen berupa silang siur, gelembur gelombang, lensa-lensa dan

    pembajian , lapisan ini dikontrol oleh struktur geologi berupa patahan danperlipatan

    serta pada dikontrol pula oleh hadirnyya intrusi. Sekwen C merupakan lapisan

    terbawah (seismic basement) yang secara keseluruhan ciri konfigurasi refleksinya

    mencirikan suatu batuan sedimen atau metamorf yang kompak, dandipengaruhi

    pula oleh struktur perlipatan, patahan dan intrus.

    Dari data hasil rekaman seismic pantul dangkal memperlihatkan bahwa pola

    Struktur didominasi oleh struktur sesar. Berdasarkan ciri tektonik yang

    berkembang, perkembangannya dikontrol ole keberadaan struktur SesarSemangko.

    Sedimen permukaan dasr laut di perairan Teluk Lampung terdiri dari sedimen

    lanau,lumpur kerikilan, lumpur sedikit kerikilan dan pasir.

    Dari hasil analisis mikrofauna, perairan Teluk Lampung merupakan lingkungan yang

    baik bagi genus foraminifera kecil jenis bentos terutama Genus Ammonia,Elphidium,

    Quinqueloqulina dan Florius.

    Coastal characteristic of Teluk Lampung (Lampung Bay) waters consists of 4 coastal

    main units that commonly their geologic condition contains alluvium and ignous

    rocks, low to high relief topography and with the coastline zone morphology of

    muddy plain, sandy beach, mangrove forest and outcrops. Some areas show an

    erosional faces with little and local shallowing, that is at eastern side with the

    geological condition of alluvial sediment and low resistant. Bathymetry map

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 18

    illustrates that Teluk Lampung is a long trough trending north-south and

    characterized by wavy seafloor topography at western part and a wide enough ridge

    with relative flatty slope at the middle part.

    According to seismic stratigraphy analysis, the geology of investigation area can be

    divided into sequences A, B and C. Top bed A is the youngest sequence that on some

    lines influenced by small intrusions. Sequence B is characterized by reflector

    configuration that represent compacted sedimentary rocks and most possible

    contain some variable kind of sedimentary rocks. On boomer seismic record some

    layers are characterized by sediment structure development such as cross-bedding,

    ripple marks, lenses and wedging. This bed is controlled by geological structure such

    as fault and folding and by intrusion as well. Sequence C is the lowest bed (seismic

    basement) that generally its reflection configuration is characterizing sedimentary

    rock or compacted metamorph and influenced by folding structure, fault and

    intrusion. The results of shallow reflection seismic interpretation show fault

    dominated structure pattern. Based on developed tectonic signatures the structure

    is controled by Semangko Fault system.

    Seafloor surface sediment distribution of the area consists of silt, gravelly mud,

    slightly gravelly mud and sand. From microfauna analysis, the area is a favorable

    habitat for benthic foraminifera mainly genus Ammonia, Elphidium, Quinqueloculina

    and Florius.

    Subyek : 1. Marine Geology - Teluk Lampung.

    2. Marine Geophysics - Teluk Lampung.

    11. Call No : A 90 - 2 NDL.011

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika di Kawasan Komplek Teluk Semangko,

    Lampung Selatan (PPGL.GF.024.89).

    Pengarang : Hadikusumo, S.H. Kurnio, K. Hardjawidjaksana, I Wayan Lugra, F. Silitonga &

    Budiman.

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Morfologi dasar laut hasil pemetaan batimetri mendapatkan pola kontur di bagian

    barat laut daerah penyelidikan membentuk lembah-lembah tidak beraturan dan

    tinggian setempat-setempat, dengan kedalaman laut berkisar antara 500 hingga 900

    meter. Ke arah tenggara morfologi dasar laut berupa lereng yang terjal, sedangkan

    sekitar Pulau Tabuan di tengah Teluk Semangko membentuk cekungan berarah

    baratlaut tenggara.Ke arah barat laut dari P. Tabuhan morfologi dasar laut

    melandai pada kedalaman 0 hingga 200 meter.

    Percontohan sedimen dasar laut pada 39 lokasi, pada kedalaman laut 26 hingga 439

    meter; mendapatkan 10 jenis sedimen : lumpur pasiran, lumpur krikilan, lumpur

    pasiran sedikit krikilan, lanau, lanau pasiran, pasir, pasir lanauan, pasir lumpuran

    sedikit krikilan, pasir lumpuran krikilan dan pasir sedikit krikilan.

    Analisis mineal berat mendapatkan 12 mineral : magnetit, hematite, limonit,

    tourmaline, biotit, hornblende, kasiterit, dolomite, topas, pirit, zircon dan muskovit.

    Mineral-mineral dengan jumlah signifikan adalah magnetit, tourmaline dan

    hematite. Berdasarkan pendekatan kondisi geologi setempat; kasiterit, zircon dan

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 19

    tourmalin berasal dari batuan terobosan granit, pirit merupakan mineral autogenic

    yang mengisi rongga-rongga fosil, magnetit berasal dari batuan berkomposisi granit

    hingga basal.

    Hasil analisis sayatan oles mendapatkan kelompok biogenic gampingan, sedangkan

    yang berkomposisi karbonan dan silikaan tidak dijumpai.Kelompok non-biogenic

    terdiri kuarsa, feldspar, mika dan mineral berat, serta oksida Fe/Mn, gelas

    volkanik.Kelompok autigenik dijumpai zeolit, dolomite, gypsum dan glaukonit.

    Analisis emas sekunder pada contoh-contoh dasar laut mendapatkan kandungan

    tertinggi 1,5 gr/ton atau ppm (part per million); dan terendah 0,3 ppm. Keberadaan

    emas atau Au dalam contoh sedimen dasar laut ini dikarenakan lokasi contoh dekat

    dengan sumber primer di darat sekitar Teluk Semangko.

    Survey geomagnit mendapatkan anomaly rendah menempati sebagian besar lokasi

    daerah penyelidikan baik di mulut Teluk Semangko serta bagian barat Pulau

    Sumatera.Sedangkan anomaly tinggi berhubungan dengan batuan dasar yang

    terpengaruh oleh struktur geologi di bagian selatan dan tenggara daerah

    penyelidikan.

    Pola struktur yang menonjol adalah graben yang melalui Pulau Tabuhan di tengah

    Teluk Semangko.Struktur diperoleh dari hasil analisis rekaman seismic.Graben P.

    Tabuhan tersebut berarah baratlaut tenggara.Selain itu, dari rekaman seismic,

    terdapat juga intrusi batuan beku yang muncul hingga di dasar laut; lapisan-lapisan

    batuan yang diterobos masih dapat diamati. Sedangkan di perairan sebelah barat

    Sumatera berkembang struktur patahan normal menangga berarah baratlaut

    tenggara atau step faulting yang dipotong oleh sesar-sesar timurlaut baratdaya,

    utara selatan dan timur barat.

    Di perairan Teluk Semangko, jumlah individu foraminifera plangton pada kedalaman

    laut lebih dari 80 meter lebih banyak dari perairan dangkal. Di Samudera Hindia,

    jumlah individu foraminifera bentos melimpah pada kedalaman laut antara 40

    hingga 200 meter.

    Daerah penelitian termasuk dalam jalur tektonik aktif, tampak dari seismisitas yang

    tinggi.Daerah ini juga dilalui oleh dua sesar besar Sumatera dan Mentawai yang

    mengakomodasi pergerekan lempeng Samudera Hindia ke utara. Data gempa

    menunjukkan sebaran pusat gempa pada kedalaman antara 33 hingga 539 km,

    dengan magnitude 4 hingga 5,7 Sekala Richter. Gempa ditimbulkan oleh sesar-sesar

    normal, karena berada pada area ekstensi atau tensional antara penunjaman frontal

    di selatan Jawa dengan penunjaman tangensial di barat Sumatera.

    Sea bottom morphology resulted from bathymetric mapping found out contour

    pattern at western of investigation area forming irregular valleys and local heights

    with sea depth ranged between 500 up to 900 meters. To the southeast, sea bottom

    morphology shaping steep slopes, while surround Tabuan Island in the middle of

    Semangko Bay forming basins of northwest-southeast orientation. To the northwest

    ofTabuan Island the sea bottom morphology flat with depths between 0 until 200

    meters.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 20

    Sea bottom sediment sampling at 39 locations, at sea depths between 26 until 439

    meters; found 10 sediment types : sandy mud, gravelly mud, slightly gravelly sandy

    mud, silt, sandy silt, sand, silty sand, slightly gravelly muddy sand, gravelly muddy

    sand and slightly gravelly sand.

    Heavy mineral analyses discover 12 minerals : magnetite, limonite, tourmaline,

    biotite, hornblende, cassiterite, dolomite, topaz, pyrite, zircon and muscovite.

    Significant amount of minerals are : magnetite, tourmaline and hematite. Based on

    local geological approach, cassiterite, zircon and tourmaline are derived from

    granitic igneous rocks, pyrite is an autogenic mineral filling fossil space, magnetite

    originated from granitic to basaltic composition rocks.

    Smear slide analyses observed group of calcareous biogenic, none of carbonaceous

    and silicates were found. Non-biogenic group consisted of quartz, feldspar, mica and

    heavy minerals; and Fe/Mn oxides, volcanic glass. From autogenic group are zeolite,

    dolomite, gypsum and glauconite.

    Analyses of secondary gold content at sea bottom samples were discovered the

    highest content 1.5 gr/ton or ppm (part per million), and the lowest 0.3 ppm. The

    existence of gold or Au in sea bottom samples due to its location closed to its primary

    source on land surround Semangko Bay.

    Geo-magnetic survey invent low anomaly occupied almost the whole investigation

    area, either at the mouth of Semangko Bay or west side of Sumatra Island. On the

    other hand, high anomaly relates to basement rock influenced by geological

    structures at the south and southeast of survey area.

    The most distinct structure developed at the survey area is a graben passing through

    Tabuan Island in the middle of Semangko Bay. The features were obtained from

    analyses of seismic records. The graben of Tabuan Island is oriented northwest-

    southeast. On the other hand, from seismic records were also discovered igneous

    rock intrusions observed emerged at sea bottom, and the sedimentary layers

    intruded were still could be observed. Offshore west of Sumatra Island is developed

    stepping normal faults oriented northwest-southeast which are cut off by faults of

    northeast-southwest, north-south and east-west.

    In Semangko Bay, individual amounts of plankton foraminifera at sea depth more

    than 80 meters are more obvious than at shallow waters. At Indian Ocean, benthic

    foraminifera individual amounts were abundance at sea depth between 40 until 200

    meters.

    The investigation area belongs to active tectonic belt, as shown by high seismicity.

    The area is also passed through by two great faults of Sumatra and Mentawai that

    accommodated the movement of Indian Oceanic plate to the north. Seismicity data

    shows distribution of epicenters between 33 until 539 kilometers, of magnitudes 4 up

    to 5.7 Richter Scale. The earthquakes were and are generated by normal faults, due

    to location in extension or tensional area between frontal subduction south of Java

    Island and tangential subduction west of Sumatera.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 21

    Subyek : 1. Marine Geology - Teluk Semangko.

    2. Marine Geophysics - Teluk Semangko.

    12. Call No : A 94 1 NDL.012

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Perairan Selat Sunda dan

    Sekitarnya. (Lembar Peta 1110. PPGL.PGK.050.1994)

    Pengarang : Kuntoro, D., D. Kusnida, M. Surachman, Imelda R. Silalahi, A. Yuningsih, D. Setiady,

    R. Rahardiawan, Budiman & Hartono

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Daerah penelitian yaitu PerairanLaut Jawa bagian utara dan sebagian Teluk

    Lampung memperlihatkan morfologi landai sampairata,sedangkan di sekitar

    perairan Selat Sunda sedang kasar dengan lerengnya yang terjal. Kedalaman laut

    minimum sekitar 5,3 meter dijumpai di sekitar perairan Selat Sunda (Merak), dan

    kedalaman laut maksimum ada di bagian selatan Tanjung Cina Mencapai 1000

    meter. Pada peta anomaly magnet total terlihat adanya closur positif di bagian

    tenggara dan barat laut, serta closur negative di bagian timur laut dan baratdaya.

    Harga anomaly intensitas magnet total terendah -484 gamma dan tertinggi + 120

    gamma. Pola ini mencerminkan adanya control magnetik basement yang

    berhubungan dengan tatanan geologi batuan dasar.

    Hasil rekaman seismic secara umum menunjukkan adanya 3(tiga) sekuen, Sekuen A

    dibagi menjadi 2 (dua)subsekuen, yaitu A1 diduga tersusun atas material berbutir

    halus dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal . Subsekuen A2 tersusun atas

    material berbutir kasar.Sekuen A di sekitar periran Selat Sunda dikontrol oleh

    struktur sesar, sedangkan di bagian timur perairan Teluk Lampung terlihat adanya

    gas charge sediment. Sekuen B dibagi menjadi 4 (empat) subsekuen, yaitu B1,

    B2, B3, B4, dimana masing-masing merupakan pencerminan dari beberapa jenis

    batuan sedimen yang membentuk bidangh perlapisan. Di beberapa tempat sekuen

    B mengalami deformasi cukup kuat dan ditemukan adanya gas vent . Sekuen C

    sebagi seismik basement merupakan batas bidang ketidakselarasan terhadap

    sekuen di atasnya.

    Pola struktur yang berkembang dibagi dalam 3(tiga) mandala struktur yaitu

    Mandala struktur Teluk Lampung, Selat sunda dan Laut Jawa bagian barat. Mandala

    Struktur Teluk Lampung mempunyai arah umum maksimum rata-rata struktur ses

    N30 derajat W-N40derajatW, dengan sesar besarnya yaitu sesar Tarahan, sesar naik

    antara Teluk Ratai dan P.Tegal, serta sesar di sekitar Perairan Teluk Ratai . Mandala

    struktur Selat Sunda dengan arah umum N 10 derajat W-N20 derajat W. Zona

    struktur dengan kerapatan tinggi struktur dengen kerapatan tinggi terdapat di

    sekitar P. Sangiang dan pantai Timur Lampung. Sesar besar di kawasan ini adalah

    sesar normal yang melalui P. Sebesi dan P. Sebuku.Sedangkan Mandala struktur

    Laut Jawa bagian barat mempunyai arah rata-rata N 30 derajatE, di bagian

    kawasan Selat Sunda.

    Hasil analisis laboratorium terhadap contoh sedimen permukaan dasar laut

    menunjukan bahwa terdapat 8 (delapan) satuan sedimen yaitu satuan sedimen pasir

    lumpuran sedikit kerikilan, lanau pasiran, lumpur pasiran sedikit kerikilan, lumpur

    kerikilan, pasir lumpuran kerikil, lanau, kerikil pasiran lumpuran dan sedimen

    biogenik.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 22

    Hasil analisis laboratorium dari 7 (tujuh) contoh sedimen dasar laut, terdapat

    foraminifera bentos sebanyak 59 spesies, dengan sub-ordo Rotaliina sangat umum

    ditemukan. Untuk spesies Leticulina sp hanya dijumpai di sekitar P.Legundi dan

    Dendritina sp hanya dijumpai di sekitar perairan Lampung bagian timur.

    Foraminifera plangton sebanyak 4 spesies, satu diantaranya mempunyai

    perkembangan paling baik adalah Globigerina Bulloides. Foraminifera besar

    sebanyak 3 spesies dengan penyebaran tidak merata, kecualui spesies Operculina

    complanata populasinya sedang sampai melimpah.

    Hasil analisa mineral berat, mineral ilmenit, dolomite, hematite, rutil, amfibol,

    limonit, kasiterit dan magnetit, mempunyai peneyebaran lebih dari 40% , dari

    jumlah pengambilan contoh keseluruhan. Prosentase kandungan mineral berat yang

    paling banyak (sampai 40%) adalah mineral magnetit, kemungkinan batuan induknya

    berasal dari formasi endapan gunung api muda yang terdiri dari lava dan breksi.

    otensi bencana alam geologi di daerah penelitian cukup tinggi, berbagai

    kemungkinan dapat terjadi, baik diakibatkan oleh gempa maupun tsunami.Hal ini

    akibat banyak dijumpai nya struktur patahan, morfologi yang terjal dan gas, baik

    berupa gas charge sediment maupun gas vent.Selain itu secara geografis berada

    pada kawasan vulkanik aktif Gunung Krakatau dan dekatnya dengan sesar besar

    Sumatera.

    The investigation area, North Jawa Sea and a part of Teluk Lampung shows flatty to

    flat morphology, while in Sunda Strait is moderate to rough with steeply slope. The

    minimum sea depth is about 5.3 m found at around Sunda Strait (Merak) and the

    maximum depth found at the south of China Cape rises 1000 m depth. On magnetic

    anomaly map seen a positive closure at southeastern side and at northwestern, and

    negative closure at northeastern side and at southwestern. The lowest of total

    magnetic anomaly intensity value is -484 gamma and the highest is +120 gamma.

    This pattern illustrates there is basement magnetic control related to the geological

    condition of basement rock.

    Seismic record illustrates in general there are 3 sequences; sequence A divided into 2

    subsequences, A1 which is interpreted formed by fine grain material and deposited in

    shallow environment; while subsequence A2 filled by coarse grain. Sequence A in

    Sunda Strait is controlled by fault and in eastern waters of Teluk Lampung observed

    there is gas charge sediment. Sequence B consists of 4 subsequences, B1, B2, B3 &

    B4, which illustrate each kind of rock that forms stratification. At some places

    sequence B is experienced with strong deformation and there found a gas vent.

    Sequence C is as basement seismic that unconformity underlying upper sequence.

    Structure pattern develops into 3 structure complexes as followed, structure complex

    Teluk Lampung, the Sunda Strait and the western Jawa Sea.Structure complex Teluk

    Lampung generally trends ranging N300W to N400Wwith a large fault, Tarahan

    Fault, reverse fault between TelukRatai and P.Tegal, other faults surrounding

    TelukRatai waters. Structure complex Sunda Strait has general trends N100W to

    N200W. Structure zone with high dense is surrounding P.Sangiang and eastern

    Lampung coast. Large fault at this area is normal fault through P.Sebesi and

    P.Sebuku. Structure complex western Jawa Sea trends to N300E at Sunda Strait area.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 23

    The results of sediment laboratory analysis show 8 sediment units as followed,

    slightly gravelly muddy sand, sandy silt, slightly gravelly sandy mud, gravelly mud,

    gravelly muddy sand, silt, muddy sandy gravel and biogenic sediment. From

    microfauna analysis of 7 seabed surface sediments there are 59 benthic

    foraminiferas with sub-ordoRotaliina that very common found. Leticulina sp. only

    found at surrounding P.Legundi and Dendritina sp. only found at surrounding eastern

    Lampung waters. Planktonic foraminiferas were found as many as 4 species, one of

    them has very good development is Globigerina Bulloides. Larger foraminiferas were

    found 3 species with random distribution but species Operculinacomplanata with

    moderate to high abundance population. Heavy minerals were found consisting of

    ilmenite, dolomite, hematite, rutil, amphibol, limonite, casiterite and magnetite. All

    this has 40 % distribution of all samples. The high percentage heavy mineral (rises

    40%) is magnetite, which its source rock come from the young volcano sediment

    formation that contains lava and breccia.

    Geological natural hazard potential is high enough with several possibilities can be

    occurred caused by earthquake or tsunami. This because there is many found fault

    structures, steeply morphology and gas which is as gas charge sediment or gas vent.

    Beside that, geographically the area is located at the zone of active volcano Krakatau

    and adjacent to large fault Sumatera zone.

    Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - SUNDA STRAIT.

    2. MARINE GEOPHYSICS - SUNDA STRAIT.

    13. Call No : 912:55 PUS a NDL.013

    Judul : Atlas Digital Database Geologi dan Geofisika Laut Natuna (Laut Cina Selatan) dan

    Sekitarnya. (PPGL.PGK.046.1994)

    Pengarang : Dikompilasi oleh Prasetyo, H., B. Dwiyanto, M. Salahuddin, Sutisna & I Wayan

    Lugra

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Kompilasi Atlas Digital Database geologi dan Geofisika Kelautan Laut Natuna

    dimaksudkan untuk mendapatkan parameter-parameter yang berhubungandengan

    aspek kerangka geologi dan perkembangan tektonik di wilayah Laut CinaSelatan

    (LCS). Database termasuk juga hasil Ekspedisi Natuna-94, kerjasamaPuslitbang

    Geologi Kelautan dengan BPPT menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya IIImilik BPPT.

    Data set ini menyediakan suatu informasi terpadu sebagai dasar untukpemahaman

    pembentukan cekungan sedimentasi laut dalam yang berkembang pada bagian

    tenggara Paparan Sunda; serta dapat pula dimanfaatkan untukberbagai kepentingan

    seperti pengkajian prospek sumberdaya non-hayati sepertimigas dan mineral, dan

    kerawanan bencana alam akibat proses-proses geologi.

    Secara umum kawasan LCS telah terbukti berpotensi migas dengan lapangan-

    lapangan minyak dan gas bumi terkonsentrasi pada Paparan Vietnam, Cina,

    Sundadan Sabah. Di Cekungan Natuna Barat telah ditemukan lapangan migas

    potensitatanan morfo-tektonik tepian atau borderland serta parit tidak aktif

    PalungPalawan memberikan dugaan awal potensi migas rendah sampai sedang.

    Namun praduga awal ini harus dibuktikan dengan kegiatan riset atau eksplorasi lebih

    lanjut

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 24

    The compilation work of marine geological and geophysical digital database Atlas of

    Natuna Sea is to get parameters related to geological frameworkaspect and tectonic

    development of South China Sea (SCS). The database is including the results of

    Natuna-94 Expedition, a research cooperation between MGI and BPPT using RV

    Baruna Jaya III, the BPPTs ship.

    The data set provides integrated information as a reference forcomprehension of

    deep sea sediment basin formation that develops in southeastern Sunda Shelf; and

    as well can be benefited for several interests such as non-life resources analysis like

    petroleum & gas and minerals, and natural hazard potential caused by geological

    processes. In general SCS area is proven with petroleum & gas where many

    petroleum & gas fields concentrated in Vietnam Shelf, China, Sunda and Sabah. In

    West Natuna Basin there was discovery of petroleum & gas fields potential with

    marginal morpho-tectonic lanes or borderland and non-active Trench. Palawan

    islands arc gave an initial consideration of low to moderate grade in petroleum and

    gas potential, but this interpretation should be proven by next research and

    exploration.

    Subyek : 1. GEOLOGICAL DIGITAL MAPPING - LAUT NATUNA.

    2. GEOPHYSICAL DIGITAL MAPPING - LAUT NATUNA.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 25

    DAERAH BATAM, BANGKA DAN PERAIRANNYA

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 26

    14. Call No : LB 92 1 NDL.014

    Judul : Penelitian Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai Pulau Batam Utara dan

    Sekitarnya

    Pengarang : Budiono, K., U. Kamiludin, D. Ilahude, Kuntoro, Masduki, M. Hanafi & J.P. Hutagaol

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Pola Arus Permukaan di Selat Singapur-Batam didominasi oleh fluktuasi aruspasang

    surut. Kondisi pada saat air pasang maksimum arah arus rata-rata 990 (NW) dengan

    kecepatan 0,2 m/det, sedangkan pada saat surt maksimum arah arus 270 (SW)

    dengan kecepatan 0, 2 knot. Dasar Laut dibagian barat Selat Singapur-Batam

    dicirikan oleh topografi relative datar , sedangkan di bagian timur ditandai

    olehtopografi berundulsi.

    Geologi di kawasan lepas pantai dari atas ke bawah adalah, lapisan paling atasterdiri

    dari sedimen kuarter yang terdiri dari sedimen berfraksi kasar (pasir, kerakal-kerikil]

    dan sedimen berfraksi halus yang terdiri dari sedimen lumpur.

    Dibawah sedimen kuarter ditempati oleh batuan yang dikontrol oleh struktur

    Geologi berupa perlipatan dan patahan. Kemungkinan batuan dengan ciri

    tersebut.merupakan formasi batam. Pada beberapa lintasan terlihat jelas batuan

    iniditerobos oleh intrusi granit.Karakteristik Pantai umumnya dicirikan oleh pantai

    berpasir, berbatuan dan pantaidataran lumpur dengan tumbuhan bakau.

    The pattern of sea surface current in the strait Singapore-Batam is tidal current fluctuation dominated. In maximum high tide, average current direction is 990 (NW ) with velocity 0.2 m/second, while in minimum tide the average is 270 (SW) with velocity 0.2 knot. The seafloor of western the strait is characterised by relatively flatty topography while at eastern part characterised by undulation. Geology of offshore zone vertically is quaternary sediment on top containing coarse fraction (sand, gravel, pebble) and fine fraction which consist of mud, Underlying the quaternary bed is structure-controlled bed-rock such as folding and fault. This rock with that type perhaps is Batam Formation. In some parts seen that this rock is intruded by granite.

    Coastal characteristic is commonly characterised by sand beach, rocky beach and mud-plain coast with mangroves. Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - COASTAL AREA - PANTAI BATAM UTARA.

    15. Call No : B 86 1 NDL.015

    Judul : Laporan Penyelidikan Seismik dan Percontohan Gaya Berat di Perairan

    Mentok/Ranggam, Bangka (PPGL.GF.011.85).

    Pengarang : Hadikusumo, S., Susilohadi, Wahyudi, D.M Barmawidjaja, N. Darwis, I Nyoman

    Astawa, A. Setiyabudhi, L. Arifin.

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Penyelidikan seismik dan percontohan gaya berat di perairan Mentok/Ranggam,

    Bangka ini dilaksanakan oleh Puslitbang Geologi Kelautan pada tahun 1985. Maksud

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 27

    penyelidikan adalah salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka mewujudkan

    program Pelita IV. Tujuan penyelidikan adalah menyajikan data dasar tentang

    kadalaman dasar laut, geologi bawah permukaan, sebaran sedimen dasar laut dan

    kandungan mineral dasar laut.Metoda yang diterapkan adalah batimetri, seismic

    pantul dangkal, pemetaan pantai dan pengambilan cotoh sedimen dasar laut.

    Kedalaman dasar laut maksimum sektar 37,5 m dibagian tengah daerah

    penyelidikan, dibagian selatan terbentuk punggungan dengan arah Timur-Barat

    dengan kedalaman minimum 7,5 m kearah utara membentuk alur (channel) besar

    dengan kedalaman 15 m 38 m searah garis pantai. Hasil rekaman seismik

    memperlihatkan geologi bawah permukaan dasar laut dapat dibagi menjadi 4

    sekuen.Seismik basement merupakan batuan metasedimen atau batuan beku

    selanjutnya pengendapan terjadi pada pertengahan akhir Tersier menghasilkan

    endapan alluvial tua dan endapan Ranggam, kemudian endapan Ladang dan secara

    tidak selaras menutupi endapan Ranggam. Endapan alluvial Resen (Ranggam) kaya

    akan kandungan kasiterit. Pola struktur yang berkembang adalah sesaar mendatar

    berarah timur laut- barat daya memotong sedimen Tersier di daerah ini. Hasil

    analisa kimia sedimen dasar laut diketahui bahwa daerah penyelidikan kaya akan

    mineral-mineral berat seperti kasiterit, turmalin, rutil, ilmenit, monasit dan apatit

    berasal dari batuan granit.

    The investigationof seismicandgravityin Mentok/Ranggam waters, Bangkawas

    conductedby theMarine Geological Institutein 1985. The purpose ofthe

    investigationisone of a seriesof activitiesin order to realizePelitaIVprogram.Purpose

    ofthe investigationis to presentbasic data onbathymetry, subsurfacegeology, the

    distribution ofseafloor sedimentsandseabedmineral content.The methodis applied

    such asbathymetry, shallow seismicreflection, coastalmappingand seafloor

    sediments sampling. The maximumdepth ofthe sea floor is 37.5min the middlearea

    ofinvestigation, the southern ridgeformedbythe East-Westdirectionwitha minimum

    depth of7.5 mtowards the north is forming a great channel with a depth of 15m-38

    min the direction ofthe coast line. The results ofthe seismicrecordsshowthe

    seabedsubsurfacegeologycan be divided intofoursequences. Seismicbasementis

    anmetamorphic sediment origneousrockfurthersedimentationoccursin midle-late

    Tertiaryyield old alluvialsedimentandRanggam sediment, thenLadang sedimentand

    unconformity cover theRanggamsediment.Resenalluvial deposits(Ranggam) isrich

    inkasiterit. The structure developingisnormal faulttrendingnortheast-southwest cut

    of theTertiarysedimentsin this area. The results ofchemical analysis

    ofseabedsedimentsknown thatthe investigationareais rich inheavy mineralssuch

    askasiterit, tourmaline, rutile, ilmenite, monaziteandapatitefromgranitic rocks.

    Subyek : 1. Seismic Methods - Tin Deposits - Mentok.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 28

    DAERAH JAWA DAN PERAIRANNYA

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 29

    16. Call No : LE 91 2 NDL.016

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Rembang, Laut

    Jawa (Lembar Peta 1509 PPGL.GF.037.91)

    Pengarang : Tjoek A. Soeprapto, S. Hakim, M. Widjajanegara, A. Masduki, Wahyudi & A. Wahib

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Daerah yang tercakup dalam penyelidikan ini terletak sekitar 15 km di lepas pantai

    Tuban dan Rembang pada 111 00 ` - 112 30` BT dn 05 45` - 06 45`LSCekungan pull

    apart yang terbentuk di daerah peneylidikan aadalah manifestasidari pengaktifan

    struktur lama yang berkaitan dengan tektonik subduksi Muria- Pegunungan Meratus

    pada waktu Kapur Atas. Terbentuknya cekungan tersebutJuga berkaitan dengan

    sesar geser yang memotyong daearh penyeelidikan, dan rembesan gas yang

    berorientasi timur-barat. Rembesan gas yang terdapat di daerah penyelidikan

    sebagian besar membentuk erosi permukaan, dimana erosi permukaan ini akan

    berbentuk channel-channel yang pada saat ini teleh ditutupi oleh sedimen resen.

    Dengan memperhatikan pola tektonik diperkirakan bahwa sedimentasi dan tektonik

    di daerah penyelidikan masih aktif hingga terbentuknya sedimen resen (paling atas).

    Hal ini dibuktikan oleh pola rembesan gas dan pola cekungan full apart.Hasil

    analisa contoh sedimen permukaan dasar laut memperlihatkan bahwasecara

    menyeluruh daerah penyelidikan diwakili oleh lumpur krikilan, SebaranLanau

    bervariasi, tidak mengikuti bentuk garis pantai.

    Dari hasil analisa fauna didaerah penyelidikan diduga bahwa daerah penyelidikanini

    adalah rawa atau sangat dangkal beberapa waktu yang lalu. Foram kecilbenthos

    dijumpai di daerah penyelidikan jenisnya mirip dengan yang dijumpai didaerah

    dangkal lainnya, Eponides pracintus adalah spesies yang paling banyak.

    Foram besar yang dijumpai hanya satu genus yaitu Operculina.

    The investigation area is situed 15 km on Tuban and Rembang offshore, geographically in the position of Eastern long. 111000- 112030 and Southern lat. 05045 06045. Pull-apart basin formed in the investigation area is the manifestation of old structure reactivation related to Muria Meratus Mountain subduction tectonic in Upper Cretaceous. This basin formation is as well related to strike-slip fault incising the area and gas seepage with east-west orientation. The seepage on the study are commonly formed surface erosion as channelized forms which are now covered by recent sediment. Considering tectonic pattern, it is interpreted that sedimentation and tectonic of the area are still active until recent sedimentation on top. This is proven by gas seepage and basin patterns of full-apart.

    The results of seafloor surface sediment analysis show in general that the area is represented by gravelly mud while silt distribution is variable not follows coastline pattern. By fauna analysis it is interpreted that the area was swampy or very shallow a few times ago. Small benthic foram found in the area is similar with the one found in the other shallow area. Eponidespracintus is the most species found. Larger

    foram only one genus found, Operculina.

    Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - REMBANG.

    2. MARINE GEOPHYSICS - REMBANG.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 30

    17. Call No : LE 91 3 NDL.017

    Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Laut Jawa

    (Lembar Peta 1210)

    Pengarang : Kurnio, H., D. Ilahude, R. Prawirasasra, Suprijadi, Kuntoro dan L. Arifin

    Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

    Abstrak : Sedimen permukaan dasar laut daerah penyelidikan terdiri dari : Lumpur, Lumpur

    pasiran, Lumpur kerikilan, Lanau, Pasir lumpuran dan Pasir kerikilan; dengan pola

    sebaran menjauhi daratan Pulau Jawa fraksi sedimen semakin halus; yaitu dari

    kerikil-pasir menjadi lanau-lumpur.

    Hasil analisis mineral berat didapatkan : hematite, magnetit, limonit, piroksen,

    hornblende, biotit, pirit, dan dolomite; dengan pola sebaran mendekati Pulau Jawa

    sebagai sumber mineral.

    Sebanyak 22 contoh terpilih dilakukan analisis kimia unsure utama SiO2, Al2O3,

    Fe2O3, CaO, MgO, K2O, Na2O, MnO dan TiO2; dengan pendekatan asal-usul

    sedimen menggunakan diagram SiO2 dan K2O mendapatkan asal sedimen berasal

    dari rombakan batuan volkanis andesitic-dasitis dan basaltis-andesitis..

    Berdasarkan analisis foraminifera kecil bentos, lingkungan pengendapan daerah

    penyelidikan adalah laut paparan dan paparan karbonat (shelf seas and carbonate

    platform).

    Morfologi dasar laut secara umum merupakan paparan, kecuali bagian barat laut

    Teluk Jakarta, morfologi bergelombang sedang hingga kasar yang mencirikan adanya

    efek fluktuasi arus pasang surut dan arus global.

    Berdasarkan penafsiran rekaman seismic, runtunan atau sekuen sedimen dapat

    dibedakan menjadi 3 : A, B dan C. Runtunan C merupakan dasar akustik atau

    acoustic basement yang dapat dikorelasikan dengan Formasi Cisubuh Bagian Atas

    yang berumur Neogen Akhir atau Miosen Atas - Pliosen.

    Rekonstruksi struktur bawah permukaan dasar laut dari penafsiran rekaman seismic

    dapat dibedakan struktur dangkal patahan dan lipatan.Struktur yang berkembang

    pada Formasi Cisubuh tersebut dan berarah umum timur laut barat daya,

    kemungkinan dipengaruhi perioda tektonik Plio-Plistosen.

    Seafloor surface sediment of the area consists of: mud, sandy mud, gravelly mud, silt, muddy sand and gravelly sand; with the pattern that as far as from the coastline is finer which is from sand to silty mud. Heavy mineral analysis contains hematite, magnetite, limonite, pyroxene, hornblende, biotite, pyrite and dolomite with the distribution pattern is closing to Jawa island as the source rock.

    There are 22 analysed selected samples for major elements: SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O, Na2O, MnO and TiO2, by using SiO2 and K2O diagram to know the minerals provenance then it shows that the sediments origin is volcanic andesitic- dacitic and basaltic-andesitic. Benthic foraminifera analysis of sediment shows that the area is shelf seas and carbonate platform.

  • DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I

    | 31

    Seafloor morphology generally is platform but at northwestern part of Jakarta Bay is wavy to roughly characterising the effect of tidal fluctuation and regional current. Seismic records interpretation illustrate 3 sequences are A, B and C. Sequence C is acoustic basement that can be correlated with Upper Cisubuh Formation with the age Late Neogen or Upper Miocene - Pliocene. Subsurface structure reconstruction by seis