dinas kesehatan kabupaten lombok timur tahun 2018 …
TRANSCRIPT
RENCANA STRATEGISREVIEW
DINAS KESEHATANKABUPATEN LOMBOK TIMUR
TAHUN 2018-2023
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMURDINAS KESEHATAN
Jalan Ahmad Yani No. 100 Selong Telp. (0376) 2921033, Fax. (0376) 2922926, Kode Pos 83612Email: [email protected]
i |Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya jualah
sehingga Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur dapat menyelesaikan Dokumen
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2018 - 2023
ini dengan baik.
Keberadaan dokumen ini dimaksudkan untuk memberikan arahan tentang Rencana
Pembangunan Bidang Kesehatan di Kabupaten Lombok Timur 5 (lima) tahun ke depan, juga
memberikan gambaran tentang keadaan umum kondisi kesehatan masyarakat Lombok
Timur, serta potret yang lebih detail tentang situasi dan kondisi pembangunan kesehatan dan
masalah kesehatan di Kabupaten Lombok Timur pada saat ini.
Renstra Dinas Kesehatan ini disusun berdasarkan pada kebijakan dan arah
pembangunan kesehatan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Lombok Timur Tahun
2018-2023 yang telah dibahas di berbagai forum baik di tingkat tekhnis program maupun di
level pimpinan melalui Rapat Koordinasi Program OPD yang difasilitasi oleh Bappeda dan
pada saatnya nanti kegiatan secara lebih detail akan disinkronkan kembali dalam forum
penganggaran program pembangunan kesehatan.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan dokumen ini. Kami menyadari bahwa dokumen ini
masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga apa yang ada dalam dokumen ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukan sehingga dapat mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan,
meningkatkan IPM dan terpenuhinya kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh di
Kabupaten Lombok Timuran.
Selong, Juni 2021 Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur Dr. H. PATHURRAHMAN, SKM, M.AP
Pembina Tk. I – IV/b
ii |Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
NIP. 19681231 199003 1 109
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iii DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... iv BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang………………………………………………………….. 1 1.2. Landasan Hukum……………………………………………………….. 2 1.3. Maksud dan Tujuan…………………………………………………….. 5 1.4. Sistematika Penulisan………………………………………………….. 6 BAB II. GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH……………….......... 8 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah.............. 8 2.1.1. Tugas dan Fungsi ………….….............................................. 8 2.1.2 . Susunan Organisasi…………………………………………… Susunan Organisasi Susunan Organisasi 24 2.2. Sumber Daya Perangkat Daerah………………............................... 24 2.2.1. Sumber Daya Manusia………………….................................. 24 2.2.2. Sarana dan Prasarana........................................................... 27 2.2.3 Anggaran Kesehatan………………….................................... 28 2.3. Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah.............................................. 29 2.3.1 Kinerja Layanan dan Program................................................ 29 2.3.2. Kinerja Anggaran.................................................. .............. 33
BAB III. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH 3.1. Permasalahan Pembangunan Kesehatan…………………………….. 84 3.2. Telaah Visi,Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah..................................................................................................
85 3.3. Telaah Renstra Kementerian Kesehatan……..................................... 86 3.4. Telaan Renstra Dinas Kesehatan Propinsi.......................................... 88 3.5. Telaah Keterkaitan dengan Perangkat Daerah Lainnya..................... 90 3.6. Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah-Kajian Lingkungan Hidup
Strategis…………………………………………………………………… 90
3.7. Analisis Isu Strategis Global…………………………………………….. 91 3.8. Penentuan Isu Strategis…………………………………………………. 92 BAB IV. TUJUAN DAN SASARAN……………........................................................ 93 BAB V. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN……………………………………….. 95 BAB VI. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN KERANGKA
PENDANAAN…………………………………………………………………..
99 BAB VII KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN………………………………. 127
iii |Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
BABVIII PENUTUP……………………………………………………………………… 129
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
25
Tabel 2.2 Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
26
Tabel 2.3 Jumlah Pegawai Pangkat dan Golongan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
26
Tabel 2.4 Jumlah Pegawai berdasarkan jabatan Fungsional pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
26
Tabel 2.5 Data Sarana dan Prasarana Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
27
Tabel T-C. 23 Kinerja Layanan dan Program Tahun 2016-2020 29
Tabel T-C.24 Alokasi dan Realiasai Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur tahun 2016-2020
33
Tabel 3.1 Keterkaitan outcame sasaran Dinas Kesehatan Dengan Organisasi Perangkat Daerah Lainnya
90
Tabel T-C.25 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2018-2023
94
Tabel T-C.26 Strategi dan Arah kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur tahun 2018-2023
96
Tabel T-C.27 Rencana Program, Kegiatan Dan Kerangka Pendanaan 99
Tabel T-C.28 Indikator Kinerja Penyelenggaran Urusan Kesehatan Kabupaten Lombok Timur yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD Tahun 2018-2023
127
iv |Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Capaian Umur Harapan Hidup Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
34
Grafik 2.2 Perkembangan Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
35
Grafik 2.3 Perkembangan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
37
Grafik 2.4. Perkembangan Cakupan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
38
Grafik 2.5 Perkembangan Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
39
Grafik. 2.6 Perkembangan Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi Ditangani di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
40
Grafik. 2.7 Perkembangan Cakupan Peseta KB Aktif di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
41
Grafik. 2.8 Perkembangan Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Lombok Timur 2016 – 2020
43
Grafik. 2.9 Perkembangan Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
43
Grafik 2.10 Perkembangan Cakupan Neonatal dengan Komplikasi Ditangani di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
45
Grafik 2.11 Perkembangan Kasus Bayi BBLR di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
46
Grafik. 2.12 Perkembangan Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
47
Grafik 2.13 Perkembangan Cakupan Bayi Mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
48
Grafik 2.14 Perkembangan Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
49
Grafik 2.15. Perkembangan Cakupan Desa UCI di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
50
Grafik 2.16. Prevalensi Gizi Buruk di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014 -2018 53
v |Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
Grafik 2.17 Perkembangan Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
57
Grafik 2.18. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penyakit Pneumonia pada Balita di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
61
Grafik 2.19 Perkembangan Penemuan Penderita HIV-AIDS di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
62
Grafik 2.20 Cakupan Penemuan Penyakit Diare di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
64
Grafik 2.21 Perkembangan AFP Rate Per 100.000 Penduduk Usia <15 Tahun di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
65
Grafik 2.22 Perkembangan Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
69
Grafik 2.23 Perkembangan Angka Kesakitan Malaria Per 1.000 Penduduk Beresiko di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
71
Grafik 2.24 Capain Indikator Akses Air Minum Sehat di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 - 2020
77
Grafi 2.25 Perkembangan penduduk dengan akses sanitasi yang layak Tahun 2016-2020
78
1 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah suatu upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan memperhatikan dinamika
kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan
IPTEK, serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan
kerjasama lintas sektoral serta dengan pengelolaan yang transparan dan akuntabel.
Kelangsungan pembangunan yang berkesinambungan membutuhkan sistem dan
mekanisme perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang lebih terpadu, serasi,
selaras dan seimbang antara sektoral, regional dan daerah, antar berbagai kegiatan
pemerintah dan kegiatan masyarakat yang dapat menjamin terpenuhinya aspirasi
dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan.
Sesuai Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
25 Tahun 2004, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan
tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun
2017, Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah,
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah, setiap Organisasi Perangkat Daera (OPD) harus menyusun Rencana
Strategis (Renstra) Perangkat Daerah yang merupakan dokumen perencanaan
Perangkat Daerah untuk kurun waktu 5 (lima) tahun.
Sebagaimana diatur dalam Undang Undang No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah bahwa tujuan penyusunan Renstra Organisasi Perangkat
2 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Daerah adalah untuk mewujudkan target indikator kinerja daerah dan target sasaran
pembangunan nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daearah (RPJMD) Kabupate
Lombok Timur Tahun 2018 - 2023 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor
1 Tahun 2018, dimana pembangunan kesehatan menjadi bagian integral dari
pembangunan daerah sebagaimana disebutkan dalam misi ke 2 yaitu Meningkatkan
mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berdayasaing dengan biaya
terjangkau.
Rencana Strategis (Renstra) OPD dapat dikategorikan sebagai dokumen
manajerial wilayah yang bersifat komprehensif karena mampu memberikan program-
program strategis sesuai dengan kebutuhan masing-masing bidang dalam lingkup
OPD.
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur adalah
merupakan penjabaran teknis di bidang kesehatan dari visi,misi,dan program Bupati
Lombok Timur yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Tahun 2018-2023.
Fokus Renstra Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023 ditekankan pada upaya-
upaya untuk meningkatkan tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Lombok Timur yang berada pada urutan nomor ke- 8 dari 10 Kabupaten/Kota se-
Provinsi NTB.
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2018 - 2023
memuat tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Renstra Dinas Kesehatan disusun dengan
berpedoman pada RPJMD 2018 -2023 Kabupaten Lombok Timur dan bersifat
indikatif yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur dengan mendorong
peran aktif seluruh komponen masyarakat.
B. Landasan Hukum
Landasan hukum dalam penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Tahun 2018-2023 adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I
Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1649);
3 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
2. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 75);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
11. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
4 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4815);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republi Indonesia Nomor 5887);
19. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta
Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1312);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lombok
Timur 2005-2025;
5 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
22. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012-2032
(Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Timur;
24. Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor 35 tahun 2016 tentang
Kedudukan,Susunan Organisasi, Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Kesehatan;
25. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2018-2023.
C. Maksud dan Tujuan
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2018 - 2023 disusun dan
ditetapkan dengan maksud sebagai arah dan pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk secara
bersama mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan khususnya dalam rangka
mendukung visi dan misi pembangunan daerah.
Tujuan penyusunan Dokumen Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
tahun 2018-2023 adalah :
1. Menetapkan, tujuan, sasaran, arah kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan kesehatan jangka menengah serta indikator kinerja
pembangunan kesehatan daerah;
2. Menetapkan pedoman dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) OPD dan
perencanaan penganggaran;
3. Merumuskan gambaran ketersediaan anggaran yang dapat dibelanjakan dalam
rangka pelaksanaan program dan kegiatan disertai sasaran dan fokus
program/kegiatan di bidang kesehatan Tahun 2018-2023.
6 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Timur NTB Tahun 2018-2023 adalah sebagai berikut:
● Bab I PENDAHULUAN
Menguraikan : Latar Belakang, Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan serta
Sistematika Penulisan.
● BAB II GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH
Menguraikan : Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah, Sumber
Daya Perangkat Daerah, Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah, Anggaran,
Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah.
● BAB III PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH
Menguraikan : Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan Perangkat Daerah, Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Terpilih, Telaah Renstra Kementerian Kesehatan,
Telaah Renstra Dinas Kesehatan Propinsi NTB, Telaah Tata Ruang Wilayah dan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, Penentuan Isu-isu Strategis.
● BAB IV TUJUAN DAN SASARAN
Menguraikan : Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah
● BAB V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Menguraikan : Strategi dan Arah Kebijakan Perangkat Daerah.
● BAB VI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN
Menguraikan : Program prioritas mengacu Permendagri Nomor 13 tahun 2006
dan Permendari Nomor 59 tahun 2007 sesuai urusan beserta target kinerja dan
kebutuhan pendanaan dalam pencapaian visi dan misi serta indikator kinerja
● BAB VII KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN
Menguraikan indikator kinerja pembangunan kesehatan beserta target capaian
indikator kinerja per tahun
● BAB VIII PENUTUP
7 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH
A. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah
a. Tugas dan Fungsi
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu Dinas
Daerah dengan Type A yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Bidang
Kesehatan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok
Timur Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Lombok Timur . Selanjutnya tugas, fungsi dan struktur organisasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Timur dijabarkan dalam Peraturan Bupati Lombok
Timur Nomor 35 tahun 2016 tentang Kedudukan,Susunan Organisasi, Uraian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan dengan uraian sebagai berikut:.
Kepala Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan operasional dan rencana program di bidang kesehatan
masyarakat
2. Perumusan kebijakan operasional dan rencana program dibidang pencegahan,
pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan
3. Perumusan kebijakan operasional dan rencana program dibidang pelayanan
kesehatan
4. Perumusan kebijakan operasional dan rencana program dibidang sumber daya
kesehatan
1. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris Dinas yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretaris Dinas Kesehatan
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan penyusunan program, pelaporan,
pengelolaan keuangan serta urusan umum dan kepegawaian.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Sekretaris Dinas Kesehatan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan Rencana Kerja Sekretariat dan Rencana Kerja Dinas;
b. Penyusunan Konsep Rencana Strategis Dinas;
8 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
c. Penyusunan Konsep Kebijakan Pemerintah Daerah dibidang Kesehatan;
d. Penyusunan Konsep Kebijakan Dinas untuk pengelolaan program dan
pelaporan, keuangan, urusan umum dan kepegawaian;
e. Pengorganisasian tugas dan kegiatan di lingkup Sekretariat;
f. Pengorganisasian tugas dan program Sekretariat dengan bidang di lingkup
Dinas;
g. Penyelenggaraan pembinaan administrasi program dan pelaporan, keuangan
serta administrasi urusan umum dan kepegawaian di lingkup Dinas;
h. Pembinaan administrasi dan aparatur pada Sub Bagian Program dan
Pelaporan, Sub Bagian Keuangan serta Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
i. Penyelenggaran penilaian kinerja di lingkupDinas;
j. Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian, pemantauan dan evaluasi
kegiatan Sekretariat;
k. Pelaporan pelaksanaan tugas dan kegiatan di lingkup Sekretariat secara rutin
dan berkala;
l. Pelaporan pelaksanaan tugas dan program di lingkup Dinas secara rutin dan
berkala;
m. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan;
Sekretariat terdiri dari Sub Bagian Program dan Pelaporan, Sub Bagian
Keuangan serta Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
1.1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Sekretaris Dinas. Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan umum
dan pengelolaan administrasi kepegawaian.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi sebagai berikut
a. Penyusunan rencana kerja Sub Bagian Program dan Pelaporan;
b. Penyiapan aparatur, peralatan dan perlengkapan serta pendanaan untuk
pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Program dan Pelaporan;
c. Pengkoordinasian tugas dan kegiatan Sub Bagian Program dan
Pelaporan dengan Sub Bagian lainnya di lingkup Sekretariat;
9 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
d. Penyusunan bahan perumusan kebijakan Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian;
e. Pelaksanaan kegiatan urusan umum, pengelolaan administrasi
kepegawaian dan administrasi perkantoran;
f. Pelaksanaan urusan keperotokolan, hubungan masyarakat, penyiapan
rapat dinas dan pendokumentasian kegiatan Dinas;
g. Pengelolaan kearsipan dan perpustakaan Dinas;
h. Pelaksanaan urusan rumah tangga, ketertiban, keamanan dan kebersihan
di lingkungan kerja;
i. Pemeliharaan dan perawatan kendaraan Dinas, peralatan dan
perlengkapan kantor dan asset lainnya;
j. Penyiapan rencana kebutuhan, pengadaan sarana dan prasarana,
pengurusan, penyimpanan, pendistribusian dan inventarisasi barang
inventaris Dinas;
k. Pengumpulan, pengelolaan, pemutahiran dan penyimpanan data dan
kartu kepegawaian di lingkunganDinas;
l. Penyiapan data dan dokumen administrasi kepegawaian sebagai bahan
pembinaan untuk peningkatan kapasitas dan kinerja aparatur, penjabaran
standar kompetensi, kenaikan pangkat, daftar penilaianpekerjaan, daftar
urut kepangkatan, sumpah/janjipegawai, gaji berkala,
pendidikan/pelatihan kepemimpinan, teknis dan fungsional, ujian dinas
dan peningkatan kesejahteraan pegawai;
m. Penyiapan pelaksanaan peningkatan kapasitas dan kompetensi aparatur
melalui pendidikan dan pelatihan, ujian dinas, kenaikan pangkat, dan
promosi jabatan, penilaian kerja dan penjabaran disiplin pegawai;
n. Pelaksanaan penyiapan administrasi dan pengusulan pegawai yang akan
pensiun, serta pemberian penghargaan kepada aparatur yang
berprestasi;
o. Pelaporan perkembangan dan kondisi aparatur, peralatan dan dan
perlengkapan, rumah tangga, keprotokolan dan hubungan masyarakat,
ketata usahaan dan ketatalaksanaan, arsip dan perpustakaan Dinas
secara rutin dan berkala;
p. Pelaporan pelaksanaan tugas dan kegiatan di lingkup Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian secara rutin dan berkala;
10 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
q. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi kegiatan Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian; dan
r. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
1.2. Sub BagianKeuangan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian
Keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris
Dinas. Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Sub Bagian Keuangan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana kerja Sub Bagian Keuangan;
b. Penyiapanaparatur, peralatan dan perlengkapan serta pendanaan untuk
pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Keuangan
c. Pengkoordinasian tugas dan kegiatan Sub Bagian Keuangan dengan Sub
Bagian lainnya di lingkup Sekretariat;
d. Penyusunan rencana kegiatan pengelolaan administrasi keuangan Dinas;
e. Penyusunan bahan perumusan kebijakan Sub Bagian Keuangan;
f. Penghimpunan dan pengolahan rencana anggaran sekretariat dan bidang
sebagai bahan penyusunan rencana anggaran Dinas;
g. Pelaksanaan kegiatan perbendaharaan, verifikasi dan pembukuan
keuangan anggaran belanja langsung dan belanja tidak langsung Dinas;
h. Pelaksanaan pengelolaan dokumen kontrak kerja dengan pihak ketiga;
i. Penyusunan laporan keuangan secara rutin maupun berkala untuk Dinas;
j. Penyusunan pelaporan perkiraan capaian target realisasi
keuanganDinas;
k. Pelaporan pelaksanaan tugas dan kegiatan di lingkup Sub Bagian
Keuangan secara rutin dan berkala;
l. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Sub
Bagian Keuangan;
m. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
11 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
1.3. Sub Bagian Program dan Pelaporan
Sub Bagian Program dan Pelaporan di pimpin oleh seorang Kepala
Sub Bagian Program dan Pelaporan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Sekretaris Dinas. Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan perencanaan program
dan pelaporan kegiatan dinas.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Sub Bagian Program
dan Pelaporan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana kerja Sub Bagian Program dan Pelaporan;
b. Penyiapan aparatur, peralatan dan perlengkapan serta pendanaan untuk
pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Program dan Pelaporan;
c. Pengkoordinasian tugas dan kegiatan Sub Bagian Program dan
Pelaporan dengan Sub Bagian lainnya di lingkup Sekretariat;
d. Penghimpunan, pengolahan dan penyiapan bahan penyusunan konsep
rencana strategis Dinas;
e. Penghimpunan, pengolahan dan penyiapan rencana program kerja dan
kegiatan sekretariat dan bidang sebagai bahan penyusunan konsep
rencana program kerja dan kegiatan tahunan Dinas;
f. Penghimpunan dan pengolahan konsep kebijakan teknis masing-masing
bidang sebagai bahan penyusunan konsep kebijakan Pemerintah Daerah
di bidang kesehatan;
g. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) Dinas;
h. Pelaksanaan kompilasi hasil penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) masing-masing
bidang;
i. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKA-SKPD) serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD);
j. Pengumpulan, pengolahan dan penyusunan data pelaksanaan program
dan kegiatan tahunan Dinas;
k. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtiar realisasi kinerja Dinas;
l. Pelaporan pelaksanaan tugas dan kegiatan di lingkup Sub Bagian
Program dan Pelaporan secara rutin dan berkala;
12 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
m. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Sub
Bagian Program dan Pelaporan;
n. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
2. Bidang Kesehatan Masyarakat
Bidang Kesehatan Masyarakat di pimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya,Kepala Bidang Kesehatan masyarakat
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan perumusan kebijakan operasional bidang kesehatan masyarakat ;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional bidang kesehatan masyarakat ;
c. Penyiapan bimbingan dan fasilitasiteknis bidang kesehatan masyarakat;
d. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang kesehatan masyarakat.
2.1. Seksi Kesehatan Keluarga
Seksi Kesehatan Keluarga dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga
menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut :
a. Perumusan bahan kebijakan dan perencanaan program kegiatan
kesehatan keluarga;
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan kesehatan
keluarga;
c. Penyiapan bahan advokasi dan koordinasi kegiatan kesehatan keluarga;
d. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan kesehatan keluarga;
dan
e. Penyiapan bahan pemantauan,evaluasi dan pelaporan kegiatan
kesehatan keluarga.
2.2. Seksi Gizi
Seksi Gizi dipimpin oleh seorang KepalaSeksi yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat.
13 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Gizi
menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut :
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
pembinaan gizi masyarakat;
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan pembinaan gizi
masyarakat;
c. Penyiapan bahan advokasi dan koordinasi kegiatan pembinaan gizi
masyarakat kesehatan;
d. Penyiapan sosialisasi pedoman kegiatan pembinaan gizi masyarakat; dan
e. Penyiapan bahan pemantauan,evaluasi dan pelaporan kegiatan pembinaan
gizi masyarakat.
2.3. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
Seksi Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Promosi Kesehatan
dan Peran Serta Masyarakat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta kesehatan kerja
dan olah raga;
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat serta kesehatan kerja dan olah raga;
c. Penyiapan bahan advokasi dan koordinasi promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat serta kesehatan kerja dan olah raga;
d. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat serta kesehatan kerja dan olah raga;
e. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta kesehatan kerja dan olah
raga.
14 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
3. Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan
Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan
dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada KepalaDinas;
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi/advokasi, bimbingan teknis, fasilitasi, dan laporan kegiatan
pencegahan, pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang Pencegahan,
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut :
a. Penyiapan perumusan kebijakan operasional Bidang Pencegahan,
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional Bidang Pencegahan,
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan;
c. Penyiapan koordinasi, advokasi, sosialisasi, bimbingan dan fasilitasi teknis
Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan; dan
d. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan Bidang Pencegahan, Pengendalian
Penyakit dan Kesehatan.
3.1. Seksi Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Bencana
Seksi Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Bencana
dipimpin seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Pencegahan, PengendalianPenyakit dan
KesehatanLingkungan.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan
Bencana mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan program, melaksanakan kebijakan teknis dibidang
pengamatan penyakit dan penanggulangan bencana.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Surveilans Epidemiologi,
Imunisasi dan Kesehatan Bencana menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut :
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
surveilan penyakit, imunisasi, penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana,
15 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Surveilan Kesehatan Haji dan Kecelakaan, Kesehatan Matra dan
Karantina Kesehatan( Penyakit Infeksi Emerging );
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan surveilan
penyakit, imunisasi, penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana, Surveilan
Kesehatan Haji dan Kecelakaan, Kesehatan Matra dan Karantina
Kesehatan( Penyakit Infeksi Emerging);
c. Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan surveilan
penyakit, imunisasi, penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana, Surveilan
Kesehatan Haji dan Kecelakaan, Kesehatan Matra dan Karantina
Kesehatan( Penyakit Infeksi Emerging);
d. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan kegiatan surveilan
penyakit, imunisasi, penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana, Surveilan
Kesehatan Haji dan Kecelakaan, Kesehatan Matra dan Karantina
Kesehatan( Penyakit Infeksi Emerging); dan
e. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan surveilan
penyakit, imunisasi, penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana, Surveilan
Kesehatan Haji dan Kecelakaan, Kesehatan Matra dan Karantina
Kesehatan( Penyakit Infeksi Emerging);
f. Penyiapan logistic untuk kegiatan surveilan penyakit, imunisasi,
penanggulangan KLB/Kesehatan Bencana, Surveilan Kesehatan Haji dan
Kecelakaan, Kesehatan Matra dan Karantina Kesehatan ( Penyakit Infeksi
Emerging).
3.2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dipimpin seorang Kepala
Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai
tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan
program, melaksanakan kebijakan teknis dibidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
16 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit;
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan pencegahan
dan pengendalian penyakit;
c. Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit;
d. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit; dan
e. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit.
3.3. Seksi Kesehatan Lingkungan
Seksi Kesehatan Lingkungan dipimpin seorang Kepala Seksi yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pencegahan,
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan.
Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program,
melaksanakan kebijakan teknis dibidang Kesehatan lingkungan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya,kepala Seksi Kesehatan
Lingkungan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
kesehatan lingkungan dan hygiene sanitasi pangan;
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan kesehatan
lingkungan dan hygiene sanitasi pangan;
c. Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan kesehatan
lingkungan dan hygiene sanitasi pangan;
d. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan kegiatan kesehatan
lingkungan dan hygiene sanitasi pangan; dan
e. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan kesehatan
lingkungan dan hygiene sanitasi pangan.
4. Bidang Pelayanan Kesehatan
Bidang Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas;
17 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
koordinasi, advokasi, bimbingan teknis, sosialisasi, pasilitasi serta pemantauan,
evaluasi dan pelaporan pelayanan kesehatan primer, kesehatan rujukan,
kefarmasian dan makanan minuman.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan perumusan kebijakan operasional Bidang Pelayanan Kesehatan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional Bidang Pelayanan Kesehatan;
c. Penyiapan koordinasi, advokasi, sosialisasi, bimbingan dan fasilitasi teknis
Bidang Pelayanan Kesehatan; dan
d. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan Bidang Pelayanan Kesehatan.
Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri dari Seksi Pelayanan Kesehatan Primer,
Akreditasi dan KesehatanTradisional, Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan, dan
Seksi Kefarmasian dan Makmin.
4.1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional
Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan
Tradisional dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan.
Kepala Seksi PelayananKesehatan Primer, Akreditasi dan
KesehatanTradisional mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan
bahan penyusunan rencana dan program, melaksanakan kebijakan teknis di
bidang Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Pelayanan
Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan KesehatanTradisional;
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan Pelayanan
Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional;
c. Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan Pelayanan
Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional;
18 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
d. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan kegiatan Pelayanan
Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional; dan
e. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional.
4.2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan
Kesehatan
Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan
Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan.
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan
Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan program, melaksanakan kebijakan teknis di bidang
Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Pelayanan
Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan Kesehatan;
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan Pelayanan
Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan Kesehatan;
c. Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan Pelayanan
Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan Kesehatan;
d. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan Pelayanan Kesehatan
Rujukan dan Penunjang Pelayanan Kesehatan; dan
e. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan Kesehatan.
4.3. Seksi Kefarmasian dan Makan Minuman
Seksi Kefarmasian dan Makan Minuman dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
PelayananKesehatan.
19 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Kepala Seksi Kefarmasian dan Makan Minuman mempunyai tugas
pokok melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program,
melaksanakan kebijakan teknis di bidang Kefarmasian dan Makan Minuman.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Kefarmasian dan
Makan Minuman menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
Kefarmasian dan Makan Minuman;
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan Kefarmasian
dan Makan Minuman;
c. Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan
Kefarmasian dan Makan Minuman;
d. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan Kefarmasian dan
Makan Minuman; dan
e. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Kefarmasian dan Makan Minuman.
5. Bidang Sumber Daya Kesehatan
Bidang Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Kepala Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, koordinasi,
advokasi, bimbingan teknis, sosialisasi, fasilitasi serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan Sumber Daya Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan perumusan kebijakan operasional Bidang Sumber Daya Kesehatan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional Bidang Sumber Daya
Kesehatan;
c. Penyiapan koordinasi, advokasi, sosialisasi, bimbingan dan fasilitasi teknis
Bidang Sumber Daya Kesehatan; dan
d. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri dari Seksi Pembiayaan Kesehatan,
Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Seksi Sarana
Prasarana dan Alat Kesehatan.
20 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
5.1. Seksi Pembiayaan Kesehatan
Seksi Pembiayaan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sumber
Daya Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Pembiayaan
Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
Pembiayaan Kesehatan;
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan Pembiayaan
Kesehatan;
c. Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan Pembiayaan
Kesehatan;
d. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan Pembiayaan Kesehatan;
dan
e. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Pembiayaan Kesehatan.
5.2. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan tugas
pokok melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program,
melaksanakan kebijakan teknis di bidang Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut
:
a. Penyiapan rencana kerja sub bidang pendidikan dan pelatihan
penjenjangan dasar;
b. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan
Litbangkes;
21 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
c. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatanPengembangan
dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Litbangkes;
d. Penyiapan bahan advokasi, sosialisai dan koordinasi kegiatan
Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan
Litbangkes;
e. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan Pengembangan dan
pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Litbangkes; dan
f. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan
Litbangkes.
5.3. Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Kepala Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan mempunyai tugas
pokok menyiapkan bahan perumusan kebijakan ,koordinasi, advokasi,
fasilitasi dan bimbingan, pengendalian serta sosialisasi kegiatan Sarana
Prasarana dan Alat Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Seksi Sarana Prasarana
dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan, perencanaan program kegiatan
Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan;
b. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan fasilitasi kegiatan SaranaPrasarana
dan Alat Kesehatan;
c. Penyiapan bahan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kegiatan Sarana
Prasarana dan Alat Kesehatan;
d. Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan Sarana Prasarana dan
Alat Kesehatan; dan
e. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan Sarana
Prasarana dan Alat Kesehatan.
22 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Dinas Kesehatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.Kelompok Jabatan
Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang
terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja sedangkan jenis dan jenjang Jabatan Fungsional diatur sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
b. Susunan Organisasi
Susunan Organisasi Dinas Kesehatan terdiri atas :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat Dinas, terdiri dari :
a. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
b. Sub Bagian Keuangan;
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3. Bidang Sumber Daya Kesehatan, Penelitian dan Pengembangan, terdiri dari :
a. Seksi Pembiayaan Kesehatan;
b. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan;
c. Seksi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan;
4. Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, terdiri
dari :
a. Seksi Survelans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Bencana;
b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
c. Seksi Kesehatan Lingkungan.
5. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari :
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Akreditasi dan Kesehatan Tradisional;
b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Pelayanan;
c. Seksi Kefarmasian, Makanan dan Minuman.
6. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri dari :
a. Seksi Kesehatan Keluarga;
b. Seksi Gizi Masyarakat;
c. Seksi Promosi, dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat;
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
23 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
8. Kelompok Jabatan Fungsional (Jafung)
B. Sumber Daya Perangkat Daerah
a. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang sangat penting dan
harus dimiliki dalam upaya mencapai tujuan organisasi serta merupakan elemen
utama organisasi dibandingkan dengan elemen sumber daya yang lain seperti
anggaran, sarana dan prasarana serta teknologi.
SDM Kesehatan menjadi salah satu sumber daya dibidang kesehatan yang
sangat strategis. Kurangnya tenaga kesehatan, baik jumlah, jenis dan distribusinya
menimbulkan dampak terhadap rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan berkualitas. Ketersediaan, penyebaran dan kualitas SDM Kesehatan yang
belum optimal menjadi isu dalam pengelolaan SDM Kesehatan.
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
No Kualifikasi Pendidikan Jumlah
1 SD 5
2 SLTP 2
3 SLTA 143
4 D1 34
5 D2 -
6 D3 653
7 D4 39
8 Ners 44
9 S1 351
10 S2 36
11 S3 1
Jumlah 1307
24 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Tabel 2.2 Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
No Jabatan Jumlah
1 Eselon II/b 1 Orang
2 Eselon II/a 0 Orang
3 Eselon III/b 4 Orang
4 Eselon III/a 1 Orang
5 Eselon IV/b 26 Orang
6 Eselon IV/a 51 Orang
Total 1.307 Orang
Tabel 2.3 Jumlah Pegawai Pangkat dan GolonganPada Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
No Berdasarkan Pangkat/Golongan Jumlah
1 Pangkat/Golongan I 8 Orang
2 Pangkat/Golongan II 458 Orang
3 Pangkat/Golongan III 773 Orang
4 Pangkat/Golongan IV 68 Orang
Total 1.307 Orang
25 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Tabel 2.4 Jumlah Pegawai berdasarkan jabatan Fungsional pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur T ahun 2020
No Berdasarkan Jabatan Fungsional Jumlah
1 Dokter umum 62 Orang
2 Dokter gigi 19 Orang
3 Perawat 365 Orang
4 Bidan 383 Orang
5 Perawat gigi 49 Orang
6 Sanitarian 81 Orang
7 Gizi 56 Orang
8 Apoteker 7 Orang
9 Asisten Apotker 29 Orang
10 Pranata Laboratorium 39 Orang
11 Teknisis Elektromedik 7 Orang
12 Penyuluh kesehatan 17 Orang
13 Adminkes 3 Orang
14 Epidemiologi 1 Orang
15 K3 2 Orang
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Timur dalam mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan berupa bangunan
gedung/kantor, tanah, kendaraan dinas/operasional, perlengkapan dan peralatan
kantor. Adapun sarana dan prasarana yang mendukung Dinas Kesehatan sebagai
berikut :
26 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Tabel 2.5 Data Sarana dan Prasarana Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2020
No Jensi sarana/Prasarana Jumlah
1 Rumah Sakit 5 buah
2 Puskesmas 35 buah
3 Puskesmas Pembantu 87 buah
4 Poskesdes 244 buah
5 Instalasi Farmasi Kabupaten 1 buah
6 Posyandu 1.856 buah
7 Posbindu 146 buah
8 Posbindu asuhan Tokoh agama 45 buah
9 Poskestren 86 buah
10 Pos UKK 54 buah
11 Pusat Informasi Kesehatn 32 buah
12 Puskesmas Keliling 63 buah
13 Perahu bermotor 2 buah
14 Sepeda motor puskesmas 313 buah
15 Sepeda motor Dinas Kesehatan 25 buah
16 Komputer 684 buah
c. Anggaran Kesehatan
Anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan program dan kegiatan pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur dari APBD ( DAU, DAK, Pajak Rokok,
DBH-CHT, BPJS Kesehatan)
Jumlah anggaran bersumber APBD Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Timur cenderung meningkat , sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut :
27 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
C. Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah
a. Kinerja Layanan dan Program
Tabel. T-C. 23
Kinerja Layanan dan Program Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
No.
Indikator Kinerja Target
IKK Target SPM
Target Renstra SKPD Tahun Ke- Realisasi Renstra SKPD Tahun Ke- Rasio Capaian pada Tahun Ke-
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
(1)
(2) (3) (4)
(5) (6) (7) (8) (`9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
I.
IndikatorKesejahteraan
1.
Persentase Usia Harapan Hidup
62,8 63 63,2
63,4
1 65,81 66,21 64,73 65,01 65,41 65,75 66,21 102,75 102,86 103,15 99,91 100,00
2.
Persentase Puskesmas berkinerja baik
60 70 80 90 100 100 58,6 59,37 62,5 74,3 37,14 83,71 74,21 69,44 74,3 37,14
3.
PersentaseKetersediaanObatEsensialGenerik di SaranaPelayanan (135/152)
90 90 90 95 98 98 83,64 83,76 99,44 100 98,01 92,93 93,07 104,67 102,04 100,01
4.
AngkaKematianIbu (AKI) per 100.000 KelahiranHidup (KH)
102 102 100 102 100 196 75 84 124 108 157 73,53 84,00 121,57 108,00 80,10
5.
AngkaKematianBayi (AKB) per 1.000 KelahiranHidup (KH)
23 22 21 20 18 22 18 13 8 10 10 81,82 61,90 40,00 55,56 45,45
6.
PersentasePrevalensiBalitaGiziBuruk
3.3 3,2 3.1 3.0 5,35 5,35 3,10 2,30 6,59 0,92 0,44 96,88 74,19 219,67 17,20 8,22
II.
Standar Pelayanan Minimal
A Pelayanan Kesehatan
2
Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
92 93 92,86 95 100 100 122,17 100 100 133,26 137,3 131,37 107,69 105,26 133,26 137,30
3
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
95 95 95 100 100 100 97,86 97,21 102,5 103,2 106,1 103,01 102,33 102,50 103,20 106,10
4 Cakupan pelayanan Ibu Nifas 95 95 95 95 100 100 95,01 96,8 99,20 100 102,27 100,01 101,89 104,42 100,00 102,27
28 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
5
Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani
92 93 94 95 95 95 97,03 90,49 91,80 94,1 89,1 104,33 96,27 96,63 99,05 93,79
6 Cakupan kunjungan bayi 95 95 95 95 100 100 95,92 98,87 92,21 104,22 104,6 100,97 104,07 97,06 104,22 104,60
7
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
100 100 100 100 100 100 100,00 99,21 100 98,8 99,6 100,00 99,21 100,00 98,80 99,60
9
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin
100 100 100 100 100 100 4,95 0 0 100 4,95 0,00 0,00 100,00 0,00
10
Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan
100
100 100 100 100 100 100,00 100 100 100 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
12 Cakupan peserta KB Aktif 72 73 73 74 78 78 83,9 81,94 85 85,3 87,8 114,93 112,25 114,86 109,36 112,56
13
Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan ibu hamil
100 100 100 100 98,12 99,98 100 104,91 98,12 99,98 100,00 104,91
14
Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan
100 100 100 100 97,21 102.54 100 106,06 97,21 102,54 100,00 106,06
15
Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
100 100 100 100 98,73 107,15 100 106,22 98,73 107,15 100,00 106,22
16
Persentase anak usia 0-59 bulan yang mendapatkan pelayanan kesehatan balita sesuai standar
84 100 100 100 93,22 95,96 79,34 96,22 110,98 95,96 79,34 96,22
17
Persentase anak usia pendidikan dasar yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
100 100 100 100 95,13 99.26 97,63 21,23 95,13 99,26 97,63 21,23
18
Persentase warga negara usia 15-59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
100 100 100 100 29,87 20,37 30,41 46,08 29,87 20,37 30,41 46,08
19
Persentase warga negara usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
100 100 100 100 70,75 65 71,69 85,13 70,75 65,00 71,69 85,13
20
PersentasePenderitahipertensimendapatpelayanankesehatansesuaistandar
100 100 100 100 33,83 31,6 37,41 19,8 33,83 31,60 37,41 19,80
21
Persentase penyandang DM mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
100 100 100 100 3,23 49,81 49,44 25,37 3,23 49,81 49,44 25,37
22
Persentase ODGJ berat mendapat pelayanan
100 100 100 100 67,27 68,36 55,59 67,31 67,27 68,36 55,59 67,31
29 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
kesehatan jiwa sesuai standar
23
Persentase orang dengan TB mendapat pelayanan TB sesuai standar
100 100 100 100 100 100 39,06 26,67 100,00 100,00 39,06 26,67
24
Persentase orang beresiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar
100 100 100 100 12,43 73,44 21,38 31,2 12,43 73,44 21,38 31,20
25
Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
100 100 100 100 100 100 40,07 43,68 71,93 89,30 85,08 40,07 43,68 71,93 0,00 0,00
B.
Pelayanan Kesehatan Rujukan
1
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin.
2 2 2 0,83 0,83 0,83 3,47 5,18 7,31 6,34 4,63 173,5 259 9.137 7.925 5.787
2
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota.
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
C Penyelidikan
1
Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
2
Persentase korban bencana alam tertangani pelayanan kesehatannya
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
D Cakupan Penemuan dan
penanganan penderita penyakit
1 Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun
2 2 2 2 2 2 1,12 1,1 1,1 2,2 0,08 56,00 55,00 55,00 110,00 4,00
2 Penemuan Penderita Pneumonia Balita
70 80 85 85 90 60 81,54 273,8 89,6 83,9 48,1 101,93 322,12 105,41 93,22 80,17
3 Penemuan Pasien Baru TB Positif
55 60 70 70 70 70 41,78 47,57 34,2 35,6 26,67 69,63 67,96 48,86 50,86 38,10
4 Penderita DBD yang Ditangani
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
30 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
5 Penemuan Penderita Diare
90
95 100 100 100 100
81,81 81,81 71,3 70,9 116,2 86,12 81,81 71,30 70,90
116,20
E Promosi
1 Cakupan Desa Siaga Aktif 73 75 80 80 80 80 97,24 97,24 100 100 100 129,65 121,55 125 125 125
2 Jumlah Posyandu Aktif dan UKBM lainnya
60 75 80 80 80 80 57,78 54,95 80,08 74,4 71 77,04 68,69 100,10 93,00 88,75
F KesehatanLingkungan
1
Persentase KK dengan akses sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan :
70,7 72,8 75 59,97 100 100 71,62 75,40 80,61 84,86 86 98,38 100,53 134,42 84,86 86
2 Persentase KK denganair besih yang memenuhi syarat kesehatan :
84 86 88 74,70 100 100 86,04 86,67 87,71 89,18 87,41 100,05 98,49 117,42 89,18 87,41
31 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
b. Kinerja Anggaran
Tabel T-C.24 Alokasi dan Realiasai Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur tahun 2016-2020
Uraian Anggaran pada Tahun Ke- Realisasi Anggaran pada Tahun Ke- Rasio antara Realisasi dan Anggaran pada Tahun Ke- Rata –Rata Pertumbuhan
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020 Anggaran Realisasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 11 12 13 14 15 16 17
PENDAPATAN DAERAH
294.604.030.221 350.914.867.143 389.671.631.987 438.809.359.861 412.166.501.139 244.823.302.793 296.270.697.360 327.066.962.194 387.900.270.656 385.230.096.140 83,10
84,43
83,93
88,40 93,46 377.233.278.070
328.258.265.829
Pendapatan Asli Daerah
79.124.085.716 83.898.559.000 83.878.034.000 92.713.032.853 98.469.810.639 63.883.591.749 66.841.478.695 69.651.958.696 67.173.081.152 84.124.242.920 80,74
79,67
83,04
72,45 85,43 87.616.704.442
70.334.870.642
- Hasil Retribusi Daerah
25.510.956.000 27.604.791.000 27.584.266.000 26.666.907.042 23.001.787.067 12.783.391.999 16.865.368.000 17.634.357.200 16.175.940.000 13.948.320.409 50,11
61,10
63,93
60,66 60,64 26.073.741.422
15.481.475.522
- Lain-lain PAD yang Sah
53.613.129.716 56.293.768.000 56.293.768.000 66.046.125.811 75.468.023.572 51.100.199.750 49.976.110.695 52.017.601.496 50.997.141.152 70.175.922.511 95,31
88,78
92,40
77,2 92,99 61.542.963.020
54.853.395.121
BELANJA DAERAH
215.479.944.505 267.016.308.143 305.793.597.987 346.096.327.008 313.696.690.500 180.939.711.044 229.429.218.665 257.415.003.498 320.727.189.504 301.105.853.220 83,97
85,92
84,18
92,67 95,99 289.616.573.629
257.923.395.186
Belanja Tidak Langsung
60.953.804.906 69.982.065.428 74.889.097.598 80.528.738.929 77.096.743.809 60.319.641.014 65.773.318.441 65.370.325.398 79.852.295.128 77.011.627.863 98,96
93,99
87,29
99,16 99,89 72.690.090.134
69.665.441.569
Belanja Langsung
154.526.139.599 197.034.242.715 230.904.500.389 265.567.588.079 236.599.946.691 120.620.070.030 163.655.900.224 192.044.678.100 240.874.894.376 224.094.225.357 78,06
83,06
83,17
90,70 94,71 216.926.483.495
188.257.953.617
32 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
c. Uraian Kinerja Program Kesehatan
a) Kesehatan Ibu
1. Usia Harapan Hidup
Rata-rata Angka Harapan Hidup merupakan hasil perhitungan yang sering
dipakai sebagai indicator Kesejahteraan Rakyat. Indeks Harapan Hidup
menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu
wilayah. Di Kabupaten Lombok Timur usia harapan hidup pada periode tahun 2016
sd 2020 dapat disajikan dalam grafik berikut :
Grafik. 2.1 Grafik
Capaian Umur Harapan Hidup Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020
2. Jumlah dan Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari
suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI)
berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi
dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa
nifas. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan
dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran bidan. Harapan kita
agar bidan di desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 64.73 65.01 65.4 65.75 65.97
TARGET 63 63.2 63.41 65.81 66.21
61
62
63
64
65
66
67
RA
TE
33 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
AKB dan AKI.
Berdasarkan Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS- KIA) di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020, jumlah kasus kematian
ibu sebesar 43 kasus yang terdiri dari kematian ibu hamil sejumlah 9 kasus,
kematian ibu bersalin sejumlah 14 kasus dan kematian ibu nifas sejumlah 20
kasus dengan Angka Kematian Ibu (AKI) 157 per 100.000 Kelahiran Hidup. Target
cakupan Angka Kematian Ibu untuk tahun 2020 adalah 106 per 100.000 kelahiran
hidup, berarti belum mencapai target. Dibandingkan dengan capaian tahun 2019
dimana AKI sebesar 108 per 100.000 kelahiran hidup, terjadi peningkatan sebesar
49 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2020.
Penyebab kasus kematian ibu pada tahun 2020 terbanyak disebabkan oleh
HDK ( Hipertensi dalam kehamilan) sebesar 27,90% diikuti pendarahan (HPP) dan
infeksi kehamilan sebesar 25,53% dan Gangguan Sistem Peredaran Darah
sebesar 23,25%. Pola penyebab kematian ibu pada tahun ini masih sama dengan
tahun yang lalu dimana pendarahan masih merupakan penyebab tertinggi
peneyebab kematian ibu. Tingginya kematian ibu yang disebabkan oleh HDK tidak
terlepas dari kondisi kesehatan ibu dari sebelum dan selama hamil. Disamping itu
kasus-kasus kematian ini terjadi juga disebabkan oleh keterlambatan masyarakat
dalam membuat keputusan terutama dipihak keluarga sebagai pemberi keputusan
sehingga terjadi keterlambatan dirujuk, terlambat ditangani yang berakibat fatal
baik pada ibu maupun pada bayinya.
Adapun perkembangan Angka Kematian Ibu lima tahun terakhir dapat dilihat
pada grafik di bawah ini :
34 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik. 2.2 Grafik
Perkembangan Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 - 2020
Grafik 2.2 di atas menunjukkan bahwa pada lima tahun terakhir perkembangan
AKI masih mengalami trend meningkat (secara kualitas mengalami penurunan).
Dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu secara nasional dengan target 305 per
100.000 Kelahiran Hidup menurut sensus tahun 2015, pencapaian AKI pada tahun
2020 masih cukup rendah.
3. Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Hamil (K1 dan K4)
Cakupan kunjungan ibu hamil yaitu cakupan ibu hamil mendapat pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan pada masa kehamilan. Pelayanan antenatal
merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter
spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu
hamil selama kehamilannya, yang mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang
ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan
antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan
Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan
pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali
kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 75 84 125 108 157
TARGET 102 100 102 100 196
0
50
100
150
200
250
RATE
35 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk
melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup
minimal, yakni: 1) Timbang badan dan ukur tinggi badan; 2) Ukur tekanan darah;
3) Skrining status imunisasi tetanus (pemberian tetanus toksoid), 4) ukur tinggi
fundus uteri; 5) pemberian tablet Fe (90 tablet selama kehamilan); 6) temu
wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling); 7) Test laboratorium
sederhana (Hb, Protein Urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV,
Malaria, TBC).
Cakupan kunjungan ibu hamil di Kabupaten Lombok Timur pada tahun
2020, yakni K1 sebesar 113,2% (30.691 bumil) dan K4 sebesar 104,9% (sejumlah
28.452 bumil). Target indikator K4 dalam Renstra 2018-2023 adalah sebesar
100%. Jadi cakupan kunjungan ibu hamil (K4) sudah mencapai target.
Dibandingkan dengan pencapaian tahun 2019 dengan cakupan tercapai sebesar
114% untuk K1 dan 103,4% untuk K4, dengan demikian cakupan K4 mengalami
peningkatan sebesar 1,5% dari tahun 2019.
Adapun perkembangan cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) di
Kabupaten Lombok Timur lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini
:
Grafik. 2.3 Grafik
Perkembangan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 - 2020
Grafik 2.3 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 – 2020 pencapaian
2016 2017 2018 2019 2020
K1 99.87 100.82 105.3 114 113.2
K4 98.12 98.12 100 103 104.9
85
90
95
100
105
110
115
120
PE
RSE
NT
ASE
36 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
cakupan K1 dan K4 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan sudah
berada di atas target program 100%.
4. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan
tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan tahun 2020 mencapai 106,1% (27.457 bulin).
Target indikator pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan adalah sebesar 100%. Jadi cakupan pertolongan
persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
telah mencapai target.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Lombok Timur
sudah dilaksanakan di fasyankes dan jarang sekali dilakukan di rumah atau di
dukun selama lima tahun terahir. Namun pada tahun 2020 dijumpai masih ada
persalinan non fasyankes, ini dapat dilihat dari capaian kegiatan Persalinan
Fasyankes menunjukkan angka sebesar 105,9%, ini berarti masih ada persalinan
yang dilaksanakan di luar fasyankes yakni 0,2%.
Adapun perkembangan cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dapat dilihat pada grafik di
bawah ini :
37 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik. 2.4 Grafik
Perkembangan Cakupan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014 - 2018
Grafik 2.4 di atas menunjukkan bahwa pada periode tahun 2016 – 2020 cakupan
persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan terus mengalami trend meningkat kecuali pada tahun 2017 mengalami
trend menurun.
5. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas
Pelayanan kepada ibu nifas sesuai standar sedikitnya 3 kali, kunjungan nifas
ke-1 pada 6 jam setelah persalinan sampai dengan 3 hari; kunjungan nifas ke-2
hari ke 4 sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan, kunjungan nifas ke-3 hari
ke 29 sampai dengan hari ke 42 setelah persalinan. Pelayanan nifas sesuai
standar termasuk pemberian Vitamin A 2 kali serta persiapan dan/atau
pemasangan KB pasca persalinan.
Di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020, cakupan pelayanan ibu nifas
mencapai 100%. Target indikator pelayanan ibu nifas pada tahun 2020 adalah
sebesar 102,27%, jadi cakupan pelayanan ibu nifas sudah mencapai target.
Dibanding dengan pencapaian tahun 2019 dengan pencapaian 100% terjadi
peningkatan 2,27%.
Adapun perkembangan cakupan pelayanan ibu nifas lima tahun dapat
disajikan seperti garafik berikut:
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 97.86 97.21 102.5 103.2 106.1
TARGET 95 95 100 100 100
88
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
PE
RSE
NT
ASE
38 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik. 2.5 Grafik
Perkembangan Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 - 2020
Grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa cakupan pelayanan ibu nifas periode tahun
2016 – 2020 terus mengalami trend meningkat bahkan melebihi target 100% yang
ditetapkan kabupaten.
6. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan
Komplikasi kebidanan adalah merupakan kesakitan yang terjadi pada ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/bayi. Komplikasi
kebidanan tersebut meliputi: a) abortus, b) hipermesis gravidarum, c) perdarahan
per vaginam, d) hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia), e)
kehamilan lewat waktu, f) ketuban pecah dini. Komplikasi kehamilan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor; mulai dari gen wanita sampai lingkungan. Semua
faktor tersebut dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental wanita. Yang
termasuk kedalam penanganan komplikasi kebidanan adalah penanganan
komplikasi pada masa hamil dan neonatal.
Jumlah ibu hamil pada tahun 2020 di Kabupaten Lombok Timur sejumlah
27.121 jiwa dengan perkiraan Bumil dengan kompilkasi kebidanan sebesar 20%
atau 5.424 Bumil. Jumlah bayi lahir hidup sejumlah 27.313 bayi dan perkiraan
Neonatal Komplikasi sebesar 15% atau sebesar 4.097 bayi. Hasil kegiatan
penanganan kompilkasi kebidanan sejumlah 7.445 Bumil (137,3 %) dan
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 95.01 96.08 99.2 100 102.27
TARGET 95 95 95 100 100
90
92
94
96
98
100
102
104
PERSENTASE
39 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
penanganan komlipkasi neonatal sebesar 89,1 %. Sedangkan target indikator ibu
hamil dengan komplikasi kebidanan yang ditangani sebesar 100%. Jadi cakupan
ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani telah belum mencapai target. Pada
tahun 2019 Hasil kegiatan penanganan kompilkasi kebidanan sejumlah 7.318
Bumil (133,3%) dan penanganan komlipkasi neonatal sebesar 94,1%. Dengan
demikian terjadi peningkatan capaian pada indikator penanganan kompilkasi
kebidanan sebesar 4,0% sedangkan penanganan komplikasi neonatal mengalami
penurunan sebesar 5,0%.
Adapun perkembangan cakupan ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik. 2.6
Grafik
Perkembangan Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi Ditangani di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 - 2020
Grafik 2.6 di atas menunjukkan bahwa cakupan ibu hamil dengan komplikasi
ditangani pada tahun 2016 – 2020 mengalami trend meningkat, ini terjadi tidak
lepas dari petugas yang lebih dini menemukan kasus-kasus baik resti maupun
faktor resiko, kerjasama antara keluarga pasien, kader, dukun, tokoh masyarakat
dengan petugas sudah berjalan dengan baik, penjaringan kasus lebih cepat
ditemukan.
7. Persentase Peserta Keluarga Berencana (KB) Aktif
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan KB adalah
Peserta KB Aktif. Peserta aktif KB adalah peserta KB baru dan lama yang
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 122.11 100 100 133.3 137.3
TARGET 93 92.86 95 100 100
0
20
40
60
80
100
120
140
160
PERSENTASE
40 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
masih aktif memakai kontrasepsi terus-menerus untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Angka cakupan peserta KB aktif
menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi PUS.
Cakupan peserta KB aktif pada tahun 2020 di Kabupaten Lombok Timur
sejumlah 180.332 orang (87,8 %) dari jumlah 205.461 PUS. Dari jumlah tersebut
yang menjadi peserta KB Kondom 1,9%(3.362 orang), KB Suntik 52,5%(94.750
orang), KB PIL 15,1% (27.285 orang), KB AKDR 9,1 % (16.337 orang), peserta KB
MOP 0,5% (836 orang), KB MOW 1,8% (3.309 orang), dan KB Implan 19,1 %
(34.453 orang). Sedangkan target indikator peserta KB Aktif tahun 2020 adalah
sebesar 78%. Jadi cakupan peserta KB Aktif telah mencapai target. Dibandingkan
dengan capaian tahun 2019, pencapaian pada tahun ini meningkat sebesar 2,5%
dari capaian 85,3%. Jenis peserta KB yang menyumbangkan peningkatan capaian
KB tertinggi adalah peserta KB Implan sebesar 1,3% dari cakupan 17,8%, peserta
KB Kondom dan KB AKDR meningkat 0,1%, sedangkan peserta KB Suntik yang
biasanya jadi primadona pada tahun sebelumnya menurun 1,4% (cakupan tahun
2019 sebesar 53,9%).
Adapun perkembangan cakupan peserta KB aktif selama lima tahun terahir
dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik. 2.7 Perkembangan Cakupan Peseta KB Aktif di Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2016 sd 2020
Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 83.9 81.94 85 85.3 87.8
TARGET 73 73 74 78 78
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
PERSENTASE
41 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik 2.7 di atas menunjukkan bahwa cakupan peseta KB aktif selama lima tahun
terahir terus mengalami trend peningkatan. Hal ini menunjukkan peran serta
masyarakat dalam melaksanakan program KB tetap terjaga dan respon yang tinggi
dari masyarakat.
b) Kesehatan Anak
1. Jumlah dan Angka Kematian Neonatal
Kematian Neonatal adalah kematian yang terjadi pada bayi usia sampai
dengan 28 hari tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau
bunuh diri. Angka kematian neonatal adalah banyaknya kematian bayi yang terjadi
pada bulan pertama (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup) setelah
dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh factor yang dibawa anak sejak lahir,
yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama
kehamilan.
Berdasarkan Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS- KIA) di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020, jumlah kasus kematian
neonatal sejumlah 243 kasus yang terdiri atas 149 bayi laki-laki (61,31%) dan 94
bayi perempuan (38,68%) dengan angka kematian sebesar 8 per 1.000 Kelahiran
Hidup. Angka ini tidak jauh berbeda dengan pencapaian tahun lalu yakni sebesar 8
per 1.000 Kelahiran Hidup (Jumlah kasus Kematian Neonatal tahun 2019 sejumlah
224 Kasus).
Penyebab terbanyak kematian neonatal di Kabupaten Lombok Timur tahun
2020 adalah kematian karena BBLR sejumlah 101 kasus (41,56 %), Asfiksia
sejumlah 73 kasus (30,04%), Sepsis sejumlah 7 kasus (2,5 %), kelainan bawaan
sejumlah 36 kasus (14,81%) dan penyebab lain juga sebesar 10,70% (26 kasus).
Berbeda dengan tahun sebelumnya dimana penyebab tertinggi oleh Asfiksia
sebesar 40,6%, pada tahun 2020 penyebab kematian neonatal tertinggi
disebabkan oleh kematian karena BBLR.
2. Jumlah dan Angka Kematian Bayi dan Kematian Balita
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal
sebelum mencapai usia 1 (satu) tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang
sama. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak
42 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
termasuk pemeliharaan kesehatannya. Angka Kematian Bayi cenderung lebih
menggambarkan kesehatan reproduksi dan juga relevan digunakan untuk
memonitor pencapaian target program karena mewakili komponen penting pada
kematian balita.
Kematian Balita adalah kematian yang terjadi pada bayi/anak usia 0 - 59
bulan (bayi + anak balita) tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana,
cedera atau bunuh diri. Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak
yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5
tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan Balita seperti gizi, sanitasi,
penyakit menular dan kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat
kesejahteraan sosial dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk, sehingga
sering dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk
Berdasarkan Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS- KIA) di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020, jumlah kasus kematian
bayi sebanyak 297 kasus dengan AKB 10 per 1.000 Kelahiran Hidup) yang terdiri
dari kematian neonatal sejumlah 243 kasus dan post natal 54 kasus. Jumlah kasus
kematian Balita sejumlah 316 kasus dengan Angka Kematian Balita sebesar 11
per 1.000 kelahiran hidup. Bila pada tahun sebelumnya, jumlah kasus kematian
bayi sebanyak 288 kasus dan kasus kematian Balita sejumlah 303 kasus, dengan
demikian terjadi peningakatan kasus baik pada bayi maupun Balita masing-masing
sebesar 3,12% dan 4,29% pada tahun 2020 .
Penyebab terbanyak terjadinya kematian bayi (post natal) adalah Pnemonia
sebesar 46,15% dan sebab lain-lain sebesar 48,08%. Demikian juga pada kasus
kematian Anak Balita terbanyak disebabkan oleh Pnemonia 11,11% dan penyebab
lain 77,78%. Jika pada tahun 2019 penyebab terbanyak terjadinya kematian bayi
(post natal) dan Balita adalah Pnemonia juga, berarti selama dua tahun terakhir ini
penyakit Pnemonia merupakan salah satu penyakit terbanyak menyumbangkan
kontribusi permasalahan terhadap kesehatan masayarakat di Kabupaten Lombok
Timur.
Adapun perkembangan AKB lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di
bawah ini :
43 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik. 2.8 Perkembangan Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 - 2020
Grafik 2.8 di atas menunjukkan bahwa AKB di Kabupaten Lombok Timur selama 5
(lima) tahun terakhir terus mengalami penurunan sampai tahun 2018, namun pada
dua tahun terahir kembali menunjukkan peningkatan. Peningkatan angka kematian
bayi ini terjadi disebabkan diantaranya masih tingginya kejadian Pnemonia di
Kabupaten Lombok Timur. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk
menurunkan kematian bayi, diantaranya evaluasi penanganan anemia pada ibu
hamil, pelatihan kelas ibu hamil dan ibu balita, pelaksanaan P4K dan peningkatan
pelayanan petugas dalam kegawat darutan neonatus sudah berjalan secara baik.
Perkembangan Angka Kematian Balita lima tahun terakhir dapat dilihat pada
grafik di bawah ini
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 18 13 8 10 10
TARGET 22 21 20 18 22
0
5
10
15
20
25
PE
RSE
NT
ASE
44 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik 2.9 Perkembangan Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Grafik 2.9 di atas menunjukkan bahwa perkembangan AKABA selama 5 (lima)
tahun terakhir terus mengalami trend penurunan namun pada dua tahun terahir
mengalami peningkatan.
3. Penanganan Komplikasi pada Neonatal
Komplikasi neonatal merupakan neonatal dengan penyakit dan kelainan
yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan
komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis,
trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr ), sindroma gangguan
pernafasan, kelainan kongenital. Sedangkan penanganan komplikasi neonatal
adalah neonatal dengan komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh
sarana pelayanan kesehatan.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi
pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi penyebab
kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat dari buruknya kesehatan ibu,
perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak
tepat dan bersih, dan kurangnya perawatan bayi baru lahir.
Komplikasi yang terjadi pada saat neonatal dapat dperkirakan sebesar 15%
2016 2017 2018 2019 2020
AKABA 19 14 9 11 11
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
PE
RSE
NT
ASE
45 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
dari jumlah kelahiran hidup. Jumlah lahir hidup di Kabupaten Lombok Timur adalah
25.273 bayi. Dengan demikian perkiraan kompilkasi neoanatal sejumlah 3.791
bayi, sedangkan yang berhasil ditangani sejumlah 3.480 bayi atau sebesar 91,8%.
Target penanganan kompilkasi neonatal adalah 95%, berarti sudah mencapai
target kabupaten. Namun pencapaian ini bila dibandingkan tahun lalu dengan
capaian 100%, terjadi penurunan sebesar 8,2%.
Adapun perkembangan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani
lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.10 Perkembangan Cakupan Neonatal dengan Komplikasi Ditangani di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014 - 2018
Grafik 2.10 di atas menunjukkan bahwa cakupan neonatal dengan komplikasi
ditangani pada tahun 2016 – 2020 mengalami trend menurun, dengan capaian
tertinggi pada tahun 2016 dan terendah pada tahun 2020.
4. Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah
Berat Badan Lahir Rendah (<2.500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR
dibedakan dalam 2 (dua) kategori, yaitu BBLR karena prematur (usia kandungan
<37 minggu) atau BBLR karena Intra Uterine Retardation (IUGR) yaitu bayi yang
lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak
BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan
menderita penyakit menular seksual sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 97.03 90.49 91.8 94.1 89.1
TARGET 93 94 95 95 95
84
86
88
90
92
94
96
98
PE
RSE
NT
ASE
46 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Bila ditemukan bayi BBLR penanganan yang harus dilakukan adalah
pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia,
pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata,
talipusat, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM); penanganan penyulit/komplikasi/masalah pada
BBLR dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 jumlah bayi lahir hidup
sejumlah 27.313 bayi, bayi baru lahir ditimbang 27.313 bayi(100%). Bayi BBLR
ditemukan sejumlah 945 bayi (3,46 %) yang terdiri dari 476 bayi laki-laki (50,37%)
dan 469 bayi perempuan(49,63 %). Target indikator penemuan bayi BBLR adalah
8%, berarti tingkat penemuan bayi BBLR masih rendah, namun dibandingkan
tahun 2019 dengan capaian 3,41% (911 bayi) berarti terjadi peningkatan sebesar
0,05%.
Perkembangan kasus bayi BBLR lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik
di bawah ini :
Grafik 2.11 Perkembangan Kasus Bayi BBLR di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 - 2020
Grafik 2.11 di atas menunjukkan bahwa perkembangan kasus bayi BBLR pada
tahun 2016 – 2020 mengalami trend penurunan dengan titik terendah pada tahun
2017, namun pada empat tahun terahir sudah mulai menunjukkan peningkatan
penemuan kasus BBLR di Kabupaten Lombok Timur.
3.67
3.05 3.113.41 3.46
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
2016 2017 2018 2019 2020
PERSENTASE
TAHUN
47 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
5. Cakupan Kunjungan Neonatal 1 (KN1) dan KN Lengkap
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0 - 28
hari) minimal 2 kali, satu kali pada umur 0 - 7 hari dan satu kali lagi pada umur 8 -
28 hari. Sedangkan pelayanan Kunjungan Neonatal lengkap (KN3) minimal 3 kali
yaitu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada 3 - 7 hari, dan 1 kali pada 8 - 28
hari.
Dari jumlah 27.313 bayi lahir hidup di Kabupaten Lombok Timur pada tahun
2020, yang berhasil dikujungi paripurna hingga 3 kali (KN3) sejumlah 26.052 bayi
(95,4%). Cakupan kunjungan neonatal (KN3) di Kabupaten Lombok Timur tahun
2019 sebesar 96,5%, berarti terjadi penurunan capaian sebesar 1,1%.
Adapun perkembangan cakupan kunjungan neonatal lima tahun terakhir
dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik. 2.12 Perkembangan Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014 – 2018
Grafik 2.12 di atas menunjukkan bahwa perkembangan cakupan kunjungan
neonatus pada lima tahun terakhir terus mengalami trend menurun dengan tingkat
pencapaian tertinggi pada tahun 2018.
101.67
98.73
103.9
96.595.4
90
92
94
96
98
100
102
104
106
2016 2017 2018 2019 2020
PERSENTASE
TAHUN
48 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
6. Persentase Bayi Diberi ASI Eksklusif
Bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah bayi umur 0 - 6 bulan yang diberi
air susu ibu saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral
berdasarkan recall 24 jam. Sedangkan Bayi baru lahir mendapat IMD adalah bayi
baru lahir yang mendapat perlakuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu meletakkan
bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit
ibu sekurang-kurangnya satu jam segera setelah lahir.
Di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020, jumlah bayi baru lahir adalah
27.313 bayi (bayi lahir+mati) dan bayi berusia sampai 6 bulan sejumlah 22.084
bayi. Dari jumlah tersebut yang mendapat inisiasi dini (IMD) sejumlah 25.227 bayi
(92,4%) dan yang tuntas hingga 6 bulan mendapat susu ASI saja sebesar 81,1%
(17.909 bayi). Data tahun 2019 menunjukkan jumlah bayi yang mendapat inisiasi
dini (IMD) sejumlah 22.170 bayi (81,3%) dan yang tuntas hingga 6 bulan mendapat
susu ASI saja sebesar 80,0% (20.723 bayi). Dengan demikian bila dibandingkan
dengan capaian tahun lalu, maka capaian IMD mengalami peningkatan sebesar
11,1% dan capaian ASI Eksklusif juga mengalami peningkatan sebesar 1,1% pada
tahun 2020.
Perkembangan cakupan bayi mendapat ASI Eksklusif selama lima tahun
terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.13 Perkembangan Cakupan Bayi Mendapat ASI Eksklusif di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun 2016 - 2020
Grafik 2.13 di atas menunjukkan bahwa perkembangan cakupan bayi mendapat
86.05
78.2579.2
8081.1
74
76
78
80
82
84
86
88
2016 2017 2018 2019 2020
PERSENTASE
TAHUN
49 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
ASI Eksklusif selama lima tahun terahir mengalami trend menurun dengan
peningkatan tertinggi pada tahun 2016, terendah pada tahun pada tahun 2017 dan
selanjutnya mengalami peningkatan kembali pada tahun berikutnya.
7. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan pada bayi minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29
hari - 2 bulan, 1 kali pada umur 3 - 5 bulan, 1 kali pada umur 6 - 8 bulan, dan 1
kali pada umur 9 - 11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian
imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio1-4, Campak), pemantauan
pertumbuhan, Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK),
pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan, penyuluhan pemberian ASI
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI).
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020, cakupan pelayanan
kesehatan bayi tercapai sebesar 104,6% (25.780 bayi). Pencapaian ini bila
dibandingkan dengan capaian cakupan bayi tahun 2019 sebesar 100,6% (26.549
bayi), terjadi peningkatan sebesar 4,0%, dan bila dibandingkan dengan target
indikator pelayanan kesehatan bayi sebesar 100%, sudah melampaui target.
Adapun perkembangan cakupan pelayanan kesehatan bayi lima tahun
terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 2.14 Perkembangan Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Grafik 2.14 di atas menunjukkan bahwa perkembangan cakupan pelayanan
95.92
98.87
101.1 100.6
104.6
90
92
94
96
98
100
102
104
106
2016 2017 2018 2019 2020
PERSENTASE
TAHUN
50 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
kesehatan bayi di Kabupaten Lombok Timur periode tahun 2016 – 2020 terus
mengalami trend peningkatan selama lima tahun terakhir.
8. Persentase Desa/Kelurahan UCI
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan
proyeksi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi
secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah
tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat
kekebalan masyarakat (herd immunity) terhadap penularan PD3I.
Desa/kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana ≥80% dari jumlah bayi
yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
pada satu kurun waktu tertentu. Imunisasi dasar lengkap meliputi satu kali
imunisasi Hepatitis B, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat
kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020, Cakupan desa UCI tercapai
sebesar 99,6% (253 desa dari 254 Desa/Kelurahan) atau mengalami peningkatan
sebesar 0,8% dari tahun 2019 dengan capaian 98,8%. Target indikator
Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah sebesar 100%, jadi
cakupan Desa/Kelurahan UCI pada tahun 2019 masih belum mencapai target.
Adapun perkembangan cakupan desa UCI lima tahun terakhir di Kabupaten
Lombok Timur dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.15. Perkembangan Cakupan Desa UCI di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang P3KL Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
100
99.21
100
98.8
99.6
98.2
98.4
98.6
98.8
99
99.2
99.4
99.6
99.8
100
100.2
2016 2017 2018 2019 2020
PERSENTASE
TAHUN
51 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik 2.15 di atas menunjukkan bahwa perkembangan cakupan Desa UCI pada
tahun 2016 – 2020 mengalami fluktuatif, dengan capaian terendah pada tahun
2019.
9. Cakupan Imunisasi Campak/MR Pada Bayi
Salah satu penyakit yang termasuk ke dalam golongan PD3I adalah
Campak. Penyakit Campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan
penyakit yang sangat menular (infeksius) dari genus Morbillivirus dan termasuk
golongan virus RNA. Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir, walaupun
monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penularan. Pada tahun 1980,
sebelum imunisasi dilakukan secara luas, diperkirakan lebih 20 juta orang di dunia
terkena Campak dengan 2,6 juta kematian setiap tahun yang sebagian besar
adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Sejak tahun 2000, lebih dari satu
miliar anak di negara-negara berisiko tinggi telah divaksinasi melalui program
imunisasi, sehingga pada tahun 2012 kematian akibat Campak telah mengalami
penurunan sebesar 78% secara global. Indonesia merupakan salah satu dari
negara-negara dengan kasus Campak terbanyak di dunia.
Penyebab Rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan
virus RNA. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening
regional, dan viremia terjadi pada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh. Virus
tersebut dapat melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan dapat
mengakibatkan abortus atau Congenital Rubella Syndrome/CRS. Masa penularan
diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi
Rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala Rubella ditandai dengan demam
(37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe
di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital.
Pengendalian Campak di Indonesia diawali pada tahun 1982. Program
Imunisasi Nasional diperluas dan mulai menerapkan jadwal standar untuk
imunisasi rutin yang mencakup dosis vaksin Campak diberikan pada usia 9 bulan.
Pada tahun 2014 untuk lebih meningkatkan kekebalan pada anak-anak, maka
dikeluarkan kebijakan pemberian imunisasi Campak lanjutan pada anak usia 24
bulan dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017
pemberian imunisasi Campak lanjutan dosis ke-2 diberikan pada anak usia 18
52 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
bulan Dalam upaya pengendalian penyakit campak di Indonesia, pemerintah
menjalankan kebijakan imunisasi rutin Kabupaten Lombok Timur telah dilakukan
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2018, pelaksanaan imunisasi rutin
campak menunjukkan hasil.
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020, pelaksanaan imunisasi rutin
Campak menunjukkan hasil bahwa jumlah bayi yang mendapat imunisasi Campak
sejumlah 26.424 bayi yang terdiri dari 13.634 bayi laki-laki dan 12.790 bayi
perempuan. Adapun target sasaran bayi lahir sejumlah 23.989 bayi, maka cakupan
imunisasi Campak tahun 2020 adalah sebesar 110,1%. Dibandingkan pencapaian
tahun 2019 sebesar 102,4%, menunjukkan adanya peningkatan capaian sebesar
7,7% pada tahun 2020, dan sudah melebihi target indicator program 100%.
10. Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita
Pelayanan kesehatan anak Balita adalah pelayanan kesehatan bagi anak
umur 6- 59 bulan yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi
pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 kali setahun, pemberian vitamin A 2 kali setahun
yang tercatat di kohort Balita dan pra sekolah, buku KIA/KMS atau buku
pencatatan dan pelaporan lainnya.
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020, jumlah Balita berdasarakan
data Dinas Kesehatan sebanyak 98.619 orang, dengan jumlah Balita yang
mendapat pelayanan kesehatan minimal 8 kali sebanyak 100.038 orang (101,4%)
. Target indikator pelayanan kesehatan Anak Balita adalah sebesar 100%, jadi
cakupan pelayanan kesehatan Anak Balita sudah mencapai target program.
Pencapaian kegiatan pelayanan Anak Balita tahun 2019 adalah sebesar 82,3%,
dibandingkan capaian tahun 2020 terjadi peningkatan sebesar 19,1%.
11. Persentase Balita Ditimbang
Penimbangan Balita dilaksanakan setiap bulan di Posyandu bertujuan untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan balita setiap bulan. Pemantauan hasil
penimbangan dilaksanakan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS)
yang dibedakan menurut jenis kelamin balita. Untuk mengetahui status gizi balita
yang ditimbang, maka berat badan balita diolah dengan menggunakan Standar
WHO 2005.
53 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Hasil penimbangan bulanan Puskesmas dilaporkan ke Dinas Kesehatan
setiap tanggal 5 bulan berikutnya. Dinas Kesehatan membuat rekapitulasi hasil
penimbangan tersebut untuk mendapatkan gambaran kecenderungan
perkembangan status gizi dan kesehatan balita setiap bulan sebagai dasar
perencanaan program gizi di tingkat Kabupaten. Indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi keberhasilan kegiatan penimbangan balita meliputi tingkat
partisipasi Masyarakat (D/S) dan indikator BGM/D (efek program) yang digunakan
untuk pemantauan status gizi dimana keduanya digunakan untuk mengevaluasi
perkembangan pemantauan gizi masyarakat.
Berdasarkan data pemantauan status gizi Balita di Kabupaten Lombok Timur
pada tahun 2020, memberikan gambaran tingkat partisipasi masyarakat di
Kabupaten Lombok Timur sebesar 87,8 % (111.325 Balita) dari jumlah sasaran
126.856 Balita yang terdiri atas 55.989 Balita laki-laki dan 55.336 Balita
perempuan. Dibanding pencapaian tahun 2019 dengan hasil sebesar 89,22%
tingkat partisipasi masyarakat, ini berarti terjadi penurunan capaian sebesar 1,42%
pada tahun 2020. Demikian juga jika dibandingkan dengan target program,
pencapaian program tingkat partisipasi masyarakat masih belum tercapai karena
target program pada tahun 2019 adalah sebesar 95%. Tidak tercapainya cakupan
penimbangan balita pada tahun ini diantaranya disebabkan karena pandemic
Covid-19, banyak sasaran yang tidak bisa terkaver pada saat pelayanan di
Posyandu.
12. Persentase Balita Gizi Kurang (BB/Umur), Pendek (TB/Umur), dan Kurus
(BB/TB)
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun . Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui
dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya, dengan
rujukan(standar) yang telah ditetapkan . Apabila berat badan menurut umur sesuai
dengan standar, anak disebut gizi baik . Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi
kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk . Gizi buruk adalah
salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat . Gizi buruk yang disertai dengan
tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor, di masyarakat lebih dikenal
sebagai "busung lapar".
54 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Mulai pada tahun 2018 ini pemantaun gizi Balita dilaksanakan dengan
format terbaru yakni dengan melihat jumlah Balita Gizi Kurang (BB/Umur), Balita
Pendek (TB/Umur), dan Balita Kurus (BB/TB). Hasil pemantauan status gizi (PSG)
di wilayah Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 menunjukkan jumlah Balita
ditimbang adalah sejumlah 106.879 Balita, yang termasuk kedalam kategori Balita
Gizi Kurang (BB/U) sebesar 11,05 % (11.806 Balita), kategori Balita Pendek
(TB/U) atau Stunting sebesar 20,94 % (22.382 Balita) dari jumlah 106.218 yang
diukur tinggi badannya, dan kategori Balita Kurus (Balita Wasting) sebesar 4,87 %
(5.206 Balita) dari jumlah 106.618 Balita yang diukur tinggi badannya .
Dibandingkan pencapaian tahun 2019, dimana pencapaian status Balita Gizi
Kurang (BB/U) tercapai sebesar 8,15%, kategori Balita Pendek (TB/U) tercapai
sebesar 12,2%, dan kategori Balita Kurus sebesar 0,7%, menunjukkan terjadi
peningkatan capaian cakupan dalam tahun 2020 ini. Berdasarkan indikator
kegiatan Program Gizi Masyarakat yang mempunyai target program adalah
perevalensi Balita Gizi Buruk sebesar 5,35%, dan Kependekan Balita (Stunting)
sebesar 38% dimana pencapaian indicator prevalensi Balita Gizi Buruk tercapai
sebesar 0,44% dan Balita Stunting tercapai sebesar 21,07%. Berarti pencapaian
indicator program kegiatan Gizi Masyarakat belum tercapai, masih berada dibawah
target kabupaten, artinya kualitas gizi Balita di Kabupaten Lombok Timur masih
cukup baik.
Grafik 2.16. Prevalensi Gizi Buruk di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 -2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 3.1 2.3 6.5 0.92 0.44
TARGET 3.2 3.1 3 5.35 5.35
0
1
2
3
4
5
6
7
PERSENTASE
55 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
13. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 1 SD/MI, 7 SMP/MTs, dan 10
SMA/MA
Pelayanan kesehatan pada anak usia sekolah dilakukan dengan
pelaksanaan kegiatan penjaringan kesehatan anak Sekolah Dasar atau setingkat,
anak Sekolah Menengah Pertama/setingkat, dan anak Sekolah Menengah
Atas/setingakt serta pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD/setingkat.
Pelaksanaan kegiatan ini dengan sasaran anak SD/MI kelas 1, SMP/MTs kelas 7
dan SMA/MA kelas 10 dengan tujuan untuk meningkatkan status kesehatan
peserta didik.
Pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA yaitu
pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD, SMP, SMA
atau setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan
Madrasah Ibtidaiyah, kelas 7 SMP/MTs, kelas 10 SMA/MA yang dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan dokter kecil).
Pemeriksaan gigi dan mulut merupakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan
gigi sulung, pengobatan, dan penambalan sementara gigi sulung dan/atau gigi
tetap, yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke puskesmas minimal 2 kali
dalam setahun.
Kegiatan pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa kelas 1 SD dan setingkat
di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 diperoleh hasil sebesar 35,14%
(36.022 siswa) dari jumlah 102.505 siswa SD kelas 1, penjaringan siswa kelas 7
SMP/MTs diperoleh hasil sebesar 48,49% (22.850 siswa) dari jumlah 47.121 siswa
kelas 7, dan penjaringan siswa kelas 10 SMA/MA diperoleh hasil sebesar 45,99%
(15.189 siswa) dari jumlah 33.025 19.585 siswa kelas 10. Secara keseluruhan
usia pendidikan dasar yang mendapat pelayanan kesehatan sebesar 39,35 %
(58.872 orang) dari jumlah 149.626 orang usia pendidikan dasar di Kabupaten
Lombok Timur.
Sementara kegiatan pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa kelas 1 SD
dan setingkat di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2019 diperoleh hasil
sebesar 97,6% (25.353 siswa) dari jumlah 25.959 siswa, penjaringan siswa kelas 7
SMP/MTs diperoleh hasil sebesar 83,8% (20.526 siswa) dari jumlah 24.496 siswa
kelas 7, dan penjaringan siswa kelas 10 SMA/MA diperoleh hasil sebesar 75,7%
(14.827 siswa) dari jumlah 19.585 siswa kelas 10. Sedangkan secara keseluruhan
56 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Usia Pendidikan Dasar yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada tahun 2019
sebesar 22,4% (45.879 siswa). Dengan demikian pada tahun 2020 terjadi
penurunan capaian kegiatan penjaringan kesehatan pada semua kategori
pendidikan dasar di Kabupaten Lombok Timur. Penurunan disebabkan tidak
semua sekolah menyelenggarakan kegiatan penjaringan sekolah disebabkan
pandemic Covid-19 ini.
14. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Pendidikan Dasar
Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar menurut Standar Pelayanan
Minimal tahun 2016 adalah penjaringan kesehatan yang diberikan kepada anak
usia pendidikan dasar, minimal satu kali pada kelas 1 dan kelas 7 yang dilakukan
oleh Puskesmas. Standar pelayanan penjaringan kesehatan adalah pelayanan
yang meliputi : a) Penilaian status gizi (tinggi badan, berat badan, tanda klinis
anemia); b) Penilaian tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi dan napas); c)
Penilaian kesehatan gigi dan mulut; d) Penilaian ketajaman indera penglihatan
dengan poster snellen; e) Penilaian ketajaman indera pendengaran dengan garpu
tala
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut, menurut petunjuk penyusunan profil
2018 adalah merupakan setiap penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut
untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan gigi dan mulut perorangan, keluarga,
kelompok atau masyarakat secara paripurna, terpadu, dan berkualitas. Pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang diberikan dapat berupa: pemeriksaan, pengobatan,
pencabutan gigi tetap/gigi sulung, penambalan tetap/sementara, pembersihan
karang gigi yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan. Pemeriksaan gigi dan
mulut adalah merupakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya
promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung,
pengobatan, dan penambalan sementara gigi sulung dan/atau gigi tetap, yang
dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke puskesmas minimal 2 kali dalam
setahun.
Kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan pelayanan kesehatan gigi pada
usia pendidikan dasar di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 tidak tersedia
dari program, hal ini disebabkan pelaporan dari Puskesmas yang mengalami
kendala.
57 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
c) Kesehatan Usia Produktif Dan Usia Lanjut
1. Persentase Pelayanan Kesehatan Usia Produktif
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar layanan Minimal diamanatkan bahwa setiap warga negara usia 15 tahun
sampai 59 tahun berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pelayanan kesehatan usia produktif sesuai standar meliputi: 1) Edukasi kesehatan
termasuk keluarga berencana; 2) Skrining faktor risiko penyakit menular dan
penyakit tidak menular. Pelayanan skrining faktor risiko pada usia produktif meputi
Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut; Pengukuran tekanan
darah; Pemeriksaan gula darah ; Anamnesa perilaku berisiko
Pelayanan kesehatan pada usia produktif sasarannya untuk penanggulangan
PTM. Penanggulangan PTM adalah upaya kesehatan yang mengutamakan aspek
promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif serta
paliatif yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan
kematian yang dilaksanakan secara komprehensif, efektif, efisien, dan
berkelanjutan. Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun wajib
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar.
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020, pelayanan kesehatan usia
produktif berupa pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan gula darah.
Berdasarkan hasil skrining kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten Lombok
Timur diperoleh hasil bahwa dari 742.422 orang usia produktif yang mendapat
skrining kesehatan sebesar 50,34% (373.737 orang) yang terdiri dari usia
produktif perempuan sejumlah 217.400 orang dan 156.337 orang laki-laki.
Sementara pada tahun 2019 , pelayanan kesehatan usia produktif diperoleh hasil
sebesar 30,91% (227.826 orang) dari 737.116 orang usia produktif, dengan
demikian terjadi peningkatan kegiatan sebesar 19,43% pada tahun 2020.
Peningkatan capaian program usia produktif dalam tahun ini cukup signifikans, hal
ini sebagai upaya kegiatan registrasi hasil Program Indonesia Sehat Pendekatan
Keluarga (PIS-PK) yang dikelola oleh program Usia Produktif.
2. Persentase Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (60 Tahun keatas)
Pelayanan Kesehatan yang diberikan pada penduduk usia lanjut adalah
pelayanan kesehatan sesuai standar yang ada pada pedoman usia lanjut (60
58 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
tahun ke atas) di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang SPM Bidang Kesehatan, dijelaskan
bahwa Pelayanan kesehatan lanjut usia adalah pelayanan kesehatan untuk warga
negara usia 60 tahun ke atas dalam bentuk edukasi dan skrining usia lanjut sesuai
standar pada satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun. Setiap warga
negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining
kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun ke atas di wilayah
kerjanya minimal 1 kali dalam kurun waktu satu tahun. Kegiatan yang dilaksanakan
dalan pelayanan usia Lanjut meliputi :1). Deteksi hipertensi dengan mengukur
tekanan darah;2). Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula
darah;3).Deteksi kadar kolesterol dalam darah;4). Deteksi gangguan mental
emosional dan perilaku, termasuk kepikunan menggunakan Mini Cog atau Mini
Mental Status Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Mental Test
(AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS).
Pada tahun 2020 jumlah usia lanjut (60 tahun ke atas) di Kabupaten Lombok
Timur sejumlah 109.975 orang yang terdiri dari usia lanjut laki-laki sejumlah 51.688
orang (47%) dan 58.287 orang perempuan (53%). Jumlah usila yang mendapat
pelayanan kesehatan sebanyak 93.622 orang (85,13%) yang terdiri dari Usila laki-
laki sejumlah 35.597 orang dan perempuan sejumlah 58.025 orang. Dibandingkan
dengan capaian tahun 2019, capaian cakupan pelayanan kesehatan usila dalam
tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 3,57% dari capaian cakupan tahun
sebelumnya yakni sebesar 88,7%.
Berdasarkan target sasaran program pelayanan Lansia pada tahun 2020
sebesar 100%, maka pada tahun ini belum mencapai target. Tidak tercapaianya
target sasaran program Pelayanan Lansia pada tahun 2020 ini disebabkan
beberapa hal diantaranya adanya pembatasan kegiatan masyarakat di masa
pandemi.
Adapun perkembangan cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut lima tahun
terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
59 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik 2.17 Perkembangan Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Grafik 2.17 di atas menunjukkan bahwa perkembangan cakupan pelayanan
kesehatan usia lanjut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun di
Kabupaten Lombok Timur selama periode tahun 2016 sampai dengan tahun 2020.
Namun pada satu tahun terahir mengalami penurunan lebih disebabkan karena
ada pembatasan kegiatan masyarakat di masa pandemi yang melanda Kabupaten
Lombok Timur.
d) Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen
penyebab yang mengakibatkan perpindahan penularan penyakit dari orang atau
hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui perantara atau lingkungan hidup.
1. Penyakit Tuberclosis (TB) Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Pengendalian Tuberkulosis
(TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun
terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB ditanggulangi
melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP-4). Sejak tahun 1969
23.18 26.55
64.98
88.7 85.13
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2016 2017 2018 2019 2020
PERSENTASE
TAHUN
60 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
pengendalian dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Obat anti
tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalah paduan standar INH, PAS dan
Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Asam Para Amino Salisilat (PAS)
kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai digunakan paduan OAT
jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Ethambutol
selama 6 bulan.
1) Persentase orang terduga TBC mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar
Seseorang yang menunjukkan gejala batuk > 2 minggu disertai dengan
panas badan adalah disebut Terduga tuberkulosis .Terduga tuberkulosis yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar adalah Terduga tuberkulosis yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dengan penegakan
diagnosis tuberkulosis melalui pemeriksaan bakteriologis dan klinis, dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya atau di rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjut serta dilakukan pengobatan sesuai standar jika dinyatakan
tuberkulosis (register TBC 06).
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 terdapat 1.135 kasus baru
TB Paru BTA+ yang terdiri dari laki-laki sebanyak 641 kasus (56,5%) dan
perempuan sejumlah 494 kasus ( 43,5%). Jumlah orang terduga TB+
mendapatkan pelayanan sesuai sesuai standar adalah 9.257 orang dan jumlah
Terduga tuberkulosis sejumlah 22.982 orang, maka persentase orang terduga
TB Paru BTA+ mendapat pelayanan sesuai standar sebesar 40,3 %.
Sedangkan capaian kegiatan pelayanan TB sesuai standar tahun 2019
diperoleh sebesar 39,1% (16.604 orang) dari jumlah orang terduga TBC 42.510
orang.
Berdasarkan target program penanganan penyakit menular ditetapkan
sebesar 100% penduduk harus terlayani, berarti capaian pelayanan TB
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tahun ini masih rendah.
Dibandingkan dengan capaian tahun lalu terdapat peningkatan sebesar 1,2%
pada tahun ini.
2) Cakupan Penemuan Kasus TBC Anak
Cakupan penemuan kasus tuberkulosis anak merupakan jumlah seluruh
61 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
kasus tuberkulosis anak yang ditemukan di antara perkiraan jumlah kasus
tuberkulosis anak yang ada disuatu wilayah dalam periode tertentu. Perkiraan
jumlah kasus tuberkulosis anak adalah 12% dari perkiraan jumlah semua kasus
tuberkulosis (insiden) yang ada di masing-masing kabupaten/kota. Besarnya
cakupan penemuan kasus tuberkulosis anak diperoleh dengan membandingkan
jumlah semua kasus tuberkulosis anak yang ditemukan dengan perkiraan
jumlah kasus tuberkulosis anak.
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020, jumlah insiden
tuberkulosis diperkirakan sejumlah 4.256 kasus, maka 12% nya adalah insiden
tuberkulosis anak yakni 510 kasus. Jumlah kasus tuberkulosis anak ditemukan
sejumlah 40 kasus, dengan demikian besarnya cakupan penemuan kasus
tuberkulosis anak adalah sebesar 7,8%. Capaian ini masih sama dengan
capaian tahun lalu 7,8%.
3) Angka Pengobatan Lengkap (Complete Rate) Semua Kasus Tuberkulosis
Angka pengobatan lengkap (Complete Rate) pasien tuberkulosis semua
adalah pasien tuberkulosis yang telah menyelesaikan pengobatan secara
lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan
hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil pemeriksaan bakteriologis pada
akhir pengobatan.. Angka pengobatan lengkap diperoleh dengan
membandingkan jumlah semua kasus tuberkulosis yang mendapat
pengobatan lengkap dengan jumlah semua kasus yang diobati dan dilaporkan
pada kohort yang sama.
Dari jumlah 1.504 kasus yang mendapat pengobatan pada tahun 2019 di
Kabupaten Lombok Timur yang berhasil melaksanakan pengobatan lengkap
sebanyak 461 kasus (30,7%) yang terdiri dari 257 kasus laki-laki dan 204 kasus
perempuan. Sedangkan pada tahun 2018 pelayanan pengobatan lengkap
Tuberkulosis diperoleh sebesar 29,2% (415 kasus ) yang terdiri dari 251 kasus
laki-laki dan 164 kasus perempuan. Dengan demikian pada tahun ini terjadi
peningkatan sebesar 1,5% dari tahun sebelumnya.
4) Jumlah Kematian Selama Pengobatan Tuberkulosis
Kematian selama pengobatan tuberkulosis didefinisikan sebagai Jumlah
pasien tuberkulosis yang meninggal oleh sebab apapun selama masa
62 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
pengobatan tuberculosis. Kematian tuberculosis diperoleh dengan
membandingkan jumlah pasien tuberkulosis yang meninggal oleh sebab
apapun selama masa pengobatan tuberculosis dengan jumlah semua kasus
tuberculosis yang diobati dan dilaporkan pada kohort yang sama.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur pada tahun
2020 ditemukan jumlah pasien tuberculosis meninggal selama masa
pengobatan sejumlah 55 kasus, sementara jumlah semua kasus yang diobati
adalah sebanyak 1.504 kasus, maka kematian karena tuberculosis diperoleh
sebesar 3,7%. Jumlah kematian akibat TB paru pada tahun 2019 sebesar 53
kasus (3,7%), dengan demikian capaian keberhasilan program masih sama
dengan capaian tahun lalu yakni sebesar 3,7%. Ini menggambarkan
keberhasilan program pengobatan penyakit tuberculosis pada tahun ini masih
perlu upaya-upaya peningkatan.
2. Persentase Penemuan Penderita Pneumonia Pada Balita
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau napas sesak.
Sedangkan cakupan Balita dengan pneumonia yang ditangani adalah cakupan
penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia pada Balita yang mendapat
antibiotik sesuai standar atau pneumonia berat dirujuk ke RS di satu wilayah pada
kurun waktu tertentu.
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020, perkiraan penemuan
Pneumonia pada Balita adalah sejumlah 6.292 kasus. Dalam pelaksanaannya
penemuan Pneumonia tercatat sejumlah 3.028 kasus (48,1%) yang terdiri atas
1.706 kasus dengan jenis kelamin laki-laki dan 1.322 kasus perempuan. Dari total
6.292 kasus Pneumonia yang ada dibedakan menjadi Pnemonia ringan sejumlah
1.132 kasus (673 kasus laki-laki dan 459 kasus perempuan) dan Pnemonia berat
sejumlah 2.033 kasus (1.104 kasus jenis kelain laki-laki dan 929 kasus
perempuan). Sedangkan penemuan kasus pada tahun 2019 tercapai sebesar
83,9% (6.430 kasus) yang terdiri atas Pnemonia ringan sejumlah 6.014 kasus
dan Pnemonia berat sejumlah 435 kasus.
Berdasarkan data tersebut diatas dapat diketahui bahwa penemuan kasus
Pnemonia pada tahun 2020 masih jauh dari target yang tetapkan 80%. Jika
dibandingkan penemuan kasus Pnemonia tahun 2019%, maka penemuan dalam
63 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
tahun ini terjadi penurunan sebesar 35,8%. Dilihat penyebarannya berdasarkan
jenis kelamin, penemuan kasus Pnemonia pada tahun ini terbanyak pada jenis
kelamin laki-laki sebesar 56,34% sedangkan jenis kelamin perempuan sebesar
43,65%. Dari jumlah 3.165 kasus Pnemonia yang berkembang menjadi Pnemonia
berat sebesar 64,23% (2.033 kasus). Dari jumlah tersebut yang menjadi
penyumbang kematian bayi dan Balita sebesar 8,30% (26 kasus).
Perkembangan cakupan penemuan dan penanganan penyakit pneumonia
pada balita lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.18. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penyakit Pneumonia pada
Balita di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang P3KL Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
Grafik 2.18 di atas menunjukkan bahwa cakupan penemuan dan penanganan
penyakit pneumonia pada balita tahun 2016 – 2020 terus mengalami penurunan
dengan capaian tertinggi pada tahun 2016 dan terendah pada tahun 2020.
3. Penderita HIV-AIDS
HIV-AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai
HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3
metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 113.94 81.54 89.6 83.9 50.3
TARGET 80 85 85 90 60
0
20
40
60
80
100
120
PE
RSE
NT
ASE
64 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
survey, dan Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Penemuan penderita HIV di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020
sebanyak 19 kasus yang terdiri dari 12 kasus laki-laki (63,2%) dan 7 kasus
perempuan (36,8%). Sementara penderita AIDS sebanyak 5 kasus yang
semuanya terdiri laki-laki. Sedangkan penemuan penderita HIV di Kabupaten
Lombok Timur pada tahun 2019 sebanyak 26 kasus, dan penderita AIDS
sebanyak 12 kasus. Dengan demikian terjadi penurunan penemuan baik pada
kasus HIV dan AIDS pada tahun 2020 sebesar masing-masing 26,92% dan
58,33%.
Adapun jumlah kasus AIDS sampai dengan tahun 2020 terdapat sejumlah
187 kasus, meningkat 5 kasus dari tahun sebelumnya 182 pada tahun 2019.
Adapun perkembangan penemuan kasus lima tahun terakhir di Kabupaten
Lombok Timur dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 2.19 Perkembangan Penemuan Penderita HIV-AIDS di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang P3KL Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
Grafik 2.19 di atas menunjukkan bahwa penemuan penderita HIV mengalami trend
meningkat dari tahun 2016 hingga tahun 2019, sementara kasus AIDS mengalami
trend menurun pada periode 4 tahun terahir. Tingginya penemuan HIV maupun
AIDS dimungkinkan beberapa hal, diantaranya penambahan layanan pemeriksaan
HIV-AIDS di beberapa Puskesmas, disamping keaktifan petugas yang cukup baik.
Adapun penemuan AIDS yang tinggi pada satu tahun terahir dibanding penemuan
HIV menunjukkan adanya keterlambatan dalam penemuan kasus.
Berdasarkan kelompok umur, distribusi penderita HIV di Kabupaten Lombok
Timur tahun 2020 ditemukan pada kelompok kelompok umur 20-24 Tahun
2016 2017 2018 2019 2020
HIV 4 14 13 26 19
AIDS 13 28 11 12 5
0
5
10
15
20
25
30
PE
RSE
NT
ASE
65 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
sebanyak 4 kasus ( 21,1%) dan umur sebanyak 25 – 49 tahun sejumlah 15 kasus
(78,9%), sedangkan pada kelompok umur 5 – 14 dan > 50 tahun tidak ditemukan
kasus HIV. Dari data tersebut diketahui bahwa penyebaran tertinggi kasus HIV
ditemukan pada kelompok usia produktif dan sedikit sekali dijumpai pada
kelompok umur dibawah 5 tahun atau diatas 50 tahun.
Penyebaran kasus AIDS berdasarkan kelompok umur ditemukan pada
kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 2 kasus (40%) dan kelompok umur 30-39
tahun sebanyak 3 kasus (60%). Sedangkan kelompok 15 tahun kebawah dan 40
tahun ke atas tidak ditemukan pada tahun 2020. Dengan demikian penyebaran
kasus AIDS pada tahun 2020 ditemukan secara keseluruhan pada kelompok umur
produktif.
4. Penderita Diare
Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,
walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuatif namun penyakit ini
masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan menimbulkan
kematian.
Penderita diare yang ditangani yaitu jumlah penderita yang datang dan
dilayani di sarana kesehatan dan kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu
tahun. Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan
kader adalah 20% dari angka kesakitan dikalikan jumlah penduduk di satu wilayah
dalam waktu satu tahun. Target penemuan kasus diare yang digunakan adalah
dengan angka kesakitan diare 270 per 1.000 penduduk.
Penemuan penderita penyakit Diare pada Balita di Kabupaten Lombok Timur
tahun 2020 sebesar 100% lebih(18.770 Balita) dari jumlah 16.627 Balita. Pada
tahun 2019 penemuan penyakit Diare pada Balita sebesar 73,1% (23.291 Balita)
dari jumlah 31.842 Balita , atau terjadi peningkatan capaian hampir mencapai 40%
pada tahun ini. Berdasarkan target yang ditetapkan kabupaten, maka pada tahun
ini sudah mencapai target 100%.
Penemuan penderita penyakit Diare pada golongan semua umur adalah
sejumlah 37.912 orang (116,2%) dari jumlah 32.632 golongan semua umur di
Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020. Sedangkan pencapaian tahun 2019
sebesar 70,9% (45.999 orang) dari jumlah 64.833 golongan semua umur di
Kabupaten Lombok Timur.
66 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Dari jumlah semua penderita Diare yang ditemukan di fasilitas kesehatan di
Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 semuanya mendapat penanganan
standar yakni dengan pemberian Oralit dan Zinc pada setiap penderita.
Perkembangan cakupan penemuan penyakit Diare selama lima tahun
terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 2.20 Cakupan Penemuan Penyakit Diare di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang P3KL Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
Grafik 2.20 di atas menunjukkan bahwa cakupan penemuan penyakit Diare selama
lima tahun terahir terus mengalami penurunan, kecuali pada satu tahun terahir
mengalami peningkatan.
e) Pengendalian Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
1. Penderita Acute Flaccid Paralysis (AFP) Anak Usia <15 Tahun
Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah penderita dengan gejala lumpuh layuh
mendadak (akut), bukan disebabkan ruda paksa, yang ditemukan pada anak usia
<15 tahun dan diduga kuat poliomyelitis.
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020, kasus AFP ditemukan
sejumlah 1 kasus dari jumlah penduduk ≤15 Tahun sebanyak 356.197 jiwa.
Dengan demikian AFP Rate tahun 2020 sebesar 0,08 per 100.000 penduduk.
Adapun capaian cakupan AFP Rate tahun 2019 sebesar 2,2 per 100.000 jiwa,
atau terjadi penurunan 1,02 per 100.000 jiwa atau dua kali lipat. Target indikator
AFP Rate per 100.000 penduduk ≤15 tahun 2020 sebesar 2 per 100.000 penduduk
(8 kasus absolut), jadi capaian cakupan AFP Rate di Kabupaten Lombok Timur
85.12 81.8171.3 70.9
116.2
0
20
40
60
80
100
120
140
2016 2017 2018 2019 2020
PE
RSE
NT
ASE
TAHUN
67 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
pada tahun 2020 masih dibawah target indicator program. Salah satu penyebab
tidak tercapainya target penemuan kasus AFP adalah pelacakan dan sekrening
kasus AFP yang belum maksimal dilaksanakan karena upaya kegiatan lebih fokus
pada upaya penanganan pandemi Covid-19.
Adapun perkembangan AFP Rate per 100.000 penduduk usia <15 tahun
lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.21 Perkembangan AFP Rate Per 100.000 Penduduk Usia <15 Tahun di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang P3KL Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
Grafik 2.21 di atas menunjukkan Grafik tersebut di atas menunjukkan bahwa
perkembangan AFP Rate per 100.000 penduduk usia <15 tahun selama periode
tahun 2016 – 2020 menunjukkan trend menurun. Tidak tercapainya target
penemuan AFP selama lima tahun terakhir disebabkan kurangnya sosialisasi pada
staf Puskesmas dan jajarannya; petugas surveilans yang bertanggung jawab
terhadap surveilans AFP sering mengalami pergantian sehingga mempengaruhi
kinerja petugas. Khusus pada satu terakhir terkendala pada penanganan
pandemic Covid-19, sehingga upaya penemuan kasus program AFP tidak masimal
dapat dilaksanakan.
2. Penyakit Campak
Campak adalah penyakit akut yang disebabkan Morbilivirus ditandai dengan
munculnya bintik merah (ruam), terjadi pertama kali saat anak-anak. Campak
1.68
1.12 1.1
2.2
0.08
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2016 2017 2018 2019 2020
PERSENTASE
TAHUN
68 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini akan memunculkan
ruam di seluruh tubuh dan sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu dan
mengarah pada komplikasi yang lebih serius. Gejala campak mulai muncul sekitar
satu hingga dua minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh.
Campak ditularkan melalui percikan cairan yang dikeluarkan oleh pengidap
campak saat bersin dan batuk. Virus campak akan menulari siapa pun yang
menghirup percikan cairan ini. Virus campak bisa bertahan selama beberapa jam
sehingga dapat dengan mudah menempel pada benda-benda. Saat seseorang
kontak dengan benda-benda tersebut maka ia pun bisa tertular campak.
Jumlah kasus Susfek Campak yang ditemukan di fasilitas kesehatan di
Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 sejumlah 6 kasus, yang terdiri dari 4
kasus berjenis kelamin laki-laki dan 2 kasus jenis kelamin perempuan. Adapun
kasus Susfek Campak yang ditemukan di fasilitas kesehatan di Kabupaten
Lombok Timur pada tahun 2019 sejumlah 40 kasus, atau terjadi penurunan
penemuan kasus Campak hampir mencapai enam kali lipat.
Jika pada tahun 2019 suspek Campak ditemukan pada 8 lokasi wilayah
Puskesmas(24,24%) dengan penemuan kasus Susfek Campak tertinggi ditemukan
di wilayah Puskesmas Keruak sebesar 60% (24 kasus), diikuti Puskesmas
Batuyang 12,5% (5 kasus) dan Sakra sebesar 7,5% (3 kasus). Pada tahun 2020
ini Susfek Campak tersebar pada 4 lokasi yakni Puskesmas Terara dan Batuyang
masing-masing 2 kasus , Puskesmas Montong Betok dan Aikmel Utara masing-
masing 1 kasus.
3. Persentase KLB Ditangani <24 Jam
Upaya penyelidikan epidemiologi dan penaggulangan KLB merupakan tindak
lanjut dari penemuan dini kasus-kasus penyakit berpotensi KLB/wabah yang terjadi
pada masyarakat. Upaya penanggulangan yang dilakukan dimaksudkan untuk
mencegah penyebaran lebih luas dan mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani <24 jam adalah
desa/kelurahan yang mengalami KLB dan dilakukan penyelidikan epeidemiologi
<24 jam oleh Kabupaten/Kota terhadap KLB pada periode/kurun waktu tertentu.
Ditangani <24 jam ini maksudnya penyelidikan dan penanggulangan KLB <24 jam
sejak laporan W1 diterima sampai penyelidikan dilakukan dengan catatan selain
formulir W1 dapat juga berupa faximili, telepon atau SMS.
69 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Pada tahun 2020 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di 8 desa/kelurahan (6
lokasi kecamatan) dan semuanya dapat ditangani <24 jam. Target indikator
Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24
jam sebesar 100%. Jadi cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan
penyelidikan epidemiologi <24 jam telah mencapai target. Sedangkan pada tahun
2019 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di 14 desa/kelurahan ( 9 lokasi
kecamatan). Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2019, maka telah terjadi
penurunan sebesar 42,85% pada tahun ini.
Kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Kabupaten Lombok Timur tahun
2020 meliputi: KLB Keracunan Makanan yang terjadi pada enam lokasi desa, KLB
DBD dan KLB Diare terjadi pada masing-masing satu lokasi desa. Sementara
pada tahun 2019 Kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Kabupaten Lombok
Timur meliputi: KLB Keracunan Makanan yang terjadi pada enam lokasi desa, KLB
DBD pada enam lokasi desa dan KLB Campak yang terjadi pada satu lokasi desa.
Jumlah penderita pada KLB tahun 2020 sejumlah 202 orang yang terdiri dari
Keracunan Makanan tercatat sejumlah 72 orang, KLB DBD tercatat sejumlah 20
orang dan 110 orang pada KLB Diare. Sementara pada tahun 2019 jumlah
penderita KLB sebanyak 392 penderita yang terdiri dari 261 penderita KLB
Keracunan Makanan, KLB DBD sejumlah 118 kasus dan 13 penderita KLB
Campak.
Kejadian Luar Biasa pada tahun 2020 dapat juga kita lihat berdasarkan
kelompok umur, dimana pada KLB Keracunan Makanan terbanyak ditemukan
pada kelompok umur 20-44 yakni sebesar 29,17% dari 72 kasus Keracunan
Makanan, Kejadian Luar Biasa DBD tertinggi ditemukan pada kelompok umur 45-
54 tahun sebesar 35% dari 20 kasus Diare; dan pada KLB Diare terbanyak
ditemukan pada kelompok umur 20-44 tahun mencapai 44,55% dari 110 kasus
campak.
f) Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik
1. Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penderita demam tinggi
mendadak berlangsung 2-7 hari, disertai manifestasi perdarahan (antara lain
uji tourniqet positif, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis
dan/atau melena, dsb) ditambah trombositopenia (trombosit ≤100.000/mm³) dan
70 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥20%). Sedangkan Angka Kesakitan
DBD adalah jumlah kasus DBD yang ditemukan pada suatu wilayah dibandingkan
dengan jumlah penduduk pada tempat dan waktu yang sama. Angka kematian
DBD (Case Fatality Rate) adalah jumlah kematian yang disebabkan DBD pada
kurun waktu tahun tertentu.
Di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020, menurut data Dinas Kesehatan,
penderita DBD ditemukan sejumlah 545 kasus. Jumlah tersebut terdiri dari 254
orang berjenis kelamin laki-laki dan 291 orang perempuan dengan insiden rate
sebesar 45,1 per 100.000 penduduk. Jika dibandingkan dengan penemuan tahun
2019 yang berjumlah 341 kasus dengan insiden rate sebesar 28,4 per 100.000
penduduk, maka telah terjadi peningkatan penemuan kasus DBD hampir 2 kali
lipat lebih. Semua penderita dapat ditangani secara baik sehingga tidak
meninmbulkan kematian.
Target indikator penemuan dan penanganan penderita DBD di Kabupaten
Lombok Timur tahun 2020 sebesar 100%. Dari jumlah 545 kasus Demam
Berdarah yang ditemukan di fasilitas kesehatan, semuanya mendapatkan
penanganan sesuai standar, sehingga cakupan penemuan dan penanganan
penderita DBD telah mencapai target.
Berdasarkan lokasi penemuan, bahwa penemuan kasus DBD pada tahun
2020 tersebar pada 32 Puskesmas dari 35 Puskesmas di Kabupaten Lombok
Timur. Penyebaran kasus terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesma Lepak
sebesar 11,19% (61 kasus), Puskesmas Selong sebesar 10,09%(55 kasus) dan
Labuhan Haji sebesar 8,44%(46 kasus). Terdapat hanya dua wilayah Puskesmas
saja di Kabupaten Lombok Timur yang tidak ditemukan kasus DBD yakni wilayah
Puskesmas Suela dan Sembalun dalam tahun anggaran 2020 ini. Dibandingkan
dengan pencapaian tahun 2019 dimana penyebaran kasus DBD tersebar pada
pada 23 Puskesmas. Penyebaran kasus terbanyak terdapat di wilayah kerja
Puskesma Belanting sebesar 34,31% (117 kasus), Puskesmas Rarang sebesar
16,13%(59 kasus) dan Sikur sebesar 6,7%(23 kasus).
Perkembangan angka kesakitan (Incidence Rate) DBD per 100.000
penduduk lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
71 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik 2.22 Perkembangan Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang P3KL Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
Grafik 2.22 di atas menunjukkan bahwa angka kesakitan DBD selama lima tahun
terakhir mengalami trend menurun. Angka kesakitan DBD tertinggi terjadi pada
tahun 2016 yakni sebesar 89,97 per 100.000 penduduk dan terendah terjadi pada
tahun 2018 sebesar 2 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2020 di Kabupaten Lombok Timur tidak ditemukan adanya
penderita Demam Berdarah yang meninggal seperti beberapa tahun yang lalu.
Hal ini disebabkan penanganan penderita secara sistematis sudah dapat berjalan
dengan baik di Kabupaten Lombok Timur. Dimana penemuan deteksi dini kasus
dapat berjalan dengan baik dan mendapat penanganan yang segera dari petugas,
dan apabila harus mendapatkan perawatan lebih lanjut diupayakan ke jenjang
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi yakni rumah sakit.
2. Penderita Malaria
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi
sasaran prioritas komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs).
Berbagai upaya penanggulangan telah dilaksanakan dengan menggalang
berbagai sumber dana, baik dari pemerintah maupun non pemerintah antara lain
World Health Organisation (WHO) dan Global Fund (GF). Untuk percepatan
penanggulangan malaria dilakukan berbagai intervensi antara lain: kelambu
berinsektisida untuk penduduk berisiko, pengobatan yang tepat untuk subjek
terinfeksi malaria dengan Artemisinin-based Combination Therapy (ACT), dan
89.97
29.58
2
28.4
45.1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2016 2017 2018 2019 2020
Insi
den
Rat
e
TAHUN
72 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
penyemprotan rumah dengan insektisida (Riskesdas 2010).
Penyakit malaria menyebar cukup merata di seluruh kawasan Indonesia,
namun paling banyak dijumpai di luar wilayah Jawa dan Bali, bahkan di beberapa
tempat dapat dikatakan sebagai daerah endemis malaria. Menurut hasil
pemantauan program diperkirakan sebesar 35% penduduk Indonesia tinggal di
wilayah endemis, dan sampai saat ini malaria masih menjadi ancaman di daerah–
daerah pesisir pantai Kabupaten Lombok Timur.
Angka Kesakitan Malaria (AMI/API) adalah jumlah penderita tersangka
malaria dan atau positif malaria dibandingkan dengan jumlah penduduk pada
kurun waktu yang sama. Sedangkan pengertian suspek Malaria didefisinikan
adalah setiap individu yang tinggal di daerah endemik malaria yang menderita
demam atau memiliki riwayat demam dalam 48 jam terakhir atau tampak anemi;
wajib diduga malaria tanpa mengesampingkan penyebab demam yang lain.
Di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 ditemukan kasus Malaria
positif sejumlah 17 kasus yang terdiri dari 6 kasus dengan jenis kelamin laki-laki
dan 11 kasus jenis kelamin perempuan. Dari jumlah tersebut dapat diketahui
besarnya angka kesakitan Malaria yakni sebesar 0,01 per 1.000 penduduk.
Dibanding dengan pencapaian tahun 2019, dimana API sebesar 0,021 per 1.000
penduduk, maka capaian tahun 2020 terjadi penurunan 0,011 per 1.000 penduduk.
Target angka kesakitan malaria (annual parasite incidence) per 1.000 penduduk
pada tahun 2020 adalah sebesar <1/1.000 penduduk. Ini berarti angka kesakitan
malaria di Kabupaten Lombok Timur masih berada pada standar API <1 per 1.000
penduduk.
Adapun perkembangan angka kesakitan malaria (annual parasite incidence)
per 1.000 penduduk beresiko dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik
berikut ini :
73 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik 2.23 Perkembangan Angka Kesakitan Malaria Per 1.000 Penduduk
Beresiko di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016 – 2020
Sumber: Bidang P3KL Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
Grafik 2.23 di atas menunjukkan bahwa perkembangan angka kesakitan Malaria
pada tahun 2016 – 2020 mengalami trend menurun, dimana pada tahun 2016
merupakan capaian cakupan tertinggi. Berdasarkan grafik diatas Kabupaten
Lombok Timur masih terdapat kasus malaria walaupun jumlahnya semakin
menurun dari tahun ke tahun. Hasil evaluasi eliminir malaria tahun 2021
menunjukkan Kabupaten Lombok Timur masih belum mampu mengeliminir
malaria.
g) Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Pembangunan bidang kesehatan saat ini dihadapkan pada peningkatan kasus-
kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) atau Penyakit Akibat Gaya Hidup, serta penyakit
degeneratif. Kecenderungan ini dipacu oleh perubahan gaya hidup akibat urbanisasi,
modernisasi dan globalisasi.
Beberapa PTM yang dialami oleh sebagain besar masyarakat antara lain
hypertensi, stroke, penyakit jantung obstruksi kronis, penyakit paru obstruksi kronis,
diabetes militus, rhematoid arthritis, gagal ginjal kronis, hiperthyroid, kanker payudara,
kanker mulut rahim, dan kecelakaan. Sedangkan faktor risiko yang memicu kejadian
penyakit tersebut antara lain kebiasaan merokok, minum alkohol, sering makan
asin, sering makan/minum manis, makanan tinggi lemak, kurang sayur/buah,
kurang aktifitas fisik, stress, berat badan lebih, dan obesitas.
0.26
0.060.035
0.021 0.01
-0.05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
2016 2017 2018 2019 2020
PE
RSE
NT
ASE
TAHUN
74 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencegah dan
menscreening PTM seperti: sosialisasi program PTM kepada masyarakat baik
kelompok masyarakat sehat, beresiko dan penderita PTM; pembentukan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) sebagai wadah penyelenggara kegiatan
pengendalian faktor resiko PTM berbasis masyarakat; dan percepatan pembentukan
Peskesmas PTM.
1. Persentase Penderita Hipertensi Yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Sesuai Standar
Hipertensi disebut sebagai si pembunuh senyap karena gejalanya sering
tanpa keluhan. Biasanya, penderita tidak mengetahui kalau dirinya mengidap
hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Satu-satunya cara untuk
mencegahnya adalah cek tekanan darah. Hipertensi dapat dicegah dengan
mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet tidak sehat, kurang
konsumsi sayur dan buah, dan mengonsumsi garam berlebih.
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak
dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien
hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat.
Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang
peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar
hipertensi dapat dikendalikan.
Data Dinas Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan bahwa jumlah
penderita yang mendapat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan sejumlah
20.748 orang yang terdiri dari penderita hipertensi berjenis kelamin laki-laki 7.109
orang dan 13.639 orang perempuan. Jumlah estimasi penderita hipertensi berusia
≥ 15 tahun diperkirakan sejumlah 104.760 jiwa. Dari data tersebut dapat dihitung
besarnya jumlah penderita hipertensi yang mendapat pelayanan kesehatan adalah
19,8 43,9%. Bila dibandingkan dengan perolehan capaian tahun 2019 sebesar
43,9%, maka terjadi penurunan cakupan sebesar 24,1% pada tahun 2020.
75 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Terjadinya penurunan capaian cakupan program hipertensi pada tahun ini
yang begitu kontras dibandingkan dengan capaian tahun 2019, antara lainnya
disebabkan sumber entry data pada tahun 2019 yang masih duplikasi antara entry
data secara manual degan hasil entry data secara digital melalui aplikasi PTM.
Dampak dari manajemen data yang kurang oftimal, sehingga hasil yang diperoleh
tidak bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu mulai pada tahun 2020 entry
data sudah dilaksanakan secara terpusat yang dilakukan melalui aplikasi SIPTM.
2. Persentase Penderita DM Yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai
Standar
Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah
akibat kekuranganinsulin, baik absolut maupun relatif. bsolut artinya pankreas
sama sekali tidak bisamenghasilkan insulin sehingga harus mendapatkan insulin
dari luar (melalui suntikan) danrelatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan
insulin yang kadarnya berbeda pada setiaporang.
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan
tetapidapat dikendalikan, artinya sekali didiagnosa DM maka seumur hidup akan
bergauldengannya. !enderita mampu hidup sehat bersama DM, asalkan mau patuh
dan selalumengontrolkan kesehatannya secara teratur. Untuk itu diperlukan upaya
pengelolaan perkembangan penyakit DM diperlukan upaya yang terus
berkesinambungan.
Jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) di Kabupaten Lombok Timur pada
tahun 2020 menurut data Dinas Kesehatan tercatat sejumlah 3.352 orang
(25,37%) yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar dari sasaran
13.212 penderita DM. Sedangkan pada tahun 2019 jumlah penderita Diabetes
Melitus (DM) yang mendapat pelayanan sesuai standar tercatat sejumlah 6.478
orang (49,55%) atau mengalami penurunan sebesar 24,18% pada tahun ini.
Data hasil pelayanan Diabetes Melitrus (DM) berdasarkan lokasi penyebaran
menurut wilayah Puskesmas dapat diketahui bahwa jumlah Puskesmas yang
capaian kegiatan pelayanan DM diatas 50% sebesar 8,8% ( 3 Puskesmas),
capaian program antara 10%-50% sebesar 52,94% ( 18 Puskesmas) dan capaian
program di bawah 10% sebesar 38,23% ( 13 Puskesmas ). Berarti capaian
kegiatan pelayanan Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas berada pada kisaran
76 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
10% – 50%.
Terjadinya penurunan capaian cakupan program Diabetes Melitus pada
tahun ini yang begitu kontras dibandingkan dengan capaian tahun 2019, antara
lainnya disebabkan sumber entry data pada tahun 2019 yang masih duplikasi
antara entry data secara manual degan hasil entry data secara digital melalui
aplikasi PTM. Dampak dari manajemen data yang kurang oftimal ini, sehingga
hasil yang diperoleh tidak bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu mulai pada
tahun 2020 entry data sudah dilaksanakan secara terpusat yang dilakukan melalui
aplikasi SIPTM.
Disamping itu, dampak dari pandemic Covid-19 menyebabkan banyak
Puskesmas yang tidak bisa melaksanakan pelayanan Diabetes Melitus (DM) dan
tidak melaporkan kegiatannya. Disatu sisi anggaran program banyak terserap
untuk pengaanggaran Covid-19, sehingga turut mempengaruhi frekuensi
pelaksanaan kegiatan di Puskesmas.
3. Persentase Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara
Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam
leher rahim/serviks, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga
menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Anonim, 2007).
Sementara Kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk di jaringan
payudara. Tumor ganas merupakan kumpulan sel kanker yang berkembang
secara cepat ke jaringan di sekitarnya atau menyebar ke bagian tubuh yang lebih
jauh. Penyakit ini terjadi hampir selalu pada wanita namun dapat terjadi pula pada
pria.
Kedua jenis kanker ini merupakan kanker yang menyerang wanita dan sulit
disembuhkan untuk itu perlu ditemukan secara dini . Upaya deteksi dini kanker
yang dilakukan petugas kesehatan adalah dengan secara sadanis (pemeriksaan
payudara klinis ) dan dengan metode IVA untuk kanker leher rahim pada
perempuan usia 30-50 tahun.
Di Kabupaten Lombok Timur, upaya pelaksanaan deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim berdasarkan data Dinas Kesehatan dilaksanakan
77 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
melalui serangkaian kegiatan skrining kesehatan terhadap perempuan usia 30 –
50 tahun yang meliputi pemeriksaan kanker payudara melalui sadanis dan kanker
leher rahim melalui pemeriksaan IVA. Hasil skrining deteksi dini kanker leher
Rahim dan payudara dilaksanakan terhadap 3.492 orang atau sebesar 2,2% dari
jumlah 158.611 perempuan berusia 30 – 50 tahun di Kabupaten Lombok Timur
pada tahun 2020. Dari jumlah tersebut yang dicurigai kanker 2 orang, dinyatakan
IVA Posistif sejumlah 11 orang (0,3%) dan Tumor dengan benjolan 0,1% (2 orang)
. Sedangkan pada tahun 2019 kegiatan ini dilaksanakan pada 20.684 orang
(13,1%) dari sasaran 157.485 perempuan berumur 30-50 tahun di Kabupaten
Lombok Timur. Dari jumlah tersebut yang menunjukkan hasil positif menderita
kanker Leher rahim melalui pemeriksaan IVA sebesar 0,4% (76 orang), yang
dicurigai kanker payudara 1 orang dan sudah dapat teraba (adanya benjolan)
sebesar 0,1% (11 orang).
Berdasarkan data tersebut memberi gambaran bahwa kegiatan pemeriksaan
deteksi dini kanker leher Rahim pada tahun 2020 menunjukkan adanya penurunan
sebesar 10,9%, dan pemeriksaan IVA Positif mengalami penurunan sebesar 0,1%.
Penurunan hasil kegiatan Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dalam
tahun 2020 tidak lepas dari kejadian pandemic Covid-19 yang sedang melanda
daerah Kabupaten Lombok Timur, karena berbagai kegiatan tidak bisa
dilaksanakan secara oftimal.
4. Persentase Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat
Gangguan jiwa merupakan kondisi adanya gejala klinis berupa sindroma
pola perilaku dan pola psikologik yang sangat berkaitan dengan adanya rasa tidak
nyaman, rasa nyeri, dan tidak tenteram. Berikut ini merupakan beberapa macam
gangguan jiwa pada manusia.
Secara umum, manusia yang mengalami gangguan jiwa, biasanya
disebabkan dari beberapa faktor. Misalnya saja faktor fisik, lingkungan sosial atau
juga faktor psikis atau psikogenik. Faktor yang menyebabkan gangguan kejiwaan
ini biasanya tidak berasal dari satu unsur saja. Namun, bisa berasal dari beberapa
unsur yang saling mempengaruhi, atau terjadi secara bersamaan. Dari sinilah
kemudian muncul gejala gangguan kejiwaan pada diri seseorang.
Pelayanan kesehatan jiwa di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020
berdasarkan hasil pendataan Dinas Kesehatan sejumlah 2.113 orang (67,2%) dari
78 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
sasaran ODGJ 3.142 orang. Pada tahun 2019 ditemukan kasus jiwa sejumlah
1.103 orang (55,6%) dari sasaran ODGJ 1.984 orang. Dengan demikian terjadi
peningkatan capaian kegiatan pelayanan kesehatan jiwa sebesar 11,6% pada
tahun 2020 dibandingkan tahun 2019. Namun dibanding dengan target program
yang seharusnya tercapai 100%, berarti pencapaian tahun 2020 masih berada
dibawah target.
Berdasarkan lokasi penyebaran hasil pelayanan ODGJ berat menurut
wilayah kerja Puskesmas dapat diketahui bahwa terdapat 44,12% Puskesmas
yang hasil pelayanannya ada diatas rata-rata kabupaten, dan 55,88% Puskesmas
hasil pelayanannya berada dibawah capaian rata-rata kabupaten. Bahkan ada
beberapa Puskesmas yang capaiannya jauh diatas target program seperti
Puskesmas Kotaraja (115,7%), Puskesmas Masbagik (110,3%), dan Puskesmas
Lenek (180,1%).
h) Pembinaan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
1. Persentase Sarana Air Minum Dengan Risiko Rendah+Sedang
Air minum adalah merupakan kebutuhan dasar yang sangat diperlukan bagi
kehidupan manusia secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut diperlukan
sarana air minum yang baik jumlah dan kualitas dapat terpenuhi bagi masyarakat.
Aarah pembangunan nasional bidang air minum adalah pemenuhan ketersediaan
infrastruktur dasar dan standar layanan minimum dengan salah satu indikatornya
adalah tercapainya 100% pelayanan air minum.
Sarana air minum menurut Petunjuk Teknis Penyusunan Profil tahun 2018
didefinisikan sebagai penyelenggara air minum yang meliputi PDAM /BPAM/PT
yang terdaftar di persatuan perusahaan air minum seluruh indonesia (PERPAMSI),
Sarana air minum perpipaan non PDAM, Sarana air minum bukan jaringan
perpipaan komunal (Sumur gali, sumur bor dengan pompa, penampungan air
hujan, mata air terlindung, terminal air/ tangki air, depot air minum).
Dalam upaya melaksanakan pengawasan air minum yang berkualitas
dilaksanakan serangkaian kegiatan inspeksi kesehatan terhadap sarana air minum
. Kegiatan inspeksi kesehatan sarana air minum merupakan kegiatan pengamatan
keadaan fisik sarana, lingkungan, dan perilaku masyarakat yang
diperkirakanydapat mempengaruhi kualitas air dari sarana yang diinspeksi dengan
79 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
menggunakan formulir yang telah ditetapkan. Berdasarkan inspeksi sanitasi
tersebut, ditetapkan risiko pencemaran dari sarana ke dalam 4 kategori, yaitu: 1)
Rendah, 2) Sedang, 3) Tinggi, dan 4) Amat Tinggi.
Hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan di wilayah Kabupaten Lombok Timur
pada tahun 2020 diperoleh data tentang jumlah sarana air minum sejumlah
234.635 sarana. Jumlah sarana air minum yang berhasil diinspeksi kesehatan
sejumlah 34.526 sarana (14,71%). Dari jumlah tersebut yang termasuk dalam
kategori pencemaran rendah dan sedang sebesar 81,7% (28.192 sarana).
Sementara pada tahun 2019 sarana air minum yang berhasil diinspeksi kesehatan
sejumlah 31.897 sarana (14,3%). Dari jumlah tersebut yang termasuk dalam
kategori pencemaran rendah dan sedang sebesar 90,03%. Bila melihat capaian
tahun 2019, dimana banyaknya sarana yang memenuhi syarat kesehatan
berdasarkan hasil inspeksi sanitasi adalah sebesar 90,03%, maka terjadi
penurunan sebesar 8,33%, sedangkan jumlah sarana yang dinspeksi mengalami
peningkatan sebesar sebesar 0,41%.
2. Persentase sarana air minum memenuhi syarat
Upaya penyehatan air bertujuan untuk menjamin tersedianya air minum
ataupun air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan bagi seluruh
masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan. Untuk menjamin tersedianya
kualitas air yang memenuhi persyaratan tersebut, berbagai upaya telah
dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat, seperti pembangunan dan
perbaikan sarana air bersih/air minum, Upaya pengawasan kualitas air dan
penyuluhan–penyuluhan mengenai hubungan kesehatan dengan tersedianya air
yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Sebagaimana peraturan pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang parameter
penentu kualitas air yang meliputi standar kualitas fisik, kimia dan biologis.
Parameter fisik meliputi warna, bau, rasa, dan kekeruhan. Bau dan rasa biasanya
ditimbulkan oleh bahan kimia dan kehadiran bakteri tertentu. Parameter kimia, nilai
pH, senyawa kimia di dalam air, residu pestisida, deterjen, senyawa toksin.
Parameter biologis merupakan parameter yang paling banyak digunakan untuk
menentukan kualitas perairan melalui parameter mikrobiologinya.
Dalam upaya melaksanakan pengawasan terhadap kualitas sarana air
minum di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 telah dilaksanakan kegiatan
80 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
pengambilan sampel terhadap 79 sarana. Setelah dilakukan pengujian melalui
pemeriksaan mikrobiologi diperoleh jumlah sampel sarana yang memenuhi syarat
kesehatan sebesar 31,6 % (25 sarana ). Bila pada tahun 2019 jumlah sarana yang
memenuhi syarat kesehatan sebesar 41,10% dari jumlah 365 sampel air, maka
terjadi penurunan capaian sebesar 9,50% pada tahun 2020. Penurunan capaian
dalam kegiatan pengawasan kualitas sarana air minum pada tahun ini disebabkan
beberapa hal diantaranya masalah Covid-19 yang melanda Kabupaten Lombok
Timur. Petugas tidak bisa aktif dalam melaksanakan kegiatan karena lebih focus
dalam penanganan penyakit COvid. Disamping itu dana untuk pelaksanaan
kegiatan mengalami recopushing sehingga mempengaruhi pencapaian cakupan
kegiatan.
Grafik 2.24 Capain Indikator Akses Air Minum Sehat di Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2016 - 2020
Sumber: Bidang P3KL Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
3. Persentase penduduk dengan akses terhadap sanitasi yang layak (jamban sehat)
Fasilitas sanitasi yang layak (Jamban Sehat) yaitu fasilitas pembuangan tinja
(jamban) yang digunakan sendiri atau bersama, yang efektif untuk memutus mata
rantai penularan penyakit (Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
852/Menkes/KS/IX/2008). Dilengkapi dengan tanki septic tank/sistem pengolahan
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 86.04 86.67 87.71 89.18
TARGET 86 88 74.7
65
70
75
80
85
90
95
PE
RSE
NT
ASE
81 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
air limbah, dengan klosed leher angsa dan pembuangan akhir tidak mencemari
sumber air/tanah.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan tahun 2020 di Kabupaten Lombok Timur,
jumlah fasilitas Sanitasi (Jamban Keluarga) sejumlah 200.661 unit yang terdiri atas
Sharing Komunal 13.543 unit (6,75%), Jamban sehat semi permanen sejumlah
19.571 unit (9,75%), dan Jamban sehat permanen sejumlah 167.547 unit
(83,49%). Sedangkan jumlah pengguna berjumlah 304.860 KK dengan rincian,
pengguna Sharing Komunal 22.458 KK, pengguna Jamban Sehat Semi Permanen
adalah 36.783 KK dan pengguna Jamban Sehat Permanen sejumlah 245.619 KK.
Sementara pada tahun 2019, jumlah fasilitas Sanitasi (Jamban Keluarga) sejumlah
198.001 unit yang terdiri atas Sharing Komunal 13.341 12.723 unit (4,46%),
Jamban sehat semi permanen sejumlah 19.419 unit (55,28%), dan Jamban sehat
permanen sejumlah 165.241 unit (84,28%). Sedangkan jumlah pengguna
berjumlah 298.894 KK dengan rincian, pengguna Sharing Komunal 21.453 KK,
pengguna Jamban Sehat Semi Permanen adalah 35.486 KK dan pengguna
Jamban Sehat Permanen sejumlah 241.955 KK.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebahagian besar kepala keluarga di
Kabupaten Lombok Timur sudah memiliki fasilitas sanitasi yang layak yakni
sebesar 83,49% dari jumlah 200.661 fasilitas, dengan jumlah pengguna sejumlah
245.619 KK. Dengan demikian penduduk dengan akses sanitasi yang layak di
Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2020 adalah sebesar 86,00 84,86%.
Capaian cakupan ini menunjukkan peningkatan sebesar 1,14% dari tahun
sebelumnya dengan capaian sebesar 84,86 %.
Perkembangan penduduk dengan akses sanitasi yang layak selama lima
tahun dapat disajikan seperti grafik berikut :
82 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Grafik 2.25 Perkembangan penduduk dengan akses sanitasi yang layak Tahun
2016-2020
Sumber: Bidang P3KL Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2016-2020
4. Persentase desa STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan pendekatan untuk
mengubah perilaku higiene dan sanitasi masyarakat yang meliputi 5 pilar yaitu
tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun,
mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar,
mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan.
Pada tahun 2020, semua desa (254 desa) di Kabupaten Lombok Timur
telah melaksanakan kegiatan STBM. Jumlah desa yang memenuhi kriteria desa
STBM sebesar 5,1% (13 desa), dan desa Stop BABS sebesar 46,1% (117 desa ).
Sementara pada tahun 2019 Jumlah desa yang memenuhi kriteria desa STBM
sebesar 5,1% (13 desa), dan desa Stop BABS sebesar 41,7% (106 desa ). Ini
berarti pada tahun ini tidak terjadi perubahan kondisi desa STBM, sedangkan desa
Stop BABS terjadi peningkatan sebesar 4,4% dari tahun sebelumnya.
Jika pada tahun 2019 Puskesmas Aikmel merupakan penyumbang desa
dengan Stop BABS terbesar yakni sebesar 90%, kemudian Puskesmas Sakra
sebesar 75%, dan Puskesmas Rensing dengan capaian sebesar 72,22%, maka
pada tahun 2020 Puskesmas Aikmel masih tetap dengan capaian tertinggi
bersama Aikmel Utara yakni sebesar 100%, Puskesmas Rensing dengan capaian
2016 2017 2018 2019 2020
REALISASI 71.62 75.4 80.61 84.86 86
TARGET 70.7 72.8 75 59.97
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
PE
RSE
NT
ASE
83 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
77,78% dan Puskesmas Sakra dan Terara sebesar 75%. Jika pada tahun 2019
wilayah Puskesmas Puskesmas Denggen, Sukaraja, Jerowaru dan Sambelia saja
yang msih belum ada desa Stop, maka pada tahun ini tinggal desa di wilayah
Puskesmas Sukaraja, Jerowaru dan Belanting saja yang msih belum ada desa
Stop BABS. Adapun desa STBM masih terdapat pada wilayah Puskesmas Keruak,
Sakra, Rensing, Rarang, Montong Betok, SIkur, Pringgasela, Dasan Lekong,
Aikmel, Aikmel Utara dan Kalijaga.
5. Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan
Tempat-Tempat Umum (TTU) yaitu tempat atau sarana yang
diselenggarakan pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk
kegiatan bagi masyarakat yang meliputi: sarana kesehatan (rumah sakit,
puskesmas), sarana sekolah (SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA), dan hotel (bintang
dan non bintang).
Berdasarkan data hasil pengawasan TTU tahun 2020 2019, jumlah TTU
yang ada di Kabupaten Lombok Timur sejumlah 3.968 3.916 sarana, yang terdiri
dari Sarana Pendidikan sejumlah 1.719 1.668 sarana, Sarana Kesehatan 37 36
sarana, Tempat Ibadah sejumlah 2.188 2.188 sarana , dan Pasar sejumlah 24 24
sarana. Dari hasil pemeriksaan kualitas sarana ditemukan jumlah sarana
Pendidikan yang memenuhi syarat sebesar 53,64 55,27% (922 sarana), sarana
kesehatan yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 100% ( 37 sarana), sarana
Pasar sebesar 16,7% dan sarana Tempat Ibadah yang memenuhi syarat
kesehatan sebesar 18,6 18,2% (406 398 sarana), maka secara keseluruhan TTU
yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 34,50 34,73%. Sedangkan berdasarkan
hasil pemeriksaan kualitas sarana pada tahun 2019 ditemukan jumlah sarana
Pendidikan yang memenuhi syarat sebesar 55,27% (802 sarana), sarana
kesehatan yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 100% ( 36 sarana), dan
sarana Tempat Ibadah yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 18,2%, secara
keseluruhan TTU yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 34,73%.
Dari data tersebut diatas dapat diketahui, bahwa pada tahun ini terjadi
penurunan capaian kegiatan pengawasan kualitas saran Tempat-Tempat Umum
dibanding tahun 2019 yakni sebesar 0,23%. Variable Tempat-tempat Umum yang
mengalami penurunan capaian adalah sarana Pendidikan menurun sebesar
84 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
1,63%, sedangkan Sarana Tempat Ibadah mengalami peningkatan capaian yakni
sebesar 0,4%.
D. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan/Program Perangkat Daerah
Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 28 H (ayat 1) diamanatkan bahwa
setiap orang berhak atas pelayanan kesehatan, dan ditegaskan dengan pasal 34 (ayat 3)
yang menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Disisi lain, semakin kritisnya
masyarakat akan pelayanan kesehatan sebagai ekses dari globalisasi dan peluang
persaingan yang semakin terbuka, mengharuskan sektor kesehatan beradaptasi dan
melakukan inovasi-inovasi atau pengembangan pelayanan untuk menjawab tantangan
yang ada.
Evaluasi terhadap kinerja pelayanan atau program kegiatan di Dinas Kesehatan 5
(lima) tahun terakhir, menunjukan bahwa masih ada indicator kinerja yang pencapaiannya
belum sesuai dengan target yang ditetapkan.
Analisis lingkungan baik internal maupun eksternal organisasi merupakan hal yang
penting dalam menentukan faktor-faktor penentu keberhasilan bagi suatu organisasi.
Dengan mengetahui kondisi inernal maupun eksternal organisasi dengan memperhatikan
kebutuhan stakeholder, akan dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang menghadang organisasi. Analisis lingkungan sangat diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan organisasi dalam merespon setiap perkembangan zaman.
Lingkungan internal mencakup struktur organisasi, komunikasi antar bagian dalam
organisasi, sumberdaya yang semuanya akan mendukung kelangsungan hidup organisasi.
Pemahaman terhadap lingkungan internal akan memberikan pemahaman kepada
organisasi akan kondisi dan kemampuan organisasi. Sedangkan lingkungan eksternal
meliputi situasi dan kondisi sekeliling organisasi yang berpengaruh pada kehidupan
organisasi.
85 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
1) Faktor Internal
Kekuatan (S/Strengths)
a. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Adanya RPJMD Kabupaten Lombok Timur tahun 2018-2023
c. Adanya peraturan daerah yang mengatur retribusi pelayanan kesehatan
d. Potensi sumberdaya manusia kesehatan yang cukup
e. Potensi sarana kesehatan yang memadai
f. Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan
g. Adanya dukungan dana dari pemerintah daerah
h. Adanya pembagian wilayah puskesmas yang jelas
i. Adanya pedoman dan petunjuk teknis pelayanan kesehatan/SOP
Kelemahan (W/Weakness)
a. Belum adanya dokumen Sistim Kesehatan Daerah
b. Belum lengkapnya peralatan medis
c. Masih ada sarana pelayanan kesehatan yang rusak
d. Sumberdaya Manusia Paramedis yang masih perlu ditingkatkan
e. Pelayanan kesehatan belum maksimal
f. Pemberdayaan masyarakat belum optimal
g. Sistem Informasi Kesehatan belum memadai
h. Program PHBS belum optimal dilakukan olah masyarakat
2) Faktor Eksternal
Peluang (O/Opportunities)
a. Prioritas pembangungan Kabupaten Lombok Timur adalah pendidikan dan
kesehatan
b. Terbentuknya badan/organisasi pendukung program kesehatan (Komite
Penanggulangan AIDS, dll)
c. Adanya kemitraan/kerjasama lintas sektor
d. Kondisi geografis sebagian besar cukup terjangkau
Ancaman (T/threaths)
a. Kondisi musim yang tidak dapat ditentukan sehingga sering menimbulkan wabah
penyakit
b. Belum ditemukannya obat dan vaksin penyakit demam berdarah
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit menular dan penyakit tidak
menular
86 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
d. Prevalensi anemia gizi besi remaja yang masih tinggi
e. Meningkatnya pencemaran lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan
f. Masih adanya penyakit infeksi dan penyakit akibat perubahan gaya hidup
g. Bertambahnya sarana pelayanan kesehatan swasta yang berorientasi hanya kuratif
dan bisnis
h. Biaya pendidikan kesehatan relatif tinggi
i. Mobilisasi penduduk meningkat yang potensial menyebabkan penularan penyakit
87 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
BAB III
PERMASALAHAN
DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH
A. Permasalahan Pembangunan Kesehatan
Keberhasilan penyelenggaraan urusan wajib bidang kesehatan dapat dilihat dari
berbagai indikator, salah satunya adalah angka harapan hidup yang dapat
menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Pada tahun 2013-2017, Kabupaten
Lombok Timur berhasil meningkatkan 1,92 tahun harapan hidup penduduk dari 63,90
tahun menjadi 65,01 tahun. Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan kondisi
Propinsi NTB angka harapan hidup kabupaten Lombok Timur masih dibawah angka
harapan hidup propinsi NTB yaitu 65,55 tahun dan apabila dibandingkan dengan
nasional, angka harapan hidup kabiupate Lombok Timur masih berada di bawah nilai
capaian nasional yang sudah berada pada angka 71,06 tahun. Oleh karena itu meskipun
sudah menunjukan progres yang cukup baik, namun masih perlu adanya perbaikan
dalam sektor kesehatan.
Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam sektor kesehatan yaitu
sebagai berikut:
1. Kasus kematian bayi dan ibu
2. Status gizi balita
3. Penyakit menular, diantaranya penyakit DBD, TB, HIV AIDS
4. Peningkatan penyakit tidak menular yaitu hipertensi dan DM
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum menjadi budaya masyarakat
6. Jumlah, jenis dan kompetensi tenaga kesehatan belum memenuhi kebutuhan
pelayanan
7. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) program kesehatan belum maksimal
Prioritas masalah kesehatan di Kabupaten Lombok Timur berdasarkan permasalahan
yang ada sebagai berikut:
1. Angka Kematian Ibu
2. Angka Kematian Bayi
3. Gizi Buruk dan stunting
4. Penyakit menular, khususnya Demam Berdarah Dengue, TB, HIV AIDS
5. Penyakit tidak menular.
88 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
B. Telaah Visi,Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Visi Bupati Lombok Timur adalah “Lombok Timur yang Adil, Sejahtera dan Aman”
Selanjutnya dari visi tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa misi sebagai berikut :
1. Membangun dan meningkatkan infrastruktur wilayah secara berimbang pada bidang
transportasi, energi, irigasi, air bersih serta perumahan.
2. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berdayasaing
dengan biaya terjangkau
3. Menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat yang bertumpu pada
pembangunan potensi lokal melalui sinergi fungsi-fungsi pertanian, peternakan,
perdagangan, perikanan, kelautan, pariwisata dan sumberdaya lainnya
4. Memperkuat pemberdayaan perempuan dalam sosial, politik,pencegahan kekerasan
dalam rumah tanggga dan perlindungan anak serta meningkatkan pembinaan
kepemudaan dan olah raga.
5. Menciptakan keamanan dan ketertiban yang harmonis dalam masyarakat dengan
meningkatkan pembangunan kehidupan keagamaan yang lebih baik dan religius
6. Meningkatkan reformasi birokrasi melalui pemekaran pemerihan desa, kecamatan
dan kabupaten untuk menuju aparatus yang bersih dan berorientasi kepada
pelayanan publik.
Berdasarkan Visi dan Misi Bupati Lombok Timur 2018 -2023 serta mengacu kepada
tugas dan fungsinya, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur akan
mendukung terlaksananya visi dan misi Bupati terutama di Misi Kedua,
yaitu“Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan yang
berdayasaing dengan biaya terjangkau”
Adapun Tujuan dari Misi Kedua ini adalah Mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas melalui peningkatan akses pelayanan kesehatan dan rujukan serta
pendidikan yang bermutu dan terjangkau.
Sedangkan Sasaran dari Misi Kedua adalah: Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui ketersediaan akses pelayanan kesehatan dan rujukan serta pendidikan
yang bermutu, terjangkau sesuai kemampuan masyarakat.
Adapun pilihan strategi untuk pencapaian Misi Kedua untuk bidang kesehatan adalah
Peningkatan kualitas dan akses layanan kesehatan kesehatan serta rujukan yang
terjangkau.
89 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
C. Telaah Renstra Kementerian Kesehatan
Dalam Renstra Kementerian Kesehatan terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan
pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2)
meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap
risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.
Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus
kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja,
maternal, dan kelompok lansia.
Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome). dalam
peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai adalah:
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010), 346
menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah:
1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat
2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit
3. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan
5. Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan
6. Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga
7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri
8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi
9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan
10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih
11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan
12. Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi,
Arah kebijakan Kementerian Kesehatan RI untuk mencapai tujuan dan sasaran adalah
sebagai berikut:
1) Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care) Puskesmas
mempunyai fungsi sebagai pembina kesehatan wilayah melalui 4 jenis upaya yaitu :
90 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat, Melaksanakan Upaya Kesehatan
Masyarakat, Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan dan Memantau dan
mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.
Untuk penguatan ke tiga fungsi tersebut, perlu dilakukan Revitalisasi
Puskesmas,dengan fokus pada 5 hal, yaitu: 1) peningkatan SDM; 2) peningkatan
kemampuan teknis dan manajemen Puskesmas; 3) peningkatan pembiayaan; 4)
peningkatan Sistem Informasi Puskesmas (SIP); dan 5) pelaksanaan akreditasi
Puskesmas
2) Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care)
Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu, dan
keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu,
bayi,balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut.
3) Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan.
Program-program khusus untuk menangani permasalahan kesehatan pada
bayi,balita dan lansia, ibu hamil, pengungsi, dan keluarga miskin, kelompok-
kelompok berisiko, serta masyarakat di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan,
dan daerah bermasalah kesehatan.
Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 meliputi:
1) Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut
Usia yang Berkualitas.
2) Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
3) Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4) Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas
5) Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
6) Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi
7) dan Alat Kesehatan
8) Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan
9) Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia
10) Kesehatan
11) Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
12) Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi
13) Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang
Kesehatan
91 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
14) Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan
Program Kemenkes ada dua yaitu program generik dan program teknis.
Program generik meliputi:
1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.
2) Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu
3) Indonesia Sehat (KIS).
4) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian
5) Kesehatan.
6) 4). Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Program teknis meliputi:
1) Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
2) Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan dan Lingkungan.
3) Program Pembinaan Upaya Kesehatan.
4) Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
5) Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
D. Telaah Renstra Dinas Kesehatan Propinsi
Keberhasilan penyelenggaraan urusan wajib bidang kesehatan dapat dilihat dari
berbagai indikator, salah satunya adalah angka harapan hidup yang dapat
menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Pada tahun 2013-2017, Provinsi NTB
berhasil meningkatkan 0,65 tahun harapan hidup penduduk dari 64,90 tahun menjadi
65,55 tahun. Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan kondisi nasional, angka
harapan hidup NTB masih berada di bawah nilai capaian nasional yang sudah berada
pada angka 71,06 tahun. Oleh karena itu meskipun sudah menunjukan progres yang
cukup baik, namun masih perlu adanya perbaikan dalam sektor kesehatan.
Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam sektor kesehatan yaitu
sebagai berikut:
▪ Kesehatan ibu dan anak belum optimal, hal ini ditandai dengan: (1) masih adanya
kematian bayi dan ibu melahirkan, pada tahun 2017 AKB sebesar 9 per 1.000
kelahiran hidup dan AKI sebesar 82 per 100.000 kelahiran hidup; (2) masih adanya
kelahiran ditolong non tenaga kesehatan (8,17%)
▪ Gizi masyarakat belum optimal yang ditandai dengan: (1) angka stunting pada balita
usia 0-23 bulan tahun 2017 sebesar 7,40% nasional 6,90%; (2) Masih ditemui balita
gizi buruk, pada tahun 2017 sebesar 4,30% nasional 3,80%; (3) persentase balita 0-
92 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
23 bulan dengan status gizi sangat pendek (wasting) sebesar 2,50% nasional
3,90%;
▪ Belum optimalnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular, ditandai
dengan: (1) Success Rate/Angka Keberhasilan Pengobatan tuberkulosis semua tipe
61,48% nasional 77,57%; (2) pada penyakit DBD dengue incidence rate per 100.000
penduduk sebesar 26,86 di atas angka nasional 22,55% dan Case Fatality Rate
0,15%; (3) angka morbiditas 2016 sebesar 20,81% masih di atas nilai nasional
(15,18%); (4) persentase merokok pada penduduk ≥ 15 tahun pada tahun 2017
sebesar 30,88% di atas nilai nasional 28,97%
▪ Akses dan mutu pelayanan kesehatan belum optimal yang ditandai dengan
beberapa permasalahan: (1) Persentase puskesmas yang terakreditasi masih 55%;
(2) Persentase rumah sakit terakreditasi baru 65,63%; (3) Masih cukup rendahnya
Posyandu yang aktif yaitu 51,11% (nasional 56,57%);
▪ Sitem Jaminan Sosial belum seluruhnya dinikmati oleh seluruh penduduk Provinsi
NTB (71,42% pada tahun 2017)
▪ Mutu dan penyebaran tenaga kesehatan belum merata, permasalahan diantaranya:
(1) persentase Puskesmas dengan kecukupan dokter dengan status kurang sebesar
35,44%; (2) persentase Puskesmas dengan kecukupan dokter gigi dengan status
kurang sebesar 40,51%; (3) persentase Puskesmas memiliki 5 jenis tenaga
kesehatan promotif preventif 50,63%; (4) Jumlah tenaga kesehatan belum optimal,
terutama di daerah terpencil.
▪ Ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas (Berdasarkan profil kesehatan NTB
tahun 2016 tercatat 84,44%)
Isu strategis pembangunan kesehatan Provinsi NTB tahun 2019-2023 adalah
Derajat Kesehatan Masyarakat Relatif Rendah dengan indikator antara lain :
a. Angka harapan hidup saat lahir masih relatif rendah
b. Angka kematian ibu, bayi dan balita relatif masih tinggi
c. Tingginya prevalensi kurang gizi dan stunting
d. Belum meratanya fasilitas kesehatan yang terakreditasi dan terstandar
e. Belum meratanya SDM kesehatan antar daerah
f. Akses terhadap layanan kesehatan belum optimal
g. Upaya promotif dan preventif masalah kesehatan belum optimal
h. Masih relatif mudanya usia kawin pertama perempuan <21 tahun
93 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
E. Telaah Keterkaitan dengan Perangkat Daerah Lainnya
Keberhasilan pelayanan kesehatan tidak akan maksimal tanpa adanya koordinasi
lintas sektor dengan perangkat daerah lainnya.
Tabel.3.1 Keterkaitan outcame sasaran Dinas Kesehatan Dengan Organisasi Perangkat
Daerah Lainnya
Outcame Sasaran Strategis
Isu Lintas Sektor OPD Terkait
Kasus Kematian Ibu Angka Kematian Bayi
Pernikahan Dini Kemenag, DP3AKB, Pemerintahaan Desa, Dinas PMD
KB DP3AKB
Pembangunan dan rehabilitasi jalan menuju Fasyankes
Dinas PU PR
Kepesertaan JKN Maskin Dinas Sosial Dinas DukCapil
Pencemaran air bersih dan air minum
Dinas LHK
Gizi buruk dan Stunting Penyediaan sarana air bersih Penyediaan sarana air minum Pemeberian makanan Tambahan Pemberdayaan masyarakat
Dinas Pekerjaaan Umum dan Penataan Ruang PDAM Pemerintahan Desa, DKP Dinas PMD
TB paru Pembangunan rumah layak huni
Dinas Perkim
F. Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah-Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok
Timur diperlukan sarana dan prasarana seperti bangunan gedung puskesmas,
poskesdes/polindes, puskesmas pembantu, listrik, air bersih dan sarana sanitasi lainya.
Sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten Lombok Timur pada akhir tahun 2023
adalah mengatasi masalah pokok kesehatan yaitu kematian ibu melahirkan, kematian
bayi, Status gizi masyarakat, penyakit menular dan tidak menular,kesehatan lingkungan,
perilaku hidup bersih dan sehat serta jaminan asuransi kesehatan masyarakat.
94 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
G. Analisis Isu Strategis Global
Millenium Development Goals (MDGs) merupakan deklarasi milenium hasil
kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara pada tahun 2015.
Sejak disepakatinya pada bulan September 2000, MDGs telah menjadi suatu paradigma
pembangu nan hampir seluruh negara-negara di dunia. MDGs sendiri memiliki 8
goal, 18 target dan 67 indikator dan telah berakhir pada tahun 2015. Selanjutnya sebagai
tindak lanjut pelaksanaan MDGs muncul istilah baru yang disebut dengan Sustainable
Development Goals (SDGs) atau dikenal juga dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB).
Pada bulan September 2015, Sidang Umum PBB yang diikuti oleh 159 Kepala
Negara, termasuk Indonesia, telah menyepakati Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi agenda global 2030.
TPB/SDGs tersebut berisikan 17 Goals dan 169 Target untuk periode pelaksanaan
tahun 2015-2030. Sejalan dengan perumusan TPB/SDGs di tingkat global, Indonesia
juga menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPMN) tahun
2015-2019, sehingga substansi yang terkandung dalam TPB/SDGs telah selaras dengan
RPJMN yang merupakan penjabaran Nawacita sebagai Visi dan Misi Presiden. Hal ini
diperkuat dengan ditetapkannya Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Berikut ini 17 goals yang diusung dalam SDGs yang harus dijadikan perhatian
dalam perencanaan pembangunan di daerah termasuk indikator yang digunakan.
1) Tujuan 1. Tanpa Kemiskinan (No Poverty-End poverty in all its forms everywhere)
2) Tujuan 2. Tanpa Kelaparan (zero hunger- End hunger, achieve food security and
improved nutrition and promote sustainable agriculture)
3) Tujuan 3. Kehidupan Sehat dan Sejahtera (Good Health and well-being- Ensure
healthy lives and promote well-being for all at all ages)
4) Tujuan 4. Pendidikan Berkualitas (Quality Education- Ensure inclusive and quality
education for all and promote lifelong learning)
5) Tujuan 5. Kesetaraan Gender (Gender Equality- Achieve gender equality and
empower all women and girls)
6) Tujuan 6. Air Bersih dan Sanitasi Layak (Clean Water and Sanitaton- Ensure access
to water and sanitation for all)
95 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
7) Tujuan 7. Energi Bersih dan Terjangkau (Affordable and Clean Energy- Ensure
access to affordable, reliable, sustainable and modern energy for all)
8) Tujuan 8. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (Decent Work and Economic
Growth- Promote inclusive and sustainable economic growth, employment and
decent work for all)
9) Tujuan 9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur (Industri, Innovation and Infrastructure-
Build resilient infrastructure, promote sustainable industrialization and foster
innovation)
10) Tujuan 10. Berkurangnya Kesenjangan (Reduced Inequalities- Reduce inequality
within and among countries)
11) Tujuan 11. Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan (Sustainable Cities and
Communities- Make cities inclusive, safe, resilient and sustainable)
12) Tujuan 12. Konsumsi dan Produksi yang Berkelanjutan (Responsible Consumption
and Production- Ensure sustainable consumption and production patterns)
13) Tujuan 13. Penanganan Perubahan Iklim (Climate Action- Take urgent action to
combat climate change and its impacts)
14) Tujuan 14. Ekosistem Lautan (Life Below Water- Conserve and sustainably use the
oceans, seas and marine resources)
15) Tujuan 15. Ekosistem Daratan (Life on Land- Sustainably manage forests, combat
desertification, halt and reverse land degradation, halt biodiversity loss)
16) Tujuan 16. Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh (Peace, Justice
and Strong Institution- Promote just, peaceful and inclusive societies)
17) Tujuan 17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (Partnerships for the Goals- Revitalize
the global partnership for sustainable development)
H. Penentuan Isu Strategis
Faktor-faktor dari pelayanan Dinas Kesehatan yang mempengaruhi
permasalahan pelayanan pada Dinas Kesehatan ditinjau dari gambaran pelayanan
OPD,sasaran jangka menengah pada Renstra K/L, sasaran jangka menengah Renstra
Dinas kesehatan propinsi/Kabupaten,implikasi RTRW pagi pelayanan OPD, implikasi
KLHS bagi pelayanan OPD adalah sebagai berikut :
a. Rendahnya derajat kesehatan masyarakat (masih tingginya AKB,AKI, status gizi
balita masih rendah, angka kesakitan pada beberapa penyakit masih tinggi)
96 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018 - 2023
b. Penanggulangan penyakit tidak menular dan gangguan jiwa yang masih belum
optimal.
c. Belum terlindunginya masyarakat secara maksimal terhadap beban pembiayaan
kesehatan.
d. Belum terpenuhinya jumlah, jenis, kualitas serta penyebaran sumber daya manusia
kesehatan sesuai standart kebutuhan SDM Kesehatan di fasilitas kesehatan
e. Belum optimalnya penggunaan obat yang tidak rasional dan
penyelenggaraanpelayanan kefarmasian yang berkualitas.
f. Kuantitas dan kualitas sarana prasana penunjang untuk pelayanan kesehatan
masyarakat masih kurang
97 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
BAB IV
TUJUAN DAN SASARAN
Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kesehatan 2018-2023 tidak ada visi dan
misi, namun mengikuti visi dan misi Bupati Lombok Timur yaitu “Lombok Timur yang Adil,
Sejahtera dan Aman”.
Untuk mewujudkan visi tersebut ada 6 misi pembangunan yaitu :
1. Membangun dan meningkatkan infrastruktur wilayah secara berimbang pada bidang
transportasi, energi, irigasi, air bersih serta perumahan.
2. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berdayasaing dengan
biaya terjangkau
3. Menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat yang bertumpu pada pembangunan
potensi lokal melalui sinergi fungsi-fungsi pertanian, peternakan, perdagangan, perikanan,
kelautan, pariwisata dan sumberdaya lainnya
4. Memperkuat pemberdayaan perempuan dalam sosial, politik,pencegahan kekerasan
dalam rumah tanggga dan perlindungan anak serta meningkatkan pembinaan
kepemudaan dan olah raga.
5. Menciptakan keamanan dan ketertiban yang harmonis dalam masyarakat dengan
meningkatkan pembangunan kehidupan keagamaan yang lebih baik dan religius
6. Meningkatkan reformasi birokrasi melalui pemekaran pemerihan desa, kecamatan dan
kabupaten untuk menuju aparatus yang bersih dan berorientasi kepada pelayanan publik.
Tujuan merupakan penjabaran/implementasi dari pernyataan-pernyataan tentang hal-
hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu
strategis daerah dan permasalahan pembangunan daerah dalam bidang kesehatan.
Sedangkan sasaran adalah penjabaran dari tujuan, merupakan hasil yang diharapkan dari
suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk
dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tahun
2018 – 2023 adalah sebagai berikut :
97 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Tabel T-C.25 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2018-2023
RPJMD RENSTRA
No Misi Bupati ke 2
Tujuan RPJMD
Indikator Tujuan
Sasaran RPJMD
Indikator sasaran RPJMD
Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Indikator sasaran
Kondisi awal 2018
Target Kinerja Tujuan/Sasaran pada Tahun Ke-
2019 2020 2021 2022 2023
1 Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berdaya saing dengan biaya terjangkau
Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui peningkatan akses dan pelayanan kesehatan dan rujukan serta pendidikan yang bermutu dan terjangkau
Indeks pembangunan manusia (IPM)
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui ketersediaan akses pelayanan kesehatan dan rujukan serta pendidikan yang bermutu, terjangkau sesuai kemampuan masyarakat
Angka harapan hidup (AHH)
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Menurunnya angka kematian
Angka kematian ibu
102 100 196 192 188 184
Angka kematian bayi
20 18 22 20 18 16
99 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
BAB V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Untuk mempercepat implementasi dan konsistensi visi, misi, tujuan dan sasaran
dalam proses pembangunan daerah, perlu dikembangkan strategi dan arah kebijakan
sehingga dinamika pembangunan tetap terarah, terpadu dan berkesinambungan .
Strategi dan arah kebijakan pembangunan kesehatan merupakan rumusan perencanaan
komprehensif mengacu kepada bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan
sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien selama 5 (lima) tahun kedepan.
Strategi adalah pemikiran-pemikiran secara konseptual analitis dan komprehensif
tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk memperlancar atau memperkuat pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Untuk mengarahkan strategi yang dipilih agar
lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5 (lima) tahun
dan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan
pelaksanaannya, diperlukan pedoman berupa arah kebijakan.
Tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan dalam melaksanakan pembangunan
kesehatan daerah dalam kurun waktu 5 tahun secara lebih jelas dapat dilihat melalui
penjabarannya pada tabel dibawah ini :
100 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Visi : Lombok Timur yang Adil, Sejahtera dan Aman
Misi: Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berdayasaing
dengan biaya terjangkau
Tabel T-C.26
Strategi dan Arah kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur tahun 2018-2023
Tujuan
Sasaran
Strategi Arah Kebijakan
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berdaya saing dengan biaya terjangkau
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk masyarakat terutama masyarakat miskin dan tidak mampu
Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
- Menjalin kerjasama dengan dokter spesialis untuk melakukan kunjungan ke puskesmas ( melakukan pelayanan kesehatan bergerak) terutama daerah terpencil
- Peningkatan kemampuan teknis dan manajemen Puskesmas dan pelaksanaan dan pelaksanaan akreditasi
- Meningkatkan ketersedian obat yang rasional dan BMHP
- Peningkatan kualitas sarana, prasarana serta pemenuhan alat kesehatan sesuai standar
- Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
Peningkatan Pelayanan kesehatan Masyarakat Miskin
- Membuat regulasi yang bisa menjamin agar masyarakt miskin mendapat pelayanan kesehatan
- Advokasi dengan pemerintahan desa agar berperan aktf dalam masalah kesehatan
- Sosialisasi, advokasi dan validasi data penerima bantuan iuran (PBI) bagi masyarakat miskin dan dan kurang mampu dalam pelaksanaan sistem pembiayaan melalui Jaminan Kesehatan Nasional
101 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
BAB VI RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN KERANGKA PENDANAAN
Tabel T-C.27
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN KERANGKA PENDANAAN
NO PROGRAM INDIKATOR SUB KEGIATAN TAHUN
2019 2020 2021 2022 2023
I PROGRAM PENUNJANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
55.068.915.378
135,552,484,000 140,974,579,000
A Perencanaan, Penganggaran, dan Evaluasi Kinerja Perangkat Daerah
103.045.000 43,050,000 44,772,000
1 Penyusunan Dokumen Perencanaan Perangkat Daerah
Jumlah Dokumen Laporan 30.000.000 29,080,000 30,243,000
2 Koordinasi dan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD
Jumlah Laporan 73.045.000 13,970,000 14,529,000
B Administrasi Keuangan Perangkat Daerah
250.779.675
97,317,291,000 101,209,982,000
1 Penyediaan Gaji dan Tunjangan AS
Gaji ASN Terbayar 96,967,283,000 100,845,974,000
2 Pelaksanaan Penatausahaan dan Pengujian/Verifikasi Keuangan SKPD
Jumlah Penatausahaan dan Verifikasi Keungan
247.670.000 235.779.675
339,112,000 352,677,000
3 Koordinasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Bulanan/Triwulanan /Semesteran SKPD
Laporan Keuangan Bulanan/Triwulan/Tahunan
15.000.000
10,896,000 11,331,000
102 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
C Administrasi Barang Milik Daerah pada Perangkat Daerah
- 55,744,000 57,973,000
1 Penatausahaan Barang Milik Daerah pada SKPD
Tersedianya Dokumen Aset BMD Dikes
- 55,744,000 57,973,000
D Administrasi Kepegawaian Perangkat Daerah
19,772,000 20,563,000
1 Pendataan dan Pengolahan Administrasi Kepegawaian
Dokumen Kepegawaian - 19,772,000 20,563,000
E Administrasi Umum Perangkat Daerah
58.125.146
270,254,000 281,063,000
1 Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor
Jumlah Komponen Instalasi Listrik
189.000.000 189.000.000 16.537.500
1,121,000 1,165,000
2 Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor
Jumlah Peralatan/Perlengkapan Kantor
30.515.546
262,466,000 272,965,000
3 Penyediaan Peralatan Rumah Tangga
Jumlah Peralatan/Perlengkapan Kantor
7.500.000 4,343,000 4,516,000
4 Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundangundangan
Jumlah bahan bacaan 3.572.100
2,324,000 2,417,000
F Pengadaan Barang Milik Daerah Penunjang Urusan Pemerintah Daerah
232.130.000 1,200,784,000 1,248,815,000
1 Pengadaan Kendaraan Dinas Operasional atau Lapangan
Jumlah Kendaraan Operasiona
232.130.000 1,200,784,000 1,248,815,000
G Penyediaan Jasa Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah
180.682.500
349,622,000 363,606,000
103 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
1 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
Jumlah Tagihan 189.000.000 189.000.000
168.682.500
260,832,000 271,265,000
2 Penyediaan Jasa Pelayanan Umum Kantor
Jumlah Jasa Pelayanan 19.100.000
18.075.000 12.000.000 88,790,000 92,341,000
H Pemeliharaan Barang Milik Daerah Penunjang Urusan Pemerintahan Daera
91.099.575
639,392,000 664,967,000
1 Penyediaan Jasa Pemeliharaan, Biaya Pemeliharaan dan Pajak Kendaraan Perorangan Dinas atau Kendaraan Dinas Jabatan
Jumlah Kendaraan Dinas Jabatan
29.500.000
12,480,000 12,979,000
2 Penyediaan Jasa Pemeliharaan, Biaya Pemeliharaan, Pajak, dan Perizinan Kendaraan Dinas Operasional atau Lapangan
Jumlah Kendaraan Dinas Operasional
17.000.000 61.599.575
13,312,000 13,844,00
3 Pemeliharaan/Rehabilitasi Gedung Kantor dan Bangunan Lainnya
Jumlah Gedung Yang diRehab
- 613,600,000 638,144,000
I Peningkatan Pelayanan BLUD
54.153.053.482
35,656,575,000 37,082,838,000
Pelayanan dan Penunjang Pelayanan BLUD
Jumlah Puskesmas BLUD 54.153.053.482
35,656,575,000 37,082,838,000
II PROGRAM PEMENUHAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN DAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
203.743.241.102
159,665,140,000 165,951,781,000
A Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk UKM dan UKP
85.448.185.548 28,003,418,000
29,163,555,000
104 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Kewenangan Daerah Kabupaten/Kot
1 Pembangunan Rumah Sakit beserta Sarana dan Prasarana Pendukungnya
Jumlah Rumah Sakit Yang di Bangun
10,000,000,000 10,000,000,000
2 Pembangunan Puskesmas Jumlah Puskesmas Yang dibangun
35.875.545.266
3,118,117,000 3,242,842,000
3 Pembangunan Fasilitas Kesehatan Lainnya
Jumlah Pustu Yang di Bangun
1.650.000.000
780,000,000 811,200,000
4 Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan
Jumlah Rumah Dinas Yang Dibangun
418.275.000
1.800.000.000
1,872,000,000 1,946,880,000
Rehabilitasi dan Pemeliharaan Puskesmas
1.201.426.750
5 Rehabilitasi dan Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Lainnya
Jumlah Pustu Yang diRehabilitasi
5.351.339.510 416,000,000 432,640,000
6 Pengadaan Sarana Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- 0 0
7 Pengadaan Prasarana dan Pendukung Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Jumlah Prasarana Pendukung Fasyankes
3.483.754.313
2,271,869,000 2,362,744,000
8 Pengadaan Alat Kesehatan/Alat Penunjang Medik Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Jumlah Alat Kesehatan 20.008.849.832
2,049,121,000 2,531,086,000
9 Pengadaan dan Pemeliharaan Alat Kalibrasi
Jumlah Alat Terkalibrasi - 208,000,000 216,320,000
10 Pengadaan Obat, Vaksin Jumlah Item Obat Yang Diadakan
13.111.136.420
3,459,858,000 3,638,252,000
11 Pengadaan Bahan Habis pakai
Jumlah Item BMHP Yang diadakan
2.966.133.457
3,828,453,000 3,981,591,000
B Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota
118.191.614.042
129,982,955,000 135,042,309,000
105 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
1 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Jumlah Ibu Hamil Yang Dilayani
250.000.000 171,145,000 177,991,000
2 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Jumlah Ibu Bersalin Yang dilayani
2.680.177.500 5,509,959,000 5,730,357,000
3 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Jumlah Bayi Baru Lahir Yang dilayani
250.000.000 138,372,000 143,906,000
4 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Balita
Jumlah Balita Yang dilayani 350.000.000
88,816,000 92,386,000
5 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar
Jumlah Usia Pendidikan Dasar Yang dilayani
200.000.000
99,715,000 103,704,000
6 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif
Jumlah Usia Produktif Yang dilayanai
200.000.000
178,360,000 185,494,000
7 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut
Jumlah Usia Lanjut Yang dilayani
200.000.000
69,160,000 71,926,000
8 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi
Jumlah Penderita Hipertensi Yang dilayani
400.000.000 28,477,000 29,616,000
9 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus
Jumlah Penderita Diabetes Melitus Yang dilayani
400.000.000 25,751,000 26,781,000
10 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa Berat
Jumlah ODGJ Yang dilayani 100.000.000
104,583,000 108,766,000
11 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Orang Terduga Tuberkulosis
Jumlah Penderita TB Yang dilayani
350.000.000
112,507,000 117,007,000
12 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV
Jumlah Penderita HIV Yang dilayani
300.000.000
108,077,000 112,400,000
13 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk pada Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB)
Jumlah Penduduk Yang Dilayani
7,253,967,000 7,253,967,000
14 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk
Jumlah Korban Bencana Yang Mendapat Pelayanan
282.710.000
54,595,000 56,799,000
106 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Terdampak Krisis Kesehatan Akibat Bencana dan/atau Berpotensi Bencana
Kesehatan
15 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat
Jumlah Kasus Stunting 193.046.096
921,232,000 958,081,000
16 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga
Jumlah Puskesmas Melaksanakan Kesehatan Kerja dan Olahraga
88.200.000
78,000,000 81,120,000
17 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
jumlah Akses Air Minum,Jamban Keluarga,Jumlah TTU,dan TPM Yang di Bina
289.406.250
312,000,000 324,480,000
18 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Akupuntur, Asuhan Mandiri, dan Tradisional Lainnya
Puskesmas Yang Memberikan Pelayanan Kestrad
16.537.500
38,006,000 39,527,000
19 Pengelolaan Surveilans Kesehatan
Terpantaunya Trend Penyakit Potensial Wabah
68.906.250
390,310,000 405,923,000
20 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Jiwa dan NAPZA
Terlaksananya kegiatan sosialisasi tentang bahaya narkotika bagi masyarakat
81.715.000
219,189,000 219,189,000
21 Pengelolaan Upaya Kesehatan Khusus
Jumlah Calon Jamaah Haji Yang dilayani
177.641.966
34,694,000 36,082,000
22 Pelayanan Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Jumlah Orang Yang Mendapatkan Pelayanan Penyakit Menular dan Tidak Menular Yang dilayani
220.500.000
197,773,000 205,684,000
23 Pengelolaan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Jumlah Pengembangan kepesrtaan PBI dalam JKN/KIS
62.872.917.513
87,672,430,000 91,179,327,000
24 Operasional Pelayanan Rumah Sakit
Jumlah Fasilitas Kesehatan Yang Melaksanakan Upaya Kuratif dan Rehabilitatif
223.250.000 1,000,000,000 1,000,000,000
25 Operasional Pelayanan Puskesmas
Jumlah Puskesmas Yang Melaksanakan Upaya Promotif dan Preventif
45.388.509.916
23,052,110,000 24,173,120,000
107 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
26 Pelaksanaan Akreditasi Fasilitas Kesehatan di Kabupaten/Kota
Jumlah Puskesmas Terakreditasi
2.492.548.538 2,043,954,000 2,125,712,000
27 Investigasi Awal Kejadian Tidak Diharapkan (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi dan Pemberian Obat Massal)
Semua Sasaran Imunisasi Bayi, Baduta, Anak Sekolah dan Bumil Mendapat Pelayanan Imunisasi
115.547.513 79,773,000 82,964,000
C Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan secara Terintegrasi
103.441.512 83,595,000 86,938,000
1 Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan
Jumlah Pelaporan Tepat Waktu
51.720.756
63,814,000 66,366,000
2 Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan
Jumlah Puskesmas Menggunakan Sistem Informasi Kesehatan
51.720.756
19,781,000 20,572,000
D Penerbitan Izin Rumah Sakit Kelas C, D dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota
1,595,172,000 1,658,979,000
1 Peningkatan Mutu Pelayanan Fasilitas Kesehatan
Terlaksananya Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu
1,595,172,000 1,658,979,000
III PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
300.440.000 1,244,275,000 1,294,046,000
A Perencanaan Kebutuhan dan Pendayagunaan Sumberdaya Manusia Kesehatan untuk UKP dan UKM di Wilayah Kabupaten/Kota
100.000.000 998,083,000 1,038,006,000
108 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
1 Perencanaan dan Distribusi serta Pemerataan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Tersusunnya Dokumen Perencanaan Tenaga Kesehatan, Dokumen Deskripsi Profil SDMK Kabupaten Lombok Timur dokumen Desk Tenaga Nusantara Sehat/Desk Program PIIDI
50.000.000
54,439,000 56,617,000
2 Pemenuhan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan sesuai Standar
Terbayarnya Jasa Petugas Kesehatan
50.000.000
943,644,000 981,389,000
B Pengembangan Mutu dan Peningkatan Kompetensi Teknis Sumber Daya Manusia Kesehatan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota
200.440.000
246,192,000 256,040,000
1 Pengembangan Mutu dan Peningkatan Kompetensi Teknis Sumber Daya Manusia Kesehatan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota
Terlaksananya Kegiatan Pengembangan Mutu dan Peningkatan Kompetensi Teknis Sumber Daya Manusia Kesehatan
200.440.000
246,192,000 256,040,000
IV PROGRAM SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN DAN MAKANAN MINUMAN
113.339.000 166,875,000 173,551,000
A Pemberian Izin Apotek, Toko Obat, Toko Alat Kesehatan dan Optikal, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)
58.419.000
14,532,000 15,114,000
1 Penyediaan dan Pengelolaan Data Perizinan dan Tindak Lanjut Pengawasan Izin Apotek,
Jumlah Sarana Yang Mendapat Izin
58.419.000
14,532,000 15,114,000
109 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Toko Obat, Toko Alat Kesehatan, dan Optikal, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)
B Penerbitan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga dan Nomor P-IRT sebagai Izin Produksi, untuk Produk Makanan Minuman Tertentu yang dapat Diproduksi oleh Industri Rumah Tangga
44.920.000
101,654,000 105,720,000
1 Pengendalian dan Pengawasan serta Tindak Lanjut Pengawasan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga dan Nomor P-IRT sebagai Izin Produksi, untuk Produk Makanan Minuman Tertentu yang dapat Diproduksi oleh Industri Rumah Tangga
Jumlah Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
44.920.000
101,654,000 105,720,000
C Pemeriksaan dan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Post Market pada Produksi dan Produk Makanan Minuman Industri Rumah Tangga
10.000.000
50,689,000 52,717,000
1 Pemeriksaan Post Market pada Produk MakananMinuman Industri Rumah Tangga yang Beredar dan Pengawasan serta Tindak Lanjut
Jumlah Pemeriksaan Post Market Pada Produk Makanan dan Minuman
10.000.000
50,689,000 52,717,000
110 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Pengawasan
V PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN
259.056.000 560,147,000 582,552,000
A Advokasi, Pemberdayaan, Kemitraan, Peningkatan Peran serta Masyarakat dan Lintas Sektor Tingkat Daerah Kabupaten/Kota
182.437.500
442,630,000 460,335,000
1 Peningkatan Upaya Promosi Kesehatan, Advokasi, Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat
Jumlah Regulasi dan Dokumen Pencegahan Stunting
182.437.500
442,630,000 460,335,000
B Pelaksanaan Sehat dalam rangka Promotif Preventif Tingkat Daerah Kabupaten/Kota
38.309.250
74,315,000 77,287,000
1 Penyelenggaraan Promosi Kesehatan dan Gerakan Hidup Bersih dan Sehat
Jumlah Masyarakat Yang Mengikuti Kegiatan Pergerakan Masyarakat GERMAS
38.309.250
74,315,000 77,287,000
C Pengembangan dan Pelaksanaan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Tingkat Daerah Kabupaten/Kota
38.309.250 43,202,000 44,930,000
1 Bimbingan Teknis dan Supervisi Pengembangan dan Pelaksanaan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
Jumlah Posyandu Aktif dan Desa Siaga Aktif Yang dibina
38.309.250 43,202,000 44,930,000
111 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
BAB VII KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN
Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang
ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah
pada akhir periode masa jabatan. Keberhasilan tersebut ditunjukkan dari akumulasi
pencapaian indikator sasaran pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian
yang bersifat mandiri setiap tahun. Penetapan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah di
Kabupaten Lombok Timur sebagaimana ditunjukkan pada table berikut :
112 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
Tabel T-C.28 Indikator Kinerja Penyelenggaran Urusan Kesehatan Kabupaten Lombok Timur yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
Tahun 2018-2023
No Program Indikator Program Satuan Kondisi
Kinerja pada
awal Renstra
Target capaian tiap tahun
2020 2021 2022 2023 Kondisi kinerja pada
akhir periode Renstra
2023
I PROGRAM
PENUNJANG
URUSAN
PEMERINTAHAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
Persentase sarana dan
prasarana
pelayanan yang terawat dan
berfungsi baik untuk
mendukung pelaksanaan
program
% 100 100 100 100 100 100
II PROGRAM
PEMENUHAN UPAYA
KESEHATAN
PERORANGAN DAN
UPAYA KESEHATAN
MASYARAKAT
1. Persentase
cakupanketersediaan
obat dan BMHP di
puskesmas
% 85
85
85
85
85
85
2. Persentase penyediaan
fasilitas UKM untuk
kewenangan kabupaten
% 85 85 85 85 85 85
3. Persentase penyediaan
fasilitas UKP untuk
% 75 75 75 75 75 75
113 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
kewenangan kabupaten
4. Cakupan pelayanan
kesehatan anak balita
sesuai standar
% 100 100 100 100 100 100
5. Cakupan Sanitasi
Memenuhi Syarat
Kesehatan
% 100 100 100 100 100 100
6. Persentase anak usia
pendidikan dasar yang
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar
% 100 100 100 100 100 100
7. Persentase bayi baru
lahir mendapat
pelayanan kesehatan
sesuai standar
% 100 100 100 100 100 100
8. Persentase bayi usia 0-
11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap
% 100 100 100 100 100 100
9. Persentase ibu bersalin
yang mendapatkan
pelayanan sesuai
standar
% 100 100 100 100 100 100
10. Persentase ibu hamil
yang mendapatkan
pelayanan sesuai
standar
% 100 100 100 100 100 100
11. Persentase masyarakat % 100 100 100 100 100 100
114 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
menjadi peserta BPJS
12. Persentase ODGJ berat
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
jiwa sesuai standar
% 100 100 100 100 100 100
13. Persentase orang
dengan resiko terinfeksi
HIV mendapatkan
pelayanan deteksi dini
HIV sesuai standar
% 100 100 100 100 100 100
14. Persentase orang
terduga TBC
endapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar
% 100 100 100 100 100 100
15. Persentase orang usia
15-59 tahun endapatkan
skrining kesehatan
sesuai standar
% 100 100 100 100 100 100
16. Persentase orang usia
lanjut yang endapatkan
skrining kesehatan
sesuai standar
% 100 100 100 100 100 100
17. Persentase penderita
DM yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
% 100 100 100 100 100 100
18. Persentase
penderitahipertensi
% 100 100 100 100 100 100
115 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
yang
endapatkanpelayanan
kesehatan sesuaistandar
III PROGRAM
PENINGKATAN
KAPASITAS SUMBER
DAYA MANUSIA
KESEHATAN
Persentase tenaga
kesehatan
yang kompeten
% 100 100 100 100 100 100
IV PROGRAM SEDIAAN
FARMASI, ALAT
KESEHATAN DAN
MAKANAN
MINUMAN
Persentase peningkatan
jumlah sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan
makananminuman
% 100 100 100 100 100 100
V PROGRAM
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
BIDANG
KESEHATAN
Persentase UKBM
Posyandu
dan desa siaga aktif yang
mendapatkan upaya
pemberdayaan
% 100 100 100 100 100 100
116 Renstra Review Dinas Kesehatan Tahun 2018-2023
BAB VIII
PENUTUP
Secara umum dokumen Renstra ini merupakan garis kebijaksanaan yang disusun
sebagai acuan dalam membuat kebijakan dan pedoman untuk melaksanakan pembangunan
yang berwawasan kesehatan dengan mengembangkan kreatifitas, inovasi dan kemampuan
pemasaran produk/jasa pelayanan kesehatan. Secara teknis Renstra ini dijabarkan lebih
lanjut dalam bentuk program-program kerja, yang selanjutnya menjadi acuan bagi jajaran
aparatur Dinas Kesehatan agar tercipta sinergi dalam pelaksanaannya.
Dokumen Renstra ini diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi seluruh
komponen yang terlibat, dan memperjelas rangkaian pelaksanaan pembangunan daerah,
khususnya bidang kesehatan sehingga diharapkan akan dapat mereduksi setiap deviasi
pelaksanaan dan hambatan yang mungkin timbul, sehingga pada akhirnya pembangunan
kesehatan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2018-2023 dapat terwujud sesuai arah
kebijakan yang telah ditentukan dalam mewujudkan cita-cita masyarakat Kabupaten Lombok
Timur. Jika di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Renstra Dinas Kesehatan
2018-2023, maka akan dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya.
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur
Dr.H.PATHURRAHMAN, SKM,M.AP
NIP. 19681231 199003 1 109