dinamo meter
DESCRIPTION
dinamo meterTRANSCRIPT
D Y N A M O M E T E R
Untuk mengetahui apakah unit pompa yang telah dipasang
tersebut secara keseluruhan sudah bekerja dengan baik dan serasi,
maka perlu dilakukan pengukuran beban-beban yang diderita oleh
polished rod selama satu siklus pemompaan. Dari hasil pencatatan
tersebut dapat dianalisa dan dilakukan interpretasi terhadap kinerja
unit pompa secara keseluruhan.
Alat yang dipakai untuk pengukuran tersebut adalah
Dynamometer. Hasil pengukuran dynamometer ini adalah berupa
grafik (kurva) yang disebut dynamograph (dynamometer card). Alat ini
juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan terhadap
sistem pompa di dalam sumur, berdasarkan pada adanya
penyimpangan terhadap beban (lebih besar atau lebih kecil) yang
seharusnya diderita oleh polished rod. Gambar 1 memperlihatkan
Dynamometer konvensional.
Permasalahannya adalah bagaimana menganalisa dynagraph
tersebut untuk menentukan atau mengetahui kondisi kerja pompa
dibawah permukaan, trouble shoot untuk kondisi yang tidak normal,
mengukur beban, torque serta horse power yang diperlukan oleh
pompa. Untuk itu dalam analisanya perlu mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi bentuk kurva dynagraph, bagaimana menghitung
horse power yang diperlukan pompa dan bagaimana menentukan
besarnya efisiensi volumetris maupun efisiensi total pompa.
1. BENTUK DASAR DYNAMOMETER CARD
Hasil catatan beban polished rod sumur pompa (dengan
menggunakan dynamometer) berbentuk kartu yang merupakan catatan
tentang perubahan beban selama satu siklus pemompaan. Pada kartu
tersebut juga akan tercatat garis nol (zero line), yang merupakan garis
dasar perhitungan besarnya beban pada setiap saat.
Penentuan beban polished rod pada suatu saat dapat dilakukan
dengan mengukur jarak antara garis nol dengan titik pada
dynamograph (dalam satuan panjang) dikalikan dengan konstanta
dynamometer, yang diketahui untuk setiap dynamometer.
Dalam pengukuran, dynamometer ini ditempatkan di antara
carrier bar dengan polished rod clamp, dan pencatatan beban
dilakukan pada kartu yang terletak pada drum yang berputar
bersamaan dengan langkah pompa ( upstroke dan downstroke).
Secara ideal hasil pencatatan beban tersebut adalah seperti
pada Gambar 2, dimana yang dimaksud keadaan ideal disini adalah
keadaan dimana fluida didalam pompa dianggap incompressible, tidak
ada problem mekanik di dalam pompa dan tidak ada efek percepatan
(acceleration effect) dari fluida.
Gambar 1 : Peralatan Dynamometer Conventional(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
Gambar 2 : Bentuk dasar Dynagraph ideal (A. Non elastis, B. Elastis)(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
Keterangan Gambar :
Titik a : Permulaan upstroke, tidak ada gaya getar dan tidak ada gaya
gesek. Sewaktu mulai upstroke, standing valve terbuka dan
travelling valve tertutup.
a – b : Rod string mengambil alih beban dari tubing, dimana beban
yang dicatat pada beban polished rod adalah meliputi beban
fluida ditambah beban rod yang tercelup dalam fluida
b – c : Beban pada rod string tetap hingga akhir dari upstroke
(titik C)
Titik c : Akhir upstroke, travelling valve terbuka dan standing valve
tertutup. Pada akhir upstroke, seluruh beban fluida serentak
dipindah ke standing valve.
c – d : Beban dialihkan dari rod string ke tubing.
d – a : Beban pada rod string tetap hingga akhir dari downstroke,
dimana beban yang diderita polished rod adalah beban rod di
dalam fluida.
Dengan demikian bentuk ideal hasil pencatatan dynamometer
tersebut hanya mencatat dua macam beban saja, yaitu beban fluida
dan beban rod di dalam fluida.
Hasil rekaman dynamometer ideal diperoleh apabila kondisi
berikut dipenuhi, yaitu :
1. Sumur di pompa dengan kecepatan pemompaan yang sangat
lambat (dengan demkian tidak terdapat beban percepatan).
2. Tidak terjadi getaran
3. Tidak terdapat gaya gesakan.
4. Standing valve terbuka dan travelling valve tertutup secara
serentak pada awal upstroke.
5. Standing valve tertutup dan travelling valve terbuka secara
serentak pada awal downstroke.
6. Tidak terjadi perubahan panjang dari pada rod yang disebabkan
pemindahan beban fluida.
Untuk suatu sistem pemompaan yang sebenarnya hal tersebut
diatas tidak mungkin terpenuhi. Dengan demikian pada sistem
pemompaan, bentuk dynamometer card dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu beban mekanis dan fluida, vibrasi dari rod dan tubing, serta
strech dari rod. Ketiga faktor ini dipengaruhi oleh kecepatan
pemompaan, kedalaman letak pompa, kondisi fluida, kondisi-kondisi
abnormal dalam pompa dan faktor-faktor gesekan. Untuk suatu
pemompaan normal, bentuk daripada dynagraph adalah sebagaimana
ditujukan oleh Gambar 3.
Gambar 3 : Diagram Beban Dynamometer Survey UntukPemompaan Normal
(Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
Titik A : Menyatakan akhir pada upstroke dan awal downstroke.
Jika polished rod mulai turun, maka secara tiba-tiba beban
berkurang. Hal ini menunjukan beban fluida berpindah dari
sucker rod ke tubing yang berarti travelling valve pada pompa
terbuka pada permulaan downstroke.
Titik B : Menunjukan beban minimum atau titik terendah pada
dynamometer card. Pada titik ini plunger sudah lewat sedikit
dari tengah-tengah perjalanan downstroke. Dari titik B ke C,
polished rod terus bergerak turun dan beban polished rod
naik.
Jika kita perhatikan gerakan polished rod, maka kita lihat
pada waktu downstroke kecepatan bertambah sampai
mencapai maksimum dan berhenti pada akhir downstroke.
Pada waktu kecepatan berkurang inilah beban secara
berlahan-lahan berpindah ke sucker rod.
Titik C : Merupakan akhir dari downstroke dan awal dari up stroke.
Ketika polished rod berubah arah, maka sucker rod akan
bekerja seperti per (sping) dan memanjang. Travelling
valve tertutup dan polished rod mulai menderita beban
fluida, maka akan terjadi penambahan beban pada
polished rod yang mencapai puncaknya pada titik D
(penambahan beban tersebut dinyatakan oleh CD). Dari
titik D ke titik E, gaya lentur balik dari aksi spring sucker
rod memberikan energi balik yang sebelumnya tersimpan
ketika rod memanjang pada akhir downstroke. Dari titik D
ke E ini polished rod bergerak naik dengan kecepatan
bertambah dan tidak hanya menggerakan sucker rod
tetapi juga berat fluida. Akan tetapi energi balik sucker rod
masih mampu menurunkan beban diantara titik tersebut.
Titik E-F : Menunjukan gerakan upstroke. Beban bertambah karena
fluida dan sucker rod bergerak dengan kecepatan
bertambah. Titik F menunjukan beban maksimum yang
dicapai pada sekitar tengah-tengah upstroke. Dari titik F
ke titik A beban polished rod berkurang, artinya pada sisa
upstroke kecepatan bergerak rod berkurang dan
mengurangi beban polished rod.
Dengan demikian satu siklus pemompaan sudah
tergambar pada dynamometer card (dynagraph) tersebut,
dimana adanya ketidakeserasian antara bagian-bagian
unit pompa yang digunakan,
2. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BENTUK
DYNAMOMETER CARD
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perubahan
dynamometer card (dynagraph), antara lain yaitu :
1. Kecepatan dari fluida formasi
2. Kondisi dari fluida formasi
3. Kondisi abnormal dari kerja pompa
4. Faktor gesekan (antara rod, tubing dan fluida)
5. Geometri unit pompa
Faktor faktor yang telah disebutkan diatas dapat mempengaruhi
baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama (collective).
Pengaruh-pengaruh yang timbul dapat diindentifikasikan dengan
melihat adanya penyimpangan bentuk dynagraph dari kondisi pompa
normal, antara lain yaitu :
1. Plunger overtravel atau undertravel
2. Fluida leakage past travelling or standing valve
3. Fluid pound
4. Gas pound
5. Gas lock
6. Restriction in the well
7. Sticking plunger
8. Friksi yang berlebihan pada sistem pompa
9. Kecepatan Sinkron pompa
10. Adanya vibrasi
11. Kondisi beban abnormal
Pada bagian ini akan diperlihatkan dan dijelaskan beberapa
contoh faktor diatas untuk masing-masing kondisi sesuai dengan
gambar (defleksi dynamometer card), antara lain yaitu :
1. Gas pound
Yaitu masuknya sebagian gas ke dalam pump barrel sebagai
akibat penurunan tekanan karena kompresibillitas fluidanya,
effect choke pada standing valve, lihat Gambar 4.
Gambar 4 : Gas Pound(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
Gambar 4 menunjukkan terjadinya gas pound dan dapat
dijelaskan sebagai berikut : Umumnya sejumlah gas bebas akan
dihisap oleh pompa pada upstroke-nya sehingga suatu saat
(periode) kompresi (tekanan) gas akan terjadi pada saat
downstroke sebelum travelling valve terbuka, ini menyebabkan
pengurangan beban secara perlahan-lahan pada rod string
diatas plunger-nya, sehingga card yang dihasilkan menunjukan
bagian yang relatif lurus pada bagian downstroke-nya.
2. Fluid pound
Fluid pound yaitu suatu kondisi yang terjadi diman hampir semua
fluida yang ada di dalam sumur terpompa dan rate pemindahan
(displacement) plunger lebih besar dari pada potential rate
formasinya. Card yang dihasilkan adalah seperti Gambar 5.
Terjadinya fluid pound ini adalah akibat tidak seimbangnya fluida
yang masuk kedalam sumur dengan yang keluar sumur tersebut.
Kondisi ini menyebabkan timbulnya ruangan dengan tekanan
gas yang kecil pada puncak stroke-nya. Bila plunger-nya
bergerak turun, gas ini terkompresi tetapi tekanan rendah akan
terjadi dibawah plunger dalam hal ini dibawah travelling valve,
untuk mengimbangi beban statik di tubing sebelum plunger
menyentuh gas yang relatif bebas dari cairan pada bagian
bawah dari ruangan tersebut. Akibatnya terjadi penurunan
mendadak dari rod string-nya. Dan gerakan mendadak ini akan
sangat merugikan pada sistem mekanismenya. Keadaan ini
ditunjukan pada card dengan belokan yang tajam setelah
beberapa saat lurus pada garis downstroke-nya.
Gambar 5 : Fluid Pound(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
3. Gas lock
Yaitu suatu kondisi dimana terlalu banyak memproduksi gas.
Adanya gas-gas inilah yang dapat menyebabkan valve-valve
tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Kondisi semacam ini
hampir seluruh stroke pompa hilang untuk kompresi dan
ekspansi dari gas yang ada. Dengan melihat gambar dibawah ini
(Gambar 6) dapat dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 6 : Gas Pound(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
Pada saat upstroke seharusnya beban pada rod string
meningkat, namun karena rod string hanya mengangkat gas
serta beratnya sendiri dan mendapat desakan keatas dari bawah
plunger sebagai akibat ekspansi gas, maka garis upstroke
cenderung menurun. Begitu pula pada saat downstroke beban
yang diderita rod string hampir tidak ada, sehingga garis
downstroke menampakan bentuk yang relatif lurus.
4. Plunger Overtravel
Yaitu suatu keadaan dimana rod mengalami stretch atau
perpanjangan akibat beban dari fluida dan juga berat rodnya
sendiri. Selama bergerak rod akan mempunyai percepatan dan
karena itu semua terjadi bahwa sepanjang langkah dari rod akan
lebih panjang daripada langkah polished rod dipermukaan, lihar
Gambar 7 dibawah ini :
Gambar 7 : Plunger Overtravel(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sepanjang garis
upstroke terlihat penurunan beban secara terus menerus. Hal ini
terjadi karena rod seolah-olah mendapat dorongan keatas akibat
proses konstraksi dari rod. Sedangkan pada saat pertengahan
downstroke terjadi kenaikan beban pada polished rod yang
cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena kecepatan rod berkurang
dan effek beban cairan mulai terasa.
5. Plunger Undertravel
Yaitu suatu kondisi dimana beban yang diderita polished rod
terlalu berlebihan. Hal ini disebabkan karena efek kontraksi yang
terjadi pada sistem rod string, sehingga menimbulkanlangkah
dari rod lebih pendek daripada langkah polished rod
dipermukaan (lihat Gambar 8).
Gambar 8 : Plunger Undertravel(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
Pada Gambar 8 terlihat bahwa sepanjang garis upstroke terjadi
kenaikan beban secara terus menerus. Hal ini terjadi karena
selama upstroke rod mengalami perpanjangan hal mana
menyebabkan naiknya beban pada polished rod. Begitu pula
sebaliknya selama downstroke rod mengalami kontrkasi dan ini
menyebabkan turunnya beban pada polished rod.
6. Sticking Plunger
Yang dimaksud dengan sticking plunger adalah terjepitnya
plunger oleh barrel pompa sehingga selama operasi gerakannya
terganggu. Hal ini dapat terjadi antara lain karena ikut masuknya
butiran-butiran pasir ke barrel pompa. Pada Gambar 9
diperlihatkan terjadinya jepitan tersebut dan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Gambar 9 : Sticking Plunger(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
Pada garis upstroke maupun downstroke terjadi kenaikan dan
penurunan beban pada polished rod secara bergantian. Ini
berarti bahwa pada saat terjadi jepitan pada plunger beban
polished rod akan naik dan pada saat terlepas beban akan turun
kembali, begitu pula pada saat downstroke, jepitan akan
menyebabkan penurunan beban pada polished rod dan pada
saat jepitan terlepas maka beban polished rod akan naik.
7. Excessive Friction
Yaitu suatu kondisi dimana friksi (gesekan) yang bekerja pada
unit pompa selama pumping cycle-nya terlalu berlebihan (lihat
Gambar 10. Pada Gambar 10 terlihat ada dua macam kondisi
yang dapat terjadi, pertama yaitu ditunjukan dengan defleksi dari
card yang luas. Defleksi semacam ini menunjukan bahwa terlalu
besar kerja pompa tetapi produksi fluidanya terlalu sedikit.
Kedua, ditunjukan oleh bentuk card yang bergerigi (tersentak-
sentak) dan tidak teratur. Pada defleksi card yang kedua ini kerja
pompa tidak terlalu besar dan friksi mampu mengurangi kerja
pompa sehingga card yang dihasilkan relatif kecil.
Gambar 10 : Plunger Undertravel(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
8. Restriction in well
Restriction in well adalah suatu pembatasan terhadap gerakan
plunger di dalam sumur sehingga beban-beban yang bekerja
pada polished rod kurang bisa terdeteksi, lihat pada Gambar 11.
Pada gambar tersebut terlihat selama garis upstroke beban pada
polished rod bertambah terus menerus artinya bahwa terjadi
perpindahan beban dari tubing ke flow line tidak mampu
menurunkan beban pada polished rod. Selain itu efek
percepatan tidak terdeteksi, sehingga selama upstroke garis
relatif lurus, dan selama downstroke penurunan beban pada
polished rod yang terus menerus karena perpindahan beban dari
barrel pompa ke rod string serta berkurangnya kecepatan tidak
mampu menaikan beban polished rod.
Gambar 11 : Restriction in Well(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
9. Vibrasi
Vibrasi yang berlebihan akan merusak rod string yaitu untuk
kecepatan pompa yang Synchronous. Vibrasi ini diketahui
dengan jelas pada defleksi dynamometer card yang menunjukan
bentuk card yang khas dan berbeda dengan kondisi-kondisi
lainya. Gambar 12 dan 13. Dari Gambar 13, pada garis upstroke
terlihat adanya kenaikan beban polished rod yang cukup besar
(pada awal upstroke) yang disebabkan karena adanya efek
vibrasi dari susunan rod (rod string). Pada saat downstroke
selama garis downstroke terjadi penurunan dan kenaikan beban
polished rod secara bergantian dimana didahului penurunan
beban yang cukup tajam. Bentuk garis downstroke yang
demikian ini dapat diterangkan bahwa saat terjadi getaran
(vibrasi) dengan amplitudo maksimum, maka beban polished rod
akan naik. Sebaliknya pada saat amplitudonya sama dengan
nol, maka beban polished rod akan turun. Perlu diketahui bahwa
vibrasi cenderung terjadi saat beban pada polished rod minimum
(downstroke).
Gambar 12 : Vibrasi(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
Pada Gambar 13 diperlihatkan beberapa bentuk proyeksi dari
getaran rod string yang terjadi untuk kecepatan dan kedalaman
sumur yang berbeda (kecepatan sinkron).
10. Fluid leakage past travelling valve
Fluid leakage past travelling valve, yaitu suatu kondisi dimana
terjadi kebocoran pada travelling valve, sehingga terjadi
penurunan beban pada polished rod (dynamometer)
sebagaimana terlihat pada Gambar 14 dibawah. Dari gambar
dapat dijelaskan bahwa pada garis upstroke kenaikan beban
polished rod sangat kecil. Hal ini karena sebagian fluida lolos
dan turun kembali ke barrel pompa. Tetapi pada garis
downstroke terlihat bahwa kondisi pompa dalam keadaan
normal dimana efek-efek beban percepatan dan beban fluida
yang masuk ke plunger masih nampak jelas.
Gambar 13 : Kecepatan sinron pompa (third order-three waves)(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
Gambar 14 : Fluid Leakage past travelling valve(Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
11. Fluid leakage past standing valve
Fluid leakage past standing valve adalah kebocoran yang
terjadi pada sistem ball and seat pada standing valve sehingga
sejumlah fluida yang telah berada di dalam barrel pompa lolos
dan masuk ke annulus tubing casing. Keadaan semacam ini
dapat terdeteksi dynamometer sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 15.
Gambar 15 : Fluid Leakage past standing valve (Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, 1962)
Dengan melihat gambar diatas, maka dapat dijelaskan bahwa
pada awal upstroke, garis upstroke menunjukan penurunan
beban yang lebih tajam jika dibandingkan dengan penurunan
beban pada saat travelling valve bocor. Hal ini karena sebagian
fluida ada yang tidak masuk ke barrel pompa tetapi masuk ke
annulus tubing casing sehingga beban polished rod sangat kecil.
Sedangkan pada garis downstroke menunjukan suatu
kecenderungan yang sama dengan kondisi fluid leakage past
travelling valve dimana efek beban saat downstroke masih
terlihat jelas.
Dengan melihat beberapa gambar diatas dapat dimengerti
bahwa telah terjadi ketidakselarasan kerja pada unit pompa yang
menyebabkan timbulnya penyimpangan dari bentuk dynagraph pada
kondisi unit pompa normal.
3. BESARAN YANG DICATAT OLEH DYNAMOMETER
Diagram beban versus displacement (dynagraph) yang dicatat
oleh dynamometer adalah kurva tertutup, yaitu kurva beban polished
rod selama satu siklus pompa. Dynagraph dapat dianalisa untuk
menentukanbbn dalam dua arah, yaitu dari rod string ke subsurface
pump dan dari pumping unit ke prime mover.
Tiga bagian utama informasi yang dapat diperoleh dari kurva
dynagraph yaitu :
1. Beban peralatan permukaan dari polished rod ke prime mover
2. Beban dari rod string
3. Performance dari subsurface pump
Dengan perincian sebagai berikut :
Maksimum (peak) dan minimum pumping unit structural load
Torsional load pada speed reducer dan prime mover
Kerja pada polished rod untuk mengatasi pengangkatan fluida
dan friksi
Counter balance
Maksimum (peak) dan minimum road load-rod stress dan load
range.
Jumlah fluktuasi beban rod tiap crank cycle
Performance subsurface pump, antara lain :
1. Kondisi travelling valve dan standing valve
2. Apakah ada fluid pound atau gas pound
3. Gas load pump
4. Friksi yang berlebihan
5. Apakah pump off
6. Apakah terjadi over atau under travel
Pada Gambar 16, diperlihatkan sebuah surface dynamometer
(dynagraph) beserta parameter-parameternya yang akan digunakan
untuk perhitungan beban polished rod. Parameter-parameter tersebut
antara lain, yaitu :
Zero line atau garis nol (garis referensi)
Konstanta kalibrasi dynamometer (Y)
Defleksi kurva maksimum (D1)
Defleksi kurva minimum (D2)
Defleksi Counter balance effect (Dcb)
Luasan bagian atas card (Au)
Luasan bagian bawah card (AI)
Gambar 16 : Dynagraph untuk perhitungan beban polished rod (Brown Kermit, The Technology of Artificial Lift Method, 1984)
Selanjutnya untuk mengetahui lebih jauh fungsi dan peranan dari
parameter-parameter diatas di dalam perhitungan beban polished rod,
dibawah ini akan dijelaskan satu persatu secara detail.
1. Zero line :
Zero line atau garis nol yaitu suatu garis yang digunakan
sebagai garis referensi atau garis acuan untuk menentukan
besarnya beban polished rod selama pumping cycle-nya. Garis
ini mempunyai jarak tertentu terhadap defleksi dynagraph, hal ini
karena garis tersebut diperoleh pada saat rod string (beban dari
polished rod) masih ditahan oleh lower clamp atau clamp bawah
(dekat stuffing box) artinya bahwa pada saat itu beban polished
rod sama dengan nol. Pada saat clamp bawah dibuka beban
polished rod akan berpindah ke proving ring yang terletak antara
carrier bar dan upper clamp (clamp atas). Perpindahan beban ini
menyebabkan letak titik awak upstroke bergeser (mempunyai jrk
terhadap zero line) sebagai akibat effect counter balance
(counter weight).
2. Konstanta kalibrasi dynamometer (Y)
Konstanta kalibrasi dynamometer yaitu suatu besaran
dalam satuan pound per inch dimana besaran ini berfungsi
sebagai angka atau faktor pengali agar lebih mudah didalam
perhitungan beban-beban pada polished rod. Konstanta kalibrasi
dynamometer ini sering juga disebut sebagai skala beban
dynamometer. Umumnya oleh pabrik pembuat dynamometer
telah disediakan beberapa variasi konstanta ini.
3. Defleksi kurva maksimum (D I)
Yang dimaksud dengan defleksi kurva maksimum yaitu harga
terbesar atau jarak terjauh garis defleksi kurva terhadap zero line
dalam satuan inch. Defleksi kurva maksimum ini berfungsi untuk
menentukan beban maksimum polished rod (Lb) yaitu dengan
mengalikan antara DI tersebut dengan konstanta kalibrasi (Y).
4. Defleksi kurva minimum (D 2)
Menunjukan jarak terdekat defleksi dynagraph dengan zero line
(inch). Parameter ini berfungsi untuk menentukan beban
minimum polished rod (lbs), yaitu dengan mengalikan terhadap
Y. selain itu dapat juga untuk menentukan besarnya range
beban (lbs) dengan mengalikan selisih antara harga defleksi
maksimum dan mnimum dengan Y.
5. Defleksi Counter balance effect (D cb)
Defleksi counter balance effect adalah defleksi antara garis
counter balance melewati titik dimana saat mulai upstroke (akhir
downstroke) terhadap zero line dalam inch. Defleksi ini berfungsi
untuk menentukan besarnya actual counter balance (effect
counter weight sebenarnya) yaitu dengan mengalikan antara Y
terhadap Dcb dalam satuan lb.
6. Luasan bagian atas card (A u)
Luasan bagian atas card yaitu merupakan luasan dalam garis
upstroke dan downstroke. Luasan ini menyatakan besarnya
kerja pompa per stroke (upstroke) pada rod string untuk
mengatasi elevasi fluida dan friksi yang terjadi. Luasan ini
berfungsi untuk menentukan besarnya correct counter balance
dan polished rod horse power . Untuk menentukan correct
counter balance harus dilakukan pengkombinasian antara Au
panjang deflesi dari kurva (dynagraph) dengan simbol LI dalam
inch, konstanta kalibrasi dynamometer (Y) dalam pound per inch
dan luasan bagian bawah card (AI) dalam sq.in. sedangkan
untuk menentukan harga polished rod horse power (PRHP) hrs
dilakukan pengkombinasian antara S (jumlah stroke per menit),
Y, Au, LI, serta N.
7. Luasan bagian bawah card (A I)
Luasan bagian bawah card adalah luasan (sq.in) antara garis
down stroke dan zero line. Luasan ini menyatakan besarnya
kerja pompa per stroke (down stroke) pada rod string untuk
mengatasi elevasi dari rod. Luasan ini berfungsi menentukan
beban rata-rata upstroke dan downstroke, yaitu dengan
mengkombinasikan AI, AU, Y dan L dalam satuan lb.
Selanjutnya dibawah ini akan diterangkan bagaimana hubungan
antara parameter-parameter dari dynagraph di dalam perhitungan
beban pada polished rod. Dengan mengartikan bahwa :
Y = Konstanta kalibrasi dynamometer, lb/in
D = Defleksi kurva maksimum, in
D = Defleksi kurva minimum, in
D = Defleksi counter balance effect, in
A = Luasan bagian atas card, sq in
A = Luasan bagian bawah card, sq in
maka :
Beban maksimum (Wmax) = Y x D1 (lb) (1)
Beban minimum (Wmin) = Y x D2 (lb) (2)
Range beban = Y ( D1 - D2 ) (lb) (3)
Beban rata-rata pada upstroke = Y (A1 + Au) / L1 (lb) (4)
Beban rata-rata pada downstroke = Y A1 / L1 (lb) (5)
Kerja per-stroke untuk mengatasi elevasi fluida dan friksi = A1 (6)
Kerja per-stroke untuk mengatasi elevasi rod = A1 (7)
Selanjutnya dapat ditentukan besarnya Counter Balance effect
Ideal Counter balance = (8)
Actual Counter balance = Y x Dcb (9)
Correct Counter balance = (10)
Atau sama dengan ½ (beban rata-rata upstroke + rata-rata
downstroke)
Polished rod horse power
(11)
4. DIGITAL DYNAMOMETER
Pemakaian dynamometer sebagai alat untuk menguji kinerja
pompa angguk telah dilakukan para praktisi dunia perminyakan sejak
lama. Untuk mempermudah pengujiantelah digunakan komputer dan
piranti lunak, sehingga dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk
memproses dan menginterpretasikan hasil pengujian.
Banyak gaya yang bekerja pada polished rod, maka untuk
menganalisa dynamometer konvensional diperlukan personil yang asli
dalam mekanik pompa angguk dan waktu yang cukup lama. Untuk itu
digunakan digital dynamometer (dengan bantuan komputer) agar
kesulitan diatas dapat diatasi.
Adapun keuntungan menggunakan Digital dynamometer bila
dibandingkan dengan dynamometer konvensional adalah :
- Tidak memerlukan ahli dynagraph
- Waktu yang digunakan lebih singkat
- Mengurangi kasalahan perhitungan yang disebabkan factor
manusia
- Mudah dimengerti dan informative
4.1.PRINSIP DIGITAL DYNAMOMETER.
Peralatan yang digunakan pada Ditigal Dynamometer adalah
Dynamometer Digital, Analog to Digital converter dan computer note
book yang berguna untuk pengujian / aquisi data, pemrosesan dan
interpretasi hasil pengujian. Secara lengkap peralatan tersebut terdiri
dari :
- Laptop computer
- Power Supply ( Batery ) : umumnya digunakan accu ukuran
100 x
- Analog to Digital & Assosated Electric ; mengubah sinyal
analog menjadi digital beserta peralatan listrik yang
menyertainya.
- Dynamometer : Horse Shoe Transducer ( HST ) dan Polished
Rod Transducer.
- Acoustic Equipment ( Tambahan )
- Motor Current / Motor ( Tambahan ).
Dynamometer sensor dapat dipakai untuk mengukur beban –
beban mekanis ysng berekerja pada pompa. Bahkan akurasi data yang
didapat memcapai kurang lebih 1 % ketelitian dari data sebenarnya.
Data yang diukur dan dianalisa adalah surface Dynamometer, pump
card, kebocoran standing valve, kebocoran travelling valve, pump dan
tubing leakage, pump intake pressure, gear reducer torque dan
diagram beban yang ada.
Digital Dynamometer dipasang pada polished rod pumping system
( ( HST Dan PRT ) dapat mendeteksi beban – beban yang ada dengan
bantuan program. Polished rod reducer dapat menginformasikan
dengancepat surface Dynamometer card, pump cord kebocoran pada
standing dan travelling valve. Kedua transducer tersebut merupakan
peralatan yang cukup sensitip dalam mendeteksi beban yang ada pada
polished rod. Gambar 17 memperlihatkan letak kedudukan polished
rod transducer pada unit pompa disucker rod. PRT diletakkan dibawah
carrier bar dan dijepitkan pada rod. Prinsip kerja perekaman adalah
dengan merekam besarnya perubahan penampang rod. Sedangkan
HST diletakan diatas carrier bar dan dijepit oleh clamp yang berbeda
pada bagian atas carrier bar dijepit oleh clamp yangberbeda pada rod
bagian atas dengan prinsip kerja mendeteksi beban yang ada pada
polished rod secara langsung . kondisi ini memungkinkan perekaman
pada HST lebih akurat dibanding pada PRT, karena HST langsung
mendeteksi besarnya beban pada rod berdasarkan beban yang
diderita polished rod, tetapi pemasangan peralatan sulit dilakukan
karena hrs menarik clamp rod pada bagian atas.
4.2. Langkah Kerja Pengukuran Digital Dynamometer
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi penggunaan alat
Digital Dynamometer diperlukan suatu metoda yang menyangkut
persiapan peralatan dan data penunjang, metoda pengujian,
interpretasi hasil pengujian dan tidak lanjut bagi hasil pengujian.
Pengujian yang dilakukan secara cepat sering kali mengakibatkan
kesalahan interpretasi yang dapat berlanjut dengan kesalahan dalam
menangani problem-problem produksi minyak yang menggunakan
pompa angguk.
Gambar 17 : Skema Diagram Kedudukan Polished Rod Transducer(Echometer Company, Well Analyzer Operating Manual, 1993)
Pengujian menggunakan Digital Dynamometer dilakukan melalui
dua tahapan, yaitu :
1. Survey pendahuluan dengan menggunakan Polished Rod
transducer. Survey ini dilakukan dengan cepat dan menyeluruh
untuk mendeteksi sumur-sumur yang bermasalah.
2. Survey lanjutan dengan menggunakan Horse Shoe Transducer
(HST). Survey ini digunakan untuk menganalisa sumur-sumur
bermasalah dengan teliti sehingga problem yang ada dapat
didiagnosa dengan tepat dan dilanjutkan dengan langkah
perbaikan.
Umumnya dari survey pendahuluan sudah dpt dilihat sumur-
sumur yang berpotensi untuk dinaikan. Bantuan survey akustik
mempermudahkan perkiraan kenaikan produksi yang diharapkan.
Selain tindakan untuk menaikan produksi dan memperbaiki
masalah pemompaan dapat pula dilakukan analisa penghematan yaitu
dengan menganalisa pemakaian horse power dan listrik sehingga
dapat dipertimbangkan penggunaan unit / prime mover yang lebih kecil
ataupun timer untuk mengatur mati hidupnya pompa. Analisa ini
dilakukan dengan bantuan power / current survey.
Secara umum dari Digital Dynamometer survey didapatkan
keterangan (langsung di lapangan) :
Pump fillage (PRT dan HST)
Kebocoran travelling valve atau standing valve (PRT dan HST)
Pump displacement dalam BLPD (PRT dan HST)
Effective plunger travel (PRT dan HST)
Kecepatan pemompaan waktu diuji (PRT dan HST)
Beban fluida pada pompa (PRT dan HST)
Apakah beban maksimum dan minimum masih dalam toleransi
menara dan batang (PRT dan HST)
Berapa Horse power pada batang atau pompa (PRT dan HST)
Apakah torsi maksimum masih dalam batas kemampuan gear box
(HST)
Apakah unit pompa dibalance dengan baik (HST)
Berapa jauh diperlukan pergeseran counter weight bila unti tidak
balans (HST)
Apakah diperlukan analisa yang lebih teliti atau bahkan
perencanaan kembali unit pompa (PRT dan HST).
4.3. Bentuk-Bentuk Pump Card
Untuk menganalisa kinerja pompa angguk harus didapatkan
pump card, yaitu gambaran beban yang diderita oleh pompa di bawah
permukaan. Gambar pump card akan menunjukan perubahan beban
pada pompa selama satu siklus pemompaan. Pada dasarnya bentuk-
bentuk pump card sudah disebutkan pada bahasan sebelumnya
sebagai dasar-dasar pump card. Akan tetapi pada Digital
Dynamometer pada aplikatornya memberikan katalog bentuk-bentuk
dasar pump card. Bentuk-bentuk pump card dari digital dynamometer
dapat dilihat pada lembar lampiran yang menunjukan berbagai bentuk
kerusakan pada sistem pompa sucker rod.