dinamika populasi mikrob dalam campuran tanah bekas tambang batubara dengan sludge selama proses...

Upload: cindhy-ade-hapsari

Post on 05-Apr-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    1/47

    DINAMIKA POPULASI MIKROB DALAM CAMPURAN

    TANAH BEKAS TAMBANG BATUBARA DENGAN SLUDGE

    SELAMA PROSES BIOREMEDIASI

    Oleh :

    Nenny Andriyetni

    A24101012

    PROGRAM STUDI ILMU TANAH

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2006

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    2/47

    DINAMIKA POPULASI MIKROB DALAM CAMPURAN

    TANAH BEKAS TAMBANG BATUBARA DENGAN SLUDGE

    SELAMA PROSES BIOREMEDIASI

    Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Pertanian

    Pada Fakutas Pertanian,

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh :

    Nenny Andriyetni

    A24101012

    PROGRAM STUDI ILMU TANAH

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2006

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    3/47

    RINGKASAN

    NENNY ANDRIYETNI. Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah

    Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi.

    (Dibimbing Oleh Dr. Rahayu Widyastuti, Msc., Dra. Enny Widyati dan Dr. Dwi

    Andreas Santosa, Ms)

    Bioremediasi adalah suatu teknologi yang menggunakan mikrob untuk

    membersihkan tanah yang terkontaminasi. Sludge bubur kertas merupakan bahan

    yang dapat mendukung pertumbuhan mikrob. Salah satu mikrob yang dapatdigunakan dalam proses bioremediasi lahan bekas tambang batubara adalah

    bakteri pereduksi sulfat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dinamika

    populasi mikrob fungsional dalam sludge serta hubungannya dengan sifat-sifat

    kimia tanah yang meliputi pH, Eh dan kandungan logam-logam berat (Pb, Cd,

    Cr6+ dan Hg). Mikrob diisolasi dari dari campuran tanah bekas tambang batubara

    steril dengan sludge bubur kertas (3: 1 v/v) dan selanjutnya diinkubasi selama 15

    hari. Untuk menjaga kondisi campuran tanah bekas tambang batubara dengan

    sludge bubur kertas tetap reduktif maka dilakukan penggenangan hingga

    berbentuk lumpur. Isolasi yang dilakukan terdiri dari bakteri, fungi, mikrob

    selulolitik mikrob pendegradasi xilan dan bakteri pereduksi sulfat. Isolasi mikrob

    dan pengukuran pH serta Eh dilakukan setiap 5 hari sekali selama 15 hari inkubasi

    sedangkan pengukuran logam-logam berat dilakukan pada hari ke-0 dan 15

    inkubasi. Populasi mikrob selulolitik dan mikrob pendegradasi xilan semakin

    berkurang seiring dengan bertambahnya waktu inkubasi. Fenomena ini

    disebabkan oleh semakin berkurangnya kandungan oksigen dalam campuran

    tanah bekas tambang batubara dengan sludge bubur kertas akibat proses

    penggenangan.

    Kata kunci : dinamika populasi, koloni mikrob, bioremediasi

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    4/47

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    5/47

    Judul :DINAMIKA POPULASI MIKROB DALAM CAMPURAN

    TANAH BEKAS TAMBANG BATUBARA DENGANSLUDGESELAMA PROSES BIOREMEDIASI

    Nama : Nenny AndriyetniNRP : A24101012

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing

    Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing III

    Dr. Rahayu Widyastuti, MSc Dra. Enni Widyati Dr. Dwi Andreas Santosa, MSNIP. 131 879 328 NIP. 710 028 930 NIP. 131 803 643

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, Magr.NIP. 30 422 698

    Tanggal lulus :

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    6/47

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Padang, Propinsi Sumatera Barat pada tanggal 1

    Oktober 1983. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari

    pasangan Suhandri dan Ayetti Alni.

    Tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 10 Padang,

    kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 22 Padang dan lulus tahun 1998.

    Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 12 Padang pada tahun 2001. Pada

    tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada Program Studi

    Ilmu Tanah, Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.

    Selama kuliah penulis menjadi asisten praktikum kuliah Biologi Tanah

    dan Bioteknlogi Tanah pada tahun ajaran 2003 / 2004.

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    7/47

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

    memberikan kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan

    dengan baik.

    Penelitian Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas

    Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi ini diharapkan

    dapat memberikan sumbangsih untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian

    ini dilakukan sebagai salah syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

    Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

    Bogor.

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan

    masukan dan dukungan selama penelitian maupun dalam penulisan skripsi ini.

    Rasa terimakasih yang tulus Saya sampaikan kepada :

    1. Dr. Rahayu Widyastuti, M.Sc, Dra Enny Widyati dan Dr. Dwi AndreasSantosa, MS, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing selama

    proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

    2. Dr. Ir Sri Djuniwati, M.Sc selaku dosen penguji yang memberikan banyakmasukan bagi penulis.

    3. Ayahanda Suhandri dan Mamaku Ayetti Alni tercinta, Uda Hendy FitrianSuhandri, Rahmi Meutia Andriyetni, Siti Sharah Andriyetni dan seluruh

    keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi dan dukungan baik materi

    maupun moril kepada penulis untuk menyelesaikan studi di IPB.

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    8/47

    4. Ir. Enny Dwi Wahyunie, Msi selaku dosen pembimbing akademik yang telahmemberian bimbingan selama masa perkuliahan.

    5. Segenap staf, laboran, pegawai Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahandan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Pak Jito, Bu Asih, Bu Jul, Uni Ipat,

    Pak Sukoyoh, Bu Ratna, Mbak Lastri, Mbak Salma, Teteh, Bu Endar, Mas

    Puput, Mas Rizal, dan lain-lainnya yang telah memberikan banyak masukan

    dan bantuannya dalam melaksanakan penelitian.

    6. Isti, Risska, Dwi, Ovi, dan rekan-rekan Soil 38 lainnya yang tidak mungkinsaya sebutkan satu persatu, teman-teman seperjuanganku (Mel, Andri,

    Rahmad), Ninda, Noval, Ponytailers (mbak Vitri, Dini, Reina, Ayu), Mas

    Dhedoz dan semuanya yang telah memberikan motivasi dan selalu bersama

    dalam canda dan tawa.

    7. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

    Akhirnya, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

    Bogor, Februari 2006

    Penulis

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    9/47

    DAFTAR I SI

    Halaman

    DAFTAR ISI.............................................................................................................iDAFTAR TABEL.................................................................................................. iii

    DAFTAR GAMBAR...................................................................................... .......ivDAFTAR LAMPIRAN............................................................................... ...........v

    1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

    1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sludge ................................................................................................... 32.2. Lahan Bekas Tambang Batubara ........................................................... 42.3. Karakteristik Umum Bakteri dan Fungi................................................. 52.4. Mikrob Pendegradasi Xilan .................................................................. 6

    2.5. Mikrob Selulolitik ................................................................................ 72.6. Bakteri Pereduksi Sulfat ........................................................................ 9

    3. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................. 133.2 Bahan dan Alat........................................................................................ 133.3. Metode Penelitian

    3.3.1. Persiapan Penelitian ..................................................................... 143.3.2. Isolasi dan Penghitungan Populasi Mikrob. ................................. 14

    3.3.3. Analisis Beberapa Sifat Kimia ..................................................... 15

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Isolasi Mikrob Dari Campuran Sludge dan Tanah BekasTambang Batubara ................................................................................. 17

    4.2. Dinamika Populasi Mikrob4.2.1. Total Bakteri ................................................................................ 194.2.2. Total Fungi ................................................................................... 20

    4.2.3. Mikrob Selulolitik. ....................................................................... 214.2.4. Mikrob Pendegradasi Xilan.......................................................... 22

    4.2.5. Bakteri Pereduksi sulfat................................................................234.3. Analisis pH, Eh dan Kandungan Logam Berat Dalam Campuran TanahBekas Tambang Batubara Dengan Sludge

    4.3.1. Nilai pH dan Eh.... 244.3.2. Kandungan Logam Berat.. ....27

    5. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan....................................................................................................... 29

    Saran ................................................................................................................. 29

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    10/47

    LAMPIRAN

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    11/47

    DAFTAR TABEL

    Nomor Hal

    Teks

    1. Kadar logam-logam berat dalam campuran sludge bubur kertas

    dengan tanah bekas tambang batubara pada hari ke-0 dan 15

    inkubasi 28

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    12/47

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Hal

    Teks

    1. Diagram alir penelitian 16

    2. Isolat bakteri pereduksi sulfat 18

    3. Isolat mikrob selulolitik 18

    4. Isolat Mikrob Pendegradasi xilan 18

    5. Dinamika Populasi Total Bakteri Selama Waktu Inkubasi 19

    6. Dinamika Populasi Total Fungi Selama Waktu Inkubasi 21

    7. Dinamika Populasi Mikrob Selulolitik Selama Waktu Inkubasi 21

    8. Populasi Mikrob Pendegradasi Xilan Selama Waktu Inkubasi 23

    9. Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat Selama Waktu Inkubasi 24

    10. Perubahan Nilai pH Selama Waktu Inkubasi 25

    11. Perubahan Nilai Eh Selama Waktu Inkubasi 26

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    13/47

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor

    Teks

    1. Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah bekas tambang batubara

    2. Sifat kimia sludge bubur kertas

    3. Media pertumbuhan mikrob selulolitik

    4. Media pertumbuhan mikrob pendegradasi xilan

    5. Media pertumbuhan bakteri pereduksi sulfat

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    14/47

    1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sejak akhir tahun 80-an perkembangan industri kertas di Indonesia cukup

    pesat. Peningkatan industri kertas yang hampir mencapai 700% tersebut diikuti

    juga dengan semakin meningkatnya jumlah limbah baik limbah padat maupun

    limbah cair (Liana, 2002). Salah satu jenis limbah padat berupa lumpur padat

    (sludge). Jumlah limbah padat yang cukup besar ini dapat menimbulkan

    permasalahan lingkungan bila tidak ditangani dengan serius.

    Kegiatan penambangan dan pemanfaatannya mempunyai dampak terhadap

    lingkungan yang bersifat menguntungkan antara lain tersedianya berbagai

    kebutuhan manusia yang berasal dari sumber daya mineral dan meningkatnya

    pendapatan negara. Meskipun penambangan mampu memberikan pendapatan

    yang sangat besar namun sektor ini juga menimbulkan masalah lingkungan udara,

    air dan tanah. Dampak yang timbul tidak hanya terjadi pada lokasi penambangan

    itu sendiri tetapi juga berdampak pada daerah sekitarnya. Tanah bekas

    penambangan yang seharusnya merupakan tubuh alam, matriks dimana tanaman

    dapat tumbuh, sumber unsur hara bagi produsen primer itu telah kehilangan

    fungsinya. Horison-horisonnya sudah bercampur antara yang satu dengan yang

    lain, top soil sudah tidak ada dan yang tersisa hanya batuan induk sehingga

    kandungan C-organik sangat rendah. Kondisi lainnya adalah kemasaman tanah

    dengan pH < 3 karena bahan galian mengandung senyawa S yang mencapai 6 %

    (Widyati et al., 2005).

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    15/47

    Sesungguhnya sludge industri kertas dapat dimanfaatkan sebagai salah

    satu bahan amelioran bagi tanah karena sludge merupakan sumber bahan organik

    tanah. Selain memperbaiki media tumbuh dan ekosistem tanah, sludge juga

    mengandung unsur-unsur hara essensial bagi tanaman. Sludge mengandung

    mikrob yang diduga dapat memperbaiki kondisi kimia lahan yang telah

    terdegradasi, misalnya menurunkan konsentrasi SO42- dengan efisiensi 94 % pada

    lahan bekas tambang batubara (Widyati et al., 2005).

    1.2. Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dinamika populasi total bakteri,

    total fungi dan mikrob fungsional (bakteri pereduksi sulfat, mikrob selulolitik dan

    mikrob xilan) serta hubungannya dengan sifat-sifat kimia tanah yang meliputi pH,

    Eh dan kandungan logam-logam berat (Cr6+, Cd, Pb dan Hg) dalam campuran

    tanah bekas tambang batubara dan sludge. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan gambaran mengenai dinamika populasi mikrob yang terjadi selama

    bioremediasi lahan bekas tambang batubara melalui penambahan sludge bubur

    kertas sebagai bahan amelioran.

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    16/47

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sludge

    Kebutuhan kertas setiap tahunnya meningkat maka pemerintah sedang dan

    akan terus merencanakan pendirian industri kertas baru atau memperluas industri

    kertas yang sudah ada. Pada tahun 1997 jumlah pabrik kertas dan barang dari

    kertas dalam skala besar maupun kecil di Indonesia adalah 345 pabrik dengan

    nilai produksi sebesar Rp 8,71 milyar. Pada tahun 1999 jumlah pabrik kertas

    meningkat menjadi 963 pabrik dengan nilai produksi sebesar Rp 12,4 milyar

    (Liana, 2002).

    Kapasitas produksi bubur kertas pada tahun 1988 sekitar 0,6 juta

    ton/tahun, jumlah ini meningkat menjadi 4,9 juta ton/tahun pada tahun 1999 dan

    pada tahun 2005 kapasitas tersebut diperkirakan bertambah menjadi 12,7 juta

    ton/tahun. Peningkatan produksi industri bubur kertas dan kertas tersebut, juga

    diikuti dengan meningkatnya jumlah limbah baik limbah padat maupun limbah

    cair. Jika diasumsikan, 10% dari bahan kayu yang diolah akan menjadi limbah

    maka dapat dipastikan jumlah limbah yang dihasilkan sangat besar (Simarmata,

    2004). Tanpa pengelolaan yang tepat, limbah tersebut akan menimbulkan

    pencemaran lingkungan yang cukup serius (Widyati et al., 2005).

    Sludge merupakan hasil samping dari proses pengolahan limbah sistem

    lumpur aktif. Produksi sludge per hari menurut Supriyanto (1993) pada umumnya

    10 - 50 % dari beban COD limbah yang diolah.

    Sebelum dimanfaatkan sludge harus diolah terlebih dahulu agar diperoleh

    hasil yang memuaskan diantaranya dengan proses penggumpalan melalui

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    17/47

    penampungan lumpur hasil pengendapan kemudian hasil penyaringan dibuang

    (LHermite, 1988).

    2.2. Lahan Bekas Tambang Batubara

    Penambangan batubara selain meningkatkan devisa negara juga menimbulkan

    dampak negatif. Lahan bekas tambang batubara umumnya tidak dapat digunakan

    lagi sebagai lahan pertanian karena adanya berbagai macam kendala. Dampak

    yang ditimbulkan dari penambangan tersebut adalah lapisan penutup tanah yang

    sudah tidak ada karena topsoil dan subsoil dibalik dan digusur, sedangkan bahan

    induk muncul di permukaan. Penggusuran tersebut menyebabkan hilangnya bahan

    organik tanah. Tanah yang miskin akan bahan organik kurang mampu dalam

    menyangga pupuk dan air, karena bahan organik merupakan koloid tanah yang

    berfungsi dalam pembentukan agregat mikro dan komplek jerapan kolo id

    (Djajakirana, 2001). Kandungan bahan organik yang rendah ini sangat

    mempengaruhi populasi mikrob pada lahan bekas tambang batubara tersebut.

    Bahan organik dan mikrob dapat mempengaruhi hubungan kesetimbangan dalam

    tanah, organisme hidup dapat memindahkan unsur-unsur dari larutan tanah dan

    menggunakannya untuk membangun jaringan tubuhnya (Lindsay, 1979).

    Proses penggalian pada lahan bekas tambang batubara mengakibatkan

    terangkatnya bahan-bahan sulfidik ke permukaan sehingga menyebabkan

    teroksidasi, proses oksidasi terhadap mineral sulfida seperti pirit, akan melepaskan

    asam-asam sulfat yang berdampak pada menurunnya pH tanah secara drastis.

    Nilai pH tanah yang masam ini akan mempengaruhi kesetimbangan hara dalam

    tanah (Rochani & Damayanti, 1997).

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    18/47

    2.3. Karakteristik Umum Bakteri dan Fungi

    Semua bakteri bersel tunggal, walaupun dalam beberapa kondisi dapat

    dijumpai dalam bentuk koloni yang kelihatannya bersel banyak. Bakteri lebih

    kecil ukurannya dibandingkan dengan protozoa atau fungi sejati. pH optimum

    untuk pertumbuhan bakteri terletak antara 6,5 sampai 7,5. Beberapa spesies

    bakteri dapat tumbuh dalam keadaan sangat masam atau sangat alkalin (Pelczar &

    Chan, 1986).

    Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrof, mereka memerlukan

    senyawa organik untuk nutrisinya, kelembaban yang tinggi dan persediaan

    oksigen untuk pertumbuhannya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang

    terlarut, mereka disebut saprofit. Beberapa fungi, meskipun saprofitik, dapat juga

    menyerbu inang yang hidup lalu tumbuh subur sebagai parasit (Pelczar & Chan,

    1986) . Menurut Volk dan Wheeler (1988), fungi juga dapat tumbuh baik pada

    lingkungan yang banyak mengandung gula dan pada kondisi asam yang tidak

    menguntungkan bagi bakteri.

    Fungi merupakan jasad mikro yang dapat menghancurkan selulosa, zat

    pati, gum, lignin dan senyawa organik yang mudah dilapuk. Jasad mikro ini dapat

    dikelompokan ke dalam tiga golongan yaitu (1) ragi; (2) kapang; dan (3) jamur

    (Soepardi, 1983). Dari ketiga golongan fungi diatas, hanya kapang yang

    mempunyai arti penting dalam pertanian. Kapang sangat dipengaruhi oleh tingkat

    aerasi. Aerasi yang buruk akan menekan laju pertumbuhan organisme ini. Jumlah

    dan jenis bahan organik sangat mempengaruhi jenis kapang yang tumbuh. Jenis

    kapang yang sering dijumpai antara lain Penicilium, Mucor, Trichoderma, dan

    Aspergilus (Soepardi, 1983). Fungi sangat berperan penting dalam perubahan

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    19/47

    susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan sumber

    energi dan karbon yang berasal dari bahan organik (Volk & Wheeler, 1988).

    2.4. Mikrob Pendegradasi Xilan

    Xilan merupakan karbohidrat yang paling luas tersebar di alam setelah

    selulosa. Merang, kulit pohon dan kayu konifera terdiri dari 30% xilan, sedangkan

    ampas tebu dan kayu pohon berdaun masing-masing mengandung 7 - 12% dan 25

    - 29% (w/w) xilan (Schlegel & Schmidt, 1994).

    Xilan termasuk ke dalam golongan karbohidrat, merupakan komponen

    utama dari hemiselulosa pada dinding sel tanaman yang terikat pada selulosa,

    pektin, lignin, dan polisakarida lainnya. Hemiselulosa ini tidak berkerabat dengan

    selulosa jika ditinjau dari strukturnya, namun larut dalam air atau alkali.

    Hemiselulosa terdiri dari pentosa (xilosa, arabinosa) atau heksosa (glikosa,

    manosa, galaktosa) maupun asam uronat. Di dalam tumbuh-tumbuhan

    hemiselulosa berfungsi sebagai zat cadangan atau penopang (Schlegel & Schmidt,

    1994).

    Rantai xilan terdiri dari -D-xilosa yang bersambungan secara 1,4

    glikosidik. Rantai ini berasal dari rantai selulosa dengan mengganti gugus-gugus

    CH2-OH dengan atom H; tetapi derajat polimerisasinya jauh lebih rendah.

    Beberapa xilan mengandung arabinosa, glukosa, galaktosa, dan glukuronat

    (Schlegel & Schmidt, 1994).

    Hidrolisis xilan melibatkan kompleks enzim yang disebut xilanase dan

    menghasilkan monomer gula sederhana berupa xilooligosakarida, xilobiosa, dan

    xilosa. Produk hidrolisis xilan itu merupakan bahan yang dapat digunakan dalam

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    20/47

    pelapisan tablet dan pemanis buatan rendah kalori (Kulkarni et al., 1999).

    Xilanase dapat juga digunakan dalam proses pembuatan bubur kertas (pulping)

    dan pemutihan bubur kertas (bleaching) pada industri bubur kertas (Horikoshi,

    1996).Penerapan xilanase juga dilakukan pada industri ternak untuk mengubah

    bahan hemiselulosa menjadi pakan yang dapat diberikan pada hewan

    nonruminansia (Rahmanta, 2003).

    Xilanase dibentuk oleh beberapa bakteri (Clostridium) secara konstitutif,

    sedangkan bakteri lain sesudah terjadi induksi oleh xilan. Faktor lingkungan

    mempengaruhi organisme yang bekerja. Di dalam tanah asam, fungi lebih

    dominan dalam menguraikan xilan, sedangkan pada tanah netral sampai alkali

    yang mendominasi adalah bakteri berbentuk batang, Sporocytophaga dan bakteri

    lainnya (Schlegel & Schmidt, 1994).

    2.5. Mikrob Selulolitik

    Unsur yang paling banyak terdapat pada tanaman adalah selulosa. Jumlah

    selulosa didalam tanaman tidak pernah tetap, tergantung dari jenis dan umur

    tanaman. Jumlah selulosa didalam tanaman akan meningkat seiring dengan

    bertambahnya umur tanaman tersebut (Alexander, 1977). Menurut Schlegel dan

    Schmidt (1994), produksi selulosa melampaui semua zat-zat alamiah lainnya. Zat-

    zat yang menetap di dalam tanah dan sisa-sisa tumbuhan dikembalikan ke dalam

    tanah, 40-70 % terdiri dari selulosa. Selulosa merupakan komponen dasar dinding

    sel tumbuhan sebagai penyusun struktur utama sel dan selalu berikatan dengan

    polisakarida lain seperti hemiselulosa, pektin dan lignin.

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    21/47

    Pada umumya zat ini selalu terdapat dalam sel tumbuh-tumbuhan, zat ini

    merupakan susunan kristalin yang hidrofil, tidak larut dalam air, zat pelarut

    organik, dan tidak dapat larut dalam zat asam atau basa encer. Selulosa ini

    merupakan senyawa karbohidrat dengan rumus molekul (C6H10O5)n. Selulosa

    adalah polimer karbohidrat yang tersusun atas 8000-12000 unit glukosa dan

    dihubungkan oleh ikatan -1,4-glikosida (Alexander, 1997).

    Mikrob selulolitik dominan hidup pada daerah pertanian, hutan dan

    tanaman yang telah membusuk. Mikrob pengurai selulosa ini terdiri dari

    kelompok mikrob aerob, bakteri mesofilik anaerob, fungi berfilamen,

    Basidiomycetes, bakteri termofilik danActinomycetes. Fungi yang sangat berperan

    penting dalam penguraian selulosa antara lain Aspergillus, Chaetomium,

    Curvularia, Fusarium,Memnoneilla, Phoma, Thielvia, dan Trichoderma. Mikrob

    tersebut sangat berperan nyata pada tanah-tanah humid. Sedangkan bakteri dari

    kelompokCytophaga dan Sporocytophaga lebih dominan pada daerah semiarid

    (Alexander, 1977). Menurut Schlegel dan Schmidt (1994), pada kondisi aerob

    fungi mempunyai peran yang nyata pada penguraian selulosa. Fungi membuktikan

    lebih unggul daripada bakteri, terutama pada tanah masam misalnya jenis-jenis

    dari Fusarium dan Chaetomium.

    Kemampuan tumbuh pada selulosa sebagai substrat, rupanya juga banyak

    tersebar diantara bakteri-bakteri aerob, yang hampir dapat disebut omnivor.

    Beberapa diantaranya hanya memakai selulosa kalau tidak ada sumber karbon

    lainnya (Schlegel & Schmidt, 1994).

    Pada kondisi anaerob, selulosa diuraikan oleh Clostridium yang bersifat

    mesofil dan termofil. Clostridium thermocellum yang termofil tumbuh dalam

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    22/47

    larutan biak sintesis sederhana dengan selulosa atau selubiosa sebagai substrat dan

    garam-garam amonium sebagai sumber nitrogen (Schlegel & Schmidt, 1994).

    2.6. Bakteri Pereduksi Sulfat

    Mikrob anaerobik dapat didefinisikan sebagai mikrob yang tidak

    memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya dan menggunakan senyawa organik

    sebagai reduktan. Penerima elektron yang biasa digunakan secara anerobik adalah

    senyawa organik yang diambil dari substrat asli dalam kondisi oksidasi CO2 atau

    sulfat (Labeda, 1990).

    Bakteri anaerobik menyukai tumbuh di lingkungan potensial redoks

    sebesar -50 mV atau kurang. Hal ini berlaku juga untuk bakteri metanogenik yang

    membutuhkan potensial redoks -330 mV untuk memulai pertumbuhan. Bakteri

    pereduksi sulfat dapat tumbuh di lingkungan yang potensia l redoks -100 mV

    (Herbert & Gilbert, 1984).

    Berdasarkan morfologi dan metabolismenya, bakteri pereduksi sulfat

    dibagi menjadi 8 genus, yaitu Desulvofibrio, Desulfotomaculum, Desulfomonas,

    Desulfobacter, Desulfolobus, Desulfococcus, Desulfonema, dan Desulfosarcina

    (Freney & Boonjawat, 1983). Bakteri dari genus Desulfolobus mempunyai bentuk

    bulat atau batang berukuran panjang 1,5 - 2,5 dan lebar 0,6 - 1,3m. Genus ini ada

    yang bergerak dengan flagela polar tunggal dan ada juga yang tidak bergerak.

    Desulfolobus sp. bersifat sangat anaerobik dan mereduksi sulfat, sulfit atau

    thiosulfat menjadi H2S (Holt et al., 1994).

    Bakteri genus Desulfomicrobium berbentuk bulat atau batang berukuran

    0,6 x 1,3 m dan bergerak dengan alat yang sama dengan Desulfolobus sp. bakteri

    dari genus ini selain mereduksi sulfat, sulfit atau thiosulfat juga mereduksi sulfur

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    23/47

    menjadi H2S (Holt et al., 1994). Genus Desulfomonas, selnya berbentuk bulat

    kadang tidak beraturan dengan ukuran panjang 1,2 - 5 m dan lebar 0,8 1,3 m.

    Desulfomonas sp. tidak bergerak, bersifat anaerobik dan mereduksi sulfat menjadi

    H2S (Holt et al., 1994).

    Morfologi Desulfovibrio sp. dipengaruhi umur dan kondisi lingkungan.

    Desulfovibrio sp. mempunyai batang melengkung, tidak membentuk endospora

    dan bergerak dengan bantuan flagelum polar. Bakteri ini termasuk bakteri Gram-

    negatif, bersifat khemoautotrof dan memperoleh energi melalui respirasi

    anaerobik dengan cara mereduksi sulfat atau senyawa bersulfur lainnya yang

    dapat direduksi menjadi H2S. Bakteri ini merupakan bakteri anaerob sejati

    (Pelczar dan Chan, 1988). Genus Desulfovibrio dibagi menjadi 9 spesies. Spesies

    utama adalah D. desulfuricans dan spesies lain digolongkan terpisah karena sifat

    kehomogenan dan kestabilan yang berbeda (Postgate, 1984).

    Desulfotomaculum berbentuk batang. Stres atau kultivasi pada suhu

    rendah menyebabkan filamen mikrob mengerut. Berbeda dengan bakteri

    pereduksi sulfat lain, genus ini membentuk spora. Masa sporulasi tidak dapat

    diperkirakan, kadang tidak membentuk spora tetapi kadang dapat membentuk

    spora lebih dari 90%. Spora ini kadang tidak teramati di bawah mikroskop tapi

    dapat dideteksi dengan ketahanan panasnya. Spora D. nigrifican dapat bertahan

    hidup pada suhu didih air selama 30 menit (Postgate, 1984).

    Desulfobacterhanya diwakili oleh satu spesies yaitu D. postgatei. Spesies

    ini berbentuk batang pendek dengan ukuran bervarisi tergantung jenis strainnya.

    Desulfococcus dan Desulfosarcina juga hanya mempunyai satu spesies yaitu

    masing-masingD. multivorans danD. variabilis. Spesies dari genus Desulfonema

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    24/47

    yaitu D. limicola dan D. magnum membentuk filamen panjang yang dapat

    bergerak meluncur dan menggulung(Postgate, 1984).

    Beberapa genus bakteri pereduksi sulfat dapat tumbuh secara autotrofik

    seperti Desulfosarcina (Fry, 1987). Berdasarkan cara pengolahan asam-asam

    organik bakteri pereduksi sulfat dibedakan menjadi dua kelompok. Anggota-

    anggota kelompok pertama mengoksida donor hidrogen tidak sempurna dan

    mengeksresi asetat. Termasuk kelompok ini adalah jenis spesies pembentuk spora

    Desulfotomaculum dan spesies yang tidak membentuk spora yaitu Desulfovibrio.

    Kelompok kedua mencakup spesies-spesies dan jenis-jenis yang mampu tumbuh

    dengan menggunakan alkohol, asetat atau asam-asam lemak berbobot molekul

    tinggi dan bahkan secara kemo-autotrof mampu menggunakan hidrogen atau

    format. Termasuk dalam kelompok ini adalah Desulfonema, Desulfomaculum,

    Desulfosarcina danDesulfococcus (Schlegel & Schmidt, 1994).

    Bakteri pereduksi sulfat dapat ditemukan hampir di semua lingkungan di

    bumi: tanah (Postgate, 1984); air tawar, air laut dan air payau, sumber air panas,

    daerah geotermal (Postgate, 1984); sumur minyak dan gas, cadangan sulfur,

    endapan lumpur, selokan, besi berkarat, rumina kambing dan usus serangga

    (Posgate, 1984).

    Bakteri pereduksi sulfat mampu beradaptasi dengan perubahan suhu dalam

    kisaran -5 sampai 750C, dapat tumbuh pada air dibawah tekanan 1 x 105 kPa, dan

    mampu mentolerir nilai pH sampai 9,5 serta mampu beradaptasi pada kondisi

    osmotik dengan kisaran yang luas. Selain itu bakteri ini juga dapat mentolerir

    salinitas sampai 18% ( Posgate, 1984).

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    25/47

    Reduksi sulfat dapat terjadi dalam kisaran nilai pH, tekanan, suhu dan

    kondisi salinitas yang luas. Senyawa yang dapat digunakan sebagai pemberi

    elektron dalam reduksi sulfat sangat terbatas, diantaranya piruvat, laktat dan

    molekul hidrogen. Reduksi sulfat dapat dihambat dengan adanya oksigen, nitrat

    dan ion ferric. Selain itu bakteri pereduksi sulfat dan bakteri metanogenik

    berkompetisi untuk mendapatkan pemberi elektron. Adanya sulfat lebih

    menguntungkan bagi bakteri pereduksi sulfat, namun laju reduksi sulfat sering

    dibatasi oleh keberadaan senyawa karbon sehingga terjasi zonasi habitat.

    Hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh bakteri pereduksi sulfat akan berpengaruh

    terhadap habitat dan populasinya. Hidrogen sulfida bersifat toksik bagi organisme

    aerobik, karena unsur S dari senyawa tersebut sangat reaktif terhadap unsur logam

    dari sistem sitokrom sel organisme (Atlas & Barha, 1981).

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    26/47

    3. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah serta

    Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan

    Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian; Laboratorium Bakteriologi, Fakultas

    Kedokteran Hewan, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi

    Lingkungan, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Kampus Darmaga,

    Institut Pertanian Bogor. Waktu Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai

    Agustus 2005.

    3.2. Bahan dan Alat

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sludge industri kertas

    (lumpur padat) dan sampel tanah dari bekas tambang batubara Bukit Asam. Bahan

    kimia yang digunakan adalah KH2PO4, NH4Cl, Na2SO4, NaMoO4.2H2O, NH4Cl,

    NaHCO3, sodium sitrat, NaCl, MnCl.4H2O, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O,

    FeSO4.7H2O, (NH4)2SO4, KCl, (CaNO3)24H2O, fe sitrat, fenol red, tripton, sodium

    laktat (60 %), ekstrak khamir, asam askorbat.

    Alat yang digunakan meliputi oven, inkubator, pH meter, anaerob jar,

    laminar flow, neraca analitik, sudip, pembakar bunsen, botol semprot, pipet dan

    peralatan gelas seperti gelas arloji, gelas piala, gelas ukur, tabung reaksi dan

    erlenmeyer.

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    27/47

    3.3. Metode

    Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu 1) persiapan penelitian, 2) isolasi dan

    penghitungan populasi mikrob dan 3) pengukuran pH, Eh serta kandungan logam-

    logam berat.

    3.3.1 Persiapan Penelitian

    Tahap ini dilakukan dengan mempersiapkan bahan yang terdiri dari sludge

    bubur kertas dan tanah bekas tambang batubara, untuk tanah bekas tambang

    batubara dilakukan sterilisasi dengan cara fumigasi. Setelah tanah diinkubasi

    selama 10-14 hari, tanah tersebut dicampur dengan sludge dengan perbandingan

    75 : 25 (% v/v) (Widyati et al., 2005) dan selanjutnya diinkubasi. Untuk menjaga

    kondisi campuran tanah dengan sludge tetap reduktif, maka dilakukan

    penggenangan hingga berbentuk lumpur. Perlakuan ini menggunakan kontrol

    tanah bekas tambang batubara steril yang digenangi.

    3.3.2. Isolasi dan Penghitungan Populasi Mikrob

    Mikrob diisolasi dari campuran tanah bekas tambang batubara yang sudah

    disterilkan dan sludge bubur kertas yang kemudian digenangi oleh air hingga

    berbentuk lumpur. Media yang digunakan untuk kegiatan isolasi ini adalah

    nutrient agar (total bakteri), potato dextrose agar (fungi), carboxy methyl

    celullose (mikrob selulolitik), medium Nakamura (mikrob xilan), dan Phosgate

    padat yang dimodifikasi (bakteri pereduksi sulfat). Metode yang digunakan dalam

    isolasi mikrob dengan menggunakan media padat adalah metode agar tuang.

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    28/47

    Isolasi total mikrob dan mikrob fungsional (mikrob selulolitik, mikrob

    pendegradasi xilan dan bakteri pereduksi sulfat) dilakukan selama 15 hari dengan

    selang waktu isolasi setiap 5 hari.

    Pengenceran yang digunakan untuk isolasi total mikrob, fungi, bakteri xilan

    dan mikrob selulolitik yaitu 10-4 - 10 -6 sedangkan pengenceran yang digunakan

    untuk isolasi bakteri pereduksi sulfat yaitu 10-2 10-4 dengan masing-masing

    pengenceran sebanyak 3 kali ulangan. Jumlah populasi mikrob didapatkan dengan

    cara mengalikan faktor pengenceran dengan jumlah koloni mikrob yang dihitung.

    Selanjutnya, hasil tersebut dikonversi ke dalam jumlah mikrob dalam 1 gram

    berat kering mutlak sampel. Grafik dinamika pertumbuhan mikrob didapatkan

    dari hasil perhitungan populasi mikrob.

    3.3.3. Analisis Beberapa Sifat Kimia

    Analisis logam-logam berat ( Pb, Hg, Cd, Cr6+) dilakukan pada awal inkubasi,

    sedangkan pengukuran pH dan Eh dilakukan setiap 5 hari selama 15 hari inkubasi.

    Analisa sifat-sifat kimia ini dilakukan pada tanah bekas tambang batubara maupun

    campuran tanah bekas tambang batubara dengan sludge bubur kertas.

    Gambaran tahap penelitian secara umum dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah

    ini :

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    29/47

    Lahan bekas tambang batubara

    Sterilisasi tanah bekastambang batubara dengan

    cara fumigasi selama 14 hari

    Tanah bekas tambang batubaradicampur dengan sludge bubur

    kertas (75 : 25/ v/v)

    Inkubasi selama 15 hari dandilakukan penggenangan hingga

    berbentuk lumpur

    Isolasi mikrob (total bakteri,fungi, mikrob xilan, mikrob

    selulolitik dan bakteri pereduksisulfat) setiap 5 hari sekali

    Pengukuran pH, Eh dan

    logam-logam berat

    Dinamika populasi mikob

    selama proses bioremediasi

    Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

    Pengamatan morfologi dan

    penghitungan jumlah koloni

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    30/47

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Isolasi Mikrob Dari Campuran Sludge dan Tanah Bekas Tambang

    Batubara

    Pertumbuhan mikrob bisa diartikan perbesaran maupun perbanyakan sel.

    Dikatakan perbesaran apabila terjadi perbesaran volume sel, sedangkan

    perbanyakan terjadi pada saat sel membelah diri. Pertumbuhan dapat didefinisikan

    sebagai penambahan semua komponen kimiawi secara beraturan (Stanier et al.,

    1984). Waktu yang diperlukan suatu organisme untuk membelah menjadi dua

    disebut waktu generasi. Waktu generasi selama pertumbuhan aktif bervariasi

    sesuai dengan jenis mikrob. Fase pertumbuhan bakteri dapat dibagi menjadi empat

    fase, yaitu fase tenggang (lag), fase logaritma (log), fase stasioner dan fase

    kematian (Volk & Wheeler, 1988). Pertumbuhan bakteri secara normal terbatas

    baik oleh kekurangan zat gizi yang tersedia ataupun karena adanya akumulasi

    hasil metabolisme beracun (Stanier et al., 1984).

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

    metode agar tuang. Asumsi yang digunakan pada metode ini adalah bahwa tiap

    mikrob yang hidup pada suspensi tanah berkembang membentuk suatu koloni jika

    keadaan lingkungan memungkinkan. Hitungan total yang diperoleh meliputi

    spesies yang berkembang pada media yang dipakai pada kondisi lingkungan

    tertentu.

    Pada Gambar dibawah dapat dilihat bentuk koloni mikrob yang diperoleh

    dari hasil isolasi :

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    31/47

    Gambar 2 Isolat Bakteri Pereduksi Sulfat

    Gambar 3 Isolat Mikrob Selulolitik

    Gambar 4 Isolat Mikrob Pendegradasi Xilan

    Gambar 2 menampilkan isolat bakteri pereduksi sulfat. Bakteri anaerob ini

    mempunyai ciri-ciri koloni berbentuk bundaran berwarna hitam. Gambar 3

    merupakan isolat mikrob selulolitik, mikrob ini memiliki zona terang di sekitar

    koloni. Zona terang tersebut menunjukkan aktivitas mikrob dalam menguraikan

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    32/47

    selulosa. Sedangkan mikrob pendegradasi xilan (Gambar 4) menunjukan tepi

    koloni yang bergerigi dan adanya zona bening di sekitar koloni tersebut.

    4.2. Dinamika Populasi Mikrob

    4.2.1 Total Bakteri

    Gambar 5 menunjukan populasi total bakteri pada campuran sludge dan

    tanah bekas tambang batubara. Jumlah total bakteri semakin berkurang seiring

    dengan bertambahnya waktu inkubasi.

    0

    1020

    30

    40

    50

    60

    0 5 10 15

    Waktu Inkubasi (hari)

    Populasi

    (105)

    Total Bakteri

    Gambar 5 Dinamika Populasi Total Bakteri Selama Waktu Inkubasi

    Faktor yang sangat mempengaruhi jumlah bakteri tersebut yaitu

    kandungan oksigen yang semakin berkurang didalam sampel sehingga

    pertumbuhan bakteri aerob akan menjadi terhambat dan akan mati. Populasi

    bakteri mempunyai nilai yang tertinggi diantara mikrob lainnya. Hal ini

    dikarenakan populasi ini mencakup semua jenis bakteri aerob yang ada didalam

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    33/47

    sludge. Nilai pH campuran sludge bubur kertas dengan tanah bekas tambang

    batubara tergolong netral-alkalin sehingga pada kisaran pH tersebut merupakan

    kondisi lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan bakteri (Situmorang &

    Sudadi, 2001).

    Analisis sludge bubur kertas yang dilakukan oleh Maulana (2005),

    menunjukkan bahwa sludge mengandung komponen yang diperlukan untuk

    pemupukan. Disamping mengandung unsur N, P dan C organik, sludge juga

    mengandung unsur-unsur Ca, Mg, K, Na, Cu, Mn, Zn, dan Fe. Sludge bubur

    kertas memiliki pH 8,87, KTK dan kandungan C-Organik tinggi (28,28 me/100g

    dan 4,38%), N-total tergolong sedang, tetapi ketersediaan P rendah, kelarutan

    sulfat berada pada kategori sedang, dan ketersediaan basa-basa yang tinggi (Tabel

    lampiran 2).

    4.2.2 Total Fungi

    Pola yang sama juga ditunjukkan oleh pertumbuhan fungi, yaitu terjadinya

    penurunan populasi fungi seiring dengan bertambahnya waktu inkubasi (Gambar

    6). Disamping dengan semakin berkurangnya jumlah oksigen didalam sampel,

    faktor pH juga sangat mempengaruhi pertumbuhan mikrob tersebut. Sampel yang

    digunakan dalam isolasi ini mempunyai nilai pH yang tergolong netral (Gambar

    10) sedangkan fungi dominan pada lingkungan dengan kondisi relatif masam (=

    5). Aerasi yang buruk akibat penggenangan akan sangat menekan pertumbuhan

    fungi dibandingkan pertumbuhan bakteri. Penelitian di Jepang juga menyebutkan

    bahwa bakteri dominan dalam tanah yang tergenang, sedangkan fungi lebih

    banyak pada lahan kering (Situmorang & Sudadi, 2001).

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    34/47

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 5 10 15

    Waktu Inkubasi (hari)

    Populasi(105)

    Total fungi

    Gambar 6 Dinamika Populasi Total Fungi Selama Waktu Inkubasi

    4.2.3 Mikrob Selulolitik

    Selulosa merupakan unsur pokok karbon yang terbanyak dari tanaman dan

    ketersediaannya yang melimpah di alam. Unsur-unsur yang terdapat pada selulosa

    yaitu terdiri dari C, H dan O dengan rumus molekul (C 6H10O5)n.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 5 10 15

    Waktu Inkubasi (hari)

    populasi(105)

    Mikrob Selulolitik

    Gambar 7 Dinamika Populasi Mikrob Selulolitik Selama Waktu Inkubasi

    Pada Gambar 7 terlihat selama waktu inkubasi jumlah mikrob pengurai

    selulosa semakin lama semakin menurun. Menurunnya populasi mikrob pengurai

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    35/47

    selulosa ini dikarenakan kondisi lingkungan yang reduktif. Kandungan oksigen

    pada kondisi reduktif semakin lama semakin rendah sedangkan didalam sludge

    terjadi persaingan kebutuhan oksigen antara mikrob sehingga populasi mikrob

    pengurai selulosa semakin berkurang. Beberapa jenis fungi yang sangat berperan

    penting dalam penguraian selulosa yaitu dari jenis Aspergilus, Chaetomium,

    Curvularia, Fusarium, Memnoniella, Phoma, Thielavia, Trichoderma, sedangkan

    kelompok bakteri yang dominan dalam penguraian selulosa yaitu Cytophaga dan

    Sporocytophaga (Alexander, 1977).

    Mikrob selulolitik berfungsi untuk menguraikan selulosa menjadi senyawa

    yang lebih sederhana sehingga meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam

    tanah dan dapat tersedia bagi tanaman. Selulosa merupakan unsur yang relatif

    lebih sulit untuk diuraikan dibandingkan xilan karena gugus polimernya yang

    panjang dibandingkan xilan.

    Sludge bubur kertas mempunyai kandungan C-organik yang tinggi

    (4,38%) (Maulana, 2005). Mikrob pendegradasi selulosa dapat memanfaatkan C-

    organik yang melimpah tersebut sebagai sumber karbon dalam metabolismenya

    dan mendukung pertumbuhan mikro tersebut.

    4.2.4 Mikrob Pendegradasi Xilan

    Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa jumlah mikrob pendegradasi xilan

    lebih sedikit dibandingkan dengan populasi mikrob selulolitik (Gambar 7). Hal ini

    dikarenakan xilan yang merupakan bagian dari hemiselulosa jumlahnya lebih

    sedikit daripada selulosa dan senyawa xilan lebih cepat diuraikan oleh sejumlah

    besar mikrob dibandingkan dengan selulosa. Rantai xilan terdiri dari -D-xilosa

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    36/47

    yang bersambungan secara 1,4 glikosidik. Rantai ini berasal dari rantai selulosa

    dengan mengganti gugus-gugus CH2-OH dengan atom H; tetapi derajat

    polimerisasinya jauh lebih rendah. Beberapa xilan mengandung arabinosa,

    glukosa, galaktosa, dan glukuronat (Schlegel dan Schmidt, 1994).

    0

    10

    20

    3040

    50

    60

    0 5 10 15

    Waktu Inkubasi (hari)

    popu

    lasi(10

    5

    )Mikrob Xilan

    Gambar 8 Populasi Mikrob Pendegradasi Xilan Selama Waktu Inkubasi

    4.2.5 Bakteri Pereduksi Sulfat

    Selama 15 hari inkubasi, dapat memberikan gambaran bahwa populasi

    bakteri pereduksi sulfat semakin tinggi jumlahnya seiring dengan semakin

    bertambahnya waktu inkubasi, seperti yang terlihat pada Gambar 9. Dengan

    semakin bertambahnya populasi bakteri pereduksi sulfat ini, maka sulfat yang

    terdapat dalam tanah bekas tambang batubara akan semakin berkurang.

    Faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri ini yaitu

    ketersediaan oksigen yang semakin berkurang karena suasana reduksi. Pada

    campuran tanah bekas tambang batubara dengan sludge ini juga menyediakan

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    37/47

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    38/47

    Penggenangan yang dilakukan pada sampel akan meningkatkan pH tanah masam

    dan menurunkan pH tanah alkali, sehingga pH tanah masam dan alkali akan

    bertemu pada pH antara 6 dan 7 setelah penggenangan (De Datta, 1981).

    Perubahan pH yang terjadi ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor,

    seperti perubahan besi ferri menjadi ferro dan sulfat menjadi sulfida. Reaksi kimia

    yang dilakukan oleh bakteri pereduksi sulfat selama waktu inkubasi dalam

    keadaan tergenang yaitu : 2CH3CHOHCOOH + SO42- ? 2CH3COOH + 2H2O +

    2CO2 + S2-. Pada reaksi kimia tersebut dapat dilihat bahwa terjadi reaksi reduksi

    sulfat menjadi sulfida sehingga pH sampel akan meningkat (Gambar 10).

    Penurunan kadar sulfat ini telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya yaitu dari

    381,19 ppm ke 288,54 ppm.

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    0 5 10 15

    Waktu Inkubasi (hari)

    KisaranpH

    TBTB + Sludge

    TBTB

    Gambar 10 Perubahan Nilai pH Selama Waktu Inkubasi

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    39/47

    Sejalan dengan semakin bertambahnya waktu inkubasi pada campuran

    tanah bekas tambang batubara dengan sludge bubur kertas yang digenangi selama

    15 hari, nilai Eh semakin menurun (Gambar 11). Penurunan nilai Eh ini didukung

    juga oleh kandungan bahan organik dalam sludge yang cukup tinggi yaitu sebesar

    28,28 me/100g (Maulana, 2005).

    Apabila mikrob aerobik telah menggunakan oksigen selama masa

    penggenangan, maka bakteri anaerob akan menjadi dominan. Respirasi mikrob

    secara anaerobik akan melibatkan serangkaian reaksi reduksi-oksidasi. Dalam

    reaksi tersebut bahan organik berfungsi sebagai pemberi elektron dan senyawa

    anorganik sebagai penerima elektron atau senyawa anorganik tereduksi. Makin

    tinggi tingkat reduksi, maka akan semakin padat elektron di larutan tanah dan

    potensi redoks (Eh) menurun. Penurunan potensial redoks lebih cepat di tanah

    yang mengandung bahan organik tinggi (Situmorang & Sudadi, 2001).

    -50

    0

    50

    100

    150

    200

    0 5 10 15

    Waktu Inkubasi (hari)

    KisaranEh(milivolt)

    TBTB

    TBTB + sludge

    Gambar 11 Perubahan Nilai Eh Selama Waktu Inkubasi

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    40/47

    Potensial redoks secara kualitatif mengukur kecenderungan untuk

    mengoksidasi atau mereduksi bahan-bahan yang rentan. Semakin tinggi

    kandungan bahan organik, maka akan semakin besar intensitas reduksinya. Salah

    satu sumber elektron berasal dari bahan organik.

    4.3.2 Kandungan Logam Berat

    Kandungan logam berat yang melebihi ambang batas dapat merusak

    lingkungan dan membahayakan kesehatan makhluk hidup. Sludge bubur kertas

    diduga mengandung logam-logam berat yang dapat mencemari lahan bekas

    tambang batubara, sehingga perlu dilakukan analisis logam berat. Logam-logam

    yang dijadikan sebagai parameter dalam analisa ini yaitu Cr6+, Cd, Pb, dan Hg.

    Pengukuran logam berat tersebut dilakukan pada tanah bekas tambang batubara

    dan campuran tanah bekas tambang batubara dengan sludge bubur kertas.

    Pengukuran logam berat untuk unsur krom berdasarkan atas ketersediaan unsur

    tersebut dalam larutan tanah, sedangkan untuk kadmium, timbal dan raksa diukur

    berdasarkan kandungan total dalam sampel. Pengukuran logam berat dilakukan

    dalam dua tahap yaitu pada hari ke-0 dan hari ke-15 inkubasi.

    Hasil analisa yang dilakukan Laboratorium Balai Besar Industri Agro

    (BBIA) disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel tersebut dapat dilihat adanya

    penurunan konsentrasi logam berat selama 15 hari waktu inkubasi baik pada tanah

    bekas tambang batubara maupun campuran tanah bekas tambang batubara dengan

    sludge bubur kertas. Konsentrasi logam berat pada campuran tanah bekas tambang

    batubara dengan sludge bubur kertas untuk krom mengalami penurunan sebesar

    0,630, kadmium sebesar 0,001, timbal sebesar 0,353 sedangkan unsur raksa

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    41/47

    pada hari ke-15 inkubasi tidak terdapat pada campuran sludge kertas dengan tanah

    bekas tambang batubara.

    Tabel 1 Kadar logam-logam berat dalam campuran sludge bubur kertas dengan

    tanah bekas tambang batubara pada hari ke-0 dan 15 inkubasi.

    Parameter Satuan

    Tanah

    (hari inkubasi)

    Tanah + Sludge

    (hari inkubasi)

    Ambang

    Batas

    (Bappenas,

    2006)

    0 15 0 15

    Krom (Cr6+)

    Kadmium (Cd)Timbal (Pb)

    Raksa (Hg)

    ppm

    ppmppm

    ppm

    0,870

    < 0,0040,360

    0,011

    0,430

    0,0030,015

    0,000

    0,770

    < 0,0040,360

    0,010

    0,140

    0,0030,007

    0,000

    0,50

    0,241,00

    0,20

    Ambang batas logam berat untuk tanah pertanian menurut Bappenas

    (2006), menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat yang terdapat didalam

    campuran tanah bekas tambang batubara dengan sludge bubur kertas berada

    dibawah ambang batas dan tidak bersifat racun sehingga campuran ini tidak

    dikategorikan sebagai limbah berbahaya dan beracun (B3).

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    42/47

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. KESIMPULAN

    Sludge kertas mengandung mikrob-mikrob fungsional seperti bakteri

    pereduksi sulfat, mikrob selulolitik, dan mikrob pendegradasi xilan. Populasi

    mikrob selulolitik dan mikrob pendegradasi xilan semakin menurun dengan

    bertambahnya waktu inkubasi dan sebaliknya dengan populasi bakteri pereduksi

    sulfat yang semakin meningkat dengan semakin bertambahnya waktu inkubasi.

    Campuran tanah bekas tambang batubara dengan sludge bubur kertas yang

    digenangi mengakibatkan naiknya nilai pH dan menurunnya nilai Eh. Sedangkan

    kandungan logam berat pada campuran tanah bekas tambang batubara dan sludge

    berada di bawah ambang batas sehingga campuran ini tidak dikategorikan sebagai

    limbah berbahaya dan beracun (B3).

    5.2. SARAN

    Perlu dilakukan uji lanjut untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang

    tumbuh pada sludge bubur kertas dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan

    mikrob pengkoloni sludge tersebut.

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    43/47

    DAFTAR PUSTAKA

    Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. 2nd ed. Wiley EasternLimited. New Delhi.

    Anas, I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Direktorat Jenderal Pendidikan

    Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknlologi. IPB. Bogor.

    Atlas, R.M. dan R. Barha. 1981. Microbial Ecology: Fundamental and

    Aplications. Addison-Wesley Publishing C. Inc., Philippines.

    Bappenas. 2006. Baku Mutu Logam Berat. www.bappenas.go.id.

    Clesceri, L., S. Arnold E. and G, Andrew D. Eaton. 1998. Standard Method for

    the Examination of Water and Watewater 20th edition. American Public

    Health Association. Washington DC.

    De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. InternationalRice Research Institute. Los Banos, Philippines. 618.P.

    Djajakirana, G. 2001. Kerusakan Tanah Sebagai Dampak Pembangunan

    Pertanian. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor.

    Freney, J. and J. Boonjawat. 1983. Sulfur Transformation In Wetland Soils. InSulfur In South East Asian and South Pasific Agriculture. Blair G. J. and Ti

    II A. R. (Ed) Indonesia.UNE.

    Fry, J.C. 1987. Functional Roles of Major Groups of Bacteria Associated With

    Detritus, In: D.J.W. Moriarty dan R.S.V. Pulin (Ed.) Detritus and MicrobialEcology In Aquaculture. ICLARM Conference Proceedings. International

    Center For Living Aquatic Resources Management, Manila.

    Halim, A. 2003. Pemanfaatan Limbah Padat Sludge Industri Kertas Untuk

    Pembuatan Kompos Sebagai Media Tanam Padi. Skripsi. Institut PertanianBogor. Bogor.

    Herbert, B.N. and P.D. Gilbert. 1984. Isolation and Growth of Sulfate ReducingBacteria. In : Microbiologycal Methodes of Environment Biotechnology.

    Academic Press, Orlando, Florida.

    Holt, J.G., N.R. Kriegh., P. H. A. Sneath and J.T. Stanlley. 1994. BergeysManual of Determinative Bacteriology, 9th Ed. Williams dan Wilkins,Baltimore.

    Horikoshi, K. 1996. Alkaliphiles : From an industrial point of view. FEMS.

    Microbial Rev 18 : 259 270.

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    44/47

    Kulkarni, N. A. Shendye. and M. Rao. 1999. Molecular and biotechnological

    aspects of xylanases. FEMS Microbial Rev 23 : 411 - 456.

    Labeda, D.P. 1990. Isolation of Biotechnological Organism From Nature.

    McGraw-Hill. USA.

    Lestariningsih, R. 2003. Reduksi Sulfat Menggunakan Bakteri CampuranAnaerob. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Liana, A. 2002. Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi Kertas Medium DiPT Indah Kiat Bubur kertas & Paper Serang Mill. Skripsi. Institut Pertanian

    Bogor. Bogor.

    LHermite, P. 1988. Sewage Sludge Treatment and Use Elsevier Applied Science.New York.

    Lindsay, W. L. 1979. Chemical Equilibria In Soils. Jhon Wiley and Sons.New York.

    Metcalf dan Eddy. 1991. Waste Water Engineering: Treatment Disposal. TataMc.Graw Hill Publishing Company, New Delhi.

    Nakamura, S., K. Wakayabashi, R. Nakai, R. Aono, dan K. Horikoshi. 1993.

    Purification and same properties of alkaline xylanase from alkaliphilicBacillus sp. Strain 41m1. Appl and Environment Microbial. 59 (7) : 2311 2316.

    Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Terjemahan.UI

    Press. Jakarta.

    Postgate, J.R. 1984. The Sulfate Reducing Bacteria. Cambridge University Press,

    Cambridge.

    Rahmanta, A. 2003. Isolasi Bakteri Termofil Penghasil Xilanase dan KarakterisasiXilanase Isolat RT3 dan TR18. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Rochani, S. dan D. Retno. 1997. Acid Main Drainage: General overview andstrategis to control impacts. Indonesian Mining J. 3 (2): 36 42.

    Schlegel, H.G. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta.

    Senior, D.J., Mayers P.R. and Saddier J. N. 1990. The interaction of xilanases

    with commercial pulps. Biotechnol Bioeng 37 : 274 279.

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    45/47

    Simarmata, T., R. Hindersah, M. Kalay, dan Sumadi. 2004. Pemanfaatan Limbah

    Abu Terbang (Fly Ash) Boiler Berbahan Bakar Gambut dan KomposLumpur (Sludge) Eks Ipal Proses Organik Dari Industri Pulp dan Kertas

    Ditinjau Dari Aspek Tanaman. Makalah. Jakarta.

    Situmorang, R. dan U. Sudadi. 2001. Tanah Sawah. Institut Pertanian Bogor.

    Bogor.

    Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. IPB.Bogor.

    Stanier, R., E. Adelberg. dan J. Ingkraham. 1984. Dunia Mikrob II. BhrataraKarya Aksara. Jakarta.

    Supriyanto, A. 1993. Pencegahan dan Penanggulangan Lingkungan Akibat

    Industri Farmasi. Training Pengendalian Pencemaran Proyek PengembanganSumberdaya Energi dan Pengendalian Pencemaran Industri, BekerjasamaDengan Akademik Kimia Analisis Bogor.

    Volk, W. A. dan M. F. Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Terjemahan.5th Ed. Adisoemarto. Erlanggga. Jakarta.

    Widyati, E., C. Kusmana, I. Anas, dan E. Santoso. 2005. Pemanfaatan Sludge

    Industri Kertas Sebagai Agen Pembenah Tanah Pada Lahan Bekas TambangBatubara. Dalam proses penerbitan Jurnal Litbang Hutan.

    Zinder, S. H and T. D. Brock. 1978. Microbial Transformation of Sulfur In The

    Environment. In : Sulfur In The Enviromental. Jhon Willey and Sons. NewYork.

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    46/47

    Lampiran 1 Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Bekas Tambang Batubara

    Parameter Satuan Nilai

    pH H2O 3.12

    KTK me/100g 6.51C-Org % 1.21

    N-total % 0.02

    P-bray 1 ppm 2.73

    Ca me/100g 7.21

    Mg me/100g 5.01

    Na me/100g 0.29

    K me/100g 0.15

    Fe ppm 314.98

    Zn ppm 55.8

    Cu ppm 8.75Mn ppm 152.95

    SO4 ppm 21000

    bobot isi g/cm3 1,71

    porositas 35,46

    air tersedia % 9,22

    Total fungi -

    Total bakteri 2 x 105

    Sumber : Maulana (2005)

    Lampiran 2 Sifat Kimia Limbah Industri Kertas

    Parameter Satuan

    Sludge Bubur

    Kertas

    pH H2O 8.87

    KTK me/100g 28.28

    C-Org % 4.38

    N-total % 0.40

    P-bray 1 ppm 9.90

    P-HCl 25% ppm 35.50

    Ca me/100g 48.10Mg me/100g 6.49

    Na me/100g 19.82

    K me/100g 9.85

    Fe ppm 0.64

    Zn ppm 0.60

    Cu ppm 0.08

    Mn ppm 0.56

    Pb ppm 3.60

    SO4 ppm 186.30

    Sumber : Maulana (2005)

  • 7/31/2019 Dinamika Populasi Mikrob Dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Sludge Selama Proses Bioremediasi

    47/47

    Lampiran 3 Media Pertumbuhan Mikrob Selulolitik

    Media Komposisi (/L)

    KH2PO4 1 gramK2SO4. 7H2O 0,5 gram

    NaCl 0,5 gramFeSO4 0,01 gramMnSO4 0,01 gram

    (NH4)NO3 1 gramAir 800 ml

    Agar Bacto 20 gramLarutan Tepung Selulosa 10 gram/ 200 ml

    Sumber : Anas, 1989

    Lampiran 4 Media Pertumbuhan Mikrob Pendegradasi XilanMedia Komposisi ( % b/v )

    Polypepton 0.5Yeast extract 0.1K2HPO4 0.12

    MgSO4 0.02Oat spelt xylan 0.05

    Sumber : Nakamura, 1993

    Lampiran 5 Media Pertumbuhan Bakteri Pereduksi Sulfat

    Media Komposisi (/L)

    Triptic soy 40 gramAgar 5 gramSodium laktat 2.4 ml

    MgSO4 2 gramFe(NH4)SO4 2 gram

    NH4Cl 0.2 gramKH2PO4 0.5 gramAsam askorbat 0.1 gram

    Sumber : Clesceri, 1998