olah sampah dengan bioremediasi

24
PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dan industri pada masa ini yang sangat pesat membawa dampak baik positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, namun juga terdapat dampak negatif yaitu menurunkan kualitas hidup manusia dan dapat menyebabkan ketidakserasian dan keseimbangan lingkungan. Dampak negatif disebabkan oleh meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan, baik yang terjadi di udara, tanah ataupun air. Jenis pencemar yang berasal dari senyawa kimia, ada yang bersifat relatif resisten (tahan) terhadap degradasi secara fisik atau metabolik, yang disebut senyawa kimia yang persisten. Salah satu senyawa yang persisten ini adalah dioksin yang dikeluarkan sebagai hasil samping industri, pembakaran, atau sumber lainnya. Sumber dioksin tidak saja terjadi dari industri, tetapi dapat terjadi melalui pembakaran bahan yang mengandung klor, seperti dari limbah organik, kertas, dan plastik yang berjenis PVC (Polivynil Chloride). Sifat persisten, akumulasi dan beracun dari dioksin menyebabkan pencemaran dioksin dapat memberikan dampak besar untuk jangka panjang maupun jangka pendek terhadap lingkungan, biodiversitas, dan kesehatan manusia. Terhadap kesehatan, untuk jangka panjang dioksin akan menyebabkan kanker, gangguan pada sistem reproduksi dan cacat lahir; sedangkan jangka pendek akan menyebabkan kerusakan hati, kehilangan berat badan ataupun penurunan sistem kekebalan tubuh (Matsusshita, 2003; NIEHS, dalam Lina warlina 2001). Terhadap biodiversitas, melalui proses biomagnifikasi, dioksin dapat mengakibatkan Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 1

Upload: anax-mitalika

Post on 13-Aug-2015

68 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

teknik pengolahan sampah

TRANSCRIPT

Page 1: Olah Sampah dengan Bioremediasi

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dan industri pada masa ini yang sangat pesat membawa

dampak baik positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah dapat meningkatkan

kesejahteraan hidup manusia, namun juga terdapat dampak negatif yaitu menurunkan kualitas

hidup manusia dan dapat menyebabkan ketidakserasian dan keseimbangan lingkungan.

Dampak negatif disebabkan oleh meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan, baik

yang terjadi di udara, tanah ataupun air. Jenis pencemar yang berasal dari senyawa kimia, ada

yang bersifat relatif resisten (tahan) terhadap degradasi secara fisik atau metabolik, yang

disebut senyawa kimia yang persisten. Salah satu senyawa yang persisten ini adalah dioksin

yang dikeluarkan sebagai hasil samping industri, pembakaran, atau sumber lainnya. Sumber

dioksin tidak saja terjadi dari industri, tetapi dapat terjadi melalui pembakaran bahan yang

mengandung klor, seperti dari limbah organik, kertas, dan plastik yang berjenis PVC

(Polivynil Chloride).

Sifat persisten, akumulasi dan beracun dari dioksin menyebabkan pencemaran dioksin

dapat memberikan dampak besar untuk jangka panjang maupun jangka pendek terhadap

lingkungan, biodiversitas, dan kesehatan manusia. Terhadap kesehatan, untuk jangka panjang

dioksin akan menyebabkan kanker, gangguan pada sistem reproduksi dan cacat lahir;

sedangkan jangka pendek akan menyebabkan kerusakan hati, kehilangan berat badan ataupun

penurunan sistem kekebalan tubuh (Matsusshita, 2003; NIEHS, dalam Lina warlina 2001).

Terhadap biodiversitas, melalui proses biomagnifikasi, dioksin dapat mengakibatkan

punahnya spesies terutama pada spesies konsumen tingkat tinggi dalam rantai makanan.

Bahaya pencemaran dioksin dapat berdampak di Indonesia, seiring dengan semakin

pesatnya teknologi dan industri yang menghasilkan produk serta limbah yang menghasilkan

dioksin. Jumlah penduduk indonesia yang besar dapat pula menimbulkan masalah

pencemaran dioksin dengan menghasilkan dan membakar limbah rumah tangga yang

mengandung klor.

Dampak yang besar dari pencemaran dioksin terhadap lingkungan, biodiversitas, dan

kesehatan manusia yang berpotensi pula terjadi di Indonesia, membuat kita perlu memberikan

perhatian, mengkaji, dan menjawab permasalahan tentang bahaya dioksin. Sehingga makalah

ini dibuat sebagai bentuk rasa peduli dan kontribusi dalam ikut serta menyelesaikan masalah

pencemaran dioksin.

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 1

Page 2: Olah Sampah dengan Bioremediasi

HASIL STUDI PUSTAKA

Dioksin merupakan sebutan umum untuk senyawa kimia produk samping dari industri

yang menggunakan bahan baku klorin. Nama lain dari dioksin adalah poliklorinasi

dibenzodioksin (PCDD). Saat ini telah ditemukan sekitar 75 jenis klorinasi dioksin. Dioksin

yang paling berbahaya dan banyak dipelajari adalah 2,3,7,8 tetrakloro dibenzo p-dioxin atau

dikenal dengan TCDD. TCCD merupakan senyawa yang tidak berbau, dalam bentuk murni

berupa kristal atau padatan tak berwarna. Pada umumnya orang di negara-negara industri

berpotensi untuk terkontaminasi dioksin. Senyawa ini terakumulasi dalam tubuh dan

membentuk total toksisitas dioksin dengan konsentrasi yang lebih tinggi menempel ke tanah,

kayu atau permukaan lain yang merupakan bahan organik seperti pada dedaunan. Di udara

dan perairan, senyawa ini ditemukan dalam bentuk uap air atau dalam bentuk zat terlarut

tergantung pada jumlah materi, temperatur dan faktor-faktor lain yang ada di lingkungan.

Sumber Dioksin

Dari seluruh sumber dioksin, 95% berasal dari proses pembakaran. Pembakaran

sampah dan limbah rumah sakit adalah sumber terbesar yang dapat diidentifikasi. Dioksin

merupakan hasil samping dari industri. Beberapa industri diantaranya adalah industri

pestisida, industri kertas, dan pulp yang menggunakan klorin sebagai pemutih, demikian juga

pabrik plastik polivinil chloride (PVC) yang melibatkan klorin dalam proses industrinya.

PVC ini sering digunakan dalam kemasan dan menjadi bahan baku berbagai produk yang ada

di rumah seperti sepatu, sandal, film, kulit imitasi, pipa air, bahan isolasi kabel, karpet,

pelapis tekstil, kertas, maupun logam, bahan tenunan, dan sarung tangan. Secara umum dapat

dikatakan bahwa setiap produk senyawa kimia organikyang mengandung klor adalah sumber

dioksin.

Sumber lainnya adalah dari perairan, yang berasal dari pembuangan limbah industri.

Dalam hal ini dioksin akan masuk ke rantai makanan. Akumulasi dioksin pada makhluk

hidup menyebabkan konsentrasinya akan meningkat, akibatnya manusia yang berada pada

puncak rantai makanan, akan mengkonsumsi diksin dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Hal

ini sangat berbahaya pada bayi yang meminum air susu ibunya karena konsentrasinya akan

sangat tinggi bila dibandingkan dengan berat badannya yang kecil.

Selain itu, alam juga turut menumbang dioksin. Sumbernya berasal dari kebakaran

hutan maupun aktivitas gnung berapi. Dalam tingkatan yang rendah, dioksin juga bisa

ditemukan di semua lingkungan (udara, tanah, dan air).

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 2

Page 3: Olah Sampah dengan Bioremediasi

Pengaruh Dioksin terhadap Kesehatan

Dioksin masuk ke dalam tubuh melalui selaput sel, kemudian bersatu dengan protein

dasar reseptor dan ikut masuk ke dalam inti sel. Di sini ia berinteraksi dengan DNA dan

menyerang gen yang mengkontrol banyak reaksi biokimia seperti sintesis dan metabolisme

hormon, enzim, maupun faktor pertumbuhan, sehingga dapat berdampak pada kelainan janin

sampai kanker.

Gambar 1. Dampak toksisitas dioksin pada hewan

Beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan oleh paparan dioksin antara lain :

Chloracne

Pada tahun 1957 chloracne dikenal sebagai akibat dari tereksposnya seseorang oleh

klorofenol. Chloracne ditandai oleh adanya letusan kulit, bisul, dan menyebabkan rasa sakit

pada seluruh tubuh. Kasus ini telah menjadi kasus pencemaran dioksin yang serius selama

beberapa tahun.

Beberapa jenis kanker

Pada tahun 1997 Badan Internasional untuk peneitian kanker telah menetapkan bahwa

TCCD sangat berpotensi sebagai penyebab timbulnya kanker pada manusia dan hewan.

Pekerja pada industri kimia yang banyak terekspos TCCD menunjukan resiko kanker sampai

lima kali lipat dibanding pekerja lain yang sedikit terekspos TCCD.

Gangguan jantung

Efek TCCD terhadap cardiovascular telah dipelajari pada beberapa spesies binatang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa TCCD dapat mengubah fungsi morfologi jantung.

Laporan yang didapatkan dari penelitian Pesatori (dalam Juniarti, 1998) menunjukan bahwa

pengaruhnya mencakup gangguan fungsional, gangguan preatherosclerosis di aorta,

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 3

Page 4: Olah Sampah dengan Bioremediasi

degenerasi myocardial, dilatasi ventricular, dan hypertrophy myocardial. Data eksperimental

menunjukan bahwa TCCD menyebabkan meningkatnya serum trigliserida dan kolesterol

yang dikenal sebagai faktor pemicu penyakit jantung.

Diabetes mellitus

Penelitian yang dilakukan Pesatori (dalam Juniarti, 1998) lima belas tahun setelah

ledakan pabrik kimia dan derivatnya di Seveso, Italia menunjukan tingginya kasus kematian

akibat diabetes mellitus pada wanita di semua zona yang diteliti, sedangkan kasus pada lelaki

juga terjadi pada hamper semua zona. Steenland (dalam Juniarti, 2001) menemukan pengaruh

TCCD terhadap transport glukosa dan meningkatnya kasus kematian akibat glukosa serum

pada manusia yang terpapar dioksin. Dari tujuh orang yang diteliti, subjek dengan konsentrasi

di atas 15 ppt (part per trillion) mempunyai plasma insulin yang tinggi dibandingkan yang

konsentrasi dioksinnya di bawah 15 ppt. tingginya kadar insulin pada glukosa yang normal

ini dapat mengakibatkan melemahnya toleransi glukosa dan beresiko terhadap timbulnya

diabetes.

Aberasi gigi

Dioksin sangat mempengaruhi pertumbuhan gigi anak-aanak yang masih dlam

pertumbuhan. Alaluusa et al., (dalam Juniarti, 2004) telah melakukan penelitian terhadap

orang-orang yang terpapar semasa masih ank-anak pada peristiwa seveso italy. Mereka

manguji gigi dan oral aberasi dari 48 orang yang direkrut dari daerah yang terkontaminasi

(zona A dan B). 93% (25 dari 27 orang) dari mereka mengalami kerusakan email gigi setelah

kurang dari lima tahun setelah insiden terjadi.

Penurunan produksi hormon tostesteron

Penelitian oleh Faqi et al, (dalam Juniarti, 1998) memperlihatkan bahwa laki-laki

yang terpapar dioksin akan mengalami penurunan produksi sperma.

Endometriosis

Endometriosis menggambarkan adanya stroma atau kelenjar endometrium pada lokasi

abnormal di luar uterus. Hasil penelitian Maryani et al, (dalam Juniarti, 1997) menemukan

bahwa 18% (8 dari 44 orang) wanita mandul yang menderita endometriosis memiliki

kandungan dioksin pada darah mereka, sedangka pada wanita mandul tanpa endometriosis

didapat angka 3% (1 dari 35 orang). Ada beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan

pertumbuhan endometriosis setelah terpapar dioksin, diantaranya, dioksin berpengaruh buruk

terhadap sistem imun yang bertentangan dengan produksi sitokin dan mengubah komposisi

cairan peritonial yang mendorong angiogenesis. Penjelasan lainnya adalah adanya perubahan-

perubahan pada se atau predisposisi genetik yang bisa mempengaruhi individu untuk

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 4

Page 5: Olah Sampah dengan Bioremediasi

memodulasi immunologi. Hal ini menyebabkan terjadinya infiltrasi dan adhesi pada sel-sel

endometrial dalam selaput rongga perut bagian dalam. Faktor-faktor iini bersinergi untuk

mempengaruhi pertumbuhan dan memperburuk endometriosis.

Penurunan sistem imun

Hasil penelitian di Jerman pada insiden autoclave triklorofenol pada tahun 1953

menunjukan bahwa ada hubungan positif antara paparan TCCD, konsentrasi IgA, IgG dan

penurunan limfosit. Penurunan jumlah limfosit juga ditemukan ada pekerja yang terapar

TCCD. Hal tersebut dapat megakibatkan panurunan sistem pertahanan tubuh mereka.

Pengaruh Dioksin terhadap Lingkungan

Dioksin merupakan bahan kimia yag sangat stabil dan tahan terhadap proses

perusakan alamiah selama bertahun-tahun. Di dalam air, dioksin membentuk sedimen dan

masuk kembali ke perairan ketika sedimen diganggu. Dioksin juga terbang di udara terhirup

oleh makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Kemudian dioksin jatuh ke tanah dan bisa

mencemari proses yang ada di lingkungan tersebut seperti tempat penggembalaan ternak dan

terkonsentrasi di dalam daging dan susu ternak. Partikel diokin dapat juga jatuh secara

langsung ke dalam sungai dan perairan lain.

Pengaruh Dioksin terhadap Biodiversitas

Dioksin merupakan senyawa yang persisten (tidak mudah terurai) yang dapat

menimbulkan peristiwa biomagnifikasi. Biomagnifikasi dikatakan terjadi bila dijumpai

adanya peningkatan konsentrasi dioksin melalui sedikitnya dua tingkatan trofik dalam rantai

makanan. Suatu kasus biomagnifikasi dioksin adalah pada peristiwapemakaian aget orange

yang merupakan senyawa organo klorin yang mengandung dioksin pada perang Vietnam.

Herbisida ini dipakai oleh tentara Amerika serikat untuk merontokan daun di hutan-hutan

Vietnam sehingga tidak bisa digunakan untuk persembunyian tentara Vietkong. Penggunaan

herbisida ini menimbulkan dampak yang sangat buruk terhadap kesehatan dan lingkungan

hidup. Dampak dioksin dari Agent Orage ini baru terdeteksi beberapa tahun kemudian.

Dioksin mencemari tanah, dan sungai-sungai dn melalui rantai makanan, masuk ke

dalam tubuh ikan, yang merupakan makanan manusia serta hewan karnivor yang memakan

ikan. Melalui rantai makanan, dioksin akan mengalami biotransfer dari lingkungan perairan

ke ikan yang hidup di air tersebut. Proses ini disebut bio konsentrasi, dioksin akan semakin

terakumulasi dalam tubuh ikan dan ketika ikan-ikan ini dimakan oleh hewan pemakan ikan

yang merupakan konsumen yang tingkat trofiknya lebih tinggi dari ikan maka dioksin akan

semakin terakumulasi dalam hewan pemakan ikan. Semakin tinggi tingkatan trofik maka

akan semakin tinggi konsentrasi dioksin dalam tubuh hewan. Kadar yang semakin tinggi ini

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 5

Page 6: Olah Sampah dengan Bioremediasi

akan berbahaya bagi hewan dan dapat menyebabkan kematian yang pada akhirnya dapat

menimbulkan kepunahan spesies. Kepunahan spesies menyebabkan penurunan biodiversitas

hewan.

Potensi Pencemaran Dioksin di Indonesia

Sehubungan dengan POPs (Persistent Organic Pollutans), sebenarnya Indonesia telah

mempunyai PP No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)

serta PP No. 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3. PP No. 74 tahun 2001 memuat

daftar B3 yang dipergunakan dan daftar B3 yang dilarang dipergunakan. Berdasarkan daftar

ini, bahan kimia POPs yang dilarang adalah aldrin, chlordane, DDT, dieldrin, endrin,

heptachlor, mirex, toxaphene, hexachlorobenzene serta PCBs tetapi dioksin belum termasuk

yang dilarang penggunaanya. Sedangkan dalam PP No. 18 tahun 1999, pada pasal 34

mengenai pengolahan limbah B3, disebutkan bahwa pada pengolahan secara thermal dengan

insenerator, maka efisiensi penghilangan dioksin harus mencapai 99,999%. Selain kedua

kebijakan tersebut, secara makro, kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan industri dan

emisi ke udara yaitu UU No. 5 tahun 1985 tentang perindustrian, KepMen LH No. 13 tahun

1995 tentang baku mutu sumber tak bergerak dan PP No. 41 tahun 1999 tentang

pengendalian pencemaran udara.

Kemudian UU No. 19 tahun 2009 tentang pengesahan Stockholm convention on

persistent organic pollutants (konvensi Stockholm tentang bahan pencemar organik yang

persisten). Dalam undang-undang ini dilampirkan : 1) Lampiran A berisi daftar sembilan

bahan POPs yang dih entikan dan ketentuan khusus mengenai penghentian penggunaan

polychlorinated biphenyls (PCBs); 2) Lampiran B berisi pembatasan penggunaan dichloro-

diphenyltrichloroethane (DDT); 3) Lampiran C berisi pengurangan atau penghentian bahan

POPs yang diproduksi tak-disengaja (PCCD/PCDF, HCB, PCB); 4) Lampiran D berisi

Persyaratan Informasi dan Penyeleksian Kriteria; 5) Lampiran E berisi Persyaratan Informasi

Profil Risiko; 6) Lampiran F berisi Informasi Mengenai Pertimbangan Sosial-Ekonomi.

Tetapi, pada kebijakan-kebijakan tersebut juga belum tercantum parameter untuk

dioksin. Di Indonesia, berdasarkan hasil inventarisasi Suminar (2003), estimasi total emisi

dioksin pada tahun 2000 diperkirakan mencapai 21.126 g TEQ (Toxic Equivalent), yang

sumber pencemarannya berasal dari pembangkitan tenaga dan pemanasan (66%), industri

pulp dan kertas (21%), pembakaran tak terkendali (7,7%), industri logam besi dan non besi

(4,5%) dan sisanya merupakan hasil pembakaran dari industri mineral, transportasi dan

tempat pembuangan sampah; dan sebesar 71,4% terbuang ke udara, dimana udara merupakan

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 6

Page 7: Olah Sampah dengan Bioremediasi

faktor yang penting dalam kehidupan. Jumlah ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan

negara-negara lain, seperti pada Tabel 1.

Sumber: Diolah dari The Chorine Chemistry Council (2002), Rodan (2002), Jerman (2003), CWS (1999), Jin et al. (2004), The People’s Republic of China (2007) (dalam Warlina, 2008)

Dalam kurun waktu 7–8 tahun, AS berhasil menurunkan emisi dioksin secara drastis.

Penurunan yang subtansial ini disebabkan keberhasilan pemerintah AS untuk menetapkan

peraturan yang ketat tentang penggunaan insenerator pada industri yang berpotensi

mengeluarkan dioksin. Selain peraturan yang ketat, monitoring dan pengawasan dilakukan

juga secara terus menerus (The Chlorine Chemistry Council, dalam ina Warlina 2002).

Pembaharuan teknologi juga dilakukan untuk menekan emisi dioksin. Di Jepang, dioksin

merupakan salah satu zat pencemar berbahaya (Hazardous Air Pollutants) yang

penanganannya diutamakan. Pada tahun 1999 pemerintah Jepang telah menetapkan langkah

khusus penanganan jenis dioksin untuk mencegah dan mengatur pembuangan pencemaran

lingkungan oleh senyawa ini. Peraturan ini menetapkan dasar penilaian dan standar-standar

(lingkungan, pembuangan), regulasi dan langkah operasi (Imamura, dalam Lina Warlina,

2003). Emisi dioksin di Indonesia, bila dihitung paparan per orang per hari, maka telah

mencapai 4.686 pgTEQ.

Hasil penelitian Universitas Kiel dan Environmental Protection Agency (EPA)

menunjukkan bahwa secara normal tubuh manusia dewasa dapat menerima dioksin sebanyak

1-10 pg/kg berat badan/hari tanpa membahayakan kesehatan (EPA, dalam warlina, 2003).

Sehingga paparan pada tiap manusia telah sangat membahayakan kesehatan. Di lain pihak,

Indonesia masih belum mempunyai perangkat kebijakan untuk pengendalian emisi dioksin.

Bila dikaji dari sumbernya, maka sumber dioksin yang dapat dikendalikan berasal dari

industri, yaitu sebagai hasil samping dari produk yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu, salah

satu cara pengendalian dioksin yaitu menerapkan kebijakan pada industri. Salah satu kendala

pada penelitian dioksin antara lain diperlukan biaya analisa yang mahal karena tingkat

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 7

Page 8: Olah Sampah dengan Bioremediasi

konsentrasi untuk dioksin yang sangat rendah sehingga membutuhkan alat yang sangat

sensitif. Berdasarkan data pada tabel 1. Maka Indonesia sangat berpotensi mengalami

pencemaran dioksin karena jumlah emisi dioksin yang cukup tinggi dibandingkan negara-

negara lain.

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 8

Page 9: Olah Sampah dengan Bioremediasi

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil studi pustaka, dioksin memiliki dampak berbahaya terhadap

lingkungan, biodiversitas, dan kesehatan manusia. Dioksin yang merupakan senyawa

persisten dapat terakumulasi dan bertahan lama di tanah, air, dan udara yang menyebabkan

pencemaran serta mengganggu proses kehidupan yang ada. Sifat persisten dioksin juga dapat

menyebabkan bioakumulasi dan biomagnifiasi pada hewan melalui rantai makanan. Semakin

tinggi tingkat trofik suatu hewan maka akan semakin meningkat konsentrasi dioksin dalam

tubuh hewan tersebut. Dioksin dapat mempengaruhi kesehatan manusia, diantaranya

menyebabkan berbagai jenis kanker, penurunan imunitas, penurunan produksi hormon

testosteron, menimbulkan penyakit endometriosis, chloracne, dan aberasi gigi. Penanganan

emisi dioksin yang tinggi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemanfaatan organisme

transgenik untuk bioremediasi senyawa dioksin dan pembuatan kebijakan pemerintah untuk

membatasi emisi dioksin industri.

Pemanfaatan Organisme Transgenik untuk Bioremediasi Senyawa Dioksin

Sejak terjadinya kasus penggunaan herbisida Agent Orange untuk merontokkan

dedaunan hutan pada perang Vietnam (1960-1970) yang mengakibatkan puluhan ribu tentara

AS mengidap berbagai kelainan, dioksin dikenal sebagai senyawa yang sangat beracun dan

penyebab pencemaran lingkungan yang sangat berbahaya. Hal ini dikarenakan, di samping

toksik, senyawa ini sangat stabil (tahan terhadap proses perusakan secara alamiah selama

berpuluh-puluh tahun) dan bersifat bioakumulatif (terakumulasi secara biologi melalui rantai

makanan). Dalam jumlah sedikit saja dioksin ini bisa menimbulkan berbagai efek negatif

seperti gangguan pada sistem reproduksi, sistem kekebalan, dan gangguan hormonal.

Sementara dalam jumlah besar ia bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Karena

sifatnya yang berbahaya ini, berbagai upaya tengah dilakukan untuk mencegah atau

meminimalisir terjadinya kontaminasi dioksin. 

Tahun 2010 terdapat berita bahwa Prof. K. Inoue dkk dari Kyoto University Jepang

mengumumkan sebuah cara baru menguraikan dioksin, yakni dengan menggunakan enzim

hasil penemuannya. Enzim buatan ini diperoleh dengan cara mengubah struktur gen pada

enzim pengurai obat yang dimiliki oleh semua binatang mamalia. (beritaiptek.com, diakses

24 november 2012) 

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 9

Page 10: Olah Sampah dengan Bioremediasi

Pada dasarnya hewan mamalia memiliki sekumpulan enzim yang disebut cytocrom P-

450, yang bekerja menguraikan zat kimia di dalam tubuh sehingga menjadi tidak beracun.

Kumpulan enzim ini dapat juga menguraikan jenis dioksin yang tingkat toksisitasnya rendah,

namun tidak sanggup menguraikan jenis dioksin dengan tingkat toksisitas sangat tinggi

seperti 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD). Prof. Inoue dkk membuat enzim buatan

pengurai dioksin jenis ini dengan cara mengambil satu jenis enzim dalam cytocrom P450 dari

tikus. Dengan metoda transgenik, gen yang mengkode enzim ini diubah agar bisa membentuk

molekul enzim dimana bagian yang berfungsi mengikat zat kimia yang ingin diurai menjadi

lebih panjang, kemudian gen ini ditransfer ke ragi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa

enzim buatan ini dapat menguraikan 1 molekul 2,3,7,8-TCDD perjam, yang berarti kecepatan

mengurainya 10-100 kali lebih tinggi dari enzim yang ada pada tubuh manusia.

Penelitian ini masih dalam tahap awal. Namun, jika dilakukan penelitian

pengembangan lebih lanjut terhadap enzim buatan ini maka kemungkinan besar dapat

diaplikasikan secara luas sebagai bioremediasi untuk menguraikan dioksin dalam bahan

makanan, tanah, udara, dan air.

Kebijakan Pemerintah untuk Mengurangi Emisi Dioksin 

Kebijakan yang harus diterapkan yaitu kebijakan untuk pengendalian atau

pengurangan emisi dioksin. Dampak emisi dioksin terhadap mahluk hidup sifatnya tidak

langsung terlihat atau dapat dirasakan, butuh waktu untuk melihat dampak yang diakibatkan

emisi tersebut, sehingga banyak orang mengabaikannya. Karena sifatnya yang persisten dan

akumulatif, maka emisi ini harus mendapat perhatian serius, karena menyangkut generasi

yang akan datang pula. Masyarakat harus mengetahui akan bahaya dioksin.

Kebijakan pengendalian dioksin masih belum diperhatikan. Pemerintah sudah harus

menyadari dan mulai mengendalikan emisi diokin tersebut tersebut sehingga tidak

membahayakan lingkungan. Walaupun Indonesia telah menandatangani Konvensi Stockholm

tentang POPs, tetapi Indonesia masih belum mempunyai perangkat kebijakan yang khusus

mengatur pengendalian dioksin tersebut. Selain itu, pemahaman tentang dioksin di kalangan

masyarakat maupun aparat pemerintah belum dikenal secara jelas. Hal ini berimplikasi bahwa

pencemaran atau emisi dioksin belum dikenal oleh masyarakat luas serta belum ada

komitmen dari pemerintah dan institusi untuk pengendalian emisi dioksin. Di lain pihak emisi

dioksin telah cukup tinggi. Kebijakan makro yang sebaiknya dilakukan khususnya untuk

pengendalian dioksin adalah memasukkan parameter dioksin ke dalam PP No. 41 tahun 1999

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 10

Page 11: Olah Sampah dengan Bioremediasi

tentang pengendalian pencemaran udara, bahwa emisi dioksin merupakan emisi yang harus

diperhatikan dengan mencantumkan nilai baku mutu ambien nasional. KLH diharapkan dapat

membuat kebijakan secara nasional, agar emisi dioksin juga menjadi perhatian. Emisi dioksin

dapat pula ditambahkan pada PP No. 74 tahun 2001 tentang penggelolaan B3. Dalam PP

tersebut, penggunaan organoklorin POPs dan PCB telah dilarang, tetapi senyawa dioksin

belum tercantum. Walaupun dioksin merupakan derivat pestisida yang peraturannya telah

tercantum dalam peraturan B3, tetapi parameter dioksin harus dicantumkan secara jelas untuk

dilarang. Hal ini dikarenakan, sumber dioksin tidak saja dari pestisida, tetapi dari bermacam-

macam sumber. Selain PP No. 74 tahun 2001, parameter dioksin juga dapat ditambahkan

dalam peraturan mengenai baku mutu emisi sumber tak bergerak yang tertuang dalam

KepMen LH No. 13 tahun 1995, khususnya untuk industri-industri yang berpotensi

mengeluarkan emisi dioksin, misalnya industri kertas, industri besi/baja, industri semen,

industri kimia dan insenerator.

Kebijakan lainnya yaitu pemerintah atau KLH juga dapat membuat kampanye publik

untuk menyadarkan masyarakat akan dampak emisi dioksin tersebut terutama terhadap

kesehatan, sehingga masyarakat menjadi peduli. Masyarakat dapat berperan serta dalam

mengontrol industriindustri yang mengeluarkan emisi dioksin.

Hal-hal yang juga harus diperhatikan dalam kebijakan yaitu besarnya emisi yang

harus dikurangi, industri-industri yang mengeluarkan emisi serta peranan Pemerintah Daerah

(Pemda) dalam hal pengawasan dan kontrol. Pengurangan emisi dapat dilakukan antara lain

dengan introduksi teknologi, dalam hal ini peranan Pemda sangat dibutuhkan untuk

memonitor teknologi yang digunakan. Pemda sebaiknya lebih memperhatikan industri-

industri yang berpotensi mengeluarkan emisi dioksin, ada kebijakan untuk memonitor dan

mengontrol emisi tersebut yang dilakukan secara berkala. Selain itu, ada kewajiban dimana

industri harus melaporkan emisi yang dilepaskannya. Bapedal dan Pemda dapat menyarankan

teknologi terbaik yang harus digunakan (Best Availabel Technology, BAT) untuk industri

tersebut. Dalam hal ini, adanya koordinasi antara Pemda, Bapedalda dan industri merupakan

hal yang sangat penting. Menurut Konvensi Stokhlom, emisi dioksin merupakan emisi yang

harus dieliminasi, sehingga berdasarkan sumbernya (dalam penelitian ini adalah industri),

maka dapat dilakukan pengendalian/monitor terhadap industri tersebut. Pemerintah harus

membuat peraturan-peraturan yang ketat untuk pengendalian emisi yang dikeluarkan industri,

sehingga dapat digunakan instrumen Command and Control (CAC). Salah satu masalah yang

timbul pada pengendalian pencemaran yaitu penentu kebijakan sulit untuk menentukan

tingkat pencemaran tersebut. Pemerintah tidak terlalu berkepentingan untuk menentukan

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 11

Page 12: Olah Sampah dengan Bioremediasi

fungsi produksi dan fungsi biaya industri. Di lain pihak, bila menyerahkan pengendalian

kepada industri saja tidak akan menjamin tercapainya efisiensi tersebut.

Oleh sebab itu, pengendalian pencemaran melalui instrumen lain perlu dilakukan,

yaitu dengan Instrument Ekonomi (IE), misalnya penggunaan pajak dan denda. Kebijakan-

kebijakan yang diambil akan berimplikasi terhadap faktor ekonomi, lingkungan, sosial dan

pemerintah/institusi. Adanya peningkatan produksi, secara tidak langsung akan berimplikasi

terhadap peningkatkan kesejahteraan rakyat dan PDRB. Peningkatan produksi akan

memberikan keuntungan industri, yang diharapkan dan secara langsung akan meningkatkan

pendapatan masyarakat, karena sebagian besar masyarakat bekerja sebagai pegawai pada

industri tersebut. Pengendalian emisi dioksin dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen ekonomi yaitu pajak dan denda. Dana yang masuk yang berasal dari pajak ataupun

denda dapat dikelola dalam suatu wadah yang penggunaannya dikembalikan untuk perbaikan

lingkungan. Masyarakat diinformasikan bahwa perbaikan lingkungan berasal dari pajak emisi

dan denda. Hal ini dapat berimplikasi untuk pembelajaran masyarakat agar peduli akan

lingkungan dan sebagai kontrol sosial terhadap industriindustri tersebut. Sebaliknya, bila

industri tersebut berhasil mengurangi emisi dan memperbaiki lingkungan, maka pemerintah

sebaiknya juga memberikan insentif terhadap industri tersebut.

Adanya kebijakan dan aturan-aturan pengendalian dioksin diharapkan akan

berimplikasi terhadap masyarakat. Kebijakan atau aturan-aturan tersebut akan mengubah sifat

(behaviour) serta pemahaman masyarakat terhadap lingkungan pada umumnya dan dioksin

pada khususnya. Tahap awal pengendalian dioksin yaitu memberikan informasi kepada

masyarakat dan kalangan industri mengenai dioksin serta dampaknya terhadap kesehatan

mahluk hidup. Emisi ini bersifat kumulatif, sehingga bila tidak dikendalikan, tidak saja

generasi kini, tapi akan menggangu kesehatan generasi yang akan datang. Dengan informasi

mengenai sumber-sumber pencemaran dioksin, maka diharapkan masyarakat dapat

memahami emisi dioksin, misalnya dengan tidak banyak menggunakan plastik dan tidak

melakukan pembakaran sampah di udara terbuka. Informasi ini dapat diberikan melalui

media-media massa (kampanye publik) oleh kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama

dengan Departemen Kesehatan (menyangkut kesehatan masyarakat) dan Departemen

Perindustrian (menyangkut industri-industri yang mengeluarkan emisi).

Pada pembuatan kebijakan untuk pengendalian dioksin ini, sebaiknya unsur

masyarakat dilibatkan, terutama dalam penentuan insentif dan disinsentif yang diberlakukan

terhadap industri. Hal ini dilakukan agar masyarakat bertindak sebagai sarana kontrol sosial

yang efektif. Pemerintah tetap mempunyai kewenangan untuk mengawasi dan mengatur.

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 12

Page 13: Olah Sampah dengan Bioremediasi

Industri diharapkan mempunyai konsep Corporate Social Responsibility (CSR). CRS

berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, dimana ada argumentasi bahwa suatu

perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak hanya

pada faktor keuangan semata, tapi juga harus mendasarkan konsekwensi sosial dan

lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang (Wikipedia, 2007). Industri wajib

melaporkan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan CSR. Kelangsungan hidup

industri tidak hanya ditentukan oleh keuntungan ekonomi, tapi pemenuhan tanggung jawab

lingkungan hidup dan sosial juga ikut menentukan. Dalam pelaksanaannya suatu kebijakan

harus didukung oleh pemerintah. Tidak ada kebijakan yang dapat berjalan tanpa dukungan

pemerintah. Untuk itu, dalam pengendalian emisi dioksin dukungan pemerintah sangat

diharapkan. Adanya koordinasi dari departemen-departemen terkait menjadi agenda

pemerintah yang utama, yaitu Departemen Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup,

Departemen Kesehatan serta Departemen Perdagangan. Ada tanggung jawab dan wewenang

dari masing-masing instansi, pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri dan masyarakat.

Pemerintah harus dapat mengeluarkan kebijakan yang tidak merugikan masyarakat ataupun

kalangan industri.

Langkah awal dalam pengendalian emisi dioksin yaitu pemerintah harus menetapkan

baku mutu dioksin. Selanjutnya baku mutu tersebut dimasukkan ke dalam PP ataupun

peraturan-peraturan lain. Selain itu, pemerintah juga harus menyiapkan segala fasilitas yang

berhubungan dengan emisi dioksin, misalnya sarana laboratorium untuk pemeriksaan dioksin

dan sarana monitoring dioksin yang hingga saat ini belum ada. Tak kalah pentingnya yaitu

penyiapan SDM yang dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan, serta adanya dukungan

pemerintah yang bekerjasama dengan perguruan tinggi (PT) untuk melakukan penelitian-

penelitian mengenai dioksin. Hal yang juga penting dari kebijakan ini adalah memberikan

penjelasan umum mengenai dioksin serta dampak emisi terhadap mahluk hidup dan

kesehatan manusia serta melakukan inventarisasi berkala untuk dioksin.

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 13

Page 14: Olah Sampah dengan Bioremediasi

KESIMPULAN

1. Dioksin adalah senyawa karsinogenik yang banyak terdapat di daerah perkotaan, di

sekitar industri, rumah sakit, dan mencemari lingkungan.

2. Dioksin dapat menyebabkan berbagai jenis kanker, efek pada kulit, liver, tiroid,

menimbulkan kerusakan pada beberapa sistem seperti sistem endokrin, imun,

metabolisme glukosa, sistem peredaran darah, dan sistem reproduksi.

3. Dioksin berpengaruh terhadap biodiversitas, yaitu dapat menyebabkan kepunahan spesies

sehingga dapat menurunkan biodiversitas.

4. Pencemaran dioksin berpotensi terjadi di Indonesia karena berbagai sumber penghasil

dioksin terdapat di Indonesia dengan emisi yang cukup tinggi.

5. Adanya pemanfaatan organisme transgenik untuk bioremediasi senyawa dioksin dan

kebijakan pembatasan emisi dioksin terhadap industri, diharapkan dapat mengurangi

emisi dioksin di Indonesia, sehingga akan mengurangi dampak negatif yang cukup

signifikan terhadap lingkungan, biodiversitas dan kesehatan manusia.

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 14

Page 15: Olah Sampah dengan Bioremediasi

DAFTAR PUSTAKA

Juniarti. 2005. Pengaruh Dioksin terhadap Kesehatan. Jurnal Kedokteran. Vol.13(2).244-252.

Suminar, S.A. (2003). Estimasi emisi dioksin dan furan. Hasil penelitian disampaikan pada

Enabling Activities to Facilitate Early Action on the Implementation of the Stockholm

Convention on Persistent Organic Pollutants (POPs) in Indonesia. Workshop Hasil

Inventarisasi POPs. UNIDO. KLH. Jakarta.

Warlina, Lina, dkk. 2008. Kebijakan Manajemen Lingkungan untuk Emisi Dioksin/Furan

yang Bersumber dari Industri Logam. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol.4(2),

63-72.

Wikipedia. (2007). Tanggung jawab sosial perusahaan. Diambil 6 Oktober 2012, dari

http://en.wikipedia.org/wiki/CSR.

www.beritaiptek.com. Diakses tanggal 24 november 2012.

Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 15