dinamika ketimpangan desa-kota di makassar raya filepdrb terbesar) industri pengolahan; perdagangan...
TRANSCRIPT
Dinamika Ketimpangan Desa-Kota
di Makassar Raya: Sebuah Perspektif Kebijakan
Athia Yumna - The SMERU Research Institute
Dipaparkan pada “Seminar Nasional Berbagi Hasil Penelitian Sosial-Ekonomi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Universitas Hasanuddin dan
The Smeru Research Institute”
Universitas Hasanuddin, 9 Mei 2018
Urgensi Isu Ketimpangan di Indonesia
2
0.330.329
0.320.32
0.363
0.33
0.364
0.35
0.37
0.38
0.410.410.413
0.410.408
0.397
0.36
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
20
17
20
18
20
19
RASIO GINI 2001 - 2019
2011-2015: stagnant Gini
Target RPJMN
• Tren ketimpangan yang meningkat setelahReformasi
• Hubungan ketimpangandengan pembangunanekonomi ‘dual causality’
• Dampak ketimpanganterhadap stabilitas sosial
• Penurunan ketimpanganmenjadi salah satu target utama dalam RPJMN 2015-2019
3
Kota Makassar
Kab.Maros
Kab.Gowa
Lokasi studi
Tujuan Studi
• Melihat dinamikaketimpangan desa-kotadan perbedaanketimpangan dalam satuwilayah dan antarwilayah dalam koridorMakassar Raya
• Mengkaji alternatifkebijakan penurunanketimpangan di daerah
Tujuan dan Lokasi Studi
Disain Studi
Studi pendahuluan
•Tinjauan pustaka
•Pengolahandata sekunder
•Pemilihan 2 kabupatensampel
Studi di tingkatKabupaten/kota
• Wawancarainforman kuncidi dinas/lembagaterkait
• Pengumpulandata sekunder
• Pemilihan desasampel
Studi di tingkatmasyarakat
• Wawancarainforman kuncitingkat desa
• FGD dengankelompok laki-laki& perempuan(terpisah)
• Wawancaramendalam denganrumah tanggasampel (studikasus)
Diskusi dan FGD di Makasar Raya
Presentasi danDiskusi di Tingkat Nasional (Studi di Makassar Raya dan Solo Raya)
Studi kualitatif yang didukung dengan data kuantitatifwawancara, FGD, observasi, data sekunder daerah
(April – Desember 2016)
4
Karakteristik Wilayah Studi Kasus
MAKASSAR MAROS GOWA
Karakteristikumum wilayah
Perkotaan Dominan perdesaan, semi perkotaan di perbatasan Makassar
Dominan perdesaan, semi perkotaan di perbatasan Makassar
% Kemiskinan(2010-2014)
StrukturPerekonomian(3 sektorpenyumbangPDRB terbesar)
Industri pengolahan; Perdagangan besar daneceran, Reparasi Mobildan motor; Konstruksi
Transportasi danpergudangan; Industripengolahan; Pertanian, kehutanan, danperikanan
Pertanian, kehutanan, dan perikanan; Perdagangan besar daneceran, Reparasi Mobildan motor; Konstruksi
6 5 5 5
1015
13 13 13 12 9 9 8 9 8
Sumber: SMERU’s staff calculation, BPS, dan BPS Daerah Dalam Angka
5
Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan
Ketimpangan di Makassar, Gowa dan Maros
Berbeda-Beda (2011-2015)
4
9
14
2011 2012 2013 2014 2015
Pertumbuhan Ekonomi
Maros Gowa Makassar
• Daerah yang karakteristik wilayahnyaberubah mengalami lajupeningkatan Gini di lebih cepat daripada di daerah yang karakteristiknya tetap.
• Peningkatanketimpangan berkaitandengan dinamikapembangunan sosial-ekonomi dan spasial.
6
Ketimpangan di dalam (within) daerah
atau antar (between) daerah
7
# Pembangunan infrastruktur lintas
kab/kota dandampak
positif/negatifnya
# Perbedaan insentifdari
program/kebijakanlokal di setiap
kab/kota
Between
# jarak dan akses kepusat ekonomi,
# potensi wilayah,
# infrastruktur,
# kondisi sosial (polapikir, pendidikan,
dan budaya)
# Manfaatpembangunan yang
dirasakan berbeda untuk
setiap kelompokkesejahteraan
Within- Perubahankesejahteraankelompok termiskin < terkaya
- Peningkatan kesejahteraankelompok tengah, paling banyak terjadidi wilayah desa dansemi perkotaan
- Peningkatan kesejahteraankelompok termiskintidak cukup untukmengurangiketimpangan
- Maros mendapatmanfaat positifpembangunan toldan bandara
- Gowa kurangmendapat manfaatdari pembangunanWaduk Bili-Bili
Kebijakan PendidikanKabupaten Gowajuga dirasakanmanfaatnya oleh penduduk Makassar
Dinamika Ketimpangan di Tingkat Mikro
(komunitas) – 3 desa/kelurahan sampel
MAKASSAR RAYA
MAKASSAR MAROS GOWA
Karakteristikdesa/kelurahanstudi kasus
Perkotaan Semi perkotaan Semi perkotaan
Status Kelurahan Desa Desa
Kondisipenghidupan
Jasa, perdagangan(di tengah Kota Makassar, pusatperekonomian danperdagangan, terdapat pabrik dangudang)
Pertanian, industri(tambak ikan darat, di lokasi terdapat kawasanindustri pergudangan, sedang marakpembebasan lahan,akses ke Makassar melalui tol, dekatbandara)
Pertanian, perdagangan(banyak dibangunperumahan baru, di perbatasanMakassar-Gowa, kawasan penyanggaMakassar)
8
Kota Makassar (perkotaan)
• 2005: kenaikan BBM tidak terlalu berpengaruh karena dampaknya hanya sebentar
• 2010: ketimpangan dirasakan melebar karena banyak dibangun perumahan kelompok kaya. Persepsi tentang dinamika kesejahteraan dan ketimpangan antara kelompok perempuan dan laki-laki sedikit berbeda.
Bagi kelompok perempuan, banyaknya pembangunan mall membuka lapangan kerja bagi kelompok miskin perempuan. Begitu juga dengan adanya program pemerintah seperti PNPM yang banyak dirasakan manfaatnya untuk kelompok miskin.
Menurut kelompok laki-laki kedua hal tersebut tidak berpengaruh terhadap dinamika kesejahteraan dan ketimpangan di wilayah studi kasus ini.
Program pemerintah pusat yang ada sejak 2013 menguntungkan kelompok miskin. Sedangkan program Pemkot yang gencar dicanangkan sejak 2015 belum dirasakan manfaatnya terhadap perubahan kesejahteraan dan ketimpangan di wilayah studi kasus.
9
Kabupaten Maros (semi perkotaan)
• Pembangunan tol dan bandara program kerjasama Mamminasata memberi multiplier effect cukup besar. Akses yang lebih terbukamendorong tumbuhnya kawasan pergudangandan industri pengolahan di sekitar daerahperbatasan yang dekat dengan tol dan bandara
• Keberadaan sarana infrastruktur besar tersebutpaling banyak dinikmati oleh kelompok kaya meningkatkan mobilitas dan mempermudahaktivitas bisnis dan investasi di daerah lain
• Desa studi kasus terletak di perbatasan. Corakperekonomian awalnya didominasi olehpertanian dan tambak ikan darat. Sejak 2012 marak pembebasan lahan untukdialihfungsikan menjadi kawasan pergudangan
• Kelompok kaya dan sedang pemilik lahan lahyang paling banyak mendapat manfaat gantirugi tanah
• Kesejahteraan kelompok miskin stagnan karenaketiadaan asset dan modal, serta rendahnyaskill/pendidikan membuat mereka tidak bisabanyak terserap oleh industri baru, kecualimenjadi pekerja lepas.
10
Kabupaten Gowa (semi perkotaan)
• Pengerasan jalan - mulai pengerasanjalan kemudian dicor. Jalanmembelah desa diantara 2 RW
• Pemekaran mendorongpembangunan infrastruktur lebihcepat
• Mulai 2010 marak pembebasanlahan dan pembangunanperumahan. Letak desa studi di perbatasan Makassar, dan berfungsisebagai penyangga utk menyediakanfasilitas perumahan bagi masysrakatyang bekerja di Kota Makassar memperlebar ketimpangan (lebihdinikmati pemilik lahan dan modal)
• SPP P2KP dirasa manfaatnya oleh kelperempuan
• Program pendidikan dinikmatiseluruh kel kesejahteraanmempersempit ketimpangan
11
Penyebab “mobilitas naik” dan “mobilitas
turun/stagnan” (pengalaman rumah tangga & individu)
12
Mobilitas naik
• Pengetahuan/ketrampilan/kemauan belajar
• Networking/akses terhadap dukungan(modal, pelatihan, informasi)
• Jiwa wirausaha (termasuk kemampuanmejaga kepercayaan dan kreativitas)
• Diversifikasi usaha/penghasilan
• Melakukan investasi/menabung/akumulasi aset
• Melakukan investasi pendidikan anak
• Berkurangnya beban dari dependent
• Kebijakan pemerintah : program bantuan, infrastruktur, pro-investasi masif, layanan dasar
Mobilitas turun/stagnan
• usia lanjut
• Sakit
• pendidikan (rendah: orang tua dan/atauanak)
• Penghidupan:
• kehilangan mata pencaharian
• masalah pada usaha/bisnis (pemasaran, bahan baku dan tenaga kerja, diversifikasi/regenerasi)
• ketrampilan terbatas
• Lack of financial awareness
• Intergenerational poverty (warisan hutang, investasi pendidikan anak)
• bencana
• budaya yang membawa implikasi pada keuangan keluarga (contoh: mahar perkawinan)
13
Pemahaman para pemangku kebijakan yang rendah. Ketimpangandiasosiasikan dengan:
• Isu ketimpangan regional dan tidak dilihat sebagai isu multidimensi
• Kemiskinan sehingga kebijakan untuk mengatasinya juga disamakandengan kebijakan mengatasi kemiskinan
Respon kebijakan pemerintah daerah terbatas dan parsial terhadapmasalah ketimpangan.
• agenda Pemerintah Pusat belum sinkron dengan agenda di daerah
• Belum ada indikator yang jelas untuk mengukur ketimpangan di daerahsehingga program yang diklaim untuk mengatasi ketimpangan tidakmemiliki target yang jelas
Pemahaman para pemangku kebijakan dan responkebijakan di daerah terhadap isu ketimpangan
14
Mendorong pemerintah untuk mengeluarkan indikator ukuranketimpangan yang jelas di tingkat kab/kota
Mendorong sinkronisasi agenda dan target nasional ke dalam agenda dantarget pemda provinsi dan kab/kota:
• Mengarusutamakan isu ketimpangan ke dalam rencana pembangunandan program pemda
• Memberikan bantuan teknis kepada pemda untuk meningkatkanpemahamannya tentang isu ketimpangan
• Memasukkan indikator resmi ketimpangan sebagai target rencana, program, dan kegiatan pemda
Mendorong kerja sama dan koordinasi antarkabupaten/kota untukmengatasi ketimpangan antarwilayah.
• meningkatkan konektivitas dan sinkronisasi regulasi/program antardaerah
Implikasi Kebijakan
Sumber: “Studi Dinamika KetimpanganDesa-Kota: Studi Kasus di olo Raya danMakassar Raya” The SMERU Research
Institute dengan dukungan Ford Foundation, 2016-2017