dimensi keprilakuan pada sistem pengendalian manajemen.docx
TRANSCRIPT
Dimensi Keprilakuan Pada Sistem Pengendalian Manajemen
A. Latar Belakang
Akuntansi manajemen dibangun di atas fondasi perilaku (Belqaoui, 2002). Istilah sistem
akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang luas yang meliputi seluruh desain alat
pengendalian manajemen yang meliputi sistem pengendalian, system penganggaran, desain
akuntansi pertangungjawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain
pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja serta pelaporan keuangan. Secara lebih terinci
ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi: 1) mempelajari pengaruh antara perilaku
manusia terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan sistem akuntansi yang diterapkan dalam
perusahaan, yang berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi
sifat pengendalian akuntansi dan desain organisasi; 2) mempelajari pengaruh sistem akuntansi
terhadap perilaku manusia, yang berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi motivasi,
produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama; 3) metode untuk
memprediksi perilaku manusia dan strategi untuk mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem
akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku (Hudayati,2002).
Sistem pengendalian manajemen merupakan alat untuk memonitor atau mengamati
pelaksanaan manajemen perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam
perusahaan agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih
efesien dan lancar. Yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian manajemen
adalah kinerja dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan yang akan
dipertanggungjawabkan kepada stakeholders (Soobaroyen, 2006) dalam (Wiyantoro,2007).
Menurut Fisher (1995) sistem pengendalian manajemen dipengaruhi oleh faktor
kontinjensi seperti budaya dan struktur perusahaan yang secara tidak langsung berhubungan
dengan sistem pengendalian manajemen. Menurut Merchant (1998; 5) yang mengatakan bahwa
orientasi perilaku berhubungan dalam lingkungan pengendalian manajemen, perilaku
berpengaruh dalam desain sistem pengendalian manajemen untuk membantu, mengendalikan,
memotivasi manajemen dalam mengambil keputusan dan memonitor perilaku yang dapat
mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah organisasi Sehingga dalam makalah
ini kami melihat hubungan antara aspek keprilakuan dengan system pengendalian manajemen.
Landasan Teori
Teori Agensi
Penelitian dalam teori agensi, mengadopsi dari teori ekonomi dan biasanya dilakukan dengan
eksperimen dan bukti empiris. Teori agensi banyak digunakan untuk menganalisis hubungan
antara dua pihak “prinsipal (majikan) dan agent (agen)”. Dalam konteks ini maka sistem
pengendalian juga dapat dikaji melalui hubungan antara si pengawas (General Manajer) dan
pihak yang diawasi (manajer operasional). Hubungan Prinsipal - Agen ini dapat digunakan untuk
mengkaji dan mendesain sistem pengendalian. Ketat atau longgarnya sistem pengendalian sangat
tergantung pada tingkat keyakinan pimpinan perusahaan kepada manajer operasional. Kalau
manajer operasional dipercaya maka biasanya system pengendalian relatif lebih longgar.
Demikian sebaliknya, jika pimpinan perusahaan kurang percaya kepada manajer operasional,
maka system pengendalian lebih ketat (Sumarno,2006).
Teori Motivasi
berhubungan dengan kekuatan intrinsik dalam diri individu-yaitu, motif dan kebutuhan individu.
Lebih eksplisit, motivasi berkaitan dengan "bagaimana perilaku akan dimulai, diberi energi,
ditopang, diarahkan, dihentikan. "57 Untuk alasan ini, motivasi penting bagi suatu organisasi dan
akuntansi manajemen. Pada dasarnya mengacu pada kebutuhan atau motif individu yang
membuat tindakan individu secara spesifik. Motivasi berkaitan semua aspek perilaku individu
mana yang disengaja dan tindakan sadar dimulai dalam organisasi untuk mengarahkan individu
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sebanyak mungkin sementara mereka
berusaha untuk mencapaitujuan organisasi. Tindakan ini dapat dimulai baik secara langsung oleh
tindakan atau melalui adopsi manajemen yang tepat. Dengan demikian, teknik akuntansi
manajemen memerlukan sebuah pemahaman yang baik dari motivasi dalam organisasi.
literatur tentang motivasi mengidentifikasi lima teori motivasi: teori kebutuhan, teori dua faktor,
teori nilai / harapan, teori prestasi, dan teori ketidakadilan. Masing-masing teori ini
mengidentifikasi faktor-faktor apa dalam individu dan lingkungan nya mengaktifkan kinerja
tinggi, atau upaya untuk menjelaskan dan menggambarkan proses bagaimana mengendalikan
perilaku dan bagaimana mengendalikan (Belqaoui,2002).
Permasalahan
Adapun permasalahan dalam makalah ini adalah,
1. Apakah Budaya organisasi berpengaruh pada sitem pengendalian manajemen?
2. Apakah Struktur organisasi berpengaruh pada anggaran partisipatif ?.
B. Pembahasan
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Pengendalian Manajemen
Budaya organisasi merupakan faktor kunci yang dapat membantu perusahaan untuk
mencapaitujuan yang direncanakan. Jika manajer mengubah nilai-nilai, aturan dan kebiasaan
perusahaan, mereka bisamemodifikasi perilaku dan sikap karyawan, yang mengarah ke
perbaikan kinerja perusahaan (Domingo,2008) Budaya merupakan norma-norma dan nilai-nilai
yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan
budaya yang berlaku agar diterima di lingkungannya. Demikian pula halnya dengan Flamholtz
(1983) dalam Sawitri (2011) yang lebih dulu menganggap bahwa budaya organisasi sebagai
sebuah komponen pengendalian selain struktur organisasi dan inti sistem pengendalian. Dia
mendefinisikan budaya organisasi sebagai pola dari nilai, norma dan kepercayaan yang bersama-
sama dimiliki oleh masing-masing anggota organisasi. Pengertian ini akan membantu dalam
mempengaruhi perilaku setiap anggota organisasi. Bila budaya organisasi telah dapat
digambarkan maka elemen pengendalian lainnya (misal struktur organisasi dan inti sistem
pengendalian) akan membantu menyebarkan dan menguatkan budaya ini kepada organisasi
dalam menerapkan strategi, membuat keputusan dan mengambil suatu tindakan..
Sebagaimana Hofstede, Neuijen & Sanders (1990) dalam Sawitri (2011) menemukan bahwa
sistem pengendalian akan berbeda untuk organisasi yang berbeda terutama bila ditinjau dari
kultur organisasional (budaya per-usahaan) atau lebih tepatnya ia menunjukkan bahwa perbedaan
kultur organisasional dipengaruhi oleh faktor-faktor organisasional, antara lain: size, tipe
kepemilikan (swasta-pemerintah), struktur organisasi-onal, sistem pengendalian dan profil
karyawan. Budaya perusahaan yang dominan mempunyai pengaruh kuat terhadap anggota
organisasi, dengan demikian berarti budaya akan mendukung keber-hasilan manajemen dalam
mengimplementasi strategi perusahaan karena budaya perusahaan mengarahkan perilaku anggota
organisasi dalam mencapai sasaran perusahaan dengan cara meningkatkan koordinasi dan
pengendalian dalam perusahaan (Hofstede et al., 1990; Indriantoro, 2000) dalam (Sawitri,2011).
Harrison dan Mc Kinnon (1999) dalam Sawitri (2011) menelaah kem-bali riset-riset lintas
budaya akan sistem pengendalian manajemen sejak 1980 melewati 15 tahun terakhir, mereka
menemukan bahwa riset-riset lintas budaya ini tidak menggunakan dimensi budaya menurut
hasil kerja Hofstede (1980) dalam Sawitri (2011) secara lengkap namun masih memandang
hanya pada satu atau dua dimensi saja, demikian pula melihat sistem pengendalian manajemen
hanya pada satu atau dua sub sistem atau bagian dari sistem pengendalian manajemen. Mereka
menganggap bahwa riset budaya dalam sistem pengendalian manajemen masih belumlah matang
sehingga banyak peluang yang bisa dilakukan untuk riset mendatang dengan sebaiknya lebih
mencoba menggunakan metode dari ilmu-ilmu sosial lainnya seperti antropologi, sosiologi dan
literatur-literatur sejarah.
Hasil temuan Sawitri (2011) menggambarkan bahwa bila unit bisnis cenderung
mempunyai budaya perusahaan yang berorientasi pada hasil, pekerjaan, profesional, sistem
terbuka, kontrol ketat dan pragmatis, maka penggunaan atribut (alat pengendalian) dan
mekanisme sistem umpan balik bukanlah tergantung pada budaya perusahaan tersebut,
melainkan ditentukan oleh faktor lainnya, karena budaya perusahaan itu sendiri sudah dianggap
sebagai mekanisme pengendalian.
Penelitian yang dilakukan oleh Owoyemi & Ekwoaba 2014 menguji budaya organisasi
sebagai alat bagi manajemen untuk kontrol, memotivasi dan meningkatkan / memperbaiki
kinerja karyawan di dipilih pemerintah federal perguruan tinggi di Lagos daratan wilayah
pemerintah lokal negara Lagos. Kuesioner terstruktur merupakan instrumen utama; yang
diberikan pada 120 karyawan Personalia Departemen lembaga-lembaga ini. Statistik deskriptif
dan inferensial digunakan untuk analisis data. Tingkat respon adalah 90 persen karena hanya 108
kuesioner yang diisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi adalah dua pedang
bermata yang dapat memotong di kedua manajemen dan karyawan, dan karena itu harus
didorong jika hal itu akan menyebabkan produktivitas dan meningkatkan kinerja, jika tidak, cara
lain kinerja mencapai harus digunakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi
adalah ambigu dan dapat menyebabkan penutupan pikiran dan pembatasan dan pengurangan
otonomi. Hal ini juga memberikan arahan.
Minat peneliti dan industri semakin meningkat terhadap peranan budaya organisasi dalam
meningkatkan kinerja organisasi, namun belum ada kesepakatan yang jelas tentang arti budaya
organisasi. Nilai dan kepercayaan dianggap sebagai elemen utama dari pengertian konsep budaya
organisasi oleh para peneliti (O’Reilly & Chatman, 1996; Schein, 1985 dalam Sawitri
(2011)Banyak peneliti lebih memilih definisi ini karena nilai yang oleh anggota organisasi relatif
stabil dan mampu bertahan dalam interaksi sesama anggota organisasi dengan struktur organisasi
dalam mempro-duksi pola perilaku anggota organisasi (Chatman, 1991 dalam Sawitri (2011).
Struktur Organisasi Terhadap Pengendalian Manajemen (Penyusunan Anggaran)
Anggaran merupakan perencanaan manajerial untuk tindakan yang dinyatakan dalam
istilah-istilah keuangan. Anggaran merupakan rencana laba jangka pendek yang komprehensif,
yang membuat tujuan dan target manajemen dilaksanakan. Anggaran adalah alat manajerial yang
memastikan pencapaian target organisasional dan memberikan pedoman yang terperinci untuk
operasi harian (Lubis,2009). Menurut Neadler dan Tushman (1988) struktur organisasional
merupakan pengendalian organisasional yang menunjukkan tingkat pendelegasian wewenang
manajemen puncak dalam pembuatan keputusan kepada senior manajemen level menengah, yang
secara ekstrem di kelompokkan menjadi dua yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Sebagian
wewenang pembuatan keputusan, pada struktur organisasional yang tersentralisasim dilakuakan
secara terpusat oleh manajemen puncak. Struktur desentralisasi, pihak lain, menunjukkan adanya
pendelegasian wewenang keputusan dari manajemen puncak kepada manajer pada tingkat lebih
rendah. Dengan demikian, wewenang pembuatan keputusan yang dilakukan oleh bawahan
relative lebih besar pada struktur desentralisasi daripada strukrur desentralisasi. Strukrut
desentralisasi memberikan tanggung jawab yang lebih besar pada para manajer dalam kegiatan
perencanaan dan pengendalian (Tintri,2002).
Kesimpulan
Budaya Organisasi memiliki peranan penting dalam meningkatkan system pengendalian
manajemen perusahaan karena budaya merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang
mengarahkan perilaku anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Selain itu budaya
dapat menghasilkan struktur organisasi yang sentralistik dan desentralistik.
Struktur Organisasi yang sentralistik memungkinkan manajer tingkat bawah dalam
penyusunan anggaran kurang berpartisipasi dan kurang memiliki informasi anggaran. Sedangkan
struktur organisasi yang desentralistik memungkinkan manajer tingkat bawah untuk
berpartisipasi dalam penyusunan anggaran dan memiliki informasi anggaran yang lebih luas
dibandingkan pada struktur sentralisasi. Desentralisasi lebih memungkinkan terjadinya
pertukaran informasi antara atasan dengan bawahan sehingga dapat mengurangi ketidakpastian.
\
DAFTAR PUSTAKA
Belqoui, 2002. Behavioral Management Accounting. Quorium Books, London
Hudayati,Ataina, 2002. Perkembangan Penelitian Akuntansi Keperilakuan BerbagaiTeori dan Pendekatan Yang Melandasi. JAAI. Vol6. No.2
Wiyantoro, Lili. 2007. Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajemen Dengan Perilaku Dysfuctional: Budaya Nasional sebagai Variabel Moderating. SNA X
Sumarno. 2006. Pengaruh Sistem Pengendalia Terhadap Kinerja Manajerial. Tesis. Universitas Diponogoro
Insanti,2013. Teori Kontijensi Sistem Pengendalian Manajemen dan Keluaran Perusahaan:Hasil yang Lalu dan Arah Masa Depan. Potensio.Vol 18 No. 2
Owoyami, Ekwoaba, 2014. Organisational Culture: A Tool for Management to Control, Motivate, and Enchance Employees’ Performance. American Journal of Business and Management Vol 3 No 3
Sawitri, Pemi. 2011. Interaksi Organisasi dengan Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja Unit Bisnis Industri Manufaktur dan Jasa. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 13 No. 2
Domingo, Garcia. 2008. Innovate Culture, Management Control Systems, and performance In Young SMEs. Faculty of Business Technical of Cartagena
Lubis, 2009. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat.Jakarta
Tintri,2002. Pengaruh Struktur dan Kultur Organisasional Terhadap Keefektifan Anggaran Partisipatif Dalam Peningkatan Kinerja Manajerial. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No, 2 Jilid 7