diktat paskibra ksatria putri arjuna (by smk yappa depok)

48
DIKTAT PASKIBRA SMK YAPPA DEPOK Jl. Proklamasi Gg. Majlis No. 79 Depok II Timur 16417 Phone : 021 7782 0420 Email : [email protected] FB : www.facebook.com/yappa79 / www.facebook.com/ksatriaputriarjuna Twitter : @yappa79 / @smkyappa

Upload: elbadr09

Post on 16-Aug-2015

99 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Panduan

TRANSCRIPT

DIKTAT PASKIBRA SMK YAPPA DEPOK Jl. Proklamasi Gg. Majlis No. 79 Depok II Timur 16417 Phone : 021 7782 0420 Email : [email protected] : www.facebook.com/yappa79 / www.facebook.com/ksatriaputriarjunaTwitter : @yappa79 / @smkyappa DAFTAR ISI DHARMA MULIA PUTRA INDONESIA IKRAR PUTRA INDONESIA MARS PASKIBRA SEJARAH PASKIBRAKA SEJARAH SINGKAT BENDERA PUSAKA MENGENAL LAMBANG NEGARA SEJARAH NAMA INDONESIA TATA UPACARA BENDERA PERATURAN BARIS-BERBARIS DHARMA MULIA PUTRA INDONESIA I.Putra Indonesia adalah makhluk Tuhan Al-Khalik yang Maha Esa, dan oleh sebab itu maka dengan iman dan ihsan, serta dengan adab, ia bertakwa kepada Tuhannya. II.Putra Indonesia adalah makhluk jenis manusia, oleh sebab itu ia adalah manusia, maka ia berakhlak manusia. Pikirannya, perkataannya dan perbuatannya terhadap sesama makhluk khususnya sesama umat manusia, digetari oleh getaran rasa kasih sayang dari dalam lubuk hati nuraninya yang digerakkan oleh daya rasa keadilan dari budi kemanusiaannya, teristimewa terhadap sesama Putra Indonesia. Demikianlah laku dan karya manusia Sang Putra Indonesia yang dapat dipercaya, beradab, bersusila dan berbudi luhur. III.Karena darah kelahirannya tumpah di pangkuan Ibu Pertiwi Indonesia, tumpah di tanah antara air, tumpah di nusantara bahari, dan bernafasnya menghirup udara Indonesia, maka dengan kepantasan setiap Putra Indonesia cinta kepada Tanah, Air dan Udara yang diamanatkan Tuhan Penguasa seluruh alam semesta kepada umat Indonesia dan dengan kepantasan pula membalas budi baik Ibunya. Suka dan rela berkorban untuk melindunginya, memandunya, sambil berjuang tanpa putus asa, untuk mensejahterakan hidup selaku anggota satu keluarga persatuan, ialah keluarga Persatuan Indonesia. Demikianlah jiwanya : jiwa Indonesia, pribadinya : pribadi Indonesia, perilakunya : beradat Indonesia, karya budi dayanya : karya budi daya Indonesia, perhatian dan dharma baktinya dipusatkan pertama tama dan terutama kepentingan Indonesia, bukan kepentingan lebih dari itu, apalagi kepentingan dirinya sendiri. IV.Setiap manusia, juga setiap Putra Indonesia, pada hakekatnya adalah sama. Sama hak asasinya, sama daulat pribadinya, sama daulat kerakyatannya. Itulah asas kemerdekaan Indonesia dan kemerdekaan setiap bangsa di atas dunia, demi peri kemanusiaan dan peri keadilan. Peri kehidupan Putra putra Indonesia dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, dipimpinkannya kepada hukum yang mengandung hikmat kebijaksanaan sebagai mufakat yang dicapai oleh wakil wakilnyadalam permusyawaratan perwakilan. Asas kemerdekaan yang dengan jujur ditata dan ditertibkan sedemikian itu, dengan disiplin pula dipatuhinya dan tanpa putus asa menanggulangi segala kesukaran dalam menjaga tetap berlakunya ketatatertiban itu agar Indonesia dan Putra putranya tetap merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Demikianlah, dengan Ridho Tuhan Yang Maha Esa, segenap Putra Indonesia selaku Pandu panduIbunya, dengan watak ksatria, rasa tanggung jawab dan dengan gembira berjuang bersama sama untuk mengadakan dan menjaga adanya masyarakat yang adil, tapi juga makmur dalam peri kehidupan kebendaan yang dapat membekali peri kehidupannya di masa sesudah meninggalkan hidup di dunia ini. Selangkah demi selangkah, dengan cermat dan tepat, hemat dan bersahaja, berupayalah segenap Putra Indonesia bersama-sama, untuk mewujudkan cita-cita bangsanya, ialah masyarakat pancasila dengan insan insan Pancasila sebagai warganya, dalam keadaan yang aman dan sentosa, jaya dan mulia, serta bermanfaat di antara dan bagi masyarakat bangsa bangsa didunia. Itulah kehendak kehormatan Dharma Mulia Putra Indonesia. IKRAR PUTRA INDONESIA Aku mengaku Putra Indonesia, dan berdasarkan pengakuan itu : Aku mengaku bahwa aku adalah makhluk Tuhan Al-Khalik Yang Maha Esa dan bersumber kepada-Nya. Aku mengaku bertumpah darah satu : tanah Air Indonesia. Aku mengaku berbangsa satu : Bangsa Indonesia. Aku mengaku berjiwa satu : jiwa Pancasila. Aku mengaku bertujuan satu : masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila sesuai dengan isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Aku mengaku bercarakarya satu : perjuangan besar dengan akhlak dan ihsan menurut ridho Tuhan Yang maha Esa. Berdasarkan pengakuan pengakuan ini dan demi kehormatanku, aku berjanji akan bersunggguh sungguh menjalankan kewajiban untuk mengamalkan semua pengakuan ini dalam karya hidupku sehari-hari. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati niatku ini dengan taufik dan hidayah-Nya, serta dengan Inayah-Nya. MARS PASKIBRA Aku tunggu engkau, aku tunggu engkau Rupanya engkau forget to me Aku tunggu engkau, aku tunggu engkau Rupanya engkau forget to me Badan sakit-sakit jungkir balik di Paskibra, Rupanya engkau forget to me Rambate ratahayu tarik tambang (Tarik!) Di sini aku jadi smakin senang (Asik!) Andaikan aku burung, aku akan terbang Kini aku jadi anggota Paskibra Setiap sabtu sore aku datang ke sekolah Untuk mlaksanakan latihan baris-berbaris Begini rasanya jadi calon anggota: Dicaci, dimaki, dan dibentak-bentak Wahai seniorku engkau galak sekali, Wahai seniorita engkau cantik sekali Tahukah engkau apa isi hatiku? Ku cinta padamu, Oh darling I love you Ku cinta padamu, Oh darling I love you SEJARAH PASKIBRA Beberapa hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pertama. Presiden Soekamo memberi tugas kepada ajudannya, Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan upacara peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta Pada saat itu, sebuah gagasan berkelebat di benak Mutahar. Alangkah baiknya bila persatuan dan kesatuan bangsa dapat dilestarikan kepada generasi muda yang kelak akan menggantikan para pemimpin saat itu. Pengibaran bendera pusaka bisa menjadi simbol kesinambungan nilai-nilai perjuangan. Karena itu, para pemudalah yang harus mengibarkan bendera pusaka. Dari sanalah kemudian dibentuk kelompok-kelompok pengibar bendera pusaka, mulai dari lima orang pemuda-pemudi pada tahun 1946 yang menggambarkan Pancasila. Usul Mutahar Namun, Mutahar mengimpikan bila kelak para pengibar bendera pusaka itu adalah pemuda-pemuda utusan dari seluruh daerah di Indonesia. Sekembalinya ibukota Republik Indonesia ke Jakarta, mulai tahun 1950 pengibaran bendera pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka Jakarta. Regu-regu pengibar dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan Rl sampai tahun 1966. Para pengibar bendera itu memang para pemuda, tapi belum mewakili apa yang ada dalam pikiran Mutahar. Tahun 1967, Husain Mutahar kembali dipanggil Presiden Soeharto untuk dimintai pendapat dan menangani masalah pengibaran bendera pusaka. Ajakan itu, bagi Mutahar seperti "mendapat durian runtuh" karena berarti ia bisa melanjutkan gagasannya membentuk pasukan yang terdiri dari para pemuda dari seluruh Indonesia. tersirat dalam benak Husain Mutahar akhirnya menjadi kenyataan. Setelah tahun sebelumnya diadakan ujicoba, maka pada tahun 1968 didatangkanlah pada pemuda utusan daerah dari seluruh Indonesia untuk mengibarkan bendera pusaka. Sayang, belum seluruhnya provinsi bisa mengirimkan utusannya, sehingga pasukan pengibar bendera pusaka tahun itu masih harus ditambah dengan eks anggota pasukan tahun 1967. Paskibraka Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah dengan sebutan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka (PASKERAKA). Nama, pada kurun waktu itu memang belum menjadi perhatian utama, karena yang terpenting tujuan mengibarkan bendera pusaka oleh para pemuda utusan daerah sudah menjadi kenyataan. Dalam mempersiapkan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka, Husein Mutahar sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda dan Pramuka) tentu tak dapat bekerja sendiri. Sejak akhir 1967, ia mendapatkan dukungan dari Drs. Idik Sulaeman yang dipindahtugaskan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dari Departemen Perindustrian dan Kerajinan) sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan. Idik yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi dan teliti, lalu mempersiapkan konsep pelatihan dengan sempurna, baik dalam bidang fisik, mental, maupun spiritual. Latihan yang merupakan derivasi dari konsep Kepanduan itu diberi nama Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila. Setelah melengkapi silabus latihan dengan berbagai atribut dan pakaian seragam, pada tahun 1973 Idik Figure 1, Idik Sulaeman Sulaeman melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar, Bagaimana kalau pasukan pengibar bendera pusaka kita beri nama baru.Mutahar yang tak lain mantan pembina penegak di Gerakan Pramuka menganggukkan kepala. Maka, kemudian meluncurlah sebuah nama antik berbentuk akronim yang agak sukar diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutnya. Akronim itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Pas berasal dari kata pasukan, kib dari kata kibar, ra dari kata bendera dan ka dari kata pusaka. Idik yang sarjana senirupa lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itupun juga segera memainkan kelentikan tangannya dalam membuat sketsa. Hasilnya, adalah berbagai atribut yang digunakan Paskibraka, mulai dari Lambang Anggota, Lambang Korps, Kendit Kecakapan sampai Tanda Pengukuhan(Lencana Merah-Putih Garuda / MPG). Nama Paskibraka dan atribut baru itulah yang dipakai sejak tahun 1973 sampai sekarang. Sulitnya penyebutan akronim Paskibraka memang sempat mengakibatkan kesalahan ucap pada sejumlah reporter televisi saat melaporkan siaran langsung pengibaran bendera pusaka setiap tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka. Bahkan, tak jarang wartawan media cetak masih ada yang salah menuliskannya dalam berita, misalnya dengan Paskibrata. Tapi, bagi para anggota Paskibraka, Purna (mantan) Paskibraka maupun orang-orang yang terlibat di dalamnya, kata Paskibraka telah menjadi sesuatu yang sakral dan penuh kebanggaan. Penutup Memang pernah, suatu kali nama Paskibraka akan diganti, bahkan pasukannya pun akan dilikuidasi. Itu terjadi pada tahun 2000 ketika Presiden Republik Indonesia dijabat oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kata pusaka yang ada dalam akronim Paskibraka dianggapGus Durmengandungmakna klenik.Untunglah, dengan perjuangan keras orang orang yang berperan besar dalam sejarah Paskibraka, akhirnya niat Gus Dur untuk melikuidasi Paskibraka dapat dicegah. Apalagi, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, pada pasal 4 jelas-jelas menyebutkan: BENDERA PUSAKA adalah Bendera Kebangsaan yang digunakan pada upacaraProklamasi Kemerdekaandi Jakartapada tanggal 17 Agustus 1945. BENDERA PUSAKA hanya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus. Ketentuan-ketentuan pada Pasal 22 tidak berlaku bagi BENDERA PUSAKA. (Pasal22 : Apabila Bendera Kebangsaandalam keadaan sedemikian rupa, hingga tak layak untuk dikibarkan lagi, maka bendera itu harus dihancurkan dengan mengingat kedudukannya, atau dibakar). Ituberati,bila Presiden ngotot mengubahnama Paskibraka,berarti dia melanggarPP No. 40 Tahun 1958. Presidenakhirnya tidakjadimembubarkan Paskibraka,tapi meminta namanya digantimenjadi Pasukan PengibarBendera Merah-Putih saja. Hal ini di-iyakan saja, tapi dalam siaran televisi dan pemberitaan media massa, nama pasukan tak pernah diganti. Paskibraka yang telah menjalani kurun sejarah 32 tahun tetap seperti apa adanya, sampai akhirnya Gus Dur sendiri yang dilengserkan. Sejarah Singkat Bendera Pusaka Sejarah telah membuktikan, kelompok-kelompok manusia yang bergabung menjadi suatu himpunan kuat selalu memiliki tanda-tanda, lambang dan atribut. Dari peninggalan arkeologis ratusan bahkan ribuan tahun, lambang- lambang itu telah dikenal dalam wujud tunggul, panji-panji, ubul-umbul, dhuaja, dan pataka. Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945 mencantumkan bab XV pasal 35 yang berbunyi, Bendera Negara Indonesia ialah Merah Putih. Melalui Peraturan Pemerintah No. 65/1958 tanggal 26 Juni 1958 dan penjelasan dalam tambahan Lembaran Negara No. 1633 Dalam filsafat warna Merah Putih terhimpun sebuah panduan. Merah berarti keberanian dan Putih berarti kesucian. Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, kedua warna itu juga mencerminkan berbagai hakekat. Merah Putih menunjukkan hakikat alam makro dan mikro menyatukan manusia dengan bumi dan lingkungannya. Penyelamatan Bendera Pusaka Bendera pusaka yang setiap tanggal 17 Agustus mendampingi pengibaran duplikatnya di halaman Istana Merdeka Jakarta memiliki sejarah yang sama panjangnya dengan kemerdekaan Indonesia sendiri. Bendera Pusaka dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, dan dikibarkan pertama kali pada 17 Agustus 1945 seusai Dwitunggal Soekarno-Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bendera Pusaka berkibar siang dan malam di Jakarta, di tengah desing peluru sampai saat ibukota negara dipindahkan ke Yogyakarta. Karena aksi teror Belanda semakin meningkat, tanggal 4 Januari 1946, Presiden dan Wakil Presiden meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta dengan kereta api. Saat itu, Bendera Pusaka dimasukkan ke dalam kopor pribadi Presiden Soekarno. Selama dua tahun, bendera itu berkibar di Yogyakarta sampai Belanda melancarkan agresi militer kedua pada 19 Desember 1948. Presiden, Wakil Presiden dan beberapa pejabat tinggi Indonesia akhirnya ditawan Belanda. Namun pada saat Istana Presiden, Gedung Agung Yogyakarta, dikepung, Soekarno sempat memanggil salah seorang ajudannya Mayor Laut M. Husein Mutahar ke kamar pribadinya. Sang ajudan lalu ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka. Saat itu Soekarno berucap kepada Mutahar: Apa yang terjadi pada diriku, aku sendiri tidak tahu. Dengan ini aku memberi tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun juga aku memerintahkan engkau untuk menjaga bendera kita dengan nyawamu. Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di lain waktu jika Tuhan mengizinkan, engkau harus mengembalikan kepadaku sendiri dan tidak kepada siapapun juga kecuali orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andai engkau gugur dalam menyelamatkan Bendera ini, percayakan tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya. Figure 2, Husein Mutahar Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya seraya berdoa, sementara bom berjatuhan di sekeliling mereka. Tanggung jawab itu sungguh berat. Akhirnya Mutahar hanya memecahkan kesulitan itu dengan mencabut benang jahitan tangan yang memisahkan kain merah putih dari bendera itu dengan bantuan Ibu Perna Dinata. Masing-masing bagian merah dan putih dimasukkan ke dalam dua tas terpisah milik Mutahar, kemudian diselipkan di antara pakaian dan perlengkapan pribadinya. Mutahar hanya berpikir, dengan memisahkannya menjadi secarik kain merah dan putih, Bendera Pusaka akan terhindar dari penyitaan pihak Belanda. Ketika Soekarno dibawa Belanda ke Prapat (Sumatera Utara) lalu dipindahkan ke Bangka, sementara Hatta langsung ke Muntok (Bangka) Mutahar juga diangkat dengan salah satu pesawat Dakota. Ternyata ia dan beberapa orang lainnya dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Saat ditahan itulah Mutahar berhasil melarikan diri dan naik kapal laut kembali ke Jakarta. Di Jakarta, Mutahar menginap di rumah PM Sutan Syahrir yang tidak ikut mengungsi ke Yogyakarta. Beberapa hari kemudian, ia kost di jalan Pegangsaan Timur nomor 43, di rumah R. Said Soekanto Tjokroamidjoyo (Kepala Kepolisian pertama Indonesia). Selama di Jakarta, ia selalu mencari informasi bagaimana agar dapat segera menyerahkan kembali Bendera Pusaka kepada Presiden. Sekitar pertengahan Juli 1949 pada suatu pagi, Mutahar menerima pemberitahuan dari Bapak Soedjono yang tinggal di Oranje Boulevard (sekaran Jalan Diponegoro), Jakarta, yang menyebutkan ada sebuah surat pribadi dari Presiden untuknya. Sore hari, surat itu diambil Mutahar dan ternyata benar-benar dari Presiden. Surat itu berisi perintah agar Mutahar segera menyerahkan kembali Bendera Pusaka yang diterimanya di Yogyakarta kepada Soedjono sebagai perantara. Hal itu untuk menjaga kerahasiaan saat Bendera Pusaka dibawa dan diserahkan kepada Presiden Soekarno yang sedang dalam pengasingan di Muntok (Bangka). Karena dalam pengasingan, Soekarno hanya boleh dikunjungi anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda di bawah pengawasan UNCI (United Nations Committee for Indonesia), termasuk Soedjono. Mutahar sendiri bukanlah anggota delegasi.Setelah mengetahui jadwal keberangkatan Soejono ke Bangka, Mutahar meminjam mesin jahit tangan milik seorang isteri dokter. Bendera pusaka yang terpisah itu dijahit kembali dengan persis mengikuti lubang bekas jahitan aslinya. Meski dilakukan dengan sangat hati-hati, terjadi kesalahan jahit sekitar 2 cm di ujungnya. Bendera yang telah dijahit kembali itu lalu dibungkus dengan kertas koran agar tidak mencurigakan. Soedjono berhasil dengan selamat menyerahkan Bendera pusaka itu kepada Presiden Soekarno seperti apa yang diperintahkan. Berakhirlah drama penyelamatan Bendera Pusaka dan sejak saat itu, Mutahar tak lagi menangani masalah pengibaran Bendera Pusaka seperti yang dijalaninya sejak tahun 1946. Tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wajuk Oresudeb Mohammad Hatta kembali ke Yogyakarta dari Bangka dengan membawa serta Bendera Pusaka. Tanggal 17 Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali dikibarkan di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Naskah pengakuan kedaulatan Indonesia ditandatangani tanggal 27 Desember 1949 dan sehari setelah itu, Soekarno kembali ke Jakarta memangku jabatan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta pun kembali menjadi Ibukota Republik Indonesia. Hari itu juga Bendera Pusaka dibawa kembali ke Jakarta. Untuk pertama kalinya setelah Proklamasi kemerdekaan, Bendera Pusaka kembali dikibarkan di Jakarta, pada peringatan detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1950. Bendera Pusaka berkibar dengan megahnya di puncak tiang 17 halaman Istana Merdeka. Bendera Pusaka itu terus dikibarkan setiap tahun sampai 1968. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya menyelamatkan Bendera Pusaka, tahun 1961, Pemerintah RI menganugerahkan Bintang Mahaputera kepada M. Husain Mutahar. Penyerahan bintang jasa itu dilakukan sendiri oleh Presiden Soekarno sebagai pimpinan tertinggi dan orang yang memberikan kepercayaan langsung kepada Mutahar. Duplikat Bendera Pusaka Pada tahun 1968, kondisi Bendera Pusaka disadari sudah sangat tua dan robek di keempat sudutnya. Husain Mutahar mengusulkan pembuatan bendera duplikat yang terbuat dari bahan kain sutera, pewarna dan alat tenun asli Indonesia lalu ditenun tanpa jahitan antara merah putihnya. Sayangnya gagasan itu tidak sampai karena keterbatasan dana yang ada. Pembuatan Duplikat Bendera dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dibantu PT. Ratna di Ciawi, Bogor. Syarat yang ditentukan Mutahar tidak terlaksana karena bahan pewarna asli Indonesia tidak memiliki warna merah standar bendera. Sementara penenunan dengan alat tenun asli bukan mesin akan memakan waktu terlalu lama. Duplikat akhirnya dibuat dengan bahan sutera, namun menggunakan bahan pewarna impor dan ditenun dengan mesin. Bendera duplikat itu kemudian dibagi-bagikan ke seluruh Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II, dan Perwakilan Indonesia di luar negeri pada 5 Agustus 1969. Duplikat Bendera Pusaka yang sekarang dikibarkan di tiang 17 Istana Merdeka setiap 17 Agustus dibuat dari kain bendera (wool). Bagian merah terdiri dari tiga potongan kain memanjang, begitu juga kain putihnya yang berwarna agak kekuningan. Seluruh potongan itu disatukan dengan mesin jahit dan pada salah satu bagian tepinya dipasangi sepotong tali inti.

***** Mengenal Lambang Negara Kita sebagai bangsa Indonesia tentu sering melihat dan sangat mengenal gambar di samping. Namun apakah kita benar-benar mengenal gambar tersebut ? Jika ditanya itu gambar apa, tentu kita bisa menjawabnya. Namun apakah kita bisa menjawab dengan benar apa nama gambar itu ? Siapa perancang gambar itu ? Bisakah anda menjelaskan secara detail lambang-lambang yang terkandung di dalamnya ? Marilah kita mulai satu per satu. Sekilas Gambar tersebut merupakan lambang negara Indonesia. Lambang negara berupa seekor Burung Garuda berwarna emas yang berkalungkan perisai yang di dalamnya bergambar simbol-simbol Pancasila, dan mencengkeram seutas pita putih yang bertuliskan "BHINNEKA TUNGGAL IKA". Sesuai dengan desainnya, lambang tersebut bernama resmi Garuda Pancasila. Garuda merupakan nama burung itu sendiri, sedangkan Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang disimbolkan dalam gambar- gambar di dalam perisai yang dikalungkan itu. Nama resmi Garuda Pancasila yang tercantum dalam Pasal 36A, UUD 1945. Sejarah Perancangan lambang negara dimulai pada Desember 1949, beberapa hari setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Belanda. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950 dibentuklah Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Portofolio Sultan Hamid II dengan susunan panitia Muhammad Yamin sebagai ketua, sedangkan Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabehi Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan lambang negara. Dari berbagai usul lambang negara yang diajukan ke panitia tersebut, terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II (Garuda) dan karya M Yamin (Banteng Matahari). Pada proses selanjutnya, rancangan karya Sultan Hamid II lah yang diterima. Rancangan M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang. Sultan Hamid II (19131978) yang bernama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie merupakan sultan dari Kesultanan Pontianak, yang pernah menjabat sebagi Gubernur Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan juga Menteri Negara Zonder Portofolio pada era Republik Indonesia Serikat. terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Akhirnya disepakati untuk mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali Garuda Pancasila yang disingkat Garuda Pancasila.AG Pringgodigdo dalam bukunya Sekitar Pancasila menyebutkan rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan Figure 3, SULTAN HAMID II Figure 4, BantengMatahari pemakaiannya dalam sidang kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda masih gundul dan tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Penyempurnaan terus diupayakan. Kepala burung garuda yang gundul dijadikan berjambul. Bentuk cakar kaki yang mencengkeram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan, atas masukan Presiden Soekarno. Akhirnya pada tanggal 20 Maret 1950, jadilah lambang negara seperti yang kita kenal sekarang. Presiden Soekarno lalu memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Sultan Hamid II. Rancangan final lambang negara itupun akhirnya diperkenalkan ke masyarakat dan mulai digunakan pada tanggal 17 Agustus 1950 dan disahkan penggunaannya pada 17 Oktober 1951 oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo melalui PP 66/1951, dan kemudian tata cara penggunaannya diatur melalui PP 43/1958. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara dimana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak. Meskipun telah disahkan penggunaannya sejak tahun 1951, tidak ada nama resmi untuk lambang negara itu, sehingga muncul berbagai sebutan untuk lambang negara itu, seperti Garuda Pancasila, Burung Garuda, Lambang Garuda, Lambang Negara, atau hanya sekedar Garuda. Nama Garuda Pancasila baru disahkan secara resmi sebagai nama resmi lambang negara pada tanggal 18 Agustus 2000 oleh MPR melalui amandemen kedua UUD 1945. Cerita di balik layar Dikisahkannya, dalam rangka mencari ide untuk membuat lambang negara, mulanya Sultan Hamid II mengunjungi Sintang, kemudian beliau bertolak ke Putus Sibau. Sepulang dari Putus Sibau, ia kembali singgah di kerajaan Sintang, dan tertarik pada burung garuda yang menghiasi gantungan gong yang dibawa Patih Lohgender dari Majapahit. Patung burung garuda sendiri ketika itu sudah menjadi lambang kerajaan Sintang. Sebelumnya, di pulau Sibau, pihak swa praja disana mengusulkan kepada Sultan Hamid II untuk menggunakan lambag burung enggang. Namun ia tidak langsung mengakomodir usul tersebut. Karena ia tertarik pada lambang burung garuda yang menjadi lambang kerajaan Sintang, Sultan Hamid II berinisiatif meminjam lambang kerajaan Sintang untuk dibawa. Saat itu pihak swa praja Sintang tak keberatan, namun dengan beberapa syarat, salah satunya Sultan Hamid II harus menandatangani semacam berita acara peminjaman, dan waktu peminjaman sendiri tak boleh lebih dari satu bulan. Fakta bahwa bentuk burung garuda pernah dibawa Sultan Hamid II tersebut kini disimpan di Museum Dara Juanti, yang puluhan tahun lalu menjadi pusat Kerajaan Sintang. Makna dan Arti Lambang Garuda Pancasila terdiri atas tiga komponen utama, yakni Burung Garuda, Perisai dan pita putih. Burung Garuda Burung Garuda merupakan burung mistis yang berasal dari Mitologi Hindu yang berkembang di wilayah Indonesia sejak abad ke-6. Burung Garuda itu melambangkan kekuatan, sementara warna emas pada burung garuda itu melambangkan kemegahan dan kejayaan. Pada burung garuda itu, jumlah bulu pada setiap sayap berjumlah 17, kemudian bulu ekor berjumlah 8,bulupadapangkalekorataudibawahperisai19,danbululeherberjumlah45.Jumlah-jumlahbulu tersebutjikadigabungkanmenjadi17-8-1945,merupakantanggaldimanakemerdekaan Indonesiadiproklamasikan. Perisai Perisai yang dikalungkan melambangkan pertahanan Indonesia. Pada perisai itu mengandung lima buah simbol yang masing-masing simbol melambangkan sila-sila dari dasar negara Pancasila. Pada bagian tengah terdapat simbol bintang bersudut lima yang melambangkan sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa. Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya, seperti layaknya Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia. Sedangkan latar berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli, yang menunjukkan bahwa Tuhan bukanlah sekedar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.Di bagian kanan bawah terdapat rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkait membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai. Di bagian kanan atas terdapat gambar pohon beringin yang melambangkan sila ketiga, Persatuan Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon beringin merupakan pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa "berteduh" di bawah naungan negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia. Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar kepala banteng yang melambangkan sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu. Dan di sebelah kiri bawah terdapat padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini. Pada perisai itu terdapat garis hitam tebal yang melintang di tengah-tengah perisai. Garis itu melambangkan garis khatulistiwa yang melintang melewati wilayah Indonesia. Warna merah dan putih yang menjadi latar pada perisai itu merupakan warna nasional Indonesia, yang juga merupakan warna pada bendera Negara Indonesia. Warna merah melambangkan keberanian, sedangkan putih melambangkan kesucian. Pita dan Semboyan Negara Pada bagian bawah Garuda Pancasila, terdapat pita putih yang dicengkeram, yang bertuliskan "BHINNEKA TUNGGAL IKA" yang ditulis dengan huruf latin, yang merupakan semboyan negara Indonesia. Perkataan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kata dalam Bahasa Jawa Kuno yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Perkataan itu diambil dari Kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular, seorang pujangga dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Perkataan itu menggambarkan persatuan dan kesatuan Nusa dan Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau, ras, suku, bangsa, adat, kebudayaan, bahasa, serta agama. Tata Cara Penggunaan Tata cara penggunaan Lambang Negara Garuda Pancasila diatur dalam PP Nomor 43 tahun 1958 yang disahkan oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Djuanda pada tanggal 26 Juni 1958. Berikut ini adalah tata cara penggunaan Lambang Negara menurut PP tersebut. Lambang Negara dapat digunakan pada : Gedung-gedung negeri di sebelah dan/atau dalam. Kapal-kapal pemerintah yang digunakan untuk keperluan dinas. Paspor. Tiap-tiap nomor Lembaran Negara dan Berita Negara Republik indonesiaserta tambahan-tambahannya pada halaman pertama di bagian tengah atas. Surat jabatan presiden, wakil presiden, menteri, ketua MPR/DPR, ketua MA, Jaksa Agung, ketua BPK, gubernur kepala daerah, dan notaris. Mata uang logam atau kertas. Kertas bermeterai dan meterainya. Surat ijazah negara. Barang-barang negara di rumah jabatan presiden, wakil presiden, dan menteri luar negeri. Pakaian resmi yang dianggap perlu oleh pemerintah. Buku-buku dan majalah-majalah yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. Buku kumpulan undang-undang yang diterbitkan oleh pemerintah dan dengan izin pemerintah, buku kumpulan undang-undang yang diterbitkan oleh partikelir. Surat-surat kapal dan barang-barang lain dengan izin menteri yang bersangkutan. Tempat diadakannya acara-acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Gapura. Bagunan-bangunan lain yang pantas. Panji-panji dan bendera-bendera jabatan sesuai dengan aturan pada PP 20/1955 dan PP 42/1958. Pengunaan Lambang Negara di luar gedung hanya dibolehkan pada : Rumah jabatan presiden, wakil presiden, menteri, dan gubernur kepala daerah, Gedung gedung kepresidenan, kementerian, MPR/DPR, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, dan Badan Pengawas Keuangan. Penggunaan di dalam gedung diharuskan pada tiap-tiap : Kantor Kepala Daerah Ruang sidang MPR/DPR Ruang sidang pengadilan. Markas Angkatan Bersenjata. Kantor Kepolisian Negara. Kantor Imigrasi. Kantor Bea dan Cukai. Lambang Negara yang dipasang di gedung harus mempunyai ukuran yang pantas dan sesuai dengan besar kecilnya gedung, ruangan, atau kapal di mana Lambang Negara dipasang, dan harus dipasang pada tempat yang pantas dan menarik perhatian. Jika Lambang Negara yang digunakan hanya mengandung satu warna, maka warna itu harus layak dan pantas. Dan jika mengandung lebih dari satu warna, maka warna-warna itu harus sesuai dengan yang dimaksud dalam PP 66/1951. Apabila Lambang Negara ditempatkan bersama-sama dengan gambar Presiden dan Wakil Presiden, maka Lambang Negara itu harus diberi tempat yang paling sedikit sama utamanya. Cap dengan Lambang Negara di dalamnya hanya dibolehkan untuk cap jabatan presiden, wakil presiden, menteri, ketua MPR/DPR, ketua MA, jaksa agung, ketua BPK, kepala daerah, dan notaris. Lambang Negara dapat digunakan sebagai lencana oleh Warna NegaraIndonesia di luar negeri. Jika digunakan sebagai lencana, lambang itu harus dipasang di dada, sebelah kiri-atas. Lambang Negara dilarang digunakan jika bertentangan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Pada Lambang Negara, dilarang menaruh huruf, kalimat, angka, gambar, atau tanda-tanda lain selain yang telah diatur dalam PP 66/1951. Lambang Negara dilarang digunakan sebagai perhiasan, cap atau logo dagang, reklame perdagangan, atau propaganda politik dengan cara apapun juga. Lambang untuk perseorangan, perkumpulan, organisasi, partikelir, atau perusahaan tidak boleh sama atau pada pokoknya menyerupai Lambang Negara. Penggunaan Lambang Negara di negara asing dilakukan menurut peraturan atau kebiasaan tentang penggunaan lambang kebangsaan asing yang berlaku di negara itu. Barang siapa yang melanggar ketentuan-ketentuan penggunaan Lambang Negara dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 500,- (lima ratus rupiah) ***** Sejarah Nama Indonesia Pada zaman purba, kepulauan Indonesia disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa, kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa(pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara. Bangsa Arab menyebut wilayah yang kemudian menjadi Indonesia Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagaikulluh Jawi (semuanya Jawa). Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais). Pada zaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer. Nusantara Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk Indonesia yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920. Figure 5, Douwes Dekker Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).Oleh Dr. Setiabudi kata Nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda. Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan Indonesia. Indonesia Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA. Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama : Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: "... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians". Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia. Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. Figure 6, J. R. Logan Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: "Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago". Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indi tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesir (orang Indonesia). Politik Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu. Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,: Figure 7, Adolf Bastian "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut Hindia Belanda. Juga tidak Hindia saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya." Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan National Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada rapat Pemuda-Pemudi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda menolak mosi ini. Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda". Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Republik Indonesia. ***** Tata Upacara Bendera Pengertian Tata artinya mengatur, menata, menyusun. Upa artinya rangkaian. Dan cara artinya tindakan atau gerakan. Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerkan yang dirangkaikan dan ditata dengan tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain. Pejabat, Petugas dan Perlengkapan Upacara Pejabat Upacara: Pembina Upacara (dalam TUM : Inspektur Upacara). Pemimpin Upacara (dalam TUM : Komandan Upacara). Pengatur Upacara (dalam TUM : Perwira Upacara). Pembawa Acara (dalam TUM : Protokol). Petugas Upacara: Pembawa teks Pancasila, sekaligus sebagai ajudan Pembina Upacara. Pembaca teks UUD 1945 dan atau teks naskah lain. Pembaca Doa. Pemimpin lagu/ dirigen. Petugas Pengibar/penurun Bendera. Kelompok pembawa lagu. Cadangan tiap perangkat. Perlengkapan Upacara: Bendera Merah Putih. Ukuran perbandingan 2 : 3, ukuran terbesar 2m x 3m dan terkecil 1m x 1,5m. Tiang Bendera. Tinggi minimal 5 meter, maksimal 17 meter dengan perbandingan bendera dengan tiang 1:5 Tali Bendera Diusahakan terbuat dari tali layar (tali kalimetal) dan bukan tali plastik dan harus berwarma putih. Naskah-naskah(Pancasila,PembukaanUUD1945,NaskahDoa,Naskah Acara, dll). Susunan Acara Upacara Bendera Acara Pendahuluan : Acara pendahuluan ini hendaknya dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum upacara dimulai, misalnya : 1.Mengetahui jumlah tiap pasukan. 2.Penjelasan dari pemimpin upacara tentang hal-hal yang berhubungan dengan upacara. Acara pendahuluan dapat disusun sebagai berikut : 1.Sebelumacaradimulai,PengaturUpacaramengaturpenempatanpeserta upacara dan memeriksa kelengkapan upacara. 2.Apabila peserta siap, upacara dapat segera dimulai. 3.PemimpinUpacaramemasukilapanganupacara,barisandisiapkanoleh masing-masing pemimpin kelompok. 4.Penghormatan kepada Pemimpin Upacara dipimpin oleh pemimpin kelompok yang paling kanan. 5.Laporan masing-masing pemimpin kelompok kepada Pemimpin Upacara. 6.Setelah selesai,Pemimpin Upacara dapatmengambil alihpimpinan untuk mengatur peserta upacara, letak barisan dan sebagainya. 7.Apabila semua siap, Pemimpin Upacara mengistirahatkan barisan kemudian balik kanan menghadap tiang bendera. Acara Pokok Urutan acara disusun menurut keperluan dan disesuaikan dengan maksud dan tujuan upacara. Sebagai pedoman, berikut susunan acara pokok : 1.Penghormatan peserta upacara kepada Pembina Upacara. 2.Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara. 3.Pengibaran Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih diiringi dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (oleh kelompok paduan suara). 4.Mengheningkan cipta diiringi lagu Mengheningkan Cipta. 5.Pembacaan naskah Pembukaan UUD 1945. 6.Pembacaan teks Pancasila oleh Pembina Upacara diikuti oleh seluruh peserta. 7.Pembacaan teks lain (Janji siswa, dasa dharma, dll). 8.Amanat Pembina Upacara. 9.Menyanyikan salah satu lagu wajib nasional. 10.Pembacaan doa oleh petugas. 11.Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara. 12.Penghormatan peserta upacara kepada Pembina Upacara. *) Untuk pelaksanaan pada penurunan bendera, urutannya sama dengan pengibaran. Acara Penutup 1.Acara penutup ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengumuman. 2.Para guru maupun staff tata usaha diperbolehkan membubakan diri setelah Pembina Upacara meninggalkan lapangan upacara. 3.Penghormatan seluruh peserta upacara kepada pemimpin upacara, dipimpin oleh pemimpin kelombok yang paling kanan. 4.Selanjutnya, tiap-tiap pasukan dibubarkan atau mengikuti petunjuk pemimpinnya masing-masing. Gangguan Upacara 1.Kerekan Macet Upacara berjalan terus dan setelah selesai baru betulkan kerekan. 2.Tali Kerekan Putus Petugas pengibar bendera berusaha menangkap bendera tegak lurus sampai upacara selesai kemudian bendera dilipat sesuai ketentuan untuk disimpan. 3.Tiang Bendera Roboh Petugas pengibar bendera berusaha menegakkan tiang bendera yang roboh. Bila tidak memungkinkan, laksanakan seperti pada sebelumnya.

4.Cuaca Buruk/ Hujan Apabila sebelum dilaksanakan upacara terjadi cuaca buruk/hujan, maka upacara penaikkan bendera dibatalkan. Tetapi apabila sudah dilaksanakan baru terjadi cuaca buruk, maka upacara tetap dilaksanakan sampai bendera berada di puncak tiang dan lagu selesai dinyanyikan. 5.Bendera Terbalik a)Apabila pemasangan bendera ke tali sudah benar namun membentangkannya salah, maka cukup dengan menukar pegangan/ menarik bendera. b)Apabila pemasangan bendera ke tali sudah salah, maka pemimpin upacara membalikkan seluruh peserta untuk kemudian petugas memperbaiki bendera, setelah itu pemimpin upacara kembali membalikkan seluruh peserta menghadap tiang bendera. Upacara Dalam Ruangan Susunan acaranya adalah sebagai berikut: 1.Pengantar oleh Pembawa Acara. 2.Laporan 3.Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. 4.Mengheningkan Cipta. 5.Acara pokok 6.Sambutan, amanat. 7.Doa. 8.Laporan. 9.Lain-lain. 10.Penutup 11.Ramah tamah. ***** PERATURAN BARIS-BERBARIS SKEP. MENHAMKAM/PANGAB NO. 611/X/1985 BAB I KETENTUANUMUM Pasal 1 PENGERTIAN Baris-berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup Angkatan Bersenjata/masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu. Pasal 2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.Guna menumbuhkansikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin,sehingga dengan demikiansenantiasadapatmengutamakan kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. 2.Yangdimaksuddenganmenumbuhkansikapjasmaniyangtegapdantangkas adalah mengarahkan pertumbuhantubuhyangdiperlukanolehtugaspokok tersebut dengan sempurna. 3.Yang dimaksud dengan rasa persatuan adalah rasa senasib dan sepenanggungan serta ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas. 4.Yang dimaksud dengan disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri. 5.Yang dimaksud dengan rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung risiko terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan yang akan dapat merugikan kesatuan. Pasal 3 Ketentuan Khusus 1.Para pimpinan wajib mengetahui adanya, mengenal kegunaannya, serta senantiasa menegakkan peraturan tersebut. 2.Para pembantu pimpinan (kader) wajib paham isinya, mau mengerjakannya, dan mampu melatihnya. 3.SemuawargaAngkatanBersenjatabaikPerwira,BintaraatauTamtamawajib melaksanakan secara tertib (tepat) serta dilarang mengubah, menambah atau mengurangi apa yang tertera dalam peraturan baris- berbaris ini. Pasal 4 KEWAJIBAN PELATIH 1.Terwujud atau tidaknya maksud dan tujuan peraturan ini sangat tergantungkepada mutuserta kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melaksanakannya hanya karena tugas tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. 2.Hasil yang baik akan dapat diperoleh dengan memperhatikanpokok-pokok sebagai berikut : a)Rasa kasih sayang.Seorang pelatih seharusnya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didik. b)Persiapan.Persiapanyangbaikadalahjaminanberhasilnyalatihanyangdikehendaki, oleh karena itu pelatih harus mengadakan persiapan terlebih dahulu mengenai apa yang akan dilatih, pembagian waktu, alat-alat, tempat dan sebagainya. c)Mengenal tingkatan anak didik.Tiap tingkatan kemampuan seseorang/kelas membutuhkan metode melatih tersendiri, oleh karena sebelum seorang pelatih memilih sesuau metode, ia terlebih dahulu menilainya. d)Tidak sombong.Keahlian dan kepandaian bukanlah hal-hal yang patut dipamerkan, melainkan wajib diamalkan yang berarti dibimbingkan, dituntunkan, sehingga dapat dimiliki oleh anak didik. e)Adil. Selaludapatmemeliharaadanyakeseimbangandalamsegalahaldengancara memberikan pujian atau teguran pada tempatnya tanpa membeda- bedakan satu dengan lainnya. f)Teliti.Teliti mengandung arti selalu mengusahakan pelaksanaan ketentuan- ketentuan sesuai dengan semestinya, sebaliknya tidak puas dengan pelaksanaan yang setengah-setengah. g)Sederhana.Untuktidakmempesulit anakdidikperludiusahakan kalimatmaupun kata- kata yang mudahdimengerti.Pelatihbertindakseperlunyasesuaidengan apa yang dituntutnya. 3.Perhatiankhusus bahwa dengan latihan (drill) dimaksud untuk mencapai kebiasaan ataukepahaman bertindak bukan untuk mengetahui saja. Oleh karenanya hendaklah selaludiperhatikan jangan terlalu bercerita,melainkan teladan, mencoba, mengoreksi, mengulangi sehingga paham mengerjakannya.catatan:a)Guna mencegahterganggunya/rusaknya suasanapada saat-saat banyak memberikan aba-aba dan untuk membiasakan suara yang diperlukan dalam memberikanaba-aba, maka para komandan/pemimpin pasukan agar diberi latihan teratur (tiap hari). b)Khusus dalam melatih sikap sempurna, pelatih agar memberikan perhatian / mengawasi ketentuan mengenai pandangan mata. c)Banyakmelatihbarisandalambentuksafmajujalanuntukmembiasakanpadawaktudefiledan parade. Pasal 5 ABA ABA 1.Pengertian aba aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang komandan/pimpinan pasukan kepada pasukan/barisanuntuk dilaksanakan pada waktunya secara serentak atau berturut-turut. 2.Macam aba-aba. Aba aba terdiri atas 3 bagian dengan urutan : a)Aba-aba petunjuk.Aba-abapetunjukdipergunakan jikaperluuntukmenegaskanmaksuddari aba-aba peringatan/pelaksanaan. Contoh : i.Untuk perhatian Istirahat di tempat = GERAK ii.Untuk istirahat Bubar = JALAN iii.Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salah satu bagian dari keutuhan pasukan : Pleton II Siap = GERAK. iv.Selanjutnya lihat baris-berbaris kompi. v.Kecuali di dalam upacara : aba-aba petunjuk pada penyampaian penghormatan terhadap seseorang,cukupmenyebutkanjabatanorang yang diberi hormat tanpa menyebutkan eselon satuan yang lebih tinggi contoh : (i)Kepada kepala sekolah Hormat = GERAK (ii)Kepada kepala kantor wilayah Hormat = GERAK b)Aba-aba peringatan.Aba-abaperingatanadalahintidariperintahyangcukupjelasuntukdapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu. Contoh : i.Lencang kanan = GERAK dan bukan LENCANG = KANAN ii.Istirahat di tempat = GERAK dan bukan Di tempat = ISRIRAHAT c)Aba-aba pelaksanaan.Aba-abapelaksanaan adalahketegasanmengenaisaatuntukmelaksanakan aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut. Aba-aba pelaksanaan yang dipakai adalah : i.GERAK ii.JALAN iii.MULAI GERAK : Adalah untuk gerakan-gerakantanpa meninggalkan tempat yang menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuh lain, baik dalam keadaan berjalan maupun berhenti. Contoh : 1.Jalan di tempat = GERAK 2.Siap = GERAK 3.Hormat kanan = GERAK 4.Hormat = GERAK JALAN : adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat. Contoh : 1.Haluan kanan/kiri = JALAN 2.Dua langkah ke depan = JALAN 3.Tiga langkah ke kiri = JALAN 4.Satu langkah ke belakang = JALAN contoh:1.Maju = JALAN 2.Haluan kanan/kiri Maju = JALAN 3.Melintang kanan/kiri Maju = JALAN Catatan :Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba abapelaksanaan harus didahului dengan aba-aba peringatan : MAJU MULAI :adalah untuk dipakai padapelaksanaan perintah yang harusdikerjakan berturut-turut. Contoh :1.Hitung = MULAI 2.Berbanjar/Bersaf Kumpul = MULAI 3.Cara menulis aba-aba : a)Aba-aba petunjuk dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan huruf kecil, atau semuanya huruf besar. b)Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan huruf kecil yang satu dengan yang lainnya agak jarang, atau semuanya huruf besar. c)Aba aba pelaksanaan ditulis seluruhnya dengan huruf besar. d)Semua aba-aba ditulis lengkap, walaupun ucapannya dapat dipersingkat. e)Diantara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terdapat garis penyambung/koma, antara aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan terdapat dua garis bersusun/koma. f)Cara memberi aba-aba : i.Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya harus berdiri dalamkeadaan sikap sempurna dan menghadap pasukan. ii.Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba,makapadasaat memberikan aba-aba tidak menghadap pasukan. Contoh :Waktu pemimpin upacara memberi aba aba penghormatan kepada Pembina upacara : Hormat =GERAK. Pelaksanaan : Padawaktu memberi aba aba pemimpin upacara/Danup menghadap ke arah pembina upacara/Irup sambil melakukan gerakan penghormatan bersama-sama dengan pasukan. Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh pembina upacara/Irup maka dalam sikap sedang memberi hormat Pemimpin upacara/Danup memberikan aba-aba :Tegak=GERAKdansetelahaba-aba itu pemimpin upacara/Danupbersama-sama pasukan kembali ke sikap sempurna. iii.Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Pembina upacara/Irup memasuki lapangan upacara dan setelah amanat pembina upacara/Irup selesai, Pemimpin upacara/Danup tidak menghadap pasukan. iv.Padatarafpermulaanlatihanaba-abayangditujukankepadapasukanyang sedang berjalan atau berlari, aba-aba pelaksanaannya selalu harus diberikan bertepatan dengan jatuhnya salah satu kaki tertentu yang pelaksanaan geraknya dilakukan dengan tambahan 1 langkah pada waktu berjalan dan 3 langkah padawaktu berlari. Sedang pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat diberikan bertepatan dengan jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan 2 langkah pada waktu berjalan dan 4 langkah pada waktu berlari, kemudian berhenti atau maju dengan merubah bentuk dan arah pada pasukan. v.Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas, dan bersemangat. vi.Pemberian aba abapetunjuk yang dirangkaikan denganaba abaperingatan dan pelaksanaan, pengucapannya tidak diberi nada. vii.Pemberian aba-abaperingatanwajibdiberinadapadasukukatapertama dan terakhir. Nada sukukataterakhirdiucapkanlebihpanjangmenurut besar-kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan dengan cara yang di hentakkan. viii.Waktupemberiaba-abaperingatandanpelaksanaandiperpanjangsesuai besar-kecilnya pasukan dan/atau tingkatanperhatian pasukan (konsentrasipasukan). Dilarang memberi keterangan- keterangan lain di sela-sela aba- aba pelaksanaan. ix.Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan, maka dikeluarkan perintah ulangi Contoh : Kepada pemimpin upacara = ulangi Kepada pembina upacara Hormat = GERAK. Gerakan yang tidak termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan pula, dapat diberikan petunjuk-petunjuk sengan suara nyaring, tegas dan bersemangat.Biasanyadipakaipadawaktudilapangan,seperti :MAJU, IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS. Pasal 6 CARA MELATIH BERHIMPUN 1.Apabila seorang pelatih/komandan ingin mengumpulkan anggota bawahannya secara bebas, maka pelatih/komandn/pemimpin memberi aba-aba: Berhimpun = MULAI 2.Pelaksanaan : a.Pada waktu aba aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan menghadap kepada yang memberi aba-aba. b.Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap lari, selanjutnya larimenuju ke depanpelatih/komandan.pemimpin, dimanaia berada dengan jarak 3 langkah. c.Pada waktu datang di depan pelatih/komandan/pemimpin, mengambilsikapsempurna, kemudian mengambil sikap istirahat. d.Setelah aba-aba selesai, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balikkananselanjutnya menuju tempat masing-masing. e.Pada saat datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, serta kembali, tidak menyampaikan penghormatan. 3.Yang dimaksud dengan berhimpun adalah semua anggota datang di depan komandan / pemimpin dengan berdiri bebas, dengan jarak tiga langkah (lihat gambar). Pasal 7 CARA MELATIH BERKUMPUL 1.Komandan/pelatih/pemimpin menunjukseoranganggotauntukberdirikurang lebih 4 langkah di depannya, orang ini dinamakan penjuru. 2.Komandan/pelatih/pemimpin memberikan perintah : Sdr. Hartono sebagai penjuru (bila penjuru bernama Hartono). 3.Penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada yang memberi perintah, selanjutnya mengulangi perintah sebagai berikut: Siap Hartono sebagai penjuru. 4.Penjuru mengambil sikap untuk lari menuju tempat komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah. 5.Apabila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju tempat komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah, langsung pundak kiri senjata. 6.Pada waktu aba-aba peringatan Bersaf/Berbanjar Kumpul maka anggota lain mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh pada komandan/pelatih/pemimpin. 7.Pada aba-abapelaksanaananggota lainnya dengan serentakmengambilsikap lari, selanjutnya penjuru memberi isyarat LURUSKAN, anggota secara berturut turut meluruskan diri. 8.Bila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju di samping kiri / belakang penjuru dan berturut-turut meluruskan diri. 9.Cara meluruskan diri ke samping (bila bersaf) sebagai berikut : Meluruskan lengan ke samping dengan tangan kanan digenggam, punggung tangan menghadap ke atas, kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan diri, hingga dapatmelihatdadaorang-orangyangdisebelahkanannya.Penjuru yang ditunjuk pada waktu berkumpul melihat ke kiri, setelah barisan terlihat lurus maka penjuru memberikan isyarat dengan perkataan LURUS. Pada isyarat ini penjuru melihat ke depan serta yang lain serentak menurunkan lengan kanan, melihat ke depan dan kembali ke sikap sempurna. Bila bersenjata, maka senjata di pundak kiri dan ditegakkan serentak. 10.Cara meluruskan diri ke depan (bila berbanjar) sebagai berikut : Meluruskan lengan kanannya ke depan, tangan digenggam, punggung tangan menghadap ke atasdanmengambiljaraksatulengan ditambahdua kepaldariorangyangada di depannya dan meluruskan diri ke depan. Setelah orang yang paling belakang banjar kanan melihat barisannya sudah lurus, maka ia memberikan isyarat dengan mengucapkan LURUS, pada isyarat ini serentak menurunkan lengan kanan dan kembali ke sikap sempurna. 11.Apabila bersenjata, maka setelah menegakkan tangan kanannya kemudian dengan serentak tegak senjata. Catatan : Bila lebih dari 9 orang selalu berkumpul dalam bersaf tigaatau berbanjartiga, kalau kurangdari9orangmenjadibersaf/berbanjar satu.Meluruskan ke depan hanya digunakan dalam bentuk berbanjar. 12.Penunjukkan penjuru tidak berdasarkan kepangkatan. Pasal 8 CARA MELATIH MENINGGALKANBARISAN 1.Apabilapelatihmemberikanperintahkepadaseseorangdaribarisannya,terlebihdahuluia memanggilorangitukeluarbarisandanmemberikanperintahnyaapabilaorangtersebuttelah berdiridalamsikapsempurna.Orangyangmenerimaperintahiniharusmengulangiperintah tersebut sebelum melaksanakannya dan mengerjakan perintah itu dengan bersemangat. Tata cara keluar barisan : a.Bila keluar bersaf : 1)Untuksafdepan,tidakperlubalik,tetapilangsungmenujuarahyang memanggil. 2)Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling belakang selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang memanggil. 3)Bagiorangyangberadadiujungkananmaupunkiri,tanpabalikkanan langsung menuju arah yang memanggil (termasuk saf 2 dan 3). b.Bila pasukan berbanjar: 1)Untuksafdepantidakperlubalikkanan,langsungmenujuarahyang memanggil. 2)Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling belakang selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang memanggil. c.Cara menyampaikanlaporandanpenghormatanapabilaanggotadipanggil sedang dalam barisan sebagai berikut: 1)Komandan/pelatih/pemimpin memanggil : Ahmad tampil ke depan. Setelahselesai dipanggil orang yang dipanggil tersebut mengucapkan kata-kata Siap Ahmad Tampil ke depan, kemudian keluar barisan sesuai dengan tata cara keluar barisan. 2)Kemudian menghormat sesuai PPM, setelah selesai menghormat mengucapkan kata kata : Lapor, siap menghadap. Selanjutnya menunggu perintah. 3)Setelah mendapat perintah/petunjuk, mengulangi perintah tersebut. Contoh:Berikan aba-aba di tempat. Selanjutnya melaksanakan perintah yang diberikan oleh komandan / pelatih / pemimpin (memberikan aba-aba di tempat). 4)Setelah selesai melaksanakan perintah/petunjuk,kemudian menghadap 6 langkah di depan komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil dan mengucapkan kata-kata : Memberikan aba-aba di tempat telah dilaksanakan, Laporan selesai. 5)SetelahmendapatperintahKembaliketempat,anggotatersebut mengulangi perintah kemudianmenghormat, selanjutnya kembali ke tempat. 2.Jika pada waktu dalam barisan salah seorang meninggalkan barisannya, maka terlebih dahulu harus mengambil sikap sempurna dan minta ijin kepadakomandan / pelatih / pemimpin yang memanggil dengan cara mengangkattangankanannyakeatas(tangandibuka,jari-jaridirapatkan). Contoh : Anggota yangakanmeninggalkanbarisanmengangkattangan.komandan/pelatih/pemimpin bertanya :Adaapa? Anggotamenjawab :kebelakangkomandan/pelatih/pemimpin memutuskan : Baik,limamenitkembali Anggota yang meninggalkan barisan mengulangi : Lima menit kembali 3.Setelah mendapat ijin, ia keluar dari barisannya selanjutnya menuju tempat sesuai keperluannya. 4.Bila keperluannya telah selesai, maka orang tersebut menghadap 6 langkah di depan komandan/ pelatih/pemimpin, menghormat dan laporan sebagai berikut: Lapor, Ke belakang selesai Laporan selesai. Setelah adaperintahdarikomandan / pelatih / pemimpinMasukbarisanmakaorangtersebut mengulangi perintah kemudian menghormat, balik kanan dan kembali ke barisannya pada kedudukan semula. Pasal 9 CARA MELATIH GERAKANBERJALAN 1.Untukmelatihseseorangtentanggerakanberjalan,iadisuruhberjalansesuai dengan petunjuk dari pelatih. Pelatih memperhatikan gayanya, diperbaiki dan disesuaikan dengan gaya Langkah Biasa. 2.Mula-mulahanyadiperhatikangerakankakisaja,dimulaidenganmeletakkan kaki, lalu tempo irama dan panjangnya langkah. Selanjutnya gerakan lengan dan badan. Pasal 10 TATA CARA PENGHORMATAN 1.Sebagai dasar pegangan mengenai tata cara memberi hormat apa yang telah tercantum dalam pasal 5 PPM/AB. 2.Untuk membiasakan pelaksanaannya dengan cara yang sama, wajib diadakanlatihan latihan sebagai berikut: a.Penghormatanperorangan,bertutupkepalatanpasenjatadalamkeadaan berhenti / berdiri. 1)Pasukan disuruh berdiri dalam bentuk huruf U. 2) Pelatih menggambarkan tentang adanya garis lurus yang terdapat antara samping paha kanan dan bagian tertentu dari tutup kepala. 3) Dalam sikap sempurna dengan tangan terkepal, pelatih memerintahkan menunjuk dengan jari telunjuk kebagian daripada tutup kepala yang merupakan tempat ujung jari pada gerakan langsung melalui garis lurus ini yaitu dari samping paha kanan ke bagian tertentu tutup kepala. 4)Gerakaninidilakukanberulang-ulangmenunjukdankembalibersikap sempurnayang akhirnyamenggantikangerakanmenunjukitudengan seluruh telapak tangan terbuka. b.Penghormatan sambil memalingkan kepala ke kanan/kiri 1)Sebelum melakukan gerakan gabungan, terlebih dahulu diperintahkan untuk memalingkan kepala secara baik ke kiri dan ke kanan. 2)Kemudian memalingkan kepala disertai gerakan penghormatan. c.Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam keadaanberjalan. Anggota anggota pasukan diperhatikan berjalan dari arah kanan kekiri, atau sebaliknya melalui depanpelatihsambilmemberi hormat. d.Penghormatanperseorangan,bertutupkepala,tanpa senjata,satudanlainnyadalam keadaan berjalan. 1)Pasukan dibagi atas 2 pasukan yaitu pasukan A dan B. Misalnya pasukan A di sebelah barat sebagai atasan dan pesukan B sebagai bawahan. 2)Masing-masing pasukan dimulai dengan nomor urut satu dan seterusnya berjalan berpapasan dengan jarak sepuluh langkah tiap anggota. 3)Tiap-tiapanggotapasukanByangberpapasandengananggotapasukan A memberikan penghormatan dan pasukan A membalas penghormatan. 4)Demikian seterusnya sampai seluruh anggota pasukan berpapasan dan pelatih memerintahkan bergantian pasukan B sebagai atasan. e.Penghormatanpasukan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam keadaan berjalan. 1)Pasukan disuruh membentuk formasi pleton berbanjar. Pelatih menjadi atasan untuk diberi penghormatan oleh pasukan. 2)Seorang ditunjuk menjadi Danton/pemimpin pasukan. 3)Pasukanbergerakdenganlangkahbiasadanpadajaraktertentu sebelum memberikan penghormatan melakukan gerakan Langkah tegap. 4)Padaaba-abaHormatkanan/kiri=GERAKmakadilakukangerakan-gerakan sebagai berikut : a)Danton/pemimpin pasukan bersama pasukan memberi penghormatan seperti hormat bertutup kepala tanpa senjata (pasal 5 ayat 2a PPM) pasukan memalingkankepaladenganbatas45 kepada pelatih. b)Pelatih membalas penghormatan. c)Kemudian Danton/pimpinan pasukan memberi aba-aba Tegak =GERAK. Danton/pemimpin pasukan dan pasukannya memalingkan kepala kembali serentakdan keduatangandilenggangkandengan tetap langkah tegap. d)Dilanjutkan dengan aba-aba Langkah biasa = JALAN. BAB II GERAKAN PERORANGANTANPA SENJATA GERAKAN DASAR Pasal 11 SIKAP SEMPURNA Aba-aba : Siap = GERAK.Pelaksanaan : Padaaba-abapelaksanaanbadan/tubuhberdiritegap,keduatumitrapat,kedua kaki merupakan sudut 45, lutut lurus dan paha dirapatkan, berat badan dibagi atas kedua kaki. Perut ditarik sedikit dan dada dibusungkan, pundak ditarik ke belakang sedikitdantidakdinaikkan.Lenganrapat padabadan,pergelangantanganlurus, jari-jari tangan menggenggamtidakterpaksadirapatkanpada paha,punggungibu jarimenghadapkedepan,mulutditutup,mata memandangluruskedepan, bernapas sewajarnya. Pasal 12 ISTIRAHAT Aba aba : Istirahat di tempat = GERAK.Pelaksanaan : 1)Pada aba-abapelaksanaan,kakikiri dipindahkankesampingkiri dengan jarak sepanjang telapak kaki (30 cm). 2)Keduabelahlengandibawakebelakangdipinggang,punggungtangankanandi atastelapaktangankiri, tangankanandikepalkandengandilemaskan,tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk serta kedua lengan dilemaskan, badan dapat bergerak. Catatan: a)Dalam keadaan parade di mana diperlukan pemusatan pikiran dan kerapihan istirahat dilakukan atas aba-aba Parade Istirahat di tempat = GERAK. Pelaksanaansama dengan tersebut diatas, hanya tangan ditarik ke atas sedikit,tidakbolehbergerak,tidakberbicara,dan pandangantetapke depan. b)Dalamkeadaanparademaupunbukanparadeapabilaakandiberikansuatu amanat atau sambutan oleh atasan/pembina, maka istirahat dilakukan atas aba-aba: Untuk perhatian Istirahat di tempat = GERAK. Pelaksanaansamadengantersebutdalamtitik a, dan pandanganditujukankepadapemberiperhatian / amanat / sambutan. Pasal 13 PERIKSA KERAPIHAN Aba aba : Periksa kerapihan = MULAI 1)Tanpa senjata : a.Periksa kerapihan dimaksudkan untuk merapihkan perlengkapan yang dipakaianggotapada saatitudanpasukandalamkeadaanistirahat(pasal 12). b.Pelaksanaan : 1.Padaaba-abaperingatan,pasukansecaraserentakmengambilsikap sempurna. 2.Pada saat aba-aba pelaksanaan dengan serentak membungkukkan badan masing- masing, mulai memeriksa atau membetulkan perlengkapannya dari bawah (ujung kaki ke atas sampai ke tutup kepala). 3.Setelahyakinsudahrapih,masing-masinganggotapasukanmengambil sikap sempurna (pasal 11). 4.SetelahPelatih/danpas/pemimpinpasukanmelihatsemuapasukannya sudah selesai (sudah dalam keadaan sikap sempurna)maka Pelatih/danpas/pemimpin pasukan memberi aba-aba = SELESAI. 5.Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat (pasal 12). 2)Bersenjata (khusus ABRI). Pasal 14 BERKUMPUL Padadasarnyaberkumpulselaludilakukandenganbersaf,kecualikeadaanruang tidak memungkinkan. 1.Berkumpul bersaf. Aba-aba: Bersaf - Kumpul = MULAI. Pelaksanaan : a.Sebelum aba-aba peringatan, pelatih/komandan/ pemimpin pasukan menunjuk salah seorang sebagai penjuru. b.Yang ditunjuk sebagai penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah, selanjutnya mengucapkan :Siap Ahmad sebagai penjuru (bila nama penjuru Ahmad) c.Penjuru mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke depan komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah pada jarak 4 langkah di depan komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah. d.Pada waktu aba-aba peringatan, maka anggota lainnya mengambil sikapsempurna dan menghadap penuh kepada komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah. e.Pada aba-abapelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara serentak mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju samping kiri penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan Luruskan. f.Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkatlengankanan ke samping kanan, tangan kanan digenggam, punggungtangan menghadap ke atas, kepala dipalingkanke kanandanmeluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang-orang yang di sebelah kanannya sampaikepenjurukanan,matapenjurumelihatkekiri,setelahbarisan terlihat lurus makapenjurumengucapkan Lurus.Padaisyaratinipenjuru melihat ke depan yang lain serentak menurunkan lengan kanan, melihat ke depan dan kembali sikap sempurna. 2.Berkumpul berbanjar. Aba-aba: Banjar Kumpul = MULAI. Pelaksanaan : a.Sama dengan pasal 14 sub a s/d d. b.Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara serentak mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke belakang penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan Luruskan. c.Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat lengan kanan ke depan, tangan kanan digenggam, punggung tangan menghadapke atas,mengambiljarak satu lengan ditambah dua kepal dari orang yang ada di depannya dan meluruskan diri ke depan. setelah orang palingbelakang/banjarkananpalingbelakangmelihatbarisannyalurus maka ia memberi isyarat dengan mengucapkan Lurus.Padaisyaratiniseluruhanggotayangdi banjarkananserentak menurunkan lengan kanan dan kembali sikap sempurna. Pasal 15 LENCANG KANAN/KIRI 1.Lencang kanan/kiri (hanya dalam bentuk bersaf) Aba-aba: Lencang kanan/kiri = GERAK. Pelaksanaan: Gerakan ini dijalankan dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan semua mengangkatlengan kanan/kirike sampingkanan/kiri,jari-jaritangankanan/kirimenggenggam, punggung tangan menghadap ke atas. Bersamaan dengan ini kepaladipalingkan ke kanan/kiri dengan tidak terpaksa kecuali penjuru kanan/kiritetapmenghadapkedepan.Masing-masingmeluruskandirihingga dapat melihat dada orang yang ada di sebelah kanan/kiri sampai kepada penjuru kanan/kirinya. Jarak ke samping harus sedemikian rupa, hingga masing- masingjarimenyentuhbahukiriorangyangada disebelahkanannya.Kalau lencang kiri maka masing-masing tangan kirinya menyentuhbahu kanan orang yang berada di sebelah kirinya. Penjuru kanan/kiri tidak berubah tempat. Catatan: a.Kalau bersaf tiga mereka yang berada di saf tengah dan belakangkecuali penjuru,setelah meluruskan kedepandenganpandanganmata,ikutpula memalingkan muka ke samping kanan/kiri dengan tidak mengangkat tangan. Penjuru pada saf tengah dan belakang mengambil jarak ke depan sepanjang satu lengan ditambah dua kepal dan setelah lurus menurunkan tangan. Setelah masing-masing anggota berdiri lurus dalam barisan, maka semuanya berdiri di tempatnya dan kepala tetap dipalingkan ke kanan/kiri. Semua gerakan dikerjakan dengan badan tegak seperti dalam sikap sempurna. Pada aba-aba Tegak = GERAK semua anggota dengan serentak menurunkan lengan dan memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap sempurna. b.Pada waktu komandan/pelatih/pemimpinpasukan memberikan aba-aba lencangkanan/kiri dan barisan sedang meluruskan safnya, komandan/ pelatih/pemimpin yang berada dalam barisan itu memeriksa kelurusan saf dari sebelah kanan/kiri pasukan, dengan menitik beratkan kepada kelurusan tumit (bukan ujung depan sepatu). 2.Setengah lencang kanan/kiri Aba-aba : Setengah lengan lencang kanan = GERAK. Pelaksanaan : Seperti lencang kanan/kiri, tetapi tangan kanan/kiri di pinggang (bertolak pinggang) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri di sebelah kanan/kirinya, pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat jari lainnya rapat satu sama lainnya di sebelah depan. Pada aba-aba Tegak = GERAK semua serentak menurunkan lengan memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap sempurna. 3.Lencangdepan(hanyadalambentukberbanjar)Aba-aba:Lencangdepan=GERAK.Pelaksanaan : Penjuru tetap sikap sempurna, banjar kanan nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan. Bila berbanjar tiga maka saf depan mengambil jarak satu/setengah lengan di samping kanan,setelahlurusmenurunkantangan,sertamenegakkankepalakembali denganserentak.Anggota- anggota yang ada di banjar tengah dan kiri melaksanakannya tanpa mengangkat tangan Pasal 16 BERHITUNG Aba-aba : Hitung = MULAIPelaksanaan :Jika bersaf, maka pada aba-aba peringatan penjuru tetap melihat ke depan, sedangkan anggota lainnya pada saf depan memalingkan muka ke kanan. Pada aba- aba pelaksanaan, berturut-turut tiappasukanmulaidaripenjurukananmenyebutnomornyasambilmemalingkanmukakembalikedepan. Jika berbanjar, maka pada aba-aba peringatan semua pasukan tetap dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaantiap pasukan mulai dari penjuru kanan depan berturut-turut kebelakang menyebutkan nomornyamasing-masing, penyebutan nomor diucapkan penuh. Pasal 17 PERUBAHANARAH 1.Hadap Kanan/Kiri Aba-aba : Hadap kanan/kiri = GERAK.Pelaksanaan: a.Kaki kanan/kiri diajukan melintang di depan kaki kanan/kiri, lekuk kaki kiri/kanan beradadi ujungkakikanan/kiri,beratbadanberpindahkekaki kiri/kanan. b.Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 90. c.Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti dalam keadaan sikap sempurna. 2.Hadap serong kanan/kiri Aba-aba : Hadap serong kanan/kiri = GERAK.Pelaksanaan :a.Kaki kanan/kiri diajukan ke muka berjajar dengan kaki kiri/kanan. b.Berputar arah 45 ke kanan/kiri c.Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri. 3.Balik kanan Aba-aba : Balik kanan = GERAK. Pelaksanaan :Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang (lebih dalam dari hadap kanan) di depan kaki kanan. Tumit kaki kanan beserta dengan badan diputar kek kanan 180. Kaki kiri dirapatkan pada kaki kanan. Pasal 18 MEMBUKAATAU MENUTUP BARISAN 1.Buka barisan Aba-aba : Buka barisan = JALAN. Pelaksanaan :Padaaba-abapelaksanaanregukanandankirimasing-masing membuatsatu langkah ke kanan dan kiri, sedangkan regu tengah tetap di tempat. 2.Tutup barisan Aba-aba : Tutup barisan = JALAN Pelaksanaan :Padaaba-abapelaksanaanregukanandankirimasing-masing membuatsatu langkah kembali ke kiri dan kanan, sedangkan regu tengah tetap di tempat. Pasal 19 BUBAR Aba-aba : Bubar = JALANPelaksanaan :Aba-aba tiap pasukan menyampaikan penghormatan kepada komandan, sesudah dibalas kembali dalam sikap sempurna kemudian melakukan balik kanan dan setelah menghitung dua hitungan dalam hati, melaksanakan gerakan seperti langkah pertama dalam gerakan maju jalan, selanjutnyabubar menuju tempat masing- masing. BAB III GERAKAN PERORANGANTANPA SENJATA GERAKAN BERJALAN Pasal 20 PANJANG, TEMPO, DAN MACAM LANGKAH Langkah dapat dibeda-bedakan sebagai berikut: NoMacam langkahPanjangTempo 1Langkah biasa65 cm110 tiap menit 2Langkah tegap65 cm110 tiap menit 3Langkah perlahan40 cm30 tiap menit 4Langkah ke kanan/kiri40 cm70 tiap menit 5Langkah ke belakang40 cm70 tiap menit 6Langkah ke depan60 cm70 tiap menit 7Langkah di waktu lari80 cm165 tiap menit Panjangnyasuatulangkahdiukurdaritumitketumit.Biladalamperaturandisebut satu langkah, maka panjangnya 70 cm. Pasal 21 MAJU JALAN Dari sikap sempurnaAba-aba : Maju = JALANPelaksanaan : a.Padaaba-abapelaksanaan kakikiridiajukankedepan,lututlurus,telapakkaki diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi 20 cm, kemudian dihentakkan ke tanah dengan jarak satu langkah dan selanjutnya berjalan dengan langkah biasa. b.Langkahpertamadilakukandenganmelangkah,lengankanankedepan90, lengan kiri ke belakang 30 ke belakang dengan tangan menggenggam. Pada langkah-langkahselanjutnyalengankanandankirilurus dilenggangkanke depan 45 dan ke belakang 30, banjar kanan depan mengambil dua titik yang terletakdalam satu garis sebagai arah barisan. Seluruh anggota meluruskan barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher. Dilarang keras : Berbicara Melihat ke kiri atau kanan Pada waktu melenggangkan lengan supaya jangan kaku. Pasal 22 LANGKAH BIASA 1.Padawaktuberjalan, kepaladanbadansepertipadawaktusikapsempurna. Waktu mengayunkan kaki kedepanlutut kakidibengkokansedikit(kaki tidak boleh diseret). Kemudian diletakkan ke tanah menurut jarak yang telah ditentukan. 2.Caramelangkahkan kakisepertipadawaktuberjalanbiasa.Pertamatumitdiletakkanditanah selanjutnya seluruh kaki. Lengan dilenggangkan dengan sewajarnya lurus ke depan dan ke belakang di samping badan, ke depan 45 dan ke belakang 30. Jari-jari tangan digenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari menghadap ke atas. 3.Bila berjalan dengan hubungan pasukan agar menggunakan hitungan iramalangkah(untukkendali kesamaan langkah). Pasal 23 LANGKAH TEGAP 1.Dari sikap sempurna Aba-aba : Langkah tegap maju = JALAN. Pelaksanaan :Mulai berjalan dengan kaki kiri, langkah pertama selebar satu langkah, selanjutnya seperti jalan biasa (panjang dan tempo) dengan cara kaki dihentakkan terus-menerustetapitidakberlebihan, telapakkakirapatdan sejajar dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak boleh diangkat tinggi. Bersamaan dengan langkah pertama tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke samping luar, ibu jari tangan menghadap ke atas, lenggang lengan 90 ke depan dan 30 ke belakang. 2.Dari langkah biasa Aba-aba : Langkah tegap = JALAN. Pelaksanaan :Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah selanjutnya berjalan langkah tegap. 3.Kembali ke langkah biasa (sedang berjalan) Aba-aba : Langkah biasa = JALAN. Pelaksanaan : Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa, hanya dengan langkah biasa, hanya langkah pertama dihentakkan selanjutnya berjalan langkah biasa. Catatan : Dalam keadaan sedang berjalan cukup menggunakan aba-aba peringatan : Langkah tegap atau Langkah biasa = JALAN pada tiap-tiap perubahan langkah (tanpa kata maju). Pasal 24 LANGKAH PERLAHAN 1.Untuk berkabung (mengantar jenazah). Aba aba : Langkah perlahan Maju = JALAN. Pelaksanaan : a.Gerakan dilakukan dengan sikap sempurna. Pada aba-aba JALAN kaki kiri dilangkahkan ke depan, kaki kiri ditarik ke depan dan ditahan sebentar di sebelah mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan ditapakkan di depan kaki kiri dilangkahkan ke depan, setelah kaki kiri menapak segera disusul dengan kaki kanan ditari ke depan dan ditahan sebentar di mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan di depan kaki kiri. b.Gerakan selanjutnya melakukan gerakan-gerakan seperti semula. Catatan: 1.Dalamsedangberjalan,aba-abaadalahlangkahperlahan=JALANyang diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan kemudian mulai berjalan dengan langkah perlahan. 2.Tapak kaki pada saat melangkah (menginjak tanah) tidak dihentakkan rata-rata untuk lebih khidmat. 2.Berhenti dari langkah perlahan Aba-aba : Henti GERAK. Pelaksanaan :Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri dirapatkan pada kaki kanan atau kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna. Pasal 25 LANGKAH KE SAMPING Aba-aba : Langkah ke kanan/kiri = JALAN.Pelaksanaan :Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri dilangkahkan ke kanan/kiri sepanjang 40 cm. Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kiri/kanan, sikap akan tetap seperti pada sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya hanya boleh dilakukan empat langkah. Pasal 26 LANGKAH KE BELAKANG Aba-aba : Langkah ke belakang = JALAN. Pelaksanaan :Pada aba-aba pelaksanaan melangkah ke belakang mulai dengan kaki kiri menurut panjangnya langkah dan sesuai tempo yang telah ditentukan (pasal 20),menurut jumlah langkah yang diperintahkan. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap badan seperti dalam sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya, hanya boleh dilakukan empat langkah. Pasal 27 LANGKAH KE DEPAN Aba-aba : Langkah ke depan = JALAN. Pelaksanaan :Pada aba-aba pelaksanaan melangkah ke depan mulai dengan kaki kiri menurut panjangn langkah 60 cm dan tempo langkah 70 tiap menit, menurut jumlah langkah yang diperin tahkan. Gerakan kaki seperti kaki langkah tegap (pasal 23) dan dihentakkan terus-menerus. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap seperti sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya, boleh dilakukan empat langkah. Pasal 28 LANGKAH DI WAKTU LARI 1.Dari sikap sempurna Aba-aba : Lari Maju = JALAN. Pelaksanaan :Pada aba-aba peringatan dua tangan dikepalkan dengan lemas dan diletakkan di pinggang sebelah depan, dengan punggungtangan menghadap ke luar, kedua siku sedikit ke belakang, badan agak condongkan ke depan. Pada aba-aba pelaksanaan dimulai lari dengan panjang langkah 80 cm dan tempo langkah 165 tiapmenitdengancarakakidiangkatsecukupnya,telapakkakidiletakkan dengan ujung telapak kaki terlebih dahulu, lengan dilenggangkan secara tidak kaku. 2.Dari langkah biasa Aba-aba :Lari=JALAN. Pelaksanaan :Pada aba-aba peringatan pelaksanaannya sama dengan aba-aba peringatan (pasal 28 ayat 1). Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ke tanah. Kemudian ditambah satu langkah. selanjutnya berlari menurut ketentuan yang ada. 3.Kembali ke langkah biasa Aba-aba : Langkah biasa = JALAN. Pelaksanaan:Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanah ditambah 3 langkah, kemudian berjalan dengan langkah biasa, dimulai dengan kaki kiri dihentakkan, bersamaan dengan itu kedua lengan dilenggangkan. Catatan: Untukberhentidengankeadaanberlari,diberikanaba-aba:Henti=GERAK. Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah ditambah3langkah,selanjutnyakakidirapatkankemudian keduakepalan tangan diturunkan untuk mengambil sikap sempurna. Pasal 29 LANGKAH MERDEKA 1.Dari langkah biasa Aba-aba : Langkah merdeka = JALAN.Pelaksanaan :Anggota berjalan bebas tanpa terikat ketentuan panjang, macam, dan tempo langkah. Ataas pertimbangn komandan, anggota dapat diizinkan untuk berbuat sesuatu yang dalam keadaan lain terlarang (antara lain: berbicara, buka topi, dan menghapus keringat). Catatan: Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menempuh jalan jauh atau di luar kotaataulapangan yangtidak rata.Anggotatetapdilarangmeninggalkan barisan. 2.Kembali ke langkah biasa Untuk melakukan gerakan ini lebih dahulu harus diberikan petunjuk samakan langkah. Setelah langkah sama, komandan dapat memberikan aba-aba peringatan dan pelaksanaan. Aba-aba: Langkah biasa = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kananjatuh di tanahkemudian di tambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa, hanya langkah pertama dihentakkan. Pasal 30 GANTI LANGKAH Aba-aba : Ganti langkah = JALAN. Pelaksanaan :Gerakan dapat dilakukan pada waktu langkah biasa/tegap. Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah. Sesudah itu ujung kaki kanan atau kiri yang sedang di belakang dirapatkan kepada tumit kaki sebelahnya. Bersamaan dengan itu lenggang tangan dihentikan tanpa dirapatkan pada badan. Untuk selanjutnya disesuaikan dengan langkah baru yang disamakan. Langkah pertama tetap sepanjang satu langkah. Kedua gerakan ini dilakukan dalam satu hitungan. Pasal 31 JALAN DI TEMPAT 1.Dari sikap sempurna Aba-aba : Jalan di tempat = GERAK.Pelaksanaan : Gerakan dimulai dengan kaki kiri, lutut bergantian diangkat setinggi paha rata- rata (horisontal), ujung kaki menuju bawah dan tempo langkah sesuai dengan tempo langkah biasa. Badan tegak pandangan mata tetap ke depan, lengan tetap lurus dirapatkan pada badan (tidak dilenggangkan). 2.Dari langkah biasa Aba-aba : Jalan di tempat = GERAK. Pelaksanaan : Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah. kemudian ditambah satu langkah, selanjutnya di mulai dengan kaki kanan/kiri berjalan di tempat, selanjutnya gerakan di tempat. 3.Dari jalan di tempat ke langkah biasa Aba-aba : Maju = JALAN. Pelaksanaan :Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanah, kemudian di tambah satu langkah di tempat dan mulai berjalan dengan menghentakkan kaki kiri satu langkah ke depan dan selanjutnya berjalan langkah biasa. 4.Dari jalan di tempat ke berhenti Aba-aba : Henti = GERAK Pelaksanaan : Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan.kiri jatuh di tanah lalu ditambah satu langkah. Selanjutnyakakikanan/kiridirapatkanpadakakikananmenurutiramalangkahbiasamengambilsikap sempurna. Pasal 32 BERHENTI Aba-aba : Henti = GERAK. Pelaksanaan :Aba-aba pelaksanaan dibrikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan kemudian mengambil sikap sempurna. Pasal 33 HORMAT KANAN/KIRI 1.Gerakan hormat kanan/kiri Aba-aba : Hormat kanan/kiri = GERAK. Pelaksanaan :Gerakan ini dilakukan pada waktu berjalan dengan langkahtegap.Aba-aba pelaksanaan diberikanpadawaktukakikananjatuhditanah,kemudian ditambah satu langkah, langkah berikutnya kepala dipalingkan dan pandangan mata diarahkan kepada yang diberi hormat sampai hingga ada aba-aba Tegak = GERAK. Penjuru kanan/kiri tetap melihat ke depan untuk memelihara arah. Setelaharahpandanganyangdiberihormatmencapaisudut45daripada pandangan lurus ke depan, maka kepala dan pandangan mata tetap pada arah tersebut hingga dapat aba-aba Tegak = GERAK. Catatan : Pada saat penghormatan apabila bersenjata/pundak bersenjata, tangan kanantetap melenggang.Apabila tidakbersenjata,lengankiritidakmelenggang tangan kanan menyampaikan penghormatan. 2.Gerakanselesaimenghormat Aba-aba :Tegak=GERAK. Pelaksanaan : Aba-abapelaksanaandiberikanpada waktu kaki kanan jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah, lengan dilenggangkan (kembali langkah tegap). Pasal 34 PERUBAHAN ARAH DARI BERHENTI KE BERJALAN 1.Ke hadap kanan/kiri maju jalan Aba-aba : Hadap kanan/kiri Maju = JALAN. Pelaksanaan :Membuat gerakan hadap kanan/kiri. Pada hitungan ketiga kaki kiri/kanan tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan. 2.Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan Aba-aba : Hadap serong kanan/kiri Maju = JALAN. Pelaksanaan:Membuat gerakan hadap serong kanan/kiri. Pada hitunganketiga kaki kiri / kanan tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan. Pasal 32 BERHENTI Aba-aba : Henti = GERAK. Pelaksanaan :Aba-aba pelaksanaan dibrikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan kemudian mengambil sikap sempurna. Pasal 33 HORMAT KANAN/KIRI 1.Gerakan hormat kanan/kiri Aba-aba : Hormat kanan/kiri = GERAK. Pelaksanaan :Gerakan ini dilakukan pada waktu berjalan dengan langkahtegap.Aba-aba pelaksanaan diberikanpadawaktukakikananjatuhditanah,kemudian ditambah satu langkah, langkah berikutnya kepala dipalingkan dan pandangan mata diarahkan kepada yang diberi hormat sampai hingga ada aba-aba Tegak = GERAK. Penjuru kanan/kiri tetap melihat ke depan untuk memelihara arah. Setelaharahpandanganyangdiberihormatmencapaisudut45daripada pandangan