diksi-diksi emotif dalam puisi chairil anwar estetika dan fungsionalitas bahasa

27
DIKSI-DIKSI EMOTIF DALAM PUISI CHAIRIL ANWAR: ESTETIKA DAN FUNGSIONALITAS BAHASA (Kajian Stilistika dan Semantik Bahasa) Renda Yuriananta Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya ABSTRAK Stilistika merupakan sebuah bidang ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana bahasa digunakan oleh manusia dalam bentuk lisan maupun tulis. Cara yang digunakan oleh manusia ini berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam kajian stilistika, cara-cara tersbut diistilahkan dengan gaya bahasa. Dalam karya sastra, terdapat gaya pengarang dalam mengungkapkan gagasannya melalui aspek kebahasaan yang digunakan. Salah satu pengarang yang dapat dilihat gaya khas kebahasaannya adalah Chairil Anwar. Hampir di setiap masa, Chairil Anwar selalu menggunakan diksi bermakna emotif. Diksi tersebut tidak hanya bersifat estetis, tetapi juga menimbulkan aksi terhadap pembacanya. Oleh karena itu, gaya inilah yang selalu melekat dengan sosok Chairil Anwar dan tidak dimiliki oleh setiap pengarang di Indonesia. Kata Kunci: Stilistika, gaya bahasa, karya sastra, Chairil Anwar PENDAHULUAN

Upload: kahfie-nazaruddin

Post on 26-Dec-2015

350 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

semiotika

TRANSCRIPT

Page 1: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

DIKSI-DIKSI EMOTIF DALAM PUISI CHAIRIL ANWAR:

ESTETIKA DAN FUNGSIONALITAS BAHASA

(Kajian Stilistika dan Semantik Bahasa)

Renda Yuriananta

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Stilistika merupakan sebuah bidang ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana

bahasa digunakan oleh manusia dalam bentuk lisan maupun tulis. Cara yang digunakan

oleh manusia ini berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam kajian

stilistika, cara-cara tersbut diistilahkan dengan gaya bahasa. Dalam karya sastra,

terdapat gaya pengarang dalam mengungkapkan gagasannya melalui aspek kebahasaan

yang digunakan. Salah satu pengarang yang dapat dilihat gaya khas kebahasaannya

adalah Chairil Anwar. Hampir di setiap masa, Chairil Anwar selalu menggunakan diksi

bermakna emotif. Diksi tersebut tidak hanya bersifat estetis, tetapi juga menimbulkan

aksi terhadap pembacanya. Oleh karena itu, gaya inilah yang selalu melekat dengan

sosok Chairil Anwar dan tidak dimiliki oleh setiap pengarang di Indonesia.

Kata Kunci: Stilistika, gaya bahasa, karya sastra, Chairil Anwar

PENDAHULUAN

Stilistika merupakan sebuah bidang studi yang mengkaji gaya bahasa di dalam teks.

Teks dianggap sebagai sebuah fenomena bahasa yang disampaikan oleh manusia dengan

gaya tertentu sehingga membuat sebuat kesatuan yang utuh. Ratna (2013:1) mengatakan

bahwa stilistika adalah ilmu tentang gaya, yang dalam penggunaannya memanfaatkan cara-

cara tertentu dan dengan tujuan tertentu untuk mencapai hasil yang terbaik. Konsep yang

diutarakan oleh Ratna ini masih bersifat umum karena kajian stilistika sendiri juga umum,

tetapi pada penjabaran yang khusus, stilistika dalam hal ini akan memfokuskan diri pada gaya

pada bahasa atau disebut dengan gaya bahasa.

Gaya bahasa adalah kajian stilistika secara khusus. Banyak orang yang salah persepsi

mengenai konsep ini. Orang hanya menganggap bahwa gaya bahasa hanya dimiliki oleh

Page 2: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

karya sastra. Jadi, gaya bahasa, kajian stilistika, hanya akan berhubungan dengan sastra dan

tidak yang lain. Hal ini dikarenakan oleh salah satu unsur dalam pembentuk sebuah karya

sastra adalah gaya bahasa. Dalam berbagai teori sastra juga disebutkan menganai penggunaan

gaya bahasa dalam karya sastra. Padahal, jika konsep tersebut dipahami dengan benar, maka

pemahaman tersebut akan terkikis dengan keuniversalan kajian stilistika. Pandangan tersebut

seharusnya mulai berubah karena gaya bahasa sendiri bersifat umum. Tidak ada makhluk lain

selain manusia yang dapat menggunakan bahasa. Bahasa adalah alat untuk mengekspresikan

diri manusia itu sendiri.

Karya sastra adalah hasil dari kompleks ide yang dimampatkan menjadi sebuah tulisan

dan narasi. Tulisan ini dapat berupa hal besar atau pun kecil dalam kehidupan. Karya sastra

tidak dapat dipisahkan dengan pengarangnya. Setiap pengarang memiliki gaya tersendiri

dalam mengungkapkan gagasannya melalui karya sastra. Gaya yang berbeda-beda tersebut

menimbulkan sebuah pembedaan tersendiri bagi setiap pengarang. Dengan hanya melihat

karya sastra yang dikarang saja, pembaca akan dapat menafsirkan siapa pengarang yang

menciptakan puisi tersebut melalui gaya bahasa yang digunakannya. Walau pun tidak secara

pasti mengerti pengarangnya, tetapi setidaknya mengerti lingkungan sosial pengarang. Hal

inilah yang dapat dikaji dengan stilistika, yaitu mengetahui gaya pengarang dalam

mengungkapkan gagasannya melalui karya sastra.

KARYA SASTRA, MAKNA EMOTIF, DAN CHAIRIL ANWAR

Menurut Leech (dalam Subroto, 2011:51) dalam berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa dapat dilihat/dirasakan warna feeling (rasa, perasaan) perorangan dari penuturnya

terhadap mitra tutur atau terhadap orang yang dibicarakan atau terhadap sesuatu yang

dibicarakan. Leech (dalam Pateda, 2010:98) juga berpendapat bahwa makna afektif

berhubungan dengan perasaan yang timbul setelah seseorang mendengar atau membaca.

Dalam penjabaran tersebut tekanan yang muncul adalah pada rasa/perasaan yang ditimbulkan

dari sebuah bahasa. Perasaan itu dapat muncul dari pembicara mengenai mitra tutur, orang

ketiga, atau pun objek yang dibicarakan. Pada teks sastra khususnya puisi, perasaan yang

muncul tersebut memang dihasilkan oleh pengarang yang nantinya akan diterima oleh

pembacanya.

Setiap kata memiliki nuansa emotif tertentu sehingga mampu membawa seorang

pembaca kepada sebuah situasi tertentu pala yang sengaja dihadirkan oleh pengarang dalam

karya sastranya, khususnya puisi. Makna emotif tersebut hadir karena apabila kita tinjau lebih

dalam adalah disebabkan oleh bahasa yang digunakan. Mengenai hal ini, kita dapat kembali

Page 3: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

melihat pandangan awal mengenai bahasa. Condillac (dalam Chaer, 2009:31) berpendapat

bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri

yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Dari pendapat Condillac ini, kita

dapat menerima sebuah pernyataan mengenai bahasa merupakan sebuah ungkapan perasaan

atau emosi yang kuat. Dapat dilihat pula pada fungsi bahasa itu sendiri. Menurut Chaer

(dalam Chaer, 2009:33) bahasa adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk

menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Dari pendapat ini, kita juga

dapat mengambil simpulan bahwa bahasa merupakan ungkapan pikiran, gagasan, konsep,

atau perasaan. Beberapa pendapat mengenai bahasa tersebut dapat mengerucut pada makna

yang akan ditimbulkan oleh bahasa tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh Ullman

(2012:157) bahwa bahasa itu tidak hanya wahana komunikasi, melainkan juga alat untuk

mengekspresikan emosi dan menggunakan emosi itu “memengaruhi” orang lain.

Dalam karya sastra, khususnya puisi bahasa merupakan sebuah media yang digunakan

oleh pengarang dalam mengungkapkan perasaannya mengenai suatu hal. Sejalan dengan ini

Pateda (2010:98) mengatakan bahwa penulis karya sastra pandai sekali memilih kata yang

mengandung makna afektif sehingga pembaca terharu, jengkel, sedih, gembira, atau tertawa

membaca karangan tersebut. Memang kita tidak akan sadar dengan apa yang akan kita

rasakan setelah membaca sebuah karya sastra. Terkadang tanpa kita sadari, karya sastra yang

kita baca mengajak kita untuk merasakan perasaan sedih, haru, kecewa, bahagia, dan

perasaan lain sesuai dengan suasana apa yang ditimbulkan oleh pengarang.

Chairil Anwar adalah salah satu penyair besar Indonesia yang puisi-puisinya banyak

menjadi sorotan para akademisi dalam penganalisisan unsur-unsurnya. Puisi Chairil Anwar

banyak mendapatkan perhatian yang besar pula dari masyarakat karena keindahan bahasa

serta kemampuannya membangkitkan suatu emosi dari para pembacanya. Pembaca tidak

hanya digiring dengan bahasa-bahasa yang emotif tersebut, melainkan juga pengungkapan

maknanya yang begitu mendalam. Berhubungan dengan makna emotif, Chairil Anwar adalah

salah satu pengarang yang konsisten menggunakan diksi-diksi yang bermakna emotif, yang

dapat mempengaruhi pembaca untuk melakukan perenungan dan gerakan. Diksi-diksi emotif

tersebut dapat terlihat pada puisi Diponegoro, Karawang-Bekasi, dan Derai-Derai Cemara.

Tiga puisi tersebut adalah puisi-puisi yang diteliti oleh penulis dengan landasan sebagai

representasi puisi-puisi lainnya pada tahun yang sama. Diponegoro sebagai puisi yang dibuat

di masa awal Chairil Anwar. Karawang-Bekasi sebagai puisi yang ditulis Chairil Anwar di

masa pertengahan hidupnya. Puisi Derai-Derai Cemara sebagai puisi yang ditulis Chairil

Page 4: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

Anwar sebelum meninggal. Dari tiga poin waktu yang berbeda tersebut, Chairil Anwar tetap

konsisten menggunakan diksi-diksi bermakna emotif. Hal ini menunjukkan bahwa Chairil

Anwar memiliki gaya emotif dalam puisi-puisinya, tetapi belum banyak orang yang

menyadarinya. Memang, gaya tersebut wajar bagi para pengarang, khususnya pengarang

puisi, tetapi tidak semua pengarang bisa menyatukan antara penciptaan kata dengan emosi

yang menimbulkan aksi tertentu. Sebagai contoh, W. S. Rendra, puisi-puisi Rendra adalh

puisi yang memiliki tingkat keindahan tinggi, tetapi tidak mampu mendorong pembacanya

untuk melakukan aksi. Perbandingannya adalah dengan Wiji Thukul, puisi-puisi Thukul

mendorong pembaca untuk melakukan aksi, tetapi dari segi penggunaan bahasanya tidak

terlalu bersifat estetis atau lebih sering menggunakan bahasa-bahasa yang lugas. Berbeda

dengan Chairil Anwar, puisi-puisi Chairil Anwar adalah wujud penggabungan antara puisi-

puisi Rendra dan Wiji Thukul. Wujud penggabungan tersebut bukan karena Chairil Anwar

sengaja malakukannya, ingat bahwa Chairil Anwar meninggal pada masa sebelum Rendra

dan Thukul. Jadi, Chairil Anwar memiliki gaya tersendiri yang tidak dimiliki oleh pengarang

lain, yaitu penggunaan diksi-diksi emotif dalam puisi-puisinya.

Sastra ada di wilayah yang abstrak, tetapi dapat dikonkretkan dengan bukti-bukti

empiris melalui penelitian sastra. Dalam bab selanjutnya, penulis menjabarkan bukti-bukti

mengenai penggunaan diksi bermakna emotif oleh Chairil Anwar dalam puisi-puisinya.

Makna Emotif dalam Puisi Chairil Anwar

Dari data yang penulis analisis, terdapat beberapa kata yang mengandung makna

emotif tertentu bagi pembaca (pendengar). Data tersebut adalah sebagai berikut.

Kata Emotif Makna LeksikalMakna dalam Konteks

KalimatMakna Emotif

terbaring Terletak membujur; tergeletak; tergelimpang

Sudah menjadi mayat dan dikubur.

 Seakan pembaca merasakan simpati akan ungkapan dari kata tersebut

teriak  Seruan yang keras; pekik Berseru/mengucapkan sesuatu kata (merdeka)

 Perasaan pembaca seakan dibawa untuk mendengar suara-suara

Merdeka

 Bebas (dr perhambaan, penjajahan, dsb; berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dr tuntutan, tidak terikat, tidak bergantung kpd orang atau pihak tertentu; leluasa

 Seruan kemerdekaan (kebebasan dari para penjajah yang menduduki negara Indonesia)

 Pembaca seakan merasakan suatu keinginan untuk bebas tetapi terhalang sesuatu

angkat senjata

 Angkat: naikkan; tinggikan  Bergerak untuk maju dan berperang melawan

 Perasaan pembaca seakan terbawa Senjata: alat yg dipakai untuk

Page 5: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

berkelahi atau berperang (tt keris, tombak, dan senapan) penjajah yang menduduki untuk melakukan

deru Tiruan bunyi angin ribut (mesin mobil dsb)

 Suara-suara dari sanubari yang keluar dari perenungan terhadap para pahlawan (seperti bunyi angin)

 Pembaca seakan merasakan deru angin yang sangat keras dan yang sebenarnya adalah bunyi perenungan-perenungan

terbayang

 Seakan-akan tampak, tampak bayang-bayangannya, sudah ada tanda-tandanya (akan berhasil dsb), dapat dilihat; tampak

 Mengharap pembayangan dari para penerus untuk perjuangan para pahlawan

 Seakan pembaca ikut melakukan pembayangan akan perenungan yang diharapkan dalam puisi

maju

 Berjalan (bergerak) ke muka; tampil ke muka, mendesak ke depan (tt pasukan); pergi atau keluar ke medan perang, lulus (dl ujian), telah mencapai atau berada pd tingkat peradaban yg tinggi, cerdas;berkembang pikirannya; berpikir dengan baik

 Menyerang lawan yang ada di hadapan. Para penerus harus terus maju untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan yang sudah mati sebelum ikut merasakan kemerdekaan.

 Mendorong pembaca untuk merasakan dorongan maju dan melanjutkan perjuangan

mendegap hati

Degap: tiruan bunyi papan yag dipukul; tiruan bunyi debaran jantung

 Hati seperti berdetak/berdebar merasakan ketakutan dan sebuah dorongan untuk memberanikan diri serta bergerak

 Sekan pembaca merasakan debaran yang kuat pada jantung yang berdenyut

Hati: sesuatu yang ada di dl tubuh manusia yang dianggap sbg tempat segala perasaan batin dan tempat menimpan pengertian (perasaan dsb)

hening  Diam; sunyi sepi; lengang Suatu keadaan yang sunyi tanpa suara apa-apa yang bergemuruh

 Sekan pembaca merasakan suatu keadaan sepi dan sunyi

malam  waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit

 Suasana malam yang gelap

 Seakan pembaca terbawa dan dalam suasana malam

sepi

 sunyi; lengang, tidak ada orang (kendaraan dsb); tidak banyak tamu (pembeli dsb); tidak ada kegiatan; tidak ada apa-apa; tidak ramai

 Suatu keadaan yang tidak terlihat adanya siapa-siapa dan tidak terdengar suara sama sekali

 Seakan pembaca merasa dalam keadaan sepi

hampa  tidak berisi; kosong, tidak bergairah; sepi, sia-sia; tidak ada hasilnya

 Suatu keadaan yang tanpa udara, kosong, dan sia-sia berada di dalamnya

 Seakan pembaca masuk pada keadaan kosong, sepi, dan tanpa ada apa-apa

berdetak berbunyi spt berdetik, tetapi lebih berat;

 Gerakan yang menimbulkan bunyi seperti pada detak jam

 Suara detak tersebut juga dirasakan pembaca dengan jantung yang berdebar

mati  sudah hilang nyawanya; tidak hidup  Keadaan meninggal tidak  Suatu keadaan yang

Page 6: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

lagi seperti yang diharapkan menakutkan.

debu serbuk halus (dr tanah dsb); abu; duli; lebu

 Butir dan serbuk tanah yang menutupi mayat-mayat/pemakaman

 Pembaca seakan merasakan butiran debu yang sangat halus.

Kenang (selalu) membangkitkan kembali dl ingatan; mengingat-ingat; membayangkan

 Suatu keadaan membangkitkan kembali ingatan yang telah lalu

 Pembaca merasakan suatu pembayangan mengenang sesuatu dari puisi yang dihadirkan

kenanglah  -

 Seuatu keadaan membangkitkan kembali ingatan yang telah lalu, tetapi lebih kepada paksaan untuk melakukan kegiatan mengenang

 Pembaca seakan dipaksa untuk melakukan kegiatan mengenang sesuatu yang telah lampau/mengenang para pahlawan yang telah berjuang

nyawa pemberi hidup kpd badan wadak (organisme fisik) yg menyebabkan hidup (pd manusia, binatang, dsb)

 Sesuatu yang dimiliki oleh makhluk hidup untuk mereka hidup

 Menimbulkan sebuah perasaan mengenai kehidupan dari roh yang dimiliki makhluk hidup

jiwa roh manusia (yg ada di dl tubuh dan menyebabkan seseorang hidup); nyawa;

 Roh manusia yang berada di dalam diri yang paling dalam dan memiliki sebuah kepekaan terhadapa sesuatu hal tertentu

 Menimbulkan sebuah perasaan mengenai sebuah kemampuan untuk merasakan sesuatu hal

melayang  terbang krn dihembus angin Suatu keadaan yang diperjuangkan semi suatu kebebasan.

 Menimbulkan perasaan melambung dari tanah.

kemerdekaan keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dsb); kebebasan

 Suatu keadaan yang bebas

 Menimbilkan sebuah keadaan bebas dari sesuatu hal yang telah mengurungnya

kemenangan  hal menang, keunggulan; kelebihan Keadaan menang dan lebih unggul dari yang lainnya

 Menimbulkan perasaan lega dan bahagia

harapan   keinginan supaya menjadi kenyataan Keinginan yang sangat penting bagi seseorang

 Menimbulkan perasaan ingin mewujudkan sesuatu yang diinginkan

Teruskan lurus menuju ...; langsung pd (arah ke); lantas

 Menimbulkan perasaan melanjutkan sesuatu yang sudah dipercayakan.

Melanjutkan sesuatu hal

Page 7: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

mayat badan atau tubuh orang yg sudah mati; jenazah

 Berhubungan dengan kematian para pahlawan yang telah berjuang

 Menimbulkan sebuah perasaan menakutkan.

impian

 (barang) yg diimpikan; barang yg sangat di-inginkan

 Suatu harapan yang sangat ingin dimiliki/diwujudkan

 Seakan pembaca diajak untuk mengetahui sesuatu yang diinginkannya.

Dalam tabel di atas (Puisi Karawang-Bekasi), banyak sekali munculnya sebuah

keadaan yang menimbulkan suasana tertentu bagi pembaca. Pembaca seakan dimasukkan

dalam sebuah perenungan terhadap perjuangan para pahlawan yang rela mati demi sebuah

kemerdekaan. Berbagai makna emotif dari kata-kata yang digunakan oleh pengarang tersebut,

banyak sekali menciptakan suasana yang sedikit haru dan mencekam. Pembaca digiring

menuju kepada perasaan simpati melalui kata-kata yang mengandung makna emotif suasana

tersebut. Makna-makna emotif yang muncul itulah yang menjadi jalan hadirnya sebuah

ekspresi perasaan dari pembaca menuju sebuah keadaan yang diharapkan dari dalam puisi

tersebut. Ada juga beberapa bahasa onomatopoik yang dimunculkan oleh pengarang, seperti

kata deru, mendegap, dan berdetak. Bahasa-bahasa onomatopoik inilah yang membantu

dalam mengungkapkan ekspresi pengarang dalam menciptakan tanggapan ekspresi dari

pembacanya.

Makna dalam puisi “Karawang-Bekasi” akan penulis jabarkan untuk setiap barisnya

dan penjabarannya adalah sebagai berikut.

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi (Orang-orang yang mati dalam perang di antara Karawang-Bekasi)tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi. (Sudah jadi mayat, tak bisa melakukan apa-apa lagi)Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, (siapa yg tidak tahu kejadian waktu itu?)terbayang kami maju dan mendegap hati ? (bayangkan pahlawan berperang dengan hati yang berdebar)

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi (para pahlawan hanya mampu memberi perenungan)Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak (Ketika kita mampu untuk merenungi, maka hati akan ikut merasakan apa yang telah di rasakan oleh para pahlawan)Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. (para pahlawan rela mati dalam masa yang masih belum banyak dan kini mereka telah menjadi mayat)Kenang, kenanglah kami. (Para pahlawan ingin dikenang oleh para penerus)

Kami sudah coba apa yang kami bisa (Mereka sudah berjuang dengan segala apa yang mereka mampu untuk usahakan)Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa (tetapi semua itu belum memberi penyelesaian karena masih banyak nyawa yang ikut terkorbankan)

Page 8: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

Kami cuma tulang-tulang berserakan (mereka telah menjadi mayat)Tapi adalah kepunyaanmu (mayat yang berjuang untuk para penerus)Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan (sekarang tinggal bagaimana para penerus menghargai jasa-jasa para pahlawan tersebut)

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan (entah nanti para penerus menganggap bahwa para pahlawan sangat berharga dengan berbagai jasa mereka dan sekarang bagaimana para penerus meneruskan perjuangan mereka dengan segala harapan-harapan))atau tidak untuk apa-apa, (ataukah tidak dianggap sebagai apa-apa oleh para penerus)Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata (Para pahlawan tidak tahu semua itu, tidak tahu mana yang dipilih oleh para penerus. Mereka tidak mampu untuk melakukan apa-apa lagi demi tercapainya sebuah negara yang baik)Kaulah sekarang yang berkata (Para peneruslah yang kini memegang kekuasaan, mengarahkan ke mana jalan yang akan ditempuh demi kemerdekaan negara yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan)

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi (Para pahlawan hanya dapat menjadi perenungan-perenungan bagi para penerusnya)Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak (Ketika kita mampu untuk merenungi, maka hati akan ikut merasakan apa yang telah di rasakan oleh para pahlawan)

Kenang, kenanglah kami (Para pahlawan ingin dikenang)Teruskan, teruskan jiwa kami (Para pahlawan mengharapkan perjuangan mereka terus dilanjutkan oleh para penerusnya untuk membangun negara yang telah mereka perjuangkan)Menjaga Bung Karno (menghargai perjuangan Bung Karno)menjaga Bung Hatta (menghargai perjuangan Bung Hatta)menjaga Bung Sjahrir (menghargai perjuangan Bung Sjahrir)

Kami sekarang mayat (Mereka sekarang hanyalah mayat)Berikan kami arti (Berikan penghargaan bagi mereka, para pejuang serta lanjutkan perjuangan para pahlawan tersebut)Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian (Marilah terus menuju ke yang lebih baik dan mewujudkan pembangunan negara yang telah mereka perjuangkan)

Kenang, kenanglah kami (Mereka ingin dikenang oleh para penerusnya)yang tinggal tulang-tulang diliputi debu (Mereka yang sekarang hanyalah mayat-mayat)Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi (Beribu mayat mereka yang kini terpendam di antara Krawang—Bekasi)

Seperti itulah penjabaran mengenai puisi “Karawang-Bekasi” yang sudah penulis

analisis. Dari Analisis tersebut, dapat diambil ciri kembali mengenai Chairil Anwar yang

selalu ingin menunjukkan semangat perjuangan kepada para pembacanya. Semangat-

semangat tersebut dituangkannya ke dalam puisi dan mengarahkan para pembaca kepada

situasi perjuangan yang digambarkan oleh Chairil Anwar.

Page 9: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

Selanjutnya adalah analisis data yang ditemukan pada puisi Diponegiro. Analisisnya

adalah sebagai berikut.

Kata Emotif Makna LeksikalMakna dalam Konteks

Kalimat Makna Emotif

hidup

 masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya (tt manusia, binatang, tumbuhan, dsb)

 Suatu keadaan diturunkannya nyawa oleh Sang Pencipta kepada seseorang. Kembali bangit dari kematian

 Merasakan kembali keadaan hidup dari kematian

bara kagum

 Bara: barang sesuatu (arang) yg terbakar dan masih berapiKagum: heran (dng rasa memuji); takjub; tercengang

 Perasaan kagum yang menyebar dan hangat bagaikan bara api yang terus memanas intensitasnya

 Suatu keadaan memuji sesuatu yang menimbulkan persaan kagim terhadapnya.

api

 panas dan cahaya yg berasal dr sesuatu yg terbakar; nyala

 Semangat yang muncul dari sosok pahlawan yang dikagumi oleh pengarang puisi tersebut

 Menimbulkan sebuah perasaan semangat yang kuat.

Tak gentar

 “tidak” gerakan berulang-ulang yg cepat sekali (spt kawat kecapi yg dipetik); getar; geletar, takut

 Tidak merasa takut kepada apa pun yang menghadangnya di depan.

 Menimbulkan perasaan menguatkan tekad untuk maju tanpa perasaan takut

Pedang parang panjang (banyak macamnya  Senjata perang

 Menimbulkan perasaan gambaran dari suatu alat dalam perang

keris

 senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua (bilahnya ada yg lurus, ada yg berkeluk- keluk);  Senjata perang khas jawa

 Menimbulkan seuatu perasaan kesaktian dari keris yang dipegang oleh Diponegoro

semangat

 roh kehidupan yg menjiwai segala makhluk, baik hidup maupun mati (menurut kepercayaan orang dulu dapat memberi kekuatan)

 Suatu keadaan serius dan senang kepada hal yang dilakukannya

 Menimbulkan sebuah keadaan semangat kepada pembaca

mati

 sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi  Sedaan tidak bernyawa kembali

 Perasaan menakutkan muncul dari benak pembaca

bergenderang-berpalu

 Suatu semangat untuk meraih kemerdekaan dengan dianalogikan bagai suara genderang dengan ketukan palu

 Menimbulkan perasaan semangat yang menggebu-gebu

menyerbu  mendatangi dng maksud melawan

 Seuatu gerakan bersama-sama untuk menyerang sesuatu

 Perasaan untuk maju beramai-ramai melawan

Page 10: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

(melukai, memerangi); menyerang sesuatu “penjajahan”

Punah

 habis semua hingga tidak ada sisanya; benar-benar binasa

 Keadaan hilangnya suatu hal yang jarang ada/mati lebih terhormat

 Perasaan telah kehilangan sesuatu yang sebenarnya tidak diharapkan menghilang

menghamba  mengabdi (kpd)

 Suatu pengabdian kepada seseorang yang berkuasa/memiliki kedudukan.

 Terasa seperti terkurung dan tertekan oleh suatu kegiatan yang tidak diinginkan

Binasa rusak sama sekali; hancur lebur; musnah

 Suatu hasil dari proses mati karena sasuatu

 Merasakan suatu keadaan mati

ditindas disengsarakan; teraniaya

 Suatu keadaan dianiaya/disengsarakan oleh para penguasanya

 Seakan pembaca ikut masuk dalam perasaan tidak ingin melakukan sesuatu yang tidak diinginkan tetapi harus dilakukan dengan paksa

ajal

 batas hidup yg telah ditentukan Tuhan, saat mati, janji akan mati

 Suatu takdir kematian yang tidak dapat untuk dihindari kembali

 Merasa takut dengan kematian yang akan datang

hidup

 masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya (tt manusia, binatang, tumbuhan, dsb)

 Suatu keadaan diturunkannya nyawa oleh Sang Pencipta kepada seseorang. Kembali bangit dari kematian

 Merasakan kembali keadaan hidup dari kematian

Maju

 Berjalan (bergerak) ke muka; tampil ke muka, mendesak ke depan (tt pasukan); pergi atau keluar ke medan perang, lulus (dl ujian), telah mencapai atau berada pd tingkat peradaban yg tinggi, cerdas;berkembang pikirannya; berpikir dengan baik

 Kegiatan menyerang lawan yang menjajah

 Merasa terdorong untuk melangkah menuju kemenangan

Serbu

 mendatangi dng maksud melawan (melukai, memerangi); menyerang

 Melakukan sebuah serangan secara bersama-sama

 Seakan pembaca merasakan keadaan di dalam geraknya melangkah menuju kebenaran

Serang

 mendatangi untuk melawan (melukai, memerangi, dsb); menyerbu

 Melakukan kegiatan menyerang, maju, menyerbu lawan tanpa henti

 Seakan pembaca dihadirkan pada suasana peperangan dan maju tanpa peduli halangan yang menghadang

Terjang  tendang; sepak (terutama ke depan atau

 Melakukan sebuah gerakan pemberontakan atas penjajah

 Nuansa peperangan dihadirkan oleh pengarang.

Page 11: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

ke bawah dng tapak kaki)

yang mengambil suatu kebabasan dari negara yang dijajah

Pembaca seakan juga melakukan sebuah serangan yang terus-menerus untuk mengambis sebuah kemerdekaan.

Dalam puisi Diponegoro di atas, makna-makna emotif juga dihadirkan untuk

mengarahkan pembaca dalam suasana yang diharapkan oleh pengarang. Perbedaan dari puisi

Diponegoro tersebut dengan puisi Karawang-Bekasi di atas adalah pada puisi Diponegoro

tidak ditemukanbunyi-bunyi onomatopoik, tetapi lebih banyak menggunakan bahasa-bahasa

yang menimbulkan suatu suasana semangat. Selain itu, banyak juga kata-kata yang memiliki

kesamaan bunyi meski bentuknya berbeda. Pengarang menafsirkan, selain untuk

menimbulkan sebuah suasana yang sangat kuat di dalamnya, pengarang juga ingin

menunjukkan sebuah bahasa yang dususun indah dalam setiap baitnya. Meskipun bahasa-

bahasa tersebut banyak mengandung bunyi yang sama, tetapi bunyi-bunyi tersebut dapat

menimbulkan sebuah suasana yang mendominasi. Bunyi-bunyi sama tersebut terlihat pada

beberapa katanya, seperti maju, serbu, serang, pedang, dan terjang. Bunyi akhir yang sama

tersebut juga memiliki pengaruh yang kuat dalam menimbulkan sebuah tekanan ekspresi

tersendiri dari pembacanya.

Dalam sejarahnya, Chairil Anwar memilih tokoh Diponegoro sebagai teladan bagi

bangsa Indonesia. Semangat dari Diponegoro tersebut dimunculkan kembali oleh Chairil

Anwar dalam puisinya tersebut. Dahulu Pangeran Diponegoro pernah menggerakkan rakyat

Jawa Tengauh dan Yogyakarta pada masa kehidupannya demi melawan penjajah. Keberanian

dalam melawan Belanda, diungkapkan kembali dalam puisi tersebut. Menurut

Wahyuningtyas dan Santosa (2011: 203) keganasan Diponegoro dalam melawan Belanda

dilukiskan seakan-akan Diponegoro mengayun-ayunkan pedang di tangan kanan dan

mengacu-acukan keris di tangan kiri. Memang apabila kita lihat kembali, senjata-senjata dari

Belanda jauh lebih modern dari senjata Diponegoro, tetapi Ia tak gentar dengan semua itu.

Diponegoro seakan hanya berbekal semangat dan rasa percaya diri yang tidak akan bisa mati.

Seperti itulah figur yang diungkapkan oleh Chairil Anwar dalam puisinya yang berjudul

“Diponegoro”.

Selanjutnya adalah analisis puisi “Derai-Derai Cemara”. Analisisnya adalah sebagai

berikut.

Kata Emotif Makna LeksikalMakna dalam Konteks

Kalimat Makna Emotif

Page 12: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

menderai

 tiruan bunyi titik-titik air hujan yg jatuh di kaca dsb

 Bergerak dengan hembusan angin hingga pucuk-pucuknya beterbangan sampai jauh.

 Suasana keraguan akan sebuah masalah yang menimpa

jauh panjang antaranya (jaraknya); tidak dekat

 Suatu keadaan yang tidak dekat, tidak tercapai oleh kita.

 Menimbulkan sebuah suasana sulit tercapai dari sebuah waktu yang cepat.

malam

 waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit

 Suatu keadaan yang gelap dan dingin.

 Pembaca seakan merasa dalam suasana yang malam gelap dan dingin

merapuh menjadikan (menyebabkan) rapuh

 Suatu keadaan tidak kuat kembali menahan beban yang dimiliki

 Seakan merasakan sesuatu yang tidak kokoh dalam diri.

terpendam

 tertanam (dl tanah dsb), tersimpan dl hati, tersembunyi (tidak diketahui atau digunakan)

 Sesuatu yang tanpa sengaja menjadi sebuah kenangan yang dalam.

 Pembaca merasa ditempa oleh sesuatu yang dipendam dalam dalam diri.

tahan

 tetap keadaannya (kedudukannya dsb) meskipun mengalami berbagai-bagai hal; tidak lekas rusak (berubah, kalah, luntur, dsb)

 Suatu keadaan mempertahankan sesuatu yang mudah untuk hancur

 Menimbulkan perasaan mempertahankan sesuatu yang seharusnya sudah hancur

kekalahan  perihal kalah Suatu keadaan kalah dan menimbulkan keharuan.

 Seakan pembaca merasakan suatu kesedihan dalam kalah yang ia alami

terasing terpisah dr yg lain; terpencil

 Suatu keadaan tidak dikenal oleh siapa pun yang ada di sana.

 Seakan pembaca merasa sendiri tanpa kenal siapa pun yang ada di hadapannya/di sekitarnya

menyerah  mengaku kalah; tunduk (tidak akan melawan lagi)

 Pengakuan akan sebuah kekalahan yang sudah sulit untuk dibantahkan kembali.

 Memunculkan sebuah perasaan mengaku kalah dari sesuatu hal

Page 13: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

yang sulit dibantahkan

terucapkan (dapat) dikatakan; terkatakan

 Melakukan sebuah ucapan yang tanpa disadari/sebenarnya tidak ingin diucapkan.

 Menimbulkan sebuah perasaan tanpa sengaja mengucapkan sesuatu yang ada dalam benak pembaca

rendah dekat ke bawah; tidak tinggi

 Suatu keadaan tidak tinggi/masih belum mencapai tahap yang lebih jauh

 Pembaca seakan merasa suatu perasaan negatif/perasaan seakan-akan kurang.

Dalam puisi “Derai-Derai Cemara” tersebut, pangarang juga masih banyak

menggunakan kata-kata yang mengandung makna emotif suasana pada puisinya. Dalam puisi

tersebut juga terlihat sekali keteraturan dalam penggunaan akhir bunyinya/rima. Dari sini

dapat dilihat bahwa pengarang masih meggunakan kaidah-kaidah puisi lama yang terikat oleh

bait dan rima. Di samping hal itu, pengarang mampu menggunakan kata-kata yang

mengandung makna emotif di dalam keterikatan tersebut. Dalam puisi tersebut seakan

dimunculkan sebuah keadaan penyesalan terhadap sesuatu yang dialaminya. Pengarang

memunculkan kata-kata yang membawa emosi pembaca kepada sebuah keadaan menyesal.

Di lain sisi, keindahan bahasa juga diperhatikan oleh pengarang.

Interpretasi dari penulis mengenai makna mengenai puisi “Derai-Derai Cemara”

adalah sebagai berikut.

Demikianlah, diksi/pilihan kata sungguh dicermati pengarang untuk menghasilkan

kata berjiwa. Maka analisis terhadap pilihan kata pengarang akan sangat membantu

pemahaman sebuah puisi.

Bait Pertama:

Cemara menderai sampai jauhTerasa hari akan jadi malamAda beberapa dahan di tingkap merapuhDipukul angin yang terpendam

Yang artinya adalah kesadaran akan perjalanan hidup yang selalu akan berakhir dan

tak dapat dipungkiri bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Bait pertma kalau

dikaitkan dengan larik-larik sebelumnya, seolah-olah mencitrakan sebuah kehidupan si Aku

Page 14: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

yang mulai lelah. Dengan simbol-simbol seperti dahan, yaitu bagian tubuh manusia yang

mulai lemah dengan kiasan merapuh. Simbolik malam akan mengimajinasikan pada

kesunyian, tempat sedang orang istirahat, dan akhir dari sebuah kehidupan; telah

dimanfaatkan si penyair untuk sebuah proses kematangan

Bait kedua :

Aku sekarang orangnya bisa tahanSudah beberapa waktu bukan kanak lagiTapi dulu memang ada suatu bahanYang bukan dasar perhitungan kini

Yang artinya dengan skemata yang ada pada otak kita akan terbayang seorang anak-

anak dengan sifatnya yang polos, lugu, dan lucu. Tapi, secara keseluruhan bait 2, bukanlah

anak-anak yang ada dibenak kita. “Bukan kanak” ditunjang dengan kata-kata pendukungnya,

menunjukkan sikap kedewasaan “Aku” lirik

Bait ketiga:

Hidup hanya menunda-nunda kekalahanTambah terasing dari cinta dan sekolah rendahDan tahu, ada yang tetap tidak diucapkanSebelum pada akhirnya kita menyerah

Pada bait ini terasa kental sekali “aroma kematian” dan kepasrahan dari si Aku lirik.

Isi dalam puisi ini, sangat patut kita renungkan sebagai nasihat dan pepatah hidup kita.

Seperti, kata-kata hidup hanya menunda kekalahan telah menjadi semacam pepatah dan

terasa tidak asing di telinga kita. Kiasan kekalahan sangat menarik untuk diperhitakan;

padahal yang kita kenal selama ini adalah hidup hanya menunda kemenangan. Kekalahan

adalah simbol dari kepasrahan dan sangat kental dengan aroma kematian.

Bait kedua dan ketiga Kata 'teraslng' mengandung rasa terpenoil, menunjukkan rasa

keterasingan; sedangkan kata 'jauh' menunjukkan jarak yaitu angan-angan masa kanak-kanak

yang cemerlang penuh harapan di masa yang akan datang, tetapi kenyataannya hidup ini

penuh penderitaan. Sehingga kata jauh lebih tepat daripada kata terasing.

PENUTUP

Gaya adalah sebuah ciri khas dari seseorang dalam satu sisi yang dimilikinya. Dalam

karya sastra, gaya selalu identik dengan pengarang. Dengan mengetahui gaya dari seorang

pengarang, pembaca akan dapat menafsirkan siapa pengarangnya hanya dengan melalui

karya sastra yang dibacanya. Salah satu pengarang Indonesia yang memiliki ciri khas yang

Page 15: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

unik adalah Chairil Anwar. Chairil Anwar memiliki gaya yang berbeda dengan pengarang-

pengarang lain, yaitu penggunaaan diksi-diksi bermakna emotif. Diksi-diksi tersebut selain

digunakan sebagai penciptaan nilai estetika, tetapi juga sebagai kata yang dapat mendorong

sebuah aksi. Hal tersebut terbukti pada penjabaran dalam tulisan ini. Oleh karena itu,

penggunaan diksi-diksi bermakna emotif di dalam puisinya adalah salah satu gaya Chairil

Anwar dalam mengungkapkan gagasannya dalam media puisi.

DAFTAR RUJUKAN

Carey, P. 2001. Asal-Usul Perang Jawa. Yogyakarta: PT LkiS Printing CemerlangCarey, P. 2007. The Power of Prophecy. Leiden: KITLVChaer, A. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka CiptaPateda, M. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka CiptaRatna, N. K. 2012. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta:

Pustaka PelajarSadili, H. 2010. Pengertian Sastra Secara Umum dan Menurut Para Ahli. Online

(http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/), diakses pada 10 April 2014

Subroto, E. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala MediaSudaryanto. 1989. Pemanfaatan Potensi Bahasa; Kumpulan Karangan sekitar dan tentang

Satuan Lingual Bahasa Jawa yang Berdaya Sentuh Inderawi. Yogyakarta: KanisiusSugono, D. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka UtamaTudjuddin, M. 2013. Bahasa Indonesia Bentuk dan Makna. Bandung: P.T. AlumniUllman, S. 2012. Pengantar Semantik. Diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh

Sumarsono. Yogyakarta: Pustaka PelajarWahyuningtyas, S. Dan Santosa, W. H. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta:

Yuma Pressindo

KARAWANG-BEKASI

LAMPIRAN 1

Page 16: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kamu sudah beri kami punya jiwaKerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat Berilah kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi (1948)DIPONEGORO

LAMPIRAN 2

Page 17: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

Di masa pembangunan inituan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menantiTak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.Pedang di kanan, keris di kiriBerselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpaluKepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berartiSudah itu mati.

MAJU

Bagimu NegeriMenyediakan api.

Punah di atas menghambaBinasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapaiJika hidup harus merasai

MajuSerbuSerangTerjang

(Februari 1943)

DERAI DERAI CEMARA

LAMPIRAN 3

Page 18: Diksi-diksi Emotif Dalam Puisi Chairil Anwar Estetika Dan Fungsionalitas Bahasa

cemara menderai sampai jauhterasa hari akan jadi malamada beberapa dahan di tingkap merapuhdipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahansudah berapa waktu bukan kanak lagitapi dulu memang ada suatu bahanyang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahantambah terasing dari cinta sekolah rendahdan tahu, ada yang tetap tidak diucapkansebelum pada akhirnya kita menyerah

1949