digitalisasi cerita rakyat korea kongjwi dan patjwi
TRANSCRIPT
1 DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI:
SEBUAH PERBANDINGAN
Ade Triana Lolitasari
Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Perkembangan teknologi digital di Korea Selatan secara tidak langsung mempengaruhi kesusastraan mereka. Salah satu contohnya adalah digitalisasi karya sastra, khususnya cerita rakyat. Perubahan media cerita tentunya menyebabkan perubahan isi maupun cara penyampaian. Penelitian “DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI dan PATJWI: SEBUAH PERBANDINGAN” bertujuan untuk menjelaskan digitalisasi cerita rakyat di Korea yang menyebabkan cerita tidak lagi disampaikan hanya melalui bentuk teks melainkan telah mengalami penambahan efek suara, gerak, dan penyederhanaan cerita dalam bentuk digital. Bentuk digital ini dipublikasikan dan dapat diakses secara bebas. Pemaduan dari berbagai media dalam cerita digital membuat cerita tersajikan dengan lebih baik dan memberikan kesan lebih kepada penonton.
Kata kunci: digitalisasi, digital storytelling, industri konten, cerita digital, cerita rakyat , storytelling
Digitalization of Korean Folklore Kongjwi and Patjwi: A Comparison
Abstract
The advancement of digital technology in South Korea indirectly has affected Korean Literature. One of the examples is digitalization of Korean folklore. The digitalization give effects to the folklore itself and creates a new way in storytelling by using digital medias. A research about “Digitalization Korean Folklore Kongjwi and Patjwi: A Comparison" has a purpose to explain the whole things about the folklore itself. The Digitalization of Korean folklore made the story of it to be no longer only be submitted through a text but has experienced the addition of sound effects, motion, and simplification of the story which is then presented in digital form. This digital form has been published and can be freely accessed by anyone. The proper integration of various medias in the digitalized story makes the story more interactive and gives more impression to the audience.
Key words: content industry, digitalization, digitalize story, digital storytelling folklore, storytelling
Pendahuluan
Abad 21 dapat dikatakan sebagai abad digital. Hampir semua yang berada di sekitar manusia
adalah benda-benda digital. Semakin berkembangnya teknologi digital, teknologi internet juga
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
2 menyebabkan semakin bebas dan mudahnya akses untuk mencari informasi dan mendapatkan
akses data. Internet membuat penggunanya dengan bebas dapat saling bertukar informasi yang
berdampak pada kebebasan mengekspresikan pendapat dan pikiran mereka. Korea Selatan
diakui sebagai negara dengan teknologi digital dan teknologi internet yang sangat maju. Korea
Selatan adalah salah satu negara di dunia dengan perkembangan dan pertumbuhan jaringan
nirkabel internet, telpon genggam 3G, TV portabel digital, dan game online yang sangat maju.
Oleh karena itu, Korea Selatan mendapat julukan baru yaitu Digital Korea. Saat ini Korea
Selatan dapat dikatakan sebagai pemimpin teknologi digital dunia (Ahonen, 2007:4).
Titik awal dari berkembanganya teknologi digital dan internet Korea Selatan dimulai pada
tahun 2002 saat Korea Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia dan mengalami perkembangan
yang sangat signifikan sejak tahun 2007 (Choi, 2003). Hal tesebut dapat pula dikatakan sebagai
implikasi dari pembangunan dan pengembangan industri konten Korea atau yang lebih dikenal
di Korea dengan istilah konten budaya (MCST: 2014). MCST (Ministry of Culture, Sport and
Tourism) Korea mengklasifikasikan 12 kategori dalam industri konten yaitu, industri publikasi,
kartun, musik, game, film, animasi, penyiaran, karakter, pengetahuan dan informasi, konten
solusi, dan pertunjukan.
Semakin majunya teknologi digital dan internet di Korea Selatan dan perkembangan industri
konten, kaum sastrawan Korea Selatan terdorong untuk melakukan revolusi terhadap literatur
Korea, khususnya cerita rakyat, berupa digitalisasi. Digitalisasi cerita rakyat di Korea
menyebabkan cerita tidak lagi disampaikan hanya melalui bentuk teks melainkan telah
mengalami penambahan efek suara, gerak, dan penyederhanaan cerita yang kemudian
disampaikan dalam bentuk video digital berupa animasi, flash, dan sebagainya. Video ini
dipublikasikan dan dapat diakses secara bebas serta memungkinkan siapapun untuk melihat,
mengomentari, mengkritik, bahkan saling berinteraksi dengan sesama penonton secara bebas.
Salah satu cerita rakyat Korea yang mengalami digitalisasi adalah cerita Kongjwi dan Patjwi.
Kongjwi dan Patjwi juga dikenal sebagai Cinderella Korea karena memiliki persamaan cerita
dengan kisah Cinderella. Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi memiliki sejarah yang panjang dan
disampaikan melalui Storytelling. Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi pada mulanya merupakan
cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut (Oral Storytelling). Pada akhir masa kerajaan
Joseon, muncul cerita tertulis Kongjwi dan Patjwi dalam bentuk novel (한국학중앙연구원:
한국민족문화대백과, diakses 26 September 2013). Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi kemudian
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
3 berkembang menjadi bentuk video dan pada abad ke-21 ini berkembang lagi menjadi cerita
digital.
Manusia menyampaikan dan mengekspresikan perasaan dan pengalamannya melalui
Storytelling (Greene, 1996:1). Manusia bercerita untuk memberi arti pada hidup manusia. Cerita
mempunyai kekuatan imaginatif yang unik karena dapat meyakinkan dan memotivasi seseorang
(Mittlestadt, 2003:1). Selain itu Storytelling juga merupakan alat penghibur dan pembagi
informasi, tidak hanya bercerita mengenai dongeng, legenda, cerita rakyat, dan sebagainya.
Digital Storytelling adalah penyampaian cerita dengan menggabungkan unsur-unsur lisan,
tulisan, dan video. Digital Storytelling juga dikenal dengan istilah Multimedia Storytelling.
Keduanya merupakan bagian dari sastra elektronik yaitu karya sastra yang diproduksi,
dimodifikasi, dan dikemas menggunakan peralatan elektronik (Popper: 1993). Tinjauan Literatur
Inti dari Storytelling adalah kata yang muncul dari penggabungan story, tell dan -ing . Story
merupakan sebuah cerita yang disampaikan, plot merupakan alur waktu atau susunan peristiwa
dalam cerita, dan percakapan merupakan dialog yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam cerita
(Kim, 2008: 257-258). Storytelling dapat dikatakan sebagai kegiatan seorang pencerita
menceritakan cerita berbentuk narasi yang ceritanya memiliki alur waktu yang jelas. Saat
pencerita menceritakan sebuah cerita, ekspresi wajah, gestur tubuh, dan media yang digunakan
berpengaruh terhadap kegiatan penyampaian (tell) cerita. -Ing dalam Storytelling menunjukan
unsur kekinian yaitu penyampaian cerita yang disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Bentuk terbaru dari cerita adalah cerita digital yang merupakan penggabungan bentuk lisan,
tulisan, dan video. Storytelling yang menggunakan berbagai media atau yang lebih dikenal
dengan istilah Multimedia Storytelling dapat membangun suasana cerita lebih menarik
dibandingkan dengan Storytelling yang hanya menggunakan satu media (Greene, 1996: 166)
Ada tiga unsur penting dalam Storytelling yaitu cerita, penyampaian cerita dan tempat cerita
(Kim, 2008: 266). Cerita dapat disampaikan menggunakan berbagai media seperti lisan, tulisan,
dan visualisasi. Dalam penyampaian suatu cerita terdapat dua pihak yang sangat berperan
penting. Pihak pertama adalah cerita dan orang-orang yang telibat langsung dalam penyampaian
suatu cerita. Pihak kedua adalah orang-orang yang mendengar cerita tersebut dan menceritakan
kembali apa yang didengarnya kepada orang lain, baik secara langsung atau secara tidak
langsung seperti menuliskan review, kritik, dan saran pada sebuah blog komunitas (Kim, 2008:
267). Tempat cerita adalah tempat atau lingkungan penyampaian cerita.
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
4
Karakteristik dari Digital Storytelling memiliki keterkaitan antara cerita, media, dan
penonton (Miller, 2008). Center for Digital Storytelling mengidentifikasi tujuh elemen utama
Digital Storytelling (Lambert, 2007:9). Lambert (2007) menjadikan model Labov (Labov and
Waletsky, 1967) sebagai tiga elemen utama. Elemen pertama adalah sudut pandang yang
menjelaskan inti cerita dan perspektif penulis. Elemen kedua adalah pertanyaan dramatis yang
dapat menarik perhatian penonton dari awal cerita dan memberikan jawaban kepada penonton di
akhir cerita. Elemen ketiga adalah konten emosional yang membuat penonton memiliki
pandangan dan pemikiran yang sama serta merasakan hal yang sama dengan cerita. Elemen
keempat adalah narasi yang membuat penonton mengerti isi cerita dan menyentuh hati
penonton. Elemen kelima adalah Soundtrack yang mendukung jalannya cerita. Elemen keenam
adalah ekonomis. Cerita diilustrasikan secara efektif menggunakan gambar atau video yang
tidak terlalu panjang. Elemen ketujuh adalah kecepatan. Cerita disampaikan dengan ritme yang
stabil, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif,
yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif paparan suatu peristiwa dari hasil
pengumpulan data secara spesifik dan detail mengenai suatu situasi, ruang, atau hubungan
sosial. Penelitian deskriptif berfokus pada pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa” dalam
menjelaskan suatu peristiwa. Metode deskriptif akan menghasilkan laporan penelitian yang
berisi kutipan-kutipan data berupa kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka untuk member
gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong, 2004:10). Ruang lingkup dalam penelitian ini
adalah perubahan alur cerita dari cerita asli menjadi bentuk digital dalam cerita Kongjwi dan
Patjwi, serta unsur-unsur digital yang ada pada video cerita Kongjwi dan Patjwi.
Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data telaah pustaka, berupa
pengumpulan data dan informasi dari sumber tertulis yang memiliki hubungan dengan masalah
yang sedang diteliti berupa buku, skripsi, jurnal, majalah, koran, ensiklopedi, video, animasi
flash, dan sebagainya. Penelitian ini mempunyai satu sumber data yang menjadi subjek utama
dalam meneliti masalah, yaitu sumber data sekunder yaitu informasi-informasi dari media baik
cetak maupun elektronik seperti buku, skripsi, jurnal, majalah, koran, ensiklopedia yang sesuai
dengan penelitian ini.
Data-data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik analisis data secara
kualitatif, yaitu dengan menjelaskan data dari hasil penelitian dengan kata-kata tertulis. Penulis
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
5 mengolah sumber data sesuai dengan jenisnya untuk memperoleh inti dari tiap-tiap sumber.
Setelah itu penulis menghubungkan kesamaan data yang diperoleh dari tiap sumber untuk
membangun kerangka analisis dan kemudian digunakan sebagai acuan pembuatan kesimpulan. Analisis
Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi pertama kali disampaikan dalam bentuk cerita lisan (설화)
sehingga tidak diketahui siapa pengarang cerita dan sejak tahun berapa cerita ini diceritakan.
Pada masa periode akhir kerajaan Joseon, Choi Un Sik menulis Cerita Kongjwi dan Patjwi
menjadi sebuah novel pendek (단편소설) (한국학중앙연구원: 한국민족문화대백과 diakses pada
tanggal 26 September 2013) yang lebih dikenal dengan Legenda Kongjwi dan Patjwi
(콩쥐핕쥐전). Legenda Kongjwi dan Patjwi dimuat dalam Daechangsawonbon (대창사원본)
pada tahun 1919 dan Taehwaseogwanbon (태화서관본) pada tahun 1928 (국어국문학자료사전:
1988). Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi sangat terkenal baik di Korea maupun di luar Korea
karena kemiripannya dengan Cerita Cinderella. Meskipun demikian, unsur Korea dalam Cerita
Kongjwi dan Patjwi membuat cerita ini berbeda dengan Cerita Cinderella. Cerita ini
menceritakan kehidupan seorang gadis bernama Kongjwi yang kehilangan ibunya sejak dia
masih kecil. Kongjwi memiliki ibu dan saudara tiri yang terus memperlakukannya semena-
mena. Setelah dewasa Kongjwi menikah dengan Tuan Hakim. Namun, Patjwi dengan niat
kejinya merenggut kebahagian dan nyawa Kongjwi. Meskipun demikian, Patjwi dan ibunya
yang sangat jahat kepada Kongjwi harus menanggung semua perbuatannya. Kongjwi hidup
kembali setelah jasadnya ditemukan dan penyebab kematiannya terbongkar. Kongji pun dan
hidup bahagia dengan Tuan Hakim.
Dalam cerita asli Kongjwi dan Patjwi orang tua kongjwi digambarkan sebagai penganut
agama Buddha yang taat dan dengan sabar terus berdoa meminta keturunan serta berbuat baik
kepada sesama. Korea adalah negara tenpat berkembang pesatnya agama Buddha. Banyak kuil-
kuil dan peninggalan artefak Buddha yang terkenal di Korea. Tokoh utama pria dalam cerita
Kongjwi Patjwi bukan seorang pangeran melainkan seorang hakim. Pada masa kerajaan Joseon
peran hakim sangat penting untuk memecahkan persoalan yang ada khususnya memberikan
hukuman kepada pelaku kejahatan. Reinkarnasi juga menjadi salah satu unsur Korea dalan cerita
asli Kongjwi dan Patjwi. Konsep reinkarnasi merupakan konsep yang berasal dari agama
Buddha. Cerita asli Kongjwi dan Patjwi juga menampilkan hukuman mati Neungjicheocham
(능지처참) yaitu hukuman mati yang dijatuhkan kepada terpidana mati yang telah melakukan
perbuatan sangat jahat. Selain itu kegiatan sehari-hari, penampilan tokoh, suasana dan
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
6 lingkungan sekitar juga menggambarkan kondisi Korea pada masa kerajaan Joseon. Semakin
majunya teknologi munculah bentuk digital dari cerita Kongjwi dan Patjwi dalam bentuk Digital
Storytelling. Ada bentuk digital dari Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi yang mengikuti alur
cerita asli dan hanya melakukan sedikit perubahan. Bentuk digital ini termasuk kedalam
Computer Animation Storytelling. Ada pula bentuk Digital Storytelling for Blog yaitu cerita
digital yang dibuat sesuai dengan keinginan dan imajinasi pemilik blog.
Penulis memilih Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi sebagai cerita yang patut dikaji karena
cerita ini memenuhi tujuh karakteristik cerita yang baik untuk diceritakan (Greene, 1996:50).
Pertama, Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi memiliki tema utama yang jelas yaitu kebaikan dan
kejahatan. Kedua, plot dari Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi mudah dimengerti karena pada
bagian awal cerita tokoh dan latar belakang cerita digambarkan dengan jelas. Cerita ini memiliki
plot maju sehingga tidak membingungkan dan bagian akhir dari Cerita Rakyat Kongjwi dan
Patjwi menjadi jawaban dari semua konflik dalam cerita serta mengajarkan nilai moral. Ketiga,
Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi memiliki ritme cerita yang tidak terlalu cepat dan juga tidak
terlalu lambat. Keempat, karakter dalam cerita seolah-olah nyata serta merepresentasikan
kecantikan, keburukan, kebaikan dan kejahatan yang biasa muncul dalam cerita rakyat. Kelima,
kata-kata yang ada dalam cerita membangun cerita menjadi satu kesatuan utuh. Keenam, Cerita
Rakyat Kongjwi dan Patjwi memiliki unsur-unsur dramatik seperti rasa bahagia, sedih,
mencekam, dan sebagainya. Ketujuh, cerita memiliki berbagai versi yang sesuai dan dapat
disesuaikan dengan kategori umur tertentu.
A. Cerita Kongjwi dan Patjwi Dalam Bentuk Novel Pendek
Cerita Kongjwi dan Patjwi dalam bentuk novel pendek dapat dibagi menjadi beberapa bagian
cerita yaitu kehidupan Kongjwi saat ibu tiri masuk ke dalam keluarga dan penderitaan Kongjwi
serta tokoh magis yang membantu Kongjwi, kehidupan Kongjwi saat bertemu Tuan Hakim,
kehidupan Kongjwi setelah menikah dengan Tuan Hakim dan kematian Kongjwi dan hidup
kembalinya Kongjwi serta hukuman mati Patjwi. Bagian menarik dari cerita Kongjwi dan Patjwi
dalam bentuk novel pendek yang pertama adalah penggambaran ibu tiri. Karakter ibu tiri yang
ada dalam Cerita Kongjwi dan Patjwi sama seperti karakter ibu tiri yang sering dijumpai di
dalam cerita rakyat atau legenda lainnya. Ibu Tiri dalam cerita rakyat Korea seperti
Janghwageungryeonjeon (장화흥련전) dan Kiminhyangjeon (김인향전) pasti selalu berselisih
dan tidak suka dengan anak tirinya (Kim, 2006). Ibu tiri selalu digambarkan dengan sosok
munafik yang hanya menyukai suaminya dan tidak menyukai anak dari suaminya, hanya sayang
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
7 kepada anak kandung atau keluarganya, selalu berusaha untuk membuat anak tirinya menderita
dan selalu berprasangka buruk kepada anak tirinya.
Bagian menarik kedua adalah tokoh-tokoh magis yang selalu membantu Kongjwi saat
mengalami kesulitan. Tokoh magis yang membantu Kongjwi adalah sapi hitam, katak besar, ibu
peri dan burung pipit. Bagian menarik ketiga adalah rasa iri Patjwi, adik tiri Kongjwi, yang tidak
senang melihat kakaknya menikah dan hidup bahagia mendorong Patjwi membunuh kakak
tirinya dan berpura-pura menjadi istri Tuan Hakim. Tuan Hakim dengan mudahnya tertipu oleh
Patjwi namun segera menyadari semuanya setelah arwah Kongjwi muncul dan membongkar
semua rahasia Patjwi. Bagian menarik keempat adalah saat jenazah Kongjwi ditemukan dan
Kongjwi pun hidup kembali. Kematian dan reinkarnasi atau hidup kembalinya orang yang telah
meninggal seperti yang dialami oleh Kongjwi adalah cerita yang dapat ditemukan dibeberapa
cerita rakyat Korea lainnya. Lim (1997) menjelaskan bahwa dalam novel atau cerita kuno Korea
terdapat beberapa jenis kematian dan reinkarnasi. Salah satu dari tipe kematian seperti yang
dialami oleh Kongjwi adalah kematian yang disebabkan oleh adanya konspirasi dari ibu atau
saudara tiri. Reinkarnasi yang dialami Kongjwi adalah bentuk reinkarnasi yang muncul karena
jiwa dari orang yang meninggal memiliki dendam atau urusan yang belum selesai. Reinkarnasi
ini biasanya berakhir dengan bahagia.
Bagian menarik kelima terdapat pada akhir cerita yaitu saat Patjwi dijatuhi hukuman mati.
Hukuman yang harus diterima Patjwi adalah hukuman mati yang sangat berat dan hanya
dijatuhkan kepada orang yang mengancam kepemerintahan Raja atau orang yang membunuh
pasangan orang lain lalu menikah dengannya. Hukuman ini disebut Neungjicheocham
(능지처참). Hukuman mati Neungjicheocham diberlakukan pada masa Kerajaan Joseon sampai
tahun 1900 dan merupakan hukuman mati yang masuk dari Cina (한국학중앙연구원:
한국민족문화대백과). Ada beberapa jenis dari hukuman mati ini. Jenis Neungjicheocham yang
paling umum adalah terpidana mati diikat badannya ke empat atau lima penjuru dan ditarik
sampai badannya terputus.
B. Cerita Kongjwi dan Patjwi Dalam Bentuk Cerita Digital
Cerita digital Kongjwi dan Patjwi termasuk ke dalam kategori OSMU (One Source Multi
Use) yang telah banyak diterapkan di dalam film fantasi, film animasi, game dan industri
karakter. Cerita digital terbagi lagi ke dalam kategori cerita digital berteknologi tinggi dan cerita
digital sederhana. pembuat cerita digital Kongjwi dan Patjwi yang ingin mempertahankan
keaslian cerita, melakukan perubahan untuk mengganti bagian tersebut namun tidak
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
8 memberikan pengaruh besar terhadap keaslian cerita. Selain itu, di era digital ini banyak
individu atau organisasi yang menjadikan cerita rakyat sebagai media untuk mengekspresikan
diri, memberikan informasi, dan sarana sosialisasi.
• Cerita Digital Kongjwi dan Patjwi (콩쥐팥쥐)
Pembuat cerita tidak banyak melakukan perubahan pada alur cerita. Pembuat cerita
melakukan perubahan pada aspek durasi cerita, penambahan detail gambar untuk mendukung
visualisasi cerita dan penambahan audio untuk memperkuat nuansa cerita. Narator dalam cerita
digital berperan penting menggantikan deskriptif tertulis yang ada pada cerita asli. Berbeda
dengan cerita asli Kongjwi dan Patjwi yang banyak menggunakan kata dan frase yang
digunakan pada masa kerajaan Joseon, cerita digital ini disampaikan menggunakan bahasa
Korea sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh anak-anak dan juga orang asing yang
mepelajari bahasa Korea. Narator juga menyampaikan cerita dengan tempo sedang dengan
intonasi yang membuat penonton fokus dan terbawa dalam suasana cerita. Tidak hanya itu,
visualisasi yang diciptakan oleh pembuat cerita dibuat sedemikian rupa agak dapat
merefleksikan kehidupan pada jaman dahulu baik dari segi penggambaran karakter, pakaian,
latar belakang gambar dan juga musik.
Sama seperti cerita Kongjwi dan Patjwi dalam bentuk novel pendek, cerita digital Kongjwi
dan Patjwi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu kehidupan Kongjwi saat ibu tiri masuk ke
dalam keluarga dan penderitaan Kongjwi serta tokoh magis yang membantu Kongjwi,
kehidupan Kongjwi saat bertemu Tuan Hakim, kehidupan Kongjwi setelah menikah dengan
Tuan Hakim dan kematian Kongjwi dan hidup kembalinya Kongjwi serta hukuman Patjwi.
Perubahan yang ada dalam bentuk cerita digital ini tidak merubah alur cerita. meskipun
demikian, terdapat beberapa perubahan yang membedakan cerita ini berbeda dengan cerita asli
Kongjwi dan Patjwi dalam bentuk novel pendek dan cerita digital Kongjwi dan Patjwi lainnya.
Perubahan tersebut yang pertama adalah ibu tiri menyuruh Patjwi untuk menghampiri sapi yang
membantu Kongjwi. Patjwi bukannya mendapat bantuan dari sapi tersebut melainkan
mendapatkan luka di seluruh tubuhnya akibat memegang ekor sapi yang kemudian berlari
kesana-kemari sambil menghantamkan badan Patjwi ke tanah. Kedua adalah hukuman yang
diberikan kepada Patjwi. Hukuman Patjwi yang merupakan bagian akhir dari cerita digital ini
sangat berbeda dengan cerita asli Kongjwi dan Patjwi. Patjwi dan ibunya diusir dari bukan
dihukuman mati. Sementara di dalam cerita asli Kongjwi dan Patjwi, hukuman yang diterima
Patjwi adalah hukuman mati Neungjicheocham (능지처참) yang sangat berat dan hanya
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
9 dijatuhkan kepada orang yang mengancam kepemerintahan Raja atau orang yang membunuh
pasangan orang lain lalu menikah dengannya. Cerita Digital Kongjwi dan Patjwi yang sangat
mirip dengan aslinya dapat diakses dengan gratis dan bebas pada situs
http://blog.naver.com/eunsuel0722/90170023151.
• Cerita Digital Kongjwi dan Patjwi Versi Hongskuracbu (홍스구락부)
Hongskuracbu adalah website cerita flash dan animasi yang dibuat oleh Jo Mun Hong pada
tahun 1999. Jo Mun Hong adalah pencipta cerita flash dan animasi di Korea yang masih aktif
sampai sekarang. Cerita Kongjwi dan Patjwi Hongskuracbu menampilkan balon-balon dialog
yang menampilkan percakapan antar tokoh. Karakter dari setiap tokoh juga terlihat jelas dari
gambar yang merepresentasikan diri setiap tokoh, suara, kostum, serta cara dan intonasi bicara.
Cerita ini juga lebih banyak menggunakan dialog antar tokoh dari pada narasi dan juga
menggabungkan Bahasa Korea kuno dengan bahasa gaul. Hal menarik dalam cerita digital
Kongjwi dan Patjwi versi Hongskuracbu adalah munculnya MC yang berperan sebagai narator
cerita. MC bernama Subak memakai Hanbok namun mengenakan skarf di kepalanya sambil
mengetes mic lalu membuka cerita. MC memperkenalkan dirinya kemudian membawa pemirsa
ke dalam cerita komikal Kongjwi dan Patjwi.
Visualisasi karakter membuat penonton semakin kesal dengan tokoh ibu tiri dan Patjwi. Ibu
tiri yang marah digambarkan dengan kepala membesar dan muka merah padam sementara
Patjwi digambarkan selalu bersembunyi di balik ibunya sambil terus mengejek Kongjwi. Bagian
menarik lainnya dari cerita Komikal ini adalah tokoh magis yang selalu membantu Kongjwi
dalam cerita digital versi Hongskuracbu justru semakin memperburuk kondisi dan membuat
Kongjwi kesal juga takut akan semakin dimarahi ibu tiri.
Cerita komikal Kongjwi dan Patjwi karya Hongskuracbu seperti dibuat untuk mengajarkan
penonton agar tidak percaya terhadap hal-hal mistis, gaib atau ajaib. Penonton juga diajarkan
bahwa untuk menyelesaikan masalah yang dialami hal penting dan dibutuhkan adalah kerja
keras serta usaha dari diri sendiri. Cerita komikal ini juga mengajarkan penonton untuk lebih
rasional dan menggambarkan nilai modern serta nilai kekinian yang tidak mempercayai hal-hal
gaib. Cerita komikal ini dapat diakses dengan bebas pada situs resmi Hongskuracbu
(http://www.hongskuracbu.com). Cerita komikal ini juga di publikasi ulang di sebuah blog
pribadi beralamat http://kmc87.blog.me/193840692.
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
10 • Cerita Digital Kongjwi dan Patjwi KOSHA
Cerita Kongjwi dan Patjwi juga diadaptasi menjadi menjadi sebuah animasi webtoon (Kartun
Animasi Website) yang bertujuan untuk mensosialisasikan keselamatan dalam bekerja. Animasi
webtoon ini dibuat dan dipublikasikan oleh KOSHA (Korean Occupational and Health
Agency). KOSHA didirikan dengan tujuan untuk membangun lingkungan kerja yang aman dan
sehat untuk semua serta mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja, mempromosikan
kesehatan dan keselamatan dalam bekerja, dan mendorong perusahaan-perusahaan untuk
meningkatkan mutu keselamatan dalam bekerja. Diangkatnya Cerita Kongjwi dan Patjwi
menjadi animasi webtoon kampanye keselamatan bekerja selain meningkatkan daya tarik, anak-
anak yang juga menonton animasi webtoon ini secara tidak langsung dapat menjadi mediator
yang menyampaikan pentingnya keselamatan dalam bekerja kepada orang tua mereka. Cerita
Kongjwi dan Patjwi versi keselamatan kerja sangat berbeda dengan cerita aslinya.
Sesuai dengan tema cerita, keluarga Kongjwi digambarkan sebagai keluarga yang
menjalankan pabrik pembuatan Kimchi. Tokoh-tokoh magis yang muncul dalam cerita digital
versi KOSHA tidak hanya membantu Kongjwi agar dapat pergi ke pesta dan bertemu dengan
Tuan Muda dari keluarga bangsawan melainkan juga membantu Kongjwi menyelesaikan
pekerjaannya dengan memenuhi aturan keselamatan kerja. Cerita webtoon animasi Kongjwi dan
Patjwi buatan KOSHA memiliki tidak menonjolkan karakter ibu dan saudara tiri Kongjwi yang
kejam melainkan menunjukan unsur-unsur yang berkaitan dengan industri dan keselamatan kerja
seperti sawi putih, lobak, dan cabai sebagai bahan utama industri kimchi beserta mesin-mesin
yang digunakan.
Webtoon animasi ini juga dengan singkat menjelaskan aturan keselamatan kerja beserta
pentingnya menaati aturan keselamatan kerja untuk menghindari kecelakaan saat bekerja.
Webtoon animasi ini dapat diakses langsung pada situs resmi KOSHA (http://www.kosha.or.kr)
serta dapat pula diakses di situs Youtube (http://www.youtube.com/watch?v=W8WIO_HobxU).
Kesimpulan
Perkembangan teknologi digital dan internet Korea Selatan pasca Piala Dunia 2002
melahirkan kelompok masyarakat yang cenderung tergantung kepada internet dan teknologi
digital lainnya. Hal ini mendorong kaum sastrawan melakukan modifikasi kepada karya-karya
literatur khususnya cerita rakyat untuk mengikuti trend kekinian sehingga lebih mudah untuk
dijangkau oleh masyarakat luas dan selaras dengan perkembangan industri konten. Salah
satunya adalah Digital Storytelling. Digital Storytelling merupakan perkembangan terbaru dari
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
11 Storytelling. Storytelling merupakan sebuah inti yang dapat diterapkan diberbagai bidang
khususnya yang ada di dalam industri konten karena story adalah memiliki sifat tidak abadi
(Lee, 2011). Story tidak dapat berdiri sendiri melainkan cenderung berbaur menjadi kesatuan
dengan bidang lain. Pembauran atau perubahan serta perkembangan bentuk Story di dalam
Storytelling disebabkan adanya perubahan budaya, teknologi, media, dan periode. Storytelling
merupakan penyampaian cerita yang telah menggabungkan berbagai unsur diluar cerita seperti
intonasi pencerita, mimik wajah dan gestur pencerita, kostum dan properti yang digunakan.
Sehingga Storytelling merubah cerita dari bentuk analog menjadi interaktif namun terbatas
karena keterlibatan pendengar cerita dalam Storytelling biasa tidak terlalu besar khususnya di era
modern yang mayoritas masyarakatnya memiliki budaya internet yang tinggi.
Digital Storytelling menggabungkan semua unsur yang telah digunakan dalam storytelling
dengan unsur-unsur digital sehingga membuat Digital Storytelling lebih interaktif dan
menyenangkan. Digital Storytelling dapat diterapkan diberbagai aspek sehingga Digital
Storytelling dapat dengan mudah dijumpai di dalam kehidupan manusia sehingga Digital
Storytelling dari bentuk yang paling sederhana seperti photostory, flash, animasi dan lain
sebagainya sampai bentuk kompleks seperti game interaktif, Hi-sci movie merupakan bentuk
penjelmaan dari Storytelling di abad ke-21.
Persamaan mendasar antara Storytelling dengan Digital Storytelling adalah penyampaian
cerita dapat diubah apabila ada bagian yang tidak sesuai dengan budaya pendengar atau rentang
usia tertentu yang menjadi target pendengar. Salah satu cerita rakyat Korea yang banyak
diceritakan melalui Storytelling dan kini mulai banyak dijadikan sumber cerita digital dalam
Digital Storytelling adalah Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi. Cerita asli dari Cerita Rakyat
Kongjwi dan Patjwi sangat menarik untuk dibandingkan dengan bentuk digitalnya.
Cerita Kongjwi dan Patjwi adalah salah satu contoh cerita yang baik karena memenuhi tujuh
unsur utama yaitu tema, plot, ritme yang tidak cepat, karakter tokoh yang kuat, narasi
pembangun cerita yang kuat, unsur dramatis, dan fleksibel. Meskipun Cerita Kongjwi dan Patjwi
menceritakan tentang kejahatan, penderitaan, dan kematian, pengemasan cerita yang baik dapat
mengubah cerita tersebut menjadi cerita yang baik karena mengajarkan tentang nilai-nilai hidup
yang penting dan dapat dijadikan pembelajaran.
Terdapat perbedaan penyampaian cerita yang menarik antara cerita asli Kongjwi dan Patjwi
dalam bentuk novel pendek yang dipublikasikan tahun 1928 dengan cerita digital Kongjwi dan
Patjwi. Dalam Cerita Kongjwi dan Patjwi berbentuk novel pendek, cerita dan narasi menjadi
kekuatan utama yang membangun jalannya cerita. Narasi- narasi membangun plot yang
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
12 mengatur jalannya cerita secara utuh. Situasi, latar, penggambaran karakter tokoh, perasaan
tokoh, dan lain sebagainya disampaikan secara deskriptif dan rinci melalui pejelasan langsung.
Sementara dalam ceria digital, unsur-unsur digital sangat berperan penting. Unsur-unsur digital
dari tiga jenis cerita digital yang dibahas dalam skripsi ini berbeda-beda. Sudut pandang dalam
cerita digital satu mengikuti cerita aslinya sementara dalam cerita digital dan kedua dan ketiga
sudut pandang sangat berbeda karena tujuan dibuatnya cerita digital tersebut adalah untuk
hiburan dalam bentuk parodi animasi dan sosialisasi keamanan dalam bekerja. Pertanyaan
dramatis dan konten emosional yang ada di dalam ketiga cerita digital mampu membawa
penonton larut ke dalam cerita. Narasi yang ada dalam ketiga cerita digital, lengkap dengan
visualisasi berupa penggambaran karakter tokoh (pakaian, gestur, raut wajah, dan sebagainya),
penggambaran latar belakang tempat dan suasana, suara karakter, musik, efek computer graphis,
dialog antar tokoh menjadi faktor penting yang membangun jalan dan keutuhan cerita.
Penggunaan bahasa sehari-hari, pengilustrasian yang efektif dan ritme cerita yang stabil menjadi
nilai tambah karena cerita dengan mudah dapat dipahami oleh penonton. Penambahan
soundtrack seperti orchestra, musik tradisional dan irama lagu mendukung jalannya cerita
karena memberikan kesan dan membangun suasana di setiap bagian cerita. Dalam cerita digital,
pengubahan, seperti penghapusan hukuman mati bagi Patjwi yang ada dalam cerita asli dan
pemangkasan cerita diperbolehkan karena hal ini selaras dengan ciri cerita digital yang dapat
disesuaikan dengan tujuan dan target cerita. Selain itu perspektif dan tujuan penulis seperti
hiburan, pengajaran, sosialisasi, dan sebagainya juga berpengaruh terhadap unsur digital dalam
cerita digital.
Digital Storytelling yang memadukan berbagai media digital dengan baik dapat membuat
cerita tersampaikan dengan lebih baik dan memberikan kesan lebih kepada penonton melalui
indera penglihatan dan pendengaran penonton. Tidak hanya itu cerita digital yang menjadi
representasi dari Digital Storytelling dapat dengan mudah diakses di situs populer seperti
Youtube atau situs pencarian seperti Google, Yahoo dan Naver. Penonton dapat saling
berinterkasi, memberikan saran dan kritik terhadap cerita digital pada kolom komentar yang
disediakan. Secara tidak langsung Digital Storytelling dengan unsur-unsur digitalnya dapat
memicu rasa penasaran terhadap karya sastra dan juga dapat menumbuhkan kembali minat
terhadap Storytelling serta pemanfaatan keduanya diberbagai aspek. Digital Storytelling
melengkapi kekurangan Storytelling dan Storytelling menjadi dasar dari terciptanya Digital
Storytelling yang baik. Oleh karena itu, di dalam dunia digital yang serba internet dan
berteknologi tinggi, digitalisasi karya-karya sastra seperti Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
13 dengan berbagai cara menarik dan unik dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan ketertarikan
dan rasa cinta terhadap karya-karya sastra dalam negeri dan juga menjadi sarana untuk
mengenalkan serta mempromosikan karya sastra dalam negeri ke dunia internasional. Tidak
hanya itu, digitalisasi karya sastra dapat dijadikan media untuk melakukan sosialisasi kepada
publik dengan cara yang menarik. Meskipun demikian, digitalisasi karya sastra tidak membuat
karya sastra yang di publikasikan dalam bentuk tulis menghilang. Hal ini disebabkan karya
sastra dalam bentuk digital dan karya sastra dalam bentuk tulis memiliki daya tarik dan
penggemarnya masing-masing.
Daftar Rujukan
국어국문학자료사전. 1988. 용인: 한국사전연구사 (Gugeogukmunhakjaryosajeon. 1998.
Yongin: Hanguksajeonyeongusa)
김광옥. 2008. 스토리 텔링의 개념. 계레어문학 제 41 집 (Kim Gwang Ok. 2008. Setori
Tellingeui Gaenyeom. Gyereeomunhak Vol. 41)
김혜미. 2006. 석사논문. 계모형 소설에 등장하는 원귀 연구. 국민대학교 교육대학원 (Kim Hye
Mi. 2006. Seoksanonmun. Gyemohyeong Soseole Deungjanghaneun Wongwi Yeongu.
Faculty of Education Kookmin University)
이미라. 2011. 석사논문.민담 스토리텔링: 그림 민담의 변형.생성 연구. 원광대학교 교육대학원.
(Lee Mi Ra. 2011. Seoksanonmun. Mindam Setoriteling: Gerim Mindameui Byeonhyeong.
Saengseong Yeongu. Faculty of Education Wongwang University)
임원균. 1997. 석사논문. 고소설에 나타난 죽음과 재생 연구. 전북대학교 교육대학원 (Lim Won
Gyun. 1997. Seoksanonmun. Gososeole Natanan Jugeumgwa Jaesaeng Yeongu. Faculty of
Education Jeonbuk University)
조은하. 2008. 디지털 스토리텔링. 서울: 북스힐 (Jo Eun Ha. 2008. Dijiteol Setoriteling. Seoul:
Bukseuhil)
최혜실. 2003. 디지털 스토리텔링. 정보과학화지 제 21 권 제 2 호 (Choi Hye Sil. 2003. Dijiteol
Setoriteling. Jeongbogwahakhwaji Vol. 21 No.2)
---------. 2003. 디지털 시대의 영상문화. 서울: 소명출판 (Choi Hye Sil. 2003. Dijiteol Sidaeeui
Yeongsangmunhwa. Seoul: Somyeongchulpan)
Ahonen, Tommy dan Jim O’Reilly. 2007. Digital Korea : Convergence of Broadband Internet,
3G Cell Phones, Multiplayer Gaming, Digital TV, Virtual Reality, Electronic Cash,
Telematics, Robotics, E-Government and the Intelligent Home. London : Futuretext
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
14 Bauman, Richard. 1986. Story, Performance and Event: Contextual Studies of Oral Narrative.
United States of America: Cambridge University Press
Basso, Keith H. 1984. Stalking With Stories: Names, Places, and Moral Moral Narratives
among the Western Apache. Dalam Text, Play, and Story. Edward M. Bruner, ed. Washington:
American Ethnological Society
Benjamin, Walter. 1988. The Author as Producer. K.M Newton ed. Twentieth-Century Literary
Theory: A Reader. London: Macmillan Education, Ltd
Greene, E. 1996. Storytelling Art & Technique. Westport: Greenwood
Herzfeld, Michael. 1985. The Poetics of Manhood: Contest and Identity in a Cretan Mountain
Village. New Jersey: Princeton University Press
Ministry of Culture, Sport and Tourism. 2014. Content Industry: Policy of Korea
Mittlestadt, J. 2003. Why I Have Spent My Time in Such Ways: The Ways of the Storyteller. The
Reading Teacher Vol. 56
Moleong, L. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya
Popper, Frank. 1993. Art of the Electronic Age. New York: Thames and Hudson Ltd.
Robin, Bernard R. 2008. Digital Storytelling : A Powerful Technology Tool for The 21st Century
Classroom. Theory Into Practice. No.41
Schwartzman, Helen. 1984. Stories at Work: Play in an Organizational Context. Dalam Text,
Play, and Story: The Construction and Reconstruction of Self and Society. Edward M.
Bruner, ed. Washington: American Ethnological Society
Tucker, G. 2006. First Person Singular: The Power of Digital Srorytelling. Screen Education
Vol. 42
Xu,Y., Park, H.,& Baek, Y. 2011. A New Approach Toward Digital Storytelling: An Activity
Focused on Writeing Self-efficacy in a Virtuasl Learning Environment. Educational
Technology & Society. Vol 14
Sumber Internet:
한국학중앙연구원. 한국구비문학대계 (Hangukhakjungangyeonguwon.
Hangukgubimunhakdaegye) <http://www.yoksa.aks.ac.kr/jsp/ur/Directory.jsp:?gb=1 >
(diakses pada tanggal 16 Maret 2014 pukul 23.18 WIB)
--------. 한국민족문화대백과 ((Hangukhakjungangyeonguwon.
Hangukminjokmunhwadaebaekgwa)
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014
15
<http://www.encykorea.aks.ac.kr/Contents/Index> (diakses pada tanggal 26 September 2013
pukul 11.47 WIB)
---------. 최운식. 1928. 콩쥐팥쥐전. (Hangukhakjungangyeonguwon. Choi Un Shik. 1928.
Kongjwipatjwijeon. <http://www.encykorea.aks.ac.kr/Contents/Index.> (diunduh pada
tanggal 26 September 2013 pukul 11.55 WIB)
Center for Digital Storytelling. 2005. Center for Digital Storytelling Web Site.
<http://www.storycenter.org/history.html> (diakses pada tanggal 5 Maret 2014 pukul 20.15
WIB)
Handler Miller, C. 2008. Tales From Digital Frontier: Breakthrough in Storytelling. Writers
Store. <http://www.writersstore.com/article.php?articles_id=505> (diakses pada tanggal 6
Maret 2014 pukul 17.55 WIB)
Hongskuracbu. “콩쥐팥쥐”. <http://www.hongskuracbu.com > (diakses pada tanggal 13
Desember 2013 pukul 18.00 WIB
Korean Occupational and Health Agency. “콩쥐팥쥐”.
<http://www.youtube.com/watch?v=W8WIO_HobxU> (diakses pada tanggal 3 April 2014
pukul 20.50 WIB)
Lambert, Joe. 2007. Digital Storytelling Cookbook <http://www.storycenter.org/cookbook.pdf>
(diunduh pada tanggal 5 Maret 2014 pukul 21.15 WIB)
Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014