perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peningkatan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN
DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA
PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III
SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
Adityatama Putra
K7106001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN
DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA
PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III
SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
Adityatama Putra
K 7106001
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN
PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN
KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III
SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2010/2011”
Oleh :
Nama : Adityatama Putra
NIM : K7106001
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Prof. DR. St.Y. Slamet, M. Pd.
NIP. 19461208 198203 1 001
Dosen Pembimbing II
Tri Budiarto, M. Pd.
NIP. 19591221 198803 1 001
Ketua Program S1 PGSD
Drs. Kartono, M. Pd
NIP. 19540102 197703 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN
PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN
KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III
SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2010/2011”
Oleh :
Nama : Adityatama Putra
NIM : K7106001
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji :
Nama Terang :
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd.
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd.
Anggota I : Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd.
Anggota II : Drs. Tri Budiarto, M.Pd..
Tanda Tangan
…………………
…………………
…………………
…………………
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. HM. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP : 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Adityatama Putra. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN
TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA
PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 01 GIRILAYU,
MATESIH, KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Penelitian
Tindakan kelas pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 01 Girilayu Kecamatan
Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, November
2010.
Penelitian ini bertujuan Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01
Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar dengan pendekatan
konstruktivisme.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan model siklus yang berlangsung sebanyak 2 siklus. Variabel yang
menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan
pengelompokan tumbuhan, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Pendekatan konstruktivisme.Tiap siklus terdiri dari 4
tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Sebagai subjek adalah siswa dan guru kelas III SD Negeri 01 Girilayu yang
berjumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, tes,
observasi, dan dokumentasi. Uji validitas data dengan menggunakan trianggulasi
data dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif
dengan teknik deskriptif kualitatif, yang meliputi 3 komponen yaitu reduksi data,
sajian data, dan verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
kemampuan pengelompokan tumbuhan setelah diadakan tindakan kelas dengan
menggunakan pendekatan Konstruktivisme. Hal itu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya kemampuan siswa setelah tindakan. Pada siklus I menunjukkan
peningkatan kemampuan pengelompokan tumbauhan dengan nilai rata-rata 70,14
dan persentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 66,66 % (18 siswa). Pada
siklus II menunjukkan peningkatan kemampuan menulis cerita dengan nilai rata-
rata 76,25 dan persentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 77,77% (21
siswa). Dengan demikian diajukan suatu rekomendasi bahwa melalui pendekatan
Konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan
pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu Tahun Pelajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Adityatama Putra. THE IMPROVEMENT OF PLANT CLASSIFICATION
ABILITY BASED ON CONSTRUCTIVISM CURSE TOWARD
LERANING SCIENCE OF THIRD GRADE STUDENT OF STATE
PRIMARY SCHOOL OF GIRILAYU 01, MATESIH, KARANGANYAR
ON ACADEMIC YEAR 2010/2011. The Classroom Research toward the third
grade students of SD Negeri 01 Girilayu on Academic year 2010/2011.
Minithesis: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University,
August 2010.
This research intends to improve the learning process quality and ability of
plant classification through constructivism curse for the 3th
grade students of
SDN 01 Girilayu on academic year 2009/2010.
The research model used by the writer was a classroom action research
consisted of two cycles. The variable that becomes the changing goal in this
study is the ability in plant classification, while its action variable is
constructivism curse. Every cycle has four steps, that is planning, action,
observation, and reflection. The research subject used in this research were twenty
seven students and the teacher of class 3th
SDN 01 Girilayu. The technique of
data collecting used in this research were interviewing, testing, observation, and
documentation. The data analysis technique used in this research was interactive
analysis model with the qualitative descriptive technique, involving three
components, they are data reduction, data presentation, and verification.
Based on the research result, it can be conducted that there is an ability
improvement to plant classification after implementing the classroom action
research with constructivism curse. It is shown at the increasing of the student
ability after post action. In the first cycle, there is an ability improvement in plant
classification in the amount of 70,14 as the average mark and the students
percentage who reach the KKM is 66,66% (18 students). In the second cycle there
is also an ability improvement to plant classification in the number 76,25 on the
average mark, and the students percentage reaching the KKM is 77,77% (21
students). Therefore it can be recommended that the use of constructivism curse
can improve the ability in plant classification for the 3th
students of SDN 01
Girilayu on academic year 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Terjemahan Q.S. Al Insyiroh: 6)
Tiada keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan;
dan saya percaya pada diri saya sendiri.
(Muhammad Ali)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan
keberhasilan saat mereka menyerah.
(Thomas Alva Edison)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Bapak Ibuku tercinta, Bapak Winarso dan Ibu
Surati yang telah mencurahkan kasih sayangnya
kepadaku, memberikan bimbingan, dan motivasi
serta dengan tulus ikhlas mendoakanku setiap
waktu. Semoga Allah senantiasa mengabulkan doa-
doamu.
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta,
almamaterku tercinta tempatku menimba ilmu
untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari banyak hambatan yang
menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat
Nya, akhirnya skripsi ini dapat selesai untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surkarta
2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Tri Budiarto, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Winarso, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 01 Girilayu yang telah memberikan
izin tempat penelitian.
8. Maryamah, A.Ma.Pd. selaku guru kelas III SD Negeri 01 Girilayu yang telah
bersedia membantu penulis.
9. Guru-guru SD Negeri 01 Girilayu yang telah memberikan bantuan dalam
melaksanakan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10. Siswa-siswi SD Negeri 01 Girilayu yang telah meluangkan waktunya untuk
belajar bersama penulis.
11. Mas Andhi dan Dik Nana atas dukungan dan semangatnya.
Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan dan
kelemahan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan. Penulis tetap berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada
umumnya.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................ vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ........................................................................... 9
1. Hakikat Pembelajaran IPA dan Kemampuan
Pengelompokan Tumbuhan .............................................. 9
a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ............................. 9
b. Hakikat Pembelajaran IPA ......................................... 13
c. Hakikat Kemampuan Pegelompokan Tumbuhan ....... 16
d. Tinjauan Tentang Materi Pengelompokan Tumbuhan 18
2. Hakikat Pendekatan Konstruktvisme ............................... 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 28
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Hipotesis Tindakan ................................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................ 35
C. Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 37
D. Jenis Data dan Sumber Data ................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 38
F. Validitas Data ......................................................................... 41
G. Teknik Analisis Data ............................................................... 42
H. Indikator kinerja ..................................................................... 43
I. Prosedur Penelitian ................................................................ 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 50
B. Deskripsi Sebelum Tindakan .................................................. 52
C. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 54
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ............................. 73
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................. 80
B. Implikasi .................................................................................. 81
C. Saran ........................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 85
LAMPIRAN ................................................................................................. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ................................................... 35
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada
Kondisi Awal ..................................................................................... 53
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus
I .......................................................................................................... 61
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus
II .......................................................................................................... 71
Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas III SD
Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Siklus II ................................... 74
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas III
SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Siklus II ............................. 76
Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan
Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01
Girilayu pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ........................... 78
Tabel 8. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 01
Girilayu pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ........................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Daunnya ............ 18
Gambar 2. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Batangnya .......... 19
Gambar 3. Tumbuhan Monokotil ...................................................................... 20
Gambar 4. Tumbuhan Dikotil ............................................................................ 20
Gambar 5. Tumbuhan Berakar Serabut ............................................................. 21
Gambar 6. Tumbuhan berakar tunggang ........................................................... 21
Gambar 7. Alur kerangka berpikir ..................................................................... 32
Gambar 8. Alur Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ........................................ 49
Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa
Kelas III SD Negeri 01 Gitilayu Pada Kondisi Awal ...................... 54
Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa
Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I ................................ 63
Gambar 11. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa
Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus II ............................... 72
Gambar 12. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas III
SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Sikus II ........................... 75
Gambar 13. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas
III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Sikus II ...................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhand Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu.......... 87
Lampiran 2. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu.......... 90
Lampiran 3. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu
Pada Siklus I ............................................................................. 92
Lampiran 4. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu
Pada Siklus I ............................................................................. 94
Lampiran 5. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu
Pada Siklus II............................................................................ 96
Lampiran 6. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu
Pada Siklus II............................................................................ 98
Lampiran 7. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan
Pendekatan Konstruktivisme .................................................... 99
Lampiran 8. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan
Pendekatan Konstruktivisme .................................................... 100
Lampiran 9. Hasil Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan
Pendekatan Konstruktivisme .................................................... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran10. Hasil Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan
Pendekatan Konstruktivisme .................................................... 103
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ..... 105
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ..... 111
Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 .... 118
Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 .... 124
Lampiran 15. Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa
kelas III Pada Kondisi Awal ..................................................... 131
Lampiran 16. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Pada Siklus I........................................................... 133
Lampiran 17. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Pada Siklus II ......................................................... 135
Lampiran 18. Foto Dokumentasi .................................................................... 137
Lampiran 19. Silabus ....................................................................................... 141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya
dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya
ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2007:10). Usaha pemerintah
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan
yang sesuai fungsi dan tujuan pendidikan Nasional pada Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menerangkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, barakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab” (anonim, 2003: 1).
Peran IPA dalam perkembangan teknologi sangat penting. Oleh
karena itu bidang IPA perlu dikuasai secara baik. Penguasaan konsep IPA
mendukung perkembangan teknologi, sebagai contoh pada tahun 70-an
manusia berkomunikasi melalui radio, telepon dan televisi, tetapi sekarang
dengan adanya kemajuan teknologi, manusia bisa memanfaatkan
kecanggihan komputer dalam berkomunikasi dengan jasa internet guna
mempermudah kerja manusia.
Pendidikan IPA perlu dikembangkan dalam hal ini mengingat IPA
melatih peserta didik untuk berfikir logis, rasional, kritis dan kreatif.
Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab untuk meningkatkan
kemampuannya. Berdasarkan hakikat pendidikan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa dalam proses pendidikan terdapat unsur-unsur yang saling
mempengaruhi, khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, secara
umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa
(intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa
misalnya intelegensi, minat, sikap, keadaan jasmani dan motivasi.
Sedangkan faktor dari luar misalnya lingkungan belajar, pendekatan,
metode, kurikulum, serta sarana dan prasarana sekolah. Peran guru dalam
lingkungan belajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
meningkatkan prestasi belajarnya.
Tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi IPA khususnya
pada materi pengelompokan tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu masih
rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai siswa SD pada mata pelajaran
IPA khususnya pada materi pengelompokan tumbuhan, bila dibandingkan
dengan materi pelajaran yang lain. Kendala yang dihadapi pendidikan IPA
antara lain pandangan bahwa IPA merupakan materi yang sulit, kurangnya
minat siswa dalam mempelajari pengelompokan tumbuhan, kurangnya
sarana dan prasarana, ketidaktepatan metode mengajar yang digunakan dan
sebagainya.
Guru dalam menyajikan sesuatu bahan pelajaran harus dapat
mempersiapkan dengan baik seluruh komponen dalam situasi mengajar.
Komponen-komponen tersebut antara lain: tujuan materi pelajaran, metode
dan evaluasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode dan evaluasi
mempunyai peranan penting.
Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam
kegiatan belajar-mengajar dan juga merupakan usaha untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kegiatan belajar-mengajar akan kurang berarti bila tidak
ditunjang dengan metode yang tepat. Dengan penerapan metode yang tepat,
maka dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Metode mengajar ada beberapa macam misalnya metode ceramah,
metode demonstrasi, diskusi dan lain-lain. Dalam proses belajar-mengajar
tidak mungkin dalam melaksanakan pembelajaran guru tidak menggunakan
salah satu metode mengajar. Hal ini menjadi dasar pertimbangan di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menggunakan metode mengajar. Untuk melaksanakan metode mengajar
supaya berhasil dengan baik memerlukan pendekatan pengajaran yang
sesuai.
Kelemahan pembelajaran IPA selama ini antara lain adalah bahwa
pembelajaran IPA lebih menekankan pada menghafal sejumlah konsep dan
kurang menekankan pada penguasaan hasil belajar. Guru cenderung
mementingkan agar murid mengetahui sesuatu dan mengesampingkan
murid dapat melakukan sesuatu. Seharusnya pembelajaran yang dilakukan
menyediakan pengalaman belajar bagi siswa yang mencakup baik materi
maupun proses pengelompokan tumbuhan sehingga ada keseimbangan
antara kemampuan konseptual dan prosedural. Pada prinsipnya mempelajari
IPA adalah sebagai cara mencari tahu dan cara menjelaskan/melakukan
yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih
mendalam.
Dari permasalahan tersebut, peneliti menitikberatkan pada
pendekatan Konstruktivisme, karena pendekatan ini menekankan pada
keterlibatan siswa dalam proses belajar aktif, serta dalam proses belajar
mengajar akan terjalin komunikasi dua arah sehingga dapat meningkatkan
peluang bagi guru untuk memperoleh balikan dalam rangka menilai
efektivitas pengajarannya.
Dalam Konstruktivisme pengetahuan siswa merupakan konstruksi
(bentukan) dari siswa yang mengetahui sesuatu. Siswa belajar membentuk
pengertian yaitu tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan
atau apa yang ia baca melainkan menciptakan pengertian. Pengetahuan
ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif bukan hanya diterima
secara pasif dari guru. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
membantu keaktifan siswa dalam pembentukan pengetahuannya.
Sampai saat ini, pendidikan IPA khususnya pengelompokan
tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu masih didominasi oleh kelas yang
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Guru menggunakan
metode ceramah sebagai pilihan utama sehingga sering mengabaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pengetahuan awal siswa. Pada proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada
sesuatu yang abstrak (hanya membayangkan) tanpa mengalami atau melihat
sendiri. Padahal, siswa membutuhkan konsep-konsep yang berhubungan
dengan lingkungan sekitarnya karena pembelajaran tidak hanya berupa
pemindahan pengetahuan tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh siswa
yang akan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar lebih bermakna
jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari daripada hanya
mengetahui secara lisan saja.
Masalah dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan di SD
Negeri 01 Girilayu pada dasarnya cukup sederhana, namun bila tidak
diselesaikan maka akan berdampak pada. Dalam hubungannya dengan
pengelompokan tumbuhan, bila tidak segera ditangani maka prestasi dari
hasil belajar siswa akan buruk. Selain itu, siswa juga akan kesulitan
mengikuti materi yang berhubungan dengan tumbuhan pada tingkat yang
berikutnya. Dalam IPA, konsep-konsep dalam ipa akan selalu berkembang
searah dengan tingkat pendidikan siswa.
Dari hasil survei yang telah dilakukan peneliti, diperoleh hasil nilai
pengelompokan tumbuhan pada pra siklus siswa kelas III SD Negeri 01
Girilayu yang berjumlah 27 siswa. Dengan komposisi perempuan 13 siswa
dan laki-laki 14 siswa. Rincian nilai tersebut, yaitu sebanyak 3 siswa
mendapat nilai 8; 3 siswa mendapat nilai 7,5; 4 siswa mendapat nilai 7; 6
siswa mendapat nilai 6,5; dan 13 siswa mendapat nilai 6,5 ke bawah. Data
ini menunjukkan bahwa, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di
bawah KKM yaitu 6,5. Dengan data tersebut dapat diketahui bahwa, nilai
pengelompokan tumbuhan siswa kelas III di SD Negeri 01 Girilayu masih
tergolong rendah.
Menurut Konstruktivisme proses belajar didasarkan pada suatu
anggapan bahwa anak membangun sendiri pengetahuan diluar sekolah.
Pendekatan Konstruktivisme menekankan pentingnya proses belajar
mengajar sebagai pengembangan pemahaman bersama antara guru dan
siswa. Salah satu proses pembelajaran yang strategi atau pendekatannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
berorientasi pada Konstruktivisme adalah pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen.
Pendekatann pembelajaran Konstruktivisme lebih menekankan
pada kegiatan siswa untuk menyempurnakan pengalamannya yang telah
didapat pada kehidupan sehari-hari, menyesuaikan dengan ilmu
pengetahuan yang telah ada, mencari pemecahan masalah yang muncul
melalui diskusi-diskusi dan percobaan, sehingga siswa dapat
mengemukakan pendapatnya sendiri. Pada model pembelajaran ini guru
membantu dan mendorong siswa mengaitkan materi yang diajarkan dengan
situsasi nyata sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman
yang dapat langsung diterapkan pada kehidupan nyata. Dengan konsep
tersebut hasil pembelajaran dirasa lebih bermakna bagi siswa. Proses belajar
berlangsung secara ilmiah dalam bentuk siswa bekaerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Di dalam Konstruktivisme memiliki gagasan bahwa siswa
mempunyai konsep yang berbeda-beda walaupun mereka hidup dalam
lingkungan yang samadan mengikuti pelajar yang secara singkat prinsip-
prinsip Konstruktivisme yaitu: a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar, c. Siswa aktif
mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep
menuju ke konsep yang lebih lengkap serta sesuai dengan konsep Ilmiah, d.
Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi siswa berjalan mulus (Baharuddin, 2009:115).
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas,
maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang timbul antara lain :
1. IPA dianggap mata pelajaran yang sulit dan prestasi belajar pada
umumnya rendah belum menunjukan pencapaian yang maksimal.
2. Banyaknya siswa yang kurang aktif dalam proes belajar-mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3. Model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi yang
diajarkan.
4. Sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung proses belajar
mengajar.
Dari identifikasi masalah tersebut, maka perlu dilaksanakan
penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan
Dalam Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa
Kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Tahun Pelajaran
2010/2011.
Alasan peneliti menggunakan pendekatan konstruktivsme pada
pembelajaran pengelompokan tumbuhan yaitu bahwa konstruktivisme
Pendekatann pembelajaran Konstruktivisme menjadikan pembelajaran IPA
menjadi lebih mudah, lebih menekankan pada kegiatan siswa untuk
menyempurnakan pengalamannya yang telah didapat pada kehidupan
sehari-hari, menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang telah ada,
mencari pemecahan masalah yang muncul melalui diskusi-diskusi dan
percobaan, sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya sendiri.
Pendekatan konstruktivisme menjadikan siswa lebih aktif dalam mengikuti
pelajaran dan ilmu yang diperoleh benar-benar pengetahuan yang tertanam
pada diri siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah pelaksanaan pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan dalam
pembelajaran IPA pada siswa kelas III di SD Negeri 01 Girilayu,
Matesih, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Apakah melalui pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan
kemampuan pengelompokan tumbuhan dalam pembelajaran IPA pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Siswa Kelas III di SD Negeri 01 Girilayu, Matesih, karanganyar Tahun
Pelajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan
dalam pembelajan IPA pada Siswa Kelas III di SD Negeri 01 Girilayu
Kecamatan Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas
III SD Negeri 01 Girilayu Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang
cara meningkatkan pemahaman konsep-konsep IPA
b. Dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan bagi penelitian yang
akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Membuat siswa tidak merasa jenuh, lebih aktif, dan kritis.
2) Membantu memudahkan siswa dalam rangka menerima pelajaran,
memahami, dan mengingat pelajaran. Dalam belajar tidak hanya
sekadar menghafal, akan tetapi siswa dapat mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Siswa belajar dari
mengalami sendiri.
b. Bagi Guru
1) Mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan
pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme melalui
metode eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2) Guru memperoleh variasi model pembelajaran yang sesuai
dengan pembelajaran IPA khususnya materi pengelompokan
tumbuhan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
yang memberi kemudahan dalam penanaman dan pemahaman
konsep-konsep IPA.
c. Bagi Sekolah
Memberikan masukan pada sekolah bahwa Pendekatan
Konstruktivisme melalui metode eksperimen dapat meningkatkan
kemampuan memahami konsep-konsep IPA pada siswa sekolah
dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pembelajaran IPA dan Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan
a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli
pendidikan. Pengertian tersebut sedikit banyak memiliki perbedaan
ataupun persamaan. Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud
dengan belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan
fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran. Dalam
kenyataannya, banyak sekali perbuatan yang termasuk kegiatan belajar,
sehingga berbagai pendapat tentang belajar muncul.
Menurut Baharuddin (2009:11), “Belajar merupakan proses
manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan
sikap”. Dalam hal ini belajar telah dimulai sejak manusia lahir secara
terus menerus sampai akhir hayat. Sedangkan menurut Slameto (2003:2),
“belajar merupakan proses dimana seseorang melakukan suatu kegiatan
atau usaha merubah tingkah laku”. Perubahan tingkah laku tersebut
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Dari pengertian tersebut diatas mengandung makna bahwa
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat saja, tetapi lebih dari itu belajar
adalah “mengalami”. Hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan
materi, akan tetapi hasil belajar merupakan perubahan kelakuan dan
sikap.
Slameto (2003: 2) dalam mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri
perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:
a. Perubahan terjadi secara sadar.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan terarah.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
(Slameto, 2003: 3-5)
Makna belajar menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Agus
Suprijono (2009: 2) yaitu:
a. Cronbach
“Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience.” (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari
perubahan pengalaman)
b. Harold Spears
“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something
themselves, to listen, to follow direction.” (Dengan kata lain belajar
adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar
dan mengikuti arah tertentu)
c. Geoch
“Learning i`s a change in performance as a result of practice.”
(Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).
Relevan dengan pengertian di atas, belajar adalah berubah,
artinya suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan
tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak, penyesuaian diri. Perubahan ini bisa dilakukan dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.
Menurut Thursan Hakim, belajar adalah suatu proses perubahan
di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono
dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran halaman 9,
bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang
tercipta melalui proses tingkah laku. R. Gagne seperti yang di kutip oleh
Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu: a. Belajar
ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. b. Belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dan Bower dalam
bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto,
belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam suatu situasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi
terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak
mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat
dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Menurut filosofi Konstruktivisme, belajar adalah membangun
pengetahuan sedikit demi sedikit, pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep-konsep ataupun kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat dalam pengalaman yang nyata (Baharuddinn, 2009:116). Dalam
hal ini, guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada
siswa, sedangkan pengetahuan itu sendiri tidak dapat diperoleh secara
instan tetapi harus melalui berbagai proses yang mungkin memerlukan
proses panjang. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan pada benaknya
sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka belajar dan pembelajaran harus
dikemas menjadi “mengkonstruksi” bukan “menerima”.
Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar dapat dilihat
dengan adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut dimana
tingkah laku orang tersebut sebelumnya tidak ada atau masih lemah.
Tingkah laku manusia terdiri dari beberapa aspek. Hasil belajar
seseorang akan tampak pada setiap perubahan aspek tersebut. Oemar
Hamalik dalam Tukiran (2009:8) menyatakan aspek-aspek tingkah laku
manusia meliputi: “pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan,
apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika),
sikap, dan lain-lain”. Apabila seseorang telah melakukan kegiatan
belajar, maka akan terjadi perubahan pada salah satu aspek tingkah laku
tersebut.
Pembelajaran menurut Sugihartono, dkk. (2007:81) adalah suatu
upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
optimal. Dalam pendekatan Konstruktivisme, guru berperan sebagai
fasilitator yang mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengalamannya
sendiri menjadi sebuah pengetahuan.
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
suatu respons terhadap situsai tertentu (Corey dalam Syaiful Sagala,
2010:61). Pembelajaran merupakan istilah yang sekarang lebih populer
dibanding dengan pengajaran. Istilah pembelajaran dipergunakan karena
adanya perubahan pandangan dalam sistem pendidikan, yaitu dari
sekedar menyampaikan pengetahuan kepada bagaimana menjadikan
seorang siswa sebagai pembelajar. Karena itulah, pembelajaran
merupakan usaha untuk mengajak agar siswa dapat melakukan kegiatan
belajar secara mandiri.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
IPA merupakan suatu kebutuhan yang dicari manusia karena
memberikan suatu cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan yang
utuh. Secara khusus, sains menggunakan suatu pendekatan empiris untuk
mencari penjelasan alami tentang fenomena yang diamati di alam
semesta.
Purnell’s dalam Srini M. Iskandar mengemukakan, ”Science is
the board of human knowledge, acquired by systematic and experiment,
and explained by means of rules, laws, priciple, theories, and
hypotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan
manusia yang luas yang diperoleh dengan cara observasi dan eksperimen
yang sistematis serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-
hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
Kata sains berasal dari kata latin scientia yang berarti “saya
tahu”. Dalam bahas Inggris kata science mula-mula berarti pengetahuan,
tetapi lama-kelamaan bila orang Indonesia berkata sains, maka pada
umumnya yang dimaksud adalah apa yang dulu disebut natural sciences.
Natural science dalam bahasa Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Alam
atau dengan singkat sekarang biasa dikenal dengan sebutan IPA.
“Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang
rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya”
(Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 1992:3). Rasional di sini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
berarti dapat diterima akal sehat sedangkan objektif berarti sesuai dengan
objeknya.
Menurut Nash (1963) dalam Hendro darmodjo dan Jenny R.E
Kaligis (1992:3), “IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam.
Cara yang digunakan bersifat analitis, lengkap, cermat serta
menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain
sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang
objek yang diamati”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa IPA merupakan sebagai pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta dan segala isinya dengan cara melakukan
pengamatan/percobaan.
Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan siswa Sekolah Dasar karena
IPA dapat memberikan sumbangan untuk tercapainya sebagian tujuan
pendidikan di Sekolah Dasar. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.
Kaligis (1992:6), melalui pengajaran IPA diharapkan siswa dapat:
1) Memahami alam sekitarnya.
2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu dan metode ilmiah
yang sederhana.
3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan
memecahkan masalah yang dihadapinya serta menyadari kebesaran
Penciptanya.
4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Leo, Hery Kresnadi, dan Kartono (2007:5-3 – 5-5) ada
lima prinsip utama pembelajaran IPA, yaitu lima pernyataan tentang
kebenaran dalam pembelajaran IPA yang dijadikan anutan untuk
melaksanakan pembelajaran IPA yaitu:
1) Pemahaman tentang lingkungan sekitar dimulai melalui pengalaman
baik secara inderawi maupun noninderawi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung,
sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran.
3) Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang
konsisen dengan pengetahuan para ilmuwan.
3) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep,
lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.
4) IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.
Menurut Sumaji, dkk (1998:35), fungsi mata pelajaran IPA
antara lain:
1) Memberi bekal pengetahuan dasar baik untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh,
mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep IPA.
3) Menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan melatih menggunakan
metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
4) Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya
sehingga mendorong siswa untuk mencintai dan mengagungkan
Penciptanya.
5) Memupuk kreativitas siswa.
6) Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam
bidang IPTEK.
h) Memupuk minat siswa terhadap IPA.
c. Hakikat Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan
Kemampuan awal siswa merupakan prasarat yang diperlukan
dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Proses
pembelajaran dan pengambangan kemampuan awal siswa dapat menjadi
titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan
kemampuan baru.
Menurut Chaplin (1997: 34) “ability (kemampuan, kecakapan,
ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
untuk melakukan suatu perbuatan”. Dalam hal ini, seseorang tidak akan
dapat melakukan apapun tanda memiliki kemampuan dalam suatu hal.
Menurut Robbins (2000: 46), “Kemampuan bisa merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau
praktek”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(ability) adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai
suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil
latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang
ditunjukkan melalui tindakannya. (http/jiunkpe/s1/eman/2008)
Menurut Gagne dalam Ratna Willis Dahar (1989 : 134)
“Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil belajar disebut
kemampuan-kemampuan, kemudian untuk mendapatkan pengetahuan
dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan-kemampuan tersebut.”
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal
siswa merupakan kesanggupan dan pengetahuan yang dimiliki siswa
pada awalnya yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan dan
pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan kata lain
kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu,
yang bisa dimiliki sejak awal atau setelah melalui beberapa proses.
Lebih lanjut Robbins (2000) dalam
(http/jiunkpes/s1/eman/2008) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari
dua faktor, yaitu: a. kemampuan intelektual (intelectual ability)
merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, b.
kemampuan fisik (physical intellectual) merupakan kemampuan
melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik
fisik.
Kedua faktor diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan
kemampuan fisik. Begitu juga dalam kemampuan pengelompokan
tumbuhan bermula dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dalam kegiatan pengelompokan tumbuhan kedua faktor ini akan saling
memopengaruhi satu sama lain.
Definisi kemampuan menurut Keith Davis dalam Mangkunegara
(2000) dalam (http://digib.petra.ac.id diakses tanggal 20 Oktober 2009)
kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya bahwa seseorang yang
mempunyai IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan lebih
mudah mencapai kinerja maksimal.
Menurut Gagne dalam Iskandarwassid (2008 : 134)
“Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil belajar disebut
kemampuan-kemampuan, kemudian untuk mendapatkan pengetahuan
dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan-kemampuan tersebut.”
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal
siswa merupakan kesanggupan dan pengetahuan awal yang dimiliki
siswa untuk memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang lebih tinggi
tingkatannya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan menguasai keahlian yang merupakan
bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan dan digunakan untuk
melakukan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan.
d. Tinjauan Tentang Materi Pengelompokan Tumbuhan
1) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya
Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan dikelompokkan menjadi
tumbuhan yang hidup di darat dan tumbuhan yang hidup di air.
Eceng gondok dan bunga teratai merupakan contoh tumbuhan yang
hidup di air. Sedangkan pohon rambutan, pohon mangga, dan pohon
pisang merupakan contoh tumbuhan yang hidup di darat.
2) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya
a) Tulang daun menyirip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Daun jambu, bayam, dan mangga memiliki tulang daun menyirip.
Bentuk tulang daun.
b) Tulang daun sejajar
Daun tebu, padi, dan rumputrumputan memiliki tulang daun
sejajar. Bentuk tulang daun sejajar seperti garis-garis lurus yang
sejajar. menyirip seperti susunan sirip-sirip ikan.
c) Tulang daun melengkung
Tumbuhan dengan tulang daun melengkung adalah daun genjer
dan gadung. Bentuknya menyerupai garis-garis lengkung yang
ujungujungnya terlihat menyatu.
d) Tulang daun menjari
Daun pepaya, singkong, dan jarak memiliki tulang daun menjari.
Bentuk tulang daun menjari seperti susunan jari-jari tangan.
Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan daun ditunjukkan
pada gambar 1.
Gambar 1. Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya
3) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan batangnya
a) Batang berkayu
Batang berkayu ukurannya dapat bertambah besar. Hal ini karena
batangnya memiliki kambium. Pohon jambu dan pohon jati
memiliki batang berkayu.
b) Batang basah
Bayam memiliki batang yang basah. Batang basah pada bayam
berair dan lunak.
Menyiri
p
Sejajar Melengkun
g
Menjari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c) Batang rumput
Padi, jagung, dan tebu memiliki batang rumput. Batang rumput
biasanya berongga. Batang rumput mempunyai ruas yang terlihat
nyata.
Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan batang
ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Pengelompokan tumbnuhan berdasarkan bentuk
batangnya
4) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan keping bijinya
a) Tumbuhan monokotil
Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan biji yang berkeping satu. Padi,
salak, tebu, dan jagung adalah contoh tumbuhan monokotil.
Tumbuhan jenis rumput-rumputan merupakan tumbuhan monokotil.
Contoh tumbuhan monokotil ditunjukkan gambar 3.
Gambar 3. Tumbuhan monokotil
2) Tumbuhan Dikotil
Tumbuhan biji berkeping dua disebut tumbuhan dikotil. Mangga,
kacang tanah, dan durian adalah contoh tumbuhan dikotil. Rambutan,
pepaya, dan jambu air juga termasuk tumbuhan dikotil.
Contoh tumbuhan dikotil ditunjukkan gambar 4.
Berkayu Basah Rumput
Jagung Salak Padi Kelapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Gambar 4. Tumbuhan dikotil
5) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan akarnya
a) Tumbuhan berakar serabut
Tumbuhan berakar serabut memiliki akar yang menyerupai serabut.
Semua tumbuhan monokotil seperti jagung dan kelapa berakar
serabut.
Contoh tumbuhan barakar serabut ditunjukkan gambar 5.
Gambar 5. Tumbuhan berakar serabut
b) Tumbuhan berakar tunggang
Semua tumbuhan dikotil yang ditumbuhkan dari biji lembaga
memiliki akar tunggang. Misalnya, kacang tanah dan bayam. Akar
tunggang terdiri atas satu akar pokok dan akarakar kecil. Akar kecil
merupakan percabangan dari akar pokok. Contoh tumbuhan barakar
tunggang ditunjukkan gambar 6.
Jagung Kelapa Palm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gambar 6. Tumbuhan berakar tunggang
2. Hakikat Pendekatan Konstruktvisme
Von Glaserfeld menjelaskan tentang pengertian konstruktivisme
bvahwa “Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita
sendiri “ (Paul Suparno, 1997:18). Pengetahuan itu dibangun bukan sekedar
ditangkap oleh indra saja, penetahuan terbentuk dalam otak manusia yang
kemudian apa yang diketahuinya dikonstruksi berdasarkan pengalamannya
sendiri (Agus Prijono, 2009:30). Dalam Konstruktivisme siswa mencari
sendiri makna dari apa yang mereka pelajari. Dari pengalaman-pengalaman
yang dimiliki siswa dikonstruksi sendiri oleh siswa menjadi pengetahuan.
Siswa memiliki kebebasan menggunakan strategi maupun cara mereka sendiri
untuk belajar atau memaknai sesuatu.
Von Glaserfeld dalam Boudourides (2003) memgemukakan bahwa
“knowledge is the result of an individual subject's constructive activity”. Ini
berarti pengetahuan adalah hasil dari aktivitas individu yang bersifat
membangun. Sehubungan dengan konstruktivisme, siswa mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang telah ia dapatkan.
Sependapat dengan von Glaserfeld, Brunner (1990) dalam Baharudding
(2009:115) bahwa individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan
ketyerampilannya.
Dalam teori perkembangan menurut Piaget, memandang bahwa
perkembangan kognitif sebagai proses dimana anak secara aktif membangun
sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan
interaksi mereka dengan lingkungan (Trianto, 2007:14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dalam hubungannya dalam pembelajaran, guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuannya di dalam benaknya. Didsini guru sebagai fasilitator, dapat
membderikan dorongan dan kemudahan dalam pembentukan pengetahuan
siswa. Guru dapa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan ide-idenya sendiri serta mendorong siswa untuk secara sadar
menggunakan strategi atau cara-cara mereka untuk belajar.
Gagasan dalam Konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat
dirangkum sebagai berikut :
a. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia nyata saja, melainkan
merupakan konstruksi kenyataan dari suatu objek yang dilakukan oleh
subjek.
b. Subjek membentuk konsep-konsep yang diperlukan sebagai
pembentukan pengetahuan.
c. Pengetahuan terbentuk dari konsep-konsep yang dilakukan subjek
dimana struktur konsep tersebut akan membentuk penghetahuan jika
konsep itu berlaku bagi seseorang tersebut (von Glaserfeld dalam Paul
Suparno, 1997:21)
Dalam Konstruktivisme satu-satunya alat yang tersedia bagi
seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Seseorang berinteraksi
dengan objek dan lingkungannya dengan melihat, meraba, membau, dan
merasakannya. Dengan alat indera tersebut seseorang membangun gambaran
akan dunia ini. Misal dengan mengamati air, bermain air, menggunakan air
dan sebagainya seseorang akan dapat membangun gambaran tentang air dan
membentuk pengetahuan tentang air.
Martinis Yamin (2008:3) berpendapat bahwa dalam pendangan
konstruktivisme mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari
guru kepada peserta didik, melainkan suatu bentuk kegiatan yang
memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan
bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari seseorang ke
orang lain, pemindahan pengetahuan itu harus harus dimaknai dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dikonstruksi seseorang melalui pengalamanya. Banyak siswa yang salah
dalam menangkap apa yang diajarkan oleh guru, hal ini membuktikan bahwa
sebuah pengetahuan tidak dapat semata-mata ditransfer atau dipindahkan dari
seseorang ke orang lain melainkan harus dimaknai dan dikonstruksi oleh
siswa sendiri.
Von Glaserveld dalam Paul Suparno (1997:20) berpendapat bahwa
diperlukan beberapa kemampuan dalam mengkonstruksi konsep dalam
pengalaman menjadi sebuah pengetahuan yaitu kemampuan mengingat dan
mengungkap kembali pengalaman, membandingkan dan memutuskan
mengenai persamaan dan perbedaan, dan kemampuan untuk lebih menyukai
pengalaman yang satu dari pengalaman yang lain. Kemampuan mengingat
kembali pengalaman digunakan sebagai dasar pembentukan pengetahuan.
Kemampuan membandingkan akan membantu seseorang dalam
mengklasifikasikan dan membangun pengetahuan, dan menyenangi salah satu
pengalaman dari pengalaman lain akan membentuk nilai dari suatu
pengetahuan.
Sehubungan dengan pembelajaran IPA dengan pendekatan
Konstruktivisme, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
adalah model pembelajaran berbasis lingkungan. Pendekatan lingkungan
sendiri berarti sebuah strategi pembelajaran IPA dengan menggunakan dan
memperlakukan lingkungan sekitar sebagai sarana ataupun sumber belajar.
Siswa dibiasakan untuk memahanmi faktor politis, ekonomis, sosial budaya
maupun ekologis yang terdapat di lingkungan tersebut serta memperlakukan
lingkungan sekitar secara bijaksana. Pada pendekatan ini, pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk
mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan mencintai lingkungannya.
Pembelajaran dengan pendekatan Konstruktivisme memiliki 4
(empat) karakteristik, yaitu: a. Pusat pembelajaran adalah peserta didik, b.
Pembelajaran dimulai dari hal yang sudah diketahui dan peserta didik, c.
Motivasi peserta didik dibangkitkan yang diantaranya dengan pembelajaran
yang menarik dan d. berguna bagi kehidupan peserta didik (Kartono, 2009:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4). Dalam pembelajaran, guru berperan lebih kepada fasilitator bagi siswa.
Dalam pendekatan konstruktivisme pembelajaran dimulai dengan hal-hal
umum yang telah dipahami siswa dan kemudian dikembangkan pada hal yang
lebih khusus atau spesifik.
Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam pembelajaran
konstruktivistik, yaitu: a. mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata
dalam kontek yang relevan, b. mengutamakan proses, dalam pembelajaran
yang diutamakan adalah proses mendapatkan suatu ilmu bukan hasil yang
diperoleh setelah ilmu didapatkan, c. menanamkan pembelajaran dalam
kontek pengalaman sosial, dan d. pembelajaran dilakukan dalam upaya
mengkonstruksi pengalaman yang diperoleh (Pranata,
puslit.petra.ac.id/journals/interior/). Hakikat pembelajaran konstruktivisme
oleh Brooks and Brooks dalam Fisika SMA Online (http://fisikasma-
online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme.hmtl)
mangatakan bahwa dalam pengetahuan bersifat non objektif, bersifat
temporer, selalu berubah dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai
penyusunanpengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan
refleksi serta interpretasi. Mengajar berartimambuat lingkungan agar siswa
termotivasi untk melakukan kegiatan belajar. Atas dasar ini maka siswa akan
memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada
pengalamannya, dan sudut pandang/perspektif yang dipakainya dalam
mengolah pengalaman.
Harlen dalam Fisika SMA Online (Endar Suhendar, http://fisikasma-
online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme.hmtl)
mengungkapkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis
konstruktivisme terdapat langkah-langkah pembelajarannya secara garis besar
sebagai berikut:
a. Orientasi dan pemunculan ide
Merupakan proses awal untuk memotivasi siswa dalam mengawali
proses pembelajaran. Dalam tahap ini siswa di bawah bimbingan guru
untuk mengeluarkan idenya dengan berbagai cara. Dalam hal ini, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dapat memancingnya dengan memberikan pertanyaan, bercerita
mengenai suatu objek, menunjukan media yang relevan dsb.
b. Rekonstruksi ide
Tahapan ini meliputiklarifikasi terhadap ide siswa, merombak ide dengan
mengeluarkan pendapat yang berlawanan dengan ide siswa,
c. Aplikasi
Yaitu tahapan dimana ide-ide dari siswa dlterapkan. Dapat dilakukan
dengan percobaan, pengamatan, tanya jawab dan sebagainya.
d. Review dan refleksi
Tahapan ini dalakukan dengan mengadakan tinjauan kembali terhadap
ide-ide yang diutarakan siswa.
Tahapan - tahapan dalam pengembangan model belajar konstruktivis
dengan lebih rinci diimplementasikan oleh Sadia (Endar Suhendar,
http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-
konstruktivisme .hmtl). Secara signifikan model yang telah dikembangkan ini
mampu meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. Tahapan-tahapan
pengembangan model konstruktivis tersebut mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah
dalam merancang program, implementasi program dan evaluasi.
b. Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus dikuasai siswa.
c Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa. Identifikasi
pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan
peta konsep.
d. Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan awal siswa
yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut
untuk menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi
ilmiah, mana yang salah dan mana yang miskonsepsi.
e. Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsep.
Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Sedangkan strategi pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk
modul.
f. Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsepsi.
Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini
terdiri dari tiga langkah yaitu : (a) orientasi dan penyajian pengalaman
belajar, (b)menggali ide-ide siswa, (c) restrukturisasi ide-ide.
g. Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program
pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model
belajar yang telah diterapkan.
h. Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten. Berdasarkan
hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi dan
analisis terhadap miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara
tuntas maupun yang resisten.
i. Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis miskonsepsi yang
resisten digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi strategi
pengubahan konsepsi siswa dalam bentuk modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Tukiran dengan judul Penerapan Pendekatan Konstruktivisme
Assisted Learning Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat
Resmi Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri tahun
2009. Simpulan dari penelitian di atas dapat meningkatkan keterampilan
menulis surat resmi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
assisted learning. Hal ini dapat dilihat dari prosentase aktivitas siswa yang
selalu meningkat pada tiap siklus yaitu siklus I sebesar 40,0%, pada siklus II
sebesar 58,0%, dan pada siklus III mencapai 72,0%. Penggunaan pendekatan
konstruktivisme juga meningkatka hasil belajar siswa yang meningkat pada
tiap siklusmya yaitu dari pra siklus sebesar 69,80 menjadi 74,30 pada siklus I,
77,60 pada siklus II, dan 82,20 pada siklus III.
Penelitian Tukiran tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan pendekatan konstruktivisme
dalam pembelajaran. Persamaan yang lainnya adalah meningkatnya hasil
belajar siswa setelah diterapkan pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki
perbedaan yaitu lokasi penelitian yang dilakukan Tukiran bertempat di SD
Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri pada siswa kelas VI, sedangkan
penelitian ini bertempat di SD Negeri 01 Girilayu pada siswa kelas III. Selain
itu penelitian yang dilakukan Tukiran untuk meningkatkan keterampilan surat
resmi pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri
sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan pengelompokan
tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu tahun ajaran
2010/2011.
Sri Indrawati dengan judul Peningkatan Kemampuan Bernalar
Peserta Didik Melalui Pembelajaran Konstruktivisme pada Mahasiswa
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Dalam Perkuliahan
Psikolinguistik 2006/2007. Simpulan dari penelitian di atas dapat
meningkatkan kemampuan bernalar peserta didik melalui pembelajaran
konstruktivisme. Hal ini dapat dilihat dari prosentase hasil proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pembelajaran peserta didik yang selalu meningkat pada tiap siklus yaitu
siklus I sebesar 36,86% dan pada siklus II sebesar 79,92. Penggunaan
pendekatan konstruktivisme juga meningkatka hasil belajar siswa yang
meningkat pada tiap siklusmya yaitu dari pra siklus sebesar 52 dengan
ketuntasan klasikal 40% menjadi 64,43 dengan ketuntasan 63,85% pada
siklus I, dan 74,28 dengan ketuntasan klasikal 85,72% pada siklus II.
Penelitian Sri Indrawati tersebut di atas, relevan dengan penelitian
ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran. Persamaan yang lainnya adalah
meningkatnya hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan
konstruktivisme dalam perkuliahan psikolinguistik. Selain memiliki
persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu lokasi
penelitian yang dilakukan Sri Indrawati bertempat di Fakultas Ilmu Keguruan
dan Pendidikan Universitas Sriwijaya Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah Dalam Perkuliahan Psikolinguistik, sedangkan
penelitian ini bertempat di SD Negeri 01 Girilayu pada siswa kelas III. Selain
itu, penelitian yang dilakukan Sri Indrawati untuk meningkatkan kemampuan
bernalar peserta didik tahun ajaran 2006/2007, sedangkan penelitian ini untuk
meningkatkan keterampilan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III
tahun ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
C. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan perubahan yang relatif melekat dalam tingkah
laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman dalam belajar. Keberhasilan
proses belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku yang
cenderung menetap permanen dan biasanya terlihat pada prestasi belajar yang
baik. Keberhasilan ini harus didukung dengan adanya beberapa fakor intrinsik
yang datang dari diri siswa dan faktor ekstrinsik yaitu dari luar siswa.
Pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membelajarkan siswa. Sebagai
suatu usaha, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan
tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pembelajaran juga bertujuan
untuk membentuk pemahaman siswa tentang suatu pengetahuan.
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang berbeda dapat
menunjukkan aktivitas belajar yang berbeda. Setiap pendekatan pembelajaran
mempunyai karakteristik masing-masing baik kelebihan maupun kekurangan.
Pemilihan pendekatan pembelajaran tersebut akan memberikan pengalaman
bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk
itu dalam pembelajarannya perlu digunakan pendekatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Upaya untuk meningkatkan hasil belajar mempunyai masalah dalam
proses pembelajaran, yaitu masalah penyampaian pelajaran IPA yang
sebagian besar masih bersifat konvensional (metode ceramah), akibatnya
siswa kurang memahami konsep yang ada. Karena siswa hanya mendengar
dan mencatat materi yang diberikan oleh guru, untuk itu peneliti ingin
mengadakan pembaharuan dengan penguatan pemahaman konsep dengan
pendekatan yang inovatif yaitu dengan pendekatan Konstruktivisme yang
bertujuan agar dapat mengubah suasana pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk aktif dalam pembelajaran.
Pada kondisi awal terdapat beberapa siswa kurang termotivasi dalam
memahami konsep pengelompokan tumbuhan. Hal ini terjadi karena guru
kurang inovatif dalam melaksanakan pembelajaran. Guru lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran sehingga hubungan
dua arah antara guru dan siswa jarang ditemukan. Siswa kebanyakan hanya
menerima materi datri guru dan hanya bersumber dari buku. Hal ini
mengakibatkan hasil pembelajaran penngelompokan tumbuhan siswa rendah.
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan keaktivan siswa ketika mengikuti mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
Pada tahap tindakan, guru menggunakan pendekatan konstruktivisme
dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan. Pendekatan Konstruktivime
adalah pendekatan pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan
keaktifan siswa. Berdasarkan konsep ini dapat dipastikan bahwa siswa akan
mengalami pembelajaran, berlatih dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi
mereka sendiri. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan penglompokan
tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu.
Dengan penerapan pendekatanh konstruktivisme dalam
pembelajaran, siswa akan antusias, senang, dan lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran pengelompokan tumbuhan. Selain itu, suasana pembelajaran
menjadi nyaman dan pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan
pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD N 01 Girilayu, Matesih,
Karanganyar.Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada
gambar 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 7. Alur kerangka berpikir
Guru menggunakan pendekatan
konstruktivisme dalam
pembelajaran pengelompokan
tumbuhan
Kondisi
awal
Tindakan
Kondisi akhir
Metode yang digunakan guru
dalam pembelajaran
pengelompokan tumbuhan masih
konvensional
Kemampuan pengelompokan
tumbuhan siswa meningkat
setelah menggunakan pendekatan
konstruktivisme
Kemampuan
pengelompokan
tumbhan rendah
Siklus I
Kemampuan
pengelompokan
tumbuhan siswa
meningkat 70%
Siklus II
Kemampuan
pengelompokan
tumbuhan siswa
meningkat 70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, dalam penelitian
ini diajukan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1. Dengan pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri
01 Girilayu tahun pelajaran 2010/2011.
2. Dengan pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan
pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu
tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas III SD Negeri 01 Girilayu
Kecamatan Matesih tahun pelajaran 2010/2011. Pemilihan tempat
tersebut didasarkan pada pertimbangan:
a. Peneliti ingin meningkatkan prestasi belajar siswa dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme melalui pembelajaran
berbasis lingkungan pada mata pelajaran IPA dengan sub materi
pengelompokan tumbuhan
b. Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian
sejenis sehinggadari kemungkinan adanya penelitian ulang.
c. Lokasi sekolah yang mudah terjangkau oleh peneliti.
2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester satu,
menurut kalender pendidikan sekolah dasar. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Juli 2010 hingga pertengahan bulan November 2010. Tahap
perencanaan akan dilaksanakan pada bulan Juli, tahap pelaksanaan
dimulai bulan Agustus, tahap analisis data dimulai bulan Agustus dan
September, dan yang terakhir tahap penyususnan laporan akan dilakukan
pada bulan September hingga November. Rincian waktu penelitian
tertera pada tabel 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
Juni Juli Agustus Sept. Okt. Nov.
1. Penyusunan
dan pengajuan
proposal
XX
X
XX
2. Perijinan
Penelitian
X
X
3. Perencanaan
dan
Pelaksanaan
Penelitian
XX
4. Analisis Data
X
XX
5. Penyusunan
laporan hingga
penjilidan
skripsi
XX
XX
XX
XXX
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas
atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan
atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. PTK merupakan
penelitian yang dapat dilakukan sendiri oleh guru atau kolaboratif yang
melibatkan peneliti, guru, siswa maupun karyawan sekolah yang lain yang
bertujuan untuk memperbaiki sistem serta kinerja guru dalam rangka
memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa
(Wardani, 2002:1.4). Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pendekatan konstruktivisme untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
kemampuan pengelompokan tumbuhan dalam pembelajaran IPA bagi siswa.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci
diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran.
2) Mempersiapkan instrumen penelitian.
3) mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
4) Mengajukan solusi alternatif.
b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan rancangan. Setiap tindakan dan proses
pembelajaran tersebut diikuti tindakan pemantauan. Dalam hal ini
pembelajaran dilaksanakan oleh guru kelas sebagai pelaksana
penelitian, siswa sebagai objek penelitian dan peneliti sebagai
pengamat.
c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan
menginterprestasikan aktivitas penerapan tindakan kelas. Pada tahap
interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti.
d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil
pengamatan dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang
bagian yang oerlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan
penelitian. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui
apakah penelitian ini telah mencapai keberhasilan atau tidak. Supardi
dan Suharisi Arikunto (2008: 133) menjelaskan bahwa refleksi
(reflection) adalah kegiatan yang mengulas secara kritis (reflective)
tentang perubahan yang terjadipada siswa, suasan kelas dan guru.
Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa
(why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) intervensi
telah meghasilkan perubahan secara signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III SD Negeri
01 Girilayu Kecamatan Matesih tahun pelajaran 2010/2011. Adapun
jumlah siswa yang diteliti adalah 27 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-
laki dan 12 siswa perempuan
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran IPA pada
pokok bahasan pengelompokan tumbuhan pada kelas III SD Negeri 01
Girilayu Kecamatan Matesih tahun pelajaran 2010/2011. Peneliti
memilih kelas ini karena berdasarkan wawancara dan survei awal,
pembelajaran IPA khusunya pada pokok bahasan pengelompokan
tumbuhan di kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatn Matesih masih
kurang dari standart yang di targetkan. Selain siswa, guru juga menjadi
subjek penelitian berkaitan dengan kegiatan guru saat mengajar. Objek
penelitiannya adalah kegiatan pembelajaran IPA pada pokok bahasan
pengelompokan tumbuhan kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan
Matesih tahun pelaajaran 2010/2011.
D. Jenis Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Untuk mendapatkan data yang objektif maka di dalam
pengumpulan data tersebut penulis menggunakan beberapa jenis data
yaitu :
a. Data Primer
Data Primer berupa data yang didapat secara langsung dari tempat
penelitian oleh peneliti. Dalam hal ini kegiatan belajar mengajar dari
siswa dan guru SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih.
b. Data Sekunder
Penelitian kepustakaan yaitu suatu metode pengumpulan data dengan
cara menggunakan dan mempelajari literatur buku-buku kepustakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yang ada untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori yang
berhubungan erat dengan permasalahan.
2. Sumber Data
Sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan
pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini diperoleh dari data
kualitatif. Sumber data tersebut meliputi:
a. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas III dan guru
kelas III SD Negeri 01 Girilayu.
b. Arsip nilai ulangan harian.
c. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran IPA pokok bahasan
pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme.
d. Informasi lain tentang kondisi sekolah serta sejarah singkatnya.
e. Foto-foto dan Video
Foto-foto dan video dalam proses pembelajaran IPA pokok bahasan
pengelompokan tumbuhan dengan penerapan pendekatan
konstruktivisme.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, tes, wawancara, dan catatan lapangan.
1. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai partisipan pasif
(observer) sedangkan guru kelas sebagai pelaksana penelitian.
Observasi dilakukan oleh peneliti (observer) dan guru kelas
(pelaksana penelitian). Observasi dalam penelitian ini adalah
observasi langsung yaitu pengamat melihat dan mengamati secara
langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada
keadaan yang sebenarnya.
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan kelas tempat
berlangsungnya pembelajaran mulai dari awal hingga akhir.
Pengamatan tersebut, disertai dengan pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran. Pengamatan dilakukan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Data ini
digunakan dalam menyusun langkah-langkah perbaikan yang efektif.
Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak
diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja
responden dalam situasi alami. Sebaliknya, instrumen observasi
mempunyai keterbatasan dalam menggali informasi yang berupa
pendapat atau persepsi dari subyek yang diteliti.
Observasi pada guru difokuskan pada kegiatan guru dalam
melaksanakan pembelajaran IPA pokok bahasan pengelompokan
tumbuhan. Observasi kinerja juga diarahkan pada kegiatan guru kelas
III SD Negeri 01 Girilayu dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi
siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa,
mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan
melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara observasi
terhadap siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu difokuskan pada
tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif
dengan menggunakan menggunakan instrumen berupa pedoman
wawancara. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan subjek
penelitian yang terbatas. Wawancara digunakan untuk menilai
keadaan seseorang, misalnya dalam memperoleh data tentang latar
belakang siswa, pendidikan, orangtua, perhatian dan sikap terhadap
sesuatu. Teknik ini dilakukan kepada guru kelas III SDN 01 Girilayu.
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi kelemahan
dan kesulitan yang ada dalam pembelajaran IPA, sehingga dengan
informasi tersebut dapat diketahui langkah-langkah perbaikan dalam
pembelajaran IPA yang lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
c. Tes
Suharsimi Arikunto (2006:150) mengemukakan bahwa “tes
merupakan serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan sebagai
alat pengukuran keterampilan, sikap, pengetahuan, intelegensi
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.
Tujuan penggunaan teknik ini adalah mengetahui ada tidaknya
peningkatan kemampuan siswa dalam pengelompokan tumbuhanpada
setiap siklus dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme.Tes
dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sehingga peneliti
dapat merencanakan tindakan yang akan diambil dalam memperbaiki
proses pembelajaran. Pemberian tindakan dilakukan melalui dua
siklus dan evaluasi dilakukan diakhir siklus untuk mengetahui prestasi
belajar siswa pada setiap siklus.
Adapun tes dalam penelitian ini dilaksanakan setiap akhir
pembelajaran pada saat pemberian evaluasi. Tes dilakukan terhadap
siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu. Tes yang diberikan kepada
siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu berupa soal tes uraian yang
tertera pada RPP pada tiap siklus di ditunjukkan pada lampiran 11, 12,
13 dan 14. Pemberian tes ini dmaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu
setelah kegiatan pemberian tindakan.
Selain jenis tes di atas, tes proses juga dinilai. Yang dinilai
dalam tes proses yaitu aktifitas siswa dan guru selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Tes proses dalam penelitian ini adalah
hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap kegiatan
pembelajaran. Hasil observasi tertera pada lampiran 4, 5, 6 dan
lampiran 7.
d. Catatan Lapangan/ kajian dokumentasi
Menurut Iskandar (2009: 73) “dokumentasi merupakan
penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan
fokus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen yang dimaksud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
misalnya, dokumen resmi, dokumen pribadi siswa, referensi-referensi,
foto-foto, dan rekaman”.
F. Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 129) di dalam penelitian
diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang
dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau
diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan
triangulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua
hal tersebut adalah:
1. Triangulasi data
Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh
selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik
dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda.
Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data perbandingan
nilai pelajaran IPA tentang pengelompokan tumbuhan dari guru kelas
III SD Negeri 01 Girilayu.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan
mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode
pengumpulan data yang berbeda. Peneliti bisa menggunakan metode
pengumpulan data yang berupa observasi kemudian dilakukan
wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh dari yang
diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda
tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data
yang lebih kuat validitasnya.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode
pengumpulan data berupa observasi terhadap kegiatan pembelajaran
guru dan pertisipasi siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu kemudian
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dokumentasi pada oelaku kegiatan pembelajaran IPA tentang
pengelompokan tumbuhan di kelas III SD Negeri 01 Girilayu. Dari
beberapa data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang
berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan
agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis kritis dan Interaktif Miles dan Huberman. Teknik analisis
kritis bertujuan untuk mengungkap kekurangan dan kelebihan kinerja
siswa dan guru dalam proses belajar mengajar di kelas selama penelitian
berlangsung. Hal ini dilakukan berdasarkan kreteria normatif yang
diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada.
Sedangkan teknik analisis interaktif menurut Iskandar (2009:
74) mempunyai tiga buah komponen pokok yaitu Reduksi data,
Penyajian Data, dan Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Aktivitasnya
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data
sebagai proses siklus.
1. Reduksi Data
Reduksi data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara ditulis dalam bentuk rekaman data, dikumpulkan,
dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari polanya.
Jadi, rekaman data sebagai bahan data mentah singkat disusun lebih
sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih
tajam hasil pengamatan dalan penelitian ini, juga mempermudah
peneliti untuk mencatat kembali data yang diperoleh bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai
pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk
melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini
ditulis dalam paparan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Data yang disajikan yaitu nilai pengelompokan tumbuhan,
hasil wawancara, hasil observasi, dokumentasi serta data-data lain dari
sekolah yang berkaitan
3. Penarikan simpulan, verifiasi, dan refleksi
Data yang diperoleh dicari pola , hubungan, atau hal-hal yang
sering timbul dari data tersebut kemudian dihasilkan simpulan
sementara yang disebut dengan temuan peneliti. Penarikaan simpulan
dilakukan terhadap temuan peneliti berupa indikator-indikator yang
selanjutnya dilakukan pemaknaan atau refleksi sehingga memperoleh
simpulan akhir. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk
menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
Berkaitan dengan kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa,
analisis interaktif merupakan kegiatan pengelompokan tumbuhan yang
dilakukan siswa pada survei awal. Hali ini dilakukan untuk mengetahui
kondisi awal kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa. Setelah
kondisi awal diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk
memecahkan masalah. Pada setiap akhir siklus daianalisis kekurangan
dan kelebihannya sehingga dapat diketahui peningkatan kemampuan
pengelompokan tumbuhanm siswa pada tiap siklusnya.
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan
dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau
keefektifan penelitian (Sarwiji Suhandi, 2008: 70). Pada penelitian ini,
indikator yang menjadi patokan keberhasilan adalah meningkatnya
kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SDN 01
Girilayu melalui pendekatan konstruktivisme. Indikator penelitian ini
bersumber pada silabuas KTSP Ilmu Pengetahuan Alam kelas III dan
Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 70.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila
kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa mencapai rata-rata 70 dan
siswa yang memperoleh nilai ≥70 mencapai 70%.
Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila
kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa mencapa rata-rata 70 dan
siswa yang memperoleh nilai ≥70 mencapai 75%.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan meliputi tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Tahap Pengenalan Masalah
a. Mengidentifikasi masalah pembelajaran pengelompokan tumbuhan
pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih.
Dalam tahap ini peneliti melakukan observasi dan wawancara
terhadap siswa dan guru berkaitan dengan aktivitas belajar IPA
oleh siswa. Berdasarkan observasi dan wawancara itu peneliti
melakukan pengamatan untuk mengetahui permasalahan yang
sedang ada pada aktivitas belajar siswa sebelum tindakan
dilakukan.
b. Menganalisis masalah secara mendalam yang berkaitan dengan
aktivitas belajar siswa yang berpedoman pada teori yang relevan.
c. Menyusun bentuk tindakan yaitu penggunaan pendekatan
Konstruktivisme dalam upaya meningkatkan kemampuan
pengelompokan tumbuhan dalam pembelajaran IPA.
d. Menyusun lembar pengamatan, angket, dan pre tes materi
pengelompokan tumbuhan.
2. Tahap Persiapan Tindakan
a. Penyusunan jadwal penelitian tindakan pertama.
b. Penyusunan rencana pembelajaran menggunakan pendekatan
Konstruktivisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Penyusunan evaluasi berupa instrumen angket dan lembar
observasi aktivitas belajar siswa.
3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini rencana tindakan disusun dalam tiga siklus,
setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap analisis
dan refleksi.
4. Tahap Impelentasi Tindakan
Peneliti melakukan hipotesis tindakan yaitu untuk meningkatkan
kemampuan pengelompokan tumbuhan dalam pembelajaran IPA pada
siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih
menggunakan pendekatan Konstruktivisme. Tindakan dilaksanakan
sebanyak dua siklus. Hipotesis tindakan ini bertujuan untuk menguji
kebenarannya melalui tindakan yang telah direncanakan.
Rancangan penelitian mengacu pada rancangan penelitian yang
dilakukan oleh Kurt Lewin yaitu model spiral (Jean Mc Niff, 1988:
22). Lewin menjelaskan pelaksanaan riset sebagai langkah spiral,
setiap langkah memiliki 4 bagian: perencanaan (Planing), penerapan
tindakan (acting), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil
tindakan (observing), melakukan refleksi (reflection) ) dan seterusnya
sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria
keberhasilan). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas secara rinci
diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus I
Pembelajaran pada tahap siklus I dilaksanakan berdasarkan hasil uji
pengelompokan tumbuhan/hasil survei dan wawancara pada siswa dan
guru. Pada tahap siklus I ini diterapkan pendekatan konstruktivisme
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Perencanaan
1) Menyusun rencana atau skenario pembelajaran untuk dua
pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2) Menyiapkan lembar kerja siswa.
3) Menyiapkan perangkat pengambilan data (lembar pengamatan,
wawancara, dan dokumentasi).
4) Menetapkan indikator ketercapaian.
b) Tindakan
1) Memberikan arahan kepada siswa tentang skenario
pembelajaran yang akan dilakukan dan memberikan materi
pengelompokan tumbuhan secara garis besar.
2) Membentuk kelompok dan seterusnya menuju lingkungan
sekitar untuk mengamati tumbuhan yang berada di lingkungan
sekolah serta yang telah disiapkan guru/peneliti.
3) Secara kelompok, siswa berdiskusi mengenai pengelompokan
tumbuhan berdasarkan tumbuhan yang diamati.
4) Siswa mengelompokkan tumbuhan.
5) Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan dari
pengamatan yang telah dilakukan.
c) Observasi
Peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran pada fase tindakan dengan menggunakan lembar
pengamatan.
d) Refleksi
1) Memeriksa dan menilai hasil kerja siswa dalam
mengelompokkan tumbuhan.
2) Mengidentifikasi kelemahan yang muncul saat awal
pembelajaran berlangsung hingga akhir pembelajaran. Misal
ditemukan dalam kelompok ada siswa yang menggantungkan
hasil pekerjaan temannya yang pandai.
3) Melakukan evaluasi, koreksi, dan penguatan secara menyeluruh
terhadap proses pembelajaran dari awal hingga akhir dengan
mempertimbangkan nilai hasil pekerjaan siswa, hasil
pengamatan, dan angket pendapat siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Siklus II
Pembelajaran pada tahap siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi
dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan tujuan memperbaiki
kelemahan-kelemahan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I juga
untuk menguji bahwa penerapan pendekatan konstruktivisme pada
proses dan hasil yang telah dicapai pada siklus I bukanlah suatu
kebetulan melainkan sebagai keberhasilan penerapan tindakan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran pengelompokan tumbuhan
pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Menyusun rencana atau skenario pembelajaran ulang
berdasarkan evaluasi dan catatan yang terdapat pada hasil-hasil
refleksi siklus I.
2) Menyiapkan lembar kerja siswa
3) Menyiapkan perangkat pengambilan data (lembar soal, lembar
pengamatan, angket pendapat siswa, dan dokumentasi).
4) Menetapkan indikator ketercapaian.
b. Tindakan
1) Memberikan arahan kepada siswa tentang skenario
pembelajaran yang akan dilakukan dan memberikan materi
pengelompokan tumbuhan secara garis besar.
2) Membentuk kelompok dan seterusnya menuju lingkungan
sekitar untuk mengamati tumbuhan yang berada di lingkungan
sekolah serta yang telah disiapkan guru/peneliti.
3) Secara mandiri, siswa melakukan pengelompokan tumbuhan
berdasarkan tumbuhan yang diamati.
4) Siswa menulis kesimpulan dari pengamatan yang telah
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c. Observasi
1) Peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran pada fase tindakan dengan menggunakan lembar
pengamatan.
2) Peneliti dan guru memberikan angket pendapat kepada siswa
untuk mengetahui minat dan motivasi siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran.
d. Refleksi
1) Memeriksa dan menilai hasil kerja siswa dalam
mengelompokkan tumbuhan.
2) Mengidentifikasi kelemahan yang muncul saat pembelajaran
siklus II berlangsung
3) Melakukan evaluasi, koreksi, dan penguatan secara menyeluruh
terhadap proses pembelajaran dari awal hingga akhir.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini tertera pada gambar 8 berikut ini:
Gambar 8. Alur Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS II
Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Tinjaun Historis Sekolah Dasar Negeri 01 Girilayu
Sekolah Dasar Negeri 01 Girilayu kecamatan Matesih Kabupaten
Karanganyar Propinsi Jawa Tengah berdiri pada tahun 1961, dibangun oleh
masyarakat dan Pemerintah Desa Girilayu sebagai wujud kesadaran bahwa
pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam rangka membentuk watak
dan kepribadian yang luhur. Ijin operasional Sekolah Dasar Negeri 01
Girilayu dikeluarkan oleh Kepala Jawatan Pendidikan dan Kebudayaan
Propinsi Jawa Tengah dengan Surat Keputusan Opreasional No:
SD/Kep/PDK 4/1/9 tanggal 1 Januari1971 dan diperbaharui dengan SK No:
421.2/017/XIII/20/84 tanggal 15 Oktober 1984. Sejak berdiri status SD N 01
Girilayu adalah Sekolah Dasar Negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS)
10103105009.
Tercatat hingga saat ini SD N 01 Girilayu telah meluluskan siswa
sebanyak 1.200 orang lebih dan tidak sedikit diantara para alumni yang
berhasil dalam berbagai bidang pekerjaan baik negeri maupun swasta. Sejak
awal berdirinya SD ini yakni tahun 1961 sampai sekarang telah mengalami
beberapa pergantian Kepala Sekolah. Kepala yang menjabat saat ini adalah
Bapak Winarso, S.pd. Pergantian Kepala Sekolah dilakukan melalui prosedur
yang benar sesuai dengan peraturan yang ada. SD Negeri 01 Girilayu telah
terakreditasi dengan nilai B. Hal ini mendorong pihak sekolah untuk berusaha
dalam meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
yang telah diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh sekolah dan
komite sekolah bekerjasama dengan pemerintah, masyarakat dan lembaga-
lembaga lain untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 01 Girilayu,
melalui peningkatan kwalifikasi guru, bantuan alat peraga, rehab gedung,
bantuan perpustakaan, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Letak Geografis Sekolah Dasar Negeri 01 Girilayu
Secara geografis, letak SD Negeri 01 Girilayu berada di desa
Girilayu, kecamatan Matesih, kabupaten Karanganyar. SD Negeri 01 Girilayu
berada di antara pemukiman penduduk dekat dengan komplek Balai Desa
Girilayu. Lokasinya sangat strategis di pusat desa memberikan banyak
keuntungan bagi SD ini, diantaranya adalah memberikan kemudahan bagi
sekolah dalam melaksanakan tugas kedinasan dan tersedia berbagai sumber
belajar yang dapat digunakan secara langsung untuk proses pembelajaran
sehingga menarik minat siswa untuk belajar.
3. Keadaan Personil Sekolah Dasar Negeri 01 Girilayu
SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar
pada tahun 2009/ 2010 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki
14 guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2 orang tenaga
pengajar dan 1 pegawai perpustakaan yang masih Wiyata Bakti. Semua
personel telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai
dengan tanggungjawabnya. Dengan jumlah guru yang memadai maka proses
belajar mengajar juga dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran
proses pembelajaran tersebut seharusnya para siswa SD Negeri 01 Girilayu
dapat meraih prestasi yang baik secara akademik maupun non akademik.
Bukan hanya guru dan Kepala sekolah yang bertanggungjawab dalam
membimbing siswa namun peran orang tua dan masyarakat juga sangat
penting. Hal ini telah diwujudkan di SD Negeri 01 Girilayu dalam wadah
Paguyuban Orang Tua Siswa dan Komite sekolah. Keberhasilan pendidikan
siswa merupakan tanggungjawab bersama sehingga harus ada kerjasama yang
baik dari semua pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
B. Deskripsi Sebelum Tindakan
Sebelum melaksanakan tindakan atau proses penelitian, terlebih dahulu
peneliti melaksanakan kegiatan survei awal dengan tujuan mengetahui keadaan
nyata yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan guru
kelas III, peneliti menemukan beberapa kesulitan belajar yang dialami oleh
mayoritas siswa kelas III pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam hal
pembelajaran, guru belum mengupayakan pendekatan pembelajaran yang tepat
pada pembelajaran IPA, sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal. Dalam
kondisi awal atau sebelum diadakanya tindakan, metode yang digunakan guru
dalam pembelajaran IPA yaitu dengan menggunakan metode konvensional.
Dalam metode ini, guru menyuruh siswa membuka buku yang akan dibaca pada
halaman tertentu, kemudian guru memberikan ceramah mengenai materi yang
diajarkan yang dilanjutkan dengan evaluasi dan pemberian tugas.
Peneliti menemukan banyak siswa yang kesulitan memahami penjelasan
dari guru, terutama jika diberi pertanyaan, disuruh mengerjakan soal-soal evaluasi
serta mengerjakan tugas. Kesulitan siswa dalam memahami penjelasan guru ini
menyebabkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran
khususnya pelajaran Ilmu pengetahuan Alam menjadi kurang. Kesulitan siswa
terlihat pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan
mengerjakan soal evaluasi banyak yang masih keliru.
Siswa masih menemui kesulitan karena guru belum mengupayakan
metode dan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
siswa terhadap materi pembelajaran sehingga hasil yang diperolehpun juga belum
maksimal. Setelah 27 siswa, hanya 10 siswa atau sebanyak 37% siswa yang
nilainya mencapai KKM yaitu diatas atau sama dengan 70. Berikut adalah hasil
tes awal kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa kelas III SD Negeri 01
Girilayu yang tertera pada tabel 2 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan
Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Kondisi Awal
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi xi
Presentase
(%) Keterangan
1 30 – 39 1 34,5 34,5 3 Di bawah KKM
2 40 – 49 3 44,5 133,5 11 Di bawah KKM
3 50 – 59 7 54,5 381,5 26 Di bawah KKM
4 60 – 69 6 64,5 378 22 Di bawah KKM
5 70 – 79 7 74,5 521,5 26 Di atas KKM
6 80 – 89 3 84,5 253,5 11 Di atas KKM
Jumlah 27 1702,5 100
Nilai Rata-rata = 1702,5 : 27 = 63,05
Ketuntasan Klasikal = 10 : 27 x 100% = 37%
Dari tabel distribusi frekuensi penilaian hasil kemampuan pengelompokan
tumbuhan siswa kelas III SD Negeri 01 Gitilayu pada kondisi awal sebelum
tindakan yang ditampilkan pada tabel diatas dapat disajikan dalam bentuk gambar
yaitu grafik nilai kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa kelas III SD
Negeri 01 Gitilayu pada kondisi awal yang ditunjukkan pada gambar 9:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas
Iii Sd Negeri 01 Gitilayu pada Kondisi Awal
Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti mengadakan penelitian di
kelas III SD Negeri 01 Girilayu dengan menerapkan metode pembelajaran
konstruktivisme yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
pengelompokan tumbuhan.
C. Deskripsi Hasil Tindakan
Dalam deskripsi tindakan ini dibahas mengenai Siklus I dan Siklus II.
1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dimana setiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2 × 35 menit). Siklus I dilaksanakan pada
tanggal 20-23 Juli 2010 yang diikuti oleh siswa kelas III sebanyak 27 siswa.
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai observer (partisipan pasif) dan
guru kelas III yaitu Ibu Maryamah, A.Ma.Pd. sebagai pelaksana penelitian.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:
1
3
7
6
7
3
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Fre
kue
nsi
Nilai
Grafik Nilai IPA pra Siklus
29,5 39,5 49,5 59,5 69,5 79,5 89,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Senin, 20 Juli
2010 di ruang kantor SDN 01 Girilayu. Peneliti dan guru kelas IV
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam proses
penelitian. Dari hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti
kemudian mengajukan solusi alternatif yang berupa pendekatan
pembelajaran, yaitu pendekatan konstruktivismel.
Urutan langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I adalah
sebagai berikut:
1) Menentukan pokok bahasan atau memilih kompetensi dasar serta
indikator yang sesuai dengan kegiatan pengelompokan tumbuhan
melalui pendekatan konstruktivisme di kelas III.
2) Menyiapkan rencana atau skenario pembelajaran siklus I untuk dua
pertemuan. Pembelajaran yang direncanakan adalah pembelajaran
pengelompokan tumbuhan yang dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme.
3) Membuat lembar kerja siswa untuk evaluasi pembelajaran
Pengelompokan tumbuhan. Evaluasi yang digunakan baik dalam
pertemuan pertama maupun pertemuan kedua adalah soal evaluasi
yang harus dikerjakan siswa pada kegiatan akhir pembelajaran.
4) Membuat lembar observasi yang ditujukan kepada kegiatan siswa
dan kegiatan guru. Lembar observasi yang dibuat untuk siswa,
ditekankan kepada keaktifan, kemampuan berdiskusi, kenyamanan,
atusiasme, dan kemampuan mengerjakan tes. Sedangkan untuk guru,
lebih ditekankan pada kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 21 Juli 2010 selama dua jam pelajaran (2 35
menit), yakni pada jam ke-4 dan ke-5, pukul 09.00 WIB sampai dengan
10.45 WIB. Dalam tahapan ini, guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konstruktivime sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I pertemuan pertama yang tertera pada
lampiran 11.
Urutan pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama adalah
sebagai berikut :
1) Guru masuk ke dalam kelas dan mengkondisikan siswa pada situasi
belajar yang kondusif. Kemudian membuka kegiatan pembelajaran
dengan salam.
2) Sebagai kegiatan apersepsi dan untuk membangkitkan semangat
siswa serta suasana menjadi lebih hidup, guru mengajak siswa untuk
melakukan ”tepuk tempe”.
3) Siswa dan guru bertanya jawab bahan pembuat tempe kemudian
menghubungkan ke materi yaitu tumbuhan dan bagian-bagiannya
yang berada di sekitar sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan
penjelasan guru mengenai penggolongan tumbuhan.
4) Siswa membentuk beberapa kelompok kerja untuk mengerjakan
tugas. Tugas ini dikerjakan secara berkelompok supaya siswa dapat
saling bertukar pendapat dan informasi.
5) Guru membagikan gambar-gambar tumbuhan pada tiap kelompok
untuk diamati kemudian meminta siswa untuk menggolongkan
gambar tumbuhan yang sedang diamati.
6) Guru memeriksa kegiatan peserta didik. Jika masih ada peserta didik
yang belum dapat melakukan kegiatan dengan benar, guru dapat
langsung memberikan bimbingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
7) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang
telah beralangsung. Apakah siswa merasa senang atau tidak, dan apa
saja yang perlu diperbaiki selama proses pembelajaran supaya
pebelajaran berikutnya dapat lebih baik.
Tindakan siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 22 Juli 2010 selama dua jam pelajaran (2 35 menit), yakni pada
jam ke-3 dan ke-4, pukul 08.05 WIB sampai jam 09.15 WIB.
Pembelajaran pertemuan kedua direncanakan dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran siklus I pertemuan ke dua yang tertera pada lampiran 12.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua adalah:
1) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya tentang pelajaran yang
lalu, yaitu tentang pengelompokan tumbuhan dengan mengamati
gambar tumbuhan.
2) Siswa secara berkelompok keluar kelas menuju ke halaman belakang
sekolah untuk melakukan pengamatan tumbuhan yang tumbuh di
sekitar sekolah.
3) Siswa melakukan pengamatan pada tumbuhan dan
menggolongkannya berdasarkan akar, batang maupun bijinya.
4) Siswa kembali ke dalam kelas dan melaporkan hasil pengamatan
pada tumbuhan yang telah dilakukan di halaman belakang sekolah.
5) Guru memberikan penguatan terhadap materi pengompokan
tumbuhan kemudian membagikan soal evaluasi.
6) Siswa mengumpulkan pekerjaannya kemudian dicocokan bersama-
sama.
7) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang
telah beralangsung. Apakah siswa merasa senang atau tidak, dan apa
saja yang perlu diperbaiki selama proses pembelajaran supaya
pebelajaran berikutnya dapat lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Data nilai atau hasil evaluasi pengelompokan tumbuhan melalui
pendekatan konstruktivisme siswa kelas III SDN 01 Girilayu pada siklus
I dapat dilihat pada lampiran.
c. Observasi
Pada saat pembelajaran IPA berlangsung, peneliti sebagai
observer mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir
dan mencatat hasil siklus I. Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal
Rabu tanggal 21 Juli 2010 selama dua jam pelajaran (2 35 menit)
sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22
Juli 2010 selama dua jam oelajaran (2 35 menit).
Pengamat melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran IPA pada pokok bahasan pengelompokan tumbuhan
dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, yang dilaksanakan
dengan menggunakan alat bantu berupa: 1) lembar observasi, yang
ditujukan pada kegiatan siswa dan guru, 2) foto-foto kegiatan dan
perekaman dengan kamera sebagai dokumen pembelajaran
pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah
disusun. Serta, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendekatan
konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan pengelompokan
tumbuhan siswa kelas III SDN 01 Girilayu. Hasil observasi pada Siklus I
dapat dilihat pada keterangan di bawah ini :
Pertemuan I
1) Kegiatan Guru
a) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria
cukup, b) Kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria cukup, c)
Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria baik, d)
Kemampuan guru memberikan apersepsi dalam kriteria cukup, e)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Kemampuan menyampaikan materi dalam kriteria cukup, f)
Kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria
cukup, g) Perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria baik, h)
Kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria
cukup, i) Kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria
baik, j) Skor rata-rata 2,33 dengan kriteria cukup.
2) Kegiatan Siswa
a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria
cukup, b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dalam kriteria
cukup, c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran dalam kriteria cukup,
d) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam kriteria
baik, e) Keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam kriteria
baik, f) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam kriteria
baik, g) Skor rata-rata 2,50 dengan kriteria cukup.
Pertemuan II
1) Kegiatan Guru
a) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria baik,
b) Kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria baik, c)
Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria baik, d)
Kemampuan guru memberikan apersepsi dalam kriteria cukup, e)
Kemampuan menyampaikan materi dalam kriteria cukup, f)
Kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria
baik, g) Perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria baik, h)
Kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria
cukup, i) Kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria
sangat baik, j) Skor rata-rata 2,78 dengan kriteria baik.
2) Kegiatan Siswa
a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria baik,
b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dalam kriteria baik, c)
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dalam kriteria cukup, d)
Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam kriteria baik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
e) Keadaan siswa dengan lingkungan belajarnya dalam kriteria baik,
f) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam kriteria baik,
g) Skor rata-rata 2,83 dengan kriteria baik.
Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I menunjukkan
adanya peningkatan pada keaktifan siswa dalam mengelompokkan
tumbuhan. Itu berarti peran dan keikutsertaan siswa dalam proses
pembelajaran semakin meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas siswa
dalam proses pembelajaran diharapkan siswa lebih memahami materi
pengelompokan tumbuhan sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada pokok bahasan
pengelompokan tumbuhan yang dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme pada siklus I dapat ditarik simpulan bahwa
keaktifan siswa sudah ada peningkatan namun belum maksimal,
meskipun sudah ada perubahan dari pertemuan I ke pertemuan II. Tetapi
hasil yang diharapkan belum dapat dicapai dengan baik.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan observasi, data-data yang diperoleh
melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan dari refleksi
adalah untuk mengetahui kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada
siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama
proses pelaksanaan tindakan pada siklus I belum menunjukkan
perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa selama belajar maupun
pada pencapaian hasil belajar kemampuan pengelompokan tumbuhan.
Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus I:
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme belum sepenuhnya tampak. Masih ada siswa
yang protes dan mengeluh untuk mengganti anggota kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Selain itu juga siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota
kelompoknya. Sebagai perbaikan pada siklus selanjutnya, kelompok yang
dibentuk adalah pilihan siswa sendiri. Disamping itu, beberapa siswa
yang kurang aktif masih terlihat menggantung pada hasil pengamatan
rekan kelompoknya, sebagai perbaikan pada siklus II pertemuan kedua
siswa melakukan pengamatan secara individu. Dengan nilai rata-rata
kelas mencapai 70,14, siswa yang memperoleh nilai kurang atau sama
dengan 70 (KKM) ada 8 siswa atau 33,33%, dan siswa yang memperoleh
nilai lebih dari atau sama dengan 70 (KKM) yaitu 18 siswa atau 66,66%.
Pembelajaran pada siklus I dikatakan berhasil apabila
kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa yang memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan 70 (KKM) mencapai 70%. Dari data
diperoleh sebanyak 18 siswa atau 66,66% dari 27 siswa memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan 70 (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme belum
berhasil. Data nilai kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa kelas
III pada siklus I dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi xi Presentase
(%) Keterangan
1 55 – 59 5 57 285 19 Di bawah KKM
2 60 – 64 2 62 124 7 Di bawah KKM
3 65 – 69 2 67 134 7 Di bawah KKM
4 70 – 74 10 72 720 37 Di atas KKM
5 75 – 79 5 77 385 19 Di atas KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
6 80 – 84 3 82 246 11 Di atas KKM
Jumlah 27 1702
,5 100
Nilai rata-rata = 2616 : 27 = 70,14
Prosentase Ketuntasan = 18 : 27 X 100 % = 66,6%
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus I siswa yang memperoleh nilai dalam
interval antara 80 - 84 ada 3 siswa atau 11%, siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 75 - 79 ada 5 siswa atau 19%, siswa yang
memperoleh nilai dalam interval antara 70-74 sebanyak 10 siswa atau
37%, siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 65 - 69 ada 2
siswa atau 7%, siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 60 -
64 ada 2 atau 7%, serta siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 55 - 59 ada 5 siswa atau 19%. Pada siklus I terdapat peningkatan
nilai rata-rata yang sebelumnya 63,05 menjadi 70,14 dan adanya
peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan jumlah siswa yang
mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 70 (KKM) yang sebelumnya
10 siswa menjadi 18 siswa.
Dari tabel hasil kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa
kelas III SD Negeri 01 Girilayupada siklus I yang telah diterangkan di
atas, dapat disajikan dalam bentuk gambar pada gambar 10:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan
Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil
belajar pengelompokan tumbuhan siswa yang memperoleh nilai lebih
dari atau sama dengan 70 (KKM) belum mencapai 70%, sehingga
pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus II mengenai pengelompokan
tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme.
2. Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 dan 30 Juli 2010.
Tindakan dalam siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 35 menit tiap pertemuannya. Tahapan-tahapan yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
5
2 2
10
5
3
0
2
4
6
8
10
12
Fre
kue
nsi
Nilai
Grafik Nilai IPA Siklus I
54,5 64,5 69,5 59,5 79,5 74,5 84,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
a. Perencanaan Tindakan
Bertolak dari hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama
guru kelas III melakukan diskusi mengenai cara yang tepat untuk
memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Tahap ini dilakukan
pada tanggal 27 Juli 2010 di ruang kelas III SD Negeri 01 Girilayu.
Proses pembelajaran IPA pokok bahasan pengelompokan tumbuhan pada
siklus II ini, rencananya akan dilakukan dengan beberapa langkah
perbaikan pada tindakan siklus I, yaitu:
1) Guru lebih kreatif dalam pengelolaan kelas dengan membuat
pembelajaran yang lebih menarik perhatian siswa dan membangkitkan
semangat siswa.
2) Guru lebih mengoptimalkan pemberian motivasi kepada siswa untuk
meningkatkan kerjasama antar kelompok, dan pembentukan kelompok
kerja bukan guru yang menentukan, tetapi siswa sendiri yang memilih
anggota kelompoknya.
3) Guru selalu memberikan bimbingan pada semua kelompok supaya
dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, sehingga hasil
yang diperoleh lebih maksimal.
4) Pembelajaran IPA pokok bahasan pengelompokan tumbuhan melalui
pendekatan konstruktivisme pada siklus II ini lebih ditekankan pada
pengelompokan tumbuhan berdasarkan akar dan batang.
5) Guru lebih mempersiapkan diri, baik materi yang akan disampaikan
maupun penampilan.
Berpijak dari uraian tersebut, peneliti kemudian menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran IPA pokok bahasan dengan
pendekatan konstruktivisme untuk pertemuan selanjutnya. Urutan
langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai
berikut:
1) Peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk
dua pertemuan, yang akan dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis
tanggal 28 dan 29 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2) Peneliti menyiapkan media yang akan digunakan dalam pelaksanaan
tindakan siklus II.
3) Peneliti dan guru kelas III mempersiapkan lembar observasi untuk
mengamati kegiatan guru dan siswa.
4) Membuat alat evaluasi untuk mengetahui sebarapa jauh siswa dalam
menguasai kemampuan pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan
konstruktivisme.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Juli 2010. Tindakan
dilaksanakan selama dua jam pelajaran (2 35 menit), yakni pada jam
ke-4 dan ke-5, pukul 09.00 WIB sampai dengan 10.10 WIB. Pelaksanaan
pembelajaran pada pertemuan pertama ini dilaksanakan secara klasikal
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan
pertama yamg tertera pada lampiran 13.
Urutan pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama adalah
sebagai berikut :
1) Guru masuk ke dalam kelas dan mengkondisikan siswa pada situasi
belajar yang kondusif, kemudian membuka kegiatan pembelajaran
dengan salam.
2) Sebagai kegiatan awal dan untuk membangkitkan semangat siswa
serta suasana menjadi lebih hidup, guru mengajak siswa untuk
melakukan ”senam otak” tanpa iringan musik.
3) Siswa dan guru tanya jawab tentang pelajaran yang lalu, yaitu
pengelompokan tumbuhan.
4) Siswa membentuk kelompok, untuk melakukan diskusi bersama
kelompoknya untuk melakukan pengamatan terhadap
pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk tulang daun dan akar.
5) Salah satu perwakilan kelompok mengutarakan hasil pengamatan
yang dilakukan pada pertemuan yang lalu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
6) Hasil pengamatan siswa dikembalikan untuk diidentifikasi bersama
kelompoknya. Siswa berdiskusi mengenai kesalahan-kesalahan hasil
pengamatannya.
7) Siswa melakukan tanya jawab bersama kelompoknya dan bertanya
kepada guru apabila ada kesulitan.
8) Guru melakukan bimbingan pada semua kelompok, agar siswa dapat
bekerja sama dan hasil yang di dapat lebih baik.
9) Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai kesan-kesan
dalam mengikuti proses pembelajaran hari ini.
10) Kegiatan akhir siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
Tindakan siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 29 Juli 2010 selama dua jam pelajaran (2 35 menit),
yakni pada jam ke-2 dan ke3, pukul 07.35 WIB sampai dengan pukul
08.45 WIB. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan kedua,
dilaksanakan dengan pendekatan konstruktivisme. Siswa keluar kelas
menuju halaman belakang sekolah untuk melakukan pengamatan
terhadap tumbuhan secara individual. Urutan pelaksanaan tindakan siklus
II pertemuan kedua adalah sebagai berikut :
1) Sebagai kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan salam,
mengkondisikan siswa, dan mengecek kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
2) Guru menanyakan pelajaran yang lalu mengenai hasil pengamatan
yang telah dilakukan siswa serta kesulitan yang dialami siswa.
3) Sebagai kegiatan awal dan untuk membangkitkan semangat siswa
serta suasana menjadi lebih hidup, guru mengajak siswa untuk
melakukan ”senam otak”.
4) Siswa mempersiapkan alat-alat tulis untuk memulai pengamatan, dan
guru membagikan lembar pengamatan kepada siswa.
5) Siswa keluar kelas menuju objek untuk melakukan pengamatan
terhadap pengelompokan tumbuhan berdasarkan betuk tulang daun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
dan batangya serta mengerjakan tugas dari guru secara individu,
semua siswa melakukan pengamatan terhadap tumbuhan dengan
baik.
6) Guru dan pengamat melakukan pengamatan pada proses
pembelajaran berlangsung.
7) Siswa kembali ke dalam kelas untuk melengkapi hasil
pengamatannya.
8) Siswa melaporkan hasil karyanya dan guru memberikan penilaian.
9) Siswa melaporkan hasil pekerjaannya dan menyimpulkan hasil
pembelajaran bersama guru. Siswa mengutarakan pendapat
mengenai perkembangan kemampuan pengelompokan tumbuhan,
setelah dilaksanakan pembelajaran IPA pokok bahasan
pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme yang
dilakukan halaman belakang sekolah.
Data nilai atau hasil evaluasi pembelajaran IPA pokok bahasan
pengelompokan tumbuhan melalui pendekatan konstruktivisme siswa
kelas III SDN 01 Girilayu pada siklus II dapat dilihat pada lampiran.
c. Observasi
Pada saat pembelajaran berlangsung, seperti halnya pada siklus
I, peneliti sebagai observer mengamati kegiatan belajar mengajar dari
awal sampai akhir dan mencatat hasil pembelajaran pada siklus II.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2010 dan
berlangsung selama 2 35 menit. Sedangkan pertemuan kedua
dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2010 dan berlangsung selama 2 35
menit. Pengamat melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran IPA pokok bahasan pengelompokan tumbuhan dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme, yang dilaksanakan dengan
menggunkan alat bantu berupa: 1) lembar observasi, yang ditujukan pada
kegiatan siswa dan guru, 2) foto-foto kegiatan dan perekaman dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kamera digital sebagai dokumentasi pembelajaran IPA pokok bahasan
pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme.
Pelaksanaan tindakan siklus II terjadi peningkatan kualitas
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan, keberanian bertanya,
kemampuan siswa dalam melakukan diskusi, dan insiatif siswa yang
meningkat dari siklus I. Kegiatan guru juga lebih baik, lebih siap,
bersemangat dan kreatif. Peningkatan juga terjadi pada hasil evaluasi
pengelompokan tunmbuhan siswa, hal ini terlihat dari pencapaian nilai
yang sudah mencapai KKM yaitu lebih dari atau sama dengan 70. Hasil
observasi pada Siklus II dapat dilihat pada keterangan di bawah ini:
Pertemuan I
1) Kegiatan Guru
a) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria sangat
baik, b) Kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria baik, c)
Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria sangat
baik, d) Kemampuan guru memberikan apersepsi dalam kriteria
baik, e) Kemampuan menyampaikan materi dalam kriteria baik, f)
Kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria
sangat baik, g) Perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria sangat
baik, h) Kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam
kriteria baik, i) Kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam
kriteria sangat baik, j) Skor rata-rata 3,56 dengan kriteria sangat
baik.
2) Kegiatan Siswa
a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria
sangat baik, b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dalam
kriteria sangat baik, c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran dalam
kriteria baik, d) kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan
dalam kriteria sangat baik, e) keadaan siswa dengan lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
belajarnya dalam kriteria sangat baik, f) kemampuan siswa dalam
mengerjakan tes dalam kriteria baik, g) Skor rata-rata 3,67 dengan
kriteria sangat baik.
Pertemuan II
1) Kegiatan Guru
a) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria sangat
baik, b) kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria sangat
baik, c) Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria
sangat baik, d) Kemampuan guru memberikan apersepsi dalam
kriteria sangat baik, e) Kemampuan menyampaikan materi dalam
kriteria baik, f) Kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan
dalam kriteria sangat baik, g) Perhatian guru terhadap siswa dalam
kriteria sangat baik, h) Kemampuan guru dalam mengembangkan
aplikasi dalam kriteria baik, i) Kemampuan guru dalam menutup
pelajaran dalam kriteria sangat baik, j) Skor rata-rata 3,78 dengan
kriteria sangat baik.
2) Kegiatan Siswa
a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran masih dalam kriteria
sangat baik, b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dalam
kriteria sangat baik, c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran dalam
kriteria baik, d) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan
dalam kriteria sangat baik, e) Keadaan siswa dengan lingkungan
belajarnya dalam kriteria sangat baik, f) Kemampuan siswa dalam
mengerjakan tes dalam kriteria sangat baik, g) Skor rata-rata 3,83
dengan kriteria sangat baik.
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pembelajaran IPA yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekata
konstruktivisme, pada siklus II dapat ditarik simpulan bahwa aktifitas
siswa dalam pembelajaran IPA pada materi pengelompokan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
tumbuhansudah baik, sehingga hasil yang diharapkan dapat dicapai
dengan baik.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan observasi pada siklus II, kemudian data-
data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses
pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah menunjukkan perubahan yang
berarti, baik pada keaktifan siswa selama belajar maupun pada
pencapaian hasil belajar kemampuan pengelompokan tumbuhan.
Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus II:
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
menunjukkan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme sudah sepenuhnya menunjukkan perubahan dari siklus
sebelumnya. Siswa mengerti dan paham bagaimana mengelompokkan
tumbuhan berdasarkan penggolongannya. Siswa dapat melaksanakan
tugas kelompok dengan baik. Dengan melakukan pengamatan secara
langsung siswa dapat mendeskripsikan atau menjelaskan pengelompokan
tumbuhan dengan baik. Sehingga nilai yang diperoleh siswa pada siklus
II telah menunjukkan perubahan yang cukup berarti dengan nilai rata-rata
kelas mencapai 76,25. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 70
(KKM) ada 6 siswa atau 22,23% dan siswa yang memperoleh nilai diatas
atau sama dengan 70 (KKM) yaitu 21 siswa atau 77,77%.
Pembelajaran pada siklus II dikatakan berhasil apabila
kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa yang memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan 70 (KKM) mencapai 75%. Dari data
diperoleh sebanyak 21 siswa atau 77,77% dari 27 siswa memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan 70 (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kostruktivisme
sudah berhasil. Data nilai kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4
berikut:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus II
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi xi
Presentase
(%) Keterangan
1 65 – 69 6 67 402 22 Di bawah KKM
2 70 – 74 6 72 432 22 Di atas KKM
3 75 – 79 5 77 385 19 Di atas KKM
4 80 – 84 7 82 574 26 Di atas KKM
5 85 – 89 2 87 174 7 Di atas KKM
6 90 – 94 1 92 92 4 Di atas KKM
Jumlah 27 2059 100
Nilai rata-rata = 2059 : 27 = 76,25
Prosentase Ketuntasan = 21 : 27 X 100 % = 77,77%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan
tindakan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai dalam interval
antara 90 – 94 ada 1 siswa atau 2%, siswa yang memperoleh nilai dalam
interval antara 85 – 89 ada 2 siswa atau 7%, siswa yang memperoleh
nilai dalam interval antara 80 – 84 sebanyak 7 siswa atau 26%, siswa
yang memperoleh nilai dalam interval antara 75 – 79 ada 5 siswa atau
19%, siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 70 – 74 ada 6
atau 22%, serta siswa yang memperoleh nilai dalam interval antara 65 –
69 ada 6 siswa atau 22%. Pada siklus II terdapat peningkatan nilai rata-
rata yang sebelumnya 70,14 menjadi 76,25 dan adanya peningkatan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
belajar siswa ditunjukkan dengan jumlah siswa yang mendapat nilai lebih
dari atau sama dengan 70 (KKM) yang sebelumnya 18 siswa menjadi 21
siswa.
Dari tabel hasil kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa
kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada siklus II yang telah diterangkan di
atas, dapat disajikan dalam bentuk gambar yaitu grafik nilai pada gambar
11 sebagai berikut:
Gambar 11. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan
Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus II
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa ketuntasan
hasil belajar pengelompokan tumbuhan siswa yang memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan 70 (KKM) sudah menunjukkan peningkatan
dan peningkatan rata-rata kelas, sehingga pembelajaran pada siklus II
mengenai pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme
sudah berhasil. Dari hasil pengamatan serta analisa pekerjaan siswa,
6 6
5
7
2
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Fre
kue
nsi
Nilai
Grafik Nilai IPA Siklus II
64,5 74,5 79,5 69,5 89,5 84,5 94,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
maka peneliti sebagai observer dan guru kelas III sebagai pelaksana
sepakat untuk mengakhiri tindakan penelitian dalam pembelajaran IPA
pokok bahasan pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan
konstruktivisme pada siswa kelas III SDN 01 Girilayu tahun ajaran
2009/2010.
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Temuan Hasil Observasi Kegiatan Proses Pembelajaran Pengelompokan
Tumbuhan dengan Pendekatan Konstruktivisme
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah diperoleh,
dapat ditemukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA pada
pokok materi pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme
baik pada kegiatan guru maupun kegiatan siswa.
Adapun temuan dari peningkatan kegiatan guru kelas III SD Negeri
01 Girilayu dalam proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan dengan
pendekatan konstruktivisme yaitu persiapan guru dalam memulai kegiatan
pembelajaran lebih terorganisir dari pembelajaran sebelum tindakan
dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari penyiapan materi pembelajaran seperti
rencana pembelajaran, alat peraga dan media pembelajaran. Hal tersebut
menjadikan situasi pembelajaran lebih terstruktur sehingga kondisi situasi
kelas juga menjadi lebih kondusif. Kemampuan guru dalam hal pengelolaan
kelas dan waktu pembelajaran semakin meningkat, guru dapat
mengalokasikan tiap kegiatan pembelajaran dengan baik. Selain itu, peneliti
juga menemukan adanya peningkatan keterampilan guru dalam memberikan
apersepsi kepada siswa, guru dapat memasukkan kejadian-kejadian yang
terjadi pada kefidupan sehari-hari ke dalam apersepsi sehingga murid lebih
tertarik dan termotivasi mengikuti pelajaran. Dengan meningkatnya
kemampuan memberikan apersepsi kepada siswa, maka siswa menjadi lebih
termotivasi dan semangat dalam mengikuti pelajaran. Guru juga dalam
menyajikan materi pembelajaran lebih santai namun pokok-pokok materi
dapat terserap siswa dengan baik. Adapun temuan lain dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
adalah kemamp-uan guru dalam memberikan pertanyaan kepada siswa
menjadi lebih meningkat serta meningkatnya keterampilan guru dalam
menutup pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi, peningkatan kualitas pembelajaran guru
kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada proses pembelajaran IPA pada materi
pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme dapat dilihat
dari tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas III SD
Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Siklus II.
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil observasi guru
mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi guru
pada siklus I adalah 2,56 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan
pada siklus II yaitu 3,67 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan tersebut
membuktikan bahwa pendekatan konstruktivisme dapat membantu
meningkatkan kualitas proses pembelajaran terhadap guru. Hal ini dapat
direfleksikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Peningkatan rata-rata hasil observasi guru kelas III SD Negeri 01
Girilayu pada Siklus I dan Siklus II dengan pendekatan konstruktivisme dapat
disajikan pada gambar 12 berikut ini:
Hasil Observasi Guru Siklus I Siklus II
Pertemuan 1 2,33 3,56
Pertemuan 2 2,78 3,78
Rata-rata 2,56 3,67
Kriteria Baik Sangat baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 12. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas III
SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Sikus II
Sementara itu temuan dari peningkatan kegiatan siswa kelas III SD
Negeri 01 Girilayu dalam proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan
dengan pendekatan konstruktivisme adalah setelah dilaksanakan tindakan
siswa menjadi lebih siap dalam menerima pembelajaran meningkat bila
dibandingkan dengan pembelajaran sebelum tindakan dilaksanakan. Siswa
juga menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, siswa lebih antusias
dan sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi
pembelajaran kepada guu. Keaktifan siswa merupakan hal yang di tonjolkan
dalam pendekatan konstruktivisme. Dalam melaksanakan tugas kelompok,
siswa dapat melakukan kerjasama dengan rekan satu kelompok dengan baik.
Dengan hal tersebut, maka kondisi kelas ketika pembelajaran dengan model
kelompok dapat berjalan dengan baik dan terkendali. Setelah dilaksanakan
tindakan siswa juga menunjukan sikap yang sungguh-sungguh dalam
mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas dari guru. Hal tersebut
ditunjukan dengan meningkatnya kaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran dan mengerjakan tugas dari guru. Dengan meningkatnya
beberapa aspek dari siswa maka kemampuan siswa dalam pengelompokan
tumbuhan juga meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya
prosentase dan rata-rata nilai siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada tiap
siklusnya.
2,56
3,67
00.5
11.5
22.5
33.5
4
Siklus I Siklus II
Rat
a-ra
ta
Pelaksanaan Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berdasarkan hasil observasi, peningkatan kualitas pembelajaran
siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada proses pembelajaran
pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme dapat dilihat
dari tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas III SD
Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Siklus II.
Hasil Observasi Siswa Sklus I Siklus II
Pertemuan 1 2,5 3,67
Pertemuan 2 2,83 3,83
Rata-rata 2,67 3,75
Kriteria Baik Sangat baik
Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa hasil observasi siswa
mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi siswa
pada siklus I adalah 2,67 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan
pada siklus II yaitu 3,75 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan tersebut
membuktikan bahwa pendekatan konstruktivisme dapat membantu
meningkatkan kualitas proses pembelajaran terhadap siswa. Hal ini dapat
direfleksikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Peningkatan rata-rata hasil observasi guru kelas III SD Negeri 01
Girilayu Siklus I dan Siklus II dengan pendekatan konstruktivisme dapat
disajikan pada gambar 13 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 13. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas III
SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Sikus II
Berdasarkan hasil analisis observasi di atas dapat dilihat bahwa hasil
kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran pengelompokan dengan
pendekatan konstruktivisme berhasil meningkat baik dari siklus I sampai ke
siklus II. Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini juga mengakibatkan
kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa mengalami peningkatan.
2. Hasil Belajar Pengelompokan Tumbuhan dengan Pendekatan
Konstruktivisme
Dengan meningkatnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivisme maka hasil belajar pengelompokan
tumbuhan siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu juga meningkat. Peningkatan
terlihat dari perhitungan nilai hasil kemampuan pengelompokan tumbuhan
yang diperoleh siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan
setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan silkus II, yang masing-masing
siklusnya dilaksanakan dua kali pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7
berikut ini:
2,67
3,75
0
1
2
3
4
Siklus I Siklus II
Rat
a-ra
ta
Pelaksanaan Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Kondisi
Awal, Siklus I, dan Siklus II.
No.
Pembelajaran
Pengelompokan
Tumbuhan
Kondisi Awal
Setelah Dilaksanakan
Tindakan
Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata 63,05 70,14 76,25
Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang
mencapai KKM lebih dari atau sama dengan 70 mengalami peningkatan
yang signifikan. Nilai rata-rata siswa pada kondisi awal sebelum tindakan
adalah 63,05. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata
kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa menjadi 70,14. Dan pada akhir
pelaksanaan siklus II nilai rata-rata kemampuan pengelompokan tumbuhan
siswa adalah 76,25. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa pendekatan
konstruktivisme tepat untuk membantu meningkatkan hasil belajar IPA
khususnya untuk kemampuan pengelompokan tumbuhan. Hal ini dapat
direfleksikan bahwa pembelajaran pengelompokan tumbuhan yang
dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil.
Secara garis besar perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar kemampuan pengelompokan tumbuhan pada kondisi awal
sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II ditunjukkan pada tabel 8 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 8. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 01
Girilayu pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II.
No. Ketuntasan
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Tuntas 10 37% 18 66,66% 21 77,77%
2 Tidak Tuntas 17 63% 9 33,33% 6 22,22%
Berdasarkan tabel di atas yaitu tabel rekapitulasi ketuntasan belajar
siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu, terlihat adanya penigkatan pada
ketuntasan belajar siswa pada kemampuan pengelompokan tumbuhan yaitu
pada kondisi awal jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa atau 37%,
kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 18 siswa atau
66,66%, dan pada siklus II menjadi 21 siswa atau 77,77%.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa kelas III SD
Negeri 01 Girilayu yaitu dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme.
Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dapat
mengalami langsung apa yang sedang dipelajari. Selain itu, siswa menjadi
lebih aktif dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA
pada pokok materi pengelompokan tumbuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus selama empat kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat
meningkatkan:
Kualitas proses pembelajaran IPA khususnya pada materi
pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu
meningkat. Peningkatan kualitas proses pembelajaran pengelompokan
tumbuhan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata
kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran pengelompokan
tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu: nilai rata-rata kegiatan
guru pada siklus I nilainya 2,56 dengan kriteria baik dan meningkat pada
siklus II nilainya menjadi 3,67 dengan kriteria sangat baik. Sementara itu nilai
rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,67 dengan kriteria baik dan
meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,75 dengan kriteria sangat baik.
Dengan demikian, penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran pengelompokan tumbuhan dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01
Girilayu.
Kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD
Negeri 01 Girilayu. Peningkatan kemampuan pengelompokan tumbuhuhan
tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pembelajaran
pengelompokan tumbuhan pada setiap siklusnya yaitu: sebelum tindakan nilai
rata-rata kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa 63,05, siklus I nilai
rata-rata kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa 70,14 dan siklus II
nilai rata-rata siswa 76,25. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi
awal sebanyak 10 siswa atau 37%, pada siklus I yaitu 18 siswa atau 66,66%,
dan pada siklus II sebanyak 21 siswa atau 77,77 %. Dengan demikian,
penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran pengelompokan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
tumbuhan dapat meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan pada
siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu.
Maka dapat disimpulkan bahwa opendekatan konstruktivisme dapat
meningkatkan kualitas proses pembealajaran pengelompokan tumbuhan. Hal
tersebut juga berdampak pada peningkatan nilai pengelompokan tumbuhan
siswa SD Negeri Girilayu.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini
didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
konstruktivisme dalam pelaksanaan pembelajaran IPA pada pokok materi
pengelompokan tumbuhan. Tindakan penelitian yang dilakukan terdiri dari
dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2010 dan 22 Juli 2010,
sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2010 dan 29 Juli 2010.
Setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaaan, observasi, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan
berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu
adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya.
Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal
ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan
berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan
proses dalam siklus I sampai siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat
diketahui bahwa dengan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan
kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa kelas III SD Negeri 01
Girilayu. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan
implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
C. Implikasi Teoritis
Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih
metode pembelajaran yang tepat agar siswa mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
siswa, karena pembelajaran ini dapat membantu siswa menjadi lebih aktif dan
kreatif dalam mempelajari seuatu hal yang kemudian disusun menjadi ilmu
pengetahuan. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan
kemampuan pengelompokan tumbuhan.
Hasil penelitian ini juga memperkuat teori yang menyatakan bahwa
melalui penggunaan pendekatan konstruktivisme dapat menjadi salah satu
pendekatan dalam pengajaran IPA, karena dengan pendekatan
konstruktivisme dapat mengakomodasi siswa dalam mengungkapkan dan
mengembangkan hasil pemikirannnya. Penelitian ini juga dapat
dipertimbangkan untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran bagi guru
dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa.
Dari hasil rata-rata yang diperoleh bahwa dalam penelitian ini,
kemampuan siswa terhadap materi pengelompokan tumbuhan pada
pembelajaran IPA dan aktifitas atau kegiatan proses pembelajaran menjadi
meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan kemampuan pengelompokan
tumbuhan siswa dalam mengungkapkan pikiran dan gagasannya, interaksi
dengan guru maupun kerjasama dengan siswa lain. Dengan partisipasi siswa
dalam pembelajaran yang meningkat, kondisi kelas menjadi lebih kondusif
dan pada akhirnya kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas
III SD Negeri 01 Girilayu meningkat.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa,
implikasi teoritis dari penelitian ini adalah ada peningkatan kemampuan
pengelompokan tumbuhan dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme.
Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar terutama dalam pelajaran IPA
pada pokok kemampuan pengelompokan tumbuhan. Kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pengelompokan tumbuhan siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu guna dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di
samping itu, perlu penelitian lebih lanjut tentang upaya guru untuk
mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan kemampuan
pengelompokan tumbuhan siswa. Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme pada hakikatnya dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis,
terutama untuk mengatasi masalah peningkatan kemampuan siswa, yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan penelitian ini harus di atasi semaksimal mungkin.
Selain itu, guna meningkatkan kemampuan pengelompokan
tumbuhan siswa, guru perlu beerupaya meningkatkan kualitas diri dalam
berperan sebagai fasilitator bagi siswa. guru dapat menguatkan pengetyahuan
siswa dengan menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran,
menggunakan permainan yang menjadikan siswa lebih aktif, kuis dan
sebagainya.
D. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran
khususnya pembelajaran IPA untuk engan menggunakan pendekatan
konstruktivisme.
2. Bagi Guru
Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan.
Penggunaan pendekatan konstruktivisme dimaksudkan agar pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
tidak terasa membosankan dan membantu siswa dalam meningkatkan
kemampuan pegelompokan tumbuhan.
3. Bagi Siswa
a. Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah
pengetahuan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
b. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin
belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.