perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengaruh motivasi .../pengaruh... · tujuan penelitian ini...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN DINAS
PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SURAKARTA TAHUN 2011
Proposal Skripsi
Oleh:
Fela Firdianawati
NIM: K7407179
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Fela Firdianawati. PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN BUDAYA
ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN DINAS
PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SURAKARTA TAHUN 2011,
Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret, September. 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Ada tidaknya pengaruh
motivasi kerja dan budaya organisasi secara simultan terhadap kinerja pegawai
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta, (2) Ada tidaknya pengaruh
motivasi kerja dan budaya organisasi secara parsial terhadap kinerja pegawai Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surkarta.
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif
kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Populasi penelitian ini
adalah seluruh pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta pada
tahun 2011. Pada penelitian ini besarnya jumlah sampel ditentukan sebanyak 106
responden. Try out yang dilakukan terhadap 30 responden di dalam populasi, dengan
hasil valid dan reliabel. Adapun teknis analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) adanya pengaruh
motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai. Hal ini tercermin
dari hasi l uji F diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Karena nilai probabilitas
(0,000) lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel pertama motivasi kerja yang terdiri dari : kondisi kerja yang baik, pemberian
penghargaan, pengakuan atas prestasi, variabel kedua budaya organisasi yang terdiri
dari perasaan ikut terlibat, pemahaman yang simpatik atas persoalan-persoalan
pribadi berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai. (2) hasil
perhitungan uji t untuk variabel motivasi kerja memiliki tingkat signifikansi 0,000,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan variabel budaya organisasi memiliki tingkat signifikansi 0,000, berpengaruh
secara parsial terhadap kinerja pegawai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap organisasi berkepentingan terhadap kinerja terbaik yang mampu
dihasilkan oleh rangkaian sistem yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor kunci untuk
mendapatkan kinerja terbaik, karena selain menangani masalah ketrampilan dan
keahlian, manajemen Sumber Daya Manusia juga berkewajiban membangun
perilaku kondusif pegawai untuk mendapatkan kinerja terbaik. Menjelang era
bebas dan persaingan yang sangat ketat pada lembaga pendidikan saat ini pegawai
dituntut untuk bekerja secara profesional tidak hanya sekedar mencari nafkah dan
menghidupi diri sendiri dan keluarganya. Akan tetapi, mereka harus bekerja
secara profesional. Supaya pegawai bekerja secara optimal, maka mereka harus
mendapatkan imbalan yang cukup baik dalam bentuk finansial maupun imbalan
lainnya seperti kredit perumahan, kendaraan dan fasilitas lainnya. Namun pada
kondisi global seperti saat ini, asumsi ini belum cukup karena imbalan saja tidak
menjamin pegawai bekerja secara optimal. Dalam Solopos (1 Maret 2011: 3),
ribuan perangkat desa di Kabupaten Pati melakukan unjuk rasa menuntut
kenaikan tunjangan penghasilan kepada DPRD Pati. Prestasi kerja pegawai
berkaitan dengan adanya akibat yang dikehendaki, hal ini mengandung maksud
bahwa pekerjaan yang dilakukan harus dapat menghasilkan sesuatu yang sesuai
dengan yang dikehendaki.
Menurut Kompas (01 Maret 2011), pegawai merupakan salah satu faktor
yang menentukan keberadaan organisasi maka perhatian dan pembinaan terhadap
pegawai sebagai pekerja atau manusia pribadi adalah penting, sebab kurangnya
perhatian akan mempengaruhi semangat bekerja pada pegawai. Lebih lanjut yang
bertanya kepada pemerintah terkait dengan perilaku sebagian PNS, PNS yang
berijasah mulai dari SMP hingga S3 masih mangkir pada hari pertama setelah
memperoleh liburan berkenaan dengan Hari Lebaran. Absensi di kantor terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
saat sehari sebelum liburan dan sehari setelah liburan lebih banyak yang mangkir
daripada yang masuk.
Hal yang menyebabkan PNS mangkir, para pemimpin dalam birokrasi
bersangkutan kurang disiplin. Para pemimpin mulai dari Menteri Negara
bersangkutan, Gubernur, Bupati / Walikota, Camat, Lurah, pejabat eselon I
sampai eselon terbawah eselon IVA. Mereka menjadi pemimpin karena
mempunyai “kelebihan”, sehingga terpilih. Seharusnya pemimpin membuktikan
bahwa dirinya disiplin. Perilaku ini tidak dibuat-buat, tapi nampak dalam tindakan
setiap hari, terutama pada jam kantor. Perilaku ini harus dilihat kasat mata oleh
bawahannya. Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan berbagai peraturan
lainnya terkait disiplin PNS jelas, tegas, dan bagus untuk mendisiplinkan PNS
(Kompas, 01 Maret 2011).
Perilaku PNS yang sering mangkir tersebut bertentangan dengan
kewajiban PNS yang diatur dalam PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil Pasal 3 nomor 11, yang berbunyi “PNS wajib masuk kerja
dan menaati ketentuan jam kerja” dan pasal 3 nomor 17, yaitu “menaati peraturan
kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang”. PNS harus bisa
menjalankan peraturan yang berlaku dalam kedinasan tersebut. Jika ada PNS
yang melanggar maka diberikan sanksi sesuai dengan PP No. 53 Tahun 2010
yang tercantum dalam pasal 8, 9, dan 10. Pasal 8 mengatur sanksi untuk PNS
yang melakukan pelanggaran disiplin dalam kategori ringan. Sanksi yang
diberikan berupa teguran lisan, teguran tertulis, dan pernyataan tidak puas secara
tertulis. Pasal 9 mengatur sanksi untuk PNS yang melakukan pelanggaran disiplin
dalam kategori sedang. Sanksi yang diberikan berupa penundaan kenaikan gaji
berkala selama 1 (satu ) tahun, penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)
tahun, dan penurunan pangkat setingkat lebih rendah 1(satu) tahun. Pasal 10
mengatur sanksi untuk PNS yang melakukan pelanggaran dalam kategori berat.
Sanksi yang diberikan berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3
(tiga) tahun, pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah,
pembebasan dari jabatan, dan pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Apabila pegawai yang melanggar tidak segera dijatuhi sanksi, maka atasan
pun juga akan mendapat sanksi, peraturan tersebut terangkum dalam peraturan
pada Pasal 21 ayat 2 yang berbunyi “Apabila Pejabat yang berwenang
menghukum tidak menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin, pejabat tersebut dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya”.
Jika PNS mempunyai sikap disiplin, akan meningkatkan kinerja pegawai tersebut,
sehingga PNS dapat melayani masyarakat dengan optimal dan tujuan instansi
dapat tercapai.
Kaitannya dalam motivasi kerja para pegawai yang baik, maka budaya
organisasi yang dilakukan harus baik pula, sehingga dapat meningkatkan kinerja
pegawai. Pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta harus
terdapat interaksi positif dan kontinyu antara para pejabat pimpinan dan bagian
kepegawaian. Telah dimaklumi bahwa pegawai yang merasa diperlakukan
dengan adil merupakan salah satu prinsip manajemen sumber daya manusia yang
sangat fundamental sifatnya dan karenanya harus dipegang teguh.
Kenyataan tersebut dapat dilihat dari kondisi absensi pegawai, bahwa
tingkat absensi pegawai masih cukup tinggi. Berikut data yang diperoleh,
Tabel 1. Tingkat Absensi Pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Surakarta
No Tahun Realisasi
1. 2002 1,09%
2. 2003 1,07%
3. 2004 1,06%
4. 2005 1,05%
Sumber: Diakses pada 22 Pebruari 2011pada m.detik.com.
Fenomena tersebut menjelaskan Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa
tingkat absensi karyawan masih cukup tinggi. Meskipun tingkat absensi
mengalami penurunan setiap tahunnya tetapi tingkat absensi tersebut masih diatas
target yang ditetapkan oleh instansi.
Pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta termasuk
masih berada dalam suatu kerangka organisasi. Merupakan contoh untuk para
pendidik, yang harus bisa mencontohkan pada guru dan semua warga sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Setiap organisasi pasti memiliki kualitas kehidupan kerja. Para pegawai Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta yang mempunyai kualitas kehidupan
kerja, yang memberikan pelayanan di unit kerjanya. Agar sesuai dengan harapan
masyarakat, sehingga keberadaan Sumber Daya Manusia yang berkualitas
merupakan tujuan dari segalanya. Sehingga para pegawai di Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Surakarta dapat memberikan contoh kepada guru dan bagi
semua warga sekolah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan judul
penelitian : “PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN BUDAYA
ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SURAKARTA
TAHUN 2011”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah motivasi kerja dan budaya organisasi secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Surakarta?
2. Apakah motivasi kerja dan budaya organisasi secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini merupakan faktor yang penting di dalam melakukan
penelitian, sebab dengan adanya tujuan, penelitian akan dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai arah penelitian yang akan dicapai, yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apakah motivasi kerja dan budaya organisasi secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Untuk mengetahui apakah motivasi kerja dan budaya organisasi secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai di Kantor Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mendukung teori-teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang
dibahas dalam penelitian yaitu motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap
kinerja pegawai.
b. Memberikan sumbangan bagi pembaca yang akan mengadakan penelitian
terutama yang menjadi dasar penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan penulis dan diharapkan dapat digunakan sebagai
perbandingan antara teori yang diperoleh dengan praktek yang sesungguhnya
di lapangan.
b. Bagi Instansi
Sebagai informasi bagi pimpinan dalam mengambil kebijaksanaan mengenai
cara yang tepat untuk meningkatkan kinerja pegawai.
c. Bagi Pihak Lain atau Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan untuk referensi, pengetahuan, masukan, dan perbandingan
dalam melakukan penelitian bidang yang setara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Kepustakaan
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia merupakan aset pokok yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Berbicara masalah Sumber
Daya Manusia, sebenarnya manusialah yang membuat teknologi, dan
mengerjakan teknologi. Oleh karena itu, manajemen Sumber Daya Manusia dalam
suatu organisasi itu sangat penting. Hal ini sesuai dengan batasan, manajer
mengaturnya sedemikian rupa sehingga semua staf melaksanakan tugas dan fungsi
yang diembannya.
Pengertian Sumber Daya Manusia menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:
116 ) menyatakan bahwa :” Manajemen Sumber Daya Manusia adalah seni untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi kegiatan-kegiatan
sumber daya manusia atau karyawan, dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.
Batasan ini menyimpulkan bahwa Sumber Daya Manusia itu merupakan suatu
proses yang terdiri dari rekruitmen sumber daya manusia, seleksi sumber daya
manusia, pengembangan sumber daya manusia, pemeliharaan sumber daya
manusia, penggunaan sumber daya manusia sehingga suatu organisasi dapat
mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
b. Tujuan dan Fungsi – Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Suatu kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi perusahaan yang
berorientasi pada suatu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Soekidjo Notoatmojo (2003: 118)
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia dijabarkan ke dalam 4 tujuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
lebih operasional ialah tujuan masyarakat, tujuan organisasi, tujuan fungsi, dengan
tujuan personel”.
Di samping melakukan fungsi manajemen, seorang manajer juga harus
melakukan pengawasan terhadap orang lain yang diberi tanggung jawab untuk
melaksanakan tugas operasional. Dengan kata lain seorang manajer juga
mempunyai fungsi operasional. Oleh sebab itu secara garis besar, fungsi manajer
menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003: 121) dikelompokkan menjadi dua, yaitu
fungsi-fungsi manajemen, dan fungsi-fungsi operasional, dari pengertian tersebut
dapat dikemukakan sebagai berikut:
(1) Fungsi-Fungsi Manajemen, yang mencakup
a) Perencanaan (planning)
b) Pengorganisasian (organizing)
c) Pengarahan (directing)
d) Pengendalian (controlling)
(2) Fungsi-Fungsi Operasional, yang mencakup:
a) Pengadaan sumber daya manusia (rekruitment)
b) Pengembangan (development)
c) Kompensasi (compensation)
d) Integrasi (integration)
e) Pemeliharaan (maintenance)
f) Pemutusan hubungan kerja (separation)
Pendapat di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Perencanaan (planning)
Semua orang menyadari bahwa perencanaan bagian terpenting dan
oleh karena itu menyita waktu banyak dalam proses manajemen.
Untuk manajer sumber daya manusia, perencanaan berarti
penentuan program karyawan (sumber daya manusia) dalam
rangka membantu tercapainya sasaran atau tujuan organisasi itu.
b) Pengorganisasian (organizing)
Apabila serangkaian kegiatan telah disusun dalam rangka mencapai
tujuan organisasi, maka untuk pelaksanaan atau implementasi
kegiatan tersebut harus diorganisasikan.
c) Pengarahan (directing)
Untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan, agar kegiatan
tersebut dapat berjalan dengan efektif diperlukan arahan (directing)
dari manajer. Dalam suatu organisasi yang besar pengarahan ini
tidak mungkin dilakukan oleh manajer itu sendiri, melainkan
didelegasikan kepada orang lain yang diberi wewenang untuk itu.
d) Pengendalian (controlling)
Fungsi pengendalian adalah untuk mengatur kegiatan, agar
kegiatan-kegiatan organisasi itu dapat berjalan sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
rencana. Di samping itu pengendalian juga dimaksudkan untuk
mencari jalan ke luar atau pemecahan apabila terjadi hambatan
pelaksanaan kegiatan.
e) Pengadaan Tenaga Kerja (recruitment)
Fungsi rekruitmen seorang manajer sumber daya manusia
bertujuan untuk memperoleh jenis dan jumlah tenaga atau sumber
daya manusia yang tepat, sesuai dengan kemampuan yang
dibutuhkan oleh unir-unit kerja yang bersangkutan.
f) Pengembangan (development)
Tenaga atau sumber daya yang telah diperoleh suatu organisasi,
perlu pengembangan sampai pada taraf tertentu sesuai dengan
pengembangan organisasi itu.
g) Kompensasi (compensation)
Kompensasi adalah merupakan fungsi manajemen yang sangat
penting. Melalui fungsi ini organisasi memberikan balas jasa yang
memadai dan layak kepada karyawan.
h) Integrasi (Integration)
Integrasi adalah kegiatan manajemen yang bertujuan untuk
rekonsiliasi kepentingan-kepentingan karyawan dalam organisasi
itu.
i) Pemeliharaan (maintenance)
Kemampuan-kemampuan sumber daya manusia yang telah dimiliki
oleh suatu organisasi perlu dipelihara (maintenance). Fungsi
pemeliharaan ini termasuk juga jaminan kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan.
j) Pemisahan (separation)
Seorang karyawan tidak mungkin akan selalu bekerja pada
organisasi tetentu. Pada suatu ketika paling tidak mereka harus
memutuskan hubungan kerja dengan cara pensiun.
2. Motivasi Kerja
a. Pengertian Motivasi
Salah satu aspek memanfaatkan pegawai ialah pemberian motivasi (daya
perangsang) kepada pegawai, dengan istilah populer sekarang pemberian
kegairahan bekerja kepada pegawai. Telah dibatasi bahwa memanfaatkan pegawai
yang memberi manfaat kepada perusahaan. Ini juga berarti bahwa setiap pegawai
yang memberi kemungkinan bermanfaat ke dalam perusahaan, diusahakan oleh
pimimpin agar kemungkinan itu menjadi kenyataan. Usaha untuk merealisasi
kemungkinan tersebut ialah dengan jalan memberikan motivasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Motivasi kerja adalah kemauan kerja suatu karyawan atau pegawai yang
timbulnya karena adanya dorongan dari dalam pribadi karyawan yang
bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan daripada kebutuhan pribadi,
pengaruh lingkungan fisik dan pengaruh lingkungan sosial dimana kekuatannya
tergantung pada proses pengintegrasian tersebut. Dengan demikian motivasi kerja
merupakan gejala kejiwaan yang bersifat dinamis, majemuk dan spesifik untuk
masing-masing pegawai. Karena sifatnya tersebut, maka untuk memberikan
motivasi yang positif seorang supervisor atau pemimpin harus mengetahui dan
bersifat peka terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja individu
pegawainya.
Motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan
usaha untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Siagian (2002: 286) ”Motivasi
adalah daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar
mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya”. Dengan pengertian,
bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para
anggota organisasi yang bersangkutan terhadap seseorang atau kelompok kerja
agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga
dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan
yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan. Berdasarkan
pengertian di atas, maka motivasi merupakan respon pegawai terhadap sejumlah
pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri pegawai agar
tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai
tercapai.
b. Unsur-unsur Motivasi Kerja
Beberapa instansi yang berkeinginan untuk meningkatkan program
kinerja pertama-tama harus menetapkan tujuan yang ingin diraih dengan program
tersebut. Tujuan serta tindakan yang ditetapkan merupakan tanggung jawab
manajemen, pegawai, serikat pekerja, serta karyawan lain. Menurut Siagian (2002
: 30) bahwa melaksanakan motivasi dalam kinerja terdapat beberapa unsur:
(1) Tingkat kompensasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(2) Kondisi kerja yang baik,
(3) Perasaan diikut sertakan,
(4) Pemberian penghargaan,
(5) Tugas pekerjaan yang sifatnya menarik dan,
(6) Cara pendisiplinan yang manusiawi.
Dari beberapa unsur-unsur diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tingkat kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima para
karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.
2) Kondisi kerja yang baik merupakan suatu hubungan antara pegawai
yang harmonis.
3) Perasaan diikutsertakan merupakan kebutuhan, sikap dan kemampuan
karyawan.
4) Pemberian penghargaan merupakan masa kerja pegawai bertujuan untuk
memotivasi gairah dan loyalitas instansi.
5) Tugas pekerjaan yang sifatnya menarik dan merupakan pekerjaan yang
memberikan pelayanan yang terbaik.
6) Cara pendisiplinan yang manusiawi merupakan suatu aturan yang telah
menghargai Sumber Daya Manusia.
Jadi motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering
kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap tindakan
yang dilakukan oleh seorang manusia pasti memiliki sesuatu faktor yang
mendorong perbuatan tersebut. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat
penting bagi tinggi rendahnya produktivitas instansi. Tanpa adanya motivasi dari
para pegawai untuk bekerja sama bagi kepentingan instansi, maka tujuan yang
telah ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang
besar dari para pegawai maka hal tersebut merupakan suatu jaminan atas
keberhasilan instansi dalam mencapai tujuannya.
Menurut Gitusudarmo dan Mulyono, (2000: 15). “Motivasi atau dorongan
kepada pegawai untuk bersedia bekerja bersama demi tercapainya tujuan bersama
ini terdapat dua macam. a) Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan
dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sering disebut insentif. b) Motivasi non finansial, yaitu dorongan yang
diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal
seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya”.
Jadi, motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi
sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap
tindakan yang dilakukan oleh seorang manusia pasti memiliki sesuatu faktor yang
mendorong perbuatan tersebut. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat
penting bagi tinggi rendahnya produktivitas pegawai. Tanpa adanya motivasi dari
para pegawai untuk bekerja sama bagi kepentingan, maka tujuan yang telah
ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang besar
dari para pegawi maka hal tersebut merupakan suatu jaminan atas keberhasilan
instansi dalam mencapai tujuannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah
kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau
activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian
kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Menurut
Gitosudarmo dan Mulyono (2000 : 56) Ada definisi yang menyatakan bahwa
motivasi berhubungan dengan:
1) Pengaruh perilaku.
2) Kekuatan reaksi (upaya kerja), setelah seseorang pegawai telah
memutuskan arah tindakan-tindakan.
3) Persistensi perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan
melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu.
c. Karakteristik Motivasi Kerja yang Tinggi
Menurut Soekidjo, (2003: 86), mengemukakan 6 karakteristik dari
seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu : “1) Memiliki tanggung jawab
yang tinggi 2) Berani mengambil resiko 3) Memiliki tujuan yang realistis 4)
Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan.
5) Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang
dilakukan 6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogamkan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Jadi motivasi terjadi karena adanya daya inisiatif dari manusia untuk
berperilaku lebih maju untuk melakukan suatu kegiatan yang positif. Adanya
toleransi terhadap sesama. Mempunyai kejelasan arah organisasi. Sehingga jelas
penyatuan antar manusia dan memiliki identitas atau pengakuan diri dalam
aktivitasnya.
3. Budaya Organisasi
a. Pengertian Budaya Organisasi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan
budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang
bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya
membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan
bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok
masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman
berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti
terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi
kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Organisasi Budaya dilihat diri aspek perilaku, sedangkan Teori organisasi
dilihat dari aspek sekelompok individu yang berkerjasama untuk mencapai tujuan,
atau organisasi sebagai wadah tempat individu bekerjasama secara rasional dan
sistematis untuk mencapai tujuan. Menurut Fremon E.Kast dan James E.
Rosenzweig (2002: 954) bahwa “budaya organisasi merupakan nilai-nilai dan
filsafat, memasyarakatkan para anggota, memotivasi pegawai, dan memudahkan
penyatuan dan komitmen kelompok untuk sasaran-sasaran yang relevan”.
b. Unsur-Unsur Budaya Organisasi
Menurut Fremon E. Kast dan James E. Rosenzweig (2002: 954) juga
dipaparkan sebagai berikut:
1) Inisiatif,
2) Toleransi terhadap tindakan beresiko,
3) Kejelasan arah organisasi,
4) Integrasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
5) Dukungan dari manajemen,
6) Kontrol,
7) Identitas,
8) Sistem imbalan,
9) Toleransi terhadap konflik,
10) Komunikasi.
Dari beberapa unsur-unsur diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Inisiatif merupakan kemampuan seseorang dalam mengembangkan
dan memberdayakan sector kreatifitas daya pikir manusia untuk
merencanakan ide menjadi konsep yang baru dan bermanfaat.
2) Toleransi terhadap tindakan beresiko yaitu kemampuan untuk siap
mengambil resiko yang terjadi.
3) Kejelasan arah organisasi yaitu adanya suatu tujuan yang jelas dalam
organisasi.
4) Integrasi merupakan bersatunya antar organisasi.
5) Dukungan dari manajemen yaitu adanya perhatian dari pimpinan
dalam mengawasi kinerja pegawainya.
6) Kontrol merupakan pengendalian dalam pelaksanaan bekerja.
7) Identitas merupakan jati diri yang ada dalam diri pegawai untuk
melaksanakan sesuai tugasnya.
8) Sistem imbalan merupakan upah yang diberikan pada pegawai
setelah melakukan pekerjaannya.
9) Toleransi terhadap konflik yaitu kemampuan untuk dapat
menyelesaikan suatu permasalahan dengan menghargai pendapat
orang lain
10) Komunikasi merupakan pesan, saluran informasi yang
disampaikan.
c. Sumber-sumber Budaya Organisasi
Menurut Tozi, Rizzo, Carol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:
264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Pengaruh dari luar yang luas, mencakup faktor-faktor yang tidak dapat
dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat. Keyakinan-keyakinan
dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas, misalnya sopan
santun, dan kebersihan.
3) Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi. Organisasi selalu berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun
internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang
berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan
dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.
d. Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins (2006: 289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1) Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk
menjadi inovatif dan mengambil resiko.
2) Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan
menunjukkan kecermatan, analisis, dan perhatian terhadap detail.
3) Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya
pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4) Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan
efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5) Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-
tim, bukannya individu.
6) Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas pegawai.
7) Kemantapan.Organisasi menekankan dipertahankannya budaya
organisasi yang sudah baik.
Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan
diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi
dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai
organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya.
4. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar
"kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti
hasil kerja. Kinerja seorang pegawai merupakan hal yang bersifat individual,
karena setiap pegawai mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam
mengerjakan tugasnya. Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan hasil kerja
pegawai dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan penekanannya pada hasil
kerja yang diselesaikan pegawai dalam periode tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Pengertian Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil
atau tidaknya tujuan instansi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer
sering tidak memperhatikan kecuali jika keadaan sudah sangat buruk . Terlalu
sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga
instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan-kesan buruk instansi yang
mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya kinerja
yang merosot.
Berdasarkan keterangan di atas dapat pula diartikan bahwa kinerja adalah
sebagai seluruh hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau aktivitas khusus
selama periode khusus. Kinerja keseluruhan pada pekerjaan adalah sama dengan
jumlah atau rata-rata kinerja pada fungsi pekerjaan yang penting. Fungsi yang
berkaitan dengan pekerjaan tersebut akan dilakukan dan tidak dilakukan dengan
individu. Pendapat tersebut didukung oleh Sunarto (2003: 23) menyatakan bahwa
“Kinerja yang tinggi dapat tercapai oleh karena kepercayaan (trust) timbal balik
yang tinggi diantara anggota-anggotanya artinya para anggota mempercayai
integritas, karakteristik, dan kemampuan setiap anggota lain”.
Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) “Kinerja
(prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya”.
b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Anwar Prabu M. (2000: 78) faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja yaitu:
(1) Kinerja baik dipengaruhi oleh dua faktor:
a) Internal (pribadi) : kemampuan tinggi dan kerja keras
b) Eksternal (lingkungan) :pekerjaan mudah, nasib baik,
bantuan dari rekan-rekan,
pemimpin yang baik.
(2) Kinerja buruk dipengaruhi dua faktor:
a) Internal (pribadi) : kemampuan rendah, upaya sedikit
b) Eksternal (lingkungan) : pekerjaan sulit, nasib buruk, rekan-
rekan kerja tidak produktif,
pemimpin yang tidak simpati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c) Cara-cara untuk Meningkatkan Kinerja
Berdasarkan pernyataan menurut Anwar Prabu M.(2000: 67) cara-cara
untuk meningkatkan kinerja antara lain:
1) Diagnosis
Suatu diagnosis yang berguna dapat dilakukan secara informal oleh
setiap individu yang tertarik untuk meningkatkan kemampuannya
mengevaluasi dan memperbaiki kinerja. Teknik-tekniknya : refleksi,
mengobservasi kinerja, mendengarkan komentar-komentar orang lain
tentang mengapa segala sesuatu terjadi, mengevaluasi kembali dasar-
dasar keputusan masa lalu, dan mencatat atau menyimpan catatan
harian kerja yang dapat membantu memperluas pencarian
manajer penyebab-penyebab kinerja.
2) Pelatihan
Setelah gaya atribusional dikenali dan dipahami, dapat membantu
manajemen bahwa pengetahuan ini digunakan dengan tepat.
3) Tindakan
Tidak ada program dan pelatihan yang dapat mencapai hasil
sepenuhnya tanpa dorongan untuk menggunakannya. Analisa atribusi
kausal harus dilakukan secara rutin sebagai bagian dari tahap-tahap
penilaian kinerja formal.
d) Faktor-Faktor Kinerja
Menurut Istijanto (2010: 67) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja : 1) Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,
pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. 2) Faktor psikologis :
persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja 3) Faktor
organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan (reward system).
Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus
mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui
pekerjaannya. Tanpa mengetahui ketiga faktor ini kinerja yang baik tidak akan
tercapai. Dengan kata lain, kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada
kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. Kinerja individu dipengaruhi oleh
kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap
pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh
pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Kepuasan tersebut berhubungan dengan faktor-faktor individu, yakni: (a)
kepribadian seperti aktualisasi diri, kemampuan menghadapi tantangan,
kemampuan menghadapi tekanan, (b) status dan senioritas, makin tinggi hierarkis
di dalam perusahaan lebih mudah individu tersebut untuk puas; (c) kecocokan
dengan minat, semakin cocok minat individu semakin tinggi kepuasan kerjanya;
(d) kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang mempunyai kepuasan
yang tinggi terhadap elemen-elemen kehidupannya yang tidak berhubungan
dengan kerja, biasanya akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi.
B. Penelitian yang Relevan
Endah Yuliati 2010.Variabel independen (X) yaitu pengaruh kualitas
kehidupan kerja yang terdiri dari partisipasi dalam pengambilan keputusan,
kesempatan untuk mengembangkan diri, pendapatan yang memadai, tingkat
pendidikan. Variabel dependen (Y) produktivitas karyawan pada karyawan Kantor
Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara kualitas kehidupan kerja dengan produktivitas karyawan pada
karyawan di Kantor Kecamatan Bringin Ngawi dan variabel paling dominan
mempengaruhi mempengaruhi kualitas kehidupan kerja pada karyawan di Kantor
Kecamatan Ngawi adalah variabel pendidikan. Metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti adalah analisis deskriptif, dan metode analisis regresi linier
berganda.
Ari Husnawati 2006. Penelitian empiris ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh kualitas kehidupan kerja terhada kinerja karyawan dengan
komitmen dan kepuasan kerja sebagai intervening variabel dengan sampel
karyawan PERUM Pegadaian Kanwil Semarang. Sebanyak 102 kuesioner
dibagikan kepada responden terpilih dandigunaklan sebagai analisis stastistik.
Pengukuran kualitas kehidupan kerja terdiridari empat dimensi : pertumbuhan dan
pengembangan, upah dan keuntungan, partisipasi kerja lingkungan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Penulis menganggap penelitian yang penulis lakukan relevan dengan
penelitian yang dilakukan Ari Husnawati dan Endah Yuliati karena:
a) Terdapat persamaan variabel terikat yaitu kinerja
b) Mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
antara variabel bebas terhadap variabel terikat
c) Mempunyai kesamaan dalam menggunakan analisis regresi ganda dalam
penghitungannya.
Berdasarkan kedua penelitian yang relevan di atas yang berbeda dari
penelitian yang dilakukan adalah pada variabel bebasnya yaitu variabel motivasi
kerja dan budaya organisasi. Penulis beranggapan hal ini masih perlu diteliti untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi
terhadap kinerja pegawai instansi tersebut.
C. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya kerangka pemikiran merupakan alur penalaran yang
didasarkan pada masalah penelitian yang memperjelas penalaran sehingga sampai
pada jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Bertolak dari kajian
teori, maka dapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gambar 2. Kerangka Berfikir
Dari variabel di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dalam proses motivasi kerja dan budaya organisasi diperlukan suatu
kinerja yang baik pula agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan pegawai.
Motivasi kerja dan budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap suatu kinerja.
Motivasi kerja dan budaya organisasi masing-masing variabel memiliki beberapa
indikator untuk mempermudah dalam pengukuran. Indikator tersebut adalah:
Motivasi Kerja:
Tingkat kompensasi
Kondisi kerja yang baik
Perasaan diikutsertakan
Pemberian penghargaan
Tugas pekerjaan yang sifatnya
menarik
Cara pendisiplinan yang
manusiawi
Kinerja
Budaya Organisasi:
Inisiatif
Toleransi
Kejelasan arah organisasi
Integrasi
Dukungan dari manajemen
Kontrol
Identitas
Sistem imbalan
Toleransi terhadap konflik
Komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1. Variabel Motivasi Kerja, arah dan ketekunan suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan. Indikatornya adalah:
a. Tingkat kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima para pegawai
sebagai balas jasa untuk kerja mereka.
b. Kondisi kerja yang baik merupakaan suatu hubungan antara pegawai yang
harmonis.
c. Perasaan diikutsertakan merupakan kebutuhan, sikap dan kemampuan
karyawan.
d. Pemberian penghargaan merupakan masa kerja pegawai bertujuan untuk
memotivasi gairah dan loyalitas instansi.
e. Tugas pekerjaan yang sifatnya menarik dan merupakan pekerjaan yang
memberikan pelayanan yang terbaik.
f. Cara pendisiplinan yang manusiawi merupakan suatu aturan yang telah
menghargai Sumber Daya Manusia.
2. Budaya Organisasi, Organisasi Budaya dilihat diri aspek perilaku, sedangkan
Teori organisasi dilihat dari aspek sekelompok individu yang berkerjasama
untuk mencapai tujuan, atau organisasi sebagai wadah tempat individu
bekerjasama secara rasional dan sistematis untuk mencapai tujuan.
Indikatornya adalah:
a. Inisiatif, mempunyai ide sendiri.
b. Toleransi terhadap tindakan beresiko, menghargai satu sama lain jika ada
suatu permasalahan.
c. Kejelasan arah organisasi, arti menetapkan arah dan kualitas untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
d. Integrasi, suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi
sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
e. Dukungan dari manajemen, mendapat dukungan dari pihak manajemen.
f. Kontrol, pengawasan dari pimpinan kepada pegawai dalam melaksanakan
tugasnya.
g. Identitas, jati diri yang ada pada pegawai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
h. Sistem imbalan, memberikan upah.
i. Toleransi terhadap konflik, menghargai satu sama lain dalam menyelesaikan
masalah..
j. Komunikasi, saluran untuk menyampaikan sebuah pesan.
3. Kinerja, hasil kerja pegawai dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan
penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan pegawai dalam periode
tertentu. Indikatornya yaitu: 1) kinerja baik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal (pribadi), terdiri dari kemampuan tinggi dan kerja keras,
sedangkan faktor eksternal (lingkungan) terdiri dari pekerjaan mudah, nasib
baik, bantuan dari rekan-rekan, pemimpin yang baik. 2) Kinerja buruk
dipengaruhi dua faktor yaitu faktor internal (pribadi) terdiri dari kemampuan
rendah, upaya sedikit, sedangkan faktor eksternal (lingkungan) terdiri dari
pekerjaan sulit, nasib buruk, rekan-rekan kerja tidak produktif, pemimpin yang
tidak simpati.
D. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2002) hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data terkumpul. Sedangkan Sugiyono (2001: 1) menyatakan
bahwa “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban belum menggunakan fakta”.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diuraikan bahwa hipotesis
merupakan dugaan yang mungkin benar dan mungkin salah. Hipotesis akan
ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.
Penerimaan dan pendekatan hipotesis tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan
atau pengujian terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan.
Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
l. Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja dan budaya organisasi
secara simultan terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Surakarta.
2. Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja dan budaya organisasi
secara parsial terhadap kinerja pegawai di Kantor Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat menunjukkan hal penting dalam suatu penelitian, sebab di tempat
penelitian inilah diperoleh data, informasi, keterangan dan hal-hal yang diperlukan
sehubungan dengan kepentingan penelitian. Dalam penelitian ini mengambil
lokasi di Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai penulisan
laporan penelitian yang direncanakan dari bulan Pebruari 2011 sampai dengan Juli
2011.
B. Metode Penelitian
Suatu penelitian ilmiah tidak bisa lepas dari metode penelitian. Menurut
Winarno Surakhmad (2004: 131) ”Metode merupakan cara utama yang digunakan
untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis yang
mempergunakan teknik serta cara-cara tertentu”. Metode ini dikatakan baik
apabila metode tersebut sesuai dengan kemampuan peneliti dan juga sesuai
dengan situasi dan kondisi peneliti.
Menurut Sugiono (2002: 1)“Metode penelitian merupakan cara ilmiah
yang digunakan untuk mendapatkan data objektif, valid dan reliabel dengan tujuan
dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan, sehingga
dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa metode
penelitian adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan
dengan suatu metode ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Winarno Surakhmad (2004: 131) menyebutkan tiga jenis metode
penelitian penelitian yaitu:“1. metode historis, 2. metode deskriptif, 3. metode
eksperimental”.
Di dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif. Di dalam
suatu penelitian, ditujukan untuk membuat deskripsi atau gambaran yang
sistematis, akurat dan faktual mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara
fenomena yang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Syaodih (2009: 18)
yang menyatakan bahwa, ”Dalam penelitian deskriptif dapat digunakan
pendekatan kuantitatif, pengumpulan dan pengukuraan data yang berbentuk
angka-angka, atau pendekatan kualitatif, penggambaran keadaan secara naratif
kualitatif “.
Adapun ciri-ciri umum penelitian deskriptif menurut Winarno
Surakhmad (2004: 140) adalah “Menempatkan diri pada pemecahan masalah yang
ada pada masalah sekarang dan bersifat aktual, Data yang dikumpulkan mula-
mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis”.
Berdasarkan keterangan di atas, maka peneliti menggunakan metode
deskriptif dengan alasan sebagai berikut:
1) Penempatan diri pada pemecahan masalah sekarang yang bersifat aktual
2) Penelitian ini menggunakan tahapan yang sistematis dengan cara
mengumpulkan data, menganalisis dan menginprestasikan
3) Menjelaskan setiap langkah penyelidikan deskriptif dengan teliti dan terperinci
4) Menjelaskan prosedur pengumpulan data sebagian besar dengan menggunakan
angket dan dokumentasi
Jenis metode deskriptif menurut Winarno Surakhmad (2004: 141) antara
lain:“a) Teknik survey, b) Studi kasus, c) Studi komparatif, d) Studi waktu dan
gerak, e) Analisa tingkah laku, f) Analisa kuantitatif, g) Studi operasional”. Dalam
penelitian ini menitik beratkan pada studi kasus yaitu motivasi kerja dan budaya
organisasi serta subyek yang diselidiki terdiri dari satu kesatuan unit yaitu
pegawai di Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
C. Populasi
Suharsimi Arikunto (2002: 108) menjelaskan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan individu yang menjadi subyek penelitian”. Populasi dalam penelitian
ini adalah pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Tahun 2011, sebesar
106 pegawai, dan dalam penelitian ini seluruh jumlah populasi dijadikan sebagai
sumber data penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2006) menyatakan bahwa teknik pengumpulan
data adalah bagaimana peneliti menemukan metode setepat-tepatnya untuk memperoleh
data kemudian disusul dengan alat pembantunya yaitu instrumen. Teknik pengumpulan
data dalam suatu penelitian harus tepat karena akan berpengaruh terhadap hasil
penelitian. Dalam sebuah penelitian diperlukan data yang obyektif karena data merupakan
suatu hal yang sangat mendasar yang akan menentukan hasil penelitian. Apabila keliru
dalam meneliti teknik pengumpulan datanya maka mengakibatkan hasil penelitian tidak
tepat.
1. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Sebelum menginjak pada bagaimana peneliti memperoleh data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian, peneliti harus menentukan jenis data terlebih dahulu.
Dalam setiap penelitian, jenis data yang dibutuhkan sangat tergantung pada tujuan
penelitiannya.
Menurut Duwi Priyatno (2008) mengelompokkan jenis data menjadi dua,
yang pertama adalah data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk bukan
angka, tetapi berbentuk kata, kalimat, gambar atau bagan. Data yang kedua adalah
data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan jenis data kualitatif yang dikuantitatifkan.
b. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2002) mengatakan bahwa sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Penelitian tidak mungkin
diselenggarakan di sembarang tempat, melainkan di tempat yang sudah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Menurut Sugiyono (2009: 137) mengatakan bahwa “Data primer adalah data yang
langsung diberikan kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder adalah data yang
tidak langsung diberikan kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumentasi”. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari konsumen selaku
responden melalui daftar pertanyaan yang berupa angket, untuk memperoleh data
mengenai loyalitas konsumen atas tangible aspect yang ditampilkan oleh J.CO Donnuts
& Coffe Solo Square. Data sekunder diperoleh dari J.CO Donnuts & Coffe Solo Square
berupa dokumen-dokumen mengenai J.CO Donnuts & Coffe.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Angket
Pengertian angket menurut Nana Syaodih (2009: 219) adalah “Suatu
teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak
langsung bertanya jawab dengan responden)”.
Menurut Uma Sekaran (2003: 191) jawaban setiap instrumen yang
menggunakan data likert mempunyai gradasi penilaian sebagai berikut:
1) Sangat setuju
2) Setuju
3) Ragu-ragu
4) Tidak setuju
5) Sangat tidak setuju
Dalam penyusunan angket ini alternatif jawaban ragu-ragu dapat
dihilangkan karena alternatif jawaban tersebut mempunyai arti ganda dan dapat
menimbulkan kecenderungan responden untuk memilih alternatif jawaban
tersebut. Hal ini sesuai pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 204) yang
menyatakan bahwa:
Jika pembaca berpendapat bahwa ada kelemahan lima alternatif, karena
responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah(karena dirasa
paling aman dan paling gampang karena hampir tidak berpikir) dan alasan
itu memang ada benarnya. Maka memang disarankan alternatif pilihannya
hanya empat saja. Alternatif “Sangat Setuju” dan “Setuju” ada di posisi
kubu awal (atau akhir) sedang dua pilihan lain yaitu “Tidak Setuju” dan
“Sangat Tidak Setuju” di sisi kubu akhir (atau awal). Dalam hal ini
dapat kita pahami karena ”Sangat Setuju” dan “Setuju” sebetulnya berada
pada sisi”Setuju”, tetapi dengan gradasi yang menyangatkan. Demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
juga dengan pilihan “Sangat Tidak Setuju” yang pada dasarnya adalah
“Tidak Setuju”.
Berdasarkan pendapat di atas maka setiap instrumen mempunyai
empat alternatif jawaban. Pengukuran variabel motivasi kerja, budaya
organisasi dan kinerja digunakan model skala likert dengan operasional
pengukurannya sebagai berikut :
a) Sangat setuju diberi bobot : 4
b) Setuju diberi bobot : 3
c) Tidak setuju diberi bobot : 2
d) Sangat tidak setuju diberi bobot : 1
b. Uji Coba Angket
Perlu diadakan uji coba item (try out) sebelum angket disebarkan
kepada responden yang sebenarnya, sehingga dapat diketahui tingkat validitas
dan reliabilitas dari angket tersebut. Uji coba angket ini dilakukan terhadap
pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta dengan jumlah 30
pegawai selain yang dijadikan sampel.
Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan cukup tinggi
kesahihannya, maka angket yang akan digunakan perlu diuji terlebih dahulu
menggunakan uji validitas dan realibilitas.
1) Uji Validitas
Menurut Imam Ghozali (2006: 45) “Uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut”. Jadi, validitas ingin mengukur
apakah pertanyaan dalam kuesioner yang kita buat betul-betul dapat
mengukur apa yang hendak kita ukur.
Untuk mengukur ketepatan butir-butir pertanyaan tersebut dalam
penelitian ini digunakan teknik uji validitas dengan program SPSS dengan
metode korelasi Produk Momen Pearson (Bivariate Person). Menurut Imam
Ghozali (2006: 45), kriteria pengujian validitas adalah “Jika r hitung lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
besar dari r table dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator
tersebut dinyatakan valid”.
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah “Alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu” ( Imam Ghozali, 2006).
Menurut Imam Ghozali (2006) pengukuran reliabilitas dapat
dilakukan dengan One Shoot atau pengukuran sekali saja ialah Disini
pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk
mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk
atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.
3. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 158) “ Dokumentasi, berasal kata
dokumen artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode ini dapat
dilakukan dengan meneliti benda-benda tertulis seperti buku, majalah, surat kabar,
notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengolah data hasil penelitian. Ada dua cara analisis data dalam suatu penelitian
yaitu teknik statistik dan teknik non statistik. Dalam penelitian ini menggunakan
teknik statistik karena data yang diambil peneliti merupakan data kuantitaif,
sedangkan analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier ganda.
Menurut Sugiyono (2002: 250) menyatakan “Analisis regresi ganda digunakan
oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik
turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya)”. Jadi analisis
regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2.
Ada pun beberapa persyaratan yang harus diuji kebenarannya sebelum
melakukan analisis data adalah:
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Menurut Imam
Ghozali (2006: 91-92) “Uji Multikolinearitas dapat juga dilihat dari 1) nilai
toleransi dan lawannya, 2) variance inflation factor (VIF) “. Kedua yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana
setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) diregres
terhadap variabilitas variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/Tolerance). Nilai cutoff
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai
Tolerance< 0,10 atau sama dengan nilai VIF>10. Setiap peneliti harus
menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai missal
nilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95.
b. Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji suatu model apakah antara
variabel penganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi.
Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat
digunakan pendekatan D-W (Durbin Watson). Menurut Singgih Santoso (2001:
34) kriteria autokorelasi ada 3, yaitu:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada
autokorelasi
3) Angka D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel
pengganggu dalam persamaan regresi mempunyai varian yang sama atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Untuk mengetahui terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara
Regression Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted
Value. Menurut Singgih Santoso (2001: 210) menetapkan dasar pengambilan
keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah:
1) “Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit) maka diindikasikan terdapat masalah
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y,maka diindikasikan tidak terdapat
masalah heteroskedatisitas”.
d. Normalitas
Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data akan dianalisis
berbentuk sebaran normal atau tidak. Dalam penelitian ini, data untuk setiap
variabel diuji normalitasnya. Deteksi normalitas dapat diketahui dengan
melihat penyebaran data pada sumbu diagonal pada suatu grafik. Menurut
Singgih Santoso (2001: 8) menetapkan dasar pengambilan keputusan yang
digunakan sebagai berikut: ”1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas”.
e. Linearitas
Digunakan untuk menguji linier tidaknya data yang dianalisis, maka uji
linearitas menurut Sudjana MA (1999: 330-337) adalah sebagai berikut :
Jika Fhitung > Ftabel, Ho ditolak maka tidak linier
Jika Fhitung < Ftabel, Ho diterima maka linier
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Uji Hipotesis
a. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linier Ganda
Analisis Regresi Linier Berganda adalah hubungan secara linier antara
dua atau lebih variabel independen (X1, X2,…Xn) dengan variabel dependen
(Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negative dan untuk memprediksi niali dari variabel
dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Persamaan regresi linear bergandanya dituliskan:
Y= a+b1X1+b2X2
Keterangan :
Y = Kinerja
X1= Motivasi kerja
X2= Budaya Organisasi
a = Bilangan konstanta
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
(Duwi Priyatno,2008:73))
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui variabel bebas secara bersama-
sama mempunyai berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Atau
untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
variabel terikat atau tidak. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat
berlaku untuk populasi. Tingkat signifikansi menggunakan a= 5% atau 0,05
(Duwi Priyatno, 2008: 82)
Hasil uji F dilihat dalam table ANOVA dalam kolom sig, jika
probabilitas <0,05 maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan model regresi
bisa dipakai untuk memprediksi variabel terikat. Atau jika nilai signifikansi >
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara
variabel bebas terhadap variabel terikat.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel.
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom sig (significance).
Jika probabilitas nilai t atau signifikansi <0,05, maka dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Atau jika
probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat.
d. Koefisien Determinasi (R Square)
Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau presentase total
variasi dalam variabel terikat yang diterangkan variabel bebas secara bersama-
sama. Menggunakan R Square karena dalam regresi ini menggunakan dua
variabel bebas.
Hasil perhitungan R Square dapat dilihat pada output Model
Summary. Pada kolom R Square dapat diketahui berapa prosentase yang dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Sisanya
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Motivasi Kerja dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Surakarta Tahun 2011” ini menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel
terikat. Dua variabel bebas tersebut yaitu motivasi kerja dan budaya organisasi.
Satu variabel terikatnya adalah kinerja. Berdasarkan data induk penyebaran
penelitian angket kepada pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga tahun
2011. Berdasarkan data induk penelitian penyebaran angket kepada pegawai
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, maka deskripsi data motivasi kerja (X1),
variabel budaya organisasi (X2) dan variabel kinerja (Y), diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 1. Deskripsi Data Variabel Motivasi Kerja, Budaya Organisasi dan Kinerja
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Motivasi Kerja (X1) 106 27 40 35.55 4.825
Budaya Organisasi
(X2)
106 23 32 29.33 2.861
Kinerja (Y 106 13 24 20.77 2.977
Valid N (listwise) 106
Sumber: Data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan deskripsi data di atas menunjukkan jumlah pengamatan
dalam penelitian ini adalah 106 pegawai dari populasi yang berjumlah 106
pegawai dengan dasar tabel penentuan jumlah populasi dengan taraf kesalahan
5%. Berdasarkan deskripsi data di atas dapat diketahui skor variabel motivasi
kerja, diperoleh skor minimum 27, skor maksimum 40, skor rata–rata 35,55 dan
standar deviasi 4,825 . Untuk variabel budaya organisasi skor minimum 23, skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
maksimum 32, skor rata – rata 29,33 dan standar deviasi 2, 861. Sedangkan untuk
variabel kinerja diperoleh skor minimum 13, skor maksimum 24, skor rata-rata
20,77 dan standar deviasi 2,977.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data yang akan digunakan untuk
analisis statistik dengan teknik regresi ganda harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Uji Multilkolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Menurut Imam
Ghozali Uji Multikolinearitas dapat juga dilihat dari 1) nilai toleransi dan
lawannya, 2) variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau
sama dengan nilai VIF>10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas
yang masih dapat ditolerir.
Tabel 2. Uji Multikolinieritas
Coeficients
a. Dependent variable : Kinerja
Sumber : Data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan uji multikolinieritas dapat disimpulkan bahwa nilai
tolerance kedua variabel bebas lebih dari 0,1 dan mendekati 1. Sedangkan nilai
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Motivasi
Kerja (x1)
.532 1.881
Budaya
Organisasi
(x2)
.532 1.881
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
VIF berada disekitar angka 1. Maka dapat dikatakan tidak ada hubungan antar
variabel atau bebas dari masalah multikolinieritas.
2. Uji Autokorelasi
Uji Autokolerasi untuk menguji suatu model apakah antara variabel
penganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi. Menurut Singgih
Santoso (2001) digunakan pendekatan D-W (Durbin Watson) kriteria autokorelasi
ada 3, yaitu:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada
autokorelasi
3) Angka D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini bisa dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 3. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .909a .826 .822 1.255 1.727
a. Predictors: (Constant), x2, x1
b. Dependent Variable: y
Sumber: Data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan uji autokorelasi di atas diperoleh hasil angka D-W sebesar
1,727. Nilai D-W terletak diantara -2 sampai 2 (-2 < 1,727 < 2), dengan demikian
model regresi terbebas dari masalah autokorelasi.
3. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pengamatan lain. Hasil pengujian heteroskedastisistas dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut:
Sumber: Data primer yang diolah (2011)
Gambar 1. Scatterplot Regression Standardized Residual
Berdasarkan gambar di atas, terlihat titik menyebar secara acak, tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
4. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Deteksi normalitas dapat di ketahui dengan melihat penyebaran data pada
sumbu diagonal pada suatu grafik. Penetapan dasar pengambilan keputusan yang
digunakan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Sumber: Data primer yang diolah (2011)
Gambar 2. Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
Gambar di atas menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
5. Uji Linearitas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Hasil uji linearitas dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Motivasi Kerja (X1) dengan Kinerja (Y)
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 3. Plot Motivasi Kerja (X1) dengan Kinerja (Y)
Berdasarkan plot antara variabel motivasi kerja (X1) dengan variabel
kinerja (Y) di atas dapat dilihat bahwa plot menggambarkan garis lurus, maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi linieritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b. Budaya Organisasi (X2) dengan Kinerja (Y)
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 4. Plot Budaya Organisasi (X2) dengan Kinerja (Y)
Berdasarkan plot antara variabel budaya organisasi (X2) dengan variabel
kinerja (Y) di atas dapat dilihat bahwa plot menggambarkan garis lurus, maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi linieritas.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan
yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis akan diterima apabila
hasil penelitian dapat mendukung pernyataan hipotesis dan sebaliknya akan
ditolak apabila hasil penelitian tidak mendukung pernyataan hipotesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1. Analisis Regresi Ganda
Setelah diolah dengan menggunakan software SPSS 17.0 for windows
diperoleh nilai koefisien regresi sebagai berikut:
Tabel 4. Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -6.652 1.263 -5.268 .000
Motivasi
Kerja (x1)
.155 .035 .251 4.456 .000
Budaya
Organisasi
(x2)
.747 .059 .718 12.726 .000
a. Dependent variable: Kinerja (y)
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan tabel coefficients di atas, maka persamaan regresi yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Y = -6,652 + 0,155X1 + 0,747 X2
Keterangan
Y : Kinerja
X1 : Motivasi Kerja
X2 : Budaya Organisasi
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
a. Konstanta / intersep sebesar -6,652 secara matematis menyatakan bahwa jika
nilai variabel bebas X1, X2, nol maka nilai Y adalah -6,652. Hal ini berarti
jika tidak ada variabel motivasi kerja dan budaya organisasi pada pegawai
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta, maka kinerja pegawai
sejumlah -6,652 unit. Nilai intersep yang menunjukkan angka negatif dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
penelitian tidaklah menunjukkan suatu masalah dalam kinerja pegawai Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta. Damodar Gujarati (2006)
mengatakan bahwa nilai intersep tidak selalu berarti karena seringkali
jangkauan nilai variabel bebas tidak memasukkan nol sebagai salah satu nilai
yang diamati.
b. Koefisien regresi variabel motivasi kerja (X1) sebesar 0,155 artinya motivasi
kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel kinerja. Sedangkan
koefisien 0,155 berarti bahwa peningkatan satu variabel motivasi kerja dengan
asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan kenaikan kinerja para
pegawai sebesar 0,155.
c. Koefisien regresi variabel budaya organisasi (X2) sebesar 0,747 artinya
budaya organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel kinerja.
Sedangkan koefisien 0,747 berarti bahwa peningkatan satu variabel budaya
organisasi dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan
kenaikan kinerja para pegawai sebesar 0,747.
2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui variabel bebas secara bersama-sama
mempunyai berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
a. Hipotesis
Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel motivasi kerja
dan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta.
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel motivasi kerja dan
budaya organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta.
b. Kriteria Pengujian
Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05
Ho diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Nilai Probabilitas
Tabel 5. ANOVA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 768.369 2 384.185 243.969 .000a
Residual 162.197 103 1.575
Total 930.566 105
a. Predictors: (Constant), motivasi kerja, budaya organisasi
b. Dependent Variable: kinerja
Berdasarkan tabel ANOVA di atas bisa dilihat bahwa nilai probabilitas
dalam kolom Sig. adalah 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Maka bisa
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel motivasi kerja (X1), dan budaya organisasi (X2), secara bersama-
sama terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta
(Y).
3. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel.
a. Hipotesis
Ho : tidak ada pengaruh antara variabel bebas (motivasi kerja dan budaya
organisasi) secara parsial terhadap variabel terikat (kinerja pegawai).
Ha : ada pengaruh antara variabel bebas (motivasi kerja dan budaya
organisasi secara parsial terhadap variabel terikat (kinerja pegawai).
b. Kriteria Pengujian
Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05
Ho diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Nilai Probabilitas
Tabel 6. Coefficients
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -6.652 1.263 -5.268 .000
Motivasi
Kerja
.155 .035 .251 4.456 .000
Budaya
Organisasi
.747 .059 .718 12.726 .000
a.Dependendent variable : Kinerja
Sumber : Data Primer yang diolah (2011)
Berdasarkan tabel coefficients di atas bisa dilihat bahwa:
1) Nilai probabilitas Motivasi kerja (X1) adalah 0,000. Nilai
probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, sehingga terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel Motivasi kerja
(X1) terhadap variabel kinerja pegawai (Y).
2) Nilai probabilitas proses yang terkait dengan budaya organisasi
(X2) adalah 0,000. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 maka Ho
ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara
budaya organisasi (X2) terhadap variabel kinerja pegawai (Y).
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi terletak pada tabel model summary b dan untuk
analisis regresi tertulis Adjusted R Square. Nilai koefisien determinasi(Adjusted R
Square) sebesar 0,822, sehingga dapat diartikan bahwa 0,822 kinerja dipengaruhi
oleh motivasi kerja, dan budaya organisasi. Sedangkan sisanya sebesar 17,8%
(100%-82,2%) dipengaruhi faktor lain selain faktor yang diteliti dalam penelitian
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
A. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Penafsiran Pengujian Hipotesis
Berdasarkan analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan garis
regresi Y= - 6,652+ 0,155 X1 + 0,747 X2. Konstanta / intersep sebesar -6,652
secara matematis menyatakan bahwa jika tidak ada variabel motivasi kerja dan
budaya organisasi pada pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Surakarta, maka kinerja pegawai sejumlah -6,652 unit. Nilai intersep yang
menunjukkan angka negatif dalam penelitian tidaklah menunjukkan suatu masalah
dalam kinerja pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta.
Damodar Gujarati (2006) mengatakan bahwa nilai intersep tidak selalu berarti
karena seringkali jangkauan nilai variabel bebas tidak memasukkan nol sebagai
salah satu nilai yang diamati.
Persamaan garis tersebut berfungsi sebagai pedoman untuk melakukan
prediksi terhadap perubahan variabel dependen yaitu kinerja yang dipengaruhi
variabel independen yaitu motivasi kerja dan budaya organisasi. Nilai koefisien
motivasi kerja (X1) menunjukkan nilai positif sebesar 0,155 berarti bahwa
peningkatan satu variabel motivasi kerja dengan asumsi variabel bebas lain
konstan akan menyebabkan kenaikan kinerja para pegawai sebesar 0,155. Nilai
koefisien budaya organisasi (X2) menunjukkan nilai positif sebesar 0,747 berarti
bahwa peningkatan satu variabel budaya organisasi dengan asumsi variabel bebas
lain konstan akan menyebabkan kenaikan kinerja para pegawai sebesar 0,747.
Nilai koefisien seluruh variabel independen positif diartikan bahwa seluruh
variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen, peningkatan
variabel independen akan meningkatkan variabel dependen dan begitu sebaliknya.
Untuk menguji persamaan garis tersebut berarti atau tidak digunakan uji F sebagai
alat prediksi. Berdasarkan perhitungan diperoleh:
a. Pengaruh Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi Secara Bersama-sama
Terhadap Kinerja Pegawai
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji F, nilai probabilitas pada
kolom sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian membuktikan
bahwa variabel motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta. Bentuk pengaruh dari motivasi
kerja dan budaya organisasi dapat digambarkan dengan persamaan regresi yang
diperoleh nilai koefisien regresi yang bertanda positif, hal tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap
kinerja pada pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta adalah
pengaruh positif. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa jika variabel
motivasi kerja dan budaya organisasi ditingkatkan satu unit, maka akan diikuti
dengan meningkatnya kinerja, dan sebaliknya apabila variabel motivasi kerja
dan budaya organisasi menurun satu unit maka akan diikuti dengan
menurunnya kinerja pegawai. Dengan demikian agar kinerja para pegawai
lebih meningkat, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pimpinan
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta dengan meningkatkan
kinerja pegawai.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Faustino Cardoso Gomes
(2003) yang menyatakan bahwa motivasi kerja memegang peranan penting
dalam kinerja pegawai menyertai pelayanan tersebut untuk menilai kualitas
pelayanan instansi.
b. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
Berdasarkan hasil analisis uji t terbukti bahwa ada pengaruh yang
signifikan dari variabel motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga dengan nilai sig lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti motivasi kerja tingkat signifikansi 5% berpengaruh pada kinerja
pegawai.
Koefisien regresi untuk variabel motivasi kerja menunjukkan nilai
positif. Artinya motivasi kerja memberikan pengaruh positif terhadap kinerja
pegawai. Peningkatan unit dari variabel motivasi kerja akan menyebabkan
kenaikan kinerja pegawai. Sebaliknya menurunnya motivasi kerja akan
menyebabkan penurunan kinerja pegawai. Motivasi kerja dengan
memperhatikan toleransi yang baik berpengaruh terhadap meningkatnya
kinerja pegawai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Berdasarkan hasil analisis uji t terbukti bahwa ada pengaruh yang
signifikan dari variabel budaya organisasi terhadap kinerja pegawai Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga dengan nilai sig lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti budaya organisasi tingkat signifikansi 5% berpengaruh pada kinerja
pegawai.
Koefisien regresi untuk variabel budaya organisasi menunjukkan nilai
positif. Artinya budaya organisasi memberikan pengaruh positif terhadap
kinerja pegawai. Peningkatan unit dari variabel budaya organisasi akan
menyebabkan kenaikan kinerja pegawai. Sebaliknya menurunnya budaya
organisasi akan menyebabkan penurunan kinerja pegawai. Budaya Organisasi
dengan memperhatikan toleransi yang baik berpengaruh terhadap
meningkatnya kinerja pegawai.
2. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data untuk menguji hipotesis, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara variabel motivasi kerja dan
budaya organisasi secara simultan terhadap variabel kinerja pegawai Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta (Y).
b. Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara variabel motivasi kerja
dan budaya organisasi secara parsial terhadap variabel kinerja pegawai Dinas
Pemuda dan Olahraga Surakarta (Y).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surkarta Tahun 2011 diukur dengan
menggunakan dua variabel bebas yaitu motivasi kerja dan budaya organisasi dan
menggunakan satu variabel terikat yaitu kinerja pegawai.
Untuk variabel motivasi kerja (X1) diwakili oleh indikator berupa
kondisi kerja yang baik, pemberian penghargaan, pengakuan atas prestasi. Untuk
variabel budaya organisasi (X2) diwakili oleh indikator berupa toleransi terhadap
tindakan beresiko, toleransi terhadap konflik. Untuk variabel kinerja pegawai (Y)
digunakan indikator berupa peraturan pegawai, kerjasama, penguasaan pekerjaan,
dan komunikasi.
Melalui uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda
dihasilkan bahwa variabel motivasi kerja dan budaya organisasi memiliki
pengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja pegawai.
1. Hasil perhitungan menggunakan uji F diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,000; karena nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak,
sehingga hipotesis pertama penelitian yang menyatakan “terdapat pengaruh
secara signifikan antara motivasi kerja dan budaya organisasi secara bersama-
sama terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Surakarta” diterima atau terbukti kebenarannya.
2. Hasil perhitungan menggunakan uji t diperoleh nilai probabilitas kedua
variabel bebas adalah sebesar 0,000; karena nilai probabilitas ini lebih kecil
dari 0,05 maka Ho ditolak, dengan demikian hipotesis penelitian yang
menyatakan “variabel motivasi kerja (X1), dan budaya organisasi (X2)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai di lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Dinas Pendidikan dan Olahraga Surakarta” diterima atau terbukti
kebenarannya.
3. Persamaan garis regresi Y = -6,652 + 0,155 X1 + 0,747 X2 . Konstanta /
intersep sebesar -6,652 secara matematis menyatakan bahwa jika nilai
variabel bebas X1, X2, nol maka nilai Y adalah -6,652. Dalam persamaan
regresi diperoleh koefisien regresi untuk masing-masing variabel adalah
motivasi kerja = 0,155; dan budaya organisasi = 0,747. Nilai koefisien
regresi terbesar adalah 0,747 yaitu untuk variabel budaya organisasi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel bebas, yang memiliki pengaruh
terbesar terhadap variabel kinerja pegawai (Y) yaitu variabel budaya
organisasi (X2).
B. Implikasi
Implikasi yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Motivasi kerja para pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Surakarta Tahun 2011 yang berupa kondisi kerja yang baik, pemberian
penghargaan sesuai dengan prestasi para pegawai berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta
Tahun 2011. Dari dua indikator dapat disimpulkan untuk indikator pertama
bahwa pegawai mendapat fasilitas kerja yang memadai, sehingga pegawai
dapat mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu, selain itu penempatan
peralatan kerja di tempat bekerja memberi rasa nyaman pada saat pegawai
bekerja. Indikator kedua diadakan promosi jabatan pada pegawai atas dasar
prestasi kerja dan masa kerja pegawai. Pegawai yang memiliki kinerja dan
prestasi yang bagus bisa mendapatkan promosi dan jabatan yang lebih tinggi
di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga di Surakarta Tahun 2011.
2. Budaya organisasi di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta
Tahun 2011 yaitu berupa toleransi terhadap tindakan beresiko, toleransi
terhadap konflik, dan inisiatif para pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Olahraga Surakarta Tahun 2011 berpengaruh signifikan terhadap kinerja
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta. Dari tiga indikator dapat
disimpulkan untuk indikator pertama bahwa adanya jaminan kesehatan
berupa ASKES bagi pegawai dan keluarganya, sehingga pegawai merasa ada
perhatian dari instansi. Selain itu, adanya fasilitas simpan pinjam bagi para
pegawai di koperasi pegawai. Indikator kedua disimpulkan bahwa manajemen
dapat membina hubungan yang harmonis antara pegawai dan pimpinan
sendiri. Indikator ketiga diberi kebebasan untuk berinisiatif dalam
mengembangkan setiap ide, pendapat ataupun masukan untuk
mengembangkan kualitas pegawai dan peningkatan kinerja. Selain itu, para
pegawai juga diberikan sanksi bagi yang terlambat masuk kerja supaya para
pegawai tetap memiliki kinerja yang berkualitas di Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Surakarta Tahun 2011.
C. Saran
Setelah menyimpulkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran-saran
kepada Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga Surakarta sebagai berikut:
1. Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja pegawai terhadap kinerja
pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa manajemen telah memberikan upaya yang efektif
terhadap motivasi para pegawainya berupa pemberian kondisi kerja yang baik
dan pemberian penghargaan bagi pegawai yang berprestasi. Sehingga
manajemen khususnya pimpinan pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Surakarta harus terus mempertahankan kondisi tersebut misalnya
dengan mengadakan program-program penghargaan, promosi jabatan bagi
para pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta yang
menunjukkan prestasi kerja. Manajemen pun diharapkan dapat terus
mempertahankan kondisi kerja bagi para pegawai yang telah tercipta baik,
bahkan akan lebih baik lagi manajemen meningkatkan suasana kondisi kerja
pegawai menjadi lebih baik lagi. Hal-hal tersebut diharapkan dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
oleh manajemen untuk tetap mempertahankan bahkan dapat lebih
meningkatkan kinerja pegawai yang telah tercipta dengan baik.
2. Budaya organisasi berupa toleransi terhadap tindakan beresiko, toleransi
terhadap konflik, dan inisiatif para pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Surakarta telah memberikan pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta.
Berdasarkan hasil tersebut hendaknya manajemen khususnya pimpinan Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta mempertahankan program-
program yang menunjang toleransi terhadap tindakan beresiko seperti dengan
mempertahankan program pemberian ASKES bagi pegawai yang sedang
sakit. Pimpinan diharapkan juga dapat terus mempertahankan toleransi
terhadap konflik di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta
menjaga hubungan harmonis antara para pegawai dan juga pimpinan sendiri.
Kebebasan berinisiatif, mengeluarkan atau memberikan pendapat bagi para
pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta harus tetap
dijaga. Hal-hal tersebut harus tetap dipertahankan oleh para pimpinan karena
dengan budaya organisasi yang tercipta baik telah memberikan dampak yang
baik pula bagi kinerja pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Surakarta.
3. Berdasarkan hasil angket yang dibagikan kepada responden, diketahui bahwa
skor untuk instrumen pembentukan team work yang kompak dalam
melaksanakan pekerjaannya memiliki jumlah yang paling kecil dibandingkan
dengan seluruh instrumen variabel bebas yang digunakan dalam penelitian.
Saran dari penulis adalah untuk meningkatkan pembentukan team work yang
kompak dalam melaksanakan pekerjaannya dapat diadakan pertemuan rutin
untuk seluruh pegawai setiap misalnya satu minggu sekali untuk
mendiskusikan pekerjaan, permasalahan, yang dihadapi dalam pekerjaan
untuk saling berbagi pengalaman. Sehingga pertemuan tersebut dapat
meningkatkan pemmbentukan team work yang kompak dalam melaksanakan
pekerjaan para pegawai dalam bekerja.