perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penerapan teknik ...... · kelas xi bahasa sma negeri 2...
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN TEKNIK PEER-CORRECTION
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH
PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
MARIA ULFAH
K1208008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
September 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN TEKNIK PEER-CORRECTION
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH
PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
MARIA ULFAH
K1208008
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
September 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Maria Ulfah. K1208008. PENERAPAN TEKNIK PEER-CORRECTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. September 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo dengan menerapkan teknik peer-correction; dan (2) kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo dengan menerapkan teknik peer-correction.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri atas kegiatan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo yang berjumlah 27 siswa dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI Bahasa. Objek penelitian adalah pembelajaran menulis karya ilmiah. Sumber data berasal dari: (1) peristiwa, yaitu kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo; (2) informan, yaitu guru bahasa Indonesia kelas XI Bahasa dan beberapa orang siswa kelas XI Bahasa; dan (3) dokumen, antara lain catatan observasi selama proses pembelajaran, hasil tes siswa berupa tulisan ilmiah, daftar nilai yang berupa nilai proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), catatan hasil wawancara yang ditranskrip, dan foto kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif yang mencakup analisis kritis terhadap kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran pada setiap siklus dan membandingkan hasil tindakan setiap siklus dengan indikator ketercapaian yang ditentukan sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Proses pembelajaran pada prasiklus bersifat teacher-oriented learning sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa rendah. Pada siklus I, keaktifan siswa dalam pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa meningkat meskipun belum optimal. Pelaksanaan siklus II menyebabkan keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat optimal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa menjadi baik sehingga mendukung suatu pembelajaran yang berkualitas.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo.
Kata Kunci: teknik peer-correction, kemampuan menulis karya ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Hidup adalah pemanfaatan kekuatan, bukan penyesalan kelemahan
(Mario Teguh)
Iman, pekerti yang baik, pendidikan, dan kerja keras adalah jalan keluar
yang menaikkan
(Mario Teguh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang senantiasa
menyejukkan batin Ananda dengan mutiara kasih dan
untaian nasihatnya sebagai pembangkit semangat dalam
belajar dan berjuang;
2. Sosok-sosok guru nan mulia dan figur-figur pendidik
berkarakter kuat dan cerdas yang jadi inspirasiku;
3. Sahabat sejatiku: Sri Endahwati, Anggalia Novika,
Yuni’ah, Ana Erlina, Diska Mega V.D., Annisa Aini,
Kurnia Ayu R., Ilham Ratih, dan Agnes Lina, terimakasih
atas curahan motivasi dan semangat dari kalian, juga
semua perjalanan manis bersama selama ini;
4. Bapak dan Ibu kost yang baik hati serta semua teman di
kost Sanggar Pangudi Luhur dan Prabu Indah Baru (Unik,
Nani, Nina, Mbak Lilis, Ila, Indah, dkk.) yang telah
mengukir senyum dan kenangan indah selama bersama
kalian; dan
5. Teman-teman seperjuangan Bastind angkatan 2008 yang
telah menemani perjalananku selama ini dan memberikan
warna-warni kehidupanku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dibuat dengan tujuan sebagai
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja
seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Atas
terselesaikannya skripsi ini, penulis meyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah,M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penulisan skripsi ini.
2. Dr.Muhammad Rohmadi,M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr.Kundaru Saddhono,S.S.,M.Hum., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini.
4. Drs.Amir Fuady,M.Hum. dan Dr.Nugraheni E.W.,S.S,M.Hum., sebagai
pembimbing skripsi I dan II yang senantiasa dengan sabar dan perhatian
membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Ibu dan Bapak Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah memberikan bekal ilmu kepada penulis.
6. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang bahasa dan sastra
Indonesia.
Surakarta, September 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 12
A. Kajian Teori ..................................................................................... 12
1. Hakikat Menulis ......................................................................... 12
2. Hakikat Karya Ilmiah ................................................................. 18
3. Bahasa dalam Penulisan Karya Ilmiah ....................................... 24
4. Kesalahan Berbahasa ................................................................... 27
5. Koreksi Kesalahan Berbahasa ..................................................... 30
6. Teknik Koreksi Kesalahan Bahasa dalam Pembelajaran Menulis 32
7. Feedback dalam Penerapan Teknik Peer-correction .................. 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Penilaian Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis ....... 44
B. Kerangka Berpikir ............................................................................ 53
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 56
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 56
B. Subjek Penelitian ............................................................................. 58
C. Data dan Sumber Data ..................................................................... 58
D. Pengumpulan Data ........................................................................... 59
E. Uji Validitas Data ............................................................................ 60
F. Analisis Data .................................................................................... 61
G. Indikator Kinerja Penelitian ............................................................. 61
H. Prosedur Penelitian ......................................................................... 62
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN .............................. 68
A. Deskripsi Pratindakan ...................................................................... 68
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ............................................. 80
1. Deskripsi Siklus I .......................................................................... 80
2. Deskripsi Siklus II ......................................................................... 98
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ....................................... 112
D. Pembahasan ...................................................................................... 126
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... 138
A. Simpulan .......................................................................................... 138
B. Implikasi .......................................................................................... 139
C. Saran ............................................................................................... 141
Daftar Pustaka ............................................................................................ 143
Lampiran ................................................................................................ 146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran ................................................................. 55
2. Grafik Nilai Rata-rata Proses Pembelajaran Antarsiklus ..................... 113
3. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan Siswa selama Apersepsi
pembelajaran......................................................................................... 112
4. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan dan Perhatian Siswa saat
Guru Menyampaikan Materi ................................................................ 115
5. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan dan Kesungguhan Siswa
dalam Melakukan Peer-correction ....................................................... 116
6. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Minat dan Motivasi Siswa dalam
Mengikuti Pembelajaran ....................................................................... 117
7. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Isi pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa ...... 118
8. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Organisasi pada Isi Hasil Tulisan
Ilmiah Siswa ......................................................................................... 119
9. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Kosakata pada Isi Hasil Tulisan Ilmiah
Siswa ................................................................................................ 120
10. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Pengembangan Bahasa pada Isi Hasil
Tulisan Ilmiah Siswa ............................................................................ 121
11. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Mekanik pada Isi Hasil Tulisan Ilmiah
Siswa ................................................................................................ 122
12. Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah
Antarsiklus ............................................................................................ 123
13. Grafik nilai Rata-rata Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Karya
Ilmiah Antarsiklus ................................................................................ 125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penilaian Proses Pembelajaran ............................................................. 45
2. Model Penilaian Menulis Skala Interval .............................................. 51
3. Rincian Jadwal Penelitian..................................................................... 57
4. Indikator Kinerja Penelitian ................................................................. 62
5. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI
Bahasa pada Kondisi Awal ................................................................... 72
6. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI
Bahasa pada Kondisi Awal ................................................................... 75
7. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI
Bahasa pada Siklus I ............................................................................. 94
8. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI
Bahasa pada Siklus I ............................................................................. 95
9. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI
Bahasa pada Siklus II ........................................................................... 110
10. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI
Bahasa pada Siklus II ........................................................................... 111
11. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI
Bahasa Antarsiklus ............................................................................... 112
12. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI
Bahasa Antarsiklus ............................................................................... 124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia
Tingkat Sekolah Menengah Atas Kelas XI Program Bahasa Semester
2 147
2. Silabus Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah ......................................... 148
3. Lembar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah .......... 150
4. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa dalam
Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah..................................................... 151
5. Pedoman Wawancara terhadap Guru Bahasa Indonesia (Pratindakan) . 152
6. Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelas XI Bahasa (Pratindakan) ... 154
7. Pedoman Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia
(Pascatindakan) ...................................................................................... 155
8. Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelas XI Bahasa
(Pascatindakan) ...................................................................................... 156
9. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar .................................... 157
10. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa dalam
Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah...................................................... 159
11. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia
Kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo ................................................... 161
12. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa Pra-tindakan ......... 168
13. Catatan Lapangan (Fieldnote) Hasil Observasi Pra-tindakan
Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah...................................................... 172
14. Lembaar Observasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa dalam
Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah...................................................... 176
15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pratindakan .................................. 177
16. Lembar Analisis Hasil Evaluasi dari Guru pada saat Pratindakan......... 179
17. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah saat
Pratindakan ............................................................................................ 180
18. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Pratindakan ............................... 181
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
19. Hasil Pekerjaan Siswa Pratindakan ........................................................ 184
20. Dokumentasi Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah pada Pra-tindakan . 185
21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .............................. 187
22. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I ........................................... 195
23. Catatan Lapangan (Fielnote) Hasil Observasi Pembelajaran Menulis
Karya Ilmiah dengan Teknik Peer-correction (Siklus I Pertemuan II) .
24. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I .............................................................. 207
25. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa Siswa SMA N 2
Sukoharjo dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah ......................... 208
26. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar pada Siklus I............... 209
27. Dokumentasi Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah pada Siklus I ......... 211
28. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ............................. 213
29. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II ......................................... 221
30. Catatan Lapangan (Fielnote) Hasil Observasi Pembelajaran Menulis
Karya Ilmiah dengan Teknik Peer-correction (Siklus II Pertemuan II)
31. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ............................................................. 230
32. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa Siswa SMA N 2
Sukoharjo dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah pada Siklus II .. 231
33. Lembar Observasi Kinerja Guru saat Mengajar pada Siklus II ............. 232
34. Dokumentasi Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah pada Siklus II ........ 234
35. Rekapitulasi Keaktifan Siswa Kelas XI Bahasa dalam Pembelajaran
Menulis Karya Ilmiah ............................................................................ 236
36. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pascatindakan dengan Guru ........ 237
37. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pascatindakan dengan Siswa ...... 241
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran menulis di SMA merupakan bagian dari mata pelajaran
Bahasa Indonesia yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan keterampilan
siswa dalam mengungkapkan ide dan perasaannya melalui media bahasa tulis
secara efektif. Pembelajaran menulis pada jenjang ini termasuk dalam
pembelajaran menulis lanjut yang mulai diberikan kepada siswa sejak kelas IV SD
hingga di perguruan tinggi.
Pada tahap menulis lanjut siswa dituntut mampu melahirkan gagasan
dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yaitu dengan ejaan yang benar,
kosa kata yang tepat, kalimat yang efektif, dan paragraf yang baik. Dalam hal ini,
siswa SMA diharapkan telah mampu berkomunikasi menggunakan bahasa tulis
secara baik dan benar, dan kemampuan tersebut harus meningkat ketika mereka
duduk di perguruan tinggi. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan
banyaknya masalah berkaitan dengan kemampuan menulis siswa SMA, baik di
program kelas IPA maupun IPS, bahkan program bahasa.
Hasil survei awal di lapangan menunjukkan para siswa kelas bahasa yang
idealnya mampu menjadi model berbahasa yang baik bagi siswa-siswi kelas lain
(IPA dan IPS), termasuk dalam hal berbahasa tulis, ternyata juga mengalami
kesulitan dalam pembelajaran menulis. Hal tersebut terutama disebabkan
rendahnya penguasaan mereka akan kaidah bahasa Indonesia tulis. Masalah
demikian dialami pula oleh para siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo
dalam pembelajaran menulis karya ilmiah. Pada umumnya, siswa menganggap
materi dan penugasan menulis karya ilmiah sebagai materi dan tugas yang paling
sulit diantara materi dan tugas-tugas lain dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia, misalnya tugas menulis narasi, menulis puisi, dan sebagainya. Hal ini
karena materi menulis karya ilmiah belum pernah dipelajari di kelas sebelumnya
atau merupakan materi pelajaran baru di kelas XI. Selain itu, dalam penulisan
karya ilmiah terdapat berbagai aturan dan batasan tertentu yang harus dipatuhi
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
siswa, misalnya ide yang dikemukakan harus bersifat ilmiah dan bahasa yang
digunakan harus bahasa Indonesia yang baik dan benar (bahasa baku). Penulisan
karya ilmiah harus pula memperhatikan ketepatan penggunaan ejaan, tanda baca,
dan penulisan notasi ilmiah. Semua hal yang disebutkan di atas erat hubungannya
dengan penerapan kaidah bahasa Indonesia tulis. Oleh karena itu, dalam penulisan
karya ilmiah, di samping kecermatan dalam menyusun isi tulisan, penguasaan
kaidah bahasa tulis yang memadai juga mutlak diperlukan.
Seperti dikemukakan sebelumnya, rendahnya penguasaan siswa akan
kaidah bahasa Indonesia tulis menjadi kendala utama dalam pembelajaran menulis
karya ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. Kesulitan yang dialami
siswa tersebut ternyata berdampak pula pada kualitas proses pembelajaran. Hasil
pengamatan peneliti pada tahap pratindakan menunjukkan bahwa keaktifan,
perhatian, minat, dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis karya ilmiah
masih rendah. Hal ini dapat dilihat misalnya dari sikap siswa yang kurang aktif
dan memperhatikan saat guru memberikan apersepsi maupun menyampaikan
materi, serta sikap siswa yang cenderung bermalas-malasan dan banyak mengeluh
selama pembelajaran yang mencerminkan rendahnya minat dan motivasi mereka
dalam mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah.
Dalam proses pembelajaran menulis karya ilmiah yang diamati oleh
peneliti, terlihat hanya beberapa siswa yang duduk di deretan bangku terdepan
yang fokus mendengarkan dan mencatat penjelasan materi dari guru serta aktif
bertanya dan mengemukakan pendapat maupun menjawab pertanyaan yang
diajukan guru. Adapun sebagian siswa yang lain tampak sibuk dengan
aktivitasnya sendiri dan mengobrol saat pembelajaran. Guru pun terpaksa
beberapa kali menegur siswa-siswa yang dirasa mengganggu pelajaran. Teguran
guru antara lain ditujukan kepada beberapa siswa yang menidurkan kepalanya di
atas meja atau asyik mengobrol dengan temannya selama guru menerangkan. Di
samping itu, penulis mendapati pula dua orang siswa yang duduk di bangku pojok
belakang sedang membaca-baca majalah sembari membuka handphone secara
sembunyi-sembunyi selama berlangsungnya pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tidak hanya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
yang rendah, keaktifan para siswa sejak apersepsi hingga saat berlangsungnya
pembelajaran juga rendah. Hal ini dapat diamati dari sedikitnya jumlah siswa
yang aktif berpendapat, menjawab maupun mengajukan pertanyaan selama
pembelajaran. Bahkan, saat guru menyampaikan penugasan kepada siswa untuk
mencari buku di perpustakaan sebagai sumber penulisan karya ilmiah, beberapa
siswa justru mengeluh enggan. Mereka berjalan malas ke perpustakaan dan tidak
serius saat mencari buku. Waktu yang diberikan untuk mengkaji isi buku dan
membuat kerangka karya ilmiah pun lebih banyak digunakan untuk bercanda
dengan teman-temannya. Hal tersebut semakin menunjukkan rendahnya semangat
dan tanggung jawab siswa dalam melakukan tugas-tugas belajarnya. Oleh karena
itu, secara umum dapat dinyatakan bahwa kualitas proses pembelajaran menulis
karya ilmiah di kelas XI Bahasa ini masih rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa
rendahnya minat, motivasi, perhatian, dan keaktifan mereka dalam pembelajaran
menulis karya ilmiah disebabkan mereka memang kurang menyukai pelajaran
tersebut. Pada umumnya, siswa menganggap bahwa tugas menulis karya ilmiah
merupakan tugas tersulit dibandingkan tugas menulis yang lain. Hal ini karena
dalam proses penulisan karya ilmiah, mereka dituntut untuk mampu menulis
dengan bahasa yang baik dan benar serta menggunakan ejaan dan tanda baca yang
tepat. Padahal, para siswa merasa belum mampu melakukan hal tersebut karena
penguasaan kaidah bahasa tulis mereka kurang memadai.
Adapun terkait aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru, meskipun
sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis, tetapi dalam
menyampaikan materi guru lebih banyak menerangkan hal-hal yang bersifat teori,
misalnya tentang pengertian, ciri-ciri, dan sistematika penulisan karya ilmiah,
sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan kaidah bahasa dalam
penulisan karya ilmiah cenderung dikesampingkan. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan guru, diketahui bahwa guru merasa latihan menganalisis dan
memperbaiki kesalahan bahasa dalam tataran kalimat atau paragraf yang pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dilatihkannya kepada siswa sudah cukup sebagai bekal siswa untuk menghasilkan
tulisan yang baik, benar, dan sesuai kaidah, dalam hal ini termasuk karya ilmiah.
Dari hasil wawancara dengan siswa dan keterangan yang diperoleh dari
guru, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran yang dilakukannya selama
ini, guru lebih menekankan pada aspek pengetahuan tentang kaidah bahasa
dibandingkan penerapan kaidah berbahasa tersebut yang berupa pemberian
kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis. Guru lebih banyak menyajikan
contoh-contoh kalimat maupun paragraf yang mengandung kesalahan bahasa
untuk dianalisis dan diperbaiki oleh siswa. Adapun kesempatan siswa untuk
berlatih menulis sebagai wujud penerapan kaidah berbahasa yang dipelajarinya
jarang diberikan oleh guru karena dinilai memakan waktu. Akibatnya, siswa
merasa kesulitan saat harus menulis karya ilmiah dengan bahasa yang baik dan
benar.
Rendahnya kualitas proses pembelajaran tentunya berdampak pula
terhadap kualitas hasil pembelajaran. Dari keterangan guru, diperoleh informasi
bahwa selama ini nilai rata-rata menulis di kelas XI Bahasa adalah yang terendah
bila dibandingkan nilai rata-rata keterampilan berbahasa yang lain, yaitu
menyimak, membaca, dan berbicara. Nilai menulis siswa jatuh terutama
disebabkan rendahnya nilai menulis karya ilmiah. Menurut guru, rendahnya nilai
menulis karya ilmiah ini disebabkan banyaknya kesalahan bahasa dalam hasil
tulisan siswa. Kesalahan-kesalahan itu ditemukan merata, mulai dari aspek ejaan,
kata, kalimat, hingga paragraf. Bentuk kesalahan yang banyak dijumpai di
antaranya kesalahan pemakaian tanda baca, pemakaian huruf besar/kapital,
penulisan kata depan, pemakaian kata bahasa populer, pemakaian kata bahasa
Jawa, pemilihan kosa kata yang kurang tepat, dan kesalahan struktur kalimat.
Berbagai bentuk kesalahan tersebut dijumpai pada hampir semua hasil tulisan
siswa.
Rendahnya nilai menulis karya ilmiah siswa kelas XI Bahasa akibat
lemahnya penguasaan kaidah bahasa tulis siswa tentu membuat guru bahasa
Indonesia di kelas tersebut menjadi khawatir. Hal ini dapat dipahami karena
rendahnya nilai menulis karya ilmiah menjadi faktor utama rendahnya rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
nilai menulis secara keseluruhan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai
menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa, penguasaan siswa akan kaidah bahasa
tulis perlu ditingkatkan tidak hanya dalam tataran pengetahuan, tetapi juga
penerapan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan lebih banyak
kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis.
Dalam wawancara yang dilakukan, guru menyatakan bahwa beliau sudah
menyarankan siswa untuk mengoreksi kembali hasil tulisannya sebelum
dikumpulkan agar memperoleh nilai yang baik. Guru juga sudah memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika mengalami kesulitan saat
mengoreksi hasil tulisannya. Namun, siswa tidak bersungguh-sungguh melakukan
saran dan anjuran guru. Para siswa enggan untuk mengoreksi hasil tulisannya dan
mengumpulkan apa adanya hasil tulisan tanpa diperbaiki terlebih dahulu.
Akibatnya, guru terus menemukan kesalahan bahasa seperti yang ditemukan
dalam hasil tulisan siswa sebelumnya.
Sehubungan dengan anjuran guru yang tidak dipatuhi para siswa, para
siswa mengakui bahwa mereka enggan untuk mengoreksi kembali hasil tulisan
mereka karena merasa kesulitan untuk menemukan letak kesalahannya. Sebagian
siswa justru mengungkapkan keinginan mereka untuk mendapatkan feedback,
masukan, ataupun bimbingan dari guru dalam mengoreksi dan memperbaiki hasil
tulisannya. Akan tetapi, ada pula siswa yang menyatakan tidak merasa perlu
menulis dengan baik termasuk menghindari kesalahan-kesalahan bahasa dalam
tulisannya karena nantinya hasil tulisan mereka hanya akan dibaca oleh guru.
Oleh karena itu, mereka tidak perlu malu jika hasil tulisannya jelek.
Sehubungan dengan keinginan siswa untuk memperoleh feedback dari
guru dalam mengoreksi hasil tulisannya, guru beralasan bahwa keterbatasan
waktu yang menyebabkan beliau tidak mungkin mengunjungi satu per satu siswa
dan memberi mereka masukan atas hasil tulisan masing-masing. Sebagai
alternatifnya, guru pun mengemukakan kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang
umum dijumpai pada hasil tulisan siswa sembari membagikan hasil tulisan yang
telah dinilai. Pada kesempatan lain, guru berusaha memberikan masukan dengan
mengemukakan hasil koreksinya terhadap tulisan siswa yang dikumpulkan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
awal. Dalam hal ini, umpan-balik diberikan guru secara personal kepada siswa
yang bersangkutan dengan cara memanggil siswa tersebut, menjelaskan letak
kesalahan, penyebab, dan cara memperbaikinya. Selanjutnya guru memberi
kesempatan kepada siswa yang bersangkutan untuk memperbaiki tulisannya
terlebih dahulu sebelum dikumpulkan kembali.
Agar umpan-balik yang diberikan kepada siswa lebih merata, guru pun
menerapkan teknik koreksi langsung atau teacher-correction. Dalam mengajarkan
materi menulis karya ilmiah berdasarkan kajian buku atau hasil penelitian
sederhana, teknik koreksi langsung tersebut diterapkan guru dengan prosedur
sebagai berikut: (1) guru memberi pilihan topik karya ilmiah sesuai jenis topik
buku yang banyak terdapat di perpustakaan sekolah, adapun judul ditentukan
sendiri oleh siswa; (2) guru mengajak siswa ke perpustakaan untuk mencari buku
sebagai sumber penulisan karya ilmiahnya; (3) guru meminta siswa membuat
kerangka karya ilmiah sesuai dengan topik dan judul yang dipilihnya; (4) guru
meminta siswa mengembangkan kerangka menjadi karya ilmiah; (5) pada batas
waktu yang ditentukan, siswa harus mengumpulkan hasil tulisannya; (6) guru
membaca hasil tulisan siswa, mencoret bagian-bagian yang salah dengan tinta
merah, langsung membetulkannya dan memberi nilai; serta (7) guru
mengembalikan hasil tulisan kepada siswa.
Dari prosedur tersebut dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya yang
melakukan tahap revisi dengan cara mengoreksi kesalahan bahasa siswa adalah
guru itu sendiri. Gurulah yang mengidentifikasi letak kesalahan, menemukan
penyebab terjadinya kesalahan, dan membetulkan kesalahan tersebut. Artinya,
umpan balik yang diberikan guru terhadap tulisan siswa bersifat langsung (berupa
feedback langsung). Sehubungan dengan hal ini, Lee & Schallert (dalam
Sumarwati, Mulyono, dan Wuryanti, 2010:4) mengemukakan bahwa cara tersebut
justru menghambat siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif karena siswa tidak
berkesempatan menggunakan feedback guru untuk melakukan koreksi kesalahan
bahasa. Padahal, pengalaman mengoreksi kesalahan bahasa sangat bemanfaat bagi
siswa. Hasil penelitian Sumarwati, Mulyono, dan Wuryanti, (2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menemukan bahwa siswa yang lebih mahir dalam mengoreksi kesalahan bahasa
ternyata melakukan kesalahan bahasa lebih sedikit dalam karangannya.
Corder (dalam Suwarna, 1995:42) menyatakan bahwa kesalahan bahasa
merupakan umpan balik bagi guru dan pembelajar. Bagi guru, kesalahan bahasa
menunjukkan tingkat efektivitas pembelajaran. Bagi siswa, kesalahan bahasa yang
dilakukannya dapat menjadi alat untuk belajar. Dikatakan demikian karena
kesalahan tersebut mampu menyadarkan siswa untuk tidak mengulanginya pada
proses belajar selanjutnya apabila mereka menyadari kesalahan itu dan
mengetahui bagaimana pembetulannya. Hal ini bisa terjadi apabila siswa
dilibatkan dalam mengoreksi tulisannya. Sumarwati, dkk. (2010:5) menambahkan
apabila siswa tidak dilibatkan dalam mengoreksi, berarti gurulah yang belajar dari
kesalahan itu. Fenomena ini mengindikasikan pembelajaran yang berpusat pada
guru (teacher oriented learning). Agar pembelajaran lebih bersifat learner-
oriented, bantuan yang diberikan guru hendaknya sebatas pada pemberian
feedback tak langsung untuk memandu siswa menemukan letak kesalahan dan
mengidentifikasi penyebabnya. Dengan demikian, koreksi kesalahan bahasa
hendaknya dilakukan dengan melibatkan siswa agar aktivitas dan kreativitas
mereka dalam pembelajaran menulis lebih optimal.
Dalam koreksi kesalahan bahasa, teknik koreksi yang pelaksanaannya
melibatkan siswa dibedakan menjadi dua, yaitu self-correction (koreksi sendiri)
dan peer-correction (koreksi anterteman). Dalam teknik self-correction siswa
mengoreksi kesalahan bahasanya sendiri. Teknik inilah yang berusaha diterapkan
guru dengan cara meminta siswa mengoreksi dan memperbaiki hasil tulisannya
sebelum dikumpulkan. Adapun teknik peer-correction mengarahkan siswa untuk
saling mengoreksi kesalahan bahasa pada hasil tulisan temannya (saling
menukarkan hasil tulisan).
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, ketidakmampuan siswa dalam
mengenali kesalahan bahasa dalam tulisannya sendiri dan minimnya feedback dari
guru untuk membantu siswa menemukan dan memperbaiki kesalahan bahasanya
menjadikan teknik self-correction yang diterapkan guru dalam pembelajaran
menulis selama ini kurang berdampak terhadap peningkatan kualitas proses dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
hasil pembelajaran menulis di kelas XI Bahasa. Hal ini sesuai dengan simpulan
penelitian Rollinson (dalam Sumarwati dan Mulyono, 2010:56) bahwa siswa
seringkali tidak dapat menemukan kekurangan dan kesalahan yang dilakukannya.
Oleh karena itu, ia merekomendasikan pelatihan teknik peer-correction kepada
siswa sebagai alternatif guru dalam membimbing siswa mengenali kesalahan
bahasa sesuai konteks bahasa mereka. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
peneliti bersama guru sepakat untuk menerapkan teknik peer-correction.
Penerapan teknik peer-correction dalam penelitian ini dilakukan guna
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melakukan tahap revisi
dalam kegiatan menulis karya ilmiah sebagaimana proses pembelajaran menulis
yang seharusnya. Sebagai kegiatan baru yang akan dilatihkan kepada siswa,
pelaksanaan peer-correction tentu memerlukan arahan dari guru berupa feedback
tidak langsung. Adanya feedback diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam mengoreksi dan membantu siswa dalam menemukan dan memperbaiki
kesalahan bahasa pada tulisan ilmiah temannya. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, guru dan peneliti menetapkan untuk menerapkan teknik peer-correction
berbantuan feedback guru. Adapun kegiatan revisi yang dilakukan lebih
ditekankan pada aspek bahasa dibandingkan isi tulisan. Hal ini dikarenakan aspek
isi tulisan cenderung bersifat lebih subjektif jika dikoreksi langsung oleh siswa,
berbeda dengan aspek isi tulisan yang dapat dikoreksi dengan bantuan feedback
dari guru sehingga lebih objektif.
Pemilihan teknik peer-correction dalam penelitian ini juga didasari
pertimbangan atas keberhasilan teknik ini dalam meningkatkan kualitas proses
dan hasil pembelajaran menulis sebagaimana dinyatakan dalam beberapa hasil
penelitian tentang penerapan teknik peer-correction, misalnya hasil penelitian
Sumarwati, dkk. (2008 dan 2010) tentang penerapa teknik peer-correction yang
menemukan bahwa teknik peer-corrrection lebih efektif dibandingkan teknik
teacher-correction dan self-correction. Selain itu, hasil penelitian Purwanto,
Suyadi, dan Sujoko (2007) tentang pemberian feedback yang efektif juga
menunjukkan bahwa pemberian feedback tidak langsung lebih efektif daripada
feedback langsung dalam meningkatkan kemampuan mengoreksi kesalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
bahasa pada mahasiswa. Dengan demikian, penerapan teknik peer-correction
dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan
kaidah bahasa tulis siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo sehingga
kemampuan menulis karya ilmiah siswa meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah pada bagian latar belakang,
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan teknik peer-correction yang dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa
SMA N 2 Sukoharjo?
2. Bagaimanakah prosedur penerapan teknik peer-correction yang dapat
meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa
SMA N 2 Sukoharjo?
Pembelajaran menulis karya ilmiah di SMA merupakan bagian dari mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan
keterampilan siswa dalam mengungkapkan ide dan perasaannya melalui media
bahasa tulis secara efektif. Teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis
karya ilmiah dilakukan pada tahap revisi dengan cara saling menukarkan karya
ilmiah antarsiswa dan merupakan teknik mengidentifikasi kesalahan bahasa
berdasarkan tanda-tanda yang diberikan guru, mengenali penyebab terjadinya
kesalahan, dan membetulkannya. Adapun penguasaan kaidah bahasa tulis adalah
penguasaan terhadap kaidah-kaidah bahasa pada aspek ejaan, pilihan kata,
penyusunan kalimat, dan paragraf. Semakin baik penguasaan siswa terhadap
kaidah bahasa tulis, akan semakin sedikit kesalahan bahasa dalam karya ilmiahnya
sehingga nilai menulis karya ilmiahnya lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Lingkup penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada hal-hal berikut:
a. Materi pokok menulis yang digunakan sebagai objek didasarkan pada
kurikulum SMA untuk Kelas XI Program Bahasa semester 2, yaitu kompetensi
dasar ”Menyusun karya ilmiah berdasarkan kajian buku atau hasil penelitian
sederhana”. Penelitian ini direncanakan dilakukan dalam dua siklus. Agar lebih
fokus, materi ditetapkan pada penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian buku.
b. Kualitas proses: dilihat dari sikap siswa selama mengikuti pembelajaran
menulis karya ilmiah, termasuk dalam melaksanakan peer-correction dengan
mengoreksi hasil karya ilmiah temannya.
c. Kemampuan menulis karya ilmiah: dilihat dari nilai akhir karya ilmiah siswa,
khususnya pada aspek pemakaian bahasanya (makin tinggi nilainya
mengindikasikan makin menurun jumlah kesalahan bahasa).
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan:
1. Kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa
SMA N 2 Sukoharjo melalui penerapan teknik peer-correction.
2. Kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2
Sukoharjo melalui penerapan teknik peer-correction.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
a. dapat menerapkan tahap revisi sebagai salah satu tahapan proses menulis
yang benar;
b. dapat mendorong siswa untuk berupaya membuat tulisan sebaik mungkin
karena hasil tulisannya akan ditukar dengan temannya untuk dibaca dan
dikoreksi;
c. dapat belajar dari kesalahan bahasa yang dilakukan temannya dan
menghindari kesalahan yang sama pada kegiatan menulis selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Bagi guru
a. dapat membelajarkan siswa-siswanya untuk melakukan tahap revisi sebagai
bagian proses pembelajaran menulis yang benar;
b. dapat memberikan pengalaman langsung pada guru karena penerapan teknik
peer-correction dalam pembelajaran menulis merupakan hal yang masih
jarang dilakukan oleh guru;
c. dapat menjadi pendorong bagi guru bahasa Indonesia yang lain untuk
menerapkan pendekatan yang lebih inovatif dalam pembelajaran menulis
dan keterampilan berbahasa yang lain;
d. dapat memotivasi guru mata pelajaran lain untuk turut berusaha
mengembangkan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan bidang pelajaran
yang diampunya.
2. Bagi sekolah
a. dapat meningkatkan kualitas tulisan siswanya;
b. dapat meningkatkan kompetensi mengajar guru-gurunya;
c. dapat menjadi model pelaksanaan pendekatan pembelajaran yang inovatif
sebagai masukan bagi guru-guru bidang studi lain.
3. Bagi peneliti
a. dapat memberikan pengalaman dan wawasan tentang penerapan teknik
peer-correction dalam pembelajaran menulis di sekolah;
b. dapat meningkatkan kerjasama peneliti sebagai kolaborator dengan guru
bahasa Indonesia dan pihak sekolah yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Menulis
a. Pengertian Menulis
Gie (1992:17) mengungkapkan pengertian menulis dalam dua kategori,
yaitu pengertian menulis dalam arti sempit dan pengertian menulis dalam arti
luas. Dalam arti yang sempit, menulis didefinisikan sebagai pembuatan huruf,
angka, nama sesuatu tanda kebahasaan apapun dengan sesuatu alat tulis pada
suatu halaman tertentu. Dalam arti luas, definisi menulis dipersamakan dengan
mengarang, yaitu keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk
dipahami. Senada dengan Gie, Takala (dalam Achmadi, 1990:24)
mempersamakan definisi menulis dengan mengarang. Menurutnya,
mengarang adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan
makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif, dan diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang
dapat dilihat (dibaca).
Meskipun secara luas istilah menulis dapat disamakan dengan
mengarang, tetapi ada kalanya kedua istilah tersebut tidak dapat disepadankan.
Lebih lanjut Gie mengutarakan bahwa ada kalanya padanan kata ‘mengarang’
dan menulis digunakan secara berselang-seling untuk mencegah kesenadaan
atau jika rasa kebahasaan menghendaki pemakaiannya. Berkaitan dengan hal
ini, Amir (2007:41) menyatakan bahwa tulisan lebih mengacu pada ide ilmiah,
sedangkan karangan mengacu pada ide non ilmiah.Pendapat Amir ini dapat
dipahami melalui penggunaan istilah mengarang dan menulis pada contoh
kalimat berikut: “Si Adik hobi mengarang cerpen, sedangkan kakaknya hobi
menulis karya ilmiah”.
Beberapa pakar bahasa lain juga mengemukakan definisi menulis. Semi
(1990:8) mengatakan bahwa menulis pada hakikatnya merupakan pemindahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa. Definisi ini
dipertegas oleh Sukarto (2010) dalam artikelnya dengan menyatakan menulis
sebagai suatu bentuk komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan
pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosakata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti
apa yang diwakili oleh simbol tersebut. Adapun Akhadiah, Arsjad, dan
Ridwan (1996:2) menyatakan bahwa menulis berarti mengorganisasikan
gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Pendapat
Akhadiah, dkk. ini juga didukung Murtono (2010:27) yang mengatakan bahwa
pengertian menulis hanya dikhususkan untuk penyampaian ide, gagasan, dan
sebagainya yang berupa tulisan saja.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
menulis terdapat dua aktivitas yang ditekankan. Aktivitas pertama
menekankan unsur bahasa dan aktivitas kedua menekankan unsur gagasan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan pengertian keterampilan menulis, yaitu
sebagai suatu aktivitas mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan
melalui tulisan dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan
benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
Sebuah tulisan dapat dikatakan baik atau berhasil jika tulisan tersebut
dapat dipahami dengan mudah oleh pembacanya. Artinya, pembaca dapat
menafsirkan isi tulisan sesuai dengan yang dimaksudkan penulis. Agar dapat
menghasilkan suatu tulisan yang baik, penulis perlu menguasai tiga
keterampilan dasar menulis sebagaimana yang dikemukakan Semi (1990:10)
sebagai berikut.
1) Keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menggunakan ejaan, tanda
baca, pembentukan kata, pemilihan kata, serta pembentukan kalimat
efektif.
2) Keterampilan penyajian, yaitu keterampilan pembentukan dan
pengembangan paragraf, keterampilan merinci pokok bahasan,
keterampilan merinci pokok bahasan menjadi subpokok bahasan, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang
sistematis.
3) Keterampilan perwajahan, yaitu keterampilan pengaturan tipografi dan
pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien, tipe huruf, penjilidan,
penyusunan tabel, dan lain-lain.
b. Tahap-Tahap Menulis
Pada hakikatnya, menulis merupakan suatu proses, yaitu proses
penulisan. Sebagai suatu proses yang kreatif, kegiatan menulis tentunya
memiliki beberapa tahapan. Dalam hal ini, terdapat beberapa tahapan menulis
menurut beberapa ahli.
Akhadiah, dkk. (1996:5) mengidentifikasi tahapan menulis menjadi 3,
yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. Sumarwati, Sudarsono, dan Suradi
(2006:3) juga menyebutkan penahapan menulis menurut beberapa ahli, di
antaranya menurut White & Arndt, Murray, dan Tompkins. White & Arndt
merinci penahapan menulis dalam 4 tahap, yaitu: prapenulisan, penulisan,
revisi, dan evaluasi; Murray membedakan tahapan menulis ke dalam 4 tahap,
yaitu: prewriting, drafting, revising, dan rewriting; sedangkan Tompkins
mengidentifikasi tahapan menulis dalam 5 langkah, yaitu: prapenulisan,
penulisan, revisi, pengeditan, dan publikasi.
Menurut Semi (1990:11-15), setidaknya terdapat 7 tahapan atau
langkah yang akan dilalui seseorang dalam kegiatan menulis, yaitu:
1) Pemilihan dan penetapan topik
Topik tulisan adalah masalah atau gagasan yang hendak disampaikan di
dalam tulisan. Masalah atau gagasan itu dapat digali dari beberapa sumber,
yaitu dari pengalaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, serta keyakinan.
2) Pengumpulan informasi dan data
Pengumpulan informasi dan data dapat dilakukan agar tulisan menjadi
berbobot dan meyakinkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3) Penetapan tujuan
Tujuan penulisan perlu ditetapkan sebelum mulai menulis karena tujuan itu
sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat, dan cara
penyajian tulisan.
4) Perancangan tulisan
Hasil merancang tulisan ini antara lain akan berwujud sebagai kerangka
tulisan (outline) dan penetapan gaya penyajian tulisan.
5) Penulisan
Penulisan merupakan kerangka tulisan yang telah siap dikembangkan. Saat
penulisan dilakukan penulis perlu memperhatikan tujuan tulisan dan
kelompok calon pembaca tulisan.
6) Penyuntingan atau revisi
Kegiatan yang dilakukan dalam penyuntingan ini adalah menghilangkan
hal-hal atau sesuatu yang tidak perlu, manambah sesuatu yang perlu
ditambah, memperbaiki kalimat, ejaan, dan kosakata yang kurang tepat
diganti dengan yang lebih tepat, dan merevisi ketepatan angka-angka atau
nama yang salah.
7) Penulisan naskah jadi
Setelah penyuntingan dilakukan harus ditulis kembali untuk menjadikan
tulisan tersebut rapi dan bersih. Hal yang harus diperhatikan yaitu ejaan,
tanda baca, dan perwajahan.
c. Tujuan Menulis
Hugo Hartig (dalam Tarigan, 1984:24-25) menyatakan tujuan penulisan
suatu tulisan adalah sebagai berikut.
1) Tujuan penugasan (assigment purpose)
Tujuan penulisan ini tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis
sesuatu hanya karena ditugasi.
2) Tujuan altruristik (altruristik purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan
kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para
pembaca lebih mudah, dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3) Tujuan persuasif (persuasif purpose)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembacanya akan kebenaran
gagasan yang diucapkan.
4) Tujuan informasional (informasional purpose)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi kepada pembaca.
5) Tujuan pernyataan diri (self-expresive purpose)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
penulis kepada para pembaca.
6) Tujuan kreatif (creative purpose)
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik atau nilai-nilai
kesenian.
7) Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose)
Tulisan yang bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi.
d. Manfaat Menulis
Banyak manfaat yang diperoleh dari aktivitas menulis. Beberapa
manfaat menulis yang dikemukakan Gie (1992:4-5), antara lain:
1) suatu sarana untuk pengungkapan diri;
2) suatu sarana untuk pemahaman;
3) suatu sarana untuk membantu memperkembangkan kepuasan pribadi,
kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri;
4) suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pencerapan terhadap
lingkungan sekeliling seseorang;
5) suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya
penerimaan yang pasrah;
6) suatu sarana untuk memperkembangkan suatu pemahaman tentang dan
kemampuan mempergunakan bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Akhadiah,dkk. (1995:1) juga menyebutkan keuntungan atau manfaat
yang dapat dipetik dari pelaksanaan tugas atau kegiatan menulis sebagai
berikut.
a) Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri
kita. Kita mengetahui sampai di mana pengetahuan kita tentang suatu
topik. Untuk mengembangkan topik, kita terpaksa berpikir, menggali
pengetahuan dan pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawah sadar.
b) Melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan. Kita
terpaksa bernalar: menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-
fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan jika kita tidak menulis.
c) Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta
menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. Dengan
demikian, kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoretis
maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
d) Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta
mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, kita dapat
menjelaskan permasalahan yang semula masih terasa samar bagi diri kita
sendiri.
e) Melalui tulisan, kita dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri
secara lebih objektif.
f) Dengan menuliskan sesuatu di atas kertas, kita akan lebih mudah
memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat,
dalam konteks yang lebih konkret.
g) Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif.
Kita harus menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar
menjadi penyadap informasi dari orang lain.
h) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir dan
berbahasa dengan tertib.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2. Hakikat Karya Ilmiah
a. Pengertian Karya Ilmiah
Istilah karya ilmiah dapat dipersamakan dengan istilah karangan atau
tulisan ilmiah. Haryanto, Ruslijanto, dan Mulyono (2000) menyatakan:
Karangan atau tulisan ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan tulisan, pernyataan, atau gagasan orang lain, baik yang telah, belum, atau bahkan tidak dipublikasikan sama sekali. Dengan demikian, tulisan ini merupakan suatu uraian yang didukung informasi yang telah diuji kebenarannya dan kemudian disajikan dengan cara yang lazim dan benar sesuai dengan metode yang berlaku (hlm. 8)
. Brotowidjoyo (dalam Amir, 2007:105) juga mempersamakan istilah
karya ilmiah dengan karangan ilmiah. Menurutnya, karangan ilmiah adalah
karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut
metodologi penulisan yang baik dan benar. Di sisi lain, dua orang pakar
mempersamakan karya ilmiah dengan tulisan ilmiah dengan batasan sebagai
berikut.
Tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya (Dwiloka dan Riana, 2005: 1).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pengertian
karya ilmiah yaitu suatu karangan atau tulisan yang mengandung ide-ide atau
gagasan yang bersifat ilmiah dengan menyajikan fakta umum yang didukung
oleh studi kepustakaan atau hasil penelitian orang lain dan ditulis menurut
metodologi penulisan yang baik dan benar.
b. Ciri-ciri Karya Ilmiah
Berbeda dengan tulisan fiksi, karya ilmiah bersifat formal dan harus
memenuhi beberapa syarat tertentu yang sekaligus menjadi ciri karya ilmiah.
Dwiloka dan Riana (2005:4) mengemukakan beberapa syarat karya ilmiah
sebagai berikut.
1) Lugas dan tidak emosional, maksudnya adalah karya ilmiah hanya
mempunyai satu arti, tidak memakai kata-kata kiasan sehingga pembaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tidak membuat tafsiran (interpretasi) sendiri-sendiri. Karena itu, perlu ada
batasan (definisi) operasional pengertian suatu istilah, konsep, atau variabel.
2) Logis, maksudnya adalah kalimat, alinea, subbab, subsubbab, disusun
berdasarkan suatu urutan yang konsisten.
3) Efektif, maksudnya adalah baik alinea atau subbab harus menunjukkan
adanya satu kebulatan pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan.
4) Efisien, maksudnya adalah hanya menggunakan kata atau kalimat yang
penting dan mudah dipahami.
5) Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.
Haryanto, dkk. (2000:7) juga menyebutkan ciri-ciri karangan ilmiah
sebagai berikut:
a) Menyajikan fakta objektif secara sistematis
b) Pernyataannya cermat, tepat, tulus, dan benar, serta tidak memuat terkaan.
c) Penulisnya tidak mengejar keuntungan pribadi.
d) Penyusunannya dilaksanakan secara sistematis, konseptual, dan prosedural.
e) Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta.
f) Tidak emotif menonjolkan perasaan.
g) Tidak bersifat argumentatif, tetapi kesimpulannya terbentuk atas dasar fakta.
c. Penggolongan Karya Ilmiah
Karya ilmiah dapat digolongkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Haryanto, dkk. (2000:7-10) mengemukakan
penggolongan karangan ilmiah sebagai berikut:
1) Ditinjau dari cara penulisannya, karangan ilmiah dibedakan menjadi:
a) Karangan ilmiah murni, yaitu karangan atau karya ilmiah yang ditujukan
untuk konsumsi kalangan profesi atau cendekiawan.
b) Karangan ilmiah populer, yaitu karangan atau karya ilmiah yang
ditujukan untuk masyarkat umum dengan tujuan membangkitkan
motivasi terhadap suatu pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Ditinjau dari sumber utama yang digunakan sebagai dasar penulisannya,
karya ilmiah dibedakan menjadi:
a) Laporan Kasus (Studi Kasus), yaitu laporan tentang suatu hasil
pengamatan atau tindakan pemecahan masalah yang belum banyak
diketahui orang. Percobaannya cukup dilakukan pada satu atau beberapa
kasus saja.
b) Laporan Penelitian, yaitu suatu laporan tentang penelitian yang telah
diselesaikan oleh penulis. Adapun masalah yang diteliti diambil dari
sekelompok anggota masyarakat dan percobaannya dilakukan dengan
mengikuti suatu metode yang terarah dan rinci.
c) Studi Kepustakaan, yaitu penelaahan gagasan berbagai ahli mengenai
suatu masalah untuk diperbandingkan kemudian ditarik kesimpulan
menurut pandangan penulis. Dalam pembelajaran di sekolah, studi
kepustakaan ini sering disebut dengan istilah karya ilmiah berdasarkan
kajian buku.
3) Ditinjau dari bentuk karangannya, karya ilmiah dibedakan menjadi makalah,
kerja, skripsi, tesis, dan disertasi. Dwiloka dan Riana (2005:5-6)
memberikan penjelasan istilah-istilah karya ilmiah tersebut sebagai berikut.
a) Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah dan
pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-
objektif. Makalah biasanya disusun untuk melengkapi tugas tertentu atau
memberikan saran pemecahan masalah secara ilmiah. Makalah adalah
bentuk yang paling sederhana diantara karya tulis ilmiah yang lain.
b) Kertas kerja (paper) yaitu makalah yang pembahasannya lebih
mendalam dan biasanya ditulis untuk disajikan dalam seminar atau
lokakarya.
c) Skripsi, yaitu karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis
berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus
didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan
penelitian langsung (observasi lapangan atau percobaan di laboratorium)
maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan) dan ditulis sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
metodologi yang benar sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana
(S-1).
d) Tesis, adalah karya tulis yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan
skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari
penelitian sendiri. Karya tulis ini memperbincangkan pengujian terhadap
satu atau lebih hipotesis dan ditulis oleh mahasiswa program pasca
sarjana untuk mendapatkan gelar magister (S-2).
e) Disertasi, yaitu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang
dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih
(valid) dengan analisis yang terinci sebagai syarat untuk menyandang
gelar doktor (S-3).
d. Karya Ilmiah dari Kajian Buku atau Studi Kepustakaan
Penulisan karya ilmiah tentu membutuhkan sumber-sumber informasi
yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Ada beberapa sumber
informasi yang dapat dimanfaatkan dalam penulisan karya ilmiah sebagaimana
dikemukakan Haryanto, dkk. (2000:12) sebagai berikut.
1) Pengalaman atau pengamatan pribadi.
2) Pengalaman orang lain, yang dapat berupa publikasi dalam bentuk media
cetak seperti buku, artikel dalam majalah, brosur, dan lain-lain.
3) Publikasi bukan berupa media cetak, antara lain berupa kuliah, ceramah,
seminar, dan sebagainya.
4) Suatu bentuk lain pengungkapan pengalaman seseorang, misalnya
wawancara atau diskusi yang tidak dipublikasikan. Jenis ini sering disebut
sebagai komunikasi pribadi (personal communication)
Sebagaimana dikemukakan di atas, salah satu sumber informasi
penulisan karya ilmiah adalah pengalaman orang lain dalam bentuk media
cetak yang berupa buku-buku atau dapat disebut dengan istilah pustaka. Lebih
lanjut, penulisan karya ilmiah yang mengutamakan kepustakaan sebagai
sumber informasinya dapat digolongkan dalam studi kepustakaan, yaitu
penelaahan gagasan berbagai ahli mengenai suatu masalah untuk
diperbandingkan kemudian ditarik kesimpulan menurut pandangan penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dalam pembelajaran di sekolah, studi kepustakaan ini sering disebut dengan
istilah karya ilmiah berdasarkan kajian buku.
Dalam penulisan karya ilmiah berupa studi pustaka, penelusuran
pustaka merupakan langkah awal yang sangat penting karena dapat
menghindarkan penulis dari duplikasi tulisan atau kegiatan. Tindakan ini juga
memungkinkan penulis mengetahui cara atau metode yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya sebagai bahan perbandingan. Dari penggalian gagasan ini
tidaklah mustahil gagasan atau ide baru bisa timbul demi kesempurnaan
penelitian atau penulisan selanjutnya.
Penulisan karya ilmiah berupa studi pustaka dapat mengalami hambatan
bahkan kegagalan apabila kepustakaan yang mutlak diperlukan tidak diperoleh
secara memadai. Hal ini dapat dikaitkan dengan pernyataan Edison (dalam
Haryanto, dkk. (2000) sebagai berikut.
Apabila seorang ilmuwan ingin mendapatkan suatu penemuan baru, maka ia memulai kegiatannya dengan membaca semua informasi yang pernah dikemukakan orang lain tentang bidang terkait yang akan ditelitinya. Oleh karena itu, keberadaan perpustakaan yang memadai sebagai sarana penyimpanan informasi yang begitu beragam dan sangat banyak jumlahnya sangat diperlukan (hlm. 18).
Lebih lanjut Haryanto, dkk. (2000:19) menyebut perpustakaan sebagai
unit kerja yang melaksanakan penyiapan, penyediaan, dan pelayanan informasi
kepada masyarakat untuk kepentingan pendidikan, penerangan, perencanaan,
pengambilan keputusan, tempat rekreasi, dan kebudayaan.
Koleksi sumber informasi penulisan karya ilmiah yang tersedia di
perpustakaan dapat berupa media cetak, misalnya buku teks, majalah. koran,
dan sebagainya. Selain itu, ada pula yang berbentuk media dengar-pandang,
misalnya tayangan film, foto, pita rekaman, film bingkai, video, dan lain
sejenisnya.
e. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah dari Kajian Buku
Penyusunan karya ilmiah pada umumnya memiliki bentuk penulisan
yang serupa. Namun, mengingat ada beberapa jenis karya ilmiah, dikenal pula
cara penyusunan atau sistematika yang berbeda untuk setiap jenis karya ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Adapun sistematika penulisan karya ilmiah berupa kajian buku atau studi
pustaka adalah seperti layaknya karya ilmiah jenis lain yang terdiri atas bagian
pembuka, bagian tubuh atau isi, dan bagian penutup. Haryanto, dkk. (2000:78-
79) menjelaskan sistematika tersebut sebagai berikut.
Bagian pembuka, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang
masalah yang dilanjutkan dengan perumusan masalah, tinjauan singkat dan
tujuan/manfaat yang ingin dicapai atau diharapkan.
Bagian tubuh berisi uraian masalah dan pembahasan/diskusi. Uraian
masalah berisi berbagai teori mengenai masalah yang dibahas. Dalam
pembahasan, penulis membandingkan teori-teori yang digunakan dan pendapat
penulis sendiri.
Bagian penutup, dapat berupa kesimpulan yang berisi jalan keluar
penyelesaian masalah yang telah dibahas. Kesimpulan ini umumnya berupa
pernyataan yang singkat dan jelas maupun ringkasan yang merupakan uraian
penting dari karya ilmiah tersebut. Dalam hal ini, ringkasan tidak merupakan
pengulangan pendahuluan dan tidak mengemukakan sesuatu hal yang baru.
Selain kesimpulan, bagian penutup dapat pula dilengkapi dengan saran. Hal
lain yang tidak boleh dilupakan adalah pencantuman sumber buku yang
digunakan dalam bentuk daftar pustaka.
Berkaitan dengan pembelajaran menulis karya ilmiah berupa studi
pustaka di kelas XI Bahasa, sistematika penulisan karya ilmiah yang diterapkan
adalah sistematika yang paling sederhana, yaitu dalam bentuk makalah singkat.
Adapun unsur makalah sebagaimana dikemukakan Jauhari (2009:149) terdiri
atas halaman sampul, pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka.
Secara ringkas, sistematika penulisan karya ilmiah studi pustaka dalam format
makalah dapat dituliskan sebagai berikut:
JUDUL
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
B. ISI
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3. Bahasa dalam Penulisan Karya Ilmiah
a. Karakteristik Bahasa Tulis
Sumarwati, Suyatmin, dan Mulyani (2008) menyatakan:
Pemakaian bahasa dalam tulis-menulis merupakan pemakaian yang menuntut kegiatan encoding, kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain, yakni pembaca. Bahasa yang dihasilkan kegiatan tersebut bersifat integral, merupakan kesatuan yang padu dari berbagai unsur kebahasaan yang ada, yang biasa dikategorikan dengan unsur-unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa (unsur linguistik dan ekstralinguistik) (hlm.10).
Pernyataan di atas memuat pengertian bahwa dalam suatu tulisan, baik
unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga
menghasilkan tulisan yang runtut dan padu. Oleh karena itu, tidak mudah bagi
seseorang untuk menghasilkan tulisan yang baik. Apabila dibandingkan dengan
ketiga keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis merupakan
keterampilan yang paling kompleks dan paling akhir dikuasai pelajar bahasa.
Alwasilah (dalam Murtono, 2010:3) mengemukakan ketidakmudahan
mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan, khususnya bagi bangsa
Indonesia terbukti dari rendahnya produktivitas ilmuwan Indonesia dalam
menerbitkan buku jika dibandingkan dengan negara-negara maju maupun
negara tetangga yang lebih muda dan jumlah penduduknya lebih sedikit,
misalnya Malaysia.
Teeuw (1989:26-30) mengemukakan tujuh ciri bahasa tulis, yakni: (1)
dalam bahasa tulis antara penulis dan pembaca kehilangan sarana komunikasi
suprasegmental; (2) dalam bahasa tulis tidak ada hubungan fisik antara penulis
dan pembaca; (3) dalam teks-teks tertulis, penulis tidak hadir dalam situasi
komunikasi; (4) teks-teks tertulis dapat lepas dari kerangka referensi aslinya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(5) bagi pembaca, tulisan dapat dibaca ulang; (6) teks-teks tertulis dapat
diproduksi dalam berbagai bentuk dan jangkauan komunikasi yang lebih luas;
dan (7) komunikasi menembus jarak ruang, waktu, dan kebudayaan.
Berdasarkan ketujuh ciri bahasa tulis yang dikemukakan Teeuw
tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiadaan sarana suprasegmental dan
paralingual menyebabkan penulis harus mampu mengungkapkan sesuatu
dengan jelas dan berhati-hati dalam menyusun kalimat. Selain itu, komunikasi
tulis yang terjadi secara tidak langsung memungkinkan bahasa yang digunakan
dapat lebih tertata karena jika ditemukan kesalahan bahasa atau ejaan, tulisan
dapat diedit terlebih dahulu, demikian pula dengan kalimat yang strukturnya
kurang baik dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat komunikasi. Jadi,
kelancaran komunikasi dalam suatu tulisan sangat tergantung pada bahasa yang
dilambangvisualkan.
Tulisan adalah suatu bentuk sistem komunikasi lambang visual. Agar
komunikasi melalui lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis
hendaklah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan
lengkap. Sehubungan dengan hal tersebut, Tompkins dan Hoskisson (dalam
Pudjobroto dan Purwanto, 2007:7) menyatakan “Bahasa yang teratur
merupakan manifestasi pikiran yang teratur pula”.
Berkaitan dengan pernyataan di atas, maka segi “kelancaran”
komunikasi dan segi kebahasaan harus diperhatikan dengan seimbang.
Penilaian terhadap hasil tulisan para siswa hendaknya diarahkan pada unsur-
unsur tulisan yang oleh Heaton dan Brown (dalam Sumarwati, dkk., 2008:11)
meliputi content (isi atau gagasan yang disampaikan), form atau organization
(organisasi isi), grammar atau syntax (tata bahasa dan pola kalimat),
vocabulary (pilihan kata dan kosa kata), dan mechanics (pemakaian ejaan dan
penulisan kata-kata). Hal yang sama juga disampaikan Nurgiyantoro
(2010:441-442) yang mengarahkan penilaian menulis pada 5 aspek, yakni isi,
organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik.
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, kegiatan menulis merupakan
kegiatan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
langsung atau tidak secara tatap muka dan ditujukan kepada orang lain. Oleh
karena itu, seorang penulis hendaknya menyadari bahwa apa yang ditulisnya
berbeda dengan apa yang diujarkanya. Tulisan memiliki sifat dapat dibaca oleh
orang lain, dikaji, dan dinilai tanpa bantuan alat-alat yang rumit, misalnya alat
perekam seperti halnya bahasa ujaran.
Ciri lain dari bahasa tulis adalah tidak terdapat perangkat seperti dalam
bahasa ujaran, misalnya intonasi, jeda, mimik wajah, serta gerak tubuh yang
dapat memperjelas komunikasi. Ketiadaan perangkat tersebut dapat
menyebabkan bahasa tulis lebih sulit dipahami pembacanya apabila di
dalamnya terdapat banyak kesalahan atau kekeliruan bahasa. Bahkan
Hendrickson (dalam Sumarwati, dkk., 2008:3) menyatakan bahwa menulis
dengan banyak kesalahan bahasa merupakan kegiatan yang sia-sia karena
tulisannya tidak akan dibaca orang. Sebaliknya, karangan dengan kesalahan
bahasa yang minimal memungkinkan pembaca dapat memahami isinya secara
optimal. Dengan demikian, sudah selayaknya penulis berhati-hati dalam
menyusun kalimat-kalimatnya dan menggunakan tanda baca agar
menghindarkan pembaca dari salah penafsiran maupun kesulitan dalam
memahami isi bacaan. Dengan kata lain, penguasaan kaidah kebahasaan yang
baik sangat perlu dimiliki oleh seorang penulis.
b. Ciri Bahasa dalam Penulisan Karya Ilmiah
Penulisan karya ilmiah menggunakan ragam bahasa tulis yang baku,
ejaan yang baku, kata-kata dan istilah yang baku, singkatan yang baku, dan
struktur kalimat yang baku pula, yang dirangkai dalam paragraf secara
sistematis dan masuk akal. Selain mengikuti kaidah-kaidah umum bahasa
Indonesia, bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah mempunyai
ciri-ciri seperti yang dikemukakan Haryanto, dkk., (2000:31-32) sebagai
berikut.
1) Bahasa dalam karya tulis ilmiah bersifat formal dan objektif. Oleh karena
itu tingkat bahasa yang digunakan juga tingkat bahasa formal, bukan
harian. Gagasan yang disampaikan didasarkan atas fakta dan tidak
berpihak pada siapa pun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2) Bahasa dalam karya tulis ilmiah termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena
itu, bahasa yang digunakan mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia
baku dan sedapat mungkin menghindari kata-kata asing atau daerah yang
tidak lazim digunakan atau yang sudah ada padanannya dalam bahasa
Indonesia.
3) Bahasa dalam karya tulis ilmiah bukan suatu dialek. Oleh karena itu,
dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari ungkapan-ungkapan yang berbau
dialek.
4) Bahasa dalam karya tulis ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran
daripada dengan perasaan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan bersifat
tenang, sederhana, tidak emosional, tidak ekstrem, tidak berlebihan..
5) Komunikasi gagasan dalam karya ilmiah harus secara lengkap, jelas,
ringkas, meyakinkan, dan tepat. Bahasa dalam karya tulis ilmiah harus
cermat, singkat, dan jelas.
6) Dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari bahasa yang usang, kolot, dan
basi.
7) Dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari kata-kata yang mubazir
(redundant).
8) Dalam karya tulis ilmiah lazim digunakan ragam pasif, peristiwa lebih
diutamakan daripada pelaku perbuatan.
9) Kalimat-kalimat dalam karya tulis ilmiah panjangnya sedang.
10) Karya tulis ilmiah lazim menggunakan gambar, diagram, tabel, dan
análisis ilmu pasti.
11) Tanda baca, lambang ilmiah, singkatan, rujukan, jenis huruf (besar, kecil,
tegak, miring, tebal, tipis) dalam karya tulis sangat diperhatikan.
4. Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa merupakan hal yang wajar terjadi pada pembelajar
bahasa, termasuk para siswa di sekolah. Corder (dalam Suwarna, 1995)
menyatakan bahwa kesalahan justru merupakan bukti bahwa dalam diri
pembelajar sedang terjadi proses belajar. Dalam kaitannya dengan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
menulis, kesalahan bahasa yang dilakukan siswa merupakan bukti bahwa siswa
tersebut sedang melalui proses belajar bahasa, yaitu belajar bahasa tulis.
Berkaitan dengan kesalahan bahasa, Setyawati (2010:13-14)
mengemukakan empat kata dalam bahasa Indonesia yang artinya bernuansa
dengan kesalahan yaitu: penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan. Keempat
kata itu dapat dideskripsikan artinya sebagai berikut:
a. Kata ‘salah’ diantonimkan dengan ‘betul’, artinya apa yang dilakukan tidak
betul, tidak menurut norma, atau tidak menurut aturan yang ditentukan. Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh pemakai bahasa yang belum tahu, atau tidak
tahu terdapat norma, kemungkinan yang lain adalah khilaf. Jika kesalahan ini
dihubungkan dengan penggunaan kata, pemakai bahasa tidak mengetahui kata
apa yang tepat untuk dipakai.
b. Penyimpangan, dapat diartikan menyimpang dari norma yang telah ditetapkan.
Pemakai bahasa menyimpang karena tidak mau, enggan, au tmalas mengikuti
norma yang ada. Sebenarnya pemakai bahasa tersebut mengetahui norma yang
benar, tetapi ia memakai norma lain yang dianggap lebih sesuai dengan
konsepnya.
c. Pelanggaran terkesan negatif karena pemakai dengan penuh kesadaran tidak
mau menurut norma yang telah ditentukan sekalipun ia menyadari bahwa apa
yang dilakukannya berakibat tidak baik.
d. Kekhilafan merupakan proses psikologis yang dalam hal ini menandai
seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya,
khilaf dapat mengakibatkan sikap keliru memakai. Kekhilafan dapat diartikan
kekeliruan. Kemungkinan salah ucap, salah susun karena kurang cermat.
Adapun Norish (1983:6-8) memandang perlunya membedakan tiga tipe
penyimpangan berbahasa yang berbeda. Tiga hal itu meliputi error, mistake, dan
lapse. Error, kesalahan, merupakan penyimpangan berbahasa secara sistematis
dan terus-menerus sebagai akibat belum dikuasainya kaidah-kaidah atau norma-
norma bahasa target. Mistake, kekeliruan, terjadi ketika seorang pembelajar tidak
secara konsisten melakukan penyimpanagn dalam berbahasa. Kadang-kadang
pembelajar dapat mempergunakan kaidah/norma yang benar tetapi kadang-kadang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
mereka membuat kekeliruan dengan mempergunakan kaidah/norma dan bentuk-
bentuk yang keliru. Lapse, selip lidah, diartikan sebagai bentuk penyimpangan
yang diakibatkan karena pembelajar kurang konsentrasi, rendahnya daya ingat
atau sebab-sebab lain yang dapat terjadi kapan saja dan pada siapa pun.
Senada dengan apa yang diutarakan Norish, Subyakto dan Nababan
(1993:131) menyatakan bahwa pengertian kesalahan berbeda dengan kekeliruan.
Kesalahan (error) merupakan tindak bahasa yang menyimpang dari kaidah
berbahasa, sedangkan kekeliruan (mistake) merupakan penyimpangan tindak
bahasa yang tidak disengaja sehingga dengan mudah dapat diperbaiki sendiri.
Djago Tarigan dan Lilis Siti Sulistyaningsih (dalam Purwanto, 2008:15)
menambahkan bahwa kekeliruan berbahasa berhubungan dengan masalah
performance, sedangkan kesalahan lebih disebabkan oleh faktor competence.
Kekeliruan merupakan penyimpangan pemakaian bahasa yang bersifat insidental
dan tidak sistematis. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya faktor kelelahan, emosi,
dan lain sebagainya, sedangkan kesalahan bersifat menetap dan sistematis. Dalam
hal ini, kesalahan-kesalahan yang dilakukan dapat menunjukkan tingkat
kemampuan berbahasa seseorang.
Lebih lanjut Setyawati (2010:15-16) menyatakan bahwa pangkal penyebab
kesalahan bahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan,
bukan pada bahasa yang digunakannya. Ada tiga kemungkinan penyebab
seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain: (1) terpengaruh bahasa yang
lebih dahulu dikuasainya atau interferensi bahasa ibu, (2) kekurangpahaman
pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya sehingga salah atau keliru
dalam menerapkan kaidah bahasa, (3) Pengajaran bahasa yang berkaitan dengan
bahan ajar dan cara mengajar yang kurang tepat atau kurang sempurna.
Meskipun demikian, kesalahan berbahasa yang dilakukan seseorang tidak
dapat dijadikan petunjuk bahwa yang bersangkutan memiliki sikap bahasa yang
negatif. Sikap bahasa yang negatif terbentuk jika orang tahu atau sudah diberi tahu
bahwa ia telah melakukan kesalahan, tetapi enggan berusaha memperbaiki
kesalahan tersebut. Orang yang kurang terampil berbahasa dapat menunjukkan
sikap positif jika ia belajar dari kesalahan, memperhatikan saran, petunjuk, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pendapat orang yang ahli, serta mengupayakan perbaikan pemakaian bahasanya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesalahan bahasa dapat dijadikan sarana untuk
memperbaiki pemakaian bahasa seseorang.
5. Koreksi Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa yang terjadi atau dilakukan oleh siswa dalam suatu
proses belajar-mengajar mengindikasikan belum tercapainya tujuan pembelajaran
bahasa secara maksimal. Dalam pembelajaran menulis, semakin tinggi kuantitas
kesalahan bahasa dalam tulisan siswa berarti semakin sedikit pula tujuan
pengajaran bahasa yang tercapai. Kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa
harus dikurangi sampai ke batas minimal, bahkan diusahakan dihilangkan sama
sekali. Hal ini dapat dicapai jika guru mau mengkaji secara mendalam seluk-beluk
kesalahan berbahasa yang dilakukan siswanya dan melakukan koreksi dengan
teknik yang tepat dan efektif, yakni teknik koreksi yang sekaligus dapat menjadi
sarana pembelajaran bahasa bagi siswa.
Berkaitan dengan keefektifan koreksi sebagai sarana pembelajaran bahasa,
Wood (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:8) menyatakan kesalahan adalah
bagian dari proses belajar dan koreksi kesalahan adalah hal yang akan membawa
pembelajar ke arah kemajuan. Pendapat ini didukung oleh kesimpulan Sarigul
(2005) dan Choudron (1988) bahwa hasil koreksi bahasa yang dilakukan para
pelajar merupakan refleksi dari hasil belajarnya. Dikatakan demikian karena pada
dasarnya pembelajar bahasa ingin tahu pada hal apa ia masih kurang dan hal mana
ia telah mengalami kemajuan (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:8).
Djago Tarigan dan Lilis Siti Sulistyaningsih (dalam Purwanto, 2008:15)
menjelaskan bahwa koreksi kesalahan berbahasa menunjuk pada kegiatan
menemukan sumber-sumber (letak) kesalahan, mengenali penyebab, dan
memperbaikinya. Sumarwati, dkk., (2008:12) menambahkan bahwa ketiga
komponen tersebut merupakan suatu kesatuan, dalam pengertian penguasaan pada
salah satu komponen akan berpengaruh terhadap penguasaan komponen lainnya.
Seorang pembelajar akan kesulitan menemukan penyebab kesalahan jika ia tidak
mengetahui letak kesalahannya. Pembelajar juga akan mengalami hambatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dalam melakukan pembetulan jika ia tidak memahami penyebab terjadinya suatu
kesalahan. Apabila ia dapat melakukannya, kegiatan tersebut lebih bersifat
spekulatif sehingga pembetulan itu belum tentu benar.
Dengan melakukan koreksi terhadap bahasanya sendiri, pembelajar akan
mampu mereaksi atau memberikan sikap baik secara internal maupun secara
eksternal. Ketika menyadari telah membuat kesalahan, pembelajar akan menjadi
kritis terhadap kesalahan dan mencoba menghindari kesalahan yang sama pada
kegiatan menulis selanjutnya. Secara eksternal, pembelajar akan menerima kritik
dari orang lain, baik pengajar atau teman, tentang kesalahan yang dibuatnya.
Dengan mengkritik orang lain (teman) yang berbuat salah, penilaiannya tersebut
sekaligus menjadi refleksi diri bagi pembelajar karena kesalahan itu kemungkinan
dilakukan juga olehnya. Adapun dengan melakukan koreksi terhadap bahasa
orang lain (teman), pembelajar akan mendapatkan masukan mengenai model-
model kesalahan yang mungkin belum pernah dilakukannya (Brown dalam
Sumarwati, dkk., 2008:58).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan koreksi
memiliki begitu banyak manfaat dalam proses pembelajaran bahasa. Banyak
pakar bahasa mengemukakan berbagai manfaat yang dapat diperoleh guru dari
adanya kegiatan koreksi kesalahan terhadap pemakaian bahasa siswa, salah
satunya Nurgiyantoro (dalam Purwanto, 2008:17). Menurutnya, kegiatan koreksi
dapat digunakan guru untuk: (1) menentukan urutan sajian, (2) menentukan
penekanan dalam penjelasan dan pemberian latihan, (3) memperbaiki pengajaran
secara remedial, dan (4) memilih butir-butir yang tepat guna mengevaluasi
penguasaan bahasa tulis siswa. Adapun bagi siswa, penemuan dan penunjukan
kesalahan dalam bahasa tulis yang dilakukannya dapat menjadi pelajaran baginya.
Sebagai tindak lanjut, siswa akan lebih kritis dan korektif dalam menggunakan
bahasa.
Corder (dalam Purwanto, 2008:17) juga menyampaikan keuntungan lain
yang dapat diperoleh guru, peneliti, dan pengoreksi dari kegiatan koreksi, yaitu:
(a) bagi guru, koreksi kesalahan akan memberikan petunjuk tentang kemajuan
belajar yang dicapai siswa, apa yang telah dikuasainya, dan apa yang belum dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
masih harus dipelajarinya lagi; (b) bagi peneliti, akan diperoleh banyak
penjelasan tentang berlangsungnya proses pemerolehan bahasa dan strategi atau
prosedur apa yang digunakan siswa untuk menguasai bahasa yang dipelajari; dan
(c) bagi pengoreksi, ia dapat memanfaatkan kesalahan itu sebagai sesuatu yang
harus dipelajari.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehadiran koreksi kesalahan bahasa dalam
sebuah proses belajar bahasa, khususnya menulis, sangatlah penting. Dalam
proses belajar bahasa, guru hendaknya mampu membantu siswa untuk
menemukan sumber-sumber (letak) kesalahan bahasanya, mengenali
penyebabnya, dan memperbaiki kesalahan bahasa tersebut.
6.Teknik Koreksi Kesalahan Bahasa dalam Pembelajaran Menulis
Walz (1982:27-32) mengklasifikasikan berbagai teknik (prosedur) koreksi
pemakaian bahasa tulis ke dalam 3 kategori utama, yaitu teacher correction
(koreksi guru), peer-correction (koreksi bersama teman), dan self-correction
(koreksi-diri). Adapun penjelasan masing-masing teknik koreksi dapat dibaca di
bawah ini.
a. Teknik Teacher Correction (Koreksi Guru)
Teknik Teacher Correction, yaitu aktivitas koreksi yang dilakukan
oleh guru atau pengajar terhadap tulisan peserta didik dengan cara guru
mencoret atau memberi tanda langsung pada letak-letak atau bagian-bagian
yang salah serta menuliskan pembetulannya. Ini sesuai dengan pengertian yang
diberikan Hendrickson (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:9) mengenai
teacher correction yaitu guru mengoreksi secara langsung, yakni dengan
menunjukkan bagian-bagian yang salah sekaligus memperbaikinya. Caranya,
bagian yang salah diberi garis bawah (biasanya dengan tinta merah) kemudian
diikuti dengan pembetulannya. Kemudian tulisan yang telah dikoreksi tersebut
dikembalikan kepada peserta didik untuk dipelajari atau dijadikan masukan
bagi perbaikan dalam berbahasanya.
Teknik koreksi langsung memiliki kelebihan yaitu hasil koreksi lebih
tepat karena koreksi dilakukan langsung oleh guru. Akan tetapi, teknik ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
memiliki banyak kelemahan. Melalui teknik tersebut, guru berupaya
memperbaiki semua kesalahan siswanya dalam menulis, misalnya cara
penulisan, gramatika, dan sebagainya agar tulisan tersebut benar dan sesuai
kaidah. Pada saat dikembalikan kepada siswa, lembaran karangan tersebut
sudah penuh dengan coretan merah dari guru. Mengenai fenomena ini,
Sudjianto (2010) berpendapat bahwa hal tersebut merupakan suatu kesalahan
jika ternyata siswa tidak belajar dari hasil koreksi gurunya dan justru kecewa
pada dirinya sendiri karena merasa bahwa karangan yang sudah dibuatnya
sangat jelek. Hal tersebut dapat berakibat pada menurunnya motivasi siswa
pada tugas menulis selanjutnya.
Berkaitan dengan teknik koreksi langsung, Sutedi (2008) juga
mengemukakan kelemahan lain dari teknik koreksi langsung, yaitu koreksi ini
hanya menjangkau siswa pada tingkat individu sehingga hanya siswa yang
bersangkutan yang mengetahui dan menyadari kesalahannya, sedangkan siswa
yang lainnya tidak mendapatkan infomasi tersebut. Akibatnya, ada
kemungkinan kesalahan yang sama akan diulang oleh siswa yang lain.
Hendrickson (dalam Sumarwati, dkk., 2008:14) menambahkan bahwa
teknik koreksi langsung hanya tepat dilakukan untuk tujuan pemberian nilai
menulis dengan maksud agar siswa mengetahui alasan tinggi rendahnya nilai
yang diberikan guru. Dengan kata lain, pemberian nilai terhadap tulisan salah
satu aspek penentunya adalah dari jumlah kesalahan bahasa yang terdapat di
dalamnya. Sebuah tulisan dengan muatan isi dan organisasi isinya yang baik,
tetapi jumlah kesalahan bahasanya besar, akan mendapat nilai kurang baik.
Sebaliknya, tulisan dengan isi dan organisasinya baik serta jumlah kesalahan
bahasa kecil, akan mendapat nilai baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
penerapan teknik koreksi langsung hanya tepat untuk memberikan pengertian
pada siswa mengenai alasan pemberian nilai tugas menulisnya tetapi kurang
tepat apabila ditujukan untuk membelajarkan siswa tentang kaidah bahasa tulis
melalui kesalahan-kesalahan bahasa yang diperbuatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Teknik Peer-Correction (Koreksi bersama Teman)
Teknik peer-correction, yaitu kegiatan koreksi tulisan yang dilakukan
peserta didik dalam bentuk kelompok, baik kelompok besar (lebih dari 5 orang)
maupun kelompok kecil (bisa terdiri dari 2 orang). Purwanto (2008:19)
menyatakan teknik ini menunjuk pada kegiatan atau aktivitas siswa dalam
membaca tulisan temannya kemudian membuat respon (berupa koreksi) dalam
posisinya sebagai pembaca. Adapun istilah lain yang biasa digunakan untuk
menyebut teknik ini adalah teknik koreksi teman sebaya.
Walz (1982:27-32) menjelaskan berbagai bentuk pelaksanaan teknik
peer-correction sebagai berikut :
1) menggunakan media proyeksi
Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menayangkan sebuah tulisan
siswa (misalnya melalui OHP) yang kemudian siswa lain dalam satu
kelompok di bawah bimbingan guru menemukan letak-letak kesalahan,
menemukan penyebab terjadinya kesalahan, dan membetulkan kesalahan
tersebut. Dalam hal ini, guru hendaknya menyeleksi tulisan yang hendak
dibahas dalam pembelajaran.
2) membahas secara berkelompok
Penerapannya dapat dilakukan dengan cara membahas sebuah tulisan
secara bersama-sama oleh sekelompok kecil siswa (bisa dua orang) yang
kemudian melakukan kegiatan koreksi terhadap tulisan tersebut berdasarkan
tipe-tipe kesalahan yang telah ditentukan sebelumnya.
3) tukar-menukar tulisan teman sebaya
Prosesnya berupa tukar-menukar tulisan misalnya dengan teman
sebangku untuk dikoreksi. Jadi, antara siswa yang satu dengan yang lain
saling mengoreksi hasil tulisan yang telah dibuat oleh temannya. Proses ini
tetap harus berada dalam bimbingan guru. Guru harus memberi pengertian
dan penegasan kepada siswa bahwa mereka harus benar-benar dan sungguh-
sungguh dalam mengoreksi dan koreksi yang dilakukan berdasarkan tipe-
tipe kesalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun dalam penelitian
ini, model tindakan peer-correction ketiga inilah yang akan diterapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sebagai upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
karya ilmiah dari kajian buku pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2
Sukoharjo.
4) menulis secara berkelompok
Bentuk ini bisa diterapkan pada kelas dengan jumlah siswa yang
banyak yang kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok untuk
membuat sebuah tulisan. Kemudian, tulisan tersebut dikoreksi secara
bersama-sama pula sehingga akan dihasilkan tulisan final yang akan
dikumpulkan kepada guru. Dengan demikian, hasil tulisan tersebut
merupakan hasil dari kerjasama kelompok dan hendaknya penilaian yang
dilakukan juga berdasarkan aspek kerjasama dan kekompakan anggota
kelompok.
Disamping mengemukakan bentuk-bentuk pelaksanaan peer-correction,
Walz (1982:17) juga menyebutkan beberapa manfaat yang bisa didapat dari
penerapan peer-correction antara lain : (a) akan dapat memperkuat motivasi
siswa dalam proses pembelajaran bahasa, (b) akan mampu melibatkan siswa
secara lebih aktif dalam proses belajar mengajar, (c) koreksi yang diberikan
akan lebih mudah dipahami oleh siswa-siswa lainnya, dan (d) dengan
diterapkannya teknik koreksi teman sebaya maka siswa akan lebih banyak
berperan untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
Berkaitan dengan manfaat peer-correction yang dikemukakan Walz di
atas, beberapa pakar bahasa lain juga mengemukakan berbagai kelebihan dari
penerapan teknik peer-correction. Barnas (dalam Purwanto, 2008:20-21)
mengungkapkan kelebihan teknik peer-correction sebagai berikut : (a) teknik
ini berpusat kepada kegiatan siswa sebagai peserta didik ; (b) dapat memotivasi
siswa untuk aktif berpikir ; (c) siswa terlibat langsung dalam menilai hasil
karangan ; (d) dapat menghilangkan rasa kaku selama proses pembelajaran
karena siswa bertukar pikiran dengan temannya sendiri ; (e) memberikan
pengalaman langsung kepada siswa dalam memperbaiki karangan ; (f)
menghilangkan kejemuan saat proses pembelajaran di kelas, (g) guru lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
mudah memantau perkembangan kemampuan menulis siswa karena setiap
kegiatan tahapan menulis terlihat nyata.
Secara lebih jelas Bambang Kaswanti Purwo (dalam Purwanto, 2008:20)
mengungkapkan bahwa dengan adanya kegiatan siswa mencari dan
menemukan kesalahan dalam suatu kelompok kelas, siswa akan berpeluang
mengambil bagian secara aktif untuk mencoba, mencari, dan membetulkan
kesalahan temannya sehingga memungkinkan siswa yang lebih mampu akan
mengambil porsi yang lebih besar. Pada kegiatan ini siswa yang lemah akan
belajar banyak pada siswa yang lebih mampu. Disampaikan pula bahwa apa
yang disampaikan oleh teman sebayanya lebih mudah dipahami daripada apa
yang disampaikan oleh guru. Pendapat ini senada dengan apa yang
disampaikan oleh Stevick (dalam Purwanto, 2008:20) yang mengungkapkan
bahwa pemberian koreksi atau umpan balik yang dilakukan oleh teman sebaya
merupakan cara koreksi kesalahan yang lebih informatif karena diberikan oleh
orang yang memiliki kemampuan yang sebanding.
Lebih lanjut Li (dalam Purwanto, 2008:20) menyampaikan bahwa dalam
proses pembelajaran menulis, pada umumnya siswa senang berbagi tulisan dan
komentar dengan teman satu kelompok yang dipercayainya. Oleh karena itu,
dengan adanya penerapan teknik peer-correction diharapkan akan mampu
menumbuhkan sikap kritis siswa sehingga mereka akan lebih berhati-hati
dalam menulis dengan menghindari kesalahan-kesalahan bahasa seperti yang
dilakukan oleh temannya.
c. Teknik Self-correction (Koreksi Diri)
Teknik self-correction, yaitu kegiatan koreksi tulisan yang dilakukan
oleh pelajar bahasa yang membuat tulisan tersebut dengan bimbingan guru
karena umumnya para pelajar semakin kesulitan menemukan kesalahan
bahasanya sendiri. Untuk itu, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa
dalam menemukan letak-letak kesalahannya dengan memberi penanda tertentu
pada tulisan siswa (Pudjobroto dan Purwanto, 2007:10).
Berkaitan dengan masalah koreksi kesalahan bahasa, penerapan self-
correction ini hampir serupa dengan penerapan teknik peer-correction. Kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
teknik koreksi tersebut termasuk dalam jenis koreksi tidak langsung.
Perbedaannya, jika dalam penerapan peer-correction siswa melakukan koreksi
secara berpasangan, maka dalam self-correction siswa melakukan koreksi
secara individu. Namun, kedua teknik tersebut juga harus tetap dilaksanakan di
bawah bimbingan atau arahan dari guru. Hasil penelitian Pudjobroto &
Purwanto (2007) serta Sumarwati,dkk. (2010) menunjukkan bahwa teknik self-
correction dan peer-correction lebih efektif daripada teacher correction dalam
pembelajaran menulis.
Teknik self-correction memiliki beberapa kelebihan. Menurut Wood
(dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:12) penerapan self-correction dalam
pembelajaran menulis memiliki nilai plus sebagai berikut: (1) dapat
mengembangkan penguasaan dan ketepatan berbahasa para siswa, (2)
memungkinkan siswa untuk tidak selalu bergantung pada guru dalam
mengoreksi kesalahan bahasanya, dan (3) memungkinkan guru dapat
membimbing siswa secara individual.
Namun demikian, teknik self-correction juga memiliki kelemahan
karena adakalanya saat siswa membaca tulisannya sendiri, ia tidak dapat
menemukan kekurangan dan kesalahan yang dilakukannya. Bahkan
Hendrickson (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:11) menegaskan bahwa
siswa tidak akan belajar secara pasti tanpa mengetahui kapan dan dalam hal apa
dia berbuat salah. Masalah itu pun mempunyai dampak bagi guru karena lebih
lanjut menurut Walz (dalam Pudjobroto dan Purwanto, 2007:11) jika siswa tak
menyadari kesalahannya sendiri, guru akan mengalami kesulitan dalam
membantu mengoreksinya. Selain itu, jika dibandingkan dengan teknik peer-
correction, dalam pelaksanaan teknik self-correction siswa akan cenderung
kurang termotivasi untuk membuat tulisan yang baik karena hasil tulisannya
nantinya hanya akan dibaca dan dikoreksi oleh dirinya sendiri dan gurunya,
bukan oleh teman-teman mereka ataupun orang lain.
Berdasarkan pertimbangan atas kelebihan dan kekurangan ketiga jenis
teknik koreksi yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini peneliti dan
kolaborator menetapkan untuk menerapkan teknik peer-correction berbatuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
feedback guru. Adapun penjelasan mengenai feedback atau umpan balik dalam
peer-correction akan diuraikan di bawah ini.
7. Feedback dalam Penerapan Teknik Peer-Correction
Feedback (umpan balik) merupakan hal penting yang pasti terjadi di dalam
interaksi pembelajaran yang baik (Chaudron, 1988:133). Pendapat ini didukung
oleh Rosset dan Arwady (dalam Anwar, 2006:156) yang menyatakan bahwa
umpan balik merupakan salah satu solusi bagi pemecahan masalah kinerja
(performance problem) yang dialami seseorang. Umpan balik merupakan bentuk
intervensi positif yang dilakukan terhadap orang lain, misalnya dengan mengajar
seseorang untuk melakukan sesuatu (teach someone to do something. Dalam hal
pembelajaran menulis, masalah kinerja yang dimaksud dapat dikaitkan dengan
masalah siswa dalam proses belajar menulisnya, sedangkan intervensi positif yang
dilakukan guru terhadap siswa dapat berupa upaya guru membelajarkan siswa
agar dapat mengoreksi hasil tulisan temannya.
Heinich et al (dalam Anwar, 2006:156) mengemukakan bahwa umpan
balik (feedback) adalah suatu bentuk kritis dari proses komunikasi, terutama
dalam komunikasi instruksional dimana penerima pesan merespon pesan yang
disampaikan. Ditambahkan pula oleh Johnson and Johnson (dalam Anwar,
2006:156) bahwa umpan balik itu bertujuan untuk memberi respon apakah
pekerjaan yang telah dilakukan seseorang atau sekelompok orang sudah dilakukan
dengan baik atau belum. Jika dikaitkan dengan pembelajaran menulis, maka
umpan balik merupakan cara yang praktis dan efektif untuk membantu siswa
dalam mencapai tujuan belajar menulisnya. Dalam hal ini, feedback atau umpan
balik dari guru kepada siswanya diharapkan dapat mengatasi kelemahan para
siswa dalam pembelajaran menulis, termasuk kelemahan dalam menerapkan
kaidah bahasa Indonesia tulis.
Berkaitan dengan keefektifan pemberian umpan balik, Kulhavy dan Stock
(dalam Paneo, 2007:728) menyatakan umpan balik menjadi efektif apabila
dilakukan verifikasi dan elaborasi. Dijelaskan lebih jauh olehnya bahwa verifikasi
adalah pertimbangan sederhana apakah jawaban siswa sudah benar atau masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
salah, sedangkan elaborasi adalah komponen informasi yang disediakan untuk
memandu siswa ke arah suatu jawaban yang benar. Oleh karena itu, umpan balik
terhadap siswa diperlukan sebagai suatu koreksi internal (Gagne dalam Anwar,
2006:156) dan merupakan satu komponen yang sangat penting dalam
pembelajaran (Dick and Carey dalam Anwar, 2006:156). Dalam hal pembelajaran
bahasa, Sumarwati, dkk. (2010:13) menambahkan bahwa dari pandangan seorang
pengajar bahasa, adanya umpan balik merupakan alat utama yang bisa
memberitahukan kepada pembelajar mengenai ketepatan dalam menggunakan
bahasa. Penggunaan umpan balik dalam rangka koreksi kesalahan berbahasa
merupakan sumber pengembangan berbahasa yang sangat potensial.
Feedback atau umpan balik dalam pembelajaran memiliki beberapa fungsi.
Silverius (1991:149) menyebutkan tiga fungsi utama feedback dalam
pembelajaran, yakni fungsi informasional, motivasional, dan komunikasional.
Adapun Allwright (dalam Sumarwati, dkk., 2010:13) mengatakan bahwa feedback
mempunyai 3 fungsi, yakni sebagai pemberi reinforcement ‘penguatan”,
information ‘informasi’, dan motivation ‘motivasi’. Dijelaskan lebih lanjut
olehnya bahwa feedback dapat memberikan pertimbangan pada pembelajar untuk
mengulangi pemakaian pola-pola bahasa yang benar. Informasi yang ada pada
feedback dapat digunakan oleh pembelajar untuk membenarkan atau tidak
membenarkan dugaan-dugaan yang telah muncul dalam pikirannya terhadap suatu
bentuk pemakaian bahasa. Adapun sebagai pemberi motivasi, feedback dapat
mempengaruhi pembelajar untuk mencoba memperbaiki kesalahan bahasa yang
terjadi. Ini disebabkan tidak adanya feedback akan menimbulkan kecemasan akan
terjadinya kegagalan.
Pada dasarnya, apapun yang dilakukan oleh pengajar, pembelajar
mendapatkan masukan. Dalam kegiatan koreksi kesalahan berbahasa semua yang
dilakukan guru dapat berfungsi sebagai feedback, seperti pengajar melakukan
pengulangan pada ujaran yang salah (repetition), melakukan konfirmasi
melakukan klarifikasi, memberikan contoh, memberi tanda cek atau tanda lainnya
(clues), atau menerangkan (Walz, 1982:4). Akan tetapi, pemilihan bentuk
feedback harus pula disesuaikan dengan tingkat penguasaan kaidah oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pembelajar, kemajuan belajar yang telah dicapai, dan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Day (dalam Chaudron, 1984:2) membedakan
teknik pemberian feedback dalam kegiatan koreksi kesalahan menjadi 3, yaitu
kegiatan koreksi tanpa feedback, koreksi dengan feedback secara langsung, dan
koreksi dengan feedback secara tak langsung.
Kegiatan koreksi tanpa feedback menunjuk kegiatan menemukan sumber
kesalahan hingga pembetulannya tanpa mendapat petunjuk dari guru. Pembelajar
semata-mata hanya mengandalkan penguasaannya mengenai kaidah-kaidah
bahasa. Teknik ini dapat diterapkan pada kelas advance (mahir) atau untuk
mengukur tingkat penguasaan berbahasa seorang pelajar, tetapi disarankan tidak
digunakan untuk yang masih pada tahap belajar. Pembelajar akan mengalami
kebingungan kalau tidak diberi feedback ketika ia tidak bisa mempertimbangkan
mana yang salah (Hendrickson, 1981). Koreksi dengan feedback langsung yaitu
memberikan tanda-tanda bantuan (clues) yang ditempatkan pada sumber
kesalahan sehingga pembelajar bisa langsung membetulkannya. Kegiatan koreksi
dengan feedback tak langsung yaitu memberi tanda-tanda bantu tertentu baik
secara lisan maupun tertulis yang dapat digunakan pembelajar untuk
mengarahkannya dalam menemukan sumber-sumber kesalahan. Tujuannya adalah
untuk menghindarkan kebiasaan yang kurang baik seperti misalnya memanjakan
siswa dengan ‘menyuapi’ siswa secara langsung dengan perbaikan-perbaikan
yang dilakukan guru. Melalui pemberian kode-kode, siswa diharapkan dapat
memikirkan sendiri letak kesalahannya dan bagaimana memperbaikinya.
Menurut Walz (1982:27-32) pada tahap-tahap permulaan atau latihan
melakukan koreksi kesalahan bahasa, siswa perlu diberi feedback (umpan balik)
dengan berbagai cara, seperti:
a. Memberi simbol-simbol dan singkatan-singkatan
Cara yang sering digunakan untuk memotivasi siswa, khususnya yang
sedang belajar mengoreksi kesalahan bahasa, agar mereka bisa melakukan
koreksi adalah dengan memberi berbagai simbol atau kode pada tulisan yang
dikoreksinya. Penanda tersebut biasanya ditempatkan pada bagian margin,
tidak pada sumber atau letak kesalahan yang sebenarnya. Dengan demikian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
para siswa harus menentukan letak-letak kesalahan bahasa temannya dan
membetulkan kesalahan tersebut.
Contoh :
Km = Tanda Koma
PK = Penulisan Kata
HD = Kehematan Diksi
BK = Kebakuan Kalimat.
Sudah barang tentu, untuk siswa dari kelas rendah penempatan
penandaan seperti di atas kurang efektif sehingga perlu dibuat yang lebih
khusus. Bahkan Hendrickson (dalam) mengusulkan seperangkat penanda
koreksi pada tulisan siswa dari kelas-kelas permulaan itu, sebagai pelengkap
dari pemberian tanda pada bagian margin seperti:
1) Garis bawah untuk penulisan huruf atau kata yang salah
2) Lingkaran untuk pemakaian tanda baca yang tidak tepat
3) Tanda panah untuk penempatan bagian kalimat yang tidak pada tempatnya.
4) Tanda tanya untuk bagian-bagian kalimat yang membingungkan
Untuk itu, guru perlu mempersiapkan daftar simbol maupun singkatan-
singkatan beserta penjelasannya dan menyampaikan informasi tersebut kepada
para siswa.
b. Memberi contoh-contoh kesalahan dan pembetulannya
Untuk jenis kesalahan-kesalahan yang sifatnya tidak terlalu kompleks
atau mudah untuk ditemukan sendiri oleh pembelajar, pelaksanaan koreksi bisa
dilakukan pengajar dan pembelajar secara bersama. Pengajar lebih dahulu
memberikan contoh-contoh mengenai satu jenis kesalahan, kemudian
pembelajar harus mengoreksi tulisan temannya untuk jenis kesalahan yang
sama dengan bimbingan pengajar. Selanjutnya, pembahasan bisa dialihkan
pada jenis kesalahan yang lain.
Dalam pemakaian bahasa Indonesia, jenis-jenis kesalahan yang bisa
dikoreksi dengan cara memberi contoh-contoh adalah penempatan tanda baca,
misalnya: tanda titik dan koma, pemakaian huruf kecil dan kapital, penulisan
kata depan dan imbuhan. Untuk menentukan jenis kesalahan yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dikoreksi dengan cara ini, pengajar dapat melakukannya dengan berdasarkan
tingkat kemampuan pembelajar.
c. Menggunakan referensi tentang kaidah-kaidah bahasa tulis
Untuk menerapkan cara ini, terlebih dahulu pengajar perlu
menyeragamkan buku-buku atau referensi mengenai kaidah-kaidah penulisan
yang dipakai para pembelajar maupun yang menjadi pegangannya. Buku-buku
atau referensi yang memuat kaidah-kaidah berbahasa tulis tersebut seperti buku
pedoman penulisan ejaan, buku pedoman pembentukan istilah, dasar-dasar
komposisi, dan tata kalimat. maupun kamus.
Dengan berpedoman pada buku-buku yang telah dimiliki pembelajar,
pengajar dapat menandai bagian-bagian tulisan yang salah dengan menuliskan
nomor halaman buku dan identitas yang lebih khusus berkenaan dengan kaidah
penulisan yang dapat membantu pembelajar untuk memperbaiki kesalahan
tersebut.
Berdasarkan penjelasan tentang cara-cara pemberian feedback yang telah
dikemukakan, dalam penelitian ini peneliti dan kolaborator menetapkan untuk
menerapkan feedback dengan memberikan contoh-contoh kesalahan dan
pembetulannya. Sebagaimana diterangkan sebelumnya, pemberian feedback
dengan cara ini diawali dengan pemberian contoh-contoh mengenai satu jenis
kesalahan oleh pengajar, kemudian pembelajar harus mengoreksi tulisan
temannya untuk jenis kesalahan yang sama dengan bimbingan pengajar dan
seterusnya beralih pada jenis kesalahan yang lain. Karena kegiatan koreksi
dilakukan siswa secara berpasangan atau berkelompok, maka feedback yang
diberikan guru pun hendaknya melalui pendekatan kelompok.
Paneo (2007:729) menjelaskan bahwa dalam penyajian umpan balik secara
kelompok, para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan
untuk membahas dan menelaah hasil jawabannya yang telah dikoreksi guru,
sehingga mendapatkan suatu jawaban yang benar. Pada penerapan peer-correction
dalam pembelajaran menulis, karena koreksi dilakukan oleh siswa secara
berpasangan, maka guru hanya mengarahkan siswa untuk membahas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
menelaah hasil tulisan teman yang dikoreksinya. Dengan demikian, aktivitas
pembelajaran bisa lebih terpusat pada siswa, sedangkan guru hanya bertindak
sebagai fasilitator, mediator dalam memberikan arahan terhadap materi dan
prosedur yang akan dibahas, sekaligus sebagai evaluator dari hasil koreksi siswa
atas tulisan temannya.
Lebih lanjut berkenaan dengan pelaksanaan peer-correction dalam bentuk
kelompok kecil, Romiszowski (dalam Paneo, 2007:729) menyatakan bahwa
melalui kelompok-kelompok kecil setiap anggota kelompok berpeluang untuk
berdiskusi, mengklarifikasi permasalahan yang muncul, dan saling mengkritik
sesamanya. Selain itu, kegiatan yang dilakukan akan lebih sistematis dan
berorientasi pada tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan pemberian
umpan balik kelompok, yaitu untuk membangkitkan interaksi yang efektif antara
anggota kelompok melalui diskusi sehingga terjadi komunikasi dua arah, bahkan
multi arah (Paneo, 2007:729).
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dapat dirinci beberapa
keunggulan feedback kelompok sebagaimana yang diutarakan Paneo (2007:730)
sebagai berikut.
1) Meningkatkan rasa sosial;
2) Berpeluang untuk berinteraksi dalam kelompok;
3) Berpeluang untuk mengembangkan skill;
4) Dapat mengembangkan intelektuaitas;
5) Terjalin hubungan antara guru dan siswa secara humanistik;
6) Dapat menumbuhkembangkan kepribadian;
7) Dapat mengembangkan kreativitas;
8) Saling memberi dan menerima gagasan;
9) Menghargai kelebihan dan memahami kelemahan satu sama lain;
10) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kelompok;
11) Merekonstruksi pemahaman siswa terhadap pokok materi yang dibicarakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
8. Penilaian Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses, yaitu proses untuk
mencapai sejumlah tujuan. Oleh karena itu, penilaian yang dimaksudkan untuk
mengukur kadar pencapaian tujuan itu dengan sendirinya juga merupakan suatu
proses. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan hendaknya berkesinambungan
seiring berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dikaitkan dengan
pengertian penilaian yang dikemukakan oleh Sarwiji Suwandi. Suwandi (2011:9)
menyatakan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses
dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang
telah ditetapkan.
Berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran yang dinilai, maka
penilaian pembelajaran menulis juga dibagi menjadi dua, yaitu (1) penilaian
kualitas proses pembelajaran, dan (2) penilaian kualitas hasil pembelajaran.
a. Penilaian Kualitas Proses Pembelajaran Menulis
Penilaian terhadap proses belajar mengajar cenderung kurang mendapat
perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Padahal, pendidikan
tidak berorientasi pada hasil semata, tetapi juga proses. Oleh sebab itu,
penilaian terhadap hasil dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang,
bahkan simultan. Penilaian proses, sebagaimana dikemukakan, adalah penilaian
yang dilakukan sepanjang dan bersamaan proses pembelajaran lewat berbagai
macam cara.
Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap
kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru dan siswa, dan
keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar (Sudjana, 2005:1). Oleh karena itu,
penilaian proses belajar tersebut tentunya memerlukan kriteria sebagai tolok
ukur keberhasilannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Sudjana (2005:60-62)
mengemukakan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas
proses belajar mengajar. Kriteria tersebut antara lain: (a) konsistensi kegiatan
belajar mengajar dengan kurikulum, (b) keterlaksanaan oleh guru, (c)
keterlaksanaan oleh siswa, (d) motivasi belajar siswa, (e) keaktifan para siswa
dalam kegiatan belajar, dan (f) interaksi guru dan siswa. Adapun alat penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
yang digunakan untuk menilai kualitas proses pembelajaran dapat berbentuk
tes maupun nontes. Alat penilaian berbentuk tes dapat berupa tes uraian
maupun tes objektif, sedangkan alat penilaian berbentuk nontes dapat berupa
kuesioner, wawancara, skala, dan observasi.
Data hasil penilaian proses belajar mengajar sangat bermanfaat terutama
bagi guru dan siswa. Bagi guru ialah dapat menjadikan guru mengetahui
kemampuan dirinya sebagai pengajar, baik kekurangan maupun kelebihannya.
Guru juga dapat mengetahui pendapat dan aspirasi para siswa dalam berbagai
hal yang berkenaan dengan proses belajar-mengajar. Dengan demikian, guru
dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangannya serta
mempertahankan atau meningkatkan kelebihan-kelebihannya. Bagi siswa, data
hasil penilaian mengenai cara belajar, kesulitan belajar, dan hubungan sosial
dapat dijadikan bahan untuk motivasi belajar yang lebih baik lagi.
Secara umum, objek atau sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap siswa terhadap materi
pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap siswa
terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap siswa terhadap proses
pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.).
Sesuai penjelasan di atas, maka pedoman penilaian proses yang
digunakan dalam pembelajaran menulis karya ilmiah dengan menerapkan
teknik peer-correction adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran
(Diadaptasi dari Suwandi, 2010:137)
No. Nama Siswa
Keaktifan siswa
selama apersepsi
Keaktifan dan
perhatian siswa pada saat guru
menyampai-kan materi
Keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan
peer-correcction
Minat dan motivasi
siswa saat mengikuti kegiatan
pembelajaran
Skor Nilai Ket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
a. Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut.
1 = sangat kurang (E) 4 = baik (B)
2 = kurang (D) 5 = amat baik (A)
3 = cukup (C)
b. Menghitung nilai
Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ....
Skor maksimal (20)
c. Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
Nilai = 10 – 29 sangat kurang Nilai = 70 – 89 baik
Nilai = 30 – 49 kurang Nilai = 90 – 100 sangat baik
Nilai = 50 – 69 cukup
1) Keaktifan siswa selama apersepsi
Skor 5 :Jika siswa sepenuhnya aktif selama apersepsi (siswa sangat
aktif menanggapi pertanyaan maupun mengemukakan
pendapatnya atas apersepsi yang diberikan guru)
Skor 4 :Jika siswa aktif selama apersepsi (siswa aktif menanggapi
pertanyaan maupun mengemukakan pendapatnya atas apersepsi
yang diberikan guru)
Skor 3 :Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (siswa cukup aktif
menanggapi pertanyaan maupun mengemukakan pendapatnya
atas apersepsi yang diberikan guru)
Skor 2 :Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (siswa kurang aktif
menanggapi pertanyaan maupun mengemukakan pendapatnya
atas apersepsi yang diberikan guru)
Skor 1 :Jika siswa sama sekali tidak aktif saat apersepsi (siswa tidak
pernah menanggapi pertanyaan maupun mengemukakan
pendapatnya atas apersepsi yang diberikan guru)
2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi
Skor 5 :Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru
menyampaikan materi dan sangat aktif bertanya, menjawab,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
serta memberikan tanggapan (terjadi interaksi), dan
mengerjakan setiap tugas.
Skor 4 :Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan
sesekali mau bertanya, menjawab, serta memberikan
tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 3 :Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan
materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta
memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 2 :Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru
menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya,
menjawab, serta memberikan tanggapan.
Skor 1 :Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat
menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti
berbicara atau membuat gaduh).
3) Keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correction
Skor 5 :Jika siswa sangat aktif dan bersungguh-sungguh dalam
melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya.
Skor 4 :Jika siswa aktif dan bersungguh-sungguh dalam melakukan
koreksi terhadap hasil tulisan temannya.
Skor 3 :Jika siswa cukup aktif dan bersungguh-sungguh dalam
melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya.
Skor 2 :Jika siswa kurang aktif dan bersungguh-sungguh dalam
melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya.
Skor 1 :Jika siswa tidak aktif dan bersungguh-sungguh dalam
melakukan koreksi terhadap hasil tulisan temannya.
4) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Skor 5 :Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan
adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang
diberikan; tampak antusias, senang, serta bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara
sukarela maju mengerjakan latihan di papan tulis).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Skor 4 :Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta
tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk).
Skor 3 :Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun
kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang
serius).
Skor 2 :Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan
terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan,
meletakkan kepala di meja).
Skor 1 :Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang
diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan,
tertidur).
b. Penilaian Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005:22). Horward
Kingsley (dalam Sudjana, 2005:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni
(a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan
cita-cita. Sementara itu, Gagne (dalam Sudjana, 2005:22) membagi lima
kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual,
(c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.
Nurgiyantoro (2010:13) mempersamakan pengertian penilaian hasil
belajar dengan penilaian produk atau penilaian prestasi. Menurutnya, penilaian
hasil belajar adalah kegiatan penilaian yang dilakukan pada akhir pembelajaran
untuk mengukur capaian hasil belajar peserta didik terhadap keseluruhan
kompetensi yang dibelajarkan dalam periode tertentu. Dalam sistem pendidikan
nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom,
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif,
dan psikomotoris. Ketiga ranah itulah yang menjadi objek penilaian hasil
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Pada umumnya, alat penilaian yang digunakan untuk menilai kualitas
hasil pembelajaran dapat berbentuk tes, baik berupa tes uraian maupun tes
objektif. Selain itu, khusus dalam pembelajaran keterampilan menulis, dapat
dilakukan tes kemampuan menulis, yakni dengan memberikan tugas yang
bukan semata-mata memilih dan menghasilkan bahasa saja, melainkan juga
bagaimana mengungkapkan gagasan dengan mempergunakan sarana bahasa
tulis secara tepat (Nurgiyantoro, 2010:423). Artinya, setelah peserta didik dapat
menghasilkan sendiri bahasa untuk tujuan berkomunikasi, sebaiknya tugas
menulis sudah diarahkan ke penulisan pragmatik sekaligus otentik walaupun
masih sederhana. Caranya, peserta didik dibiarkan memilih sendiri bentuk
bahasa untuk mengungkapkan gagasannya.
Penilaian hasil pembelajaran menulis misalnya dapat ditujukan pada
hasil tulisan ilmiah siswa. Hal ini karena tulisan ilmiah yang dihasilkan dapat
sekaligus menunjukkan kompetensi berbahasa tulis siswa dalam arti yang
sebenarnya. Artinya, jika nilai menulis seorang siswa tinggi, semestinya
kompetensi menulisnya pun memadai. Akan tetapi, kenyataan di lapangan ada
kalanya berbeda. Hal ini dapat dikaitkan dengan kelemahan pokok dalam
penilaian terhadap tulisan atau karangan bebas, yaitu rendahnya objektifitas
dan tingginya kadar subjektifitas. Sebuah tulisan yang dinilai oleh dua orang
atau lebih biasanya tidak akan sama skornya. Bahkan, sebuah tulisan dinilai
dua kali oleh hanya seorang penilai dalam waktu berbeda ada kemungkinan
skornya pun berbeda (Nurgiyantoro, 2010:443). Oleh karena itu, perlu kejelian
dalam memilih model teknik penilaian yang memungkinkan penilai untuk
memperkecil kadar subjektivitas dirinya.
Penilaian yang dilakukan terhadap hasil tulisan siswa dapat dilakukan
secara holistis maupun analitis. Penilaian holistis dimaksudkan sebagai cara
penilaian hasil karangan yang bersifat menyeluruh dan sekaligus tanpa dirinci
ke dalam komponennya (Nurgiyantoro, 2010:443), sedangkan penilaian analitis
adalah penilaian hasil karangan peserta didik berdasarkan kualitas komponen
pendukungnya (Nurgiyantoro, 2010:444). Sehubungan dengan kedua teknik
penilaian tersebut, dapat dinyatakan bahwa penilaian holistik memang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
diperlukan agar proses menilai dapat berlangsung cepat. Akan tetapi, agar guru
dapat menilai hasil tulisan secara lebih objektif, penilaian hendaknya sekaligus
disertai dengan penilaian yang bersifat analitis dengan mengkategorikan
karangan ke dalam 5 aspek pokok, yaitu (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2)
organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata
bahasa, ejaan, tanda baca yang sesuai dengan kaidah yang berlaku, dan (5)
respon afektif guru terhadap karya tulis.
Model skala interval merupakan satu diantara beberapa model penilaian
menulis yang dikemukakan Burhan Nurgiyantoro (2010) dalam bukunya yang
berjudul ”Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi”. Model ini
dimodifikasi Nurgiyantoro dari Hartfield, dkk. (1985). Model ini memberi
bobot yang tidak sama untuk tiap komponen, namun lebih rici dalam
melakukan penyekoran karena memergunakan model skala interval untuk tiap
tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai sehingga lebih dapat
dipertanggungjawabkan. Meskipun demikian, aspek karangan yang dinilai
tetap melibatkan aspek isi dan bahasa. Model penilaian tersebut adalah sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 2. Model Penilaian Menulis dengan Skala Interval
No Dimensi Skor Kriteria 1. I
S I
27 – 30 22 – 26 17 – 21 13 – 16
SANGAT BAIK – SEMPURNA: Padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas. CUKUP – BAIK: Informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan masalah tetapi tidak lengkap. SEDANG – CUKUP: Informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tidak cukup, permasalahan tidak cukup. SANGAT – KURANG: Tidak berisi, tidak ada sunstansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan.
2. O R G A N I S A S I
18 – 20
14 – 17 10 – 13 7 – 9
SANGAT BAIK – SEMPURNA: Ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif. CUKUP – BAIK: Kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap. SEDANG – CUKUP: Tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis. SANGAT – KURANG : Tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tak layak nilai.
3. K O S A K A T A
18 – 20 14 – 17 10 – 13 7 – 9
SANGAT BAIK – SEMPURNA: Pemanfaatan potensi kata canggih, pemilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata. CUKUP – BAIK: Pemanfaatan kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tak mengganggu. SEDANG – CUKUP: Pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna. SANGAT – KURANG: Pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai.
4. P E N G B A H A S A
22 – 25 18 – 21
11 – 17 5 – 10
SANGAT BAIK – SEMPURNA: Konstruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan. CUKUP – BAIK: Konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur. SEDANG – CUKUP: Terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungan atau kabur. SANGAT – KURANG: Tidak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tak layak nilai.
5. M E K A N I K
5
4
3
2
SANGAT BAIK – SEMPURNA: Menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan. CUKUP – BAIK: Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna. SEDANG – CUKUP: Sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur. SANGAT – KURANG: Tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai.
Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Penelitian tentang penerapan teknik peer-correction dalam pembelajaran
menulis pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian
relevan yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian
ini antara lain:
1) Penelitian eksperimen kuasi yang dilakukan oleh Purwanto, Suyadi, dan
Sujoko pada tahun 2007 yang berjudul “Feedback yang Efektif dalam
Perkuliahan Error Analysis untuk Meningkatkan Kemampuan Mengoreksi
Kesalahan Bahasa pada Mahasiswa”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
penggunaan feedback tidak langsung terbukti lebih efektif dalam meningkatkan
kemampuan menganalisis kesalahan bahasa para mahasiswa dan penggunaan
feedback tidak langsung yang berupa kode singkatan tipe kesalahan bahasa
terbukti paling efektif meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
menganalisis kesalahan bahasa pada perkuliahan Error Analysis.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati, Suyatmin, dan Siti Mulyani pada
tahun 2008 dengan judul “Penerapan Teknik Peer-correction dalam
Pembelajaran Menulis untuk Meningkatkan Penguasaan Bahasa Indonesia
Tulis Siswa Kelas VIII SMP”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya
peningkatan keaktifan dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran menulis
disamping adanya peningkatan kualitas hasil dan kualitas proses dalam
pembelajaran menulis setelah diterapkannya teknik peer-correction.
3) Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Joko Purwanto pada tahun 2008
dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah melalui
Teknik Peer Correction pada Siswa Kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3
Masaran”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kualitas
proses pembelajaran serta peningkatan kemampuan menulis ilmiah siswa
setelah diterapkannya teknik peer-correction.
4) Penelitian tindakan kelas oleh Suryani pada tahun 2009 yang berjudul
“Penerapan Teknik Koreksi Teman Sebaya untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Karangan pada Siswa Kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta Tahun
Ajaran 2008/2009”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan dengan tercapainya
indikator-indikator yang telah ditetapkan.
5) Penelitian Sumarwati, Slamet Mulyono, dan Sri Wuryanti pada tahun 2010
dengan judul “Teknik Peer-Correction Berbantuan Feedback Guru dalam
Pembelajaran Menulis untuk Meningkatkan Penguasaan Kaidah Bahasa
Indonesia Tulis Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 24 Surakarta”. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah teknik peer-correction berbantuan feedback guru
dalam pembelajaran menulis efektif untuk meningkatkan penguasaan kaidah
bahasa Indonesia tulis siswa kelas VIII B SMP Negeri 24 Surakarta dalam hal
kualitas proses pembelajaran maupun kualitas hasil keterampilan menulis para
siswa.
Berdasarkan simpulan kelima penelitian di atas maka relevansi atau
keterkaitan dengan penelitian ini adalah bahwa keikutsertaan, keterlibatan, atau
keaktifan siswa dalam mengoreksi hasil tulisan temannya, mempunyai pengaruh
positif dalam meningkatkan kemampuan, khususnya kemampuan produktif siswa,
atau secara singkat dapat dijelaskan bahwa apabila siswa mampu berperan aktif
dalam proses pembelajaran, maka akan berpengaruh positif dalam meningkatkan
kemampuannya dalam pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil survei awal peneliti di SMA N 2 Sukoharjo, diketahui
bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah di sekolah
tersebut masih rendah. Rendahnya kualitas proses pembelajaran tercermin dari
rendahnya keaktifan, perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Adapun untuk kualitas hasil tulisan, meskipun muatan dan
organisasi isinya relatif sudah baik, tetapi masih ditemukan banyak kesalahan
bahasa yang meliputi aspek pemakaian ejaan, diksi, dan kalimat. Kesalahan
bahasa yang banyak dilakukan siswa ini pada akhirnya menjadi penyebab
rendahnya nilai menulis karya ilmiah. Bahkan, lebih dari 50% siswa belum
mencapai KKM yang ditetapkan sekolah, yakni sebesar 70.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran tersebut perlu disikapi
secara bijak dan diupayakan jalan keluarnya. Perubahan dalam proses
pembelajaran perlu dilakukan agar kemampuan menulis siswa meningkat, salah
satu dengan menerapkan teknik peer-correction. Teknik ini dapat mengaktifkan
siswa dalam pembelajaran menulis dengan mendorong mereka untuk mengoreksi
hasil tulisan temannya berdasarkan umpan balik yang diberikan guru. Melalui
pengalaman nyata tersebut siswa diharapkan dapat memahami secara lebih
mendalam bagaimana cara menulis karya ilmiah yang baik dan benar.
Penerapan teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengoreksi hasil tulisan temannya, baik dari segi ejaan dan tanda baca,
penyusunan kalimat, hingga pengembangan paragraf sehingga penguasaan siswa
akan kaidah bahasa tulis meningkat. Cara ini juga diharapkan mampu
meningkatkan daya ingat siswa terhadap apa yang telah dipelajari. Selain itu,
pengalaman mengoreksi langsung hasil tulisan temannya diharapkan mampu
menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa untuk merefleksi diri sehingga tidak
melakukan kesalahan yang sama seperti yang diperbuat temannya saat mereka
menulis. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah bisa
meningkat.
Berikut ini dapat disajikan alur kerangka berpikir penelitian pada gambar
1 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan
Kualitas hasil pembelajaran menulis karya ilmiah rendah • Pengusaan kaidah bahasa Indonesia
tulis (penggunaan kalimat efektif, pemilihan kata, penggunaan tanda baca, penulisan ejaan, dan mekanik) siswa rendah
• Ketuntasan belajar belum sesuai harapan
Kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah rendah • Keaktifan, perhatian, minat, dan
motivasi siswa kurang • Guru kurang terampil mengelola
kelas.
Penerapan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah
Tindakan penelitian:
1. Koreksi kesalahan pada karya ilmiah teman. 2. Belajar dari kesalahan teman. 3. Menghindari kesalahan yang sama.
Refleksi
Kondisi akhir setelah dilakukan tindakan
Kualitas hasil pembelajaran menulis karya ilmiah meningkat • Pengusaan kaidah bahasa Indonesia
tulis (penggunaan kalimat efektif, pemilihan kata, penggunaan tanda baca, penulisan ejaan, dan mekanik) siswa meningkat
• Ketuntasan belajar tercapai sesuai harapan
Kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah meningkat • Keaktifan, perhatian, minat, dan
motivasi siswa meningkat • Guru sudah lebih terampil mengelola
kelas.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sukoharjo. Sekolah ini
terletak di Jalan Raya Solo-Kartasura, Mendungan, Pabelan, Kartasura. Lokasinya
yang strategis dan dekat dengan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta
(UMS) menyebabkan sekolah tersebut sering dijadikan tempat penelitian oleh
para peneliti perguruan tinggi, baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen.
Meskipun SMA ini sering dijadikan sebagai tempat penelitian, dalam kaitannya
dengan pembelajaran Bahasa Indonesia, masih ada masalah yang belum diteliti
dan perlu dipecahkan. Masalah tersebut berkaitan dengan rendahnya kualitas
proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa.
Adapun dari hasil wawancara dengan Ibu Endang Dwi Kiswati selaku
guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa siswa-siswi
SMA N 2 Sukoharjo umumnya berasal dari keluarga dengan kelas ekonomi
menengah ke bawah dan kemampuan akademik siswanya berada pada tingkat
rata-rata atau sedang. Sebagaimana SMA negeri lain di Kabupaten Sukoharjo,
sekolah ini juga tidak membebankan biaya pendidikan kepada para siswanya.
Siswa hanya dianjurkan untuk membeli buku panduan pelajaran untuk
mendukung pemahaman belajar mereka.
Di sekolah ini terdapat 24 kelas. Adapun rinciannya sebagai berikut: kelas
X terdiri atas 8 kelas, yaitu kelas X-1 hingga X-8; kelas XI dan XII dibagi
menjadi 3 program, yaitu IPA, IPS dan Bahasa yang terdiri atas 3 kelas IPA, 4
kelas IPS, dan 1 kelas Bahasa untuk setiap jenjangnya.
Penyusunan proposal hingga pelaporan penelitian ini dilakukan dalam
waktu 6 bulan, yaitu mulai bulan Maret sampai dengan Agustus 2012. Adapun
rincian jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 3. Rincian Jadwal Penelitian
Kegiatan Bulan
Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Tindakan a. Koordinasi peneliti
dengan kepala sekolah dan guru Bahasa Indonesia
b. Diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan merancang tindakan
c. Menyusun proposal penelitian
d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian (lembar observasi)
e. Mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan 1.Siklus 1
a. perencanaan b.pelaksanaan tindakan c. observasi d.refleksi
2.Siklus II a. perencanaan b.pelaksanaan tindakan c. observasi d.refleksi
3. Analisis Data dan Pelaporan
a. Analisis data (hasil tindakan 2 siklus)
b. Menyusun laporan skripsi
c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan
pengumpulan laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa dan guru bahasa Indonesia
kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012. Siswa kelas XI
Bahasa berjumlah 27 orang dengan karakter siswa yang cukup kompak.
Sebagaimana rata-rata siswa lain di sekolah ini, menurut keterangan guru, siswa
kelas XI Bahasa sebagian besar juga berasal dari keluarga dengan kelas ekonomi
menengah ke bawah dan kemampuan akademik para siswa berada pada tingkat
rata-rata atau sedang.
Di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo terdapat dua orang guru
pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu Bapak Mursetyo dan Ibu
Endang Dwi Kiswati, S.Pd.. Bapak Mursetyo bertugas mengampu materi
pelajaran yang berkaitan dengan aspek kesusasteraan, sedangkan Ibu Endang
bertugas mengampu materi yang berkaitan dengan aspek kebahasaan. Karena
penelitian ini berkaitan dengan aspek kebahasaan, maka yang ditetapkan sebagai
subjek penelitian adalah Ibu Endang Dwi Kiswati, S.Pd..
Adapun objek penelitian adalah pembelajaran menulis karya ilmiah. Hal
ini dikarenakan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya
ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo masih rendah dan merupakan
masalah utama yang mempengaruhi prestasi pelajaran bahasa Indonesia di kelas
tersebut.
C. Data dan Sumber Data
Ada tiga sumber data yang dijadikan sebagai sasaran pengumpulan data
serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut, meliputi:
1. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia di
kelas XI Bahasa dan siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo.
2. Peristiwa
Yaitu proses pembelajaran menulis karya ilmiah dengan menerapkan teknik
peer-correction.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3. Dokumen dan Arsip
Dokumen yang dijadikan sumber data pada penelitian ini, meliputi catatan
hasil observasi selama proses pembelajaran, hasil tes siswa berupa tulisan
ilmiah , daftar nilai, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), catatan hasil
wawancara yang ditranskrip, dan foto kegiatan pembelajaran menulis karya
ilmiah.
D. Pengumpulan Data
Berdasarkan sumber data yang ditetapkan, maka pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, tes, dan analisis
dokumen dengan penjelasan sebagai berikut:
Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran menulis karya ilmiah
sejak kegiatan apersepsi hingga evaluasi pembelajaran untuk melihat
perkembangan sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan. Fokus observasi
adalah kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah yang tercermin dari
aktivitas guru dan siswa sejak kegiatan apersepsi hingga evaluasi pembelajaran
termasuk pada pelaksanaan peer-correction.
Wawancara dilakukan terhadap siswa yang tampak kurang aktif, perhatian,
dan antusias dalam mengikuti pembelajaran agar dapat diidentifikasi penyebab
serta kesulitannya dalam pembelajaran menulis karya ilmiah, termasuk penyebab
dan kesulitannya dalam melakukan peer-correction terhadap hasil tulisan
temannya. Wawancara juga dilakukan terhadap guru mengenai kendala yang
dihadapi pada saat mengajar, terutama pada pelaksanaan koreksi pemakaian
bahasa Indonesia sehingga dapat dicarikan solusi untuk lebih mengefektifkan
proses pembelajaran menulis karya ilmiah dan meningkatkan hasil pembelajaran.
Tes, dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
karya ilmiah sebelum dan sesudah diberi tindakan dengan penerapan teknik peer-
correction.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Analisis dokumen dilakukan dengan melihat atau mengamati serta menilai
hasil pekerjaan siswa dalam menulis karya ilmiah. Hasil pekerjaan ini berupa
penilaian unjuk kerja dari tes yang diberikan. Penilaian unjuk kerja ini digunakan
untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan.
E. Uji Validitas Data
Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan melalui
trianggulasi sumber data serta trianggulasi metode dengan penjelasan sebagai
berikut.
1. Triangulasi metode, teknik ini digunakan untuk membandingkan data yang
telah diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari kenyataan
di lapangan maupun wawancara. Dalam hal ini peneliti membandingkan hasil
observasi dengan data yang berasal dari siswa yang diperoleh melalui
observasi dan wawancara terstruktur. Data yang berasal dari guru diperoleh
melalui wawancara mendalam yakni mengenai segala hal yang terjadi dan
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI
Bahasa SMA N 2 Sukoharjo.
2. Triangulasi sumber data, teknik ini digunakan untuk menguji satu data yang
diperoleh dari sumber data yang berbeda. Misalnya, untuk menentukan
keabsahan antusiasme siswa selama mengikuti pembelajaran, peneliti
melakukan trianggulasi sumber data dari siswa selaku informan dengan
sumber data dokumen yang berupa foto pembelajaran dan catatan lapangan.
(Dalam hal ini siswa dikatakan antusias jika dalam kegiatan pembelajaran
siswa terlihat bersemangat atau aktif baik saat mengerjakan tugas maupun
memperhatikan penjelasan guru serta merespons stimulus yang diberikan
guru, yang ditunjukkan melalui foto-foto pembelajaran ataupun catatan
lapangan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
F. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
wawancara yang berupa data kualitatif serta data dari hasil tes menulis karya
ilmiah yang berupa data kuantitatif, dilakukan análisis statistik deskriptif
komparatif dan analisis kritis, yakni membandingkan data dari siklus satu ke
siklus berikutnya. Yang dianalisis adalah hasil tes siswa sebelum menggunakan
teknik peer-correction dan nilai tes setelah menggunakan teknik peer-correction
sesuai dengan siklus yang dirancang. Kemudian, data yang berupa nilai tes antar
siklus tersebut dibandingkan dengan batas ketercapaian yang telah ditetapkan
dalam indikator kinerja. Hal itu untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan
tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat ditetapkan langkah perbaikan pada
pelaksanaan tindakan berikutnya.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti perlu merumuskan
indikator-indikator ketercapaiannya. Indikator ini dirumuskan dengan
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: (1) selama ini dalam pembelajaran
menulis karya ilmiah belum pernah diterapkan teknik peer-correction pada tahap
revisi tulisan, (2) jumlah siswa yang mendapat nilai minimal 70 kurang dari 50%,
dan (3) karakter siswa kelas XI Bahasa terkenal kompak sehingga sesuai dengan
karakteristik teknik peer-correction yang membutuhkan keaktifan dan kerjasama
antar siswa dalam pelaksanaannya. Mengingat hal-hal tersebut, indikator
keberhasilan penelitian ini dirumuskan dalam tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4. Indikator Kinerja Penelitian
Aspek yang Diukur
Persentase Pencapaian pada Siklus
Akhir
Cara mengukur
Keaktifan siswa selama apersepsi
75%
Diamati saat guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan keaktifan yang ditandai dengan kemauan merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi.
Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampai-kan materi
75%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan bertanya, menjawab, serta menanggapi, mengerjakan tugas dan memperhatikan materi yang disampaikan guru (tidak berbicara dengan teman serta tidak sibuk beraktivitas sendiri).
Keaktifan dan kesungguhan siswa saat melaksana-kan peer-correcction
75%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan dan kesungguhan saat mengoreksi hasil tulisan temannya.
Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
75%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa memperlihatkan kesungguhan, antusias, dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah (ketuntasan belajar)
70%
Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 dalam menulis karya ilmiah. Siswa yang mendapat nilai ≥ 70 dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dengan menempuh prosedur sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan Tindakan
a. mengadakan sharing ideas dengan guru bahasa Indonesia SMA N 2
Sukoharjo untuk mendapatkan berbagai pertimbangan dan masukan
mengenai teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b. menyiapkan sarana dan sumber pembelajaran menulis, yaitu materi menulis
karya ilmiah dan contoh karya ilmiah sederhana berdasarkan kajian buku
yang sesuai dengan tingkat pemahaman bahasa siswa kelas XI Bahasa dan
sesuai KD menulis di kelas XI program bahasa semester 2.
c. menyiapkan pedoman observasi terhadap proses pembelajaran menulis
karya ilmiah dengan teknik peer-correction serta pedoman penilaian
terhadap karya ilmiah siswa.
2. Tahap Aplikasi Tindakan
Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam
bentuk siklus yang setiap siklusnya mencakup 4 kegiatan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi
untuk perencanaan berikutnya. Dengan mempertimbangkan ketersediaan
waktu, tenaga, dan biaya, penelitian ini direncanakan dilakukan dalam 2
siklus.
a. Rancangan siklus 1
1) Tahap perencanaan, berupa kegiatan menyusun rencana penerapan
teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah.
Adapun wujud kegiatannya adalah:
a) guru bahasa Indonesia bersama peneliti menyusun skenario
pembelajaran menulis karya ilmiah dengan menerapkan teknik peer-
correction untuk Kompetensi Dasar ”Menyusun Karya Ilmiah
Berdasarkan Kajian Buku atau Hasil Penelitian Sederhana” sesuai
silabus yang disusun.
b) menyusun lembar observasi sebagai pedoman pengamatan terhadap
pelaksanaan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis
karya ilmiah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan
kemampuan menulis karya ilmiah.
2) Tahap pelaksanaan, ditempuh dengan melaksanakan pembelajaran sesuai
skenario pembelajaran yang dibuat, yaitu dengan mengoptimalkan
penerapan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya
ilmiah. Pada siklus I ini pembelajaran dilakukan oleh guru bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Indonesia, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses
pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah
pembelajaran berakhir. Adapun langkah penerapan teknik peer-
correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah sebagai berikut:
a) Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan pengalaman siswa
membaca buku-buku non fiksi atau buku-buku yang bersifat non
ilmiah yang dapat dijadikan sumber penulisan karya ilmiah;
b) Guru menjelaskan cara penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian
buku dengan memberi contoh cara menyusun kerangka karya ilmiah
dan pengembangannya menjadi karya ilmiah;
c) Guru menjelaskan aturan-aturan yang harus diperhatikan dalam
penulisan karya ilmiah, meliputi isi, pemakaian bahasa, dan
penggunaan ejaan serta tanda baca;
d) Siswa dan guru membahas kesalahan-kesalahan bahasa yang terdapat
dalam contoh karya ilmiah yang dibagikan oleh guru;
e) Siswa diajak ke perpustakaan untuk mencari buku sebagai sumber
penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian buku;
f) Siswa diminta membuat kerangka karya ilmiah berdasarkan kajian
buku (tahap prapenulisan);
g) Siswa ditugasi mengembangkan kerangka tersebut menjadi karya
ilmiah (sebagai tugas rumah);
h) Siswa diminta mengumpulkan karya ilmiah yang dibuatnya untuk
direview dan diberi feedback oleh guru dalam bentuk simbol/penanda
kesalahan bahasa;
i) Guru mengemukakan hasil reviewnya atas tulisan siswa yang sudah
dikumpulkan dan mengaitkannya dengan hal-hal penting dalam
penilaian tulisan yang meliputi aspek isi, organisasi isi, kosakata,
pengembangan bahasa, dan mekanik;
j) Guru menjelaskan cara melaksanakan peer-correction terhadap hasil
tulisan siswa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
k) Guru mengembalikan hasil tulisan yang telah diberi penanda
kesalahan bahasa di bagian marginnya;
l) Guru membagikan daftar simbol penanda kesalahan bahasa berikut
penjelasannya;
m) Siswa diminta saling menukarkan hasil tulisannya dengan teman
sebangkunya dan menuliskan namanya pada hasil tulisan tersebut
sebagai korektor;
n) Dengan bantuan feedback dari guru berupa simbol/penanda kesalahan
bahasa di bagian margin tulisan, siswa melakukan tahap penyuntingan
dengan mengoreksi kesalahan bahasa dalam karya ilmiah temannya.
Pelaksanaannya dilakukan dengan cara siswa mencocokkan penanda
pada bagian margin tulisan temannya dengan daftar penjelasan simbol
yang diberikan guru. Selanjutnya siswa mencari kesalahan yang
dimaksudkan pada baris yang diberi penanda. Setelah kesalahan
tersebut ditemukan, siswa harus menandainya dengan cara memberi
garis bawah pada kata/kalimat yang salah, mengidentifikasi penyebab
terjadinya kesalahan, kemudian membetulkannya di sekitar letak
kesalahan tersebut;
o) Hasil tulisan dikembalikan pada siswa (penulisnya);
p) Siswa diminta menulis ulang tulisan yang telah direvisi temannya
untuk dikumpulkan dan dinilai;
q) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan;
r) Guru menutup pembelajaran.
3) Tahap observasi dan interpretasi, dilakukan oleh peneliti dengan
mengamati dan menginterpretasikan aktivitas penerapan peer-correction
dalam pembelajaran menulis pada proses (aktivitas guru dan siswa)
maupun hasil koreksi dengan menggunakan lembar observasi
berdasarkan pedoman yang telah disiapkan peneliti untuk mendapatkan
data tentang kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pada siklus
pertama. Selain itu, untuk memperoleh data yang lebih akurat, peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
juga melakukan wawancara dengan para siswa mengenai poin-poin
tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan
data yang lebih lengkap.
4) Tahap analisis dan refleksi, dilakukan oleh peneliti dan guru dengan cara
menganalisis hasil karangan siswa, hasil observasi, serta wawancara.
Tahap ini dilaksanakan peneliti dengan:
a) menghitung rerata persentase siswa yang aktif dan antusias serta
persentase siswa yang dapat menemukan 75% letak kesalahan bahasa
pada hasil tulisan temannya dan dapat membetulkan kesalahan
tersebut secara tepat;
b) mengidentifikasi penyebab siswa kurang aktif dan antusias selama
pembelajaran, serta belum dapat menemukan dan membetulkan 75%
kesalahan bahasa pada hasil tulisan temannya (wawancara dengan
siswa); dan
c) mengidentifikasi solusi/tindak lanjut yang perlu dilakukan pada
siklus berikutnya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran
dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa selanjutnya.
(wawancara dengan siswa).
Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil
pembelajaran untuk memperoleh kesimpulan bagian kegiatan
pembelajaran menulis karya ilmiah mana yang perlu dibenahi agar
penguasaan bahasa Indonesia tulis siswa meningkat dan bagian
tindakan mana yang telah memenuhi target. Semakin banyak siswa
yang menunjukkan keaktifan dan kesungguhan dalam melakukan peer-
correction (pada tindakan terakhir minimal mencapai 75% siswa),
berarti kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah dapat
dinyatakan mengalami peningkatan. Adapun kemampuan menulis karya
ilmiah siswa dinyatakan meningkat apabila semakin banyak siswa dapat
membetulkan 75% kesalahan bahasa pada karangan temannya dan 75%
siswa memperoleh nilai 75 pada aspek pemakaian bahasa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
tulisannya (mengalami penurunan jumlah kesalahan pada hasil tulisan
ilmiah berikutnya).
b. Rancangan siklus II
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus
pertama dengan didahului perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil
yang diperoleh pada siklus pertama (refleksi), sehingga kelemahan-
kelemahan yang terjadi pada siklus pertama tidak terjadi pada siklus
kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan disajikan uraian hasil tindakan penelitian berikut
pembahasannya. Uraian hasil tindakan ini merupakan jawaban atas rumusan
masalah pada Bab I. Sebelum hasil penelitian dipaparkan, pada bab ini akan
diberikan terlebih dahulu deskripsi pratindakan yang menjelaskan kondisi awal
proses pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2
Sukoharjo beserta kemampuan awal siswanya dalam menulis karya ilmiah
sebelum dilakukan tindakan penelitian. Dalam pratindakan ini, peneliti melakukan
beberapa langkah, yakni: (1) mengamati proses pembelajaran menulis karya
ilmiah di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo (observasi); (2) wawancara
dengan guru; dan (3) wawancara dengan siswa.
Berikut ini akan diberikan deskripsi hasil tindakan setiap siklus dan
perbandingan hasil tindakan antarsiklus. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
dalam 2 siklus dengan 4 tahap dalam setiap siklusnya, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.
A. Deskripsi Pratindakan
Kondisi awal proses pembelajaran dan kemampuan awal siswa kelas XI
Bahasa dalam menulis karya ilmiah diketahui dengan dilakukannya observasi
yang dilakukan peneliti pada hari Sabtu, 24 Maret 2012 pada saat pembelajaran
menulis karya ilmiah di kelas. Survei ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi awal pembelajaran dan kemampuan awal siswa dalam
menulis karya ilmiah sebagai acuan untuk menetapkan tindakan yang tepat pada
proses pembelajaran selanjutnya. Pada kegiatan pratindakan ini, guru
melaksanakan pembelajaran sebagaimana biasa, sedangkan peneliti bertindak
sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya proses pembelajaran dari
tempat duduk di bagian belakang kelas yang telah dipersiapkan oleh guru. Berikut
ini uraian hasil survei awal yang dilakukan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Suasana kelas agak gaduh ketika guru dan peneliti memasuki kelas sesaat
setelah bel pertanda dimulainya jam pelajaran pertama. Sebagian siswa sudah
menempati tempat duduknya masing-masing dan bersiap menerima pelajaran,
tetapi sebagian yang lain terlihat masih sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Guru
mengondisikan kelas dengan mengucapkan salam dan meminta ketua kelas
memimpin doa. Setelah itu, guru mengabsen kehadiran siswa dengan menanyakan
adakah siswa yang tidak masuk. Beberapa siswa berseru, “nihil Bu..”. Guru
kemudian mengisi buku harian kelas.
Guru mengawali pembelajaran dengan menyampaikan kompetensi dasar
yang akan dipelajari, yakni menulis karya ilmiah dari kajian buku atau hasil
penelitian sederhana. Guru lalu mengemukakan tujuan pembelajaran. Begitu guru
mengemukakan bahwa yang akan dipelajari siswa pada kesempatan tersebut
adalah materi penulisan karya ilmiah, beberapa siswa yang duduk di bangku
deretan belakang terdengar mengeluh dan menunjukkan keengganan. Guru
menanggapi dengan mengatakan bahwa materi menulis karya ilmiah memang
sukar. Oleh karena itu, para siswa harus memperhatikan baik-baik penjelasan
yang diberikan oleh guru. Selanjutnya, guru meminta para siswa membuka buku
panduan dan modul pembelajaran pada halaman yang membahas tentang
penulisan karya ilmiah.
Guru melakukan apersepsi dengan menguji pemahaman awal siswa
seputar penulisan karya ilmiah. Beliau mengajukan beberapa pertanyaan kepada
siswa. Namun, tidak ada siswa yang berinisiatif untuk menjawab pertanyaan guru
tersebut. Guru pun memutuskan untuk menunjuk dua orang siswa sebangku yang
terlihat berbisik-bisik. Mereka tampak sedang mendiskusikan jawaban pertanyaan
dari guru. Akan tetapi, ketika guru menyebutkan nama salah satu dari mereka,
seketika kedua siswa itu langsung berhenti berdiskusi dan siswa yang ditunjuk
menyahut sambil tersenyum malu, “tidak tahu, Bu…”. Pada akhirnya, guru
sendirilah yang menjawab pertanyaan yang diajukannya. Hal serupa terjadi ketika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, yakni sebagian besar
siswa cenderung pasif. Mereka tidak memanfaatkan kesempatan yang diberikan
oleh guru untuk bertanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Karena tanya jawab yang dilakukan kurang efektif dan cenderung bersifat
satu arah, guru pun melanjutkan pembelajaran dengan memberikan lebih banyak
uraian materi dengan berceramah. Akan tetapi, penjelasan yang diberikan guru
lebih banyak bersifat pengetahuan dan ingatan, misalnya tentang pengertian, ciri-
ciri, jenis-jenis, dan cara menyusun karya ilmiah mulai dari penulisan judul
hingga daftar pustaka. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan penerapan kaidah
bahasa dalam tulisan ilmiah misalnya pemakaian kata dan penyusunan kalimat,
penggunaan ejaan, serta pemakaian tanda baca cenderung diabaikan oleh guru.
Padahal, hal-hal tersebut tidak kalah penting sebagai bekal bagi siswa dalam
berpraktik menulis karya ilmiah, yakni agar tulisan yang dihasilkan tidak hanya
baik secara isi, tetapi juga benar secara kaidah .
Saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa siswa
terutama yang duduk di deretan depan memang tampak memperhatikan
penjelasan dari guru dan antusias mencatat materi. Namun, para siswa yang duduk
di deretan tengah dan belakang banyak yang memasang wajah bosan. Beberapa
dari mereka terlihat mengantuk dan menidurkan kepala di atas meja atau menguap
selama pembelajaran. Beberapa yang lain hanya bertopang dagu atau berbisik
mengobrol dengan teman sebangkunya. Bahkan, peneliti mendapati dua siswa
sebangku yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, yaitu membaca majalah
dan membuka handphone secara sembunyi-sembunyi di laci meja. Guru pun
terpaksa menegur beberapa kali para siswa yang dirasa mengganggu
pembelajaran. Akan tetapi, teguran tersebut hanya mampu menenangkan siswa
sesaat.
Selesai menerangkan materi, guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya jika ada bagian materi yang belum mereka pahami. Akan tetapi,
kembali tidak ada siswa yang bertanya. Saat guru menanyakan apakah semua
siswa sudah paham, para siswa menjawab dengan nada ragu-ragu, “Paham Bu…!”
Guru pun melanjutkan dengan mengemukakan penugasan. Para siswa diminta
mengunjungi perpustakaan dan mencari buku untuk dikaji sebagai sumber
penulisan karya ilmiah. Tak lupa guru menegaskan bahwa hasil tulisan (karya
ilmiah) harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Mendengar penugasan yang diberikan, beberapa siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan dari guru terlihat bingung. Mereka tampak keberatan
dan mengeluhkan tugas yang diberikan. Beberapa siswa bertanya pada temannya
yang dianggap memperhatikan sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Guru pun
menegur dan menyalahkan para siswa yang bersangkutan karena tidak
memperhatikan penjelasan yang diberikan semenjak awal dan justru asik
mengobrol saat guru tengah menerangkan.
Selama berada di perpustakaan, banyak siswa yang terlihat tidak serius
saat mencari buku. Ada siswa yang hanya berkeliling mengitari rak buku dari satu
sisi ke sisi yang lain tanpa mencermati isi buku. Ada pula siswa yang mengambil
buku sedapatnya kemudian hanya duduk-duduk dan bercanda dengan temannya-
temannya. Adapun siswa yang serius mencari buku hanya sedikit jumlahnya. Para
siswa itu tampak memilih beberapa buku, membolak-balik halaman dan
membaca-baca isinya sekilas untuk menilai apakah buku tersebut menarik dan
bermanfaat untuk dikaji dan dijadikan sebagai sumber penulisan karya ilmiah.
Sesaat sebelum bel pergantian pelajaran, guru menutup pembelajaran
dengan menegaskan kembali tugas yang diberikan serta batas waktu pengumpulan
tugas. Setelah mengucapkan salam, guru pun mempersilakan siswa untuk kembali
ke kelas guna mengikuti pelajaran selanjutnya.
Dari hasil pantauan peneliti dengan menggunakan lembar observasi,
diketahui bahwa siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya berjumlah 5 siswa
(18%) dari keseluruhan siswa yang berjumlah 27 orang. Dengan kata lain,
sebanyak 22 orang 82% siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Nilai rata-rata
keaktifan siswa selama apersepsi pembelajaran baru mencapai skor 1,93. Skor ini
dapat dikategorikan masih sangat rendah dan masuk dalam kategori kurang. Nilai
keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi juga masih rendah,
yaitu baru mencapai skor 2,33 dan termasuk dalam kategori kurang, sedangkan
skor rata-rata aspek minat dan keaktifan siswa mencapai skor 2,26 yang juga
masuk dalam kategori kurang. Dengan demikian, nilai rata-rata aspek dalam
penilaian proses pembelajaran mencapai skor 43,48. Berdasarkan skor tersebut,
kualitas proses pembelajaran yang mencakup aspek keaktifan siswa selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
apersepsi, keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi, dan
minat serta motivasi siswa dalam pembelajaran baru mencapai kategori kurang.
Untuk suatu kualitas proses pembelajaran yang maksimal, tentunya hasil tersebut
masih jauh dari harapan. Hasil penilaian proses pembelajaran pada prasiklus dapat
disajikan dalam tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Kondisi Awal
No. Nama Nilai
Skor Nilai Ket. A* B* C*
1. Adika Devi K. 2 2 2 6 40 Kurang 2. Ahsana Prayoga 1 1 2 4 27 Kurang 3. Alfina Aunin S. 3 2 2 7 47 Kurang 4. Amirul Nisa 4 4 3 11 73 Baik 5. Atika H.P. 2 3 2 7 47 Kurang 6. Bety Palupi 1 2 2 5 33 Kurang 7. Desi Sari Nastiti 2 3 2 7 47 Kurang 8. Dommy Ryan N. 1 1 1 3 20 Kurang 9. Ermawati H. 3 3 3 9 60 Cukup 10. Erna Ambarwati 2 3 2 7 47 Kurang 11. Esti Kurniawati 2 3 3 8 53 Kurang 12. Eva Fembiana 2 2 2 6 40 Kurang 13. Fahmi Ghifari 1 1 2 4 27 Kurang 14. Faizal Riski W. 1 2 2 5 33 Kurang 15. Fajriyah Eka P. 2 3 2 7 47 Kurang 16. Fitri Tiara Kasih 3 4 4 11 73 Baik 17. Ghaniz Rasaq 1 2 2 5 33 Kurang 18. Indriani Ulfa 4 3 4 11 73 Baik 19. Kinayung D.K.A. 3 4 3 10 67 Cukup 20. Lisa Puspita Sari 2 2 2 6 40 Kurang 21. Novi Widyastuti 1 2 1 4 27 Kurang 22. Riyan Pangestu 2 1 2 5 33 Kurang 23. Rudi Kurniawan 1 2 1 4 27 Kurang 24. Sakti Affandi 1 2 2 5 33 Kurang 25. Solikhah W. 2 2 3 7 47 Kurang 26. Wisnu P.U 1 2 2 5 33 Kurang 27. Yudi Setyo N. 2 2 3 7 47 Kurang
Prosentase: siswa yang
baik/cukup baik
6 siswa (22,22%)
10 siswa (37,04%)
8 siswa (29,63%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Keterangan:
A* : Keaktifan selama apersepsi
B* : Keaktifan dan perhatian saat guru menyampaikan materi
C* : Minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran
Dalam wawancara yang dilakukan, guru menyatakan bahwa dalam
pembelajaran di kelas selama ini, beliau sudah berupaya mengaktifkan siswa,
tetapi belum berhasil. Guru sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya maupun menjawab pertanyaan. Akan tetapi, siswa tidak memanfaatkan
kesempatan tersebut. Karena tanya jawab yang dilakukan kurang efektif, guru pun
memperbanyak pemberian materi dengan berceramah. Guru mengatakan bahwa
hal itu dilakukannya dengan tujuan agar siswa memiliki bekal materi yang lebih
banyak sebagai pendukung saat siswa melakukan praktik menulis karya ilmiah.
Lebih lanjut, peneliti mengajukan pertanyaan seputar penugasan menulis
karya ilmiah. Peneliti menanyakan langkah yang dilakukan guru setelah semua
hasil karya ilmiah siswa terkumpul. Guru mengatakan bahwa hasil karya ilmiah
yang sudah terkumpul langsung dikoreksi dan dinilai kemudian dibagikan kembali
kepada siswa. Dari hasil wawancara, diketahui pula bahwa guru terbiasa
mencantumkan langsung nilai siswa tanpa memberikan koreksi yang berupa
coretan-coretan pembetulan pada hasil tulisan siswa dengan alasan keterbatasan
waktu.
Berkaitan dengan nilai menulis siswa, guru menginformasikan bahwa dari
tahun ke tahun, nilai menulis karya ilmiah selalu rendah. Tidak hanya itu,
rendahnya nilai menulis karya ilmiah adalah penyebab utama jatuhnya nilai rata-
rata menulis secara keseluruhan. Di kelas XI Bahasa, rendahnya nilai menulis
terutama disebabkan banyaknya kesalahan bahasa yang dilakukan siswa.
Kesalahan-kesalahan tersebut terletak pada semua aspek bahasa, yaitu ejaan, kata,
maupun kalimat. Bentuk kesalahan yang banyak dijumpai diantaranya kesalahan
pemakaian tanda baca, pemakaian huruf kapital, penulisan kata depan, pemakaian
kata bahasa populer, pemakaian kata bahasa Jawa dan kosa kata yang kurang
tepat. Kesalahan tersebut dijumpai pada hampir semua hasil tulisan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Sehubungan dengan metode yang dipilih guru dalam pembelajaran, diakui
guru saat wawancara bahwa beliau belum menemukan metode maupun teknik
pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi menulis karya ilmiah. Guru
juga mengemukakan keinginannya untuk mencoba menerapkan metode mengajar
baru yang efektif untuk mengajarkan materi menulis karya ilmiah, dalam arti
dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus kemampuan menulis karya ilmiah
pada siswa.
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, nilai menulis karya ilmiah diketahui
rendah akibat banyaknya kesalahan bahasa dalam hasil tulisan siswa. Hal tersebut
mengindikasikan rendahnya penguasaan siswa akan kaidah bahasa dan
kemampuan mereka dalam menerapkan kaidah bahasa tersebut dalam bentuk
tulisan. Sesuai keterangan yang diberikan guru pada saat wawancara, data yang
diperoleh peneliti berkaitan dengan nilai hasil pembelajaran menulis karya ilmiah
siswa pada kondisi awal juga menunjukkan masih rendahnya kemampuan siswa
dalam menulis karya ilmiah. Banyaknya kesalahan bahasa dalam tulisan siswa
menjadikan gagasan yang dikemukakan menjadi kabur dan sulit dipahami.
Berikut ini tabel 6 yang menyajikan hasil rekap nilai menulis karya ilmiah siswa
kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo pada kondisi awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 6. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Kondisi Awal.
No. Nama Siswa Aspek Penilaian Nilai Ket I* II* III* IV* V*
1. Adika Devi K. 23 14 13 13 3 66 Belum Tuntas 2. Ahsana Prayoga 17 13 12 12 3 57 Belum Tuntas
3. Alfina Aunin S. 22 15 13 14 3 67 Belum Tuntas
4. Amirul Nisa 25 16 14 18 3 76 Tuntas 5. Atika H.P. 24 17 15 16 3 75 Tuntas 6. Bety Palupi 23 12 11 12 3 61 Belum Tuntas 7. Desi Sari Nastiti 23 17 15 15 3 73 Tuntas 8. Dommy Ryan N. 21 12 11 12 3 59 Belum Tuntas 9. Ermawati H. 24 17 16 15 3 75 Tuntas 10. Erna Ambarwati 23 16 15 17 3 74 Tuntas 11. Esti Kurniawati 25 16 14 17 3 75 Tuntas 12. Eva Fembiana 21 14 13 13 3 64 Belum Tuntas
13. Fahmi Ghifari 22 13 14 14 3 66 Belum Tuntas
14. Faizal Riski W. 22 13 11 12 3 61 Belum Tuntas
15. Fajriyah Eka P. 24 16 16 16 3 75 Tuntas 16. Fitri Tiara Kasih 25 15 15 18 4 77 Tuntas 17. Ghaniz Rasaq 21 15 14 13 3 66 Belum Tuntas 18. Indriani Ulfa 25 16 15 16 4 76 Tuntas 19. Kinayung D.K.A. 24 17 14 14 3 72 Tuntas 20. Lisa Puspita Sari 21 13 14 17 3 68 Belum Tuntas
21. Novi Widyastuti 22 14 11 11 3 61 Belum Tuntas
22. Riyan Pangestu 22 13 12 12 3 62 Belum Tuntas
23. Rudi Kurniawan 21 14 13 12 3 63 Belum Tuntas
24. Sakti Affandi 18 13 14 12 3 60 Belum Tuntas
25. Solikhah W. 23 14 14 13 3 67 Belum Tuntas
26. Wisnu P.U 20 13 12 13 3 61 Belum Tuntas
27. Yudi Setyo N. 22 14 13 13 3 65 Belum Tuntas
Jumlah 1822 Rata-rata 67,48
*Keterangan: I : Isi II : Organisasi Isi III : Kosakata IV : Pengembangan Bahasa V : Mekanik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Nilai siswa yang disajikan pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa masih
terdapat 17 siswa (62,96 %) siswa yang belum mencapai KKM karena masih
memperoleh nilai di bawah 70, sedangkan sebanyak 10 siswa (37,04%) siswa
lainnya sudah mencapai nilai 70 atau lebih. Nilai rerata juga baru berada pada
tingkat 67,48. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karya ilmiah
yang telah dilakukan masih jauh dari batas ketuntasan yang ditetapkan.
Pembelajaran menulis karya ilmiah pada kondisi awal belum mampu mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya peningkatan.
Upaya peningkatan tersebut tentunya harus memperhatikan penyebab rendahnya
nilai siswa, dalam hal ini adalah lemahnya penguasaan kaidah bahasa tulis siswa
yang mengakibatkan banyaknya kesalahan bahasa dalam hasil tulisan siswa.
Selain itu, kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah yang rendah selama
ini tentunya harus pula diperbaiki agar kemampuan menulis karya ilmiah siswa
meningkat.
Dari hasil pengamatan peneliti selama berlangsungnya proses
pembelajaran dan wawancara dengan guru, diketahui bahwa pembelajaran
menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa yang dilakukan masih bersifat
konvensional. Pembelajaran masih berpusat pada guru meskipun siswa sedikit
banyak sudah diberikan kesempatan untuk bertanya. Metode dan teknik
pembelajaran yang diterapkan juga kurang bervariasi karena ceramah masih
mendominasi kegiatan pembelajaran. Penugasan menulis karya ilmiah diberikan
guru sebagai evaluasi pembelajaran, tetapi siswa belum diberi kesempatan
melakukan tahap revisi karena hasil tulisan langsung dikumpulkan, dikoreksi,
dinilai, dan dibagikan kembali kepada siswa. Anjuran merevisi hanya tersirat dari
nasihat sepintas guru agar siswa meneliti kembali hasil tulisannya sebelum
dikumpulkan. Ada kalanya revisi dilakukan guru dengan cara mengoreksi
beberapa hasil tulisan siswa yang terkumpul lebih awal. Selanjutnya, guru
memanggil siswa yang bersangkutan dan menunjukkan letak kesalahan dalam
tulisannya. Guru kemudian meminta siswa yang bersangkutan untuk memperbaiki
kembali hasil tulisannya sebelum dikumpulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa
terkait rendahnya antusiasme dan keaktifan mereka dalam pembelajaran menulis
karya ilmiah adalah sebagai berikut: (1) siswa merasa bosan saat mengikuti
pembelajaran menulis ilmiah karena guru lebih banyak menerangkan dengan
berceramah, yaitu mencatatkan poin-poin materi yang penting di papan tulis dan
menguraikannya panjang lebar; (2) cakupan materi yang diuraikan guru dalam
penjelasan dirasa terlalu banyak dan lebih bersifat teoretis sehingga sulit dicerna
dan dipraktikkan oleh siswa; (3) siswa kurang termotivasi karena guru hanya
memberikan contoh yang ada dalam buku panduan belajar; (4) siswa tidak aktif
menjawab pertanyaan guru di kelas karena tidak mengetahui atau ragu-ragu atas
jawaban yang akan diberikan; (5) siswa tidak aktif bertanya kepada guru karena
malu dan takut dianggap bodoh; (6) siswa tidak termotivasi untuk menulis karya
ilmiah yang bagus sebab hasil tulisan mereka nantinya hanya akan dibaca dan
dinilai oleh guru sehingga tidak perlu malu jika nilainya jelek; (6) siswa merasa
kesulitan jika guru meminta mereka mengoreksi hasil tulisannya sendiri. Siswa
kesulitan untuk mencari letak kesalahan, terlebih memperbaiki hasil tulisannya
sendiri. Oleh karena itu, mereka mengehendaki adanya bimbingan, petunjuk,
maupun feedback dari guru saat melakukan koreksi; (7) karena siswa tidak dapat
memperbaiki kesalahan dalam tulisannya sendiri, selama ini hasil tulisan siswa
selalu dikoreksi dan dinilai langsung oleh guru.
Berdasarkan kesimpulan hasil wawancara yang dilakukan, diketahui
bahwa pembelajaran menulis karya ilmiah dianggap sangat sukar dan
membosankan oleh sebagian besar siswa . Hal tersebut dikarenakan guru selalu
menerangkan materi secara panjang lebar dengan metode ceramah. Di akhir
pembelajaran, guru memberikan tugas menulis karya ilmiah sebagai evaluasi. Hal
itulah yang paling tidak disukai siswa karena mereka merasa penjelasan dari guru
yang lebih bersifat terori kurang memadai untuk mendukung kemampuan mereka
dalam menulis karya ilmiah. Siswa juga tidak dapat melakukan revisi terhadap
tulisannya karena minimnya feedback dari guru, sementara mereka sendiri tidak
mengetahui letak kesalahannya. Selain itu, karena pada akhirnya yang mengoreksi
dan menilai hasil tulisan mereka tetaplah guru, siswa menjadi kurang termotivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dan bersungguh-sungguh dalam menulis karya ilmiah. Mereka juga tidak malu
jika nilai tulisannya jelek.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil karya ilmiah siswa pada kondisi
awal, observasi, dan wawancara baik dengan guru maupun siswa, dapat
disimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas proses
pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa
sebagai berikut.
1. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis karya ilmiah
Dari observasi yang dilakukan peneliti dan wawancara kepada
beberapa orang siswa yang terlihat kurang aktif selama pembelajaran, diketahui
bahwa mereka kurang tertarik terhadap pembelajaran menulis karya ilmiah. Hal
itulah yang menyebabkan mereka kurang aktif selama pembelajaran. Mereka
kurang tertarik terhadap pembelajaran menulis karya ilmiah karena merasa
bosan dengan cara mengajar guru yang banyak memberikan ceramah. Selain
itu, mereka juga menganggap materi karya ilmiah merupakan materi yang
sukar dan memerlukan tingkat pemikiran yang lebih tinggi dibandingkan
materi menulis atau mengarang lain yang pernah diajarkan. Para siswa yang
kurang aktif selama pembelajaran beranggapan bahwa aturan-aturan yang rumit
dalam penulisan karya ilmiah hanya membuat mereka pusing. Oleh karena itu,
mereka berusaha mengalihkan fokus dan perhatian pada hal-hal lain selama
berlangsungnya pembelajaran.
2. Penguasan kosakata dan kemampuan pengembangan bahasa siswa belum
memadai
Hasil perolehan nilai siswa pada aspek kosakata dan struktur kalimat
pada tahap pratindakan masih termasuk dalam kriteria sedang-cukup, yakni
skor antara 11-16 untuk kosakata dan 11-18 untuk pengembangan bahasa. Dari
koreksi yang dilakukan guru bersama peneliti terhadap hasil tulisan ilmiah
siswa, diketahui bahwa penguasaan kosakata sebagian besar siswa masih
terbatas. Hal ini ditunjukkan dengan kurang bervariasinya kosakata yang
digunakan siswa dalam tulisannya. Banyak kata-kata yang diulang
penggunaannya sehingga membuat tulisan membosankan untuk dibaca. Selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
itu, pemilihan kata yang digunakan juga banyak yang kurang tepat sehingga
mengaburkan makna atau maksud yang ingin disampaikan lewat tulisan.
Masalah lainnya adalah banyaknya struktur kalimat yang kurang tepat atau
berantakan.
3. Aspek mekanik siswa belum memadai
Hasil tulisan ilmiah siswa pada tahap pratindakan menunjukkan masih
banyaknya kesalahan dalam aspek mekanik yang meliputi penggunaan ejaan
dan tanda baca. Siswa mengalami kesulitan diantaranya dalam penulisan huruf
kapital, pemakaian tanda titik, pemakaian tanda koma, penulisan kata depan
dan imbuhan, serta banyaknya penyingkatan kata yang tidak sesuai dengan
kaidah.
4. Guru belum menemukan metode dan teknik pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah siswa kelas XI Bahasa.
Sebagaimana hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas
pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI Bahasa yang telah diuraikan
sebelumnya, metode pengajaran yang digunakan guru cenderung konvensional,
yaitu dengan ceramah. Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru yang
bersifat teoretis seputar karya ilmiah, misalnya pengertian, ciri-ciri, jenis-jenis,
dan langkah penulisan karya ilmiah. Selanjutnya, siswa diminta menulis karya
ilmiah dan hasilnya dikumpulkan untuk dikoreksi dan dinilai langsung oleh
guru.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi terhadap kondisi awal
pembelajaran pada tahap pratindakan, peneliti dan guru merasa perlu
meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa
SMA N 2 Sukoharjo. Lebih lanjut, peneliti bersama guru berdiskusi untuk
merencanakan langkah atau tindakan selanjutnya. Peneliti dan guru pada
akhirnya menyepakati untuk menerapkan teknik peer-correction dalam
pembelajaran menulis karya ilmiah. Adapun tindakan siklus I direncanakan
untuk dilakukan pada hari Sabtu, 12 Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Bertolak dari hasil analisis dan refleksi peneliti pada saat survei awal serta
wawancara dengan guru dan siswa, peneliti dan guru merasa perlu untuk
melakukan tindakan guna mengatasi permasalahan yang terjadi, dalam hal ini
rendahnya kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N
2 Sukoharjo. Tindakan tersebut dilakukan dalam bentuk siklus yang setiap
siklusnya terdiri atas empat tahapan yang berkesinambungan, yaitu (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) analisis
dan refleksi.
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei 2012 di ruang
perpustakaan SMA N 2 Sukoharjo. Pada kesempatan ini peneliti bersama guru
mendiskusikan hal-hal yang akan dilakukan pada siklus I. Beberapa hal yang
didiskusikan tersebut antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan
guru mengenai penelitian yang akan dilakukan; (2) peneliti menyarankan
penerapan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah
serta menjelaskan cara penerapannya; (3) peneliti dan guru bersama-sama
menyusun RPP untuk siklus I; (4) peneliti dan guru bersama-sama merumuskan
indikator pencapaian tujuan; (5) peneliti dan guru bersama-sama membuat
lembar penilaian siswa, yaitu instrumen penelitian berupa tes dan nontes.
Instrumen tes digunakan untuk menilai karya ilmiah yang ditulis siswa
(penilaian hasil) dan instrumen nontes digunakan untuk menilai sikap siswa
selama mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah (penilaian proses).
Instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas proses pembelajaran karya
ilmiah berupa rubrik penilaian proses pembelajaran yang meliputi keaktifan
siswa selama apersepsi, keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan
materi, keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correction,
serta minat dan motivasi siswa (sikap) siswa saat mengikuti kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pembelajaran; (6) peneliti bersama guru menentukan jadwal pelaksanaan
tindakan.
b. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu,
12 Mei 2012 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) di ruang kelas XI Bahasa
SMA N 2 Sukoharjo. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya
pembelajaran, sedangkan peneliti bertindak sebagai pengamat yang
mengobservasi jalannya proses pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis
pada siklus I pertemuan pertama adalah sebagai berikut: (1) guru melakukan
apersepsi dengan menanyakan pengalaman siswa dalam membaca buku-buku
nonfiksi atau buku-buku yang bersifat nonilmiah yang dapat dijadikan sumber
penulisan karya ilmiah; (2) guru menjelaskan cara penulisan karya ilmiah dari
kajian buku dengan memberi contoh cara menyusun kerangka karya ilmiah dan
pengembangannya menjadi karya ilmiah; (3) guru menjelaskan aturan-aturan
yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah, meliputi isi, pemakaian
bahasa, dan penggunaan ejaan serta tanda baca; (4) siswa dan guru membahas
kesalahan-kesalahan bahasa yang terdapat dalam contoh karya ilmiah yang
dibagikan oleh guru; (5) siswa diajak ke perpustakaan untuk mencari buku
sebagai sumber penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian buku; (6) siswa
diminta membuat kerangka karya ilmiah berdasarkan kajian buku (tahap
prapenulisan); (7) siswa ditugasi mengembangkan kerangka tersebut menjadi
karya ilmiah (sebagai tugas rumah); (8) guru melakukan refleksi atas
pembelajaran yang telah dilakukan kemudian menutup pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan siswa setelah mendengarkan penjelasan guru
adalah membahas kesalahan-kesalahan bahasa yang terdapat dalam contoh
karya ilmiah yang dibagikan oleh guru. Contoh karya ilmiah yang disajikan
guru adalah karya ilmiah yang mengandung jenis-jenis kesalahan bahasa
seperti yang banyak ditemukan dalam hasil tulisan siswa. Guru meminta siswa
membaca contoh karya ilmiah yang dibagikan dan mencari bentuk-bentuk
kesalahan bahasa di dalamnya. Kemudian, guru meminta para siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
mengemukakan kesalahan bahasa yang berhasil ditemukannya. Melalui
diskusi, siswa dan guru menganalisis penyebab kesalahan, lalu memperbaiki
kesalahan bahasa tersebut secara bersama-sama.
Langkah pembelajaran berikutnya adalah guru mengajak siswa ke
perpustakaan untuk mencari buku sebagai sumber penulisan karya ilmiah.
Adapun tema dan topik karya ilmiah ditentukan sendiri oleh siswa sesuai buku
yang dipilihnya. Siswa lalu diminta mengembangkan kerangka karya ilmiah
berdasarkan buku yang sudah dipilih. Guru kemudian menyampaikan tugas
rumah kepada siswa, yaitu mengkaji isi buku, membuat kerangka karya ilmiah
dari kajian buku, dan mengembangkan kerangka tersebut menjadi karya ilmiah.
Guru meminta siswa mengumpulkan karya ilmiah tersebut maksimal satu hari
sebelum pertemuan berikutnya. Guru juga menyampaikan bahwa nantinya hasil
tulisan mereka akan direview terlebih dahulu dan diberi feedback oleh guru.
Setelah menyampaikan tugas, guru menutup pembelajaran menulis karya
ilmiah pada pertemuan pertama tersebut.
Pembelajaran menulis karya ilmiah dilanjutkan pada pertemuan
berikutnya, yaitu pada hari Kamis, 17 Mei 2012 di ruang kelas XI Bahasa SMA
N 2 Sukoharjo. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru
pada pertemuan kedua ini adalah: (1) guru melakukan apersepsi berkaitan
dengan pentingnya pengeditan bahasa dalam penulisan karya ilmiah disamping
revisi terhadap isi tulisan; (2) guru mengemukakan hasil reviewnya atas tulisan
siswa yang sudah dikumpulkan dan mengaitkannya dengan hal-hal penting
dalam penilaian tulisan yang meliputi aspek isi, organisasi isi, kosakata,
pengembangan bahasa, dan mekanik; (3) guru menjelaskan cara melaksanakan
peer-correction terhadap hasil tulisan siswa; (4) guru mengembalikan hasil
tulisan siswa yang telah diberi penanda kesalahan bahasa di bagian margin-
nya; (5) guru membagikan daftar simbol penanda kesalahan bahasa berikut
penjelasannya; (6) siswa diminta saling menukarkan hasil tulisannya dengan
teman sebangkunya dan menuliskan namanya pada hasil tulisan tersebut
sebagai korektor; (7) dengan bantuan feedback dari guru berupa simbol
penanda kesalahan bahasa yang ditempatkan di bagian margin tulisan, siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
melakukan tahap penyuntingan dengan mengoreksi kesalahan bahasa dalam
tulisan ilmiah temannya; (8) hasil tulisan dikembalikan pada siswa
(penulisnya); (9) siswa diminta menulis ulang tulisan yang telah direvisi
temannya untuk dikumpulkan dan dinilai; (10) guru dan siswa melakukan
refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan; (11) guru
menutup pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan setelah siswa saling menukarkan hasil
tulisannya dan menuliskan nama pada hasil tulisan temannya sebagai korektor
adalah melakukan peer-correction terhadap hasil tulisan temannya.
Pelaksanaannya dilakukan dengan cara siswa mencocokkan penanda pada
bagian margin tulisan temannya dengan daftar penjelasan simbol yang
diberikan guru. Selanjutnya siswa mencari kesalahan yang dimaksudkan pada
baris yang diberi penanda. Setelah kesalahan tersebut ditemukan, siswa harus
menandainya dengan cara memberi garis bawah pada kata/kalimat yang salah,
mengidentifikasi penyebab terjadinya kesalahan, kemudian membetulkannya di
sekitar letak kesalahan tersebut. Hasil tulisan yang sudah dikoreksi dan
diperbaiki lalu dikembalikan kepada penulisnya. Selanjutnya, penulis diminta
untuk menyalin atau menulis ulang tulisan yang telah direvisi oleh temannya.
Guru menegaskan pada siswa bahwa hasil salinan tersebut merupakan hasil
akhir yang akan dinilai karena tulisan yang dibuat telah melalui tahap revisi.
Pembelajaran pun ditutup dengan refleksi Guru dan siswa terhadap kegiatan
peer-correction yang telah dilaksanakan dan salam penutup.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis karya ilmiah dengan
teknik peer-correction yang berlangsung pada hari Sabtu, 12 Mei 2012 pukul
07.00-08.30 WIB (jam ke-1 dan 2) dan hari Kamis, 17 Mei 2012 WIB (jam ke-
3 dan 4). Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran,
kegiatan yang dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman observasi sebagaimana
terlampir. Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
duduk di bangku belakang. Namun, sesekali peneliti beranjak untuk mengambil
gambar dari berbagai sisi kelas guna melengkapi dokumentasi penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh
gambaran tentang jalannya kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah dengan
teknik peer-correction sejak guru memasuki kelas hingga berakhirnya proses
pembelajaran. Hasil pengamatan peneliti tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Guru memasuki kelas dan mengondisikan siswa dengan mengucapkan
salam. Para siswa berangsur tenang setelah mendengar salam yang diucapkan
guru dengan volume suara keras. Mereka menjawab salam tersebut secara
serempak, diikuti seruan ketua kelas yang memimpin teman-temannya untuk
berdoa. Selesai berdoa, guru melakukan absen sekilas dengan menanyakan
siswa yang tidak masuk. Beberapa siswa menjawab nihil. Guru kemudian
mengisi jurnal pembelajaran harian kelas XI Bahasa.
Guru membuka pelajaran dengan melakukan apersepsi. Pertama-tama
guru mengemukakan KD, indikator, tujuan pembelajaran dan ruang lingkup
materi terkait pembelajaran menulis karya ilmiah berdasarkan kajian buku.
Sebagaimana saat pratindakan, kali ini pun terdengar keluhan beberapa orang
siswa ketika mereka mengetahui bahwa materi yang akan dipelajari adalah
menulis karya ilmiah. Guru menanggapinya dengan mengatakan bahwa materi
karya ilmiah sengaja diulang karena hasil nilai yang diperoleh siswa belum
memuaskan. Meskipun agak kecewa, para siswa terlihat memaklumi alasan
yang disampaikan guru.
Guru kemudian menanyakan pengalaman siswa dalam membaca buku,
baik fiksi maupun nonfiksi atau buku-buku yang bersifat ilmiah. Guru
mengatakan bahwa buku yang bersifat ilmiah atau nonfiksi memiliki banyak
manfaat, salah satunya sebagai sumber penulisan karya ilmiah. Para siswa
terutama yang duduk di bangku deretan depan tampak tertarik dan antusias
menyimak apersepsi dari guru. Tiga orang siswa bahkan bersedia menjawab
pertanyaan dari guru seputar pengalaman mereka membaca buku-buku ilmiah.
Meskipun masih tampak malu-malu, ketiga siswa itu bersedia saat guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
meminta mereka menceritakan lebih lanjut isi buku yang mereka baca. Guru
pun memberikan pujian atas keberanian mereka dalam menjawab dan
mengungkapkan pendapat. Mendengar pujian tersebut, siswa yang
bersangkutan terlihat senang dan semakin antusias mengikuti pelajaran.
Selanjutnya, untuk menguji pemahaman awal siswa dan memancing
kembali ingatan siswa akan materi penulisan karya ilmiah yang sebelumnya
pernah diajarkan saat pratindakan, guru mengajukan beberapa pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan tersebut meliputi pengertian, ciri-ciri, unsur-unsur,
sistematika penulisan, dan langkah menulis karya ilmiah. Beberapa siswa
tampak berbisik-bisik mendiskusikan jawaban pertanyaan dari guru, tetapi
mereka masih ragu untuk menjawab. Salah satu siswa yang merasa pernah
mencatat penjelasan guru terlihat membolak-balik catatan untuk menemukan
jawaban pertanyaan yang diajukan. Guru pun menunjuk siswa tersebut untuk
menjawab dengan cara membacakan hasil catatannya dengan suara keras agar
didengar pula oleh teman-temannya. Guru kemudian menjelaskan setiap poin
dari jawaban yang disampaikan siswa tersebut.
Selanjutnya, guru menjelaskan cara membuat kerangka karya ilmiah dari
kajian buku dengan memberikan contoh cara menyusun kerangka karya ilmiah
dan pengembangannya menjadi karya ilmiah. Guru juga memberikan
penjelasan seputar aspek-aspek kebahasaan lain yang harus diperhatikan dalam
penulisan karya ilmiah selain aspek isi. Penjelasan tersebut misalnya tentang
aspek organisasi isi yang berkaitan dengan penyusunan ide tulisan, aspek
kosakata yang berkaitan dengan pemilihan dan pemakaian kata dan kosakata,
aspek pengembangan bahasa yang berkaitan dengan struktur maupun
penyusunan kalimat, dan aspek mekanik yang berkaitan dengan penulisan ejaan
dan tanda baca.
Pada awalnya, beberapa siswa tampak merasa asing dan kurang paham
dengan penjelasan yang disampaikan guru. Agar siswa lebih paham, guru pun
membagikan contoh karya ilmiah yang telah dipersiapkannya. Guru
menyampaikan kepada siswa bahwa contoh karya ilmiah yang dibagikan
mengandung banyak kesalahan bahasa seperti yang sering ditemukan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
hasil tulisan siswa selama ini, terutama dalam penulisan karya ilmiah. Hal itu
pula yang menyebabkan nilai menulis mereka selalu rendah. Oleh karena itu,
untuk dapat meningkatkan nilai menulis, hal pertama yang harus dilakukan
siswa adalah berusaha meningkatkan penguasaan kaidah bahasa tulis mereka
dan kemampuan mereka menerapkannya dalam bentuk tulisan. Hal tersebut
dapat dilakukan siswa salah satunya dengan belajar mengoreksi kesalahan
bahasa seperti yang terdapat dalam contoh karya ilmiah yang dibagikan guru.
Guru kemudian memberikan arahan kepada siswa untuk mulai membaca
contoh karya ilmiah tersebut sembari mencari letak kesalahan bahasanya. Agar
siswa lebih berkonsentrasi, guru meminta siswa untuk membaca dalam hati
selama ±10 menit. Setelah siswa selesai membaca, guru kemudian menanyakan
kesalahan bahasa apa saja yang berhasil ditemukan siswa dari contoh karya
ilmiah tersebut dan dimana letaknya. Beberapa siswa terlihat berdiskusi dengan
teman sebangkunya dan saling menunjukkan letak kesalahan bahasa yang
berhasil mereka temukan, tetapi mereka masih ragu-ragu untuk
menyampaikannya kepada guru. Sementara itu, beberapa siswa yang
sebelumnya sudah aktif pada saat apersepsi kembali mencoba menjawab
pertanyaan guru sehingga diskusi dan tanya jawab dapat berlangsung cukup
efektif.
Adapun kesalahan bahasa yang umumnya ditemukan para siswa adalah
kesalahan dalam hal penulisan huruf kapital, kesalahan penulisan kata, dan
kesalahan pemakaian ejaan. Kesalahan tersebut rata-rata dapat diperbaiki
dengan benar oleh siswa. Akan tetapi, kesalahan yang berkaitan dengan aspek
pengembangan bahasa yang berhubungan dengan struktur kalimat masih jarang
ditemukan oleh siswa. Setiap kesalahan bahasa yang ditemukan siswa dibahas
bersama dengan guru, termasuk cara memperbaikinya. Dalam hal ini, para
siswa terlihat senang dan lebih antusias karena guru memberikan bimbingan
dan feedback dalam kegiatan koreksi yang dilakukan, yaitu dengan
memberikan penjelasan lebih lanjut tentang bentuk kesalahan bahasa yang
ditemukan, penyebabnya, dan cara memperbaikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Langkah pembelajaran selanjutnya adalah guru mengajak siswa ke
perpustakaan. Siswa diminta mencari buku sebagai sumber penulisan karya
ilmiah. Hal ini sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan di kelas XI
program Bahasa, yaitu menyusun karya ilmiah berdasarkan kajian buku.
Berbeda dengan pada saat pratindakan, pada pembelajaran siklus I ini para
siswa terlihat lebih antusias dan serius saat ditugasi mencari buku di
perpustakaan. Namun, masih tetap ada beberapa siswa yang bercanda dan tidak
serius saat mencari buku. Agar lebih efektif, guru menetapkan batas waktu
pencarian buku. Para siswa yang semula kurang serius akhirnya bergegas
mencari buku. Setelah semua siswa mendapatkan buku, guru meminta siswa
untuk mencoba membuat kerangka karya ilmiah dari buku yang dipilihnya.
Mendekati batas akhir pembelajaran, guru mengajak siswa untuk kembali ke
kelas.
Di kelas, guru mengemukakan tugas yang harus dikerjakan siswa di
rumah, yakni mengkaji isi buku yang dipilih, kemudian membuat kerangka
karya ilmiah yang sesuai dengan isi buku tersebut dan mengembangkannya
menjadi karya ilmiah. Guru menegaskan batas waktu pengumpulan tugas, yaitu
dua hari sebelum pertemuan berikutnya, tepatnya pada hari Selasa, tanggal 15
Mei 2012. Mendengar adanya pembatasan waktu, sebagian siswa mengeluh
dan menyatakan keberatannya. Guru pun mengemukakan alasan penetapan
batas waktu tersebut, yaitu karena nantinya hasil tulisan siswa akan direview
dan diberi feedback terlebih dahulu oleh guru. Seorang siswa yang terlihat
bingung dengan maksud perkataan guru mengacungkan jari dan menanyakan
feedback seperti apa yang akan diberikan guru. Guru pun menjelaskan bahwa
feedback yang akan diberikan berupa simbol-simbol penanda kesalahan bahasa
yang ditempatkan di bagian margin tulisan. Meskipun tampak belum terlalu
paham, siswa tersebut menganggukkan kepala dan tidak bertanya lebih lanjut.
Lebih lanjut, guru mengemukakan rencana kegiatan pembelajaran pada
pertemuan selanjutnya, yaitu siswa diminta mengoreksi hasil tulisan (karya
ilmiah) temannya. Guru juga mengemukakan harapannya agar feedback yang
diberikan dapat membantu siswa dalam mengoreksi. Disamping itu, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
menegaskan bahwa siswa yang tidak mengumpulkan hasil tulisannya tepat
waktu tidak akan memperoleh feedback sehingga hasil tulisannya tidak dapat
dikoreksi oleh temannya. Beberapa siswa mengangguk pertanda mengerti.
Pembelajaran pada pertemuan pertama ini ditutup dengan penegasan materi
dari guru dan kegiatan refleksi yang dilakukan guru bersama siswa. Terakhir,
guru mengucapkan salam penutup pembelajaran.
Pada pertemuan kedua, gambaran pelaksanaan pembelajaran adalah
sebagai berikut. Guru memasuki kelas sesaat setelah terdengar bel dimulainya
pelajaran jam ke-3 dan 4. Saat guru masuk, suasana kelas belum terkondisi
dengan baik. Beberapa siswa terlihat masih sibuk menyelesaikan tugas mata
pelajaran sebelumnya dan beberapa yang lain ada yang meminta izin
mengumpulkan tugas di kantor. Guru mengizinkan dengan syarat siswa
kembali ke kelas secepatnya. Guru kemudian memperingatkan siswa agar
menghentikan segala aktivitasnya dan menyiapkan diri untuk mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia. Siswa berangsur tenang dan mengikuti perintah
guru. Mereka memasukkan semua buku yang tidak berhubungan dengan
pelajaran bahasa Indonesia ke dalam tas dan mengeluarkan perlengkapan
belajar bahasa Indonesia, misalnya buku panduan, modul, dan buku catatan
bahasa Indonesia.
Setelah situasi kelas terkondisi, guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, kemudian mengabsen kehadiran siswa. Jumlah siswa
pada pertemuan kedua ini juga nihil. Guru memberi apersepsi dengan
mengutarakan pentingnya pengeditan bahasa terhadap semua hasil tulisan,
termasuk karya ilmiah. Guru juga mengemukakan hasil reviewnya atas tulisan
siswa yang sudah dikumpulkan. Guru mengatakan bahwa dalam tulisan siswa
masih dijumpai banyak kesalahan bahasa sehingga harus diedit terlebih dahulu.
Guru mengemukakan bahwa pada pembelajaran kali ini siswa akan
diberikan kesempatan untuk berlatih mengoreksi kesalahan bahasa dalam hasil
tulisan temannya. Hal itu dilakukan sebagai upaya meningkatkan penguasaan
kaidah bahasa tulis siswa agar hasil tulisan mereka lebih baik dan nilai menulis
mereka meningkat. Guru mengemukakan istilah peer-correction untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
menyebut koreksi antar teman yang akan dilakukan oleh siswa. Agar siswa
lebih termotivasi, Guru juga menyebutkan manfaat-manfaat yang dapat
diperoleh siswa dari kegiatan peer-correction, diantaranya siswa dapat belajar
menemukan kesalahan bahasa dalam tulisan temannya sekaligus belajar
memperbaikinya. Dengan demikian, siswa yang bersangkutan dapat
mengantisipasi agar tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan
temannya pada saat menulis. Selain itu, saran atau masukan yang diberikan
temannya terhadap hasil tulisannya juga dapat menjadi sarana belajar dan
mengintrospeksi diri bagi siswa yang bersangkutan agar menyadari kesalahan
bahasa yang mungkin sering dilakukan tetapi tidak disadarinya selama ini.
Berikutnya, guru memberi penjelasan tentang aspek tulisan yang harus
menjadi fokus siswa saat mengoreksi. Aspek tersebut adalah aspek yang
berkaitan dengan penerapan kaidah bahasa seperti penggunaan kosakata (aspek
kosakata), penyusunan kata dan kalimat (aspek pengembangan bahasa), dan
penggunaan ejaan serta tanda baca (aspek mekanik). Adapun aspek isi dan
organisasi isi nantinya akan dikoreksi langsung oleh guru agar penilaiannya
lebih objektif.
Setelah memberikan penjelasan seputar manfaat kegiatan koreksi yang
akan dilakukan dan aspek-aspek tulisan yang harus dikoreksi oleh siswa, guru
memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya. Pada kesempatan ini,
seorang siswa putri bernama Eva Fembiana mengacungkan jari. Ia menanyakan
bagaimana jika ia atau temannya tidak dapat menemukan kesalahan bahasa
dalam tulisan yang dikoreksi atau bingung bagaimana cara memperbaiki
kesalahan bahasa yang ditemukan. Seorang siswa lain bernama Alfina juga
menanyakan bagaimana jika bagian tulisan yang dikoreksi dan diperbaiki
ternyata sudah benar dan karena diperbaiki justru menjadi salah. Guru
menanggapi pertanyaan Eva dan Alfina tersebut dengan mengatakan bahwa
hal-hal itu sangat mungkin terjadi saat siswa melakukan koreksi. Karenanya,
guru sudah mempersiapkan bantuan berupa pemberian feedback dalam bentuk
simbol-simbol penanda kesalahan bahasa yang ditempatkan di bagian margin
tulisan. Tidak hanya itu, guru juga sudah menyiapkan panduan mengoreksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
yang berisi penjelasan dari setiap simbol, contoh-contoh kesalahan bahasa
sesuai yang disimbolkan, dan pembetulannya. Dengan demikian, siswa
diharapkan lebih terarah dalam mengoreksi. Beberapa siswa tampak
mengangguk-angguk tanda mengerti.
Selanjutnya, guru membagikan daftar simbol yang dimaksudkan. Agar
lebih jelas, guru membahas sekilas daftar simbol tersebut bersama siswa. Guru
juga mengajak siswa berlatih mengoreksi beberapa kalimat yang dituliskan di
papan tulis. Guru membuat beberapa contoh kalimat yang mengandung
kesalahan bahasa dan memberi simbol penanda kesalahan yang sesuai.
Kemudian, Guru meminta siswa maju memperbaiki kalimat tersebut dengan
berpedoman pada daftar simbol yang diberikan. Pada kegiatan ini cukup
banyak siswa yang bersedia maju mengerjakan latihan dari guru. Namun,
beberapa siswa lain ada juga yang tidak berani maju dengan alasan malu dan
takut salah.
Agar siswa mengetahui kebenaran hasil koreksinya dan hasil koreksi
teman-temannya, guru mengajak siswa mendiskusikan setiap hasil koreksi.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berpendapat jika ada hasil
koreksi yang dinilai masih salah. Guru dan siswa mengomentari penyebab
kesalahan dan mencoba memperbaikinya secara bersama-sama.
Setelah siswa cukup paham, guru mengarahkan siswa untuk mulai
melakukan peer-correction. Terlebih dahulu siswa diminta menukarkan hasil
tulisanyan (karya ilmiah) dengan temannya, kemudian mencantumkan
namanya sebagai korektor pada hasil tulisan temannya yang akan dikoreksi.
Selanjutnya, siswa diminta mencocokkan penanda kesalahan bahasa pada
bagian margin tulisan dengan daftar penjelasan simbol yang terdapat dalam
panduan mengoreksi. Siswa lalu diminta mencari dan menentukan letak dan
bentuk kesalahan bahasa pada baris yang diberi penanda, menandainya dengan
memberi garis bawah atau lingkaran, serta memberikan pembetulan di sekitar
kesalahan yang ditemukan. Para siswa kembali mengangguk paham dengan
instruksi yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Pada saat pelaksanaan koreksi, para siswa terlihat cukup antusias.
Mereka tampak senang dapat menemukan kesalahan bahasa dalam tulisan
temannya sekaligus memperbaiki kesalahan tersebut. Namun, ada juga
beberapa siswa yang terlihat masih bingung dan ragu-ragu dalam mengoreksi,
terutama dalam memberikan pembetulan. Hal tersebut dikarenakan mereka
tidak memanfaatkan panduan mengoreksi yang diberikan guru secara
maksimal. Dengan kata lain, beberapa siswa masih mengoreksi secara asal-
asalan tanpa pedoman. Selain itu, ada pula beberapa siswa yang terlihat saling
membantu dengan berdiskusi bersama teman sebangkunya saat mengoreksi.
Sementara siswa mengoreksi, guru berkeliling kelas untuk memantau aktivitas
siswa, sedangkan peneliti melakukan penilaian terhadap keaktifan siswa dalam
melakukan peer-correction sembari mengambil dokumentasi.
Setelah proses mengoreksi selesai, guru meminta siswa mengembalikan
hasil tulisan kepada temannya yang bersangkutan. Selanjutnya, penulis diminta
mencermati kembali hasil tulisannya dan perbaikan yang disarankan oleh
temannya. Situasi kelas agak gaduh karena beberapa siswa berusaha
mengonfirmasi hasil koreksi temannya yang dinilai kurang sesuai. Guru pun
memberi nasihat dengan mengatakan bahwa kesalahan yang dilakukan siswa
dalam mengoreksi merupakan hal yang wajar karena mereka sedang berada
dalam tahap belajar. Karenanya, saran perbaikan dari korektor boleh diikuti
jika dianggap benar dan boleh tidak diikuti jika dirasa masih salah. Para siswa
tampak menyetujui usulan dari guru. Mereka mulai menyalin hasil tulisan yang
telah dikoreksi dan diperbaiki oleh temannya. Setelah selesai, Guru meminta
siswa mengumpulkan hasil salinan tersebut. Siswa yang belum selesai
menyalin diberi kesempatan mengumpulkan keesokan paginya. Terakhir, Guru
menyimpulkan pembelajaran, malakukan refleksi pembelajaran, dan menutup
pembelajaran dengan salam.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran
menulis karya ilmiah pada siklus I, diperoleh gambaran ketercapaian indikator
pelaksanaan sebagai berikut, siswa yang aktif saat apersepsi sebanyak 13 siswa
(48,15%), sedangkan 14 siswa (51,85%) belum aktif saat apersepsi. Siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
aktif dan memperhatikan saat guru menyampaikan materi sebanyak 16 siswa
(59,26%), sedangkan 11 siswa (40,74%) tidak memperhatikan penjelasan guru.
Siswa yang aktif dan bersungguh-sungguh saat melakukan peer-correction
sebanyak 19 siswa (70,37%), sedangkan 8 siswa (29,63%) tidak aktif dan
kurang bersungguh-sungguh dalam melakukan peer-correction. Siswa yang
memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran sebanyak 20 siswa
(74,07%), sedangkan 7 siswa (25,93%) tidak bersungguh-sungguh dan kurang
antusias dalam mengikuti pembelajaran.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I dapat dianalisis bahwa
kualitas proses pembelajaran sudah mengalami peningkatan, tetapi belum
maksimal. Indikator penelitian ini belum sepenuhnya tercapai. Oleh karena itu,
peneliti dan guru berupaya melakukan analisis dan refleksi secara bersama-
sama untuk menggali faktor penyebab fenomena tersebut dan mencari
solusinya.
Adapun hasil analisis dan refleksi yang dapat dikemukakan adalah
sebagai berikut.
1. Keaktifan siswa selama guru mengemukakan apersepsi mengalami
peningkatan. Hal tersebut terlihat dari adanya beberapa siswa yang mulai
berani mengemukakan pendapatnya saat guru menanyakan pengalaman
mereka dalam membaca buku-buku nonfiksi. Akan tetapi, keaktifan siswa
belum maksimal karena jumlah siswa yang menanggapi apersepsi dari
guru masih sedikit.
2. Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi meningkat
dibandingkan pada saat pratindakan. Akan tetapi, peningkatan yang terjadi
juga belum maksimal karena belum merata pada seluruh siswa. Hanya
beberapa siswa tertentu yang terus aktif selama pembelajaran dan
memanfaatkan kesempatan yang diberikan guru untuk bertanya,
menjawab, maupun mengajukan pendapat. Adapun siswa yang lainnya
masih cenderung pasif. Meskipun begitu, guru membiarkan saja siswa-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
siswa yang pasif dan jarang menegur mereka. Dengan kata lain, guru lebih
memfokuskan perhatiannya hanya pada para siswa yang aktif.
3. Beberapa siswa masih menunjukkan kurangnya minat dan motivasi
mereka dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini diindikasikan dari sikap
siswa yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, tampak bosan, mengantuk,
atau bertopang dagu saat berlangsungnya pembelajaran.
4. Pemberian waktu bagi siswa untuk mencari buku di perpustakaan dinilai
kurang efektif karena banyak siswa yang tidak serius dan mengulur-ulur
waktu saat mencari buku. Sebagai alternatifnya, alokasi waktu ntuk
mencari buku di perpus dapat diganti dengan memperbanyak latihan
mengoreksi pada siswa.
5. Beberapa siswa belum sepenuhnya aktif dan bersungguh-sungguh saat
melakukan peer-correction. Mereka kurang serius saat mengoreksi atau
justru bermain-main sendiri dengan teman sebangkunya, bertopang dagu,
dan menidurkan kepala di atas meja. Beberapa siswa juga tampak
mengoreksi secara asal-asalan tanpa menggunakan pedoman.
6. Siswa sudah cukup mampu dalam mengidentifikasi kesalahan bahasa yang
terdapat dalam hasil tulisan temannya. Hal ini terlihat dari banyaknya
coretan kesalahan. Akan tetapi, beberapa siswa belum dapat membetulkan
kesalahan tersebut secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya coretan koreksi yang tanpa tulisan pembetulan. Beberapa siswa
terlihat masih takut dan ragu untuk memberikan pembetulan.
7. Secara kualitas, hasil tulisan (karya ilmiah) siswa belum sepenuhnya baik.
Meskipun telah dikoreksi antar teman dan diperbaiki, hasil nilai yang
diperoleh menunjukkan masih ada beberapa siswa yang belum mencapai
KKM (70). Adapun dari hasil nilai karya ilmiah siswa pada siklus I,
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan menulis karya
ilmiah pada siswa. Skor dalam setiap aspek tulisan mengalami
peningkatan meskipun belum maksimal.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel 7 dan 8 yang menyajikan
nilai proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 7. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus I
No. Nama Siswa Nilai
Skor Nilai Ket. A* B* C* D*
1. Adika Devi K. 2 3 3 3 11 55 Cukup 2. Ahsana Prayoga 1 2 2 2 7 35 Kurang 3. Alfina Aunin S. 4 3 3 3 13 65 Cukup 4. Amirul Nisa 4 4 3 4 15 75 Baik 5. Atika H.P. 3 4 3 4 14 70 Baik 6. Bety Palupi 2 2 2 3 9 45 Kurang 7. Desi Sari Nastiti 3 3 3 3 12 60 Cukup 8. Dommy Ryan N. 1 2 2 1 6 30 Kurang 9. Ermawati H. 3 4 4 3 14 70 Baik 10. Erna Ambarwati 2 3 3 3 11 55 Cukup 11. Esti Kurniawati 3 3 3 4 13 65 Cukup 12. Eva Fembiana 3 2 3 3 11 55 Cukup 13. Fahmi Ghifari 2 2 3 3 10 50 Cukup 14. Faizal Riski W. 2 2 2 2 8 40 Kurang 15. Fajriyah Eka P. 3 3 3 4 13 65 Cukup 16. Fitri Tiara Kasih 3 4 4 4 15 75 Baik 17. Ghaniz Rasaq 2 3 3 4 12 60 Cukup 18. Indriani Ulfa 4 3 4 4 15 70 Baik 19. Kinayung D.K.A. 3 4 4 3 14 70 Baik 20. Lisa Puspita Sari 2 2 3 3 10 50 Cukup 21. Novi Widyastuti 2 2 3 2 9 45 Kurang 22. Riyan Pangestu 2 2 2 3 9 45 Kurang 23. Rudi Kurniawan 2 2 2 2 8 40 Kurang 24. Sakti Affandi 1 3 2 2 8 40 Kurang 25. Solikhah W. 3 3 3 4 13 65 Cukup 26. Wisnu P.U 2 2 2 2 8 40 Kurang 27. Yudi Setyo N. 3 4 3 3 13 65 Cukup
Prosentase: siswa yang sangat
baik/baik
13 siswa (48,15%)
16 siswa (59,26%)
19 siswa (70,37%)
20 siswa (74,07%)
Keterangan:
A* : Keaktifan selama apersepsi
B* : Keaktifan dan perhatian saat guru menyampaikan materi
C* : Keaktifan dan kesungguhan dalam melakukan peer-correction
D* : Minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 8. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus I
No. Nama Siswa Aspek Penilaian
Nilai Ket. I* II* III* IV* V*
1. Adika Devi K. 23 15 15 14 3 70 Tuntas 2. Ahsana Prayoga 19 15 14 13 3 64 Belum Tuntas 3. Alfina Aunin S. 24 16 14 14 4 72 Tuntas 4. Amirul Nisa 25 16 16 19 4 80 Tuntas 5. Atika H.P. 25 17 16 17 4 79 Tuntas 6. Bety Palupi 24 13 13 14 4 68 Belum Tuntas 7. Desi Sari Nastiti 24 17 16 16 4 77 Tuntas 8. Dommy Ryan N. 21 13 13 14 4 65 Belum Tuntas 9. Ermawati H. 25 16 16 18 4 79 Tuntas 10. Erna Ambarwati 23 17 16 18 4 78 Tuntas 11. Esti Kurniawati 25 16 16 18 4 79 Tuntas 12. Eva Fembiana 24 16 15 15 4 74 Tuntas 13. Fahmi Ghifari 23 15 15 16 4 73 Tuntas 14. Faizal Riski W. 20 14 13 14 3 64 Belum Tuntas 15. Fajriyah Eka P. 25 17 17 16 4 79 Tuntas 16. Fitri Tiara Kasih 25 16 17 20 4 82 Tuntas 17. Ghaniz Rasaq 24 16 15 17 4 76 Tuntas 18. Indriani Ulfa 25 17 15 19 4 80 Tuntas 19. Kinayung D.K.A. 25 17 15 15 4 76 Tuntas 20. Lisa Puspita Sari 24 15 15 15 4 73 Tuntas 21. Novi Widyastuti 23 15 13 12 4 67 Belum Tuntas 22. Riyan Pangestu 23 14 15 13 4 69 Belum Tuntas 23. Rudi Kurniawan 23 15 14 13 3 68 Belum Tuntas 24. Sakti Affandi 20 14 15 14 4 67 Belum Tuntas 25. Solikhah W. 24 15 15 15 4 73 Tuntas 26. Wisnu P.U 20 14 13 14 4 65 Belum Tuntas 27. Yudi Setyo N. 23 15 14 14 4 70 Tuntas
Jumlah 1967 Rata-rata 72,85
Keterangan:
I : Isi
II : Organisasi isi
III : Kosakata
IV : Pengembangan Bahasa
V : Mekanik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Hasil nilai menulis karya ilmiah siswa sebagaimana yang tampak dalam
tabel menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis siswa meskipun
belum maksimal. Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang mendapatkan nilai
tuntas pada siklus I ini lebih banyak daripada saat observasi awal. Jumlah siswa
yang nilainya mencapai ketuntasan pada saat observasi awal hanya 10 siswa
(37,04%), tetapi setelah dilakukan tindakan, jumlah siswa yang nilainya tuntas
menjadi 18 siswa (66,67%). Selain dari hasil pembelajaran, peningkatan juga
terlihat pada proses belajar. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan
jumlah siswa yang aktif, memperhatikan, bersungguh-sungguh, berminat dan
menampakkan motivasinya selama mengikuti pembelajaran dibandingkan pada
saat observasi awal.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, berikut ini dikemukakan
refleksi dari kekurangan yang ditemukan:
1) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif selama apersepsi, pada saat guru
menyampaikan materi, maupun saat siswa melakukan koreksi, guru
hendaknya memberikan motivasi, pengarahan, serta penjelasan bahwa
penilaian pembelajaran tidak hanya dari hasil, tetapi juga dari keaktifan
siswa saat berlangsungnya pembelajaran
2) Guru perlu perlu memperbaiki cara mengajarnya. Hal ini perlu dilakukan
agar siswa yang semula tidak memperhatikan pelajaran menjadi
memperhatikan dan lebih aktif. Guru harus berusaha membagi perhatiannya
secara menyeluruh pada semua siswa, tidak hanya pada siswa-siswa yang
aktif. Guru sebaiknya menegur para siswa yang kurang aktif atau
menganggu pelajaran dengan memberi mereka pertanyaan atau meminta
mereka mengemukakan pendapat sehingga lebih mengena. Hal ini
sekaligus untuk memancing keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
3) Agar pemanfaatan waktu lebih efektif, kegiatan mencari buku di
perpustakaan dihilangkan dan diganti dengan memberikan lebih banyak
latihan kepada siswa dalam mengoreksi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak
hanya mampu menyalahkan, tetapi juga mampu membetulkan kesalahan
bahasa yang ditemukan dalam hasil tulisan temannya.
4) Guru hendaknya lebih mengawasi siswa saat pembelajaran, terutama saat
melakukan koreksi, misalnya dengan cara berkeliling untuk memantau dan
menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami masing-masing siswa.
Dengan demikian, siswa akan lebih aktif, bersungguh-sungguh, dan
termotivasi dalam melakukan koreksi karena merasa diperhatikan oleh
guru. Selain itu, guru juga perlu menegaskan pentingnya pemanfaatan
panduan mengoreksi agar hasil koreksi siswa lebih maksimal.
5) Untuk lebih memaksimalkan kemampuan siswa dalam menulis karya
ilmiah, guru hendaknya lebih menegaskan kembali pokok-pokok penilaian
dalam sebuah tulisan. Dengan demikian, nilai karya ilmiah siswa akan lebih
baik atau setidaknya mencapai batas ketuntasan minimal sebesar 70.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, dapat disimpulkan bahwa
tindakan pada siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan. Peningkatan
memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan dibandingkan
pada saat survei awal. Akan tetapi, dalam siklus ini hanya 18 siswa yang telah
tuntas, sedangkan sisanya belum mencapai batas ketuntasan minimal yang
ditetapkan (70). Oleh karenanya, diperlukan adanya perbaikan pembelajaran
berupa tindakan pada siklus II. Perbaikan ini dilakukan untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Selanjutya, siklus II
direncanakan akan dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Mei 2012 dan Sabtu, 26
Mei 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti dan guru menyepakati
perlunya dilaksanakan pembelajaran pada siklus II. Persiapan dan perencanaan
siklus II ini dilakukan pada hari Senin, 21 Mei 2012 di ruang perpustakaan
SMA N 2 Sukoharjo. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan hasil
observasi berikut refleksi terhadap pembelajaran menulis karya ilmiah pada
siklus I. Pada guru yang bersangkutan, peneliti menyampaikan segala
kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Untuk mengatasi beberapa kekurangan pada siklus I, guru dan peneliti
menyepakati beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam pembelajaran
menulis karya ilmiah pada siklus selanjutnya, antara lain: (1) guru memberikan
motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran dan menegaskan
bahwa penilaian pembelajaran tidak hanya dari hasil, tetapi juga dari keaktifan
siswa saat berlangsungnya pembelajaran; (2) guru lebih meratakan
perhatiannya kepada seluruh siswa dan berusaha memancing keaktifan para
siswa yang masih pasif selama pembelajaran; (3) kegiatan mencari buku di
perpustakaan diganti dengan memperbanyak latihan mengoreksi agar siswa
tidak hanya mampu menyalahkan, tetapi juga mampu memperbaiki kesalahan
bahasa yang ditemukan; (4) guru hendaknya lebih memantau aktivitas siswa
terutama saat siswa melakukan koreksi serta guru mengingatkan siswa agar
memanfaatkan panduan mengoreksi secara maksimal; (5) guru perlu
menegaskan kembali pokok-pokok penilaian dalam sebuah tulisan agar hasil
tulisan siswa menjadi lebih baik.
Adapun skenario yang direncanakan dalam siklus II adalah sebagai
berikut: (1) guru mengucapkan salam dan mengondisikan kelas; (2) guru
melakukan apersepsi dengan mengemukakan hasil refleksinya atas karya
ilmiah siswa pada siklus I; (3) guru dan siswa bertanya jawab tentang
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis karya ilmiah pada siklus
I; (4) guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memaparkan manfaat
penulisan karya ilmiah dan menceritakan prestasi yang berhasil dicapai para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
pemenang lomba karya ilmiah; (5) guru menyampaikan materi menulis karya
ilmiah berdasarkan kajian buku dan langkah pembelajaran yang akan ditempuh
siswa; (6) guru memberikan latihan kepada siswa untuk mengoreksi contoh
karya ilmiah yang telah dipersiapkan; (7) guru menegaskan pokok-pokok
penilaian dalam sebuah tulisan (karya ilmiah); (8) guru mengemukakan tugas
rumah kepada siswa untuk mencari buku nonfiksi, mengkajinya, dan membuat
karya ilmiah berdasarkan kajian terhadap buku tersebut; (9) guru
menyimpulkan pembelajaran, melakukan refleksi bersama siswa, dan menutup
pembelajaran dengan salam.
Skenario pembelajaran pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut:
(1) guru memberikan apersepsi berkaitan dengan pentingnya pengeditan bahasa
dalam penulisan karya ilmiah; (2) guru mengemukakan review-nya atas hasil
tulisan siswa yang sudah dikumpulkan; (3) guru dan siswa bertanya jawab
tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa saat melakukan peer-correction
pada siklus I; (4) guru membagikan hasil tulisan siswa (karya ilmiah) yang
sudah dikumpulkan dan diberi feedback kemudian meminta siswa menukarkan
hasil tulisannya dengan temannya; (5) sebelum mengoreksi, guru menegaskan
kembali cara melakukan peer-correction dan hal-hal yang harus dikoreksi oleh
siswa, terutama yang berkaitan dengan penerapan kaidah kebahasaan, yaitu
aspek kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik dalam tulisan; (6) guru
membagikan panduan mengoreksi dan mengingatkan siswa untuk
memanfaatkan panduan tersebut secara maksimal pada saat mengoreksi; (7) di
bawah bimbingan guru, masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap
hasil tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan dan
pedoman pengoreksian yang diberikan; (8) guru meminta siswa
mengembalikan hasil tulisan yang telah dikoreksinya pada siswa yang
bersangkutan; (9) guru memberikan penegasan tentang penulisan karya ilmiah
yang baik dan benar dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa,
maupun mekaniknya; (10) guru meminta siswa memperbaiki karya ilmiahnya
dari segi isi maupun bahasanya dan menyalinnya kembali untuk dikumpulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
b. Pelaksanaan Tindakan
Sebagaimana yang direncanakan, tindakan siklus II dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis, 24 Mei 2012 dan Sabtu, 26 Mei
2012 di ruang kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo. Masing-masing
pertemuan berlangsung 2 x 45 menit. Pada pertemuan pertama, tindakan
dilaksanakan pada pukul 08.30-10.00 WIB (jam ke-3 dan 4). Langkah-langkah
yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis karya ilmiah pada tindakan
siklus II pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut:
1) guru mengucapkan salam dan mengondisikan kelas;
2) guru melakukan apersepsi dengan mengemukakan hasil refleksinya atas
karya ilmiah siswa pada siklus I;
3) guru dan siswa bertanya jawab tentang kesulitan-kesulitan yang dialami
siswa dalam menulis karya ilmiah pada siklus I;
4) guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memaparkan manfaat
penulisan karya ilmiah dan menceritakan prestasi yang berhasil dicapai
para pemenang lomba karya ilmiah;
5) guru menyampaikan materi menulis karya ilmiah berdasarkan kajian buku
dan langkah pembelajaran yang akan ditempuh siswa;
6) guru memberikan latihan kepada siswa untuk mengoreksi contoh karya
ilmiah yang telah dipersiapkan;
7) guru menegaskan pokok-pokok penilaian dalam sebuah tulisan (karya
ilmiah);
8) guru mengemukakan tugas rumah kepada siswa untuk mencari buku
nonfiksi, mengkajinya, dan membuat karya ilmiah berdasarkan kajian
terhadap buku tersebut;
9) guru menyimpulkan pembelajaran dan melakukan refleksi bersama siswa
kemudian menutup pembelajaran dengan salam.
Pertemuan selanjutnya dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Mei 2012
pukul 07.00-08.30 WIB (jam ke-1 dan 2). Adapun langkah-langkah
pembelajaran yang dilaksanakan guru adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
1) guru memberikan apersepsi berkaitan dengan pentingnya pengeditan
bahasa dalam penulisan karya ilmiah;
2) guru mengemukakan review-nya atas hasil tulisan siswa yang sudah
dikumpulkan;
3) guru dan siswa bertanya jawab tentang kesulitan-kesulitan yang dialami
siswa saat melakukan peer-correction pada siklus I;
4) guru membagikan hasil tulisan siswa (karya ilmiah) yang sudah
dikumpulkan dan diberi feedback kemudian meminta siswa menukarkan
hasil tulisan tersebut dengan temannya;
5) sebelum mengoreksi, guru menegaskan kembali cara melakukan peer-
correction dan hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa, terutama yang
berkaitan dengan penerapan kaidah kebahasaan, yaitu aspek kosakata,
pengembangan bahasa, dan mekanik dalam tulisan;
6) guru membagikan panduan mengoreksi dan mengingatkan siswa untuk
memanfaatkan panduan tersebut secara maksimal pada saat mengoreksi;
7) di bawah bimbingan guru, masing-masing siswa melakukan koreksi
terhadap hasil tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah
ditentukan dan pedoman pengoreksian yang diberikan;
8) guru meminta siswa mengembalikan hasil tulisan yang telah dikoreksinya
pada siswa yang bersangkutan;
9) guru memberikan penegasan tentang penulisan karya ilmiah yang baik dan
benar dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, maupun
mekaniknya;
10) guru meminta siswa memperbaiki karya ilmiahnya dari segi isi maupun
bahasanya dan menyalinnya kembali untuk dikumpulkan;
11) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah
ditempuh dan menutup pembelajaran dengan salam.
Pada tahap pelaksanaan kegiatan ini, seperti pada siklus I, guru
bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran, sedangkan
peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif yang memantau dan
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
c. Observasi
Observasi dilaksanakan selama berlangsungnya pembelajaran menulis
karya ilmiah dengan teknik peer-correction pada hari Kamis, 24 Mei 2012
pukul 08.30-10.00 WIB dan Sabtu, 26 Mei 2012 pukul 07.00-08.30 WIB.
Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang
dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi sebagaimana terlampir
untuk menilai proses pembelajaran serta membuat catatan lapangan. Peneliti
duduk di bangku paling belakang sambil sesekali berjalan ke samping kelas
untuk mengambil dokumentasi.
Pada pelaksanaan pembelajaran menulis karya ilmiah siklus II ini, guru
mengaplikasikan solusi yang telah disepakati bersama dengan peneliti untuk
mengatasi berbagai kekurangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran
pada siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, diperoleh gambaran
jalannya kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peer-
correction di kelas XI Bahasa sebagai berikut.
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian
mengondisikan kelas dengan meminta siswa agar lebih tenang dan
mempersiapkan perlengkapan belajar bahasa Indonesia. Selanjutnya, guru
mengabsen kehadiran siswa dengan menanyakan adakah siswa yang tidak
masuk. Para siswa menjawab nihil. Guru kemudian mengisi buku harian kelas.
Langkah berikutnya, sebagai apersepsi, guru membagikan hasil karya
ilmiah siswa pada siklus I yang sudah dinilai dan mengemukakan refleksinya
dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan dan kekurangan yang masih
terdapat dalam beberapa hasil tulisan siswa. Kegiatan ini bertujuan agar siswa
memperoleh gambaran tentang karya ilmiah yang baik dan mengetahui
kesalahan yang masih sering mereka lakukan saat menulis karya ilmiah. Para
siswa tampak menyimak dengan baik refleksi dari guru. Beberapa siswa juga
ada yang mengajukan pertanyaan atas hasil refleksi yang dinyatakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Refleksi dilanjutkan dengan tanya jawab guru dan siswa tentang
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis karya ilmiah. Para siswa
mengemukakan berbagai kesulitan yang dialaminya tanpa rasa sungkan.
Kebanyakan siswa mengungkapkan bahwa kesulitan mereka adalah menulis
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, termasuk di dalamnya
adalah memilih kata dan kosakata yang tepat, menyusun kalimat dengan
struktur yang benar dan mudah dipahami, serta menggunakan ejaan dan tanda
baca yang tepat. Adapun mengenai ide dan organisasi yang berkaitan dengan
aspek isi tulisan, para siswa menyatakan mereka tidak terlalu kesulitan karena
dapat menemukan ide tulisan dan menyusun isinya dari buku yang telah
mereka kaji sebagai sumber penulisan karya ilmiah.
Dari keluhan dan kesulitan-kesulitan yang disampaikan siswa, guru
memberikan solusi dengan menjelaskan kembali hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam membuat tulisan, misalnya pemilihan kata, penyusunan
kalimat, serta penlisan ejaan dan pemakaian tanda baca. Agar siswa lebih
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, guru memaparkan berbagai
manfaat yang dapat diperoleh siswa dari kegiatan menulis karya ilmiah. Guru
juga menceritakan pengalaman dan prestasi yang berhasil diraih para
pemenang lomba karya ilmiah untuk menginspirasi siswa. Para siswa tampak
antusias mendengarkan cerita dari guru dan terlihat lebih bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran.
Perhatian siswa juga tampak saat guru mengulas kembali materi
penulisan karya ilmiah dari kajian buku dan menyampaikan langkah
pembelajaran yang akan ditempuh, salah satunya adalah melakukan latihan
mengoreksi hasil tulisan temannya dengan teknik peer-correction seperti yang
pernah dilakukan dalam pembelajaran sebelumnya. Bahkan, para siswa sudah
lebih aktif saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya, menjawab,
maupun mengajukan pendapat di sela-sela penyampaian materi dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Kegiatan yang dilakukan guru setelah menyampaikan materi adalah
memberikan latihan kepada siswa untuk mengoreksi contoh karya ilmiah yang
telah dipersiapkan. Latihan ini dimaksudkan agar siswa lebih mampu dalam
mengenali dan memperbaiki kesalahan-kesalahan bahasa yang sering dijumpai
dalam tulisan. Guru meminta para siswa mengemukakan kesalahan-kesalahan
bahasa yang ditemukannya, lalu membahas bersama siswa tentang penyebab
dan cara memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut. Guru juga membantu
siswa dalam menemukan jenis kesalahan bahasa yang jarang ditemukan karena
tidak disadari oleh siswa, misalnya penyusunan kalimat (aspek pengembangan
bahasa) dan pemilihan kata yang kurang tepat (aspek kosakata). Di akhir
latihan mengoreksi, guru menegaskan kembali pokok-pokok penilaian dalam
sebuah tulisan (karya ilmiah) yang harus selalu menjadi perhatian siswa pada
saat menulis.
Menjelang batas waktu berakhirnya pembelajaran pada pertemuan
pertama ini, guru mengemukakan tugas rumah kepada siswa untuk mencari
buku nonfiksi, mengkajinya, dan membuat karya ilmiah berdasarkan kajian
terhadap buku tersebut. Guru juga menegaskan batas waktu pengumpulan tugas
dan memberitahukan bahwa hasil tulisan siswa akan diberi feedback berupa
simbol penanda kesalahan bahasa seperti pada siklus I. Berbeda dengan saat
pratindakan dan siklus I, pada siklus II ini siswa tampak lebih antusias dengan
penugasan yang diberikan guru. Mereka tidak lagi mengeluh karena merasa
sudah lebih paham. Guru kemudian menyimpulkan pembelajaran dan
melakukan refleksi bersama siswa, lalu menutup pembelajaran dengan salam.
Pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan berikutnya, yaitu pada hari
Sabtu, 26 Mei 2012 pukul 07.00-08.30 (jam ke-1 dan 2). Adapun hasil
pengamatan peneliti pada pertemuan kedua ini dapat digambarkan sebagai
berikut.
Guru mengucapkan salam dan mengondisikan kelas. Selanjutnya, guru
mengecek kehadiran siswa dan mengisi buku harian kelas. Guru kemudian
memberikan apersepsi dengan menegaskan manfaat dan pentingnya pengeditan
bahasa dalam penulisan karya ilmiah selain revisi terhadap isi tulisan. Guru lalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
mengemukakan reviewnya terhadap hasil karya ilmiah siswa yang sudah
dikumpulkan dan diberi feedback berupa simbol penanda kesalahan bahasa.
Guru menyebutkan jenis-jenis kesalahan bahasa yang masih banyak
dijumpainya dalam hasil tulisan siswa dan memberikan nasihat agar nantinya
siswa lebih cermat pada saat mengoreksi.
Setelah mengemukakan review-nya atas hasil tulisan siswa, kegiatan
yang dilakukan guru selanjutnya adalah bertanya jawab dengan siswa seputar
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada saat mengoreksi hasil tulisan
temannya seperti yang dilakukan pada siklus I. Sesuai dengan hasil analisis dan
refleksi pada siklus I, banyak siswa menyatakan bahwa mereka terkadang
masih ragu untuk memberikan pembetulan karena tidak yakin pembetulan yang
diberikannya benar. Sebagai solusinya, guru memberikan motivasi kepada
siswa agar lebih percaya diri pada saat mengoreksi. Guru menegaskan bahwa
latihan mengoreksi yang dilakukan adalah sarana belajar agar siswa lebih
memahami penerapan kaidah bahasa dalam tulisan. Oleh karenanya, siswa
tidak perlu ragu dan takut salah ketika mengoreksi maupun saat memberikan
pembetulan. Guru juga tidak lupa mengingatkan siswa agar memanfaatkan
panduan mengoreksi supaya hasil koreksi siswa lebih maksimal.
Kegiatan selanjutnya, guru membagikan hasil tulisan siswa (karya
ilmiah) yang sudah dikumpulkan dan diberi feedback, kemudian siswa diminta
menukarkan hasil tulisannya dengan temannya. Sebelum siswa melakukan
koreksi, guru menegaskan kembali cara melakukan peer-correction dan hal-hal
yang harus dikoreksi oleh siswa, terutama yang berkaitan dengan penerapan
kaidah kebahasaan, yaitu aspek kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik
dalam tulisan. Para siswa tampak sangat paham karena kegiatan peer-corretion
sudah pernah dilakukan pada siklus I. Guru kemudian membagikan panduan
mengoreksi dan kembali mengingatkan siswa untuk memanfaatkan panduan
tersebut secara maksimal pada saat mengoreksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Di bawah bimbingan dan pantauan guru, siswa melakukan koreksi
terhadap hasil tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan
dan pedoman pengoreksian yang diberikan. Pada kegiatan ini, siswa terlihat
antusias dan sudah lebih percaya diri pada saat mengoreksi. Jumlah siswa yang
menunjukkan keaktifan dan kesungguhan pada saat mengoreksi juga lebih
banyak dibandingkan saat pelaksanaan peer-correction pada siklus I. Tampak
para siswa memanfaatkan panduan mengoreksi secara maksimal sebagaimana
yang dianjurkan guru.
Setelah siswa selesai mengoreksi, guru meminta siswa mengembalikan
hasil tulisan yang dikoreksinya kepada siswa yang bersangkutan. Setelah
semua siswa memperoleh kembali hasil tulisannya, guru memberikan
penegasan tentang penulisan karya ilmiah yang baik dan benar, baik dari segi
isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, maupun mekaniknya. Guru
kemudian meminta siswa memperbaiki karya ilmiahnya, baik dari segi isi
maupun bahasa dan menyalinnya kembali untuk dikumpulkan. Di akhir
pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Terakhir, guru menutup pembelajaran dengan salam.
d. Analisis dan Refleksi
Proses pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peer-
correction di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo pada siklus II yang
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yakni hari Kamis, 24 Mei 2012 dan
Sabtu, 26 Mei 2012 secara keseluruhan dapat dinyatakan berjalan baik dan
lancar. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diatasi dengan
baik oleh guru.
Kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah mengalami
peningkatan. Hal ini ditandai dengan tercapainya indikator-indikator yang
ditetapkan. Indikator tersebut meliputi keaktifan dan perghatian siswa selama
apersepsi, keaktifan siswa saat guru menyampaikan materi, keaktifan dan
kesungguhan siswa saat melakukan peer-correction, dan minat serta motivasi
siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu, pada siklus II ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
berbagai kekurangan yang terdapat dalam pelaksanaan siklus I dapat diatasi
dengan baik oleh guru. Pada siklus II, siswa lebih aktif baik pada saat
apersepsi, penyampaian materi, maupun pelaksanaan koreksi. Tidak hanya itu,
minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis karya ilmiah juga
semakin tampak. Segala bentuk peningkatan itu tidak terlepas dari peran guru
yang berupaya mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dengan memberikan
kegiatan yang banyak melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.
Di samping itu, dukungan, nasihat, dan apresiasi positif yang diberikan guru
kepada siswa juga mampu meningkatan minat dan motivasi siswa dalam
pembelajaran. Hal itu terjadi karena siswa merasa lebih diperhatikan oleh guru
sehingga tidak lagi merasa canggung untuk bertanya, menjawab, maupun
mengutarakan pendapatnya saat proses pembelajaran.
Secara rinci, hasil analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II
dapat dikemukakan sebagai berikut.
1) Keaktifan siswa selama guru mengemukakan apersepsi mengalami
peningkatan. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah siswa yang aktif
menanggapi apersepsi dari guru dengan bertanya maupun mengemukakan
pendapatnya. Tanya jawab yang dilakukan guru saat apersepsi pun sudah
lebih efektif dibandingkan pada saat pratindakan dan siklus I.
2) Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi meningkat
dibandingkan saat pratindakan dan siklus I. Jumlah siswa yang aktif dan
memperhatikan penyampaian materi dari guru sudah lebih banyak dan
merata. Hal ini karena guru sudah membagi perhatiannya secara menyeluruh
pada semua siswa. Guru juga berusaha menegur dan memancing keaktifan
siswa-siswa yang pasif dengan memberi mereka pertanyaan sehingga lebih
mengena.
3) Jumlah siswa yang menunjukkan minat dan motivasi mereka dalam
mengikuti pembelajaran meningkat. Hal ini terindikasi dari sikap siswa yang
tidak lagi sibuk dengan aktivitasnya sendiri, tampak lebih bersemangat,
bersungguh-sungguh, dan lebih aktif dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
4) Guru sudah membimbing dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
lebih banyak berlatih mengoreksi berbagai bentuk kesalahan bahasa dalam
tulisan. Guru juga memberikan solusi atas kesulitan-kesulitan yang dialami
siswa dalam menulis karya ilmiah maupun saat melakukan koreksi.
5) Guru sudah memantau dan memonitor siswa dengan lebih baik pada saat
apersepsi, penyampaian materi, pelaksanaan koreksi, maupun penutupan
pembelajaran sehingga setiap kegiatan belajar yang dilakukan dapat
berlangsung dengan baik dan lancar karena situasi pembelajaran lebih
kondusif.
6) Siswa sudah mampu dan lebih percaya diri dalam mengidentifikasi dan
memperbaiki kesalahan bahasa yang terdapat dalam tulisan temannya. Hal
ini terlihat dari semakin banyaknya coretan kesalahan yang sudah dilengkapi
dengan tulisan pembetulan.
7) Kualitas hasil tulisan (karya ilmiah) siswa meningkat secara signifikan. Hal
ini mengindikasikan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah juga
mengalami peningkatan. Hasil tulisan siswa lebih baik dibandingkan pada
saat pratindakan maupun siklus I. Hal tersebut ditandai dengan
meningkatnya nilai siswa pada setiap aspek tulisan. Peningkatan nilai
tersebut terjadi merata pada semua siswa sehingga nilai rata-rata menulis
karya ilmiah di kelas XI Bahasa ikut meningkat. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa mengalami
peningkatan.
8) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil pembelajaran
menulis karya ilmiah dengan teknik peer-correction di kelas XI Bahasa,
diperoleh gambaran ketercapaian indikator dalam pelaksanaan siklus II
sebagai berikut.
a) Siswa yang menunjukkan keaktifan pada saat apersepsi yang diindikatori
oleh antusiasme dan keaktifan mereka dalam merespon apersepsi dari
guru adalah sebanyak 21 siswa (77,78%), sedangkan 6 siswa lainnya
(22,22%) tampak berbicara dengan temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
b) Siswa yang menunjukkan keaktifan dan perhatian pada saat mengikuti
pelajaran yang diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan
dan memberikan respon pada guru sebanyak 22 siswa (81,48%),
sedangkan 5 siswa lainnya (18,52%) kurang memperhatikan penjelasan
dari guru dan kurang aktif memberikan respon.
c) Siswa yang menunjukkan keaktifan dan kesungguhan dalam melakukan
peer-correction sebanyak 24 siswa (88,89%), sedangkan 3 siswa lainnya
(11,11%) kurang aktif dan bersungguh-sungguh saat melaksanakan peer-
correction.
d) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran
yang diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiasan dan semangat
dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran
sebanyak 23 siswa (85,19%), sedangkan sebanyak 4 siswa (14,81%) tetap
tampak kurang antusias mengikuti pembelajaran.
e) Siswa yang sudah dapat mencapai ketuntasan belajar (70) sebanyak 27
siswa (100%) dengan nilai rata-ratanya 72,85.
Agar lebih jelas, pada tebel 9 dan 10 disajikan hasil penilaian proses
dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Tabel 9. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus II
No. Nama Siswa Nilai
Skor Nilai Ket. A* B* C* D*
1. Adika Devi K. 3 3 4 3 13 65 Baik 2. Ahsana Prayoga 2 2 2 2 8 40 Kurang 3. Alfina Aunin S. 4 3 4 4 15 75 Baik 4. Amirul Nisa 4 5 5 4 18 90 Sangat Baik 5. Atika H.P. 3 4 4 4 15 75 Baik 6. Bety Palupi 3 3 2 3 11 55 Cukup 7. Desi Sari Nastiti 3 4 4 3 14 70 Baik 8. Dommy Ryan N. 2 2 2 2 8 40 Kurang 9. Ermawati H. 4 4 4 4 16 80 Baik 10. Erna Ambarwati 3 4 4 4 15 75 Baik 11. Esti Kurniawati 3 4 4 4 15 75 Baik 12. Eva Fembiana 4 3 3 3 13 65 Cukup 13. Fahmi Ghifari 3 3 4 3 13 65 Cukup 14. Faizal Riski W. 2 2 3 3 10 50 Cukup 15. Fajriyah Eka P. 4 3 4 4 15 75 Baik 16. Fitri Tiara Kasih 4 5 5 4 18 90 Sangat Baik 17. Ghaniz Rasaq 3 4 3 4 14 70 Baik 18. Indriani Ulfa 4 4 4 4 16 80 Baik 19. Kinayung D.K.A. 4 4 4 4 16 80 Baik 20. Lisa Puspita Sari 3 3 3 3 12 60 Cukup 21. Novi Widyastuti 2 3 4 3 12 60 Cukup 22. Riyan Pangestu 3 4 4 3 14 70 Baik 23. Rudi Kurniawan 2 2 3 2 9 45 Kurang 24. Sakti Affandi 3 4 4 4 15 75 Baik 25. Solikhah W. 3 3 4 4 14 70 Baik 26. Wisnu P.U 2 2 3 2 9 45 Kurang 27. Yudi Setyo N. 3 4 4 3 14 70 Baik
Prosentase: siswa yang sangat
baik/baik
77,78% (21
siswa)
81,48% (22
siswa)
88,89% (24
siswa)
85,19% (23
siswa)
Keterangan: A* : Keaktifan siswa selama apersepsi B* : Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menerangkan materi C* : Keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melaksanakan peer-correction D* : Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Tabel 10. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa pada Siklus II
No. Nama Siswa Aspek Penilaian
Nilai Ket. I II III IV V
1. Adika Devi K. 23 16 16 15 4 74 Tuntas 2. Ahsana Prayoga 20 16 15 15 4 70 Tuntas
3. Alfina Aunin S. 23 17 16 17 4 77 Tuntas
4. Amirul Nisa 26 17 17 21 4 85 Tuntas
5. Atika H.P. 25 17 16 18 4 80 Tuntas
6. Bety Palupi 24 15 14 17 4 74 Tuntas
7. Desi Sari Nastiti 24 17 16 17 4 78 Tuntas
8. Dommy Ryan N. 22 14 14 16 4 70 Tuntas
9. Ermawati H. 24 17 17 19 4 81 Tuntas
10. Erna Ambarwati 23 17 16 19 4 79 Tuntas
11. Esti Kurniawati 26 16 16 19 4 81 Tuntas
12. Eva Fembiana 23 16 17 16 4 76 Tuntas
13. Fahmi Ghifari 24 16 16 17 4 77 Tuntas
14. Faizal Riski W. 23 15 15 16 4 73 Tuntas
15. Fajriyah Eka P. 23 18 18 17 4 80 Tuntas
16. Fitri Tiara Kasih 23 17 18 21 4 83 Tuntas
17. Ghaniz Rasaq 22 17 16 18 4 77 Tuntas
18. Indriani Ulfa 24 17 16 20 4 81 Tuntas
19. Kinayung D.K.A. 26 18 17 17 4 82 Tuntas
20. Lisa Puspita Sari 23 16 16 16 4 75 Tuntas
21. Novi Widyastuti 24 16 14 15 4 73 Tuntas
22. Riyan Pangestu 24 17 16 15 4 76 Tuntas
23. Rudi Kurniawan 23 16 15 15 4 73 Tuntas
24. Sakti Affandi 26 17 17 18 4 82 Tuntas
25. Solikhah W. 24 16 16 16 4 76 Tuntas
26. Wisnu P.U 22 15 14 16 4 71 Tuntas
27. Yudi Setyo N. 24 16 15 16 4 75 Tuntas
Jumlah 2079 Rata-rata 77
Keterangan:
I : Isi
II : Organisasi isi
III : Kosakata
IV : Pengembangan Bahasa
V : Mekanik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Data penilaian proses pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas XI
Bahasa SMA N 2 Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa Antarsiklus
No. Nama Siswa Nilai
Keterangan Prasiklus Siklus I Siklus II
1. Adika Devi K. 40 55 65 Meningkat 2. Ahsana Prayoga 27 35 45 Meningkat
3. Alfina Aunin S. 47 65 75 Meningkat
4. Amirul Nisa 73 75 90 Meningkat
5. Atika H.P. 47 70 75 Meningkat
6. Bety Palupi 33 45 60 Meningkat
7. Desi Sari Nastiti 47 60 70 Meningkat
8. Dommy Ryan N. 20 30 40 Meningkat
9. Ermawati H. 60 70 80 Meningkat
10. Erna Ambarwati 47 55 75 Meningkat
11. Esti Kurniawati 53 65 75 Meningkat
12. Eva Fembiana 40 55 65 Meningkat
13. Fahmi Ghifari 27 50 65 Meningkat
14. Faizal Riski W. 33 40 65 Meningkat
15. Fajriyah Eka P. 47 65 75 Meningkat
16. Fitri Tiara Kasih 73 75 90 Meningkat
17. Ghaniz Rasaq 33 60 70 Meningkat
18. Indriani Ulfa 73 70 80 Meningkat
19. Kinayung D.K.A. 67 70 80 Meningkat
20. Lisa Puspita Sari 40 50 60 Meningkat
21. Novi Widyastuti 27 45 65 Meningkat
22. Riyan Pangestu 33 45 70 Meningkat
23. Rudi Kurniawan 27 40 60 Meningkat
24. Sakti Affandi 33 40 75 Meningkat
25. Solikhah W. 47 65 70 Meningkat
26. Wisnu P.U 33 40 45 Meningkat
27. Yudi Setyo N. 47 65 70 Meningkat
Rata-rata Kelas 43,48 58,50 68,70 Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Berdasarkan data pada tabel 11 di atas, dapat digambarkan grafik pada
gambar 2 sebagai berikut.
Gambar 2. Grafik Nilai Rata-rata Proses Pembelajaran Antarsiklus
Berdasarkan grafik pada gambar 2 di atas, tergambar dengan jelas bahwa
nilai proses pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II mengalami kenaikan.
Pada prasiklus, nilai rata-ratanya 43,48, kemudian pada siklus I nilai rata-ratanya
naik menjadi 55,56, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 67,04 pada siklus
II. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis
karya ilmiah dari siklus I hingga siklus II.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karya ilmiah dari siklus
I hingga siklus II dapat dilihat dengan semakin meningkatnya nilai rata-rata
keseluruhan siswa seperti yang termuat pada tabel 11 dan gambar 2. Akan tetapi,
peningkatan nilai tersebut juga dipengaruhi oleh kenaikan nilai rata-rata dari tiap
aspek penilaian proses. Aspek-aspek tersebut meliputi: (1) keaktifan siswa pada
saat apersepsi; (2) keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan
materi, (3) keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correction;
serta (4) minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran.
43.48
55.56
67.04
01020304050607080
Prasiklus Siklus I Siklus II
Nila
i
Grafik Nilai Rata-rata Proses Pembelajaran Antarsiklus
Nilai Proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Gambar 3. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan Siswa selama Apersepsi
Pembelajaran
Grafik pada gambar 3 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek
keaktifan siswa pada saat apersepsi pembelajaran. Pada prasiklus, nilai rata-
ratanya mencapai skor 1,93. Nilai tersebut meningkat pada siklus I, yaitu
mencapai skor 2,48, kemudian naik menjadi 3,07 pada siklus II. Perolehan nilai
tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk pada garis naik
seperti pada gambar di atas. Gambaran tersebut memperjelas adanya kenaikan
nilai rata-rata aspek keaktifan siswa saat apersepsi pembelajaran dari siklus I
hingga siklus II. Selanjutnya, di bawah ini merupakan grafik nilai rata-rata aspek
keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi.
1.932.48
3.07
00.5
11.5
22.5
33.5
Prasiklus Siklus I Siklus II
Nila
iGrafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan Siswa
selama Apersepsi Pembelajaran
Keaktifan selama Apersepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Gambar 4. Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Keaktifan dan Perhatian Siswa saat Guru Menyampaikan Materi
Grafik pada gambar 4 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek
keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi. Pada prasiklus,
nilai rata-ratanya mencapai skor 2,33, kemudian pada siklus I nilai rata-ratanya
naik mencapai skor 2,81 dan pada siklus II meningkat menjadi 3,37. Perolehan
nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk pada garis
naik seperti pada gambar di atas. Hal tersebut menjadi gambaran yang
memperjelas adanya kenaikan nilai rata-rata aspek keaktifan dan perhatian siswa
saat guru menyampaikan materi dalam pembelajaran menulis karya ilmiah dari
siklus I hingga siklus II.
Di samping peningkatan keaktifan siswa pada saat apersepsi dan
penyampaian materi, keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melaksanakan peer-
correction juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disajikan dalam
grafik pada gambar 5 di bawah ini.
2.332.81
3.37
0
1
2
3
4
Prasiklus Siklus I Siklus II
Nila
iGrafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan
dan Perhatian Siswa saat Guru Menyampaikan Materi
Keaktifan dan perhatian saat Guru Menyampaikan Materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Gambar 5. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan dan Kesungguhan Siswa dalam Melakukan Peer-correction
Grafik pada gambar 5 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek
keaktifan dan kesungguhan dalam melakukan peer-correction. Pada siklus I nilai
rata-ratanya mencapai skor 2,85, kemudian naik menjadi 3,63 pada siklus II.
Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk
pada garis naik seperti pada gambar di atas. Gambaran tersebut memperjelas
adanya kenaikan nilai rata-rata aspek keaktifan dan kesungguhan siswa saat
melaksanakan peer-correction. dari siklus I hingga siklus II. Selanjutnya, di
bawah ini juga disajikan grafik pada gambar 6 yang menggambarkan nilai rata-
rata aspek minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran.
2.85
3.63
00.5
11.5
22.5
33.5
4
Siklus I Siklus II
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan dan Kesungguhan Siswa dalam Melakukan
Peer-correction
Keaktifan dan Kesungguhan Siswa dalam Melakukan Peer-correction
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Gambar 6. Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Minat dan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran
Grafik pada gambar 6 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek
minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran. Pada prasiklus skor yang
dicapai hanya 2,26, pada siklus I skor rata-ratanya mencapai 3, kemudian naik
menjadi 3,33 pada siklus II. Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan
grafik garis akan menunjuk pada garis naik seperti pada gambar di atas. Gambaran
tersebut memperjelas adanya kenaikan nilai rata-rata aspek minat dan motivasi
siswa saat mengikuti pembelajaran dari prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Selain data mengenai kualitas proses pembelajaran, berikut ini dijabarkan
pula tentang penilaian kualitas hasil pembelajaran menulis karya ilmiah.
Sebelumnya, kualitas hasil pembelajaran tersebut yang berupa karya ilmiah juga
dinilai dari berbagai aspek, yaitu meliputi : (1) isi; (2) organisasi isi; (3) kosakata;
(4) struktur kalimat; dan (5) mekanik/ejaan. Adapun datanya dapat dilihat pada
grafik pada gambar 7 berikut.
2.26
33.33
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Prasiklus Siklus I Siklus II
Nila
iGrafik Nilai Rata-rata Aspek Minat dan Motivasi
Siswa dalam Pembelajaran
Minat dan Motivasi dalam Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Isi pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Berdasarkan grafik pada gambar 7 dapat diketahui bahwa pada prasiklus,
rata-rata skor pada aspek isi adalah 22,33, kemudian menjadi 23,3 pada siklus I,
dan menjadi 23,63 pada siklus II. Dari rata-rata skor tiap siklus tersebut sesuai
dengan model penilaian Burhan Nurgiyantoro dapat dijabarkan bahwasejak saat
prasiklus hingga siklus II, rata-rata skor yang dicapai siswa masuk dalam kriteria
cukup-baik (22-26) dan terus mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam
pengungkapan gagasan yang tercakup dalam isi tulisannya mengalami
peningkatan setelah dilakukan tindakan dengan teknik peer-correction.
Selanjutnya, pada gambar 8 di bawah ini disajikan grafik nilai aspek organisasi isi
dalam hasil tulisan siswa.
22.33
23.3
23.63
21.5
22
22.5
23
23.5
24
Prasiklus Siklus I Siklus II
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Isi pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Gambar 8. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Organisasi Isi pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Grafik pada gambar 8 di atas menunjukkan bahwa pada prasiklus skor
rata-rata aspek organisasi isi adalah 14,52 kemudian menjadi 15,41 pada siklus I,
dan 16,37 pada siklus II. Dari capaian skor tersebut dapat diketahui bahwa
kemampuan siswa dalam mengorganisasi isi tulisan semakin meningkat setelah
dilakukan tindakan. Gambar 9 di bawah ini menyajikan grafik nilai aspek
kosakata pada hasil tulisan (karya ilmiah) siswa.
14.52
15.41
16.37
13.5
14
14.5
15
15.5
16
16.5
17
Prasiklus Siklus I Siklus II
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Organisasi Isi pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Organisasi Isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Gambar 9. Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kosakata pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Berdasarkan grafik pada gabar 9 di atas dapat dinyatakan bahwa pada
prasiklus skor rata-rata aspek kosakata yang dicapai siswa adalah 13,48 kemudian
menjadi 14,85 pada siklus I, dan menjadi 15,89 pada siklus II. Dengan demikian,
dapat dinyatakan bahwa kemampuan siswa dalam pemanfaatan potensi kata
(kosakata) semakin meningkat setelah dilakukan tindakan. Selanjutnya, di bawah
ini merupakan gambar 10 yang menyaikan grafik nilai aspek pengembangan
bahasa/struktur kalimat pada hasil tulisan (karya ilmiah) siswa.
13.48
14.85
15.89
12
13
14
15
16
17
Prasiklus Siklus I Siklus II
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Kosakatapada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Kosakata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Gambar 10. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Pengembangan Bahasa pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Berdasarkan grafik pada gambar 10 di atas, terlihat bahwa capaian skor
rata-rata aspek pengembangan bahasa dari prasiklus mencapai skor 14,07,
kemudian menjadi 15,44 pada siklus I dan naik menjadi 17,11 pada siklus II.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan penguasaan siswa
dalam aspek pengembangan bahasa atau struktur kalimat setelah dilakukannya
tindakan. Selanjutnya, pada gambar 11 berikut ini disajikan grafik nilai aspek
mekanik/ejaan pada hasil tulisan (karya ilmiah) siswa.
14.0715.44
17.11
02468
1012141618
Prasiklus Siklus I Siklus II
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Pengembangan Bahasa pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Pengembangan Bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Gambar 11. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Mekanik pada Hasil Tulisan Ilmiah Siswa
Berdasarkan grafik pada gambar 11, diperoleh informasi bahwa skor rata-
rata aspek mekanik yang dicapai yaitu 3,07 pada prasiklus, 3,85 pada siklus I, dan
4 pada siklus II. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai pada
aspek mekanik dalam hasil tulisan (karya ilmiah) siswa.. Selanjutnya, berikut ini
adalah gambar 12 yang menyajikan grafik nilai rata-rata keseluruhan hasil
penilaian menulis karya ilmiah siswa yang merupakan indikator dari kemampuan
menulis karya ilmiah siswa.
3.073.85 4
0
1
2
3
4
5
Prasiklus Siklus I Siklus II
Grafik Nilai Rata-rata Aspek Mekanik pada Tulisan Siswa
Mekanik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Gambar 12. Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Antarsiklus
Adapun hasil nilai rata-rata karya ilmiah siswa secara menyeluruh pada
tiap siklus dapat ditampilkan dalam tabel 12 berikut ini.
67.48
72.89
77.33
62646668707274767880
Prasiklus Siklus I Siklus II
Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Antarsiklus
Nilai Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Tabel 12. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa Antarsiklus
No. Nama Siswa Prasiklus Siklus I Siklus II Keterangan 1. Adika Devi K. 66 70 74 Meningkat 2. Ahsana Prayoga 57 65 73 Meningkat 3. Alfina Aunin Sholichah 67 72 77 Meningkat 4. Amirul Nisa 76 80 85 Meningkat 5. Atika Hatmaning P. 75 79 80 Meningkat 6. Bety Palupi 61 68 74 Meningkat 7. Desi Sari Nastiti 73 77 78 Meningkat 8. Dommy Ryan Nugroho 59 65 73 Meningkat 9. Ermawati Handayani 75 79 81 Meningkat 10. Erna Ambarwati 74 78 79 Meningkat 11. Esti Kurniawati 75 79 81 Meningkat 12. Eva Fembiana 64 74 76 Meningkat 13. Fahmi Ghifari 66 73 77 Meningkat 14. Faizal Riski Wijaya 61 64 73 Meningkat 15. Fajriyah Eka P. 75 79 80 Meningkat 16. Fitri Tiara Kasih 77 82 83 Meningkat 17. Ghaniz Rasaq 66 76 77 Meningkat 18. Indriani Ulfa 76 80 81 Meningkat 19. Kinayung Dyah K.A. 72 76 82 Meningkat 20. Lisa Puspita Sari 68 73 75 Meningkat 21. Novi Widyastuti 61 67 73 Meningkat 22. Riyan Pangestu 62 69 76 Meningkat 23. Rudi Kurniawan 63 68 73 Meningkat 24. Sakti Affandi 60 67 82 Meningkat 25. Solikhah Widyastuti 67 73 76 Meningkat 26. Wisnu Pambudi Utomo 61 65 74 Meningkat 27. Yudi Setyo Nugroho 65 70 75 Meningkat
Nilai rata-rata 67,48 72,89 77,33 Meningkat
Berdasarkan data pada gambar 12 dan tabel 12 di atas, diperoleh informasi
bahwa pada saat prasiklus nilai rata-rata yang dicapai adalah 67,48. Nilai ini
belum mencapai KKM yang ditentukan oleh guru dan peneliti, yaitu sebesar 70.
Pada siklus I terdapat peningkatan nilai menulis karya ilmiah. Nilai rata-rata yang
dicapai adalah 72,89. Meskipun pada siklus I ini nilai rata-rata sudah mencapai
KKM, tetapi masih ada 9 orang siswa yang belum tuntas atau belum mencapai
KKM sehingga perlu dilaksanakan siklus II. Setelah pelaksanaan siklus II, nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
rata-rata yang dicapai adalah 77,33. Nilai pada siklus II ini sudah cukup baik,
secara rata-rata sudah memenuhi KKM dan seluruh siswa juga sudah tuntas atau
mencapai KKM.
Apabila nilai rata-rata proses dan hasil pembelajaran tersebut digambarkan
dalam bentuk grafik, maka hasilnya tampak dalam gambar 13 sebagai berikut.
Gambar 13. Grafik Nilai Rata-rata Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas XI Bahasa Antarsiklus
Berdasarkan grafik pada gambar 13, dapat dinyatakan bahwa terjadi
peningkatan kualitas proses dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa
kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo yang tampak dari meningkatnya nilai rata-
rata hasil pembelajaran dari prasiklus, siklus I, dan siklus II.
67.4872.89
77.33
43.48
55.56
67.04
0102030405060708090
Prasiklus Siklus II Siklus II
Nila
i
Grafik Nilai Rata-rata Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Antarsiklus
Nilai Hasil
Nilai Proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
D. Pembahasan
Berdasarkan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan II serta
perbandingan hasil tindakan antarsiklus, dapat dinyatakan bahwa guru telah
berhasil melaksanakan pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peer-
correction. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya keaktifan,
perhatian, kesungguhan, dan minat serta motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran sehingga keterampilan siswa dalam pembelajaran berkembang
dengan baik. Hal ini juga mengindikasikan meningkatnya kualitas proses
pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa.
Selain berhasil meningkatkan keaktifan siswa di kelas, penelitian ini juga
berhasil meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis
karya ilmiah secara efektif dan menarik di kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo.
Teknik peer-correction terbukti mampu menjadi salah satu teknik atau metode
alternatif yang digunakan guru untuk menarik perhatian siswa agar terlibat aktif
dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Corder mengenai manfaat
yang dapat diperoleh guru dan siswa dari kegiatan mengoreksi, yaitu: (a) bagi
guru, koreksi kesalahan akan memberikan petunjuk tentang kemajuan belajar
yang dicapai siswa, apa yang telah dikuasainya, dan apa yang belum dan masih
harus dipelajarinya lagi; dan (b) bagi pengoreksi, ia dapat memanfaatkan
kesalahan itu sebagai sesuatu yang harus dipelajari (Corder dalam Purwanto,
2008:17).
Keberhasilan teknik peer-correction dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa
SMA N 2 Sukoharjo ini dapat dilihat dari tercapainya indikator-indikator yang
telah ditetapkan. Berikut ini adalah uraian tentang pencapaian indikator
keberhasilan penelitian.
1. Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah
a. Keaktifan siswa selama apersepsi
Keaktifan siswa selama apersepsi mengalami peningkatan. Hal ini
terlihat dari antusiasme dan keberanian siswa untuk merespon apersepsi dari
guru. Setelah dilakukannya tindakan, tampak bahwa siswa sudah lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
berani dan percaya diri dalam menjawab pertanyaan apersepsi dari guru,
bertanya, maupun mengajukan pendapat pada saat apersepsi. Keaktifan
siswa tersebut tentunya berbeda dengan keadaan saat prasiklus. Pada saat
prasiklus, siswa cenderung pasif, mereka duduk, mendengarkan, dan tidak
mau menjawab pertanyaan dari guru dengan alasan malu. Mereka juga tidak
aktif bertanya ataupun mengemukakan pendapatnya atas apersepsi yang
diberikan guru.
Dari pantauan peneliti, keaktifan siswa pada saat apersepsi
pembelajaran pada prasiklus mencapai 6 siswa (22,22%), pada siklus I
diindikasi mencapai 48,15% (13 siswa), dan pada siklus II, keaktifan siswa
mencapai 77,78% (21 siswa). Artinya, terjadi peningkatan keaktifan siswa
pada saat apersepsi masing-masing sebanyak 25,93% dari prasiklus hingga
siklus I dan 29,63% dari siklus I hingga siklus II. Jumlah siswa yang aktif
saat apersepsi bertambah masing-masing sebanyak 7 orang pada siklus I dan
orang pada siklus II.
b. Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi
Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi juga
meningkat. Setelah dilaksanakannya tindakan, tampak bahwa siswa sudah
banyak yang memperhatikan saat guru memberikan penjelasan. Mereka
tidak lagi sibuk dengan aktivitasnya sendiri maupun mengobrol dengan
teman sebagaimana pada saat prasiklus.
Secara garis besar, keadaan yang terjadi di kelas dapat dideskripsikan
bahwa pada saat siklus I siswa lebih memperhatikan penjelasan guru
daripada saat prasiklus. Hal ini terjadi karena dengan diterapkannya teknik
peer-correction, siswa dituntut untuk memahami hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengoreksi. Dengan demikian, siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru tentunya tidak akan dapat mengoreksi
dengan baik. Hal tersebut selalu ditekankan guru dalam penjelasan yang
diberikannya sehingga siswa terdorong untuk memperhatikan guru dengan
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Demikian pula yang terjadi pada siklus II. Dibandingkan pada saat
siklus I, pada siklus II ini siswa lebih memperhatikan lagi penjelasan yang
disampaikan oleh guru. Mereka menunjukkan sikap yang sudah jauh
berbeda dengan saat prasiklus. Tidak hanya menyimak dengan baik
penjelasan dari guru, para siswa juga sudah lebih aktif menanyakan hal-hal
yang belum mereka pahami. Mereka juga tidak lagi segan untuk
mengemukakan pendapat maupun menjawab pertanyaan dari guru.
Berdasarkan hasil pantauan peneliti, keaktifan dan perhatian siswa
pada saat guru menyampaikan materi pada pembelajaran prasiklus diindikasi
hanya mencapai 37,04% (10 siswa), pada siklus I diindikasi mencapai
59,26% (16 siswa). Pada siklus II, keaktifan dan perhatian siswa mencapai
81,48% (22 siswa). Artinya, terjadi peningkatan keaktifan dan perhatian
siswa pada saat guru menyampaikan materi masing-masing sebanyak
22,22% dari prasiklus hingga siklus I dan dari siklus I hingga siklus II.
Jumlah siswa yang memperhatikan dan aktif saat guru menyampaikan
materi bertambah sebanyak 6 orang pada setiap siklusnya.
c. Keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melaksanakan peer-correction
Seperti halnya aspek keaktifan siswa pada saat apersepsi dan
penyampaian materi dari guru, keaktifan siswa pada saat melaksanakan
peer-correction juga menunjukkan adanya peningkatan. Pada pelaksanaan
peer-correction dalam pembelajaran menulis karya ilmiah siklus I, masih
tampak beberapa siswa yang belum menunjukkan kesungguhan dan
keaktifannya dalam melakukan peer-correction. Mereka mengoreksi sambil
bercanda dengan temannya dan tidak memanfaatkan secara maksimal
panduan mengoreksi yang diberikan oleh guru sehingga koreksi yang
dilakukan dapat dikatakan masih asal-asalan. Ada pula beberapa siswa yang
terlihat masih ragu dan takut dalam memberikan pembetulan.
Akan tetapi, pada pelaksanaan siklus II, semua kekurangan di atas
dapat diatasi dengan baik. Hal ini karena guru berhasil menerapkan dengan
baik refleksi dan solusi-solusi yang disepakati bersama peneliti atas
kekurangan-kekurangan dalam siklus I. Solusi yang disepakati misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
guru memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk berlatih
mengoreksi, memotivasi siswa agar lebih percaya diri dalam mengoreksi,
serta menegaskan kepada siswa agar memanfaatkan pedoman pengoreksian
secara maksimal saat mengoreksi. Hasilnya, pada siklus II siswa sudah
terlihat lebih aktif, antusias, serta bersungguh-sungguh dalam mengoreksi
hasil tulisan (karya ilmiah) temannya.
Dari hasil pengamatan peneliti, tercatat bahwa keaktifan dan
kesungguhan siswa pada saat melakukan peer-correction pada pembelajaran
siklus I diindikasi mencapai 70,37% (19 siswa). Pada siklus II, keaktifan dan
kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correction mencapai 88,89% (24
siswa). Artinya, terjadi peningkatan keaktifan dan kesungguhan siswa dalam
melakukan peer-correction sebanyak 18.52% dari siklus I hingga siklus II.
Jumlah siswa yang aktif dan bersungguh-sungguh saat melakukan peer-
correction bertambah sebanyak 5 orang, yaitu dari sebelumnya 19 siswa
menjadi 24 siswa
d. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
Tindakan dengan penerapan teknik peer-correction menjadikan
siswa semakin berminat dan termotivasi dalam pembelajaran. Peningkatan
minat dan motivasi tersebut misalnya tampak dari semangat siswa dalam
mengerjakan tugas yang diberikan, yaitu menulis karya ilmiah. Berbeda
dengan pada saat pratindakan di mana siswa banyak mengemukakan
keluhan atas tugas yang diberikan, pada siklus I dan II, siswa tidak hanya
menunjukkan semangat dalam mengerjakan tugas, tetapi juga bersungguh-
sungguh dalam mengerjakan tugas tersebut. Dalam hal ini, termasuk tugas
melakukan peer-correction atas hasil tulisan temannya. Para siswa sudah
tidak tampak bermalas-malasan di kelas, bertopang dagu, menidurkan
kepalanya di meja, dan melakukan hal-hal lain yang mencerminkan
rendahnya minat dan motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran.
Peningkatan minat dan motivasi siswa yang signifikan dalam
mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah setelah diterapkannya teknik
peer-correction dapat diketahui dari hasil pengamatan peneliti selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
berlangsungnya pembelajaran. Pada pembelajaran prasiklus, minat dan
motivasi belajar siswa diindikasi baru mencapai 29,63% (8 siswa). Setelah
diterapkannya peer-correction, pada siklus I minat dan motivasi belajar
siswa diindikasi mencapai 74,07% (20 siswa), dan pada siklus II meningkat
menjadi 85,19% (23 siswa). Artinya, terjadi peningkatan minat dan motivasi
siswa sebanyak 44,44% dari prasiklus hingga siklus I dan 11,12% dari siklus
I ke siklus II. Jumlah siswa yang menunjukkan minat dan motivasinya
selama mengikuti pembelajaran bertambah sebanyak 12 orang dari prasiklus
hingga siklus I dan 3 orang dari siklus I hingga siklus II.
e. Perolehan nilai proses pembelajaran meningkat
Peningkatan nilai tiap aspek dalam penilaian proses secara langsung
akan berpengaruh pada meningkatnya nilai rata-rata proses pembelajaran
secara keseluruhan. Meskipun penilaian proses ini tidak dijadikan sebagai
penilaian yang nantinya dimasukkan dalam rapor siswa, penilaian ini tetap
penting sebagai sarana untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Hal ini
karena kualitas proses pembelajaran yang baik sangat berpengaruh terhadap
kualitas hasil pembelajarannya. Apabila diketahui bahwa kualitas proses
pembelajarannya masih kurang baik, hal tersebut dapat dijadikan sebagai
acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya agar hasil
pembelajarannya lebih baik.
Peningkatan nilai proses pembelajaran yang terjadi setelah
dilakukannya penelitian ini semakin menegaskan bahwa teknik peer-
correction terbukti memiliki kelebihan sebagaimana yang diungkapkan
Barnas sebagai berikut: (a) teknik ini berpusat kepada kegiatan siswa
sebagai peserta didik; (b) dapat memotivasi siswa untuk aktif berpikir; (c)
siswa terlibat langsung dalam menilai hasil karangan; (d) dapat
menghilangkan rasa kaku selama proses pembelajaran karena siswa bertukar
pikiran dengan temannya sendiri; (e) memberikan pengalaman langsung
kepada siswa dalam memperbaiki karangan; (f) menghilangkan kejemuan
saat proses pembelajaran di kelas ; (g) guru lebih mudah memantau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
perkembangan kemampuan menulis siswa karena setiap kegiatan tahapan
menulis terlihat nyata (Barnas dalam Purwanto, 2008:20-21).
Gambar 2 halaman 113 yaitu grafik nilai rata-rata proses
pembelajaran antarsiklus dengan jelas menunjukkan adanya peningkatan
kualitas proses pembelajaran secara keseluruhan. Dari grafik tersebut,
diperoleh keterangan bahwa pada prasiklus, nilai rata-rata proses
pembelajaran adalah 43,48 dan pada siklus I nilai rata-ratanya naik menjadi
55,56. Nilai tersebut kemudian meningkat menjadi 6,04 pada siklus II.
Secara speifik, dapat dinyatakan bahwa penerapan teknik peer-
correction dalam penelitian ini berpengaruh paling besar terhadap
peningkatan minat dan motivasi belajar siswa. Hal ini karena penerapan
teknik peer-correction dapat membuat siswa terdorong untuk mampu
mengoreksi hasil tulisan temannya dengan baik. Para siswa mengakui bahwa
mereka merasakan kepuasan dan kebanggaan tersendiri manakala mampu
mengoreksi kesalahan bahasa temannya dan membetulkannya. Secara tidak
langsung, hal tersebut membuat siswa memiliki minat yang tinggi dan lebih
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya, bahkan menanti
kesempatan untuk bisa kembali berlatih mengoreksi.
Keadaan sebagaimana yang dijelaskan di atas sesuai dengan
pernyataan Allwright (dalam Sumarwati, dkk., 2008:59) bahwa feedback
yang dalam hal ini adalah kegiatan koreksi memiliki tiga fungsi, yakni
sebagai pemberi reinforcement ‘penguatan’, information ‘informasi’, dan
motivation ‘motivasi’. Sebagai pemberi motivasi, koreksi dapat
mempengaruhi pembelajar untuk memperbaiki kesalahan pada hasil
kerjanya. Dengan demikian, siswa menjadi lebih bersemangat dalam
menyelesaikan setiap tugas, tidak bermalas-malasan di kelas, serta tidak
mengeluh ketika harus menyelesaikan tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
2. Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Siswa
Peningkatan kualitas proses pembelajaran juga berimplikasi pada
kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah. Kemampuan siswa dalam
menulis karya ilmiah mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini terlihat
dari hasil tulisan ilmiah siswa setelah dilakukannya tindakan, yaitu lebih baik
dari segi isi maupun bahasanya dibandingkan saat sebelum dilakukannya
tindakan. Peningkatan tersebut diindikatori oleh:
a. Pengungkapan gagasan (aspek isi tulisan)
Siswa sudah lebih mampu menuangkan ide dan mengembangkannya
dengan baik sesuai dengan isi buku yang dijadikan sumber penulisan karya
ilmiah. Berbeda dengan kondisi prasiklus yang mana karangan siswa pada
aspek isinya masih kurang baik karena gagasan atau ide yang dikemukakan
terlalu sempit dan cenderung diulang-ulang.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian pengungkapan gagasan atau
isi tulisan siswa dapat dilihat pada gambar 7 halaman 118. Dari grafik
tersebut diketahi bahwa pada prasiklus, rata-rata skor pada aspek isi adalah
22,33 kemudian menjadi 23,3 pada siklus I, dan menjadi 23,63 pada siklus
II. Dari rata-rata skor tiap siklus tersebut, sesuai dengan model penilaian
menulis dari Burhan Nurgiyantoro dapat dijabarkan bahwa pada saat
prasiklus hingga siklus II skor rata-rata yang dicapai siswa masuk dalam
kriteria cukup-baik dan terjadi peningkatan nilai rata-rata antarsiklus.
Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengungkapan gagasan yang
tercakup dalam isi tulisan juga mengalami peningkatan setelah dilakukan
tindakan pembelajaran menulis karya ilmiah dengan teknik peer-correction.
b. Pengorganisasian paragraf (aspek organisasi isi tulisan)
Berdasarkan hasil tulisan siswa dalam setiap siklusnya, diketahui
bahwa siswa sudah dapat mengorganisasi paragraf dengan baik sehingga isi
tulisannya mudah dipahami oleh pembaca. Peningkatan kemampuan
mengorganisasi paragraf tersebut tampak dari grafik nilai rata-rata capaian
skor siswa dari aspek organisasi yang dapat dilihat pada gambar 8 halaman
119. Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada prasiklus, skor rata-ratanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
14,52, kemudian menjadi 15,41 pada siklus I dan 16,37 pada siklus II. Dari
capaian skor tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam
mengorganisasi paragraf semakin meningkat setelah dilakukan tindakan.
c. Pemanfaatan potensi kata (aspek kosakata)
Melalui tulisan yang dihasilkan, dapat dikatakan bahwa siswa sudah
mampu memanfaatkan potensi kata dengan baik. Hal ini terlihat dari siklus I
dan II, bahwa kosakata yang dipilih siswa untuk mengungkapkan ide serta
gagasannya sudah semakin variatif sehingga hasil tulisannya tidak
membosankan untuk dibaca.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian aspek pemanfaatan potensi
kata atau kosakata dapat dilihat pada grafik gambar 9 halaman 120. Dari
grafik tersebut, dapat dinyatakan bahwa pada prasiklus, skor rata-rata yang
dicapai siswa 13,48 kemudian menjadi 14,85 pada siklus I, dan menjadi
15,89 pada siklus II. Skor 15,89 pada siklus II ini masuk dalam kriteria
cukup-baik sesuai dengan model penilaian Burhan Nurgiyantoro. Dengan
demikian, kemampuan siswa dalam pemanfaatan potensi kata atau kosakata
semakin meningkat setelah dilakukannya tindakan.
d. Pengembangan Bahasa (struktur kalimat)
Siswa sudah mampu mengembangkan bahasa dengan baik. Hal ini
terlihat dari tatanan atau struktur kalimat yang dihasilkan siswa dalam
tulisannya. Pada prasiklus, siswa belum mampu mengembangkan bahasa
dengan baik. Hal ini terlihat dari masih banyaknya kalimat yang kurang
efektif, kemubaziran kata, dan kalimat yang ambigu dan sulit dipahami.
Akan tetapi, setelah dilakukan siklus, siswa sudah mampu mengembangkan
kalimatnya dengan baik.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian aspek pengembangan
bahasa atau struktur kalimat ini dapat dilihat pada gambar 10 halaman 121.
Berdasarkan grafik tersebut, tampak bahwa capaian skor rata-rata dari
prasiklus mencapai 14,07 (sedang-cukup), kemudian menjadi 15,44 (sedang-
cukup) pada siklus I, lalu meningkat menjadi 17,11 (cukup-baik) pada siklus
II. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
penguasaan siswa dalam aspek struktur kalimat atau pengembangan bahasa
setelah dilakukannya tindakan.
e. Mekanik (aspek ejaan dan tanda baca)
Kesalahan mekanik yang dalam hal ini berupa kesalahan ejaan dan
tanda baca pada awalnya sering dijumpai dalam tulisan siswa. Setelah
dilakukannya tindakan, kesalahan tersebut menjadi berkurang. Karangan
siswa menjadi lebih baik dalam hal ejaan dan tanda bacanya serta lebih rapi
dalam hal penulisannya.
Kesalahan ejaan yang banyak dilakukan siswa dalam tulisannya saat
prasiklus misalnya penulisan huruf kapital, pemakaian tanda baca, penulisan
kata-kata baku, serta penyingkatan kata yang tidak dibenarkan dalam
penulisan sudah mulai berkurang saat dilakukannya tindakan siklus I dan
semakin sedikit jumlahnya pada siklus II. Dengan demikian, terbukti bahwa
penerapan teknik peer-correction sangat berperan dalam membantu siswa
belajar menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar.
Pengalaman siswa dalam mengoreksi hasil tulisan temannya
membuat siswa dapat mengerti dan memahami dengan cepat penggunaan
ejaan dan tanda baca yang benar dan sesuai kaidah. Skor menulis siswa dari
aspek mekanik pun meningkat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
Bambang Kaswanti Purwo (dalam Purwanto, 2008:20) bahwa apa yang
disampaikan oleh teman sebayanya lebih mudah dipahami daripada apa
yang disampaikan oleh guru. Pendapat ini senada dengan apa yang
disampaikan oleh Stevick (dalam Purwanto, 2008:20) yang mengungkapkan
bahwa pemberian koreksi atau umpan balik yang dilakukan oleh teman
sebaya merupakan cara koreksi kesalahan yang lebih informatif karena
diberikan oleh orang yang memiliki kemampuan yang sebanding.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian terhadap aspek mekanik
atau ejaan dalam tulisan siswa dapat dilihat pada gambar 11 halaman 122.
Berdasarkan grafik tersebut, diperoleh informasi bahwa skor rata-rata yang
dicapai siswa yaitu 3,07 (sedang-cukup) pada prasiklus, 3,85 (sedang-cukup)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
pada siklus I dan 4 (cukup-baik) pada siklus II. Data tersebut memperjelas
bahwa terjadi peningkatan nilai pada aspek mekanik dalam tulisan siswa.
f. Kemampuan menulis karya ilmiah siswa meningkat
Berdasarkan hasil nilai menulis karya ilmiah pada saat prasiklus,
diketahui bahwa kemampuan menulis karya ilmiah siswa masih tergolong
rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa.
Gambaran lebih jelas dari hasil nilai rata-rata menulis karya ilmiah
dapat dilihat pada grafik gambar 12 halaman 123. Pada saat prasiklus, nilai
rata-rata yang dicapai adalah 67,48. Nilai ini belum mencapai KKM yang
ditentukan oleh guru dan peneliti sebesar 70. Pada siklus I terdapat
peningkatan nilai tulisan siswa, yaitu nilai rata-ratanya mencapai 72,89.
Meskipun pada siklus I ini nilai rata-rata sudah mencapai KKM, tetapi masih
ada 9 orang siswa yang belum mencapai KKM sehingga perlu dilakukan
siklus II. Pada siklus II ini nilai rata-rata yang dicapai adalah 77,33. Nilai
pada siklus II ini sudah cukup baik, secara rata-rata telah mencapai KKM
dan seluruh siswa sudah tuntas atau mencapai KKM.
Adanya peningkatan nilai yang dicapai siswa menunjukkan bahwa
penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kemampuan menulis
karya ilmiah pada siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Wood
(dalam Sumarwati, dkk., 2008:18) dalam hasil penelitiannya bahwa
penerapan penerapan peer-correction dalam pembelajaran menulis memiliki
nilai plus, yaitu: (1) dapat mengembangkan penguasaan dan ketepatan
berbahasa pada siswa; (2) memungkinkan siswa untuk tidak selalu
bergantung pada guru dalam mengoreksi kesalahan bahasanya; serta (3)
memungkinkan siswa dapat membimbing siswa lain. Hasil penelitian
tersebut semakin memperkuat bahwa penerapan teknik peer-correction
dapat meningkatkan kemampuan menulis pada siswa.
Agar lebih jelas, peningkatan kualitas proses pembelajaran dan
kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa dapat dilihat pada gambar 13
halaman 125. Grafik tersebut secara jelas menunjukkan adanya peningkatan
nilai rata-rata proses dan hasil pembelajaran menulis karya ilmiah secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
keseluruhan setelah dilakukannya tindakan. Hal tersebut ditunjukkan oleh
garis lurus yang terus naik dari titik prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Secara spesifik, dapat dinyatakan bahwa penerapan teknik peer-
correction dalam penelitian ini paling berdampak terhadap peningkatan
kemampuan siswa dalam mengembangkan bahasa. Hal ini dapat diketahui
dari hasil penghitungan peneliti terhadap peningkatan nilai rata-rata setiap
aspek tulisan pada setiap siklusnya sebagai berikut: (a) nilai rata-rata aspek
isi meningkat sebanyak 1,3 poin, yakni dari 22,33 pada prasiklus menjadi
23,63 pada siklus II; (b) nilai rata-rata aspek organisasi isi meningkat
sebanyak 1,85 poin, yakni dari 14,52 pada prasiklus menjadi 15,41 pada
siklus II; (c) nilai rata-rata aspek kosakata meningkat sebanyak 2,41 poin,
yakni dari 13,48 pada prasiklus menjadi 15,89 pada siklus II; (d) nilai rata-
rata pengembangan bahasa meningkat sebanyak 3,04 poin, yakni dari 14,07
pada prasiklus menjadi 17,11 pada siklus II; dan (e) nilai rata-rata aspek
mekanik meningkat sebanyak 0,93 poin, yakni dari 3,07 pada prasiklus
menjadi 4 pada siklus II.
Dalam pedoman penilaian hasil tulisan yang dikemukakan Burhan
Nugiyantoro, aspek pengembangan bahasa merupakan aspek tulisan yang
memiliki rentang nilai terbesar (5-25) dibandingkan keempat aspek tulisan
yang lain, yakni aspek isi (13-30), organisasi isi (7-20), kosakata (7-20), dan
mekanik (2-5). Artinya, aspek pengembangan bahasa merupakan aspek
tulisan yang paling sulit dikuasai dan menjadi titik kelemahan sebagian
penulis, dalam hal ini termasuk siswa dalam menulis karya ilmiah. Akan
tetapi, selama ini guru kurang menyadari hal tersebut. Oleh karena itu,
dalam pembelajarannya selama ini guru hanya memberikan bentuk-bentuk
tes yang berupa pengenalan kesalahan struktur kalimat, melengkapi kalimat,
atau membetulkan kalimat untuk melatih kemampuan siswa dalam
mengembangkan bahasa. Sehubungan dengan itu, Nurgiyantoro (2010:425)
menyatakan bahwa bentuk-bentuk tes tersebut kurang dapat mengungkap
kemampuan menulis peserta didik yang sebenarnya. Selain tidak menuntut
peserta didik untuk memikirkan unsur “isi, juga hanya mengukur aspek-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
aspek tertentu secara terpisah. Oleh karena itu, tugas itu tidak alamiah
seperti halnya kegiatan menulis pada umumnya.
Dengan diterapkannya peer-correction, guru berkesempatan
menggunakan tahap pengeditan untuk melatih dan mengevaluasi
kemampuan siswa dalam mengembangkan bahasa. Untuk itu, guru
memberikan penjelasan singkat berikut contoh kesalahan struktur kalimat
dalam sebuah tulisan. Selanjutnya, para siswa mempraktikkan
pemahamannya dengan mengoreksi tulisan temannya berdasarkan penanda
yang diberikan. Sehubungan dengan hal itu, Calkins (dalam Sumarwati,
dkk., 2010:57) menyatakan bahwa cara tersebut lebih efektif untuk
mengajarkan masalah kebahasaan daripada pengajaran yang bersifat hafalan.
Dengan melakukan peer-correction, para siswa dapat belajar
menemukan dan memperbaiki kesalahan struktur kalimat dalam hasil tulisan
temannya yang membuat pengungkapan gagasan menjadi tidak lancar.
Tidak hanya itu, setelah melakukan peer-correction, para siswa semakin
menyadari bahwa kelancaran komunikasi dalam tulisan sangat ditentukan
oleh bahasa yang digunakan, terutama struktur kalimatnya. Oleh karena itu,
pada tugas menulis selanjutnya, mereka berusaha membuat tulisan dengan
bahasa yang lebih tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, kemampuan
para siswa dalam mengembangkan bahasa terus meningkat.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini, dapat dinyatakan
bahwa penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kualitas proses
dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2
Sukoharjo. Kualitas proses pembelajaran meningkat terutama pada minat
dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan kemampuan
menulis karya ilmiah pada siswa meningkat terutama pada aspek
pengembangan bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2
Sukoharjo, terutama pada aspek minat dan motivasi siwa dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan proses
pembelajaran, yang meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) meningkatnya
keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi. Hal tersebut dapat dilihat dari
peningkatan keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi pada setiap siklusnya.
Pada prasiklus, keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi hanya sebesar
14,81%, pada siklus I meningkat secara signifikan menjadi 48,15% dan pada
siklus II naik lagi menjadi 77,7%; (b) meningkatnya keaktifan dan perhatian
siswa pada saat guru menyampaikan materi. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya keaktifan siswa dalam merespon stimulus yang diberikan guru
(bertanya, menjawab, menanggapi,) dan perhatian siswa pada saat
pembelajaran di setiap siklusnya. Pada prasiklus, siswa yang aktif mengikuti
kegiatan pembelajaran sebesar 37,04%. Pada siklus I jumlah siswa yang aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran bertambah menjadi sebesar 59,26%. Pada
siklus II, keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami
peningkatan menjadi sebesar 81,48%; (c) meningkatnya keaktifan dan
kesungguhan siswa dalam melakukan peer-correcction. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengoreksi hasil
tulisan ilmiah temannya pada setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang aktif
dan bersungguh-sungguh melakukan peer-correction sebesar 70,37%. Pada
siklus berikutnya keaktifan dan kesungguhan siswa dalam melakukan peer-
correction mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut
sebesar 88,89% pada siklus II; (d) meningkatnya minat dan motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah. Hal ini tampak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
kesungguhan siswa saat mengerjakan tugas serta keantusiasan dan semangat
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada prasiklus, siswa yang
tampak berminat dan termotivasi hanya sebanyak 29,63%. Pada siklus I,
prosentase siswa yang berminat dan memiliki motivasi dalam mengikuti
pembelajaran bertambah menjadi sebesar 74,07% dan pada siklus II meningkat
menjadi 85,19%.
2. Penerapan teknik peer-correction dapat meningkatkan kemampuan menulis
karya ilmiah pada siswa kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo, terutama pada
aspek pengembangan bahasa. Adanya peningkatan kemampuan siswa dalam
menulis karya ilmiah dapat dilihat dari meningkatnya nilai siswa pada aspek
isi, organisasian isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik tulisan.
Peningkatan kemampuan siswa terjadi pada siklus I hingga III yang
ditunjukkan dengan semakin banyaknya siswa yang telah mencapai batas
ketuntasan (KKM ≥ 70). Pada prasiklus, siswa yang telah mencapai
ketuntasan belajar hanya sebesar 37,02% atau sebanyak 10 siswa, pada siklus I
meningkat menjadi 66,67% (18 siswa) dan pada siklus II juga meningkat
menjadi 100% (27 siswa).
B. Implikasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknik peer-correction dapat
meningkatkan kualitas proses dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa.
Hal ini dikarenakan teknik peer-correction merupakan teknik yang mampu
melibatkan siswa secara aktif, baik secara fisik maupun emosional karena siswa
dilibatkan untuk mengoreksi hasil tulisan temannya secara cermat dan teliti.
Selain itu, teknik ini juga mampu menumbuhkan rasa saling percaya antar teman
dan kepercayaan diri siswa untuk memperbaiki kesalahan bahasa dalam tulisan
temannya, serta memberikan kesadaran kepada siswa untuk belajar
mengintrospeksi diri dan hasil tulisannya lewat saran perbaikan yang diberikan
oleh temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Penerapan teknik peer-correction ini dapat membantu siswa dalam
mengaplikasikan kemampuannya yang berkaitan dengan pengetahuan dan
penguasaannya akan kaidah bahasa tulis serta menjadikan pengetahuan yang
dimilikinya bertahan lebih lama dibandingkan jika mereka harus menghafal teori-
teori yang berkaitan dengan materi menulis karya ilmiah.
Mengingat penerapan teknik peer-correction ini dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa,
diharapkan teknik ini dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran, khususnya
dalam pembelajaran menulis yang sesuai dengan karakteristik teknik peer-
correction. Adapun hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan
kemampuan menulis karya ilmiah pada siswa sebagai implikasi penelitian ini
adalah:
1. Memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
Kegiatan menulis karya ilmiah merupakan suatu proses. Oleh karena itu, guru
perlu memberikan motivasi kepada siswa agar rajin berlatih. Selain itu, guru
juga perlu mengupayakan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran
agar mereka mendapatkan pengetahuan yang mendalam serta mampu
mengaplikasikannya secara nyata, misalnya melalui kegiatan saling mengoreksi
tulisan temannya.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa.
Selain siswa dilibatkan secara aktif dan terus dimotivasi untuk menulis,
siswa juga harus dimotivasi untuk terus menambah wawasan dan pengetahuannya.
Hal tersebut dapat dilakukan misalnya dengan menyarankan siswa agar banyak
membaca buku dan referensi-referensi yang berkaitan dengan pembelajaran.
Selain menambah wawasan, sembari membaca siswa juga dapat mencermati dan
mempelajari penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam sebuah tulisan.
Dengan demikian, penguasaan kaidah bahasa tulis pada siswa diharapkan semakin
meningkat sehingga mereka tidak merasa kesulitan pada saat mengerjakan tugas
menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti
mengajukan saran-saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
a. Dalam mengikuti pembelajaran menulis karya ilmiah, siswa disarankan
lebih aktif dan mengikuti setiap kegiatan pembelajaran dengan perasaan
senang. Hal ini dikarenakan adanya rasa senang terhadap pembelajaran
dapat menumbuhkan keingintahuan terhadap materi yang dipelajari dan
memudahkan siswa untuk mendalami materi tersebut.
b. Siswa hendaknya memberdayakan keberanian untuk mengungkapkan
kesulitan-kesulitannya dalam pembelajaran kepada guru dengan cara yang
sopan, serta mengemukakan dengan santun saran dan masukan-masukan
penting lainnya sebagai sarana perbaikan bagi guru dalam mengajar.
c. Siswa hendaknya lebih rajin dalam berlatih menulis karya ilmiah agar dapat
menghasilkan tulisan yang baik. Selain itu, ada baiknya siswa
memperbanyak kegiatan membaca. Hal ini karena selain dapat memperluas
wawasan, sembari membaca siswa dapat mencermati penggunaan bahasa
yang baik dalam tulisan sehingga dapat meningkatkan penguasaan kaidah
bahasa tulis dan mendukung kemampuannya dalam menulis karya ilmiah.
d. Siswa hendaknya lebih aktif dan bersungguh-sungguh dalam
mempraktikkan teknik peer-correction dalam pembelajaran menulis karya
ilmiah, yaitu dengan menukarkan hasil karangannya untuk saling dikoreksi
kemudian diperbaiki berdasarkan feedback yang diberikan oleh guru
sehingga kualitas hasil tulisannya semakin baik dan kemampuan menulis
karya ilmiahnya terus meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
2. Bagi Guru
a. Para guru, khususnya bidang studi bahasa Indonesia hendaknya dapat
menerapkan teknik peer-correction dalam mengajarkan materi
pembelajaran menulis lain yang sesuai dengan karakteristik teknik peer-
correction.
b. Guru hendaknya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
sesuai format yang terbaru (ada apersepsi, eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi) setiap hendak mengajar sebagaimana yang dibuat bersama
peneliti selama berlangsungnya penelitian.
c. Guru hendaknya memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa
untuk berlatih menulis agar kemampuan menulis siswa meningkat.
3. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya menambah sarana dan fasilitas belajar-mengajar
yang berkaitan erat dengan pembelajaran menulis karya ilmiah, misalnya
dengan memperbaharui dan mencukupi persediaan buku-buku di
perpustakaan yang dapat digunakan oleh siswa sebagai sumber penulisan
karya ilmiah agar kegiatan pembelajaran lebih optimal.
b. Pihak sekolah hendaknya dapat memotivasi dan memfasilitasi guru dalam
meningkatkan kemampuan mengajar. Baik dengan mengikut-sertakan guru
dalam kegiatan seminar, workshop, penataran, maupun dengan
mendukung guru untuk melakukan berbagai penelitian dalam pendidikan
dan pengajaran.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain diharapkan dapat berkolaborasi secara aktif dengan guru
dan dapat menerapkan metode pembelajaran baru yang inovatif dan banyak
melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, bakat,
potensi, dan kreativitas siswa dapat berkembang dengan baik sehingga
kualitas pendidikan di Indonesia semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user