perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pelaksanaan ......mengambil lokasi penelitian di spbu nomor...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PELAKSANAAN PERIZINAN LINGKUNGAN SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN
BAKAR UMUM) NOMOR 54.633.18 DI KABUPATEN MAGETAN
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
Arisendy Yulli Isnandini
NIM.E0008296
FALKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
ARISENDY YULLI ISNANDINI, E0008296. 2012. PELAKSANAAN PERIZINAN
LINGKUNGAN SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM) NOMOR
54.633.18 DI KABUPATEN MAGETAN. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perizinan lingkungan
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), dan Apa faktor - faktor yang menghambat
pelaksanaan perizinan lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten
Magetan.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang bersifat deskriptif. Penelitian ini
mengambil lokasi penelitian di SPBU Nomor 54.633.18 di Kabupaten Magetan karena
permasalah yang dibahas menyakut hal pelaksaan perizinan lingkungan yang ada di Kabupaten
Magetan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data
primer bersumber dari pemilik SPBU, dan badan lingkungan hidup. Data sekunder bersumber
dari data sekunder di bidang hukum. Untuk jenis data primer, pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawacara (interview). Pengumpulan data sekunder bersumber dari literatur-literatur
lain yang menunjang penelitian ini yang diperoleh dari studi kepustakaan. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara dan studi kepustakaan dengan teknik analisa data
kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan kesimpulan, kesatu pelaku usaha
dalam mendirikan usahanya wajib memiliki izin lingkungan sesuai dengan jenis besar/skala
usaha yang akan didirikan dalam hal ini maka SPBU termasuk dalam usaha yang tidak
diwajibkan menyusun AMDAL. Kedua, terjadinya hambatan perizinan di kabupaten Magetan di
kerenakan adanya para pihak yang tidak lagi memperdulikan tingkat kerugian secara immaterial,
pemohon yang sebagian besar adalah pengusaha, yang hanya ingin selesai tanpa mengikuti
proses yang berlaku dan tidak memahami apa kegunaan dari dibentuknya suatu peraturan.
Kata Kunci : perizinan lingkungan, SPBU, AMDAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRACT
ARISENDY YULLI ISNANDINI, E0008296. 2002. IMPLEMENTATION OF
ENVIRONMENTAL PERMIT OF SPBU (GAS STATION) NUMBER 54.633.18 IN
MAGETAN. Law Faculty, Sebelas Maret University.
This study aims to determine how the implementation of environmental permitting of
SPBU (gas stations), and determine the factors that hinder the implementation of environmental
permitting of SPBU (gas stations) in Magetan.
This research is a empirical research with descriptive nature. This study took place at the
Gas Station No. 54.633.18 in Magetan because the problems discussed about implementation of
environmental permits in Magetan. The data used in this study is primary and secondary data,
primary data sourced from the owners of gas stations, and the Environment Agency. Secondary
data was sourced from secondary data in the law field. For primary data types, data collection is
done by an interview. The collection of secondary data derived from the literature that support
this research was obtained from the literature study. Data collection techniques used was
interviews and literature study with qualitative data analysis techniques.
Based on the research findings and discussion can be concluded, first, entrepreneurs in
setting up their business must have an environmental permit in accordance with the type of large/
scale of business to be established in this case the gas stations that are not included in the
bussiness that required to compile the EIA (AMDAL). Second, the licensing barriers in Magetan
caused by the parties are no longer concerned with the rate of loss is immaterial, applicants who
are mostly businessmen, who just want to finish without following due process and did not
understand what purpose the establishment of a rule.
Keywords: environmental permitting, gas stations, EIA/AMDAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Engkau. Dengan mengharap
penuh keridhoan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul :
”PELAKSANAAN PERIZINAN LINGKUNGAN SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN
BAKAR UMUM) NOMOR 54.633.18 DI KABUPATEN MAGETAN”.
Penulisan hukum ini disusun dan diajukan guna melengkapi syarat-syarat guna
memperoleh derajat sarjana dalam ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Ada beberapa permasalahan dan hambatan baik secara langsung maupun tidak
langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya selesai juga
berkat bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak baik materiil maupun non-materiil. Oleh
karena itu dengan ketulusan hati dan ketulusan yang mendalam, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta;
2. Bapak Pius Triwahyudi, S.H., M.Si. Selaku Ketua Bagian Hukum Adminitrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus pembimbing skripsi yang
telah menyediakan waktu serta pikirannya, untuk memberikan ilmu, bimbingan dan arahan
bagi tersusunnya skripsi ini;
3. Ibu Wida Astuti, S.H., M.H. Selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberi izin
dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang dengan jerih payah dan penuh keihklasan mendidik dan
menuangkan ilmu sehingga mampu menjadi bekal untuk lebih memperdalam penguasaan
ilmu hukum saat ini dan nantinya;
5. Bapak Andika Fajar S. Selaku pemilik SPBU Nomor 54.633.18 yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SPBU nomor 54.633.18 di Kabupaten
Magetan;
6. Keluarga besar penulis, Kedua orang tua tercinta, Alm. Gimun dan Yulli Astuti, yang telah
memberikan segalanya dalam kehidupan Penulis, Tidak ada kata yang dapat mewakili rasa
terima kasih yang dapat menggantikan budi baiknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………….................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI …………………............……...
HALAMAN PERNYATAAN .....................................................................
iii
iv
ABSTRAK …………………………………………………………………
ABSTRACT………………………………………………………………..
v
vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
ix
xi
xii
xiii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………... 1
A. Latar Belakang ...............……...........……………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………… 3
C. Tujuan Penelitian ……………………………………...…... 4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………….... 4
E. Metode Penelitian ………………………………………… 5
F. Sistematika Penulisan Hukum …………………………….. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………. 11
A. Kerangka Teori ……………………………………….........
1. Tinjauan tentang Badan Usaha Milik Negara
(BUMN)………………………………………………..
Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)………
a. Perum / Perusahaan Umum………………………..
b. Persero …………………………………...............
11
11
11
11
11
2. Tinjauan tentang Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
(SPBU) ………………………………………………...
a. Pengertian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU) ………………………………………….......
b. Syarat Pertamina Way .. ……………………………
c. sertifikasi PASTI PAS ……………………………...
12
12
13
14
3. Tinjauan tentang Perizinan..........................................
a. Pengertian Perizinan ……………………................
b. Unsur dalam Perizinan ……………………………..
4. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup …………………..
a. Pengertian lingkungan hidup ………………………
b. Pengertian dari unsur pembentuk lingkungan …….
16
16
17
21
21
22
B. Kerangka Pemikiran ………………………………............. 24
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………… 27
A. Hasil Penelitian ..................................................................... 27
B. Pembahasan ..........................................................................
1. Pelaksanaan perizinan lingkungan Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum (SPBU) Nomor 54.633.18 di
Kabupaten Magetan …………………………………….
2. Faktor - faktor yang menghambat pelaksanaan
perizinan lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) Nomor 54.633.18 di Kabupaten
Magetan …................................................................
28
28
51
BAB IV PENUTUP……………………………………………………… 55
A. Simpulan …….....………………………………………...... 55
B. Saran ……………………………………………….............. 56
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 57
DAFTAR BAGAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
Bagan 1. Model Analisis Interaktif …..…………………………………. 9
Bagan 2. Kerangka Berfikir ……………………………………………… 24
Bagan 3. Prosedur Penyusunan AMDAL dan UKL UPL ……………….. 46
DAFTAR TABEL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
Tabel 1. Rencana Kegiatan pelaksanaan studi kelayakan ………………… 32
Tabel 2. Peralatan yang diperlukan untuk Pembangunan (Konstruksi)…… 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 9 Tahun 2011
Lampiran 2. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 55 tahun 2012
Lampiran 3. Keputusan Bupati Magetan Nomor 541/218/403.202/2009
Lampiran 4. Permohonan Ijin Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya aktivitas perekonomian di Kabupaten Magetan, dibutuhkan
sarana transportasi untuk menunjang kegiatan tersebut. Transportasi yang umum
digunakan adalah kendaraan bermotor baik milik pribadi maupun kendaraan umum. Satu
kenyataan bahwa kendaraan bermotor telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat.
Tidak saja untuk sarana pergi ke kantor bagi pegawai, tetapi juga untuk ke tempat kerja
lainya seperti ke lahan pertanian, pasar, dan lain sebagainya. Bertambah banyaknya
kendaraan bermotor tersebut jelas membawa efek peningkatan pada kebutuhan bahan
bakar. Untuk itu dipandang perlu dibangunnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU) baru dengan lokasi yang mudah terjangkau.
Melalui pembangunan SPBU ini diharapkan masyarakat dapat lebih mudah
mendapaatkan bahan bakar minyak. Latar belakang pendirian SPBU ini adalah
membantu penyediaan bahan bakar seperti solar, premium, pertamax maupun olie.
Sehingga kebutuhan masyarakat akan bahan bakar yang terus meningkat dari hari ke hari
dapat tercukupi.
Meski demikian untuk pembangunan ini harus benar-benar memperhatikaan
masalah lingkungan dan karenanya didalam membangun harus dilengkapi dengan studi
lingkungan dan menyediakan fasilitas yang mempunyai konsep pembangunan
berwawasan lingkungan. Dengan pembangunan berwawasan lingkungan ini diharapkan
kualitas lingkungan disekitarnya tidak akan terganggu. Hal ini menjadi penting karena
masalah lingkungan sekarang ini menjadi masalah utama, pencemaran lingkungan sudah
sulit dikendalikan dan untuk mengatasi masalah itu sejak sekarang sudah ada upaya
pencegahan dampak negatifnya.
Dalam pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) harus
memenuhi beberapa kriteria yang sudah diatur dalam undang-undang dan berwujud
peraturan yang memaksa dan harus dipenuhi akan tetapi tidak merugikan berbagai pihak,
tentunya disini adalah pengusaha selaku pelaku ekonomi Nasional. Neil Gunningham
mendefinisikan peraturan menurut pengertiannya (Neil Gunningham, 2009:181) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
”Regulation is a rather broader category and includes much more flexible,imaginative and innovative forms of social control which seek to harness not justgovernments but also markets (as with economic instruments), business and thirdparties”Yang artinya adalah :“Peraturan adalah suatu kategori yang luas dan juga lebih fleksibel, imajinatif daninovatif, dalam bentuk kontrol sosial yang berusaha untuk memanfaatkan tidakhanya pemerintah tetapi juga pasar (seperti dengan ekonomi instrumen), bisnisdan pihak ketiga.”Berdasarkan peraturan perundang-undangan kelayakan, kelayakan lingkungan
dikaji melalui proses Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dengan
demikian jika diprediksi tidak akan menimbulkan dampak signifikan, kelayakan
lingkungan dapat dikaji lebih sederhana dan dituangkan dalam dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Untuk penyusunan
dokumen mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini mengacu
pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisi Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun
2002 tentang Pedoman Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan salah satu kegiatan
industri minyak dan gas yang rawan kebakaran, kecelakaan dan pencemaran lingkungan,
jika sistem pengelolaannya serta pemantauannya tidak tepat, apabila dalam kegiatan
operasinya tidak mengikuti prosedur yang ditetapkan PERTAMINA. Dengan demikian
SPBU harus melakukan tindakan pencegahan, penanggulangan dan pengendalian dampak
negatif kegiatan kontruksi maupun operasionalnya. Sejalan dengan perundang-undangan
tentang lingkungan yaitu Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja setiap SPBU
harus memberikan prioritas aspek keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan hidup
dalam operasionalnya, untuk itu SPBU diwajibkan untuk :
1) Menerapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan.
2) Mematuhi peraturan dan ketentuan lingkungan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3) Menggalakkan kegiatan perlindungan lingkungan dalam rangka memperkecil
dampak negatif dan memperbesar dampak positif akibat adanya rencana kegiatan
dan / atau usaha.
4) Menciptakan kondisi kerja yang aman, bebas dari kecelakaan, bahaya kebakaran
dan penyakit akibat kerja.
5) Menggalang kemampuan dalam menanggulangi kejadian pencemaran, kecelakaan
kerja atau keadaan darurat yang terjadi.
6) Mendidik dan melatih karyawan serta kontraktor tentang aspek LK3.
7) Menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis dengan masyarakat
disekitar usaha, serta bersikap tanggap apabila timbul masalah yang berkaitan
dengan dampak kegiatan usaha.
Sumber : Dokumen UKL - UPL SPBU Nomor 54.633.18
Dengan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dan menyusun menjadi sebuah skripsi dengan judul “PELAKSANAAN
PERIZINAN LINGKUNGAN SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR
UMUM) NOMOR 54.633.18 DI KABUPATEN MAGETAN”
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam suatu penelitian merupakan suatu pedoman untuk
menganalisis persoalan yang diteliti, serta untuk mempermudah pembatasan
permasalahan sehingga sasaran yang hendak dicapai lebih jelas dan terarah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan pokok
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan perizinan lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) Nomor 54.633.18 di Kabupaten Magetan?
2. Apakah faktor - faktor yang menghambat pelaksanaan perizinan lingkungan Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Nomor 54.633.18 di Kabupaten Magetan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan penelitian
Dalam suatu penelitian, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai sebagai
pemecahan atas berbagai masalah yang diteliti (tujuan obyektif) dan untuk memenuhi
kebutuhan perorangan (tujuan subyektif). Tujuan penelitian ini diperlukan karena
berkaitan erat dengan rumusan masalah untuk memberikan arah yang tepat dalam
penelitian, sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki.
1. Tujuan obyektif
a) Untuk mengetahui perizinan lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) di Kabupaten Magetan.
b) Untuk mengetahui faktor – faktor yang menghambat pelakasanaan perizinan
lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten
Magetan.
2. Tujuan subyektif
a) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dibidang Hukum
administrasi Negara, khususnya dalam pelaksanaan perizinan lingkungan.
b) Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun
penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih
gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang
dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat
dimanfaatkan, antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a) Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai
bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar
kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b) Diharapkan dapat menambah literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah yang
dapat dijadikan acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk tahap
berikutnya.
c) Memberikan jawaban atas permasalahan yang sedang diteliti.
2. Manfaat Praktis
a) Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
b) Untuk lebih mengembangkan penalaran, dengan membentuk pola pikir
dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan dalam menerapkan ilmu
yang diperoleh.
c) Sebagai bahan yang diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan
serta sumbangan pemikiran bagi para pihak yang terkait dalam masalah yang
diteliti.
d) Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam
penelitian dalam ini.
E. Metode Penelitian
Agar suatu penelitian ilmiah dapat berjalan dengan baik maka perlu menggunakan
suatu metode penelitian yang baik dan tepat. Metodologi merupakan suatu unsur yang
mutlak harus ada di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan (Soerjono
Soekanto, 2008: 7).
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah dan tinjauan dari penelitian hukum, dalam
penelitian ini penulis menggunakan jenis penulisan hukum empiris. Penulisan
hukum empiris adalah penelitian yang menggunakan data primer sebagai data
utama, dimana penulis langsung terjun ke lokasi.
2. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang memberikan data
seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atas gejala-gejala lain. Maksud dari
penelitian deskriptif ialah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
membantu dalam memperkuat teori atau dalam kerangka menyusun teori baru
(Soerjono Soekanto, 2008:10).
3. Pendekatan penelitian
Sehubungan dengan tipe penulisan yang digunakan yakni penulisan empiris maka
penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian
yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain – lain, yang
dilakukan secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk bahasa atau kata
– kata.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah suatu tempat di mana penelitian dilaksanakan guna
memperoleh keterangan-keterangan, informasi, dan data yang diperlukan dalam
penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti. Penulis mengambil lokasi penelitian di
SPBU Ds. Taman Arum Kecamatan Parang berada di jalan Parang – Lembeyan,
Kabupaten Magetan.
5. Sumber Data Penelitian
Sumber-sumber penelitian hukum ini terdiri dari:
a. Data primer
Data primer adalah data yang langsung segera diperoleh dari sumber data untuk
tujuan penelitian yang diperoleh dan mendapat hasil yang sebenarnya pada
objek yang akan diteliti, dalam hal ini data yang diperoleh langsung dari survei
studi lapangan terhadap perizinan lingkungan. Sumber data primer disini
penulis melakukan wawancara langsung dengan pelaku usaha dan Pegawai
Kantor Peizinan di Kabupaten Magetan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan seperti
peraturan perundang – undangan, literature, dokumen, buku ilmiah dan hasil
penelitian terdahulu. Data sekunder dibagi tiga, yaitu :
1) Bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang – undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 (UUPLH) tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Keputusan Menteri Lingkungan hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/ Atau Kegiatan
Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86
Tahun 2002 tentang Pedoman Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan
dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
2) Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang mendukung data
sekunder dari bahan hukum primer terdiri dari buku – buku, hasil
penelitian hukum, artikel koran, dan bahan lain yang berkaitan dengan
pokok bahasan.
3) Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder yakni Kamus Hukum, Kamus
Besar Bahasa Indonesia dan sebagainya.
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mendapatkan data yang akurat
dan relevan yaitu dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a) Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung kepada sumber data primer mengenai masalah yang diteliti.
Wawancara dilakukan kepada pemilik SPBU Nomor 54.633.18 Di Kabupetan
Magetan dan petugas Kantor Perizinan Terpadu sebagai subjek yang dipilih
sebagai responden, dilakukan secara mendalam dan terstruktur dengan
menggunakan daftar pertanyaan agar diperoleh data yang sesuai dengan
masalah yang diteliti.
b) Studi Kepustakaan
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Berbagai dokumen
yang menjadi sumber data sekunder dikaji substansinya secara cermat dan
mendalam, guna memperoleh data yang relevan dan dibutuhkan dalam
penelitian. Data-data tersebut seperti halnya dokumen-dokumen, arsip-arsip,
Undang-Undang, buku, literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang
akan diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
7. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul secara lengkap, maka tahap selanjutnya adalah analisis data.
Di tahap ini penulis harus melakukan penilaian data-data yang telah diperoleh
dengan metode kualitatif. Penganalisisan data pada hakekatnya merupakan kegiatan
untuk mengadakan sistematisasi bahan-bahan hukum tertulis untuk memudahkan
pekerjaan analisis dan kontruksi (Soerjono Soekanto, 2006 : 250-251) .
Dalam tahap analisis data ada tiga komponen pokok yang harus disadari
oleh setiap peneliti. Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip H.B.
Sutopo tiga komponen pokok tersebut adalah “reduksi data , sajian data, dan
penarikan kesimpulan ” (H.B. Sutopo, 2006 : 113) . Ketiganya dapat diuraikan
sebagai berikut :
a) Reduksi data
Suatu bentuk analisis yang mempertegas, membuang hal yang tidak penting
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat
dilakukan.
b) Sajian data
Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan
riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan
mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada
analisis berdasarkan penelitian tersebut.
c) Penarikan kesimpulan
Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir.
Penarikan kesimpulan ini dilakukan sendiri oleh si penulis guna mencapai
suatu tujuan yang diharapkan. Model analisis interaktif (interactive model)
dapat digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
(H.B. Sutopo. 2006 : 120)
Bagan 1 : Model Analisis Interaktif
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai sistematika penulisan
karya ilmiah yang sesuai dengan aturan dalam penulisan karya ilmiah, maka penulis
menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum
terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam
penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi kajian pustaka dan teori yang berkenaan dengan judul dan
masalah yang akan diteliti meliputi tinjauan tentang Badan Usaha Milik
Negara, tinjauan tentang Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, tinjauan
tentang perizinan
Pengumpulan
Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan
Kesimpulan/verivikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis mencoba menyajikan pembahasan berdasarkan
rumusan masalah yang telah disusun, yaitu mengenai perizinan
lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) serta faktor –
faktor yang menghambat pelakasanaan perizinan lingkungan di
Kabupaten Magetan.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan hukum ini. Pada bab ini
akan disampaikan kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil
penelitian dan saran-saran yang dapat disampaikan atas penulisan hukum
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Berikut di bawah
ini adalah penjelasan dari bentuk BUMN, yaitu persero dan perum beserta
pengertian arti definisi :
a. Perum / Perusahaan Umum
Perusahaan umum atau disingkat perum adalah perusahaan unit bisnis
negara yang seluruh modal dan kepemilikan dikuasai oleh pemerintah
dengan tujuan untuk memberikan penyediaan barang dan jasa publik yang
baik demi melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan.
Organ Perum yaitu dewan pengawas, menteri dan direksi. Contoh
perum / perusahaan umum yakni : Perum Peruri / PNRI (Percetakan
Negara RI), Perum Perhutani, Perum Damri, Perum Pegadaian, dll.
b. Persero
Persero adalah BUMN yang bentuk usahanya adalah perseoran terbatas
atau PT. Bentuk persero semacam itu tentu saja tidak jauh berbeda sifatnya
dengan perseroan terbatas / PT swasta yakni sama-sama mengejar
keuntungan yang setinggi-tingginya / sebesar-besarnya.
Saham kepemilikan Persero sebagaian besar atau setara 51% harus
dikuasai oleh pemerintah. Karena Persero diharapakan dapat memperoleh
laba yang besar, maka otomatis persero dituntut untuk dapat memberikan
produk barang maupun jasa yang terbaik agar produk output yang
dihasilkan tetap laku dan terus-menerus mencetak keuntungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Organ Persero yaitu direksi, komisaris dan rups / rapat umum
pemegang saham. Contoh persero yaitu : PT Pertamina, PT Jasamarga,
Bank BNI, PT Asuransi Jiwasraya, PT PLN, dan lain sebagainya.
Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama,
yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam
tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola
sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu.
Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti
perusahaan listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana diamanatkan dalam
pasal 33 UUD 1945, seyogyanya dikuasai oleh BUMN (Purwoko, 2002:1).
Dalam konteks penulisan ini, yang dimaksud BUMN adalah PT.
Pertamina selaku pihak yang berhubungan dengan pembangunan SPBU.
PT Pertamina bekerjasama dengan pihak swasta guna membantu
pemerintah dengan menyediakan bahan bakar seperti solar, premium,
pertamax maupun olie. Sehingga kebutuhan masyarakat akan bahan bakar
akan selalu tercukupi. Pihak swasta dalam hal ini adalah mitra bisnis yang
telah diseleksi terlebih dulu oleh lembaga independen.
2. Tinjauan tentang Stasiun Pengisian Bakan Bakar Umum (SPBU)
Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) adalah tempat di mana
kendaraan bermotor bisa memperoleh bahan bakar. Di Indonesia, Stasiun
Pengisian Bahan Bakar dikenal dengan nama (SPBU) singkatan dari
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Namun, masyarakat juga memiliki
sebutan lagi bagi (SPBU). Misalnya di kebanyakan daerah, (SPBU)
disebut Pom Bensin yang adalah singkatan dari Pompa Bensin. (
http://id.wikipedia.org/wiki/SPBU Di akses pada tanggal 15 April 2012)
SPBU PERTAMINA PASTI PAS menurut pasal 1 angka 17 Surat
Perjanjian Kerjasama Pengusahaan SPBU adalah sebidang tanah dan
fasilitas SPBU yang dimiliki atau dikuasai secara sah oleh pihak kedua
(pengusaha SPBU) berdasarkan rancangan, desain, dan spesifikasi teknis
yang telah disetujui oleh pihak pertama (PERTAMINA) yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
untuk menyalurkan dan memasarkan BBM dan/atau BBK dan/atau produk
lain dengan menggunakan merk dagang PERTAMINA atau merk dagang
pihak pertama (PERTAMINA) lainnya serta dapat digunakan untuk
pengelolaan bisnis NFR (Non Fuel Retail).
Program Pertamina Way merupakan standar baru yang diterapkan
untuk seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU Pertamina)
di seluruh Indonesia, dengan menempatkan konsumen sebagai stakeholder
yang utama. Berbagai aspek juga ditingkatkan baik dari segi pelayanan,
jaminan kualitas dan kuantitas termasuk kenyamanan di lingkungan
SPBU. Penjabaran Pertamina Way adalah STAF (pelayanan staf yang
terlatih dan bermotivasi), kualitas dan kuantitas, peralatan dan fasilitas,
format fisik, dan produk dan pelayanan. Tiap SPBU yang telah
menerapkan program tersebut berhak atas sertifikasi Pasti Pas.
Pengusaha yang berminat untuk menjalin kerjasama dengan
PERTAMINA dengan mendirikan SPBU, sekaligus mengikuti program
”Pertamina Way” harus memenuhi persyaratan awal sebagai berikut:
a. Warga negara Indonesia
b. Memiliki modal berupa :
1) Penguasaan atau kepemilikan lahan untuk lokasi SPBU (
bukti-bukti kepemilikan atau penguasaan atas lahan
yang ditunjukkan melalui Sertifikat Tanah, Surat
Kontrak, dan dokumen pendukung lainnya ), dan
2) Modal investasi SPBU dan pembangunannya (dengan
menyertakan bukti-bukti ketersediaan modal investasi
dan operasional berupa fotocopy sertifikat deposito
(dilegalisir), giro, ataupun fotocopy dokumen
pendukung lainnya)
3) Bersedia mengikat perjanjian dengan PERTAMINA
4) Bersedia mengelola dan mengendalikan SPBU sesuai
standar PERTAMINA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Prosedur yang harus dilalui untuk permohonan pendirian SPBU yang
telah disetujui ( approved ) adalah :
a. Pengusaha dapat menghubungi Region setempat dengan
menunjukkan surat persetujuan yang diterima, yang selanjutnya
oleh region setempat akan diterbitkan Surat untuk melengkapi
berkas yang terdiri atas :
1) IMB
2) Surat izin timbun
3) SIUP, SITU
4) NPWP
5) UKL/UPL
6) Surat pernyataan tidak berkeberatan dari tetangga dan
lingkungan sekitar
7) Layout, gambar perspektif dan bestek sesuai dengan
standar PT PERTAMINA (PERSERO)
b. Menyampaikan Kelengkapan Berkas kepada Region setempat,
yang selanjutnya diterbitkan surat izin membangun SPBU baru.
c. Pelaksanaan pembangunan SPBU sesuai dengan ketentuan
PERTAMINA.
d. Pelaksanaan bisnis SPBU harus melalui prosedur audit
sebagaimana telah ditentukan PERTAMINA.
Persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi PASTI PAS adalah SPBU
harus lolos audit kepatuhan standard pelayanan yang ditetapkan oleh
PERTAMINA. Audit ini mencakup :
a. Standard pelayanan
b. Jaminan kualitas dan kuantitas
c. Kondisi peralatan dan fasilitas
d. Keselarasan format fasilitas
e. Penawaran produk dan pelayanan tambahan berhak
mendapatkan sertifikasi (http://pastipas.pertamina.com diakses
tanggal 15april 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Seluruh proses sertifikasi dilakukan secara independen oleh institusi
auditor independen internasional yang memiliki pengalaman Internasional
untuk melakukan audit pelayanan SPBU. Setelah mendapatkan sertifikat
pasti pas, SPBU akan tetap diaudit secara rutin. apabila tidak lolos audit,
SPBU dapat kehilangan predikatnya sebagai SPBU pertamina pasti pas.
kerjasama antara pertamina dengan pengusaha SPBU pertamina pasti pas
diatur dalam suatu perjanjian yang dituangkan dalam surat perjanjian
kerjasama pengusahaan SPBU, dengan jangka waktu perjanjian yaitu
selama dua puluh tahun. selain itu, pertamina juga menetapkan standar
tertentu, yaitu ”standar pelayanan” yang harus dipatuhi oleh seluruh SPBU
yang telah bersertifikasi pasti pas. selama masa perjanjian berjalan, SPBU
pertamina pasti pas wajib mematuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh pertamina.
Pada Surat Perjanjian Kerjasama Pengusahaan SPBU diterangkan
secara jelas bahwa dalam hal ini pihak – pihak yang mengikatkan diri
diperjanjian tersebut adalah Pertamina atau dalam hal perjanjian ini
menjadi Pihak Pertama, merupakan suatu perusahaan yang memproduksi
atau menyediakan dan menjual Bahan Bakar Minyak(BBM), Bahan Bakar
Khusus(BBK), serta Produk lain melalui SPBU dan sarana lainnya,
sedangkan kedudukan pengusaha atau Pihak Kedua bermaksud
menyalurkan dan memasarkan BBM dan/atau BBK serta Produk Lain
milik Pihak Pertama dan telah membangun dan memiliki SPBU beserta
seluruh fasilitas dan perlengkapannya sesuai dengan ketentuan dan syarat
yang ditetapkan oleh Pihak Pertamina. Maka bentuk kerjasama antara para
pihak yaitu menyalurkan dan memasarkan BBM dan/atau BBK serta
Produk Lain yang disediakan dan dijual oleh Piha Pertamina, melalui
SPBU milik pihak Kedua. Adapun cara atau prosedurnya secara
administrasi pendirian dan pengoperasian SPBU tersebut ditetapkan oleh
pihak Pertamina.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Karakteristik dalam surat perjanjian kerjasama tersebut akan coba
dijabarkan dengan membandingkan jenis – jenis perjanjian yang banyak
digunakan dalam suatu perjanjian, antara lain :
“perjanjian atau persetujuan adalah suatu peristiwa dimana seseorang
berjanji kepada orang lain,atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal, yang menimbulkan hubungan hukum yang
dinamakan perikatan antara dua orang yang membuatnya dan bentuknya
berupa rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau
kesanggupan yang diucapkan atau ditulis” (R.Subekti,1996:1)
3. Tinjauan tentang Perizinan
Definisi secara umum Izin adalah persetujuan dari penguasa
berdasarkan Undang-Undang atau peraturan pemerintah untuk dalam
keadaan tertentu menyimpang dari larangan umum tersebut.
N. M. Spelt dan J. B. J. M ten Berge (dalam Ridwan HR, 2006:208)
membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit yaitu sebagai berikut :
”Dalam artian luas, Izin merupakan salah satu instrumen yang paling
banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan
izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para
warga”.
Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-
undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan.
Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang
memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang
sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang
demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya. Izin
(dalam arti sempit) adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan
izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang
untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-
keadaan yang buruk. Tujuannya aialah mengatur tindakan-tindakan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun
dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya.
Hal yang pokok pada izin (dalam arti sempit) ialah bahwa suatu
tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan dengan tujuan agar dalam
ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan
teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus. Jadi persoalannya
bukanlah untuk hanya memberi perkenan dalam keadaan-keadaan yang
sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan
dilakukan dengan cara tertentu” (Ridwan HR, 2006 : 206).
Izin adalah sebagai perbuatan hukum bersegi satu yang dilakukan oleh
pemerintah. Dalam hal izin tidak mungkin diadakan perjanjian, karena
tidak mungkin diadakan suatu persesuaian kehendak.
Unsur – unsur dalam perizinan sebagai berikut :
a. Instrumen Yuridis
Dalam negara hukum modern tugas dan kewenangan
pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan,
tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum. Dalam
mengupayakan tugas ini kepada pemerintah diberikan wewenang
dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi pengaturan ini muncul
beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual
dan konkret yaitu dalam bentuk ketetapan. Salah satu wujud dari
ketetapan ini adalah izin. Berdasarkan jenis – jenis ketetapan, izin
termasuk sebagai ketetapan yang bersifat konstitutif, yakni
ketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak
dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan
itu. Dengan demikian izin merupakan instrumen yuridis dalam
bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh
pemerintah untuk menghadapi atau menetapkan peristiwa konkret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Peraturan Perundang - undangan
Salah satu prinsip dalam negara hukum adalah wetmatigheid
van bestuur atau pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Menurut Marcus Lukman (dalam Ridwan HR,
2006:213) kewenangan pemerintah dalam bidang izin itu bersifat
diskresionare power atau berupa kewenangan bebas, dalam arti
kepada pemerintah diberi kewenangan untuk mempertimbangkan
atas dasar inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan dengan izin,
misalnya :
1) Kondisi yang memungkinkan apakah suatu izin dapat
diberikan kepada pemohon,
2) Bagaimana mempertimbangkan kondisi tersebut,
3) Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat
pemberian atau penolakan izin dikaitkan dengan pembatasan
peraturan perundang-undangan yang berlaku,
4) Prosedur yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan
sesudah keputusan diberikan baik penerimaan maupun
penolakan pemberian izin.
c. Organ Pemerintah
Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan
pemrintahan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.
Terlepas dari beragamnya organ pemerintahan atau administrasi
negara yang mengeluarkan izin, yang pasti adalah bahwa izin
hanya boleh dikeluarkan oleh organ pemerintahan. Dalam hal
tertentu pemerintah mengeluarkan deregulasi, yang mengandung
arti peniadaan berbagai peraturan perundang-undangan yang
dianggap berlebihan. Deregulasi pada dasarnya mempunyai
makna untuk mengurangi campur tangan pemerintah atau negara
dalam kegiatan kemasyarakatan tertentu terutana di bidang
ekonomi sehingga deregulasi itu pada ujungnya bermakna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
debirokratisasi. Deregulasi dan debirokratisasi dalam perizinan
harus memperhatikan hal-hal berikut :
1) Jangan sampai menghilangkan esensi dari sistem perizinan
itu sendiri.
2) Deregulasi hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat
teknis administratif dan finansial.
3) Deregulasi dan debirokratisasi tidak menghilangkan hal-hal
prinsip dalam peraturan perundang – undangan yang menjadi
dasar peizinan.
4) Deregulasi dan debirokratisasi harus memperhatikan asas –
asas umum pemerintahan yang layak.
d. Peristiwa Konkret
Peristiwa konkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu
tertentu, orang tertentu, tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu.
Karena peristiwa konkret ini beragam, sejalan dengan keragaman
perkembangan masyarakat izinpun memiliki berbagai keragaman
izin yang jenisnya beragam dibuat dalam proses yang cara
prosedurnya tergantung dari kewenangan pemberi izin, macam
izin, dan struktur programisai instansi yang menerbitkannya.
e. Prosedur Dan Persyaratan
Permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang
ditentukan oleh pemerintah dan juga harus memenuhi persyaratan -
persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh
pemerintah atau pemberi izin.
Menurut Soehino, syarat - syarat dalam izin itu bersifat konstitutif
dan kondisional. Bersifat konstitutif, karena ditentukan suatu
perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus dipenuhi terlebih
dahulu, artinya dalam hal pemberian izin itu ditentukan suatu
perbuatan konkret dan bila tidak dipenuhi dapat dikenai sanksi.
Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut baru ada dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang
disyaratkan itu terjadi.
Menurut Prajudi Atmosudirdjo, berkenaan dengan fungsi-fungsi
hukum modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan
masyarakat (Ridwan HR, 2006 : 218).
Tujuan izin adalah :
1) Mengarahkan aktifitas tertentu (Sturen).
2) Mencegah bahaya bagi lingkungan.
3) Keinginan melindungi objek tertentu.
4) Hendak membagi benda-benda yang sedikit.
5) Mengarahkan dengan meyeleksi orang-orang dan aktivitas-
aktivitas.
Secara umum bentuk dan isi izin memuat hal-hal sebagai berikut :
1) Organ yang berwenang
Organ yang memberikan izin berbekal materi dan tugas yang
bersangkutan.
2) Yang ditujukan
Izin yang ditujukan kepada pihak yang berkepentingan.
3) Diktum
Keputusan yang memuat izin yang diurai secara jelas tujuan dari
pemberian izin tersebut.
4) Ketentuan, Pembatasan dan Syarat
Ketentuan ialah kewajiban yang dapat dikaitkan pada keputusan
yang menguntungkan. Ketentuan pada izin banyak terdapat
dalam praktik hukum administrasi. Pembatasan dalam izin
memberi kemungkinan untuk secara praktis melingkari lebih
lanjut tindakan yang dibolehkan. Penetapan syarat untuk
menggantungkan akibat-akibat hukum bila timbul suatu
peristiwa di kemudian hari yang belum pasti.
5) Pemberian Alasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pemberian alasan memuat hal-hal seperti penyebutan ketentuan
undang-undang, pertimbangan-pertimbangan hukum, dan
penetapan fakta.
6) Pemberitahuan Tambahan
Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang
dialamatkan ditunjukkan akibat-akibat dari pelanggaran
ketentuan dalam izin seperti sanksi yang diberi pada
ketidakpatuhan.
4. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk
hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi,
yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang
berlebihan.
Dalam hukum lingkungan pengajuan tuntutan melalui jalur pidana
dimungkinkan setelah pendekatan penyelesaian melalui hukum
administrasi negara dan hukum perdata ternyata tidak dapat
menyelesaikan masalah lingkungan. Kejahatan lingkungan berupa
pencemaran lingkungan dikategorikan sebagai tindak pidana administratif
(administrative penal law) atau tindak pidana yang mengganggu
kesejahteraan masyarakat (public welfare offences). Tindak pidana
tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup
sebagaimana telah diatur dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Absori, 2008:223), yang telah
diperbaharui dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pengertian hukum lingkungan yang termuat dalam pasal 1 ayat (1) UU
Nomor 4 Tahun 1982 Tentang ketentuan pokok-pokok lingkungan hidup
yang telah diperbarui dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sama dengan
pengertian istilah lingkungan itu sendiri. Dalam ketentuan pasal 1 tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dinyatakan bahawa hukum lingkungan (lingkungan hidup) adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaaan, dan makhlukn
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Maka unsur lingkungan yang memiliki keistimewaan
adalah dimasukkannya manusia dan perilakunya sebagai komponen
lingkungan.
Nour Mohammad membagi hukum lingkungan atas pengertiannya
(Nour Mohammad, 2011:92) :
“environmetal law comprises those substantive, procedural and
institusional rules of International law, which have as there primary
objective the protection of the environment”.
Yang artinya :
Hukum lingkungan meliputi, aturan-aturan substantif dan prosedural
institusional dari hukum Internasional, yang memiliki tujuan utama
bagi perlindungan lingkungan.
Dalam ilmu Lingkungan dijelaskan mengenai isi atau struktur dari
lingkungan yaitu Ekologi, Ekosistem dan Daya Dukung Lingkungan.
Berikut pengertian dari unsur pembentuk lingkungan :
1) Ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel seorang ahli ilmu
hayat dalama pertengahan dasawarsa 1860-an. Istilah ini berasal
dari bahasa Yunani, yaitu eikos yang berarti rumah dan logos
berarti ilmu. Oleh karena itu, secara harafiah ekologi berarti
ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat
diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk
hidup. Ekologi adalah ilmu dasar untuk mempertanyakan,
meyelidiki, dan memahamai bagaimana alam bekerja,
bagaimana keberadaan makhluk hidup dalam sistem kehidupan,
apa yang mereka perlukan dari habitatnya untuk dapat
melangsungkan kehidupannya, bagaimana dengan melakuakan
semuanya itu dengan komponen lain dan spesies lain, bagaimna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
individu dalam spesies itu beradaptasi, bagaimana makhluk
hidup itu menghadapi keterbatasan dan harus toleran terhadap
berbagai perubahan, bagaimana individu-individu dalma spesies
itu menglami pertumbuhan sebagai bagian dari suatu populasi
atau komunitas. Semuanya itu berlangsung dalam suatu proses
yang mengikuti tatanan, prinsip, dan ketentuan alam yang rumit
tetapi cukup teratur, yang dengan ekologi kita memahaminya
(Soerjani, dalam “Sumber Daya Alam dan Kependudukan
dalam Pembangunan”).
2) Ekosistem berkaitan erat dengan ekologi maka menurut Otto
Soemarwoto (dalam Supriyadi, 2010:1) Ekosistem adalah suatu
konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu sistem
ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem terbentuk
oleh komponen hidup dan tidak hidup di suatu tempat yang
berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur.
Keteraturan itu terjadi oleh adanya arus antara komponen dalam
ekosistem itu.
3) Daya dukung lingkungan diperlukan karena lingkungan hidup
mempunyai keterbatasan dalam melakukan proses
kehidupannya. Menurut Otto Soemarwoto (dalam Supriyadi,
2010:3) daya dukung terlanjutkan oleh dua faktor, baik faktor
biofisik maupun sosial-budaya-ekonomi. Kedua faktor ini saling
mempengaruhi. Faktor biofisik untuk menentukan daya dukung
yang terlanjutkan, yaitu proses ekologi yang merupakan sistem
pendukung kehidupan dan keanekaragaman jenis yang
merupakan sumber daya gen. Faktor sosial budaya juga
mempunyai peranan yang sangat penting, bahkan menentukan
dalam daya dukung terlanjutkan. Sebab akhirnya manusialah
yang menentukan apakah pembangunan akan berjalan terus atau
berhenti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
B. Bagan Kerangka Berfikir
Bagan 2 : Kerangka Berfikir
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
UKL – UPL
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 86 Tahun 2002
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
Izin Pelaksanaan SPBU
Izin Lokasi
Pelaku Usaha
Pelaksanaan perizinan lingkungan
Faktor penghambat pelaksanaan
perizinan lingkungan
Peaturan Daerah Kabupaten Magetan
No.55 tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Sehubungan dengan kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah
mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Oleh
karena itu diterbitkanlah Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
memuat mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan bahwasanya suatu
perusahaan sebelum melaksanakan pembangunannya diwajibkan untuk
menyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pamantuan Lingkungan (UPL) yang termuat pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002. Dalam hal ini pelaksanaan SPBU
termasuk dalam dalam jenis usaha yang pengelolaan dampak lingkungan
dengan menyusun ”Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pemantauan
Lingkungan Hidup” yang sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002.
Pertamina selaku pemberi izin prinsip pembangunan SPBU juga
mempertimbangkan dari segi aspek lokasi, sehingga dalam pelaksanaanya
dapat sesuai dengan peraturan pengelolaan lingkungan hidup.
Dari uraian diatas memiliki tujuan agar dapat terwujud kesejahteraan
masyarakat, mulai dari pemenuhan kebutuhan masyarakat hingga menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Nomor 54.633.18
Hingga saat ini di Kabupaten Magetan terdapat sembilan izin pendirian Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang di telah dikeluarkan oleh PT.Pertamina.
Salah satu yang menjadi objek penelitian dari penelitian ini adalah Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum (SPBU) yang terletak di :
a. Desa :Tamanarum
b. Kecamatan: Parang
c. Kabupaten : Magetan
d. Provinsi : Jawa Timur
Status lahan yang dipergunakan untuk usaha SPBU ini merupakan hak milik
dengan luas tanah 3303M². Batasan-batasan lokasi proyek sesuai arah mata angin :
a. Utara : Tanah Milik Bapak Tamin
b. Timur : Tanah Milik Bu Sugiharti
c. Selatan : Jalan Raya Parang – Lembeyan
d. Barat : Tanah Milik Kusmanto
Indentitas Pemrakarsa :
a. Nama Pemilik : Andika Fajar Sulendra
b. Alamat rumah :Jalan Janoko, Nomor 10, Kelurahan Sukowinagun,
Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan
c. Nomor telepon :081259952000
d. Jenis perusahaan : Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
e. Status Perusahaan : Perorangan
f. Alamat Perusahaan :Jalan Raya Parang-Lembeyan Nomor 26, Desa
Tamanarum, Kecamatan Parang, Kabupaten Megetan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Tujuan Rencana Usaha
Pembangunan SPBU Sdr. Andika di Ds. Taman arum Kecamatan Parang Kab.
Magetan adalah suatu bentuk tanggung jawab pengusaha didalam upayanya untuk
berperan aktif dalam meninjgkatkan perekonomian terutama dalam penyediaan BBM.
Untuk mencapai tujuan tersebut SPBU harus dikelola secara profesional
mengutamakan keunggulan kualitas pelayanan serta merespon tuntutan kebutuhan
masyarakat.
Secara umum arah dan tujuan pembangunan SPBU di Ds. Taman arum Kec.
Parang Kab. Magetan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan
BBM sekitar SPBU dan masyarakat pengguna jalan yang melintas Maospati -
Madiun.
Operasional SPBU disamping menimbulkan dampak positif juga menimbulkan
dampak negatif terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab
itu menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur nomor 10 tahun 2004 tentang
Pedoman Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup, maka kegiatan pembangunan SPBU tersebut diwajibkan melakukan kajian
prakiraan dampak negatif yang akan terjadi terhadap lingkungan serta upaya
pengelolaan dan pemantauannya.
B. Pelaksanaan perizinan lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) Nomor 54.633.18 di Kabupaten Magetan.
Pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan dan berprikemanusiaan. Ketersediaan sumberdaya alam dalam
meningkatkan pembangunan sangat terbatas dan tidak merata, sedangkan permintaan
sumberdaya alam terus meningkat, akibat peningkatan pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk.
Usaha atau kegiatan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang
perlu dianalisa sejak awal perencanaannya sampai pada saat operasional usaha atau
kegiatan, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin, untuk pencegahan kerusakan
lingkungan.
Upaya pencegahan kerusakan lingkungan atau perlindungan/penyelamatan
lingkungan secara dini sebelum suatu kegiatan dimulai dengan
menerapkan/meningkatkan efektivitas kegiatan dan atau jenis usaha yang akan
berdiri untuk melengkapi upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Dalam mendirikan suatu usaha khususnya SPBU setiap pemohon harus
mempunyai kewajiban memperoleh Izin lingkungan menurut Undang – undang
nomor 32 Tahun 2009 terdapat pada Pasal 36 antara lain :
1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPLwajib memiliki izin lingkungan.
2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkanberdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksuddalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.
3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkanpersyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup ataurekomendasi UKL-UPL.
4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya.
Jadi pelaku usaha wajib memiliki dokumen UKL - UPL tersendiri berdasarkan
pada regulasi pemerintah terkait yaitu undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang
AMDAL, peraturan pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai
dampak lingkungan hidup, peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 13
tahun 2010 tentang upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup dan surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup, dan keputusan bupati magetan nomor : 738 tanggal 4 Mei 2009
mengenai jenis usaha/kegiatan yang wajib dilengkapi dengan upaya pengelolaan
lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL) di kabupaten magetan.
Kewenangan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib menolak
permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi dengan
amdal atau UKL-UPL, dan permohonan izin lingkungan dapat dibatakan apabila
persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum,
kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran atau pemalsuan data, dokumen,
dan informasi, Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL,
atau kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha atau kegiatan.
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002
definisi Upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan
lingkungan hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang
tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun
2001 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, atas dasar besaran atau
skala usaha SPBU, maka SPBU termasuk dalam usaha yang tidak diwajibkan
menyusun AMDAL, akan tetapi diwajibkan untuk menyusun Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL).
Jenis Kegiatan Wajib Amdal Lampiran dalam Permen LH No.11 Tahun 2006
Bupati/Walikota/Gubernur DKI untuk menetapkan skala/besaran lebih kecil atas
pertimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan Lokasi berbatasan
langsung dengan kawasan lindung Bupati/Walikota/Gubernur DKI /masyarakat
mengusulkan kepada MenLH suatu kegiatan baru menjadi wajib AMDAL karena
kegiatan tersebut dianggap berdampak penting terhadap lingkungan.
Setiap rencana usaha atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki AMDAL (ps
15 UUPLH), Bagi usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk katagori wajib
AMDAL wajib UKL-UPL (ps 3 (4) PP 27 Tahun 1999) Kegiatan yang sudah
berjalan namun tidak memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup wajib
menyusun DPPL (ps 2 KepMen LH No. 12 Tahun 2007).
Peraturan Bupati Kabupaten Magetan Nomor 55 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) – Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) Dan Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL),dalam
pasal 5 dan 6 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pasal 5:(1) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak masuk dalam kriteria
wajib AMDAL wajib memiliki UKL-UPL.(2) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-
UPL wajib membuat SPPL.Pasal 6:Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib ukl-upl sebagimana yang dimaksuddalam Pasal 4 ayat (1) tercamtum dalam lampiran 1 yang merupakan bagiantidak dipisahkan dari peraturan Bupati ini.
Izin lingkungan mengenai dokumen yang harus dilengkapi oleh pemohon
untuk perizinan lingkungan tidak harus menyusun amdal akan tetapi dilihat dari
skala usaha maka SPBU hanya diwajibkan untuk menyusun Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL).
1. Dampak Lingkungan Yang Akan Terjadi
Rencana Pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum
(SPBU) Sdr. Andika akan menempati tapak seluas 1.500 m2 yang terdiri dari
Tangki Timbun, Tempat Ganti Oli/Cuci/Bengkel, Hall, toko/gudang olie, mini
market, Loker/Gudang, Mushola, kamar mandi, WC, tempat wudhu, Area
Dispenser/Pompa, Pelataran conblok, Taman lahan untuk pengembangan dan
sarana penunjang lainnya, disadari berpotensi menimbulkan dampak positif dan
negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
a. Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan yang dilakukan meliputi pelaksanaan studi kelayakan baik
secara teknis, ekonomis maupun lingkungan. Pada tahap ini dilakukan
sosilisasi rencana lokasi, penyusunan program dan rencana induk serta desain
rinci bangunan fisik SPBU serta sarana penunjang lainnya dan kegiatan
administrasi. Kegiatan tahap Pra Konstruksi dilaksanakan sebagaimana tabel
dibawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 1. Rencana Kegiatan pelaksanaan studi kelayakan.
No Jenis Kegiatan Ada/tidak Keterangan
1 Sosialisasi proyek pada
masyarakat sekitar
Ada Selesai
2 Studi kelayakan Ada Dalam
proses
3 Rencana Induk Ada Selesai
4 Desain Rinci Ada Selesai
Kegiatan pada tahap Pra Konstruksi yang berpotensi menimbulkan
dampak adalah pembersihan lahan, kegiatan ini berpotensi menimbulkan
dampak terhadap sikap masyarakat,serta komponen lain seperti ekonomi dan
budaya karena dapat memicu perbedaan tapak batas disekitar calon lokasi
SPBU.
b. Tahap Kontruksi
Pembangunan fisik (konstruksi) dalam rangka pembangunan SPBU dan
sarana pendukungnya, kegiatan yang dilaksanakan pada tahap konstruksi
meliputi persiapan pelaksanaan konstruksi : Mobilisasi tenaga kerja,
pelaksanaan kegiatan proyek seperti direksi kit, pembuatan jalan masuk lokasi,
pembuatan sarana air bersih, memasang listrik penerangan, mobilisasi alat dan
bahan, pemasangan pondasi. konstruksi SPBU dan pembuatan sarana
penunjang operasional SPBU. Peralatan yang diperlukan untuk pembangunan
fisik SPBU meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 2. Peralatan yang diperlukan untuk Pembangunan (Konstruksi)
No. Jenis Kegiatan Peralatan Yang Digunakan
1 Pembangunan Fisik Peralatan dan perlengkapan pertukangan,
peralatan las, concrate mixer, batching plant,
strauss pile dan peralatan lain
2 Pembangunan sarana
penunjang
Peralatan dan perlengkapan pertukangan,
peralatan las, concrate mixer, batching plant,
strauss pile dan peralatan lain
1) Dampak Terhadap Kualitas Air
a) Sumber dampak :
Pemadatan lahan pada tahap konstruksi diperkirakan
menyebabkan perubahan pola aliran air permukaan dan
peningkatan kekeruhan karena sebagian besar permukaan tanah
akan tertutup bangunan dan dilakukan pengerasan dengan semen.
b) Sifat dan potensi dampak :
Sifat dampak terhadap kualitas air akibat kegiatan konstruksi
negative tidak penting dan bersifat sementara. Jenis dampak akibat
kegiatan konstruksi antara lain terganggunya pola aliran air di
lokasi dan peningkatan kekeruhan. Dengan lahan 1500 m2 lamanya
kegiatan. konstruksi relatif pendek. Untuk itu dibuat drainase yang
baik sehingga kegiatan konstruksi tidak akan merubah pola aliran
air.
2) Dampak Terhadap Kualitas Udara Dan Kebisingan
a) Sumber Dampak
Sumber dampak menurunnya kualitas udara disebabkan
mobilitas peralatan dan bahan, pemadatan tanah dan kegiatan
pembangunan fasilitas SPBU di antaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(1) Pada kegiatan pengangkutan material seperti batu pasir dan
bahan bangunan lainnya yang dapat meningkatkan kualitas
debu namun dampaknya tidak penting.
(2) Kegiatan pengerasan tanah, pembangunan gedung dan
fasilitas penunjang juga akan meningkatkan kualitas debu
namun dampaknya tidak penting.
b) Sifat Dampak Dan Potensi Dampak
Dampak terhadap kualitas udara dan kebisingan bersifat
sementara dan tergolong tidak penting apabila ditinjau dari
identitas, waktu kegiatan konsentrasi emisi dan kebisingan. Jenis
dampak dari mobilisasi peralatan saat konstruksi adalah berupa
emisi gas buang seperti S02, CO dan partikulat debu serta
peningkatan kebisingan. Dampak terhadap kualitas udara dan
kebisingan ini bersifat tidak penting karena diperkirakan kegiatan
konstruksi tidak memakan waktu lama.
3) Dampak Terhadap Kesempatan Kerja
a) Sumber Dampak :
Munculnya ,peluang kerja/kesempatan kerja adalah
pembukaan kegiatan konstruksi sarana dan fasilitas penunjang
SPBU.
b) Sifat dampak :
Dampak munculnya peluang kerja sifatnya positif tidak
penting. Dampak yang timbul pada kesempatan kerja ini positif
namun tidak penting karena jumlah tenaga kerja yang terserap tidak
banyak dan hanya masa konstruksi saja.
4) Sarana Pengendali Dampak
Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak penting
adalah:
a) Pencemaran air.
Untuk menghindari dan mengendalikan dampak pencemaran
air limbah buangan akibat tahapan konstruksi dapat dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dengan membangun kolam pengendapan untuk menampung limbah
cair yang akan dibuang ke badan air penerima.
b) Pencemaran Udara dan kebisingan.
Untuk mengendalikan pencemaran udara/debu akibat
transportasi atau proses kegiatan yang lain dapat dilakukan
menutup bak truk yang bermuatan dan mengurangi kecepatan serta
menyirami sumber pencemar secara berkala. Untuk mengendalikan
suara akibat kegiatan proyek dapat dilakukan dengan memasang
peredam pada mesin dan mematuhi jam istirahat.
c) Tenaga Kerja
Untuk mengurangi kecemburuan sosial pada kesempatan
kerja dengan memanfaatkan tenaga dari masyarakat sekitar sesuai
kemampuan dan syarat tertentu.
5) Rencana Pemulihan
Pemeliharaan lingkungan yang dilakukan pada akhir tahap konstruksi
yang dapat dilakukan adalah :
a) Mengumpulkan material sisa yang berbentuk kertas
dikumpulkan dibakar atau dibuang ke TPA.
b) Potongan kayu dikumpulkan dapat dimanfaatkan masyarakat
sekitar untuk kayu bakar.
c) Yang berbentuk batu, pasir, tanah urug, pecahan tegel dan
pecahan genting serta sisa paving dapat digunakan urug pada
lokasi yang rendah yang memerlukan tanah urug.
d) Untuk menghindari banjir akibat air hujan dan membantu
peresapan air tanah dilakukan pemasangan paving stone pada
areal parkir dan penanaman rumput pada taman.
e) Untuk mengendalikan suhu lingkungan serta menahan angin
ditanami tanaman keras dan buah-buahan.
c. Tahap Operasi
SPBU yang menempati tapak seluas 1.500 m2 yang terdiri dari Tangki
Timbun, Tempat Ganti Oli/Cuci/Bengkel, Hall, toko/gudang oi e mini market,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Loker/Gudang, Mushola, kamar mandi, WC, tempat wudhu, Area
Dispenser/Pompa, Pelataran conblok, Taman lahan untuk pengembangan dan
sarana penunjang lainnya, disadari berpotensi menimbulkan dampak positif dan
negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
1) Dampak Terhadap Kualitas Air
Sumber dampak:
Pada tahap operasi akan dihasilkan limbah air ceceran/tumpahan
BBM akibat terjadinya penyimpangan/kesalahan pengoperasiannya yang
tidak sesuai dengan SOP. Kemungkinan tumpahan/ceceran BBM ini
berasal dari kegiatan :
a) Pembongkaran BBM
b) Penimbunan Tangki
c) Pengambilan Sample
d) Aktivitas karyawan SPBU
e) Kegiatan Pengisian kendaraan konsumen
2) Dampak Terhadap Kualitas Udara Dan Kebisingan
a) Sumber dampak :
Aktifitas kendaraan bermotor konsumen dan penguapan tangki.
b) Sifat sumber dampak:
Bersifat lama dan relatif penting terhadap kesehatan operator yang lama
stand by pada area SPBU
c) Potensi dampak:
Peningkatan gas Hidrokarbon (HC) di area pengisian bahan bakar
kendaraan bermotor dan area bongkar BBM. Peningkatan partikulat
debu dan kadar S02, N02 dan C02 dari emisi kendaraan konsumen. Pada
waktu sibuk gas polutan tersebut akan semakin banyak sehingga
mengganggu kesehatan opeartor dan konsumen, untuk meminimalkan
damlak ini valve (katup) pada mesin pengisian agar selalu dalam
keadaan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3) Dampak terhadap kualitas air tanah dangkal
a) Sumber Dampak :
Kebocoran tangki timbun dan system perpipaan, penimbunan sludge
hasil pembersihan tangki di areal SPBU.
b) Sifat Dan Potensi Dampak :
Terkontaminasinya air tanah dangkal dari kebocoran tangki timbun
dan merembesnya sludge.
4) Sarana Pengendali Dampak
Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak penting adalah :
a) Pencemaran air
Untuk menghindari dan mengendalikan dampak pencemaran air
limbah buangan akibat tahapan operasi dapat dilakukan dengan
membangun kolam pengendapan untuk menampung limbah cair yang
akan dibuang ke badan air penerima.
b) Pencemaran Udara dan kebisingan.
Untuk mengendalikan pencemaran udara akibat penguapan atau
proses kegiatan yang lain dapat dilakukan mematuhi aturan bongkar
BBM dan mengurug ceceran BBM dengan pasir serta menyirami
sumber pencemar secara berkala.
c) Tenaga Kerja
Untuk mengurangi kecemburuan sosial pada kesempatan kerja
dengan memanfaatkan tenaga dari masyarakat sekitar sesuai
kemampuan dan syarat tertentu.
5) Rencana pemulihan
Pemeliharaan lingkungan yang dilakukan pada akhir tahap konstruksi yang
dapajt dilakukan adalah :
a) Menyediakan pasir pada sandbag.
b) Menyediakan alat penangkap minyak pada kolam pengendapan.
c) Untuk mengendalikan suhu lingkungan serta menahan angin ditanami
tanaman keras dan buah-buahan.
6) Upaya Pengelolaan K3 Dan Keadaan Darurat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dalam upaya mencapai keselamatan kerja serta mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran, kecelakaan kerja dan bencana yang lain,
maka dibuat suatu kebijakan, prosedur, peraturan dan pedoman yang tertulis
yang diterapkan ditiap unit kerja dan berlaku bagi setiap orang, Adapun
upaya pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja adalah :
a) Adanya prosedur keselamatan kerja tertulis disetiap unit kerja.
b) Peraturan khusus yang dibuat untuk tempat-tempat berisiko tinggi
disesuaikan dengan kondisi lokal dan standar nasional riset kesehatan.
c) Adanya prosedur penanggulangan dalam hal terjadinya kontaminasi
atau keracunan.
d) ernua gas disimpan dan diamankan sesuai peraturan dan kondisi
setempat, serta digunakan menurut pedoman kerja.
e) Tersedia alat penghisap dalam keadaan darurat (emergency suction)
dan pemasokan oksigen yang cukup pada tempat- tempat penting
f) Tersedianya perlengkapan keamanan bagi pekerja.
g) Pemasangan rambu-rambu diseluruh bagian penting SPBU dengan
jelas dan mudah dimengerti misal arah, tanda pengamanan, pintu
keluar dan tanda dilarang merokok.
h) Semua karyawan paham dengan program keselamatan.
i) Peralatan pemadam api (pemadam kebakaran) ditempatkan ditempat-
tempat yang strategis dan mudah dijangkau.
j) Melakukan uji coba perlengkapan K3 tersebut minimal enam bulan
sekali dengan memberikan perhatian khusus pada daerah/tempat yang
berisiko tinggi.
k) Tersedia lorong atau tangga darurat yang memadai diseluruh bagian
gedung untuk penyelamatan apabila terjadi kebakaran.
l) Tata letak bangunan diatur sedemikian rupa agar apabila terjadi
kebakaran mobil pemadam kebakaran mudah menjangkau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan
a. Teknologi Yang Digunakan Dalam Pengelolaan Lingkungan
Teknologi dalam kegiatan operasional SPBU telah dirancang
sedemikian rupa sehingga kegiatan operasionalnya diharapkan tidak akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Teknik yang dipakai dalam
pengelolaan lingkungan telah tercakup dalam teknik operasional yang
diantaranya meliputi:
1) Dalam kegiatan konstruksi digunakan alat angkut dan mesin dalam
jumlah efisiensi biaya dan meminimalisasi terjadinya pencemaran
udara.
2) Dalam kegiatan operasi dilengkapi berbagai peralatan yang telah
dirancang agar aman terhadap lingkungan diantaranya adalah :
a) Proses pengisian BBM melalui dispenser menggunakan
mesin pengisi BBM yang memiliki katup (dapat membuka
dan menutup secara otomatis) sehingga kemungkinan
terjadinya emisi gas BBM ke udara dan tumpahan minyak
dapat diminimalisir.
b) Dalam kegiatan operasional SPBU secara keseluruhan
telah dirancang dengan menggunakan systen tertutup
sehingga limbah yang dibuang tidak mengganggu
lingkungan, teknik yang diterapkan :
c) Pembuatan system drainase yang baik dilengkapi dengan
oil catcher.
d) Melengkapi seluruh jenis BBM dengan pipa pernafasan /
vend an pressure vacuum.
e) Pemasangan pipa dilengkapi dengan fleksible casing
sehingga bila terjadi kebocoran pipa tidak langsung ke
tanah.
f) Pemasangan quick coupling pada system pembongkaran di
tangki timbun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
g) Untuk upaya-upaya preventif bagi keamanan maupun
bahaya kebakaran di lengkapi dengan racun api.
b. Uraian Tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Pengelolaan air:
Pengelolaan air dilakukan selama tahap ini adalah :
a) Untuk mencegah terganggunya pola aliran air agar tidak
terpengaruh ke lahan sekitarnya, maka pada sekeliling batas tapak
proyek akan di bangun pondasi batu dan didirikan tembok batako
setinggi 2 meter.
b) Membuat system drainase yang baik di sekitar lokasi kegiatan
sebelum di mulai tahap konstruksi.
2) Pengelolaan Terhadap Kualitas Udara
Untuk mengurangi tingkat pencemaran emisi gas buang dan
partikulat debu saat kegiatan konstruksi akan dilakukan penyiraman
jalan/tanah jika dianggap perlu dengan periodesiasi berkala.
3) Pengelolaan Terhadap Kesempatan Kerja
Upaya untuk peluang kerja pada tahap konstruksi adalah merekrut
tenaga sesuai kualifikasi pendidikan dan keahlian yang dibutuhkan dan
memprioritaskan tenaga kerja setempat/local.
c. Tahap Operasi
1) Pengelolaan Terhadap Kualitas Air
Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan selama tahap operasi
adalah :
a) Pengelolaan kemungkinan terjadinya limbah yang berasal dari
ceceran minyak kegiatan SPBU adalah dengan membuat drainase
yang baik, membuat oil catcher.
b) Untuk pengelolaan air limbah yang berasal dari kamar mandi/toilet
dibangun septiktank dengan resapannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Pengelolaan Kualitas Udara
Dampak terhadap kualitas udara yang diperkirakan timbul adalah
adanya emisi hidrokarbon, CO, S02 serta peningkatan partikulat debu.
Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan untuk menanggulangi hal
tersebut adalah :
a) Pemasangan quick coupling pada system pembongkaran di tangki
timbun.
b) Penggantian valve (katup) jika aus dan rusak.
c)
3) Pengontrolan Mesin Pengisi BBM
Pembangunan pagar tembok berisi 2 meter yang mengelilingi
lokasi kegiatan, untuk mencegah keluarnya gas-gas buang jika terjadi
kebocoran BBM. Membangun taman untuk keindahan dan peresapan air.
Upaya-upaya pengelolaan yang berkaitan dengan penanganan keadaan
darurat seperti kebakaran antara lain dengan :
a) Penempatan 2 unit rumah racun api dengan kapasitas 60 kg
b) 6 (enam) unit tabung pemadam kebakaran
c) Membuat papan larangan merokok
4) Pengelolaan Terhadap Penurunan Kualitas Air Tanah
Upaya pengelolaan untuk penurunan kualitas air tanah akibat
kebocoran maupun perembesan ke dalam air tanah adalah dengan
melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap tangki timbun BBM
dan tempat penimbunan sludge
d. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Lokasi Pengelolaan lingkungan dengan sumber dampak dan
penyebarannya, sehingga lokasi pengelolaan ditetapkan sebagai berikut:
a) Lokasi pengelolaan terhadap kualitas air
i. Oil Catcher
ii. Saluran air depan SPBU
b) Lokasi pengelolaan kualitas udara
i. Area dalam SPBU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
ii. Area pemukiman sekitar SPBU
c) Lokasi pengelolaan Sludge
Pada tempat pengelolaan yang ditentukan
d) Lokasi pengelolaan kesempatan kerja
Kantor administrasi SPBU.
2) Waktu dimulainya pengelolaan lingkungan
Pelaksanaan pengelolaan lingkungan akan dimulai sejak tahap pra
konstruksi.
3) Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup
Dalam struktur organisasi yang bertanggungjawab terhadap
pengelolaan lingkungan hidup adalah Kepala Bagian Teknik.
4) Pembiayaan
Biaya pengelolaan lingkungan hidup meliputi pengadaan peralatan,
bahan dan biaya pemasaran instalasi pengelolaan lingkungan hidup, yang
meliputi:
a) Biaya pembangunan oil catcher
b) Biaya pembangunan septiktank dan resapan
c) Biaya pembangunan drainase
d) Biaya pembangunan instalasi air bersih
e) Biaya pengadaan / pemasangan fasilitas pengamanan darurat seperti:
rumah racun api dan alat kebakaran
f) Biaya pengelolaan sludge
g) Pemeriksaan kualitas air limbah
h) Pemeriksaan kualitas air udara
i) Penghijauan
5) Pengawasan
Untuk kegiatan pengelolaan lingkungan hidup akibat kegiatan
opearsiona! SPBU. Pihak yang bertanggungjawab atas operasional SPBU
akan melibatkan pihak yang akan melakukan pengawasan maupun
instansi terkait. Instansi pengawas dalam hal ini adalah Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan serta pihak PERTAMINA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Izin lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah izin lingkungan
untuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berupa dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UKL).
Adapun untuk mendapatkan izin lingkungan di Kabupaten Magetan setiap
usaha diwajibkan memiliki Izin Pemanfaatan Tanah atau yang dapat disebut juga
dengan Izin Lokasi Penggunaan Tanah yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh
Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Bupati Magetan terlebih dahulu.
Izin Pemanfaatan Tanah adalah izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib
dimiliki orang pribadi dan atau badan yang akan melaksanakan kegiatan dan atau
kegiatan yang mengakibatkan perubahan peruntukan tanah pada bangunan/usaha
yang dilakukan, dengan batasan keluasan sebagai berikut :
a. untuk usaha pertanian & le 25 Ha,
b. untuk usaha non pertanian & le 1 Ha,
c. untuk kegiatan bidang sosial dan keagamaan tanpa batasan keluasan.
Dasar Hukum :
a. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Bea
Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.
b. Surat Izin Bupati Magetan Nomor : 530.08/397/403.210/2012 Tentang Izin
Gangguan / Ho.
Menurut pasal 2 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2003 tentang Kebijakan Nasional Dibidang Pertanahan yang menyatakan bahwa
sebagian kewenangan pemerintah dibidang pertanahan dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten atau Kota Dan Pemberian Izin Lokasi merupakan salah satu kewenangan
pemerintah dibidang pertanahan dari sembilan kewenangan yang ada. Sembilan
kewenangan sebagaimana yang dimaksud adalah :
a. Pemberian izin lokasi.
b. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan.
c. Penyelesaian sengketa tanah garapan.
d. Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
e. Penetapan subjek dan objek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah
kelebihan maksimum dan tanah absentee.
f. Penetapan dan penyelesaian tanah ulayat.
g. Pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong.
h. Pemberian izin membuka tanah.
i. Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten atau kota
Setelah mendapatkan Izin Lokasi dari instansi yang berwenang maka pemohon
dapat melanjutkan proses perizinan berikutnya, yaitu izin lingkungan. Izin
Lingkungan berupa dokumen yang disusun oleh pemohon dan diajukan ke Badan
Lingkungan Hidup (BLH).
Pedoman mengenai ukuran dampak besar dan penting sesuai dengan
Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 56 Tahun 1994 tentang
Pedoman Mengenai Dampak Penting adalah sebagai berikut:
a. Jumlah manusia yang terkena dampak.
Jumlah manusia yang terkena dampak menjadi penting bila manusia di wilayah
studi AMDAL yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati
manfaat dari usaha atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah
manusia yang menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah tersebut.
b. Luas wilayah persebaran dampak.
Suatu rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila mengakibatkan adanya
wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak,
tidak berbaliknya dampak, kumulatif dampak.
c. Lamanya dampak berlangsung.
Dikatakan penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya
perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya
dampak, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau
lebih tahapan kegiatan.
d. Intensitas dampak.
Perubahan lingkungan yang timbul bersifat hebat, atau drastis, berlangsung di
area yang relative luas, dalam kurun waktu yang relatif singkat.
e. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Rencana usaha atua kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak
lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen
lingkungan yang terkena dampak primer.
f. Sifat komulatif dampak.
Komulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk atau
bertimbun. Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila
pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting.,
tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka
lama kelamaan dampaknya bersifat kumulatif.
g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat
dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.
Kegiatan studi UKL & UPL mempunyai tujuan dan maksud antara lain
mencegah dan mengelola dampak yang di timbulkan akibat kegiatan SPBU sehingga
dampak dapat dicegah atau ditekan,sedangkan dampak positifnya dapat
dikembangkan dan merupakan pedoman operasional pelaksanaan kegiatan
pengelolaan dan pengawasan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku guna mempertahankan daya dukung lingkungan.
UKL/UPL merupakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
yang harus dan wajib di miliki oleh semua perusahaan yang mempunyai aktifitas
bisnis / produksi yang berdampak terhadap lingkungan. Apabila UKL/UPL
diterapkan secara konsisten pasti dapat mengurangi dan mengantisipasi kemungkinan
dampak negatif yang muncul bagi lingkungan dan masyarakat sehingga bisa
meningkatkan image perusahaan.
UKL dan UPL yang telah disusun oleh pemrakarsa kemudian diajukan ke
instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
Kabupaten/Kota, karena usaha dan atau kegiatan yang akan berlangsung ini berlokasi
pada 1 (satu) wilayah Kabupaten/Kota.
Prosedur penyusunannya UKL-UPL yaitu pemrakarsa melakukan studi
kelayakan lingkungan sesuai dengan format yang berlaku selanjutnya
dikonsultasikan dan diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mengendalikan dampak lingkungan untuk mendapat persetujuan. Proses penyusunan
dokumen UKL dan UPL lebih sederhana dibandingkan dengan penyusunan
AMDAL, karena cakupan kegiatan baik dampak, luasan yang lebih kecil
dibandingkan dengan kegiatan yang wajib AMDAL.
Bagan 3 : Prosedur Penyusunan AMDAL dan UKL UPL
Tidak
ya
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang
AMDAL
Untuk perizinan lingkungan saat ini penentuan penggunaan wajib penyusunan
dokumen lingkungan menggunakan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Peraturan
Rencana Kegiatan
Dampak Besardan Penting
AMDAL
UKL & UPL
Evaluasi Komisi
Evaluasi olehDinas LingkunganHidup
Disetujui Komisi
Tidak Lengkap
Dilengkapi/Diperbaiki
Pelaksanaan Kegiatan
Ditolak
Pengawasan olehDinas Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
ini sebagai pengganti Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17
Tahun 2001. Sedangkan untuk penyusunan dokumen UKL-UPL berdasarkan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Dalam penelitian ini adalah SPBU Parang Mas mengajukan perizinan
lingkungan pada tahun 2009, sehingga penyusunan dokumen UKL-UPL sesuai
dengan format isian yang terdapat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 86 tahun 2002. Pembuatan dokumen UKL-UPL dapat disusun sendiri
oleh si pemrakarsa ataupun melalui konsultan.
Isi dari dokunen UKL-UPL SPBU Parang Mas meliputi :
a. Identitas Pemrakarsa
Data Pemrakarsa
(meliputi Nama SPBU, Nama Pimpinan SPBU, Jabatan, Alamat,
NPWP)
b. Rencana Usaha dan atau Kegiaan
1) Nama Rencana Usaha atau Kegiatan
Pembangunan SPBU.
2) Lokasi Rencana Usaha atau Kegiatan
SPBU - Parang Mas - Magetan
3) Deskripsi Rencana Usaha atau Kegiatan
Meliputi :
a) Jenis dan Kapasitas Produksi
b) Bahan baku dan Penolong
c) Jenis Peralatan Produksi
4) Status Lahan Rencana Usaha atau Kegiatan
Disesuaikan atas nama pemilik Sertifikat. Dicantumkan pula
batasan-batasan lokasi proyek.
5) Garis Besar Komponen Rencana Usaha atau Kegiatan
a) Tahap Pra Konstruksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Meliputi sigi atau survey, perizinan, pembebasan lahan,
kegiatan sosialisasi dan perencanaan.
b) Tahap Konstruksi
Tahap konstruksi adalah tahapan dimana pembangunan
SPBU dilakukan yang meliputi perekrutan tenaga kerja
konstruksi, mobilisasi alat dan bahan, pematangan lahan,
pembangunan sarana dan prasarana utama
c) Tahap Pascakonstruksi (operasional)
Tahap Pascakonstruksi dilakukan apabila proses dan
pembangunan fisik telah selesai secara keseluruhan. Tahap
ini meliputi perekrutan tenaga kerja oprasi, oprasional
SPBU, dan pemeliharaan lingkungan
c. Dampak Lingkungan yang akan Terjadi
Meliputi sumber dampak, jenis dampak, tolak ukur dampak, sifat
dampak, dan besaran dampak dari tahap-tahap garis besar komponen
rencana (tahap pra konstruksi hingga pasca konstruksi)
d. Program Pengelolaan Lingkungan
1) Pendekatan Pengelolaan Lingkungan
Program pengelolaan lingkungan pembangunan SPBU melalui
tiga pendekatan yaitu ; pendekatan teknologi, pendekatan sosial,
ekonomi dan pendekatan institusi.
2) Program Penglolaan Lingkungan
Program pengelolaan lingkungan dimaksud untuk
menanggulangi setiap dampak yang terjadi dari masing-masing
tahap.
e. Program Pemantauan Lingkungan
1) Pendekatan Pemantauan Lingkungan
2) Program Pemantauan Lingkungan
f. Tindakan Darurat yang akan Dilakukan
1) Pencegahan Kebakaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2) Mencegah Kecelakaan di Tempat Kerja
g. Pelaporan
1) Pelaporan
Berbagai hasil pemantauan seperti yang telah dilakukan wajib
untuk dilaporkan kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Magetan dengan tembusan kepada Dinas/institusi
terkait.
2) Materi Pelaporan
a. Surat Pengantar yang ditandatangani penanggung jawab
UKL-UPL.
b. jenis kegiatan.
c. Gambar Layout yang dapat menunjukkan lokasi
pemantauan dan pengelolaan dilakukan.
3) Waktu Pelaporan
Laporan disampaikan setiap enam bulan sekali, yaitu dalam
bulan Juni dan Desember tahun berjalan.
Dokumen UKL-UPL yang telah disusun diajukan dan dikonsultasikan kepada
instansi yang bertanggung jawab mengendalikan dampak lingkungan hidup. Dalam
hal ini instansi tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan.
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan wajib berkoordinasi dengan
instansi yang membidangi usaha dan atau kegiatan untuk melakukan pemeriksaan
formulir isian tentang UKL dan UPL yang telah disampaikan paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak diterimanya formulir isian tentang UKL dan UPL.
Apabila terdapat kekurangan informasi yang disampaikan dalam penyusunan
UKL dan UPL dan memerlukan tambahan dan atau perbaikan, pemrakarsa atau pihak
SPBU wajib menyempurnakan dan atau melengkapinya sesuai hasil pemeriksaan
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja.
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan wajib menerbitkan rekomendasi
tentang UKL dan UPL kepada pemrakarsa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
diterimanya dokumen UKL dan UPL yang telah diperbaiki oleh pemrakarsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Apabila dokumen UKL dan UPL tidak memerlukan perbaikan, Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan wajib memberikan rekomendasi paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya formulir isian tentang UKL dan
UPL.
Pejabat dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan wajib
mencantumkan syarat dan kewajiban yang tercantum dalam program pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup di dalam izin melakukan usaha dan atau kegiatan
yang bersangkutan. Izin yang telah diterbitkan oleh pejabat dari instansi yang
berwenang tembusannya wajib disampaikan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Magetan sesuai kewenangan. Surat rekomendasi UKL dan UPL menjadi salah satu
syarat untuk memenuhi persyaratan permohonan dalam pendirian usaha SPBU
dengan bentuk surat ijin usaha yang kemudian ditunjukan kepada Badan Pelayanan
Peirizinan Terpadu Kabupaten Magetan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
C. Faktor - faktor yang menghambat Pelaksanaan Perizinan
Lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) nomor
54.633.18 di Kabupaten Magetan.
Sesuai dengan konteks dari rumusan masalah yang kedua dalam penulisan ini
ialah mengenai hambatan perizinan lingkungan. Di dalam permasalahan ataupun
kendala yang dapat memperlambat suatu proses tersebut menjadi sebuah hasil,
banyaknya kendala dapat mempengaruhi dari hasil suatu tujuan utama. Ada sederet
faktor yang menghambat pelaksanan perizinan antara lain :
A. Subtansi hukum dalam pelaksaan perizinan
Pengembangan kebijakan yang meyeluruh harus dimulai dari amandemen
UUD 1945 sebagai sistem substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum
itu dilaksanakan. sumber dari kebijakan sumber daya alam dan pengelolaan
lingkungan hidup. Disamping itu, diperlukan pengembangan - pengembangan
Undang-undang Pengelolaan Sumber Daya Alam yang mampu mengintergrasiakn
prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dan berbasiskan kepentingan rakyat.
Banyak perundangan yang sudah disahkan hingga bertahun -tahun kan
tetapi terhambat pada Peraturan Pelaksanaan yang belum dikeluarkan oleh
Menteri Sekretaris Negara dan Menteri Hukum dan HAM. Rencananya, UUPPLH
tersebut akan mengeluarkan 12 Peraturan pelaksana. Dari jumlah tersebut, hanya
4 yang berstatus finalisasi oleh para Menteri tersebut. Keempat Peraturan
Pelaksanaan yang sudah berada dalam status finalisasi dengan Sekretaris Negara
dan Kementrian Hukum dan Ham tersebut yakni, Peraturan Pelaksanaan AMDAL
dan analisa resiko lingkungan, Peraturan Pelaksanaan izin lingkungan dan
Peraturan Pelaksanaan Pengawasan lingkungan hidup dan sanksi administratif,
Peraturan Pelaksanaan lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan
hidup. Sementara 8 Peraturan Pelaksanaan lainnya statusnya beragam. Ada yang
masih dalam pembahasan internal KLH, ada juga yang masih didiskusikan
dengan pakar, ada pula yang masih draft akademik dan juga masih berupa draft
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
awal. Kedelapan Peraturan Pelaksanaan tersebut diantaranya, Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), penetapan daya
tampung dan daya dukung, Kualitas Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Baku
mutu lingkungan, Instrumen Ekonomi LH, Pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan, kemudian PP soal Konservasi dan pencadangan Sumber
Daya Alam serta pelestarian fungsi atmosfir, pengelolaan B3 dan LB3.
Peraturan Pelakasanaan yang tertunda di Undang-undang 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, akan mengakibatkan
hambatan dalam hal penegakan hukum, karena dalam undang 32 tahun 2009
tersebut berisi tentang sanksi – sanksi bila terjadi suatu pelanggaran perizinan
lingkungan.
Sanksi Administratif yang diterapkan terhadap penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan IUP kabupaten Magetan, juga sudah dilakukan dengan beberapa
bentuk yang diatur dalam adminitrasi berupa:
1) Teguran tertulis;
2) Pembekuan izin lingkungan; atau
3) Pencabutan izin lingkungan.
Dengan demikian apa yang sudah dilakukan BLH Kabupaten magetan
telah melakukan penegakan hukum administrasi lingkungan yang diatur dalam
pasal 77 UU PPLH.
B. Struktur hukum dalam pelaksaan perizinan
Dalam pelaksaan perizinan sistem struktural yang menentukan bisa atau
tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik dilihat dari pengabaian pengawasan
disebabkan aparat pemerintah sebagai regulator pada umumnya menjalankan
kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan hajat hidup orang banyak
(public interest). Pertentangan kepentingan ini disebabkan oleh pengaruh-
pengaruh atau tekanan elit politk, kroni, atau kepentingan untuk memperkaya diri
pribadi atau kelompoknya. Kondisi ini berlangsung lama karena atmosfer
pengolaan sumber daya publik dilakukan sangat tertutup dan eksklusif.
Pemerintah selaku sarana yuridis yang mengendalikan tingkah laku para
warganya. Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya
dilarang. Hal ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi
kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya. Izin adalah
pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan yang pada umumnya didasarkan pada
keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau
untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur
tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap
tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan
sekadarnya. Terciptanya suatu hambatan jika terjadi terdapat ketidaksepahaman
antara pihak satu dengan pihak yang lain, tentunya antara pihak pemerintah
selaku pemberi izin dengan pihak swasta selaku pemrakarsa.
Hambatan perizinan lingkungan yang terjadi pada SPBU karena adanya
para pihak yang tidak lagi memperdulikan tingkat kerugian yang akan terjadi
apabila adanya dokumen – dokumen yang tidak pada mestinya yang dapat
merugikan lingkungan sekitar area pendirian usaha di sini adalah SPBU. Pemberi
izin atau pemerintah secara gampang memberikan izin pada pemohon izin yang
biasa sudah mengenal orang dalam (pejabat) sehingga dengan gampang sebuah
izin yang diinginkan tersebut keluar. Di samping itu pengetahuan, wawasan dan
kesadaran yang sangat kurang menjadi faktor utama mengenai terciptanya suatu
permasalahan yang lalu menimbulkan suatu masalah dan mengakibatkan suatu
hambatan.
C. Budaya Hukum dalam pelaksaan perizinan
Merupakan sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum-kepercayaan,
nilai, pemikiran, serta harapannya. Kultur hukum adalah suasana pemikiran sosial
dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari,
atau disalahgunakan. Budaya hukum erat kaitannya dengan kesadaran hukum
masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan tercipta
budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai
hukum selama ini. Dalam kaitannya dengan pelaksaan perizinan SPBU dalam hal
pemahaman Pemohon selaku pemilik SPBU, sebagian besar adalah pengusaha
yang hanya ingin cepat selesai tanpa mengikuti proses yang ada dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
memahami apa kegunaan dari dibentuknya suatu peraturan dan kelengkapan,
penyusunan permohonan perizinan disertai kelengkapan mengenai pemenuhan
syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon.
Di dalam suatu proses tentunya terdapat permasalahan ataupun kendala
yang dapat memperlambat suatu proses tersebut menjadi sebuah hasil, banyaknya
kendala dapat mempengaruhi dari hasil suatu tujuan utama. Begitu pula dalam
pelaksanaan proses perizinan lingkungan terdapat beberapa hambatan karena
melibatkan dua pihak, antara lain dari pihak pemerintah dan pihak swasta yang
pada umumnya bertindak sebagai pemrakarsa.
Data yang di peroleh dari badan Lingkungan Hidup di Magetan bahwa
ditinjau dari sudut pandang pihak pemberi izin yaitu pemerintah, mengemukakan
bahwa sebagian besar hambatan terjadi dikarenakan dari pihak swasta selaku
pemohon perizinan. Hambatan tersebut berupa :
a. Pemahaman Pemohon, sifat dari pemohon yang sebagian besar adalah
pengusaha, yang hanya ingin selesai tanpa mengikuti proses yang berlaku
dan tidak memahami apa kegunaan dari dibentuknya suatu peraturan.
b. Kelengkapan, penyusunan permohonan perizinan disertai kelengkapan
mengenai pemenuhan syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon.
Terdapat dua macam kelengkapan, yaitu kelengkapan data dan
kelengkapan fisik.
1. Kelengkapan data :
a) Akte Notaris
b) Buku tanah
c) Perizinan yang dimiliki
1. IUT
2. HO
3. IMB
4. NPWP
d) Struktur Organisasi
e) Peta Lokasi
f) Lay Out / Master plant yang ada di IMB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
g) Peta Peruntukan Kota
h) Hasil uji Laboratorium
5. Kualitas Bada air
6. Kualitas Air Tanah
7. Kualitas Udara.
Terjadinya hambatan perizinan di kabupaten Magetan di kerenakan adanya
para pihak yang tidak lagi memperdulikan tingkat kerugian secara immaterial.
Pengetahuan, wawasan dan kesadaran yang sangat kurang didaerah merupakan
sederet faktor utama mengenai terciptanya suatu permasalahan yang lalu
menimbulkan suatu masalah dan mengakibatkan suatu hambatan. Hambatan
tersebut antara lain sifat dari pemohon yang sebagian besar adalah pengusaha,
yang hanya ingin selesai tanpa mengikuti proses yang berlaku dan tidak
memahami apa kegunaan dari dibentuknya suatu peraturan dan kurangnya
kelengkapan dokumen persyaratan yang disusun oleh pemohon, hal ini
menyebabkan proses perizinan lingkungan berjalan tidak sesuai dengan
kenyataannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Dalam mendirikan usaha SPBU diwajib memiliki izin lingkungan sesuai dengan jenis
besar/skala usaha yang akan didirikan, hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup, atas dasar besaran atau skala usaha SPBU, maka SPBU termasuk dalam usaha
yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL, akan tetapi diwajibkan untuk menyusun
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL). Penyusunan dokumen UKL dan UPL lebih sederhana dibandingkan
dengan penyusunan AMDAL, karena cakupan kegiatan baik dampak, luasan yang
lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan yang wajib AMDAL. Pelaksanaa perizinan
SPBU Nomor 54.633.18 sudah sesuai dengan ketentuan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 17 Tahun 2001. Namun, ada beberapa oknum yang tidak bertanggung
jawab dilapangan melanggar prosedur yang telah dibuat, sehingga dampak pada
lingkungan di area SPBU dapat terancam.
2. Terjadinya hambatan perizinan di kabupaten Magetan di kerenakan adanya para pihak
yang tidak lagi memperdulikan tingkat kerugian secara immaterial. Pengetahuan,
wawasan dan kesadaran yang sangat kurang didaerah merupakan sederet faktor utama
mengenai terciptanya suatu permasalahan yang lalu menimbulkan suatu masalah dan
mengakibatkan suatu hambatan. Hambatan tersebut antara lain sifat dari pemohon
yang sebagian besar adalah pengusaha banyak yang melakukan penyuapan kepada
pegawaai intansi dalam hal perizinan sehingga mereka didahulukan dalam hal
mendapatkan suatu izin, berbeda dengan pemohon yang izinnya tanpa menggunakan
suap, pasti akan lambat dalam hal memperoleh suatu izin. Hal ini menyebabkan
proses perizinan lingkungan berjalan tidak sesuai dengan kenyataannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan diatas, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya para pemohon izin memahami terlebih dahulu dokumen UKL – UPL agar
tepat sasaran pada perlindungan lingkungan hidup, sehingga izin yang dikeluarkan
oleh pemerintah dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dalam proses perizinan
lingkungan dan dapat tercapai tujuan masing-masing pihak.
2. Pemerintah seharusnya lebih selektif dalam mengambil keputusan dalam proses
perizinan lingkungan kerena dampak lingkungan dari SPBU dapat berakibat fatal
apabila tidak ditangani dengan serius yang dapat merugikan pihak luar/masyarakat
sekitar.