difusifitas

Upload: agus-sumantri

Post on 30-Oct-2015

1.317 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PDTK D-5

TRANSCRIPT

  • LAPORAN

    PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2012/2013

    DISUSUN OLEH :

    GILANG RHEZA P 121100064

    DEDY RADIYAN P 121100109

    LABORATORIUM PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA

    PRODI TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

    2012

  • i

    LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA

    ACARA

    DIFUSIVITAS INTEGRAL

    Laporan ini disusun untuk syarat Praktikum Dasar Teknik Kimia

    Yogyakarta, Desember 2012

    Disetujui

    Asisten Pembimbing,

    Ir.Wasir Nuri, MT

  • ii

    INTISARI

    Salah satu bentuk transfer massa adalah difusi dengan mekanisme

    kecepatannya dipengaruhi oleh gaya dorong ( driving force ) yang disebabkan

    oleh gradien suhu, konsentrasi, tekanan dan kecepatan aliran. ercobaan ini

    bertujuan untuk mencari harga koefisien difusivitas campuran biner asam oksalat

    air dengan variabel konsentrasi dan waktu. Asam oksalat dengan konsentrasi

    tertentu dimasukkan ke dalam pipa kapiler, kemudian pipa kapiler dimasukkan ke

    dalam bak air dan dialiri air. Pada selang waktu tertentu pipa kapiler tersebut

    diambil dan konsentrasi asam oksalat yang tersisa dianalisa dengan cara titrasi

    menggunakan NaOH yang telah distandarisasi untuk mengetahui konsentrasi

    asam oksalat setelah difusi.

    Dari percobaan yang dilakukan pada Asam Oksalat X1, diperoleh harga

    koefisien difusivitas sebesar 0.0618 cm2/det dengan persamaan pendekatan secara

    linier Y= 0.110352x + 3.89 dengan persen kesalahan rata rata sebesar 1.06 %.

    Sedangkan pada Asam Oksalat X2, diperoleh harga koefisien difusivitas sebesar

    0.043925 cm2/det dengan persamaan pendekatan secara linier Y = 0.0282853x +

    3.7417 dengan persen kesalahan rata rata sebesar 5.86 %.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

    yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat

    menyelesaikan laporan praktikum dasar teknik kimia ini dengan baik.

    Rangkaian ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada :

    1. Ir. Gogot Haryono, M.T., selaku Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia

    Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Kimia UPN Veteran

    Yogyakarta

    2. Ir. Wasir Nuri, M.T., selaku asisten pembimbing yang telah banyak

    membantu selama pelaksanaan praktikum.

    3. Rekan rekan yang telah membantu, sehingga penyusunan laporan ini dapat

    diselesaikan dengan baik.

    4. Petugas dan staf laboratorium yang telah memberikan bantuan yaitu dengan

    menyediakan alat-alat maupun sarana sehingga praktikum dapat berjalan

    dengan semestinya.

    5. Serta berbagai pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

    Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa

    membuat laporan yang baik dan akurat adalah hal yang cukup sulit. Oleh karena

    itu dalam penyusunan laporan ini Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini

    dapat memberikan manfaat serta mampu menambah wacana pengetahuan kita.

    Yogyakarta, Desember 2012

    Penyusun

  • iv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ..... LEMBAR PENGESAHAN ... INTISARI .............................. KATA PENGANTAR ...................................... DAFTAR ISI ......... DAFTAR TABEL ..... DAFTAR GAMBAR ........ DAFTAR LAMBANG.......

    i ii iii iv v vi vii

    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Percobaan ..... 1 1.2. Latar Belakang ..... 1 1.3. Tinjauan Pustaka ...... 1

    BAB II PELAKSANAAN PERCOBAAN 2.1 Bahan-bahan ...... 8 2.2 Alat-alat ..... 8 2.3 Gambar Alat ...... 9 2.4 Cara Kerja ...... 10 2.5 Diagram Alir Kerja .................................................... 11 2.6 Analisis Perhitungan .................................................. 14

    BAB III HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Percobaan ......................................................... 16 3.2 Pembahasan ............................................................... 18

    BAB IV KESIMPULAN ............................................................... 22

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 23

    LAMPIRAN 24

  • v

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Volume pipa kapiler ... 24

    Tabel 2. Volume asam standart dan normalitas

    NaOH ..

    24

    Tabel 3.1 Volume NaOH sebelum dan setelah difusi untuk asam

    oksalat X1.........................................................................

    25

    Tabel 3.2 Volume NaOH sebelum dan setelah difusi untuk

    asam oksalat X2 ...............................................................

    25

    Tabel 4.1 Hubungan normalitas asam oksalat X1 sebelum dan

    setelahdifusi dengan persentase

    sisa asam oksalat .....

    26

    Tabel 4.2 Hubungan normalitas asam oksalat X2 sebelum dan

    setelah difusi dengan persentase

    sisa asam oksalat .....

    27

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1.

    Mekanisme terjadinya difusi dari sistem

    biner ................................................................................

    3

    Gambar 2. Rangkaian alat difusivitas

    integral.........

    9

    Gambar 3. Grafik hubungan antara Log (t/L2) dan 2Log (100-E)

    untuk normalitas asam oksalat

    X1.....................................................................................

    18

    Gambar 4. Grafik hubungan antara Log (t/L2) dan 2Log (100-E)

    untuk normalitas asam oksalat

    X2 ....................................................................................

    20

  • vii

    DAFTAR LAMBANG

    C = Konsentrasi (mol/L)

    D = Koefisien Difusivitas (cm2/det)

    DA = Koefisien difusi A ( cm2/det)

    DAB = Difusivitas massa komponen A melalui B (cm2/det)

    dZdCA = Gradien konsentrasi A dalam arah Z (g/cm2)

    dYdCA = Gradien konsentrasi A dalam arah Y (g/cm2)

    dYdCB = Gradien konsentrasi Bdalam arah Z (g/cm2)

    E = Prosen Asam Oksalat dalam pipa kapiler ( % )

    JA, JB = Kecepatan transfer massa A, B (g/cm2.det)

    JAZ = Fluks molar A dalam arah Z (g/cm2. det)

    L = Panjang pipa kapiler (cm)

    N = Normalitas (N)

    t = Waktu (detik)

    V = Volume cairan (ml)

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Tujuan Percobaan Menentukan koefisien difusivitas integral (DAB) yang merupakan

    perbandingan luas dengan waktu dalam satuan cm2/detik dari larutan asam

    oksalat yang berbeda ke air.

    1.2 Latar Belakang Transfer massa banyak dijumpai dimana mana, di dalam

    kehidupan sehari hari, di dalam ilmu pengetahuan dan teknik. Misalnya

    yaitu, asap dari cerobong asap mengepul ke udara sekeliling dengan jalan

    difusi. Sama halnya dengan gula yang dimasukkan ke dalam air the akan

    melarut dan menyebar di dalam air teh dengan jalan difusi.

    Dengan mengetahui difusivitas ( koefisien difusi ) suatu zat, maka

    akan dapat diketahui kemampuan penyebaran massa zat tersebut ke dalam fase

    yang lain atau dalam suatu fase. Semakin besar harga difusivitas suatu zat

    maka akan dapat dikatakan zat tersebut mempunyai kemampuan transfer

    massa yang besar pula. Dalam industri kimia koefisien difusi berperan dalam

    perhitungan waktu proses, yang selanjutnya digunakan dalam perancangan

    kapasitas alat.

    1.3 Tinjauan Pustaka Difusi adalah salah satu bentuk transfer massa yang disebabkan

    oleh adanya gaya dorong ( driving force ) yang timbul karena gerakan-gerakan

    molekul atau elemen fluida. Difusivitas cairan tergantung pada sifat sifat

    komponen, temperatur serta konsentrasi dari cairan tersebut tetapi dalam

    pelaksanaan percobaan ini faktor temperatur diabaikan karena perbedaan

    temperatur yang kecil akan menyebabkan perbedaan densitas yang kecil,

    sehingga menyebabkan massa tidak berubah.

  • 2

    Transfer massa berlangsung secara difusi antara dua fase atau

    lebih, kebanyakan dalam operasi pemisahan konstituen dari campuran terdapat

    dua fase yang saling bersinggungan yang dinamakan sebagai kontak fase.

    Dinamika sistem sangat berpengaruh terhadap kecepatan transfer

    massa. Sehingga dalam transfer massa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

    1. Difusi molekuler yaitu transfer massa yang disebabkan oleh gerakan

    molekul secara acak dalam fluida yang diam atau bergerak secara laminer.

    Difusi molekuler juga merupakan difusi yang berhubungan dengan

    gerakan molekul-molekul melalui sesuatu zat yang disebabkan oleh tenaga

    panasnya. Kecepatan rata-rata molekul tergantung pada suhunya. Molekul

    bergerak melalui lintasan yang sangat zig-zag, sehingga kecepatan

    difusinya, yaitu jarak bersih yang ditempuh dalam satu arah, hanya

    merupakan bagian kecil dari panjang lintasan yang sesungguhnya.

    Sehingga difusi molekuler berjalan dengan sangat lambat.

    2. Difusi olakan yaitu transfer massa yang terjadi apabila ada suatu fluida

    yang mengalir melalui sebuah permukaan dengan aliran turbulen, atau

    transfer massa yang dibantu oleh dinamika aliran.

    Dalam aliran fluida yang turbulen, mekanisme proses alir yang

    meliputi gerakan olakan di inti turbulen tidaklah diketahui sepenuhnya.

    Sebaliknya mekanisme difusi molekuler, sekurang-kurangnya untuk gas,

    sudah diketahui dengan baik. Oleh karena itu sudah sewajarnya, apabila orang

    berusaha untuk melukiskan kecepatan transfer massa melalui tiga zone, yaitu

    zone laminer, buffer, dan turbulen seperti pada zone laminer itu sendiri.

    Jika ditinjau sebuah gas yang mengalir secara turbulen melalui

    sebuah permukaan dalam keadaan tetap, dan pada saat yang sama dalam aliran

    tersebut terjadi difusi equimolar arus berlawanan. Komponen A mendifusi dari

    permukaan dinding ke badan utama gas, sedangkan komponen B mendifusi

    dari badan utama gas ke permukaan dinding.

    (Hardjono, 1989)

  • 3

    Dalam mengamati aliran laminer dalam percobaan, prinsip

    prinsip yang harus kita ketahui adalah partikel partikel fluida mengalir

    secara teratur dan sejajar dengan sumbu tabung, hal ini dapat dilihat dari

    besarnya bilangan Reynold ( Re ) pada aliran fluida tersebut. Sedangkan sifat

    aliran turbulen partikel partikel tidak lagi mengalir secara teratur ( Re >

    2000 ).

    ( Brown, 1950)

    Dalam teori kinetik yang disederhanakan sebuah molekul bergerak

    secara garis lurus dengan kecepatan yang seragam sampai bertumbukan

    dengan molekul lain, maka terjadi perubahan kecepatan baik besarnya maupun

    arahnya. Molekul bergerak secara zig zag namun tetap menuju arah tertentu

    sesuai dengan perbedaan konsentrasi yang menyebabkannya. Karena

    gerakannya berliku liku, menyebabkan waktu difusi menjadi lama dengan

    adanya penurunan tekanan jumlah tumbukan akan berkurang sehingga

    kecepatannya akan bertambah. Demikian pula dengan adanya penambahan

    temperatur akan menyebabkan gerakan molekul bertambah cepat.

    Mekanisme terjadinya difusi dari sistem biner ( dua komponen )

    yang berbeda konsentrasinya dapat digambarkan dengan gambar sebagai

    berikut :

    CA K CB

    Gambar.1 Mekanisme terjadinya difusi dari sistem biner.

  • 4

    Arah difusi dari A ke B pada awalnya mempunyai konsentrasi

    yang berbeda, karena adanya fluks massa yaitu banyaknya suatu komponen

    baik dalam satu satuan massa atau dalam satuan mol yang melintasi satu

    satuan luas permukaan dalam satu satuan waktu, maka konsentrasi massa A

    akan semakin berkurang dan konsentrasi B akan bertambah. Apabila proses

    difusi berlangsung dalam waktu yang relatif lama, maka konsentrasi A dan B

    akan seimbang atau CA = - CB.

    Difusivitas adalah suatu faktor perbandingan yaitu difusivitas

    massa atau komponen yang mendifusi melalui komponen pendifusi. Zat yang

    terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah

    yang konsentrasinya rendah. Kecenderungan zat untuk mendifusi dinyatakan

    dengan koefisien difusi. Koefisien difusi merupakan sifat spesifik sistem

    yang tergantung pada suhu, tekanan dan komposisi sistem. DAB adalah

    koefisien difusi untuk komponen A yang mendifusi melalui B. Dari

    hubungan dasar difusi molekuler yaitu fluks molar relatif terhadap kecepatan

    rata-rata molar JA. Yang pertama kali ditemukan oleh Fick untuk sistem

    isotermal dan isobarik.

    Yang dimaksud dengan fluks sendiri adalah banyaknya suatu

    komponen, baik dalam satuan massa atau mol, yang melintasi satu satuan

    luas permukaan dalam satu satuan waktu. Fluks dapat ditetapkan berdasarkan

    sutatu koordinat yang tetap di dalam suatu ruangan, suatu koordinat yang

    bergerak dengan kecepatan rata-rata massa, atau suatu koordinat yang

    bergerak dengan kecepatan rata-rata molar.

    Koefisien difusi dapat dijumpai pada persamaan hukum Fick :

    JAx = - DAB dxdCA

    dimana :

    JAx : Fluks molar A dalam arah X ( g/cm2.detik )

    DAB : Difusivitas massa A melalui B ( cm2/detik )

    dxdCA : Gradien konsentrasi ( mol/Cm4)

    Tanda negatif menunjukkan bahwa difusi terjadi dengan arah

    yang sejalan dengan penurunan konsentrasi.

    ......... ( 1 )

  • 5

    Neraca Massa :

    Massa Masuk Massa Keluar Massa Yang Bereaksi = Massa Akumulasi.

    dxdCxA

    dxdCAD

    dxdCAD A

    xx

    AAB

    x

    AAB

    0

    Persamaan ( 2 ) dibagi dengan A dx, maka :

    dxdC

    dxdC

    dxdD AAAB

    dxdC

    dxCdD AAAB 2

    2

    dxdC

    DdxCd A

    AB

    A 1

    2

    2

    Bila dalam percobaan digunakan asam oksalat

    Konsentrasi asam oksalat mula mula dalam pipa kapiler adalah CAo

    pada :

    x = x

    t = 0

    CA = CAo

    Konsentrasi asam oksalat dalam pipa kapiler pada waktu t = ~ :

    x = x

    t = ~

    CA = 0

    Pada ujung pipa kapiler yang tertutup tidak ada transfer massa :

    x = 0

    t = t

    dxdCA = 0

    Konsentrasi asam oksalat pada ujung kapiler pada setiap saat :

    x = L

    t = t

    CA = CA

    .. ( 2 )

    .. ( 3 )

  • 6

    Penyelesaian persamaan differensial dari persamaan ( 3 ) adalah :

    2

    22

    1 4)12(exp

    )2()2(cos

    )12()1(4

    LtDn

    LLn

    nC AB

    n

    n

    A

    dimana :

    CA = Konsentrasi asam oksalat (mol/L)

    DAB = Difusivitas asam oksalat (g/cm2.detik)

    t = Waktu difusi (menit)

    L = Panjang pipa (cm)

    Menghitung asam oksalat setelah difusi :

    N = CA . V

    dN = CA . dV + V . dCA ; CA = tetap

    dN = CA . A . dx

    N = CA . A . dx

    Jumlah asam oksalat mula mula dalam pipa kapiler adalah :

    No = CAo . A . L

    Prosentase asam oksalat setelah difusi dalam pipa kapiler adalah :

    E = 0N

    N 100%

    E =

    LAC

    dxCA

    Ao

    L

    A0 100%

    E = dxLC

    CL

    Ao

    A

    0

    100%

    ....... ( 4 )

    ......................................................... ( 5 )

  • 7

    Persamaan ( 4 ) disubstitusikan ke persamaan ( 5 ), sehingga diperoleh :

    E =

    222

    222 4

    )12(exp)12(

    1800L

    tDnn

    AB

    n

    Untuk DAB yang tetap dan DAB . t/L2 kecil, maka persamaan ( 6 ) dapat

    didekati dengan :

    E = 100 200 L

    tDAB2

    100 E = 200 L

    tDAB2

    log ( 100 E ) = log ( 200 D .AB. ) + 21 Log 2L

    t

    2 log ( 100 E ) = 2 log ( 200 D .AB. ) + Log 2Lt ..................( 7 )

    dengan :

    E = Perbandingan asam oksalat yang tertinggal

    t = Waktu (menit)

    L = Panjang pipa kapiler (cm)

    DAB = Koefisien difusi (g/cm2.detik)

    Sehingga persamaan dapat dibuat grafik hubungan antara Log 2Lt terhadap

    Log ( 100-E ) dan juga persamaan diatas dapat diselesaikan dengan metode

    Least Square, dengan persamaan pendekatan secara garis lurus sebagai

    berikut :

    y = a + b x

    dimana :

    y = 2 log ( 100 E )

    a = 2 log ( 200 D .AB )

    x = Log 2Lt

    b = tan = gradien = 1

    ................. ( 6 )

  • 8

    BAB II

    PELAKSANAAN PERCOBAAN

    2.1 Bahan-bahan Air dalam bak difusi sebagai media pendifusi, Larutan asam oksalat ( H2C2O4

    ) sebagai zat yang akan ditentukan koefisien difusivitasnya, Aquadest,

    Larutan NaOH, Indikator PP

    2.2 Alat-alat Tangki Penampung Air, Kran Pengatur, Bak Difusi, Pipa pipa kapiler, Alat

    Suntik, Buret, Erlenmeyer, Corong, Stopwatch, Penggaris, Termometer.

  • 9

    2.3 Gambar Rangkaian alat

    Gambar 2. Rangkaian alat difusivitas integral

    Keterangan gambar:

    1. Bak penampung air

    2. Kran pengatur aliran

    3. Bak difusi

    4. Pipa kapiler

    5. Outlet

    1 2

    3

    4

    3

    5

  • 10

    2.4 Cara Kerja Menentukan Volume Pipa Kapiler, dengan mula-mula menimbang berat

    pipa kosong. Kemudian menimbang berat pipa yang telah diisi dengan aquades

    dan kemudian menghitung berat aquades. Setelah itu mengukur panjang pipa.

    Lalu mengukur suhu aquades serta mencari densitas aquades pada suhu terukur.

    Selanjutnya menghitung volume pipa.

    Mengukur tinggi masing-masing pipa kapiler dari ujung atas yang terbuka

    sampai dasar pipa kapiler yang tertutup dimana masih dapat diisi aquadest.

    Standarisasi larutan NaOH, pertama mengambil asam standart 10 ml

    larutan, kemudian memasukkannya dalam erlenmeyer dan menambahnya dengan

    indikator PP, setelah itu dititrasi dengan larutan NaOH. Kemudian mencatat

    volume NaOH yang digunakan untuk titrasi dan melakukanya sebanyak 3 kali.

    Standarisasi asam oksalat, dengan mula-mula mengambil 10 ml larutan

    asam oksalat (X1) kemudian ditambahkan dengan indikator PP dan menitrasinya

    dengan larutan NaOH. Kemudian mencatat volume NaOH yang digunakan

    sebagai volume NaOH sebelum difusi.

    Melakukan hal yang sama untuk asam oksalat (X2). Percobaan difusi,

    dengan mula-mula mengisi pipa kapiler dengan asam oksalat dan mengusahakan

    tidak ada gelembung udara. Lalu menyusun pipa kapiler dalam bak air dengan

    mengurutkan dari posisi tertinggi ke rendah, lalu mengalirkan air dan mengatur

    agar alirannya laminer. Pada saat air mencapai puncak pipa kapiler waktu dicatat

    sebagai t = 0 .kemudian mengambil pipa kapiler setiap selang waktu 5 menit

    secara berurutan.selanjutnya mengambil asam oksalat yang terdapat pada pipa

    kapiler dengan menggunakan jarum suntik, memasukkannya ke dalam erlenmeyer

    dan menambahkan aquades hingga volumenya mencapai 10 ml kemudian

    menambahkan indikator PP dan menitrasinya dengan NaOH. Setelah itu

    percobaan diulangi untuk asam oksalat X2

  • 11

    2.5 Diagram Alir Kerja a. Menentukan volume pipa kapiler

    Menimbang berat pipa kapiler kosong

    Menimbang berat pipa yang diisi dengan aquades, sehingga bisa diperoleh

    berat aquades

    Mengukur panjang pipa

    Mengukur suhu aquades

    Mencari densitas aquades berdasarkan suhu yang telah diukur

    Menghitung volume pipa

    Setelah menghitung volume pipa, dilanjutkan dengan mengukur

    tinggi masing-masing pipa kapiler

  • 12

    b. Standardisasi larutan NaOH

    Mengambil asam standard 10 ml larutan

    Memasukkan asam standard ke dalam erlenmeyer dan menambahkannya

    dengan indikator PP

    Menitrasi larutan standard dengan larutan NaOH

    Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk titrasi

    Melakukan percobaan sebanyak tiga kali

    c. Standardisasi asam oksalat

    Memasukkan sebanyak 10 ml larutan asam oksalat (X1) ke dalam

    erlenmeyer dan menambahkannya dengan indikator PP

    Menitrasi asam oksalat (X1) dengan larutan NaOH

    Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk titrasi

    Melakukan percobaan yang sama untuk larutan asam oksalat (X2)

  • 13

    d. Percobaan difusi

    Mengisi pipa kapiler dengan asam oksalat (X1) dan mengusahakan tidak ada

    gelembung udara

    Menyusun pipa kapiler dalam bak air dari posisi tertinggi ke yang terendah

    Mengalirkan air dan mengatur agar alirannya laminer

    Mencatat sebagai t = 0 pada saat air mencapai puncak pipa kapiler yang

    tertinggi

    Mengambil pipa kapiler setiap selang waktu 5 menit secara berurutan dari

    yang tertinggi ke yang terendah

    Mengambil asam oksalat (X1) dalam pipa kapiler dengan jarum suntik dan

    memasukkannya ke dalam gelas ukur terlebih dahulu

    Menambahkan aquades hingga volumenya mencapai 10 ml

    Memasukkan asam oksalat (X1) yang telah dicampur dengan aquades, ke

    dalam erlenmeyer

    Menambahkan indikator PP, lalu menitrasinya dengan NaOH

    Mengulangi percobaan untuk asam oksalat (X2)

  • 14

    2.6 Analisis Perhitungan

    1. Volume pipa mV

    Dimana : V = Volume pipa (ml)

    m = Berat aquadest (gr)

    = Densitas aquadest (gr/ml)

    2. Menentukan Normalitas NaOH

    V1 x N1 = V2 x N2

    Dimana : V1 = Volume asam standart (ml)

    N1 = Normalitas asam standart (N)

    V2 = Volume NaOH (ml)

    N2 = Normalitas NaOH (N)

    3. Menentukan Normalitas asam oksalat sebelum dan setelah difusi

    V1 x N1 = V2 x N2

    Dimana : V1 = Volume asam standart (ml)

    N1 = Normalitas asam standart (N)

    V2 = Volume NaOH (ml)

    N2 = Normalitas NaOH (N)

    4. Menentukan prosentase asam oksalat

    Untuk menentukan prosentase asam oksalat sisa (sebelum dan setelah

    difusi) dapat dilihat dari perbedaan normalitas asam oksalat sebelum dan

    setelah difusi.

    E = 00100NoN

    Dimana : E = % sisa asam oksalat

    N = Normalitas asam oksalat setelah difusi

    No= Normalitas asam oksalat sebelum difusi

  • 15

    5. Menentukan Difusivitas

    Dapat ditentukan dari rumus:

    2

    ..200100

    LtDE AB

    Yang dijabarkan menjadi:

    )200(2)100(2 2 ABDLogLtLogELog

    Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan metode Least Square:

    y = a + bx

    dimana : y = 2 log (100-E)

    x = log ( 2Lt )

    b = intercept = 2 log ( ABD200 )

    dengan : E = Perbandingan asam oksalat yang tertinggal

    t = waktu

    L = panjang pipa kapiler

    DAB = koefisien difusivitas

    6. Menentukan persen kesalahan

    0000 100

    Ydata

    YhitungYdataKesalahan

  • 16

    BAB III

    HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    3.1 Hasil Percobaan

    3.1.1 Menentukan Volume Pipa Kapiler

    - Suhu aquadest : 28 0C

    - Densitas aquadest : 0.996233 g/ml

    Tabel 1. Volume pipa kapiler

    No

    Panjang

    pipa

    Berat pipa

    kosong

    Berat

    pipa isi

    Berat

    Aquades

    Volume

    pipa

    ( cm ) ( gr ) ( gr ) ( gr ) ( ml )

    1 10.3 8.1896 10.8571 2.6675 2.67759

    2 10.1 8.0261 10.5120 2.4859 2.49530

    3 10 4.7885 7.5325 2.7440 2.75438

    4 9.9 8.5284 11.2212 2.6928 2.70298

    5 8.7 6.9482 9.1591 2.2109 2.21926

    3.1.2 Standarisasi Larutan NaOH - Normalitas asam standard = 0.1 N

    Tabel 2. Volume asam standart dan Normalitas NaOH

    No

    Volume

    NaOH Volume Asam Normalitas

    ( ml ) Standard ( ml ) NaOH ( ml )

    1 33.5 10 0.029851

    2 32.8 10 0.030488

    Volume NaOH rata-rata = 33.15 ml

    Normalitas NaOH rata-rata = 0.0301695 N

  • 17

    3.1.3 Standarisasi Asam Oksalat Normalitas NaOH = 0.0301695 N

    Selang Waktu = 5 menit

    Volume asam oksalat = volume pipa kapiler

    Maka dengan asam oksalat normalitas X1 diperoleh:

    Tabel 3.1. Volume NaOH sebelum dan setelah difusi Asam Oksalat

    (X1 )

    No waktu Volume NaOH ( ml ) Volume Asam

    Normalitas Asam

    Oksalat

    (menit)

    Sebelum

    Difusi

    Sesudah

    Difusi Oksalat ( ml )

    Sebelum

    Difusi

    Sesudah

    Difusi

    1 5 10.1 2.8 10 0.030471 0.008447

    2 10 9.6 1.6 10 0.028963 0.004827

    3 15 10.5 2.7 10 0.031678 0.008146

    4 20 10.2 1.6 10 0.030773 0.004827

    5 25 10.1 1.9 10 0.030471 0.005732

    Tabel 3.2.Volume NaOH Sebelum dan setelah Difusi Asam Oksalat

    ( X2 )

    No waktu Volume NaOH ( ml ) Volume Asam

    Normalitas Asam

    Oksalat

    (menit)

    Sebelum

    Difusi

    Sesudah

    Difusi Oksalat ( ml )

    Sebelum

    Difusi

    Sesudah

    Difusi

    1 5 10.3 2.3 10 0.032646 0.006939

    2 10 10.2 2.2 10 0.032329 0.006637

    3 15 9.4 2.9 10 0.029793 0.008749

    4 20 9.6 2.6 10 0.030427 0.007844

    5 25 9.7 2.1 10 0.030744 0.006336

  • 18

    3.2 Pembahasan

    1. Harga normalitas dan harga koefisien difusifitas asam oksalat X1 Harga normalitas asam oksalat X1 sebelum dan setelah difusi dan harga

    koefisien difusifitas asan oksalat X1 dapat diperoleh berdasarkan table 3.1

    Maka diperoleh:

    Tabel 4.1 Hubungan Normalitas asam oksalat X1 sebelum dan setelah difusi

    dengan % sisa asam oksalat

    No waktu

    Normalitas Asam

    Oksalat

    Prosentase sisa asam

    oksalat (E%)

    (menit)

    Sebelum

    Difusi

    Setelah

    Difusi

    1 5 0.030471 0.008447 27.72

    2 10 0.028963 0.004827 16.67

    3 15 0.031678 0.008146 25.72

    4 20 0.030773 0.004827 15.69

    5 25 0.030471 0.005732 18.81

    Dan dapat dibuat grafik seperti gambar 3.

    Gambar 3. Grafik hubungan antara Log (t/L2) dengan 2 Log (100-E) Asam

    Oksalat X1

  • 19

    Hubungan antara Log (t/L2) dengan 2 Log (100-E) pada gambar menghasilkan

    persamaan dengan metode least square Y = 0.110352x + 3.89 . Dari persamaan

    yang diperoleh dapat diketahui persen kesalahan sebesar 1.06 %, dan DAB sebesar

    0.0618 cm2/det.

    2. Harga normalitas dan harga koefisien difusivitas asam oksalat X2

    Harga normalitas asam oksalat X2 sebelum dan setelah difusi dan harga

    koefisien difusivitas asam oksalat X2 dapat diperoleh berdasarkan data Tabel

    3.2. Maka diperoleh:

    Tabel 4.2 Hubungan Normalitas asam oksalat X2 sebelum dan setelah

    difusi dengan % sisa asam oksalat

    No waktu

    Normalitas Asam

    Oksalat

    Prosentase sisa

    asam oksalat (E%)

    (menit)

    Sebelum

    Difusi

    Setelah

    Difusi

    1 5 0.032646 0.006939 21.26

    2 10 0.032329 0.006637 20.53

    3 15 0.029793 0.008749 29.37

    4 20 0.030427 0.007844 25.78

    5 25 0.030744 0.006336 20.61

    Dan dapat dibuat grafik seperti gambar 4.

  • 20

    Gambar 4. Grafik hubungan antara Log (t/L2) dengan 2 Log (100-E) asam

    Oksalat X2

    Hubungan antara Log (t/L2) dengan 2 Log (100-E) pada gambar menghasilkan

    persamaan dengan metode least square Y = 0.0282853x + 3.7417 . Dari

    persamaan yang diperoleh dapat diketahui persen kesalahan sebesar 5.86 %, dan

    DAB sebesar 0.043925 cm2/det.

    Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien difusivitas

    cairan ( DAB ). Dimensi difusivitas cairan adalah panjang berpangkat dua dibagi

    dengan waktu. Koefisien difusivitas tergantung pada temperatur, tekanan dan

    komposisi sistem. Pada percobaan yang telah dilakukan yang berbeda adalah

    konsentrasi sistemnya, sedangkan temperatur dan tekanan tetap. Dari percobaan

    didapat hubungan antara asam oksalat yang terdifusi dengan waktu difusi,

    sehingga dengan persamaan :

    )200(2)100(2 2 ABDLogLtLogELog

    Didapat grafik berupa garis lurus yaitu grafik hubungan

    antara 2)100(2 LtVsLogELog dengan intercept = 2 log ( ABD200 ).

    Perhitungan konstantanya dengan menggunakan metode Least Square.

  • 21

    Dari percobaan yang telah dilakukan serta dari perhitungan interceptnya maka

    harga koefisien difusivitas dapat dicari. Dari percobaan dapat diketahui bahwa

    konsentrasi yang besar, maka akan diperoleh harga difusivitas yang besar pula.

    Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Pada konsentrasi yang lebih besar, maka fluks molar yang melintasi satu

    satuan luas permukaan dalam satu satuan waktu semakin besar, maka semakin

    besar pula kemampuan molekul itu untuk menyebar atau mendifusi.

    Penggunaan aquades hingga volume larutan asam oksalat yang akan dititrasi

    sebanyak 10 ml dimaksudkan untuk mempermudah proses titrasi, karena

    sedikitnya asam oksalat yang dapat diambil dari pipa kapiler yang disebabkan

    oleh kecilnya volume pipa kapiler.

    Dari percobaan diketahui pada konsentrasi yang lebih besar diperoleh harga

    difusivitas yang besar pula.

  • 22

    BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Larutan asam oksalat X1 diperoleh N rata-rata sebelum difusi = 0.030471 N

    dan sesudah difusi = 0.006395934 N. Harga koefisien difusivitas sebesar

    0.0618 cm2/det dengan metode Least Square : Y= 0.110352x + 3.89 dengan

    persen kesalahan rata rata sebesar 1.06 %.

    2. Larutan asam oksalat X2 diperoleh N rata-rata sebelum difusi = 0.031188 N

    dan sesudah difusi = 0.007301019 N. Harga koefisien difusivitas sebesar

    0.0145 Cm2/det dengan metode Least Square : Y = 0.0282853x + 3.7417

    dengan persen kesalahan rata rata sebesar 5.86 %.

    3. Persamaan yang didapat merupakan fungsi linier dari 2 Log (100 E) vs Log

    (t/L2) yang menunjukkan semakin lama waktu operasi difusi maka akan

    semakin banyak asam oksalat yang terdifusi ke dalam air.

    4. Pada percobaan kami semakin kecil normalitas suatu larutan atau senyawa

    maka koefisien difusivitasnya semakin kecil.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    Hardjono. 1989. Diktat Kuliah Operasi Teknik Kimia II . Hal 1 4. Fakultas

    Teknik Jurusan Teknik Kimia. UGM Yogyakarta.

    Brown, G.G., 1950, Unit Operation, John Willey and Sons, Inc. New York

  • 24

    LAMPIRAN

    1. Menentukan volume pipa kapiler Suhu aquadest : 28 oC

    Densitas aquadest : 0.996233 g/ml

    Berat aquadest = Berat pipa isi berat pipa kosong

    = (10.8571-8.1896) gram

    = 2.6675 gr

    Volume pipa kapiler = uadestDensitasAq

    estBeratAquad

    Volume pipa kapiler = 0.996233

    2.6675 = 2.67759 ml

    Dengan cara yang sama diperoleh Tabel 1

    NO Panjang pipa (cm) Berat pipa

    kosong

    (gr)

    Berat pipa

    isi (gr)

    Berat

    Aquadest

    (gr)

    Volume

    pipa (ml)

    1 10.3 8.1896 10.8571 2.6675 2.67759

    2 10.1 8.0261 10.5120 2.4859 2.49530

    3 10 4.7885 7.5325 2.7440 2.75438

    4 9.9 8.5284 11.2212 2.6928 2.70298

    5 8.7 6.9482 9.1591 2.2109 2.21926

    2. Menentukan Normalitas NaOH Normalitas asam standart = 0.1 N

    Volume asa satandart = 10 ml

    V1 x N1 = V2 x N2

    N2 = VNV2

    11

  • 25

    Dimana :

    V1 = Volume asam standart (ml)

    N1 = Normalitas asam standart (N)

    V2 = Volume NaOH (ml)

    N2 = Normalitas NaOH (N)

    Pada sampel 1, jika volume NaOH = 33.5 ml

    N2 = 5.33

    1.010 x = 0.029851 N

    Dengan cara yang sama diperoleh Tabel 2

    NO V1 asam standart (ml) Normalitas

    asam

    standart (N)

    V2 NaOH

    (ml)

    Normalitas

    NaOH (N)

    1 10 0.1 33.5 0.029851

    2 10 0.1 32.8 0.030488

    Normalitas NaOH rata-rata = 0.0301695 N

    3. Menentukan Normalitas asam oksalat sebelum difusi ( N2 )

    Normalitas NaOH rata-rata = 0.0301695 N

    Volume NaOH rata-rata = 33.15 ml

    V1 x N1 = V2 x N2 Dimana :

    V1 = Volume NaOH sebelum difusi

    N1 = Normalitas NaOH

    V2 = Volume asam oksalat

    N2 = Normalitas asam oksalat

    Jika pada sampel 1 ,volume NaOH (V1 ) = 10.1 ml

    Volume asam oksalat (V2 ) = 10 ml

  • 26

    Maka Normalitas asam oksalat pada sampel 1 adalah

    V1 x N1 = V2 x N2 10.1 x 0.0301695 = 10 x N2

    N2 = 0.030471 N

    Analog dengan cara perhitungan diatas, diperoleh Tabel 3.1 dan Tabel 3.2

    NO Volume NaOH (ml) Volume asam oksalat X1 (ml)

    Normalitas asam

    oksalat X1 (N)

    1 10.1 10 0.030471

    2 9.6 10 0.028963

    3 10.5 10 0.031678

    4 10.2 10 0.030773

    5 10.1 10 0.030471

    NO Volume NaOH (ml) Volume asam oksalat X2 (ml)

    Normalitas asam

    oksalat X2 (N)

    1 10.3 10 0.032646

    2 10.2 10 0.032329

    3 9.4 10 0.029793

    4 9.6 10 0.030427

    5 9.7 10 0.030744

    4.Menentukan Normalitas asam oksalat sesudah difusi ( N2 )

    Asam oksalat X1 NO Ukuran pipa Volume asam oksalat X1

    (ml)

    Volume NaOH setelah

    difusi (ml)

    1 10.3 10 2.8

    2 10.1 10 1.6

    3 10 10 2.7

    4 9.9 10 1.6

    5 8.7 10 1.9

  • 27

    Perhitungan normalitas asam oksalat X1 sesudah difusi pada sampel 1

    Normalitas NaOH rata-rata = 0.0301695 N

    Volume asam oksalat = 10 ml

    Volume NaOH setelah difusi pada sampel 1 = 2.8 ml

    Dengan rumus :

    V1 x N1 = V2 x N2 Dimana :

    V1 = Volume NaOH sesudah difusi

    N1 = Normalitas NaOH rata-rata

    V2 = Volume asam oksalat

    N2 = Normalitas asam oksalat

    Maka Normalitas asam oksalat pada sampel 1 adalah

    V1 x N1 = V2 x N2 2.8 x 0.0301695 = 10 x N2

    N2 = 0.008447 N

    Analog dengan cara perhitungan diatas, diperoleh Tabel 3.1 dan Tabel 3.2

    NO Ukuran

    pipa

    Volume asam

    oksalat X1 (ml)

    Volume NaOH

    setelah difusi (ml)

    Normalitas asam

    oksalat (N)

    1 10.3 10 2.8 0.008447

    2 10.1 10 1.6 0.004827

    3 10 10 2.7 0.008146

    4 9.9 10 1.6 0.004827

    5 8.7 10 1.9 0.005732

  • 28

    Asam oksalat X2

    NO Ukuran pipa Volume asam oksalat X1 (ml)

    Volume NaOH setelah

    difusi (ml)

    1 10.3 10 2.3

    2 10.1 10 2.2

    3 10 10 2.9

    4 9.9 10 2.6

    5 8.7 10 2.1

    Perhitungan normalitas asam oksalat X2 sesudah difusi pada sampel 1

    Normalitas NaOH rata-rata = 0.0301695 N

    Volume asam oksalat = 10 ml

    Volume NaOH setelah difusi pada sampel 1 = 2.3 ml

    Dengan rumus :

    V1 x N1 = V2 x N2 Dimana :

    V1 = Volume NaOH sesudah difusi

    N1 = Normalitas NaOH rata-rata

    V2 = Volume asam oksalat

    N2 = Normalitas asam oksalat

    Maka Normalitas asam oksalat pada sampel 1 adalah

    V1 x N1 = V2 x N2 2.3 x 0.0301695 = 10 x N2

    N2 = 0.006939 N

  • 29

    Analog dengan cara perhitungan diatas, diperoleh Tabel 3.1 dan Tabel 3.2

    NO Ukuran

    pipa

    Volume asam

    oksalat X1 (ml)

    Volume NaOH

    setelah difusi (ml)

    Normalitas asam

    oksalat (N)

    1 10.3 10 2.3 0.006939

    2 10.1 10 2.2 0.006637

    3 10 10 2.9 0.008749

    4 9.9 10 2.6 0.007844

    5 8.7 10 2.1 0.006336

    5. Menentukan persentase asam oksalat sisa (E)

    E = NN

    x 100%

    Dimana : E = % Sisa asam oksalat

    N = Normalitas asam oksalat setelah difusi

    No = Normalitas asam oksalat sebelum difusi

    Untuk Asam Oksalat X1

    Jika N = 0.008447 N

    No = 0.030471 N

    E = N 0.030471N 0.008447 x 100% = 21.26 %

    Dengan cara yang sama diperoleh Tabel 4.1 dan 4.2

    NO Ukuran pipa Normalitas oksalat

    (N)

    Normalitas oksalat

    (N0 )

    Persentase asam

    oksalat (E)

    1 10.3 0.008447 0.030471 27.72 %

    2 10.1 0.004827 0.028963 16.67 %

    3 10 0.008146 0.031678 25.72 %

    4 9.9 0.004827 0.030773 15.69 %

    5 8.7 0.005732 0.030471 18.81 %

  • 30

    Untuk Asam Oksalat X2

    Jika N = 0.006939 N

    No = 0.032646 N

    E = N 0.032646N 0.006939 x 100% = %

    Dengan cara yang sama diperoleh Tabel 4.1 dan 4.2

    NO Ukuran pipa Normalitas oksalat

    (N)

    Normalitas oksalat

    (N0 )

    Persentase asam

    oksalat (E)

    1 10.3 0.006939 0.032646 21.26 %

    2 10.1 0.006637 0.032329 20.53 %

    3 10 0.008749 0.029793 29.37 %

    4 9.9 0.007844 0.030427 25.78 %

    5 8.7 0.006336 0.030744 20.61 %

    6. Menentukan koefisien difusifitas ( DAB ) Untuk menghitung DAB asam oksalat normalitas X1 diperoleh data seperti :

    Tabel 5.1 Harga Log 2Lt Vs 2Log(100-E) asam oksalat X1

    No. E % t(menit) L (cm) 2Log(100-E) log 2Lt

    1 27.72 5 10.3 3.718 -1.3267

    2 16.67 10 10.1 3.842 -1.0086

    3 25.72 15 10 3.742 -0.8239

    4 15.69 20 9.9 3.852 -0.6902

    5 18.81 25 8.7 3.819 -0.4811

  • 31

    Tabel 5.2 Harga Log 2Lt Vs 2Log(100-E) asam oksalat X2

    No. E % t(menit) L (cm) 2Log(100-E) log 2Lt

    1 21.26 5 10.3 3.792 -1.3267

    2 20.53 10 10.1 3.800 -1.0086

    3 29.37 15 10 3.698 -0.8239

    4 25.78 20 9.9 3.741 -0.6902

    5 20.61 25 8.7 3.800 -0.4811

    Dari data Tabel 5.1 dan 5.2 dan rumus dibawah ini :

    E = 100 200 L.tDAB

    2.

    100 E = 200 L.tDAB

    2.

    log ( 100 E ) = log ( 200 D .AB. ) + 21 log

    Lt2

    2 log ( 100 E ) = 2 log ( 200 D .AB. ) + log Lt2

    Y = a + b X

    Y = 2 log ( 100 E )

    X = log Lt2

    a = 2 log ( 200 D .AB. )

    Untuk X1 :

    a = 3.89

    2 log ( 200 ) =

    3.89 D .AB.

  • 32

    log ( 200 ) =

    1.945

    ( ) =

    0.44052

    DAB = 0.194058

    DAB = 0.0618 cm2/det

    Untuk X2 :

    DAB = 0.043925 cm2/det

    7. Mencari persamaan garis dengan Metode Least Square:

    2

    ..200100L

    tDE AB

    )200(2)100(2 2 ABDLogLtLogELog

    Y = a + b X

    Dimana : Y = 2 log (100-E)

    X = log ( 2Lt )

    a = intercept = 2 log ( ABD200 )

    D .AB.

    D .AB.

  • 33

    Tabel 6.1 Hubungan Log )100(22 ELogVsLt

    asam oksalat X1

    No. E (%)

    t

    ( menit) L (cm) X Y X2 XY

    1 27.72 5 10.3 -1.3267 3.718 1.7601 -4.9327

    2 16.67 10 10.1 -1.0086 3.842 1.0174 -3.8748

    3 25.72 15 10 -0.8239 3.742 0.6788 -3.0829

    4 15.69 20 9.9 -0.6902 3.852 0.4764 -2.6586

    5 18.81 25 8.7 -0.4811 3.819 0.2315 -1.8373

    -4.3306 18.972 4.1642 -16.3864

    Dengan metode Least Square diperoleh :

    22 xxnyxxynb

    24.3306-4.16425

    18.9724.3306-16.3864-5

    b

    = 2.8534

    nxbya

    5

    4.3306-8534.218.972a

    = 5.1464

    Sehingga diperoleh persamaan garis :

    Y = a + b X

    Y = 5.1464 + 2.8534 X

    Dari persamaan diatas dapat dibuat grafik seperti pada gambar 3.

  • 34

    Tabel 6.2Hubungan Log )100(22 ELogVsLt

    asam oksalat X2

    No. E (%)

    t

    (menit) L (cm) X Y X2 XY

    1 21.26 5 10.3 -1.3267 3.792 1.7601 -5.0314

    2 20.53 10 10.1 -1.0086 3.800 1.0174 -3.8333

    3 29.37 15 10 -0.8239 3.698 0.6788 -3.0468

    4 25.78 20 9.9 -0.6902 3.741 0.4764 -2.5822

    5 20.61 25 8.7 -0.4811 3.800 0.2315 -1.8279

    -4.3306 18.831 4.1642 -16.3216

    Dengan Metode Least Square diperoleh :

    a = 3.2502

    b = 0.9964

    Sehingga diperoleh persamaan garis :

    Y = 3.2502 + 0.9964x

    Dari persamaan diatas dapat dibuat grafik seperti pada gambar 2

  • 35

    8. Mencari Persen Kesalahan Dari persamaan Y = 5.1464 + 2.8534 X

    Dapat diperoleh persen kesalahan

    0000 100

    Ydata

    YhitungYdataKesalahan

    Tabel 7.1 % Kesalahan pada persamaan asam oksalat X1

    % kesalahan rata-rata = 6.2784 %

    No X Y Yhit % Kesalahan

    1 -1.3267 3.718 3.3732 9.27

    2 -1.0086 3.842 3.6913 3.91

    3 -0.8239 3.742 3.8760 3.59

    4 -0.6902 3.852 4.0097 4.10

    5 -0.4811 3.819 4.2188 10.47

    -4.3306 18.972 Rata-rata 6.27

  • 36

    Dari persamaan Y = 3.2502 + 0.9964x

    Dapat diperoleh persen kesalahan

    0000 100

    Ydata

    YhitungYdataKesalahan

    Tabel 7.2 % Kesalahan pada persamaan asam oksalat X2

    No X Y Yhit % Kesalahan

    1 -1.3267 3.792 3.3512 11.63

    2 -1.0086 3.800 3.6692 3.45

    3 -0.8239 3.698 3.8540 4.22

    4 -0.6902 3.741 3.9876 6.59

    5 -0.4811 3.800 4.1968 10.46

    -4.3306 18.831 Rata-rata 7.27

    % kesalahan rata-rata = 7.27 %

  • 37

    HASIL DISKUSI

    1. Jelaskan tentang aliran laminar dan turbulen?

    Aliran laminar merupakan aliran fluida yang tidak terjadi olakan dan

    sifatnya mendekati linera dan biasanya akibat tidak terjadinya

    perubahan penampang yang tiba-tiba.

    Aliran turbulen merupakan aliran fluida yang terjadi olakan atau

    gumpalan ataupun gelombang saat mengalir. Penyebab terjadinya

    turbulence sangat banyak. Namun yang pasti ketika fluida mengalir

    dari suatu penampang 1 ke penampang yang lebih kecil maka besar

    kemungkinan akan terjadi turbulence.

    2. Mengapa pada gambar grafik yang didapat berbentuk seperti itu dan apa

    itu R?

    Karena skala yang digunakan pada gambar kecil maka grafik yang

    didapat terlihat zig-zag, dan mungkin bila skala diperkecil skala

    gambar mungkin grafik dapat terlihat menjadi semakin naik.

    Kemudian R didalam grafik berarti persen kesalahan grafik terhadap

    garis linear. Karena R semakin mendekati 1 maka percobaan

    dinyatakan mendekati benar.

    3. Kenapa pipa tingginya berbeda-beda dan kenapa saat menjalankan waktu

    saat pipa tertinggi tercelup air?

    Karena tinggi pipa tersebut menyatakan perbedaan terjadinya difusi

    pada tiap tinggi dimana saat percobaan dimulai.

    Pipa tertinggi berposisi pada t=0,karena akan menjadi awal difusi

    antara cairan bak dengan larutan yang berada didalam pipa.