difteri

7
DIFTERI 1. Definisi Difteri merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Infeksi biasanya terdapat pada laring,faring, hidung, kadang pada kulit, konjungtiva, genitalia dan telinga. 2. Etiologi Penyebab difteri adalah Corynebacterium diphteriae ( basil Klebs-Loeffler ) yang merupakan basil gram positif tidak teratur, tidak bergerak, tidak membentuk spora dan berbentuk batang pleomorfis. 3. Patofisiologi Infeksi dimulai dengan masuknya kuman ke dalam hidung/mulut, dan menetap pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas. Kadang-kadang melalui kulit atau membrane mukosa mata atau genital Sesudah 2-4 hari dikeluarkantoksin. Respon peradangan local dan nekrosis jaringan menimbulkan patcy exudates Dengan bertambahnya pembentukan toksin, daerah infeksi meluas dan mendalam, membentuk pseudomembran

Upload: agandafajrum

Post on 24-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

Page 1: DIFTERI

DIFTERI

1. Definisi

Difteri merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium

diphteriae. Infeksi biasanya terdapat pada laring,faring, hidung, kadang pada kulit,

konjungtiva, genitalia dan telinga.

2. Etiologi

Penyebab difteri adalah Corynebacterium diphteriae ( basil Klebs-Loeffler ) yang

merupakan basil gram positif tidak teratur, tidak bergerak, tidak membentuk spora dan

berbentuk batang pleomorfis.

3. Patofisiologi

Infeksi dimulai dengan masuknya kuman ke dalam hidung/mulut, dan menetap

pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas.

Kadang-kadang melalui kulit atau membrane mukosa mata atau genital

Sesudah 2-4 hari dikeluarkantoksin. Respon peradangan local dan nekrosis

jaringan menimbulkan patcy exudates

Dengan bertambahnya pembentukan toksin, daerah infeksi meluas dan

mendalam, membentuk pseudomembran

Edema jaringan lunak meluas ke dalam membrane memberikan gambaran bull

neck

Toksin yang dihasilkan, menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh

4. Kriteria Diagnosis

Anamnesis

Kontak dengan penderita difteri

Suara serak

Stridor dan tanda lain obstruksi jalan nafas

Page 2: DIFTERI

Demam tidak begitu tinggi

Pemeriksaan Fisik

Tonsilitis, faringitis, rhinitis

Limfadenitis servical + edema jaringan lunak leher (bullneck)

Ditemukannya membrane pada tempat infeksi yang bewarna putih, ke abu-abuan,

mudah berdarah jika bila diangkat.

Laboratorium

Hitung leukosit darah tepi dapat meningkat

Kadang-kadang timbul anemia

Diagnosis pasti : kuman difteri pada sediaan langsung (+)

Diagnosa banding

Common cold

Sinusitis

Adenoid

Faringitis karena Streptococcus

Tonsilitis membranosa nin bacterial

5. Penyulit

- Obstruksi pernafasan dan kematian mendadak

- Infeksi bakteri sekunder karena S. pyogenes

- Miokarditis

- Penyulit neurologic

o Paralisis otot palatum lunak dan faring -> regurgitasi nasal

o Paralisis otot mata -> penglihatan kabur, kesulitan dalam akomodasi,

strabismus internal

o Neuritis saraf frenikus -> paralisis diafragma

- Hipotensi dan gagal jantung

Page 3: DIFTERI

- Gastritis

- Nefritis

6. Terapi

- Sesegera mungkin menetralisasi toksin bebas

- Sesegera mungkin membunuh kuman ( eradikasi kuman)

Untuk menetralisasi toksin bebas :

- ADS ( Anti Difteria Serum)

Dosis : Difteria hidung/faring ringan 40.000 U

Difteria faring 60.000-80.000 U

Difteria faring berat/laring /dengan bull neck 100.000-120.000 U

Cara pemberian :

Dosis tunggal dilarutkan dalam 100-200 ml dekstrosa i.v dalam waktu 1-2 jam,

sebelumnya dilakukan uji kepekaan.

Uji kepekaan dengan memberikan 1 tetes antitoksin pengenceran dengan 1 : 10

pada konjuntiva atau 0,02 mL penyuntikan intra dermal pengenceran 1:100.

Bila ada riwayat alergi penegnceran 1:1000, uji kepekaan (+) bila ditemukan

indurasi >

3 mm pada tempat suntikan sesudah 20 menit atau timbul konjungtivitis / mata

berair

Bila uji kepekaan (+) -> ADS secara desentisisasi, masing-masing dengan interval

20 menit.

0,05 mL larutan 1: 20 s.k

0,10 mL larutan 1: 20 s.k

0,10 mL larutan 1: 10 s.k

0,10 mL tanpa pengenceran s.k

0,30 mL tanpa pengenceran i.m

0,50 mL tanpa pengenceran i.m

0,10 mL tanpa pengenceran i.v

Page 4: DIFTERI

Bila tidak ada reaksi alergi, sisa diberikan i.v

- Eradikasi Kuman

1. Penisilin prokain 25.000-50.000 U/kgBB/hari i.m; tiap 12 jam selama 14 hari atau

bila hasil biakan 3 hari berturut-turut (-)

2. Eritromisin 40-50 mg/kgbb/hr, dibagi dalam 4 dosis maks, 2 g.hr p, o atau i.v, tiap 6

jam selama 14 hari.

3. Amoksisilin

4. Rifamfisin

5. Klindamisin

- Isolasi

- Suportif

a) Tirah rebah 2-3 mggu atau lebih lama bila terjadi miokarditis

b) O2 bila sesak

c) Diet makanan lunak yang mudah dicerna dengan kalori tinggi

d) Trakeostomi pada kasus dengan obstruksi saluran nafas berat

e) Prednison 1,0-1,5 mg/kgbb/hr p.o tiap 6-8 jam pada kasus berat selama 14

hari

6. Pencegahan

- Waktu dipulangkan : Imunisasi DPT 0,5 mL i.m untuk anak < 7 th

DPT 0,5 mL i.m untuk anak ≥ 7 th

Page 5: DIFTERI

- Semua anak yang kontak dengan penderita harus dilakukan pemeriksaan sediaan

langsung dari hidung dan tenggorokan

- Bila hasil (-)

o Eritromisin 40-50 mg.kgbb/hr dibagi 4 dosis, maks 2 gr/hr,p.oselama 7 hari

o Imunisasi DPT/DT pada anak yang belum pernah diimunisasi, ulangan pada

anak yang telah mendapat imunisasi.

- Bila hasil (+)

Pada anak tanpa gejala ( karier)

o Eritromisin 40-50 mg/kgbb/hr (maks 2 gr/hr),p.o tiap 6 jam selama 7 hari

o Imunisasi DPT/DT pada anak yang belum pernah diimunisasi, ulangan pada

anak yang telah mendapat imunisasi.

o Selama pemberian obat, anak harus dirawat ketat

o Bila anak kemudian menunjukkan gejala -> segera atasi

7. Prognosis

- Umumnya tergantung dari usia, virulensi kuman, lokasi dan penyebaran membrane,

status imunisasi, kecepatan pengobatan, ketepatan diagnosis dan perawatan umum

- Mortalitas 5% ( terutama disebabkan oleh miokarditis)