diet tinggi baru

Upload: chyhuga-gennosuke-chyde

Post on 09-Mar-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tinjauan tentang diet

TRANSCRIPT

BAB I

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang, ditandai dengan kadar glukosa yang melebihi nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Penyakit ini bersifat menahun alias kronis, dan penderitanya dari semua lapisan umur serta tidak membedakan orang kaya atau miskin. Secara klinis diabetes mellitus dibedakan menjadi Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI) dan Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) (Suryohudoyo, 1996).Penyakit diabetes mellitus memerlukan pengobatan jangka panjang dan biaya yang mahal, sehingga perlu mencari obat anti diabetes yang relatif murah dan terjangkau masyarakat. Sebagai salah satu alternatif adalah penggunaan obat tradisional yang mempunyai efek hipoglikemia. Pada tahun 1980 WHO merekomendasikan agar dilakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki efek menurunkan kadar gula darah karena pemakaian obat modern kurang aman (Kumar. et al, 2005).Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang dinyatakan dengan adanya hiperglikemia kronik dan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang berkaitan dengan perkembangan terjadinya kelainan, disfungsi dan kerusakan beberapa organ khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (ADA, 2003). Salah satu jenis penyakit diabetes mellitus yang banyak terjadi adalah Diabetes Mellitus tipe II.Diabetes mellitus tipe II (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel , gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.

Diabetes melitus (DM) tipe II merupakan penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi sangat potensial untuk dapat dicegah dan dikendalikan melalui pengelolaan Diabetes Mellitus tipe II. Pilar utama pengelolaan Diabetes Mellitus tipe II adalah perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik dan penyuluhan. Disamping itu dalam upaya pengendalian primer, pilihan akan jenis bahan makanan dengan kandungan zat gizi tertentu merupakan upaya pengendalian yang diberikan secara seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa darah yang tinggi setelah makan.Dari 15 RS kabupaten/kota se Sulawesi Tenggara tahun 2006 menunjukkan bahwa Diabetes Mellitus yang tidak tergantung insulin sebanyak 207 penderita dan 7 kematian (CFR=5,19%), Diabetes Mellitus bergantung insulin sebanyak 72 penderita dan 5 kematian (CFR=3,70%), Diabetes Mellitus dengan komplikasi penyakit lainnya sebanyak 160 penderita dan kematian 3 penderita (CFR=2,22%) (Dinkes Sultra, 2007).

Berdasarkan data medical record di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, pada tahun 2010, 2011 dan 2012 jumlah penderita Diabetes Mellitus secara umum untuk pasien rawat jalan masing-masing, 125 orang, 139 orang dan 187 orang. Sedangkan untuk penderita Diabetes Mellitus tipe II pada tahun 2010 sebanyak 103 orang, tahun 2011 sebanyak 112 orang dan tahun 2012 sebanyak 127 orang. Pada periode Januari-Maret 2013 terdapat penderita Diabetes Mellitus tipe II sebanyak 29 orang (RSUD Kab. Muna, 2013). Jika dibandingkan jenis diabetes mellitus jenis lainnya, diabetes mellitus tipe 2 memiliki jumlah penderita yang lebih banyak.Pengelolaan penyakit Diabetes Mellitus tipe II bertujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi kronis sehingga penderita dapat hidup sehat. Pilar utama pengelolaan penyakit Diabetes Mellitus tipe II sampai saat ini adalah terapi berdasarkan perencanaan makanan, latihan jasmani, obat hipoglikemik dan penyuluhan. Pengaturan diet merupakan salah satu pendekatan untuk mengurangi resiko penderita diabetes. Memilih makanan yang tidak menaikkan kadar gula darah secara drastis merupakan salah satu upaya untuk menjaga kadar gula darah pada taraf normal. Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan DM tipe II dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat (Karyadi, 2012).

Hingga saat ini, penanganan pasien diabetes mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna mengedepankan intervensi dengan menggunakan obat-obatan, setelah kadar gula darah turun selanjutnya dilakukan pengaturan diet. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaturan diet tidak bertujuan untuk menurunkan kadar gula darah, akan tetapi untuk menjaga kadar gula darah tetap normal.Berdasarkan hasil penelitian Suarni (2009) menunjukkan bahwa jagung mengandung serat pangan (dietary fiber) dengan Indeks Glikemik (IG) relatif rendah dibanding beras dari padi sehingga beras jagung menjadi bahan anjuran bagi penderita diabetes. Kisaran IG beras/padi (50-120) dan beras jagung (50-90), nilai tersebut sangat relatif tergantung varietasnya. Isu di masyarakat bahwa jagung adalah pangan sehat, bahkan bagi yang menderita penyakit gula (diabetes mellitus/DM) dan kelainan jantung, pasien diet dianjurkan secara medis untuk mengonsumsi beras jagung sebagai pangan pokok, atau makanan ringan berbasis jagung. Serat pangan (terutama serat larut) mampu menurunkan kadar kolesterol dalam plasma darah melalui peningkatan ekskresi asam empedu ke feses, sehingga terjadi peningkatan konversi kolesterol dalam darah menjadi asam empedu dalam hati, selain itu serat pangan akan mengikat kolesterol untuk disekresikan ke feses sehingga menurunkan absorpsi kolesterol diusus. Tanaman jagung kaya akan energi, vitamin, bahkan mineral. Dalam 100 gramnya terkandung 50 kalori. Selain itu, mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat, zat besi, magnesium, dan niacin. Kandungan zat-zat tersebut dapat dimanfaatkan untuk membangun sel otot dan tulang, membangun sel otak dan sistem syaraf, mencegah sembelit, mencegah gigi berlubang, menurunkan kolesterol darah serta mengatasi diabetes mellitus (Purwaningsih, 2007).Berdasarkan fenomena tersebut maka dilakukan penelitian yang bersifat eksperimen dengan memberikan diet tinggi serat kepada penderita Diabetes Mellitus tipe II untuk mengetahui pengaruhnya terhadap penurunan kadar gula darah pasien, dengan judul penelitian: Pengaruh diet serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah sementara pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah kadar gula darah sementara pasien sebelum pemberian diet serat jagung pada pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Muna?

2. Bagaimanakah kadar gula darah sementara pasien setelah pemberian diet serat jagung pada pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Muna?

3. Bagaimanakah pengaruh pemberian diet serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah sementara pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2013?C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian diet serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah sementara pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kadar gula darah sementara pasien sebelum pemberian diet serat jagung pada pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Muna.

b. Untuk mengetahui kadar gula darah sementara pasien setelah pemberian diet serat jagung pada pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Muna.

c. Untuk menganalisis pengaruh pemberian diet serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah sementara pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2013

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit, hasil penelitian sebagai sumber informasi bagi pengelola Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan serta pihak lain dalam menentukan arah kebijakan dan pengembangan program serta upaya pemberian penanganan dan perawatan penderita Diabetes Mellitus, khususnya Diabetes Mellitus tipe II.2. Bagi institusi pendidikan, sebagai informasi dan masukan bagi institusi pendidikan khususnya di Kabupaten Muna dan di Indonesia pada umumnya mengenai penyakit Diabetes Mellitus.3. Bagi peneliti dan peneliti selanjutnya, sebagai informasi dan pengetahuan tambahan guna menunjang penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini.4. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, sebagai sumbangan ilmiah dan bahan bacaan bagi masyarakat.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Mellitus1. Pengertian Diabetes MellitusDiabetes mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Ditjen Bina Farmasi & ALKES, 2005).

Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu risiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen, 2007).

Pada beberapa populasi tetapi bukan semuanya, defenisi diabetes oleh distribusi glukosa adalah pendistribusian glukosa ke seluruh jaringan dimana berbeda distribusi glukosa pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes. Selain itu distribusi glukosa juga dapat menjadi parameter untuk penyakit diabetes atau dengan kata lain, nilai defenisi diagnosis untuk diabetes didasarkan pada nilai distribusi glukosa pada tingkat populasi bukan sering atau tidaknya berolahraga.

Besarnya komplikasi mikrovaskuler pada retina dan ginjal spesifik menuju ke diabetes. Selain itu terjadinya komplikasi makrovaskuler dapat menyebabkan kematian pada penderita diabetes. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai glukosa yang tidak normal seharusnya ditemukan sebagai peningkatan cepat dari nilai glukosa, yang mana diapresiasikan dengan peningkatan resiko penyakit CVD (kardiovaskuler) (Mogensen, 2007).

2. Gejala Diabetes MellitusGejala diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh. Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan hingga ada yang bertanya mengapa jadi ribut dengan diabetes? Mereka mengetahui adanya diabetes hanya karena pada saat check-up ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi. Oleh karena itu dalam rangka penyuluhan kepada pasien seperti ini, kita sering mendapat hambatan karena sulit memotivasi. Memang saat ini tidak ada keluhan tetapi mereka harus menyadari bahwa kadar glukosa darah yang selalu tinggi dalam jangka panjang akan menimbulkan apa yang disebut komplikasi jangka panjang akibat keracunan glukosa. Pasien dapat terkena komplikasi pada mata hingga buta atau komplikasi lain seperti kaki busuk (gangren), komplikasi pada ginjal, jantung, dll (Waspadji, dkk, 2002).

Beberapa faktor yang dapat menunjang timbulnya Diabetes mellitus yaitu obesitas dan keturunan, sedangkan gejala yang dapat diamati adalah polidipsia, poliuria, dan polipfagia. Gejala-gejala ini perlu mendapat tanggapan di dalam penyusunan diet penderita Diabetes mellitus (Tjokroprawiro, dkk, 1986).

3. Patofisiologis Diabetes MellitusSeperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk mmbentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji, dkk, 2002).

Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi bahan dasar makanan. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin meme peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (Waspadji, dkk, 2002).

4. Penggolongan Diabetes MellitusOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk Diabetes mellitus yaitu:

a. Diabetes mellitus tipe IDiabetes mellitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Sampai saat ini diabetes tipe I tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe I. Kebanyakan penderita diabetes tipe I memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe I adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Saat ini, diabetes tipe I hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe I, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pompa, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan (Anonim, 2009).

b. Diabetes mellitus tipe IIDiabetes mellitus tipe II (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel , gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia. Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.

Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak. Diabetes Mellitus tipe II dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes Mellitus tipe II biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan lisan antidiabetic drugs (Anonim, 2009). Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM tipe II dapat dibagi menjadi 4 kelompok:

1) Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal 2) Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga Diabetes Kimia (Chemical Diabetes)

3) Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar glukosa plasma puasa < 140mg/dl)

4) Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar glukosa plasma puasa > 140mg/dl) (Ditjen Bina Farmasi dal ALKES, 2005).

c Diabetes mellitus Gestasional

Diabetes Mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk Diabetes Mellitus tipe II. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2005).B. Tinjauan Umum Tentang Glukosa Darah1. Pengertian Glukosa DarahGlukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan proteoglikan (Murray R. K. et al., 2003).

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Joyce Lee Fever, 2007). Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa, dan proses ini juga menghasilkan metabolit-metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan menumpuk, sehingga kadar glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan puasa (Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004).

Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa, secara normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi 170 mg/dl. Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa darah yang adekuat baik dalam keadaan normal maupun sebagai respon terhadap stres. Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah, menandakan terjadinya gangguan homeostatis dan sudah semestinya mendorong tenaga analis kesehatan melakukan pemeriksaan untuk mencari etiologinya (Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004).

2. Kadar Glukosa DarahKadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan (Henrikson J. E. et al., 2009). Ada beberapa tipe pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan gula darah puasa mengukur kadar glukosa darah selepas tidak makan setidaknya 8 jam. Pemeriksaan gula darah postprandial 2 jam mengukur kadar glukosa darah tepat selepas 2 jam makan. Pemeriksaan gula darah ad random mengukur kadar glukosa darah tanpa mengambil kira waktu makan terakhir (Henrikson J. E. et al., 2009).3. MetabolismeMetabolisme merupakan segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup. Proses yang lengkap dan komplit sangat terkoordinatif melibatkan banyak enzim di dalamnya, sehingga terjadi pertukaran bahan dan energi. Adapun metabolisme yang terjadi dalam tubuh yang mempengaruhi kadar gula darah, yaitu :a. Metabolisme karbohidrat

Karbohidrat bertanggung jawab atas sebagian besar intake makanan sehari-hari, dan sebagian besar karbohidrat akan diubah menjadi lemak. Fungsi dari karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan menyediakan energi untuk proses-proses metabolisme lainnya (William F. Ganong, 1995).

Karbohidrat dalam makanan terutama adalah polimer-polimer hexosa, dan yang penting adalah glukosa, laktosa, fruktosa dan galaktosa. Kebanyakan monosakarida dalam tubuh berada dalam bentuk D-isomer. Hasil yang utama dari metabolisme karbohidrat yang terdapat dalam darah adalah glukosa (William F. Ganong, 1995).

Glukosa yang dihasilkan begitu masuk dalam sel akan mengalami fosforilasi membentuk glukosa-6-fosfat, yang dibantu oleh enzim hexokinase, sebagai katalisator. Hati memiliki enzim yang disebut glukokinase, yang lebih spesifik terhadap glukosa, dan seperti halnya hexokinase, akan meningkat kadarnya oleh insulin, dan berkurang pada saat kelaparan dan diabetes. Glukosa-6-fosfat dapat berpolimerisasi membentuk glikogen, sebagai bentuk glukosa yang dapat disimpan, terdapat dalam hampir semua jaringan tubuh, tetapi terutama dalam hati dan otot rangka (William F. Ganong, 1995).b. Metabolisme gula darah

Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya. Kadar gula dalam tubuh dikendalikan oleh suatu hormon yaitu hormon insulin, jika hormon insulin yang tersedia kurang dari kebutuhan, maka gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat.Bila kadar gula darah ini meninggi hingga melebihi ambang ginjal, maka glukosa darah akan keluar bersama urin (glukosuria) (Depkes RI, 1999).4. Absorbsi Gula DarahTubuh setelah mendapat intake makanan yang mengandung gula akan melakukan proses pencernaan, dan absorbsi akan berlangsung terutama di dalam duodenum dan jejunum proksimal, setelah absorbsi akan terjadi peningkatan kadar gula darah untuk sementara waktu dan akhirnya kembali pada kadar semula baseline.

Besarnya kadar gula yang diabsorbsi sekitar 1 gram/kg BB tiap jam. Kecepatan absorbsi gula di dalam usus halus konstan tidak tergantung pada jumlah gula yang ada atau kadar dimana gula berada. Untuk mengetahui kemampuan tubuh dalam memetabolisme karbohidrat dapat ditentukan dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO).

C. Tinjauan Umum Tentang Serat1. Serat MakananSerat merupakan bagian dari dinding sel tumbuhan yang tidak dapat di cerna oleh enzim saluran pencernaan manusia sehingga sulit di absorbsi oleh unsur-unsur halus. Meskipun demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang dapat mencerna serat menjadi komponen serat sehingga dapat diserap tubuh dan dapat digunakan sebagai sumber energi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007). Serat terdiri dari polisakarida non pati ditambah lignin yang juga merupakan bagian dari serat non polisakarida. Para ahli mengelompokkan serat makanan sebagai salah satu jenis polisakarida yang lebih lazim disebut karbohidrat kompleks. Karbohidrat ini terbentuk dari beberapa gugusan gula sederhana yang bergabung menjadi satu, membentuk rantai kimia yang panjang, akibatnya rantai kimia tersebut sangat sukar dicerna manusia. Pengertian serat makanan tidak sama dengan serat kasar, yang dimaksud dengan serat kasar adalah zat sisa asal tanaman yang biasa dimakan yang masih tertinggal setelah berturut-turut di ekstraksi dengan zat pelarut, asam encer, dan alkali. Dengan demikian nilai zat serat kasar selalu lebih rendah dari pada serat makanan, kurang lebih hanya setengah dari seluruh nilai serat makanan (Waspadji, 2002).

Serat makanan tidak dapat diserap oleh dinding usus halus dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Namun, akan dilewatkan kedalam usus besar (kolon) dengan gerakan peristaltik usus. Serat makan yang tersisa dalam kolon tidak membahayakan organ usus, justru kahadirannya berpengaruh positif terhadap proses-proses dalam saluran pencernaan dan metabolisme zat-zat gizi, asalkan jumlahnya tidak berlebihan (Sulistijani, 2001). Serat dalam makanan terdiri atas dua komponen utama, yaitu yang larut (soluble fiber) dan tak larut (insoluble fiber). Serat larut tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia, tetapi larut dalam air. Menurut Hardjono (2008) serat yang larut dalam air banyak terdapat pada biji-bijian dan kacang-kacangan. Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2007) serat yang larut tersebut terlarut dan membentuk gel dalam air, bentukan gel dalam saluran pencernaan menyebabkan kecepatan melambat dalam mendorong komponen makan ke usus. Serat tak larut tidak dapat dicerna dan juga tidak larut dalam air. Namun meski tidak dapat dicerna, serat mempunyai fungsi metabolisme zat gizi yang penting. Karena tidak dicerna, serat masuk ke kolon (usus besar) dalam keadaan utuh. Selain itu, serat mencapai kolon dalam volume besar dan membutuhkan tempat luas, sehingga menimbulkan kenyang. Maka kehadiran serat dalam lambung dan saluran pencernaan akan mengurangi keinginan seseorang makan lebih banyak, sehingga mencegah munculnya kegemukan. Konsumsi serat makanan yang dianjurkan dalam diet sehari-hari adalah 20 - 30 g. Menurut Hardjono (2008), serat dapat menganggu penyerapan kolesterol di usus halus, sehingga gerakan usus meningkat dan sari makanan yang mengandung lemak dan kolesterol cepat terbuang melalui tinja akibat asam empedu yang mengandung kolesterol. Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2007) bahwa serat merangsang peningkatan ekskresi asam empedu ke dalam usus. Dengan demikian absorpsi kolesterol dan lemak lainnya melambat, sehingga terjadi peningkatan produksi asam lemak rantai pendek dengan cara fermentasi. Demikian semakin tinggi konsumsi serat larut, semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh. Sementara pembatasan konsumsi lemak (khususnya lemak jenuh) dan kolesterol merupakan cara diet yang selama ini selalu dianjurkan untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner, upaya ini akan berhasil dengan lebih efektif jika disertai dengan pengaturan konsumsi gizi lainnya, seperti vitamin C, vitamin E, dan serat. Menurut Winarno (2004) dengan meningkatkan konsumsi serat akan nyata turun kadar kolesterol dalam darah, terutama bila dilakukan secara kontinyu. Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2007) serat mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan pencernaan, keuntunganya adalah sebagai berikut:

a. Membuat kenyang karena menyerap air dan mengembang; serat terlarut sewaktu makan juga memperlambat gerak makanan ke pencernaan bagian atas, dengan demikian pemenuhan menjadi lama, b. Menurunkan konsumsi energi dengan cara mencuci konsentrasi lemak dan gula dalam diet yang menyumbangkan sedikit energi; serat dalam diet macam ini dapat mengontrol berat tubuh, c. Membantu mencegah bakteri penyebab terjadinya infeksi pada bagian appendix (appendicitis), d. Membantu mencegah terjadinya konstipasi, hemorrhoid, dan masalah lain di usus yang berkaitan dengan pemeliharaan kelembaban dan mudah terleliminasi,

e. Mempunyai hubungan dengan penurunan kanker kolon,f. Memperbaiki penanganan glukosa dalam tubuh dengan cara memperlambat pencernaan; tingginya serat dalam makanan sewaktu sarapan secara tetap berpengaruh pada pengaturan glukosa darah sesudah makan siang.2. Macam-Macam Serat MakananBerdasarkan sifat fisiknya serat dibedakan menjadi serat larut dalam air dan serat tidak larut dalam air. a. Serat tidak larut dalam air

Serat tidak larut berhubungan dengan penurunan waktu transit makanan dari lambung ke usus sehingga massa feses lebih lunak tetapi padat, serat larut dalam air di bedakan menjadi: 1) selulosa

Selulosa merupakan serat-serat panjang yang terbentuk dari homopolimer - linked-4 glukosa rantai linier. Didalam pencernaan berperan sebagai pengikat air tetapi tidak larut dalam air. Didalam kolon, selulosa akan mempengaruhi massa feses. bersifat resisten terhadap saliva dan enzim prankreatik amilase, dapat digredasi oleh bakteri kolon dan dapat mempengaruhi massa feses.

2) hemiselulosa

Hemiselulosa memiliki rantai molekul lebih pendek dibandingkan selulosa, sifatnya sama dengan selulosa yaitu mampu berikatan dengan air. Jenis ini banyak ditemukan pada bahan makanan serealia, sayur-sayuran, dan buah-buahan.3) lignin

Lignin termasuk senyawa aromatik yang tersusun dari polimer fenil propan. Ikatan dengan jenis serat lain menyebabkan lignin agak sukar difermentasi oleh bakteri kolon sehingga banyak ditemukan di feses. Serealia dan kacang-kacangan merupakan bahan makanan sumber serat lignin.

b. Serat larut dalam air

Serat larut telah dibuktikan berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat dan lemak. Serat larut ini dalam usus besar diragikan menjadi gas dan asam lemak rantai pendek yang dengan cepat dikeluarkan sehingga kurang berpengaruh terhadap massa tinja, 25% pada kacang-kacangan dan 3% pada buah-buahan. Serat larut terdiri dari:1) pektin

Pektin terdapat pada dinding tanaman dan berfungsi sebagai perekat antara dinding sel tanaman, pektin merupakan polimer dari glukosa dan asam galakturonat (turunan dari galaktosa) dengan jumlah asam galaktonat lebih banyak. Sifatnya yang membentuk gel dapat mempengaruhi metabolisme zat gizi, merupakan sakarida kompleks, dapat dimetabolisme sempurna oleh bakteri kolon. Dapat dipakai untuk pengental jelly, selai dan makanan eksternal. Kandungan pektin pada buah, selain memberikan ketebalan kulit juga mempertahankan kadar air buah. Semakin matang buah maka kandungan pektin dan kemampuan membentuk gel semakin berkurang. pektin dapat dijumpai pada beberapa jenis buah dan sayuran, terutama apel, arbei, jeruk, strawbery, dan wortel.

2) musilase

Musilase ditemukan pada lapisan endosperm biji tanaman, strukturnya menyerupai hemiselulosa, tetapi tidak termasuk dalam golongan tersebut karena letak dan fungsinya berbeda. Musilase juga mampu membentuk gel yang mempengaruhi bentuk gel yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuh. Serat jenis ini banyak ditemukan pada serealia dan kacang-kacangan.

3) Gum

Gum terdapat pada bagian lamela tengah atau diantara dinding sel tanaman. Komposisinya lebih sedikit dibandingkan jenis serat yang lain. Namun kegunaannya sangat penting, yaitu sebagai penutup dan pelindung bagian tanaman yang terluka. Oleh karena memiliki molekul hidrofilik yang berkombinasi dengan air, menyebabkan gum membentuk gel. Gum ada juga yang terbentuk dari turunan pati dan selulosa. Jenis gum semacam ini banyak ditemukan pada kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan. Gum dapat pula ditemukan pada batang akasia, dikenal sebagai gum arabik yang mengandung molekul arabinosa, rhamnosa, galaktosa dan asam glukoronat. Gum jenis ini biasanya tidak digunakan untuk diet, tetapi sebagai bahan tambahan dalam pembuatan makanan, yaitu stabilizer atau pengikat (Shils, 1988 dalam Sudiayen, 2000).

D. Tinjauan Umum Serat JagungDengan kandungan serat yang banyak serta kemampuannya untuk menyuplai berbagai vitamin B kompleks, termasuk vitamin B1, B5, asam folat, dan protein menempatkan jagung sebagai makanan harapan masa depan. Makroronutrients dalam jagung terutama serat dan protein merupakan kunci untuk menstabilkan proses biokimia dalam saluran pencernaan . Serat yang cukup dan kandungan protein dalam makanan akan membantu mencegah pencernaan makanan yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Protein dan serat juga membantu mencegah serapan senyawa gula yang terlalu cepat atau terlalu lambat dari saluran pencernaan ke dalam aliran darah. Setelah penyerapan gula stabil, akan lebih mudah bagi tubuh untuk menghindari lonjakan kadar gula darah yang terjadi secara tiba-tiba.Kandungan serat yang tinggi adalah salah satu manfaat terbesar dari jagung. Serat telah terbukti membantu menurunkan kadar kolesterol dan membantu mengurangi risiko kanker usus besar. Serat juga berguna dalam membantu menurunkan kadar gula darahnya pada penderita diabetes.Jagung sebagai bahan pangan akan semakin diminati konsumen terutama bagi yang mementingkan pangan sehat, dengan harga terjangkau bagi siapapun. Tanggapan masyarakat masa lalu sudah berubah, ketika mereka masih menganggap bahan pangan jagung kurang bergengsi dengan identik makanan orang desa yang tak mampu. Apalagi era sekarang telah terjadi pergeseran filosofi makan, seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Bahan dan produk pangan tidak lagi hanya dilihat dari aspek pemenuhan gizi dan sifat sensorinya. Sifat pangan fungsional spesifik yang berperan dalam kesehatan telah menjadi pertimbangan penting. Jagung, sebagai bahan pangan pokok kedua setelah beras, selain sebagai sumber karbohidrat juga merupakan sumber protein yang penting dalam menu masyarakat di Indonesia. Jagung kaya akan komponen pangan fungsional antara lain; serat pangan yang dibutuhkan tubuh (dietary fiber), asam lemak esensial, isoflavon, mineral Fe (tidak ada dalam terigu), Beta-karoten (pro vitamin A), komposisi asam amino esensial, dan lainnya. Salah satu jenis makanan yang memiliki serat tinggi dan dapat menurunkan kadar gula darah pasien penderita Diabetes Mellitus tipe II adalah jagung. Berbagai jenis jagung memiliki kandungan nutrisi antioksidan. Pada sekitar setengah cangkir biji jagung, mengandung 2 gram serat. Popcorn juga merupakan sumber makanan kaya serat dan rendah kalori. Popcorn dapat menyediakan sekitar 3,5 gram asupan serat per tiga cangkir penyajian. Menurut Corputty dalam Sutanto (2005), bahwa keunggulan bahan jagung dapat menurunkan kadar gula dan non kolesterol.

Pangan fungsional saat ini berkembang sangat pesat, seiring dengan semakin tingginya permintaan akan pangan fungsional dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan, meningkatnya populasi lansia, pengembangan produk komersial, adanya bukti ilmiah atas manfaat komponen fungsional pangan, dan berkembangnya teknologi pangan. Namun pemanfaatan pangan fungsional bagi kesejahteraan masyarakat masih terbatas (Suarni 2009). Pangan fungsional adalah bahan pangan yang mengandung komponen bioaktif yang memberikan efek fisiologis multifungsi bagi tubuh, antara lain memperkuat daya tahan tubuh, mengatur ritmik kondisi fisik, memperlambat penuaan, dan membantu mencegah penyakit. Komponen bioaktif tersebut adalah senyawa yang mempunyai fungsi fisiologis tertentu di luar zat gizi dasar. Serat termasuk zat non-gizi yang mampu memerangi kanker serta menjaga kolesterol dan gula darah agar tetap normal. Substitusi serat banyak digunakan dalam produk sereal yang menjadi menu favorit di Barat. Selain oligosakarida, serealia sering ditambah bahan-bahan kaya serat lainnya (Widjaya dan Astawan, 2001; Wijaya, 2002; Loso, 2002). Komoditi jagung termasuk tanaman serealia mengandung banyak serat pangan menjadi salah satu bahan pangan yang lagi populer diteliti potensi kandungan unsur pangan fungsionalnya (Suarni 2009). BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Di dalam usus halus, serat dapat memperlambat penyerapan glukosa dan meningkatkan kekentalan isi usus yang secara tidak langsung dapat menurunkan kecepatan difusi permukosa usus halus. Akibat kondisi tersebut, kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan secara perlahan, sehingga kebutuhan insulin juga berkurang, penurunan jumlah insulin pada tubuh penderita diabetes mellitus sampai 12.5% per hari. Oleh karena itu, diet tinggi serat digunakan sebagai salah satu cara dalam pengobatan penyakit Diabetes Mellitus Tipe II (Sulistijani, 2001).

Faktor yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah salah satunya adalah pola makan yang tidak sehat meliputi diet tinggi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi dan tinggi lemak. Cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji yang biasanya tinggi karbohidrat dan rendahnya konsumsi makanan yang mengandung serat. Sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti faktor tersebut, gangguan toleransi glukosa terutama terjadi pada kelompok umur dewasa dan pada seluruh status sosial ekonomi. Peningkatan glukosa darah pasca makan atau hiperglikemia postprandial juga menjadi penyebab peningkatan kadar glukosa darah, karena hiperglikemia postprandial merupakan salah satu kelainan awal homeostasis glukosa yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe II dan sudah mulai terjadi sebelum menjadi diabetes melitus tipe II. Sebagai upaya untuk mencegah peningkatan prevalensi diabetes melitus, pengaturan diet menjadi salah satu cara yang efektif untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah, antara lain dapat dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan berindeks glikemik rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ou et al. menunjukkan bahwa, serat mampu menurunkan kadar glukosa postprandial serum dengan tiga mekanisme, yaitu serat makanan meningkatkan viskositas usus halus dan menghambat difusi glukosa, mengikat glukosa dan mengurangi konsentrasi glukosa dalam usus halus, menghambat aksi -amilase melalui selaput pati dan enzim serta dapat langsung menghambat enzim. Mekanisme-mekanisme tersebut menurunkan kadar penyerapan glukosa dan konsentrasi glukosa postprandial serum.

Berdasarkan hasil penelitian Sadariah, dkk (2009), rerata penurunan kadar Glukosa Darah Sewaktu (GDS) pada kelompok pasien yang diberikan diet Diabetes Mellitus tinggi serat (kelompok eksperimen) mencapai 107 mg/dL sedangkan pada kelompok kontrol mencapai 69.9 mg/dL. Rerata penurunan kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) pada kelompok eksperimen dan kontrol masing-masing mencapai 82.8 mg/dL dan 66.9 mg/dL. Terjadi penurunan kadar GDS dan kadar GDP yang bermakna (p0.05) dan GDP antara pasien DM-II yang mendapat diet DM tinggi serat dengan diet Diabetes Mellitus biasa.

Penelitian Afriansyah (2003) menyimpulkan bahwa konsumsi makanan tinggi serat, khususnya serat larut air, dapat memperbaiki kontrol gula darah penderita diabetes tipe II. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian diet tinggi serat terhadap penurunan kadar gula darah pasien di RSUD Kabupaten Muna, karena selama ini penderita diabetes mellitus rawat inap mengonsumsi diet Diabetes Mellitus tipe II rendah serat.

Salah satu jenis makanan yang memiliki serat tinggi dan dapat menurunkan kadar gula darah pasien penderita Diabetes Mellitus tipe II adalah jagung. Berbagai jenis jagung memiliki kandungan nutrisi antioksidan. Pada sekitar setengah cangkir biji jagung, mengandung 2 gram serat. Popcorn juga merupakan sumber makanan kaya serat dan rendah kalori. Popcorn dapat menyediakan sekitar 3,5 gram asupan serat per tiga cangkir penyajian. Menurut Corputty dalam Sutanto (2005), bahwa keunggulan bahan jagung dapat menurunkan kadar gula dan non kolesterol.B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitan ini digambarkan sebagai berikut :

Keterangan:

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

Gambar 1: Kerangka Konsep PenelitianC. Variable PenelitianVariabel yang diteliti meliputi:a. Variabel Bebas (Independent Variabel)Variabel bebas dalam hal ini adalah:

Kadar gula darah sementara sebelum pemberian diet serat jagung.b. Variabel terikat (dependent Variabel)Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:

Kadar gula darah sementara setelah pemberian diet serat jagungD. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional

a. Variabel bebas

1) Kadar gula darah sementara sebelum pemberian diet serat jagung adalah pengukuran kadar gula darah sementara sebelum pemberian makanan berupa jagung yang telah dimasak dan di haluskan yang dapat diserap oleh tubuh pasien

b. Variabel terikat

1) Kadar gula darah sementara setelah pemberian diet serat jagung adalah pengukuran kadar gula darah sementara setelah pemberian makanan berupa jagung yang telah dimasak dan di haluskan yang dapat diserap oleh tubuh pasien setelah 3 hari pemberian makanan diet serat jagung

2. Kriteria Objektif

a. Pemberian diet jagung dengan frekuensi perlakuan selama 3 hari dikatakan berpengaruh bilamana kadar gula darah sementara setelah pemberian diet terjadi penurunan dari kadar gula darah sebelum pemberian diet..

b. Pemberian diet jagung dengan frekuensi perlakuan selama 3 hari .dikatakan tidak berpengaruh bilamana kadar gula darah sementara setelah pemberian diet tidak terjadi penurunan dari kadar gula darah sebelum pemberian diet.E. Hipotesis

a. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada pengaruh pemberian diet serat jagung dengan penurunan kadar gula darah pasienb. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh pemberian diet serat jagung dengan penurunan kadar gula darah pasienBAB IV

METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu. Quasi eksperimen adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik. Penelitian ini dilakukan dengan pemberian diet serat jagung selama 3 hari berturut-turut yang ditunjang oleh hasil pemeriksaan gula darah pasien.

Penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian sebagai berikut :

01

02

R03 P104Gambar 2. Rancangan PenelitianKeterangan :

O1 : sampel awal sebelum pemberian diet serat jagungO2 : sampel akhir tanpa pemberian diet serat jagung O3: sampel awal pemberian diet serat jagung selama 3 hari

O4 : sampel akhir pemberian diet serat jagung selama 3 hari

P1 : pemberian diet serat jagung selama 3 hariB. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. WaktuPenelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 4 Juli 2013.

2. Lokasi PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di RSUD Kabupaten Muna, yang dirawat jalan pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Muna periode Januari-Maret 2013 sebanyak 13 orang (Sumber: Medical Record RSUD Kabupaten Muna, 2013).2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 13 orang dengan metode total sampling. Penentuan total sampling didasarkan bahwa jumlah penderita yang terdaftar dalam Medical Record RSUD Kabupaten Muna sebanyak 13 orang.a. Kriteria inklusi

1. Pasien rawat jalan penderita diabetes mellitus tipe II

2. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik

3. Bersedia diberikan perlakuan dalam bentuk pemeriksaan gula darah dan pemberian makanan serat jagung

b. Kriteria eksklusi adalah sampel yang tidak bersedia di berikan perlakuan dalam bentuk pemeriksaan gula darah sementara dan pemberian diet serat jagung dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik

3. Teknik SamplingTeknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling, berdasarkan kriteria pasien menjalani rawat jalan di RSUD Kabupaten Muna dan mempunyai kelengkapan data tentang umur, jenis kelamin, pendidikan dan Diabetes Mellitus tipe II.

D. Pengumpulan Data

1. Data Sekunder

Data sekunder ini adalah data yang diambil dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muna dan RSUD Kabupaten Muna.2. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian secara langsung dalam hal ini data kadar gula darah sementara pasien Diabetes Mellitus tipe II yang didapat dari pengujian awal sampai pengujian akhir yaitu data hasil pemeriksaan gula darah sementara, maupun peristiwa-peristiwa selama penelitian di lapangan.E. Pengolahan Data1. Editing atau penyuntingan data dilakukan pada saat peneliti yakni memeriksa semua lembaran kuesioner yang telah diisi yaitu kelengkapan data, kesinambungan data, dan memeriksa keseragaman data.

2. Coding atau pengkodean pada lembaran kuesioner, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan ialah mengisi daftar kode yang disediakan pada lembaran kuesioner, sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan.3. Skoring. Setelah melakukan pengkodean maka dilanjutkan dengan tahap pemberian skor pada lembar kuesioner dalam bentuk angka-angka.4. Entry. Setelah data diberi skor, maka selanjutnya data dimasukkan atau di entry ke dalam tabel.

5. Tabulating. Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dilakukan pengolahan data ke dalam satu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki yang mana sesuai dengan tujuan penelitian ini. Tabel yang digunakan yaitu berupa tabel sederhana atau tabel silang.F. Analisis dan Penyajian Data

1. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa data dilakukan dengan menggunakan komputer secara manual, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka digunakan rumus: f

P = ------------------- x 100%

N

Keterangan:

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number Of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

P = angka persentase (Sudjono, 2008: 153). b. Analisis Bivariat

Untuk mengidentifikasi pengaruh antara variabel bebas (kadar gula darah sebelum pemberian diet serat jagung) dengan variabel terikat (kadar gula darah setelah pemberian diet serat jagung).

Dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pada penelitian ini dilakukan uji statistik regresi linier sederhana dengan rumus:Y = a + b X + e

Dimana:

Y= Penurunan kadar gula darah sementaraX= Pemberian diet serat jagungb= Koefisien pengaruh variabel X terhadap Y

e= Faktor kesalahan (asumsi e = 0)

Pengujian hipotesis pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) digunakan uji t. Apabila thitung > t signifikan = 0,05 maka variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Demikian pula sebaliknya, apabila thitung t signifikan = 0,05 maka variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

2. Penyajian Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan.G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan rekomendasi izin penelitian dari Institusi Pendidikan STIKES Mandala Waluya Kendari. Setelah mendapatkan persetujuan/rekomendasi kemudian melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Informed Consent (Persetujuan Responden)Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan akan tetap menghormati hak-hak responden.2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.3. Confidentiality (Kerahasiaan)Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian1. Letak Geografis

Rumah sakit umum daerah Kabupaten Muna merupakan rumah sakit umum daerah di wilayah Kabupaten Muna yang dalam operasionalnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kabupaten Muna dan sekitarnya.Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna terletak di ibu kota Kabupaten Muna tepatnya di jalan Sultan Hasanuddin No.6 Kelurahan Raha I Kota Raha. Lokasi ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan kendaraan umum.Batas-batas Wilayah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan JL.Basuki Rahmatb. Sebelah Timur berbatasan dengan JL.Sultan Hasanuddinc. Sebelah Selatan Berbatasan dengan JL.La Ode Pandu d. Sebelah Barat Berbatasan Dengan JL.Ir.Juanda2. Organisasi Dan Manajemen

Pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna disebut DIrektur dan menduduki jabatan Struktural eselon III.a yang membawahi tiga bidang dan satu kabag dan Sembilan kepala instalasi. Masing-masing kepala bidang dan kepala bagian membawahi sub bagian dan kepala seksi. Bidang perawatan membawahi, seksi etika dan mutu keperawatan, seksi diklat. Bidang pelayanan membawahi, seksi pelayanan medis, seksi pengendalian pasien. Bidang keuangan membawahi seksi pembendaharaan, seksi anggaran dan verifikasi.Kepala bagian membawahi kepala sub bagian masing-masing yaitu kepala sub bagian tata usaha dan kepegawaian, kepala sub bagian umum dan perlengkapan serta kepala sub bagian rekam medis dan pelaporan. Kepala seksi dan kepala sub bagian menduduki jabatan struktural eselon IV.a. Selain jabatan direktur RSUD juga terdapat jabatan fungsional yakni kepala instalasi yang dibawahi langsung oleh direktur. Pengangkatan kepala instalasi adalah wewenang direktur.

Sembilan instalasi yang ada di RSUD Kabupaten Muna adalah instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi gawat darurat (IGD), instalasi radiologi, instalasi farmasi, instalasi laboratorium, instalasi gizi, instalasi rehabilitasi medik dan instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit (IPSRS).3. Tugas Pokok Dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas pokok dan Fungsi RSUD Kabupaten Muna mengacu pada perda No.18 Tahun 1999 tentang susunan organisasi dan tata kerja RSUD adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan. Adapun visi RSUD Kabupaten Muna yakni: (1) RSUD Kabupaten Muna Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Muna Tahun 2013; dan (2) RSUD Kabupaten Muna Menjadi Rumah Sakit Kabupaten Terbaik Di Sulawesi Tenggara Tahun 2013.Sedangkan misi RSUD Kabupaten Muna:1) Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan profesional kepada semua lapisan masyarakat.

2) Menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa rujukan merupakan baik penting dalam pelayanan kesehatan dengan terpenuhinya empat keahlian dasar.

3) Meningkatkan Kelengkapan Sarana dan prasarana rumah sakit.

4) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan yang tertib dan tepat waktu untuk semua aktivitas pelayanan kesehatan dan pelayanan lain yang terkait dengan pelayanan kesehatan di lingkungan rumah sakit.

Menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana yang tersebut di atas RSUD mempunyai fungsi tugas yakni:

1. Menyelenggarakan pelayanan medis

2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis

3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan

6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan,dan

7. Menyelenggarakan administrasi dan keuangan.4. Sarana Dan Prasarana

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna memiliki sarana dan prasarana yang terdiri dari bangunan fisik. Sebagai sarana fisik terutama sarana pelayanan pasien telah direhabilitasi sehingga layak digunakan. Beberapa sarana fisik masih merupakan rehabilitasi dan renovasi.

Tabel 1. Luas dan Prasarana di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2013NoNama BangunanLuas (M)%Ket.

1Kantor Poli Lama83 1,55

2UGD721,34

3Poli UMum + Laboratorium345 6,43

4Radiologi220 4,09

5R.Jenazah120 2,24Rusak Berat

6Gizi + Laundry435 8,11

7Gedung Kantor Bertingkat42 0,78Rusak Berat

8Rujab Direktur70 1,30

9Rujab Dokter70 1,30

10Ruang Diesel25 0,47Rusak

11Ruang Bedah300 5,59

12Perawatan Kelas I2.976 55,45

13Perawatan Kelas II153 2,85

14Perawatan Kelas III237 4,42

15Kamar Bersalin219 4,08

Total5.367100,00

Sumber: Data Sekunder, Tahun 20135. Tenaga Kesehatan

Adapun jumlah tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 2. Data Jumlah Ketenagaan di RSUD Kab.Muna Tahun 2013NOJenis KetenagaanStatus KetenagaanJumlah%

PNSHonorer

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11Dokter Spesialis

Dokter Umum

Dokter Gigi

Kesmas

D III Keperawatan

D III Kebidanan

D III Gizi

D III Farmasi

S I Keperawatan

SPK

Analis Kesehatan3

5

1

2

11

10

4

2

8

3

3-

-

-

1

20

15

1

3

2

-

-3

5

1

3

31

25

5

5

10

3

33,19

5,32

1,06

3,19

32,98

26,59

5,32

5,32

10,64

3,19

3,19

Jumlah524294100

Sumber: Data Sekunder, Tahun 2013B.Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Karakteristik responden penderita Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan umur di RSUD Kabupaten Muna disajikan sebagai berikut:

Tabel 3.

Karakteristik Responden Berdasarkan UmurUmurFrekuensiPersentase (%)

30 39 40 49

50 59

60 6913

6

37,6923,08

46,15

23,08

Jumlah13100,00

Sumber : Data Primer, 2013.

Tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada pada kisaran umur 50-59 tahun yakni sebanyak 6 orang (46,15%), responden yang berumur 40-49 tahun dan 60-69 tahun masing masing sebanyak 3 orang (23,08%). Sedangkan responden yang berumur 30-39 tahun sebanyak 1 orang (7,69%).

b. Jenis Kelamin Karakteristik responden penderita Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan jenis kelamin di RSUD Kabupaten Muna disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis KelaminJenis KelaminFrekuensiPersentase (%)

Laki-Laki

Perempuan5838,4661,54

Jumlah13100,00

Sumber : Data Primer, 2013.

Tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki jenis kelamin perempuan yakni sebanyak 8 orang (61,54%), dan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang (38,46%).

c. Tingkat Pendidikan Karakteristik responden penderita Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan tingkat pendidikan di RSUD Kabupaten Muna disajikan sebagai berikut:

Tabel 5.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat PendidikanPendidikanFrekuensiPersentase (%)

SD

SMP

SMA

PT5

4

3

138,46

30,77

23,08

7,69

Jumlah13100,00

Sumber : Data Primer, 2013.

Tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan SD yakni sebanyak 5 orang (38,46%), responden yang memiliki pendidikan SMP sebanyak 4 orang (30,77%), responden yang memiliki pendidikan SMA sebanyak 3 orang (23,08%) dan responden yang memiliki pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak sebanyak 1 orang (7,69%).

2. Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal 1 Juli s/d 4 Juli 2013 di RSUD Kabupaten Muna dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah pada pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II sebelum dan sesudah pemberian diet serat jagung. Pengamatan dilakukan selama 2 kali yakni pada saat hari pertama sebelum pemberian diet serat jagung dan pada hari ke 3 (tiga), dimana pemberian diet serat jagung diberikan secara berturut-turut selama 3 hari sebanyak 400 gr serat jagung (2 cangkir) yang terlebih dahulu telah dihaluskan dan dimasak oleh peneliti.a. Analsis Univariat

Hasil analisis univariat kadar gula darah sementara pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna sebelum pemberian diet serat jagung disajikan sebagai berikut:

Tabel 6.

Kadar Gula Darah Sementara Pasien Diabetes Mellitus Sebelum Pemberian Diet Serat Jagung di RSUD Kabupaten MunaKadar Gula Darah Sementara Sebelum Pemberian Diet Serat JagungFrekuensiPersentase

(%)

160 169

170 179

180 189

> 1904

5

2

230,77

38,46

15,38

15,38

Jumlah13100,00

Sumber : Data Primer, 2013.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kadar gula darah sementara pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II sebelum pemberian diet serat jagung menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kadar gula darah sementara yang cukup tinggi yakni berkisar antara 160-195 mg/dl.Hasil analisis univariat kadar gula darah sementara pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna setelah pemberian diet serat jagung disajikan sebagai berikut:

Tabel 7.

Kadar Gula Darah Sementara Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Setelah Pemberian Diet Serat Jagung di RSUD Kabupaten MunaKadar Gula Darah Sementara Setelah Pemberian Diet Serat JagungFrekuensiPersentase

(%)

< 160

160 169

170 179

> 1801

6

4

27,69

46,15

30,77

15,38

Jumlah13100,00

Sumber : Data Primer, 2013.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kadar gula darah sementara pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II setelah pemberian diet serat jagung menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih memiliki kadar gula darah sementara yang cukup tinggi namun telah mengalami penurunan yakni berkisar antara 155-190 mg/dl.

Untuk lebih jelasnya penurunan kadar gula darah sementara pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna disajikan sebagai berikut:

Tabel 8.Penurunan Kadar Gula Darah Sementara Pasien DM Tipe IIRespKadar Gula Darah Sementara Sebelum Diet Serat (mg/dl)Kadar Gula Darah Sementara Setelah Diet Serat (mg/dl)Penurunan Kadar Gula Darah Sementara

11601555

218317013

317916613

4170175- 5

5161166- 5

61651605

71951905

818517510

919118011

101781708

111741659

121691627

1317616610

Rata-Rata Penurunan Kadar Gula Darah6,62 mg

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian memiliki kadar gula darah sementara pasien Diabetes Mellitus tipe II yang cukup tinggi berkisar antara 160-191 mg/dl, dimana kadar gula darah sementara tersebut termasuk dalam kategori yang cukup tinggi sebelum pemberian diet serat jagung. Namun setelah pemberian diet serat jagung terjadi penurunan kadar gula darah sementara. Data di atas menunjukkan bahwa rata-rata penurunan kadar gula darah sementara pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II setelah pemberian diet serat jagung sebanyak 400 gr selama 3 hari adalah sebesar 6,62 mg/dl.

Untuk lebih jelasnya penurunan kadar gula darah sementara pasien disajikan sebagai berikut:

Gambar 3.Penurunan Kadar Gula Darah Sementara Pasien Diabetes Mellitus Tipe IIDi RSUD Kabupaten Muna

Berdasarkan data pada tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa pemberian diet serat jagung menunjukkan penurunan kadar gula darah sementara pasien penderita Diabetes Mellitus di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2013.b. Analsis BivariatUntuk lebih jelasnya persentase penurunan kadar gula darah sementara pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna disajikan sebagai berikut:

Tabel 9.

Persentase Penurunan Kadar Gula Darah Sementara Pasien DM Tipe II

RespKadar Gula Darah Sebelum Diet Serat (mg/dl)Penurunan Kadar Gula DarahPersentase Penurunan

(%)thit

116053,125,216

2183137,10

3179137,26

4170- 5-2,94

5161- 5-3,11

616553,03

719552,56

8185105,41

9191115,76

1017884,49

1117495,17

1216974,14

13176105,68

Rata-Rata Persentase Penurunan3,67

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rata-rata persentase penurunan kadar gula darah sementara pasien setelah pemberian diet serat jagung selama 3 hari sebesar 3,67%. Dari 13 orang responden terdapat 11 orang responden yang mengalami penurunan kadar gula darah sementara. Sedangkan 2 orang pasien tidak memiliki penurunan kadar gula darah sementara.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara pemberian serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna, maka dilakukan analisis regresi linier sederhana, dan pengujian hipotesis. Hasil analisis regresi (Lampiran 4) diperoleh nilai b sebesar 0,706; membawa arti bahwa setiap perubahan variabel independen X = kadar gula darah sebelum pemberian serat jagung sebanyak 1 kali diimbangi dengan perubahan variabel dependen = kadar gula darah setelah pemberian serat jagung sebesar 0,706 skore. Karena nilai b = 0,706 positif, maka tiap kenaikan maupun penurunan pemberian serat jagung akan diimbangi dengan penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna.Hasil analisis korelasi pada Lampiran 4 diketahui bahwa nilai rxy = 0,844 tergolong dalam kategori korelasi hubungan yang kuat atau tinggi. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh (R2) sebesar 0,712. Koefisien korelasi = 0,844 mendekati 1 yang berarti korelasi X = pemberian diet serat jagung dengan Y = penurunan kadar gula darah adalah positif dan kuat. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap kenaikan pada variabel pemberian diet serat jagung (X) maka akan diikuti pula penurunan pada variabel kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD kabupaten Muna (Y). Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson menunjukkan bahwa pengaruh pemberian serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna adalah kuat atau cukup erat dengan korelasi sebesar 0,844. Kontribusi (R2) pemberian serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna sebesar 71,20%.Berdasarkan hasil analisis hipotesis pada Lampiran 4 dari t-hitung dengan level of significant = 5 % dan tingkat kebebasan data = 13, t-tabel = 1,77 (Lampiran 5). Jadi Ho ditolak, t-hitung > t-tabel, yaitu : 5,216 > 1,77. Dengan demikian hipotesa yang berbunyi Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna, dapat diterima.

C.Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pemberian diet serat jagung terjadi penurunan kadar gula darah sementara pasien, dimana rata-rata penurunan kadar gula darah sementara pasien penderita Diabetes Mellitus Tipe II setelah pemberian diet serat jagung sebanyak 400 gr selama 3 hari adalah sebesar 6,62 mg/dl.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata persentase penurunan kadar gula darah pasien sementara setelah pemberian diet serat jagung selama 3 hari sebesar 3,67%. Dari 13 orang responden terdapat 11 orang responden yang mengalami penurunan kadar gula darah sementara. Sedangkan 2 orang pasien tidak memiliki penurunan kadar gula darah sementara. Penurunan kadar gula darah sementara pada pasien tersebut disebabkan karena kedisiplinan pasien dalam melaksanakan diet serat jagung tanpa mengkonsumsi pantangan-pantangan lainnya yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula darah. Sedangkan hasil pengamatan terhadap 2 orang pasien yang memiliki peningkatan kadar gula darah sementara disebabkan karena ketidak patuhan pasien, dimana kedua pasien tersebut masih mengkonsumsi beberapa makanan yang menyebakan terjadinya peningkatan kadar gula darah sementara.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar gula darah sementara pasien Diabetes Mellitus Tipe II sebelum pemberian serat jagung dan sesudah pemberian serat jagung atau dengan kata lain pemberian serat jagung tersebut berhasil menurunkan kadar gula darah sementara pasien Diabetes Mellitus di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2013. Hal ini diperoleh melalui hasil uji hipotesis, dimana nilai t-hitung > t-tabel, yaitu : 5,216 > 1,77. Dengan demikian hipotesa yang berbunyi Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pemberian serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna, dapat diterima.

Berdasarkan hasil penelitian Suarni (2009) menunjukkan bahwa jagung mengandung serat pangan (dietary fiber) dengan Indeks Glikemik (IG) relatif rendah dibanding beras dari padi sehingga beras jagung menjadi bahan anjuran bagi penderita diabetes. Kisaran IG beras/padi (50-120) dan beras jagung (50-90), nilai tersebut sangat relatif tergantung varietasnya. Isu di masyarakat bahwa jagung adalah pangan sehat, bahkan bagi yang menderita penyakit gula (diabetes mellitus/DM) dan kelainan jantung, pasien diet dianjurkan secara medis untuk mengkonsumsi beras jagung sebagai pangan pokok, atau makanan ringan berbasis jagung. Serat pangan (terutama serat larut) mampu menurunkan kadar kolesterol dalam plasma darah melalui peningkatan ekskresi asam empedu ke feses, sehingga terjadi peningkatan konversi kolesterol dalam darah menjadi asam empedu dalam hati, selain itu serat pangan akan mengikat kolesterol untuk disekresikan ke feses sehingga menurunkan absorpsi kolesterol di usus. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.Pengaruh ini disebabkan karena dalam kandungan serat banyak serta kemampuannya untuk menyuplai berbagai vitamin B kompleks, termasuk vitamin B1, B5, asam folat, dan protein menempatkan jagung sebagai makanan harapan masa depan. Makroronutrients dalam jagung terutama serat dan protein merupakan kunci untuk menstabilkan proses biokimia dalam saluran pencernaan. Serat yang cukup dan kandungan protein dalam makanan akan membantu mencegah pencernaan makanan yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Protein dan serat juga membantu mencegah serapan senyawa gula yang terlalu cepat atau terlalu lambat dari saluran pencernaan ke dalam aliran darah. Setelah penyerapan gula stabil, akan lebih mudah bagi tubuh untuk menghindari lonjakan kadar gula darah yang terjadi secara tiba-tiba.Kandungan serat yang tinggi adalah salah satu manfaat terbesar dari jagung. Serat telah terbukti membantu menurunkan kadar kolesterol dan membantu mengurangi risiko kanker usus besar. Serat juga berguna dalam membantu menurunkan kadar gula darahnya pada penderita diabetes.Hasil penelitian yang sejalan dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Afriansyah (2003) menyimpulkan bahwa konsumsi makanan tinggi serat, khususnya serat larut air, dapat memperbaiki kontrol gula darah penderita diabetes tipe II. Hasil penelitian lainnya dilakukan oleh Sadariah, dkk (2009), rerata penurunan kadar Glukosa Darah Sewaktu (GDS) pada kelompok pasien yang diberikan diet Diabetes Mellitus tinggi serat (kelompok eksperimen) mencapai 107 mg/dL sedangkan pada kelompok kontrol mencapai 69.9 mg/dL. Rerata penurunan kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) pada kelompok eksperimen dan kontrol masing-masing mencapai 82.8 mg/dL dan 66.9 mg/dL. Terjadi penurunan kadar GDS dan kadar GDP yang bermakna (p0.05) dan GDP antara pasien DM-II yang mendapat diet DM tinggi serat dengan diet Diabetes Mellitus biasa. Hasil penelitian yang sejalan dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Irmayani (2010) yang menyimpulkan bahwa pemberian tepung jagung pada penderita Diabetes secara berkala mampu menurunkan kadar gula darah pasien di RS. Panti Rapih, Yogyakarta.Jagung sebagai bahan pangan akan semakin diminati konsumen terutama bagi yang mementingkan pangan sehat, dengan harga terjangkau bagi siapapun. Tanggapan masyarakat masa lalu sudah berubah, ketika mereka masih menganggap bahan pangan jagung kurang bergengsi dengan identik makanan orang desa yang tak mampu. Apalagi era sekarang telah terjadi pergeseran filosofi makan, seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Bahan dan produk pangan tidak lagi hanya dilihat dari aspek pemenuhan gizi dan sifat sensorinya. Sifat pangan fungsional spesifik yang berperan dalam kesehatan telah menjadi pertimbangan penting. Jagung, sebagai bahan pangan pokok kedua setelah beras, selain sebagai sumber karbohidrat juga merupakan sumber protein yang penting dalam menu masyarakat di Indonesia. Jagung kaya akan komponen pangan fungsional antara lain; serat pangan yang dibutuhkan tubuh (dietary fiber), asam lemak esensial, isoflavon, mineral Fe (tidak ada dalam terigu), Beta-karoten (pro vitamin A), komposisi asam amino esensial, dan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Suarni (2009) menunjukkan bahwa jagung mengandung serat pangan (dietary fiber) dengan Indeks Glikemik (IG) relatif rendah dibanding beras dari padi sehingga beras jagung menjadi bahan anjuran bagi penderita diabetes.

Berbagai jenis jagung memiliki kandungan nutrisi antioksidan. Pada sekitar setengah cangkir biji jagung, mengandung 2 gram serat. Popcorn juga merupakan sumber makanan kaya serat dan rendah kalori. Popcorn dapat menyediakan sekitar 3,5 gram asupan serat per tiga cangkir penyajian. Menurut Corputty dalam Sutanto (2005), bahwa keunggulan bahan jagung dapat menurunkan kadar gula dan non kolesterol.

Pola makan dan gaya hidup seseorang mampu meningkatkan kadar gula darah, khususnya pada penderita Diabetes Mellitus. Menurut Suarni (2009), bahwa pola makan dengan over konsumsi makanan yang mengandung kadar gula tinggi mampu menyebabkan seseorang terserang penyakit Diabetes. Selain itu, gaya hidup masyarakat dewasa ini yang sebagian besar cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji lebih berisiko terserang penyakit seperti jantung, hipertensi dan salah satunya adalah Diabetes Mellitus.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata persentase penurunan kadar gula darah sementara pasien setelah pemberian diet serat jagung selama 3 hari sebesar 3,67%, dimana sebanyak 11 orang (84,62%) pasien mengalami penurunan kadar gula darah sementara dengan rata-rata sebesar 6,62 mg/dl.

2. Kadar gula darah sementara pasien Diabetes Mellitus Tipe II setelah pemberian serat jagung mengalami penurunan berkisar antara 155 190 mg/dl.3. Terdapat pengaruh pemberian diet serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah sementara pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2013

B.Saran

1. Bagi pihak RSUD Kabupaten Muna, dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penanganan dan pencegahan penyakit Diabetes Mellitus Tipe II di masyarakat serta dapat memberikan penyuluhan atau program pengaturan menu dengan pemberian serat jagung kepada masyarakat khususnya dalam pemberian makanan yang baik dalam penurunan kadar gula darah pasien di masyarakat agar tidak meningkatkan prevalensi Diabetes Mellitus Tipe II di lingkungan masyarakat dengan memanfaatkan makanan yang banyak terdapat di sekitar lingkungan mereka.

2. Bagi penderita, sebaiknya meningkatkan pengetahuannya khususnya dalam mencegah penyakit DM Tipe II dan dapat mengetahui, serta memahami penanganan penyakit DM Tipe II sebaik mungkin melalui pola hidup sehat.

3. Bagi Dinkes, dalam membuat perencanaan dengan memprioritaskan upaya promotif melalui penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan penyakit Diabetes Mellitus Tipe II dan menentukan kebijakan yang berkaitan dengan penanganan Diabetes Mellitus Tipe II di masyarakat.

4. Adanya pengaruh pemberian serat jagung terhadap penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten Muna pada taraf tertentu, dimana agar penelitian lebih lanjut dengan memanfaatkan lebih banyak lagi frekuensi perlakuan konsumsi serat jagung yang dipadukan dengan penambahan jenis makanan berserat lainnya pada kadar yang optimal.

Pasien Dengan Pengaruh Kadar Gula Darah

Kadar Gula Sementara Setelah Diet

EMBED MSGraph.Chart.8 \s

Pemberian Serat Jagung Selama 3 Hari

Kadar Gula Sementara Sebelum Diet

Bukan penderita DM tipe II (Kontrol)

Penderita DM tipe II (Kasus)

PAGE 32

_1440316200.xls