diabetes melitus.pptx
DESCRIPTION
Heru Pramono, UMJ , Diabetes Melitus, anatomi, Fisiologi, Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Klasifikasi, Gula Darah Sewaktu, Gula Darah Puasa, Gula Darah 2 jam post prandial, penatalaksanaan, Pencegahan, Terapi Insulin.TRANSCRIPT
Heru Pramono2009730083
DIABETES MELITUS
ANATOMI PANKREAS
PENYEBAB KELAINAN GANGGUAN INSULIN
Ada 2 faktor:
Tidak adekuatnya sekresi insulin secara kuantitatif (defisiensi insulin)
Kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin)
DEFINISI
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (ADA,2010)
kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin (WHO, PERKENI)
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI
Tabel Klasifikasi diabetes menurut etiologinya. Sumber : PERKENI, 2006
KLASIFIKASI
DM tipe I (IDDM)
DM tipe II (NIDDM)
DM tipe 1 DM tipe 2
Mudah terjadi ketoasidosis Pengobaan harus dengan insulin Onset akut Biasanya kurus Biasanya pada umur muda Berhubungan dengan HLA-DR3
&DR4 Didapatkan Islet Cell Antibody
(ICA) Riwayat keluarga diabetes (+)
pada 10% 30-50% kembar identik terkena
Tidak mudah terjadi ketoasidosis Tidak harus dengan insulin Onset lambat Gemuk atau tidak gemuk Biasanya >45 tahun Tidak berhubungan dengan HLA Tidak ada Islet Cell Antibody
(ICA) Riwayat keluarga (+) pada 30% +100% kembar identik terkena
V
Defisiensi Insulin
↓ Metabolisme glukosa
↓ ATP
Pelepasan glukosa dari Hati
Pengurangan absorpsi glukosa
Sumber daya energi alternatif
Mobilisasi Asam lemak dalam darah
Penurunan BB
Pegecilan massa otot
Proteolisis↑ Lipolisis Sintesis trigliserida ↓
Kekuranagn volume darah
Polifagi
Defisiensi glukosa pada
intrasel
Kekurangan darah pada otak
Saraf tidak berfungsi
Pengecilan sel
PolidipsiDehidrasi
Poliuria
Diuresis Osmotic
Glucosuria
Hiperglikemi
Kegagalan sirkulasi pada darah perifer
Selalu Ngantuk
Lemas, dan lelah
Resistensi Insulin
HYPOGLYCEMI VS HYPERGLYCEMI
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENYARING
PENATALAKSANAAN
Meningkatnya kualitas hidup penyandang diabetes
Jangka pendek, hilangnya keluhan dan tanda
diabetes melitus, mempertahankan rasa nyaman dan
tercapainya target pengendalian glukosa darah.
Jangka panjang, tercegah dan terhambatnya
progresifitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati.
Turunnya morbiditas dan mortalitas diabetes melitus
PILAR PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi Farmakologis
EDUKASI
Mengikuti pola makan sehat Meningkatkan kegiatan jasmani Menggunakan obat diabetes dan obat-obat
pada keadaan khusus secara aman, teratur Melakukan Pementauan Glukosa Darah
Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan data yang ada
Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
dll
TERAPI GIZI MEDIS
Tujuan :
Kadar glukosa darah mendekati normal
Tekanan darah < 130/80 mmhg
Profil lipid yang berkisar normal
Berat badan senormal mungkin
KOMPOSISI BAHAN MAKANAN YANG DIREKOMENDASIKAN UNTUK DIABETES
Karbohidrat Tidak boleh lebih dari 70% (55-65%)
Protein Kebutuhan protein 15-25 % 0,8-1 mg/kgbb/hari
Lemak 10 % dari total kebutuhan kalori per hari Jika LDL ≥ 100 mg/dl, diturunkan sampai maksimal 7%
Serat Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/1000 kkal/hari
KEBUTUHAN KALORI
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) – 10%Status gizi dihitung dari = (BB aktual : BB idaman) x 100%
BB Normal : BB ideal 90-110 % BBI Kurang : < 90 % BBI Lebih : 110-120% BBI Gemuk : >120 % BBI
Kebutuhan Kalori : wanita sebesar : 25 kal/kg BB Pria sebesar : 30 kal/kg BB
LATIHAN JASMANI
INTERVENSI FARMAKOLOGIS
Obat hipoglikemik oral (OHO)
Insulin
Kombinasi
OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya:
a. Insulin secretagogue : Sulfonilurea dan glinid
b. Insulin sensitizing: Metformin, thiazolidindion
c. Penghambat glukoneogenesis : Metformin
d. alfa-glukosida inhibitor : Acarbose
CARA PEMBERIAN OHO
• Sulfonilurea : 15 –30 menit sebelum makan
• Repaglinid, Nateglinid : sesaat sebelum makan
• Metformin : sebelum / pada saat / sesudah makan
• Penghambat glukosidase (Acarbose) : bersama makan suapan pertama
• Tiazolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan.
• DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau sebelum makan.
INSULIN
Indikasi pemberian insulin : Penurunan berat badan yang cepat Hiperglikemia berat yang disertai ketosis Ketoasidosis diabetik Hiperglikemikemia hiperosmolar non ketotik,asidosis
laktat Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal Stress berat Kehamilan dengan DM/ DM gestasional
yang tidak terkendali dengan perencanaan makanan Ganguan fungsi ginjal atau hati yang berat Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
INSULIN
Insulin, Berdasarkan lama kerja:
a. Rapid acting
b. Short acting
c. Intermediate acting
d. long acting
e.premixed insulin
Efek samping terapi insulin :
Efek samping utama hipoglikemia
Reaksi imunologik alergi insulin atau resitensi insulin
INSULIN
TERAPI KOMBINASI
Kadar glukosa darah belum tercapai 3 kombinasi OHO atau OHO + insulin
Alasan klinis apabila insulin tidak dapat dipakai 3 OHO
Kombinasi yang sering digunakan :
OHO + insulin basa l( insulin kerja menengah / kerja panjang) pada malam hari menjelang tidur
Dosis awal insulin ( kerja menengah ) 6 -10 unit jam 22.00 wib, dilakukan evaluasi dosis GDP ke esok kannya. masih tidak terkendali OHO stop dan diberikan kombinasi insulin
PENILAIAN HASIL TERAPI
Pemeriksaan kadar glukosa darah
Pemeriksaan A1C
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
Pemeriksaan Glukosa Urin
Pemeriksaan Beda Keton
PEMANTAUAN GLUKOSA DARAH MANDIRI (PGDM)
KRITERIA PENGENDALIAN DM
Organ/jaringan yg terkena Yang Terjadi Komplikasi
Pembuluh darah
Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat arteri berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai & penis.Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat
mentransfer oksigen secara normal & mengalami kebocoran
Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan luka yg jelek & bisa menyebabkan penyakit
jantung, stroke, gangren kaki & tangan, impoten & infeksi
Mata Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina
Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa terjadi kebutaan
GinjalPenebalan pembuluh darah ginjal Protein
bocor ke dalam air kemih Darah tidak disaring secara normal
Fungsi ginjal yg buruk Gagal ginjal
KOMPLIKASI
SarafKerusakan saraf karena glukosa
tidak dimetabolisir secara normal & karena aliran darah berkurang
Kelemahan tungkai yg terjadi secara tiba-tiba atau secara
perlahan Berkurangnya rasa, kesemutan & nyeri di tangan & kaki Kerusakan saraf menahun
Sistem saraf otonomKerusakan pada saraf yg
mengendalikan tekanan darah & saluran pencernaan
Tekanan darah yg naik-turun Kesulitan menelan & perubahan
fungsi pencernaan disertai serangan diare
KulitBerkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa yg menyebabkan
cedera berulang
Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum) Penyembuhan luka yg
jelek
Darah Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih & kulit
Jaringan ikatGluka tidak dimetabolisir secara
normal sehingga jaringan menebal atau berkontraksi
Sindroma terowongan karpal Kontraktur Dupuytren
PENCEGAHAN
Pencegahan Primer hindari faktor risiko DM dan toleransi glukosa terganggu.
Menjaga BB ideal, diet sehat, latihan jasmani rutin, hentikan rokok, hindari hipertensi dan dilipidemia
Pencegahan Sekunder mencegah atau menghambat timbulnya penyulit DM
Deteksi dini, pengobatan dan pengontrolan teratur, pencegahan komplikasi.
Pencegahan Tersier mencegah kecacatan lebih lanjut.
ALGORITME PENGELOLAAN DM
TIPE-2 TANPA DEKOMPENSASI
REFERENSI
1. C.Guyton.MD. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.2009 .Penerbit buku kedokteran EGC :1010-1013.
2. Harisson. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Vol 3.ed.13. 2000.
3. Depkes. 2003. Indonesian Health Profile 2003. Jakarta : Departemen Kesehatan. 4. American Diabetes Association. ADA position statement : standard of medical
care in diabetes-2006. Diab Care. 2010;29(suppl. 1):S4-S42. 5. PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. 6. PERKENI. Konsensus Pegelolaan dan Pecegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia.
2011 : 6-56. 7. Sylvia A. Price, dkk. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6.
Volume 2. Jakarta : EGC. 2006. 8. Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. IlmuPenyakit Dalam Jilid III Edisi 4. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 9. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. EGC. Jakarta : 2001 10 Soegondo, Sidartawan dkk (Ed.). 2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 11 Rani, A. Aziz dkk (Ed.).2006. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.