dhjd

25
Nama : Andika Nursari Putri Stambuk : N 101 13 063 Learning Objective 1. Peran dokter sebagai tenaga profesional dan pusat regulasi dalam pelayanan kesehatan 2. Kebijakan kesehatan dan regulasi dalam Yankes 3. Prinsip Manajemen Yankes 4. Kualitas keamanan dan pelayanan pasien 5. Peran dokter sebagai dokter keluarga 6. Prinsip Pembiayaan kesehatan 7. Sistem rujukan dan kesinambungan Yankes 8. Perbedaan antara BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan 9. Peran doker keluarga dalam sistem perawatan kesehatan’ 10. Manfaat Asuransi kesehatan 11. Sebutkan Jenis pembiayaan kesehatan 12. Apa perbedaan antara sistem kesehatan (Asuransi kesehatan)

Upload: rahmah-thaha

Post on 27-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

WDQKWD

TRANSCRIPT

Page 1: DHJD

Nama : Andika Nursari Putri

Stambuk : N 101 13 063

Learning Objective

1. Peran dokter sebagai tenaga profesional dan pusat regulasi dalam pelayanan kesehatan2. Kebijakan kesehatan dan regulasi dalam Yankes3. Prinsip Manajemen Yankes4. Kualitas keamanan dan pelayanan pasien5. Peran dokter sebagai dokter keluarga6. Prinsip Pembiayaan kesehatan7. Sistem rujukan dan kesinambungan Yankes8. Perbedaan antara BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan9. Peran doker keluarga dalam sistem perawatan kesehatan’10. Manfaat Asuransi kesehatan11. Sebutkan Jenis pembiayaan kesehatan12. Apa perbedaan antara sistem kesehatan (Asuransi kesehatan)

Page 2: DHJD

AdimWDI WDW JH WW LFHD

Jawaban

1.

profesionalisme merupakan kata kunci dalamUndang-Undang RI no. 29 tahun 2004 tentang PraktikKedokteran yang sempat membuat gerah kalangan dokter.Yang langsung tampak oleh para dokter, khususnya paraspesialis, adalah “pembatasan gerak” mereka dalam bentukpembatasan jumlah tempat praktik. Itu suatu reaksi yang alamidalam suatu upaya pembenahan, seperti halnya pembenahanpedagang K-5. Sebagai organisasi, Ikatan Dokter Indonesia(IDI) tentu tidak mungkin mengambil langkah reaktif. Haltersebut dibuktikan dalam muktamarnya tahun 2006 yangberhasil merumuskan visi dan misi organisasi. Visinyasungguh berat, tetapi tampaknya memang patut dituju, yaituterwujudnya dokter Indonesia dengan kompetensi globalyang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Untuk mencapaivisi itu dirancanglah 5 strategi utama (grand strategy) yaitu:1

1. Memperkuat infrastruktur organisasi di tingkat pusat,wilayah, dan cabang.2. Membina kompetensi dan etika dokter di Indonesiasesuai dengan standar kompetensi dan kode etikkedokteran Indonesia.3. Membangun sistem pembiayaan organisasi yangmandiri.4. Membangun sistem pelayanan kedokteran terpadu5. Membangun citra IDI sebagai organisasi profesi dokteryang aktif dalam pembangunan kesehatan.

Profesionalisme bagiProfesi DokterZunilda Djanun SadikinBadan Pengembangan dan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB)Ikatan Dokter Indonesia95

ETIKA KEDOKTERAN, PROFESIONALISME KEDOKTERAN, HAK ASASI MANUSIA DAN HUKUM Seperti yang akan terlihat dalam Bab I, etika telah menjadi bagianyang integral dalam pengobatan setidaknya sejak masa Hippocrates, seorang ahli pengobatan Yunani yang dianggap sebagai peloporetika kedokteran pada abad ke-5 SM,. Dari Hippocrates muncul konsep pengobatan sebagai profesi, dimana ahli pengobatan

Page 3: DHJD

membuat janji di depan masyarakat bahwa mereka akan menempatkan kepentingan pasien mereka di atas kepentingan ”Belajar etika akan menyiapkan mahasiswa kedokteran untuk mengenali situasi-situasi yang sulit dan melaluinya dengan cara yang benar sesuai prinsip dan rasional” Sangat sering, bahkan etika membuat standar perilaku yang lebih tinggi dibanding hukum, dan kadang etika memungkinkan dokter perlu untuk melanggar hukum yang menyuruh melakukan tindakan yang tidak etis. mereka sendiri (lihat Bab III untuk penjelasanlebih lanjut). Kedekatan hubungan antara etika dan profesionalisme akan jelas di dalam Buku Manual ini. Saat ini etika kedokteran telah banyak dipengaruhi oleh perkembangan dalam hak asasi manusia. Di dalam dunia yang multikultural dan pluralis, dengan berbagai tradisi moral yang berbeda, persetujuan hak asasi manusia internasional utama dapat memberikan dasar bagi etika kedokteran yang dapat diterima melampaui batas negara dan kultural. Lebih dari pada itu, dokter sering harus berhubungan dengan masalah-masalah medis karena pelanggaran hak asasi manusia, seperti migrasi paksa, penyiksaan, dan sangat dipengaruhi oleh perdebatan apakah pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia karena jawaban dari pertanyaan ini di beberapa negara tertentu akan menentuka

Page 4: DHJD

n siapakah yang memiliki hak untuk mendapatkan perawatan medis. Buku Manual ini akan memberikan pertimbangan yang sesuai terhadap masalah hak asasi manusia sebagimana hal itu akan mempengaruhi praktek pengobatan. Etika kedokteran juga sangatberhubungan dengan hukum. Hampir di semua negara ada hukum yang secara khusus mengatur bagaimana dokter harus bertindak berhubungan dengan masalah etika dalam perawatan pasien dan penelitian. Badan yang mengatur dan memberikan ijin praktek medis di setiap negara bisa dan memang menghukum dokter yang melanggar etika. Namun etika dan hukum tidaklah sama. Sangat sering, bahkan etika membuat standar perilaku yang lebih tinggi dibanding hukum, dan kadang etika memungkinkan dokter perlu untuk melanggar hukum yang menyuruh melakukan tindakan yang tidak etis. Hukum juga berbeda untuk tiap-tiap negara sedangkan etika dapat diterapkan tanpa melihat batas negara.

Belas kasih, memahami dan perhatian terhadap masalah orang lain, merupakan hal yang pokok dalam praktek pengobatan. Agar dapat mengatasi masalah pasien, dokter harus mengidentifikasi gejala yang dialami pasien dan penyebabyang mendasarinya dan harus bersedia membantu pasien

Page 5: DHJD

mendapatkan pertolongan. Pasien akan merespon dengan lebih baik jika dia merasa bahwa dokternya menghargai masalah mereka dan tidak hanya sebatas melakukan pengobatan terhadap penyakit mereka. Kompetensi yang tinggi diharapkan dan harus dimiliki oleh dokter. Kurang kompeten dapat menyebabkan kematian atau morbiditas pasien yang serius. Dokter menjalani pelatihan yang lama agar tercapai kompetensinya, namun mengingat cepatnya perkembangan pengetahuan medis, merupakan suatu tantangan sendiri untuk dokter agarselalu menjaga kompetensinya. Terlebih lagi tidak hanya pengetahuan ilmiah dan ketrampilan teknis yang harus dijaga namun juga pengetahuan etis, ketrampilan, dan juga tingkah laku, karenamasalah etis baru muncul sejalan dengan perubahan dalam praktek kedokteran dan juga lingkungan sosial dan politik. Otonomi, atau penentuan sendiri, merupakan nilai inti dari pengobatan yang berubah dalam tahun-tahun terakhir ini. Dokter secara pribadi telah lama menikmati otonomi klinik yang tinggi dalam menetukan bagaimana menangani pasien mereka. Dokter secara kolektif (profesi kesehatan) bebas dalam menentukan standar pendidikan dokter dan praktek pengobatan. Sebagaimana akan tampak dalam Manual ini, kedua jalan melatih oton

Page 6: DHJD

omi dokter ini telah dimodernkan di berbagai negaraoleh pemerintah dan penguasa melakukan kontrol terhadap dokter. Selain tantangan-tantangan ini, dokter masih menghargai otonomi profesional dan klinik mereka, dan mencoba untuk tetap menjaganya sebanyak mungkin. Pada saat yang sama, juga terjadi penerimaanoleh dokter di penjuru dunia untuk menerima otonomi dari pasien, yang berarti pasien seharusnya menjadi pembuat keputusan tertinggi dalam masalah yang menyangkut diri mereka sendiri. Manual ini akan memberikan contoh adanya konflik yang potensial terjadi antara otonomi dokter dan penghargaan terhadap otonomi pasein. Selain terikat dengan ketiga nilai inti tersebut, etika kedokteran berbeda dengan etika secara umum yang dapat diterapkan terhadap setiap orang karena adanya pernyataan di depan publik di bawah sumpahseperti World Medical AssociationDeclaration of Genevadan/atau kode. Sumpah dan kode beragam disetiap negara bahkan dalam satu negara, namun ada persamaan, termasuk janji bahwa dokter akan mempertimbangkan kepentingan pasien diatas kepentingannya sendiri, tidak akan melakukan deskriminasi terhadap pasien karena ras, agama, atau hak asasi menusia yang lain, akanmenjaga kerahasiaan in

Page 7: DHJD

formasi pasien , dan akan memberikan pertolongan darurat terhadap siapapun yang membutuhkan.

Page 8: DHJD

4. Kualitas pelayanan dan keamanan pasien

Prinsip pelayan public : Kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggungjawab, kelengkapan sar-pras, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan, kenyamanan. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program, Tata kelola : memperkuat kebijakan. Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan: meningkatkan mutu pelayanan kesehatan berfokus pada pelayanan kesehatan primer. Sumber Daya Kesehatan: Menjamin ketersediaan sumber daya manusia dengan tingkat keterampilan yang memadai

Aparatur merupakan kunci keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan Citra pengelolaan pelayanan terhadap masyarakat masih dinilai buruk Perlunya peningkatan kompe- tensi aparatur dalam pelayanan KESEHATAN bagi

masyarakat

Pengalaman hasil survey kotak saran pengaduan masyarakat ada keluhan secara umum tentang obat (kekeliruan obat) untuk anak anak. Sebenarnya bukan kekurangn tapi disini tentang pelayana publik yang terkait dengan anggaran yang masyrakat tidak mengerti, masyarkat mau ada sesuatu yang gratis dengan pelayanan kesehatan. Kesalahan ada pada sosialisasi dan komunikasi ke masyarakat. Untuk pelayanan publik tentu ada peranan masyarakat, tidak semua keluhan masyarakat itu baik,

Struktur birokrasi yang lamban, panjang, gemuk dan berbelit-belit, kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah, petugas pelayanan yang kurang ramah kewenangan keuangan

1. Tuntutan aspirasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

2. Memberikan pemahaman dan persepsi yang sama bagi penyelenggara, masyarakat, dan pihak terkait dalam penyusunan standar pelayanan.

Perwakilan dari dinas kesehatan dan puskesmas pun memberikan informasi terkait dengan apa yang telah di lakukan di unitnya masing masing terkait pelayanan publik dan juga kendala yang di hadapi dalam melaksanakannya.

Diperlukan adanya standar pelayanan di tiap unit pelayanan sebagai jaminan dan kepastian penyelenggaraan pelayanan, Dasar hukum standard pelayanan publik : UU No. 25 Th 2009 tentang Pelayanan Publik: Pasal 15 huruf (a) Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan. Pasal 20

1. Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan dengan memperhatikan kemampuan penyelenggara, kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan.

2. Dalam menyusun dan menetapkan standar pelayanan, penyelenggara wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait.

Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No. 25 Th 2009 tentang Pelayanan Publik: Pasal 22 (1) Setiap Penyelenggara wajib menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan.

Page 9: DHJD

Pengertian Standar Pelayanan(Pasal 1 ayat (7) UU 25/2009) Tolok ukur yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, dan terjangkau, dan terukur Identifikasi kondisi penyelenggaraan pelayanan saat ini : Tujuannya adalah: untuk mengenali, mendata dan mengetahui sejauh mana kondisi, kapasitas, atau kemampuan dari unsur-unsur organisasi dan/atau fungsi manajemen yang terkait dengan komponen Standar Pelayanan yang akan disusun dalam penyelenggaraan pelayanan.

Hal halyang perlu di identifikasi antara lain tugas, fungsi, kewenangan, dan dasar hukum kelembagaan; jenis pelayanan, produk pelayanan, masyarakat, dan pihak terkait; mekanisme dan prosedur, persyaratan, biaya, dan waktu; sarana prasarana dan anggaran; jumlah dan kompetensi SDM; pengawasan internal; penanganan pengaduan, saran, dan masukan; sistem jaminan pelayanan dan jaminan keamanan.Dilanjutkan pemaparan materi dari ibu dr.evita Mkes selaku kepala puskesmas moyudan slemas aktif, beliau memaparkan tentang Pengelolaan Pengaduan Masyarakat di Puskesmas Moyudan

UU No.25 Tahun 2009 Organisasi penyelenggara berkewajiban menyelenggarakan pelayanan publik sesuai dengan tujuan pembentukannya. Sejarah Puskesmas 1951 : BKIA, BP, Sanitasi. 1956 : Integrasi, Komprehensif, WHO. 1969/1970 : Master *lan of Operation for Strenghtening National Health Service in Indonesia Tahun 1969

http://manajemen-pelayanankesehatan.net/papua/reportase-pml-papua/1474-workshop-peningkatan-kualitas-pelayanan-kesehatan-melalui-partisipasi-masyarakat-kab-jayapura

Page 10: DHJD

6. Prinsip Pembiayaan Kesehatan

Menurut A. A. Gde Muninjaya dalam Manajemen Kesehatan (2004), ada empat sumber utama pembiayaan kesehatan :

1. Pemerintah2. Swasta3. Masyarakat dalam bentuk pembayaran langsung (fee for servis) dan asuransi4. Sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman dari luar negeri.

Pembiayaan yang bersumber dari asuransi kesehatan merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mengatasi mahalnya biaya pelayanan kesehatan. Alasannya antara lain:

1. Pemerintah dapat mendiversifikasikan sumber-sumber pendappatkan dari sektor kesehatan.

2. Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan peran kepada masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.

3. Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan populasi yang lebih luas sehingga dapat mengurangi resiko secara individu.

Pembiayaan pelayanan kesehatan di masa depan akan semakin mahal karena:

1. Pertumbuhan nasional yang juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan mayarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.

2. Perkembangan teknologi kedokteran dan perumbuhan industri kedokteran. Hampir semua teknologi kedokteran masih diimpor sehingga harganya relatif mahal karena nilai rupiah jatuh di banding dolar Amerika.

3. Subsidi pemerintah semakin menurun akibat krisis ekonomi 1998.

Salah satu upaya untuk melindungi dan mengatasi hal tersebut, mayarakat swasta dalam bentuk PMDN atau PMA sebaiknya berperan serta di dalam sistem pembiayaan kesehatan melalui asuransi kesehatan.

Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok. Dengan cara tersebut, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.

Unsur-unsur asuransi kesehatan :

1. Ada perjanjian.2. Ada pembelian perlindungan.3. Ada pembayaran premi oleh masyarakat.

Sacara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan yang berkembang di Indonesia :

1. Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)

Page 11: DHJD

Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan social, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status social mayarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.

Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :

1. Keikutsertaan bersifat wajib.2. Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya.3. Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan. Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji

pokok PNS.4. Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga

kerja.5. Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resiko

kelompok.6. Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal.7. Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruh.8. Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi kesehatan

sosial di Indonesia. Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan.

Di Indonesia, asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun dikelola oleh PT. Askes

2. Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health Insurance)

Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli preminya baik oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas.

Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :

1. Kepesetaannya bersifat perorangan dan sukarela.2. Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar jenis tanggungan yang

dipilih.3. Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan oleh faktor usia, jenis

kelamin, dan jenis pekerjaan.4. Dilkaukan pemeriksaan kesehatan awal.5. Santunan diberikan sesuai kontrak.6. Peranan pemerintah relatif kecil.

Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI Life, Tugu mandiri dan sebagainya.

3. Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary Health Insurance)

1. Jenis ini merupakan alternatif  lain. Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :2. Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok.3. Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut.4. Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok

masyarakat.5. Santunan diberikan sesuai kontrak.6. Tidak diperlukan pemeriksaan awal.7. Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-undang.

Page 12: DHJD

Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh PT. Askes.

Kendala utama pengembangan bisnis asuransi kesehatan si Indonesia adalah :

1. Kesadaran masyarakat untuk berasuransi rendah. Masyarakat kelas menenengah ke bawah masih mempunyai pandangan bahwa mereka tidak mau berasuransi sebelum jatuh sakit.

2. Tingginya inflasi harga pelayanan kesehatan sampai 300 – 500 %.3. Digunanakan teknologi kedokteran yang baru yang hampir semua komponen masih

diimpor sehingga menyebabkan beay pelayanan menjadi sangat mahal.

Untuk mengelola perasuransian di Indonesia, pihak manajemen harus selalu memperhatikan tingkat kepuasan pelanggannya. Ada empat faktor yang mungkin akan mempengarugi kepuasan pelanggan asuransi :

1. Assymmetri information. Informasi yang dimiliki oleh pelanggan jasa asuransi sangat terbatas sehingga pengetahuannya tidak seimbang. Merka hanya mengerti : ”Yang penting saya sembuh”.

2. Externality. Anggapan dan harapan jika sakitakan menjadi tanggungan keluarga besar sudah tidak relevan lagi karena sistem nilai masyarakat sudah indivudualistik. Misalnya, jika ada anggota kelluarga yang dirawat di RS, abanyak anggota yang menunggu di bangsal, tetapi jika diminta untuk mendonorkan darahnya banyak yang menolak alasan dengan alasan yang tidak masuk akal.

3. Ignorance. Banyak asuransi kurang peduli dengan kesehatannya karena mereka kurang memahaminya. Jika sakit dan mendapatkan perawatan dokter sering erpikir ”yang penting sembuh” sehingga jika diperiksa apa saja mau dan pasrah.

4. Cost. Akibat dari ketiga faktor di atas, akhirnya beujung pada peningkatan biaya perawatan yang kadang-kadang di luar aturan asuransi. Akibatnya timbul keluhan dan menjadi sumber ketidak puasan pelanggan. Mungkin tindakan medis / perawatan yang diterima sudah benar tetapi karena pasiennya kurang peduli dengan aturan asuransi, pengguna jasa asuransi kurang puas.

http://ad4805mr.wordpress.com/2010/02/18/pembiayaan-kesehatan/

Page 13: DHJD

7. Sistem Rujukan dan Kesinambungan Yankes

Page 14: DHJD

11. Jenis Pembiayaan Kesehatan

Berbagai Sistem Pembiayaan untuk Mencapai Equity dan Universal CoverageDr Sigit Riyarto M.KesPengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Jenis-jenis Pembiayaan Kesehatan dengan Metode Risk Pooling•State funded systems•Social Health Insurance•Community Health Insurance•Voluntary Health InsurancePengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM

Page 15: DHJD

KemenkesRI 2011State-funded systems (biaya kesehatan ditanggung negara)•Keuntungan dari sistem ini adalah biasanya mencakup lebih banyak orang (universal coverage), serta dapat mengandalkan pada banyak sumber pembiayaan, serta secara relatif mudah dikelola. •Namun di sisi lain karena tergantung pada anggaran yang secara tahunan harus bersaing dengan dinas lain, maka sifatnya kurang stabil dan bahkan sering tidak memadai. PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011State-funded systems (biaya kesehatan ditanggung negara)..cont’d•Di banyak negara sistem ini ternyata tidak efisien. Selain itu, state funded systemscenderung menguntungkan yang kaya daripada yang miskin. •Oleh karena itu, untuk menjaga agar sistem ini berjalan baik di negara berpenghasilan rendah, harus ada kondisi yang mendukung misalnya pertumbuhan ekonomi yang baik, administrasi pajak yang profesional, dan institusi yang kompeten. •Selain itu yang penting terdapat upaya khusus untuk membantu orang miskin, untuk mencegah “a poor system for poor people” (Mossialos and Dixon 2002).

Page 16: DHJD

PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Social health insurance (SHI)•Bentuk asuransi ini berupa iuran wajib dari setiap warga negara kepada lembaga asuransi yang terpisah dari lembaga pemerintah. Sistem ini bertujuan untuk mencakup sebanyak mungkin orang dengan sistem subsidi silang antara yang kaya dan yang miskin. Selain itu membuat sumber biaya kesehatan lebih stabil dan masyarakat lebih mandiri. •Tapi tujuan ini hanya bisa dicapai lewat tahapan dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada karakteristik politik, sosial dan ekonomi di suatu negara. PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Social health insurance (SHI)

Page 17: DHJD

•Di banyak negara dengan pendapatan rendah, terutama yang ekonominya stagnan dan jumlah pekerja informal banyak, akan terdapat kendala besar bagi tercapainya tujuan ini . •Oleh karena itu, sebelum mengimplementasikan sistem ini pemerintah harus mengkaji secara mendalam.PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Social health insurance (SHI)•Pengkajian ini akan memutuskan apakah reformasi perlu segera dilakukan atau harus menunggu semua lingkungan kondusif. •Pengalaman menunjukkan bahwa pada tahap awal implementasinya, SHI cenderung mengalihkan sumber daya dari segmen populasi yang miskin ke yang kaya. •Sistem SHI juga harus didukung oleh upaya pengendalian biaya (cost containment)PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemen

Page 18: DHJD

KesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Community-based health insurance.•Sistem ini memberikan proteksi finansial kepada mereka yang tidak mempunyai akses lain ke pelayanan kesehatan. Walaupun demikian, kebanyakan community based health insurance preminya dan benefitnya kecil dan seringkali tidak bisa bertahan. Asuransi ini juga sering tidak efektif dalam mencapai populasi yang termiskin. •Asuransi semacam ini dapat dikembangkan bila banyak sektor informal serta tidak terdapat institusi yang memadai untuk mengelola asuransi. Tetapi syaratnya harus ada komitmen dan solidaritas tinggi diantara masyarakat. PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Community-based health insurance.•Intervensi pemerintah seperti pemberian subsidi, bantuan teknis dan inisiatif untuk menghubungkan antara community based insurance dengan sistem pembiayaan kesehatan yang lebih formal adalah penting untuk meningkatkan efisiensi dan keberlangsungan sistem ini. •Banyak literatur menganggap bahwa model ini “lebih baik daripada tidak ada sama sekali”•

Page 19: DHJD

Namun demikian community based insurance harus dianggap sebagai pelengkap bukan pengganti dari yang sudah ada (Preker and others 2004). •Tantangan yang paling besar adalah bagaimana merancang community based insurance agar berubah menjadi sistem pembiayaan yang lebih komprehensif dan canggih. PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Asuransi Kesehatan Sukarela•Sistem ini memerlukan adanya perusahaan komersial yang kompeten. •Sistem ini dapat mengambil untung dari (tetapi tidak tergantung dari) kapasitas pemerintah yang kuat. Tidak seperti asuransi sosial yang lebih sulit dikembangkan. Asuransi sukarela tidak tergantung pada solidaritas sosial atau nasional dan pasar formal yang stabil, walaupun kondisi semacam ini membantu. •Namun demikian, sistem ini, kecuali disubsidi oleh pemerintah, hanya dapat mengandalkan pada kemampuan membayar masyarakat dan kalangan bisnis. •Selain itu sistem ini rentan terhadap kegagalan pasar dan isu keadilan. (Tapay and Colombo 2004).•Oleh karenanya harus dikembangkan secara hati-hati dan perlu ada peraturan pemerintah yang kuat. http://pusdiklat-aparaturkes.net/Downloads/Diklat%20Kepemimpinan/Pelatihan%20PKP%20Kepala%20Dinkes/MODUL.3%20PKP%20KADINKES/POKOK%20BAHASAN%20DAN%20ATAU%20SUB%20POKOK%20BAHASAN/Berbagai%20Sistem%20Pembiayaan%20Untuk%20Mencapai%20Equity%20dan%20Universal%20Coverage%20%203/Pokok%20Bahasan%203.pdf

Page 20: DHJD

5. Peran dokter sebagai dokter keluarga9. Sitem perawatan kesehatan

BAB I KEDOKTERAN KELUARGA DAN WAWASANNYA Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes

1. dalam perjanjian kerja

http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/content/i.php?mid=3