dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah...
TRANSCRIPT
1
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
RISALAH RAPAT
RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM
PANITIA KERJA (PANJA)
PEMBAHASAN RUU TENTANG GERAKAN PRAMUKA
Tahun Sidang : 2010-2011
Masa Persidangan : I (satu)
Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum
Sifat Rapat : terbuka
Rapat ke :
Hari, tanggal : Selasa, 28 September 2010
Waktu : Pukul 15.00 WIB s.d. selesai
Tempat : Ruang Rapat Komisi X DPR-RI
Dengan : 1. Ketua Kwarnas
2. Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathon
3. Ketua Departemen kepanduan DPP PKS
4. Pimpinan Pusat HIPPRADA
5. Corps brigade Pembangunan (CBP) IPNU
6. Corps Kepanduan Putri
7. Ketua WANADRI
8. Sdr. Kol. Inf. I Made Sumantra, S.H.
Ketua Rapat : Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si/Wakil Ketua Komisi X
DPR-RI/F-PAN
Sekretaris : Agus Salim, S.H./kabagset. Komisi X DPR-RI
Acara : Masukan mengenai RUU Kepramukaan
Anggota Hadir : 15 dari 25 orang Anggota Panja
Pemerintah : 36 orang
2
PIMPINAN KOMISI X DPR-RI
1. PROF. DR. H. MAHYUDDIN NS, SP.OG (K) (F.PD/KETUA)
2. IR. RULLY CHAIRUL AZWAR, M.Si (F.PG/WAKIL KETUA
3. HERI AKHMADI (F.PDIP/WAKIL KETUA
4. DRS. ABDUL HAKAM NAJA, M.Si (F.PAN/WAKIL KETUA
F.PD :
5. DRS. PARLINDUNGAN HUTABARAT
6. THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos
7. RINTO SUBEKTI, S.E., M.M.
8. VENNA MELINDA, S.E.
9. JEFIRSTSON R. RIWU KORE, M.M.
F.G :
10. DRS. KAHAR MUZAKIR
11. DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN
12. IR. H. ZULFADHLI
13. DR. IR. HETIFAH, M.P.P.
F.PDIP :
14. DRA. SRI RAHAYU
15. DR. IR. WAYAN KOSTER, M.M.
16. PUTI GUNTUR SOEKARNO, S.Ip
17. DRS. UTUT ADIANTO
F.PKS :
18. NURHASAN ZAIDI
19. AKBAR ZULFAKAR, S.T.
F.PAN :
20. PRIMUS YUSTISIO
F.PPP :
21. DR. RENI MARLINAWATI
22. DRS. H. HISYAM ALIE
3
F.PKB :
23. MUH. HANIF DHAKIRI
FP.GERINDRA :
24. JAMAL MIRDAD
FP.HANURA :
25. H. HERRY LONTUNG SIREGAR
(RAPAT DIBUKA PUKUL 15.00 WIB)
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Jadi, separuhnya sekitar sudah memenuhi syarat.
Ibu dan Bapak sekalian,
Dengan persetujuan Ibu/Bapak, marilah kita buka Rapat Dengar Pendapat
Umum Panja Rancangan Undang-undang Kepramukaan Kepanduan kita buka
bersama dengan membaca basmallah, bismillahirrahmanirrahim.
(Rapat Dibuka Pukul 15.00 WIB)
Sesuai yang kita sampaikan tadi, acara hari ini sesungguhnya 1 saja yaitu
kami ingin mendengarkan pandangan dari Ibu/Bapak sekalian mengenai
Rancangan Undang-undang tentang Kepramukaan yang telah sebelumnya kami
sampaikan kepada Ibu/Bapak sekalian. Saya harus mohon maaf sekali lagi
bahwa ternyata versi yang disampaikan oleh Ibu/Bapak belum versi yang
terbaru, karena yang terbaru ini masih belum selesai ditata. Namun demikian,
tetap itu akan merupakan masukan tetap akan sangat berguna sekalipun kita
harapkan nantinya pada kesempatan yang lain mungkin bisa memasukan
masukan juga secara tertulis.
Ibu/Bapak sekalian,
4
Kami sampaikan bahwasanya tahapan penyusunan Undang-undang ini
sekarang ini sudah sampai pada ke tahapan dari Panja menuju, sudah masuk ke
Timus. Namun demikian masih ada sekitar 45 DIM Daftar Isian Masalah yang
belum disepakati dan masih akan dilakukan sekali lagi atau beberapa rangkain
lobby dalam waktu dekat ini untuk bisa mensepakati ke-45 DIM yang belum
tersepakati itu. DIM antara lain DIM yang belum disepakati itu termasuk
diantaranya judul. Judul itu masih jadi perdebatan juga apakah itu sesuai dengan
awalnya kepramukaan karena ada 2 judul yang diajukan, Undang-Undang
tentang Kepramukaan dan satu lagi usul dari Pemerintah menjadi Undang-
Undang Gerakan Pramuka. Itu antara lain diantara 45 DIM yang masih belum
selesai.
Namun demikian di dalam proses penyusunan inipun, kecuali pada hari ini
di samping pada hari ini kami ingin memberikan masukan dari Ibu/Bapak
sekalian yang menjadi Pengurus Pusat atau Kwartir Nasional sifatnya yang di
pusat bahwa Hari Kamis nanti pun kami akan melakukan uji publik di 2 daerah
untuk mendengarkan pandangan dari daerah terhadap Undang-undang ini. Jadi,
Hari Kami dan sebelum Hari Kamis nantinya kami juga mohon nanti juga ada,
kami juga akan minta tolong nanti ada alamat emailnya. Nanti bahan uji publik
juga itu akan bisa kita emailkan kepada Bapak/Ibu sekalian untuk sekali lagi
kalau ada masukan yang substantif untuk bisa kita tampung lebih jauh
kesananya.
Ibu/Bapak sekalian, saya ingin menawarkan kepada Ibu/Bapak sekalian,
urutan pembicaraan ini disesuaikan dengan undangan ini ataukah sesuai dengan
tempat duduknya? Kalau Saya usul, bagaimana kalau sesuai dengan undangan
saja Ibu/Bapak sekalian.
Oke.
Kalau sesuai dengan undangan, maka yang pertama adalah dari
Pramuka, dari Gerakan Pramuka, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, kemudian
Kwartir atau Gerakan Hisbul Waton, kemudian Keadilan, kemudian Hiprada,
kemudian CBB, kemudian KKP, dan kemudian Wanadri dan terakhirnya nanti
dari yang mewakili Pak Tono Suratman yaitu Pak Made. Demikian, bisa kita
sepakati ya?
Untuk kesepakatan juga supaya kita efisien waktunya, karena tidak
mungkin kita akan duduk sini sepanjang hari. Paling maksimum waktu yang
memungkinkan adalah sampai jam 5, karena itu apakah kita bisa sepakati untuk
paparan atau respon dari Ibu/Bapak sekalian, karena ini sifatnya akan lebih
banyak mendengarkan dari masukan dari Ibu/Bapak sekalian itu kita batasi
supaya nanti bisa ada dialognya. Bagaimana kalau kita batasi untuk paparan
5
pertama untuk 10 menit, bisa cukup ya Bapak? 10 menit, nanti akan dilanjutkan
dalam tanya jawab selanjutnya. Jadi, kira-kira 1 jam untuk pemaparan atau
masukan dari Ibu/Bapak sekalian dan selebihnya 1 jam berikutnya adalah untuk
tanya jawab.
Setuju ya Bapak?
Oke.
Kita mulai, kami serahkan dari Pramuka 10 menit. Kita hitung, mulai Pak.
Silakan.
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
Terima kasih.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat Sore.
Salam Sejahtera untuk kita semua.
Salam Pramuka.
Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Kakak-Kakak dari Pimpinan Panja Komisi X DPR RI yang mengundang
kami pada siang hari ini. Seperti yang Kakak sampaikan, sayang kita tidak terima
draft akhir Kak sehingga nanti komentar kami ada yang sudah dibahas atau
tidak, minta maaf untuk itu.
Dari catatan yang ada seperti yang Kakak katakan, perkenankanlah kami
menyampaikan komentar untuk beberapa hal yang masih didiskusikan nanti.
Pertama adalah yang menyangkut judul Undang-undang. Memang ada 2 pilihan.
Pilihan pertama adalah Undang-undang Kepramukaan. Yang kedua adalah
Undang-undang Gerakan Pramuka, itu versi Pemerintah. Bagaimana pendapat
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka? Kalau kita lihat dari judulnya, kalau untuk
judulnya adalah Undang-undang Kepramukaan, berarti mengacu pada sesuatu
yang terkait dengan Pramuka. Pramuka adalah Scoutt, Orang-orang yang
melakukan kegiatan kepramukaan. Kalau kita memakai judul Undang-undang
Kepramukaan, berarti kita hanya mengatur hal-hal yang terkait dengan orang per
orang yang melakukan kegiatan kepramukaan itu. Kalau ini yang dimakai
sebagai pegangan, menurut hemat kami pengaturannya lebih terbatas
karenanya terkait dengan orang-orang yakni Pramuka yang melakukan kegiatan
itu. Beda halnya kalau judulnya adalah gerakan pramuka, gerakan pramuka
menunjuk pada organisasi. Kalau kita ingin mengatur tentang Gerakan Pramuka
sebagai organisasi, di dalamnya termasuk kelembagaannya, termasuk
kegiatannya, termasuk orang-orang yang melakukan kegiatan itu. Dengan kata
lain kalau kita memilih judul Gerakan Pramuka, maka pengaturan substansi yang
6
diatur akan lebih luas. Kalau kami lihat draft yang disusun yang isinya cukup
luas, maka menurut hemat kami yang paling sesuai namanya adalah Undang-
Undang Gerakan Pramuka. Itu adalah yang pertama.
Yang kedua adalah yang kami bisa tangkap tentang kelembagaan, ada
gagasan ingin membentuk apakah itu lembaga tunggal atau organisasi yang
bersifat plural.
Kakak sekalian, perlu Saya sampaikan, pertama dimana pun di dunia
Scout Organization itu hanya 1 untuk setiap nation. Ada variasi diantara negara,
tetapi variasi itupun masih di dalam naungan nose-nose Scout Assosiation. Saya
beri contoh di Thailand, karena disana Agama Budhanya kuat, maka mereka
mempunyai Budha Scout Assosiation. Budha Scout Assosiation adalah bagian
daripada Thailand Scout Assosiation dan seterusnya di banyak negara lain juga
adalah begitu. Oleh karena itu, seyogyanya kita jangan terlalu
berbeda/bermakna dengan lingkar meluar dan kita tentu tidak boleh dianggap
aneh sendiri, maka mestinya kita juga harus punya 1. Itu yang pertama.
Yang kedua, pendapat kami tidak betul kalau misalnya ini dijadikan 1
bertentang dengan Undang-undang Dasar Hak Berserikat. Kenapa? Karena inti-
inti pokok Gerakan Pramuka itu adalah berada di Gugus Depan. Gugus Depan
itu tempat dimana Adik-adik kita dilatih, karena pendidikan gerakan pramuka itu
adalah pendidikan. Nah kita tahu tidak ada larangan untuk siapapun boleh
mendirikan Gugus Depan, apakah dia dari perorangan, dari lembaga sekolah,
lembaga pendidikan, lembaga organisasi masyarakat silakan membentuk gugus
depan karena kita membutuhkan partisipasi masyarakat untuk jalannya gugus
depan itu. Nah Gugus Depan pada 1 wilayah mengkoordinir diri karena memang
ada kesamaan kepentingan terbentuklah melalui musyawarah kwartir ranting.
Demikian selanjutnya kwartir ranting melakukan musyawarah secara
musyawarah dan demokratis menjadi kwartir cabang dan seterusnya sampai
dengan Kwartir Nasional. Kwartir Nasional itu tidak ada kalau tidak ada Kwartir
Daerah. Kwartir Daerah tidak ada kalau tidak ada kwartir cabang, Kwartir
Cabang tidak ada kalau tidak ada Kwartir Ranting, Kwartir Ranting tidak ada
kalau tidak ada Gugus Depan. Gugus Depan adalah organisasi yang sangat
demokratis.
Menurut hemat kami, berdirinya 1 lembaga di dalam 1 negara 1 organisasi
kepramukaan, hanya 1 adalah:
1. Sesuai dengan kelaziman internasional kita dalam masa ke internasional yang
memang diakui secara dunia; dan
2. Tidak bertentangan menurut hemat kami dengan hak berserikat.
7
Lalu, bagaimana kalau ada Teman-teman yang ingin dalam aspirasi
tertentu melakukan kegiatan bersama? Tidak ada halangan kalau ada Teman-
teman ingin mempunyai kegiatan 1 aspiratif menghimpun gugus depan yang se-
aspiratif, dari dulu juga sudah ada, beberapa Teman-teman berlakukan kegiatan
bersama-sama mempunyai Pengurus pada tingkat provinsi dan tingkat nasional,
menghimpun gugus depan yang se-aspiratif. Dari kebijakan kami, memang tidak
kami bentuk pada tingkat kabupaten. Terlalu kecil kalau di kabupaten. Kalau
banyak organisasi di tingkat kabupaten, yang rusak kita sendiri, berkelahi nanti
kita disitu, wilayahnya terlalu kecil. Karena itu, kami memunculkan dibentuklah
pada tingkat nasional dan tingkat provinsi dan Pengurusnya itu adalah Anggota
Pleno atau Andalan dari Pengurus Nasional. Sampai detik ini ada organisasi itu.
Jadi, hemat kami kiranya apa yang sudah terjadi saat ini dengan apa yang Saya
sampaikan tadi dapat diteruskan saja. Hanya 1 Gerakan Pramuka di Indonesia
yang menampung kelompok-kelompok aspiratif sesuai dengan yang Saya
sebutkan tadi.
Kakak-kakak sekalian, yang ketiga, yang konon katanya masih
diperdebatkan adalah tentang Pejabat Publik masuk dalam susunan
kepengurusan. Perlu Saya sampaikan kepengurusan Gerakan Pramuka itu ada
2. Pertama adalah yang disebut Majelis Pembimbing, mereka memberikan
nasehat itu bukan eksekutif, hanya menasehat dan di dunia Ketua Pembimbing
itu adalah Chips Scoutnya adalah Presiden. Dimana? Itu bukan kita saja, kita
pergi ke negara yang raja, rajanya jadi Chips Scout dan itu turun sampai ke
negara bagian, pada tingkat gubernur adalah gubernur adalah Chips Scout untuk
daerah itu. Nah kita Pejabat Publik yang otomatis hanya pada Majelis
Pembimbing yang Saya sebutkan tadi yang menurut Saya adalah kelaziman
internasional, tidak ada masalah tentang itu. Bahwa nanti Bapak Presiden
sebagai suatu Majelis membentuk Badan suruh memperkuat dirinya atau Bapak
Gubernur membentuk badan untuk mengukuhkan majelis pada 1 tingkat provinsi
tidak masalah. Nanti kita akan tentukan, tetapi tentu kita sepakat yang masuk itu
mestinya adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh kepanduan yang mengerti
kepramukaan di daerah itu. Ini yang pertama. Sedangkan untuk tingkat eksekutif,
yaitu Kwartir Cabang/Kwartir Daerah tidak ada yang disebut Ex Officio, mereka
semua dipilih secara demokratis. Jadi, kalau kebetulan yang terpilih itu Bapak
Wakil Bupati, bukan karena dia Bapak Wakil Bupati karena dia adalah
ketokohannya dalam Gerakan Pramuka.
Oleh karena itu, seperti Saya tadi dengar dari Kak Naja pergi ke Afrika
atau kemana tadi ke Ketua Pramukanya disana adalah Menteri Perhubungan.
Jadi, kamar yang dipilih bukan Menterinya, Perguruan tetapi memang adalah
8
ketokohannya. Dari apa yang Saya sampaikan, menurut hemat kami tidak ada
hambatan. Tokoh Publik masuk di dalam Gerakan Pramuka asal saja dia tidak
menggunakan Pramuka sebagai kendaraan politik dan tidak boleh berpolitik dan
itu sudah dilakukan sejak lama bagi mereka yang masuk dalam Gerakan
Pramuka.
Selanjutnya, yang ketiga itu adalah satuan komunitas yang kemudian
disebut sebenarnya gerakan pramuka itu ada 2 gugus, ada gugus sekolah dan
gugus komunitas. Itu satu kesatuan sebenarnya tidak bisa dipisah, ada School
Base, ada Community Base, sama-sama gugus depan. Jadi, tidak beda itu yang
didirikan di Gugus Depan, yang didirikan di Komunitas. Jangan dipisah, itu
adalah lembaga pendidikan kita. Nah kalau misalnya ingin didirikan satuan
komunitas yang kemudian disitu ternyata senior-senior kita ingin masuk disitu
tidak duduk dalam Pengurus tetapi ingin berbakti, kemudian dibentuk yang
disebut satuan dharma, gugus dharma pramuka. Sebenarnya Pramuka sudah
membentuk namanya Hiprada. Hiprada itu bagian dari Kwartir Nasional. Kita
bentuk untuk itu. Jadi, menurut hemat kami tetapi kita minta pendapat dari Kak
Parni disitu bagaimana pandangan-pandangan Kakak-kakak bentuk gugus
dharma pramuka yang sebenarnya fungsi itu ada di tangan Kakak-kakak
sekalian.
Dan yang terakhir adalah soal pandu dan pramuka, Saya pikir ini tidak di
persoalkan lagi. Dulu sebelum Tahun 1961, nama organisasi adalah Gerakan
Kepanduan. Kita ikut dan kegiatan kita namanya Pendidikan Kepanduan. Tidak
apa-apa, tetapi pada Tahun 1961 nama organisasi diganti tidak lagi Gerakan
Kepanduan tetapi Gerakan Pramuka, kegiatannya tetap Pendidikan Kepanduan.
Kalau kita ingin taat peraturan, kita ikutilah itu. Oke, kasih nama Gerakan
Pramuka. Kegiatan adalah namanya kegiatan pendidikan kepanduan tetapi pada
Tahun 2003 ketika dikeluarkan Undang-undang No. 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, disitu disebutkan Pendidikan Kepanduan adalah sama
dengan pendidikan kepramukaan. Untuk taat azas, maka kami menggunakan
nama organisasi gerakan pramuka. Kegiatannya, tentu bukan kegiatan
kepanduan tetapi adalah pendidikan kepramukaan. Saya pikir ini sudah manis
sekali Kak, manis sekali bicara soal Gerakan Pramuka dan kegiatannya adalah
Pendidikan Pramuka.
Minta maaf karena agak panjang.
Inilah yang bisa kami sampaikan pada kesempatan pertama.
Terima kasih.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Salam Pramuka.
9
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih.
Sebenarnya bukan lebih, pas 10 menit. Tetapi cuman tadi Saya lihat
berita detik com hari ini, karena tadi Pak Azwar sama Pak Hakam dan Saya ada
diskusi dengan media. Disana, usul ternyata jalan-jalan Anggota DPR justru
menguntungkan Pramuka kata beritanya begitu Pak. Jadi, kita yang remuk,
Pramuka yang senang katanya.
Oke.
Berikutnya, kami silakan dari Hispolwaton.
HISBUL WATON
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Kami kenalkan dari Hisbul Waton hadir Ketua Umumnya Mas Wasyim,
Sekretaris Bambang Gunawan dan bidang pemilihan pengkajian hukum.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Agak sedikit Pak, ini direkam semuanya dan ini bagian dari proses formal.
Jadi, mohon lebih keras dan lebih dekat.
HISBUL WATON
Hisbul Waton tetap pada pendirian semula tentang nomenklatur. Apa itu
keberatan kita kalau ini dijadikan judulnya itu Undang-undang Kepanduan
Indonesia, itu Saya tanyakan dulu. Mari kita belajar dan pelajari sejarah dan kita
kembalikan. Selanjutnya, Hisbul Waton memang belum siap masuk kepada
pasal-pasal walaupun ini disodorkan terus, sebab masalahnya masih krusial
karena nomenklaturnya belum kita sepakati. Untuk itu, pertemuan kita sekali, 2
kali, 3 kali Hisbul Waton tetap pada prinsip, judul belum bisa kami terima. Untuk
itu, kali ini Saya tidak akan berbicara lebih panjang, karena kondisi. Saya silakan
Kak Triantoro untuk membacakan makalah Saya dan dalam waktu 10 sampai 15
menit. Terima kasih.
HISBUL WATON (GATOT TRIANTORO)
Insya Allah tidak sampai 15 menit Mas Heri.
10
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Silakan Mas, monggo.
HISBUL WATON (GATOT TRIANTORO)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Saudara-saudara sekalian sebangsa dan setanah air,
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Bapak,Kalau ada bentuk tercetak, kami bisa.
HISBUL WATON (GATOT TRIANTORO)
Kami sudah memberikan.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Bukan, maksudnya dibagikan ke yang lain.
Silakan.
HISBUL WATON (GATOT TRIANTORO)
Saudara-saudara sekalian sebangsa dan setanah air,
Ketika kita berbicara tentang masalah Undang-undang, kita harus
mengingat bahwa Undang-undang dimana pun selalu memiliki daya paksa.
Tidak ada Undang-undang yang tidak memiliki daya paksa. Ketika kita berbicara
tentang Undang-undang, maka kita memasuki ranah hukum. Ketika kita
memasuki ranah hukum, maka kita harus berpikir secara hukum. Dan dalam
Undang-undang yang memiliki daya paksa, pertama apabila Undang-undang
mengenai Pramuka tetap dipaksakan ada 3 hal sebenarnya yang membuat
permasalahan menjadi akan terjadi beberapa kemungkinan yaitu bisa jadi 3 hal
tersebut bisa menjadi unsur hukum penghambat atau penggalang bagi terbitnya
Rencana Undang-undang Pramuka. Ketiga hal tersebut, kami kemukakan
sebagai berikut: ketika Undang-undang Pramuka, Pramuka adalah organisasi
nirlaba, sukarela dipaksakan menjadi suatu bentuk Undang-undang yang
mempunyai daya paksa, maka:
Pertama, adanya benturan dengan bunyi Pasal 28 Undang-Undang Dasar
1945 manakala Undang-undang yang mengatur tentang kebebasan berserikat
bagi warga negara dan di dalam Rancangan Perundang-undangan Pramuka
11
akan terjadi pemaksanaan kehendak pada satu organisasi. Maka disini 1
persoalan itu akan bisa menjadi, bisa kita lari kepada Yudisial Review. Produk
Undang-undang tidak boleh bertentangan dengan produk perundang-undangan
di atasnya. Dengan kata lain, bahwa keberadaan Undang-undang Pramuka akan
sangat bertentangan, diakui sendiri oleh Kak Hazrul tadi walaupun dikatakan
tidak bertentangan, bagaimana tidak bertentangan? Saya sebagai Dosen Hukum
juga jadi bertanya, apabila sebuah Undang-undang yang memaksakan
kehendaknya dalam 1 unit organisasi tanpa memperbolehkan organisasi lain
untuk hadir, jelas sangat bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945
Pasal 28.
Kedua, keberadaan Pramuka itu sendiri melalui Kepres. Keberadaan
Pramuka melalui Kepres tidak salah, tetapi ketika Kepres tersebut menyatakan
bahwa Pramuka merupakan satu-satunya organisasi kepanduan dan gerakan
kepanduan yang lain harus masuk ke dalam pramuka, disinilah yang terjadi
benturan-benturan. Sesungguhnya Kepres 238 itu sudah bertentang dengan
Pasal 28 UUD 1945. Dalam tatanan perundang-undangan di Indonesia, UUD
1945 itu adalah tertinggi, kemudian Undang-undang dan baru Perpu, kemudian
adalah Peraturan Kepres dan baru Peraturan Pemerintah. Kepres itu berada
pada tingkatan di bawah sekali dari UUD 1945. Maka ketika Kepres 238
dikeluarkan yang kebetulan ada disini memutuskan pada poin ketiga, badan-
badan lain yang sama sifatnya atau yang menyerupai pergerakan pramuka
dilarang adanya. Secara tidak langsung, pada saat itu produk kepres
bertentangan dengan Pasal 28 daripada UUD 1945.
Pertanyaannya adalah siapa yang saat itu berani menantang Bung
Karno? Tidak ada satupun yang berani mengatakan walaupun Bung Karno telah
jelas-jelas melanggar Pasal 28 UUD 1945 tetapi siapa yang berani melarang,
berani menantang Bung Karno, berani menyalahkan Bung Karno. Tidak pernah
ada di Republik tercinta ini yang berani menantang Penguasa. Ketika salah
presiden melestarikan kekuasaannya, siapa yang berani menantang. Ketika
Kasus Lapindo dan Kasus Kompor Meleduk, siapa yang berani mengingatkan
SBY. Tidak ada yang berani, setiap Penguasa mempunyai metode sendiri, tetapi
kita tercatat dalam sejarah bahwa Kepres 238 adalah mati suri begitu lahir. Dia
seharusnya tidak diperkenankan hadir pada kesempatan ketika Saya menjadi
Anggota Pramuka, pada level yang tertinggi Saya menjadi Anggota Pandu pada
Tahun 1961, kemudian menjadi Anggota Pramuka dari mulai kecil Saya menjadi
Anggota Pramuka bukan karena Saya Pengusaha, bukan karena Saya Pejabat,
tetapi Saya menjadi Pramuka sejak lahir dan Saya sangat hapal dan kebetulan
Saya dekat dengan Kanjeng Sinewun, apalagi waktu Saya ikut Gerakan
12
Mahasiswa di Jogja. Saya pernah bertanya kepada ngarso dalem, apakah
ngarso dalam tidak mengingatkan pada waktu itu ketika Bung Karno melanggar
UUD 1945, Beliau hanya tersenyum. Pada saat itu tidak ada suatu kekuatan
yang berani, sekarang pun juga tidak ada yang berani tetapi kita harus ingat
bahwa pelanggaran telah terjadi. Kalau seorang Yusril Ihza Mahendra saja telah
membuka mata hati kita bahwa ada yang tidak beres pada hukum
ketatanegaraan kita, hukum administrasi kita bagaimana sebuah produk
Undang-undang yang namanya Undang-undang Kejaksaan telah menjadi cacat,
padahal seorang Yusril adalah tersangka, dia telah membuka mata kita,
membuka telinga kita bahwa ada sistem yang salah di republik ini dalam
perundang-undangan, maka kami dari HW yang bukan tersangka yang sebagai
orang bebas kenapa harus takut, kita mengungkapkan tentang kebenaran
Undang-undang. Kita jujur saja, berani mengutarakan ketika anda bermain
dengan Undang-undang, hati-hati. Itu adalah dan sekarang pertanyaannya
bagaimana produk haram kemudian menjadi halal. Produk yang sudah cacat
sejak lahir, kemudian mati suri, mengapa tiba-tiba mendapat harkat untuk
dinaikan derajatnya. Produk yang jelas, itu adalah produk salah kaprah dengan
keluarnya 238. Kemudian, sekarang ditingkatkan menjadi Undang-undang.
Sejarah akan mencatat, anda dari pihak Pemerintah atau pihak manapun kalau
anda memaksakan, silakan saja anda memaksakan itu menjadi sebuah Undang-
undang. Anda mempunyai fraksi yang hebat di Pemerintah yang mungkin secara
kalau untuk suara saja mungkin menang tetapi sejarah republik ini akan
mencatat bahwa telah terjadi kekacauan di bidang hukum.
Sebuah produk yang keluar dari produk tidak halal berupa Kepres yang
mampu melabrak UUD 1945, ternyata ditingkatkan derajatnya menjadi sebuah
Undang-undang. Ini adalah sebuah produk yang salah kaprah sekali dan
kemudian sekarang adalah asal keberadaan nama pramuka itu sendiri dan
eksistensinya, nama pramuka berkali-kali adalah nama khas Indonesia yang
muncul dari Orang besar kita yaitu Bung Karno. Pramuka adalah singkatan dari
Praja Muda Karana, menjadi jelas seperti dikemukakan pada halaman-halaman
di atas pada lembaran kami bahwa Scout tidak bisa diterjemahkan sebagai
Pramuka, Scout adalah Pandu. Pramuka adalah Pramuka, Pramuka berasal dari
Bumi Indonesia. Dia bernama Praja Muda Karana. Ketika kita berbicara tentang
Scout, maka kita berbicara tentang Pandu. Ketika kita akan menghilangkan kata
pandu, ubah lagu Indonesia Raya. Anda berani mengubah lagu Indonesia Raya?
Aku jadi Pandu mu, silakan diubah atau hyme pramuka. Kita harus konsekuen.
Hidup itu harus konsekuen. Jadi, jangan kita meninggalkan pada anak cucu kita
satu kesalahan yang berlanjut, dosa berjamaah, dosa turunan. Mari kita duduk
13
untuk berbicara secara baik. Oleh karena itu, bahwa Pramuka ingat statusnya
kepanduan internasional, independen, non goverment, non partisan, sukarela,
non politik jelas kalau yang namanya statuta internasional adalah non politik.
Sekarang dalam sejarah yang membuat Saya kecewa pada Pramuka, Saya dari
kecil sudah pramuka. Mengapa tiba-tiba pramuka seperti menjadi alat politik dari
Pemerintah pada akhirnya, mengapa kok Pramuka selalu disapi oleh
Pemerintah, sangat tergantung pada Pemerintah? Kalau kita mengacu pada
kepanduan internasional, kenapa sih kok kita tidak malu, kita menyebut saja
gerakan kepanduan Indonesia dimana Pramuka adalah salah satu Anggotanya
misalnya, wong kita harus konsekuen, maka maaf kalau ada misalnya ada studi
banding, anda keliru misalnya studi banding pramuka ya harus dibandingkan
dengan pramuka, tidak bisa pramuka dibandingkan dengan pandu, karena
pramuka itu adalah Praja Muda Karana Khas Indonesia. Kalau kita ditanya
dimana ada Pramuka ya di Indonesia. Kalau yang lain-lain adalah pandu,
logonya saja sudah berbeda. Pramuka khas tunas kelapa, tidak ada itu logo
buah durian atau apapun dan disinilah inilah yang Saya agak kecewa mengapa
kalau kita dipaksakan maka akan jelas bahwa terjadi kesalahan.
Jadi, ini sebelum kami mengakhiri, Kami hanya berpesan jangan sampai
kita membuat kesalahan 2 kali, jangan sampai kesalahan ini akhirnya menjadi
Undang-undang tentang Pendidikan yang akhirnya diyudicial review, jangan
sampai ini akhirnya menjadi Undang-undang Kejaksaan yang akhirnya seorang
Yusril yang sebagai tersangka saja berani, masa Orang HW yang bukan sebagai
tersangka untuk mengungkapkan kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, Saya berharap mulai sekarang kita duduk, kita berbicara
atas nama Indonesia mari kita berpikir untuk Indonesia. Gerakan untuk menuju
kepada kebangkitan bangsa bukan monopoli satu golongan. Kami dari Hisbul
Waton sejak dari awal kalau kita tidak pernah memasukan unsur islam, Saya
tidak pernah berbicara masalah unsur agama. Kalau anda berbicara bahwa
agama itu adalah alergi, HW tidak pernah mengucap dalam konsep-konsep HW
untuk mengucapkan tentang bahwa Hisbulwaton adalah suatu kepanduan
agama, tidak, sama sekali tidak. HW bukan seperti itu, Para Pendiri
Hisbulwanton ingat dasa dharma Pramuka sebagian besar diambil daripada HW
Undang-undang Hisbulwaton dan ini sudah konsep yang jelas.
Jadi, mohon sekali lagi kepada yang terhormat Bapak Anggota DPR,
Saya setuju tentang penamaan. Kalau kita kembali, kembalikan saja kepada
Kepanduan ”Undang-Undang Gerakan Kepanduan”, tetapi bagi Saya Undang-
Undang itu tidak penting.
14
Terakhir, kalau yang dipermasalahkan itu anggaran, buat saja Kepres
mengenai Anggaran untuk Pramuka atau apapun. PMI apakah ada Undang-
Undangnya, apakah kalau Saya tidak ikut Pramuka harus mengalami hukuman
pidana, ataukah kalau Saya pakai simbol-simbol Pramuka berupa merah putih,
Saya harus kena sanksi pidana? Apakah kalau Saya mengantongi Tunas Kelapa
sebagai bagian daripada bagian Logo Pramuka, Saya juga harus kena pidana.
Ini adalah pemikiran bodoh dari republik kita tercinta ini. Republik ini sudah
tercabik-cabik baju hukumnya, mari kita perbaiki dengan benar, mari kita berani
bicara dan saatnya sekarang untuk kita berani mengatakan ya pada kebenaran
dan tidak pada kebenaran.
Terima kasih.
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah;
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih Pak Gatot yang berapi-api ya? Sekalipun jangan sampai
terbakar nanti kalau terlalu panas begitu. Tolong Panitia, minumnya Pak Gatot.
Ibu/Bapak sekalian,
Kami persilakan dari Pandu Keadilan.
Kami persilakan.
PANDU KEADILAN (UBAIDILLAH)
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Kami dari Pandu Keadilan akan memberikan beberapa hal. Pertama, ya
ucapan terima kasih diberikan kesempatan pada untuk dengar pendapat ini.
Yang pertama adalah yang tadi memang masalah judul, cukup masalah
yang masih polemik dari beberapa pertemuan. Kita dari Kepanduan
mengusulkan nanti rancangan menjadi Gerakan Kepanduan sebagaimana tadi
Hibuswaton mengusulkan. Kenapa pertimbangan ini diberikan? Yang pertama,
kita akan ada suatu tentang kebebasan berorganisasi. Karena kelihatan kalau
dalam yang tadi Kepres Tahun 1961 tentang Kepramukaan, itu hanya berdiri 1
organisasi. Nah diharapkan dalam Gerakan Kepanduan ini bisa menggabungkan
beberapa organisasi bisa bergabung disana. Kemudian, karena disini juga
bahwa kepanduan itukan gerakan non formal sehingga apapun yang kita
kerjakan atau kita laksanakan itu bisa saja itu dilaksanakan. Nah tidak terbatas
sehingga tidak kaku dalam pola pelaksanaan pendidikan dalam kepanduan
tersebut.
15
Kemudian, disini yang berikutnya tentang membangkit kembali kepanduan
tersebut yang kita lihat sekarang inikan gerakan kepanduan yang diinikan
gerakan kepramukaan hampir tidak terdengar, diharapkan dengan adanya
gerakan kepanduan ini semakin semarak gerakan tersebut dan setiap organisasi
masyarakat bisa berperan aktif dalam gerakan kepanduan tersebut, sebab kalau
satu, maka ormas atau yang ingin menyumbang atau melaksanakan kegiatan-
kegiatan itu sangat, tidak bisa bebas. Nah dengan kegiatan kepanduan tersebut,
ormas-ormas ketika mereka memberikan atau menyumbangkan suatu pemuda-
pemuda ini bisa lebih efektif dan lebih semarak.
Kemudian, juga dalam pasal yang Saya garisbawahi, ada namanya
digambarkan tentang Asosiasi Kepramukaan dan mungkin disini kalau ini
menjadi Asosiasi Kepanduan. Diharapkan dalam asosiasi ini adalah baik dari
tingkat nasional, baik tingkat daerah dan kabupaten itu terdiri dari gabungan
organisasi kepanduan yang ada di Indonesia. Selama inikan hanya 1. Nah
diharapkan ketika ada gerakan kepanduan ini sehingga disitu sudah menjadi
Asosiasi Gabungan dari beberapa gerakan-gerakan kepanduan baik unsur dari
Muhammadiyah, NU dan lain-lain atau dari Ormas-ormas lainnya.
Saya rasa itu saja gambaran dari Kepanduan Keadilan tentang usulan
baik dari Rancangan Undang-Undang kemudian dari 3 pandangan tadi.
Saya rasa itu saja.
Saya akhiri.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih Pak Ubaidillah yang telah mewakili dari kepanduan.
Jadi, ini adalah salah satu bentuk kepanduan yang dilahirkan oleh partai
oleh DPP Partai PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dan itu satu contoh
perkembangan baru yang ada di Indonesia juga sekarang ini. Kami tentu dari
DPR ingin menangkap semua fenonema yang ada tanpa mengecualikan apapun
yang lainnya.
Kemudian, kami serahkan berikutnya dari Hiprada.
Kami silakan.
HIPRADA (PARNIHADI)
Terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Salam Pramuka.
Salam Hiprada.
16
Salam Sejahtera.
Saya Parnihadi, salah satu Ketua Hiprada (Himpunan Pandu dan
Pramuka Upraeda). Seperti namanya, Saya juga Pramuka sama dengan
Kwarnas sebelum pindah kamar. Hanya pindah kamar, makanya sama.
Bersama-sama dengan Kak Paulus salah satu ketua juga dulu di Kwarnas
Pramuka dan sebelah adalah Kak Broto Sartono Sekretaris Umum. Mohon maaf
Ketua Umum Kak Haryono Suwono tidak hadir, menugasi kami untuk
menyampaikan pandangan tentang penyusunan Undang-Undang Kepramukaan
atau Kepanduan atau apapun namanya. Karena namanya juga Hiprada, maka
jangan kaget kalau pandangan kami hampir mirip sama dengan Kwarnas
Pramuka, tentu ada bedanya karena kamarnya beda. Jadi, kalau lain kamar itu
ada sedikit banyak ada berbeda tetapi pada prinsipnya Saya kira hampir sama
pandangan kami. Apalagi Saya mendengar dengan cermat pandangan bahwa
Pramuka atau Kepanduan harus independen dan harus non partisan, maka Saya
ingat Hyme Pramuka ”Kami Pramuka Indonesia, Manusia Pancasila”. Saya pikir
itulah ciri khas bahwa kita Pramuka harus non partisipan, harus independen,
agak keras sedikit Saya kurangi.
Kemudian, tentang hal lain mengenai pasal-pasal dan beberapa
pertanyaan dari Kak Hazrul, Saya akan minta Kak Paulus Cakrawan untuk
menyampaikannya karena Saya pikir Beliau ini cukup berpengalaman, lama
menjadi andalan nasional pramuka bidang luar negeri.
Silakan Pak Paulus.
HIPRADA (PAULUS CAKRAWAN)
Terima kasih Kak Parni.
Selamat Siang kepada Bapak/Ibu sekalian,
Saya tidak mau berpanjang-panjang, ringkas saja.
Yang pertama adalah pengalaman. Pengalaman Saya pribadi yang
pernah mewakili Pramuka di internasional yang cukup lama dan di dunia
pekerjaan bisnis di luar negeri, memberikan pengalaman atau kesimpulan yang
luar biasa bagi Saya adalah kita ini sebagai bangsa kalau mau bersaing, kalau
mau berdiri, kalau mau hebat di negara-negara di antara dunia ini. Pertama,
harus punya persatuan, ini roman kita. Dalam waktu dekat ini selama 2 bulan ke
depan, Saya akan mengunjungi beberapa negara dengan beberapa misi. Misi,
melawan grand collonialism, misi dagang, misi segala macam bersama dengan
Menteri Pertanian, ESDM dan lain-lain. Apa yang terjadi pengalaman seperti ini.
Di Indonesia kurang kompak di dalam negeri. Ini Saya kira kita tahu semualah,
Saya tidak perlu menutup-nutupi bahwa kita kurang bersatu. Jadi, dari
17
pengalaman itu Saya mengambil sudut lain dari yang jelaskan oleh Kak Hazrul
tadi mengenai Kepramukaan. Kepramukaan harus 1 di Indonesia karena itu
menjadi modal kita nantinya, bibit kita nantinya untuk menjadi bangsa yang
berjaya di masa depan. Kalau dari kecil kita sudah mulai terkotak-kotak dengan
berbagai macam kepanduan atau kepramukaan apalagi yang partisan, apa
jadinya nanti? Sekarang pun, saat inipun kita mengalami masalah-masalah yang
seperti itu. Saya kebetulan sebagai seorang Pramuka, Ayahnya Saya Pembina
Pramuka, Pandu kemudian menjadi Pramuka. Saya dengan susah payah
menyatukan ini di kalangan dunia usaha tentunya dimana Saya banyak
berkiprah. Kalau kita mau bersaing harus satu.
Kemudian, mengenai Statuta. Statuta Internasional sudah mengatakan
bahwa Pramuka itu non partisan non politik. Ini harus tegas jika kita Pramuka
Indonesia ingin menjadi bagian dari kepramukaan dunia, mau tidak mau kita
harus mengikuti aturan ini. Kalau tidak ya kita tidak akan diikutsertakan di dalam
kepanduan dunia, tetapi ini Saya anggap nomor 2. Nomor 1 adalah tadi
kepentingan nasional tadi. Jadi, tetap Pramuka itu harus 1 apapun. Jangan
Saudara-saudara misalnya Mas Gatot dari ... ini teman Saya di Jakarta Selatan,
Hisbulwaton dan lain-lain, itu jangan menganggap bahwa Gerakan Pramuka itu
dipimpin oleh sekarang kita-kita ini oleh misalnya Kak Hazrul. Ini kita bisa
menjadi masuk dalam 1 gerakan besar, 1 Indonesia, siapapun nanti. Jadi, bukan
masalah pribadi. Ini masalah kepentingan nasional. Jadi, tetap usulan kami dari
Hiprada bahwa kami berpendapat bahwa Gerakan Pramuka atau apapun nanti
namanya itu harus 1.
Kemudian, nama Undang-Undang. Nama Undang-Undang, tentunya tadi
juga Kak Hazrul sudah menjelaskan kalau namanya Gerakan Pramuka, kami
mengganggap itu lebih sempit tentunya, organisasinya saja. Tetapi kalau
kepramukaan tentunya lebih luas. Nah tergantung dari isinya. Kita inikan aneh,
maaf Saya mengkritik Anggota DPR Komisi X, kita buat isinya dan baru kita ribut
judulnya. Kan begitu? Jadi, kan harusnya jelas dari judul itu, dari isinya jelas
menggambarkan bagaimana kita menamai itu kan sudah jelas. Kenapa kita
mesti ribut-ribut lagi begitu. Jadi, kita Saya kira tidak perlu ribut. Mana yang mau
ditegaskan, apakah hanya organisasi gerakan kepramukaannya atau
kepramukaan di Indonesia. Maaf, draft yang terakhir kami belum terima. Jadi,
Saya tidak tahu persis seperti apa. Tetapi kami kecenderungan agar Pemerintah
ini juga mendorong kepramukaan secara global, secara luas, secara holistik.
Yang lain adalah masalah Gugus Dharma Pramuka. Tadi Saya baru saja
mendengar dari Kak Hazrul, terima kasih Kak Hazrul. Tetapi ini yang Saya
dengar adalah Gugus untuk Para Pramuka yang sudah tidak aktif atau sudah di
18
luar gerakan pramuka atau apapun. Di Indonesia ini ada Hiprada yang
membentuk Kwarnas Tahun 1980-an mungkin, ini adalah bagian dari organisasi
internasional juga. Di dunia itu ada internasional Scout and Guide Feluship. Ya
disini diterjemahkan Ureada. Sebetulnya tidak pas betul, tetapi apakah soal
nama tetapi intinya itu dan Hiprada ini menjadi Anggota dari ISGF (International
Scout and Guide Feluship) di dunia yang berkedudukan di Belgia. Saya pikir
kalau memang ini mau digalakan, Saya setuju. Inti, filosofi, pemikiran dasar dari
menggalakan, mendorong orang-orang yang sudah mungkin tidak aktif dan lain-
lain atau keluar dari Pramuka atau segala macam dalam suatu gugus segala
macam tetapi di Indonesia sudah ada yaitu Hiprada. Saya mengharapkan tidak
lagi perlu dibentuk organisasi yang baru lagi untuk semuanya. Saya kira di kita
anggota kita di seluruh Indonesia, ada dari dulu ex-hisbulwaton, ada dari Pandu
Rakyat, macam-macam di tempat Hiprada ini sebetulnya selain pramuka
tentunya.
Jadi, itu usulan kami. Jadi, kita sudah ada organisasi. Nah lain misalnya
Kak, ini yang kalau waktunya masih sedikit. Kami sudah mendengar bahwa
misalnya tingkatan jenjangan umur misalnya. Kami mengusulkan memang tidak
perlu diatur di Undang-Undang, tetapi di anggaran dasar, di anggaran rumah
tangga ini, karena umur ini, tingkatan umur ini bisa berubah setiap saat karena
dulu misalnya kalau umur 21-22 masih Mahasiswa, Saya umur 25 masih
Mahasiswa zaman itu, tetapi zaman sekarang umur 22 sudah bekerja sudah
menjadi manajer perusahaan. Jadi, mungkin itu sudah tidak ada lagi Penegak
nanti mungkin. Jadi, tidak perlu diatur di Undang-Undang.
Kemudian, juga kami mengusulkan usulan tertulis kami yang pernah kami
masukan adalah mengenai masa bakti. Itu biarkan di anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga, karena jangan diatur 5 tahun seperti Pemerintah bahwa
kita ini bukan organisasi pemerintah. Jadi, lihat kepentingannya. Karena kami
melihat banyak kelemahan dengan 5 tahun ini terutama di tingkat-tingkat
cabang. Pada waktu Saya Penggalang dulu, Kwartir Cabang Masa Baktinya
setahun Kak. Artinya, setiap tahun Saya harus bertandang di LT dan akibatnya
berputar ini gerakan karena banyak sekali kegiatan. Sekarang, seakan-akan
kegiatan-kegiatan itu sangat erat berkaitan dengan masa bakti. Jadi, masa bakti
3 tahun menjadi 5 tahun, 4 tahun, sekali 5 tahun kegiatan hancur. Ini seperti
KONI, Olahraga kalau tidak ada kegiatan, apa jadinya kegiatan itu.
Kemudian, hal lain Kak mengenai Undang-Undang. Saya kira
Kepramukaan Saya menganggap masih perlu adanya Undang-Undang
Kepramukaan. Karena apa? Saya bisa menyandingkan dengan Undang-Undang
Kadin misalnya. Kadin itu juga sama sebetulnya, perlu Undang-Undang yang
19
mengatur mengenai profesi dan juga perlu ada Undang-Undang yang mengatur
masalah kepramukaan ini.
Saya kira itu masukan ringkas Saya dan nanti jika ada tanya jawab, nanti
akan kami lebih dalami.
Terima kasih.
Silakan Kak Parni.
HIPRADA (PARNIHADI)
Ya Kak.
Jadi, Saya pikir soal nama juga. Waktu Saya dengar Pengakap itu, Scout
di Malaysia itu namanya Pengakap. Saya pikir Ikan Kakap dulunya. Saya pikir itu
memang apa Pramuka apa Pandu Saya pikir esensinya sama, Saya pikir tidak
usah berbelit-belit soal apa Pandu apa Pramuka, Saya pikir setuju.
Dan yang terakhir, kami mendukung ada Undang-Undang ini. Tentu
judulnya Saya kira seperti yang dikatakan oleh Kak Paulus tentang
Kepramukaan, tetapi bahwa Pelaku Utamanya mungkin Anggota terbesar Saya
kira sangat sah dan itu nanti kita bisa akre dalam pasal-pasal.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Kalau Hiprada ini memperoleh pengakuan dari Pramukanya juga begitu?
HIPRADA (PARNIHADI)
Kami dibentuk oleh Kwarnas. Jadi, kami ini senior. Werda itu Pensiunan.
Jadi, maka suara kami mirip dan kami mempunyai moto baru ”Sekali Pramuka
tetap Pramuka, sekali Pandu tetap Pandu, sekali Yudarta Budara”, karena disitu
adalah ahlinya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Ini Prajurit juga bilang begitu Pak, Soldier never die begitu kan?
Semuanya tidak mau pensiun semuanya, repot yang muda-muda nanti.
HIPRADA (PARNIHADI)
Kita pensiun kalau soal uangnya.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
20
Oke, terima kasih Bapak.
Saya kira pokoknya tadi menyatakan kalau di Jepang itu ada Statunya
memang secara eksplisit menyebut Werdanya ini untuk menjadi pendukung.
Saya kira itu dari Hiprada. Yang hadir sekarang adalah dari Wanadri, yang
diwakili oleh Pak Aat Suratin.
Kami persilakan Kang Aat, mangga.
WANADRI (AAT SURATIN)
Terima kasih.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Di luar tadi sebelum masuk ke ruangan ini, berbincang dengan beberapa
Teman. Wanadri dari Bandung sudah berapa kali dengar pendapat, kita bilang
baru sekarang. Kemudian, kami juga belum mendapat Draft Rancangan Undang-
Undang. Jadi, jelas kami tidak akan masuk ke dalam persoalan itu. Tetapi karena
sudah diundang kesini dan sudah memberi konsumsi, izinkan kami memberikan
beberapa pendapat.
Yang pertama, kami dari Wanadri (Organisasi Perhimpunan Pendaki
Gunung dan Penempuh Rimba) dirikan/diresmikan Tahun 1964. Sampai
sekarang secara berkala setiap 2 tahun sekali menyelenggarakan pendidikan
dasar untuk mencari anggota baru, adalah organisasi yang menjalankan prinsip-
prinsip kepanduan sampai sekarang. Yang pertama, kami memegang teguh
amanat Jhon Robert Baden Powell sebelum meninggal tidak menjadikan
organisasi kepanduan sebagai organisasi bergaji sehingga Wanadri seluruh
Anggotanya, seluruh Pengurusnya, seluruh kegiatannya tidak bergaji. Kami baru
saja menyelesaikan ekspedisi garis depan nusantara namanya. Selama 3 tahun,
berkeliling mendatangi 92 Pulau Terdepan Indonesia, seluruh anggotanya tidak
mendapatkan honorarium, tidak mendapatkan imbalan karena kami
menganggap bahwa Kepanduan adalah sarana untuk pengabdian. Kami juga
sedang melakukan ekspedisi seven summit namanya, pendakian ketujuh puncak
gunung tertinggi di 7 benua. Sekarang, baru dicapai 3 puncak gunung dan
seluruh tim itu tidak digaji, semata-mata inilah pengabdian kami masyarakat
kepada negara. Kemudian, kami juga melakukan kegiatan-kegiatan revitalisasi
Sungai Citarum dan sebagainya. Semuanya mencerminkan Prinsip-prinsip
Kepanduan bahwa organisasi kami karena bukan organisasi bergaji bukan
21
ekspedisi yang profesional orangnya, digaji dan sebagainya-sebagainya, kendati
mereka meninggalkan keluarga. Itu konsuensi dari pengadian. Itu yang pertama.
Yang kedua, kami hanya ingin menanggapi beberapa pendapat yang
disampaikan oleh Kak Hazrul dan yang lain-lain. Yang pertama, yang pertama-
pertama kami ingin tanggapi adalah tentang yang menurut Kak Hazrul itu sudah
lazim, tentang Pejabat Publik yang kemudian masuk ke dalam struktur
kepramukaan. Misalnya, Presiden menjadi Pramuka Utama. Kemudian,
Gubernur menjadi Ketua Pembina Daerah. Meski kemudian dengan catatan
bahwa jangan ada unsur politik masuk dalam situ tetapi melihat bahwa tabiat
politik kita sulit diduga sampai saat ini, tolong perhatikan fenonema ini akan
menjadi pertimbangan. Tanpa harus menyebut nama, karena kita sudah tahu
misalnya. Kamabida kami di Jawa Barat, sekarang ada di Bui, ada di Penjara
dengan kasus korupsi lagi terlepas itu salah atau benar secara hukum dan
sebagainya, tetapi orang akan mengatakan bahwa Ketua Majelis Pembimbing
Daerah Pramuka Jawa Barat dipenjara karena kasus korupsi. Lalu, bayangkan
kalau Presiden menjadi Pramuka Utama. Kita uji saja misalnya dengan Tri Satya
dan Dasa Dharma karena menurut kami ruh dari kepanduan atau pramuka
sekarang itu adalah Tri Satya dan Dasa Dharma. Bayangkan Tri Satya ”Demi
kehormatan ku, Aku berjanji”, demi kehormatan loh. Jadi kalau melanggar janji
itu hilang kehormatan dan Saya kira jadi setengah manusia saja. Demi
Kehormatan ku, Aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajiban
ku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjalankan
Pancasila. Menolong sesama hidup dan turut serta membangun masyarakat.
Yang ketiganya yang paling berat, menepati dasa dharma. Apa itu Dasa
Dharma? Pramuka itu:
1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Cinta Alam dan Kasih Sayang sesama manusia;
3. Patriot yang sopan dan perwira;
4. Patuh dan suka bermusyawarah;
5. Rela menolong dan Tabah;
6. Rajin, Terampil dan Gembira;
7. Hemat, cermat dan bersahaja;
8. Disiplin, berani dan setia;
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya;
10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Tidak ada celah sedikit pun untuk kesalahan, ini Insan Kamil namanya.
Kalau kemudian kita lihat indikasinya menyimpang saja dari situ, berani kita
mencopot karena mungkin Pramuka melekat ya? Sekali Pramuka kan sukarela,
22
jadi Pramuka melekat seterusnya. Jangan-jangan kita harus mencopot jabatan
Presidennya atau mencopot jabatan Gubernur dan sebagainya. Ini penanganan
awam, tetapi mohon hal-hal seperti begini yang harus kita pikirkan kita ke depan.
Karena apa? Ketika gerakan kepramukaan menjadi andalan untuk pembinaan
karakter bangsa seperti yang diisyaratkan oleh Presiden, Saya kira menjadi hal-
hal yang substantif begini menjadi sangat penting dan kepanduan menurut kami,
itu jelas betul terminologinya. Kepanduan adalah memandu diri sendiri,
memandu orang lain, kemudian nanti memandu bangsa ini misalnya.
Jadi, apa namanya? Mau Pramuka, mau Pandu, tidak tahulah apapun
juga begitu. Tetapi prinsip-prinsip kepanduannya Saya kira harus kita pegang
teguh sebagaimana yang kami sekuat tenaga melaksanakannya di Wanadri.
Karena apa? Karena lepas dari situ Saya kira kemudian jadi semacam leave
service saja. Apalagi kalau kemudian kalau Saya ingin menyampaikan suatu
peristiwa yang kemudian juga menyoreng nama pramuka. Ada 2 hal. Yang
pertama, ketika Pramuka yang azasnya sukarela kemudian menjadi semacam
Pramuka wajib di sekolah-sekolah, Saya tidak tahu apakah sekarang masih
wajib atau tidak, Saya tidak tahu Kak Hazrul, tetapi itu Saya kira melanggar
kodratnya sesuatu yang sukarela kemudian diwajibkan. Implikasinya luas, setiap
Hari Kamis atau Hari Jumat seluruh Siswa Sekolah memakai Pramuka, padahal
dia tidak tertarik kepramukaan misalnya. Kemudian, apa yang terjadi? Nanti
nongkrong di pinggir jalan, ganggu orang lewat pakai seragam pramuka. Orang
akan melihat Pramuka ganggu cewek itu, Pramuka merokok di sudut sana itu,
padahal dia anak sekolah dan seterusnya. Kemudian, ketika Pramuka
berpangkalan di Sekolah misalnya, itu tidak apa-apa karena ya ketika diwajibkan
di sekolah harus ada pembina, kemudian ditunjuklah beberapa guru, kemudian
ikut kursus mahir dan jadilah dia Pembina. Padahal Pembina itu waduh membuat
kami, persyaratannya itu luar biasa berat sebetulnya karena dia harus memandu
dan itu tadi harus berazaskan sukarela. Kalau tidak celaka kita, mengapa Saya
ingin menggarisbawahi wasiat Jhon Robert Baden Powell, jangan jadikan
Organisasi Kepanduan menjadi Organisasi Bergaji. Rupanya Beliau itu sudah
melihat ke depan visioner itu, melihat tanda-tanda zaman bahwa ketika segala
sesuatu di kita kegiatan, organisasi apapun juga implikasinya bergaji,
implikasinya untuk mendapatkan upah, maka biarkanlah ada 1 wahana untuk
menguji kita mengabdi. Bagaimana rasanya mengabdi, bagaimana rasanya
Saya tulus, bagaimana rasanya ikhlas.
Saya kira itu yang ingin kami sampaikan, karena apa? Saya pribadi sejak
Tahun 1971, usia Saya sekarang 56 tahun, sejak Tahun 1971 kelas 2 SMA
23
melatih kepanduan di Gerakan Pramuka Gugus Depan 1112 yang pangkalannya
di SMP 2 sampai hari ini.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Jadi, memang sejalan ya Pak? Artinya, kayak kegiatan seperti Wanadri
pun sesungguhnya pada dasarnya adalah menerapkan prinsip-prinsip
kepramukaan.
WANADRI (AAT SURATIN)
Betul, karena Wanadri didirikan oleh sekelompok Pandu.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih.
Jadi, Kyai Haji Baden Powell mungkin sama dengan KH. Ahmad Dahlan
ya Pak? Hidup, hidupilah Muhammadiyah, jangan hidup dari Muhammadiyah.
Tetapi sekarang banyak Dosen Muhammadiyah yang hidup dari Universitas
Muhammadiyah. Kalau Muhammadiyahnya sudah kaya sekarang, orang bisa
hidup dari Muhammadiyah juga. Kalau Pramuka nanti sudah kaya, bisa juga
hidup dari Pramuka begitu Pak. Tidak begitu Pak, ini joke saja Pak.
Ibu/Bapak sekalian, Kita lanjutkan.
Tadi, Saya kira menarik sekali dari Kang Aat ini sekalipun dia tetap
melatih kepanduan. Namun demikian, menyatakan juga bahwa di pramuka yang
resmi itupun, prinsip-prinsip Kak Baden Powell, prinsip-prinsip Pramuka tetap
diterapkan juga, antara lain termasuk di Wanadri ini.
Kami silakan berikutnya Pak Made untuk menyampaikan pandangannya.
Kami beritahukan sedikit, Pak Made ini mewakili Pak Tono Suratman yang kita
tahu juga pernah aktif, pernah menjadi Panglima di Mulawarman dan disana dia
pada waktu itu menjadi Pramuka yang sangat aktif kemudian juga menerbitkan
buku tentang Pramuka dan Saya kira seperti halnya Baden Powell yang juga
dulunya adalah militer. Di kalangan militer, ini banyak sekali juga interest atau
minta terhadap pramuka ini dan Saya kira Pak Azwar ini Saya kira agak
kecualian. Dulunya yang namanya Ketua Kwartir itu selalu tentara kan? Kali ini
Dokter begitu ya Pak ya? Mungkin ini mungkin ada perbedaan.
Silakan Pak Made.
24
MADE
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Kami laporkan Pak Tono sedang ada di Bali sedang mengawasi latihan
bersama dengan Australia.
Yang kami ingin sampaikan disini kenapa kok TNI ikut kepramukaan,
demikian ya kok ikut hearing dengan Pramuka? Memang ada bidang pekerjaan
salah satu sub-sub terkecil bidang ketahanan mendata tentang potensi Pak.
Memang ada pekerjaan, kebetulan bidang itu di Saya, Saya memegang jabatan
itu. Salah satu potensinya adalah Pramuka adalah disebut salah satu potensi
sumber daya manusia. Kami di TNI sudah ikut join dengan Kwarnas dengan
Lemdikhanas untuk membina Pramuka. Secara Pribadi, Saya akhirnya
memahami bahwa Pramuka itu bagus kegiatannya yang outcomenya nanti akan
menghasilkan potensi sumber daya manusia yang bagus sehingga dia menjadi
kader untuk dapat digunakan oleh bangsa ini. Bekerja sebagai apaun dia bagus
kalau itu memang pramukanya yang bagus, katakanlah dia bekerja melamar
tentara, menjadi tentara yang bagus, menjadi Anggota Dewan jadi Anggota
Dewan yang bagus. Jadi, karena baiknya kegiatan-kegiatan Pramuka ini adalah
maka ini jangan sampai, kami dari TNI tidak ingin ikut berpolemik setuju dan
tidak setuju nama ini-nama itu, tetapi yang paling kita inginkan bahwa kebaikan
sifat-sifat Pramuka khususnya Nasionalis yang terpendam di dalam jiwa setiap
pramuka itu, itu yang sangat diinginkan dan dia harus tetap ada.
Oleh karena itu, untuk mewadahi nasionalis yang satu ini jiwa
kecintaannya kepada NKRI menjadi 1, tentunya bagi pemikiran TNI juga 1
wadah Pak. Kemudian, Wadah ini nanti menggodok potensi itu. Setelah dia lulus
katakanlah baik menjadi Pramuka yang baik, digunakan oleh siapa saja, apakah
dia ke partai, apakah dia ke dewan, bekerja menjadi Pegawai Negeri Sipil,
menjadi Wiraswasta, menjadi apa saja, dia sudah dibekali dengan jiwa-jiwa
kepramukaan yang nasionalis seperti dikatakan oleh Pak Paulus tadi, jiwa
kesatuannya sudah ada. Jadi, jangan sampai kita rapuh karena tidak punya
kesatuan demikian kata Pak Paulus. Nah disinilah kepentingan dari TNI kenapa
ikut dengar pendapat pada sore hari ini.
Masalah mengenai judul, Saya rasa itu benar kata Pak Paulus tadi. Judul
harusnya sudah sah dulu. Kalau kita kepramukaan, berarti ada awalan ke- dan
akhiran –an. Kepramukaan apa artinya, isinya harus itu. Kalau kita gerakan,
berarti ada mulai ada berhenti. Kalau bergerak terus, ini dunia tidak pernah
berhenti gerakan. Kalau hanya pramuka saja, nanti isinya kan bisa fleksibel
Undang-Undang Pramuka demikian. Ini sumbang saran saja. Jadi, tidak ada
25
awalan, tidak ada akhiran, tidak ada kata depannya. Gerakan Pramuka, nah ini
gerakan kapan dimulai kapan berakhir kan begitu. Kalau kepramukaan, tadi
kegiatan individu katanya artinya. Jadi, kita mengatur masalah-masalah individu
di dalamnya. Nah sekarang kalau Pramuka saja kita bisa fleksibel, bisa mengatur
gerakannya, bisa mengatur ke individual, bisa mengatur apanya.
Demikian Pak.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih Pak Made.
Kalau tadi menyebut Pak Paulus, Pak Paulus kan bahwa di DPR harus
selesai. Kalau maunya DPR sudah selesai Pak, Pemerintahnya tidak mau. Nah
Undang-Undangnya mengatakan bahwa, Undang-Undang Dasar mengatakan
bahwa Undang-Undang itu hanya bisa lahir dengan persetujuan bersama antara
DPR dan Presiden. Kan prit pemerintahnya Presiden mewakilkan kepada disini
untuk Undang-Undang Kepramukaan itu tidak hanya ada 3 Menteri yang ditugasi
yaitu Menhukham, kemudian Mendiknas dan Menteri Pemuda Olah Raga. Nah
ini yang proses keseluruhan yang termasuk yang kita hadiri semua, yang intinya
adalah dalam upaya mencari kesepakatan. Kesepakatan itu kita upayakan bukan
hanya DPR yang harusnya memang, seharusnya mewakili rakyat dengan
Presiden yang juga dipilih oleh rakyat dan dengan demikian, seharusnyalah itu
sudah mencerminkan juga keinginan dari seluruh masyarakat. Namun demikian
kita akan senantiasa menguji dalam proses-proses seperti ini.
Kami minta, kami serahkan kepada Anggota yang ingin. Pak Hakam
seharusnya Ketua Panja kita itu namanya Pak Hakam Naja, tetapi Beliau
sekarang ini lagi tidak enak badan, senangnya duduk dekat dengan Bu Renni.
Jadi, ya boleh saja begitu Pak.
Silakan kalau ada pertanyaan dari, silakan.
Ini Ceu Popong, tidak mau dipanggil Ibu tetapi juga Kak Popong. Kak
Popong ini Pramuka sejak dari zaman Jepang Pak. Bahkan waktu itu sempat
terpilih menjadi Putri Indonesia pada zaman Jepang dulu Pak.
Silakan Ceu Popong, nanti dilanjutkan oleh Pak Jefri.
F.PG (DRA. HJ. POPONG OTJE DJUNDJUNAN)
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat Sore; dan
26
Salam Sejahtera.
Saudara Pimpinan, Para Tamu kami, dan Seluruh Peserta Rapat yang
sangat Saya hormati.
Berbahagia sekali bahwa kami telah mendengar semua uraian dari tamu
kami. Sekarang, bagian kami untuk menyampaikan semacam informasi. Saya
tidak menyebut untuk ini-untuk ini tetapi untuk seluruhnya. Ada beberapa
informasi yang perlu kami sampaikan dalam perjalanan pembahasan Undang-
Undang kita ini.
Yang pertama, Rancangan Undang-Undang ini berasal dari DPR dan
judul dari DPR secara resminya adalah RUU tentang Kepramukaan karena
memang kontensnya/isinya adalah mengenai Pramuka dari huruf a sampai huruf
z. Malah perlu Ceu Popong informasikan bahwa sebelum judul ini disepakati oleh
DPR, kami dari Golkar itu minta supaya RUU ini judulnya adalah RUU tentang
Kepanduan. Itu dari Golkar, tetapi ternyata setelah ke Baleg (Badan Legislasi),
itu akhirnya disepakati menjadi Kepramukaan. Ya kami tentu harus kompak,
Suratin damang? Nuhun. Itu yang pertama. Jadi, RUU tentang Kepramukaan
dan bukan tentang Gerakan Pramuka. Ada dalam perkembangan, ada usul
seperti itu yaitu dari Pemerintah tetapi belum tuntas sekarang. Itu satu, karena ini
kami bicarakan dengan Pemerintah.
Yang kedua, RUU ini dimaksudkan untuk revitalisasi kepramukaan yang
kita rasakan semua ada sesuatu yang mesti direvitalisasi, ada sesuatu yang
mesti diluruskan. Berangkat darimana? Berangkat dari tadi, kebebasan
berserikat, berangkat juga dari tadi supaya tidak ada politisnya. Nah jadi di dalam
revitalisasi itu salah satunya tidak akan Saya sampaikan semuanya, tidak akan,
waktunya tentu akan habis. Tetapi yang penting-pentingnya saja, yaitu tidak ada
lagi Pembina dari Pemerintah. Itu adalah RUU dari kami, tidak ada lagi Pembina
Majelis Pembimbing, apalah mau korupsi tadi disebutkan, nah Insya Allah
mudah-mudahan saja kalau di luar Pemerintah mah tidak ada korupsi. Jadi, tidak
ada lagi pembinaan secara ex officio dari Pejabat Publik. Itu walaupun belum
diketok, masih dibicarakan tetapi itulah nyawalah atau jiwanya dari DPR adalah
seperti itu.
Kemudian, mengenai tadi ada plural, ada tunggal dan ada bermacam-
macam. Itulah jalan tengah yang diambil oleh kami, yaitu bahwa kebebasan
berserikat itu kami buka. Siapapun boleh mendirikan kepanduan atau pandu atau
gugus depan, apalah namanya itu. Nah kemudian untuk internasionalnya, untuk
keluarnya, tetap kita satu, tidak ada Indonesia Timar, Indonesia Barat, tidak ada,
tetap satu kalau untuk ke luar, internasional. Siapa saja, nanti itu yang mewakili,
oh itu nomor 2 nomor 3 tetapi tetap kalau keluar itu namanya Indonesia dan itu
27
mengatasnamakan Indonesia. Nah itu memang hanya 1. Jadi, tunggal di atas
merupakan asosiasi bersama dari manapun boleh, apalagi di bawah itu plural. Itu
jalan tengah. Jadi, tidak terlalu bebas dalam arti siapapun. Semua partai boleh
bikini dan sebagainya, tetapi juga tidak dominan. Satu.
Kemudian, yang terakhir dari Saya yaitu bahwa tadi disinggung tadi lupa
oleh siapa, Bapak yang mana. Jadi, pada saat kita mau membuat itu, tidak ada
Undang-Undang tentang PGRI. Jadi, yang dibuat oleh kami ini bukan Undang-
Undang tentang Kwarnas yang sekarang ada, tetapi Undang-Undang tentang
Kepanduan itu tadi, Kepramukaan itu tadi. Tidak ada Undang-Undang tentang
KONI, yang ada adalah tentang keolahragaan. Tidak ada Undang-Undang
tentang KNPI, yang ada adalah Undang-Undang tentang Kepemudaan.
Nah itulah sementara dari Saya.
Terima kasih Pimpinan.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Jadi, Ceu Popong ini dulu rupanya selain jadi Putri Jepang juga jadi
Penyiar Radio Jepang. Jadi, tampak sekali bekas penyiar.
Silakan Pak Jefri.
F.PD (JEFIRSTSON R. RIWU KORE)
Terima kasih Pak Ketua.
Selamat Siang Saudara-saudara dari yang diundang pada siang hari ini,
banyak sekali masukan yang kami terima, tetapi Saya bukan dalam posisi
menjelaskan pendapat dari fraksi tetapi ini pendapat pribadi yang berkembang
biar diketahui oleh Teman-teman atau Kakak-kakak dari Pramuka.
Yang pertama, bahwa kami menyadari bahwa apa yang akan kami buat
atau kita buat bersama adalah bertujuan untuk peningkatan daripada karakter
anak-anak kita, anak-anak bangsa kita sehingga menjadi anak-anak yang
berguna buat bangsa dan negara ini. Betul, kita mencoba melihat ke depan
bahwa perlu ada satu kesatuan di dalam kepramukaan atau apapun namanya itu
Gerakan Pramuka untuk bagaimana kita sama-sama menyadari bahwa
kelemahan yang sudah selama ini bisa diperbaiki di hari-hari depan ini. Kami
memohon atau kami meminta pendapat Bapak-bapak dan kami menyadari
bahwa pendapat masing-masing orang akan berbeda. Di depan kami sendiri
atau diantara kami sendiri di DPR, terus terang saja memang, kenapa judul itu
belum ditentukan? Perlu juga dipahami atau diketahui bahwa memang ada 2
kubu atau beberapa kubu yang mempunyai pendapat-pendapat masing-masing
28
dan pendapat-pendapat itu tidak bisa dibantahkan, masing-masing punya
kekuatan atau alasan yang kuat. Oleh karena itulah, kami masih mempending
atau pending dulu judul itu. Kalau lihat dari tataran kalimat Pak, kita punya
alasan-alasan masing-masing, katakanlah seperti ini. Kalau Saya atau kami,
Saya pribadi mengatakan Gerakan Pramuka, itu hanya sebuah judul diambil dari
tataran sejarah, sejarah dimana kepanduan-kepanduan itu dulu digabung
menjadi 1 gerakan pramuka. Kami tidak membahas atau Saya pribadi tidak
membahas, tidak memisahkan dari kalimat per kalimat. Kalau kalimat per kalimat
Gerakan Pramuka atau kita harus tidak akan gerakan dulu kalau kepramukaan,
kemudian kita artikan gerakan itu nanti akan stop, itu tidak tepat, kami hanya
melihat bahwa gerakan pramuka sebagai suatu nama, sama seperti Kadin,
Kamar Dagang dan Industri. Kita tidak membahas kamarnya sendiri, industrinya
sendiri dan ini kamar dagang industri (Kadin) itu sebuah nama. Jadi, mari kita
putuskan bahwa ini nama oke. Nanti makanya belum kita putuskan Pak, itu ada
sejarahnya. Jadi, diantara kita pun belum putuskan kalau punya alasan-alasan
masing-masing. Memang ada yang melihat dari kosakata, ada yang melihat dari
segi sejarah, sejarah timbulnya gerakan pramuka ini. Nah itu yang pertama.
Dan yang kedua Pak, kami juga ingin menjelaskan secara singkat atau
mengetuk hati dari Teman-teman yang sama sekali kadang-kadang tidak
mengerti mengenai duduk persoalan kepramukaan itu sendiri termasuk kenapa
kami harus ke luar negeri. Ada yang berkomentar tidak usah ke luar negeri,
orang lain juga belajar kayak kita. Kalau tidak mengerti tidak usah kasih
komentar. Karo iki itunya sesuai dengan Undang-Undang yang kita buat. Jadi,
Saya ingin memberikan gambaran bahwa kita pergi pun harus berdasarkan
aturan atau Undang-Undang MD3 yang ada. Itu biar berjelas, biar Teman-teman
dan Saudara-saudara tahu. Kadang-kadang dengarnya sepotong-sepotong,
tahunya sedikit-sedikit, komentarnya lebih banyak daripada pengetahuannya.
Saya pikir itu penjelasan dari Saya biar kita jelas adanya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Jadi, bagian yang terakhir tadi Pak Jefri ini lagi gundah karena dianggap
jalan-jalan padahal dia kerja keras begitu. Padahal kalau sudah di DPR biasanya
soal dicaki maki itu mah biasa saja, lama-lama juga itu Pak. Kalau sudah Pejabat
Publik ya namanya dimana-mana, pasti disalahi begitu ya Pak? Terima saja,
nanti kan dosa kita diambil oleh yang caci maki itu kalau kita tidak. Kan enak,
santai saja Pak Jefri soal gituan ya Pak. Yang penting, substansinya benar.
Namun tadi yang disampaikan dari 2 ini, intinya memang perdebatan kita itu
29
antara pengaturan yang ingin dilakukan oleh Pemerintah tadi itu, oleh negara itu
apa. Memang di dalam konsep besarnya di dunia ini Pak, Undang-Undang ini
ada 2 Pak yang umum. Di negara-negara Common Wealth¸ Negara-negara
kesemakmuran itu umumnya Undang-Undang yang mengatur tentang Pramuka
itu adalah Undang-Undang Organik yaitu Statuta yang diatur. Di Malaysia itu
Statutanya Pramuka diatur detail bagaimana dia masa jabatan dan lain-lain
sebagainya seperti itu. Namun ada juga yang mengambil tema yang gede, kalau
yang me-statuta itu mungkin bentuknya seperti yang diajukan oleh Pemerintah.
Itu salah satu benar, menurut Saya boleh-boleh saja seperti Kadin dan lain-lain,
Pemerintah boleh saja juga punya keinginan untuk membentuk semacam itu,
tetapi yang lainnya adalah yang di dalam spectrum yang lebar tadi yaitu yang
diusulkan yang selama ini menjadi bahan diskusi kita, yang diatur itu sebenarnya
itu masalah kepramukaan engineer dari a to z-nya, bukan atoz mobil hyundai,
atoz itu ya Pak ya? Tetapi a to z itu benar-benar mulai dari hal-hal yang
berkaitan dengan prinsip dasarnya sampai ke hal yang lainnya di dalam.
Undang-Undang yang Ibu/Bapak sekalian nanti mungkin bisa pelajari
lebih dalam, itu sebenarnya tidak sekedar mengatur, organisasinya memang
diatur juga tetapi juga prinsip-prinsip pokoknya itu juga diatur di dalamnya.
Namun demikian tampaknya tadi di luar Pramuka dan Hiprada tadi ada
kecenderungan, keinginannya mengapa bukan prinsip-prinsip dasarnya itu saja
yang diatur sementara urusan organisasinya mungkin bisa selesai. Namun
demikian juga tolong diketahui juga bahwa di banyak negara memang termasuk
di Malaysia dan di Singapura itu memang ada Undang-Undang yang mengatur
tentang keberadaan itu dan dalam perundang-undangan itu biasa, itu disebutnya
sebagai Undang-Undang Organik.
Saya kira itu tadi beberapa informasi yang lainnya. Kami mungkin ingin
sekarang karena tadi Pramuka sudah dikomentari oleh yang lain, dari Hisbul
Waton, Pandu Keadilan, Wanadri dan lain-lain sebagainya untuk coba
menjelaskan. Karena kalau yang saya pahami yang diinginkan oleh Pemerintah
dan pramuka adalah Undang-undang ini adalah uu organik, bahwa nantinya
Undang-undang organik itu Kadin misalnya. Kadin itu Undang-Undang Organik
lalu nanti ada yang lain, membuat kantor industri di luar kadin boleh atau tidak,
tidak ada larangan Pak, tapi yang diakui oleh Pemerintah dan kemudian
didorong oleh Pemerintah mewakili Indonesia ke luar adalah Kadin, sementara
itu sejauh ini keinginan yang sudah disampaikan organisasi akan dibangun
sedemikian luwesnya sehingga yang lain-lain itupun bisa mempunyai akses dan
masuk dalam organisasi yang dinyatakan bukan tunggal tapi yang mewakili
Indonesia dalam berbagai macam.
30
Untuk diketahui Bapak/Ibu sekalian, pandu di dunia ini jumlahnya tidak
banyak. Yang terbanyak hanya di Indonesia. Di negara induknya pandu di
Inggris, saya tanya kepada cuma 400.000, di Jepang 360.000, di Korea kira-kira
sama, di Indonesia dilaporkan ada 17 juta. Ini mungkin pertanyaan seperti Pak
Aat tadikan, eta ma anu pake baju doang pada hari Sabtu pakai baju Pramuka
atau memang mempunyai standard melaksanakan satya dasa dharma tadi yang
saya dengar tadi itukan mulya sekali, tapi melaksanakan susah sekali. Ini
tergantung kelonggaran kita, tergantung persepsi kita tentang masalah ini.
Kami silakan dari Pramuka 5 menit Pak.
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
Terima kasih.
Saya mencoba menjawab secara global, tentang sukarela, kita ini
sukarela Pak, jadi kita pengurus kornes tidak digaji, ada kesan seolah-olah kita
ini dapat gaji, kita ini tidak dapat gaji Pak, malah tidak juga untuk iaya
maintenance organisasi, pegawai kita tanggung sendiri dibantu oleh Pemerintah
saat ini baru terbatas dengan kegiatan-kegiatan. Misalnya Jambore, kemudian
raimuna, itu mendapat dana dari Pemerintah. Itu kegiatan untuk kepentingan
anak bangsa kita, jadi saya ingin sampaikan ada seolah-olah kita digaji, tapi kita
sebenarnya tidak digaji, tidak ada yang sanggup gaji saya kalau saya mau digaji
di Pramuka, karena maksudnya saya tidak perlu digajilah Pramuka ini.
Yang kedua adalah sukarela ini tercermin dalam keanggotaan, tidak ada
wajib, jadi anak-anak kala itu tidak wajib jadi Pramuka, jadi masih ex-school
(ekstra kulikuler) cuma karena ketidakmengertian mereka itu disuruh pakai
pakaian pramuka tanpa disini apa-apa inilah yang menyebabkan look down pada
pramuka, ini yang kita sedang benahi, kita ingin bersihkan itu yang benar-benar
gerakan pramuka mendapatkan pelatihan, caranya kan kita tidak bisa
mengkondem jadi kita membubarkan jadi kita hati-hati sekali, kita bina dulu kita
latih pelatihnya, tidak bisa sekaligus, jadi pelan-pelan kita benahi jadi suatu saat
nanti mereka yang terpilihlah yang ikut pramuka, jadi betul-betul mereka yang
sukarela yang sadar, tidak ada kewajiban dan pramuka. Ini yang kedua.
Yang ketiga, saya itu agak dibuat sama wanadri sangat bagus sekali
melakukan prinsip-prinsip gerakan pramuka atau kepanduan bagus sekali,
Cuma bedanya pramuka ini lembaga pendidikan, kita ini ada anak didik sehingga
kita terikat dengan beberapa hal, tidak sebebas kakak-kakak kita di wanadri,
mereka itu mempraktekan karen amemang pramuka tidak bisa menampung lagi
dan karena itu kita dorong orang-orang kaya wanadri itu yang terus
mempraktekan dasa darma, kita semangat sekali, silakan saja kita
31
mendarmakan melalui organisasi mana saja, salah satu kita punya strategi
adalah mempramukakan kaum muda, artinya dasa darma itu masuk kepada
siapa saja, tapi kalau orang yang memakai dasa darma semuanya dia belum
bisa disebut dasa darma kalau tidak memenuhi syarat tertentu, jadi apakah
keberadaan langsung kita amati, kita hormati, kita tumbuhkan, misalnya palang
merah remaja, palang merah remaja memakai metode gerakan pramuka, tapi dia
bukan pramuka lalu kita matikan tidak, kita bina sangat penting sekali ii
barangkali harus kita bedkan, tidak semua orang bisa menyebut dirinya scout,
scout itu terjemahannya bukan pandu bisa saja skot terjemahannya pramuka,
siapa bilang scout itu terjemahannya pandu, pandu sama dengan pramuka kalau
duanya menyangkut scout itu organisasi tidak berpolitik, tidak praktisan dia
mengikuti metode-metode gerakan pramuka yang diajarkan badan pol,sama
semuanya menyatu ke situ namanya barat, namanya di Hindia itu barat,
namanya pengakat itu di Malaysia pramuka itu ada scout, jadi bukan otomatis
mestinya scout itu pandu mestinya scout itu pandu, itukan kata kita, scout itu
siapapun yang mengacu pada itu namanya bisa lain-lain, jadi di negara tidak
ada, di semua negara tidak menyebut scout tidak menyebut pandu, jadi dengan
kata lain tidak ada gunanya kita debat tapi yang ingin saya sampaikan karena
gerakan pramuka dia memenuhi seluruh persyaratan scout maka dia scout. Itu
saja yang ingin saya sampaikan.
Kemudian yang terakhir, tentang nama sekali lagi sebenarnya di dunia itu
tidak ada yang namanya scout movement di Jepang itu namanya national scout
Japan scouta Associantion, di Korea, ada Korean scout Associantion, tapi nama
gerakan kita ini namanya scout movement, kenapa untuk nama national
assosiation disebut gerakan saya pikir Bapak-bapak kita tidak bodoh, Bapak-
bapak kita tidak salah, dia tentu masuk dengan maksud tertentu dia ingin nama
yang dia bentuk ini bukan organisasi kepramukaan Indonesia tapi gerakan
pramuka karena dia ingin pramuka itu maju dalam rangka gerakan pramuka, jadi
tidak salah, itu yang menyebabkan nama ini diabadikan karena ada maksud
yang mendorong dengan tulus hati Bapak-bapak kita dulu menamakan
gerakannya adalah gerakan pramuka.
Terima kasih.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Oke, terima kasih.
Satu aspek yang tadi disampaikan Pak Azwar adalah bahwa prinsipnya
barangkali semua menerima dan ada tekanannya bahwa kalau pramuka dalam
pengertian formal adalah kegiatan pendidikan, jadi itu dalam Undang-undang ini
32
usulan dari pemerintah adanya satuan pendidikan itu gugus depan dianggap
sebagai satuan pendidikan, kemudian buudy club itu juga sebagai satuan
pendidikan dan dengan berbagai jenjang ini rumusannya menjadi formal tapi
terserah kami kembalikan kepada kawan-kawan untuk merespon untuk tidak
terlalu rutin juga kami persilakan dari wadardi dulu untuk memberikan respon.
WANADRI (HARI)
Terima kasih diberikan kesempatan, karena saya harus klarifikasi untuk
Kang Azrul karena saya menghormati beliau. Kang Hazrul,ketika saya
mengatakan jangan menjadikan organisasi kepramukan menjadi organisasi
bergaji merujuk pada warisan Robert Baden Powell bukan berarti kami
menganggap pramuka itu sekarang bergaji, tapi dimana-mana banyak sekali
wacana, saya bicara dengan beberapa toloh kepramukaan di Jawa Barat ingin
memasukan unsur itu kredonya apa, bagaimana pembinaan pramuka kalau
tidak ada gaji, apa kata Presiden seperti itu, inikan bahaya bagi saya, saya
bahaya karena wahana untuk megabdi hilang, sama seksali buka itu.
Yang kedua, juga tentang pramuka wajib, karena kalau kang Azrul datang
dari daerah masih diwajibkan, walaupun kalau terjadi kesalahan itu adalah
tanggung jawab kita bersama.
Yang ketiga, ketika kita mempermasalahkan yang paling substansif tidak
semua orang terpanggil untuk mengabdi, itu seleksi alam, itu hasrat maka yang
terjadi tidak seperti sekarang, kita mengejar kuantitas sebagai anggota pramuka
yang terbesar didunia tapi kropos isinya, kita tidak pernah bicara, ada beberapa
hal yang kemudian karena praktek kepramukaan kita berbeda dan tidak
berkesuaian dengan scoute dunia, banyak cerita kalau kita mengikuti Jambore
internasional ada beberapa kode yang tidak nyambung dengan teman kita dari
scoute. Saya sangat setuju scout diterjemahkan sebagai pandu tapi itu tadi
pandu kayanya lebih sreg, karena mengajarkan untuk memandu diri sendiri
memandu orang lain dan kalau sudah duduk seperti Kak Heri Ahmadi dan
bangsa ini memadu bangsa ini. Pandu jelas sekali mengharuskan kita untuk
memandu, memandu keluarga kita setelah memandu diri sendiri, pramuka itu
prajamuda karana itu kalau tidak salah arti harafiahnya adalah pemuda yang
berkarya, tidak ada hubungannya dengan pemuda yang memandu.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih Kang Aat, satu tambahan lagi yang bagus.
33
Kemudian, Saya silakan dari Hisbul Waton untuk memberi respon 5 menit
juga Pak.
HISBUL WATON
Terima kasih Mas Heri.
Saya tadi mendengar soal nama, selalu disebutkan bahwa semua itu saya
mendengar tadi panduan. Beberapa hal juga menyebutkan di Prada sendiri
menyebutkan dirinya himpunan pandu dan pramuka. Semua disebut kata pandu
tapi akhirnya mencuat nama respramuka, saya ingat dengan sebenarnya
pramuka inikan gejolak jiwa Bung Karno, ketika waktu itu Irian belum direbut oleh
kita, dia ingin mengumpulkan semua, dia butuh dukungan persatuan yang kuat
agar bangsa Indonesia golongan mudanya bersatu, sampai dia menyatakan
Nyugonia atau Papua dia sebut Irian, Irian itu namanya Ingin Republik Indonesia
anti Nederland, itu betul saya punya dokumen itu dan itu gejolak dari Bung
Karno.
Makanya dia mengatakan prajamuda karana pemuda yang berkarya
satukan semua itu, karena pada waktu itu situasi politik sangat tidak
menguntungkan karena semua pandu menjadi embrio partai politik dan ini
sangat tidak menguntungkan bagi persatuan bangsa, tapi ketika kemudian Irian
sudah masuk ke kita Gusdur membaca rohnya Bung Karno, ya sudah
dikembalikan saja namanya menjadi Papua tidak masalah, kenapa Irian harus
dipertahankan nama orang dia sudah menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Ketiga para pemuda yang berkarya sedangkan roh dari kepanduan itu
sendiri adalah menjiwai dari gerakan pramuka, Walhi juga demikian, kenapa kita
jadi alergi dan kita membaca itu adalah pandu, sedangkan Indonesia Raya
menyebut Pandu kenapa tidak kita rubah saja, kita konsekuen dong karena kita
punya Undang-undang Kepramukaan, kita tulis usulan bahwa Indonesia Raya
jangan diubah menjadi Pandu dong, yang pantas kita rubah menjadi pramuka
karena pandu sudah tidak ada, seperti inilah yang kita prihatin jangan sampai
kita menimbulkan kesalahan dua kali dalam bidang hukum, saya hanya bicara
hukum, jangan sampai kita mengeluarkan P21 sudah dikeluarkan sudah
dicabut, saya diketawakan teman-teman saya hukum di seluruh dunia P21 harus
disidang, jangan sampai Undang-undang Kejaksaan sudah dikeluarkan, Komisi
III DPR RI juga kebakaran jenggot, sehingga Yusril mengatakan saya lebih
berani dari Anggota Komisi III, ternyata Undang-undang Kejaksaan mengalami
lubang kelemahan.
Oleh karena itu ketika bicara tentang anda mengatakan aktivitas kita
adalah aktivitas pandu tapi anda menyebut nama pramuka jadi tidak konsekuen,
34
mari kita duduk bersama kita jujur saja merubah apa yang perlu diubah , ketiga
kita merubah semuanya jangan lagi kita percaya Pancasila, karena Pancasila
jelas sekali Ketuhanan yang Maha Esa, tapi permsalahannya banyak yang
mempermasalahkan, saya lebih percaya Allah daripada Tuhan, ini pesoalan
besar di Republik ini sampai kita mewariskan anak cucu dibuat bingung.
Kalau kita bicara saya tidak keberatan, kenapa kita harus keberatan kalau
aktivitasnya adalah pandu, jangan aktivitasnya panduan, sebut saja Himpunan
Pensiunan Pramuka. Kita harus konsekuen, belajar bangsa ini adalah bangsa
yang perlu konsekuen jangan bicara A sore menjadi B lalu C, sampai kapan,
pernah kita berfikir tentang Undang-undang Perlindungan terhadap mereka yang
terkena bencana karena kompor, pernah kita bicara tentang masyarakat, pernah
saya ke Lapindo menangis saya, saya ingin memberikan bantuan hukum gratis
kepada mereka, mereka tidak berdaya, sekarang kita jangan menambahkan
rakyat ini dengan kebingungan istilah yang aneh, kita mengaku kalau aktivitas
kita adalah aktivitas kepanduan seperti yang diajarkan oleh Kak Asep, saya
mengejar aktivitas kepanduan sesuai dengan yang diajarkan Baden Powell, tapi
ujug-ujugnya yang dibicarakan nama pramuka, kenapa jadi seperti ini, saya
mendengarkan jadi bingung kalau kita silakan saja bagi kami Hisbul Watan tetap
berjalan karena kami punya tanggung jawab moral, satu pesan kami kepada
Anggota DPR begitu Hisbun Watan dikibarkan maka guru-guru Muhamadiyah
guru-guru negeri yang disekolah menjadi kepala sekolah Muhamadiyah
mendapat tekanan dari Pimpinan Dinas setempat. Ini adalah saya akan
memberikan bantuan hukum kepada mereka apabila mereka mendapat tekanan
dari Kepala suku dinas, mohon ini informasi dicatat dan dibawa kepada sidang
Paripurna DPR RI.
Para guru-guru Muhamadiyah yang di sekolah menjadi Kepala Sekolah
Muhamadiyah mendapat tekanan dari Pimpinan dinas setempat, ini adalah saya
akan memberikan bantuan hukum kepada mereka apabila mereka mendapat
tekanan dari Kepala suku dinas, mohon ini informasi ini dicatat dan dibawa
kepada Sidang Paripurna DPR. Para guru-guru Muhamadiyah, mereka
mendapat tekanan, guru negeri yang ditugaskan anda hanya memilih, tetap jadi
pegawai negeri, kapan lagi gaya preman ini dihilangkan dari republik ini, tolong
sekali mereka disini ada guru yang mengalami nasib demikian Pak tolong kita
bicara atas nama republik ini. Jadi ini,
Oleh karena itu kami dari Hisbul Watan ingin memberikan bantuan
hukum. Terima kasih.
Wabilahi Taufik Walhidayah.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
35
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih .
Jadi, kami memang ingin mendengar suara semuanya Pak. Kita dengar
dan kita catat, dan beberapa yang ingin kita follow up kita follow up. Dan kami
juga ada kebutuhan seperti yang kita sampaikan, Undang-undang itu
kesepakatan bersama, upayanya itu dari bawah sehingga dengan demikian
maksud saya baik Pak Azwar dan Pak Gatot harus ada upaya mencari
kedekatannya, karena seperti perdebatan itu panjang di DPR dan kalau DPR
mencoba mencari rumusannya, contohnya dalam ketentuan umumnya
disebutkan, umumnya disebutkan kepramukaan adalah segala aspek
kepanduan yang memerlukan pengaturan dalam penyelenggaraan pendidikan,
pelatihan, pembinaan, pengembangan, pengawasan.
Artinya biasa dalam Undang-undang sebuah kata, kalimat itu diberikan
pengertian sesuai pengaturan jadi apakah pandu harga mati atau pramuka harga
mati, saya kira tidak ada harga mati untuk upaya mencari titik temu itu justru
mencoba mencari hal-hal, karena bagi banyak sekali generasi muda karena
mulai 61, sekarang inikan sudah 50 tahun lebih itu 50an itu anak generasi muda
kita banyak yang sudah tidak mengenal lagi kata pandu itu, karena itu
bagaimana cara kita mencari jalan tengah yang tentu saja generasi Pak Aat
sama dengan generasi saya masih mengenal pandu tapi generasi anak saya
tidak mengenal, dan ini pada hemat saya Bapak-bapak diluar forum ini mencari
dialog, kebetulan ada wakil Pemerintah Pak Sudrajat, Pak Drajat ini ketua Panja
dari Pemerintah sebelum pensiun tapi sekarang bisa. Jadi digantikan oleh beliau,
jadi artinya ada kontinu antara Pemerintah untuk bisa ketemu.
Oke Bapak-bapak, kami serahkan dari Pak Paulus.
Kami persilakan.
HIPRADA (PAULUS CAKRAWAN)
Terima kasih.
Jadi Pak Heri ini waktu aktif di ITB waktu adik saya kuliah disana. Kita
pernah ada masalah waktu itu, waktu pramuka mengutuk serangan ABRI. Jaman
itu, itu juga menyangkut ITB jaman itu. Oke baik, tadi karena mas Gatot
menyinggung masalah hiprada, hibrada itu juga merupakan himpunan pandu
dan pramuka werda. Kenapa kami menyebut pandu karena anggota nya dulu
pandu sebelum jadi pramuka, banyak yang tahun 50 aktif pandu kemudian
menjadi anggota pramuka.
36
Sama seperti Mas Hari Wanadri saya juga masih aktif di pramuka, saya
membina anak-anak sampai sekarang, gugus depan saya 45 tahun tahun ini,
jadi kita juga terus aktif di pramuka, sebetulnya saya mau bicara seperti Pak Heri
tadi, kata itu bisa berubah arti, contohnya yang paling pemerintah populer
selingkuh misalnya jaman saya masih kecil selingkuh itu tidak ada hubungannya
dengan seks Pak, selingkuh itu menipu, jaman sekarang kalau selingkuh itu
sudah arahnya kesitu konotasinya.
Masalah waktu kami muda, Kang Yana muda dulu, kita sebut kalau bikin
poster besar lets out joy and gay itukan,sekarang gay itu repot lagi, jadi makna
dan arti berubah Pak juga jangan berarti bahwa kata itu harus tetap artinya, juga
pramuka juga pandu, saya menggarisbawahi apa yang dikatakan Pak Heri tadi,
saat ini yang pasti adalah seluruh Indonesia terutama di kalangan anak-anak dan
pramuka taunya pramuka, itu yang mendasari kenapa kita tidak sebut pramuka
sja daripada kita membalik jaman, itulah sudah pramuka tadi artinya scout jadi
itu yang saya pertegas sekarang ini pengertian pramuka scout itu atau pandu
jaman dulu, dari sebab itu kami menyarankan tetap memakai kata kepramukaan.
Kemudian mengenai Bung Karno, Bung Karno selalu disebut seakan-akan
sekarang menjadi dosa besar, saat itu Bung Karno tidak salah menyatukan
bangsa ini, dengan segala macamnya, kenapa sekarang kita merasa tertekan.
Ayah saya dulu semangat dikatakan Dwikora, Trikora, saya lihat ayah saya baris
dengan semangat jadi sukarelawan, situasi saat itu meminta demikian, jadi kita
tidak perlu menyalahkan Bung karno dan lain-lain, itu pendapat saya. Terima
kasih.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih.
Sebelumnya, saya persilakan dulu Pak Made. Kemudian, dari Pandu
Keadilan baru nanti kita putaran kedua.
Silakan Pak Made kalau ingin memberikan pandangan, kalau tidak juga
tidak apa-apa Pak.
Tidak ada.
Silakan dari Pandu Keadilan.
PANDU KEADILAN
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Pada dasarnya dari kami Pandu Keadilan tidak ada masalah prinsip,
karena ada penjelasan dari Ibu Popong jadi pada prinsip yang sebenarnya
37
adalah dari kami tentang pembebasan untuk membentuk, itu yang digaris
bawahi.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Mengenai non partisan Pak, semua pandu kan non partisan, non politik
karena dia tidak boleh partai membentuk pandu Pak.
PANDU KEADILAN
Nanti kita akan bentuk dalam ormas untuk membentuk yng tadi
dikemukakan, mungkin tidak adlam bentuk partai tapi ormas yang kita
kembangkan dalam penembangan peranserta kita dalam kepramukaan di tingkat
pemuda atau yang dikembangkan dengan komunitas, karena kita tidak mungkin
di sekolah sudah ada ketentuannya yang belum tergarap itu kan komunitas yang
belum tergarap, karena saya sendiri pramuka bukan lulusan pramuka sekolah
tapi dari komunitas yang berkembang sampai predikat penegak waktu itu, itu
saja gambaran dari kami.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih.
Kami persilakan dari Pak Hakam Ketua Panjanya dulu, Pak Utut dulu, Bu
There kemudian Bu Reni atau Pak Hakam dulu, silakan. Bu Reni juga dulu
pramuka, Pak Utut pramuka khusus catur kemudian.
F.PDIP (DRS. UTUT ADIANTO)
Terima kasih Pimpinan.
Teman-teman. Dari berbagai himpunan.
Ketika kita belajar membuat Undang-undang, yang khusus itu Undang-
undang untuk siapa, buat golongan saya atau kepentingan kami atau
kepentingan nasional, ini yang kita tanamkan tentu saja untuk kepentingan
nasional dimana warna warni hidup berdampingan dalam taman sari, teman-
teman kita sudah bekerja hampir 10 bulan, percayakanlah kita memiliki
integhritas dan jangan diragukan, kita akan bekerja sekeras dan sebaik mungkin
dengan segala pandangan Ibu/bapak menjadi catatan kami untuk menyelesaikan
tugas yang harus kita selesaikan dalam satu bulan lagi.
Dalam pertemuan kali ini, saya tertarik dengan Pak Aat, sayangnya Pak
Aat laki kalau perempuan sudah saya lamar itu, yang Bapak sampaikan itu
38
yang hilang, saya dikomentari oleh Bu Reni saya ac/dc saya tidak saya laki-laki
sejati artinya bahwa ketulusikhlasan pengabdian itu yang sekarang hilang
bersama perubahan jaman, saya sangat memberi apresiasi kalimatnya disitu
selalu tulus ikhlas inilah ladang pengabdian, inilah revitalisasi yang nanti
implementasinya harus terwujud dari Undang-undang yang kita jalankan, jadi
bukan sekedar organisasi yang dilegalkan yang mengikat semua, sebab tanpa
itu juga nanti pada dasarnya tidak jalan, itu saja ini sebenarnya ini hanya untuk
meyakinkan Ibu/Bapak bahwa kita semua akan berlaku seadil-adilnya, kita akan
mengutamakan kepentingan nasional. Terima kasih.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih Pak Utut. Silakan Ibu There.
F.PD (THERESIA EE. PARDEDE, S.Sos)
Terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Yang terhormat rekan-rekan Komisi X DPR RI; dan
Bapak/Ibu Kakak-kakak Pemangku Kepentingan RUU Kepramukaan ini.
Saya ingin memberikan prespektif saja kalau tadi tentang akar masalah
kenapa diperlukannya kebijakan publik tentang pramuka ini, tadi sudah sempat
disampaikan oleh rekan kami namun satu hal yang prinsipil yang perlu saya gali
disini adalah kita mungkin perlu secara spesifik apa sebenarnya permasalahan
kepemudaan yang saat ini dialami oleh kaum mudanya, mungkin saya belum
terlalu jauh melepas masa kepemudaan saya jadi kalau menurut Undang-
undang kepemudaan itu. Jadi yang perlu kita amati disini adalah dari kemarin
dari pengamatan di Jepang maupun Korea Selatan, Jepang mempunyai objektif
yang luar biasa mengaktifkan kembali semangat busyido dan juga ingin
mengembalikan kualitas interaksi sosial yang hilang di kaum muda mereka ada
kecenderungan anti sosial yang timbul dari perkembangan tehnologi dan
komunikasi mereka. Lalu kalau Korea Selatan punya spirit yang luar biasa dalam
posting leader melalui kendaraan pramuka ini mereka bisa mengaktifkan spirit
culture Korea Selatan dan menjadikan anak muda ini menjadi pemimpin-
pemimpin masa depan yang benar-benar bisa mempengaruhi dunia. Mereka
mencontohkan ada Bankinmun dan sejumlah orang-orang besar lainnya yang
menjadi kebanggaan Pramuka Korea Selatan. Harapan Saya dengan Undang-
Undang ini nantinya kita juga bisa mengaktifkan kembali semua hal yang positif
yang sebenarnya ada pada Pramuka. Mungkin nanti melalui Gugus-gugus depan
39
dengan keanekaragaman yang ada, kita tetap bisa mencerminkan bahwa inilah
manusia pancasila Indonesia yang sesungguhnya lewat aktivitas pramuka yang
beragam.
Lalu, untuk poin yang kedua yang ingin juga Saya tekankan disini adalah
mengenai independensi organisasi pramuka itu sendiri. Kita sampai saat ini
masih sering mendapatkan pertanyaan bagaimana Pramuka bisa survive,
apakah hanya mengandalkan pendanaan dari Pemerintah? Kalau kemarin, Saya
juga melihat banyak sekali hal yang positif yang bisa diambil dari Scout di negara
tetangga kita, Jepang punya sistem merchandisenya yang luar biasa. Disini,
Saya membawa pulang contoh dari hasil katalog mereka. Mereka menghasilkan
banyak sekali income dari perolehan merchandising yang mereka buat sendiri
dan ini yang membuat mereka independen sebagai organisasi. Lalu, Korea
Selatan juga melakukan hal yang sama, mereka membuat anak perusahaan
dengan seizin dari departemen yang menjadi mitra kerja mereka dan mereka
menghasilkan lebih dari 70% pendapatannya itu dari perusahaan-perusahaan
komersial yang mereka tangani. Saya kira itu bisa jadi perspektif yang positif
sekali untuk gerakan pramuka di Indonesia supaya kita juga benar-benar bisa
menjadikan kaum muda Indonesia ini benar-benar jadi calon pemimpin yang
kreatif, punya spirit untuk jadi Wirausaha juga sehingga kita bisa memberikan
bukti bahwa Pramuka itu bukan sekedar tepuk-tepuk tangan dan tali temali saja.
Itu mungkin yang bisa Saya sampaikan disini Pimpinan.
Terima kasih banyak.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih.
Informasi tambahan saja juga Bapak, bahwa baik di Jepang maupun di
Korea itu ada pungutannya setiap peserta kegiatan pramuka itu dipungut dan
jumlah itu yang kemudian menambal kekurangan biaya operasi yang ada.
Namun demikian diakui, di Korea itu sudah 2 kali melakukan kegiatan Jambore
Dunia dan itu memang dibiayai utamanya oleh Pemerintah. Demikian juga di
Jepang apabila ada event-event besar seperti itu, itu memang dibiayai oleh
Pemerintah tetapi kegiatan rutinnya mereka pada umumnya bisa didukung oleh
kegiatan mereka sendiri. Tampaknya baik Jepang maupun Korea ini
menganggap penting kegiatan kepramukaan ini juga menjadi ajang untuk
International Expo mereka. Itu Event-event ada disediakan suatu tempat khusus,
misalkan di Korea itu untuk ajang-ajang kegiatan pemuda yang sifatnya
internasional itu.
40
Silakan Ibu Reni, biasanya Ibu Reni ini biasanya bajunya hijau, hari ini
kuning. Saya tidak tahu kenapa.
Silakan Bu Reni.
F.PPP (DR. RENI MARLINAWATI)
Terima kasih Pimpinan.
Bismillahirrahmannirrahim.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Bapak-bapak dan Ibu Anggota Komisi X DPR RI yang Saya hormati;
Kakak dari Kwarnas, dari Kepanduan dan sejenisnya yang Saya hormati
dan sekaligus Saya banggakan.
Yang pertama, Saya appreciative dengan eksistensi organisasi apakah itu
kepramukaan yang dimotori oleh Kwarna dalam hal ini untuk tingkat nasional
maupun kepanduan dan sejenisnya yang dimotoi oleh Pandu. Namun satu hal
mungkin, Saya tidak ingin menyampaikan panjang lebar tentang Pramuka,
tentang Kepanduan. Kebetulan Saya sejak SD memang sudah masuk Pramuka
hingga Saya kuliah pun di Pramuka. Jadi, Saya sangat intens. Dan Chemestry
yang terbangun secara psikologis pun Saya cukup merasakan. Hanya Saya ingin
informasikan bahwa mungkin Bapak-bapak nanti boleh melakukan verfikasi,
satu-satunya Undang-Undang, satu-satunya Rancangan Undang-Undang yang
bebas politik dan yang tidak ada tarik menarik kepentingan politik itu hanyalah
Undang-Undang Kepramukaan ini. Sedikit saja yang dikasihnya, ketika misalnya
hari ini ada koalisi, itu tidak berlaku koalisi itu di pembahasan RUU ini. Mohon
maaf, hari ini misalkan ketika misalkan ketika Pak Heri dan Pak Utut misalkan
yang beroposisi dengan Gerindra misalkan, malah di Undang-Undang Pramuka
ini justru yang berkoalisi itu PDIP sama Demokrat, itu yang lainnya malah
berbeda. Artinya, Saya ingin menyampaikan bahwa tidak ada unsur intrik politik
sama sekali di pembahasan RUU Kepramukaan. Saya ingin memperkuat apa
yang Pak Utut sampaikan. Jadi, mohon percayakan bahwa kami masih memiliki
integritas dan mungkin dalam beberapa bulan ini kita pulang larut malam terus
begitu dan jujur saja, Saya bersyukur suami Saya sabar karena pulang ke rumah
sudah larut malam. Saya ingin menyampaikan bahwa betapa kesungguhan yang
kami lakukan di dalam membahas ini, itu semua semata-mata mungkin kami
ingin mewujudkan seperti yang tadi Kang Aat sampaikan. Kang Aat, masih kayak
keneh dari dulu begitu dan tidak pernah tua-tua begitu sejak Saya di Bandung.
Bahwa untuk kepentingan nasional, kami ingin menjadikan Pramuka sebagai
ladang pengabdian dalam memulihkan kembali budi pekerja dan karakter
41
bangsa yang hari ini terdegradasi. Itu target, itu tujuan mulia kami di dalam
perumusan Pramuka itu.
Yang kedua, yang ingin Saya sampaikan mungkin ketika kemarin begitu
berpolemik keberangkatan terutama ke Afsel begitu. Ketika kami berangkat ke
Afse, yang pertama Saya ingin menyampaikan bahwa mohon jangan katakan
studi banding, karena studi banding itu yang pertama bukan ranahnya Anggota
Dewan karena itu ranahnya Staf Ahli, ranahnya Tenaga Ahli. Yang kedua, studi
banding itukan kesannya bahwa kita tidak punya apa-apa begitu tetapi ini adalah
kunjungan kerja luar negeri untuk melihat perkembangan Pramuka di negara
lain. Setelah kita melihat, bukan berarti apa yang mereka lakukan kita harus
melakukan tetapi ternyata banyak hikmah yang kita temukan, sangat banyak
hikmah yang kita temukan khususnya Saya yang berangkat ke Afsel. Dengan
penduduk 50 juta dengan kemarin demokrasi belum 10 tahun, kemudian dulu
begitu-begitu dominan dengan sistem pemerintah apartheid-nya, tetapi hari ini di
Kancah Dunia eksistensi Afrika Selatan jauh melebihi negara-negara maju
lainnya begitu. Kemudian dari sistem penataan keorganisasian, itu di Afsel itu
sekarang Pramuka the real NJO, Real LSM yang anggotanya harus iuran ada
yang 1 Ren, ada yang 10 Ren begitu. Itu seperti itu. Nah kemudian hikmahnya
itu kita sekarang negara besar dengan 237 penduduk dengan luas wilayah yang
terbesar di dunia dengan segala fasilitas yang kita miliki, masa sih kita tidak bisa
melebihi negara-negara lain? Kira-kira seperti itu, ternyata 1 yaitu sebesar
apapun kita jika kita tidak menjadi 1 ikatan sapu lidi ya kita tidak akan bisa
membersihkan sampah yang berserakan itu, apalah artinya kalau kita hanya
terberai dalam 1 lidi-1 lidi itu begitu yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa.
Tetapi jika lidi ini ikat ini menjadi 1 kekuatan ya itulah yang kita bangun di dalam
Undang-Undang itu supaya mari kita bersama-sama untuk mengembalikan
budipekerti dan karakter bangsa, menumbuhkan kembali nasionalisme,
menanamkan kembali partriotisme yang hari ini sudah luntur, anak-anak muda
sudah lebih betah di mall, anak-anak muda lebih suka dengan Narkoba daripada
kegiatan-kegiatan outbondnya begitu.
Sekali lagi, Saya sangat menghormati segala hal yang Bapak/Ibu
sampaikan kepada kami tetapi percayalah bahwa kami ingin melakukan hal yang
terbaik untuk bangsa dan negara ini dan apa yang kita lakukan bekerja siang
malam, kita ikhlas melakukan semata-mata demi kecintaan kita terhadap
Indonesia.
Saya kira demikian Pak Heri.
Terima kasih.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
42
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih Ibu Reni.
Saya baru tahu juga Pak Hakam, bahwa ternyata Tim yang ke Afrika
Selatan itu belajar bikin sapu lidi, Saya baru tahu hari ini. Kalau yang di Jepang
sama Korea, lain kelihatannya bikin sushi sama itu begitu, bikin sapu lidi.
Ibu/Bapak sekalian, kita masih ada waktu yang tidak banyak, kita
gunakan. Sekali lagi, kita sekarang mulai dari Hisbul Waton. Cerita kecil saja
Pak, Saya dulu sama juga ikut Pramuka. Tetapi sebelum Pramuka, Saya masih
sempat mungkin tidak lama 1 atau 2 tahun di Hisbul Waton, kemudian pindah ke
Pramuka tetapi juga tidak lama Pak karena istilahnya Pramuka kurang
menantang, habis itu kita bikin Kelompok Pendaki Gunung seperti Teman-teman
di Wanadri itu. Ada salah satu yang menarik waktu Saya ketemu dengan Ketua
Kwartirnya yang di Inggris itu, salah satu tema mereka adalah every day
adventure. Jadi, buat mereka/buat anak-anak muda untuk menarik itu memang
adventure. Petualangan itu memang sesuatu yang penting juga apakah tidak
dipikirkan kembali karena banyak sekali atau biasanya, seharusnya Pramuka
kan juga naik gunung tetapi biasanya kalau sudah naik gunung, nanti berubah
menjadi seperti Wanadri atau Mapala itu.
Silakan dari HW, kami persilakan.
HISBUL WATON (ABU NAJIB GENTAK)
Terima kasih.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Nama Abu Najib Gentak. Jadi, Gentak ini panjangan daripada Genek
Pontoh Arahkang, silakan tanya Pak Hakam.
Saya luruskan yang menyinggung Pak Gatot, bahwa Gatot ini kalau boleh
Saya katakan bahwa Beliau ini adalah Pencinta Soekarno. Buktinya, pada waktu
itu pada masa kuliah di Jogjakarta, dia ditangkap dan dijebloskan masuk ke
Penjara karena membela paham Soekarno. Jadi, Saya luruskan tadi pendapat
yang mengatakan Beliau ini bukan orang Soekarnois ini dan Saya sendiri
sebagai Generasi Muda banyak menangkap paham-paham dari Bapak
Soekarno, antara lain memberikan Saya 10 Pemuda, Saya akan
mengguncangkan Indonesia, eh mengguncangkan dunia. Saya ambil skala
Indonesia Pak, terlalu jauh dunia Pak.
Perlu Saya sampaikan di forum disini bahwa sebenarnya substansi yang
kita persoalkan tadi itu menyangkut masalah judul yang tidak kunjung selesai,
43
cuman terlanjur kita merambah kesana kemarin. Semalam sebelum Saya
berangkat ke rapat ini, Saya membuka beberapa kamus, belum pernah Saya
mendapatkan Scout itu terjemahan daripada Pramuka. Oleh karena itu, masalah
konsekuensi hukum Saya tidak berani bahwa kecuali maaf kalau ada terbitan
baru, kemarin diterbitkan Wallahualam ya? Bahwa Saya terlambat membeli
bukunya. Tetapi okelah, Hisbul Waton tetap berpendapat bahwa Gerakan yang
kita inginkan itu adalah berjudul Gerakan Kepanduan yang bisa mengayomi
Pandu-pandu yang lain dan termasuk Pramuka. Adapun persoalan
kepengurusnya dia apakah bentuk asosiasi atau tidak, karena ada saja Pandu
yang lahir yang tidak sejalan dengan AD ART-nya Pramuka tetapi sejalan
dengan prinsip-prinsip kepanduan internasional dunia. Itu yang kita inginkan.
Jadi, sebelum membahas masalah anggaran, membahas masalah
kepengurusan, mari kita, Saya sepakat membahas masalah judul. Kami tetap
berkenyakinan bahwa kepanduan itu adalah organisasi yang patut mengayomi
semua Pandu-pandu yang ada di Indonesia baik yang sudah lahir maupun yang
belum lahir dan termasuk Pramuka.
Demikian dari Abu Najib.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Jadi, tadi tidak masalah Pak. Saya kira semuanya di Republik ini pada
periode-periode tertentu Saya kira semuanya mencintai Bung Karno. Itu sama
saja, tetapi kadang-kadang ada yang cintainya terus dan ada yang berhenti di
tengah jalan. Ada atau tidak, kan biasa paparnya dia, namanya juga ya kadang-
kadang begitu. Ya tidak apa-apa Pak Gatot itu. Itu kalau Gatot itu di kampung
Saya Gatot itu dimakan, kalau musim beras susah begini ya gaplek, Gatot itu
Gaplek.
Oke, kami persilakan kemudian dari Hiprada kalau ada.
Ya, oke.
Dari Pak Made sudah tidak ada lagi?
Cukup, Saya kira dari Keadilan juga sudah.
Kami persilakan dari Wanadri yang tadi Saya kira semuanya sangat
bersimpati tetapi ya mungkin Pak Utut tertarik sama Kang Aat itu karena
gondrongnya Pak karena disini jarang yang gondrong.
WANADRI
Ya, kemarin Saya lebih gondrong lagi. Tadi malam baru dicukur.
Terima kasih.
44
Kak Heri, saya ingin dengan hati-hati menanggapi apa yang disampaikan
oleh Kak Heri dan bukan maksud berdebat tentang etimologi dan sebagainya,
tetapi karena diusapkan tadi. Di Wanadri, setiap peristiwa apapun kecil atau
besar selalu dimulai dengan Lagu Indonesia Raya. Bahkan kita tidak
menyebutnya sebagai Mari kita menyanyikan Lagu Indonesia Raya, mari kita
masuk ke dalam suasana Indonesia Raya, suasana yang senantiasa
mengingatkan bahwa siapapun kita di bawah naungan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sesungguhnya bersaudara, selalu awalannya itu. Jadi,
sesama saudara sebetulnya tidak boleh saling menyakiti, tidak boleh saling
memaki dan seterusnya-seterusnya. Itu moral yang kami ajarkan kepada
organisasi kami.
Mengapa menjadi menarik ketika selalu menyanyikan Lagu Indonesia
Raya? Karena memang betul anak Saya sudah berangkat remaja, ketika dia
menyanyikan Lagu Indonesia Tanah Air Ku, Tanah Tumpah Darah Ku, Di
sanalah Aku Berdiri jadi Pandu Ibu Ku. Lalu bertanya, Pandu itu apa? Memang
betul anak-anak sekarang tidak akrab lagi dengan kosakata Pandu. Tetapi kan
bukan berarti harus dihilangkan, ya harus kita sampaikan bahwa Pandu itu
memandu begitu. Maksud Saya itu. Jadi, justru karena tidak akrab lagi di telinga
anak-anak kita tentang memandu-memandu, itu tadi memandu diri sendiri,
memandu orang lain, pandulah diri sendiri sebelum memandu orang lain dan
sebagainya begitu. Jadi, penting banget kata ”Pandu” sebetulnya. Tetapi Kak
Hazrul Saya melatih kepanduan di kepramukaan, tidak kemudian mendesakkan
supaya Pramuka Saya diganti Pandu, Saya mengajarkan prinsip-prinsip
kepanduan saja di Kepramukaan sebetulnya itu. Jadi, Saya tidak mau masuk
dalam perdebatan apakah ini namanya Pandu atau Pramuka tetapi ketika
prinsipnya memandu, setuju Saya. Sebetulnya itu. Jadi, Saya sangat percaya
pada integritas, pada keikhlasan Teman-teman di DPR untuk membuat
Rancangan Undang-Undang ini menjadi Undang-Undang agar bermanfaat
semanfaat-manfaatnya bagi generasi muda kita begitu.
Saya ingin mengatakan begini yang selalu kita tanamkan kepada Anggota
Muda kita di Wanadri. Kalau generasi Saya ke atas, generasi Kang Heri,
generasi siapa lagi disini Generasi Kang Doni dan sebagainya, agak keki dengan
Pemerintah karena kerjanya tidak benar, terus Anggota Dewan juga dimaki-maki
saja karena kerjanya jalan-jalan dan sebagainya. Ya mungkin karena alasan-
alasan tertentu karena kita melihat kenyataan dan sebagainya, tetapi kan kondisi
ini tidak menetes pada kepada anak-anak begitu, kita ingin suatu ketika anak-
anak kita atau cucu kita menjadi orang-orang yang bisa mengapresiasi
penyelenggaraan negaranya karena memang kedua-duanya apresiasinya bagus
45
begitu, Pemerintahnya benar, anak-anaknya benar, ini Utopia bukan? Bukan
Saya kira, ini harus dikejar. Nah jadi prinsip kami di Wanadri dan prinsip Saya
mengajarkan kepanduan kepada kepramukaan itu sebenarnya begini, kita tidak
memaksa-maksakan kehendak. Maksudnya, begini. Ketika anak-anak Saya
ketika Pramuka Saya, Saya harapkan untuk mencintai alam, mencintai
lingkungan begitulah seperti sekarang edisi dunia itu. Dengan teori apapun,
dengan ilmu pengetahuan apapun, tidak mungkin dia cinta lingkungan. Yang
paling niscaya oleh kami itu dibawa saja, berkemah, ke hutan dan sebagainya.
Kedokami, kalau dia disentuhkan dengan alam maka cinta akan tumbuh dengan
sendirinya dan itu cinta yang ikhlas. Kan kita harus begitu asalnya.
Jadi, itu yang ingin kami sampaikan sebagai penutup.
Terima kasih kami sudah diundang ke tempat yang terhormat ini. Mudah-
mudahan kalau kita menghasratkan sesuatu untuk perbaikan anak-anak kita, itu
ya sungguh-sungguh agar nantinya anak-anak kita menjadi orang yang bisa
mengapresiasikan kehidupannya dengan ikhlas itu. Kalau wahana untuk itu
kemudian kita ributkan untuk hal-hal yang sepele begini, wah celaka betul.
Terima kasih, kami tutup.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Terima kasih.
Jadi, tadi memperkuat sekali lagi yang mengenai semangat kebangsaan
yang bisa dibangkitkan dengan praktek-praktek atau prinsip-prinsip kepanduan
tadi, kepramukaan tadi mulai dari Lagu Indonesia Raya dan Saya kira kita
semuanya juga tahu sekarang sudah ada Undang-Undang Bahasa, Lambang
Negara dan termasuk Lagu Kebangsaan. Di Rapat-rapat DPR yang besar/Pleno
sekarang juga harus dengan Indonesia Raya dan itu memang sesuatu yang kita
harapkan. Namun demikian yang belum bisa kita tembus kembali nantinya
mestinya juga di sekolah-sekolah itu harus dihidupkan kembali suasana yang
seperti itu Pak.
Kemudian, 5 menit terakhir kami berikan kepada Bapak dari Pramuka
untuk memberikan catatan akhirnya dan 5 menit nanti bagian Saya ya Pak ya,
jangan dikurangi ya Pak.
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
Terima kasih.
Saya ingin memberikan komentar terakhir tentang Scout/tentang Pandu.
Ketika Organisasi ini diperkenalkan, Baden Powell menyebutnya Scout. Dibawa
46
masuk ke Indonesia oleh Belanda, namun bukan Pandu, namanya FathFinder.
Jadi, bukan Pandu. Baru kemudian karena tidak mau menggunakan kata ”Fath
Finder”, Bapak Muhammad Yamin memperkenalkan kata ”Pandu”. Dia hanya
memperkenalkan kata ”Pandu” saja. Jadi, ”Pandu” menunjuk pada ”Scout” kalau
sebenarnya. Nah Undang-Undang lalu Kepres No. 61 menyebutnya adalah yang
seperti Scout itu namanya adalah Pramuka,seperti di Malaysia namanya adalah
Pengangkap. Di India namanya Barat. Jadi, itu nama yang bukan berarti Scout
itu harus Pandu. Scout itu bisa diterjemahkan dengan banyak kata. Ini adalah
penambahan kosakata, kayak menambah kosakata kita, pandu adalah sama
dengan pramuka.
Nah Saya ingin sampaikan nama Pramuka itu aslinya bukan singkatan,
bukan Praja Muda Karana. Pada waktu Tahun 1961 itu, ingin terjadi peleburan
yang disepakati termasuk juga oleh HW mensepakati itu, bersumpah untuk
bersatu. Itu banyak sekali isu-isu seolah-olah ini sama dengan pioner, karena
waktu itu pengaruh dari usia itu tinggi sekali, maka seolah-olah diberikan nama.
Nama ini berasal Pak Hamengku Buwono, Pak Hamengku Buwono memberikan
nama. Jadi, namanya adalah dari Pak Hamengku Buwono yang mengambil
nama Prajurit Mataram yang artinya selalu di depan, Pramuko, tetapi nama itu
kemudian diasosiasikan sama dengan Pioneer dari Rusia. Orang kita resah,
kemudian oleh Kakak-kakak kita zaman dulu dicari kira-kira Pramuka itu apa,
muncullah persamaannya Praja Muda Karana. Praja Muda Karana itu baru
kemudian muncul untuk mengantisipasi serangan komunis bahwasanya Pioneer
sama dengan Pramuka. Itu betul, tidak bohong itu. Sejarahnya adalah begitu.
Jadi, tidak ada keharusan Scout itu diterjemahkan dalam kata ”Pandu”, tidak
ada.
Sekarang, kita seperti Kak Akhmadi katakan tadi Kepres No. 238
mengganti kata ”Gerakan Kepanduan” menjadi ”Gerakan Pramuka”. Itu terus
bagaimanapun itu sudah digunakan. Undang-Undang No. 20 mengganti
”Pendidikan Kepanduan” menjadi ”Pendidikan Kepramukaan”. Jadi, kata-kata itu
memang jelas. Jadi, Pendidikan Kepramukaan, Pendidikan Kepanduan, baca
saja Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional ”Pendidikan
Kepanduan/Pendidikan Kepramukaan” dan itu kita lakukan.
Dan karena itu sekali lagi, tidak ada keharusan. Kita tidak ngotot, tetapi
karena Undang-Undang ini adalah untuk kepentingan anak-anak kita yang sudah
sangat familiar dengan Pramuka dan ada sejarahnya, bukan berarti
menggunakan nilai-nilai kepramukaan tidak sama dengan nilai-nilai kepanduan.
Sama banget itu. Jadi, nilai-nilai pramuka ya nilai-nilai pandu, dasa dharma
pramuka ya dasa dharma pandu. Jadi, itu adalah equal. Tetapi karena kita ingin
47
menghargai Bapak-bapak kita yang memberikan nama ”Gerakan” pada
organisasi ini, tidak seperti di negara lain. Di negara lain tidak pernah
memberikan nama National Assosiation dengan Gerakan.
Yang kedua, ini sudah lama dikenal oleh masyarakat dan dasar
hukumnya juga ada maka kita tetap mengusulkan kalau bisa tetap ”Gerakan
Pramuka”. Namun sepenuhnya kita serahkan kepada Kakak-kakak kita yang ada
di DPR dan di Pemerintah.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
ANDALAN NASIONAL LULUSAN KERJASAMA KWARTIR NASIONAL
Pak Heri, boleh 1 menit?
Saya Rahmat Santika, Andalan Nasional Lulusan Kerjasama Kwartir
Nasional. Saya ajudannya Hamengku Buwono ketika Jambore Dunia XIII di
Jepang di Asagiri pada Bulan Agustus 1971. Selama 3 hari Saya diajarkan oleh
Beliau untuk menyusun konsep yang namanya renewing scouting. Dia
persamakan bahwa ketika 17 Agustus dengan 14 Agustus, 17 Agustus itu
negara kita adalah dari kerajaan, berasal dari kesultanan, berasal dari daerah-
daerah berbagai macam, ada 1 tekad yang sama, ingin bersatu mendirikan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian, merdeka diputuskan 17
Agustus 1945 dan setelah merdeka, dia mengisi untuk mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur. 14 Agustus 1961, Beliau mengatakan kita sama-sama
bersatu membentuk yang namanya Gerakan Pramuka, dikumpulkan semuanya
supaya visi yang sama membangun negara bangsa, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Sangeta Laut sampai ke Pulau We
dan lain sebagainya. Beliau katakan dengan berapi-api, karena akan pidato di
Hongkong untuk yang namanya Pertemuan World Scout Scouting dengan
konsep melakukan Renewing Scouting. Nah disitulah dikatakan bahwa 14
Agustus itu sama dengan 17 Agustus. Jadi, Gerakan Pramuka itu kesepakatan
bersama seluruh Pandu yang ada untuk membentuk suatu yang namanya
Gerakan Pramuka, untuk bersatu, berdaulat dan menyelesaikan bangsa ini.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Saya kira itu underlining semua ya Pak, semangat yang ada yang tadi
disampaikan oleh Pak Utut dan lain-lainnya. Semuanya kita hadir disini dengan
semangat yang sama untuk bersatu memajukan bangsa ini melalui kegiatan
48
pendidikan kepramukaan atau kepanduan tadi. Saya kira itu semangat yang
membawahi kita sendiri. Saya ingin menyampaikan beberapa penjelasan sedikit
saja Pak, mengapa persoalan judul ini kita ditunda dan tetapi kita tetap
membahas selebihnya, karena di dalam Undang-Undang ini seperti tadi Saya
sampaikan, bagiannya itu a dari z. Yang berkaitan dengan judul itu sebenarnya
konsekuensi pokoknya lebih pada susunan organisasi. Sementara mengenai
Prinsip-prinsip dasarnya tadi kita tahu Bapak semuanya, semuanya berusaha
sepakat bahwasanya Prinsip-prinsip yang ada itu kita adop dari Gerakan Scout
International yang ada dengan semangat pembaruan yang tadi disampaikan
yang memang diluncurkan pada tanggal 14 Agustus Tahun 1961. Suasana
politiknya semuanya kita pahamlah pada waktu kita, kita memang dalam
semangat untuk bersatu untuk merebut Irian Barat tetapi sama juga kondisi kita
sekarang ini Saya kira kita juga perlu bersatu untuk kita tidak menjadi
ketinggalan diantara bangsa-bangsa yang lain. Saya kira semangat ini sama.
Namun demikian, tentu saja di dalam ketatanegaraan ada sejumlah koridor yang
memang sudah ditentukan sehingga di dalam menyusun Undang-Undang inipun
Undang-Undang Dasar kita sudah mengatur tidak boleh menabrak hal-hal yang
sifatnya azasi yang sudah beberapa ketentuan dasar dari declaration human
rights itu sudah dimasukan dalam Undang-Undang Dasar kita dan tentu saja itu
tidak boleh kita langgar. Maksud Saya, diskusi seperti ini juga mencoba
mengexcercise bahwa koridor itu tetap kita patuhi di dalam pembentukan
Undang-Undang ini.
Itu yang penjelasan yang ingin kami sampaikan dan selanjutnya, kami dari
diskusi ini barangkali semuanya tadi sudah kita serap masukannya, kita catat,
ada transkripnya. Kemudian hari kalau mau diajukan, dokumen transkripnya
pasti bisa ada di kami. Namun demikian, kami merasa bahwa diantara para
penganut paham yang aktivis dari Kepramukaan atau Kepanduan ternyata masih
banyak yang belum komunikasi. Antara Pak Aat pun ada sedikit perbedaan yang
pada hemat Saya itu memperkaya kehidupan kita perbedaan ini, tetapi
perbedaan ini yang kami mohonkan untuk bisa diskusikan bersama yang
nantinya ini masih sedang debat proses, bukan tidak mungkin lagi pada
kesempatan yang akan datang kita akan mempertemukan kembali dan kepada
pihak Pemerintah yang mewakili, dalam ini Saya kira ada baiknya juga kami
mengusulkan supaya Pemerintah mengambil inisiatif karena lobi yang ada yang
kita siapkan ini adalah lobi antara fraksi-fraksi di DPR dengan Pemerintah.
Namun demikian, alangkah baiknya kalau Pemerintah juga melakukan lobi-lobi
dengan berbagai macam pihak kepanduan yang ada itu.
49
Ini Saya kira akan sangat baik. Semangatnya sama tadi disampaikan,
untuk persatuan kita, agar bangsa kita ini bisa mengejar ketinggalan kita.
Saya kira demikian ya Pak sebagai penutup.
Terima kasih sekali lagi Bapak-bapak, mungkin ada yang dari Jogja ya?
Pak Gatot dari Jogja ya? Surabaya, loh ngaduh meneh DPR, enggeh. Ada
beberapa Teman yang dari Jawa, termasuk Kang Aat dari Bandung, semuanya
kami ucapkan terima kasih Kang Aat.
Nuhun, mohon maaf Pak. Di DPR itu bisanya cuman kasih kotakan ini
Pak, karena SPJ tidak bisa diganti disini. Nah itu yang kami mohon maaf, karena
ini dianggap sebagai kewajiban warga negara juga untuk memberikan statement
atau kesaksian di dalam parlemen. Jadi, semuanya ya kita mohon maklumi
semuanya.
Demikian, terima kasih juga kepada Anggota yang telah mengikuti acara
ini dengan baik. Pak Hakam mungkin ingin menambahkan? Mungkin Pak Hakam
ini sebagai Penanggung Jawab Panjanya, kami persilakan Pak Hakam.
KETUA PANJA (DRS. ABDUL HAKAM NAJA, M.SI)
Bismillahirrahmannirrahim.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Saya kira apa yang hari ini kita dengarkan dari seluruh Pemangku
Kepentingan, ini memang sama dengan spiritnya di Panja. Jadi, di Panja itu
memang seluruh sudutnya memang sudah dijajaki. Kira-kira begitu. Kira-kira
kalau peta di Panja itu yang ada disini ini wakili oleh Anggota Fraksi-fraksi di
Panja, meskipun tentu saja nanti Undang-Undang kan tentu harus pada
terakhirnya seperti apa. Jadi, kalau merujuk kepada judul saja, keluar dari Komisi
X itu judulnya masih Undang-Undang Kepanduan/Kepramukaan. Itu keluarnya
dari komisi, diselesaikan di Forum Badan Legislasi, namanya Kepramukaan
dengan definisi yang dibacakan oleh Pak Heri tadi. Itu titik temu kompromi yang
panjang juga daripada harus berhari-hari itu kita bicarakan untuk judul itu saja di
Badan Legislasi kalau disini sudah sepanjang DPR Periode sekarang full dan
Periode yang lalu juga kira-kira setahun sebelumnya.
Ibu/Bapak sekalian, jadi semangat untuk menampung seluruh aspirasi
dari Pemangku Kepentingan dan bahkan yang terakhir ini dari Tono Suratman
yang buat buku tentang Konsep Negara pun kita masukan. Artinya, dimasukan,
kita dengar. Dari Wanadri juga begitu dan semuanya. Jadi, apa saja. Dari Partai
Politik pun artinya kita dengar bahwa meskipun keputusan akhirnya nampaknya
tidak boleh Partai Politik itu melakukan kegiatan yang terkait dengan Partai
50
Politik, tetap kita undang, kita ingin mendengarkan dan juga kita ingin sampaikan
posisi yang terakhir seperti apa.
Ibu/Bapak sekalian, semangat untuk mendengarkan, semangat untuk
menyerap, semangat untuk memperhatikan seluruh Pemangku Kepentingan itu
benar-benar kita lakukan. Tetapi Saya kira betul penekanan Pak Heri, Saya kira
karena posisi ini Pemerintah, jadi DIM-nya itu Pemerintah, Inisiatif DPR-nya
Saya kira sebagian juga sudah dapat. Nah posisi terakhir ini kan Pemerintah,
Saya kira akan lebih bagus dalam tempo yang sampai tanggal 12 Oktober ini
ada rapat pengambilan Tingkat I di Komisi X. Jadi, nanti rapat posisi fraksi-fraksi
di Komisi X, diketok dibawa ke Paripurna tanggal 19 Oktober. Nah Saya kira
dalam waktu yang tidak panjang ini Pemerintah seyogyanya melakukan langkah-
langkah pro aktif untuk mengkomunikasikan karena besok kami juga akan ke 6
Provinsi di seluruh Indonesia untuk keliling uji publik. Jadi, waktu itu kita punya
pikiran kalau kita jauh-jauh uji publik ke 6 provinsi, tetapi para pemangku
kepentingannya juga belum kita dengar, nanti malah mereka kecewa karena
jauh-jauh ke daerah malah yang di Jakarta atau yang di pusat ini belum tahu.
Jadi, kita undang Bapak/Ibu sekalian pada forum ini betul-betul untuk kita
ingin mendapatkan suatu masukan menyerap informasi dan aspirasi sehingga
Undang-Undang itu nanti 19 Oktober diketok di Paripurna Insya Allah sudah
menyerap, sudah memperhatikan dan betul-betul moga-moga bisa mewakili
seluruh aspirasi dari Bapak/Ibu sekalian.
Demikian sehingga terima kasih dari kami.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT (HERI AKHMADI/F.PDIP)
Demikianlah Ibu/Bapak sekalian.
Dengan bersama membaca Hamdallah, kita akhiri Rapat Dengar
Pendapat Umum ini.
Alhamdulillahirrabil’alamin.
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
(RAPAT DITUTUP)
Jakarta, 28 September 2010
a.n. Ketua Rapat Sekretaris Rapat
AGUS SALIM, S.H. NIP. 196010817 198303 1 005