bab ii tinjauan pustaka a. konsep dasar congestive heart ...repository.ump.ac.id/9132/3/robiati bab...
TRANSCRIPT
7 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Congestive Heart Failure
1. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah gangguan sirkulasi yang
berhubungan dengan kegagalan jantung untuk berfungsi secara normal yang
menyebabkan kongesti pada dasar vaskular pada paru dan jaringan perifer,
yang menimbulkan gejala pernapasan dan edema perifer (G.Morton,
Fontanie, M.Hudak, & M.Gallo, 2011). Gagal jantung kongestif diangap
sebagai akibat berkurangnya kontraktilitas dan daya pompa sehingga
diperlukan inotropik untuk meningkatkannya dan diuretik serta vasodilator
untuk mengurangi beban (un-load) (Setiati, Alwi, W.Sudoyo, et al., 2014).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan
curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolik dan
kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran balik vena adekuat
(Stillwell, 2011).
2. Klasifikasi
Klasifikasi fungsional gagal jantung menurut New York Heart
Association ( NYHA) (Morton et al., 2011):
a. Kelas I, Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak
menyebabkan keletihan yang tidak semestinya atau dispnea.
8 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Kelas II, Sedikit keterbatasan aktivitas fisik. Merasa nyaman saat
istirahat, tetapi aktivitas fisik biasa menyebabkan keletihan atau
dispnea.
c. Kelas III, Keterbatasan nyata aktivitas fisik tanpa gejala. Gejala terjadi
bahkan pada saat istirahat. Jika aktifitas fisik dilakukan gejala
meningkat.
d. Kelas IV, Tidak mampu melaksankan aktivitas fisik tanpa gejala. Gejala
terjadi bahkan pada saat istirahat . jika aktivitas fisik dilakukan, gejala
meningkat.
3. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1. Anatomi Jantung
(Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017)
Jantung terletak dalam ruang mediastinum rongga thoraxs, yaitu
diantara paru.. Berikut bagian -bagian jantung menurut (Kasron, 2011):
9 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
a. Atrium dekstra, berdinding tipis, berfungsi sebagai tempat
penyimpanan darah dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi
sistemik yang mengalir ke ventrikel dekstra.
b. Atrium sinistra, berdinding tipis dan bertekanan darah rendah,
berfungsi untuk menerima darah teroksigenasi dari paru-paru melalui
keempat vena pulmonalis.
c. Ventrikel dekstra, berbentuk bulan sabit tebal dindingnya hanya 1/3
dari dinding ventrikel sinistra, yang berfungsi untuk mengalirkan darah
ke dalam arteri pulmonalis dan memompa darah dalam sirkulasi paruh
yaitu aliran bertekanan rendah.
d. Ventrikel sinistra, mempunyai otot-otot yang tebal dengan bentuk yang
dengan bentuk yang menyerupai lingkaran, berfungsi untuk
mempermudah pembentukan tekanan tinggi selama ventrikel
berkontraksi saat terjadi sirkulasi sistemik.
e. Katup antrioventrikularis, merupakan katup jantung yang memisahkan
atrium dan ventrikel. Berfungsi menaggapi tekanan dan volume dalam
bilik dan pembuluh darah jantung.
f. Katup seminularis, terdiri dari dua katup yaitu katup aorta yang dan
aorta dan katup pulmonalis. Katup seminularis berfungsi untuk
mencegah aliran kembali darah dari aorta atau arteri pulmonalis ke
dalam ventrikel, saat ventrikel istirahat
10 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4. Etiologi
Berikut ini, merupakan hal-hal yang menyebabkan penyakit gagal
jantung kongestif. (Yasmara et al., 2016):
a. Penyakit arteri koroner
Aterosklerosis arteri koroner merupakan penyebab utama gagal
jantung. Penyakit arteri koroner ini ditemukan pada lebih dari 60%.
b. Iskemia/infark miokard
Iskemia menyebabkan disfungsi miokardial akibat hipoksia dan
asidosis akibat akumulasi asam laktat. Sedangkan infark miokard
menyebabkan nekrosis atau kematian sel otot jantung.
c. Kardiomiopati
Kardiomiopati merupakan penyakit pada otot jantung. Pada
kardiomiopati hipertrofi dan kardiommiopati restriktif dapat
menurunkan disensibilitas dan pengisian ventrikular, sehingga dapat
menurunkan curah jantung.
d. Hipertensi
Hipertensi sistemik maupun pulmonal meningkatkan afterload
(tahanan terhadap ejeksi jantung). Akibatnya beban jantung meningkat.
e. Penyakit katup jantung
Disfungsi katup jantung membuat aliran darah ke arah depan
terhambat, meningkatnya tekanan dalam ruang jantung, dan
meningkatnya beban jantung. Kondisi tersebut memicu terjadinya gagal
jantung.
11 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5. Patofisiologi
Pada gagal jantung sistolik menurunkan jumlah darah yang
dikeluarkan dari ventrikel. Kondisi ini memicu sistem syaraf simpatik untuk
merangsang pengeluaran epinephrin dan norapinephrin untuk membantu
fungsi miokardium dengan cara meningkatkan frekuensi kontraksi.. Namun
bila hal ini berlangsung secara terus-menerus, maka miokard akan
kehilangan reseptor β1-adregenik dan kerusakan sel-sel jantung lebih lanjut.
Sementara itu stimulasi saraf simpatik dan penurunan perfusi ginjal akibat
gagal jantung akan merangsang ginjal untuk mengeluarkan renin.
Keberadaan renin ini akan mengubah angiotensinogen menjadi angitensin
I. Selanjutnya Angiotensi-converting-enzym (ACE) akan mengaktivasi
angiotensi I menjadi angiotensin II yang merupakan vasokontriksor kuat
pemicu pengeluaran aldosteron.
Aldosteron ini akan meningkatkan retensi air dan NaCl serta
merangsang pusat haus. Kedua hal tersebut akan meningkatkan volume
cairan intravaskuler yang diikuti peningkatan beban jantung. Oleh sebab itu
aldosteron akan memperburuk kondisi otot jantung dan memperberat
fibrosis miokardial.
Kemudian pada gagal jantung diastolik disebabkan oleh
peningkatan beban jantung secara terus-menerus dalam jangka waktu lama
sehingga terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel otot jantung
(miokardium). Kondisi ini menyebabkan penurunan curah jantung
(Yasmara et al., 2016).
12 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
6. Pathway
Gambar 2.2 Pathway
hipoksia
Penyakit
arteri
koroner
Iskemia/
infark
miokard
kardiomiopati hiper
tensi
Akomodasi semua darah
kembali ke sirkulasi
vena tidak terjadi
Penyakit
katup
jantung
Nekrosis sel
jantung hipo
ksia
Hipertrofi
ventrikel
jantung
Beban
jantung
mening
kat
Beban
jantung
mening
kat
Aliran
darah
terham
bat
CHF
Gagal
kontraksi
ventrikel kiri
Gagal kontraksi
ventrikel kanan
Back failure Kegagalan
sirkulasi darah
sistem sistemik
Tekanan vena
pulmonalis
Transudasi cairan
kapiler paru
Edema paru
Sesak nafas Gangguan
pertukaran gas
Penurunan
curah jantung
Perubahan
kontraktilitas
Penyempitan
lumen ventrikel
kanan
Hipertrofi ventrikel
kanan
Retensi cairan pada
ekstremitas bawah
Pitting edema
Kelebihan
Volume Cairan
13 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
7. Komplikasi
Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF) antara lain:
a. Edema paru
Terjadi akibat dekompensasi jantung berat, tekanan kapiler
didalam paru meningkat karena cairan didorong dari darah sirkulasi ke
interstitium dan kemudian ke alveoli, bronkiolus , dan bronkus (Suslia,
Ganiajri, Lestari, & Sari, 2014).
b. Syok kardiogenik
Disebabkan oleh tekanan diastole yang sangat rendah sehingga
tidak mampu lagi memberikan perfusi yang adekuat ke jantung
(Yasmara et al., 2016).
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat ditandai dengan adanya hipoperfusi ginjal.
Menurut (Morton et al., 2011), salah satu penyebab prarenal gagal
ginjal adalah gagal jantung.
d. Asma kardial
Asma kardial dapat terjadi pada gagal jantung kiri. Peningkatan
tekanan arteri pulmonalis dan bronkialis menimbulkan transudasi pada
jaringan interstinal bronkus.. (Yasmara et al., 2016).
8. Manifestasi Klinis
Dikutip dari Nurafif dan Kusuma (2015) manifestasi gagal jantung
meliputi:
a. Kriteria mayor
14 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Paroksimal nocturnal dispnea, distensi vena leher, ronki paru,
kardiomegali, edema paru akut, gallop S3 dan S4, peninggian vena
jugularis, refluks hepatojugular.
b. Kriteria minor
Edema ekstremitas, batuk malam hari, dispnea effort,
hepatomegali, efusi pleura, penurunan kapasitas vital, takikardia.
c. Mayor atau minor
Penurunan berat badan 4,5 kg dalam 5 hari
9. Asuhan Keperawatan dengan Congestive Heart Failure
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
agama pendidikan, pekerjaan, alamat, No MR, dan diagnosa medis.
2) Riwayat penyakit sekarang
a) Keluhan utama
Keluhan utama klien adalah sesak nafas, kaki bengkak
dan berat badan bertambah, serta jumlah urine menurun.
b) Keluhan saat dikaji
Biasanya pasien akan mengeluh sesak nafas dan
kelemahan saat beraktifitas, kelelahan, dada terasa berat, dan
berdebar-debar (Udjianti, 2010).
3) Riwayat penyakit dahulu
15 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita meliputi
hipertensi renal, infarkmioard kronis, bedah jantung dan disritma.
Riwayat pengobatan dan alergi terhadap obat tertentu.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami
oleh keluarga. Penyakit jantung iskemik pada keturunannya (Wulan,
2017).
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum, Kesadaran pasien dengan CHF biasanya baik
atau compos mentis (GCS 14-15).
b) Mata, konjungtiva biasanya anemis, sklera biasanya tidak
ikterik
c) Hidung, bernafas dengan cuping hidung serta hidung sianosis
d) Mulut, bibir biasanya terlihat pucat.
e) Wajah, biasanya wajah terlihat lelah dan pucat.
f) Leher, biasanya terjadi pembengkakan pada vena jugularis
g) Sistem Pernafasan, dispnea saat tidur, batuk, penggunaan
bantuan pernafasan, edema pulmonal, bunyi nafas : Adanya
krakels banner dan mengi.
h) Jantung, bunyi jantung tambahan, batas jantung mengalami
pergeseran yang menunjukkan adanya, hipertrofi jantung
(Kardiomegali), adanya bunyi gallop,murmur jantung S3 atau
S4, takikardia, denyut jantung,
16 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
i) Abdomen, adanya hepatomegali, splenomegali, dan asites
j) Eliminasi, penurunan frekuensi kemih, urin berwarna gelap,
Nokturia (berkemih pada malam hari), diare/ konstipasi.
k) Ekstremitas, adanya edema, sianosis perifer (Smelzer & Brenda,
2013).
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul meliputi (Suslia et al., 2014):
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
(edema).
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi (Herdman & Kamitsuru, 2018).
c. Intervensi
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
a) Hasil yang dicapai (NOC)
Keefektifitas pompa jantung (Moorhead et al., 2013):
(1) Menunjukan tanda vital dalam batas yang normal, disritmia
tidak terjadi atau terkontrol, dan denyut jantung dan nadi
perifer dalam batas normal dan haluan urine adekuat.
(2) Melaporkan penurunan episode dispneu
b) Intervensi (NIC)
Pengaturan hemodinamik (Bulechek et al., 2013):
(1) Monitor tanda-tanda vital
17 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Rasional : Hipotensi dapat mengidikasikan penurunan curah
jantung dan dapat menyebabkan penurunan perfusi arteri
koroner. Hipertensi dapat disebabkan oleh vasokontriksi
kronis dan dan peningkatan kongestif pulmonal
(2) Monitor tanda dan gejala status volume
Rasional : Kelebihan cairan ditransmisikan ke vena jugularis,
hati, dan abdomen serta dapat diamati sebagai distensi
(3) Lakukan auskultasi jantung
Rasional : suara jantung abnormal S3 dapat mengindikasikan
ventrikel yang kaku, dan S4 mengindikasikan ventrikel yang
mengalami distensi berlebihan dan lemah.
(4) Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan kekuatan denyut perifer dan pulsus
alternans pada penurunan curah jantung, mengindikasikan
gagal jantung.
(5) Pantau haluan urine, perhatikan penurunan haluan urine
Rasional : Keseimbangan asupan dan keluaran
mencerminkan status cairan.
(6) Tinggikan kaki tempat tidur
Rasional : Elevasi kaki dapat menurunkan edema pada
perifer
(7) Kolaborasi pemberian obat-obatan inotropik positif dan obat-
obat kontraktilitas
18 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Rasional : Obat yang diresepkan digunakan untuk
meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan preload atau
afterload.
(Suslia et al., 2014)
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
a) Hasil yang dicapai (NOC)
Keseimbangan cairan (Moorhead et al., 2013):
(1) Klien dapat menunjukan keseimbangan cairan yang adekuat
yang dibuktikan keluaran yang seimbang atau lebih banyak
dari asupan
(2) Suara pernafasan jernih dan edema perifer berkurang.
b) Intervensi (NIC)
Manajemen cairan dan manajemen hipovolemia
(Bulechek et al., 2013).
(1) Monitor intake dan output cairan
Rasional : Keseimbangan asupan dan keluaran
mencerminkan status cairan (bergantung pada status klien)
(2) Monitor indikasi kelebihan cairan
Rasional : Pemasangan kateter urine digunakan untuk
memudahkan dalam memonitor keluaran urine
(3) Kaji lokasi dan luasnya edema
19 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Rasional : Kongesti pada vena, mengakibatkan peningkatan
tekanan kapiler. jika tekanan hidrostatis melebihi cairan
interestial, cairan akan keluar dari kapiler dan muncul edema
tungkai.
(4) Posisikan untuk perfusi perifer
Rasional : Pengangkatan tungkai meningkatkan aliran balik
ke vena
(5) Kolaborasi pemberian diuretik yang diresepkan
Rasional : Diuretik sering diresepkan untuk meningkatkan
diuresis cairan yang terakumulasi (Suslia et al., 2014).
d. Implementasi
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
a) Memantau tanda-tanda vital
b) Memantau tanda dan gejala status volume
c) Memantau haluan urine, perhatikan penurunan haluan urine
d) Melakukan auskultasi jantung
e) Melakukan palpasi nadi perifer
f) Meninggikan kaki tempat tidur
g) Melakukan kolaborasi pemberian obat-obatan inotropik positif
dan obat-obat kontraktilitas
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
20 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
a) Memantau intake dan output cairan
b) Memantau indikasi kelebihan cairan
c) Mengkaji lokasi dan luasnya edema
d) Memposisikan untuk perfusi perifer
e) Melakukan kolaborasi pemberian diuretik yang diresepkan
e. Evaluasi
Menurut (Suslia et al., 2014) pada diagnosa penurunan curah
jantung, setelah pemberian inhibitor ACE dan diuretik, dispneu harus
membaik. Target terapi ini adalah sedikit peningakatan curah jantung
pada hari berikutnya. Pada diagnosa kelebihan volume cairan, setelah
pemberian diuretik diharapkan terjadi peningkatan pengeluaran urine
jika klien memiliki curah jantung yang cukup.
B. Edema
1. Pengertian
Edema terjadi ketika cairan interstitial dikeluarkan oleh limfatik
sirkulasi, edema akan terbentuk ketika aliran kapiler filtrasi melebihi
kapasitas limfatik (Mosti, 2013). Edema dapat diartikan sebagai
pembengkakan jaringan subkutan, yang apabila ditekan akan
meninggalkan cekungan (Naga, 2013). Pada pasien gagal jantung kanan
terjadi peristiwa bendungan vena kava inferior yang berhubungan
dengan aliran balik tubuh bagian bawah memicu muncul edema perifer.
Hal ini terjadi karena vena- vena diperifer juga mengalami bendungan
21 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
sehingga terjadi kenaikan tekanan hidrostatik yang melampaui tekanan
osmotik (Yasmara et al., 2016).
Pada edema tungkai sering terjadi akibat akumulasi cairan
interstinal yang berlebihan pada satu atau kedua tungkai (Kowalak &
Huges, 2010). Karakteristik edema tungkai yang terjadi pada pasien
gagal jantung meliputi (Suciadi, 2016):
a. Pitting edema pada pretibia, pergelangan kaki, dan dorsum pedis.
b. Responsif dengan pemberian diuretik
c. Umumnya tidak ada nyeri penekanan.
2. Patofisiologi edema
Normalnya cairan bergerak bebas diantara ruang intertisial dan
ruang intravaskular untuk mempertahankan homeostasis. Cara
mempertahankan homeostasis yaitu, pada saat tekanan hodrostatik
kapiler diujung kapiler arteri lebih besar dari pada tekanan osmotik
plasma maka cairan keluar dari kapiler. Sebaliknya bila diujung kapiler
dekat vena, tekanan osmotik lebih tinggi maka akan menarik cairan ke
dalam kapiler. Sistem limfatik secara normal memindahkan cairan
intertisial yang berlebihan ke ruang intravaskular. Edema timbul bila
keseimbangan ini terganggu oleh peningkatan permeabilitas kapiler,
obstruksi limfatik, peningkatan tekanan hidrostati kapiler, penurunan
tekanan osmotik plasma atau tekanan intertisial (Kowalak & Huges,
2010). Menurut Naga (2013) ada tiga faktor yang menjadi penyebab
terjadinya edema. Pertama, dinding kapiler bocor, sehingga molekul
22 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
protein keluar dengan mudah ke dalam cairan intertisial. Kedua, tekanan
pada ujung kapiler vena masih cukup tingi bahkan lebih tinggi
dibandingkan tekanan osmotic koloid. Ketiga, tekanan osmotic koloid
dalam darah terlalu rendah. Sebagian besar penyebab rendahnya tekanan
ini adalah kadar albumin dalam serum terlalu rendah. Bila kadar albumin
dibawah 2,5 % maka edema terjadi.
3. Tipe edema pada kaki
Edema pada kaki dapat dibedakan menjadi edema vena dan
lymphedema. Hasil edema vena dari ekstravasasi cairan interstitial ke
ruang interstitial adalah karena meningkatnya tekanan filtrasi kapiler atau
rendahnya tekanan onkotik cairan. Lymphedema terutama disebabkan
oleh terhalangnya limfatik mengalir dan akumulasi kaya protein cairan
interstitial (Simon, 2014).
4. Pengukuran edema
Menurut Sukmana (2016) pemeriksaan kedalaman dan
pemulihan edema (pitting edema) meliputi: nilai 0 tidak ada edema, nilai
1 j ika sedikit pitting (kedalaman 2 mm) tanpa distorsi terlihat, nilai 2
jika agak lebih dalam pit (4 mm), nilai 3 jika pitting edema terasa lebih
dalam (6 mm) dengan ekstremitas tergantung penuh dan bengkak, dan
nilai 4 jika pitting edema sangat dalam (8 mm).
23 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5. Penilaian pitting edema
Tabel 2.1. Penilaian Pitting Edema
Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV
Edema 2 mm
atau kurang =
1+
Edema 2-4
mm = 2+
Edema 4-6 mm
= 3+
Edema 6-8 mm =
4+
3) Lubang
kecil
4) Tidak ada
distorsi
yang
terlihat
5) Hilang
dengan
cepat
1) Lubang
yang agak
dalam
2) Tidak
terdeteksi
distorsi
3) Hilang
dalam 10-15
detik
(Indentasi 2-4
mm)
1) Lubang
terasa
sangat
dalam
2) Dapat
bertahan
lebih dari 1
menit
3) Terlihat
ekstremitas
bergantung
lebih penuh
dan bengkak
(4-6mm)
1) Lubang sangat
dalam
2) Berlangsung
selama 2-5
menit
3) Ketergantungan
ekstremitas
adalah sangat
terdistorsi (6-
8mm)
Sumber: GPHN (2012)
C. Elevasi Kaki
1. Pengertian
Posisi elevasi kaki merupakan pengaturan posisi dimana
anggota gerak bagian bawah diatur pada posisi lebih tinggi dari jantung
sehingga darah balik ke jantung akan meningkat dan penumpukan darah
pada anggota gerak bawah tidak terjadi. (Safitri, 2018). Edema dapat
dikurangi dengan melakukan perubahan posisi dengan elevasi kaki
24 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Perubahan posisi saat kaki dielevasikan bertujuan akan meningkatkan
aliran balik vena dan mengurangi tekanan pada vena (Sukmana, Sagiran,
& Yuniarti, 2018).
2. Tujuan
Dalam Wulandari, Yetti, dan Handayani (2015) elevasi
ekstremitas bawah berguna untuk mengembalikan aliran darah dan
mengurangi tekanan di bagian distal ekstremitas. Aktivitas lebih dari 15
menit dengan kaki yang mengarah ke bawah ketika berjalan dan atau kaki
menggantung dapat meningkatkan tekanan ke distal sebesar 20%,
sehingga meningkatkan resiko terjadinya edema perifer. Elevasi kaki
umumnya direkomendasikan untuk mengurangi edema dan mencegah
masalah lainnya (Najafi et al., 2014).
Elevasi ektremitas bawah dapat mengurangi tekanan dan
edema (Wulandari et al., 2015). Intervensi edema dalam rangka
penyembuhan luka dengan elevasi direkomendasikan juga oleh The
Australian Wound Management Association karena dengan elevasi akan
meningkatkan mikrosirkulasi dan penurunan edema pada kaki (National
Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 2014). Elevasi kaki umumnya
direkomendasikan untuk mengurangi edema dan mencegah masalah
sekuensial lainnya (Ho, Leigh, & Tsui, 2012).
Menurut penelitian sebelumnya untuk mengurangi edema
pada kaki dapat dilakukan elevasi kaki lebih tinggi 15 derajat selama 1,5
jam dengan frekuensi selama 3-4 kali/ hari selama 4 hari dapat
25 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
menurunkan rata-rata derajat edema antara sebelum dan sesudah sebesar
0,6 (Cipto, Astuti, & Wahyudi, 2013). Elevasi kaki 30 derajat selama 5
menit efektif mengurang edema dilakukan selama 4 kali/hari selama 3
hari (Siregar, 2010). Dalam Sukmana (2016), elevasi kaki dapat
menurunkan edema, meningkatkan pengiriman mikrosirkulasi oksigen
dengan frekuensi terapi elevasi 3 (tiga) sampai 4 (empat) kali dalam
sehari. Menurut Irion (2011) dalam studi sebelumnya, tidak ada
perbandingan langsung dibuat dengan cara tradisional kontrol edema
seperti meninggikan ekstremitas bawah.
Pada penelitian lainnya, efek gravitasi saat elevasi akan
menurunkan tekanan perifer pada vena, cairan interstisial memasuki vena
dan masuk ke sirkulasi vena. Kecepatan penurunan sangat dipengaruhi
oleh sudut elevasi semakin besar sudut elevasi, semakin besar tekanan
yang diberikan pada aliran darah dari vena perifer menuju jantung
(Wulandari et al., 2015). Sudut elevasi 30° memberikan tekanan yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan elevasi menggunakan bantal.
Selama berlangsungnya elevasi lakukan pengkajian keluhan klien seperti
adanya ketidaknyamanan. Albumin merupakan protein utama yang
mempengaruhi tekanan osmotik koloid mempertahankan pengeluaran
berlebihan plasma dari kapiler ke ruang insterstitial (Sukmana et al.,
2018). Akurasi sudut juga dipengaruhi oleh perbedaan antara sudut
ekstremitas dengan jantung. Ketika kaki dengan jantung pada sudut 90°.
sudut ini memberikan kekuatan 100% gaya gravitasi, pada sudut 45°
26 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
memberikan kekuatan 71% gaya gravitasi dan pada posisi kaki yang
horizontal (Sukmana et al., 2018).
D. Kerangka Penelitian
1. Kerangka teori
Teori keperawatan mandiri (self care) dikemukakan oleh
Dorothea E. Orem pada tahun 1971 dan dikenal sebagai teori defisit
perawatan diri (self care defisit nursing theory-SCDNT). (Nursalam,
2017). SCDNT adalah teori umum yang menjelaskan keperawatan secara
deskriptif di semua jenis situasi praktik (Orem, 2001) dalam
(Purnamawati, 2013). Pada konsep self care, orem menitikberatkan
bahwa seseorang harus dapat bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
perawatan untuk dirinya sendiri dan terlibat dalam pengambilan
keputusan untuk kesehatannya (Nursalam, 2017).
Pada penelitian ini akan berfokus pada dua teori self care yaitu
self care dan self care agency. Self care dialakukan melalui proses
pengambilan keputusan secara naturalistik terhadap pemilihan tingkah
laku digunakan untuk mempertahankan stabilitas fisiologis (self care
maintenance) dan respon terhadap gejala yang dialami (self-care
management) (Hicks et al., 2004). Perawatan diri pada pasien gagal
jantung kongestif dalam self care maintenance meliputi terapi
pengobatan sesuai indikasi, diet makanan rendah garam,
mempertahankan aktifitas fisik yang teratur, dan monitoring tanda vital.
Pada self care management meliputi mampu mengenali edema,
27 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
mengambil keputusan, dan melakukan terapi diuretik) (Kaawoan, 2012).
Self care agency merupakan kemampuan manusia atau kekuatan untuk
melakukan perawatan diri (Muhlisin & Irdawati, 2010). Kemampuan self
care dipengaruhi oleh basic conditioning factors seperti umur, , status
kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan kesehatan
(diagnostik, penatalaksanaan modalitas), (Riegel, Jaarsma, & Strömberg,
2012).
Menurut teori health promotion model, perilaku kesehatan
individu dapat timbul dan dipertahankan karena adanya komitmen untuk
berperilaku (Ika Nur Fauziah, Lilik Djuari, 2015). Health promotion
model memiliki cakupan faktor-faktor yang diperlukan untuk
peningkatan perilaku kepatuhan, meliputi komponen internal dan
eksternal yang terdapat dalam perilaku dan pengaruh spesifik kognitif
(Dian, 2017). Pada penelitian ini mengacu pada self efficacy, pengaruh
aktivitas terkait dan komitmen untuk berperilaku. Self efficacy
merupakan keyakinan diri memiliki kemampuan melakukan tindakan
yang diharapkan yaitu mampu melakukan elevasi kaki 15 derajat dan 30
derajat dilakukan selama 10 menit dengan frekuensi 4 kali dalam sehari
selama 3 hari berturut- turut. Komitmen untuk berperilaku yaitu
melakukan kegiatan sesuai target yang ditentukan. Pengaruh aktivitas
terkait yaitu percaya bahwa itu akan memiliki hasil yang diinginkan
(McElligott, Siemers, Thomas, & Kohn, 2009) misalnya dibuktikan
dengan menurunnya pitting edema.
28 Efektivitas Elevasi Kaki..., Robiati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Gambar 2.3. Kerangka Teori Penelitian Adaptasi Teori Self Care
dari Dorothea E. Orem dan Teori The Health Promotion Model
dari Nola J Pender
2. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.3. Kerangka Konsep
3. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah ada perbedaan efektivitas elevasi
kaki 15 derajat dibandingkan dengan 30 derajat terhadap penurunan
edema pada pasien gagal jantung kongestif di RSUD Ajibarang.
Gagal Jantung Kongestif
Edema
Penanganan
Teori self care Dorethea E.Orem
1. Self Care ( Perawatan Diri)
2. Self Care Agency ( Agen
Perawatan Diri)
Penanganan
Teori health Promotion Model
Nola J. Pender
1. Self efficacy
2. Pengaruh aktivitas terkait
3. komitmen untuk
berperilaku
Aktivitas fisik
1. Elevasi kaki 15 derajat
2. Elevasi kaki 30 derajat
Nilai pitting edema
Aktivitas fisik
3. Elevasi kaki 15 derajat
4. Elevasi kaki 30 derajat
Nilai pitting edema