desain penelitian korelasional

30
i PENELITIAN KEPENDIDIKAN MATEMATIKA DESAIN PENELITIAN KORELASIONAL Oleh: I Dewa Putu Putra Wira Dharma NIM. 1213011010 Ngurah Bayu Ary Yoga NIM. 1213011128 Luh Putu Eka Ciptawati NIM. 1213011142 UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA SINGARAJA 2015

Upload: bayu-ary-yoga

Post on 14-Nov-2015

118 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Desain Penelitian Korelasional

TRANSCRIPT

  • i

    PENELITIAN KEPENDIDIKAN MATEMATIKA

    DESAIN PENELITIAN KORELASIONAL

    Oleh:

    I Dewa Putu Putra Wira Dharma NIM. 1213011010

    Ngurah Bayu Ary Yoga NIM. 1213011128

    Luh Putu Eka Ciptawati NIM. 1213011142

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    SINGARAJA

    2015

  • ii

    PRAKATA

    Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas

    berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Penelitian

    Kependidikan Matematika yang berjudul Desain Penelitian Korelasional

    Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada

    Prof. Dr. Phil. I Gusti Putu Sudiarta, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah

    Penelitian Kependidikan Matematika yang telah memberikan banyak masukan

    dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, serta teman-teman yang telah

    memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini.

    Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak

    kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang

    membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat

    bermanfaat bagi pembaca.

    Singaraja, April 2015

    Penyusun

  • iii

    DAFTAR ISI

    Prakata ................................................................................................................. ii

    Daftar Isi.............................................................................................................. iii

    Daftar Gambar ..................................................................................................... iv

    Daftar Tabel ........................................................................................................ v

    BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

    1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

    BAB II Pembahasan ............................................................................................ 3

    2.1 Pengertian Penelitian Korelasional ............................................................ 3

    2.2 Jenis-Jenis Desain Penelitian Korelasional ............................................... 4

    2.3 Karakteristik Utama Desain Penelitian Korelasional ................................. 6

    2.4 Langkah-Langkah Menyusun Studi Korelasional ...................................... 17

    2.5 Contoh Desain Penelitian Korelasional ..................................................... 21

    BAB III Penutup ................................................................................................. 24

    3.1 Simpulan ..................................................................................................... 24

    3.2 Saran ............................................................................................................ 24

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Contoh Sebaran Plot ........................................................................... 7

    Gambar 2 Pola hubungan antara dua variabel..................................................... 10

    Gambar 3 Varians umum bersama untuk bivariat dan Korelasi Parsial ............. 15

    Gambar 4 Regresi Linier Sederhana ................................................................... 16

  • v

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Contoh Data yang Dikumpulkan dalam Studi Regresi .......................... 19

    Tabel 2 Contoh Penelitian Korelasional ............................................................. 21

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah

    yang memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah, baik

    masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua masalah tersebut,

    tidak semua masalah memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan penelitian.

    Perbedaanya adalah pada kegiatan penyelesaian masalah. Selain masalah,

    komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan penelitian

    sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

    Kegiatan sistematis untuk memecahkan masalah itu disebut dengan penelitian yang

    mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat

    dengan fenomena yang ada (Sukardi, 2012:3).

    Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya

    aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian. Menurut Gay (dalam Sukardi, 2012:13)

    aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas

    penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-post facto,

    penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Sedangkan, aspek kajian sesuai

    bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan dan

    penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2012:13-16). Masalah yang ada di dalam

    sebuah penelitian dapat dipecahkan melalui sebuah alat. Alat atau instrumen yang

    digunakan adalah metodologi penelitian yang biasanya berisi tentang cara-cara

    menggunakan beberapa metode pendekatan untuk memecahkan masalah yang

    dihadapi.

    Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya bidang

    pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Salah satu bidang penelitian

    yang memerlukan perhatian khusus adalah bidang penelitian pendidikan. Secara

    umum metode penyelesaian masalah pada penelitian pendidikan ada dua, yaitu

    metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang pengumpulan datanya

    dengan cara berinteraksi langsung dengan objek penelitianya dan hasilnya tidak

    diperoleh melalui prosedur statistik. Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan

  • 2

    datanya melalui instrumen penelitian berupa populasi dan sampel serta hasilnya

    diperoleh melalui prosedur statistik. Salah satu peneltian yang penting dan

    bermanfaat dalam dunia pendidikan adalah penelitian korelasional.

    Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat hubungan antar unsur-

    unsurnya. Seperti hubungan antara guru dengan siswa, guru dengan

    materi/kurikulum, materi dengan evaluasi, dan lain-lain. Hubungan-hubungan

    tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya secara ilmiah secara statistik melalui

    metode penelitian korelasional.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah yang

    akan dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut :

    1. Apa yang dimaksud dengan penelitian korelasional?

    2. Apa saja jenis-jenis penelitian korelasional?

    3. Apa saja karakteristik utama desain penelitian korelasional?

    4. Bagaimana langkah-langkah penyusunan desain penelitian korelasional?

    5. Bagaimana contoh desain penelitian korelasional?

    1.3 Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini

    adalah sebagai berikut :

    1. Memahami pengertian penelitian korelasional.

    2. Mengetahui jenis-jenis penelitian korelasional.

    3. Memahami karakteristik utama desain penelitian korelasional.

    4. Mengetahui langkah-langkah penyusunan desain penelitian korelasional.

    5. Bagaimana contoh desain penelitian korelasional.

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Penelitian Korelasional

    Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan

    pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan

    antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini dilakukan, ketika kita ingin mengetahui

    tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam

    suatu objek atau subjek yang diteliti. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini

    penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat

    mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian (dalam Sukardi, 2012;166).

    Penelitian korelasional mempunyai tiga karakteristik penting untuk para

    peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya

    adalah:

    a) penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin

    melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian

    eksperimen,

    b) memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan)

    nyata, dan

    c) memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

    (dalam Sukardi, 2012:166)

    Desain korelasional memberikan kesempatan bagi peneliti untuk memprediksi

    skor dan menjelaskan hubungan antar variabel. Dalam desain penelitian

    korelasional, peneliti menggunakan uji statistik korelasi untuk menggambarkan dan

    mengukur derajat asosiasi (atau hubungan) antara dua atau lebih variabel. Dalam

    desain ini, para peneliti tidak mencoba untuk mengontrol atau memanipulasi

    variabel seperti dalam penelitian lainnya, sebaliknya para peneliti biasanya hanya

    mendasarkan pada penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa mengatur

    kondisi atau memanipulasi variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti hendaknya

    mengetahui cukup banyak alasan yang kuat guna mempertahankan hasil hubungan

    yang ditemukan.

  • 4

    Di bidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan untuk melakukan

    penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan mempunyai peranan yang

    signifikan dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya terdapat

    korelasi antara intelegensi dengan prestasi akademik; misalnya subjek yang skornya

    tinggi pada tes intelegensi cenderung memiliki rata-rata prestasi akademik yang

    tinggi pula, sebaliknya subjek yang skornya rendah pada tes intelegensi cenderung

    memiliki rata-rata prestasi akademik yang rendah.

    Kapan sebaiknya peneliti memilih bentuk penelitian korelasional? Penggunaan

    desain ini ketika seorang peneliti ingin menemukan hubungan dua atau lebih

    variabel untuk melihat apakah mereka saling mempengaruhi, seperti hubungan

    antara guru yang melaksanakan praktik belajar mengajar sesuai dengan tahapan

    perkembangan dan penggunaan pendekatan whole-language terhadap kemampuan

    membaca instruksi pada siswa (Ketner, Smith, & Parnell, 1997, dalam Creswell,

    2012;338). Desain ini memungkinkan peneliti untuk memprediksi hasil, seperti

    prediksi bahwa kemampuan, kualitas pendidikan, motivasi siswa, dan kursus

    akademis mempengaruhi prestasi siswa (Anderson & Keith, 1997, dalam Creswell,

    2012;338). Peneliti juga menggunakan desain ini ketika ia tahu dan dapat

    menerapkan pengetahuan statistik berdasarkan perhitungan korelasi uji statistik.

    Penelitian korelasi dilakukan oleh para peneliti pada umumnya mempunyai

    beberapa tujuan, diantaranya Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata

    (1994:24) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor

    berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada

    koefisien korelasi.

    2.2 Jenis-Jenis Desain Penelitian Korelasional

    Menurut Creswell (2012: 339-342), ada dua rancangan utama dalam

    penelitian korelasional yaitu Explanatory Research Design dan Prediction

    Research Design.

    a) Explanatory Research Design (Rancangan Penelitian Penjelasan).

    Adalah desain korelasional di mana peneliti tertarik dalam dua variabel

    (atau lebih) yang bervariasi, yaitu di mana perubahan dalam satu variabel

  • 5

    merefleksi perubahan variabel lain. Berikut adalah struktur rancangan

    penelitian penjelasan (explanatory research design):

    1) Para peneliti dapat mengkorelasikan dua variabel atau lebih.

    2) Para peneliti mengumpulkan data pada satu titik waktu. Bukti

    ditemukan dalam administrasi instrumen.

    3) Peneliti menganalisis semua variabel.

    4) Peneliti memperoleh setidaknya dua skor untuk masing-masing

    variabel.

    5) Peneliti melaporkan penggunaan statistik uji korelasi dalam analisis

    data.

    6) Di akhir, peneliti membuat interpretasi atau menarik kesimpulan dari

    hitungan hasil tes.

    b) Prediction Design (Rancangan Penelitian Prediksi)

    Jika dua variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu

    variabel dapat digunakan untuk memprediksi skor pada variabel yang lain.

    Variabel yang menjadi dasar pembuatan prediksi diacu sebagai prediktor,

    dan variabel yang diprediksikan sebagai kriteria. Studi prediksi sering

    dilakukan untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu

    atau membantu pemilihan individu. Studi prediksi juga dilakukan untuk

    menguji hipotesis teoritis mengenai variabel yang dipercaya menjadi

    prediktor suatu kriteria, dan untuk menentukan validitas prediktif instrumen

    pengukuran individual.

    Berikut adalah struktur rancangan dari penelitian prediksi, antara lain:

    1) Para penulis biasanya memasukan kata prediksi di dalam judul.

    2) Para peneliti biasanya mengukur variabel prediktor pada satu titik

    waktu dan variabel kriteria pada suatu titik waktu selanjutnya.

    3) Para peneliti memperkirakan kinerja masa depan.

    Sebuah penelitian prediksi akan melaporkan analisa korelasi

    menggunakan uji statistik korelasi. Sebagai contoh, penulis mungkin

    tertarik di beberapa prediktor yang membantu menjelaskan kriteria dari

    setiap variabel.

  • 6

    2.3 Karakteristik Penting Desain Penelitian Korelasional

    Adapun karakteristik penting dari suatu studi penelitian korelasional adalah

    sebagai berikut:

    a) Tampilan Skor

    Jika peneliti memiliki dua himpunan skor dalam penelitian korelasi,

    peneliti dapat mem-plot skor tersebut pada grafik (sebaran plot).

    Para peneliti mem-plot skor dari dua variabel pada grafik untuk

    memberikan gambaran visual dari bentuk skor. Hal ini memungkinkan

    peneliti untuk mengidentifikasi jenis hubungan antar variabel dan

    menemukan nilai ekstrim. Yang paling penting, plot ini dapat memberikan

    informasi yang berguna tentang bentuk hubungan apakah sebaran skor

    mendekati linear (mengikuti garis lurus) atau lengkung (mengikuti bentuk

    U). Hal ini juga menunjukkan arah hubungan (misalnya, satu skor naik dan

    skor yang lainnya juga naik) serta derajat hubungan (apakah hubungan

    sempurna, dengan korelasi 1.0, atau kurang sempurna).

    Plot membantu memperlihatkan hubungan antara dua skor yang

    diperoleh oleh individu. Sebaran plot (atau diagram pencar) adalah gambar

    yang ditampilkan pada grafik dari dua himpunan nilai individu. Skor ini

    biasanya diidentifikasi sebagai X dan Y, dengan skor X diwakili pada

    sumbu horisontal, dan skor Y diwakili pada sumbu vertikal.

    Perhatikan sebaran plot skor pada Gambar 1, yang menunjukkan

    himpunan kecil yakni 10 siswa dan plot skor mereka. Asumsikan bahwa

    peneliti studi korelasional berusaha untuk mempelajari apakah lama

    penggunaan internet oleh siswa SMA berhubungan dengan tingkat depresi.

    (kita dapat berasumsi bahwa siswa yang menggunakan internet secara

    berlebihan juga merupakan orang yang depresi karena mereka mencoba

    untuk melarikan diri dari permaslahan yang dialaminya). Kita mengukur

    lama penggunaan internet dengan menanyakan kepada siswa berapa jam per

    minggu mereka menggunakan internet. Peneliti mengukur skor depresi

    individu pada instrumen. Asumsikan bahwa ada 15 pertanyaan tentang

    depresi pada instrumen dengan skala penskoran dari 1 (sangat tidak setuju)

  • 7

    Skor

    Der

    esi

    Penggunaan Internet jam per

    minggu

    X=I.V.

    sampai 5 (sangat setuju). Ini berarti bahwa nilai dijumlahkan akan berkisar

    dari 15 sampai 75.

    Seperti ditunjukkan dalam Gambar 1, skor untuk 10 siswa dikumpulkan

    dan diplot pada grafik. Beberapa aspek tentang grafik ini akan membantu

    kita memahaminya:

    Variabel "lama penggunaan internet" diplot pada sumbu X, sumbu

    horisontal.

    Variabel "tingkat depresi" diplot pada sumbu Y, sumbu vertikal.

    Penggunaan

    internet

    dalam jam

    per minggu

    Depresi

    (Skor

    dari 15

    sampai

    45)

    Laura 17 30

    Chad 13 41

    Patricia 5 18

    Bill 9 20

    Rosa 5 25

    Todd 15 44

    Angela 7 20

    Jose 6 30

    Maxine 2 17

    Jamal 18 45

    Skor

    rata-rata

    9,7 29.3

    Gambar 1. Contoh Sebaran Plot

    Setiap siswa dalam penelitian ini memiliki dua skor: satu skor

    untuk jumlah jam per minggu dalam penggunaan internet dan yang

    satu lagi untuk tingkat depresi.

    Plot titik pada grafik menunjukkan skor untuk setiap individu pada

    tingkat depresi dan jumlah jam penggunaan internet setiap minggu.

  • 8

    Ada 10 skor (titik) pada grafik, satu untuk setiap peserta dalam

    penelitian ini.

    Nilai rata-rata (M) pada masing-masing variabel juga diplot pada

    grafik. Para siswa menggunakan internet rata-rata 9,7 jam per minggu, dan

    skor depresi rata-rata adalah 29,3.

    Tiga catatan penting tentang plot skor ini. Pertama, arah skor

    menunjukkan bahwa ketika X meningkat, Y meningkat juga sehingga

    menunjukkan hubungan positif. Kedua, titik-titik pada sebaran plot

    cenderung membentuk garis lurus. Ketiga, titik akan cukup dekat dengan

    garis lurus jika kita menarik garis melalui semua dari mereka. Ketiga catatan

    ini berhubungan dengan arah, bentuk hubungan, dan tingkat hubungan yang

    dapat kita pelajari melalui sebaran plot ini. Kita akan menggunakan

    informasi ini nanti ketika kita membahas hubungan antara skor dalam

    penelitian korelasi.

    b) Hubungan Antar Skor

    Setelah peneliti tentang korelasi memperoleh grafik skor, mereka

    kemudian dapat menafsirkan makna hubungan antar skor. Ini bertujuan

    untuk memahami arah asosiasi, bentuk asosiasi, derajat asosiasi, dan

    kekuatannya.

    1) Arah Asosiasi

    Ketika memeriksa grafik, penting untuk mengidentifikasi apakah titik

    berpotongan, atau bergerak ke arah yang sama atau berlawanan. Dalam

    korelasi positif (ditandai dengan koefisien korelasi +) titik bergerak ke

    arah yang sama; yaitu ketika X meningkat, begitu juga Y meningkat atau

    sebaliknya, jika X menurun, begitu pula Y menurun. Dalam korelasi negatif

    (ditandai dengan koefisien korelasi -), titik-titik bergerak ke arah yang

    berlawanan; misalnya ketika X meningkat maka Y menurun, dan ketika X

    menurun maka Y meningkat.

    2) Bentuk Asosiasi

    Dalam studi korelasional, peneliti mengidentifikasi bentuk dari skor

    yang diplot sebagai suatu persamaan linier atau nonlinier. Salah satu contoh

  • 9

    ialah mengenai variabel yang berkorelasi positif serta memiliki sebaran plot

    mendekati linier (dapat dilihat pada gambar 1). Jenis hubungan ini hanya

    salah satu dari beberapa kemungkinan yang mungkin timbul dari data

    aktual. Pada kenyataannya, suatu hubungan mungkin menganggap salah

    satu dari bentuk yang ditunjukkan pada Gambar 2.

    Hubungan yang mendekati sebaran linier pada bagian (a) dari Gambar

    2 menggambarkan korelasi positif, di mana skor rendah (atau tinggi) pada

    satu variabel berhubungan dengan skor rendah (atau tinggi) pada variabel

    kedua. Dalam contoh kita, skor rendah pada tingkat depresi seseorang

    berhubungan dengan skor rendah pada jumlah jam yang dihabiskan

    seseorang dalam menggunakan internet per minggu begitu juga sebaliknya.

    Pada bagian (b) Gambar 2 menggambarkan hubungan skor yang

    linier serta berkorelasi negatif, di mana skor rendah pada satu variabel

    berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel lainnya. Skor rendah

    pada tingkat depresi seseorang, misalnya, mungkin terkait dengan skor

    tinggi pada jumlah jam yang dihabiskan seseorang dalam menggunakan

    internet per minggu, ini menunjukkan hubungan (korelasi) yang negatif.

    Tidak adanya korelasi dan sebaran plot nonlinier dapat dilihat pada

    bagian (c) Gambar 2, kita melihat tidak adanya korelasi dari skor. Dalam

    distribusi ini, variabel saling bebas (independen) satu sama lain. Skor

    khusus pada satu variabel tidak memprediksikan informasi tentang

    kemungkinan skor pada variabel lain. Dalam contoh, sebaran skor untuk

    tingkat depresi seseorang dan skor untuk penggunaan internet akan menjadi

    tidak teratur atau tidak memiliki pola tertentu.

    Sebuah distribusi lengkung (atau hubungan nonlinier) menunjukkan

    hubungan skor mendekati bentuk U. Distribusi ini dapat dilihat pada bagian

    (d) Gambar 2, yang menunjukkan peningkatan skor variabel Y dan

    penurunan variabel Y seiring dengan peningkatan skor variabel X.

    Distribusi sebagian pada bagian (e) Gambar 2 menunjukkan penurunan skor

    variabel Y dan peningkatan variabel Y seiring dengan meningkatkatnya

    skor dari variabel X. Sebagai contoh, adalah mungkin bahwa saat

    penggunaan internet meningkat, begitu juga tingkat depresi akan meningkat,

  • 10

    sampai titik di mana internet benar-benar menjadi mekanisme coping untuk

    tingkat stres seseorang, dan tingkat depresi mulai menurun (seperti yang

    digambarkan dalam bagian [d] Gambar 2).

    Gambar 2. Pola hubungan antara dua variabel

    Contoh lain misalkan adalah hubungan antara tingkat kecemasan

    pemain dan jumlah poin yang dicetak dalam pertandingan tenis. Dengan

    tingkat kecemasan yang rendah awalnya, pemain tenis mungkin mencetak

    banyak poin, tapi jumlah poin yang dicetak ini bisa menurun disaat tingkat

    kecemasan meningkat. Namun pada suatu titik tertentu seiring

    bertambahnya tingkat kecemasan pemain akan menyebabkan ia lebih

    berkonsentrasi dalam bermain sehingga ia kembali mencetak banyak poin.

    Hubungan tersebut kita dapat lihat pada bagian [e] Gambar 2.

    Koefisien korelasi (r) berguna untuk menggambarkan dan mengukur

    hubungan antara dua variabel jika asosiasi (hubungan) mengikuti sebaran

    linier. Seperti terlihat pada pola hubungan dalam Gambar 2, asosiasi

    mungkin lengkung (atau nonlinier). Adapun rumus yang dapat digunakan

    untuk menentukan besar koefisien korelasi (r) adalah sebagai berikut:

  • 11

    })()}{()({

    ))((

    ))((

    .

    ))((1

    2222

    22

    iiii

    iiii

    ii

    ii

    xy

    ii

    YYNXXN

    YXYXNr

    YX

    YXr

    SySx

    YYXXNr

    Jika koefisien korelasi (r) digunakan untuk memperkirakan

    hubungan lengkung, itu akan mengabaikan nilai korelasi (r). Oleh karena

    itu, peneliti menggunakan pendekatan statistik yang berbeda dari r untuk

    menghitung hubungan antara variabel pada distribusi lengkung dan untuk

    hubungan data peringkat.

    Sebagai pengganti koefisien r, peneliti menggunakan koefisien

    korelasi Rho Spearman (rs) untuk data nonlinier dan untuk jenis data yang

    diukur pada kategori (nominal). Adapun rumus korelasi yang digunakan

    adalah:

    16

    12

    2

    1

    NN

    Drs

    Dalam hal ini :

    = Koefisien korelasi spearman

    2 = Jumlah kuadrat selisih rangking antara Xi dan Yi

    N = Banyaknya subjek (kasus)

    Bila peneliti mengukur satu variabel pada skala kontinu (interval

    atau rasio) dan yang lainnya adalah berupa kategori atau skala dikotomis,

    statistik korelasi tidak harus berupa r tetapi dapat menggunakan korelasi

    biserial titik. Asumsikan bahwa seorang peneliti suatu korelasi kontinu,

    dengan nilai interval adalah tentang tingkat depresi pada laki-laki dan

    perempuan (variabel dikotomis). Statistik korelasi biserial titik digunakan

    dengan mengubah variabel dikotomis (laki-laki, perempuan) menjadi nilai

    numerik dengan memisalkan laki-laki = 1 dan perempuan = 2.

    Menggunakan penomoran ini dan rumus untuk data ordinal, peneliti

    menghitung koefisien korelasi biserial titik yang mengukur derajat dan arah

  • 12

    hubungan antara laki-laki dan perempuan pada tingkat depresi seseorang.

    Apabila gejala yang berskala nominal tersebut diskor secara dikotomi, maka

    sering disebut korelasi point-biserial (rp-bis). Rumusnya adalah sebagai

    berikut:

    pqS

    MMbisr

    t

    p

    21

    Dalam hal ini:

    rp-bis = koefisien korelasi point-biserial

    M1 = mean gejala interval kelompok 1

    M2 = mean gejala interval kelompok 2

    St = standar deviasi total (kelompok 1 dan 2)

    p = Proporsi dari kelompok 1

    q = 1 - p

    Suatu variasi dari pembahasan kali ini menggunakan berbagai jenis

    penilaian dalam menilai hubungan antara dua variabel yaitu dengan

    menggunakan koefisien phi. Koefisien phi digunakan untuk menentukan

    tingkat dan arah asosiasi jika kedua variabelnya dikotomis. Dalam contoh

    kita, laki-laki dan perempuan mungkin berkorelasi dengan penggunaan

    obat. Dalam situasi ini, peneliti juga mengubah kedua variabel dikotomis ke

    dalam nilai-nilai numerik (laki-laki = 1; wanita = 2; tidak menggunakan

    obat-obatan = 1; menggunakan obat-obatan = 2) dan kemudian

    menggunakan rumus koefisien phi untuk memperoleh korelasi kedua

    variabel dikotomis tersebut.

    3) Derajat dan Kekuatan Asosiasi

    Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi,

    biasanya dinyatakan dalam harga r yang mempunyai nilai -1 sampai +1.

    Nilai negatif (-) menunjukkan arah dua variabel bertolak belakang. Nilai

    positif (+) menunjukkan dua variabel pada arah yang sama. Jika ada

    hubungan antara 2 variabel, berarti skor dalam 2 variabel mempunyai

    asosiasi dengan variabel tertentu yang terukur. Harga r = -1 atau +1

    menunjukkan asosiasi sempurna diantara 2 variabel, sedangkan harga r = 0

  • 13

    mempunyai arti bahwa dua variabel tersebut tidak memiliki hubungan

    antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.

    (Cohen dan Manion, 1981;128) dalam Sukardi (2008;170)

    menunjukkan harga r (hubungan) sebagai berikut:

    a) Nilai r = 0,20 - 0,35 menunjukkan hubungan dua variabel lemah

    walaupun signifikan.

    b) Nilai r = 0,35 - 0,65 menunjukkan hubungan sedang, umumnya

    signifikan pada lebih dari 1%, hubungan tersebut berguna untuk

    analisis prediksi

    c) Nilai r = 0,65 - 0,85 menunjukkan hubungan cukup tinggi yang

    memungkinkan peneliti melakukan prediksi yang tepat

    d) Nilai r = > 0,85 menunjukkan hubungan antarvariabel tinggi,

    dan peneliti dianjurkan melakukan prediksi grup secara tepat.

    Di samping itu, prediksi individual juga dapat dilakukan secara

    cermat.

    Hubungan variabel yang lemah mungkin tidak memberikan

    rekomendasi untuk dilanjutkan, tetapi untuk variabel yang kuat misalnya r

    > 0,80, peneliti dianjurkan untuk melakukan analisis prediksi hubungan

    sebab-akibat (causal comparative study) atau bahkan ke studi eksperimen

    untuk dapat mendapatkan kepastian apakah hubungan tersebut memiliki

    sebab akibat.

    Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia

    digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat

    tergantung pada tujuan perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk

    menyelidiki atau mengetahui hubungan yang dihipotesiskan, suatu

    koefisien korelasi diinterpretasikan dalam istilah signifikansi statistiknya.

    Dalam studi prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari

    koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat.

    Ketika menginterpretasikan suatu koefisien korelasi, peneliti harus

    selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan

    hubungan sebab akibat. Koefisien korelasi yang signifikan mungkin

    menyarankan hubungan sebab akibat, tetapi tidak menetapkannya. Dalam

  • 14

    kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi; mungkin terdapat

    variabel ketiga yang memengaruhi kedua variabel.

    c) Analisis Variabel dalam Studi Korelasional

    Dalam banyak studi korelasi, peneliti memprediksi hasil didasarkan

    pada lebih dari satu variabel prediktor. Dengan demikian, mereka perlu

    memperhitungkan dampak dari masing-masing variabel. Ada dua analisis

    variabel dalam studi korelasional yakni korelasi parsial dan regresi ganda.

    1) Korelasi Parsial

    Dalam banyak situasi penelitian, kita terkadang akan mempelajari tiga,

    empat, atau lima variabel sebagai prediktor hasil. Jenis variabel yang disebut

    variabel intervening "berdiri di antara" variabel independen dan dependen

    serta mempengaruhi keduanya. Variabel ini berbeda dari variabel kontrol

    yang mempengaruhi hasil dalam percobaan. Kita menggunakan korelasi

    parsial untuk menentukan jumlah varians dari variabel intervening yang

    menjelaskan dengan baik variabel independen dan dependen.

    Sebuah gambar dari dua variabel diikuti dengan masuknya variabel

    ketiga yang dapat membantu menjelaskan korelasi parsial. Lihat pada

    gambar 3 yang menunjukkan korelasi bivariat (dua variabel) di sisi kiri dan

    korelasi parsial (tiga variabel) di sisi kanan. Asumsikan bahwa peneliti ingin

    melakukan penelitian yakni mencari hubungan waktu mengerjakan tugas

    dengan prestasi bagi anak-anak sekolah menengah. Setelah mengumpulkan

    data, peneliti akan menghitung koefisien korelasi dengan hasil misalkan r =

    0.50. Namun, motivasi siswa yang merupakan variabel ketiga, juga dapat

    mempengaruhi baik waktu mengerjakan tugas siswa serta prestasi mereka

    di kelas. Peneliti mengidentifikasi variabel ketiga ini didasarkan pada kajian

    literatur dan studi teori masa lalu yang telah menunjukkan faktor yang

    memungkinkan dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dalam desain

    penelitian korelasional, motivasi perlu dihapus sehingga hubungan antara

    waktu mengerjakan tugas dan prestasi dapat lebih jelas ditentukan. Sebuah

    analisis statistik korelasi parsial digunakan yang menghilangkan varians

    bersama baik waktu mengerjakan tugas dan prestasi dengan motivasi.

  • 15

    Gambar 3. Varians umum bersama untuk bivariat dan Korelasi Parsial

    Perhitungan matematika untuk koefisien korelasi ini tersedia dalam

    buku-buku statistik; didasarkan pada koefisien korelasi antara ketiga

    variabel dan varians mereka. Daerah menetas ditandai menunjukkan

    perbedaan ini bersama tersisa setelah mengeluarkan efek motivasi, dan r2 =

    (0,35)2 kini lebih rendah dari korelasi asli r = 0,50.

    2) Regresi Ganda

    Peneliti yang melakukan studi korelasi akan menggunakan statistik

    korelasi untuk memprediksi nilai atau skor di masa depan. Untuk melihat

    dampak dari pengaruh beberapa variabel pada hasil (yang akan diprediksi),

    peneliti menggunakan analisis regresi. Kita akan mulai dengan memahami

    garis regresi dan kemudian beralih ke analisis menggunakan regresi. Sebuah

    garis regresi adalah garis "paling cocok" untuk semua titik skor yang diplot

    pada grafik. Garis ini paling dekat dengan semua titik-titik pada plot dan

    dihitung dengan menggambar garis yang meminimalkan jarak kuadrat dari

    selisih antara titik-titik plot dengan garis.

    Periksa pada Gambar 4, menunjukkan grafik yang sama dengan pada

    Gambar 1, grafik tersebut menunjukkan hubungan antara "jumlah jam

    penggunaan internet per minggu" dan "skor tingkat depresi seseorang"

    untuk siswa sekolah menengah. Gambar 4 kini mengandung informasi

    tambahan: lebih detail tentang garis regresi. Kalian dapat melihat bagaimana

    garis dekat dengan semua titik-titik pada grafik, dan dengan korelasi positif

    antara penggunaan internet dan skor tingkat depresi. Perhitungan ini

  • 16

    memegang peranan untuk memprediksi skor pada hasil (yaitu, tingkat

    depresi) dengan yang diketahui adalah prediktornya (yaitu, jam penggunaan

    internet per minggu). Berdasarkan rumus matematika, peneliti dapat

    menghitung persamaan yang mengungkapkan baris ini:

    Y (diprediksi) = b(X) + a

    di mana:

    Y = skor yang akan diprediksi (tingkat depresi)

    X = skor aktual pada jumlah jam penggunaan internet

    b = kemiringan garis regresi

    a = konstanta, nilai Y (tingkat depresi) diperkirakan ketika X = 0.

    Gambar 4. Regresi Linier Sederhana

    Dalam situasi yang lebih rumit, di mana beberapa variabel independen

    dapat berkorelasi dengan variabel dependen. Beberapa regresi (atau korelasi

    berganda) adalah prosedur statistik untuk meneliti hubungan gabungan dari

    beberapa variabel independen dengan variabel dependen tunggal. Dalam

    regresi, variasi dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh varians dari

    masing-masing variabel independen (tergantung kepentingan dari masing-

    masing prediktor) (Kline, 1998, dalam Creswell;350). Serupa dengan

    persamaan regresi disebutkan sebelumnya, perkiraan nilai pada hasil (Y)

    dapat dihasilkan dengan menggunakan persamaan yang mirip dengan

    persamaan regresi sederhana, tetapi mencakup prediktor

    tambahan. Persamaannya adalah:

    Y (diprediksi) = b1 (X1) + b2 (X2) + a

  • 17

    di mana

    Y = skor diprediksi

    b1 = konstan untuk kemiringan X1 (b2, untuk X2)

    a = titik perpotongan pada sumbu Y

    2.4 Langkah-Langkah Menyusun Studi Korelasional

    a) Langkah 1. Menentukan Apakah Studi Korelasional Merupakan

    Jalan Terbaik Untuk Permasalahan Penelitian.

    Sebuah studi korelasional digunakan ketika peneliti akan memecahkan

    masalah yang membutuhkan identifikasi arah dan derajat hubungan antara

    dua himpunan skor. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi jenis hubungan,

    menjelaskan hubungan yang kompleks dari beberapa faktor yang

    menjelaskan hasil (kriteria), dan memprediksi hasil dari satu atau lebih

    prediktor. Penelitian korelasional tidak "membuktikan" hubungan;

    sebaliknya, ingin menunjukkan adanya hubungan antara dua variabel atau

    lebih.

    Karena dalam studi korelasional tidak membandingkan, peneliti dapat

    menggunakan pertanyaan penelitian daripada hipotesis. Contoh pertanyaan

    dalam studi korelasional adalah:

    Apakah kreativitas memiliki kaitan dengan nilai tes IQ untuk anak-

    anak SD? (menghubungkan dua variabel)

    Apakah peringkat kelas di SMA dapat memprediksi rata-rata nilai

    mahasiswa dalam semester pertama kuliah? (prediksi)

    b) Langkah 2. Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan

    Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah

    studi kepustakaan yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh landasan

    teori, kerangka pikir dan penentuan dugaan sementara sehingga peneliti

    dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan, dan menggunakan

    variasi pustaka dalam bidangnya. Macam-macam sumber untuk

    memperoleh teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari

    jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang

    relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.

  • 18

    c) Langkah 3. Mengidentifikasi Tindakan Untuk Individu dalam

    Penelitian

    Karena ide dasar penelitian korelasional adalah untuk membandingkan

    dua atau lebih karakteristik individu dalam satu kelompok, ukuran variabel

    dalam pertanyaan penelitian perlu diidentifikasi (jumlah populasi dan

    ukuran sampel), dan instrumen yang mengukur variabel perlu diperoleh

    (teknik pengumpulan data). Dalam mengidentifikasi sampel penelitian,

    idealnya peneliti harus secara acak memilih individu untuk

    menggeneralisasi hasil pada populasi, dan mencari izin untuk

    mengumpulkan data dari otoritas yang bertanggung jawab. Kelompok

    (sampel) ini haruslah ukurannya memadai untuk menggunakan statistik

    korelasional, seperti N = 30; ukuran yang lebih besar memberikan

    kontribusi variansi kesalahan yang lebih sedikit dan klaim yang lebih baik

    mengenai keterwakilan. Instrumen yang mengukur variabel harus mampu

    membuktikan validitas dan reliabilitas. Biasanya satu variabel diukur pada

    setiap instrumen, tapi satu instrumen mungkin berisi kedua variabel yang

    berkorelasi dalam penelitian ini.

    d) Langkah 4. Mengumpulkan Data

    Langkah berikutnya adalah mengelola instrumen dan mengumpulkan

    setidaknya dua himpunan data dari masing-masing individu. Berbagai jenis

    instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data

    masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan

    pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang

    dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk

    angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan

    dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel

    prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria

    terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak

    ada artinya.

    Sebuah contoh untuk sampel kecil sebanyak 10 mahasiswa dapat dilihat

    pada tabel 1, peneliti berusaha untuk menjelaskan variabilitas rata-rata

    Indeks Prestasi (IPK) dalam tahun pertama untuk 10 mahasiswa pasca

  • 19

    sarjana. Asumsikan bahwa peneliti telah mengidentifikasi empat prediktor

    dalam tinjauan literatur. Dalam penelitian terakhir, prediksi ini telah

    berkorelasi positif dengan prestasi di perguruan tinggi. Peneliti dapat

    memperoleh informasi untuk variabel prediktor dari kantor penerimaan

    perguruan tinggi. Dalam penelitian regresi ini, peneliti berusaha untuk

    mengidentifikasi salah satu faktor atau kombinasi faktor terbaik yang

    menjelaskan variansi IPK mahasiswa tahun pertama. Dalam tinjauan data

    ini menunjukkan bahwa skor bervariasi pada masing-masing variabel,

    dengan lebih banyak variasi pada skor GRE dibandingkan dengan skor

    rekomendasi dan skor fit-to-Program. Juga tampak bahwa IPK perguruan

    tinggi dan skor GRE berkorelasi positif dengan IPK semester pertama.

    Tabel 1. Contoh Data yang Dikumpulkan dalam Studi Regresi

    Dalam contoh ini, karena data tersedia dari kantor penerimaan

    mahasiswa di perguruan tinggi, peneliti tidak perlu terlalu khawatir tentang

    prosedur yang mengancam validitas skor. Faktor-faktor lain yang mungkin

    mempengaruhi kemampuan peneliti untuk menarik kesimpulan yang valid

    dari hasil adalah kurangnya prosedur standar administrasi, kondisi situasi

    pengujian, dan harapan peserta.

    e) Langkah 5. Analisis Data

    Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menggambarkan tingkat

    hubungan antara dua variabel atau lebih. Peneliti mencari pola respon dan

  • 20

    menggunakan prosedur statistik untuk menentukan kuat-rendahnya

    hubungan serta arahnya. Sebuah hubungan yang signifikan secara statistik,

    jika ditemukan, tidak berarti sebab-akibat, tetapi hanya hubungan antara

    variabel. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai

    koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya,

    disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas

    terhadap variabel terikat.

    Analisis dimulai dengan coding data dan memindahkannya dari

    instrumen ke file komputer. Maka peneliti perlu menentukan langkah

    statistik yang tepat untuk digunakan. Pertanyaan awal adalah apakah data

    linier atau curvilinearly.

    f) Langkah 6. Menginterpretasikan Hasil Penelitian

    Langkah terakhir dalam melakukan penelitian korelasional adalah

    menafsirkan arti dari hasil. Ini mengharuskan peneliti mendiskusikan

    besarnya hubungan serta arahnya dalam sebuah penelitian korelasional,

    mengingat dampak dari variabel intervening dalam sebuah penelitian

    korelasi parsial, menafsirkan bobot regresi variabel dalam analisis regresi,

    dan mengembangkan suatu persamaan prediksi untuk digunakan dalam

    penelitian prediksi.

    Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah akan menghasilkan

    koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan

    dengan nilai dari -1 sampai +1. Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang

    variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi

    positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang sama.

    Dalam semua langkah ini, yang menjadi perhatian secara keseluruhan

    adalah apakah data peneliti mendukung teori, hipotesis, atau pertanyaan.

    Selanjutnya, peneliti mempertimbangkan apakah hasil penelitian

    mengkonfirmasi atau tidak mengkonfirmasi hasil temuan dari penelitian

    lain. Juga, refleksi dibuat tentang apakah beberapa ancaman yang telah

    dibahas di atas mungkin telah berkontribusi terhadap koefisien yang salah

    dan langkah-langkah yang mungkin dilakukan oleh para peneliti masa

    depan untuk mengatasi masalah ini.

  • 21

    2.6 Contoh Penelitian Korelasional

    Di bawah ini diberikan contoh garis-garis besar langkah-langkah

    penyusunan penelitian korelasional berdasarkan pada pedoman langkah-

    langkah penyusunan Penelitian Korelasional yang telah dibahas

    sebelumnya.

    Masalah Apa ada kaitan antara kemampuan numerik peserta

    didik terhadap prestasi belajar matematika peserta

    didik kelas VII SMP N 1 Singaraja?

    Judul Penelitian Hubungan Antara Kemampuan Numerik Peserta

    Didik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta

    Didik Kelas VII SMP N 1 Singaraja

    Variabel Penelitaan Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

    kemampuan numerik peserta didik (X) sedangkan

    variabel terikatnya adalah prestasi belajar

    matematika peserta didik (Y)

    Kajian Teoritis Berisikan teori yang melandasi hal-hal yang terkait

    dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun

    kajian teoritis dari penelitian ini adalah:

    1) Belajar dan Pembelajaran

    Pengertian belajar dan pembelajaran

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    belajar

    2) Prestasi Belajar

    Pengertian prestasi belajar

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    prestasi belajar

    3) Kemampuan Numerik

    Pengertian kemampuan numerik

    Kemampuan numerik dalam

    matematika

  • 22

    Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode

    korelasi, dikarenakan dalam penelitian ini ditujukan

    untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua

    variabel atau lebih secara sistematis tanpa

    melakukan perlakuan-perlakuan maupun manipulasi

    terhadap variabel penelitian berdasarkan pengukuran

    terhadap gejala-gejala pada diri responden

    Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang

    bersifat sementara dari permasalahan penelitian.

    Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    H0; Adanya hubungan kemampuan numerik peserta

    didik terhadap prestasi belajar matematika

    peserta didik kelas VII SMP N 1 Singaraja

    H1; Tidak ada hubungan kemampuan numerik

    peserta didik terhadap prestasi belajar

    matematika peserta didik kelas VII SMP N 1

    Singaraja

    Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

    kelas VII SMP N 1 Singaraja sebanyak 240 siswa,

    sedangkan sampel dari penelitian ini diperoleh

    dengan menggunakan metode random sampling

    dipilih sebanyak 148 siswa (menurut aturan R.V.

    Krecjie dan D.W. Morgan)

    Subjek Penelitian Subjek Penelitian :

    1. Siswa SMP kelas VII di SMPN 1 Singaraja

    2. Guru

    3. Orang tua Siswa

    4. Kepala Sekolah

    Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah kemampuan numerik

    peserta didik (X) prestasi belajar matematika peserta

    didik (Y)

  • 23

    Teknik Pengumpulan

    Data

    1) Metode Dokumentasi

    Metode ini digunakan untuk memperoleh data

    prestasi belajar matematika peserta didik SMP N

    1 Singaraja, data tentang struktur pengajar, dan

    keadaan peserta didik serta data lain yang

    berhubungan dengan penelitian.

    2) Metode tes

    Metode tes digunakan untuk tingkat kemampuan

    numerik siswa. Adapun tes kemampuan numerik

    ini mencakup beberapa materi antara lain

    penjumlahan, pengurangan, pembagian,

    perkalian sederhana matematika, dan aritmatika

    dasar. Setelah perangkat tes disusun kemudian

    diuji cobakan kepada sejumlah obyek tertentu

    untuk mengetahui tingkat keabsahan, taraf

    kesukaran dan daya pembeda soal.

    Analisis Data Dilakukan pengujian terhadap Hipotesis (Analisis

    Uji Hipotesis) dengan menentukan besar koefisian

    korelasi (r). Dari koefisien korelasi dapat ditentukan

    tingkat hubungan variabel X (kemampuan numerik)

    dan variabel Y (prestasi belajar matematika) dan

    Mencari besarnya kontribusi variabel X terhadap

    variabel Y. Berikut analisis lanjut dilakukan untuk

    menarik kesimpulan tentang H0 (diterima atau

    ditolak)

    Menginterpretasikan

    hasil penelitian

    Berdasarkan analisis uji hipotesis yang diujikan,

    akan diketahui bahwa hipotesis yang penulis ajukan

    diterima atau ditolak.

    Tabel 2. Contoh Penelitian Korelasional

  • 24

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Simpulan

    Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan

    pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan

    antara dua variabel atau lebih. Sementara itu, menurut Creswell (2012: 339-342),

    ada dua rancangan utama dalam penelitian korelasional yaitu Explanatory Research

    Design dan Prediction Research Design. Dalam penelitian korelasional,

    karakteristik utama yang perlu diperhatikan adalah pertama skor haruslah dapat

    ditampilkan dalam suatu grafik. Kemudian dari grafik sebaran-plot skor, kita dapat

    memperoleh hubungan antar skor dengan memperhatikan arah asosiasi, bentuk

    asosiasi, derajat serta kekuatan asosiasi. Kemudian adapula analisis variabel yang

    digunakan dalam penelitian korelasional adalah berupa korelasi parsial dan regresi

    berganda.

    Langkah-langkah dalam melakukan studi korelasional yang menggunakan

    desain penelitian korelasional adalah menghubungkan variabel atau membuat

    prediksi, kemudian menentukan subjek penelitian, mengidentifikasi dua atau lebih

    tindakan untuk setiap individu dalam penelitian, mengumpulkan data dan

    memantau potensi ancaman terhadap validitas skor, menganalisis data dengan

    menggunakan statistik korelasi baik untuk data kontinu atau kategoris, dan

    menafsirkan kekuatan dan arah hasil.

    3.2 Saran

    Diharapkan seorang peneliti mampu memahami desain penelitian korelasional

    dengan baik. Pemahaman yang baik akan mempermudah peneliti apabila nantinya

    peneliti menemukan suatu permasalahan yang dapat diperoleh solusinya dengan

    melaksanakan penelitian korelasional.

  • Daftar Rujukan

    Creswell, John W. 2012. Educational research : planning, conducting, and

    evaluating quantitative and qualitative research 4th Ed. Boston: Pearson

    Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta:

    PT Raja Grafindo Pergoda.

    Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

    Jakarta : Bumi Aksara.

    Suryabrata, S. 1994. Metologi Penelitian. Jakarta; Rajawali Press.

    Walpole, dkk. 2012. Probability & Statistics for Engineers & Scientists Ninth

    Edition. Boston: Pearson Education, Inc.