desain instrusional : kepemimpinan di sekolah€¦ · web viewmeliputi kemampuan berpikir logis,...
TRANSCRIPT
1 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
KEPEMIMPINAN:
MEMPENGARUHI PERILAKU, HUBUNGAN,
DAN KEEFEKTIFAN SEKOLAH
Teori kepemimpinan menjelaskan peran pemimpin dalam mempengaruhi orang lain
dan hubungan antara kepemimpinan dan keefektifan organisasi. Dalam bab ini, teori
kepemimpinan akan dikelompokkan menjadi 4: (a) sifat teori kepemimpinan, (b)
pendekatan kekuatan terhadap kepemimpinan, (c) perilaku pemimpin, dan (d)
kepemimpinan transformasional, visioner, dan moral.
Terdapat berbagai definisi kepemimpinan, cenderung berupa deskripsi
kepemimpinan dalam hal orientasi tertentu atau pendekatan terhadap pembelajaran
kepemimpinan. Yukl (1994) menggunakan salah satu definisi kepemimpinan yaitu bahwa
kepemimpinan meliputi proses hubungan sosial di mana ada tujuan tertentu dari seseorang
terhadap orang lain untuk mengatur kegiatan dan hubungan dalam sebuah kelompok atau
organisasi.
Dalam kepemimpinan organisasi, kita harus mengetahui dan bisa membedakan
antara kepemimpinan dan manajemen (atau administrasi). Biasanya, penulis menunjukkan
perbedaan itu hanya pada orangnya (manajer versus pemimpin), bukan pada prosesnya
(mengatur versus memimpin). Contohnya, Bennis (1989) menyatakan bahwa “manajer
melakukan pekerjaan dengan benar; pemimpin melakukan sesuatu yang benar” dan
“manajer fokus pada system dan struktur, pemimpin fokus pada orangnya”. Namun, Yukl
membedakan manajer dan pemimpin dengan cara yang sederhana. Menurut Yukl, yang
harus dibedakan adalah proses mengatur(manage) dan memimpin; namun belum ada
penelitian yang benar-benar membedakan ke dua proses ini secara eksklusif atau ke dua
proses ini harus dilakukan oleh orang yang berbeda. Schein (1985) menyatakan bahwa
perbedaan kepemimpinan dengan manajemen adalah pada fungsi kepemimpinan, yaitu
untuk membentuk dan menciptakan budaya organisasi. Hanson (1996) mencirikan
manajemen sebagai “mur dan baut (pekerja yang saling membantu dan menguatkan)” agar
organisasi dapat berjalan dengan baik, sedangkan kepemimpinan berkonsentrasi pada visi
strategis dan ketrampilan dalam menarik pengikutnya secara aktif untuk mencapai visi
tersebut.
2 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
Penerapan bagi Pemimpin Sekolah
Pemahaman teori kepemimpinan akan membantu pemimpin sekolah untuk :
Menilai kekuatan dan kelemahan diri yang berhubungan dengan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk kepemimpinan yang efektif
Menggunakan kekuasaan dengan benar untuk mempengaruhi secara positif dan
mendapatkan komitmen dari orang lain
Menilai keyakinan diri sehubungan dengan asumsi-asumsi tentang kepemimpinan
dan pengikutnya
Memahami berbagai peran kepemimpinan
Mengenali hubungan antara perilaku pemimpin yang berorientasi-tugas dan yang
berorientasi-manusia
Menyadari pentingnya tujuan moral dan nilai etis bagi kepemimpinan
SIFAT TEORI KEPEMIMPINAN
Beberapa peneltian sebelumnya berusaha mencari sifat dan karakteristik yang
membedakan pemimpin dan yang bukan pemimpin. Pendekatan ini sejalan dengan konsep
Carley tentang teori “Great man”, dimana dia menyatakan kejadian-kejadian sejarah
berpengaruh kepada prestasi yang telah diraih oleh orang hebat. Yukl (1994)
menyimpulkan dari berbagai hasil penelitian kepemimpinan bahwa sifat dan ketrampilan
berhubungan dengan keefektifan organisasi. Dia menemukan 8 sifat pribadi yang
berpengaruh terhadap keefektifan kepemimpinan, yaitu:
Energy dan toleransi terhadap stress
Percaya diri
Penguasaan diri
Kedewasaan emosional
Kejujuran, integritas
Usaha untuk memotivasi
Berorientasi pada hasil
Bisa bekerjasama
Sifat kepemimpinan di atas merupakan deskripsi umum yang menjadi karakteristik
posisi kepemimpinan. Siat-sifat tersebut sesuai dengan posisi kepemimpinan di skeolah.
Tingkat energi dan tingkat toleransi pada stress yang tinggi dibutuhkan untuk
menghadapi maslah yang rumit yang berhubungan dengan kepemimpinan sekolah,
3 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
khususnya pada tingkat pembentukan. Kebiasaan harian kepala sekolah adalah slah satu
interaksi yang konstan, sambung menyambung dari satu kejadian ke kejadian yang lain.
Banyak penelitian menemukan bahwa 50% kegiatan kepala sekolah adalah untuk
berinteraksi langsung dengan para guru dan siswa, dan pekerjaan kepala sekolah nampak
pada pengambilan keputusan yang untuk menjadi lebih baik (Sergiovanni, 1991).
Kemampuan kepala sekolah untuk mengatasi masalah secara efektif membutuhkan
kemampuan untuk tetap tenang ketika menghadapi konflik interpersonal yang besar dan
situasi yang krisis. Kepercayaan diri dibutuhkan untuk mempengaruhi orang lain secara
ilmiah. Ketrampilan konseptual meliputi kemampuan berpikir logis, cara berpikir yang
induktif dan juga deduktif, kemampuan analitis, dan pemikiran yang kreatif.
Ke tiga jenis ketrampilan di atas dibutuhkan dalam kepemimpinan, namun seberapa
penting masing-masing ketrampilan tersebut, tergantung pada kondisi yang diahadapi.
Ketrampilan konseptual sangat penting bagi eksekutif tingkat atas. Di sekolah, ketrampilan
ini perlu dimiliki oleh pengawas karena mereka perlu memiliki perspektif yang luas dan
berjangka waktu lama dan mereka juga perlu memiliki pemahaman terhadap interaksi yang
kompleks antara berbagai hal yang mempengaruhi daerah yang diawasinya. Peran
manajemen menengah, seperti yang dilakukan oleh kepala sekolah, membutuhkan
penggabungan ke tiga ketrampilan ini secara seimbang karena pemimpin di tingkatan ini
berada dalam posisi mengimplementasikan kebijakan yang ada yang dibuat oleh tingkatan
yang lebih tinggi. Ketrampilan teknis sangat penting bagi manajer tingkat rendah yang
bertanggung jawab langsung terhadap supervisi langsung pada tugas dan kegiatan tertentu.
Di sekolah, posisi administrasi seperti ini merupakan tanggng jawab koordinator
kurikulum atau khusus program.
PENDEKATAN KEKUATAN PADA KEPEMIMPINAN
Fungsi kepemimpinan yang penting adalah mempengaruhi orang lain untuk dapat
mencapai tujuan organisasi secara efektif. Salah satu aspek kepemimimpinan yang
menjelaskan fungsi pengaruh ini adalah konsep kekuatan. John R. P. French dan Betram
Raven (1968) membuat taksonomi yang mengklasifikasi kekuatan interpersonal
berdasarkan sumbernya. Ada 5 jenis kekuatan, yaitu:
1) Kekuatan penghargaan: pemenuhan keinginan yang didapatkan karena pemberian
penghargaan oleh pemimpin karena terdapat perilaku yang diinginkan
4 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
2) Kekuatan paksaan: pemenuhan keinginan yang diperoleh karena pemimpin
mengancam akan memberikan hukuman jika terdapat perilaku yang tidak diinginkan
3) Kekuatan yang sah (legitimasi): pemenuhan keinginan dikarenakan posisi formal
pemimpin. Bawahannya memenuhi keinginan pemimpinnya karena dia memiliki
keyakinan bahwa pemimpinnya memiliki hak untuk memerintah, dan dia sebagai
bawahan berkewajiban untuk melaksanakan perintahnya.
4) Kekuatan ahli: pemenuhan keinginan karena pengikutnya berkeyakinan bahwa
pemimpin memiliki pengetahuan dan keahlian khusus untuk melakukan sesuatu
dengan sebaik-baiknya
5) Kekuatan rujukan: pemenuhan keinginan karena pengikut/bawahan mengagumi
atasannya dan dia ingin mendapatkan persetujuan dari atasannya.
Kekuatan penghargaan, paksaan, dan legitimasi berasal dari pemimpin di dalam
organisasi tersebut. Kekuatan ahli dan rujukan lebih berhubungan dengan sifat personal si
pemimpin. Pengaruh kekuatan dalam hal pengaruh dan pemenuhan keinginan sangat
kompleks. Potensi pengaruh sangat tergantung pada persepsi dan persetujuan dari para
pemimpin untuk mengambil resiko dan memenuhi tujuan yang tinggi. Pemimpin yang
memiliki kepercayaan diri mendorong para guru dan staf yang lain. Dan pemimpin yang
percaya diri cenderung cepat dalam mengatasi masalah atau konflik, tidak menunda, acuh,
atau mengalihkan masalah tersebut kepada orang lain. Yang dimaksud dengan Kontrol
internal adalah rasa percaya bahwa apapun yang ada dikehidupan seseorang ditentukan
oleh perilaku/tindakan orang tersebut sendiri, bukan oleh kejadian di luar diri orang
tersebut. Pemimpin dengan kontrol internal yang baik akan bertanggung jawab atas apa
yang dilakukannya dan berlatih banyak dalam mengatasi masalah. Kematangan
emosional didefinisikan sebagai penyesuaian dan kewaspadaan terhadap kekuatan dan
kelemahan seseorang. Pemimpin dalam bidang pendidikan dengan kematangan emosional
tinggi bisasanya peduli terhadap semua orang yang ada di sekolah tersebut, dapat
mengontrol diri nya, dan mau menerima kritik yang membangun.
Integritas seseorang dapat ditunjukkan dengan kejujuran, perilaku yang etis, dan
bisa dipercaya. Pemimpin sekolah yang tidak dapat dipercaya akan kehilangan
kredibilitasnya dari para guru, orang tua siswa dan rekan, demikian juga pemimpin yang
melanggar janjinya. Guru tidak akan mempercayai pihak adminitrasi yang suka
mengeksploitasi atau memanipulasi orang lain untuk kepentingan pribadi. Terlebih lagi,
5 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
pemimpin yang mencoba menyalahkan orang lain karena kesalahan mereka akan dianggap
sebagai pemimpin yang lemah dan tidak dapat dipercaya. Yang dimaksudkan dengan
kekuatan motivasi adalah kekuatan seseorang atau kebutuhan akan kekuatan untuk
mempengaruhi orang lain. keinginan yang sangat kuat dihubungkan dengan kepemimpinan
yang kuat. Namun, bagaimana kekuatan tersebut digunakan juga berhubungan dengan
apakah kekuatan akan menjadikan kepemimpinan yang efektif. Penggunaan kekuatan
untuk kepentingan organisasi sekolah akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif,
sedangkan kekuatan yang digunakan untuk memuaskan seseorang atau status tidak efektif
bagi organisasi tersebut. Berorientasi pada prestasi adalah keinginan untuk mempercepat
dan mempermudah menuju kesuksesan. Seperti kekuatan motivasi, orientasi pada prestasi
juga bisa berarti positif atau negatif dalam keefetifan seorang pemimpin. Orientasi pada
prestasi ini hanya akan berpengaruh baik pada keefektifan kepemimpinan jika orientasi ini
digabungkan dengan kebutuhan akan kekuatan yang akan menguntungkan orang lain dan
sekolah. Keinginan untuk berafiliasi yang tinggi berarti bahwa seseorang memiliki
keinginan yang sangat kuat untuk dapat disukai dan diterima oleh orang lain. Pemimpin
yang memiliki keinginan tinggi untuk berafiliasi cenderung menghindari konflik dan
menghindari membuat keputusan yang mungkin tidak umum dibuat. Mereka akan
menunjukkan kesukaannya dan mencari dukungan/persetujuan orang lain, bukannya
melakukan sesuatu secara efektif. Di lain pihak, pemimpin yang memiliki keinginan
berafiliasi rendah mungkin akan gagal membentuk hubungan interpersonal yang akan
menguatkan pengaruhnya pada orang lain.
Menurut Yukl (1994), ketrampilan yang relevan dengan kepemimpinan meliputi:
(a) ketrampilan teknis, (b) ketrampilan interpersonal, dan (c) ketrampilan konseptual.
Ketrampilan teknis meliputi pengetahuan mengenai kegiatan yang berhubngan dengan
organisasi yang dia pimpin, yang didapatkan melalui pendidikan formal da pengalaman.
Ketrampilan interpersonal meliputi pemahaman akan perilaku seseorang dan proses
dalam kelompok, kemampuan untuk memahami perasaan dan motif orang lain, dan
kemampuan untuk bias berkomunikasi dengan efektif dengan bawahannya. Ke lima
kategori kekuatan yang telah dijabarkan dalam tipologi French dan Raven mengacu pada
pemenuhan kepercayaan bawahannya.
Dalam ringkasan penelitian yang dilakukan berdasarkan tipologi French dan Raven
tersebut, Yukl (1994) menunjukkan bahwa penelitian-penelitian yang ada cenderung
menyatakan bahwa pemimpin yang efektif lebih percaya kepada para ahli dan kekuatan
6 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
rujukan daripada mempengaruhi bawahannya. Dalam kepemimpinan sekolah, para guru
cenderung lebih patuh kepada kepala sekolah yang terlihat berkompeten, sesuai dengan
penilaian masing-masing guru. Keluhan yang paling sering diungkapkan oleh para guru
sehubungan dengan supervisi instruksional (pembelajaran) adalah bahwa para guru merasa
bahwa kepala sekolah sering tidak menunjukkan pemahaman yang kuat terhadap hal
instruksional (pembelajaran) dan tidak memberikan para guru masukan yang membangun.
Para kepala sekolah yang mendukung praktik terbaik berdasarkan pemahaman yang
menyeluruh terhdap kurikulum, instruksional, dan kebutuhan membangun untuk anak
cenderung akan disukai oleh para guru yang mengagumi dan mendukung usaha kepala
sekolahnya. Namun, Yukl mengatakan bahwa keterbatasan metodologi penelitian mungkin
memberikan hasil yang bias terhadap sumber kekuatan ini. Tambahan lagi, penelitian-
penelitian ini tidak memisahkan efek dari berbagai bentuk kekuatan atau melihat hubungan
dari variabel-variabel tersebut. Yukl menduga bahwa penelitian yang akan datang akan
menguatkan pernyataan bahwa kekuatan ahli dan kekuatan rujukan lebih ditekankan oleh
pemimpin yang efektif, namun jenis kekuatan yang lain juga digunakan dan penting bagi
kepemimpinan yang efektif.
PERILAKU PEMIMPIN
Telah ada penelitian tentang kepemimpinan yang meneliti perilaku pemimpin.
Douglas Mc Gregor (1960) menjelaskan bahwa tindakan pemimpin didasarkan kepada
keyakinan dan asumsi mereka mengenai orang-orang yang ada ditempat kerja mereka. Dia
mendeskripsikan kepemimpinan sebagai dua set keyakinan yang berlawanan, yang disebut
dengan teori X dan teori Y.
Pemimpin teori X yakin bahwa:
Setiap manusia tidak suka bekerja dan akan menghindari pekerjaan jika
memungkinkan.
Kebanyakan orang perlu dipaksa, dikontrol, diarahkan, dan diancam dengan
hukuman agar mereka mau berusaha utnuk mencapai tujuan organisasi.
Kebanyakan orang lebih memilih untuk diatur, ingin menghindari
tanggungjawab, memiliki sedikit ambisi, dan mengharapkan keamanan.
Tindakan yang ada pada pemimpin ber-teori X mencerminkan asumsi-asumsi ini.
Pemimpin ber-teori X yakin bahwa mereka harus mengorganisir, memerintah, dan
mengontrol pekerjanya melalui bujukan, penghargaan, hukuman, atau paksaan.
7 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
Manajemen ber-teori X bias menggunakan pendekatan keras atau lunak.
Pendekatan yang keras bercirikan supervisi tertutup, kontrol ketat terhadap perilaku,
pemaksaan, dan ancaman tertutup. Pendekatan yang lunak meliputi memperbolehkan
segala hal. Mc Gregor (1960) juga mengidentifikasi adanya pendekatan yang ke tiga, yang
merupakan gabungan dari ke dua pendekatan tersebut di atas, yang disebut pendekatan
“carrot and stick” bagi kepemimpinan (hlm. 41).
Dalam memperkenalkan teori Y, Mc Gregor (1960) mengakui bahwa “sisi
keberanian seseorang akan berpengaruh pada kinerja manajemennya.” Dia mengutip
bahwa kebijakan dan praktek yang menekankan lingkungan kerja yang menyenangkan,
berekuitas, humanisime, dan aman. Namun, dia menyimpulkan bahwa hal-hal ini telah
dilakukan “tanpa merubah… teori dasar manajemen”. Oleh karena itu, Mc Gregor
mendasarkan gagasan yang ada dalam manajamen ber-teori Y pada asumsi-asumsi berikut
ini:
Usaha fisik dan mental dalam pekerjaan sama dengan bermain atau istirahat
Orang akan berlatih mengarahkan diri sesuai dengan tujuan yang harus mereka
patuhi
Komitmen terhadap tujuan organisasi adalah fungsi dari penghargaan yang
berhubungan dengan prestasinya, khususnya ego dan aktualisasi diri.
Kebanyakan orang tidak hanya menerima, namun juga mencari tanggung jawab
Pada umumnya, orang itu kreatif dan imajinatif, dan memiliki kecerdikan
Di lingkungan kerja, potensi intelektual orang hanya sebagian yang digunakan
Teori X dan teori Y penting bagi praktisi di sekolah untuk menjelaskan bagaimana
tindakan pemimpinnya sehubungan dengan pemahaman mereka atas perilaku manusia.
McGregor menyatakan bahwa manajemen teori X tidak akan bekerja “karena perintah dan
kontrol hanya terbatas pada memotivasi orang yang membutuhkan nilai sosial dan
egoistic.”
Contoh bagaimana teori X dan teori Y jika diimplementasikan pada supervise
kepala sekolah di dalam pembelajaran di skeolah. Administrator ber-teori X akan
memonitor para guru secara tertutup untuk meyakinkan bahwa rencana pembelajaran,
pembelajaran, manajemen kelas telah dilakukan sesuai dengan harapan organisasi. Guru
akan diperbolehkan sedikit atau tidak ada masukan ke dalam kurikulum dan akan dibatasi
agar sesuai dengan strategi instruksional khusus. Manajemen teori X bergerak berdasarkan
asumsi bahwa keputusan mengenai operasional sekolah, kurikulum dan filosofi
8 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
instruksional dibuat pada level administrative dan peran kepala sekolah adalah untuk
meyakinkan bahwa guru bertindak sesuai dengan aturan dan prosedur operasi termasuk
metode instruksional di kelas dan isi rencana pembelajaran. Guru yang melenceng dari
aturan akan ditegur dan mendapatkan penilaian yang buruk. Mereka bisa saja dikeluarkan
atau dibujuk untuk dapat melakukan segalanya sesuai dengan aturan yang ada. Guru yang
melaksanakan tugasnya sesuai dengan norma instruksional akan diberikan penghargaan
terhadap evaluasi kinerjanya dan tidak tidak dipengaruhi dalam bidang administrasi.
Seorang kepala sekolah ber-teori Y akan menggunakan pendekatan yang lebih
kolaboratif dalam melakukan supervise dan akan berdialog langsung dengan para guru
untuk mengetahui cara membuat pembelajaran yang efektif bagi semua siswa. Yakin
bahwa semua guru telah termotivasi secara internal, kepala sekolah yang ber-teori Y akan
terlibat dalam refleksi diri dan tujuan peningkatan diri setiap guru. Pendekatan kreatif dan
inovatif dalam pembelajaran di kelas akan ditekankan utnuk meningkatkan prestasi siswa
dan memperluas pembelajaran. Setiap guru akan dinilai secara individual karena kepala
sekolah ber-teori Y bertindak berdasarkan asumsi bahwa motivasi internal setiap guru
berbeda.
Ada dua sudut pandang yang digunakan dalam penelitian yang berhubungan
dengan perilaku kepemimpinan. Fokus dari salah satu sudut pandang meliputi identifikasi
peran dan sifat kepemimpinan. Fokus penelitian yang lain adalah berusaha membedakan
antara perilaku pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif.
Satu teori yang menonjol yang terbentuk dari penelitian deskriptif mengenai sifat
kerja manajerial adalah taksonomi peran manajerial oleh Mintzberg (1979). Dia
mengungkapkan 10 peran kegiatan manajerial. Kegiatan tertentu termasuk di dalam satu
atau lebih dari peran manajerial berikut ini:
Peran Figurehead: meliputi tugas-tugas yang bersifat simbolis, legal, atau sosial,
seperti hadir di acara-acara seremonial atau menandatangani dokumen.
Peran pemimpin: meliputi kegiatan-kegiatan yang tujuannya untuk mengintegrasikan
organisasi untuk mencapai tujuan utama organisasi, seperti mempekerjakan
seseorang, melatih, dan mempromosikan.
Peran hubungan: meliputi kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan dan menjaga
hubungan dengan individu-individu di luar unit manajerial organisasi.
9 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
Peran monitor: kegiatan yang meliputi pencarian informasi untuk mengidentifikasi
dan menganalisa masalah dan kesempatan dan memahami kejadian-kejadian dan
proses di dalam dan di luar unit organisasi.
Peran penyebar: kegiatan yang meliputi interpretasi dan pengeluaran informasi yang
tidak bisa diakses secara langsung oleh bawahannya.
Peran juru bicara: kegiatan yang meliputi transmisi informasi di luar unit organisasi
Peran entrepreneur: kegiatan yang memulai dan mengontrol perubahan menuju
peningkatan dalam organisasi
Peran pengendali gangguan: meliputi kegiatan untuk mengatasi krisi, kegiatan dan
konflik yang tidak terlihat
Peran pengalokasi sumber daya: kegiatan yang meliputi pengalokasian dan
penggunaan dana, personil, material, peralatan, fasilitas, dan jasa.
Peran negosiator: kegiatan yang meliputi tawar menawar dalam transaksi yang
membutuhkan komitmen dari sumber daya, seperti penawaran kolektif, kontrak,
keluhan, atau pengankatan personil inti.
Tiga peran utama_figurehead, pemimpin, dan hubungan- berhubungan dengan
perilaku interpersonal. Tiga peran selanjutnya-,onitor, penyebar, dan juru bicara-meliputi
kegiatan pemrosesan informasi. Empat peran yang terakhir-entepreneur, pengendali
gangguan, penalokasi sumber daya, dan negositor-berhubungan dengan perilaku pemimpin
dalam membuat keputusan. Menurut Mintzberg, peran manajer tergantung pada sifat
alamiah posisi manajerial, namun manajer memiliki fleksibilitas dalam memerankna
masing-masing peran tersebut. Pada saat tertentu, konflik peran bisa muncul dikarenakan
tekanan dari supervisor dan pengikutnya karena pentingnya peran yang berbeda atau
perilaku dari peran yang dijalankan.
Penelitian yang lain fikus pada pengidentifikasian dan perbedaan pemimpin yang
efektif dan yang tidak efektif. Penelitian yang mendasar dan berpengaruh diawali di
Universitas Ohio pada tahun 1940an oleh john K. Hemphill dan Alvin Coons (1950) dan
kemudian dilanjutkan oleh Andrew Halpin dan BJ Winer (1952). Dalam penelitian di
Universitas Ohio, bentuk primer pengumpulan data dan penelitian adalah Kuesioner
Deskripsi Perilaku Pemimpin (Leader Behavior Description Quessionaire (LBDQ)) yang
dilakukan pada manajer dan atasan serta bawahan mereka. LBDQ ini meminta responden
mendeskripsikan perilaku pemimpin dan mengukur dua dimensi dasar-pembentukan
10 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
struktur dan pertimbangan. Pembentukan struktur mengacu pada perilaku pemimpin
dalam berhubungan dengan atasan dan bawahannya dan menciptakan pola organisasi,
channel komunikasi, dan metode procedural. Pertimbangan mengacu pada perilaku
pemimpin yang menunjukkan hubungan baik, kepercayaan, kehangatan, minat, dan rasa
hormat antara pemimpin dan bawahannya.
Pembentukan struktur dan pertimbangan ditemukan sebagai perilaku independen.
Oleh karena itu, seorang pemimpin mungkin memiliki tingkat pertimbangan yang tinggi
dan pembentukan struktur yang rendah, sedangkan pemimpin yang lain mungkin memiliki
tingkat pertimbangan dan pembentukan struktur yang sama tingginya. Model hasil
penelitian Ohio adalah matriks dua dimensi dengan empat quadran yang mendeskripsikan
4 pola kepemimpinan yang berbeda, seperti yang digambarkan pada gambar 5.1.
Gambar 5.1. Matriks Perilaku Kepemimpinan Dua Dimensi dari penelitian Ohio
Pertimbangan
Pembentukan
Struktur
Rendah Tinggi
Tinggi
Quadran II- Pertimbangan rendah- Pembentukan struktur
tinggi
Quadran I- Pertimbagang tinggi- Pembentukan struktur
tinggi
Rendah
Quadran III- Pertimbangan rendah- Pembentukan struktur
rendah
Quadran II- Pertimbangan tinggi- Pembentukan struktur
rendah
Pada penelitian sebelumnya menggunakan LBDQ untuk melihat perilaku pemimpin
komandan di sebuah maskapai penerbangan, administrator pendidikan yang lebih tinggi,
dan pengawas sekolah menunjukkan bahwa “kepemimpinan yang efektif bercirikan
Pembentukan Struktur yang tinggi dan Pertimbangan yang tinggi pula” (Halpin. 1996 hlm.
127). Halpin menunjukkan bahwa ada hubungan antar perilaku pemimpin dan nilai
organisasi. Dnegan kata lain, pemimpin dalam organisasi yang menekankan dan
menempatkan nilai pada pembentukan struktur cenderung memperlihatkan perilaku yang
berhubunagn dengan pertimbangan dan begitu pula sebaliknya.
Pada waktu yang hampir sama, penelitian yang hampir sama mengenai
kepemimpinan di perusahaan asuransi, pabrik, dan perkeretaapian dilakukan oleh
Universitas Michigan. Penelitian mereka menunjukkan ada 2 tipe perilaku yang
membedakan pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif (Yukl, 1994). Yakni, (a)
perilaku yang berorientasi tugas, (b) perilaku yang berorientasi pada hubungan dan (c)
11 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
kepemimpinan partisipatif. Pemimpin yang efektif berkonsentrasi pada kegiatan yang
berorientasi pada tugas seperti merencanakan, menjadwalkan, mengkoordinasikan, dan
menyediakan sumber daya. Pemimpin yang efektif juga membimbing bawahannya untuk
membuat tujuan yang tinggi namun realistis. Namun, pemimpin yang efektif tidak hanya
memikirkan perilaku yang berorientasi pada tugas. Mereka juga menunjukkan hubungan
yang positif dengan bawahannya. Perilaku yang berorientasi pada hubungan yang
berhubungan dengan pemimpin yang efektif meliputi ditunjukkannya sikap percaya,
bersikap ramah dan penuh pertimbangan, menunjukkan pemahaman pada maslah yang
dihadapi bawahannya, bersikap suportif pada karir bawahannya, berkomunikasi secara
terbuka, dan mengetahui hal-hal yang telah dicapai oleh bawahannya. Pemimpin yang
efektif juga melakukan supervisi umum, bukan melakukan inspeksi tertutup terhadap
pekerjaan bawahannya. Penemuan yang terakhir oleh penelitian Michigan ini adalah
partisipasi pekerja dalam membuat keputusan memberikan kepuasaan dan prestasi yang
lebih tinggi.
Penelitian terhadap para pemimpin menghasilkan berbagai model dan teori yang
mengkonseptualisasi kepemimpinan menjadi dua dimensi. Hanson (1996) menunjukkan
bahwa setelah membandingkan dan mengkontraskan berbagai model perilaku
kepemimpinan, Nampak berbagai variabel yang berhubungan dengan pembentukan
struktur (perilaku yang berorientasikan tugas) dan pertimbangan (perilaku hubungan).
Pendekatan perilaku dalam teori kepemimpinan cenderung fokus pada model universal
keefektifan kepemimpinan. Robert Blake dan Jane Mouton (1964) menyusun Teori Grid
manajerial yang mendeskripsikan pemimpin sehubungan dengan manusia dan produksi.
Mereka menemukan bahwa pemimpin yang paling efektif adalah pemimpin yang sangat
memikirkan manusia dan produksinya. Namun, pemimpin yang seperti itu (tinggi dalam
segala hal) tidak secara langsung menunjukkan 2 perilaku yang berbeda yang
merefleksikan manusia dan produksi atau salah satu dari perilaku yang berorientasi pada
manusia dan perilaku yang berorientasi pada produksi. Pemimpin seperti ini menunjukkan
orientasi pada manusia dan produksi. Blake dan Mouton (1982) menemukan bahwa
perilaku yang dipilih oleh para pemimpin harus relevan dengan situasi agar efektif.
Perilaku tertentu yang dipilih berbeda dari situasi ke situasi yang lain dan dari satu
bawahan ke bawahna yang lain. Konsep kepemimpinan dua dimensi ini memunculkan
berbagai penelitian berdasarkan berbagai kemungkinan dan situasi variabel. Teori
kemungkinan akan dibahas lebih mendalam pada bab 6.
12 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Berbagai teori baru mengenai kepemimpinan bertujuan mendeskripsikan
kepemimpinan yang efektif tentang bagaimana pemimpin mentransformasi atau merubah
organisasi. James MacGregor Burns (1978) melakukan penelitian pada pemimpin politik
berdasarkan teori kepemimpinan, yang bisa dideskripsikan sebagai teori kepemimpinan
transformasional. Burns menyatakan bahwa kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dari
kebutuhan dan tujuan bawahannya dan merupakan hasil hubungan antara pemimpin dan
bawahannya. Burns membedakan 2 bentuk fundamental hubungan pemimpin dan
bawahannya: (a) transaksional, dan (b) transformasional. Kepemimpinan transaksional
meliputi mempengaruhi bawahannya dengan menukarkan sesuatu yang berharga bagi
pemimpin dan bawahannya. Contohnya, satu barang dijual utnuk dibelikan sesuatu yang
lain, pemberian suara diberikan kepada legislator yang berjanji memberikan sesuatu yang
diinginkan oleh orang yang memberikan suara, atau seorang kepala sekolah menerima
dukungan dari para guru setelah rapat setelah guru mendapatkan makan siang.
Kepemimpinan transformasional meliputi hubungan antara pemimpin dan pengikutnya
untuk tujuan umum, di mana “pemimpin dan bawahannya saling meningkatkan motivasi
dan moral” (Burns, 1978, hlm. 20).
Bernard Bass dan Bruce Avolio (1994) menunjukkan efek kepemimpinan
transformasional sebagai
Menstimulasi orang lain utnuk melihat pekerjaan mereka dari sudut pandang yang
baru
Mengetahui visi dan misi organisasi
Meningkatkan kemampuan orang lain
Memotivasi orang lain di luar minat pribadi mereka yang menguntungkan kelompok
atau organisasi
Bass dan Avolio menjelaskan kepemimpinan transformasional dalam hal perilaku
pemimpin, menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki satu atau lebih
perilaku berikut ini:
Pengaruh yang ideal: pemimpin bersikap sebagai role model dan dikagumi, dihormati,
dan dipercaya. Cara yang dilakukan pemimpin melakukan ini adalah dengan
13 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
mempertimbangkan kebutuhan orang lain di atas kepentingan diri sendiri, berbagi
resiko dengan bawahannya, konsisten, dan bertindak sesuai nilai dan moral.
Motivasi inspirasional: pemimpin memotivasi dan menginspirasi dengan memberikan
makna dan menantang bawahannya untuk bekerja lebih baik dan semangat tim nya
meningkat. Perilaku pemimpin yang sesuai dengan ini adalah dengan melibatkan
orang lain dalam kegiatan yang berlandaskan visi, menyampaikan harapan dengan
jelas, dan bersikap penuh komitmen pada tujuan dan visi.
Stimulasi intelektual: pemimpin menstimulasi orang lain untuk lebih inovatif dan
kreatif. Pemimpin mendukung inovasi dan kreatifitas dengan cara menerima ide-ide
baru dari orang lain, tidak membeberkan kesalahn orang lain secara umum, dan
mendorong orang lain untuk mencoba pendekatan yang lain
Pertimbangan individu: pemimpin transformasional mempertimbangkan kebutuhan
individu utnuk berprestasi dan tumbuh dengan bertindak sebagai mentor atau pelatih.
Perilaku kepemimpinan yang mempertimbangkan masing-masing individy meliputi
menerima perbedaan indivisu dan mensupervisi sesuai dengan kebutuhan individu,
mendorong terjadinya komunikasi 2 arah, mendengarkan, dan mendelegasikan.
Prinsip yang mendasari kepemimpinan transformasional adalah konsep tentang
komitmen untuk tujuan moral dan nilai personal dari si pemimpin penting untuk
mengadakan perubahan dalam organisasi. Bennis dan Nanus (1985) menemukan bahwa
pemimpin yang inovatif memiliki visi ke depan bagi organisasinya; membangun
kepercayaan dan komitmen dengan cara mengkomunikasikan visi-nya dan menekankan
visi tersebut ke dalam setiap tindakan yang dilakukan; dan memfasilitasi pembelajaran
yang terus menerus dalam organisasi.
Kenneth Leithwood (1994) mendeskripsikan kepemimpinan transformasional de
sekolah memiliki 8 dimensi, yakni (a) membentuk visi sekolah, (b) menentukan tujuan
sekolah, (c) memberikan stimulus intelektual, (d) memberikan dukungan individual, (e)
memberikan contoh yang baik dan nilai organisasi yang penting, (f) memberikan contoh
bagaimana harapan dari prestasi yang diharapkan, (g) menciptakan budaya sekolah yang
produktif, dan (h) membangun struktur untuk mendorong partisipasi pengambilan
keputusan di sekolah.
Teori yang terbaru sehubungan dengan kepemimpinan di sekolah dibuat
berdasarkan konsep tujuan moral, komitmen terhadap nilai personal, dan visi yang
berhubungan dengan kepemimpinan sekolah yang efektif. Thomas Sergiovanni (1992)
14 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
menyatakan bahwa ada 5 sumber otoritas sebagai daasr kepemimpinan. Yakni (a) otoritas
birokrasi, (b) otoritas psikologis, (c) otoritas teknis-rasional, (d) otoritas professional, dan
(e) otoritas moral. Otoritas birokrasi berakar dari mandat, peraturan, undang-undang, job
descriptions, dan harapan organisasi. Sergiovanni mendeskripsikan ini sebagi otoritas yang
berdasarkan pemikiran bahwa seseorang harus “mengikuti apa yang saya mau karena
posisi saya.” Otoritas psikologis digambarkan seperti pemikiran “ikuti saya karena saya
akan membuatnya bermakna/berarti jika kamu melakukan apa sesuai apa yang aku
inginkan.” Otoritas psikologis ini beranggapan bahwa guru akan memberikan respon
sesuai dengan penghargaan yang diberikan ketika mereka melakukan sesuatu sesuai
dengan keinginan pembuat keputusan. Otoritas teknis-rasional menjelaskan
kepemimpinan dengan sudut pandang bahwa guru akan mematuhi aturan karena pemimpin
mengetahui “apa yang terbaik, sesuai hasil penelitian.” Pendekatan ini berasumsi bahwa
guru akan merespon logika dan mengikuti apa yang disarankan oleh hasil karya ilmiah
berdasarkan praktek yang efektif. Sergiovanni mendeskripsikan ke tiga pendekatan ini ke
kepemimpinan sebagai sesuatu yang berasal dari sisi luar dan bisa dipaksakan kepada para
guru.
Dia menkontraskan pendekatan-pendekatan ini dengan otoritas professional dan
otoritas moral, yang mendorong terbentuknya perilaku guru dari sisi internal, bukan
sebagai respon dari sesuatu yang dipaksakan kepada mereka. Otoritas professional
mengacu pada pengetahuan teknis dan ketrampilan personal yang berhubungan dengan
konteks tertentu yang dipraktekan oleh guru. Otoritas moral didefinisikan sebagai
kewajiban dan tugas yang berasal dari nilai dan ide bersama.
Gambar 5.2 menggambarkan asumsi, strategi, dan konsekuensi dari 5 sumber
otoritas.
Sumber Otoritas Asumsi Strategi Kepemimpinan Konsekuensi
Birokrasi
- Guru lebih rendah dan tidak bisa dipercaya
- Inspeksi dan monitoring tertutup
- Guru adalah teknisi dan melakukan hal paling minimal yang diharapkan
Psikologis - Memenuhi kebutuhan guru.
- Harmoni meningkatkan prestasi.
- Menciptakan lingkungan yang ramah.
- Memberikan penghargaan pada guru karena telah melakukan sesuatu sesuai dengan aturan.
- Jika diberi penghargaan, guru akan melakukan kinerja dengan baik.
- Jika tidak ada, kinerja dilakukan seminimal
15 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
mungkin.
Teknis-rasional
- Mengajar adalah ilmu.
- Fakta mengontrol nilai dan keyakinan.
- Standar pengajaran berdasarkan hasil penelitian.
- Monitoring yang penuh.
- Guru adalah teknisi.
- Kinerja disesuaikan dengan harapan minimal.
Professional
- Mengajar itu situasional dan kontekstual. Pengetahuan professional berdasarkan pengalaman.
- Dialog mengenai praktek professional.
- Mendorong pertanggungjawaban dari teman sejawat.
- Mendampingi, mendukung, dan menyediakan perkembangan professional.
- Guru memathui norma professional.
- Kinerja bersifat expansif, namun seragam.
Moral
- Sekolah merupakan komunitas belajar profesional yang memiliki nilai dan keyakinan yang sama.
- Nilai dan keyakinan dibuat eksplisit.
- Mendukung terciptanya hubungan kekeluargaan.
- Guru menyesuaikan diri pada nilai yang ada dalam masyarakat.
- Kinerja bersifat ekspansif dan terus menerus.
Diadapsi dari: Segiovanni, T. J. (1992). Moral leadership: Getting to the heart of school improvement. San Fransisco: Jossey Bass.
Sergiovanni berpendapat bahwa walaupun otoritas birokratis, psikologis, dan
teknis-rasional telah memiliki tempat, dasar primer untuk kepemimpinan seharusnya
adalah otoritas professional dan moral. Hal yang sama dinyatakan oleh Deal dan Peterson
(1994) membedakan 2 tradisi teori organisasi, yang mereka sebut rasional-teknis dan
simbolis. Pendekatan rasional-teknis terhadap kepemimpinan berdasarkan asumsi bahwa
organisasi adalah benda rasional yang ada untuk menyelesaikan tujuan yang eksplisit dan
bisa diukur. Pendekatan simbolis menekankan dinamika normatif dan sosial organisasi dan
menekankan pentingnya nilai inti dan keyakinan bersama dari orang-orang yang ada dalam
organisasi. Mereka menyatakan bahwa kepemimpinan yang efektif bercirikan
keseimbangan dari ke dua pendekatan tersebut, melihat bahwa, “organisasi yang berkinerja
tinggi memiliki urutan dan makna, struktur dan nilai.”
KESIMPULAN
16 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
Bab ini menampilkan 4 kategori teori kepemimpinan yang dikelompok berdasarkan
fokus sentral dari pendekatan teori kepemimpinan. Kategori-kategori tersebut adalah (a)
teori yang mendeskripsikan cirri kepemimpinan; (b) teori yang menjelaskan pengaruh
berdasarkan kekuatan; (c) teori yang mendeskripsikan perilaku dan peran pemimpin; dan
(d) kepemimpinan transformasional yang menginspirasi perubahan.
Ciri kepemimpinan seperti yang telah diringkas oleh Yukl menawarkan kepada
para pemimpin sekolah daftar karakteristik dan perilaku yang berkontribusi pada
keefektifan. Pemimpin dalam bidang pendidikan harus memiliki tingkat energi yang tinggi
dan toleran pada stress. Kepercayaan diri, kematangan emosional, dan kemauan utnuk
menerima tanggung jawab atas tindakannya sendiri juga atribut yang penting dalam
kepemimpinan yang efektif, seperti halnya makna nilai dan integritas. Pemimpin yang
efektif juga memiliki keinginan untuk mempengaruhi organisasi untuk keuntungan siswa
dan masyarakat. Yang terakhir, pemimpin kependidikan harus mau dan bisa bekerjasama
dengan orang lain dan memiliki kerampilan interpersonal yang kuat.
Tipologi kekuatan Franch dan Raven memberikan informasi kepada pemimpin
kependidikan tentang kekuatan yang berasal dari ahli dan rujukan. Pemimpin sekolah
biasanya bisa mempengaruhi orang lain dan mendapatkan komitmen dari orang lain ketika
mereka dilihat sebagai individu yang berkompeten yang memiliki pemahaman dan
keinginan yang kuat terhadap kegiatan primer di sekolah; yaitu: kurikulum, pembelajaran,
dan perkembangan siswa.
Teori kepemimpinan perilaku melihat dua dimensi perilaku yang mendefinisikan
kepemimpinan. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1950-an di Universitas Negeri Ohio
dan Universitas Michigan memberikan konsep mendasar tengang perilaku kepemimpinan
yang sangat mempengaruhi penelitian selanjutnya dan teori kepemimpinan organisasi. Dua
dimensi perilaku kepemimpinan tersebut adalah (a) perilaku yang berhubungan dengan
tugas, dan (b) perilkau yang berhubungan dengan hubungan. Pemimpin yang efektif
menggunakan ke dua hubungan tersebut dan menyesuaikan fokus mereka dengan situasi.
Yang terakhir, kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai
kepemimpinan yang mempengaruhi perubahan dalam organisasi. Burns mendeskripsikan
kepemimpinan transformasional sebagai hubungan antara pemimpin dan bawahannya yang
memilki tujuan yang sama. Konsep komitmen pemimpin terhadap tujuan moral dan nilai
personal mendasari konsep kepemimpinan transformasional. Sergiovanni mengkonsep
17 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
kepemimpinan sebagai awal dari berbagai otoritas dan menyatakan bahwa dasar utama
kepemimpinan pendidikan harus memiliki otoritas professional dan moral.
Secara keseluruhan, teori kepemimpinan menggambarkan kepemimpinan sekolah
berdasarkan pada kesadaran sosial dan fokus pada visi sekolah berdasarkan pengetahuan
dan ketrampilan. Kepemimpinan sekolah telah dibedakan dari manajemen sekolah, dimana
fungsi utama kepemimpinan adalah untuk membentuk dan mengarahkan budaya sekolah
menuju sebuah visi, sedangkan manajemen fokus pada melakukan operasi dasar dan
meneruskan status quo. Yukl mengingatkan kita bahwa baik manajemen maupun
kepemimpinan adalah proses yang penting. Benar bahwa pemimpin terkadang mengatur,
namun manajer tidak memimpin.
Teori Ke Praktek
MENCIPTAKAN KETERATURAN DI SMP JACKSON
Pada pukul 6:30 pagi, Tom Clayton, kepala sekolah SMP Jackson, berada di
kantornya sedang memeriksa surat dan pesan yang diterimanya kemarin siang ketika dia
sedang ada rapat di kantor administrasi pusat. “Waktu yang terbuang sia-sia,” dia berpikir.
Tom tidak suka pergi dari sekolah karena dia tidak pernah tahu apa yang akan
menunggunya ketika dia kembali atau masalah apa yang harus dia selesaikan keesokan
harinya. Sekolah ini terletak di daerah termiskin di kota tersebut dan dalam lima tahun
terakhir mengalami peningkatan masalah mengenai kedisiplinan siswa dan guru dan staf
yang malas.
Posisi sebelumnya, dia bekerja di bagian adminisitrasi, selama dua tahun, dan
kemudian menjadi pembantu kepala sekolah di SMP Walter. Sebagai seorang guru dan
pembantu kepala sekolah, dia memiliki reputasi kuat dan baik. Dia telah mendapatkan
hasilnya juga. Yang membanggakannya adalah siswa mendapatkan nilai tertinggi pada test
SAT dan dia bangga telah menggunakan pendekatan tidak-ada-yang-tidak-mungkin selama
mendisiplinkan siswa di SMP Walter.
Dia juga telah ditunjuk sebagai pemimpin di SMP Jackson. Dia merasa yakin bahwa
daerah menghargai usahanya sebagai kepala sekolah SMP Jackson. Meskipun dia tahu
bahwa administrator daerah lain menganggap Jackson sebagai sebuah tempat yang kurang
dari yang diinginkan, dia percaya diri bahwa dia bisa membuat perbedaan dan
membalikkan keadaan.
18 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
Karena sudah menjadi kepala sekolah di SMP Jackson, dia langsung menciptakan
otoritasnya dan menyampaikan harapan-harapannya kepada sekolah dan para siswa. Dia
mengatakan kepada sekolah (guru dan staf) bahwa dia menginginkan rencana
pembelajaran dikumpulkan setiap minggu dan dia mengharapkan semua guru menerapkan
aturan kedisiplinan di kelas mereka. Pembangkangan terhadap aturan ini tidak bisa
ditoleransi, sekecil apapun itu. Dia memberitahukan hal yang sama pada siswa dan mulai
memanggil dan menghukum siswa jika perlu. Selama ini pendekatan tersebut berjalan
dengan baik. Walaupun nilai hasil tes tidak menunjukkan peningkatan tahun lalu, namun
keteraturan di sekolah tersebut mengalami peningkatan. Lorong-lorong di sekolah bersih,
siswa-siswa selalu berada di dalam kelas, dan lebih sedikit gangguan. Dia telah
mengeluarkan hampir 30 siswa yang paling nakal tahun lalu, dan mereka tidak kembali ke
sekolah tersebut. Sekitar sepertiga guru telah keluar pada 1 tahun pertamanya karena
mereka tidak ingin memenuhi harapnnya yang terlalu tinggi. Dia juga bisa menggantikan
mereka dengan guru-guru muda, banyak di tahun pertama mereka, yang mau belajar dan
mereka bisa ikut arus. Namun, menjaga agar iklim kerja di sekolah tersebut sesuai dengan
aturan tetap menjadi tugas konstan harian. Sepertinya setiap dia meninggalkan sekolah,
pasti ada sesuatu yang terjadi. Dia tidak mempercayai guru-gurunya atau wakil kepala
sekolah untuk menjaga sesuatu dengan sebaik-baiknya. Dia telah mencoba menjelaskan
kepada wakil kepala sekolahnya, Sam Johnson, bahwa dia harus lebih berhati-hati. Namun
para guru dan staf tidak takut pada pak Johnson seperti mereka takut kepada Tom.
Seperti yang terjadi kemarin, ada laporan tentang pencurian di ruang guru,
perkelahian di kefetaria, dan dia mengetahui ada pertemuan orang tua pagi ini di sekolah
tanpa sepengetahuannya. Dia memutuskan sebaiknya dia berjalan mengitari sekolah untuk
mengetahui apa lagi yang telah terjadi. Ketika dia berjalan ke kafetaria, dia kecewa melihat
masih ada sebuah meja yang belum disingkirkan dan masih ada beberapa cangkir kopi
yang ditinggalkan di sekitar kelas. Dia berpikir, “sepertinya aku harus melakukan
semuanya sendiri,” dan dia langsung mengembalikan meja tersebut ke kafetaria dan
mencuci cangkir-cangkir tersebut.
Dia kembali ke kantornya pada pukul 07: 15 dan melihat sekretarisnya sedang
ngobrol dengan pak Johnson yang baru saja datang sambil minum kopi. Tom berkata pada
mereka. “Apakah kalian berdua tidak memiliki kegiatan lain yang lebih baik daripada
ngobrol dan minum kopi? Pak Johnson, anda bertanggungjawab atas sekolah ini ketika
saya pergi keluar, dan ketika saya sampai di sekolah ini tadi pagi, bahwa kita memiliki dua
19 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
hal ketidakberesan di sekolah ini dan kafetarianya berantakan sekali! Apakah anda tidak
tahu bahwa anda harus mengawasi kerja tukang sapu kita atau membiarkan mereka
mengerjakan pekerjaannya tidak selesai? Dan Nona Worth, kenapa saya tidak diberitahu
sebelumnya bahwa ada pertemuan orang tua pagi ini? Saya mengharapkan anda bisa
memberikan jejak perjanjian yang lebih baik di kalender saya.”
ANALISIS PADA CONTOH
Jelas sekali bahwa Tom Clayton merupakan pemimpin yang menganut asumsi
Teori X. semua tindakan dan pikirnannya menunjukkan bahwa dia berkeyakinan bahwa
semua orang harus ditekan dan diatur untuk melakukan pekerjaannya. Karena pendekatan
Teori X dilakukan oleh Pak Clayton telah menghasilkan keteraturan dalam menciptakan
keteraturan, pemenuhan keteraturan tersebut nampaknya merupakan hasil dari rasa takut,
bukan kepemimpinan. Staf tidak terlibat dalam menciptakan filosofi atau tujuan sekolah
dan tidak ada visi yang sama dari guru dan staf. Pak Clayton adalah satu-satunya orang
yang bertanggungjawab atas penentuan dan pengarah tujuan dan misi sekolah. Nampaknya
guru memiliki sedikit komitmen terhadap konsep keteraturan Pak Clayton seperti terlihat
dari hasil pengamatannya bahwa orang lain tidak peduli dengan segala sesuatu kecuali dia
berada di sana untuk mengawasi.
Perilaku kepemimpinan Mr. Clayton ini hanya melihat pada tugas, bukan pada
pelakunya. Teori grid manajerial dua dimensi Blake dan Mounton menyatakan bahwa jika
fokusnya hanya pada tugas tanpa memperhatikan perilaku manusianya, maka dia tidak
akan mendapatkan hasil yang diinginkan. Blake dan Mouton menyatakan bahwa pemimpin
yang paling efektif adalah pemimpin yang mempaerhatikan keduanya, tugas dan
perilakunya.
Maka dapat disimpulkan bahwa keinginan Mr. clayton untuk menjadi agen perubah
berdasarkan pernyataannya sendiri bahwa dia ingin “membalikkan keadaan” di SMP
Jackson. Dengan menerapkan teori Burn sehubungan dengan interaksi pemimpin dan
bawahannya, kepemimpinan Mr. Clayton hanya memiliki sedikit celah untuk bisa berubah.
Untuk merubah suatu organisasi, harus ada hubungan yang erat antara pemimpin dan
bawahannya dan memiliki tujuan yang sama. Tidak ada bukti bahwa Mr. Clayton
melibatkan guru atau staf yang lain untuk menciptakan visi sekolahnya. Perilaku
kepemimpinannya seperti kepemimpinan yang menggunakan pendekatan “aturannku atau
aturan orang lain.” walaupun Mr. Clayton telah menciptakan otoritasnya, dia
20 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
melakukannya melalui mandat, aturan, dan harapan. Menurut Sergiovanni, sumber otoritas
kepala sekolah akan disebut birokratis, jika otoritas tersebut menyatakan bahwa
konsekuensinya akan menjadi kepatuhan minimal dimana para guru hanya mengerjakan
pekerjaan sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Status quo akan diatur, namun hanya
menggunakan supervisi tertutup dan inspeksi. Mr Clayton mungkin akan bisa mengontrol
SMP Jackson tapi hanya jika dia terus melakukan tekanan yang konstan. Hanya sedikit
perubahan yang bisa diharapkan dan keteraturan akan terus diharapkan dari moral guru dan
staf. Nampaknya Mr. Clayton akan terus melakukan perubahan pada stafnya. Orang yang
tetap tinggal akan tidak memiliki komitmen pada organisasi, dan seperti yang dinyatakan
oleh Sergiovanni, guru akan berperilaku seperti teknisi, melakukan skrip yang telah
ditentukan sebelumnya di ruang kelas mereka.
Penerapan Pembaca
APA YANG TERJADI DI EASTBROOK?
Dr. Michelle Adams kuatir dengan keadaan SD Eastbrook, salah satu dari 16 SD di
bawah supervisinya sebagai pengawas di Rayon 4 di Cottonwood County School District.
Cottonwood County terletak di pinggir kota, dimana kebanyakan penduduknya miskin.
Banyak keluarga di desa itu bekerja di peternakan kecil. Ada yang bekerja dengan upah
minimal sebagai pekerja paruh waktu, bekerja dengan aturan jam di restoran atau toko
kecil. Ada juga yang bekerja di pabrik kaca, namun pabrik ini hanya mempekerjakan
sedikit pekerja.
Dr. Adams mengkhawatirkan Eastbrook karena terjadi perubahan yang sangat
signifikan sejak kepemimpinan Margaret Lee. Margaret telah menjadi guru SD dan
konselor di Marshall City School, sekitar 30 mil dari eastbrook. Dr. Adam telah
mengangkat Margaret menjadi kepala sekolah dan berpikir bahwa dia akan menjadi kepala
sekolah yang hebat, dan nampaknya begitu. Setiap kali Dr. Adam mengunjungi
sekolahnya, sepertinya sekolah tersebut hangat dan menarik. Guru-guru tampak senang,
dan Margaret terlihat selalu peduli pada staf dan muridnya. Selain berubahnya sikap guru
di eastbrook yang tidak biasa ini, Dr. Adams mengkhawatirkan merosotnya nilai siswa.
Walaupun kemerosotan tersebut tidak begitu banyak, namun terlihat penurunan yang terus
menerus selama tiga tahun terakhir.
21 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
Dr. Adams mengambil keputusan untuk menyelidiki lebih jauh dan melihat bahwa
guru-guru yang meninggalkan eastbrook, sebagian besar tidak meninggalkan county
district, namun mereka meminta untuk dipindahkan ke SD di daerah yang lain. sekolah
yang lain di daerah tersebut memiliki demografi yang sama, jadi Dr. Adams berpikir
bahwa para guru tersebut meminta dipindahkan bukan karena alasan lokasi dan populasi
siswanya. Pengawas ini memutuskan untuk mewawancarai beberapa guru yang telah
meninggalkan Eastbrook, dan mereka tidak memiliki penilaian yang negatif mengenai Ms.
Lee. Namun, para guru mengatakan hal-hal seperti ini, “Ms. Lee itu orang yang baik. Saya
pergi dari sana bukan karena dia. Saya hanya ingin mencari tantangan baru,” atau “saya
hanya ingin mencari perubahan.” Ada juga yang lebih terbuka. Seorang guru menyatakan,
“walaupun saya menyukai Ms. Lee, dia orang yang berkepribadian dan peduli pada orang
lain- Saya hanya ingin mendapatkan organisasi dan aturan yang lebih.” Ada juga yang
menyatakan, “Guru hanya datang untuk mengajar dan bersosialiasi. Tidak ada yang ingin
membicarakan tentang siswa, kurikulum, atau ide-ide baru untuk pengajaran di kelas. Saya
ingin berada di sekolah yang lebih memperhatikan masalah akademis.”
Mungkin, Dr. Adams merefleksikan, bahwa ada masalah dengan kepemimpinan
Margaret. Dia memutuskan untuk mereview beberapa laporan yang dikumpulkan oleh
kepala sekolah. Pertama, dia mengecek rencana tahunan perkembangan sekolah. Margearet
mengumpulkan dan Dr. Adams menemukan bahwa Margaret mengisi laporannya
seminggu atau 10 hari sebelum tanggal yang ditentukan. Dr. Adams tidak pernah ketat
terhadap batas waktu, namun lebih melihat pada kualitasnya. Rencana perkembangan
sekolah Ms. Lee nampaknya telah sesuai aturan. Namun, mungkin ada beberapa pola di
sini. Dia melihat bahwa di dua laporan terakhirnya telah dimodifikasi setelah laporan
tersebut dikumpulkan, untuk menyesuaikan data personal dan nilai tes.
Dr. Adams memutuskan untuk menelepon bagian Sumber Daya Manusia untuk
mengetahui pendapat direkturnya, Dr. Lester mengenai perubahan di Eastbrook. Sekretaris
Dr. Lester, Jean, yang menjwab teleponnya. Jean memberitahukan dr. Adams bahwa dia
harus meninggalkan pesan karena Dr. Lester sedang tidak ada di kantornya selama
beberapa hari. Dr. Adams menjelaskan pada Jean bahwa dia menelpon sehubungan dengan
masalah di SD Eastbrook. Jean menjawab sambil tertawa, “Yang mana?”
Dr. Adams telah mengenal jean selama bertahun-tahun dan merasa nyaman untuk
bertanya lebih jauh, dan bertanya, “Maksudnya apa ya?”
22 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
Jean menjelaskan, “oh, ini selalu terjadi setiap tahun di Eastbrook. Nampaknya Ms.
Lee tidak pernah tahu pasti celah apa yang telah dia buka dari hari ke hari, karena dia
selalu berubah pikiran atau lupa ke mana dia telah memindahkan seseorang.”
“Kamu bilang itu selalu seperti itu?” Dr. Adams bertanya.
“Ya,” Jean berkata, “dan kenyataannya, ini bukan hanya mengenai masalah
personel yang membuatnya bingung. Laura, sekretarisnya, adalah teman saya, dan dia
bercerita bahwa segala sesuatu di sana selalu membingungkan. Ini membuat Laura
bingung, dan sepertinya Laura telah melamar sebuah pekerjaan di sekolah yang lain.”
“Terima kasih atas informasinya, Jean. Tolong minta Dr. Lester untuk menelpon
saya besok.”
Setelah Dr. Adams menutup teleponnya, dia berpikir dia mulai memahami apa
yang sebenarnya terjadi di Eastbrook.
Latihan Siswa: Analisis Kasus
1. Berdasarkan fakta yang telah dikumpulkan dr. Adams, seperti apakah kepemimpinan
Margaret Lee?
2. Teori kepemimpinan manakah yang telah dijabarkan di Bab ini yang bisa digunalan
untuk membantu Margaret Lee?
3. Apa peran kepemimpinan dan tanggungjawab dari Dr. Adams sehubungan dengan
kepala sekolah di daerah yang diawasinya?
DAFTAR PUSTAKA
23 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah
Bass, B.M., & Avolio, B.J. (1994). Improving organizational affectiveness through
transformational leadership. Thousand Oaks, CA : Sage.
Bennins, W. (1989). On becoming a leader. Reading, MA : Addison – Wesley.
Bennis, W.G., & Nanus, B. ( 1985 ). Leaders : The strategies for taking charge. New York
: Harper and Row
Blake, R.R., & Mouton, J.S. (1964). The managerial grid : Key orientations for achieving
production through people. Houston, TX : Gulf.
Blake, R.R., & Mouton, J.S. (1982). The managerial grid III. Houston, TX : Gulf.
Burns, J.M. (1978). Leadership. New York : Harper and Row.
Deal, T.E., & Peterson, K. D. (1994). The leadership paradox : Balancing logic and
artistry in school. San Fransisico : Jossey – Bass
French, J.R.P., & Raven, B.H. (1968). Bases of social power. In D. Carwright and A.
Zander (Eds.), Group dynamics, research and theory (PP.259-270). New York :
Harper and Row.
Halpin, A. W. (1966). Theory and research in administration. New York : Macmillan.
Hanson, E.M. (1996). Educational administration and organizational behavior (4th ed).
Boston : Allyn and Bacon
Leithwood, K. (1994) . Leadership for school restructuring. Educational Administration
Quarterly, 30 (4), 498-518
McGregor, D. (1960). The human side of enterprise. New York : McGraw Hill.
Mintzberg, H. (1979). The structuring of organizations. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-
Hall
Schein, E.H. (1985). Organizational culture and leadership. San Fransisco: Jossey-Bass
Sergiovanni, T.J. (1991). The principalship : A reflective practice perspective (2nd ed).
Boston: Allyn and Bacon.
Sergiovanni, T.J. (1992). Moral leadership: Getting to the heart of school improvement.
San Fransisco : Jossey-Bass.
Stogdill, R.M. (1974). Handbook of leadership : A survey of theory and research . New
Tork : Free Press.
Yukl, G. (1994). Leadership in organizations (3 rd ed). Englewood Cliffs, NJ : Prentice
Hall.
24 Desain Instrusional : Kepemimpinan di Sekolah