dermatoterapi mikrobiologi rani

27
MIKROBIOLOGI KULIT PENDAHULUAN Kulit manusia tidak bebas hama ( steril ). Kulit steril hanya di dapatkan pada waktu yang sangat singkat setelah lahir. Bahwa kulit manusia tidak steril mudah dimengerti oleh karena permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan ( nutrisi ) untuk pertumbuhan organism, anatara lain lemak, bahan – bahan yang mengandung nitrogen, mineral dan alin – lain yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau yang merupakan hasil apendiks kulit. Mengenai hubunganya dengan manusia, bakteri dapat bertindak sebagai : - parasit yang dapat menimbulkan penyakit atau sebagai - komensal yang merupakan flora normal PATOGENESIS DAN VIRULENSI Spseises bakteri yang menimbulkan penyakit dianggap sebagai pathogen. Pathogenesis atau sifat pathogen merupakan istilah yang relative dan bakteri merupakan frekuensi untuk menimbulkan penyakit snagat berbeda. Organism dengan patogenitas rendah seringakali tidak menimbulkan penyakit. Organism dengan patogenitas tinggi atau pathogen habitual umumnya berasosiasi dengan penyakit. Pathogen opurtunistik ialah organism non pathogen yang dapat menimbulkan infeksi pada hospes dengan debilitas atau hoepes yang mempunyai presdiposisi. Pembawa 1

Upload: dwiranisah-rusman-habie

Post on 29-Dec-2015

75 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

dermatoterapi

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

MIKROBIOLOGI KULIT

PENDAHULUAN

Kulit manusia tidak bebas hama ( steril ). Kulit steril hanya di dapatkan pada waktu yang

sangat singkat setelah lahir. Bahwa kulit manusia tidak steril mudah dimengerti oleh karena

permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan ( nutrisi ) untuk pertumbuhan organism,

anatara lain lemak, bahan – bahan yang mengandung nitrogen, mineral dan alin – lain yang

merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau yang merupakan hasil apendiks kulit.

Mengenai hubunganya dengan manusia, bakteri dapat bertindak sebagai :

- parasit yang dapat menimbulkan penyakit atau sebagai

- komensal yang merupakan flora normal

PATOGENESIS DAN VIRULENSI

Spseises bakteri yang menimbulkan penyakit dianggap sebagai pathogen. Pathogenesis

atau sifat pathogen merupakan istilah yang relative dan bakteri merupakan frekuensi untuk

menimbulkan penyakit snagat berbeda. Organism dengan patogenitas rendah seringakali tidak

menimbulkan penyakit.

Organism dengan patogenitas tinggi atau pathogen habitual umumnya berasosiasi dengan

penyakit. Pathogen opurtunistik ialah organism non pathogen yang dapat menimbulkan infeksi

pada hospes dengan debilitas atau hoepes yang mempunyai presdiposisi. Pembawa kuman atau

carrier ialah hospes yang mengandung bakteri pathogen, tanpa adanya penyakit yang

ditimbulkan oleh bakteri tersebut.

Istilah virulensi dipakai untuk melukiskan perbedaan galur ( strain ) dalam suatu spesies

pathogen dan mencakup semua bahan – bahan di dalam organism tersebut yang dapat

menyebabkan kuman atau menimbulkan penyakit pada hospes yang baru.

KOLONISASI

Bakteri yang mengontaminasi kulit dapat hidup dan bermultiplikasi disebut kolonisasi

dan kemudian dapat menimbulkan penyakit infeksi. Kolonisasi berbeda dari infeksi, yakni pada

kolonisasi hospes tidak member respons dan dengan demikian pada kolonisasi juga tidak di

dapatkan kenaikan titer antibody.

1

Page 2: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

Frekuensi kontaminasi menimbulkan kolonisasi dan kolonisasi menimbulkan penyakit

infeksi bergantung pada :

- virulensi organism

- besarnya inokulasi

- tempat masuk kuman

- pertahan atau imunitas hospes

PATOGENESIS INFEKSI

Sifat respons inflamasi kulit terhadap bakteri tertentu, di samping bergantung pada

banyaknya bakteri yang masuk ke dalam kulit ( inokulasi kulit ) juga bergantung pada cara

bakteri tersebut mencapai daerah yang bersangkautan. Dinding pembuluh darah sering

merupakan tempat utama kelainan kulit pada penyebaran infeksi. Manifestasi permulaan berupa

perdarahan atau thrombosis disertai infark. Kemudian diikuti reaksi selular akibat inokulasi

bakteri ke dalam kulit, lalu timbul inflamasi setempat dan supurasi. Hal ini dapat menimbulkan

penyebaran sistemik.

Ada bakteri – bakteri tertentu yang dapat menimbulkana bakteremia atau lesi jauh tanpa

menimbulkan respons inflamasi yang jelas pada tempat masuk kuman ( port D entré’e )

PERTAHANAN KULIT

1. keadaan kering

kulit mempunyai perlindungan yang kering dan secara mekanik terhadap kontaminasi

organism dengan jalan deskuamasi

2. mekanisme kimiawi

asam – asam lemak berantai karbon yang tidak jenuh terbentuk di permukaan kulit

sebagai hasil pemecahan ester – ester sebum oleh flora komensal.

3. Fenomen interferensi bakteri

Fenomen ini ialah pengaruh supresif bakteri atau galur bakteri terhadap kolonisasi bakteri

lainya.

4. Bakteri normal di kulit

Adanya bakteri tersebut menghasilkan antibiotic yang dapat menghambat

mikroorganisme lainnya.

2

Page 3: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

FLORA NORMAL KULIT

Price pada tahun 1938 membedakan flora transien dan flora residen. Flora transien teridir

atas organism yang sangat beraneka ragam, dapat bersifat pathogen atau non pathogen, yang tiba

di permukaan kulit. Flora transien lebih mudah di hilangkan dari kulit normal dengan

desinfektan.

Flora residen terdiri atas sejumlah kecil jenis mikroorganisme yang memperbanyak diri

di permukaan kulit. Hampir ada pada individu normal, berupa organisme non pathogen dan tidak

mudah menghilang dengan hapusan.

Flora residen

- Non pathogen

- Sebagai organism yang stabil di permukaan kulit

- Dapat mempertahankan diri dari tekanan kompetisi oleh organism lainya yang secara

kintinyu mengontamnasi permukaan kulit.

- Tidak mudah dihilangkan dengan cara menghapus

- Jenis organismenya sangat kecil.

Flora transien

- Pathogen atau non pathogen

- Bukan merupakan organism yang secara teratur terdapa di permukaan kulit.

- Tidak dapat mempertahnakan dirinya secara tetap pada kulit normal. Tidak dapat

emmperbanyak diri

- Mudah dihilangkan dari kulit normal denngan cara menghapus atau dengan desinfektan.

- Jenis organismenya sangat banyak

FLORA RESIDEN

Flora residen yang tersering ialah :

- Micrococcaceae

- Crynebacterium acnes

- Aerobic diphteroids

3

Page 4: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

Klasifikasi system Baird Parker ( 1963 ) :

Berdasarkan kemampuan membentuk asam dari glukosa dalam kondisi anaerobic.

Micrococcus

- Tipe M1 dan M2 : sering ditemukan di daerah intertriginosa

- Tipe M3 : dominan pada kulit kepala dewasa

- Tipe M7 : sering disebut Sarcina lutea, lebih sering ditemukan pada kulit normal daripada

dermatitis

Corynebacteria

Aerobic diptheroids merupakan anggota genus Corynebacterium yang non pathogen. Organism

ini berbentuk batang positif – gram.

Anaerobic diptheroid

Contohnya antara lain ialah corynebacterium acnes, merupakan flora residen di kulit, terutama di

folikel, yakni tempat – tempat yang banyak sekresi sebum. Jumlahnya akan bertambah banyka

setelah akil balik. Organism ini bertangguang jawab sebagian besar sebum lipolisis di dalam

kanal folikel.

Organisme negative – gram

Flora residen lainya ialah Esherichia coli, pseudomonal aeruginosa dan organism grup

Mima-Herella.

FLORA TRANSIEN

Flora transien terdiri atas :

- Organism aerobic yang membentuk spora

- Streptococcus

- Neisseria

- Basil negative gram yang berasal dari daerah intertriginosa dapat menjadi flora transien di

tempat lain.

FAKTOR MODIFIKASI

- Pantang mandi tidak meningkatkan jumlah organism

- Musim rupanya hanya berpengaruh sedikit pada jumlah organism.

4

Page 5: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

- Penambahan hidrasi akan meningkatkan flora total. Mula – mula Staphylococcus dan

Micrococci yang predominan, tetapi kemudian diptheroid dan bentuk negative – gram

yang lebih banyak

LOKALISASI FLORA BAKTERI

Mayoritas organism aerobic terdapat di permukaan lapisan terluar stratum korneum, juga

banyak ditemukan organism pada infundibulum folikel rambut. Organism aneronik terdapat

dalam jumlah besar pada sebum yang disekresikan dan mungkin pada bagian dalam folikel

pilosebaseus.

PERANAN FLORA NORMAL

- Yang terpenting ialah sebagai pertahanan terhdap infeksi bakteri, dengan jalan interferensi

bakteri.

- Memproduksi asam lemak bebas

FLORA PADA ORIFISIUM TUBUH Meatus

Meatus auditorium eksternum

Disamping Micrococci dan diptheroid juga terdapat basil tahan asam yang non pathogen.

Vestibulum nasi

Organism yang tersering diisolasi ialah Micrococci dan diptheroid.

Uretra

Micrococci dan diptheroid biasanya terdapat dalam jumlah kecil

Vulva

Organism aerobic, termasuk diptheroid, Micrococci, enterecocci dan coliform banyak di

temukan pada vulva.

Umbilikus

Umbilicus bayi biasanya dikolonisaso oleh Staphylococcus aureus segera setelah lahir.

5

Page 6: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

DERMATOTERAPI

PENDAHULUAN

Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam – macam cara, ialah :

a. Topical

b. Sistemik

c. Intralesi

Kalau cara pengobatan di atas belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara – cara lain,

yaitu :

- Radioterapi

- Sinarultraviolet

- Pengobatan Laser

- Krioterapi

- Bedah listrik

- Bedah scalpel

Dengan adanya kemajuan – kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan

penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah kemajuan dalam bidang

pengobatan topical yang berupa perubahan dari cara pengobatan non spesifik dan empiric

menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional.

Maksud uraian ini ialah memperkenalkan banetuk dan cara pengobatan topical yang

disesuaikan dengan keadaan penyakit kulit.

PENGOBATAN TOPIKAL

Kegunaan dan khasiat pengobatan topical didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat –

obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah mengeringkan,

membasahi ( hidrasi ), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi

( proteksi ) dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk mengadakan

hpmeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke keadaan

fisiologik stabil secepat – cepatnya. Di samping itu untuk menghilangkan gejala – gejala yang

mengganggu, misalnya rasa gatal dan panas.

Cara pengobatan pada jaman dulu terutama ditujukan kepada efek fisik terhadap kulit

yang sakit.

6

Page 7: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

Dalam jangka waktu 20 tahun terakhir ini telah dikembangkan preparat – preparat topical

yang mempunyai khasiat kimiawi yang spesifik terhadap organism di kulit atau terhadap kulit itu

sendiri. Secara ideal maka pemberian obat topical harus berkhasiat fisis maupun kimiawi. Kalau

obat topical di gunakan secara rasional, maka hasilnya juga optimal, sebaliknya kalau digunakan

secara salah obat topical menjadi tidak afekktif dapat menyebabkan penyakit iatrogenic.

Prinsip obat topical secara umum terdiri atas 2 bagian :

- Bahan dasar ( vehikulum )

- Bahan aktif

BAHAN DASAR ( VEHIKULUM )

Memilih bahan dasar ( vehikulum ) obat topical merupakan langkah awal dan terpenting

yang harus diambil dalam pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah

pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang membasah dipakai bahan

dasar yang cair/basah, misalnya kompres : dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar

padat/kering, misalnya salep. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi :

1. Cairan

2. Bedak

3. Salap

Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :

4. Bedak kocok ( lotion ), yaitu campuran cairan dan bedak.

5. Krim, yaitu campuran cairan dan salap

6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak

7. Linimen ( pasta pendingin ), yaitu campuran, cairan, bedak, dan salap.

Cairan

Cairan terdiri atas :

a. Solusio artinya larutan dalam air

b. Tingtura artinya larutan dalam alcohol

Solusio dibagi dalam :

1. Kompres

2. Rendam ( bath ), misalnya rendam kaki, rendam tangan

7

Page 8: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

3. Mandi ( fullbath )

Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris ( pus, krusta dan

sebagainya ) dan sisa – sisa obat topical yang pernah dipakai. Disamping itu terjadi perlunakan

dan pecahnya vesikel, bula, dan pustule. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah

menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan

mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala,

misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parastesi oleh bermacam – macam dermatosis.

Harus diingat bahwapengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu

kering. Jadi pengobatan cairan harus di pantau secara teliti, kalau keadaan sudah mulai kering

pemakainnya di kurangi dan kalau perlu di hentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan

lainya. Cara kompres lebih di sukai dari pada cara rendam dan mandi, karena pada kompres

terdapat pendingin dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses

maserasi.

Bahan aktif yang dipakai dalam kompres ialah biasanya bersifat astringen dan

antimicrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.

Dikenal dua macam cara kompres, yaitu :

a. Kompres terbuka

Dasar

Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbs eksudat atau pus.

Indikasi

- Dermatosis madidans

- Infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erisepelas

- Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.

Efek pada kulit

- Kulit yang semula eksudative menjadi kering

- Permukaan kulit mnejadi dingin

- Vasokontriksi

- Eritema berkurang

8

Page 9: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

Cara

Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu tebal ( 3 lapis ).

Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril dan jangan menggunakan kapas karena lekat

dan menghambat penguapan.

Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu di balutkan dan didiamkan, biasanya

sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi maserasi. Bila kering

dibasahkan lagi. Daerah yang di kompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi

pendinginan.

b. Kompres tertutup

Sinonim

Kompres impermeable

Dasar

Vasodilatasi, bukan untuk penguapan.

Indikasi

Kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.

Cara

Digunakan pembalut tebal dan di tutup dengan bahan impermeable, misalnya selofan atau

plastic.

Bedak

Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat

sehingga penetrasinya sedikit sekali.

Efek bedak ialah :

- Mendinginkan

- Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokontriksi

- Antipruritus lemah

- Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat ( intertrigo )

- Proteksi mekanis

Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talcum venetum.

Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air dan

sebum, astringen, antiseptic lemah dan antipruritus lemah.

9

Page 10: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

Indikasi pemberian bedak ialah :

- Dermatosis yang kering dan superficial

- Mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varicela dan herpes zoster.

Kontraindikasi

Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.

Salap

Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti

mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak.

Indikasi pemberian salap ialah :

- Dermatosis yang kering dan kronik

- Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika

dibandingkan dengan bahan dasar lainya.

- Dermatosis yang bersisik dan berkrusta

Kontraindikasi ialah : dermatitis madidans, jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang

berambut, penggunaan salaptidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh.

Bedak kocok

Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya di tambah dengan glliserin

sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan cepat emnjadi kering, maka jumlah

zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10 – 15%. Hal ini berarti bila beberapa zat aktif

padat ditambahkan, maka persentase tersebut jangan dilampaui.

Indikasi bedak kocok ialah :

- Dermatosis yang kering, superficial dan agak luas, yang diinginkan ialah sedikit penetrasi.

- Pada keadaan subakut

Kontraindikasi :

- Dermatitis madidans

- Daerah badan yang berambut

Krim

Krim krim ialah campuran W ( water, air ), O ( oil, minyak ) dan emulgator.

10

Page 11: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

Krim ada dua jenis :

Krim W/O : air merupakan fase dalam dan minyak fase luar.

Krim O/W : minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.

Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya parabean dan

juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat di masukan di dalam krim.

Indikasi penggunaan krim ialah :

- Indikasi kosmetik

- Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar

daripada bedak kocok.

- Krim boleh digunakan di daerah yang berambut.

- Kontraindikasi ialah dermatitis madidans.

Pasta

Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan

mengeringakan.

Indikasi pengguanaan pasta ialah dermatosis yang agak basah.

Kontraindikasi : dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital

eksterna dan lipatan – lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.

Linimen

Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salap.

Indikasi : dermatosis yang subakut

Kontraindikasi : dermatosis madidans

Gel

Ada vehikkulum lain yang tidak termasuk dalam “ bagan vehikulum “ ialah gel

Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspense yang dibuat dari senyawa

organic. Zat untuk membuat gel diantaranya ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. Bila zat

– zat tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan terbentuk gel. Karbomer

akan emmbuat gel menjadi sangat jernih dan halus.

11

Page 12: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

Gel segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorbs per kutan

lebih baik daripada krim.

BAHAN AKTIF

Memilih obat topical selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimaksudkan

ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topical.

Khasiat bahan aktif topical dipengaruhi oleh keadaan fisiko – kimia permukaan kulit, disamping

komposisi formulasi zat yang dipakai.

Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat berinteraksi satu

sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu dapat tercampurkan atau

tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya O.T.T ( obat tidak tercampurkan )

Asam salisilat misalnya dapat dicampur dengan asam lainya, contohnya asam benzoate

atau denga ter, resorsinol tidak tercampur dengan yodium, garam, besi atau bahan yang bersifat

oksidator.

Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oelh beberapa faktor, termasuk

konsentrasi obat, kelarutanya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas dan efek vehikulum

terhadap kulit.

Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah :

- Aluminium asetat

Contohnya ialah larutan Burowi yang mengandung alumunium asetat 5%. Efeknya ialah

astrinen dan antiseptic ringan.

- Asam asetat

Diapkai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptic untuk infeksi

pseudomonas.

- Asam benzoate

Mempunyai sifat antiseptic terutama fungisidal.

12

Page 13: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

- Asam borat

Konsentrasinya 3% tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam

salap berhubung untuk antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama

pada kelalinan yang luas dan erosive terlebih – lebih pada bayi.

- Asam salisilat

Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topical.

Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang

terganggu. Pada konsentrasi yang rendah ( 1-2% ) mempunyai efek keratoplastik, yaitu

menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi yang tinggi ( 3-20% )

bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratolitik. Pada

konsentrasi yang sangat tinggi ( 40% ) dipakai untuk kelainan – kelainan yang dalam,

misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil dalam konsentrasi 1 % dipakai sebagai

kompres, bersifat antiseptic. Penggunaanya, misalnya untuk dermatitis eksudatif, asam

salisilat 3% - 5% juga bersifat mempertinggi absorbsi per kutan zat – zat aktif.

- Asam undersilenat

Bersifat antimitotik dengan knsentrasi 5% salap atau krim. Dicampur dengan garam seng

20%

- Asam vit.A ( tretonin,asam retinoat )

Efek : memeperbaiki keratinisasi menjadi normal jika terjadi gangguan, meningkatkan

sintesis D.N.A dalam epithelium germinatif, meningkatkan laju mitosis, menebalkan

staratum granulosum, menormalkan parakeratosis.

Indikasi : penyakit dengan sumbatan folikular, penyakit dengan hiperkertaosis, pada

proses menua kulit akibat sinar matahari

- Benzokain

Bersifat anastesia

- Benzyl benzoate

Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan

konsentrasi 20% dan 25%.

13

Page 14: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

- Camphor

Konsentrasinya 1-2%. Bersifat anti pruritus berdasarkan penguapan zat tersebut sehingga

terjadi pendinginan. Dapat dimasukan ke dalam bedak atau bedak kocok yang

mengandung alcohol agar dapat larut. Juga dapat di pakai dalam salap dank rim.

- Kortikosteroid topical

Mempunyai khasiat yang sangat luas, yaitu : anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti

mitotic, dan vasokontriksi.

Zat – zat ini pada konsentrasi 0.025% sampai 0.1% memberikan pengaruh anti inflamasi

yang kuat, yang termasuk dalam golongan ini ialah : betametason valerat, betametason

benzoate, fluinolon, setonid dan triamnisolon asetonid.

Penggolongan

Kortikosteroid topical dibagi menjadi 7 golongan besat, diantaranya berdasarkan anti-

inflamasi dan anti mitotic. Golongan 1 yang paling kuat daya anti – inflamasinya dan

anti mitotiknya ( superpoten ). Sebaliknya golongan VII yang terlemah ( potensi lemah ).

Indikasi

K.T. dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit

( MARKS,1985 ). Harus selalu diingat bahwa K.T bersifat paliatif dan supresif terhadap

penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal.

Dermatosis yang responsive dengan K.T, ialah : psoriasis, dermatitis atopic,

neurodermatitis sirkumkripta, dermatitis numularis, dermatitis stasis, dermatitis venenata,

dermatitis interginosa dan dermatitis solaris ( fotodermatitis ).

Dermatosis yang kurang responsive ialah lupus eritematous discoid, psoriasis di telapak

tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid, eksantem

fikstum.

Dermatosis yang responsive dengan kortikosteroid intralesi ialah keloid, jaringan parut

hipertrofik, alopesia areata, akne berkrista, prurigo nodularis, morfea, dermatitis dengan

likenifikasi, liken amiloidosis dan vitiligo

Di samping K.T tersebet ada pula kortikosteroid yang di suntikan intralesi, misalnya

triamnisolon asetonid.

14

Page 15: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

Pemilihan jenis K.T

Dipilih K.T yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah : disamping itu ada

beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum,

kondisi penyakit, luas/tidaknya lesi, dalam/dakangkalnya lesi, dan lokallisasi lesi. Perlu

juga di pertimbangkan umur penderita.

Aplikasi klinis

a. Cara aplikasi

Pada umumnya dianjurkan pemakaian salap 2-3x/hari sampai penyakit tersebut

sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis, ialah menurunya respon

kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang – ulang. : berupa

toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang, setelah

diistirahatkan beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul lagi bila pengolesan obat

tetap dilanjutkan.

b. Lama pemakaian steroid topical

Lama pemakain steroid topical sebaiknya tidak lebih dari 4 – 6 minggu untuk steroid

potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.

Efek samping

Efek samping terjadi bila :

Penggunaaan K.T yang lama dan berlebihan, penggunaan K.T dengan potensi kuat

atau sangat kuat atau penggunaan secara oksklusif.

Harus diingat bahwa makin tinggi potensi K.T, makin cepat terjadinya efek samping.

Gejala efek samping

o Atrofi

o Striae atrofise

o Telangiketasis

o Purpura

o Dermatosis akneformis.

o Hyperkeratosis setempat

o Hipopigmentasi

15

Page 16: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

o Dermatitis perioral

o Menghambat penyembuhan ulkus

o Infeksi mudah terjadi dan meluas

o Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur

Pencegahan efek samping

Efek samping jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan ialah, jangan

melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi.

Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya di pakai K.T yang lemah. Pada kelainan sub akut

digunakan K.T sedang. Jika kelainan kronis dan tebal dipakai K.T kuat. Bila telah membaik

pengolasan dikurangi, yang semula dua kali sehari menjadi sehari sekali untuk mencegah

efek samping.

Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan pemakainan

terbatas pada lesi yang resisiten.

Pada daerah lipatan ( inguinal , ketiak ) dan wajah digunakan K.T lemah/sedang. K.T

jangan digunakan untuk infeksi bacterial, infeksi mikotik, infeksi virus dan scabies.

Disekitar mata hendaknya berhati – hati untuk menghindari timbulnya glaukoma dan katarak

Terapi intralesi dibatasi 1 mg pada satu tempat, sedangkan dosis maksimum perkali 10 mg.

Mentol

Bersifat antipruritik seperti campora. Pemakainanya seperti pada campora,

konsentrasinya ¼ - 2%

Pedofilin

Dammar pedofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk kondiloma

akuminata. Setelah 4-6 jam hendaknya di cuci.

Selenium disulfide

Digunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor.

Kemungkinan terjadinya efek toksik rendah.

Sulfur

Merupakan unsur yang telah digunakan selama berabad – abad dalam dermatologi.

Bersifat antiseboroik, anti-akne, anti scabies, antibakteri positif, gram dan anti jamur.

16

Page 17: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

T e r

Preparat golongan ini di dapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara kayu dan fosil.

Preparat ter yang kami gunakan ialah likuor karbonis detergens karena tidak berwarna hitam

seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasinya 2-5%. Efeknya antipruritus, anti

radang, anti ekzem, anti kantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasis dan dermatitis

kronik dan salap. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari 1 : kepala dan ekstremitas atas,

hari II : batang tubuh dan hari III ekstremitas bawah.

Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada

ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Eek karsinogen ter

batubara dapat terjadi pada pemakain yang lama. Pada pemakain dalam waktu yang singkat efek

samping ini tidak pernah terjadi.

Tiosulfas natrikus

Kristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk tinea versikolor dengan larutan 25%.

Urea

Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai

untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein.

Zat antiseptic

Zat ini bersifat atau/dan bakteriostatik.

Golongan :

- Alcohol

- Fenol

- Halogen

- Zat – zat pengoksidasi

- Senyawa logam berat

- Zat warna

a. Golongan alcohol

Etanol 70% mempunyai potensi antiseptic yang optimal. Efek sampingya menyebabkan

kulit menjadi kering.

17

Page 18: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

b. Golongan fenol

- Fenol : pada konsentrasi tinggi, misalnya fenol likuifaktum yang berkonsentrasi jenuh

mempunyai efek kaustik, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan

anti pruritik ( ½-1% )

- Timol : bersifat desinfektan pada konsentrasi 0.5% dalam bentuk tingtur.

- Resorsinol : efek ialah antibacterial, antimikotik, keratolitik, antiseboroik, konsentrasi 2-

3%

- Heksaklorofen : senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik.

c. Golongan halogen

Yodium. Bersifat bakteriostatik.

d. Zat pengoksidasi

Zat oengoksidasi dioakai sebagai desinfektan pada dermatoterapi topical.

- Permangasnas kallkus

Zat ini mempunyai efek antiseptic lemah dalam larutan encer dalam air.

- Benzoll-peroksid

Zat ini merupakan zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2.5% - 10%. Bersifat

antiseptic, merangsang jaringan dranulasi dan bersifat keratoplastik.

e. Senyawa logam berat

1. Merkuri

2. Perak

- Larutan perak nitrat

- Sulfadiazine perak

f. Zat warna

Zat warna masih sering dipakai dalam pengobatan topical. Efeknya ialah astringen dan

antiseptic. Misalnya :

- Zat warna akridin, umpamanya ekridin laktat ( rivanol ) di pakai untuk kompres dengan

konsentrasi 1 %.

18

Page 19: Dermatoterapi Mikrobiologi Rani

DAFTAR PUSTAKA

1. Hamzah M. Dermatoterapi. Dalam Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. 342-52.

19