cr rani jiwa

35
STATUS PSIKIATRIK IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. SN Umur : 46 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SD Pekerjaan : Tukang urut Agama : Islam Suku/Bangsa : Jawa Alamat : Tegal Binangun Kec. Sumberejo Kab. Tanggamus Status perkawinan : Menikah Masuk RS : 29 April 2014 lewat UGD Tanggal Pemeriksaan : 17 Mei 2014 Pukul 12.00 WIB I. RIWAYAT PENYAKIT Anamnesis psikiatri (Autoanamnesis dan Alloanamesis pada tanggal 17Mei 2014) serta melihat data-data dari rekam medis dengan nomor 00-08-06 A. Keluhan Utama dan Alasan MRS 1

Upload: neas-ginting

Post on 28-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

komplit

TRANSCRIPT

STATUS PSIKIATRIK

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SN

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tukang urut

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa

Alamat : Tegal Binangun Kec. Sumberejo Kab. Tanggamus

Status perkawinan : Menikah

Masuk RS : 29 April 2014 lewat UGD

Tanggal Pemeriksaan : 17 Mei 2014 Pukul 12.00 WIB

I.    RIWAYAT PENYAKIT

Anamnesis psikiatri (Autoanamnesis dan Alloanamesis pada tanggal 17Mei

2014) serta melihat data-data dari rekam medis dengan nomor 00-08-06

A. Keluhan Utama dan Alasan MRS

Gelisah, tidak bisa tidur, berbicara terus menerus, dan marah-marah.

B.  Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien diantar oleh keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan

gelisah, tidak bisa tidur, berbicara terus menerus, dan marah-marah sejak satu

minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini ia rasakan sejak ia

mendapatkan masalah di lingkungan hidupnya. Keluarga mengaku

1

sebelumnya os berselisih pendapat dengan tukang kayu yang ia percaya untuk

membuatkan pintu rumahnya. Os dan keluarganya yang hendak membangun

rumah telah menyediakan sejumlah kayu untuk dijadikan tiga buah pintu

kepada seorang tukang kayu di daerah tempat tinggalnya. Namun, setelah

waktu yang disepakati tiba, si tukang kayu tidak menyediakan pesanan yang

telah Os dan keluarganya inginkan. Tukang kayu tidak membuat pintu sesuai

jumlah pesanan ia hanya membuat 2 buah pintu, sehingga os yang memang

berwatak keras cekcok dengan si tukang kayu. Os dan tukang kayu akhirnya

dipertemukan dihadapan aparat desa untuk diselesaikan masalahnya secara

baik-baik akan tetapi, Os yang memang memiliki riwayat gangguan jiwa sulit

untuk diperdamaikan hingga akhirnya keluhan-keluhan penyakit jiwapun

mulai dialami olehnya. Keluarga mengaku setelah kejadian itu Os tidak bisa

tidur pada malam hari. Setiap malam ia mengupas, memotong-motong dan

merendam ubi untuk dijadikan bahan makanan, ia tidak pernah merasakan

lelah. Selain itu, os juga berkeliaran di teras rumahnya pada saat tengah

malam dan hal ini merisaukan warga setempat.

Pada siang hari os juga tidak dapat melakukan aktivitas sebagaimana

mestinya, ia berbicara tiada hentinya, terkadang disertai amarah yang tidak

jelas apa penyebabnya. Jika tidak diawasi os akan pergi mengelilingi desanya

tanpa rasa lelah, setiap ia bertemu dengan warga ia langsung mengajak orang

tersebut untuk bercerita. Ia selalu menceritakan masalahnya dengan si tukang

kayu kepada semua orang yang ia temui. Ia merasa dirinya benar dan orang-

orang harus yakin kalau tukang kayu telah mencuri kayu yang akan ia jadikan

pintu rumahnya. Terkadang os marah-marah sehingga warga yang ia temui

dijalan menjadi takut. Namun, marah-marah tidak disertai kekerasan fisik,

seperti memukul orang lain dan merusak benda-benda disekitarnya. Aktivitas

seperti ini terus menerus ia jalani selama kurang lebih satu minggu.

Aparat desa dan warga yang mengkhawatirkan hal ini akhirnya

membawa pasien ke rumah sakit jiwa pada tanggal 29 April 2014. Os dipaksa

2

ke RSJ dengan mengikat kedua tangannya. Os diantar oleh suami dan empat

warga desanya.

Os yang berprofesi sebagai tukang urut sejak kurang lebih 20 tahun ini

mengaku memiliki penglihatan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ia

mengaku mampu melihat sosok seorang wanita cantik yang bernama Dewi Sri

Latsmini. Ia menagku Dewi merupakan wanita yang berparas cantik yang

memberikan dia kekuatan sehingga ia bisa melakukan profesinya sebagai

tukang urut.

Setiap ia hendak menjalani profesinya ia harus memenggil Dewi

terlebih dahaulu, jika os tidak memanggilnya maka pada saat mengurut

pasien, tubuhnya terasa sakit seperti dicambuk. Os mengaku saat ia mengurut

pasiennya Dewi Sri Latsmini masuk kedalam tubuhnya. Os mampu

mendengar suara dan merasakan sentuhannya. Os mengaku telah melihat

Dewi Sri Latsmini sejak kurang lebih 19 tahun yang lalu. Ia juga mengaku

Dewi ini hanya bisa berkomunikasi dengan ia melalui batinnya. Ia mengaku

tidak berbicara antar mulut seperti dengan manusia pada umumnya. Sehingga

os menyangkal dirinya sering berbicara sendiri seperti orang gila. Sri Latsmini

juga sering mengajarkan dia tentang hal-hal yang baik kepada dirinya. Ia

mengaku masih mempercayai agama dan Tuhannya namun ia tetap

membutuhkan Dewi Sri Latsmini untuk menjalani hidupnya.

Os merasa anaknya yang paling kecil juga pernah melihat sosok Dewi

Sri Latsmini. Namun, Dewi Sri Latsmini hanya menampakkan dirinya satu

kali pada saat anaknya hendak pergi mengaji. Ia mengatakan pada saat

anaknya ngaji, anaknya bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik

dan menitipkannya agar ia menjaga ibunya baik-baik. Sejak saat itu ia yakin

jika anaknya bisa melihat Dewi Sri Latsmini.

Os mengaku Dewi Sri Latsmini adalah adik kandung dari mama

Dedeh yang telah meninggal. Mama dedeh adalah seorang tokoh agama yang

cukup terkenal di TV. Os mengatakan Dewi sama hebatnya dengan mama

Dedeh, sehingga ia sangat membutukan Dewi dalam hidupnya. Os tidak

3

merasa khawatir bertemu dengan Dewi walaupun oarng-orang disekitarnya

tidak dapat melihat Dewi.

Os mengaku setelah dirawat beberapa minggu di RSJ ia tidak lagi

melihat Dewi Sri Latsmini, ia juga merasakan tenang dan tidak mau marah-

marah lagi. Pada saat ini ia hanya berharap cepat pulang dan ingin bertemu

dengan anak-anaknya.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Psikiatrik

Pertama kali menunjukkan adanya gangguan kejiwaan adalah saat usia

31 tahun kurang lebih 15 tahun yang lalu, dimana os saat itu tidak dapat

tidur, gelisah, berbicara terus-menerus, merasa dirinya diguna-guna oleh

orang lain. Sebelum keluhan timbul os dan keluarganya pergi ke tempat

saudaranya dengan menggunakan mobil. Pada saat diperjalanan ia merasa

ada yang memotong sedikit rambutnya, orang tersebut hendak mengguna-

guna dia.

Setelah kejadian itu os bersikap aneh sering menuduh orang lain

hendak mengguna-guna dia, ia sulit tidur, gelisah, berbicara terus-menerus,

terkadang disertai marah tanpa alasan yang jelas. Keluhan ini dialami

pasien selama kurang lebih dua minggu. Keadaan os yang tidak membaik

membuat keluarga dan warga desa setempat membawa pasien ke RSJ

untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Os dirawat di RSJ kurang lebih satu bulan, selama mendapat

perawatan keadaannya semakin membaik hingga akhirnya os

diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya. Pada saat pulang ke

rumah os dibekali obat. Setelah obat tersebut habis os tidak pernah lagi

dibawa kontrol ke RSJ karena os dan keluarganya merasa os sudah

sembuh.

4

2. Riwayat Penyakit medik umum

Pasien tidak ingat dengan jelas pernah mengalami sakit apa saja namun

menurutnya ia tidak pernah mengalami sakit yang serius.

3. Penggunaan narkotika, psikoaktif dan zat adiktif lainnya

Berdasarkan keterangan pasien, pasien tidakpernah merokok, minum

alkohol dan menggunakan narkoba atau pun NAPZA lainnya.

D. Riwayat Hidup

1. Prenatal dan perinatal

Os dilahirkan kurang lebih 46 tahun yang lalu dari seorang ibu

dengan riwayat kehamilan cukup bulan dan merupakan kelahiran anak ke

kedua dari tiga bersaudara. Os lahirtanpa kecacatan secara fisik.

2. Masa kanak awal (sampai 3 tahun)

Os tidak mengingat jelas masa kanak-kanaknya. Keluarga terdekat

juga tidak mengetahui riwayat masa kanaknya.

3. Masa kanak pertengahan (3 -11 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak pada umunya.

Namun, os hanya mampu bersekolah hingga tingkat sekolah dasar karena

pada saat ia berusia 5 tahun ayah dan ibunya bercerai. Ia tinggal dengan

ibunya yang seorang janda yang penuh dengan keterbatasan sehingga tidak

memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan sekolahnya. Sejak ia berhenti

sekolah, os mencari uang dengan ngamen, nyemir sepatu, jual daun pisang,

dan melakukan apa saja yang penting ia mendapat uang untuk membantu

ibunya.

5

4. Masa remaja

Masa remaja pasien dirasakan cukup berat. Os bekerja keras untuk

membiayai kebutuhan hidup ibu dan dirinya. Os bekerja sebagai pekerja di

pabrik kayu. Setelah ibunya menikah lagi os berpisah dengan ibunya dan

tinggal sendirian di Jakarta. Ia tidak punya sanak dan saudara, ia hanya

tinggal sebatang kara.

Ketika Os berusia 19 tahun ayahnya menemuinya, ayahnya meminta

uang untuk kebutuhan keluarga dan adik tirinya. Tidak jarang hal ini

dilakukan oleh ayahnya. Sehingga terkadang ia tak tega dan menyerahkan

seluruh hasil kerja kerasnya ke ayahnya, hingga ia rela tidak

makan.Keadaan ini tidak berakhir ketika os tidak pernah dihubungi lagi

oleh ayahnya. Ayahnya pergi tanpa sepengetahuannya. Ia sering mencari

tau keberadaan ayahnya, namun keberadaan ayahnya yang sering pindah-

pindah membuat ia sulit menemukan keberadaan ayahnya yang

sebenarnya. Hingga akhirnya ia tinggal sebatang kara lagi.

5. Masa dewasa

Pada tahun 1989 os mendapatkan kabar bahwa ayahnya berada di

Lampung. Os pergi ke Lampung untuk menemui ayahnya. Selama tinggal

di Lampung ia merasa senang meskipun harus tingga bersama ibu dan

saudara tirinya. Ia mengaku tidak pernah diperlakukan kasar oleh ibu dan

saudara tirinya. Hubungan keluarganya cukup harmonis. Ditempat ia

tinggal, ia bertemu dengan seorang lelaki. Ia mengenal lelaki itu kurang

lebih 4 bulan dan memutuskan untuk berumah tangga dengan pria tersebut.

Riwayat pekerjaan

Setelah menikah ia menjadi ibu rumah tangga dan mengurus

kelurganya. Ia tidak bekerja, ia hanya mengandalkan penghasilan suaminya

sebagai tukang foto untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Empat tahun setelah menikah os mengaku mendapatkan kekuatan dari

6

Dewi Sri Latsmini yang hanya bisa dilihat oleh dirinya. Setelah kejadian itu

ia bis mengurut orang-orang disekitarnya. Sejak saat itu ia berprofesi

sebagai tukang urut. Profesi ini ia tekuni di rumah. Orang yang hendak

diurut olehnya datang kerumahnya. Ia dibayar sesuai keiklasan pasiennya.

Penghasilan yang ia dapat dari profesi tersebut cukup membantu suaminya

dalam memenuhi kebutuhan sehai-hari.

Riwayat pendidikan

Os hanya mencicipi pendidikan hingga sekolah dasar. Ia tidak dapat

melanjutkan studinya karena keterbatasan dari keluarganya.

Riwayat Perkawinan

Os menikah tahun 1990 dikaruniai 5 orang, anak pertama lahir pada

tahun 1991 yakni anak laki-laki tetapi anak ini meninggal dunia pada saat

usia 2 bulan, anak kedua lahir pada tahun 1992 berjenis kelamin laki-laki

juga, anak ketiga lahir pada tahun 1996 berjenis kelamin perempuan, anak

keemapat lahir pada tahun 1998 berjenis kelamin laki-laki, dan anak

bungsu lahir pada tahun 2002 berjenis kelamin perempuan.

Riwayat Psikoseksual

Pasien mulai menyukai lawan jenis saat usia 16 tahun. Pertama kali

berpacaran usia 17 tahun, mengaku berpacaran dengan teman

kerjanya.Usia 23 tahun mengakui jatuh cinta dengan teman

sekampungnya.Pada usia tersebut os menikah dengan suaminya. Os telah

berumah tangga selama 23 tahun. Sampai saat ini os tetap mencintai

suaminya.

Riwayat Agama

Os dilahirkan dari keluarga besar yang beragama Islam. Os rajin

beribadah, os selalu berusaha mengerjakan shalat lima waktu.

7

Riwayat Militer

Os tidak pernah tinggal di daerah konflik, tidak pernah berprofesi

sebagai tenaga militer.

Riwayat Pelanggaran Hukum

Os tidak memiliki riwayat pelanggaran hokum.

6. Riwayat keluarga

Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Kakak perempuannya

meningal saat ia berusia 1 tahun. Saat usianya 4 tahun ia juga kehilangan

adik laki-lakinya. Kedua saudara kandunggnya meninggal karena sakit.

Sehingga sejak usia 4 tahun ia menjadi anak tunggal dari ibu dan ayah

kandungnya.

Pada usia 5 tahun, ayah dan ibunya bercerai. Os tinggal bersama ibunya.

Os tinggal bersama ibunya hingga ibunya menihak lagi pada saat usianya

14 tahun. Ia ditinggal pergi oleh ibu kandungnya, sehingga ia harus

menjalani hidupnya sebatang kara. Ia mengetahui bahwa ayahnya menikah

lagi pada saat usia 19 tahun. Pada saat itu ia belum tinggal bersama

ayahnya. Pada saat usianya 23 tahun ia mulai tinggal bersama ibu dan

saudara tirinya. Ia mengaku tidak pernah diperlakukan tidak adil oleh ibu

dan saudaranya tersebut.

Skema pohon keluarga:

8

Keterangan:: Laki-laki

: Wanita

: pasien

II. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan: Seorang perempuan memakai seragam RSJ, baju kaos

orange motif polos dan celana panjang olahragabiru tua dengan motif tiga

garis vertikal orange di kedua sisinya, perawakan gemuk,kulit kuning

langsat, rambut lurus berpotongan cepak, kuku pendek dan cukup

bersih.Wajah pasien tampak sesuai dengan usianya. Penampilan pasien

juga tampak sehat secara fisik.

2. Perilaku dan aktivitas prikomotor:pasien sering bergerak dan memegang

dadanya, setiap bercerita tentang keinginannya untuk pulang os menangis.

3. Sikap terhadap pemeriksa: Cukup kooperatif dan bersahabat

B. Keadaan Afektif

1. Mood          : euthymia

2. Afek            : luas

3. Keserasian   : appropriate

C. Pembicaraan

Pasien berbicara spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup,

kuantitas cukup, kualitas baik. Pasien berbicara seperti banyak bicara. Pasien

berespon normal, menjawab sesuai apa yang ditanyakan.

9

D. Gangguan Persepsi :

Halusinasi : Ada

Ilusi                  : Tidak ada

Depersonalisasi : Tidak ada

Derealisasi         : Tidak ada

E. Pikiran

1. proses dan bentuk pikir :

   a. Produktivitas              :Cukup

   b. Kontinuitas                : Relevan, koheren

   c. Hendaya berbahasa    : Tidak ada

2. Isi pikiran

Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (thought

insertion) dan terdapat waham magic-mistik.

  F. Sensorium dan Kognisi

1. Kesadaran compos mentis

2. Orientasi waktu, tempat dan orang baik. Daya ingat jangka panjang baik,

jangka pendek baik, dan jangka segera baik.

3. Kosentrasi dan perhatian terdapat distraktibilitas

4. Kemampuan membaca dan menulis baik

5. Kemampuan visuospasial baik

6. Pikiran abstrak cukup

7. Kemampuan informasi dan intelegensi baik

8. Bakat kreatif: menulis puisi, bernyanyi

9. Kemampuan menolong diri sendiri baik

10

G. Pengendalian Impuls

Pengendalian impuls cukup baik

H. Daya Nilai dan Tilikan

Daya Nilai

1. Norma sosial         : Tidak terganggu

2. Uji daya nilai         : Tidak terganggu

Tilikan :Tilikan derajat 3, pasien mengetahui dirinya sakit namun

menyalahkan faktor lain sebagai penyebab sakitnya.

I. Taraf dapat dipercaya  : Cukup bisa dipercaya

III.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital:

TD = 130/80 mmHg

N = 80x/menit

P = 20x/menit

S = 36,6◦C

Mata    : Konjungtiva tidak anemis

Hidung : Tidak ditemukan kelainan

Telinga : Tidak ditemukan kelainan

Paru    : Tidak ditemukan kelainan

Jantung: Tidak ditemukan kelainan

Abdomen : Tidak ditemukan kelainan

11

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA  

Pasien Ny.Sn, 46 tahun, berpenampilan sesuai dengan usianya, cara

berpakaian rapi dan perawatan diri cukup baik. Dibawa ke RS.Jiwa dengan

keluhan gelisah, tidak bisa tidur, sering berbicara sendiri dan marah-marah

sejak kurang lebih satu minggu SMRS.Keluhan ini timbul setelah terjadi

konflik antara Os dengan tukang kayu yang ia percaya untuk membuatkannya

3 buah pintu, namun tukang kayu tersebut tidak membuat jumlah pintu sesuai

dengan kesepakatan sehingga timbul percekcokan antara kedua belah pihak.

Os juga mengaku mampu melihat sosok yang ia kenal dengan Dewi

Sri Latsmini. Sosok ini tidak dapat dilihat orang lain kecuali dirinya sendiri. Ia

mengaku sering berkomunikasi dengan sosok tersebut dan sosok itu bisa

masuk kedalam tubuhnya dan mempengaruhi prilakunya. Keadaan ini sudah

berlangsung sejak kurang lebih

Usia kanak-kanak os mengalami beberapa pengalaman tidak

menyenangkan, os harus menghadapi masalah keluarga, ayah dan ibunya

bercerai. Os juga harus putus sekolah karena keadaan ekoniminya yang tidak

mencukupi dan os harus bekerja keras untuk mendapatkan uang pada usianya

yang masih belia itu..

Usia remaja pasien juga tidak menyenagkan karena ia harus hidup

sendiri. Os ditinggal oleh kedua orang tuanya sehingga ia harus mencari uang

sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk kumpul

kembali bersama orangtuanya membuat pasien selalu mencari keberadaan

orangtuanya.

Pada status mental didapatkan: pada gambaran umum, perawatan diri

baik, bersikap kooperatif selama wawancara. Mood elasi euthymia, afek luas,

appropriate, serasi.Bicara spontan dan lancar, logorrhea, volume

12

keras.Isipikir tought insertion dan waham megic-mistik.Terdapat riwayat

halusinasivisual dan auditorik, namun saat ini tidak didapatkan.Penilaian

realita tidak terganggu, dengan tilikan derajat 3.

V. FORMULASI DIAGNOSIS

Berdasarkan riwayat penderita, ditemukan adanya kejadian yang mencetuskan

perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan

tanda klinis yang khas berkaitan dengan adanya gangguan kejiwaan serta

ditemukan adanya distres dan disabilitas berat dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian dapat disimpulkan penderita mengalami suatu gangguan

kejiwaan.

Aksis I

Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna tersebut, maka kasus ini digolongkan

ke dalam Gangguan Jiwa. Gangguan kejiwaan ini di kelompokkan sebagai

Gangguan Mental dan Perilaku. Maka menurut PPDGJ 3, Gangguan Mental

dan Perilaku ini dapat digolongkan Skizofrenia Paranoid (F20.0) sesuai

dengan kriteria diagnosis sebagai berikut:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

Sebagai tambahan (halusinasi dan/atau waham harus menonjol):

o Halusinasi visual tampak jelas pada pasien, ia dapat melihat

Dewi Sri Latsmini yang ia yakini mampu memberinya kekuatan.

o Halusinasi auditorik tamapk jelas ketika ia mempu mendengar

suara dan mampu berkomunikasi dengan Dewi tersebut.

o Waham berupa magic-mistik ia mempercayai hal-hal yang gaib

seperti Dewi Sri yang hanya mampu dilihat oleh orang-orang

pilihan seperti dirinya. Tampak juga Tought insertion pada

13

pasien ketika ia mengatakan Dewi dapat masuk ketubuhnya dan

mempangaruhinya.

Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan

neurologis, dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam

tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik.Tidak pernah ada

riwayat penggunaan zat psikoaktif.Hal ini dapat menjadi dasar untuk

menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik dan penggunaan zat

psikoaktif.

Aksis II

Saat ini tidak didapatkan kelainan pada aksis ini

Aksis III

Saat ini tidak didapatkan kelainan

Aksis IV

Memiliki masalah dengan“ prymry support group” ( keluarga)

Aksis V

Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya

menggunakan skala GAF (Global Assessment of Functioning).Pada saat

dilakukan wawancara, skor GAF 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).GAF tertinggi selama

satu tahun terakhir adalah 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,

tidak lebih dari masalah harian yang biasa).

14

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis : F20.0 Skizofrenia paranoid

Aksis II : Saat ini tidak ditemukan

Aksis III : Saat ini tidak ditemukan

Aksis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga)

Aksis V : GAF 70 – 61 (Current)

GAF 90 – 81 (HLPY)

VII. DAFTAR PROBLEM

1. Organobiologik:  Tidak ditemukan adanya kelinan fisik yang bermakna, tetapi

di duga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien

memerlukan psikofarmakologi.

2. Psikologik:Tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita tapi tampak

adanya gejala psikotik sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.

3. Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial sehingga pasien

butuh sosioterapi.

VIII. RENCANA TERAPI

A. Terapi psikofarmakologi

1. Risperidon 2 mg – 0 – 3 mg per oral

2. Trihexiphenidil 3 X 2 mg per oral bila perlu / muncul efek samping

B. Intervensi Psikososial

1. Terhadap penderita

a. Memberikan edukasi terhadap penderita agar memahami

gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan dan penanganannya, efek

15

samping yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan

keteraturan dalam minum obat.

b. Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya

diri individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup

yang baik.

c. Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa dan semangat

dalam menjalani hidup.

2. Terhadap keluarga

a. Menggunakan metode psiko-edukasi dengan menyampaikan

informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan

penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang

dapat dilakukan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima

kondisi penderita serta membantu penderita dalam hal minum obat

serta kontrol secara teratur dan mengenali gejala-gejala

kekambuhan untuk segera dikonsultasikan kepada dokter.

b. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran

keluarga pada perjalanan penyakit dan proes penyembuhan

penyakit pada penderita.

IX.  PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

16

III. PEMBAHASAN

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang kronik, berat dan

ditemukan adanya gangguan pada otak.4 Skizofrenia merupakan gangguan psikotik

yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia dalam hidup

mereka.1 Sejarah perjalanan skizofrenia telah dimulai dari penemuan – penemuan

teori tentang skizofrenia itu sendiri dimuali oleh Emil Krepelin hingga Ewol Hecker

yang mengemukakan teori mengenaiskizofrenia.3

Menurut teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, orang dengan

skizofrenia memiliki perpecahan (schism) antara pikiran, emosi, dan perilaku. Namun

istilah-istilah dan pengertian baru terus diperbaharui sehingga oleh PPDGJ III dan

DSM IV diambil pengertian skizofrenia sebagai suatu deskripsi sindrom dengan

variasi penyebab yang banyak dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah

akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genertik, fisik dan budaya.2,3

Yang terutama disini adalah terjadinya kemunduran kognitif, gangguan pikiran dan

persepsi serta afek yang tidak wajar atau tumpul.2 Skizofrenia merupakan gangguan

jiwa yang dapat ditemukan diseluruh dunia.1,3,4 Prevalensi dan insidensnya cenderung

mengalami peningkatan seiring dengan pesatnya kemajuan global.

Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa

muda.1,4 Beberapa sumber menyebutkan skizofrenia dapat terjadi pada anak diatas

usia 5 tahun tetapi kasus ini sangat jarang terjadi begitupun pada usia diatas 40

tahun.1,4 Onset kejadian biasanya pada usia 15-25 tahun pada pria dan 25-35 tahun

pada wanita.1Dikatakan bahwa skizofrenia lebih sering dialami oleh pria dibanding

wanita dan prognosisnya lebih buruk jika terjadi pada pria.1,4 Secara umum, terdapat

beberapa tipe skizofrenia antara lain :1,2,3,4

1. Tipe paranoid.

Tipe ini paling stabil dan paling sering. Gejala terlihat sangat

konsisten,sering paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan

17

wahamnya. Waham danhalusinasi menonjol sedangkan afek dan

pembicaraan hampir tidak terpengaruh.

2. Tipe disorganisasi atau hebefrenik.

Ditandai oleh regresi yang nyata ke perilaku primitif,terdisinhibisi, dan

tidak teratur oleh tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria

tipekatatonik. Onset biasanya pada usia 15-25 tahun. Gejalanya antara lain

afek tumpul, tidakserasi, terlihat tolol, sering inkoheren, waham tidak

sistematis dan perilaku disorganisasidan manerisme.

3. Tipe katatonik.

Ditandai adanya perilaku katatonik seperti stupor, mutisme,

negativisme,rigiditas, flexibilitas cerea dan kegembiraan katatonik yang

seringkali dapat mengancamjiwa.

4. Tipe tak terperinci.

Pasien mempunyai gejala psikosis aktif yang menonjol atau

memenuhikriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe-tipe

diatas.

5. Tipe residual.

Pasien dalam keadaan remisi dan keadaan akut tetapi masih

memperlihatkangejala-gejala residual (penarikan diri secara sosial, afek

datar atau tak serasi, perilakuekstrensik, asosiasi melonggar atau pikiran

tak logis).

6. Depresi pasca skizofrenia.

Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dantimbul

sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia.

7. Skizofrenia simpleks.

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat karena bergantung

padapemastian perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif dari

gejala negatif yangkhas dari skizofrenia residual tanpa adanya riwayat

halusinasi, waham atau manifestasi laintentang adanya suatu episode

18

psikotik sebelumnya dan disertai perubahan perilakuperorangan yang

bermakna.

8. Skizofrenia lainnya dan skizofrenia yang tidak tergolongkan.

Etiologi skizofrenia sendiri belum pasti namun dikatakan bahwa penyebabnya

merupakan gabungan dari faktor biologis dan faktor psikosial serta lingkungan yang

disebut sebagai model diatesis-stress.1,3 beberapa penelitian menemukan bahwa

daerah otak yang terlibat dalam skizofrenia adalah struktur limbik, lobus frontalis,

dan ganglia basalis.3 Selain itu terdapat hipotesis yang paling sering dikemukakan

yaitu Hipotesis Dopamin dimana dikatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu

banyaknya aktivitas dopaminergik selain itu juga ditemukan adanya peningkatan

aktivitas neurotransmitter lainnya seperti serotonin, norepinefrin serta asam amino.3

Selain itu, dikatakan pula adanya pengaruh genetika dan juga faktor keluarga

yang berperan penting dalam perkembangan kejiwaan seseorang dimana terdapat

faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan hal tersebut.1 secara umum, faktor

resiko orang dengan skizofrenia dapat dilihat pada gambar berikut

19

Skizofrenia merupakan penyakit kronik dimana sebagian kecil kehidupan

mereka beradadalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama

(bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran

penyakit yang ringan.1 Tanda dan gejala klinis skizofrenia menimbulkan tiga masalah

inti. Pertama , dikatakan bahwa tidak ada gejala umum yang patognomonik untuk

skizofrenia dimana setiap tanda dan gejala yang ditemukan pada skizofrenia dapat

ditemukan di gangguan psikiatrik atau neurologis lainnya.3Kedua, gejala pasien

berubah dengan berjalannya waktu dan klinisi harus mampu memperhitungkan

tingkat pendidikan pasien, kemampuan intelektual dan keanggotaan kultural dan

subkultural. Selain itu juga harus diketahun bagaimana riwayat kepribadian

prepsikotik atau premorbid pasien.1,3 Beberapa pasien, sebelum didiagnosis

skizofrenia, biasanya ditemukan adanya gangguan kepribadian skizoid, ambang, anti

sosial dan skizotipal.1Riwayat premorbid yang tipikal tetapi tidak tanpa kecuali dari

pasien adalah bahwa mereka mempunyai kepribadian skizoid atau skizotipal.3

20

Skizofrenia sering memperlihatkan gejala campuran seperti gangguan proses

pikir, dimana pikiran mereka sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan

terlihat tidak logis. Dapat ditemukan pula adanya gangguan isi pikir yaitu waham atau

keyakinan palsu yang menetap dan dipertahankan oleh pasien, dimana yang paling

sering adalah waham kejaran, kebesaran, rujukan dan sebagainya. Selain itu

ditemukan pula gangguan persepsi seperti halusinasi, ilusi dan depersonalisasi serta

gangguan emosi dan perilaku.1,3,4

Skizofrenia diobati dengan antipsikotik (AP). Setelah berkembangnya hipotesis

dopamin, pengobatan skizofrenia lebih ditujukan pada penghambatan

neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologis skizofrenia yaitu dopamin dan

serotonin.5 Obat antipsikotik dibagi dalam dua kelompok yaitu dopamine receptor

antagonist (DRA) atau antipsikotik generasi I (APG-I) dan serotonin-dopamine

antagonist (SDA) atau antipsikotik generasi II (APG-II).1 Obat APG-I disebut juga

antipsikotika konvensional atau tipikal sedangkan APG-II disebut juga antispikotika

baru atau atipikal.1 Secara umum, mekanisme kerja APG-1 adalah memblokade

dopamin pada reseptor pasca sinaps neuron di otak, khususnya sistem limbik, dan

sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist) sedangkan APG-II

disampingberafinitas terhadap dopamine D2 receptor juga terhadap Serotonin 5 HT2

Receptor.6 Obat APG-1 berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif

sedangkan untuk gejala negatif hampir tidak bermanfaat sedangkan obat APG-II

bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif.1 Standar emas baru pengobatan

skizofrenia adalah dengan obat APG-II. Meskipun harganya mahal tetapi manfaat

sangat besar dan efek samping minimal dibandingkan dengan obat APG-I yang

memiliki potensi besar menyebabkan efek samping sindroma ekstrapiramidal,

sindroma malignan neuroleptik serta tardive dyskinesia yang membahayakan nyawa

pasien jika tidak ditangani secara tepat.1,6

Obat APG-II pilihan pertama adalah clozapine namun karena efek

agranulositosisnya yang besar sehingga sering digunakan risperidone dengan dosis

berkisar antara 4-8 mg/hari.1,4,5,6 Untuk mencegah gejala ekstrapiramidal/sindrom

parkinson karena penggunaan antipsikotik yang kuat, dapat diberikan tablet

21

trihexyphenidil 3-4 x 2 mg/hari.1,6 Penggunaan obat anti psikosis long acting

parenteral (fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc im,

untuk 2-4 minggu) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur

makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.6 Sebaiknya sebelum

penggunaan parenteral diberikan per oral dahulu beberapa minggu untuk melihat

apakah terdapat efek hipersensitivitas.6 Dosis mulai dengan ½ cc setiap minggu pada

bulan pertama, kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan. Pemberian

antipsikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap

kasus skizofrenia.

Selain itu, dapat juga diberikan terapi kejang listrik (TKL) atau electric

convulsion therapy (ECT) pada kasus psikosis akut dan juga dengan terapi psikosial.1

Terapi psikosial terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi

kelompok dan psikoterapi intrapersonal.3

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 5 sampai 10 tahun

setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skizofrenia, hanya

kira-kira 10 sampai 20% pasien memiliki hasil yang baik.3 Baik tidaknya prognosis

bergantung pada beberapafaktor. Perjalanan penyakit, onset usia, adanya stressor

yang jelas, dukungan keluarga dankepatuhan pasien secara umum menjadi faktor

yang mempengaruhi prognosis skizofrenia.1

Tipe disorganisasi secara umum mempunyai prognosis yang buruk, tetapi tipe

paranoid dan katatonik mempunyai prognosis yang baik. Prognosis menjadi lebih

buruk apabila pasien menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga yang tidak

harmonis.1Pasien ini didiagnosis mengalami gangguan jiwa yaitu Skizofrenia

paranoid dengan tanda dan gejala yang memenuhi kriteria diagnosis Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) berdasarkan gambaran

klinis yang khas memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia yaitu adanya

halusinasi auditorik yang menonjol, adanya gangguan waham menetap berupa waham

megic-mistik. Secara rinci, pasien didiagnosis menderita skizofrenia paranoid dimana

gejala halusinasi terutama halusinasi auditorik dan visual. Pasien juga telah diberi

pengobatan sesuai pengoabatan terbaru yaitu dengan risperidone. Untuk mencegah

22

dan mengatasi efek samping antipsikosis, pasien juga telah diberi trihexiphenidil

dibawah pengawasan. Kepada pasien juga telah diberikan edukasi intrapersonal dan

berorientasi keluarga untuk memberikan motivasi dan kenyamanan pada pasien

dalam proses pemulihan.

Secara umum, prognosis pasien baik, memenuhi kriteria prognosis yakni

Prognosis yang memperingan:

a. Diagnosis gangguan Skizofrenia Paranoid : Kriteria prognosis baik

b. Penyakit organik tidak ada : Kriteria prognosis baik

c. Tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan NAPZA : Kriteria prognosis baik

d. Respon terhadap pengobatan baik : Kriteria prognosis baik

e. Tidak ada riwayat keluarga skizofrenia : Kriteria prognosis baik

f. Gejala positif menonjol : Kriteria prognosis baik

g. Stressor jelas : Kriteria prognosis baik

Prognosis yang memperberat :3

a. Onset umur saat usia dewasa muda : Kriteria prognosis buruk

c. Onset tidak jelas : Kriteria prognosisburuk

d. Ketidakpatuhan terhadap terapi : Kriteria prognosis buruk

e. Riwayat pola asuh yang cenderung keras : Kriteria prognosis buruk

f. Tilikan derajat 3 : Kriteria prognosis buruk

23