cr rani jiwa
DESCRIPTION
komplitTRANSCRIPT
STATUS PSIKIATRIK
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SN
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tukang urut
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Tegal Binangun Kec. Sumberejo Kab. Tanggamus
Status perkawinan : Menikah
Masuk RS : 29 April 2014 lewat UGD
Tanggal Pemeriksaan : 17 Mei 2014 Pukul 12.00 WIB
I. RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis psikiatri (Autoanamnesis dan Alloanamesis pada tanggal 17Mei
2014) serta melihat data-data dari rekam medis dengan nomor 00-08-06
A. Keluhan Utama dan Alasan MRS
Gelisah, tidak bisa tidur, berbicara terus menerus, dan marah-marah.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien diantar oleh keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan
gelisah, tidak bisa tidur, berbicara terus menerus, dan marah-marah sejak satu
minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini ia rasakan sejak ia
mendapatkan masalah di lingkungan hidupnya. Keluarga mengaku
1
sebelumnya os berselisih pendapat dengan tukang kayu yang ia percaya untuk
membuatkan pintu rumahnya. Os dan keluarganya yang hendak membangun
rumah telah menyediakan sejumlah kayu untuk dijadikan tiga buah pintu
kepada seorang tukang kayu di daerah tempat tinggalnya. Namun, setelah
waktu yang disepakati tiba, si tukang kayu tidak menyediakan pesanan yang
telah Os dan keluarganya inginkan. Tukang kayu tidak membuat pintu sesuai
jumlah pesanan ia hanya membuat 2 buah pintu, sehingga os yang memang
berwatak keras cekcok dengan si tukang kayu. Os dan tukang kayu akhirnya
dipertemukan dihadapan aparat desa untuk diselesaikan masalahnya secara
baik-baik akan tetapi, Os yang memang memiliki riwayat gangguan jiwa sulit
untuk diperdamaikan hingga akhirnya keluhan-keluhan penyakit jiwapun
mulai dialami olehnya. Keluarga mengaku setelah kejadian itu Os tidak bisa
tidur pada malam hari. Setiap malam ia mengupas, memotong-motong dan
merendam ubi untuk dijadikan bahan makanan, ia tidak pernah merasakan
lelah. Selain itu, os juga berkeliaran di teras rumahnya pada saat tengah
malam dan hal ini merisaukan warga setempat.
Pada siang hari os juga tidak dapat melakukan aktivitas sebagaimana
mestinya, ia berbicara tiada hentinya, terkadang disertai amarah yang tidak
jelas apa penyebabnya. Jika tidak diawasi os akan pergi mengelilingi desanya
tanpa rasa lelah, setiap ia bertemu dengan warga ia langsung mengajak orang
tersebut untuk bercerita. Ia selalu menceritakan masalahnya dengan si tukang
kayu kepada semua orang yang ia temui. Ia merasa dirinya benar dan orang-
orang harus yakin kalau tukang kayu telah mencuri kayu yang akan ia jadikan
pintu rumahnya. Terkadang os marah-marah sehingga warga yang ia temui
dijalan menjadi takut. Namun, marah-marah tidak disertai kekerasan fisik,
seperti memukul orang lain dan merusak benda-benda disekitarnya. Aktivitas
seperti ini terus menerus ia jalani selama kurang lebih satu minggu.
Aparat desa dan warga yang mengkhawatirkan hal ini akhirnya
membawa pasien ke rumah sakit jiwa pada tanggal 29 April 2014. Os dipaksa
2
ke RSJ dengan mengikat kedua tangannya. Os diantar oleh suami dan empat
warga desanya.
Os yang berprofesi sebagai tukang urut sejak kurang lebih 20 tahun ini
mengaku memiliki penglihatan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ia
mengaku mampu melihat sosok seorang wanita cantik yang bernama Dewi Sri
Latsmini. Ia menagku Dewi merupakan wanita yang berparas cantik yang
memberikan dia kekuatan sehingga ia bisa melakukan profesinya sebagai
tukang urut.
Setiap ia hendak menjalani profesinya ia harus memenggil Dewi
terlebih dahaulu, jika os tidak memanggilnya maka pada saat mengurut
pasien, tubuhnya terasa sakit seperti dicambuk. Os mengaku saat ia mengurut
pasiennya Dewi Sri Latsmini masuk kedalam tubuhnya. Os mampu
mendengar suara dan merasakan sentuhannya. Os mengaku telah melihat
Dewi Sri Latsmini sejak kurang lebih 19 tahun yang lalu. Ia juga mengaku
Dewi ini hanya bisa berkomunikasi dengan ia melalui batinnya. Ia mengaku
tidak berbicara antar mulut seperti dengan manusia pada umumnya. Sehingga
os menyangkal dirinya sering berbicara sendiri seperti orang gila. Sri Latsmini
juga sering mengajarkan dia tentang hal-hal yang baik kepada dirinya. Ia
mengaku masih mempercayai agama dan Tuhannya namun ia tetap
membutuhkan Dewi Sri Latsmini untuk menjalani hidupnya.
Os merasa anaknya yang paling kecil juga pernah melihat sosok Dewi
Sri Latsmini. Namun, Dewi Sri Latsmini hanya menampakkan dirinya satu
kali pada saat anaknya hendak pergi mengaji. Ia mengatakan pada saat
anaknya ngaji, anaknya bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik
dan menitipkannya agar ia menjaga ibunya baik-baik. Sejak saat itu ia yakin
jika anaknya bisa melihat Dewi Sri Latsmini.
Os mengaku Dewi Sri Latsmini adalah adik kandung dari mama
Dedeh yang telah meninggal. Mama dedeh adalah seorang tokoh agama yang
cukup terkenal di TV. Os mengatakan Dewi sama hebatnya dengan mama
Dedeh, sehingga ia sangat membutukan Dewi dalam hidupnya. Os tidak
3
merasa khawatir bertemu dengan Dewi walaupun oarng-orang disekitarnya
tidak dapat melihat Dewi.
Os mengaku setelah dirawat beberapa minggu di RSJ ia tidak lagi
melihat Dewi Sri Latsmini, ia juga merasakan tenang dan tidak mau marah-
marah lagi. Pada saat ini ia hanya berharap cepat pulang dan ingin bertemu
dengan anak-anaknya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Penyakit Psikiatrik
Pertama kali menunjukkan adanya gangguan kejiwaan adalah saat usia
31 tahun kurang lebih 15 tahun yang lalu, dimana os saat itu tidak dapat
tidur, gelisah, berbicara terus-menerus, merasa dirinya diguna-guna oleh
orang lain. Sebelum keluhan timbul os dan keluarganya pergi ke tempat
saudaranya dengan menggunakan mobil. Pada saat diperjalanan ia merasa
ada yang memotong sedikit rambutnya, orang tersebut hendak mengguna-
guna dia.
Setelah kejadian itu os bersikap aneh sering menuduh orang lain
hendak mengguna-guna dia, ia sulit tidur, gelisah, berbicara terus-menerus,
terkadang disertai marah tanpa alasan yang jelas. Keluhan ini dialami
pasien selama kurang lebih dua minggu. Keadaan os yang tidak membaik
membuat keluarga dan warga desa setempat membawa pasien ke RSJ
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Os dirawat di RSJ kurang lebih satu bulan, selama mendapat
perawatan keadaannya semakin membaik hingga akhirnya os
diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya. Pada saat pulang ke
rumah os dibekali obat. Setelah obat tersebut habis os tidak pernah lagi
dibawa kontrol ke RSJ karena os dan keluarganya merasa os sudah
sembuh.
4
2. Riwayat Penyakit medik umum
Pasien tidak ingat dengan jelas pernah mengalami sakit apa saja namun
menurutnya ia tidak pernah mengalami sakit yang serius.
3. Penggunaan narkotika, psikoaktif dan zat adiktif lainnya
Berdasarkan keterangan pasien, pasien tidakpernah merokok, minum
alkohol dan menggunakan narkoba atau pun NAPZA lainnya.
D. Riwayat Hidup
1. Prenatal dan perinatal
Os dilahirkan kurang lebih 46 tahun yang lalu dari seorang ibu
dengan riwayat kehamilan cukup bulan dan merupakan kelahiran anak ke
kedua dari tiga bersaudara. Os lahirtanpa kecacatan secara fisik.
2. Masa kanak awal (sampai 3 tahun)
Os tidak mengingat jelas masa kanak-kanaknya. Keluarga terdekat
juga tidak mengetahui riwayat masa kanaknya.
3. Masa kanak pertengahan (3 -11 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak pada umunya.
Namun, os hanya mampu bersekolah hingga tingkat sekolah dasar karena
pada saat ia berusia 5 tahun ayah dan ibunya bercerai. Ia tinggal dengan
ibunya yang seorang janda yang penuh dengan keterbatasan sehingga tidak
memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan sekolahnya. Sejak ia berhenti
sekolah, os mencari uang dengan ngamen, nyemir sepatu, jual daun pisang,
dan melakukan apa saja yang penting ia mendapat uang untuk membantu
ibunya.
5
4. Masa remaja
Masa remaja pasien dirasakan cukup berat. Os bekerja keras untuk
membiayai kebutuhan hidup ibu dan dirinya. Os bekerja sebagai pekerja di
pabrik kayu. Setelah ibunya menikah lagi os berpisah dengan ibunya dan
tinggal sendirian di Jakarta. Ia tidak punya sanak dan saudara, ia hanya
tinggal sebatang kara.
Ketika Os berusia 19 tahun ayahnya menemuinya, ayahnya meminta
uang untuk kebutuhan keluarga dan adik tirinya. Tidak jarang hal ini
dilakukan oleh ayahnya. Sehingga terkadang ia tak tega dan menyerahkan
seluruh hasil kerja kerasnya ke ayahnya, hingga ia rela tidak
makan.Keadaan ini tidak berakhir ketika os tidak pernah dihubungi lagi
oleh ayahnya. Ayahnya pergi tanpa sepengetahuannya. Ia sering mencari
tau keberadaan ayahnya, namun keberadaan ayahnya yang sering pindah-
pindah membuat ia sulit menemukan keberadaan ayahnya yang
sebenarnya. Hingga akhirnya ia tinggal sebatang kara lagi.
5. Masa dewasa
Pada tahun 1989 os mendapatkan kabar bahwa ayahnya berada di
Lampung. Os pergi ke Lampung untuk menemui ayahnya. Selama tinggal
di Lampung ia merasa senang meskipun harus tingga bersama ibu dan
saudara tirinya. Ia mengaku tidak pernah diperlakukan kasar oleh ibu dan
saudara tirinya. Hubungan keluarganya cukup harmonis. Ditempat ia
tinggal, ia bertemu dengan seorang lelaki. Ia mengenal lelaki itu kurang
lebih 4 bulan dan memutuskan untuk berumah tangga dengan pria tersebut.
Riwayat pekerjaan
Setelah menikah ia menjadi ibu rumah tangga dan mengurus
kelurganya. Ia tidak bekerja, ia hanya mengandalkan penghasilan suaminya
sebagai tukang foto untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Empat tahun setelah menikah os mengaku mendapatkan kekuatan dari
6
Dewi Sri Latsmini yang hanya bisa dilihat oleh dirinya. Setelah kejadian itu
ia bis mengurut orang-orang disekitarnya. Sejak saat itu ia berprofesi
sebagai tukang urut. Profesi ini ia tekuni di rumah. Orang yang hendak
diurut olehnya datang kerumahnya. Ia dibayar sesuai keiklasan pasiennya.
Penghasilan yang ia dapat dari profesi tersebut cukup membantu suaminya
dalam memenuhi kebutuhan sehai-hari.
Riwayat pendidikan
Os hanya mencicipi pendidikan hingga sekolah dasar. Ia tidak dapat
melanjutkan studinya karena keterbatasan dari keluarganya.
Riwayat Perkawinan
Os menikah tahun 1990 dikaruniai 5 orang, anak pertama lahir pada
tahun 1991 yakni anak laki-laki tetapi anak ini meninggal dunia pada saat
usia 2 bulan, anak kedua lahir pada tahun 1992 berjenis kelamin laki-laki
juga, anak ketiga lahir pada tahun 1996 berjenis kelamin perempuan, anak
keemapat lahir pada tahun 1998 berjenis kelamin laki-laki, dan anak
bungsu lahir pada tahun 2002 berjenis kelamin perempuan.
Riwayat Psikoseksual
Pasien mulai menyukai lawan jenis saat usia 16 tahun. Pertama kali
berpacaran usia 17 tahun, mengaku berpacaran dengan teman
kerjanya.Usia 23 tahun mengakui jatuh cinta dengan teman
sekampungnya.Pada usia tersebut os menikah dengan suaminya. Os telah
berumah tangga selama 23 tahun. Sampai saat ini os tetap mencintai
suaminya.
Riwayat Agama
Os dilahirkan dari keluarga besar yang beragama Islam. Os rajin
beribadah, os selalu berusaha mengerjakan shalat lima waktu.
7
Riwayat Militer
Os tidak pernah tinggal di daerah konflik, tidak pernah berprofesi
sebagai tenaga militer.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Os tidak memiliki riwayat pelanggaran hokum.
6. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Kakak perempuannya
meningal saat ia berusia 1 tahun. Saat usianya 4 tahun ia juga kehilangan
adik laki-lakinya. Kedua saudara kandunggnya meninggal karena sakit.
Sehingga sejak usia 4 tahun ia menjadi anak tunggal dari ibu dan ayah
kandungnya.
Pada usia 5 tahun, ayah dan ibunya bercerai. Os tinggal bersama ibunya.
Os tinggal bersama ibunya hingga ibunya menihak lagi pada saat usianya
14 tahun. Ia ditinggal pergi oleh ibu kandungnya, sehingga ia harus
menjalani hidupnya sebatang kara. Ia mengetahui bahwa ayahnya menikah
lagi pada saat usia 19 tahun. Pada saat itu ia belum tinggal bersama
ayahnya. Pada saat usianya 23 tahun ia mulai tinggal bersama ibu dan
saudara tirinya. Ia mengaku tidak pernah diperlakukan tidak adil oleh ibu
dan saudaranya tersebut.
Skema pohon keluarga:
8
Keterangan:: Laki-laki
: Wanita
: pasien
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan: Seorang perempuan memakai seragam RSJ, baju kaos
orange motif polos dan celana panjang olahragabiru tua dengan motif tiga
garis vertikal orange di kedua sisinya, perawakan gemuk,kulit kuning
langsat, rambut lurus berpotongan cepak, kuku pendek dan cukup
bersih.Wajah pasien tampak sesuai dengan usianya. Penampilan pasien
juga tampak sehat secara fisik.
2. Perilaku dan aktivitas prikomotor:pasien sering bergerak dan memegang
dadanya, setiap bercerita tentang keinginannya untuk pulang os menangis.
3. Sikap terhadap pemeriksa: Cukup kooperatif dan bersahabat
B. Keadaan Afektif
1. Mood : euthymia
2. Afek : luas
3. Keserasian : appropriate
C. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup,
kuantitas cukup, kualitas baik. Pasien berbicara seperti banyak bicara. Pasien
berespon normal, menjawab sesuai apa yang ditanyakan.
9
D. Gangguan Persepsi :
Halusinasi : Ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. Pikiran
1. proses dan bentuk pikir :
a. Produktivitas :Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (thought
insertion) dan terdapat waham magic-mistik.
F. Sensorium dan Kognisi
1. Kesadaran compos mentis
2. Orientasi waktu, tempat dan orang baik. Daya ingat jangka panjang baik,
jangka pendek baik, dan jangka segera baik.
3. Kosentrasi dan perhatian terdapat distraktibilitas
4. Kemampuan membaca dan menulis baik
5. Kemampuan visuospasial baik
6. Pikiran abstrak cukup
7. Kemampuan informasi dan intelegensi baik
8. Bakat kreatif: menulis puisi, bernyanyi
9. Kemampuan menolong diri sendiri baik
10
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls cukup baik
H. Daya Nilai dan Tilikan
Daya Nilai
1. Norma sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
Tilikan :Tilikan derajat 3, pasien mengetahui dirinya sakit namun
menyalahkan faktor lain sebagai penyebab sakitnya.
I. Taraf dapat dipercaya : Cukup bisa dipercaya
III.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital:
TD = 130/80 mmHg
N = 80x/menit
P = 20x/menit
S = 36,6◦C
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Paru : Tidak ditemukan kelainan
Jantung: Tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Tidak ditemukan kelainan
11
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien Ny.Sn, 46 tahun, berpenampilan sesuai dengan usianya, cara
berpakaian rapi dan perawatan diri cukup baik. Dibawa ke RS.Jiwa dengan
keluhan gelisah, tidak bisa tidur, sering berbicara sendiri dan marah-marah
sejak kurang lebih satu minggu SMRS.Keluhan ini timbul setelah terjadi
konflik antara Os dengan tukang kayu yang ia percaya untuk membuatkannya
3 buah pintu, namun tukang kayu tersebut tidak membuat jumlah pintu sesuai
dengan kesepakatan sehingga timbul percekcokan antara kedua belah pihak.
Os juga mengaku mampu melihat sosok yang ia kenal dengan Dewi
Sri Latsmini. Sosok ini tidak dapat dilihat orang lain kecuali dirinya sendiri. Ia
mengaku sering berkomunikasi dengan sosok tersebut dan sosok itu bisa
masuk kedalam tubuhnya dan mempengaruhi prilakunya. Keadaan ini sudah
berlangsung sejak kurang lebih
Usia kanak-kanak os mengalami beberapa pengalaman tidak
menyenangkan, os harus menghadapi masalah keluarga, ayah dan ibunya
bercerai. Os juga harus putus sekolah karena keadaan ekoniminya yang tidak
mencukupi dan os harus bekerja keras untuk mendapatkan uang pada usianya
yang masih belia itu..
Usia remaja pasien juga tidak menyenagkan karena ia harus hidup
sendiri. Os ditinggal oleh kedua orang tuanya sehingga ia harus mencari uang
sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk kumpul
kembali bersama orangtuanya membuat pasien selalu mencari keberadaan
orangtuanya.
Pada status mental didapatkan: pada gambaran umum, perawatan diri
baik, bersikap kooperatif selama wawancara. Mood elasi euthymia, afek luas,
appropriate, serasi.Bicara spontan dan lancar, logorrhea, volume
12
keras.Isipikir tought insertion dan waham megic-mistik.Terdapat riwayat
halusinasivisual dan auditorik, namun saat ini tidak didapatkan.Penilaian
realita tidak terganggu, dengan tilikan derajat 3.
V. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan riwayat penderita, ditemukan adanya kejadian yang mencetuskan
perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan
tanda klinis yang khas berkaitan dengan adanya gangguan kejiwaan serta
ditemukan adanya distres dan disabilitas berat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat disimpulkan penderita mengalami suatu gangguan
kejiwaan.
Aksis I
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna tersebut, maka kasus ini digolongkan
ke dalam Gangguan Jiwa. Gangguan kejiwaan ini di kelompokkan sebagai
Gangguan Mental dan Perilaku. Maka menurut PPDGJ 3, Gangguan Mental
dan Perilaku ini dapat digolongkan Skizofrenia Paranoid (F20.0) sesuai
dengan kriteria diagnosis sebagai berikut:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan (halusinasi dan/atau waham harus menonjol):
o Halusinasi visual tampak jelas pada pasien, ia dapat melihat
Dewi Sri Latsmini yang ia yakini mampu memberinya kekuatan.
o Halusinasi auditorik tamapk jelas ketika ia mempu mendengar
suara dan mampu berkomunikasi dengan Dewi tersebut.
o Waham berupa magic-mistik ia mempercayai hal-hal yang gaib
seperti Dewi Sri yang hanya mampu dilihat oleh orang-orang
pilihan seperti dirinya. Tampak juga Tought insertion pada
13
pasien ketika ia mengatakan Dewi dapat masuk ketubuhnya dan
mempangaruhinya.
Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
neurologis, dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam
tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik.Tidak pernah ada
riwayat penggunaan zat psikoaktif.Hal ini dapat menjadi dasar untuk
menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik dan penggunaan zat
psikoaktif.
Aksis II
Saat ini tidak didapatkan kelainan pada aksis ini
Aksis III
Saat ini tidak didapatkan kelainan
Aksis IV
Memiliki masalah dengan“ prymry support group” ( keluarga)
Aksis V
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya
menggunakan skala GAF (Global Assessment of Functioning).Pada saat
dilakukan wawancara, skor GAF 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).GAF tertinggi selama
satu tahun terakhir adalah 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,
tidak lebih dari masalah harian yang biasa).
14
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis : F20.0 Skizofrenia paranoid
Aksis II : Saat ini tidak ditemukan
Aksis III : Saat ini tidak ditemukan
Aksis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga)
Aksis V : GAF 70 – 61 (Current)
GAF 90 – 81 (HLPY)
VII. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik: Tidak ditemukan adanya kelinan fisik yang bermakna, tetapi
di duga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien
memerlukan psikofarmakologi.
2. Psikologik:Tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita tapi tampak
adanya gejala psikotik sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
3. Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial sehingga pasien
butuh sosioterapi.
VIII. RENCANA TERAPI
A. Terapi psikofarmakologi
1. Risperidon 2 mg – 0 – 3 mg per oral
2. Trihexiphenidil 3 X 2 mg per oral bila perlu / muncul efek samping
B. Intervensi Psikososial
1. Terhadap penderita
a. Memberikan edukasi terhadap penderita agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan dan penanganannya, efek
15
samping yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan
keteraturan dalam minum obat.
b. Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya
diri individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup
yang baik.
c. Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa dan semangat
dalam menjalani hidup.
2. Terhadap keluarga
a. Menggunakan metode psiko-edukasi dengan menyampaikan
informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan
penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang
dapat dilakukan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima
kondisi penderita serta membantu penderita dalam hal minum obat
serta kontrol secara teratur dan mengenali gejala-gejala
kekambuhan untuk segera dikonsultasikan kepada dokter.
b. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit dan proes penyembuhan
penyakit pada penderita.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
16
III. PEMBAHASAN
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang kronik, berat dan
ditemukan adanya gangguan pada otak.4 Skizofrenia merupakan gangguan psikotik
yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia dalam hidup
mereka.1 Sejarah perjalanan skizofrenia telah dimulai dari penemuan – penemuan
teori tentang skizofrenia itu sendiri dimuali oleh Emil Krepelin hingga Ewol Hecker
yang mengemukakan teori mengenaiskizofrenia.3
Menurut teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, orang dengan
skizofrenia memiliki perpecahan (schism) antara pikiran, emosi, dan perilaku. Namun
istilah-istilah dan pengertian baru terus diperbaharui sehingga oleh PPDGJ III dan
DSM IV diambil pengertian skizofrenia sebagai suatu deskripsi sindrom dengan
variasi penyebab yang banyak dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genertik, fisik dan budaya.2,3
Yang terutama disini adalah terjadinya kemunduran kognitif, gangguan pikiran dan
persepsi serta afek yang tidak wajar atau tumpul.2 Skizofrenia merupakan gangguan
jiwa yang dapat ditemukan diseluruh dunia.1,3,4 Prevalensi dan insidensnya cenderung
mengalami peningkatan seiring dengan pesatnya kemajuan global.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda.1,4 Beberapa sumber menyebutkan skizofrenia dapat terjadi pada anak diatas
usia 5 tahun tetapi kasus ini sangat jarang terjadi begitupun pada usia diatas 40
tahun.1,4 Onset kejadian biasanya pada usia 15-25 tahun pada pria dan 25-35 tahun
pada wanita.1Dikatakan bahwa skizofrenia lebih sering dialami oleh pria dibanding
wanita dan prognosisnya lebih buruk jika terjadi pada pria.1,4 Secara umum, terdapat
beberapa tipe skizofrenia antara lain :1,2,3,4
1. Tipe paranoid.
Tipe ini paling stabil dan paling sering. Gejala terlihat sangat
konsisten,sering paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan
17
wahamnya. Waham danhalusinasi menonjol sedangkan afek dan
pembicaraan hampir tidak terpengaruh.
2. Tipe disorganisasi atau hebefrenik.
Ditandai oleh regresi yang nyata ke perilaku primitif,terdisinhibisi, dan
tidak teratur oleh tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria
tipekatatonik. Onset biasanya pada usia 15-25 tahun. Gejalanya antara lain
afek tumpul, tidakserasi, terlihat tolol, sering inkoheren, waham tidak
sistematis dan perilaku disorganisasidan manerisme.
3. Tipe katatonik.
Ditandai adanya perilaku katatonik seperti stupor, mutisme,
negativisme,rigiditas, flexibilitas cerea dan kegembiraan katatonik yang
seringkali dapat mengancamjiwa.
4. Tipe tak terperinci.
Pasien mempunyai gejala psikosis aktif yang menonjol atau
memenuhikriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe-tipe
diatas.
5. Tipe residual.
Pasien dalam keadaan remisi dan keadaan akut tetapi masih
memperlihatkangejala-gejala residual (penarikan diri secara sosial, afek
datar atau tak serasi, perilakuekstrensik, asosiasi melonggar atau pikiran
tak logis).
6. Depresi pasca skizofrenia.
Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dantimbul
sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia.
7. Skizofrenia simpleks.
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat karena bergantung
padapemastian perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif dari
gejala negatif yangkhas dari skizofrenia residual tanpa adanya riwayat
halusinasi, waham atau manifestasi laintentang adanya suatu episode
18
psikotik sebelumnya dan disertai perubahan perilakuperorangan yang
bermakna.
8. Skizofrenia lainnya dan skizofrenia yang tidak tergolongkan.
Etiologi skizofrenia sendiri belum pasti namun dikatakan bahwa penyebabnya
merupakan gabungan dari faktor biologis dan faktor psikosial serta lingkungan yang
disebut sebagai model diatesis-stress.1,3 beberapa penelitian menemukan bahwa
daerah otak yang terlibat dalam skizofrenia adalah struktur limbik, lobus frontalis,
dan ganglia basalis.3 Selain itu terdapat hipotesis yang paling sering dikemukakan
yaitu Hipotesis Dopamin dimana dikatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik selain itu juga ditemukan adanya peningkatan
aktivitas neurotransmitter lainnya seperti serotonin, norepinefrin serta asam amino.3
Selain itu, dikatakan pula adanya pengaruh genetika dan juga faktor keluarga
yang berperan penting dalam perkembangan kejiwaan seseorang dimana terdapat
faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan hal tersebut.1 secara umum, faktor
resiko orang dengan skizofrenia dapat dilihat pada gambar berikut
19
Skizofrenia merupakan penyakit kronik dimana sebagian kecil kehidupan
mereka beradadalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama
(bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran
penyakit yang ringan.1 Tanda dan gejala klinis skizofrenia menimbulkan tiga masalah
inti. Pertama , dikatakan bahwa tidak ada gejala umum yang patognomonik untuk
skizofrenia dimana setiap tanda dan gejala yang ditemukan pada skizofrenia dapat
ditemukan di gangguan psikiatrik atau neurologis lainnya.3Kedua, gejala pasien
berubah dengan berjalannya waktu dan klinisi harus mampu memperhitungkan
tingkat pendidikan pasien, kemampuan intelektual dan keanggotaan kultural dan
subkultural. Selain itu juga harus diketahun bagaimana riwayat kepribadian
prepsikotik atau premorbid pasien.1,3 Beberapa pasien, sebelum didiagnosis
skizofrenia, biasanya ditemukan adanya gangguan kepribadian skizoid, ambang, anti
sosial dan skizotipal.1Riwayat premorbid yang tipikal tetapi tidak tanpa kecuali dari
pasien adalah bahwa mereka mempunyai kepribadian skizoid atau skizotipal.3
20
Skizofrenia sering memperlihatkan gejala campuran seperti gangguan proses
pikir, dimana pikiran mereka sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan
terlihat tidak logis. Dapat ditemukan pula adanya gangguan isi pikir yaitu waham atau
keyakinan palsu yang menetap dan dipertahankan oleh pasien, dimana yang paling
sering adalah waham kejaran, kebesaran, rujukan dan sebagainya. Selain itu
ditemukan pula gangguan persepsi seperti halusinasi, ilusi dan depersonalisasi serta
gangguan emosi dan perilaku.1,3,4
Skizofrenia diobati dengan antipsikotik (AP). Setelah berkembangnya hipotesis
dopamin, pengobatan skizofrenia lebih ditujukan pada penghambatan
neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologis skizofrenia yaitu dopamin dan
serotonin.5 Obat antipsikotik dibagi dalam dua kelompok yaitu dopamine receptor
antagonist (DRA) atau antipsikotik generasi I (APG-I) dan serotonin-dopamine
antagonist (SDA) atau antipsikotik generasi II (APG-II).1 Obat APG-I disebut juga
antipsikotika konvensional atau tipikal sedangkan APG-II disebut juga antispikotika
baru atau atipikal.1 Secara umum, mekanisme kerja APG-1 adalah memblokade
dopamin pada reseptor pasca sinaps neuron di otak, khususnya sistem limbik, dan
sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist) sedangkan APG-II
disampingberafinitas terhadap dopamine D2 receptor juga terhadap Serotonin 5 HT2
Receptor.6 Obat APG-1 berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif
sedangkan untuk gejala negatif hampir tidak bermanfaat sedangkan obat APG-II
bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif.1 Standar emas baru pengobatan
skizofrenia adalah dengan obat APG-II. Meskipun harganya mahal tetapi manfaat
sangat besar dan efek samping minimal dibandingkan dengan obat APG-I yang
memiliki potensi besar menyebabkan efek samping sindroma ekstrapiramidal,
sindroma malignan neuroleptik serta tardive dyskinesia yang membahayakan nyawa
pasien jika tidak ditangani secara tepat.1,6
Obat APG-II pilihan pertama adalah clozapine namun karena efek
agranulositosisnya yang besar sehingga sering digunakan risperidone dengan dosis
berkisar antara 4-8 mg/hari.1,4,5,6 Untuk mencegah gejala ekstrapiramidal/sindrom
parkinson karena penggunaan antipsikotik yang kuat, dapat diberikan tablet
21
trihexyphenidil 3-4 x 2 mg/hari.1,6 Penggunaan obat anti psikosis long acting
parenteral (fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc im,
untuk 2-4 minggu) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur
makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.6 Sebaiknya sebelum
penggunaan parenteral diberikan per oral dahulu beberapa minggu untuk melihat
apakah terdapat efek hipersensitivitas.6 Dosis mulai dengan ½ cc setiap minggu pada
bulan pertama, kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan. Pemberian
antipsikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap
kasus skizofrenia.
Selain itu, dapat juga diberikan terapi kejang listrik (TKL) atau electric
convulsion therapy (ECT) pada kasus psikosis akut dan juga dengan terapi psikosial.1
Terapi psikosial terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi
kelompok dan psikoterapi intrapersonal.3
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 5 sampai 10 tahun
setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skizofrenia, hanya
kira-kira 10 sampai 20% pasien memiliki hasil yang baik.3 Baik tidaknya prognosis
bergantung pada beberapafaktor. Perjalanan penyakit, onset usia, adanya stressor
yang jelas, dukungan keluarga dankepatuhan pasien secara umum menjadi faktor
yang mempengaruhi prognosis skizofrenia.1
Tipe disorganisasi secara umum mempunyai prognosis yang buruk, tetapi tipe
paranoid dan katatonik mempunyai prognosis yang baik. Prognosis menjadi lebih
buruk apabila pasien menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga yang tidak
harmonis.1Pasien ini didiagnosis mengalami gangguan jiwa yaitu Skizofrenia
paranoid dengan tanda dan gejala yang memenuhi kriteria diagnosis Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) berdasarkan gambaran
klinis yang khas memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia yaitu adanya
halusinasi auditorik yang menonjol, adanya gangguan waham menetap berupa waham
megic-mistik. Secara rinci, pasien didiagnosis menderita skizofrenia paranoid dimana
gejala halusinasi terutama halusinasi auditorik dan visual. Pasien juga telah diberi
pengobatan sesuai pengoabatan terbaru yaitu dengan risperidone. Untuk mencegah
22
dan mengatasi efek samping antipsikosis, pasien juga telah diberi trihexiphenidil
dibawah pengawasan. Kepada pasien juga telah diberikan edukasi intrapersonal dan
berorientasi keluarga untuk memberikan motivasi dan kenyamanan pada pasien
dalam proses pemulihan.
Secara umum, prognosis pasien baik, memenuhi kriteria prognosis yakni
Prognosis yang memperingan:
a. Diagnosis gangguan Skizofrenia Paranoid : Kriteria prognosis baik
b. Penyakit organik tidak ada : Kriteria prognosis baik
c. Tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan NAPZA : Kriteria prognosis baik
d. Respon terhadap pengobatan baik : Kriteria prognosis baik
e. Tidak ada riwayat keluarga skizofrenia : Kriteria prognosis baik
f. Gejala positif menonjol : Kriteria prognosis baik
g. Stressor jelas : Kriteria prognosis baik
Prognosis yang memperberat :3
a. Onset umur saat usia dewasa muda : Kriteria prognosis buruk
c. Onset tidak jelas : Kriteria prognosisburuk
d. Ketidakpatuhan terhadap terapi : Kriteria prognosis buruk
e. Riwayat pola asuh yang cenderung keras : Kriteria prognosis buruk
f. Tilikan derajat 3 : Kriteria prognosis buruk
23