derma tomiko sis

14
DERMATOMIKOSIS ( MIKOSIS SUPERFISIAL Mikosis Superfisial merupakan penyakit kulit yany disebabkan oleh jamur yang menyerang kulit pada bagian epidermis yang mengandung keratin yaitu Stratum korneum basale misalnya : kulit, rambut, kuku. Penyakit ini banyak ditemukan di Indonesia dan merupakan penyakit rakyat. Berdasarkan topografinya ( bentuk klinis ) Mikosis Superfisial ada 2 yaitu : 1. Dermatofitosis 2. Non dermatofitosis DERMATOFITOSIS Penyakit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofit, jamur ini dapat mencerna keratin kulit ( keratinofilik ), sehingga jamur ini dapat menyerang lapisan kulit mulai dari stratum korneum sampaim stratum basalis. Penyebabnya adalah genus : Trichophyton, Epidermophyton, Microsporum Penularan penyakit ini melalui : Kontak langsung , kontak tak langsung ( alat-alat ) dari penderita ( manusia / Antropofilik ). Berdasarkan daerah infeksi ada beberapa istilah yaitu : - Tinea Capitis ( jamur yang menyerang daerah kepala ) - Tinea Barbae ( menyerang daerah jenggot ) - Tinea Fasei ( menyerang pada muka ) - Tinea Cruris ( menyerang daerah pantat ) - Tinea Pedis ( menyerang kaki ) - Tinea unguium ( menyerang kuku ) - Tinea Corporis ( menyerang badan ) - Tinea interdigitalis ( menyerang jari kaki, tangan ) GENUS TRICHOPHYTON Secara Mikroskopik ditemukan hifa bersepta / bersekat, hifa spiral, ditemukan makrokonidia berbentuk gada berdinding tipis terdiri dari 6 – 12 sel juga ditemukan mikrokonidia yang bentuknya seperti tetes air. Secara makroskopik ditemukan koloni yang kasar berserbuk / radier pada bagian tengah menonjol. Contoh :Trichophyton mentagropytes. Trichophyton rubrum GENUS MICROSPORUM Genus Microsporum secara mikroskopik ditemukan hifa bersekat,Mikrokonidia. Makrokonidia seperti gada dengan dinding sel tebal dan berduri / kasar, sel pada makrokonidia terdiri

Upload: irham

Post on 05-Dec-2014

69 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Derma Tomiko Sis

DERMATOMIKOSIS ( MIKOSIS SUPERFISIAL Mikosis Superfisial merupakan penyakit kulit yany disebabkan oleh jamur yang menyerang kulit pada bagian epidermis yang mengandung keratin yaitu Stratum korneum basale misalnya : kulit, rambut, kuku. Penyakit ini banyak ditemukan di Indonesia dan merupakan penyakit rakyat. Berdasarkan topografinya ( bentuk klinis ) Mikosis Superfisial ada 2 yaitu :1. Dermatofitosis2. Non dermatofitosisDERMATOFITOSISPenyakit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofit, jamur ini dapat mencerna keratin kulit  ( keratinofilik ), sehingga jamur ini dapat menyerang lapisan kulit mulai dari stratum korneum sampaim stratum basalis. Penyebabnya adalah genus : Trichophyton, Epidermophyton, Microsporum

Penularan penyakit ini melalui : Kontak langsung , kontak tak langsung ( alat-alat ) dari penderita ( manusia / Antropofilik ). Berdasarkan daerah infeksi  ada beberapa istilah yaitu :- Tinea Capitis ( jamur yang menyerang daerah kepala )- Tinea Barbae  ( menyerang daerah jenggot )- Tinea Fasei ( menyerang pada muka )- Tinea Cruris ( menyerang daerah pantat ) - Tinea Pedis ( menyerang kaki )- Tinea unguium ( menyerang kuku )- Tinea Corporis ( menyerang badan )- Tinea interdigitalis  ( menyerang jari kaki, tangan )GENUS  TRICHOPHYTONSecara Mikroskopik ditemukan hifa bersepta / bersekat, hifa spiral, ditemukan makrokonidia berbentuk gada berdinding tipis terdiri dari 6 – 12 sel juga ditemukan  mikrokonidia yang bentuknya seperti tetes air. Secara makroskopik ditemukan koloni yang kasar berserbuk / radier pada bagian tengah menonjol. Contoh :Trichophyton mentagropytes.Trichophyton rubrumGENUS MICROSPORUMGenus Microsporum secara mikroskopik ditemukan hifa bersekat,Mikrokonidia.  Makrokonidia seperti gada dengan dinding  sel tebal dan berduri / kasar,  sel pada  makrokonidia terdiri dari 8 –12 sel.  Secara makroskopik koloni tampak granuler berserbuk. Contoh  : M. Cannis, M . gypseum. M.  nannum. M. Cokkei

Genus EpidermophytonGenus Epidermophyton secara mikroskopik tampak hifa bersekat, ditemukan  makrokonidia berbentuk seperti gada berdinding halus mengandung 2 -  4 sel, ditemukan klamidospora.   Makrokonidia ini tersusun pada satu konidiophore 2 – 3 buah. Tidak ditemukan mikrokonidia. Secara makroskopik koloni epidermophyton tampak granuler,berserabut,menonjol pada bagian tengah. Contoh : Epidermophyton flocosum

NON DERMATOFITOSISInfeksi non dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar , karena jamur ini tidak dapat mencerna keratin kulit sehingga hanya menyerang lapisan kulit bagian luar. Yang termasuk jamur non dermatofitosis antara lain : Pitiriasis versicolor, Tinea nigra palmaris, Piedra.      

Page 2: Derma Tomiko Sis

1. PITIRIASIS VERSICOLORDisebut juga  Pityrosporum ovale / Pytirosporum orbiculare / Tinea versicolor atau Panu disebabkan oleh jamur Malazzezia furfur. Penyakit ini bersifat kronik , ditandai dengan adanya bercak putih sampai coklat bersisik menyerang pada bagian badan, ketiak, paha, leher, tungkai dan kulit kepala. Infeksi terjadi jika jamur / hifa/ spora melekat pada kulit. Penderita mengalami kelainan pada kulit , orang yang berkulit putih maka jamur akan tampak bercak-bercak coklat atau merah  ( hiperpigmentasi ) sedangkan pada penderita berkulit sawo matang / hitam maka jamur akan tampak bercak-bercak lebih muda ( hipopigmentasi ). Dengan demikian  warna kulit tampak bermacam-macam ( versicolor).Penderita mengeluh merasa gatal jika berkeringat atau tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita merasa malu karena adanya bercak-bercak pada kulit. Penyebaran jamur ini melalui kontak atau alat- alat pribadi yang terkontaminasi kulit penderita dan  predisposisi kebersihan pribadi.

DIAGNOSADengan pemeriksaan bahan pemeriksaan kerokan kulit yang mengalami kelainan.a. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 % Kulit yang mengalami kelainan dilakukan kerokan dengan alat skalpel yang sudah disterilkan dengan alkohol 70 %. Hasil kerokan ditampung pada cawan petri steril atau kertas steril, dan dilakukan pemeriksaan dengan cara diambil dengan ose diletakkan pada objek glas dan diberi KOH 10 % ditutup dengan deck glas dan diperiksa dibawah mikroskop. Secara mikroskopik ditemukan hifa pendek – pendek dan spora bergerombol.b. Pemeriksaan sinar woodDengan pemeriksaan sinar wood pada daerah infeksi akan memperlihatkan flouresens warna emas atau orange.c. KulturJamur Malazzezia furfur belum dapat dibiakkan pada media buatan.           TERAPIDengan pemberian salisil / salep imidazol / mikonazol / klotrimazol dan pemberian ketokonazol secara oral.  

TINEA NIGRA PALMARISTinea Nigra Palmaris merupakan infeksi jamur yang mengenai tangan atau kaki yang mengalami bercak-bercak putih atau hitam. Penyebabnya adalah Cladosporium werneckii. Infeksi jamur ini biasanya menyerang telapak tangan atau kaki yang menimbulkan bercak-bercak warna tengguli hitam , tidak ada keluhan yang jelas hanya dari segi estetika kurang sedap dipandang karena tampak kotor pada tangan dan kaki, kadang-kadang terasa gatal.                   DIAGNOSABahan pemeriksaan berasal dari kerokan kulit tempat infeksi, hasil kerokan langsung dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan KOH 10 %. Jamur akan tampak hifa dan tunas yang berwarna hitam atau hijau tua dengan spora yang bergerombol.

KULTUR          Jika dikultur akan tampak koloni granuler yang berwarna hitam.             

Page 3: Derma Tomiko Sis

3. PIEDRAMerupakan infeksi jamur pada rambut, berupa tonjolan, keras melekat pada rambut. Ada dua jenis piedra yaitu : Piedra hitam dan Piedra putih.

PIEDRA HITAMMerupakan infeksi jamur pada rambut kepala yang disebabkan oleh  Piedraia hortai. Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terinfeksi mengalami kelainan berupa benjolan yang keras pada rambut yang berwarna coklat kehitaman. Benjolan sulit dilepaskan jika dipaksakan rambut akan patah. Penderita tidak mengalami gangguan hanya pada saat menyisir rambut mengalami kesulitan.

DIAGNOSABahan pemeriksaan berasal dari potongan rambut yang terinfeksi, dilakukan pemeriksaan langsung dengan menggunakan KOH 10 %.  Hasil mikroskopik akan tampak hifa yang padat berwarna tengguli dan ditemukan askus yang mengandung askospora. KULTURJika ditaman pada media SGA tampak koloniyang berwarna Hitam            PIEDRA PUTIHMerupakan infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh Trichosporon cutaneum. Infeksi terjadi karena  rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terifeksi mengalami kelainan berupa benjolan yang tidak berwarna .   

DIAGNOSA Bahan pemeriksaan berasal dari rambut yang terinfeksi dilakukan pemeriksaan langsung dengan menggunakan KOH 10 %. Tampak anyaman hifa yang padat tidak berwarna atau putih kekuningan, ditemukan arthrospora pada ujung hifa.

Page 4: Derma Tomiko Sis

MIKOSIS

(Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur)

Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui dapat mengakibatkan

mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia. Mikosis dikelompokkan atas dasar tempat

infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis

sistemik (profunda). Infeksi yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan

atau berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder akibat mikosis.

Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis, namun demikian pengobatan-

pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang proses penyembuhan.

A.    Mikosis Superfisial, Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial,

yaitu kulit, rambut, kuku.

1.      Tinea versicolor : Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan Malassezia furfur

yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai panu.

Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung, axila leher

dan perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami depigmentasi.

Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.

Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit kemudian

dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan mengangkat kateter yang terpasang.

Diagnosa

Dengan pemeriksaan bahan pemeriksaan kerokan kulit yang mengalami kelainan.

a)      Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 % 

Kulit yang mengalami kelainan dilakukan kerokan dengan alat skalpel yang sudah disterilkan dengan

alkohol 70 %. Hasil kerokan ditampung pada cawan petri steril atau kertas steril, dan dilakukan

pemeriksaan dengan cara diambil dengan ose diletakkan pada objek glas dan diberi KOH 10 % ditutup

dengan deck glas dan diperiksa dibawah mikroskop. Secara mikroskopik ditemukan hifa pendek – pendek

dan spora bergerombol.

b)      Pemeriksaan sinar wood

Page 5: Derma Tomiko Sis

Dengan pemeriksaan sinar wood pada daerah infeksi akan memperlihatkan flouresens warna emas

atau orange.

Terapi

Dengan pemberian salisil / salep imidazol / mikonazol / klotrimazol dan pemberian ketokonazol

secara oral.  

2.      Tinea nigra : Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala weneckii.

Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut terisi oleh hifa

bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit (tidak

membentuk bagian yang menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang lain)

Diagnosa

Bahan pemeriksaan berasal dari kerokan kulit tempat infeksi, hasil kerokan langsung dilakukan

pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan KOH 10 %. Jamur akan tampak hifa dan tunas yang

berwarna hitam atau hijau tua dengan spora yang bergerombol.

Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.

Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.

3.      Piedra : Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh Trichosporon Beigelli dan

Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae.

Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk nodul yang lebih

halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.

Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.

a.       Piedra Hitam

Merupakan infeksi jamur pada rambut kepala yang disebabkan oleh  Piedraia hortai. Infeksi terjadi

karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terinfeksi mengalami kelainan berupa benjolan

yang keras pada rambut yang berwarna coklat kehitaman. Benjolan sulit dilepaskan jika dipaksakan rambut

akan patah. Penderita tidak mengalami gangguan hanya pada saat menyisir rambut mengalami kesulitan.

Diagnosa

Bahan pemeriksaan berasal dari potongan rambut yang terinfeksi, dilakukan pemeriksaan

langsung dengan menggunakan KOH 10 %.  Hasil mikroskopik akan tampak hifa yang padat berwarna

tengguli dan ditemukan askus yang mengandung askospora. 

Jika ditaman pada media SGA tampak koloniyang berwarna Hitam

b.      Piedra Putih

Merupakan infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh Trichosporon cutaneum. Infeksi terjadi

karena  rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terifeksi mengalami kelainan berupa benjolan

yang tidak berwarna .   

Page 6: Derma Tomiko Sis

Diagnosa 

Bahan pemeriksaan berasal dari rambut yang terinfeksi dilakukan pemeriksaan langsung dengan

menggunakan KOH 10 %. Tampak anyaman hifa yang padat tidak berwarna atau putih kekuningan,

ditemukan arthrospora pada ujung hifa.

Bahan pemeriksaan jika ditanam pada media akan tumbuh koloni yang berwarna kuning, granuler.

4.      Tinea Flavosa : Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan berkukudisebabkan oleh

Trichopyton schoenleinii.

Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada kuli kepala kemudian membesar membentuk

kerak yang berwarna kuning kotor, Kerak sangat lengket, bila diangkat akan meninggalkan luka basah.

Dapat menyebabkan kebotakan yang menetap.

5.      Otomycosis : Infeksi pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan Aspergillus, Penicillium,

Mocor, Rhizpus, Candida.

Klinis : muncu rasa gatal dan sakit pada lubang telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi infeksi

skunder oleh bakteri, akan menjadi bernanah.

6.      Tinea barbae

Merupakan infeksi jamur yang menyerang daerah yang berjanggut dan kulit leher, rambut dan

folikel rambut. Penyebabnya adalah Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton violaceum, Microsporum

cranis.

7.      Tinea cruris

Merupakan infeksi mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas sebelah dalam. Pada kasus

yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum atau

Trichophyton sp.

B.     Mikosis Kutan, Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial yang

terkeratinisasi , yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam.

1.      Tinea pedis (kaki atlet) : Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan berkembang menjadi vesikel-

vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan encer, disebabkan oleh Trichophyton rubrum, T.

Mentagrophytes, Epidemirmophyton floccosum.

Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat juga terjadi

infeksi skunder.

Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.

Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda,

kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim

mikonazol).Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan kimia

bedak antijamur pada siang hari.

Page 7: Derma Tomiko Sis

2.      Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap) : Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut, disebabkan oleh

serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa tumbuh aktif ke arah pinggir cincin

stratum korneum yan belum terserang.

Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian tengah bersisik dikelilingi oleh

pingiran merah meninggi sering mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua dan memisahkan diri menjadi

artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora mengelupas, sehinga pada beberapa kasus terdapat

bagian tengah yang bersih pada lesi kurap.

Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan

Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol.

3.      Tinea kaptitis (kurap kulit kepala) : Infeksi microsporum terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya aka

sembuh pada saat memasuki masa puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang

tidak diobati akan menetap sampai dewasa.

Klinis : infeksi dimulai pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti dinding

keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut. Rambut menjadi mudah patah dan

meninglakna potongannya yang pendek. Pada bagian kulit kepala yang botak terlihat bentuk kemerahan,

edema, bersisik dan membentuk vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan

dan mengarah pada mikosis sistemik.

Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh

dari anjing atau kucing. Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur untuk bersama. Hindari kontak

dengan orang yang terinfeksi.

Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering keramas dan

mengunakan krim antijamur mikonizol.

C.     Mikosis Subkutan, Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit meliputi

otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.

1.      Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada tumbuh-

tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar melalui aliran getah

bening.

Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi tebal,

Hampir tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan paru-

paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis.

Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menahun, meskipun

demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu.

2.      Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea pedrosoi,

Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah

tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.

Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur masuk melalui

trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran

getah bening

Page 8: Derma Tomiko Sis

Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah,

kebun dll.)

Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih

besar dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.

3.      Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur Eumycotic

mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma.

Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah. Jamur

masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan

tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan

menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.

Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah,

sawah, kebun dll.)

Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase

dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu penyembuhan.

D.    Mikosis Sistemik, Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam.

Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur

cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi

morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C.

Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya

infeksi skunder.

1.      Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ

vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes

brasieliensi

Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat sembuh

dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan infeksi

pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat

mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan terbuka (leher,muka, lengan dan kaki).

Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol selama 6 bulan akan bermanfaat.

2.      Kokodiodomikosis : disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah, mikosis ini menyerang paru-

paru.

Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit

kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan biasanya

dapat sembuh dengan sendirinya.

Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk

imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka diberikan amfoterisin

B dan diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan.

Page 9: Derma Tomiko Sis

3.      Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada tanah dengan kandungan

nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran unggas atau ternak)

Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag

areolar akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar secara cepat

namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh

dengan sendirinya. Pada kasus penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada

terjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada

hidung, mulut lidah, dan usus halus.

Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu

yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah menyerbar maka pemberian amfoterisin B

sering kali dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.

4.      Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis ( Blastomyces

brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses pernafasan.

Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau gang-guan

gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya

terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.

Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada Parakoksidiomikosis ringan,

jika penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan

pada kasus yang lebih berat, maka digunakan Amfoterisin B.

Daftar Pustaka

Entjang. Indan.2003. Mikrobiologi & Parasitologi. PT.Citra Aditya bakti. Bandung.

Gould. Dinah.2003. Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Melnick. Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

www. [email protected]. 29, maret 2008.

Page 10: Derma Tomiko Sis

Fungi/jamur adalah mikroorganisme eukariotik. Hanya 200 dari ribuan spesies yang sudah diidentifikasi sebagai pathogen pada manusia, dan diantara itu beberapa (sekitar selusin spesies) bertanggung jawab lebih dari 90% dari semua kasus infeksi jamur pada manusia. [1]

Morfologi. Bentuk morfologi jamur yang perlu diamati.Hifa : adalah bagian dasar dari filamentosa jamur yang bercabang, berbentuk tubular, dengan panjang sekitar 2-10 µm. [1]

Miselium : adalah struktur jarring-jaring atau struktur hifa seperti tikar. Substansi miselia (khusus untuk nutrisi) berpenetrasi kedalam substrat nutrient, sedangkan aerial miselia (untuk perkembangan aseksual) berada diatas dari media nutrient tersebut.[1]Thallus : adalah keseluruhan dari miselia dan disebut juga badan jamur atau koloni.Yeast/Ragi : Bagian dasar dari jamur yang uniselular. Berbentuk bulat sampai oval dan berdiameter 3-10 µm. beberapa sel ragi bergabung bersama dan menyerupai hifa, disebut pseudohifa.[1]Dimorfik : beberapa spesies jamur dapat membentuk ragi dan miselium tergantung dari keadaan lingkungan, hal ini disebut dimorfik. Jamur dimorfik pathogen membuat bentuk sel ragi ketika stadium parasit dan muncul sebagai miselia pada stadium saprofit.[1]

Metabolisme. Semua jamur adalah karbon heterotrop, artinya mereka tergantung pada substrat nustrien eksogen yang bersumber dari karbon organic, dan dengan sedikit pengecualian, fungi adalah aerob obligat. Banyak spesies yang mampu mempertahankan aktivitas metablisme pada sebagian besar media nutrisi dasar. Tipe metabolism yang diketahui adalah termofilik, psikorofilik, acidofilik, dan halofilik (contohnya dalam produksi roti, wine, bir, keju, dll) dan industry farmakologi (contohnya produksi dari substansi antibiotic, enzim, asam sitrat, dll). Aktivitas metabolic dari jamur juga bisa menjadi faktor perusak. Infetasi jamur dapat merusak makanan, struktur kayu, tekstil, dll. Jamur juga menyebabkan beberapa penyakit tanaman.Aspek umum pada penyakit jamur. Disamping alergi dan mikotoksikosis, infeksi jamur sejauh ini adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur terbanyak. Mikosis diklasifikasikan sebagai berikut : Primer mikosis (Coccidioidomycosis, Histoplasmosis, blastomycoses), Oportunistik mikosis (aspergilosis, mucormikosis, cryptococcoses, dll), Subcutan mikosis (sporotrikosis, mycetoma, dll), cutaneus mikosis (pityriasis versicolor, dermatomycoses). [1]

Diagnosis. Mikroskopik, material pemeriksaan yang sudah dipanaskan bersama 10% KOH. Perwarnaan menggunakan metilen biru, laktopenol biru, PAS (periodic acid-Schiff), tinta, dll.Kultur, menggunakan medium yang umum dipakai yaitu sabouraud dextrose agar, medium ini mempunyai pH keasaman 5,6. Struktur yang paling penting untuk diidentifikasi adalah morfologi dari jamur, jenis perkembangbiakan aseksualnya, dan jika ada seksual reproduksi. Tes biokimia pernah dipakai untuk identifikasi ragi, dan secara umum tidak terlalu penting seperti pada bakteriologi.Serologi. Dengan identifikasi antibody khusus antigen jamur pada serum pasien. Interpretasi dari pemeriksaan serologi lebih sulit pada kasus infeksi jamur.Deteksi antigen. Dengan menemukan antigen spesifik dari material diagnostic.

Page 11: Derma Tomiko Sis

Cutaneous test. Cutaneous test (alergi) dengan spesifikasi antigen jamur dapat berguna untuk diagnosis beberapa infeksi jamurDeteksi asam nukleat. Berguna pada deteksi cepat mikosis pada seseorang dengan imunokompromise.[1]

Pada praktikum kali ini, sesuai dengan petunjuk praktikum yang tertera, pemeriksaan difokuskan pada jamur Candida albicans (walaupun pada pelaksanaannya, praktikum tidak menggunakan jamur pathogen) sehingga pada pembahasan selanjutnya akan membahas lebih mendalam tentang jamur pathogen Candida albicans.

Candida berukuran kecil (4-6 µm), oval, berdinding tipis, ragi mirip jamur yang bereproduksi dengan buding. Genus Candida memiliki 200 spesies.  Hanya beberapa yang menyebabkan penyakit pada manusia. Dalam medis, beberapa spesies signifikan yang perlu diketahui diantaranya Candida albicans, Candida glabarata, Candida parapsilosis, Candida tropicallis, Candida krusei, Candida kefyr, Candida guiller-mondii, Candida husitaniae, Candida stellatoidea, dan Candida dubliniensis.[2]Candida albicans adalah jamur pathogen terpenting pada manusia dan penyebab umum terbanyak dari infeksi jamur mukosa dan sistemik. Candida albicans mengalami transisi morfologi yang reversible antara budding pseudohifa dan bentuk pertumbuhan hifa. Semua bentuk terlihat pada specimen jaringan. Sel ragi dapat didiseminasi lebih efektif.[2]

Langkah pertama dari infeksi Candida adalah kolonisasi epitel, selanjutnya tergantung dari adeherensi sel epitel dan protein, tergantung kemampuannya bertahan dan mengusir partikel. Kemampuan adesi dari Candida albicans berhubungan dengan kemampuan patogennya menyebabkan infeksi. Sebuah hipotesis berkembang tentang Candida, bahwa semakin terisolasi suatu spesies pathogen, kapasitas adesinya juga lebih besar. Beberapa gen dan produknya telah teridentifikasi untuk dicoba sebagai sel adesi, termasuk ALS (adhesion like sequence), family dari preotein pengkode cell-surface adesi glikoprotein (x-agglutinins) dan HWP-1, yang mengkode protein (Hwp 1) sebuah adesin pada sel epitel buccal.[2]

Epidemiologi. Spesies dari Candida adalah pathogen oportunistik yang penting karena kemampuannya menginfeksi dengan serius pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit. Jumlah Candida diperkirakan 15% dari semua infeksi yang sampai masuk rumah sakit, dan lebih dari 72% dari pasien tersebut mengalami infeksi jamur nasokomial.[2]

Penyakit juga terjadi pada sistem gastrointestinal atau pada kulit. Sebagian besar organism membentuk koloni endogen reservoir dan eksogen yang didapat. Spesies Candida sering ditemukan di lingkungan rumah sakit, makanan, meja, pendingin ruangan, lantai, alat respirator, dan dari pekerja medis. Spesies Candida juga berperan sebagai komensal pada penyakit kulit dan mukosa dari gastrointestinal, genitourinary, dan saluran respirasi. Infeksi Candida yang serius lebih sering pada pasien dengan luka bakar, lahir berat-rendah, resipien dari nutrisi parental, pasien dengan keganasan organ atau hematologi, pasien yang memakai kateter intravascular atau mengalami hemodialisis, dan pasien periode post-operasi khususnya operasi transplantasi. [2]

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Candida diantaranya, Oropharyngeal Candidiasis (OPC), Acute Pseudomembranous Candidiasis (Exudative), Kronik atrofi stomatitis, Angular Cheilitis (Parleche), Kronik hiperplastik Candidiasis (Candida leukoplakia), Medline Glossitis, Esophageal Candidiasis, Gastric Candidiasis, Candia Enterocolitis dan sindrom diare, Cutaneous Candidiasis (Candida folikulitis, paronychia, Kronik mucocutaneous candidiasis), Vulvovaginal candidiasis, Ocular candidiasis, Endocarditis, Kronik sistemik candidiasis, neonatal candidiasis, CNS candidiasis, Pulmonary candidiasis, urinary tract candidiasis, Infeksi Candida pada luka bakar, dan lain-lain. [2]

Page 12: Derma Tomiko Sis

Daftar Pustaka :1. Keyser, FH, K.A Bienz, J.Eckert, R.M. Zinkernagel. Medical Microbiology. New York : Thieme; 2005.2. Dismukes, William E, Peter G. Pappas, Jack D. Sobel. Clinical Mycology. New York : Oxford University Press; 2003.