amputasi pak sis

50
Nama : Husnul Basri Nim : 1. Apa pengertian amputasi ? Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas. 2. Jelaskan etiologi dari amputasi ! Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :

Upload: zam-azwar-annas

Post on 14-Aug-2015

109 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan amputasi

TRANSCRIPT

Page 1: Amputasi Pak Sis

Nama : Husnul Basri

Nim :

1. Apa pengertian amputasi ?

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan

“pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian

tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan

tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah

organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki

dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat

membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ

tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem

tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal

dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah

psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan

produktifitas.

2. Jelaskan etiologi dari amputasi !

Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :

1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua,

seperti klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.

2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal

injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets

disease dan kelainan kongenital.

3. Bagaimana patofisiologi pada amputasi ?

Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan

dua metode :

1. Metode terbuka (guillotine amputasi).

Page 2: Amputasi Pak Sis

Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang.

Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih,

dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.

2. Metode tertutup (flap amputasi)

Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada

daerah yang diamputasi.

3. Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain

adalah karena trauma amputasi.

4. Jelaskan penatalaksanaan post operasi ?

Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan

tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas

bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar

secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas,

mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah

yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.

Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya

perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu

ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain

tersumbat oleh clot darah.

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan

secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi

optimum klien.

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien,

khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan

klien.

Page 3: Amputasi Pak Sis

Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan

klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat

penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya

nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien

merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat

amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena

membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri

pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu

klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh

klien benar adanya

Nama : Shonaria Hayati

Nim :

5. Apa dampak masalah terhadap sistem tubuh ?

Adapun pengaruhnya meliputi :

1. Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan

penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah

sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.

2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih

besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid

plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar

keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan

oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga

menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke

hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga

terjadi peningkatan diuresis.

3. Sistem respirasi

Page 4: Amputasi Pak Sis

a. Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot

intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai

inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.

b. Perubahan perfusi setempat

Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan

rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan

terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi

hipoksia.

c. Mekanisme batuk tidak efektif

Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan

sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan

mengganggu gerakan siliaris normal.

4. Sistem Kardiovaskuler

a. Peningkatan denyut nadi

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin

dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering

dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.

b. Penurunan cardiac reserve

Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini

mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi

sekuncup.

c. Orthostatik Hipotensi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana

anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih

panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di

Page 5: Amputasi Pak Sis

ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah

darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke

otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada

saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.

5. Sistem Muskuloskeletal

a. Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler

memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan,

demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu

sehingga menjadikan kelelahan otot.

b. Atropi otot

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya

penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan

paralisis otot.

c. Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya

keterbatasan gerak.

d. Osteoporosis’

Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan

persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan

tulang menjadi keropos.

6. Sistem Pencernaan

a. Anoreksia

Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi

sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta

penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu

makan.

Page 6: Amputasi Pak Sis

b. Konstipasi

Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan

spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat

dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.

7. Sistem perkemihan

Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing

berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya

gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :

- Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu

ginjal.

- Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya

kuman dan dapat menyebabkan ISK.

8. Sistem integumen

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan

bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah

dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia,

hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit

dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

6. Sebutkan diagnosa yang mungkin muncul pada pasien amputasi ?

Untuk klien dengan amputasi diagnosa keperawatan yang lazim terjadi adalah:

1. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh.

2. Gangguan konsep diri ; body image berhubungan dengan perubahan fisik.

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan tulang dan otot.

Page 7: Amputasi Pak Sis

4. Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan

kurangnya kemampuan dalam merawat diri.

5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.

6. Potensial kontraktur berhubungan dengan immobilisasi.

7. Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terbuka.

7. Jelaskan rencana tindakan keperawatan beserta rasionalnya ?

1. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh.

a. Tujuan :

Jangka Panjang : Mobilisasi fisik terpenuhi.

Jangka Pendek :

- Klien dapat menggerakkan anggota tubuhnya yang lainnya yang

masih ada.

- Klien dapat merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk.

- ROM, tonus dan kekuatan otot terpelihara.

- Klien dapat melakukan ambulasi.

b. Intervensi :

1. Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh prosedur

pengobatan dan catat persepsi klien terhadap immobilisasi.

Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidakmampuan bergerak klien

dan persepsi klien terhadap immobilisasi akan dapat menemukan

aktivitas mana saja yang perlu dilakukan.

2. Latih klien untuk menggerakkan anggota badan yang masih ada.

Page 8: Amputasi Pak Sis

Rasional : Pergerakan dapat meningkatkan aliran darah ke otot,

memelihara pergerakan sendi dan mencegah kontraktur, atropi.

3. Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan menggunakan tongkat

dan kursi roda.

Rasional : Dengan ambulasi demikian klien dapat mengenal dan

menggunakan alat-alat yang perlu digunakan oleh klien dan juga untuk

memenuhi aktivitas klien.

4. Ganti posisi klien setiap 3 – 4 jam secara periodik

Rasional : Pergantian posisi setiap 3 – 4 jam dapat mencegah

terjadinya kontraktur.

5. Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun dari tempat

tidur.

Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam

duduk dan turun dari tempat tidur.

2. Gangguan konsep diri ; body image berhubungan dengan perubahan fisik.

a. Tujuan :

Jangka Panjang : Klien dapat menerima keadaan fisiknya.

Jangka Pendek :

- Klien dapat meningkatkan body image dan harga dirinya.

- Klien dapat berperan serta aktif selama rehabilitasi dan self care.

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan tulang dan otot.

a. Tujuan :

Page 9: Amputasi Pak Sis

Jangka Panjang : Nyeri berkurang atau hilang

Jangka Pendek :

- Ekspresi wajah klien tidak meringis kesakitan

- Klien menyatakan nyerinya berkurang

- Klien mampu beraktivitas tanpa mengeluh nyeri.

b. Intervensi :

1. Tinggikan posisi stump

Rasional : Posisi stump lebih tinggi akan meningkatkan aliran balik

vena, mengurangi edema dan nyeri.

2. Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitasnya,

catat perubahan tanda-tanda vital dan emosi.

Rasional : Merupakan intervensi monitoring yang efektif. Tingkat

kegelisahan mempengaruhi persepsi reaksi nyeri.

3. Berikan teknik penanganan stress seperti relaksasi, latihan nafas dalam

atau massase dan distraksi.

Rasional : Distraksi untuk mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri

karena perhatian klien dialihkan pada hal-hal lain, teknik relaksasi

akan mengurangi ketegangan pada otot yang menurunkan rangsang

nyeri pada saraf-saraf nyeri.

4. Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : Analgetik dapat meningkatkan ambang nyeri pada pusat

nyeri di otak atau dapat membloking rangsang nyeri sehingga tidak

sampai ke susunan saraf pusat.

4. Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan

kurangnya kemampuan dalam merawat diri.

Page 10: Amputasi Pak Sis

a. Tujuan :

Jangka Panjang : Klien dapat melakukan perawatan diri secara

mandiri.

Jangka Pendek :

- Tubuh, mulut dan gigi bersih serta tidak berbau.

- Kuku pendek dan bersih.

- Rambut bersih dan rapih

- Pakaian, tempat tidur dan meja klien bersih dan rapih.

- Klien mengatakan merasa nyaman.

b. Intervensi :

1. Bantu klien dalam hal mandi dan gosok gigi dengan cara mendekatkan

alat-alat mandi, dan menyediakan air di pinggirnya, jika klien mampu.

Rasional : Dengan menyediakan air dan mendekatkan alat-alat mandi

maka akan mendorong kemandirian klien dalam hal perawatan dan

melakukan aktivitas.

2. Bantu klien dalam mencuci rambut dan potong kuku.

Rasional : Dengan membantu klien dalam mencuci rambut dan

memotong kuku maka kebersihan rambut dan kuku terpenuhi.

3. Anjurkan klien untuk senantiasa merapikan rambut dan mengganti

pakaiannya setiap hari.

Rasional : Dengan membersihkan dan merapihkan lingkungan akan

memberikan rasa nyaman klien.

Page 11: Amputasi Pak Sis

5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.

a. Tujuan :

Jangka Panjang : Klien dapat sembuh tanpa komplikasi seperti infeksi.

Jangka Pendek :

- Kulit bersih dan kelembaban cukup.

- Kulit tidak berwarna merah.

- Kulit pada bokong tidak terasa ngilu.

b. Intervensi :

1. Kerjasama dengan keluarga untuk selalu menyediakan sabun mandi

saat mandi.

Rasional : Sabun mengandung antiseptik yang dapat menghilangkan

kuman dan kotoran pada kulit sehingga kulit bersih dan tetap lembab.

2. Pelihara kebersihan dan kerapihan alat tenun setiap hari.

Rasional : Alat tenun yang bersih dan rapih mengurangi resiko

kerusakan kulit dan mencegah masuknya mikroorganisme.

3. Anjurkan pada klien untuk merubah posisi tidurnya setiap 3 – 4 jam

sekali

Rasional : Untuk mencegah penekanan yang terlalu lama yang dapat

menyebabkan iritasi.

6. Resiko tinggi terhadap kontraktur berhubungan dengan immobilisasi.

a. Tujuan :

Jangka Panjang : Kontraktur tidak terjadi.

Jangka Pendek :

- Klien dapat melakukan latihan rentang gerak.

Page 12: Amputasi Pak Sis

- Setiap persendian dapat digerakkan dengan baik.

- Tidak terjadi tanda-tanda kontraktur seperti kaku pada persendian.

b. Intervensi :

1. Pertahankan peningkatan kontinyu dari puntung selama 24 – 48 jam

sesuai pesanan. Jangan menekuk lutut, tempat tidur atau menempatkan

bantal dibawah sisa tungkai, tinggikan kaku tempat tidur melalui blok

untuk meninggikan puntung.

Rasional : Peninggian menurunkan edema dan menurunkan resiko

kontraktur fleksi dari panggul.

2. Tempatkan klien pada posisi telungkup selama 30 menit 3 – 4 kali

setiap hari setelah periode yang ditentukan dari peninggian kontinyu.

Rasional : Otot normalnya berkontraksi waktu dipotong. Posisi

telungkup membantu mempertahankan tungkai sisa pada ekstensi

penuh.

3. Tempatkan rol trokanter disamping paha untuk mempertahankan

tungkai adduksi.

Rasional : Kontraktur adduksi dapat terjadi karena otot fleksor lebih

kuat dari pada otot ekstensor.

4. Mulai latihan rentang gerak pada puntung 2 – 3 kali sehari mulai pada

hari pertama pasca operasi. Konsul terapist fisik untuk latihan yang

tepat.

Rasional : Latihan rentang gerak membantu mempertahankan

fleksibilitas dan tonus otot.

7. Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terbuka.

a. Tujuan :

Page 13: Amputasi Pak Sis

Jangka Panjang : Infeksi tidak terjadi

Jangka Pendek :

- Luka bersih dan kering

- Daerah sekitar luka tidak kemerahan dan tidak bengkak.

- Tanda-tanda vital normal

- Nilai leukosit normal (5000 – 10.000/mm3)

b. Intervensi :

1. Observasi keadaan luka

Rasional : Untuk memonitor bila ada tanda-tanda infeksi sehingga akan

cepat ditanggulangi.

2. Gunakan teknik aseptik dan antiseptik dalam melakukan setiap tindakan

keperawatan

Rasional : Tehnik aseptik dan antiseptik untuk mencegah pertumbuhan

atau membunuh kuman sehingga infeksi tidak terjadi.

3. Ganti balutan 2 kali sehari dengan alat yang steril.

Rasional : Mengganti balutan untuk menjaga agar luka tetap bersih dan

dengan menggunakan peralatan yang steril agar luka tidak

terkontaminasi oleh kuman dari luar.

4. Monitor LED

Rasional : Memonitor LED untuk mengetahui adanya leukositosis yang

merupakan tanda-tanda infeksi.

5. Monitor tanda-tanda vital

Rasional : Peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi dan

penurunan tekanan darah merupakan salah satu terjadinya infeksi

Page 14: Amputasi Pak Sis

Nama : Ilsan Andrianata

Nim :

8. Apa prioritas masalah amputasi ?

Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh.

9. Jelaskan tindakan yang dilakukan sebelum dilakukan amputasi !

Mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan

operasi. Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan

kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk

menjalani operasi.

10. Bagian tubuh mana saja yang bisa dilakukan amputasi ?

1. Ekstremitas atas

Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal

ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi,

berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.

2. Ekstremitas bawah

Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari

jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.

3. Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif,

bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.

4. Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump

amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur

sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.

5. Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah

sehingga melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah

dengan memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di

dalam otot.

Page 15: Amputasi Pak Sis

6. Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih

utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi

dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara

kombinasi.

11. Apa keluhan utama yang sering terjadi pada pasien amputasi ?

12. Sebutkan data yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik ?

Pemeriksaan fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh

klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala

tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk

mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/

tindakan darurat.

Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

SISTEM TUBUH KEGIATAN

Integumen :

Kulit secara umum.

Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.

Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.

Sistem Cardiovaskuler :

Cardiac reserve

Pembuluh darah

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.

Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan

menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Page 16: Amputasi Pak Sis

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.

Memonitor intake dan output cairan.

Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.

Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem Mukuloskeletal

Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

Nama : Yulindawati Astuti

Nim : 062 styc 08

13. Pada kondisi apa dan bagaimana tindakan amputasi dapat dilakukan

Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :

1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.

2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.

3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.

4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh

lainnya.

5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.

6. Deformitas organ.

14. Bagaimana menejmen keperawatan preoperatif pada amputasi?

Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya

untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi

kegiatan operasi.

Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi

fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani

operasi.

Pengkajian Riwayat Kesehatan

Page 17: Amputasi Pak Sis

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat

mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus,

penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji

riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

Pengkajian Fisik

Pemeriksaan fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh

klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala

tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk

mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/

tindakan darurat.

Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

SISTEM TUBUH KEGIATAN

Integumen :

Kulit secara umum.

Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.

Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.

Sistem Cardiovaskuler :

Cardiac reserve

Pembuluh darah

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.

Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.

Memonitor intake dan output cairan.

Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.

Page 18: Amputasi Pak Sis

Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada

kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi

kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan

dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap

gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping

itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri

yang mungkin timbul.

Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan

memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran

ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah

dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri,

pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran

dan gangguan identitas.

Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama

dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan

pemilihan koping konstruktif.

Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya

gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien

setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri.

Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik

bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk

melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre

operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak

dibahas pada makalah ini.

15. Sebutkan dan jelaskan Jenis-jenis amputasi ?

Page 19: Amputasi Pak Sis

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

1. amputasi selektif/terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan

mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus.

Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir

2. Amputasi akibat trauma

Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak

direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi

amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.

3. Amputasi darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya

merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada

trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang

luas.

Jenis amputasi yang dikenal adalah :

Amputasi terbuka

Amputasi tertutup.

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana

pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi

tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat

skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang

lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.

Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya

meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga

kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan

persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).

Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami

amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien

sesuai dengan kompetensinya.

Page 20: Amputasi Pak Sis

16. Bagaiman pengkajian psikologi dan sosial dalam amputasi ?

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada

kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi

kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan

dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap

gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping

itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri

yang mungkin timbul.

Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan

memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran

ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah

dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri,

pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran

dan gangguan identitas.

Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama

dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan

pemilihan koping konstruktif.

Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya

gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien

setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri.

Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik

bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk

melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre

operatif.

Nama : Agung Apriantono

Nim :

17. Jelaskan tehnik atau prosedur tindakan amputasi !

Amputasi Atas Lutut

Page 21: Amputasi Pak Sis

a. Pasien terlentang

b. Kulit ditandai dengan marker untuk garis insisi dan pemotongan tulang

diatas lutut. Garis insisi berbentuk mulut ikan dengan puncak pada sisi

medial dan lateral paha. Batas osteotomi juga ditandai sebelum insisi.

c. Dilakukan diseksi dan pemotongan kulit, fasia superfisal (tan jaringan

subkutan secara vertikal dari tepi insisi. Kemudian bergerak miring sesuai

arch garis insisi menuju puncak irisan sampai tulang.Pembuluh darah

besar diligasi . Nervus ditarik keluar dari jaringan sekitarnya kira-kira 2

cm, diligasi dua kali dengan benang monofilamen nonabsorbable dan

dipotong dengan pisau serta dibiarkan masuk kembali ke jaringan

sekitarnya.

d. Kauter digunakan untuk membuka periosteum, kemudian dilakukan

osteotomi dengan gergaji Gigh, dan tepi tulang di kikir untuk

menghilangkan tepi tajam.

e. Dilakukan myodesis dua lapis dengan menjahitkan otot-otot menutupi

ujung tulang. Quadriseps dan hamstring dijahitkan satu sama lain untuk

menutupi tulang. Adduktor ditendodesis dengan otot di ujung femur.

Tahap ini penting agar kekuatan dan kestabilan femur tetap terjaga.

f. Subkutis dan kulit ditutup lapos demi lapis dan dipasang drain.

g. Dilakukan balutan ketat dan dipasang sarung stump diujung stump

Amputasi Bawah Lutut

a. Pasien terlentang

b. Kulit ditandai dengan marker untuk garis insisi dan pemotongan tulang

dibawah lutut. Garis insisi berbentuk mulut ikan dengan puncak pada sisi

medial dan lateral paha. Batas osteotomi juga ditandai sebelum insisi.

Semakin panjang stump yang ditinggalkan, semakin baik hasil

fungsionalnya

Page 22: Amputasi Pak Sis

c. Dilakukan diseksi dan pemotongan kulit, fasia superfisal dan jaringan

subkutan secara vertikal dari tepi insisi. Kemudian bergerak miring sesuai

arch garis insisi menuju puncak irisan sampai tulang.Pembuluh darah

besar diligasi . Nervus ditarik keluar dari jaringan sekitarnya kira-kira 2

cm, diligasi dua kali dengan benang monofilamen nonabsorbable dan

dipotong dengan pisau Bertadibiarkan masuk kembali ke jaringan

sekitarnya.

d. Kauter digunakan untuk membuka periosteum, kemudian dilakukan

osteotomi dengan gergaji Gigli, dan tepi tulang di kikir untuk

menghilangkan tepi tajam. . Minimal 5 cm tibia diperlukan untuk fungsi

dan pemasangan prostesis. Fibula selalu dipotong lebih pendek dari tibia

e. Dilakukan myodesis dua lapis dengan menjahitkan otot-otot menutupi

ujung tulang.

f. Subkutis dan kulit ditutup lapos demi lapis dan dipasang drain.

g. Dilakukan balutan ketat dan dipasang sarung stump diujung stump

18. Apa saja kontra indikasi pada pasien yang akan di amputasi ?

Kondisi umum yang buruk, Sarkoma dengan metastasis (relatif)

19. Apa tindakan yang dilakukan pada pre, intra dan post operasi ?

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga

tahap yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap

postoperatif.

a. Pre Operatif

Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya

untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi

kegiatan operasi.

Page 23: Amputasi Pak Sis

Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan

kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk

menjalani operasi.

Pengkajian Riwayat Kesehatan

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin

dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes

mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga

mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh

klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi

manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan

untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan

trauma/ tindakan darurat.

Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

SISTEM TUBUH KEGIATAN

Integumen :

Kulit secara umum.

Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.

Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.

Sistem Cardiovaskuler :

Cardiac reserve

Pembuluh darah

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.

Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.

Page 24: Amputasi Pak Sis

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.

Memonitor intake dan output cairan.

Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.

Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada

kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan

terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi

yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak

amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi

itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada

antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.

Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan

memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran

ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang

telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh

klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan

penampilan peran dan gangguan identitas.

Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara

seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan

tindakan dan pemilihan koping konstruktif.

Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya

gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien

setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu

sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat

yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi

Page 25: Amputasi Pak Sis

perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah

umum pada saat pre operatif.

b. Intra Operatif

Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi

terbaik klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini

adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari

komplikasi pembedahan.

Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan,

pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan

nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran.

Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang

prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan

pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya

dimasa postoperatif.

c. Post Operatif

Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan

tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas

bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar

secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas,

mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah

yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.

Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya

perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau

terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan

saluran drain tersumbat oleh clot darah.

Page 26: Amputasi Pak Sis

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan

secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan

kondisi optimum klien.

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien,

khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam

kehidupan klien.

Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan

kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta

mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah

mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri

Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada

daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan

adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak

sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam

masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan

menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

20. Apa saja komplikasi dari amputasi ?

a. Perdarahan

Bila hemostasis tidak baik, dapat terjadi perdarahan di daerah operasi. Pada

insisional biopsi tumor, mudah terjadi perdarahan. Bila perdarahan

merembes dan tidak dapat dijahit (jaringan rapuh), dilakukan penekanan dan

balut tekan diatas titik perdarahan

b.Infeksi

Infeksi dapat muncul bila tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat,

atau sudah ada infeksi di daerah yang di biopsi

Nama : Zam Azwar Annas

Nim :

Page 27: Amputasi Pak Sis

21. Bagaiman perawatan pasca bedah pada pasien amputasi ?

Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan pada pasca operasi adalah

Melakukan perawatan luka postoperasi

-     Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.

-     Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese

yang digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan –1

tahun).

Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri

-     Memberi dukungan psikologis.

-     Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi

saat ini.

Mencegah kontraktur

-     Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah

amputasi segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.

-     Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna

untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese,

menghindari terjadinya kontraktur.

Aktivitas perawatan diri

-     Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).

-     Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.

-     Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari

tim rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.

-     Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.

-    Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat

penggunaan protese.

Page 28: Amputasi Pak Sis

22. Mengapa pada penderita diabetes melitus pada stadim lanjut harus

dilakukan amputasi ?

Biasanya disebabkan karena diabetes mellitus berkomplikasi dengan

neuropathy (kerusakan syaraf). Komplikasi diabetes mellitus neuropathy

adalah komplikasi diabetes mellitus yang paling sering terjadi. Hal ini

biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan

baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Bila dalam jangka yang

lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan

melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi

makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati

diabetik (diabetic neuropathy).

Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau

menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat

kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf, saraf mana yang

terkena.

Neuropati diabetik yang paling sering adalah neuropati perifer. Kerusakan ini

mengenai saraf perifer atau saraf tepi, yang biasanya berada di anggota gerak

bawah, yaitu kaki dan tungkai bawah. Seringkali penderita diabetes datang

pertama untuk keluhan saraf ini, dan setelah diperiksa oleh dokter, baru

diketahui bahwa ia ternyata mengidap diabetes.

Gejala neuropati diabetik bisa bermacam-macam. Kerusakan saraf yang

mengontrol otot akan menyebabkan kelemahan otot sampai membuat

penderita tidak bisa jalan. Gangguan saraf otonom dapat mempercepat denyut

jantung dan membuat muncul banyak keringat. Pada pria, bisa menimbulkan

impotensi. Kerusakan saraf perasa dapat menyebabkan penderita tidak bisa

merasakan nyeri, panas, dingin, atau meraba. Kerusakan saraf sensoris atau

perasa biasanya terjadi pada kaki, kadang-kadang juga pada tangan dan

lengan. Penderita bisa merasakan kram, kesemutan, rasa tebal, atau rasa nyeri.

Ada pula rasa nyeri seperti terbakar, bahkan rasa nyeri yang hebat pada malam

hari. Gejala-gejala ini dapat berubah-ubah, biasanya pada ujung jari kaki atau

tangan dan akan menjalar naik ke atas.

Page 29: Amputasi Pak Sis

Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal di kaki. Hal ini

dikarenakan tidak adanya rasa nyeri dan penderita tidak tahu bahwa ada

infeksi. Misalnya, bila kaki terinjak benda tajam atau ukuran sepatu terlalu

kecil dapat membuat penderita tidak bisa merasakan apa-apa. Mungkin ada

goresan kecil, luka, atau bisa jadi infeksi. Itu sebabnya neuropati, terutama

jika kaki terasa tebal, sangat berisiko mengakibatkan munculnya ulkus (borok)

kaki, yang disebut neuropathic foot ulcer. Bila tidak diobati dengan baik, bisa

timbul infeksi, yang lama kelamaan bisa menjalar ke tulang dan terjadi

osteomielitis (infeksi dan kerusakan tulang).

Penderita neuropati yang mengalami luka pada kaki, sebaiknya memeriksakan

lukanya ke dokter. Dokter dapat melakukan sejumlah tes untuk mengetahui

adanya gangguan saraf pada kaki. Bila terjadi kerusakan saraf pada kaki,

penderita tidak dapat merasakan adanya tusukan paku atau jarum atau panas

api, dan lain-lain. Hal ini bisa menimbulkan luka dan infeksi yang terkadang

dapat berakibat buruk pada kaki, bahkan sampai perlu diambil tindakan

amputasi.

23. Sebutkan pemeriksaan penunjang pada amputasi !

Pemeriksaan tergantung pada kondisi dasar perlunya amputasi dan digunakan

untuk menentukan tingkat yang terjadi untuk amputasi

Foto rontgen : mengidentifikasi abnormalitas tulang

CT Scan : mengidentifikasi lesi neoplastik, asteomelis, pembentukan

hematoma

Aggiografi dan pemeriksaan aliran darah : mengevaluasi perubahan

sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkira kan potensial

penyembuhan jaringan setelah amputasi.

24. Mengapa pada penderita iskemia dilakukan tindakan amputasi ?

Iskemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suplai oksigen

terhadap suatu jaringan atau organ tertentu, iskemia pada suatu organ

menyebabkan terjadinya hipoksia pada sel-selnya, karena sel mengalami

Page 30: Amputasi Pak Sis

pengurangan suplai oksigen menyebabkan metabolisme di dalam sel

mengalami penurunan.

Akibatnya terjadi penurunan produksi ATP sebagai sumber energi terhadap

berbagai aktifitas sel, termasuk didalammya adalah penurunan energi untuk

aktifitas transport aktif. transport aktif menggerakan pompa natrium

memompa natrium dari intrasel ke luar sel, karena adanya penurunan sumber

energi untuk menggerakan pompa natrium maka terjadi kelebihan ion natrium

di dalam sel. Sebagai dampak kelebihan ion natrium intraselular ini terjadi

pemindahan air dari ekstrasel ke dalam intrasel sehingga terjadilah

penumpukan cairan dalam sel/ oedem sel (pembengkakan seluler). Pada

kondisi ini sitoplasma secara mikroskopik akan tampak pucat.

Apabila kondisi berlangsung terus menerus organela-organela dapat

mengalami pembengkakan pula. Kalau penyebab keadaan ini segera teratasi

maka sel akan berangsur kepada fungsi dan struktur semula, akan tetapi kalau

faktor penyebabnya tidak hilang dan terus menerus (persisten) terjadi kondisi

yang kekurangan oksigen maka bisa terjadi penurunan fungsi mitokondria dan

organela lain seperti Retikulo Endoplasma yang mensintesa protein dan lipid

untuk regenerasi membran sel, akibatnya membran sel bisa mengalami

kebocoran dan isi sitoplasma keluar dari sel maka dapat terjadi kematian sel.

Apabila telah terjadi kematian sel sama halnya dengan pada pasien diabetes

mellitus akan mengganggu sirkulasi dan rentan akan infeksi, sehingga pada

iskemia dilakukan amputasi untuk mengurangi atau bahkan mencegah

penyebaran infeksi dengan titik point pada sirkulasi yang masih baik.

Nama : yanuar ansori

Nim :

25. Bagaimana ruang lingkup dilakukan amputasi pada pasien DM ?

Biasanya disebabkan karena diabetes mellitus berkomplikasi dengan

neuropathy (kerusakan syaraf). Komplikasi diabetes mellitus neuropathy

adalah komplikasi diabetes mellitus yang paling sering terjadi. Hal ini

biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan

Page 31: Amputasi Pak Sis

baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Bila dalam jangka yang

lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan

melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi

makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati

diabetik (diabetic neuropathy).

Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau

menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat

kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf, saraf mana yang

terkena.

Neuropati diabetik yang paling sering adalah neuropati perifer. Kerusakan ini

mengenai saraf perifer atau saraf tepi, yang biasanya berada di anggota gerak

bawah, yaitu kaki dan tungkai bawah. Seringkali penderita diabetes datang

pertama untuk keluhan saraf ini, dan setelah diperiksa oleh dokter, baru

diketahui bahwa ia ternyata mengidap diabetes.

Gejala neuropati diabetik bisa bermacam-macam. Kerusakan saraf yang

mengontrol otot akan menyebabkan kelemahan otot sampai membuat

penderita tidak bisa jalan. Gangguan saraf otonom dapat mempercepat denyut

jantung dan membuat muncul banyak keringat. Pada pria, bisa menimbulkan

impotensi. Kerusakan saraf perasa dapat menyebabkan penderita tidak bisa

merasakan nyeri, panas, dingin, atau meraba. Kerusakan saraf sensoris atau

perasa biasanya terjadi pada kaki, kadang-kadang juga pada tangan dan

lengan. Penderita bisa merasakan kram, kesemutan, rasa tebal, atau rasa nyeri.

Ada pula rasa nyeri seperti terbakar, bahkan rasa nyeri yang hebat pada malam

hari. Gejala-gejala ini dapat berubah-ubah, biasanya pada ujung jari kaki atau

tangan dan akan menjalar naik ke atas.

Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal di kaki. Hal ini

dikarenakan tidak adanya rasa nyeri dan penderita tidak tahu bahwa ada

infeksi. Misalnya, bila kaki terinjak benda tajam atau ukuran sepatu terlalu

kecil dapat membuat penderita tidak bisa merasakan apa-apa. Mungkin ada

goresan kecil, luka, atau bisa jadi infeksi. Itu sebabnya neuropati, terutama

jika kaki terasa tebal, sangat berisiko mengakibatkan munculnya ulkus (borok)

Page 32: Amputasi Pak Sis

kaki, yang disebut neuropathic foot ulcer. Bila tidak diobati dengan baik, bisa

timbul infeksi, yang lama kelamaan bisa menjalar ke tulang dan terjadi

osteomielitis (infeksi dan kerusakan tulang).

Penderita neuropati yang mengalami luka pada kaki, sebaiknya memeriksakan

lukanya ke dokter. Dokter dapat melakukan sejumlah tes untuk mengetahui

adanya gangguan saraf pada kaki. Bila terjadi kerusakan saraf pada kaki,

penderita tidak dapat merasakan adanya tusukan paku atau jarum atau panas

api, dan lain-lain. Hal ini bisa menimbulkan luka dan infeksi yang terkadang

dapat berakibat buruk pada kaki, bahkan sampai perlu diambil tindakan

amputasi.

26. Bagaimana tehnik perawatan konsevatif pada tindakan amputasi ?

Tindakan bedah akut diperlukan pada infeksi berat yangdisertai selulitis

berat yang disertai selulitis luas, limfangitis, nekrosis jaringan dan nanah.

Biasanya diperlukan insisi untuk mencapai drainase yang adekuat

Hasil pengelolaan kaki ditentukan lokasi ulkus nyeri luas infeksi kontrol

gula darah dan cukup atau tidak adanya vaskuler sistem

27. Apa yang dimaksud dengan follow up pasien pasca amputasi ?

Follow up pasien amputasi adalah melakukan rehabilitasi (fisioterapi,

konseling) dan pemasangan prostes.

28. Apa yang dimaksud dengan amputasi terbuka dan amputasi tertutup ?

1. Amputasi Metode terbuka (guillotine amputasi).

Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang.

Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan

luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.

2. Amputasi Metode tertutup (flap amputasi)

Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada

daerah yang diamputasi.

Page 33: Amputasi Pak Sis

Nama : Moh Ginting

Nim :

29. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum

sehingga dilakukan amputasi ?

30. Apa tanda-tanda/ data yang didapat pada ulkus diabetikum sehingga

dilakukan amputasi ?

31. Apa yang dimaksud dengan perawatan post amputasi rigid dressing dan

soft dressing ?

a. Amputasi rigid dressing

Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar

operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus

immobilisasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan

memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan

memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang

menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri

dan mempercepat posisi berdiri.

Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi

segera, mobilisasi setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh,

setelah 2 – 3 minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk

mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia,

kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil,

therapist dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk

melakukan supervisi program perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari

ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast

yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.

b. Soft dressing

Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan

pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang

bantalan yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban

jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump

Page 34: Amputasi Pak Sis

dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi

dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan

fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah

48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien

diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan.

Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi

diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal

dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya

kontraktur.

32. Mengapa pada pasien amputasi biasanya mengalami anoreksia dan

konstipasi ?