amputasi dm.docx

25
Landasan teoritis Amputasi A. Pengertian Amputasi berasal dari bahasa latin “amputare”, amb yang berarti sekitar dan putare artinya memotong. Jadi amputasi adalah suatu tindakan pembedahan dengan memotong bagian tubuh. Amputasi juga bisa diartikan suatu keadaan ketiadaan sebagian atau seluruh anggota gerak atau menunjukkan suatu prosedur bedah. Amputasi dikelompokkan atas dua kelompok yaitu amputasi kongenital dan amputasi bedah. Pada amputasi kongenital ketiadaan anggota gerak disebabakan gangguan oleh pembentukan organ yang dibawa sejak lahir, sedang amputasi bedah adalah prosedur pemotongan yang memotong tulang. B. Prinsip Teknik Amputasi Torniquet selalu digunakan kecuali jika terdapat insufisiensi arterial. Flap kulit dibuat sedemikian rupa sehingga panjang gabungan keseluruhan flap sama dengan 1,5 x lebar anggota gerak pada level amputasi. Sebagai suatu ketetapan, flap anterior dan posterior dengan panjang yang sama dipakai untuk amputasi pada anggota gerak atas dan amputasi transfemoral (above knee), untuk amputasi below knee falp posterior dibuat lebih panjang. Otot dipotong distal dari tempat pemotongan tulang, kelompok otot yang saling berhadapan kemudian dijahit diatas ujung tulang dan juga

Upload: amanda-mahendra-sastranegara

Post on 02-Dec-2015

88 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: Amputasi DM.docx

Landasan teoritis Amputasi

 

A.    Pengertian

Amputasi berasal dari bahasa latin “amputare”, amb yang berarti sekitar dan putare artinya

memotong. Jadi amputasi adalah suatu tindakan pembedahan dengan memotong bagian tubuh.

Amputasi juga bisa diartikan suatu keadaan ketiadaan sebagian atau seluruh anggota gerak atau

menunjukkan suatu prosedur bedah.

Amputasi dikelompokkan atas dua kelompok yaitu amputasi kongenital dan amputasi bedah.

Pada amputasi kongenital ketiadaan anggota gerak disebabakan gangguan oleh pembentukan

organ yang dibawa sejak lahir, sedang amputasi bedah adalah prosedur pemotongan yang

memotong tulang.

B.     Prinsip Teknik Amputasi

Torniquet selalu digunakan kecuali jika terdapat insufisiensi arterial. Flap kulit dibuat

sedemikian rupa sehingga panjang gabungan keseluruhan flap sama dengan 1,5 x lebar anggota

gerak pada level amputasi. Sebagai suatu ketetapan, flap anterior dan posterior dengan panjang

yang sama dipakai untuk amputasi pada anggota gerak atas dan amputasi transfemoral (above

knee), untuk amputasi below knee falp posterior dibuat lebih panjang. Otot dipotong distal dari

tempat pemotongan tulang, kelompok otot yang saling berhadapan kemudian dijahit diatas ujung

tulang dan juga keperiosteum (myoplasty) sehingga memberikan kontrol otot yang lebih baik dan

juga sirkulasi yang lebih baik.

Saraf dipotong proksimal dari tempat pemotongan tulang. Harus benar-benar diperhatikan agar

ujung saraf yang terpotong tidak mendapatkan tekanan karena tumpuan berat badan. Tulang

dipotong pada tempat yang telah ditentukan. Pada amputasi transtibial bagian depan tibia

biasanya dibuat serong dan dikikir agar terbentuk tepi yang halus dan membulat. Fibula dipotong

3 cm lebih pendek. Pembuluh darah utama diikat, dan setiap sumber perdarahan diikat dengan

baik. Pada closed amputation kulit dijahit tanpa tegangan, drain dipasang dan kemudian stump

dibalut erat. Jika terbentuk hematoma, ini harus segera dievakuasi. Pembalutan berulang dengan

Page 2: Amputasi DM.docx

pembalut elastis dilakukan untuk membantu pengerutan stump dan menciptakan bentuk ujung

yang konikal. Otot-ortot harus tetap dilatih, sendi tetap dijaga agar bergerak dan pasien diajarkan

untuk menggunakan prosthesisnya.

C.    indikasi

Indikasi amputasi dikenal dengan 3D.

1.      Dead (dying), penyakit pembuluh darah perifer bertanggung jawab terhadap hampir 90% dari

seluruh amputasi. Penyebab lainnya adalah trauma parah, luka bakar, dan frost bite.

2.      Dangerous, penyakit yang tergolong berbahaya adalah tumor ganas, sepsis yang potensial lethal

dan crush injury. Pada crush injury pelepasan torniquet atau penekanan lain akan berakibat pada

kegagalan ginjal (crush syndrome).

3.      Damn nulsance, adalah keadaan dimana mempertahankan anggota gerak dapat lebih buruk

daripada tidak mempunyai anggota gerak sama sekali. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh

nyeri, malformasi berat, sepsis berulang atau kehilangan fungsi yang berat. Kombinasi antara

deformitaas dan kehilangan sensasi khususnya merupakan masalah yang berat dan pada alat

gerak bawah cenderung untuk menyebabkan ulserasi karena tekanan.

Indikasi lain dilaksanakannya bedah amputasi adalah karena:

1.      Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien dengan

artherosklerosis, Diabetes Mellitus.

2.      Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar,

tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenital.

D.    Tingkatan Amputasi

1.      Ekstremitas atas

Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan

aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang

melibatkan tangan.

2.      Ekstremitas bawah

Page 3: Amputasi DM.docx

Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki yang

menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya. Adapun amputasi yang sering terjadi pada

ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :

a)      Amputasi dibawah lutut (below knee amputation). Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu

amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb.

b)      Amputasi diatas lutut. Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien

dengan penyakit vaskuler perifer.

3.      Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak berhasil

dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.

4.      Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta

melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama

diistirahatkan atau tidak di gerakkan.

5.      Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga melengket

dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari

stump sehingga tertanam di dalam otot.

6.      Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya

ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi

terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.

E.     Penatalaksanaan Amputasi

Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi. Ada 2 cara

perawatan post amputasi yaitu :

1.      Rigid dressing.

Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu

memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak

diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi

Page 4: Amputasi DM.docx

stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol.

Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.

Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah

7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump sembuh dan

mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia,

kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta

kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid

dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan

cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.

2.      Soft dressing.

Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi

dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan

elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi

dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump

tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain

dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan

secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada

hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak

meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya

kontraktur.

F.     Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh.

Adapun pengaruhnya meliputi :

1.      Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi

simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan

metabolisme basal.

2.      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Page 5: Amputasi DM.docx

Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme,

maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan

intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan

oedema.Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan

yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran

ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.

3.      Sistem respirasi

a)      Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif

kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.

b)      Perubahan perfusi setempat

Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan

perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena

latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.

c)      Mekanisme batuk tidak efektif

Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus

cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.

4.      Sistem Kardiovaskuler

a)      Peningkatan denyut nadi

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada

keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.

b)      Penurunan cardiac reserve

Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian

diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.

c)      Orthostatik Hipotensi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula

tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga

darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah

darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah

Page 6: Amputasi DM.docx

menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan

pingsan.

5.      Sistem Muskuloskeletal

a)      Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi

sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan

terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.

b)      Atropi otot

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan.

Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.

c)      Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.

d)     Osteoporosis

Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan

anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.

6.      Sistem Pencernaan

a)      Anoreksia

Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar

pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang

menyebabkan menurunnya nafsu makan.

b)      Konstipasi

Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi

kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan

orang sulit buang air besar.

7.      Sistem perkemihan

Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan

sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine

sehingga dapat menyebabkan :

Page 7: Amputasi DM.docx

Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.

Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat

menyebabkan ISK.

8.      Sistem integumen

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan

sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini

dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan

dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

Kasus pasien amputasi karena Ulkus Diabetik

Ny. A (55 th) masuk RS.BMC pada tanggal 1 Maret 2011, dengan keluhan luka pada telapak

kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan luka itu

timbul karena tusukan paku yang tidak disadarinya. Akhirnya luka yang ditimbulkan oleh

tusukan paku itu makin lama makin membesar. Ny. A menggunakan sejenis daun-daunan untuk

mengobati lukanya, dia juga mengorek-ngorek luka tersebut, dan akhirnya luka itu semakin

parah. Di Rumah sakit dokter menyarankan agar Ny. A melakukan amputasi pada kaki sebelah

kanannya, karena ulkus pada kaki pasien sudah membusuk, dan saraf di sekitar telapak kaki

kanan juga tidak berfungsi lagi. Pengkajian yang dilakukan sebelum pasien diamputasi

didapatkan data subjektif bahwa klien tidak bias tidur karena gelisah dan takut akan menjalani

amputasi. Klien juga mengeluh tidak nafsu makan, dan BB klien turun.

Pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa PSIK pada tanggal 27 Maret 2011 setelah Ny. A

melakukan amputasi, pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan yang diamputasi,dan terlihat

kemerahan disekitar bekas amputasi tersebut. Ny. A juga merasa malu dengan kondisinya saat

ini, ia mengatakan bagaimana melaksanakan perannya dalam keluarga sementara ia telah

kehilangan kaki kanannya.

Riwayat Kesehatan klien

1.      Riwayat kesehatan sekarang

Page 8: Amputasi DM.docx

Ny. A mengeluh luka pada telapak kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh sejak 1 bulan yang

lalu.sebelum diamputasi Ny. A mengeluh tidak bisa tidur karena gelisah dan takut akan

menjalani amputasi. Klien juga mengeluh tidak nafsu makan, dan BB klien turun.

Saat pengkajian setelah diamputasi, pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan yang diamputasi, ,

terlihat kemerahan disekitar bekas amputasi tersebut. Dan Ny. A juga merasa malu dengan

kondisinya saat ini.

2.      Riwayat kesehatan dahulu

Kaji apakah pasien pernah mengalami luka yang sama, dan kaji apakah pasien memiliki riwayat

penyakit lain seperti kolesterol tinggi atau hipertensi.

3.      Riwayat kesehatan keluarga

Kaji apakah ada keluarga pasien yang menderita DM atau  penyakit degenerative lainnya.

Pemeriksaan Fisik

Sistem Tubuh Kegiatan

Integumen:

Kulit secara umum

Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi

Lokasi amputasi mungkin mengalami peradangan atau kondisi

yang memburuk, perdarahan, atau kerusakan progresif.

Kaji kondisi jaringan diatas lokai amputasi terhadap terjadinya

stasis vena atau gangguan aliran balik vena

Kardiovaskuler

Cardio reserve

Pembuluh darah

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada

klien sebelum operasi sebagai salah satu indicator fungsi

jantung.

Mengkaji kemungkinan arteriosklerosis melalui penilaian

terhadap elastisitas pembuluh darah

Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya

sianosis, riwayat gangguan nafas

Urin Mengkaji jumlah urin 24 jam

Mengkaji adanya perubahan warna, bau, dan kekentalan urin

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat dehidrasi

Page 9: Amputasi DM.docx

Memonitor intake dan out put cairan

Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien

Mengkaji sistem persarafan, khususnya sistem motorik dan

sensorik daerah sekitar amputasi

Musculoskeletal Mengkaji bentuk dan kekuatan otot klien.

11 Pola Fungsional Gordon

•      Pola persepsi dan Manajemen kesehatan

Klien terlihat kurang mengerti tentang penyakitnya, terbukti klien mengatakan lukanya timbul

karena tusukan paku yang tidak disadarinya. Akhirnya luka yang ditimbulkan oleh tusukan paku

itu makin lama makin membesar. Dan klien menggunakan sejenis daun-daunan untuk mengobati

lukanya, dia juga mengorek-ngorek luka tersebut, dan akhirnya luka itu semakin parah. Disini

terlihat kurangnya pengetahuan klien tentang hal apa yang harus dilakukan dan hal apa yang

tidak boleh dilakukanya nya.

Jadi perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan pada klien bahwa teknik pengobatan apa

yang dilakukan saat terjadi luka, untuk mencegah terjadinya dekubitus.

•      Pola nutrisi dan metabolik

Setelah menjalani operasi, tidak digambarkan bagaimana input nutrisi klien, namun perawat

harus mengkaji bagaimana masukan nutrisi klien, apakah klien masih merasa tidak nafsu makan?

Kaji berapa jumlah cairan yang masuk pada Ny. E. Dan klien dianjurkan untuk mengkonsumsi

protein untuk pertumbuhan sel baru.

•      Pola eliminasi

Perawat perlu mengkaji bagaimana eliminasi klien pasca operasi, apakah mengalami gangguan, dan kaji frekuensi, warna, serta konsistensi BAB dan BAK klien. Apakah klien menggunakan alat bantu?

•      Pola latihan- aktivitas

Page 10: Amputasi DM.docx

Klien tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri karena kaki klien telah di amputasi, dan sering kali klien mengeluh nyeri pada bekas operasinya dan nyeri tersebut mengganggu aktivitas klien dalam bergerak.

•      Pola istirahat tidur

Klien menyatakan pola istirahat dan tidurnya terganggu karena merasakan nyeri pada bekas operasinya, dank lien merasa gelisah saat tidur.  •      Pola konsep diri dan persepsi diri  

Pasien merasa malu dengan keadaannya saat ini, malu pada masyarakat sekitar, karena kaki

sebelah kanannya sudah tidak ada,klien takut di ejek dengan keadaannya saat ini, kadang kala

klien merasa akan kehilangan kasih sayang dari keluarga. 

•      Pola kognitif- perseptual  

Perawat perlu mengkaji bagaimana kondisi alat indra klien?apakah mengalami gangguan, dan

kaji status neurologis klien pasca operasi.

•      Pola peran dan hubungan

Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarga nya setelah menjalani operasi? apakah ada

perubahan peran? Klien merasa malu dengan kondisi nya saat ini.

•      Pola reproduksi- seksual

Kaji bagaimana aktivitas seksual klien dengan pasangannya? Apakah ada perubahan? Biasanya

pada pasien DM mengalami gangguan seksulitas, seperti impotensi

•      Pola pertahanan diri dan toleransi stres

Klien merasa stres karena belum siap menerima kenyataan kehilangan satu kakinya. Klien terus

bertanya apakah nanti klien akan dihindari oleh orang lain? Klien terlihat stres.

•      Pola keyakinan dan nilai

Kaji bagaimana ibadah klien pasca operasi, apakah klien masih menjalani ibadahnya seperti

biasa?

Page 11: Amputasi DM.docx

Diagnosa keperawatan

NANDA NOC NIC

1.      resiko infeksi hal 307 (ulkus

diabetikus)

domain 11: keselamatan /

perlindungan

kelas 1: infeksi

definisi: meningkatnya risiko

karena diserang oleh

organisme patogen

faktor risiko

  penyakit kronis

  kekebalan yang diperoleh tidak

memadai

  ketidakadekuatan pertahanan

primer (cth: kulit yang rusak,

trauma jaringan, penurunan

gerak silia, cairan tubuh yang

stasis, perubahan sekresi pH,

perubahan gerak peristaltic)

  ketidakadekuatan pertahanan

sekunder (cth: penurunan Hb,

leucopenia, penekanan respon

inflamatori)

  peningkatan paparan lingkungan

terhadap pathogen

  prosedur invasive

  ketidakcukupan pengetahuan

untuk menghindari paparan

pathogen

Hasil yang

disarankan:

       Integritas

diameter 

jalan masuk.

       Konsekuensi

keadaan yang

tak bergerak :

Fisiologi

      

Pengetahuan :

Kontrol

infeksi

       Status nutrisi

       Kontrol

resiko

            Deteksi

resiko

       Integritas

jaringan :

Kulit dan

selaput lendir

       Kebiasaan

pengobatan :

Sakit atau

luka

      

1.       Kontrol infeksi

Definisi :Meminimalkan pendapatan dan

transmisi dari infeksi.

Tindakan :

       Alokasikan dengan tepat kekakuan pasien

dengan indikasi pedoman CDC.

       Bersihkan lingkungan sekitar setelah

digunakan pasien.

       Ganti peralatan pengobatan pasien setiap

protocol/ pemeriksaan.

       Batasi jumlah pengunjung/pembezuk.

       Ajarkan pengunjung untuk mencuci tangan

saat masuk dan meninggalkan kamar pasien.

       Gunakan sarung tangan sebagai pengaman

yang umum.

       Gunakan sarung tangan yang bersih.

       Gosok kulit pasien dengan alat anti bakteri

dengan tepat.

       Bersihkan dan siapkan tempat sebagai

persiapan untuk prosedur infasi/pembedahan.

       Jaga lingkungan agar tetap steril selama

insersi di tempat tidur.

       jaga kerahasiaan klien ketika melakukan

pemeriksaan invasif

       Ganti peripheral IV dan balutan berdasarkan

petunjuk CDC.

       Pastikan keadaan steril saat menangani IV.

       Pastikan teknik perawatan luka yang tepat.

Page 12: Amputasi DM.docx

  agen farmasetik (cth:

imunosupresi)

  trauma

  kerusakan jaringan

Penyembuhan

luka: Tujuan

utama

      

Penyembuhan

luka: Tujuan

kedua

       Tingkatkan pemasukkan nutrisi yang tepat.

       Tingkatkan pemasukan cairan yang tepat.

       Banyak istirahat.

       Lakukan terapi antibiotic yang tepat.

       Ajarkan pasien untuk memakan antibiotic

sesuai resep.

       Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-

tanda dan gejala infeksi dan kapan harus

melaporkannya pada tim kesehatan.

2.       Perlindungan terhadap infeksi

Definisi: Pencegahan dan pendeteksian dini

pada pasien yang beresiko infeksi.

Tindakan :

       Memeriksa sistem dan tanda-tanda dan

gejala-gejala infeksi.

       Mengontrol mudahnya terserang infeksi.

       Mengontrol jumlah granulosit, WBC, dan

hasil yang berbeda.

       Mengikuti pencegahan dengan neutropenic.

       Membatasi jumlah pengunjung/pembezuk.

       Membersihkan pengunjung dari penyakit

yang dapat menular.

       Menjaga kebersihan pasien yang beresiko.

       Melakukan teknik isolasi.

       Memberikan perawatan kulit yang tepat pada

daerah edema.

       Melihat kondisi kulit dan membrane mukosa

yang memerah, hangat dan mengelupas.

       Melihat kondisi luka bedah.

       Mendapatkan pemeliharaan sesuai

kebutuhan.

Page 13: Amputasi DM.docx

       Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang cukup.

       Mendorong pemasukan cairan.

       Meningkatkan istirahat.

       Mendorong pernafasan dalam saat batuk.

       Menginstruksikan pasien menggunakan

antibiotic sesuai resep.

2.      Intoleransi aktivitas

Domain 4: Aktivitas/istirahatKelas 4: respon kardiovaskuler/ respon pulmonaryDefenisi: energi fisiologis atau psikologis cukup untuk bertahan atau menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang diperlukan atau yang diinginkan.Batasan karakteristik

       Respon abnormal tekanan darah terhadap aktivitas

       Respon abnormal laju jantung terhadap aktivitas

       Aritmia       Ketidaknyamanan       Laporan verbal terhadap

kelelahan       Laporan  verbal terhadap

weakness

Outcome yang disarankan

       Toleransi aktivitas

       Daya tahan       Konservari

energy       Perawatan

diri: Aktivitas sehari-hari

       Perawatan diri: peralatan dalam aktivitas sehari-hari

1.      Terapi aktivitas  Kolaborasi dengan ahli terapi dalam rencana

dan memonitor aktivitas, sesuai kebutuhan.  Menentukan komitmen pasien untuk

meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas  Membentu untuk mengeksplorasi makna

pribadi kegiatan yang dilakukan atau kegiatan yang favorit

  Membantu memilih aktivitas yang konsisten dengan fisik, psikologis, dan kebutuhan.

  Membantu pasien untuk focus terhadap apa yang dilakukan

  Membantu pasien untuk mengidentifikasi preferensi untuk aktifitas

  Membantu pasien untuk mengidentifikasi meaningfull/kegunaan/arti aktivitas

  Intruksikan pasien/keluarga tentang bagaimana melakukan aktivitas

  Membantu pasien untuk beradaptasi dengan lingkungan

2.      Manajemen energi  Menentukan batas kemampuan pasien  Menentukan tingkat persepsi pasien terhadap

kelelahan  Menentukan penyebab kelelahan  Memonitor intake nutrisi yang adekuat  Memonitor kepatenan tidur pasien  Monitor lokasi ketidaknyamanan dan nyeri

yang terjadi saat bergerak  Berikan lingkungan yang relaks  Atur waktu/periode tidur dan istirahat  Rencanakan periode aktivitas untuk pasien

3.      Gangguan citra diri

Domain 6:Persepsi/kognitif

Outcome

yang

  Peningkatan Citra Diri

Definisi:

Page 14: Amputasi DM.docx

Kelas 3:Citra tubuh

Definisi: Kebingungan dalam gambaran mental dari seseorang fisik diri.Batasan karakteristik:

       Ketidaktauan tentang salah satu bagian tubuh

       Kebiasaan menghindari bagian tubuh

       Kebiasaan memantau bagian tubuh

       Respon nonverbal terhadap perubahan tubuh yang actual(contoh:bentuk,strukture dan fungsi)

       Respon nonverbal terhadap penerimaan perubahan tubuh(contoh bentuk,struktur dan fungsi)

       Menyembunyikan bagian tubuh tanpa disengaja

       Terlalu mengekspos bagian tubuh tanpa disengaja

       Tidak menyentuh bagian tubuh

       Tidak melihat bagian tubuh       Menyembunyikan bagian

tubuhFaktor yang berhubungan:

       Surgery

disarankan:

1.      Adaptasi

terhadap

kemampuan

fisik.

2.      Penghargaan

diri

Meningkatkan persepsi pasien sadar dan tidak

sadar dan sikap terhadap badannya.

Aktivitas:

1.    Tentukan harapan gambaran diri pasien

berdasarkan tahap perkembangan

2.    Gunakan bimbingan antisipasi untuk

mempersiapkan pasien terhadap perubahan

tubuh yang dapa diprediksi

3.    Pantau apakah pasien bisa melihat perubahan

bagian tubuh

4.    Monitor frekuensi stattment diri yang kritis

5.    Identifikasi budaya pasien,agama,jenis

kelamin dan umur.

4.      Nyeri akut

domain 12: kenyamanan

kelas 1: kenyamanan fisik

defenisi: sensori dan

pengalaman emosional yang

tidak menyenangkan yang

ditimbulkan  oleh kerusakan

jaringan potensial atau actual/

gambaran pada bagian yang

rusak tersebut. Tiba-tiba/

Outcome

yang

disarankan

1.      Kontrol nyeri

Indicator :

       Mengakui

faktor kausal

       Mengakui

onset nyeri

      

Manajemen Nyeri

       melakukan tidakan yang komprehensif 

mulai dari lokasi nyeri, karakteristik, durasi,

frequensi, kualitas, intensitas, atau keratnya

nyeri dan factor yang berhubungan.

       observasi isyarat ketidak nyamanan

khususnya pada ketidak mamapuan

mengkomunikasikan secara efektif.

       memberi perhatian perawatan analgesic pada

Page 15: Amputasi DM.docx

memperlambat intensitas dari

ringan sampai berat dengan

akhir diantisipasi/diprediksi

berdurasi < 6 bulan.

batasan karakteristik       Perubahan nafsu makan       Perubahan tekanan darah       Perubahan curah jantung       Perubahan laju pernafasan       Laporan verbal terhadap nyeri       Prilaku ekspresif, seperti

gelisah, merintih, meringis,

kewaspadaan, lekas marah,

mendesah       Menjaga prilaku

M

enggunakan

langkah-

langkah

pencegahan

      

M

enggunakan

langkah-

langkah

bantuan non-

analgesik

      

M

enggunakan

analgesik

yang tepat

2.      Tingkat

ketidaknyama

nan

pasien.

       menggunakan strategi komunikasi terapeutik

untuk menyampaikan rasa sakit dan

menyampaikan penerimaan dari respon

pasien terhadap nyeri.

       mengeksplorasi pengetahuan pasien dan

keyakinan tentang rasa sakit.

       mempertimbangkan pengaruh budaya pada

respon nyeri.

       menentukan dampak dari pengalaman rasa

sakit dari pengalaman nyeri pada kualitas

hidup (tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi,

mood, hubungan, kinerja kerja, dan tanggung

jawab peran).

       memberi tahu pasien tentang hal-hal yang

dapat memperburuk nyeri

       kaji pengalaman nyeri klien dan keluarga,

baik nyeri kronik atau yang menyebabkan

ketidaknyamanan.

       ajarkan prinsip manajemen nyeri

       ajarkan tentang metode farmakologis

mengenai gambaran nyeri

       ajarkan penggunaan teknik non farmakologi,

seperti relaksasi, terapi music, terapi bermain,

terapi aktifitas, sebelum,sesudah,dan jika

memungkinkan selama nyeri

berlangsung,sebelum nyeri itu terjadi atau

meningkat dan lama dengan gambaran nyeri

lainnya.

Bantuan Kontrol analgesik pada pasien

1.      Berkolaborasi dengan dokter,pasien dan

Page 16: Amputasi DM.docx

anggota keluarga untuk memilih tipe obat

bius yang digunakan.

2.      ajarkan pasien dan keluarga untuk

memonitor intensitas,kualitas,dan durasi

nyeri.

3.      Pastikan pasien tidak alergi terhadap

analgesic yang diberikan.

4.      Ajarkan pasien dan anggota keluarga

bagaimana menggunakan perangkat PCA

5.      bantu pasien dan keluarga untuk menghitung

konsentrasi obat yang tepat untuk cairan,

mengingat jumlah cairan yang dikirimkan per

jam melalui perangkat PCA.