dental acrilic resin
DESCRIPTION
dental resinTRANSCRIPT
DENTAL ACRYLIC RESIN
A. PENGERTIAN RESIN
Resin merupakan substansi organik padat atau setengah padat yang dikeluarkan
oleh tanaman atau serangga yang makan tanaman, atau dihasilkan secara sintesis.
Substansi ini tidak larut dalam air, tetapi sebagian besar larut dalam alkohol atau eter.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland)
B. DENTAL RESIN
Dalam bidang Kedokteran Gigi, resin sintesis sangat banyak digunakan. Baik
sebagai bahan cetak elastomer, untuk mengembalikan kehilangan gigi atau
memperbaiki struktur gigi yang hilang, dan sebagai basis gigi tiruan, ataupun
pembuatan gigi artificial. Kelebihan dari resin adalah karena mudah dibentuk atau
dicetak, bersifat plastic, warna dan sifat-sifat optikalnya sangat bagus sehingga
restorasi dapat lolos dari pengamatan.
C. JENIS-JENIS DENTAL RESIN
I. Resin Modified Glass Elastomer
II. Resin Cements
III. Resin Akrilik
(Dental Material at a Glance)
D. SIFAT FISIK RESIN BASIS PROTESA
1. Pengerutan Polimerisasi
Ketika monomer methy metaakrilat terpolimerisasi untuk membentuk
PMMA kepadatan massa berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g / cm2
akibatnya menghasilkan pengerutan. Perubahan kepadatan ini
menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21 %. Bila resin
konvesensional yang diaktifkan panas diaduk dengan rasio bubuk
berbanding cairan sesuai anjuran, sekita 1/3 dari massa hasil adalah
cairan. Akibatnya, pengerutan polumetrik yang ditunjukkan oleh massa
terpolimerisasi harus sekitar 7 %. Persentase ini sesuai dengan nilai
yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis.
2. Porositas
Adanya gelembung permukaan dan dibawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisik, estetika, dan kebersihan basis protesa.
Porositas cenderung terjadi pada bagian basis protesa yang lebih tebal.
Porositas tersebut akibat dari pennguapan monomer yang tidak
bereaksi serta polimer berberat molekul rendah, bila temperatur resin
mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. namun, polimerisasi
jenis ini tidak terjadi sesepanjang segmen resin yang terkena.
Pororsitas juga dapat disebabkan dari pengadukan yang tidak tepat
antara komponen bubuk dan cairan. Timbulnya porositas dapat
diminimalkan dengan menjamin homogenitas resin yang sebesar
mungkin. Penggunaan rasio polimer berbanding monomer yang tepat
serta procedure pengadukan yang terkontrol dengan baik membantu
keadaan ini. porositas juga dapat disebabkan karena tekanan atau tidak
cukupnya bahan dalam rongga kuvet selama polimerisasi. Gelembung
udara akibat kekurang yang terjadi tidak berbentuk bola melainkan
berbentuk tidak teratur.
3. Penyerapan air
Poly (methyl metaakrilat) penyerapan air relatife sedikit ketika
ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini
menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanis dan dimensi polimer.
Poly (methyl metaakrilat) memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69
mg/cm2 . meskipun jumlah ini mungkin nampak kecil, dapat menimbulkan
efek nyata pada dimensi basis protesa yang terpolimerisasi. Diperkirakan
bahwa setiap s1 % peningkatan berat disebabkan karena penyerapan air,
resin akrilik mengalami ekspansi linear sebesar 0,23 %
4. Kelarutan
Meskipun resin basis protesa larut dalam berbagai pelarut dan
sejumlah kecil monomer dilepaskan, resin basis umumnya tadk larut
dalam cairan yang ditemukan dalam rongga mulut
5. Tekanan waktu pemrosesan
Kapanpun perubahan dimensi alamiah terhalang, bahan yang
bersangkutan mengandung tekanan. Bila tekanan dilepaskan, dapat
terjadi distorsi atau kerusakan bahan. Prinsip ini mempunyai pengaruh
penting dalam pembuatan basis protesa, karena tekanan akan timbul
selam pembuatan protesa.
6. Crazing
Meskipun perubahan dimensi mungkin terjadi selama relaksasi tekanan
perubahan ini umumnya tidak menyebabkan kesulita klinis.
Sebaliknya, relaksasi tekanan mungkin menimbulkan sedikit goresan
permukaan yang dapat berdampak negatif terhadapa estetika dan sifat
fisik dari suatu proetas, terbentuknya goresan ataau retakan mnikro ini
dinamakan crazing.
7. Kekuatan
Kekuatan dari resin basis protesa bergantung pada beberapa faktor.
Faktor – faktor ini termasuk komposisi resin, teknik pembuatan dan
kondisi yang ada dalam lingkungan rongga mulut.
8. Creep
Resin protesa menunjukkan sifat fisko elastis. Dengan kata lain, bahan
ini bertindak sebagai benda padat yang bersifat karet. Bila suatu resin
basis protesa dipaparkan terhadap beban yang ditahan. Bahan
menunjukkan defleksi atau deformasi awal. Bila beban ini tidak
dilepaskan, reformasi tambahan mungkin terjadi dengan berlalunya
waktu. tambahan reformasi ini, diistilahkan dengan creep
9. Sifat lain
Kekuatan benturan charpy untuk protesa resin yang diaktifkan dengan
panas berkisar dari 0,98 – 1,27 J, sedangkan untuk resin yang diaktifasi
ini adalah lebih rendah 0,78 J
E. RESIN AKRILIK
Jenis resin yang paling banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah
resin akrilik (metakrilat), Khususnya metilmetakrilat. Polimer metakkrilat sangat
popular dalm kedokteran gigi karena bahan tersebut ekonomis dan dapat diproses
dengan mudah, menggunakan teknik yang relative sederhana. Polimer tersebut
mewakili kelompok polimer utama yang mampu memberikan sifat dan karakteristik
penting yang dibutuhkan untuk digunakan dalam rongga mulut. (Buku Ajar Ilmu
Bahan Kedokteran Gigi : Philips)
Resin akrilik adalah suatu polimer yang berbentuk bubuk dan monomer yang
berbentuk cair. Penggunaannya adalah dengan mencampur kedua kemasan tersebut
sampai didapatkan massa yang plastis agar dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
Bahan ini dalam bidang kedokteran gigi digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan
yang paling banyak dipakai dewasa ini.
Resin akrilik memiliki sifat-sifat yang penting untuk dipelajari dan diperhatikan
agar dapat melakukan manipulasi dengan baik dan benar.
E. JENIS-JENIS RESIN AKRILIK
1. Heat Cured Acrylic
Merupakan salah satu jenis resin yang polimerisasinya menggunakan
pemanasan secara konvensional. Komposisinya adalah :
Powder :
Polymethyl metahaccrylate
Benzoil peroxide, sebagai inisiator norganic pigment untuk memberikan
warna yang menyerupai mukosa mulut, titanium dioxide untuk
mencegah warna yang terlalu transparan, coloured fibers untuk
memberikan kesan pembuluh darah
1. Liquid :
Mehydroquinone sebagai inhibitor mencegah polimerisasi selama
penyimpanan, glycol dimetacrylate sebagai agent cross linking.
2. Light cured Acrylic
3. Self cured Acrylic
F. PERSYARATAN RESIN AKRILIK
1. Pertimbangan biologis, resin harus tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak
toksik, dan tidak mengiritasi jaringan mulut.
2. Sifat fisik, resin harus memiliki kekuasaan dan kepegasan serta tahan terhadap
tekanan gigit atau pengunyahan.
3. Sifat estetik, bahan resin harus menunjukkan transparansi yang cukup
sehingga cocok dengan penampilan jaringan mulut.
4. Karakteristik penanganan, bahan tidak boleh menghasilkan uap atau debu
toksik selama penanganan dan manipulasi.
5. Pertimbangan ekonomis, biaya resin dan metode pemrosesannya haruslah
rendah, dan proses tersebut tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal
6. Penampilan metakrilat keseluruhan. (
G. TAHAP-TAHAP POLIMERISASI
Ketika polimer dan monomer diaduk dengan perbandingan yang sesuai,
dihasilkan massa yang dapat diproses. Massa yang dihasilkan melalui 5 tahap yang
berbed, yaitu :
1. Sandy Stage
Tahap ini disebut juga dengan tahap berpasir. Pada tahap ini ada sedikit atau
bahkan tidak ada interaksi pada tingkat molekuler. Butir - butir polimer tetap tidak
berubah, dan konsistensi adukan dapat digambarkan sebagai “kasar” atau “berbutir” .
2. Stringy Stage
Selama tahap ini monomer menyerang permukaan masing-masing butiran
polimer. Beberapa rantai polimer terdispersi dalam monomer cair. Rantai-rantai
polimer ini melepaskan jalinan ikatan sehingga meningkatkan kekentalan adukan.
Tahap ini mempunyai cirri berbenang atau lengket. Bila bahan disentuh atau ditarik.
3. Dough stage
Pada tahap ini, massa menyerupai adonan. Pada tingkat molekul, jumlah rantai
polimer yang memasuki larutan meningkat. Jadi, dibentuk sebuah larutan monomer
dan polimer terlarut. Sejumlah besar polimer, tidak larut juga tetap ada. Secara klinis,
massa bersifat seperti suatu adonan yang dapat dibentuk. Adukan tersebut tidak lagi
seperti benang dan tidak melekat pada permukaan cawan atau spatula pengaduk.
Karakteristik fisik dan kimia yang terlihat selama fase selanjutnya dari tahap ini
adalah ideal untuk molding tekanan. Karena itu, bahan harus dimasukkan kedalam
mold selama fase berikutnya setelah tahap adonan.
4. Rubbery stage
Setelah tahap adonan, adukan memasuki tahap karet atau elastic. Monomer
dihabiskan dengan penguapan dan dengan penebusan lebih jauh kedalam butuir-butir
polimer yang tersisa. Secara klinis, massa memantul bila ditekan atau diregangkan.
Karena massa tidak lagi mengalir bebas, mengikuti bentuk wadahnya, bahan ini tidak
dapat dibentuk dengan teknik kompresi konpensional.
5. Hard/rigid stage
Bila dibiarkan selama periode tertentu adukan menjadi keras. Ini disebabkan karena
penguapan monomer bebas. Secara klinis, adukan Nampak amat kering dan tahan
terhadap deformasi mekanik.