deni apriyanda program studi kesehatan masyarakat …

78
GAMBARANKEJADIANGEJALA CARPAL TUNNELSYNDROME(CTS) PADA PEKERJA PEMARUT KELAPADI PASAR-PASAR TRADISIONAL KOTA PONTIANAK SKRIPSI Oleh : DENI APRIYANDA NPM : 101510229 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2017

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

GAMBARANKEJADIANGEJALA CARPAL

TUNNELSYNDROME(CTS) PADA PEKERJA

PEMARUT KELAPADI PASAR-PASAR

TRADISIONAL

KOTA PONTIANAK

SKRIPSI

Oleh :

DENI APRIYANDA

NPM : 101510229

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2017

Page 2: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

ii

GAMBARAN KEJADIAN GEJALA CARPAL

TUNNELSYNDROME(CTS) PADA PEKERJA

PEMARUT KELAPA DIPASAR-PASAR

TRADISIONAL

KOTA PONTIANAK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)

Oleh :

DENI APRIYANDA

NPM : 101510229

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Page 3: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

iii

2017

PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Pontianak dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian

Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)

pada Tanggal 29Agustus 2017

Dewan Penguji :

1. Tedy Dian Pradana, S.K.M., M.Kes : ……………………..

2. Selviana, S.K.M., M.P.H : ……………………..

3. Rochmawati, S.K.M., M.Kes : ……………………..

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

DEKAN

(Dr. Linda Suwarni, S.K.M., M.Kes)

Page 4: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

iv

NIDN. 1125058301

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

GelarSarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)

Peminatan Kesehatan Lingkungan

Oleh :

DENI APRIYANDA

NPM : 101510229

Pontianak, 29Agustus 2017

Mengetahui,

Pembimbing I

(Tedy Dian Pradana, S.K.M, M.Kes)

NIDN.1204097901

Pembimbing II

(Selviana, S.K.M, M.P.H)

NIDN.1122028801

Page 5: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Segala proses dalam

penyusunan skripsi saya jalankan melalui prosedur dan kaidah yang benar serta

didukung dengan data-data yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

Jika di kemudian hari ditemukan kecurangan, maka saya bersedia untuk menerima

sanksi berupa pencabutan hak terhadap ijasah dan gelar yang saya terima.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pontianak, 29Agustus 2017

DENI APRIYANDA

NPM : 101510229

Page 6: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Pengetahuan adalah kekuatan, dan pengalaman adalah

guru yang terbaik”

Alhamdulillah,

Karya ilmiah ini untukmu

Ayah, Ibu, yang tak pernah lelah

memperjuangkankuuntuk terus maju

Page 7: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

IDENTITAS

Nama

Tempat, Tanggal Lahir

Jenis Kelamin

Agama

vii

BIODATA PENULIS

: Deni Apriyanda

Tempat, Tanggal Lahir : Mempawah, 19April 1989

: Laki-laki

: Islam

Page 8: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

viii

Nama Orang Tua

1. Bapak : Suhaidi Bakiran

2. Ibu :Suparni

Alamat : Jl. Bardannadi, RT 002, RW 001, Kecamatan

Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah

JENJANG PENDIDIKAN

1. SD : 1997 – 2003 di SDN 15 Mempawah

2. MTs : 2003 – 2006 di MTsN 1 Mempawah

3. MA :2006 – 2009 di Ponpes Darussalam Sengkubang

4. S1 Kesehatan Masyarakat : Tahun 2010 – 2017 di Universitas Muhammadiyah

Pontianak

PENGALAMAN KERJA

Tenaga Teknis : Tahun 2012 – sekarang di PDAM Mempawah

ABSTRAK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

SKRIPSI, 29 AGUSTUS 2017

DENI APRIYANDA

GAMBARAN KEJADIAN GEJALA CARPAL TUNNEL SYNDROME

(CTS) PADA PEKERJA PEMARUT KELAPA DI PASAR-PASAR

TRADISIONAL KOTA PONTIANAK

xix + 97 Halaman + 27 Tabel + 6 Gambar + 9 Lampiran

Gejala CTSditemukan pada sejumlah pekerja informal sebagai operator mesin

parut kelapa di pasar-pasar tradisional Kota Pontianak. CTSadalah salah satu

gangguan neurologispada pergelangan tangan yang paling umum terjadi

akibatadanya penekanan terhadap nervus medianus di terowongan karpus. Tujuan

penelitian ini untukmengetahui gambaran kejadian gejala CTS pada pekerja

pemarut kelapa di pasar-pasar tradisional Kota Pontianak.Penelitian ini

menggunakan rancangan deskriptif. Sebanyak 50 orang didatasebagaitotal

populasi pekerja pemarut kelapa di pasar-pasar tradisional Kota Pontianak. Data

diolah menggunakan analisis statistik univariat. Variabel penelitian meliputi masa

kerja, lama kerja, intensitas getaran, riwayat penyakit/gangguan klinis lainnya,

Page 9: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

ix

pengobatan dan kejadian gejala CTS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18,0%

pekerja masa kerjanya > 10 tahun; 36,0% pekerja lama kerjanya > 8 jam per hari;

28,0% pekerja terpapar getaran mekanissetara dengan intensitas > 4 m/s2; 24,0%

pekerja mengalamipenyakit/gangguan klinis lainnya; 12,0% pekerja

mengkonsumsi obat anti nyeri dan piridoksin; serta 72,0% pekerja didiagnosis

mengalami gejala CTS. Pemerintah setempat harus memberi perhatian kepada

pekerja pemarut kelapa melalui pembinaan kesehatan kerja dan pengawasan

kelayakan mesin yang mereka gunakan. Pekerjajuga harus memperhatikan

kecepatanputaran mesin, lama kontak dan giliran penggunaan mesin sebaik

mungkin untuk mengurangi paparan getaran mekanis terutama saat kebutuhan

kelapa parut segar meningkat, sertaberkonsultasi dengan dokter atau fisioterapis

untuk mencegah kelumpuhan saraf medianus atau kecacatan akibat pekerjaannya.

Kata Kunci : Gejala CTS, Getaran Mekanis, Pekerja Pemarut Kelapa.

Pustaka : 63 (1995 – 2017).

ABSTRACT

FACULTY OF HEALTH SCIENCE

THESIS, AUGUST 29th

2017

DENI APRIYANDA

THE FIGURES OFCARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) SYMPTOMS

OCCURRED ON GRATED COCONUT WORKERS AT TRADITIONAL

MARKETS IN PONTIANAK CITY

xix + 97 Pages + 27 Tables + 6 Figures + 9Attachments

CTS symptoms were foundin a number of informal workers as the operator of

coconut grater machines at traditional markets in Pontianak. CTSis one of

common neurologicdisorders atwristdue to compressionon median nervein carpal

tunnel.The purpose of this study wasgettingthe figures of CTS symptoms occurred

ongrated coconut workersat traditional markets in Pontianak.This study uses

descriptive design. A number of 50 personswere recordedas total population

ofgrated coconut workersat traditional markets in the City of Pontianak. Data

were analyzed statistically into univariate. The variables are years of working,

length of work time, vibration intensity, the other disease/medical disorders

Page 10: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

x

history, treatment and the CTS symptom. The results show there are 18,0% of

them worked> 10 years; 36,0% of themworked> 8 hours a day; 28,0% of them

were exposured by vibration with intensity equal to > 4 m/s2; 24,0% of them has

the other disease/medical disorders; 12,0% of them consuming analgesic and

piridoksin; and 72,0% of them were diagnosedas workers withCTS symptom. The

local goverment should be aware to these grated coconut workers

throughoccupational health promotion and supervising their machines feasibility.

The workers should also consider their rotary engine speed, length of exposure

timeand the turning time of handlingas good as possibleto reducemechanical

vibration exposure, especiallywhile fresh grated coconut in increasing demand,

and thenconsultwith a physicianorphysiotherapistto preventmedian nerve paralysis

or disability due to their work.

Keywords : CTS Symptoms, Mechanical Vibration, Grated Coconut Workers.

Bilbliography : 63 (1995 – 2017).

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

karuniadan rahmat-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapatmenyelesaikan

penyusunanskripsiyang berjudul“Gambaran Kejadian GejalaCarpal Tunnel

Syndrome (CTS) pada Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar TradisionalKota

Pontianak”.

Skripsiini merupakan wujud dari upaya penulis dengan dukungan dari

berbagai pihak sehingga dapat terlaksana sebagaimana yang direncanakan.Untuk

itu penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Helman Fachri, S.E., M.M,.selaku RektorUniversitas Muhammadiyah

Pontianak.

2. IbuDr. Linda Suwarni, S.K.M., M.Kes.,selakuDekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Page 11: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

xi

3. Bapak Abduh Ridha, S.K.M., M.P.H., selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak.

4. Bapak Tedy Dian Pradana, S.K.M., M.Kes., selaku pembimbing utama yang

penuh kesabaran, ketekunan dan kesungguhan dalam memberikan bimbingan

selama menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Selviana, S.K.M., M.P.H., selaku pembimbing pendamping yang penuh

kesabaran, ketekunan dan kesungguhan dalam memberikan bimbingan

selama menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Rochmawati, S.K.M., M.Kes.,selaku penguji yang bersedia membimbing,

memberikan kritik dan masukan kepada saya dalam menyempurnakan skripsi

ini.

7. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah memberikan

dukungan dan bantuan yang sangat berharga selama mengikuti pendidikan.

8. Teman-teman mahasiswa/i kelas regular B angkatan 2010 dan kelas pindah

jalur angkatan 2012, khususnya kelas peminatan Kesehatan Lingkungan yang

turut memberikan semangat hingga kini.

9. Orang tuadan keluarga tercinta yangsenantiasa memberi dukungan moril

dannasehat yang sangat berarti bagi saya untuk terus menimba ilmu dan

mengembangkan kemampuan diri.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, saya ucapkan

terima kasih.

Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima,

senantiasamendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin ya Rabbal

‘alamin.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunanskripsi ini tentunya tidak

luput dari kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan bimbingan lebih

lanjut dari berbagai pihak, serta kritik yang membangun demi kesempurnaan

penyusunanskripsi ini.Wassalam.

Pontianak, 29Agustus 2017

Penulis

Page 12: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

BIODATA PENULIS ...................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT ...................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

Page 13: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah Penelitian ............................................... 8

I.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 8

I.3.1 Tujuan Umum .......................................................... 8

I.3.2 Tujuan Khusus ......................................................... 8

I.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 9

I.4.1 Bagi Pekerja Pemarut Kelapa .................................. 9

I.4.2 Bagi Pemerintah Kota Pontianak ............................. 9

I.4.3 Bagi Institusi Keilmuan dan Peneliti Lainnya ........ 10

I.5 Keaslian Penelitian ............................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12

II.1 Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ........................................ 12

II.1.1 Anatomi Pergelangan Tangan ................................ 12

II.1.2 Definisi CTS .......................................................... 13

II.1.3 Etiologi CTS .......................................................... 14

II.1.4 Patofisiologi CTS ................................................... 16

II.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi CTS ............... 17

II.1.6 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ................ 31

II.1.7 Mesin Pemarut Kelapa ........................................... 32

II.1.8 Penegakan Diagnosis ............................................. 33

II.1.9 Penatalaksanaan ..................................................... 39

II.2 Kerangka Teori .................................................................. 42

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL .................................................... 43

III.1 Kerangka Konsep ............................................................... 43

Page 14: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

xiv

III.2 Variabel Penelitian ............................................................. 44

III.3 Definisi Operasional .......................................................... 44

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 48

IV.1 Desain Penelitian ............................................................... 48

IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 48

IV.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 49

IV.3.1 Populasi Penelitian .................................................. 49

IV.3.2 Sampel Penelitian .................................................... 49

IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .......................... 51

IV.4.1 Sumber Data ........................................................... 51

IV.4.2 Cara Pengumpulan Data ........................................ 52

IV.4.3 Instrumen Pengumpulan Data ................................ 53

IV.4.4 Pelaksanaan Pengumpulan Data ............................ 54

IV.5 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data ............................. 54

IV.5.1 Teknik Pengolahan Data ........................................ 54

IV.5.2 Teknik Penyajian Data ........................................... 56

IV.6 Teknik Analisa Data .......................................................... 56

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 58

V.1 Gambaran Umum ............................................................... 58

V.1.1 Gambaran Umum Lokasi ....................................... 58

V.1.2 Gambaran Umum Pekerja Pemarut Kelapa ........... 60

V.1.3 Gambaran Kegiatan Penelitian .............................. 62

V.2 Hasil Penelitian .................................................................. 64

V.2.1 Karakteristik Individu Pekerja Pemarut Kelapa ..... 64

V.2.2 Karakteristik Penggunaan Mesin Parut Kelapa ..... 69

V.2.3 Hasil Analisa Univariat ........................................... 73

V.3 Pembahasan ........................................................................ 82

V.3.1 Gambaran Karaketristik Pekerja Pemarut Kelapa .. 82

V.3.2 Gambaran Penggunaan Mesin Parut Kelapa .......... 84

Page 15: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

xv

V.3.3 Gambaran Faktor CTS ............................................ 85

V.3.4 Keterbatasan Penelitian .......................................... 93

BAB VI PENUTUP ................................................................................. 95

VI.1 Kesimpulan ........................................................................ 95

VI.2 Saran ................................................................................. 96

VI.2.1 Bagi Pekerja Pemarut Kelapa ................................ 96

VI.2.2 Bagi Pemerintah Kota Pontianak ........................... 97

VI.2.3 Bagi Institusi Keilmuan dan Peneliti Lainnya ......... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

I.1 Keaslian Penelitian ............................................................................... 10

II.1 Pengulangan Risiko Tinggi oleh Bagian Tubuh .................................. 26

II.2 Pengendalian Waktu Pemaparan Menurut Nilai Percepatan Getaran

Mekanis Tangan-Lengan ....................................................................... 30

III.1 Definisi Operasional Penelitian ........................................................... 44

V.1 Distribusi Umur Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional

Kota Pontianak ..................................................................................... 64

V.2 Distribusi Frekuensi Relatif Tingkatan Umur Pekerja Pemarut

Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis

Kelaminnya .......................................................................................... 64

V.3 Distribusi Frekuensi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal, Status

Kehamilan dan Menopause pada Pekerja Perempuan Pemarut

Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak .............................. 65

Page 16: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

xvi

V.4 Distribusi Frekuensi Relatif Tingkat Pendidikan Pekerja Pemarut

Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis

Kelaminnya .......................................................................................... 66

V.5 Distribusi Lingkar Pergelangan Tangan Pekerja Pemarut Kelapa di

Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis

Kelaminnya .......................................................................................... 67

V.6 Distribusi Frekuensi Relatif Lokasi Kerja Pekerja Pemarut Kelapa di

Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis

Kelaminnya ........................................................................................... 68

V.7 Distribusi Frekuensi Relatif Jumlah Mesin Parut Kelapa di Setiap

Lokasi Pasar Tradisional Kota Pontianak ............................................ 69

V.8 Distribusi Frekuensi Relatif Jumlah Operator Mesin Parut Kelapa di

Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis

Kelaminnya .......................................................................................... 70

V.9 Distribusi frekuensi Penggunaan Tangan Dominan Pekerja Pemarut

Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis

Kelaminnya .......................................................................................... 71

V.10 Distribusi Bobot Daging Buah Kelapa yang Diolah oleh Pekerja

Pemarut Kelapadi Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak

Berdasarkan Jenis Kelaminnya ............................................................ 71

V.11 Distribusi Masa Kerja Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar

Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis Kelaminnya ............... 72

V.12 Distribusi Frekuensi Relatif Masa Kerja Pekerja Pemarut Kelapa di

Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis

Kelaminnya .......................................................................................... 73

V.13 Distribusi Frekuensi Relatif Hari Kerja Pekerja Pemarut Kelapadi

Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis

Kelaminnya .......................................................................................... 73

V.14 Distribusi Lama Kerja Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar

Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis Kelaminnya ............... 74

Page 17: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

xvii

V.15 Distribusi Frekuensi Relatif Lama Kerja Pekerja Pemarut Kelapa di

Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis

Kelaminnya ........................................................................................... 75

V.16 Distribusi Intensitas Getaran Mekanis yang Terukur pada Mesin

Parut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak ..................... 76

V.17 Distribusi Frekuensi Relatif Intensitas Getaran Mesin yang Terukur

pada Mesin Parut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak . 76

V.18 Distribusi Intensitas Getaran Mekanis yang Terpapar pada Pekerja

Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak

Berdasarkan Jenis Kelaminnya ............................................................ 77

V.19 Distribusi Frekuensi Relatif Intensitas Getaran yang Terpapar pada

Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak

Berdasarkan Jenis Kelaminnya ............................................................ 78

V.20 Distribusi Frekuensi Relatif Riwayat Penyakit/Gangguan Klinis

Lainnya pada Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional

Kota Pontianak Berdasarkan Jenis Kelaminnya .................................. 78

V.21 Distribusi Frekuensi Relatif Konsumsi Obat dan Suplemen oleh

Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak

Berdasarkan Jenis Kelaminnya ............................................................ 79

V.22 Distribusi Skor Keluhan Klinis CTS pada Pekerja Pemarut Kelapa di

Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis

Kelaminnya .......................................................................................... 80

V.23 Distribusi Frekuensi Relatif Hasil Tes Phalen dan Diagnosa Gejala

CTS pada Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota

Pontianak Berdasarkan Jenis Kelaminnya ........................................... 81

Page 18: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

II.1 Nervus Medianus, (A) Anatomi Terowongan Karpal, (B) Distribusi

Sensorik ................................................................................................ 13

II.2 Phalen’s Maneuver ............................................................................... 36

II. 3 Kerangka Teori .................................................................................... 42

III.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 43

V.1 Peta Kota Pontianak .............................................................................. 59

V.2 Alur Tahapan Penelitian ...................................................................... 60

Page 19: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Kepada Calon Responden.

Lampiran 2 : Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden Penelitian (Informed

Consent).

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian.

Lampiran 4 : Daftar Tilik dan Pengukuran Penelitian.

Lampiran 5 : Lembar Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.

Lampiran 6 : Laporan Diagnosis.

Lampiran 7 : Hasil Pengujian Getaran.

Lampiran 8 : Hasil Analisis Statistik.

Lampiran 9 : Dokumentasi Penelitian.

Page 20: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Setiap orang perlu bekerja sebagai sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan hidup.Pekerjaan yang layak dan bersifat

manusiawimemungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat, bebas

dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Namun, estimasi global

yang dipublikasikan oleh International Labor Organization (ILO) pada

tahun 2002 salah satunya bahwa setiap tahun terjadi 160 juta penyakit

terkait kerja. Oleh karena itu, kesehatan kerja sebagai bagian dari

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu terus diupayakan dengan

tujuan agar pekerja selamat, sehat, produktif dan sejahtera (Kurniawidjaja,

2007).

Benezech dan L’Epee (1983) dalam Nurminto (2004) menyatakan

telah banyak penelitian ahli medis pada operator dengan suatu kondisi

kerja tertentu yang menggambarkan kecenderungan mengalami keluhan

muskuloskeletal, yang mana kebanyakankasusyang terjadi menimpa

pergelangan tangannya.Gangguan yang sering ditemukan pada areaini

adalah kelainan sendiatau kelainan sistem saraf (neurologis).Salah satu

gangguan neurologis pada area tersebut yang paling umumterjadi adalah

Carpal Tunnel Syndrome atau disingkat CTS(Rubenstein dkk, 2007).

Prevalensi CTS pada pekerja di Amerika Serikat dirilis oleh

National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) yang

Page 21: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

2

mengutip dari hasil kegiatan National Health Interview Survey (NHIS) di

tahun 2010 melalui pengumpulan data Occupational Health Supplement

(OHS) yang secara retrospektif menggali kejadian CTS yang pernah

dialami responden dalam 12 bulan terakhir. Hasil estimasi prevalensi CTS

yang dilaporkan sendiri dari studi di tahun 2010 itu sebesar 3,1% atau

sekitar 4,8 juta dari populasi pekerja dewasa di sana (NIOSH, 2014).

NIOSH juga mempublikasikan sebuah studi literatur terbaru oleh

Dale dkk (2014) yang memberikan estimasi prevalensi CTS sebesar 7,8%

pada pekerja di Amerika Serikat. Studi itu dilakukan dari enam buah studi

prospektif pada pekerja di sana (NIOSH, 2014). Kedua publikasi di atas

menunjukkan kecenderungan peningkatan proporsi kasus CTS antara

tahun 2010 hingga 2014, sehingga pencegahan dan penanganan CTS

diperlukan guna menunjang produktivitas pekerja.

CTS diakibatkan terjadinya penekanan terhadap nervus medianus

di terowongan karpus (carpal tunnel) pada pergelangan tangan.Biasanya

timbul dengan gejala nyeri, baal dan atau kelemahan pada tangan yang

terkena (Gleadle, 2007).CTS umumnya bersifat unilateral di awal, tetapi

kemudian bisa menjadi bilateral, dan biasanya lebih berat terjadi pada

tangan yang dominan (Rambe, 2004).Tahap awal dari CTS umumnya

berupa gangguan sensorik saja, sedangkan gangguan motorik hanya terjadi

pada keadaan berat.Gejala awal berupa parestesia, kurang merasa

(numbness), atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan

setengah sisi radial jari sesuai dengan distribusi sensorik nervus

Page 22: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

3

medianus.Pada tahap lanjut, dapat dijumpai atrofi (penyusutan) otot-otot

thenar dan otot-otot lainnya yang diinervasi oleh nervus medianus (Davis

dkk, 2005).

Kasus CTS umumnya bersifat ringan dan dapat hilang

sendiri.Namun, sindrom ini dapat pula menimbulkan kecacatan pada

pekerja.Selain menyebabkan rasa nyeri, CTS dapat pula membatasi fungsi-

fungsi pergelangan tangan dan tangan sehingga berpengaruh terhadap

pekerjaan sehari-hari.Pada kasus berat, jika tidak diobati maka otot-otot

ibu jari dapat mengalami atrofi dan gangguan sensorik pada jari bisa

menetap (Tana dkk, 2004).

American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS) menyatakan

terdapat beberapa komorbiditas atau faktor manusia yang berpotensi

meningkatkan risiko CTS, terutama usia lanjut, jenis kelamin perempuan,

diabetes dan obesitas. Faktor risiko lainnya meliputi kehamilan, pekerjaan

tertentu, cedera karena gerakan berulang dan kumulatif, riwayat keluarga

yang kuat dan gangguan medis tertentu.Gangguan medis tersebut seperti

hipotiroidisme, penyakit autoimun, penyakit rematologi, arthritis, penyakit

ginjal, trauma, predisposisi anatomi pergelangan tangan dan tangan,

penyakit menular dan penyalahgunaan zat (AAOS, 2008).

Sebagian besar kasus CTS tidak diketahui penyebabnya (Rambe,

2004).Penyebab CTS seringkali sukar dibedakan, apakah pengaruh

pekerjaan atau kondisi penyakit tertentu.Patogenesis CTS masih belum

jelas. Beberapa teori yang paling populer berupaya menjelaskan gejala dan

Page 23: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

4

gangguan konduksi saraf ini, antara lain teori kompresi mekanik,

insufisiensi mikrovaskular dan getaran (Bahrudin, 2011).

Yanri (2001) menyatakan bahwa prevalensi CTS di Indonesia

dalam masalah kerjabelum diketahui secara pasti.Hingga kini, masih

sangat sedikit penyakit akibat kerja yang dilaporkan karena berbagai hal,

antara lain karena sulitnya diagnosis.Begitu pula dalam lingkup yang lebih

sempit, yaitu di tingkat provinsi maupun wilayah kabupaten/kota di

Kalimantan Barat.Mungkin penderita CTS umumnya menganggap

sindrom ini sebagai gangguan yang ringan kemudian dibiarkan sembuh

sendiri, atau dapat langsung diterapi melalui pemijatan atau terapi lainnya

sehingga tidak perlu berkonsultasi dengan dokter, atau tidak terdiagnosis

sebagai CTS di pelayanan kesehatan.Oleh karena itu, prevalensi kasus

CTS pada pekerja umumnya diperoleh melalui penelitian-penelitian yang

sudah dilakukan pada populasi pekerja tertentu.

Prevalensi kasus CTS tidak hanya diperoleh melalui penelitian

pada pekerja formal, tetapi juga diperolehmelalui penelitian pada pekerja

informal.Salah satu penelitian di sektor informal dilakukan oleh

Wahyuningrum dkk (2013) pada wanita pelinting jenang di tiga buah

industri rumahan di Desa Kaliputu, Kabupaten Kudus.Dalam proses

pembuatan jenang terdapat proses pemarutan kelapa menggunakan mesin

pemarut kelapa. Dari penelitian itu 44,4% pekerja mengalami CTS.

Sebagai pembanding, penelitian di sektor formal dilakukan oleh

Rusdi dan Koesyanto (2010) pada operator mesin bagian produksi di

Page 24: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

5

industri pengolahan kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.

Hasil penelitian menyatakan 57,6% pekerja mengalami CTS, dan terdapat

hubungan antara getaran mesin dengan kejadian CTS (p = 0,001). Begitu

pula penelitian Pangestuti dan Widajati (2014) pada pekerja gerinda di PT.

DPS yang bergerak di bidang dok dan perkapalan di Surabaya, didapati

87,2% pekerja mengalami CTS. Keluhan terbanyak pada usia 26-45 tahun

dengan masa kerja > 10 tahun, lama kerja 2-4 jam/hari, serta intensitas

getaran melebihi NAB sebesar 10-12 m/s2. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat hubungan antara usia (p = 0,009), masa kerja (p = 0,001),

penggunaan APD (p = 0,000) dan intensitas getaran (p = 0,000).

Salah satu kelompok pekerja informal yang juga terpapar getaran

mekanik pada lengan tangan adalah pekerja pemarut kelapa menggunakan

mesin pemarut kelapa.Tingginya kebutuhan kelapa parutterutama untuk

kebutuhan rumah tangga dan industri makanan menyebabkan tingginya

permintaan akan produksi kelapa parut segar setiap harinya dalam jumlah

massal.Penggunaan mesin pemarut kelapa menjadi alat utama yang sangat

diandalkan bagi para wirausahawan pemarut kelapa untuk memenuhi

permintaan pasar. Semakin tinggi kebutuhan pembeli untuk memperoleh

kelapa parut segar maka kinerja mesin semakin dipercepat, sehingga

menimbulkan getaran mesin yang semakin kuat. Paparan getaran mesin

pemarut kelapa pada tangan pekerja menjadi suatu hal yang tidak bisa

dihindari, karena prosedur penggunaan mesin yang menuntut hal

Page 25: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

6

demikian.Oleh sebab itu, para pekerja ini berpotensi terkena CTS akibat

pekerjaannya.

Getaran merupakan salah satu faktor fisik yang ada di lingkungan

kerja yang berasal dari peralatan dan mesin yang bergetar dan dapat

menjalar ke tubuh manusia melalui lengan tangan pekerja (Budiono,

2003).Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

Nomor Per.13/MEN/X/2011, Nilai Ambang Batas (NAB) getaran alat

kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan

tangan pekerja ditetapkan sebesar 4 m/s2

untuk 8 jam kerja/hari atau 40

jam kerja/minggu.

Peneliti menemukan sejumlah kasus CTS pada pekerja informal

yang bergerak di bidang pemarutan kelapa di pasar-pasar tradisional Kota

Pontianak.Sebagai gambaran awal, pengamatan dan pengukuran

dilakukanterhadap10 orang pekerja pemarut kelapa dan 7 unit mesin

pemarut kelapa di 2lokasi pasartradisionalyang berbeda di wilayah

Pontianak Barat, yaitu Pasar Teratai dan Pasar Nipah Kuning. Sebanyak 4

orang pekerja menggunakan 1 unit mesin secara bergantian, sedangkan 6

orang lainnya menggunakan 1 unit mesinnya masing-masing.

Pengukuran intensitas getaran dilakukan oleh petugas Hiperkes

Provinsi Kalbar pada 4 unit mesindi Pasar Teratai dan 3 unit lainnya

diPasar Nipah Kuning.Adapun rata-rata intensitas getaran alat padabagian

yang kontak dengan tangan pekerja yaitu 3,62 m/s2 (2,91-4,03 m/s

2), yang

mana 42,9% (3 unit) mesin memiliki intensitas getaran mekanik melebihi

Page 26: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

7

NAB yaitu > 4,0 m/s2 untuk 8 jam kerja/hari atau 40 jam kerja/minggu,dan

57,1% (4 unit) mesin memiliki intensitas getaran di bawah NAB tersebut.

Jumlah pekerja terdiri dari 6 orang laki-laki dan 1 orang

perempuandi Pasar Teratai,serta2orang laki-laki dan 1 orang perempuan di

Pasar Nipah Kuning.Rata-rata usia pekerja ialah 34 tahun (18-52 tahun).

Rata-rata lingkar pergelangan tangan pekerja adalah 18,4 cm (rata-rata

pergelangan tangan kanan 18,43 cm dan kiri 18,37 cm) dengan rentang

15,0-23,1 cm. Rata-rata masa kerja mereka yaitu 3 tahun 10 bulan (dari 5

bulan hingga 16 tahun) dan mereka berjualan selama4-7 jam

seharisebanyak 6-7 hari setiap minggu.Sebanyak 3 orang (30%) pekerja

menggunakan kedua tangannya dan 7 orang (70%) lainnya hanya

menggunakan tangan kanannya.

Gejala CTSdiskriningberdasarkan anamnesis dan tes Phalen yag

dilakukan oleh seorang dokter yang turut serta dalam studi

pendahuluan.Berdasarkan teknik skrining tersebut ditemukan 8 orang

(80%) menderita CTS.Ditemukan juga 1 orang pekerja dengantelapak

tangan dan jari yang memucat, sehingga ia sering merendam tangannya

dengan air hangat setelah selesai bekerja.Untuk menghilangkan rasa nyeri

di tangan, 2 orang (25%)di antara merekasering mengkonsumsi obat anti

nyeri.

Kecenderungan kasus CTS yang cukup banyak pada pekerja

pemarut kelapa menggunakan mesin mengindikasikan adanya sejumlah

faktor yang mempengaruhinya.Apalagi, para pekerja ini mengalami

Page 27: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

8

paparan getaran yang kontinyu dalam waktu yang tidak sedikit dan

dilakukan hampir setiap hari.Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan

penelitian terhadap gambaran kejadian gejala CTS pada pekerja pemarut

kelapa di pasar-pasar tradisional Kota Pontianak.

I.2 Rumusan Masalah Penelitian

CTS merupakan suatu gangguan neurologis di area pergelangan

tangan yang dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dialami oleh berbagai

macam bidang pekerjaan, salah satunya ditemukan pada pekerja pemarut

kelapa yang menggunakan mesin pemarut kelapa.Berdasarkan latar

belakang tersebut,rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana gambarankejadiangejala Carpal Tunnel Syndrome(CTS) pada

pekerja pemarut kepala di pasar-pasar tradisional Kota Pontianak?”

I.3 Tujuan Penelitian

Secara garis besar, tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum

dan tujuan khusus.

I.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran

kejadiangejala Carpal Tunnel Syndrome(CTS) pada pekerja pemarut

kelapa di pasar-pasar tradisional Kota Pontianak.

I.3.2 Tujuan Khusus

Beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai dalampenelitian ini meliputi:

Page 28: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

9

1. Mengetahui gambaran masa kerja pekerja pemarut kelapa di pasar-

pasar tradisional Kota Pontianak.

2. Mengetahui gambaran lama kerja pekerja pemarut kelapa di pasar-

pasar tradisional Kota Pontianak.

3. Mengetahui gambaran intensitas getaran mesin pemarut kelapa di

pasar-pasar tradisional Kota Pontianak.

4. Mengetahui gambaran riwayat penyakit pekerja pemarut kelapa di

pasar-pasar tradisional Kota Pontianak.

5. Mengetahui gambaran pengobatan pekerja pemarut kelapa di pasar-

pasar tradisional Kota Pontianak.

6. Mengetahui prevalensikejadian gejalaCTSpada pekerja pemarut kelapa

di pasar-pasar tradisional Kota Pontianak.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain

meliputi :

I.4.1 Bagi Pekerja Pemarut Kelapa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan

memberikan pengetahuan bagi para pekerja pemarut kelapa terhadap CTS,

sehingga mereka mampu mengenali,mencegahdanmemperkecil risiko

terkenakeluhan CTS, atau mengurangi tingkat keparahan CTS, serta

mencari pengobatan dan pemulihan yang tepat apabila telah terkena CTS.

Page 29: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

10

I.4.2 Bagi Pemerintah Kota Pontianak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi pemerintah daerah setempat untuk selalu mengedukasi, membina dan

mengawasi penerapan K3pada para pekerja informal pemarut kelapa

melalui instansi terkait agar para pekerja tersebut terhindar dari Penyakit

Akibat Kerja (PAK).

I.4.3 Bagi Institusi Keilmuan dan Peneliti Lainnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadibahan tambahan

literaturkepustakaan dan juga referensi bagi institusi, para pengajar, para

penelitilainnya maupun mahasiswa-mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Pontianak.

I.5 Keaslian Penelitian

Sepanjang yang peneliti telusuri, belum pernah ada peneliti yang

meneliti kejadian gejala CTS pada pekerja pemarut kelapa.Beberapa

penelitian lainnya yang mendukung ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel I.1

Keaslian Penelitian

No. Nama (Tahun) Judul Variabel Tempat Hasil Perbedaan Persamaan

1.

Rusdi dan

Koesyanto

(2010)

Hubungan

Antara

Getaran Mesin Produksi

dengan

Carpal Tunnel Syndrome

Getaran

Industri

Pengolahan

Kayu Brumbung

Perum

Perhutani Unit I Jawa

Tengah

Sebanyak

57,6%

pekerja mengalami

CTS, dan

ada hubungan

antara

getaran mesin

dengan

CTS (p = 0,001,

OR = 39)

Terdapat

perbedaan

sektor pekerjaanan

tara formal

dan informal,

desain

penelitian antara

kasus

kontrol dan potong

lintang

Terkait

paparan

getaran mekanik

2.

Wahyuningrum

dkk (2013)

Beberapa

Faktor yang

1. Usia

2. Masa kerja

Industri

Rumahan

Sebanyak

44,4%

Terdapat

perbedaan

Terkait

paparan

Page 30: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

11

Berhubungan

dengan Kejadian

Carpal Tunnel

Syndrome (CTS) pada

Wanita

Pelinting Jenang

3. Lama kerja

4. Frekuensi gerakan

repetitive

Produsen

Jenang di Desa

Kaliputu,

Kabupaten Kudus,

Jawa

Tengah

pekerja

mengalami CTS, dan

ada

hubungan antara usia

dengan

kejadian CTS

(p = 0,057)

jenis

pekerja antara

pelinting

jenang dan pemarut

kelapa,

objek penelitian

antara

homogen (wanita)

dan

heterogen (pria dan

wanita),

serta variabel

penelitian

yaitu terdapat

variabel

usia yang diteliti di

penelitian

referensi ini

getaran

mekanik dari mesin

pemarut

kelapa, sektor

pekerjaan

informal, desain

penelitian

potong lintang,

serta

terdapat variabel

masa kerja,

lama kerja dan

frekuensi

gerakan repetitif

yang diteliti

3.

Pangestuti dan Widajati (2014)

Faktor yang Berhubungan

dengan

Keluhan Carpal Tunnel

Syndrome

pada Pekerja Gerinda di PT

Dok dan

Perkapalan Surabaya

1. Usia 2. Masa kerja

3. Lama kerja

4. Kebiasaan merokok

5. Kebiasaan

olahraga 6. IMT

7. Posisi kerja

tangan 8. Penggunaan

APD

9. Intensitas getaran

PT. Dok dan

Perkapalan

Surabaya

Sebanyak 87,2%

pekerja

mengalami CTS.

Keluhan

terbanyak pada usia

26-45

tahun, masa kerja > 10

tahun, lama

kerja 2-4 jam/hari,

serta

intensitas getaran >

NAB

sebesar 10-12 m/s2.

Ada

hubungan antara usia

(p = 0,009),

masa kerja (p = 0,001),

penggunaan

APD (p = 0,000)

dan

intensitas getaran

(p = 0,000)

dengan keluhan

CTS

Terdapat perbedaan

jenis

pekerjaan antara

pekerja

gerinda dan pemarut

kelapa,

sektor pekerjaan

anatar

formal dan informal,

objek

penelitian antara

homogen

(pria) dan heterogen

(pria dan

wanita), serta

terdapat

variabel usia,

kebiasaan

merokok, kebiasaan

olahraga,

IMT yang ditelitidi

penelitian

referensi ini

Terkait paparan

getaran

mekanik, desain

penelitian

potong lintang,

serta

terdapat variabel

masa kerja,

lama kerja, posisi kerja

tangan ,

intensitas getaran dan

penggunaan

APD yang diteliti

Page 31: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

58

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Gambaran Umum

Penelitian dilaksanakandi pasar-pasar tradisional Kota Pontianak di

bulan Juli - Agustus 2017.Sebanyak 50 orang didata sebagai pekerja

pemarut kelapa yang menggunakan mesin parut kelapa dari 7 lokasi pasar

tradisional di Kota Pontianak.

V.1.1 Gambaran Umum Lokasi

Kota Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat.

Luas kota inisebesar 107,82 km2, yang mana di sisi Utara berbatasan

dengan Kabupaten Mempawah dan di sisi Selatan, Barat serta Timur

berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya. Secara astronomis,Kota

Pontianak dilalui garis khatulistiwa, terletak pada koordinat

0002’24”Lintang Utara – 0

005’37” Lintang Selatan dan 109

016’25” –

109023’01” Bujur Timur.Kota Pontianak terdiri dari 6 kecamatan dan 29

kelurahan, dengan ketinggian antara 0,10 – 1,50 mdpl(BPS Kota

Pontianak, 2017).

Kota Pontianak memiliki sejumlah pasar tradisional, namun

berdasarkan penelusuran peneliti hingga saat ini hanya ada 7 lokasi pasar

tradisional yang di dalamnya terdapat pekerja pemarut kelapa, antara lain :

1. Pontianak Barat : Pasar Dahlia,Teratai danNipah Kuning.

2. PontianakKota : Pasar Kemuning dan Mawar.

3. Pontianak Selatan : Pasar Flamboyan.

Page 32: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

59

4. Pontianak Utara : Pasar Puring.

Sumber : BPS Kota Pontianak, 2017

Gambar V.1

Skala 1:150000

Pasar

Teratai

Pasar

Dahlia

Pasar

Kemuning

Pasar

Nipah

Kuning

Pasar

Puring

Pasar

Flamboyan

Pasar

Mawar

0000’22,8” LS

109017’16,8” BT

0000’25,2” LS 109018’41,7” BT

0001’08,7” LS

109019’29,8” BT

0002’55,7” LS

109019’03,7” BT

0001’05,0” LS 109020’29,1” BT

0001’46,6” LS 109070’13,4” BT

0002’26,7” LS

109020’43,9” BT

Page 33: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

60

Peta Kota Pontianak.

Wilayah Pontianak Barat memiliki jumlah penduduk terbanyak di

Kota Pontianak (BPS Kota Pontianak, 2017).Wilayah ini juga memiliki

jumlah pasar tradisional terbanyak dibanding wilayah lainnya.Pasar-pasar

tradisional di Kota Pontianak secara umum berada di sekitar aliran Sungai

Kapuas, terkecuali Pasar Kemuning.Pasar-pasar tradisional di kota ini

umumnya ramai dikunjungi para pembeli di pagi hari, kecuali Pasar

Flamboyan yang kegiatan jual belinya terutama terjadi pada dini hari.

Lokasi Pasar Dahlia berada di Jln. H. Rais Abdul Rahman,

Kelurahan Sungai Jawi Dalam.Pasar Terataiberada di Jln. Komodor Yos

Sudarso, Kelurahan Sungai Jawi Luar.Sedangkan, Pasar Nipah Kuning

berada di Jln.Komodor Yos Sudarso, Kelurahan Sungai Beliung.Posisi

Pasar Dahlia berseberangan jalan dengan Sungai Jawi yang merupakan

anak Sungai Kapuas.

Pasar Kemuning berada di Jln. Prof Dr. M Yamin, Kelurahan Kota

Baru.Pasar Mawar terletak diJln. Hos Cokroaminoto,Kelurahan Darat

Sekip.Pasar Flamboyan berada di Jln. Gajahmada, Kelurahan Benua

Melayu Darat.Sedangkan, Pasar Puring berada di Jln. Gusti Situt Mahmud,

Kelurahan Siantan Tengah.Secara umum, Pasar-pasar tradisional Kota

Pontianak menempati posisi strategisuntuk memenuhi kebutuhan

penduduknya.

V.1.2 Gambaran Umum Pekerja Pemarut Kelapa

Page 34: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

61

Jenis lapangan usaha di Kota Pontianak terutama diisi oleh pekerja

di sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi sebesar 35,7%

dari total penduduk angkatan kerja (BPS Kota Pontianak, 2017). Salah

satu jenis pekerja di sektor usaha tersebut adalah pekerja pemarut kelapa,

sebagai salah satu jenis pekerja informal yang umum ditemui di pasar-

pasar tradisional dan di toko atau kios kecil di wilayah Kota Pontianak.

Berdasarkan observasi peneliti, para pekerja di pasar-pasar

tradisional Kota Pontianak umumnya memulai pekerjaannya semenjak

matahari terbit hingga siang hari, atau hingga kelapa yang disediakannya

telah habis terjual. Umumnya, jenis pekerjaan ini dijalani oleh pekerja

laki-laki, karena membutuhkan kekuatan fisik, antara lain mulai dari

mengangkut buah kelapa, membelah buah kelapa, mencungkil daging

buah kelapa, membersihkannya hingga memarutnya dengan menggunakan

mesin parut kelapa, bahkan beberapa di antaranyajuga memeras sari

daging buah kelapa menjadi santan kental cair yang siap digunakan oleh

konsumen.

Untuk memperoleh kelapa parut segar, daging buah kelapa harus

diparut setiap hari, karena produknya tidak dapat bertahan lama di ruang

terbuka. Berdasarkan penuturan pekerja, kebutuhan kelapa parut segar

berubah-ubah bergantung kondisi permintaannya. Umumnya, terjadi

peningkatan permintaan kelapa parut segar di saat menjelang dan

sepanjang Bulan Ramadhan atau hari raya keagamaan. Permintaan yang

Page 35: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

62

meningkat di saat itu mendorong pekerja pemarut kelapa bekerja lebih

lama dan memproduksi kelapa parut segar lebih banyak dari biasanya.

V.1.3 Gambaran Kegiatan Penelitian

Kegiatan pengumpulan data dari 50 orang pekerja pemarut kelapa

dilakukan pada tanggal 30 Juli, 3 Agustus dan 5-6 Agustus 2017,

sedangkan pengukuran getaran mekanis terhadap 29 mesin parut kelapa

dilakukan pada tanggal 28-29 Juli dan 4 Agustus 2017. Sebelum

pengambilan data dilakukan, peneliti memohon izin dengan pengelola

pasar.Dalam melaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang dokter

umum serta dua orang pegawai Hiperkes Provinsi Kalimantan

Barat.Kegiatandilaksanakan pagi hari mulai pukul 06.00 WIB hingga

selesai, dengan mendatangi 7 lokasi pasar tradisional di Kota Pontianak.

Kegiatan dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pekerja

pemarut kelapa, lalu menyampaikan maksud dan tujuan

penelitian.Konfirmasi dilakukan terlebih dahulu kepada responden untuk

memastikan statusnya sebagai pekerja pemarut kelapa dan sebagai

operator mesin parut kelapa. Setelah itu, responden yang akan didata

mengisi lembar persetujuan sebagai responden penelitian.

Peneliti kemudian melakukan wawancara langsung kepada pekerja

dan melakukan pengukuran lingkar pergelangan tangan kanan dan

kirinya.Setelah itu, pekerja dianamnesis oleh dokter dan diinstruksikan

untuk mengikuti posedur tes Phalen.Petugas Hiperkes Provinsi Kalimantan

Page 36: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

63

Barat mengukur getaran mekanis pada alat parut kelapa yang digunakan

oleh pekerja, di bagian yang kontak dengan tangan pekerja dalam kondisi

mesin menyala layaknya pengoperasian mesin parut kelapa sehari-hari.

Observasi LokasiStudi

Pasar Tradisional di Kota Pontianak

(7 Lokasi Pasar)

Populasi Penelitian

Pekerja Pemarut Kelapa menggunakan Mesin Parut Kelapa

(50 orang pekerja dengan 29 Mesin Parut Kelapa)

Pengumpulan Data

Konfirmasi Kriteria Studi - Pekerja Pemarut Kelapa

- Sebagai Operator Mesin Parut Kelapa

Tidak Memenuhi

Kriteria Studi

Memenuhi

Kriteria Studi

Pengukuran

Intensitas Getaran

Anamnesis & Tes

Phalen

Pasar Dahlia

28 Juli 2017 30Juli 2017 Pasar Flamboyan

Pasar Kemuning

Pasar Teratai

Pasar Nipah Kuning

Pasar Puring

Pasar Mawar

30Juli 2017 28 Juli 2017

28 Juli 2017 03Agustus 2017

29Juli 2017 03Agustus 2017

05Agustus 2017

05Agustus 2017

06Agustus 2017

29Juli 2017

04Agustus 2017

04Agustus 2017

Dokter Hiperkes

Wawancara

Peneliti

Page 37: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

64

Gambar V.2

Alur Tahapan Penelitian.

V.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini antara lain berupa gambaran karakteristik

responden dan hasil analisa univariat.

V.2.1 Karakteristik Individu Pekerja Pemarut Kelapa

Karakteristik individu pekerja pemarut kelapa disajikan pada tabel-

tabel di bawah ini.

1. Umur

Tabel V.1

Distribusi Umur PekerjaPemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional

Kota Pontianak

Subyek Umur (Tahun)

Mean Median Modus Minimal Maksimal

Pekerja 38,56 42,5 45 18 60 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.1 memberikan informasi bahwa secara umum pekerja

perempuan lebih tua daripada pekerja laki-laki. Rata-rata usia pekerja

yaitu 38,56 tahun, dengan nilai tengah berusia 42,5 tahun, usia

terbanyak yaitu 45 tahun, pekerja termuda berusia 18 tahundan pekerja

tertua berusia 60 tahun. Usia pekerja dihitung berdasarkan selisih

antara tanggal lahirnya dan tanggal penelitian.

Tabel V.2

Distribusi FrekuensiTingkatan UmurPekerjaPemarut Kelapa di Pasar-

Pasar Tradisional di Kota Pontianak Berdasarkan

Jenis Kelaminnya

Data Penelitian

Page 38: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

65

Tingkatan Umur Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F %

Umur 30 tahun Ke Atas 12 24,0 24 48,0 36 72,0

Umur di Bawah 30 Tahun 2 4,0 12 24,0 14 28,0

Total 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.2 memberikan informasi bahwa proporsi pekerja

perempuan (28,0%) lebih sedikit daripada pekerja laki-laki (72,0%).

Seorang pekerja berusia 30 tahun ke atas diketahui berisiko terkena

CTS. Oleh karena itu, usia pekerja dipisahkan menjadi 30 tahun ke

atas dan di bawah 30 tahun. Proporsi pekerjaberusia 30 tahun ke atas

lebih banyak daripekerja berusia di bawah 30 tahun.

2. Jenis Kelamin Perempuan

Karakteristik yang dimiliki oleh pekerja perempuan antara lain

penggunaan kontrasepsi hormonal, status kehamilan dan status

menopause.

Tabel V.3

Distribusi Frekuensi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal, Status

Kehamilan dan Menopause pada Pekerja Perempuan Pemarut

Kelapa diPasar-pasar Tradisional Kota Pontianak

Variabel Perempuan

F %

Kontrasepsi Hormonal Menggunakan 3 21,4

Tidak Menggunakan 11 78,6

Hamil

Ya 0 0,0

Tidak 14 100,0

Menopause Ya 2 14,3

Tidak 12 85,7

Total Setiap Variabel 14 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Page 39: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

66

Tabel V.3 memberikan informasi bahwa proporsi pekerja

perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu sebanyak

21,4%, tidak ada yang sedang hamil dan yang sudah menopause yaitu

sebanyak 14,3%.

3. Tingkat Pendidikan

Tabel V.4

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pekerja Pemarut Kelapa di

Pasar-Pasar Tradisional Kota PontianakBerdasarkan

Jenis Kelaminnya

Tingkatan Pendidikan Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F %

Berpendidikan Rendah (0-9 Tahun) Tidak Bersekolah 3 6,0 3 6,0 6 12,0

Tidak Tamat SD/MI 1 2,0 4 8,0 5 10,0

Tamat SD/MI 3 6,0 3 6,0 6 12,0

Tamat SMP/MTs 5 10,0 16 32,0 21 42,0

Jumlah 12 24,0 26 52,0 38 76,0

Berpendidikan Tinggi (> 9 Tahun) Tamat SMA/SMK/MA 2 4,0 10 20,0 12 24,0

Jumlah 2 4,0 10 20,0 12 24,0

Total 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.4 memberikan informasi bahwa secara umum proporsi

pekerja berpendidikan rendah lebih banyak daripada pekerja

berpendidikan tinggi. Proporsi terbesar tingkat pendidikan pekerja

adalah tamatan SMP/MTs (42,0%). Sedangkan, proporsi terkecilnya

adalah tidak tamat SD/MI (10,0%), terutama pada pekerja perempuan

(2,0%), tetapi pada pekerja laki-laki proporsi terkecilnya adalah tamat

SD/MI dan tidak bersekolah (masing-masing 6,0%).

Tingkat pendidikan dikategorikan berdasarkan adanya ijazah

tertinggi yang dimiliki oleh pekerja.Tingkat pendidikan pekerja

Page 40: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

67

perempuan relatif lebih rendah daripada pekerja laki-laki. Hal ini dapat

dilihat dari rasio proporsi pendidikan tinggi dibandingkan pendidikan

rendah, pada pekerja perempuan rasionya 1:6 dan pada pekerja laki-

laki rasionya 1:2,6.

4. Lingkar Pergelangan Tangan

Tabel V.5

Distribusi Lingkar Pergelangan Tangan PekerjaPemarut Kelapa di

Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan

Jenis Kelaminnya

Variabel Lingkar Pergelangan Tangan (Cm)

Mean Median Minimal Maksimal StDev

Tangan Kanan

Perempuan 16,36 16,35 15,0 18,4 1,009

Laki-Laki 16,99 16,90 14,9 20,4 1,302

Total 16,81 16,65 14,9 20,4 1,250

Tangan Kiri

Perempuan 16,42 16,20 15,0 19,0 1,179

Laki-Laki 16,99 17,00 15,0 20,4 1,223

Total 16,83 16,90 15,0 20,4 1,226

Tangan Kanan & Kiri

Perempuan 16,39 16,28 15,0 18,5 1,086

Laki-Laki 16,99 16,85 14,9 20,4 1,247

Total 16,82 16,58 14,9 20,4 1,223 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.5 memberikan informasi bahwa secara umum ukuran

lingkar pergelangan tangan pekerja perempuan lebih kecil daripada

pekerja laki-laki.Sedangkan, ukuran lingkar pergelangan tangan kanan

dan kiri secara umum hampir sama. Rata-rata lingkar pergelangan

tangan yaitu 16,82 Cm,nilai tengahnyayaitu 16,58 Cm. Lingkar

pergelangan tangan terkecil yaitu 14,9 Cm dan lingkar pergelangan

tangan terbesar yaitu 20,4 Cm.

Page 41: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

68

6. Lokasi Kerja

Berikut ini adalah sebaran jumlah pekerja pemarut kelapa di 7

lokasi pasar tradisional Kota Pontianak.

Tabel V.6

Distribusi Frekuensi Lokasi Kerja Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-

Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan

Jenis Kelaminnya

Lokasi Kerja Area Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F % Pasar Puring Utara 0 0,0 8 16,0 8 16,0 Pasar Flamboyan Selatan 0 0,0 5 10,0 5 10,0 Pasar Dahlia Barat 4 8,0 4 8,0 8 16,0 Pasar Teratai Barat 1 2,0 8 16,0 9 18,0 Pasar Nipah Kuning Barat 4 8,0 3 6,0 7 14,0 Pasar Kemuning Kota 3 6,0 4 8,0 7 14,0 Pasar Mawar Kota 2 4,0 4 8,0 6 12,0

Total 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.6 memberikan informasi bahwa sebaran proporsi

pekerja di setiap lokasi pasar tradisional hampir berimbang (10,0-

18,0%). Pekerja pemarut kelapa terbanyak 48,0% bekerja di wilayah

Pontianak Barat. Proporsi terbesar pekerja pemarut kelapa bekerja di

Pasar Teratai (18,0) dan proporsi terkecilnya bekerja di Pasar

Flamboyan (10,0%).

Proporsi terbesar pekerja perempuan pemarut kelapa bekerja di

Pasar Dahlia dan Nipah Kuning (masing-masing 8,0%) dan proporsi

terkecilnya bekerja di PasarTeratai (2,0%), sedangkan di Pasar

Flamboyan dan Pasar Puring diketahui tidak ada pekerja perempuan

pemarut kelapa di sana. Proporsi terbesar pekerja laki-laki pemarut

Page 42: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

69

kelapa bekerja di Pasar Teratai dan Puring (masing-masing 16,0%) dan

proporsi terkecilnya bekerja di Pasar Nipah Kuning (6,0%).

V.2.2 Karakteristik Penggunaan Mesin Parut Kelapa

Penggunaan mesin parut kelapa di pasar-pasar tradisional Kota

Pontianak disajikan pada tabel-tabel di bawah ini.

1. Lokasi Mesin Parut Kelapa

Tabel V.7

Distribusi Frekuensi Jumlah Mesin Parut Kelapa di Setiap

Lokasi Pasar Tradisional Kota Pontianak

Lokasi Pasar Pontianak Total

F % Pasar Puring Utara 5 17,2 Pasar Flamboyan Selatan 3 10,3 Pasar Dahlia Barat 4 13,8 Pasar Teratai Barat 4 13,8 Pasar Nipah Kuning Barat 4 13,8 Pasar Kemuning Kota 5 17,2 Pasar Mawar Kota 4 13,8

Total 29 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.7 memberikan informasi bahwa proporsi sebaran

jumlahmesin parut kelapa di tiap lokasi pasar tradisional hampir

berimbang (10,3-17,2%). Jumlah mesin paling banyak berada di

wilayah Pontianak Barat (41,4%), sedangkan paling sedikit berada di

wilayah Pontianak Selatan (10,3%). Jumlah mesin parut kelapa paling

banyak berada di Pasar Puring dan Pasar Kemuning(masing-masing

Page 43: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

70

17,2%), sedangkan jumlah mesin parut kelapa paling sedikit berada di

Pasar Flamboyan (10,3%).

2. Jumlah Operator Mesin Parut Kelapa

Berikut ini adalah sebaran jumlah pengguna setiap mesin parut

kelapa di 7 lokasi pasar tradisional Kota Pontianak.

Tabel V.8

Distribusi Frekuensi Jumlah Operator Mesin Parut Kelapa di Pasar-

Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan

Jenis Kelaminnya

Jumlah

Operator Lokasi

Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F %

1 Orang Semua Pasar 2 4,0 12 24,0 14 28,0

2 Orang

Semua Pasar,

kecuali Pasar

Teratai

6 12,0 14 28,0 20 40,0

3 Orang

Pasar Dahlia,

Teratai, Nipah

Kuning, Puring

5 10,0 7 14,0 12 24,0

4 Orang Pasar Teratai 1 2,0 3 6,0 4 8,0

Total 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.8 memberikan informasi bahwa proporsi terbesar

pengguna sebuah mesin parut kelapa yaitu sebanyak 2 orang operator

(40,0%. Sedangkan, proporsi terkecilnya yaitu sebanyak 4 orang

operator (8,0%). Pekerja perempuan lebih cenderung menggunakan

sebuah mesin parut kelapa secara bersama, yaitu berjumlah 2-3 orang

operator (22,0%) daripada menggunakannya sendiri saja atau secara

bersama dengan jumlah 4 orang operator (6,0%). Tetapi, pekerja laki-

laki lebih cenderung menggunakan sebuah mesin parut kelapa sendiri

saja atau secara bersama dengan jumlah 2 orang operator (52,0%)

Page 44: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

71

daripada menggunakannya secara bersama dengan jumlah 3-4 orang

operator (20,0%).

3. Penggunaan Tangan Dominan

Penggunaan jenis tangan pekerja saat memarut kelapa dengan

mesin parut kelapa dikategorikan antara lain sebagai unilateral

(menggunakan tangan kanan saja atau tangan kiri saja) dan bilateral

(menggunakan kedua tangannya, yaitu tangan kanan dan tangan kiri).

Tabel V.9

Distribusi Frekuensi Penggunaan Tangan Dominan Pekerja Pemarut

Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan

Jenis Kelaminnya

Tangan Dominan Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F %

Unilateral (salah satu tangan saja) Tangan Kanan 3 6,0 9 18,0 12 24,0 Tangan Kiri 2 4,0 6 12,0 8 16,0

Bilateral (kedua tangan) 9 18,0 21 42,0 30 60,0

Total 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.9 memberikan informasi bahwa proporsi terbesar

tangan dominan pekerja adalah bilateral (60,0%). Sedangkan, proporsi

terkecilnya adalah unilateral kiri (16,0%). Sehingga, proporsi

penggunaan tangan kanan saat bekerja (84,0%) hampir berimbang

dengan penggunaan tangan kiri (76,0%).

4. Bobot Daging Buah Kelapa yang Diparut

Tabel V.10

Distribusi Bobot Daging Buah Kelapa yang Diparut oleh Pekerja

Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak

BerdasarkanJenis Kelaminnya

Variabel Bobot Kelapa (Kg)

Page 45: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

72

Mean Median Minimal Maksimal StDev

Perempuan 101,0 100 20 300 67,947

Laki-Laki 191,4 100 23 550 153,222

Total 166,1 100 20 550 140,270 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.10 memberikan informasi bahwa secara umum bobot

daging buah kelapa yang diparut oleh pekerja perempuan lebih sedikit

daripada yang diparut oleh pekerja laki-laki.Rata-rata bobot daging

buah kelapa yang diparut yaitu 166,1 Kg. Separuh dari pekerja

memarut sebanyak 100 Kg daging buah kelapa. Bobot daging buah

kelapa yang paling sedikit diparut oleh pekerja yaitu 20 Kg dan bobot

yang paling banyak diparut oleh pekerja yaitu 550 Kg.

V.2.3 Hasil Analisa Univariat

Variabel-variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian

ini disajikan pada tabel-tabel di bawah ini.

1. Masa Kerja

Tabel V.11

Distribusi Masa Kerja Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar

Tradisional Kota Pontianak BerdasarkanJenis Kelaminnya

Variabel Masa Kerja (Tahun)

Mean Median Minimal Maksimal StDev

Perempuan 10,43 10 2 30 7,812

Laki-Laki 7,94 7 1 25 6,215

Total 8,64 8 1 30 6,712 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.11 memberikan informasi bahwa secara umum masa

kerja pekerja perempuan lebih lama daripada pekerja laki-laki. Rata-

rata masa kerjapekerja pemarut kelapa yaitu 8,64 tahun (perempuan =

10,43 tahun; laki-laki = 7,94 tahun). Separuh dari mereka bekerja

Page 46: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

73

selama 8 tahun (perempuan = 10 tahun; laki-laki = 7 tahun).Masa kerja

terpendek yaitu 1 tahun dan masa kerja terpanjang yaitu 30 tahun,

sehingga rentang masa kerjanya adalah 29 tahun.

Tabel V.12

Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-

Pasar Tradisiona Kota Pontianak BerdasarkanJenis Kelaminnya

Masa Kerja Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F %

Lama (> 10 Tahun) 3 6,0 6 12,0 9 18,0

Baru (0-10 Tahun) 11 22,0 30 60,0 41 82,0

Total 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.12 memberikan informasi bahwa secara umum

proporsi masa kerja antara yang lama dan yang baru tidak sama.

Pekerja yang masa kerjanya di atas 10 tahun diketahui berisiko terkena

CTS, oleh karena itu masa kerja dibagi menjadi masa kerja yang lama

(> 10 tahun) dan masa kerja yang baru (0-10 tahun).Proporsi pekerja

lama (18,0%) lebih sedikit daripada pekerja baru (82,0%).

2. Lama Kerja

Tabel V.13

Distribusi Frekuensi Hari Kerja Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar

Tradisional Kota Pontianak BerdasarkanJenis Kelaminnya

Hari Kerja Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F %

6 Hari Seminggu 8 16,0 13 26,0 21 42,0

7 Hari Seminggu 6 12,0 23 46,0 29 58,0

Total 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Page 47: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

74

Tabel V.13 memberikan informasi bahwa semua pekerja

pemarut kelapa bekerja > 5 hari seminggu.Secara umum, proporsi hari

kerja pekerja 6 hariseminggu (42,0%) lebih sedikit daripada pekerja 7

hari seminggu (58,0%). Proporsi pekerja perempuan dengan hari kerja

6 hari seminggu (16,0%) lebih banyak daripada yang hari kerjanya 7

hari seminggu (12,0%). Tetapi, proporsi pekerja laki-laki dengan hari

kerja 6 hari seminggu (26,0%) lebih sedikit daripada yang hari

kerjanya 7 hari seminggu (46,0%).

Tabel V.14

Distribusi Lama Kerja Pekerja Pemarut Kelapa Berdasarkan

Jenis Kelaminnya

Variabel Lama Kerja (Jam)

Mean Median Minimal Maksimal StDev

Jumlah JamBerjualan per Hari

Perempuan 10,36 11,0 7,0 12,0 1,646

Laki-Laki 9,86 11,0 6,0 12,0 2,140

Total 10,00 11,0 6,0 12,0 2,010

Jumlah Jam Kerja Operator per Hari

Perempuan 5,06 4,5 2,8 12,0 2,399

Laki-Laki 6,07 5,0 2,0 12,0 3,271

Total 5,78 4,5 2,0 12,0 3,063

Lama Kerja per Hari (Konversi 5 Hari Seminggu)

Perempuan 6,61 6,3 3,3 16,8 3,503

Laki-Laki 8,11 6,5 2,4 16,8 4,538

Total 7,69 6,3 2,4 16,8 4,293 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.14 memberikan informasi bahwa secara umum waktu

kerja antara pekerja perempuan dan pekerja laki-laki hampir sama.

Rata-rata pekerja berjualanselama10 jam per hari. Separuh dari mereka

berjualan selama 11jam per hari,sedangkan yang tersingkat

Page 48: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

75

berjualanyaitu selama 6 jam per hari dan yang terlama berjualan yaitu

selama 12 jam per hari.

Rata-rata pekerja mengoperasikan mesin parut kelapanya

selama 5,78 jam per hari. Separuh dari mereka mengoperasikan mesin

parut kelapanya selama 4,5 jam per hari, sedangkan yang tersingkat

mengoperasikan mesin parut kelapanya yaitu selama 2 jam per haridan

yang terlama mengoperasikan mesin parut kelapanya yaitu selama 12

jam per hari.

Lama kerja standar adalah 8 jam sehari selama 5 hari seminggu

atau setara dengan 40 jam seminggu. Sedangkan, data pekerja

menunjukkan adanya beragam variasi hari kerja dan jam

pengoperasian mesin parut kelapa.Oleh karena itu, hari kerja dan jam

pengoperasian mesin parut kelapa dikonversikan terhadap standar lama

kerja 5 hari seminggu ini.

Hasil konversi menunjukkanrata-rata pekerja mengoperasikan

mesin parut kelapanya setara dengan 7,69 jam per hari dalam 5 hari

seminggu. Separuh dari mereka mengoperasikan mesin parut

kelapanya setara dengan 6,3 jam per hari dalam 5 hari seminggu,

sedangkan yang tersingkat mengoperasikan mesin parut kelapanya

yaitu setara dengan 2,4 jam per haridalam 5 hari seminggu dan yang

terlama mengoperasikan mesin parut kelapanya yaitu setara dengan

16,8 jam per hari dalam 5 hari seminggu.

Tabel V.15

Page 49: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

76

Distribusi Frekuensi Lama Kerja Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-

Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan Jenis Kelaminnya

Lama Kerja Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F %

Tidak Aman

(> 8 Jam Sehari) 4 8,0 14 28,0 18 36,0

Aman

(≤ 8 Jam Sehari) 10 20,0 22 44,0 31 64,0

Total 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.15 memberikan informasi bahwa proporsi lama

kerjayang tidak aman (36,0%) lebih sedikit daripada yang aman

(64,0%). Artinya, rasio proporsi lama kerja antara yang tidak aman dan

yang aman yaitu 9:16.

3. Intensitas Getaran Mekanis

Tabel V.16

Distribusi Intensitas Getaran Mekanis yang Terukur pada Mesin

Parut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak

Subyek Intensitas Getaran Terukur (m/s

2)

Mean Median Minimal Maksimal StDev

Mesin 3,78 3,96 2,91 4,12 0,365 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.16 memberikan informasi bahwa rata-rata intensitas

getaran mekanis yang terukur pada mesin parut kelapa di titik yang

kontak dengan lengan tangan pekerja adalah 3,78 m/s2. Intensitas

getaran mekanis yang terukur dari separuh jumlah mesin parut kelapa

tersebut adalah 3,96 m/s2. Intensitas getaran mekanis yang terukur

paling rendah adalah 2,91 m/s2, sedangkan yang terukur paling

tinggiadalah 4,12 m/s2.

Tabel V.17

Page 50: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

77

Distribusi Frekuensi Relatif Intensitas Getaran Mesin yang Terukur

pada Mesin Parut Kelapadi Pasar-Pasar Tradisional

Kota Pontianak

Intensitas Getaran Terukur Total

F %

Tidak Aman (> NAB 4 m/s2) 14 48,3

Aman (≤ NAB 4 m/s2) 15 51,7

Total 29 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.17 memberikan informasi bahwa rasio proporsi

intensitas getaran terukur antara yang tidak aman dan yang aman

hampir berimbang. Proporsi intensitas getaran terukur yang tidak aman

(48,3%) sedikit lebih rendah daripada yang aman (51,7%). Beberapa

pekerja bekerja dengan jumlah waktu kerja yang bervariasi. Oleh

karena itu, intensitas getaran mekanis yang terukur dikonversikan

terlebih dahulu terhadap paparan 8 jam sehari selama 5 hari seminggu.

Hasil konversi ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel V.18

Distribusi Intensitas Getaran Mekanis yang Terpapar pada Pekerja

Pemarut Kelapadi Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak

Berdasarkan Jenis Kelaminnya

Subyek Intensitas Getaran Terpapar (m/s

2)

Mean Median Minimal Maksimal StDev

Perempuan 3,30 3,33 1,89 5,83 0,977

Laki-Laki 3,68 3,45 1,89 5,84 1,120

Total 3,57 3,45 1,89 5,84 1,085 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.18 memberikan informasi bahwa rata-rata intensitas

getaran mekanis yang terpaparpada lengan tanganpekerja perempuan

sedikit lebih rendahdaripada pekerja laki-laki. Rata-rata intensitas

getaran mekanis yang terpapar pada lengan tangan pekerja adalah

Page 51: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

78

setara dengan 3,57 m/s2. Intensitas getaran mekanis yang terpaparpada

separuh jumlah pekerja pemarut kelapaadalah setara dengan

3,45m/s2.Intensitas getaran mekanis yang terpapar paling rendah

adalah setara dengan 1,89 m/s2, sedangkan yang tertinggi adalah setara

dengan 5,84 m/s2.

Tabel V.19

Distribusi Frekuensi Intensitas Getaran yang Terpapar pada Pekerja

Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak

Berdasarkan Jenis Kelaminnya

Intensitas

GetaranTerpapar

Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F % Tidak Aman(> NAB 4 m/s

2) 2 4,0 12 24,0 14 28,0

Aman(≤ NAB 4 m/s2) 12 24,0 24 48,0 36 72,0

Total 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.19 memberikan informasi bahwa proporsi intensitas

getaran mesin yang tidak aman (28,0%) lebih sedikit daripada yang

aman (72,0%). Artinya, rasio proporsi intensitas getaran terpapar

antara yang tidak aman dan yang aman yaitu mendekati 1:5, yang

mana rasio proporsi tersebut pada pekerja perempuan (1:6) lebih kecil

daripada pekerja laki-laki (1:2).

4. Riwayat Penyakit/Gangguan Klinis Lainnya

Tabel V.20

Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit/Gangguan KlinisLainnya pada

Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak

BerdasarkanJenis Kelaminnya

Penyakit / Gangguan

Klinis Lainnya

Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F %

Ada Keluhan 6 12,0 6 12,0 12 24,0 a. Kelenjaran 1 2,0 2 4,0 3 6,0

b. Diabetes Mellitus 1 2,0 0 0,0 1 2,0

c. Keseleo 1 2,0 1 2,0 2 4,0

Page 52: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

79

(jari dan pergelangan tangan)

d. Nyeri Sendi

(area lutut, pergelangan kaki) 3 6,0 1 2,0 4 8,0

e. Terjatuh

(area pergelangan tangan) 0 0,0 2 4,0 2 4,0

Tidak Ada Keluhan 8 16,0 30 60,0 38 76,0

Total 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.20 memberikan informasi bahwa proporsi pekerja

yang memilikipenyakit/gangguan klinis lainnya (24,0%) lebih sedikit

daripada yang tidak memiliki penyakit/gangguan klinis lainnya

(76,0%), yang mana jenis gangguan terbanyak yaitu nyeri sendi di area

lutut dan pergelangan kaki (8,0%).Sedangkan, gangguan klinis lainnya

bervariasi dan tidak banyak.Secara umum, rasio proporsi pekerja yang

memiliki riwayat penyakit/gangguan klinis dibanding yang tidak

mengalaminya lebih besar dialami pekerja perempuan (3:4) daripada

pekerja laki-laki (1:5).

5. Pengobatan

Tabel V.21

Distribusi Frekuensi Konsumsi Obat dan Suplemen oleh Pekerja

Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar TradisionalKota Pontianak

BerdasarkanJenis Kelaminnya

Variabel Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F %

Konsumsi Obat Anti Nyeri Ada 2 4,0 1 2,0 3 6,0

Tidak Ada 12 24,0 35 70,0 47 94,0

Konsumsi Vitamin B6 (Piridoksin) Ada 0 0,0 3 6,0 3 6,0

Tidak Ada 14 28,0 33 66,0 47 94,0

Total Tiap Variabel 14 28,0 36 72,0 50 100,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.21 memberikan informasi bahwa proporsi pekerja

yang mengkonsumsiobat anti nyeri sangat sedikit (total = 6,0%;

Page 53: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

80

perempuan = 4,0%; laki-laki = 2,0%). Proporsi pekerja yang

mengkonsumsivitamin B6 (Piridoksin) adalah pekerja laki-laki (6,0%)

juga sangat sedikit. Sehingga, total proporsi pekerja yang

mengkonsumsi obat anti nyeri dan Piridoksin sebanyak 12,0%. Rasio

proporsi pekerja yang mengkonsumsi obat anti nyeri dan piridoksin

dibandingkan yang tidak mengkonsumsinya lebih besar terjadi pada

pekerja perempuan (1:7)daripada pekerja laki-laki (1:9).

Hasil anamnesis menunjukkan tidak ada pekerja yang

mendapatkan suntikan kortikosteroid, menjalani fisioterapi,

pembedahan, pengambilan darah nadi di pergelangan tangan,terapi

hormonal, terapi antikoagulan, maupun tindakan hemodialisa pada

areatangan dan pergelngan tangan mereka.

6. Gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Tabel V.22

Distribusi Skor Keluhan Klinis CTS pada Pekerja Pemarut Kelapa di

Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak Berdasarkan

Jenis Kelaminnya

Subyek Skor Keluhan Klinis CTS

Mean Median Minimal Maksimal StDev

Perempuan 4,64 5,5 0 8 2,590

Laki-Laki 4,14 4,0 0 9 2,748

Total 4,28 4,5 0 9 2,688 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.22 memberikan informasi bahwa secara umum skor

keluhan klinis CTS pada pekerja perempuan lebih tinggi daripada

pekerja laki-laki. Rata-rata skor keluhan klinis CTS pada pekerja

Page 54: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

81

adalah 4,28. Nilai tengah skor yaitu 4,5). Skor terendah adalah 0 dan

skor tertinggi adalah 9.

Tabel V.23

Distribusi Frekuensi Hasil Tes Phalen dan Diagnosa Gejala CTS pada

Pekerja Pemarut Kelapa di Pasar-Pasar Tradisional Kota Pontianak

BerdasarkanJenis Kelaminnya

Variabel

Perempuan Laki-Laki Total

F % F % F %

14 28,0 36 72,0 50 100,0

Tes Phalen Positif 11 22,0 25 50,0 36 72,0

Negatif 3 6,0 11 22,0 14 28,0

Gejala CTS Ada Gejala 11 22,0 25 50,0 36 72,0

Normal 3 6,0 11 22,0 14 28,0 Sumber : Pengolahan data primer, 2017

Tabel V.23 memberikan informasi bahwa secara umum

proporsi hasil tes Phalen pada pekerja, sama banyaknya dengan

proporsi gejala CTS berdasarkan diagnosa dokter. Artinya, semua hasil

tes Phalen didukung oleh keluhan klinis CTS yang menyertainya.

Proporsi pekerja yang memiliki hasil tes Phalen positif (total = 72,0%;

perempuan = 22,0%; laki-laki = 50,0%) lebih banyak daripada yang

memiliki hasil tes Phalen negatif (total = 28,0%; perempuan = 6,0%;

laki-laki = 22,0%).

Begitu juga proporsi pekerja yang disimpulkan memiliki gejala

CTS. Artinya, rasio proporsi pekerja antara yang memiliki gejala CTS

Page 55: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

82

dan yang normal yaitu mendekati 5:1, yang mana rasio proporsi

tersebut pada pekerja perempuan (mendekati 4:1) lebih besar daripada

pekerja laki-laki (mendekati 2:1).

V.3 Pembahasan

Nervus medianus adalah saraf utama kompartemen anterior

(flexor-pronator) lengan bawah.Nervus medianus masuk ke tangan melalui

canalis carpi. Sindrom canalis carpi atau yang disebut dengan CTS

disebabkan oleh lesi apapun yang secara signifikan mengurangi ukuran

canalis carpi, atau yang lebih sering adalah menambah ukuran dari struktur

atau lapisan yang ada di dalam terowongannya (Moore dkk, 2013).

Nervus medianus merupakan struktur yang paling sensitif dalam

canalis carpi, sehingga paling sering terkena.Saraf tersebut memiliki dua

cabang sensorik terminal yang menyuplai kulit tangan.Oleh karena itu,

parestesi, hipoestesi (sensasi berkurang), atau anestesi (tidak adanya

sensasi) dapat terjadi pada tiga setengah lateral jari.Saraf ini juga memiliki

satu cabang motorik terminal yang melayani tiga otot thenar (Moore dkk,

2013).

CTS dapat terjadi pada pekerja di sektor formal maupun

informal.Gejala CTSsalah satunyadialami oleh pekerja informal sebagai

pemarut kelapa di pasar-pasar tradisional Kota Pontianak.Gangguan CTS

dapat timbul karena berbagai sebab, namun banyaknya gejala CTS yang

Page 56: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

83

diderita oleh pekerja ini diduga terkait pekerjaan yang dilakukan mereka

sehari-hari, baik sebagai sebab utama atau sebagai faktor yang

memperparah.

V.3.1 Gambaran Karakteristik Pekerja Pemarut Kelapa

Pekerja pemarut kelapa di pasar-pasar tradisional Kota Pontianak

adalah pekerja dari berbagai kalangan usia (18-60 tahun). Rata-rata usia

mereka yaitu 38,5 tahun. Proporsi pekerja pemarut kelapa berusia 30 tahun

ke atas (72,0%) lebih banyak dari pekerja berusia di bawah 30 tahun

(28,0%). Menurut Ronald (2007), CTS umumnya terjadi pada usia 29-62

tahun. Begitu juga, menurut penelitian Darno (2011) bahwa usia 30 tahun

ke atas memiliki risiko terkena CTS.Artinya, semakin banyak pekerja

pemarut kelapa berusia 30 tahun ke atas maka semakin banyak yang

berpotensi mengalami gejala CTS.

Secara umum, pekerja perempuan mempunyai usia lebih tua

daripada pekerja laki-laki, baik ditinjau dari rata-rata usianya, usiapekerja

termudanyamaupunusia pekerja tertuanya. Lingkar pergelangan tangan

pekerja perempuan juga diketahui lebih kecil daripada laki-laki, dengan

rata-rata selisih sebesar 0,6 Cm lebih kecil dari lingkar pergelangan tangan

pekerja laki-laki.

Menurut Barton dkk dalam Harahap (2003), prevalensi CTS pada

perempuan diketahui lebih tinggi daripada laki-laki yaitu sebesar 3:1.Hal

ini berkaitan pula dengan lingkar pergelangan tangan perempuan yang

umumnya lebih kecil.Meskipun proporsi pekerja perempuan pemarut

Page 57: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

84

kelapa (28,0%) lebih sedikit daripada pekerja laki-lakinya (72,0%), tetapi

banyaknya pekerja perempuan yang berusia lebih tua, sekaligus

memilikilingkar pergelangan tangan lebih kecil, maka semakin banyak

pekerja pemarut kelapa yang berpotensi mengalami gejala CTS.

Pekerja pemarut kelapa berpendidikan rendah (76,0%) diketahui

lebih banyak daripada pekerja yang berpendidikan tinggi (24,0%). Tingkat

pendidikan pekerja perempuan relatif lebih rendah daripada pekerja laki-

laki.Kecenderungan ini mungkin berkaitan dengan kondisi pendidikan di

zaman mereka dahulu, terutama pendidikan bagi kaum

perempuan.Seseorang yang tingkat pendidikannya rendah mungkin

memiliki pengetahuan yang relatif rendah pula tentang kesehatan.

Sehingga, mungkin banyak pekerja pemarut kelapa yang tidak mengerti

gangguan apa yang mereka derita pada pergelangan tangannya, tidak

mengerti bahaya dari gejala CTS yang terjadi pada tangan mereka,

sehingga umumnya mungkin membiarkan saja gangguan tersebut.

V.3.2 Gambaran Penggunaan Mesin Parut Kelapa

Rata-rata bobot daging buah kelapa yang diparut oleh pekerja

perempuan (101,0 Kg) lebih sedikit daripada yang diparut oleh pekerja

laki-laki (191,4 Kg). Saat bekerja, 60,0% pekerja pemarut kelapa

menggunakan kedua tangannya (bilateral). Sehingga, porsi penggunaan

tangan kanan dan kiri mereka saat bekerja tidak begitu berbeda.Besarnya

beban kerja para pekerja pemarut kelapa ini turut memperparah gejala

klinis CTS yang mereka derita.

Page 58: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

85

Pekerja perempuan juga lebih cenderung menggunakan mesin

parut kelapa secara bergantian daripada pekerja laki-laki.Banyaknya

pekerja pemarut kelapa di area tersebut mungkin karena wilayah

Pontianak Barat memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kota Pontianak.

Sehingga,kebutuhan kelapa parut segar setiap hari di kawasan itu juga

tergolong tinggi.

V.3.3 Gambaran Faktor CTS

Beberapa faktor tersebut antara lain :

1. Masa Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata masa kerja

pekerja pemarut kelapa adalah 8,64 tahun. Secara umum, pekerja

perempuan bekerja lebih lama daripada laki-laki, baik ditinjau darirata-

rata masa kerjanya, masa kerja terpendeknya dan masa kerja

terpanjangnya. Pekerja pemarut kelapa yang memiliki masa kerja > 10

tahun (18,0%) diketahui lebih sedikit daripada pekerja yang memiliki

masa kerja ≤ 10 tahun (82,0%).

Menurut penelitian Pangestuti dan Widajati (2014), pekerja

dengan paparan getaran dari mesin gerinda yang masa kerjanya di atas

10 tahun diketahui berisiko terkena CTS.Sehingga, dapat dikatakan

bahwa masa kerja pekerja pemarut kelapa di pasar-pasar tradisional

Kota Pontianak lebih dominan tergolong aman.

Rendahnya proporsi pekerja yang masa kerjanya di atas 10

tahun mengindikasikan bahwa banyaknya pekerja yang mengalami

Page 59: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

86

gejala CTS mungkin bukan disebabkan masa kerjanya.Tetapi, tidak

menutup kemungkinan untuk tahun-tahun berikutnya jika pekerja ini

masih meneruskan usahanya di bidang pemarutan kelapa hingga masa

kerjanya melampaui 10 tahun.

Pekerja pemarut kelapa perlu mendapat edukasi kesehatan

kerja yang benar, terutama terkait dengan risiko dari

pekerjaannya.Pekerja pemarut kelapa sebaiknya berkonsultasi dengan

dokter atau fisioterapis terdekat guna mencegah efek lanjut dari

pekerjaannya dalam jangka panjang, karena dikhawatirkan semakin

lama masa kerjanya maka semakin banyak yang mengalami gejala

CTS dan semakin parah efek yang diterima oleh pekerja sebagai akibat

dari pekerjaannya dalam jangka panjang.

2. Lama Kerja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pekerja

mengoperasikan mesin parut kelapanya setara dengan 7,69 jam per

hari untuk 5 hari seminggu. Secara umum, pekerja perempuan

mengoperasikan mesin parut kelapa lebih singkat daripada pekerja

laki-laki. Pekerja yang memiliki lama kerja > 8 jam per hari (36,0%)

lebih sedikit daripada yang memiliki lama kerja ≤ 8 jam per hari

(64,0%).

Menurut Suma’mur (2009), untuk pekerjaan yang biasa, tidak

terlalu ringan atau berat, produktifitas pekerja mulai menurun sesudah

4 jam bekerja. Istirahat setengah jam dapat memulihkan kembali

Page 60: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

87

energi akibat menurunnya kadar gula darah di dalam tubuh.

Sedangkan, menurut UU No. 13 tahun 2003, lama seseorang bekerja

maksimal adalah 8 jam dalam 1 hari. Sehingga, dapat dikatakan bahwa

lama kerja pekerja pemarut kelapa di pasar-pasar tradisional Kota

Pontianak lebih dominan tergolong aman.

Semua pekerja pemarut kelapa diketahui bekerja selama 6-7 hari

dalam seminggu.Selain itu, beberapa pekerja menggunakan 1 mesin

parut kelapa secara bergantian dan beberapa lainnya menggunakan 1

mesin parut kelapanya sendiri.Oleh karena itu, jumlah jam berjualan

pekerja tersebut disesuaikan dengan jumlah operatornya, kemudian

dikonversikan terhadap hari kerja standar yaitu 5 hari dalam seminggu.

Rendahnya proporsi pekerja yang lama kerjanya di atas 8 jam

per hari mengindikasikan bahwa banyaknya pekerja yang mengalami

gejala CTS mungkin bukan disebabkan lama kerjanya. Tetapi, tidak

menutup kemungkinan dalam situasi tertentu dimana kebutuhan kelapa

parut sedang meningkat, terutama saat menjelang dan selama bulan

ramadhan dan menjelang hari raya, maka lama kerjanya dapat

meningkat seiring meningkatnya kebutuhan kelapa parut tersebut.Hal

ini diungkapkan oleh pekerja pemarut kelapa bahwa pada periode

seperti itu, gejala-gejala klinis yang mengarah CTS dirasakan lebih

kuat dari biasanya.

Pekerja pemarut kelapa sebaiknya mempertimbangkan jumlah

jam kerja mereka dalam berjualan kelapa parut. Hal ini penting karena

Page 61: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

88

lama kerja sangat terkait dengan paparan dalam jangka waktu pendek

dan bersifat kontinyu.Sebisa mungkin pekerja pemarut kelapa

mempersingkat waktu kontak dengan mesin parut kelapa atau

mempersering giliran dengan operator pemarut kelapa lainnya. Saat

tidak kontak dengan mesin parut kelapa, pekerja tersebut dapat

mengistirahatkan tangannya atau beralih mengerjakan hal lain yang

lebih ringan.

3. Intensitas Getaran

Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata intensitas getaran

mekanis yang terukur pada mesin parut kelapa di titik yang kontak

dengan lengan tangan pekerja adalah 3,78 m/s2 (2,91-4,12 m/s

2).

Sehingga, intensitas getaran terukur yang tidak aman (48,3%) sedikit

lebih rendah daripada yang aman (51,7%). Hasil konversi

menunjukkan bahwa rata-rata intensitas getaran mekanis yang terpapar

pada lengan tangan pekerja adalah setara dengan 3,57 m/s2 (setara

dengan 1,89-5,84 m/s2). Secara umum, intensitas getaran terpapar yang

kontak dengan lengan tangan pekerja perempuan (setara dengan 3,30

m/s2) sedikit lebih rendah daripada pekerja laki-laki (setara dengan

3,68 m/s2). Sehingga, pekerja yang terpapar intensitas getaran mesin

yang tidak aman (28,0%) lebih sedikit daripada yang aman (72,0%).

Menurut Permenakertrans RI No. Per.13/MEN/X/2011, bahwa

NAB paparan getaran alat kerja adalah 4 m/s2 untuk 8 jam per hari

atau selama 40 jam seminggu. Sehingga, dapat dikatakan bahwa

Page 62: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

89

intensitas getaranyang diterima pekerja pemarut kelapa dari mesin

pemarut kelapa yag digunakannya di pasar-pasar tradisional Kota

Pontianak lebih dominan tergolong aman.

Terdapat variasihari kerja dan lama kontak dengan mesin parut

kelapa,oleh karena itu intensitas getaran mekanis yang terukur

dikonversikan terlebih dahulu terhadap paparan 8 jam sehari selama 5

hari seminggu. Rendahnya proporsi pekerja yang terpapar getaran

mekanis yang tidak aman mengindikasikan bahwa banyaknya pekerja

pemarut kelapa yang mengalami gejala CTS mungkin bukan

disebabkan oleh intensitas paparan getaran mekanis.

Meskipun lebih dominan tergolong aman, namun rasio proporsi

paparan getaran yang tidak aman dibandingkan yang aman pada

pekerja perempuan (1:6) lebih kecil daripada pekerja laki-laki (1:2).Ini

mengindikasikan bahwa pekerja laki-laki 3 kali lebih banyak

menerima paparan getaran mekanis yang tidak aman daripada pekerja

perempuan.Pekerja laki-laki memiliki kapasitas fisik relatif lebih kuat

dari pekerja perempuan, sehingga secara umum pekerja laki-laki

bekerja lebih giat dari pekerja perempuan, Apalagi, jika kebutuhan

kelapa parut segar sedang meningkat pada periode waktu tertentu.

Pekerja pemarut kelapa laki-laki dan perempuan sebaiknya

memperhatikan kecepatan putaran mesin parut kelapa yang

digunakannya.Selain itu, pekerja pemarut kelapa sebaiknya dapat

menggunakan sarung tangan dengan bantalan busa saat memarut

Page 63: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

90

kelapa menggunakan mesin.Hal ini berguna untuk mengurangi

intensitas paparan getaran mekanis, sekaligus mencegah efek dari

paparan getaran mekanis terhadap lengan tangan pekerja, baik untuk

jangka waktu singkat maupun dalam jangka waktu panjang.

4. Riwayat Penyakit/Gangguan Klinis Lainnya

Sebanyak 24,0%pekerja memiliki penyakit/gangguan klinis

lainnya. Jenis gangguan terbanyak yaitu nyeri sendi di area lutut dan

pergelangan kaki (8,0%). Sedangkan, gangguan klinis lainnya

bervariasi dan tidak banyak.Secara umum, rasio proporsi pekerja yang

memiliki riwayat penyakit/gangguan klinis dibanding yang tidak

mengalaminya lebih besar dialami pekerja perempuan (3:4) daripada

pekerja laki-laki (1:5).

Sebagian besar gangguan klinis yang diderita pekerja bersifat

lokal. Penyebab utamanya antara lain keseleo dan terjatuh. Gangguan

yang bersifat lokal tersebut tentunya dapat menyebabkan gejala CTS

atau memperparah gejala CTS yang sudah ada. Sedangkan, penderita

dengan gangguan klinis lain yang bersifat sistemik hanya sedikit, yaitu

penyakit Diabetes Mellitus (DM). Gangguan metabolis tersebut dapat

memperparah gejala klinis CTS, karena sel-sel tubuh penderita DM

sulit menggunakan glukosa sebagai sumber energi, termasuk sel saraf

median.Kondisi kekurangan energi tersebut dapat membuat sel saraf

Page 64: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

91

median sedikit demi sedikit mengalami kematian, yang dapat berujung

pada kecacatan area tangan dan pergelangan tangan.

5. Pengobatan

Sebanyak 6,0% pekerja mengkonsumsi obat anti

nyeri,sedangkan 6,0% lainnya mengkonsumsi vitamin B6 (Piridoksin).

Sehingga, total proporsi pekerja yang mengkonsumsi obat anti nyeri

dan Piridoksin sebanyak 12,0%. Rasio proporsi pekerja yang

mengkonsumsi obat anti nyeri dan piridoksin dibandingkan yang tidak

mengkonsumsinya lebih besar terjadi pada pekerja perempuan (1:7)

daripada pekerja laki-laki (1:9).

Obat-obat anti nyeridan piridoksin diketahui memperingan

gejala klinis CTS.Khasiat obat-obatan dan suplemen tersebut secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi saraf median, karena

zat-zat tersebut dikonsumsi dan beredar melalui pembuluh darah ke

seluruh tubuh.Pekerja sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan anti

nyeri sendiri, apalagi jika dikonsumsi dalam dosis yang tidak tepat dan

terus-menerus.Dalam jangka panjang, dikhawatirkan obat-obatan

tersebut dapat memberikan efek samping lainnya bagi tubuh

mereka.Pekerja pemarut kelapa sebaiknya berkonsultasi dengan dokter

untuk mendapatkan penanganan yang tepat agar gejala klinis CTS

tidak semakin parah dan dapat sembuh total.

6. Gejala Carpal Tunnel Syndroms (CTS)

Page 65: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

92

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor keluhan klinis

CTS pada pekerja perempuan (4,64) lebih tinggi daripada pekerja laki-

laki (4,14). Proporsi pekerja yang memiliki hasil tes Phalen positif

sekaligus memiliki gejala CTS berdasarkan kesimpulan dokter (72,0%)

lebih banyak daripada proporsi pekerja yang memiliki hasil tes Phalen

negatif atau normal berdasarkan kesimpulan dokter (28,0%), yang

mana rasio proporsi tersebut pada pekerja perempuan (mendekati 4:1)

lebih besar daripada pekerja laki-laki (mendekati 2:1).Artinya, pekerja

pemarut kelapa lebih dominan mengalami gejala CTS, terutama pada

pekerja perempuannya.

Menurut penelitian Pangestuti dan Widajati (2014), pekerja

dengan paparan getaran dari mesin gerinda di PT Dok dan Perkapalan

Surabaya sebanyak 87,2% mengalami CTS. Sedangkan, menurut

penelitian Rusdi dan Koesyanto (2010) menunjukkan bahwa pekerja

dengan paparan getaran mesin pengolahan Kayu Brumbung Perum

Perhutani Unit I Jawa Tengah sebanyak 57,6% mengalami CTS.

Berdasarkan dua penelitian di atas, proporsi gejala CTS dari hasil

penelitian ini hampir mendekati prevalensi CTS pada pekerja gerinda

dan pekerja mesin pengolahan Kayu Brumbung di atas.

Berdasarkan penelitian pembanding di atas, karakteristik

pekerjaan yang serupa, yaitu sama-sama terpapar getaran

mekaniskemungkinan besar menimbulkan gangguan saraf median di

pergelangan tangan.Meskipun metode diagnosis CTS yang digunakan

Page 66: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

93

dalam penelitian ini bukan tergolong metode diagnosis yang pasti,

yaitu hanya berdasarkan anamnesis dan tes Phalen, tetapi

menunjukkan kecenderungan yang cukup banyak.Artinya, tes Phalen

dapat diandalkan untuk mendeteksi timbulnya CTS secara klinis.

Prevalensi pekerja pemarut kelapa yang mengalami gejala CTS

dari hasil penelitian ini (72,0%), tidak berbeda jauh dari hasil survei

pendahuluan pada 10 orang pekerja (80,0%).Pekerja pemarut kelapa

sebaiknya rutin berkonsultasi dengan dokter atau fisioterapis terdekat

guna mendapatkan diagnosis yang pasti melalui metode EMG

(Electromiografi), serta mendapatkan pengobatan yang tepat untuk

meredakan gejala CTS yang dideritanya.

V.3.4 Keterbatasan Penelitian

Peneliti berupaya mengetahui gambaran kejadian gejala CTS pada

pekerja pemarut kelapa di pasar-pasar tradisional Kota Pontianak.Namun,

tidak semua faktor dapat ditelusuri dan sanggup diamati oleh peneliti,

mengingat keterbatasan kemampuan peneliti dalam menjalankan

penelitian dan kelemahan rancangan penelitian. Oleh karena itu, mungkin

terdapat keterbatasan penelitian yang meliputi :

1. Adanya kemungkinan bias informasi, antara lain karena :

a. Pekerja menjawab pertanyaan dengan tidak jujur, mungkin karena

persepsinya yang negatif terhadap penelitian ini dan khawatir

berefek samping terhadap pekerjaannya, atau tidak paham dengan

Page 67: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

94

pertanyaan yang diajukan karena keterbatasan pengetahuan pekerja

mengenai pertanyaan yang diajukan.

b. Beberapa jenis penyakit/gangguan lainnya terkadang sulit

disimpulkan hanya berdasarkan anamnesis, seorang dokter

sekalipun membutuhkan penunjang diagnosis untuk memastikan

ada tidaknya penyakit/gangguan lain tersebut.

c. Beberapa pertanyaan tertentu membutuhkan konfirmasi ulang

karena ditemukan jawaban yang ragu-ragu, ambigu dan tidak

bersesuaian. Hal ini mungkin karena kesibukan pekerja yang

sedang berjualan, sehingga mereka kurang fokus terhadap

penelitian ini meskipun peneliti telah mengajukan izin untuk

meminta kelonggaran waktu dari pekerja.

2. Adanya kemungkinan bias perancu, antara lain karena :

a. Metode diagnosis yang kurang spesifik.Sebaiknya menggunakan

alat EMG untuk lebih memastikan diagnosis CTS, tetapihal

tersebut sulitditerapkan dalam penelitian di lapangan dalam

penelitian ini.

b. Indeks massa tubuhtidak ditelitidalam penelitian ini, karena

sulitnya menerapkan pengukuran berat badan dan tinggi badan di

lapangan.

4. Adanya kemungkinan bias recall, antara lain karena :

Page 68: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

95

a. Responden kesulitan mengingat kembali hal-hal yang sudah lama

terlewatkan, misalnya tentang masa kerja dan gejala-gejala klinis

lain yang ditanyakan oleh dokter.

b. Responden kesulitan mengingat sesuatu yang sudah rutin

dilakukan dan nilainya berubah-ubah, misalnya tentang bobot

daging buah kelapa yang diparut, jam kerja dan lama kontak

dengan mesin parut kelapa.

Page 69: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

95

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berikutiniadalahbeberapakesimpulan yang

dapatditarikdarihasilpenelitianpada50 orang pekerjapemarutkelapayang

menggunakanmesinparutkelapa di pasar-pasartradisional Kota Pontianak,

antaralain :

1. Pekerjapemarutkelapayangmasakerjanyalama, yaitu> 10

tahunsebanyak18,0%. Secaraumum, masakerjapekerjaperempuan

(rata-rata 10 tahun) lebih lama daripadapekerjalaki-laki (rata-rata 7

tahun).

2. Pekerjapemarutkelapa yang lama kerjanyatidakaman, yaitubekerja> 8

jam sehariuntuk 5 hariseminggusebanyak 36,0%.Secaraumum,

lamakerjapekerjaperempuan (rata-ratasetaradengankerja6 jam per

hariuntuk 5 hariseminggu) lebihsingkatdaripadapekerjalaki-laki (rata-

rata setaradengankerja8jam per hariuntuk 5 hariseminggu).

3. Pekerjapemarutkelapayang

terkenapaparangetaranmekanisdenganintensitastidakamandarimesinpar

utkelapanya, yaitusetaradenganintensitas> 4 m/s2untuk 8 jam

sehariselama 5 hariseminggusebanyak 28,0%. Secaraumum,

intensitasgetaran yang terpaparpadapekerjaperempuan (rata-rata

setaradenganintensitas3,30 m/s2untuk 8 jam sehariselama 5

hariseminggu) lebihrendahdaripadapekerjalaki-laki (rata-rata

Page 70: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

96

setaradenganintensitas 3,68m/s2untuk 8 jam sehariselama 5

hariseminggu).

4. Pekerjapemarutkelapa yang memilikiriwayatpenyakitlainnyasebanyak

24,0%.Secaraumum,

rasiopenyakit/gangguanklinisdideritalebihbanyakolehpekerjaperempua

n (3:4) daripadapekerjalaki-laki (1:5).

5. Pekerjapemarutkelapa yang menjalanipengobatan (obat anti

nyeridanpiridoksin) sebanyak 12,0%.Secaraumum, rasiokonsumsiobat

anti nyeridanpiridoksinlebihbesarterjadipadapekerjaperempuan (1:7)

daripadapekerjalaki-laki (1:9).

6. Prevalensipekerjapemarutkelapa yang didiagnosamengalamigejala

CTS yaitusebanyak72,0%. Secaraumum,

potensipekerjaperempuanmengalamigejala CTS

(rasiomendekati4:1)lebihbesardaripadapekerjalaki-laki

(rasiomendekati2:1).

VI.2 Saran

Adapunbeberapa saran yang

dapatpenulissampaikanberkaitandenganpenelitianiniantaralain :

VI.2.1 BagiPekerjaPemarutKelapa

Pekerjapemarutkelapa yang

menggunakanmesinparutkelapaharusmengontrolkekuatan/kecepatanputara

nmesinparutkelapa yang

Page 71: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

97

digunakannya.Jikapermintaankelapaparutsedangmeningkat,

terutamamenjelangharirayaataumusim-musimtertentu,

parapekerjaharusmenambahjumlah operator pemarutkelapa,

ataumempersingkatkontakdenganmesinparutkelapa,

ataumemperseringgiliranpenggunaanmesinparutkelapa,

ataumenggunakansarungtangandenganbantalanbusasaatbekerjamemarutkel

apa.

Pekerjapemarutkelapasebaiknyarutinmemeriksakankesehatandirinyakedok

teratauberkonsultasidenganfisioterapisterdekatuntukmencegahterjadinyake

lumpuhansarafmedianusataukecacatanakibatpekerjaan yang dijalaninya.

VI.2.2 BagiPemerintah Kota Pontianak

Pemerintah Kota Pontianak,

khususnyaDinasKesehatansetempatdanjajaran di

bawahnyaturutaktifmengedukasipekerjapemarutkelapa di pasar-

pasartradisional agar memperhatikankesehatandirinyaterkaitpekerjaan

yang rutindijalaninyahampirsetiaphari.

PengecekanintensitasgetaransebaiknyadilakukansecaraberkalaolehjajaranD

inasPerdagangandanPerindustriansetempatuntukmengawasidanmenjamin

mesinparutkelapa yang adalayakdigunakan.

VI.2.3 BagiInstitusiKeilmuandanPenelitiLainnya

Penelitilaindapatmelakukanpenelitianbertemaserupadenganmemper

luas area studi, mempertegas diagnosis CTS

denganmetodeEMG,ataumenelitivariabel lain yang

Page 72: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

98

belumditelitidalampenelitianini,

misalnyamendalamiaktivitasmengangkutbuahkelapa,

mencungkildagingbuahkelapaataumenelitiefektifitassarungtanganbantalan

busahasilrancangansendiribagipekerjapemarutkelapa.

Page 73: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

DAFTAR PUSTAKA

Alfons, Gracia Deborah., dkk. 2015. Rancang Bangun Mesin Pemarut Portable

Menggunakan Motor Listrik AC dengan Variasi Kecepatan Putaran (Rpm).

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober

2015, 349-355. Malang : Universitas Brawijaya.

American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS). 2008. Clinical Practice

Guideline on The Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. Rosemont : AAOS.

Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Aroori, Somaiah. Spence, Roy A.J. 2008. Carpal Tunnel Syndrome.Ulster

Medical Journal : 77 (1) 6-17.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pontianak. 2017. Kota Pontianak dalam Angka

2017. Kota Pontianak : BPS.

Bahrudin, Mochammad. 2011. Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Saintika Medika

Jurnal Vol. 7. No. 14. Januari 2011. Malang : Universitas Muhammadiyah

Malang.

Barnardo, Jonathan. 2004. Carpal Tunnel Syndrome in Hands on Practical Advice

on Management of Rheumatic Disease. June no. 3 : 1-3.

Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta : EGC.

Budiono, Sugeng. 2003. BungaRampaiHiperkesdan

KK.BadanPenerbitUniversitasDiponegoro. Semarang.

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Kencana. Jakarta.

Dale, A.M, dkk. 2014. General Population Job Exposure Matrix Apllied to a

Pooled Study of Prevalent Carpal Tunnel Syndrome. Am. Journal of

Epidemiology, December, 2014. 181(6):431-439.

Darno. 2011. Hubungan Karakteristik Pekerja dan Gerakan Berulang dengan

Kejadian CTS pada Pemetik Daun Teh di PT. Rumpun Sari Kemuning.

Skripsi.Surakarta : UNS.

Davis, Larry E. dkk. 2005. Carpal Tunnel Syndrome in Fundamentals of

Neurologic Disease. Demos Medical Publishing. New York : 61-63.

Page 74: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

Dewanto, George. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana

Penyakit Saraf. 2009;h.120-123.

Faisal, Yatim. 2006. PenyakitTulangdanPersendian (Arthritis atau

Arthralgia).Jakarta :PustakaPopulerObor.

Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance : Anamnesis danPemeriksaanFisik. Jakarta

:PenerbitErlangga.

Harahap, Rudiansyah. 2003. Carpal Tunnel Syndrome. CerminDuniaKedokteran

No. 141. Semarang.

Hardono, Joko. 2017. Rancang Bangun Mesin Pemarut Kelapa Skala Rumah

Tangga Berukuran 1 Kg per Waktu Parut 9 Menit dengan Menggunakan

Motor Listrik 100 Watt. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin. Tangerang :

Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Harsono, W.R. 1995. Carpal Tunnel Syndrome at Workers Who Were Exposed by

Repeated Biomechanical Pressures at Hand and Wrist in Tire Industry RSIN

Company. Thesis. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hastono, Sutanto Priyo dan Sabri, Luknis. 2010. Statistik Kesehatan, Edisi 1.

Rajawali Pers. Jakarta.

Katz, Jeffrey N& Simmons, Barry P. 2002. Clinical Ptactices :Carpal Tunnel

Syndrome. N Engl J Med. Vol. 346, No. 23 : 1807-12.

KeputusanMenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor49/1996 tentang Baku

Tingkat Getaran.Jakarta : KEMENLH RI.

Kouyoumdjian, J.A. dkk. 2000. Body Mass Index and Carpal Tunnel Syndrome.

ArqNeuropsiquiatr, (58) : 252-256.

Kurniawan,Bina,dkk. 2008.

FaktorRisikoKejadianCarpalTunnelSyndrome(CTS)padaWanitaPemetikMelat

idiDesaKarangcengis,Purbalingga.Jurnal Promosi

KesehatanIndonesia.Vol.3, No. 1.

Kurniawidjaja, L. Meily. 2007.

FilosofidanKonsepDasarKesehatanKerjasertaPerkembangannyadalamPrakti

k. JurnalKesehatanMasyarakatNasional.Volume 1.Nomor 6.Juni 2007.

Latov, Norman. 2007. Peripheral Neuropathy. New York :Demos Medical

Publishing.

Page 75: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

Moore, Keith L., dkk. 2013. AnatomiBerorientasiKlinis. EdisiKelima. Jilid 2.

(Diterjemahkanolehdr. HuriawatiHartanto). Jakarta :PenerbitErlangga.

Mumenthaler, Mark. dkk. 2006. Fundamentals of Neurologic Disease. Stuttgard

:Thieme.

National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH). 1997.

Musculoskeletal Disorders (MSDs) and Workplace Factor. Juli 1997.

https://www.cdc.gov/niosh/docs/97-141/pdfs/97-141.pdf

(Diaksespadatanggal 15 Januari 2016).

____________________________________________________________. 2014.

The Current Prevalence of CTS. Scandinavian Journal of Work,

Environment and Health.

http://www.sjweh.fi/show_abstract.php?abstract_id=3351&fullText=1(Diak

sespadatanggal 10 Maret 2015).

Nordstrom, D.I. dkk. 1997. Risk Factor for Carpal Tunnel Syndrome in a General

Population. Occup Environ Med. 80 (2) : 734-740.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi revisi.

Jakarta : Rineka Cipta.

Nugrahaeni, Dyan Kunthi. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. EGC. Jakarta.

Nurminto, Eko. 2004. Ergonomi :KonsepDasardanAplikasinya. EdisiKedua.

Surabaya :PenerbitGunaWidya.

Pangestuti, Angelia AyudanWidajati, Noeroel. 2014. Faktor yang

BerhubungandenganKeluhan Carpal Tunnel Syndrome padaPekerjaGerinda

di PT DokdanPerkapalan Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational

Safety and Health, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2014:14-24. Surabaya

:UniversitasAirlangga.

Pecina, Marko M, dkk. 2010. Tunnel Syndromes: Peripheral Nerve Compression

Syndromes Third Edition. New York :CRC PRESS.

Permatasari, Nurindah. dkk. 2014. BeberapaFaktor yang

BerhubungandengaKejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

padaPengrajinTenunTradisional.Skripsi.Semarang

:UniversitasMuhammadiyah Semarang.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang

Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisonal, Pusat Perbelanjaan dan

Toko Modern. Jakarta :KementrianPerdagangan RI.

Page 76: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

PeraturanMenteriTenagadanTransmigrasiNomorPER.13/MEN/X/2011

tentangNilaiAmbang Batas FaktorFisikadanFaktor Kimia di

TempatKerja.Jakarta :KementrianTenagaKerjadanTransmigrasi RI.

Purnawati, S. 2004. AplikasiErgonomiIndustri. Carpal Tunnel Syndrome dan

Repetitive Job dalam Seminar NasionalErgonomi.Yogyakarta.

Rahayu, EndangPurnawati. 2011.

HubunganAntaraPaparanGetaranLenganTangandenganKeluhanKesehatandan

Faktor-Faktor yang MempengaruhipadaSupir Bajaj di PasarKebayoran

Lama.Skripsi.Jakarta : UPN Veteran.

Rambe, Aldi S. 2004. Sindroma Terowongan Karpal. Medan :Bagian Neurologi

FK USU.

Ronald E, Pakasi. 2007. NyeridanKebasPergelanganTanganakibatPekerjaan.

Hati-Hati CTS.http://www.medicastore.com. Diunduhpadatanggal 15

Desember 2014.

Rosenbaum R. 1996. Occupational and Use Mononeuropathies. Dalam Evans

RW, editor. Neurology and Trauma. Philadelphia: WB Saunders Co; p.403-

405.

Rubenstein, David.,dkk. 2007. KedokteranKlinis. EdisiKeenam. Jakarta

:PenerbitErlangga.

Rusdi, Yusuf danKoesyanto, Herry.2010.

HubunganAntaraGetaranMesinProduksidengan Carpal Tunnel

Syndrome.JurnalKesehatanMasyarakat (2) 2010:89-94.Semarang

:UniversitasNegeri Semarang.

Salter, R.B. 2009. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal

System. 2nd ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co; p.274-275.

Salvatore, R.Dinardi. 1997. The Occupational Environment - Its Evaluation and

Control. Amerika :Amerika Industrial Hygiene Association (AIHA) Press.

Standard Nasional Indonesia (SNI) 16-7063-2004. NilaiAmbang Batas IklimKerja

(Panas), Kebisingan, GetaranTangan-LengandanRadiasiSinar Ultra Ungu di

TempatKerja. Jakarta :BadanStandardisasiNasional.

Statutory Instruments No. 1093. 2005. Health and Safety : The Control of

Vibration at Work Regulations. London, U.K.

Subaris, HerudanHaryono. 2007. Hygiene LingkunganKerja. Jogjakarta

:MitraCendekia Press.

Page 77: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). CV.

Sagung Seto. Jakarta.

Syaiful, Saanin. 2009. Syndrome TerowonganKarpal.

http://www.angelfire.com/neurosurgery/nc/atas.html(Diaksespadatanggal 2

Januari 2016).

Tana,Lusianawaty. dkk. 2004. CarpalTunnelSyndrome

padaPekerjaGarmendiJakarta.BuletinPenelitianKesehatan 2004 vol. 32, no.

2: 73-82.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi, UntukKeselamatan,

KesehatanKerjadanProduktivitas, Edisi ke-1. UNIBA Press. Surakarta.

Undang-UndangTenagaKerjaNomor 13 Tahun 2003 tentangKetenagakerjaan.

Urbano, Frank L. 2000. Tinel’s Sign and Phalen’sMaeuver : Physical Signs of

Carpal Tunnel Syndrome. Review of Clinical Signs. Hospital Physician July

2000. 39-44. Turner White Commnications Inc.

Verina, Y.D. 2006. Hubungan Karakteristik Pekerja, Frekuensi Gerakan

berulang dan Faktor Kesehatan dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome

pada Pemetik Melati. Semarang: UNDIP.

Wahyuningrum, Airin.dkk. 2013. BeberapaFaktor yang

BerhubungandenganKejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

padaWanitaPelintingJenang.JurnalFakultasKesehatanMasyarakat. Semarang

: UNIMUS. Skripsi.

Werner, R.A. dkk. 2004. Influence of Body Mass Index in Median Nerve Function

Carpal Cannal Pressure and Crossectional Area of Median Nerve, Muscul

Nerve. 30 : 451-485.

Wibisono, Lily. 2007. KesemutanJanganDisepelekan.

http://www.medicastore.com. Diunduhpadatanggal 16 Desember 2014.

Wichaksana, AryawandanKartiena, A.

2002.PeranErgonomidalamPencegahanSindroma Carpal Tunnel

AkibatKerja.PPS. K, HiperkesMedis. FakultasKedokteranUniversitas

Indonesia.Jakarta :CerminDuniaKedokteran No. 136.

Yanri, Z. 2001. EvaluasiPelaksanaanPemeriksaanKesehatanTenagaKerjadi

Indonesia.Seminar SehariNasionalSurveilansKesehatanPekerja.Hal. 9.

Jakarta.

Page 78: DENI APRIYANDA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT …