dengue portofolio oscar
TRANSCRIPT
PORTOFOLIO KASUS KEGAWATDARURATAN
DENGUE SHOCK SYNDROME (DSS)
Disusun Oleh:
dr. Oscar Renagalih Amarta
Pendamping:
dr. Deny Christianto
RSUD NGUDI WALUYO WLINGI
Februari 2013
Nama Peserta :dr. Oscar Renagalih Amarta
Nama Wahana :RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi, Kabupaten Blitar
Topik : Dengue Shock Syndrome
Tanggal Kasus : 4 Februari 2013
Nama Pasien : An RSM No. RM :-
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :dr. Deny Christianto
Tempat Presentasi :Ruang Komite Medik RSUD Ngudi Waluyo
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi
Pasien perempuan 10 tahun, datang ke UGD dengan keluhan utama penurunan
kesadaran dan kaki tangan dingin sejak tadi Subuh. Menurut keluarga pasien,
sebelumnya pasien demam selama 5 hari, demam dirasakan terus menerus. Pasien
juga mengeluh nyeri kepala, nyeri perut, mual dan BAB 1x berwarna hitam konsistensi
lunak, BAK (+) berwarna kuning. Ma (-), mi (+) sedikit
Tujuan
Mengetahui etiologi, gambaran klinis, diagnostic, diagnosis banding, dan penanganan
Dengue Shock Syndrome
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Bahasan Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
Data Pasien Nama: An RSM Nomor Registrasi: -
Nama Klinik:
IGD RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi
Telp:
-
Terdaftar sejak:
-
Data Utama untuk Bahan Diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Pasien perempuan 10 tahun, datang ke UGD dengan
keluhan utama penurunan kesadaran dan kaki tangan dingin sejak tadi Subuh. Menurut
keluarga pasien, sebelumnya pasien demam selama 5 hari, demam dirasakan terus
menerus. Pasien juga mengeluh nyeri kepala, nyeri perut, mual dan BAB 1x berwarna
hitam konsistensi lunak, BAK (+) berwarna kuning. Ma (-), mi (+) sedikit .
2. Riwayat Pengobatan: Pasien sudah mengkonsumsi Amoxicillin, Paracetamol dan
Antasida syr
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Riwayat alergi obat/makanan disangkal oleh pasien
4. Riwayat Keluarga: tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit serupa
dengan pasien
5. Riwayat Pekerjaan: Pelajar
6. Lain-lain:-
Daftar Pustaka
1. Suhendro. Naenggolan, Leonard. Chen, Khie. Pohan, Herdiman. Demam
Berdarah Dengue. In: Sudoyo, Aru. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idris.
Setiaati, Siti, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Departemen
Ilmu Penykit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. Hal
1706-1713.
2. Rijadi S. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III
Rumah Sakit Dr Soetomo.2008. Hal 353-357
3. Sumarmo, S. Herry Gama, Hendra, I. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis. Edisi II. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010
Hasil Pembelajaran
1. Penyebab terjadinya Dengue Shock Syndrome
2. Tanda dan gejala Dengue Shock Syndrome
3. Penatalaksanaan Dengue Shock Syndrome
4. Komplikasi Dengue Shock Syndrome
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Etiologi1
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, diathesis
hemoragik dan perembesan plasma.Yang membedakan demam berdarah dengue
dengan demam dengue adalah ada tidaknya perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Demam dengue dan demam berdarah dengue sama-sama disebabkan oleh
virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae dengan
diameter sekitar 30 nanometer yang terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal
dengan berat molekul 4 x 10-6. Terdapat 4 serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4.Keempat serotipe virus tersebut semuanya telah ditemukan di
Indonesia dengan serotipe terbanyak adalah DEN-3.
2.2 Epidemiologi2
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat,
dan Karibia.Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran merata di
seluruh tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6-15 per 100.000 penduduk
(pada 1989 hingga 1995) dan pernah meningkat tajam hingga 35 per 100.000
penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun
hingga mencapai 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi virus dengue melalui
vektor nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus).Peningkatan
kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana berisi air jernih (bak mandi, kaleng
bekas, dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi
penularan virus dengue, yaitu: (1) Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan
menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke
tempat lain; (2) Pejamu: terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi
dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; (3) Lingkungan: curah
hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
2.3 Patogenesis2
Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami, namun terdapat dua perubahan
patofisiologis yang signifikan, yaitu:
Meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya
plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian
unik yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan
rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam).
Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni
dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.
Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD.Kadar C3 dan
C5 rendah, sedangkan C3a serta C5a meningkat.Mekanisme aktivasi komplemen
tersebut belum diketahui.Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD,
namun demikian peran kompleks antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi
komplemen pada DBD belum terbukti.
Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan
dengan DD dijelaskan dengan adanya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam
makrofag oleh antibodi heterotipik sebagai akibat infeksi dengue
sebelumnya.Namun demikian, terdapat bukti bahwa faktor virus serta respons
imun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD.
2.4 Manifestasi Klinis3
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi.
Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang
tidak spesifik, demam dengue, demam berdarah dengue, hingga yang paling berat
yaitu dengue shock syndrome (DSS). Diagnosis demam berdarah dengue
ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997, terdiri dari
kriteria klinis dan laboratoris.Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk
mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama
2-7 hari, biasanya bifasik.
2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan:
- Uji tourniquet positif
- Petekia, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
- Hematemesis dan atau melena
Kriteria Laboratoris :
- Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml)
- Hemokonsentrasi (kenaikan Hematokrit (Htc)> 20%)
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4
derajat seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi Infeksi Dengue berdasarkan Derajat Penyakit
Kategori Derajat Gejala Laboratorium
DD
Demam diserai 2/lebih tanda: nyeri
kepala, nyeri retro-orbital, nyeri otot
dan nyeri sendi
- leukopenia
- trombositopenia ringan
- tidak ada tanda kebocoran
plasma
DBD I Gejala di atas + uji tourniquet positif- trombositopenia <100.000 /ml
- ada kebocoran plasma
DBD II Gejala di atas + perdarahan spontan - trombositopenia <100.000 /ml
- ada kebocoran plasma
DBD III
Gejala di atas + tanda-tanda pre-syok
(kulit dingin, lembab, dan gelisah,
nadi cepat, tekanan darah turun)
- trombositopenia <100.000 /ml
- ada kebocoran plasma
DBD IVSyok berat (nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak terukur)
- trombositopenia <100.000 /ml
- ada kebocoran plasma
Adapun yang dimaksud tanda-tanda kebocoran plasma (plasma leakage)
antara lain:
- peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur
dan jenis kelamin
- penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya
- hipoproteinemia
- hiponatremia
- efusi pleura atau asites
2.5 Diagnosis2,3
Diagnosis DBD dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
maupun pemeriksaan penunjang.Adapun hal-hal yang menyangkut anamnesis dan
pemeriksaan fisik telah dibahas pada sub bab 2.4 mengenai manifestasi klinis
DBD. Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis DBD antara lain:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah yang umum dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam berdarah dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit (Htc), jumlah trombosit, dan hitung jenis leukosit untuk melihat ada
tidaknya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru (LPB).
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction). Namun karena teknik ini masih sulit
dilakukan dan biayanya mahal maka dapat digunakan juga uji serologis yang
dapat mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap virus dengue dengan
memeriksa kadar IgM dan IgG.
Parameter-parameter lainnya yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan
darah adalah:
Leukosit: dapat berupa leukositosis atau leukopenia, mulai hari ke-3 dapat
ditemukan limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai limfosit
plasma biru (> 15% dari total leukosit di mana pada fase syok akan
meningkat jumlahnya
Trombosit: terjadi trombositopenia pada hari ke-3 sampai hari ke-8
Hematokrit: terjadi peningkatan hematokrit >20%, umumnya mulai
terlihat padaa hari ke-3 demam
Hemostasis: dilakukan pemeriksaan waktu perdarahan, CT, PPT, aPTT
jika dicurigai adanya perdarahan ataupun kelainan pembekuan darah
Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia jika ada kebocoran plasma
Faal hati: dapat terjadi peningkatan enzim hati SGOT/SGPT
Faal ginjal: dapat terjadi peningkatan ureum, kreatinin terutama jika terjadi
syok
Imunoserologis: dapat terjadi peningkatan IgM antidengue mulai hari ke-3
sampai dengan minggu ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari, serta
terjadi peningkatan IgG mulai hari ke-14 (infeksi primer) atau hari ke-2
(infeksi sekunder)
Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI): uji ini merupakan standar WHO untuk
kepentingan surveilans. Uji ini memerlukan minimal 2 sampel serum pada
fase akut dan fase konvalesens (penyembuhan) dengan interpretasi seperti
pada tabelberikut ini.
Tabel 2. Interpretasi Hasil Uji Hemaglutinasi Inhibisi
Interval Serum I-II Kenaikan Titer Titer Serum II Kesimpulan≥ 7 hari ≥ 4 kali ≤ 1: 1280 Infeksi Primer
Berapapun ≥ 4 kali ≥ 1: 1560 Infeksi Sekunder
< 7 hari ≥ 4 kali ≤ 1: 1280 Infeksi primer atau infeksi sekunder
Berapapun tidak ada ≥ 1: 2560 Mungkin infeksi dengue
≥ 7 hari tidak ada ≤ 1: 1280 Bukan infeksi dengue
< 7 hari tidak ada ≤ 1: 1280 Tidak bisa disimpulkan
Hanya 1 serum ≤ 1: 1280 Tidak bisa disimpulkan
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dilakukan untuk membantu mendeteksi
komplikasi dari DBD yaitu efusi pleura dan asites.Efusi pleura dapat dilihat pada
foto thorax PA dan lateral, sedangkan asites dapat ditemukan pada pemeriksaan
USG Abdomen.
2.6 Penatalaksanaan 1
a. Promotif
Kegiatan promotif untuk mencegah meluasnya kasus DBD di masyarakat
adalah melalui semboyan “3M plus” yaitu menguras bak mandi minimal
seminggu sekali, menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-
barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti,
pemberian bubuk abate di tempat-tempat penampungan air atau ikanisasi tempat
penampungan air untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, serta melakukan
fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa.
b. Preventif
Kegiatan preventif di sini dimaksudkan untuk mencegah gigitan nyamuk,
yaitu dengan cara mengoleskan lotion antinyamuk (repellent), menggunakan
insektisida antinyamuk (semprot, bakar, atau elektrik), memakai kaos kaki yang
panjang hingga ke lutut untuk anak-anak yang masih sekolah atau menggunakan
celana panjang maupun baju lengan panjang, serta tidur dengan menggunakan
kelambu.
c. Kuratif2
Tidak ada terapi yang spesifik untuk infeksi dengue, prinsip utama adalah
dengan terapi simtomatis.Dengan terapi simtomatis yang adekuat angka kematian
dapat diturunkan hingga kurang dari 1%.Pemeliharaan volume cairan
intravaskular merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan demam
berdarah dengue.Asupan cairan pasien harus dijaga terutama cairan oral.Apabila
asupan secara oral tidak dapat terpenuhi maka alternatifnya dapat diberikan cairan
secara parenteral untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan hemokonsentrasi
darah.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama
Divisi Tropik Infeksi dan Divisi Hematologi-Onkologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia telah menyusun penatalaksanaan DBD pada pasien
dewasa.Protokol ini terbagi dalam 5 kategori:
Protokol 1: Penanganan Pasien Dewasa Tersangka DBD tanpa Syok
Protokol ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan pertolongan
pertama pada pasien DBD atau yang diduga DBD di Instalasi Gawat Darurat serta
digunakan sebagai petunjuk dalam memutuskan indikasi rawat.Adapun hal-hal
yang harus dilakukan seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Keluhan mengarah DBD(Kriteria WHO 1997))
Hb, Hematokrit, dan Trombosit NormalHb & Hematokrit Normal
Trombosit 100.000-150.000Hb & Hematokrit Normal
Trombosit<100.000Hb & Hematokrit MeningkatTrombosit Normal/Turun
Observasi Rawat JalanPeriksa Hb, Hematokrit, dan Trombosit 24 jam berikutnya
RAWAT INAP
Protokol II: Pemberian Cairan pada Pasien Tersangka DBD di Ruang Rawat
Pasien tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok
di ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus
berikut ini.
Gambar 1. Protokol I (Penanganan Pasien Tersangka DBD tanpa Syok)
1500 + {20 x (Berat Badan dalam Kg – 20)}
Suspek DBDPerdarahan spontan & massif (-)
Tanda-tanda syok (-)
Hb, Hematokrit NormalTrombosit < 100.000
Infus KristaloidPeriksa Hb, Htc, Trombo /24 jam
Hb, Hematokrit ↑ 10-20%Trombosit < 100.000
Infus KristaloidPeriksa Hb, Htc, Trombo /24 jam
Hb, Hematokrit ↑>20%Trombosit <100.000
atau dapat juga dijabarkan dalam Rumus Holiday-Segar yang dapat pula
digunakan pada pasien anak-anak. Adapun perhitungannya seperti pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3. Tabel Perhitungan Kebutuhan Cairan Maintenance menurut Holiday-Segar
Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan
≤ 10 kg 100 cc/kgBB/hari
11 – 20 kg 50 cc/kgBB/hari
> 20 kg 20 cc/kgBB/hari
Misal:
Pasien anak-anak dengan berat badan 15 kg, maka perhitungannya adalah
(10 kg x 100 cc/kg/hari) + (5 kg x 50 cc/kg/hari) = 1000 cc/hari + 250
cc/hari = 1250 cc/hari
Pasien dewasa dengan berat badan 50 kg, maka perhitungannya adalah (10
kg x 100 cc/kg/hari) + (10 kg x 50 cc/kg/hari) + (30 kg x 20 cc/kg/hari) =
1000 cc/hari + 500 cc/hari + 600 cc/hari = 2100 cc/hari
Alur penatalaksanaan pasien tersangka DBD tanpa perdarahan dan syok di
ruang rawat dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Protokol III: Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Hematokrit >20%
Meningkatnya hematokrit > 20% menunjukkan adanya defisit cairan tubuh
sebanyak kurang lebih 5%.Penatalaksanaannya seperti yang terlihat pada bagan
berikut ini.
Gambar 2. Protokol II (Pemberian Cairan Tersangka DBD di Ruang Rawat)
MEMBAIK TIDAK MEMBAIKTanda Syok (+)
Defisit Cairan 5%
Terapi awal cairan IV6-7 cc/kgBB/jam
Evaluasi 3-4 jam
MEMBAIKHematokrit ↓
Nadi ↓, Tensi ↑Diuresis ↑ 2 cc/kgBB/Jam
TIDAK MEMBAIKHematokrit ↑, Nadi ↑
Tensi ↓<20 mmHgDiuresis ↓
Kurangi infus kristaloid5 cc/kgBB/jam
Tambah infus kristaloid10 cc/kgBB/jam
Tanda Vital dan Hematokrit Memburuk
MEMBAIK TIDAK MEMBAIK
Kurangi infus kristaloid3 cc/kgBB/Jam
Terapi cairan dihentikan dalam 24-48 jam
Tambah infus kristaloid15 cc/kgBB/jam
Penanganan dengan Protokol V
MEMBAIK
Pemeriksaan Hb, Hematokrit, Trombosit, Leukosit, Hemostasis, Golongan Darah, Uji Cross-Match
KASUS DBD:Perdarahan spontan masif
Tanda-tanda syok (-)
DIC (+):Tranfusi komponen darah (k/p)
Heparinisasi 5000-10.000/hari dripObservasi tanda vital, Hb, Htc, Trombo tiap 4-6 jam, ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam
kemudian
DIC (-):Tranfusi komponen darah (k/p)
Observasi tanda vital, Hb, Htc, Trombo tiap 4-6 jam, ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam
kemudian
Protokol IV: Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD1
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dapat berupa
epistaksis, hematemesis, melena, hematokezia, hematuria, perdarahan
intraserebral atau perdarahan tersembunyi lainnya. Pada keadaan seperti ini
pemberian cairan tetap sama seperti keadaan tanpa syok. Observasi tanda vital,
Hb, hematokrit, dan trombosit sebaiknya dilakukan setiap 4-6 jam sekali.
Pemberian heparin dilakukan bila secara klinis dan laboratoris ditemukan
tanda-tanda DIC (Disseminata Intravascular Coagulation).Tranfusi komponen
darah diberikan sesuai indikasi. Tranfusi PRC (Pack Red Cells) dilakukan bila Hb
< 10 g/dl, tranfusi TC (Trombocyte Concentrate) dilakukan bila trombosit
<50.000/mm3 disertai perdarahan masif dengan atau tanpa tanda-tanda
DIC.Sedangkan FFP diberikan bila terdapat tanda defisiensi faktor pembekuan
(PT dan aPTT memanjang).
Gambar 3. Protokol III (Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Hematokrit >20%)
Gambar 4. Protokol IV (Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD)
Dalam memberikan transfusi komponen darah hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan pasien.Ada rumus yang dapat digunakan dalam menentukan
kebutuhan transfusi komponen darah. Untuk menentukan kebutuhan transfusi
PRC dapat digunakan rumus:
Sedangkan kebutuhan trombosit dapat dihitung dengan perkiraan bahwa 50 cc
suspensi trombosit dapat menaikkan kadar trombosit darah 7500-10.000/mm3
pada pasien dengan berat badan minimal 50 kg. Ada beberapa institusi yang
menyatakan bahwa untuk membantu meningkatkan kadar trombosit dapat juga
ditambahkan Dexamethason atau Metilprednisolon (parenteral). Namun
pemberian kortikosteroid ini harus lebih hati-hati pada pasien yang memiliki
riwayat diabetes mellitus dan hipertensi, karena steroid akan sangat mudah
menaikkan kadar glukosa darah dan tekanan darah.
Protokol V: Tatalaksana Dengue Shock Syndrome
(Hb target – Hb pasien) x Berat Badan (kg) x 3
Protokol ini digunakan bila pasien sudah menunjukkan tanda-tanda syok
(DBD Derajat III dan IV) yang merupakan kegawatdaruratan pada penyakit
ini.Tatalaksana Dengue Shock Syndrome (DSS) dapat dilihat seperti pada bagan
berikut ini.
Kristaloid 10-20 cc/kgBB/30 menitO2 2-4 liter/menit
Periksa Analis Gas Darah (AGD), Hb, Htc, Trombosit, Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Golongan Darah
MEMBAIKKristaloid 7 cc/kgBB/jam
TIDAK MEMBAIKKristaloid 20-30 cc/kgBB/30 menit
MEMBAIKKristaloid 5 cc/kgBB/jam
MEMBURUKKembali Ke Awal
MEMBAIKKristaloid 3 cc/kgBB/jam
Evaluasi 24-48 jam, jika tetap stabil berikan cairan maintenance
Hematokrit ↑Koloid tetes cepat
10-20 cc/kgBB/10-15 menit
Hematokrit ↓Transfusi WB 10 cc/kgBB
Dapat diulang sesuai kebutuhan
MEMBAIKMenuju ke
TIDAK MEMBAIKKoloid 30 cc/kgBB/jam
MEMBAIKMenuju ke
TIDAK MEMBAIKPasang PVC
HIPOVOLEMIKKristaloid pantau tiap 10-15 menit NORMOVOLEMIK
Koreksi Gangguan Asam Basa, Elektrolit, Hipoglikemia, Anemia, DIC, Infeksi sekunder
- Inotropik- Vasopressor
- After loadPerbaikan terhadap vasopressorKombinasi Koloid-Kristaloid
Koreksi Gangguan Asam Basa, Elektrolit, Hipoglikemia, Anemia, DIC, Infeksi sekunder
PERBAIKAN
PROGNOSIS
Prognosis pada Demam Berdarah Dengue :
1. Tanpa komplikasi maka prognosa baik
2. Penderita dapat sembuh tanpa bekas
3. Bila didapatkan perdarahan masif/DSS/DIC dan bila tidak cepat diatasi
maka angka kematian tinggi.
Kriteria pasien boleh dipulangkan adalah :
Tampak perbaikan secara klinis
Tidak demam selama 24 jam (tanpa antipiretik)
Hematokrit stabil
Jumlah trombosit > 50.000/mm3
Tiga hari setelah syok sudah teratasi dan nafsu makan membaik
Gambar 5. Protokol V (Tatalaksana Dengue Shock Syndrome)