degradasi moral siswa ( studi pada madrasah …abstrak rosita.2020. “degradasi moral siswa (studi...
TRANSCRIPT
DEGRADASI MORAL SISWA
( Studi pada Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kecamatan Towuti Kabupaten
Luwu Timu)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
ROSITA
NIM.105383263 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JANUARI, 2020
Motto
“Kama Tadinu
Tudanu” -Sebagaimana kamu memperlakukan, maka
begitu juga kamu akan diperlakukan-
Bagaimana kebiasaan akan kita ubah kalau
kebiasaan itu sendiri sering tak kita sadari.
(Sujiwo Tejo)
ABSTRAK
Rosita. 2020. “Degradasi Moral Siswa (Studi pada Madarasah Tsanawiyah
Negeri 1 Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan)”.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Yumriani dan Pembimbing II
Risfaisal.
Penelitian ini mengamati tentang pengaruh yang melatarbelakangi terjadinya
degradasi moral siswa khusunya di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur serta
menjelaskan peran yang dilakukan oleh sekolah untuk mencegah terjadinya degradasi
moral pada siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa penyebab degredasi
moral di Madrasah Sanawiyah Negeri 1 Luwu Timur, dan untuk mengetahui bagaimana
Peran Sekolah dalam mengatasi degradasi moral siswa di Madrasah Sanawiyah Negeri 1
Luwu Timur.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bertujuan
mengetahui terjadinya degradasi moral siswa pada Madrasah Tsawiyah Negeri 1 Luwu
Timur. Informan ditentukan secara purposive sampling berdasarkan karakteristik
informan yang telah ditetapkan yaitu orang yang mengetahui tentang keadaan siswa di
Madrasah Tsanawiyah, baik guru maupun staf sekolah dan siswa itu sendiri. Teknik
pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi
degradasi moral siswa yaitu kurangnya pemahaman dan pengaplikasian nilai-nilai moral
kedalam kehidupan sehari-sehari oleh pihak keluarga. Adapun upaya yang dilakukan oleh
pihak sekolah sebagai alat kontrol untuk mencegah degradasi siswa yang bisa dikatakan
sudah efektif walaupun tidak bisa dipungkiri masih saja ada beberapa siswa yang tetap
mengulangi pelanggaran-pelanggaran disekolah.
Kata kunci: Degradasi moral, guru, siswa
ABSTRACT
Rosita. 2020. "Student Moral Degradation (Study at Madarasah Tsanawiyah
Negeri 1 Towuti District, East Luwu Regency, South Sulawesi Province)". Essay.
Sociology Education Study Program. Faculty of Teacher Training and Education.
Muhammadiyah University of Makassar. Advisor I Yumriani and Advisor II Risfaisal.
This study examines the influence behind the occurrence of moral degradation of
students, especially at Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur and explains the role
played by schools to prevent moral degradation in students. The purpose of this study was
to determine what causes moral degredation in Madrasah Sanawiyah Negeri 1 Luwu
Timur, and to find out how the role of schools in overcoming moral degradation of
students in Madrasah Sanawiyah Negeri 1 Luwu Timur.
This type of research is qualitative research which aims to determine the
occurrence of moral degradation of students at Madrasah Tsawiyah Negeri 1 Luwu
Timur. Informants are determined by purposive sampling based on the characteristics of
the informants who have been determined, namely people who know about the condition
of students at Madrasah Tsanawiyah, both teachers and school staff and the students
themselves. Data collection techniques are by means of observation, interviews, and
documentation.
The results showed that the factor that most influenced the moral degradation of
students was the lack of understanding and application of moral values into daily life by
the family. As for the efforts made by the school as a means of control to prevent student
degradation which can be said to have been effective, although it cannot be denied that
there are still some students who still repeat violations at school.
Keywords: Moral degradation, teachers, students
KATA PENGANTAR
Syukur Al-Hamdulillah atas berkat rahmat dan taufiq-Nya sehingga skripsi ini
penulis dapat selesaikan, meskipun dalam bentuk sederhana. Semoga dalam
kesederhanaan ini, dari padanya dapat dipetik manfaat sebagai tambahan referensi pada
pembaca yang budiman. Penulis juga selalu mengharapkan saran dan koreksi yang
bersifat membangun. Demikian pula salawat dan taslim atas junjungan Nabi besar
Muhammad saw., sebagai rahmatan lil alamiin.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan partisipasi dari semua pihak,baik
dalam bentuk dorongan moral maupun material, Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
Erwind Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta
para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Drs. H. Nurdin, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Kaharuddin,
S.Pd., M.Pd., Ph.D, Sekertaris Program Studi Pendidikan Sosiologi beserta seluruh
stafnya.
Dr. Yumriani, M,Pd., pembimbing I dan Risfaisal, S.Pd, M.Pd., Pembimbing II
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dan menyelesaikan skripsi
ini.
Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti.
Ungkapan terimakasih dan penghargaan yang sangat spesial peneliti haturkan
dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua peneliti yang tercinta serta
seluruh keluarga yang senangtiasa mendukung peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
Bapak pimpinan beserta para staf Perpustakan Pusat, Perpustakaan Fakultas dan
Keguruan atas segala kemudahan yang diberikan kepadda peneliti untuk mendapatkan
referensi yang mendukung skripsi ini.
Ungkapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada kepala sekolah MTs Negeri
1 Luwu Timur beserta jajarannya yang kiranya telah membantu peneliti dalam
memberikan informasi-informasi terkait dengan skripsi ini.
Kawan-kawan Mahasiswa program studi pendidikan sosiologi khususnya kawan-
kawan seperjuangan kelas C angkatan 2015 yang selalu memberikan support kepada
peneliti terkhusus kepada teman saya Nuramal, Dewi Satriani, Nurmi, Nur Aniswan dan
Rahmat Taufik atas kerjasamanya selama penyusunan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah
swt, jualah penulis memohon, semoga atas jasa dan partisipasi dari semua pihak akan
mendapatkan limpahan rahmat dari padaNya. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal a‟lami.
Makassar, Januari 2020
Rosita
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... v
SURAT PERJANJIAN ...................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ............................................................... viii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
E. Defenisi Operasional ................................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 9
A. Kajian Teori .............................................................................................. 9
1. Penelitian Yang Relevan ..................................................................... 9
2. Degradasi Moral ................................................................................ 13
3. Siswa atau Peserta Didik ................................................................... 18
B. Landasan Teori ........................................................................................ 19
C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 23
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.............................................................. 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 24
C. Informan Penelitian ................................................................................. 24
D. Fokus Penelitian ...................................................................................... 25
E. Instrument Penelitian .............................................................................. 25
F. Jenis dan Sumberr Data ........................................................................... 27
G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 27
H. Tehnik Analisis Data ............................................................................... 30
I. Tehnik Keabsahan Data .......................................................................... 33
J. Etika Penelitian ....................................................................................... 33
BAB IV GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN .............. 35
A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian ........................................................ 35
B. Deskripsi Umum Madrasah Tsanawiyah ................................................ 47
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 51
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 51
B. Pembahasan ............................................................................................. 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 73
A. Kesimpulan Hasil Penelitian ................................................................... 73
B. Saran Peneliti .......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................
DAFTAR TABEL
4.1 Pembagian Daerah Admistratif di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2013 ....... 36
4.2 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Luwu Timur
Tahun 2013 .................................................................................................... 37
4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Timur Menurut Jenis Kelamin Tahun
2013 ................................................................................................................ 38
4.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Luwu Timur Tahun 2012-2013 .... 39
4.5 Kondisi Topografi Kabupaten Luwu Timur .................................................. 40
4.6 Kemiringan Lereng di Kabupaten Luwu Timur ............................................ 41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan
manusia. Pendidikan mampu menunjang keberlangsungan kehidupan manusia
menjadi lebih baik. Menurut Uno (2008) “pendidikan adalah proses
pemberdayaan, yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik menjadi
manusia yang cerdas, manusia berilmu dan berpengetahuan, serta manusia
terdidik“. Oleh karena itu, melalui proses pendidikan diharapkan mampu
melahirkan peserta didik yang memiliki kemampuan dalam memecahkan
masalah, serta mampu mengembangkan potensi mereka sehingga dapat
bermanfaant bagi masyarakat. Menurut undang-undang Nomor 20 Tahun
2003,”Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dan
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara‟‟.
Manusia berpendidikan dapat melihat secara akurat, berpikir jernih dan bertindak
secara efektif untuk mencapai tujuan dirinya sesuai dengan pilihan dan aspirasi.
Dalam pembelajaran selain memberikan ilmu pengetahuan penanaman nilai-
nilai moral pun perlu di terapkan dalam dunia pendidikan. Moralitas sebagai
bentuk kesepakatan masyarakat mengenai apa yang layak dan apa yang tidak
layak dilakukan, mempunyai sistem hukum sendiri. Hampir semua lapisan
masyarakat mempunyai suatu tatanan masing-masing, bahkan komunitas terkecil
masyarakat kadang mempunyai moral/etika tersendiri dengan sistemnya sendiri.
Tak jarang hukuman bagi mereka yang melanggar moralitas, lebih kejam daripada
hukuman yang dijatuhkan oleh institusi formal. Hukuman terberat dari seorang
yang melanggar moralitas adalah beban psikologis yang terus menghantui,
pengucilan dan pembatasan dari kehidupan yang normal.
Masalah kemerosotan moral dikalangan remaja saat ini tidaklah datang
begitu saja. Pada masa transisi ini remaja mengalami ketidaktentuan dan
ketidakpastian, serta bnyak sekali mendapatkan godaan atau tarikan-tarikan untuk
melakukan perbuatan yang tidak baik dan tidak jelas. Remaja dihadapkan pilihan
untuk megerjakan pekerjaan yang mengarah kepada kebaikan atau melakukan
perbuatan keburukan yang dapat menjerumuskannya.
Sebab kenakalan remaja mungkin karena dendam terhadap orang tua,
karena orang tua terlalu otoriter atau kejam, atau orang tua yang tidak pernah
memberikan kasih sayangdan perhatian. Atau orang tua yang tidak adil terhadap
semua ank-anaknya. Mungkin juga kenakalan itu karena mereka tidak merasa
bebas dan tidak betah di rumah. Lalu mencari kebebasan dan kebetahan diluar
rumah dengan berbagai kelakuan yang mungk,in dapat menarik perhatian orang
lain dan menyakitkan hati masyarakat. Adapun sumber kenakalan itu bisa dari
dalam anak itu sendiri, didalam keluarga, dilingkungan masyarakat, dan bisa juga
berasal dari sekolah (Sofyan 2017).
Setiap masyarakat mempunyai istilah yang beragam dalam membahasakan
moral ini, ada yang menyebutnya dengan etika dan dalam Islam dikenal dengan
akhlak. Dalam komunitas profesional dikenal dengan kode etik, sedangkan di
tengah masyarakat sering dibahasakan dengan sopan santun, keseluruhan-nya
mempunyai kesamaan yaitu apa yang patut dan apa yang tidak patut dilakukan
oleh anggotanya.
Di tengah arus globalisasi, lingkungan pendidikan remaja, kini tidak lagi
monoton dan terbatas di dalam lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan.
Anak bisa jadi berada di dalam lingkungan sekolah, namun kini dia punya akses
untuk berhubungan, melihat langsung dan bisa jadi terlibat dalam kehidupan lain
di dunia lain dengan media teknologi dan informasi. Kini lingkungan pendidikan
mempunyai definisi yang lebih luas yaitu bukan hanya di mana siswa/anak itu
tinggal, namun mencakup juga di mana anak itu menemukan dirinya sebagai
seorang yang berarti. Anak dengan mudahnya menemukan tempat, suasana dan
lingkungan yang berbeda dan kemudian mengidentifikasi menjadi suatu keadaan
yang cocok atau tidak cocok untuk dirinya.
Saat ini banyaknya budaya-budaya asing yang masuk mampu menjadi hal
yang dapat mengubah moral remaja saat ini. Remaja sangat rentan terhadap
pengaruh-pengaruh yang menyebabkan kemorosotan moral. Pengaruh dari luar
sudah tidak asing lagi dirasakan bahkan sudah sangat jelas terlihat, karena
pengaruh dari luar sudah tidak asing lagi bagi remaja saat ini. Bahkan pengaruh
negative yang mereka dapatkan dikatakan oleh mereka sebagai suatu trend atau
life style. Di sinilah peran pendidkan untuk bagaimana memeberikan edukasi
kepada peserta didk agar bisa membentengi didirnya untuk setiap hal-hal negative
yang mereka temui, peran orang tua, guru, dan masyarakat sangat dibutuhkan
untuk peserta didik saat ini.
Harapan dalam dunia pendidikan untuk peserta didik saat ini yaitu agar
peserta didik ditanamkan kesadaran sejak dini tentang pentingnya ilmu
pengetahuan dan memberikan edukasi serta pemahaman tentang akhlak atau
moral. Agar peserta didik tidak hanya fokus menambah ilmu pengetahuannya dan
melupakan akan pentingnya nilai moral. Untuk menumbuhkan akhlak atau moral
peserta didik dibutuhkan dukungan dari guru-guru, keluarga, dan masyarakat.
Pendidikan moral begitu penting karena ketika seseorang telah memiliki moral
yang baik, kepribadian yang menyenangkan, tutur kata yang lembut, sopan santun
dan kepedulian yang tinggi kepada sesama, maka mereka bisa menjaga diri
mereka dari melakukan hal-hal negativ yang merugikan dirinya sendiri dan
orang-orang disekitarnya. Kita mengharapkan moral yang baik untuk semua
peserta didik tapi tidak bisa dipungkiri moral peserta didik saat ini
memprihatinkan. Penulis juga berharap bahwa dengan adanya penelitian ini akan
mampu merealisasikan harapan dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan fakta dan kenyataan yang penulis telah lihat dilapangan bahwa
realita yang ada disekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur
sebenarnya telah menerapkan nilai-nilai moral dalam segala aktivitas akademik
maupun non akademik, terlihat jelas dalam tata tertib yang berlaku dan juga visi-
misi. Tetapi tetap saja masih ada beberapa siswa melakukan pelanggaran sehingga
terjadi degradasi moral. Adapun pelanggaran yang kerap kali dilakukan siswa
yaitu bolos dijam pelajaran, berduaan di tempat yang sepi antar siswa laki-laki
dan perempuan, tidak menghormati guru contohnya berbicara dengan nada keras,
antar siswa sering melontarkan kata-kata kurang baik. Kerapkali guru menegur
bahkan memberi sanksi tetapi tidak ada juga efek jera bagi siswa, sehingga peran
sekolah dan keluarga disini sangat dibutuhkan karena bagaimanapun pihak
sekolah telah memberikan pembelajaran kepada siswa, namun ketika
dilingkungan keluarga tidak ada pengawasan dan ketegasan sehingga siswa tetap
melakukan pelanggaran. Degrasai moral adalah penurunan atau pergeseran moral
yang menyebabkan siswa memiliki perilaku yang mencontohkan perilaku
menyimpang. Penurunan moral disini terjadi akibat perkembangan IPTEK yang
sangat cepat dan akses untuk menjangkau IPTEK sangat mudah. Hal ini
menyebabkan kemerosotan moral peserta didik yang berdampak pada persepsi
masyarakat terhadap pola pengajaran guru dan orang tua.
Seperti yang kita ketahui sekarang ini bahwa semakin bertambah canggih
teknologi semakin berkurang pula moral peserta didik. Dimana moral peserta
didik yang menempuh pendidikan memiliki moral yang mencermikan seorang
siswa pada umumnya dimana memiliki sifat sopan santun, dan menghargai baik
guru maupun teman sebayanya. Moral yang diharapkan adalah moral yang
mampu mengarahkan siswa pada nilai-nilai positif.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengangkat judul “ Degredasi
Moral (Studi Pada Madrasah Tsanawiyah Negeri 1, Kecamatan Towuti,
Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan msalah
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah faktor penyebab degredasi moral di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Luwu Timur?
2. Bagaimanakah Peran Sekolah dalam mengatasi degradasi moral siswa di
Madrasah Sanawiyah Negeri 1 Luwu Timur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa penyebab degredasi moral di Madrasah Sanawiyah
Negeri 1 Luwu Timur.
2. Untuk mengetahui bagaimana Peran Sekolah dalam mengatasi degradasi
moral siswa di Madrasah Sanawiyah Negeri 1 Luwu Timur.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran
tentang wacana keilmuan dan pendidikan terutama apabila dikaitkan dengan
penanganan dan wawasan mengenai degradasi moral pada siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi konstribusi untuk
pengembangan moral siswa sehingga siswa mampu mencerminkan moral-moral
siswa yang sebenarnya. Bagi pendidik dan tenaga kependidikan hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberi konstribusi untuk pengembangan aktivitas
pendidikan dan moral yang baik, mampu mengembangkan dan meningkatkan
moral siswa yang ada di sekolah tersebut. Bagi pemerintah diharapkan dapat
memberi konstribusi bagi pemerintah dalam menindaklanjuti atau meninjau
kembali kebijakan yang telah atau akan diterapkan terutama yang terkait dengan
pengembangan moral siswa. Serta dapat meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan mengenai degradasi moral untuk peneliti.
E. Defenisi Operasional
1. Degradasi adalah sebuah penurunan. Penurunan dalam hal ini adalah
sesuatu yang awalnya di anggap bersifat positif justru mengarah kedalam
sifat yang negatif.
2. Moral adalah ahlak, etika atau susila yang dimiliki seseorang dalam
tindakannya dan memiliki nilai positif. Apabila ia tidak memiliki nilai
tindakan yang positif maka dapat disebut amoral atau tidak memiliki
moral. Jika kita interpretasikan keduanya maka degradasi moral
merupakan suatu fenomena adanya kemerosotan atas budi pekerti
seseorang maupun sekelompok orang. Seperti yang kita tau pendidikan
agama didalam keluarga semakin lemah, keluarga sibuk dengan urusan
duniawi. Anak-anak tidak diberikan pendidikan sejak dini, semuanya
diserahkan ke madrasah. Sedangkan madrasah tidak mampu menopang
semua dikarenakan tenaga pendidik tidak memiliki waktu 24 jam dalam
mengawasi siswa selebihnya diserahkan ke keluarga.
3. Siswa atau peserta didik, adalah salah satu kelengkapan dalam sekolah
tanpa adanya peserta didik tidak mungkin disebut sebagia suatu lembaga
sekolah karena peserta didik bagian dari struktur sekolah. individu sebagai
objek yang masih membutuhkan arahan dan didikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian menurut Nurmalisa (2016) yang berjudul peran lembaga sosial
terhadap pembinaan moral remaja di Sekolah menengah atas. Hasil penelitiannya
yaitu tujuan Peran Lembaga Sosial Terhadap Bimbingan Moral Teeangers di
SMA Kabupaten Penelitian Wesisir Barat adalah untuk memahami bagai mana
peran lembaga sosial di SMA Kabupaten pesisir Barat dalam bimbingan moral
remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan subjek penelitian adalah lembaga sosial seperti institut keluarga, institut
pendidikan, institut agama, dan institut hukum. Teknik pengumpulan data
menggunakan pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi sedangkan
analisis data menggunakan eksperimen kredibilitas dan triangulasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa lembaga sosial dipahami dan dipahami
tugasnya sebagai lembaga sosial yang memiliki tugas untuk menjadikan moral
remaja menjadi baik. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
lembaga sosial seperti institut keluarga, institut pendidikan, institut agama, dan
institut hukum memiliki peran tetapi belum maksimal terhadap bimbingan moral
remaja.
Penelitian menurut Purwaningsih (2012) yang berjudul keluarga dalam
pendidikan nilai sebagai upaya mengatasi degradasi nilai moral. Hasil
penelitianya degradasi nilai moral bangsa sudah mencapai titik yang
memprihatinkan. Persoalan ini menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk
keluarga. Keluarga merupakan lembaga masyarakat pertama dan utama yang
menjadi wadah tumbuhkembangnya kepribadian dan karakter setiap individu.
Keluarga mempunyai peranan yang amat penting dan strategis dalam penyadaran,
penanaman, dan pengembangan nilai moral sosial dan budaya. Adanya ikatan
emosional yang terjalin antara orang tua dengan anak yang demikian kuat, maka
pendidikan di keluarga memiliki sisi keunggulan dalam pembinaan nilai moral
anak guna mengatasi degradasi nilai moral.
Penelitian Misbahus (2010) yang berjudul problematikan pendidikan moral di
Sekolah dan Upaya pemecahannya. Hasil penelitiannya yaitu sekolah merupakan
sebuah lembaga yang berusaha memproses input yang berupa siswa menjadi out
put yang tidak hanya menguasai pengetahuan dari salah satu ranah saja,
melainkan dari ketiga ranahnya yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik secara
komprehensif termasuk di dalamnya pe ndidikan moral. Namun kenyataannya,
sering dijumpai pen yimpangan perilaku siswa, yang pada akhirnya muncul
adanya degradasi moral pada siswa. Sekolah akan bermakna lebih jika sudah
menerapkan pendidikan moral pada siswa secara totalitas.
Garizing (2017) yang berjudul degradasi moral di kalangan peserta didik di
SMA Negeri 1 Pinrang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) gambaran
moralitas peserta didik di SMA Negeri 1 Pinrang 2) faktor penyebab terjadinya
degradasi moral pada peserta didik di SMA Negeri 1 Pinrang. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jumlah informan
terdiri dari 15 informan yang dipilih dengan teknik snowball sampling. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan tiga tahap yakni reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan. Tahap pengabsahan temuan menggunakan triangulasi
sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) gambaran moralitas peserta didik
di SMA Negeri 1 Pinrang masih tergolong tidak baik yang ditandai dengan a)
tidak disiplin yang ditunjukkan dengan mereka sering melakukan berbagai
pelanggaran dalam hal tata tertib, b) keterikatan dalam kelompok yang
ditunjukkan dengan mereka melakukan pelanggaran karena salah satu anggota
dari kelompok mereka melanggar, dan c) otonomi yang ditunjukkan dengan
pelanggaran yang mereka lakukan berdasarkan dari hati nurani tanpa paksaan. 2)
faktor penyebab terjadinya degradasi moral pada peserta didik di SMA Negeri 1
Pinrang yaitu kurangnya nilai agama serta suka bohong, faktor lingkungan
keluarga dan teman sebaya, kurangnya pengetahuan tentang pendidikan moral
dari keluarga, dan teknologi yang semakin canggih.
Ahmala (2018, April) dalam penelitiannya yang berjudul Urgensi Al-Sunnah
Al-Nabawiyyah Approach dalam Menghadapi Degradasi Moral Tutur Siswa.
Degradasi moral ucapan siswa yang muncul dalam kehidupan sehari-hari mereka
di sekolah menjadi hal yang sangat menyedihkan. Kata-kata dan kutukan buruk
yang menyertai percakapan siswa menjadi hal yang biasa untuk dikatakan dan
didengar. Mereka tidak lagi malu atau tidak nyaman untuk menggunakan kata-
kata itu, bahkan seolah-olah ada identitas baru yang melekat pada mereka yang
membuat mereka bangga, itu adalah identitas generasi saat ini. Lalu, bagaimana
dengan identitas Islam mereka? Mereka tidak menyadari bahwa mereka telah
meninggalkan identitas mereka secara bertahap. Identitas Islam mereka dengan
moral yang baik dalam berbicara seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Semua kata-kata, perbuatan dan patung yang terkandung dalam Al-Sunnah
Al-Nabawiyyah adalah solusi yang dapat diberikan kepada siswa untuk
menyelesaikan degradasi moral atau pidato siswa dengan menggunakan Al-
Sunnah Al-Nabawiyyah sebagai pendekatan, itu akan dapat mengembalikan
identitas para siswa pada awalnya sebagai muslim yang selalu tadabbur sebelum
mengatakan dan muslim yang selalu berpikir tentang kesejahteraan rakyat tidak
hanya memikirkan kelompok mereka dan kepentingan mereka sendiri.
Saudah (2014). Degradasi moral semakin meluas di Indonesia. Sopan santun,
ramah, dan religius telah dipindahkan sebagai efek dari gaya hidup modern.
Karenanya, nilai-nilai moral sangat penting untuk dikembangkan sejak usia dini.
Makalah ini adalah pandangan untuk mengatasi pendidikan moral pada anak-anak
berdasarkan penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi,
pendampingan dan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggambarkan
hasil pengamatan selama pendampingan dan menghitung hasil kuesioner dengan
spss 15.0. Pendampingan dilakukan dengan membangun kebiasaan menggunakan
bahasa positif di kelas melalui 4 keterampilan: mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis. Perkembangan pendidikan moral siswa dapat dilihat dari
hasil angket: pre-test dilakukan sebelum pendampingan dan post test dilakukan
setelah pendampingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pre-test
menampilkan 46% dan post-test adalah 54%. Ini berarti bahwa ada peningkatan
8% pada pendampingan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bahasa positif
yang sering digunakan atau didengarkan oleh siswa akan mempengaruhi cara
berpikir mereka yang akhirnya akan membangun karakter siswa.
2. Degradasi moral
Menurut kamus besar bahasa Indonesia degradasi adalah kemunduran atau
kemerosotan, dan menurut Immanuel Kant moralitas adalah hal keyakinan dan
sikap bathin dan bukan hal sekedar penyesuaian aturan dari luar, entah itu aturan
hukum Negara, agama atau adat istiadat. Sedangkan menurut Robert J. Havighurst
moral yang bersumber dari adanya suatu tata nilai yakni a value is an obyect
estate or affair wich is desired (suatu obyek rohani atas suatu keadaan yang di
inginkan). Maka kondisi atau potensi internal kejiwaan seseorang untuk dapat
melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan nilai-nilai value yang diinginkan itu
(Pratama, 2016).
Jika kita lihat dari hasil pemaparan pengertian degradasi dan moral menurut
para ahli maka kita dapat menyimpulkan bahwa degradasi moral adalah
penurunan tingkah laku manusia akibat tidak mengikuti hati nurani karena
kurangnya kesadaran diri terhadap kewajiban mutlak.
Faktor penyebab terjadinya degradasi moral yaitu :
1. Kemajuan teknologi
Dengan teknologi di jaman sekarang yang serba canggih maka manusia sudah
tidak sulit mencari informasi mengenai hal apa pun dan dimana pun, baik itu hal
yang negatif atau pun hal yang positif. Yang disayangkan adalah apabila
kemajuan teknologi ini di gunakan hal-hal yang negatif, video porno yang
semakin mudah di akses di ponsel dengan internet, yang akan merusak bangsa
Indonesia.
2. Memudarnya kualitas keimanan
Disini kita bisa melihat bahwa kualitas keimanan generasi muda sudah luntur,
sekarang banyak terjadi perilaku kriminal yang dilakukan remaja seperti yang
dilansir oleh suara.com bahwa Polres Bekasi Kota, Jawa Barat menangkap
seorang pelajar sekolah menengah atas bernama Birul Walidain (17). Birul
ditangkap atas tuduhan penganiayaan terhadap seorang ibu rumah tangga di
Kelurahan Harapan Baru, Bekasi Utara. Dari berita ini kita melihat bahwa remaja
usia 17 tahun sudah berani melakukan penganiayaan terhadap orang dewasa.
“Jika kita lihat dari hasil studi Badan Pusat Statistik tahun 2010 di lembaga
pemasyarakatan anak di Palembang, Tangerang, Kutoarjo, dan Blitar bahwa
persentase remaja pelaku tindak pidana yang pada saat melakukan tindak pidana
berstatus sebagai pelajar atau masih sekolah hanya sebesar 38,0 persen sedangkan
remaja yang tidak bersekolah mencapai hampir dua kali lipatnya yaitu 60,0
persen, remaja pelaku tindak pidana yang telah berumur 13 tahun dan 14 tahun
masing-masing sebesar 8,0 persen dan 8,5 persen sedangkan remaja yang berumur
16 tahun dan 17 tahun masing-masing mencapai sebesar 29,5 persen dan 38,0
persen” (DY Pratama, 2016).
Dari riset tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa telah pudarnya kualitas
keimanan remaja sekarang, apa yang diajarkan oleh agama tidak sepenuhnya
diterapkan oleh para remaja padahal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan bab VI penyadaran pasal 22 dan Pasal 23.
Pasal 22 ayat (1) penyadaran kepemudaan berupa gerakan pemuda dalam aspek
ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, dan keamanan
dalam memahami dan menyikapi perubahan lingkungan strategis, baik domestik
maupun global serta mencegah dan menangani risiko (DY Pratama,2016).
Pasal 22 ayat (2) penyadaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi
oleh pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan organisasi kepemudaan.
Pasal 23 penyadaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 diwujudkan
melalui:
a. Pendidikan agama dan akhlak mulia
b. Pendidikan wawasan kebangsaan
c. Penumbuhan kesadaran mengenai hak dan kewajiban dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
d. Penumbuhan semangat bela negara
e. Pemantapan kebudayaan nasional yang berbasis kebudayaan lokal
f. Pemahaman kemandirian ekonomi
g. Penyiapan proses regenerasi di berbagai bidang
Dari pernyataan Undang-undang diatas sudah jelas bahwa pemerintah
memfasilitasi bagi pemuda untuk melakukan penyadaran melalui salah satunya
pendidikan agama dan akhlak mulia, tetapi keadaan pemuda sekarang sangatlah
memprihatinkan. Bagaimana bisa pemuda menyadarkan masyarakat melalui
pendidikan agama dan akhlak mulia jika akhlak pemuda itu sendiri tidak memiliki
akhl ak mulia (DY Pratama, 2016).
Di era globalisasi saat ini yang segala sesuatunya manusia selalu
mengandalkan teknologi merubah pola hidup masyarakat secara global. Tentunya
ini sangat merubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat, mulai dari sistem
ekonomi, politik, kesehatan, hingga pendidikan. Sehingga pelajar masa kini yang
tumbuh dan berkembang di era globalisasi ini terpengaruh dengan adanya
perubahan di lingkungannya yang membuat generasi masa kini berbeda dengan
generasi sebelum-sebelumnya, mulai dari segi perilaku, moralitas, dan lingkungan
yang memiliki pengaruh besar kepada generasi yang tumbuh pada masa kini.
pendidikan sebagai media edukasi dan pemahaman kepada para generasi millenial
perlu ditanamkan lebih dalam menyikapi perubahan-perubahan yang ada di
lingkungan, karena apabila era globalisasi ini tidak disikapi dengan benar, maka
akan mulai muncul masalah-masalah baru yang dapat merubah karakter generasi
saat ini salah satunya seperti menurunnya moralitas generasi muda khususnya
pelajar.
Moral remaja dari tahun ketahun terus mengalami degradasi atau penurunan
kualitas dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian, sikap
dll. Faktor yang mempengaruhi moral remaja, salah satunya adalah arus
globalisasi dengan segala tawarannya yang menggiurkan. Kurangnya kesadaran
dari penikmat globalisasi menyebabkan kemunduran moral pada remaja.
Penyebab lain yang besar peranannya terhadap kemerosotan moral remaja adalah
perkembangan zaman atau pengaruh globalisasi yang telah masuk ke Indonesia.
Banyak dampak negatif yang terbawa, disamping dampak positif yang
menyertainya. Salah satu produk globalisasi yang santer dinikmati saat ini adalah
keterbukaan informasi yang dengan muda diakses (Nurul 2016).
Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral remaja ialah
perkembangan globalisasi yang tidak seimbang. Virus globalisasi terus
menggerogoti bangsa ini. Sayangnya kita seakan tidak sadar, namun malah
mengikutinya. Kita terus menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang
(lagi) aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidak seimbangan itulah yang pada
akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak. Globalisasi yang terus
menuntut kita untuk bermetamorfosa kadang memang membawa banyak dampak
baik. Tapi jangan salah, dampak buruk pun mengikutinya di belakang. Coba
sejenak kita amati foto-foto remaja tempo dulu. Kita nilai mereka dari aspek
berpakaian. Sebagian besar mereka kelebihan bahan (tertutup). Memang ada satu
dua yang memilih pakaian terbuka di era lalu, namun perbandingannya lebih
banyak yang mengenakan pakaian tertutup. Kontras dengan kenyataan di abad 20
ini. Kalau dulu yang berpakaian memancing kebanyakan para pelaku entertainer,
kalau sekarang tak peduli entertainer atau bukan sama saja. (Erni 2010).
Kita harus mengakui bahwa masa remaja adalah masa yang amat baik untuk
mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki seperti bakat,
kemampuan, minat. Selain itu pada masa ini adalah masa pencarian nilai-nilai
hidup. Oleh karena itu, sebaiknya mereka diberi bimbingan agama agar menjadi
pedoman hidup bagi remaja. Peran orang tua dan sekolah amat penting sebab
remaja ini belum siap untuk masyarakat. Bimbingan guru dan orang tua amat
dibutukan agar remaja tidak salah arah. Karena dimasyarakat banyak sekali
pengaruh negatif yang bisa menyengsarakan masa depan remaja. (Sofyan 2010).
3. Siswa atau Peserta Didik
Siswa/siswi adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan. Siswa
adalah komponen masukan dalam system pendidikan, yang selanjutnya diproses
dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagia suatu komponen pendidikan, siswa
dapat ditinjau dari berbagai pendkatan, antara lain; pendekatan social, pendekatan
psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis. Peserta didik sangat tergantung
dan membutuhkan bantuan dari orang lain yang memiliki kewibawaan dan
kedewasaan. Sebagai anak, Peserta didik mesih dalam mondisi lemah, kurang
berdaya, belum bisa mandiri, dan serba kekurangan dibanding orang dewasa,
namun dalam dirinya terdapat potensi bakat bakat dan disposisi luar biasa yang
memungkinkan tumbuh dan berkembang melalui pendidikan. ( Sutari 1995 ).
Peserta didik adalah subyek yang otonom, memiliki motivasi, hasrat, ambisi,
ekspresi, cita- cita, mampu merasakan kesedihan, bisa senang dan bisa marah dan
sebagainya. Selaku subyek yang memiliki otonomi, ia ingin mengembangkan diri
secara terus menerus agar bisa memecahkan masalah masalah hidup yang di
jumpai sepanjang hidupnya.
Mugnifar (2019), siswa ialah sebagai seseorang „‟subjek didik‟‟ dimana nilai
kemanusian sebagai individu, yang sebagai makhluk social yang memiliki
identitas moral, perlu dikembangkan untuk mencapai tingkatan suatu proses untuk
mencapai hasil yang ideal dan kriteria kehidupan sebagai manusia diharapkan
oleh bangsa dan negara.
Menurut Mugnifar (2019). Menyebut „‟murid atau siswa‟‟ maka yang
dimaksud yakni manusia didik yang sebagai makhluk yang sedang berada dalam
proses perkembangan berdasarkan fitrahnya masing-masing yang membutuhkan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah yang lebih baik yakni
kemampuan fitrahnya.
B. Landasan Teori
Adapun teori pendukung dalam penelitian ini ”Perilaku sosial adalah suasana
saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan
manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup
sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan
bantuan dari orang lain. Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu oarang
dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung
dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut
mampu bekerjasama, saling menghormati, tidak mengganggu hak orang lain,
toleran dalam hidup bermasyarakat.” Rusli (2001)
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim
(2001), “perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antara orang
yang ditanyakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi.” Perilaku sosial
juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain Baron dan Byme (1991)
dalam Rusli (2001) “perilaku itu ditunjukka dengan perasaan, tindakan, sikap
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap oarang lain. Perilaku sosial
seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi oarang lain dengan cra-cara
yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang
melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan
bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara dipihak lain, ada orang yang
bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri.
Selain itu penulis juga menggunakan konsep Ki Hajar Dewantara dalam
Wahab (2015:89) tentang pendidikan adalah upaya untuk memajukan tumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek), dan tumbuh anak.
Menurut Ki Hajar Dewantara pengembangan manusia seutuhnya menuntut
pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu
menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan
perkembangan sebagai manusia. Pendidikan yang menekankan pada aspek
intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya.
C. Kerangka Fikir
Dalam penelitian ini yang berjudul degradasi moral peneliti menjelaskan atau
menguraikan bahwa degradasi moral yaitu kemunduran atau kemerosotan moral
peserta didik yang sedang menjadi masalah dalam dunia pendidikan di akibatkan
oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Kurangnya pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai moral dalam keluarga
menyebabkan siswa dinilai dan di cap tidak memiliki etitude (etika) yang baik.
Siswa dimana yang semestinya mampu mencerminkan budi pekerti yang baik
justru tidak mengaplikasikannya saat bertingkah laku dalam lingkungan sekolah.
Degradasi moral perlu ditinjau dan di pertimbangkan untuk mempelajari dan
mengetahui faktor penyebab terjadinya degradasi moral.
Selain itu diharapkan peran guru dalam mengatasi degradasi moral ini.
Apakah guru mampu dan bisa mengatasi masalah ini. Guru diharapkan mampu
menjadi garis terdepan dalam pembinaan guru disini menjadi sangat penting untuk
ditinjau apakah sesuai ataupun tidak. Sehingga moral dari siswa yang
sesungguhnya dapat dicapai dan bisa diimplementasikan oleh siswa pada
kehidupannya dan mampu mewujudkan sifat sopan dan santunnya terhadap guru
dan teman sebayanya.
Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Degradasi Moral
Peran sekolah
dalam mengatasi
degradasi moral
Faktor penyebab
degradasi moral
Moral siswa
Peningkatan moral
siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam ilmu pengetahuan ada beberapa jenis penelitian dimana salah satunya
adalah penelitian kualitatif, adapun yang digunakan dalam penelitian ini penelitian
kualitatif, Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif, Menurut Moleong
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Sedangkan menurut Rini (2017) dalam Creswel penelitian kualitatif adalah
suatu proses penelitian dan pemahaman yang didasarkan pada metedologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia, menekankan sifat
realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek
yang diteliti.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
fenomenologi. Alasan peneliti menggukan pendekatan fenomenologi yaitu untuk
mendalami dan menggambarkan berbagai fenomena terkait peran sekolah pada
gpeserta didik dalam mengatasi degradasi moral yang saat ini masih menjadi
persoalan dalam dunia pendidikan saat ini tepatnya di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Luwu Timur.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kecamatan
Towuti Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Waktu penelitian
Penelitian akan di laksanakan selama kurang lebih 2 bulan sesuai dengan
prediksi peneliti dalam fenomena tersebut.
C. Informan Penelitian
Informan adalah orang-orang yang dapat dijadikan sebagai sumber data atau
informasi yang dapat memberikan data sesuai dengan permasalahan yang diteliti,
dengan demikian informan penelitian sebagai sumber utama informasi dalam
mencari data untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian Melong (2000:97). Informan
merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahn yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini terdapat 2 informan diantaranya:
1. Informan kunci, yaitu orang-orang yang sangat memahami permasalahan
yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi informan kunci adalah kepala
sekolah dan guru-guru.
2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
social yang terjadi. Informan utama dalam penelitian ini adalah siswa yang
terlibat langsung dalam interaksi beragama.
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan purposive sampling karena
tidak semua staf atau komponen yang ada disekolah digunakan melainkan hanya
pada yang memenuhi kriteria atau dengan pertimbangan tertentu.
Informannya adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi untuk
menjawab segala permasalahan dalam penelitian dan memenuhi persyaratan untuk
menjadi informan sehingga tidak semua guru dan siswa di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1,Luwu Timur dijadikan informan penelitian.
D. Fokus Penelitian
Adapun fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana peran sekolah dalam
menghadapi degradasi moral di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kecamatan
Towuti Kabupaten Luwu Timur. Fokus tersebut menggambarkan kehidupan
sehari-hari pada siswa yang bersekolah di Madrasa Tsanawiyah Negeri 1 Luwu
Timur.
E. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berupa kamera (dokumentasi), perekam suara dan alat tulis
menulis (lembar observasi dan wawancara). Untuk memperoleh data dalam
peneltian ini, maka digunakanlah instrumen penelitian berupa lembar observasi,
panduan wawancara, serta catatan dokumentasi sebagai pendukung penelitian ini.
Adapun instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pada saat
pengumpulan data di Madrasah Tsanawiyah telah dipersiapkan alat-alat yang
digunakan sebelumnya, anatara lain yang dipersiapkan adalah:
1. Lembar observasi berisi catatan-catatan yang diperoleh peneliti pada saat
melakukan pengamatan langsung di lapangan.
2. Panduan wawancara merupakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah
disiapkan oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah dari pertanyaan
peneliti yang akan dijawab melalui proses wawancara.
3. Catatan dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai
penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, grafik data,
angka, sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri atau human
instrument karena perasaan keingintahuan dan kemampuan untuk menggali
informasi atau data yang terkait dengan masalah penelitian hanya dimiliki oleh
peneliti. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus di validasi
maksudnya seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian di lapangan. Validasi
terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemehaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun
logistik.
Selanjutnya yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi
diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta bekal memasuki lapangan. (Sugiono,
2009) “peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi dalam menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpualan”.
F. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan ada dua macam yaitu:
1. Data Primer
Data ini bersumber dari responden secara langsung dalam prakteknya
diperoleh dari wawancara. Selain dari pengamatan langsung terhadap situasi
lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber pendukung lokasi penelitian
yaitu dokumen-dokumen dan statistik, buku-buku, majalah, Koran dan keterangan
lainnya yang ada kaitannya dengan objek penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Penentuan metode pengumpulan data tergantung pada jenis dan sumber data
yang diperlukan. Pada umumnya, pengumpulan data dapat dilakukan dengan
beberapa metode, baik secara alternative maupun komulatif. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilaksanakan sesuai fokus penelitian. Adapun secara
ringkas pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu:
1. Observasi
Observasi penelitian adalah metode penelitian yang menggunakan cara
pengamatan terhadap objek yang menjadi pusat perhatian penelitian. Metode
observasi umumnya ditujukan untuk jenis penelitian yang berusaha memberikan
gambaran mengenai peristiwa apa yang terjadi di lapangan.
Observasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pengamatan atau
observasi yang dilakukan akan memakan waktu yang lebih lama apabila ingin
melihat suatu proses perubahan dan pengamatan. Observasi merupakan
pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenal fenomena social
dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Dimana
dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap objek yang akan
digunakan untuk mengetahui tentang peran sekolah dalam mengatasi degaradasi
moral di Madrasah Tsanawiyah Negeri Luwu Timur. Dalam penelitian ini
menggunakan alat bantu buku catatan, telpon genggam (untuk merekam suara dan
mengambil gambar) yang nantinya digunakan untuk mencari dan mencatat hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan.
Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data,
anatara lain:
1) Mengamati segala aktifitas sehari-hari peserta didik di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur.
2) Mengamati sikap dan prilaku dalam berinteraksi antar peserta didik dan
guru.
2. Wawancara, yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu percakapan
yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses Tanya
jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.
Wawancara memerankan peranan penting dalam pengumpulan data. Pada
instrument ini digunakan untuk mendasarkan diri pada pengetahuan dan
atau keyakinan pribadi. Jadi dengan wawancara, maka akan mengetahui
hal-hal yang mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan
situasi dan fenomena yang terjadi.
Metode ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan
implementasi nilai-nilai agama pada generasi milenial dalam mengatasi degradasi
moral. Sedangkan objek yang menjadi sumber informasi dan juga yang akan
diwawancarai adalah:
a. Kepala sekolah dan staf guru untuk mendapatkan profil tentang
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur.
b. Peserta didik, untuk mendapatkan keterangan mengenai interaksi dengan
teman sebayanya dan cara bergaul di lingkungannya.
c. Pihak-pihak lain yang berkaitan dengan perolehan data dalam penelitian
ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dari adalah dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya. Dalam
penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat mengumpulkan data yang utama,
karena pengujian datanya yang diajukan secara logis dan rasional melalui
pendapat ataupun teori yang diterima. Cara mengumpulkan data melalui arsip
tertulis. Metode dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data-data
yang akurat mengenai data-data yang terkait makna agama bagi generasi milenial.
Seperti peraturan, tata tertib, dan juga data terkait sejarah serta perkembangan
kelembagaan
H. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dari sumber data di lapangan, maka selanjutnya
data tersebut dianalisa secara deskriptif kualitatif. Analisis data adalah suatu fase
penelitian yang sangat penting karena melalui analisis data inilah peneliti
memperoleh wujud dari penelitian yang dilakukannya. Adapun teknik yang
digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini melalui tiga tahapan
analisis data yaitu dengan mereduksi data kemudian menyajikan data dan
selanjutnya adalah dengan memverifikasi data.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan Data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian, tujuan yang diungkapkan dalam bentuk
hipotesis atau jawaban sementara peneliti terhadap pertanyaan penelitian dimana
jawaban masih perlu diuji secaara empiris. Maka dengan inilah dibutuhkan
pengumpulan data seperti pada judul saya peneliti mengumpulkan data-data
terkait dengan judul berdasarkan informasi dan pengalaman peneliti terkhusus di
sekolah desa dan kota.
2. Transkip Data
Pada tahap ini dilakukan proses transkip data atau menyalin segala informasi
yang didapat tentang judul penelitian sehingga bisa mengumpulkan data-data
secara mendalam mengenai informasi dari apa yang ingin diteliti oleh mahasiswa.
3. Membaca Data Berulang-Ulang
Pada tahap ini peneliti membaca data atau informasi yang telah dikumpulkan
dan disalin guna untuk mengetahui hasil dari pengumpulan data awal, membaca
dilakukan secara berulang agar peneliti paham betul maksud dan arti dari
informasi awal.
4. Organisasi Data
Suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk
membuat kesimpulan atau tindakan yang diusulkan. Pada tahap ini data yang telah
direduksi dipilih kembali sesuai dengan kebutuhan penelitian dan kemudian
mengorganisasikannya untuk memudahkan penarikan kesimpulan yang kemudian
disajikan secara lebih sistematis.
5. Kategori Data
Proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksi dan
mengubah data kasar yang muncul dari lapangan. Pada tahapan reduksi data-data
yang diperoleh di lapangan kemudian dipilih lalu dikumpulkan agar data menjadi
lebih sederhana dan juga mudah diolah.
6. Tema Data
Pada tahap data yang telah di difokuskan dan di sederhanakan selanjutnya di
klasifikasikan berdasarkan ketentuan atau sesuai dengan tema sehingga lebih
memudahkan peneliti untuk mengambil kesimpulan dan data tidak bercampur
aduk atau berantakan.
7. Tahap Kejenuhan Data
Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan, diolah, disederhanakan dan
difokuskan tentu akan mencapai titik akhir dimana data tersebut sudah dapat
diolah dan disimpulkan.
8. Keabsahan Data
Data yang telah didapat peneliti dikumpulkan untuk diuji tingkat keaslian atau
kepercayaan dari data yang telah ada sehingga tidak ada data yang palsu atau
dibuat-buat sehingga data valid untuk disimpulkan
9. Reduksi Data
Kesimpulan dalam penulisan kualitatif menjadi saripati jawaban rumusan
masalah dan isinya merupakan kristalisasi data lapangan yang berharga bagi
praktik dan pengembangan ilmu. Verifikasi data merupakan bagian akhir dari
analisis data yang memunculkan kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan
mendalam dari data hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah. Peneliti
meramu data yang telah disajikan dengan membuat kesimpulan dari hasil
penelitian yang isinya disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah dibuat
sebelumnya.
10. Laporan
Dari data yang sudah disimpulkan dan dianalisis dengan baik oleh peneliti dan
sudah melalui proses yang valid untuk dipublikasikan maka langkah selanjutnya
adalah di laporkan atau dicamtukan haslnya oleh peneliti.
I. Teknik Keabsahan Data
Untuk mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
maka teknik pengembangan yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu
teknik triagulasi. Dalam teknik pengumpulan data, triagulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan bersumber data yang telah ada. Teknik yang menggunakan
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang
sama. Triagulasi dilakukan dengan tiga strategi yaitu:
1. Sumber: penulis mengambil dan mencari informasi tentang topic yang
dikaji dari beberapa sumber.
2. Teknik penelitian: peneliti melaksanakan pengecekan kembali dengan
lebih dari satu teknik.
3. Waktu: pemeriksaan pada waktu ataupun kesempatan yang berbeda. Cara
ini memiliki potensi untuk meningkatkan akurasi, keterpercayaan,
kerincian serta kedalaman data.
J. Etika Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari lembaga tempat
penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut.
1. Menghormati harakat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti mempertimbangkan hal-hal subjekuntuk mendapatkan informasi yang
terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan
menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian. Beberapa tindakan yang berkaitan dengan prinsip menghormati harakat
dan derajat manusia, adalah: mempersiapkan formulir persetujuan subjek
(informed consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for privacy
and confidentiality)
Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi
individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga peneliti
memperhatikan hak-hak dasar tersebut.
3. Keadilan dan inklusitivitas (respeck for justice and inclusiveness)
Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, professional berperi kemanusian,
dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,keseksamaan, kecermatan, intimitas,
psikologis serta perasaan religious subjek penelitian. Menekankan kebijakan
penelitian, membagikan beban dan keuntungan secara merata menurut kebutuhan,
kemampuan, konstribusi dan pilihan bebas informan. Peneliti mempertimbangkan
aspek keadilan dan subjek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik
sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (blancing
harms and benefits) Peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan
prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal
mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan dampak yang
merugikan bagi subjek.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian
1. Deskripsi Umum Luwu Timur
Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten yang berbatasan dengan
dua propinsi yaitu Propinsi Sulawesi Tenggara Tengah di sebelah utara dan
timur dan Propinsi Sulawesi Tenggara di sebelah selatan. Selain itu Kabupaten
Luwu Timur juga berbatasan langsung dengan laut yaitu dengan Teluk Bone
di sebelah selatan. Kabupaten Luwu Timur terletak di sebelah selatan garis
khatulistiwa di antara 2o03‟00” - 2o03‟25” Lintang Selatan dan 119o28‟56” -
121o47‟27” Bujur Timur. Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten
paling timur di Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun batas-batas wilayah
administrasi Kabupaten Luwu Timur sebagai berikut;
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi
Tengah
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali, Provinsi
Sulawesi Tengah
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Bone, Kabupaten Kolaka,
Provinsi Sulawesi Tenggara
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara, Provinsi
Sulawesi Selatan.
Malili merupakan Ibukota Kabupaten Luwu Timur. Luas wilayah
Kabupaten Luwu Timur tercatat 6.944,88 km2 atau sekitar 11,14% dari luas
wilayah Propinsi Sulawesi Selatan.. Kecamatan terluas adalah Kecamatan
Towuti yang mencapai 1.820,48 km2 atau sekitar 26,21% dari luas wilayah
Kabupaten Luwu Timur. Pembagian wilayah dan peta administrasi
berdasarkan kecamatan sebagai berikut:
Tabel 4.1
Pembagian Daerah Administratif di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2013
No Kecamatan Desa Kelurahan Dusun Luas(km)
1 Burau 18 - 66 256,23
2 Wotu 16 - 70 130,52
3 Tomoni 12 1 52 105,91
4 Tomoni Timur 8 - 24 168,09
5 Angkona 10 - 48 147,24
6 Malili 14 1 56 921,20
7 Towuti 18 - 56 1.820,46
8 Nuha 4 1 17 808,27
9 Wasuponda 6 - 29 1.244,00
10 Mangkutana 11 - 47 1.300,96
11 Kalaena 7 3 27 41.98
Jumlah 124 3 492 6.944,88
Kabupaten Luwu Timur dibagi menjadi 11 kecamatan yaitu Burau, Wotu,
Tomoni, Angkona, Malili, Towuti, Nuha, Mangkutana, Kalaena, Tomoni Timur,
dan Wasuponda. Wilayah Kabupaten Luwu Timur terdiri dari 124 desa dan 3
kelurahan. Kecamatan yang sudah terbentuk kelurahan adalah Kecamatan
Tomoni, Kecamatan malili dan Kecamatan Nuha.
2. Demografi
Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk, Jumlah Penduduk
Menurut Jenis Kelamin dan Laju Pertumbuhan PendudukKabupaten Luwu
Timur dapat dilihat pada tabel 4.2, tabel 4.3 dan tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten
Luwu Timur Tahun 2013
No
Kecamatan
Luas
(km)
Jumlah
penduduk
Kepadatan
Penduduk
Jumlah
KK
Kepad
atan
Pendu
duk pe
KK
1 Burau 256,23 34.346 134 8.139 4
2 Wotu 130,52 30.305 232 6.886 4
3 Tomoni 105,91 123.453 102 6.253 4
4 Tomoni Timur 168,09 12.678 289 3.497 4
5 Angkona 147,24 24.792 168 6.069 5
6 Malili 921,20 39.566 43 7.132 5
7 Towuti 1.820,46 33.427 18 6.230 4
8 Nuha 808,27 23.323 29 4.187 5
9 Wasuponda 1.244,00 20.604 17 5.592 4
1o Mangkutana 1.300,96 21.650 17 5.592 4
11 Kalaena 41,98 11.379 271 3.105 4
Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014
Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur berdasarkan dokumen Luwu
Timur Dalam Angka 2014 mencapai 275.523 jiwa dengan jumlah rumah tangga
sebanyak 64.457 rumah tangga. Rata-rata jumlah jiwa setiap rumah tangga
sebanyak 4 jiwa. Kecapatan yang terbanyak jumlah penduduknya adalah
Kecamatan Malili sebesar 39.566 jiwa. Disusul Kecamatan Burau sebesar 34.346
jiwa dan Kecamatan Towuti sebesar 33.427 jiwa.
Pada tahun 2013 tercatat kepadatan penduduk Kabupaten Luwu Timur
sebesar 40 jiwa per km2. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Tomoni Timur
dengan kepadatan 289 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan yang memiliki
kepadatan terendah adalah Kecamatan Wasuponda dan Mangkutana sebesar
masing-masing 17 jiwa per km2.
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Timur Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2013
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio
1 Burau 17.387 16.969 34.346 102,52
2 Wotu 15.297 15.008 30.305 101,93
3 Tomoni 12.085 11.368 23.453 106,31
4 Tomoni Timur 6.459 6.219 12.678 103,86
5 Angkona 12.632 12.160 24.792 103,88
6 Malili 20.042 19.524 39.566 102,65
7 Towuti 17.564 15.863 33.427 110,72
8 Nuha 12.415 10.908 23.323 113,82
9 Wasuponda 11.023 9.581 20.604 115,05
10 Mangkutana 10.858 10.792 21.650 100,61
11 Kalaena 5.761 5.618 11.379 102,55
Jumlah 141.523 134.000 275.523 105,61
Sumber Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014
Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan, terlihat dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk 105,61
dimana setiap 100 perempuan di Luwu Timur terdapat sekitar 106 laki-laki. Rasio
jenis kelamin tertinggi terdapat di Kecamatan Wosuponda yaitu sebesar 115,05
dan rasio terendah di Kecamatan Mangkutana yaitu 100,61.
Tabel 4.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Luwu Timur Tahun
2012-2013
No Kecamatan 2012 2013 Laju
Pertumbuhan
1 Burau 31.708 34.346 8,32
2 Wotu 28.781 30.305 5,30
3 Tomoni 22.843 23.453 2,67
4 Tomoni Timur 11.928 12.678 6,29
5 Angkona 22.140 24.792 11,98
6 Malili 33.862 39.655 16,84
7 Towuti 28.746 33.427 16,28
8 Nuha 20.692 23.323 12,72
9 Wasuponda 18.744 20.604 9,92
10 Mangkutana 20.377 21.650 6,25
11 Kalaena 10.787 11.379 5,49
Jumlah 250.608 275.523 9,94
3. Topografi
Kondisi topografi mempengaruhi aspek pemanfaatan lahan di Kabupaten
Luwu Timur. Sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu Timur merupakan
daerah yang bertopografi pegunungan dan beberapa tempat yang merupakan
daerah pedataran hingga rawa-rawa. Kondisi datar sampai landai terdapat pada
semua wilayah kecamatan dengan yang terluas di Kecamatan Angkona,
Burau, Wotu, Malili dan Mangkutana. Sedangkan kondisi bergelombang dan
bergunung yang terluas di Kecamatan Nuha, Mangkutana dan Towuti.
Berdasarkan ketinggiannya, wilayah Kabupaten Luwu Timur diklasifikasikan
ke dalam tujuh kategori ketinggian dimana luas tiap-tiap ketinggian tersebut
yakni dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Kondisi Topografi di Kabupaten Luwu Timur
No Ketinggian(mdpl) Luas(km) Presentase
1 0-3000 1.546,18 22.26
2 3000-5000 2.032,10 29.26
3 5000-1.000 1.844,47 26.56
4 1.000-1.500 893,92 12.87
5 1,500-2.000 476,25 6.86
6 2.000-2.500 103,36 1.49
7 >2.500 48,59 0.70
Jumlah 6.944,88 100,00
Sumber : Peta Topografi Kabupaten Luwu Timur
Adapun dalam spasial kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Luwu
Timur yakni dikategorikan ke dalam kelerengan 0–8%, 8-15%, 15-25%, 25-40%
dan di atas 40% dimana dapat dilihat pada “Peta Kemiringan Lereng Kabupaten
Luwu Timur“ bahwa wilayah dengan kelerengan 15-25% merupakan kategori
kemiringan lereng yang paling dominan di wilayah Kabupaten Luwu Timur.
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan kelerengan di Kabupaten Luwu Timur
dapat dilihat pada tabel 6.4 berikut:
Tabel 4.6 Kemiringan Lereng di Kabupaten Luwu Timur
No Kemiringan Lereng Luas(km) Presentase
1 0-8% 409,29 5,89
2 8-15% 1.578,03 22,72
3 15-25% 2.497,21 35,96
4 25-40% 1.301,24 18,74
5 >40% 1.159,11 16,69
Jumlah 6.944,88 100
Berdasarkan pada tabel 6.4 dan gambar 6.3 diketahui bahwa wilayah
dengan kemiringan 0-8% yakni memiliki luas 409,29 Km2, sedangkan luas
wilayah yang kemiringan lereng 8-15% yakni 1.578,03 Km2 dan 2.497,21 Km2
untuk wilayah dengan kemiringan lereng 15-25% serta 1.159,11 Km2 diatas 40%.
4. Geohidrologi
Kabupaten Luwu Timur memiliki 5 danau dan 14 sungai. Danau yang
terdalam adalah Danau Matano (589 m) yang berada di Kecamatan Nuha.
Danau terluas adalah Danau Towuti (585 km2) yang terletak di Kecamatan
Towuti. Sungai terpanjang di Luwu Timur adalah sungai Bambalu dengan
panjang 15 km. Kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dibedakan atas
air permukaan dan air tanah dalam. Air permukaan adalah air yang mengalir di
permukaan bumi yang di pengaruhi oleh kondisi klimatologi atau curah hujan,
kecepatan evavorasi, kedalaman muka air dan tutupan lahan sedangkan air
tanah dalam atau air di bawah permukaan yaitu air yang terdapat di dalam
celah-celah batuan dan tanah yang digunakan oleh mayoritas penduduk
Kabupaten Luwu Timur untuk membuat sumur bor dan sumur gali berupa
mata air dengan jumlah debit yang bervariasi. Secara garis besar, kondisi
hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dipengaruhi oleh keberadaan sungai dan
danau. Adapun danau tersebut sangat potensial untuk pengembangan kegiatan
budidaya perikanan, pembangkit listrik, budidaya tambak dan kegiatan
pariwisata. Disamping itu juga, terdapat dua buah telaga, yaitu Telaga
Tapareng Masapi seluas 243 Ha, dan Telaga Lontoa seluas 172 Ha.
5. Geologi
Kondisi geologiwilayah Luwu Timur diuraikan berdasarkan tinjauan
morfologi, stratigrafi dan struktur geologi. Geomorfologi Morfologi daerah ini
dapat dibagi atas 4 satuan : Daerah Pegunungan, Daerah Perbukitan, Daerah
Kars dan Daerah Pedataran.
a. Daerah Pegunungan menempati bagian barat dan tenggara pada
lembar Buyu Baliase, Salindu, Lawangke, Pendolo, Mangkutana dan
Rauta, Ballawai, Ledu ledu dan Tapara Masapi. Pada bagian
tenggara lembar peta terdapat Pegunungan Verbeck dengan
ketinggian 800-1346 m di atas permukaan laut, dibentuk oleh batuan
ultramafik dan batugamping meliputi lembar Ledu-Ledu, Tara
Masapi, Malili, Tolala dan Rauta. Puncak-puncaknya antara lain G.
Tambake (1838 m), bulu Nowinokel (1700 m), G. Kaungabu (1760
m), Bulu Taipa (1346 m), Bulu ladu (1274 m), Bulu Burangga (1032
m) dan Bulu Lingke (1209 m). Sungai-sungai yang mengalir di
daerah ini yaitu S. Kalaena, S. Pincara, S. Larona dan S. Malili
merupakan sungai utama. Pola aliran sungai umumnya dendritik.
b. Daerah perbukitan menempati bagian meliputi lembar Bone-Bone,
Mangkutana, Wotu sebagian lembar Malili, dengan ketinggian antara
200-700 m di atas permukaan laut dan merupakan perbukitan yang
agak landai yang terletak di antara daerah pegunungan dan daerah
pedataran. Perbukitan ini dibentuk oleh batuan vulkanik, ultramafik
dan batupasir. Puncak-puncak bukit yang terdapat di daerah ini
diantaranya Bulu Tiruan (630 m), Bulu Tambunana (477 m) dan
Bulu Bukila (645 m).
c. Daerah Kras menempati bagian timurlaut pada peta lembar Matano
dengan ketinggian antara 800-1700 m dari permukaan laut dan
dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina,
“sinkhole” dan sungai bawah permukaan. Puncak yang tinggi di
daerah ini di antaranya Bulu Empenai (1185 m).
d. Daerah pedataran menempati daerah selatan semua lembar peta,
melampar mulai dari utara Bone-bone, Wotu dan Malili. Daerah ini
mempunyai ketinggian hanya beberapa meter di atas permukaan laut
dan dibentuk oleh endapan aluvium. Pada umumnya merupakan
daerah pemukiman dan pertanian yang baik. Sungai yang mengalir di
daerah ini di antaranya S. Salonoa, S. Angkona dan S. Malili,
menunjukkan proses berkelok.
Sungai-sungai yang bersumber di daerah pegunungan mengalir melewati
daerah ini terus ke daerah pedataran dan bermuara di Teluk Bone. Pola alirannya
dendrit. Terdapatnya pola aliran subdendritit dengan air terjun di beberapa
tempat, terutama di daerah pegunungan, aliran sungai yang deras, serta dengan
memperhatikan dataran yang agak luas di bagian selatan peta dan adanya
perkelokan sungai utama, semuanya menunjukkan morfologi dewasa. Stratigrafi
Berdasarkan himpunan satuan batuan, struktur dan biostratigrafi, secara regional
lembar Malili termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Timur dan Mandala
Geologi Sulawesi Barat dibatasi oleh sesar Palu Koro yang membujur hampir
utara – selatan. Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi menjadi dua jalur
(belt) : lajur batuan malihan dan lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari
batuan ultramafik dan batuan sedimen pelagos mesozoikum. Mandala Geologi
Sulawesi Barat dicirikan oleh lajur gunungapi Paleogen dan Neogen, intrusi
Neogen dan sedimen flysch Mesozoikum yang diendapkan di pinggiran benua
(Paparan Sunda). Mandala Geologi Sulawesi Timur, berdasarkan jenis
batuannya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : 1) batuan ofiolit,
2) lajur metamorphic, 3) kompleks batuan campur aduk.
6. Klimatologi
a. Temperatur Udara.
Temperatur rata-rata bulanan berkisar pada 24,0-26,1 oC. Temperatur
tertinggi tercatat pada bulan November, sedangkan temperatur terendah
pada bulan Juli. Temperatur rata-rata bulanan cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Variasi tempertaur rata-rata bulanan diperlihatkan pada
gambar berikut.
b. Kelembaban Udara.
Kelembaban (relatif) bulanan rata-rata berkisar pada 88,4-93,8%.
Kelembaban relatif tertinggi terjadi pada hampir semua bulan (100%)
terutama pada bulan Juli, dan terendah pada bulan September (80,8%).
Variasi kelembaban relative rata-rata bulanan diperlihatkan pada gambar
berikut.
c. Penguapan.
Penguapan yang terjadi cukup tinggi dengan nilai rata-rata bulanan
sekitar 2,7-4,3 mm, walaupun demikian diimbangi oleh curah hujan harian
yang tinggi pula. Penguapan tertinggi terjadi pada bulan Oktober (4,3
mm/hari), sedang penguapan terendah teramati pada Bulan Juni (2,7
mm/hari). Periode dengan tingkat penguapan tinggi terjadi mulai bulan
mm/hari). Profil penguapan di daerah studi diperlihatkan pada gambar
berikut.
d. Curah Hujan.
Curah hujan rata-rata bulanan dari tahun 1990 sampai 2001 berkisar di
antara 111,3-409.7 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan Mei dan
terendah pada bulan September. Jumlah rata-rata hari hujan setiap bulan
antara 12-25 hari. Periode dengan tingkat curah hujan tinggi terjadi mulai
mm). Periode dengan tingkat curah hujan sedang terjadi dari bulan
November sampai Februari (200 – 300 mm). Variasi curah hujan bulanan
diperlihatkan padagambar berikut.
e. Angin.
Dalam penelitian ini data kecepatan dan arah angin setiap jam selama 7
tahun terakhir diperoleh dari Stasiun Meteorologi PT. INCO TBK. Data
angin selama 7 tahun terakhir menunjukkan bahwa antara pukul 07.00
sampai 18.00 (siang) arah angin dominan dari arah tenggara (24,8 %) dan
dari utara (24,13 %), sedangkan antara pukul 19.00 sampai 06.00 (malam)
arah angin dominan dari arah utara (36,8 %) dan dari arah tenggara (19,1
%). Kecepatan angin selama 7 tahun terakhir antara pukul 07.00 sampai
18.00 sebagian besar berkisar 0 sampai 2 m/s (69,1 %), sedangkan antara
pukul 19.00 sampai 06.00 besar berkisar 0 sampai 2 m/s (73.16 %).
B. Deskripsi Umum Madrasah Tsanawiyah
MTs Negeri Luwu Timur didirikan pada tahun 1981 namun, masih berstatus
Madrasah swasta dengan nama MTs as‟adiyah. Kemudian pada tahun 2000
dirubah nama menjadi MTs Darunnajah Timampu. Selama 28 tahun Madrasah ini
dipimpin oleh Drs. Marwansyah sebagai kepala sekolah Madrasah yang berada di
lingkungan Pondok Pesantren Darunnajah Timampu yang beralamatkan di Jln.
KH. M. As‟ad No. 2 Timampu. Namun, pada oktober 2009 MTs Darunnajah
menjadi Mts Negeri Towuti dibawah pimpinan Drs. Muhayana, M.Pd sebagai
kepala Madrasah dan pada Maret 2017 MTs Negeri Towuti menjadi MTs Negeri
Luwu Timur dibawah pimpinan Nurlinda, S.Pd.I, M.Pd, I setelah menjadi
Madrasah Negeri, MTs Negeri Luwu Timur sekarang beralamatkan di Jl. Abdul
Rahman No. 1 Timampu.
1. Visi dan Misi MTs Negeri Luwu Timur
a. Visi
“Terwujudnya Madrasah Model sebagai pusat Keunggulan dan
Rujukan Dalam Kualitas akademik dan non akademik berdasarkan
IMTAQ–IPTEK serta budaya akhlaq karimah”.
b. Misi
1) Membangun budaya madrasah yang disiplin dan etos kerja yang
membelajarkan dan mendorong semangat keunggulan.
2) Mengembangkan SDM madrasah yang kompeten.
3) Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan lulusan
berkualitas akademik dan nonakademik serta berakhlaq Karimah.
4) Mengembangkan sistem dan manajemnen madrasah yang
berbasis penjaminan mutu.
5) Menciptakan dan memelihara lingkungan yang sehat, kondusif
dan hormonis sesuai dengan konsep wawasan wiyata mandala.
6) Meningkatkan peran serta stakeholders dalam pengembangan
madrasah dalam suasana kekeluargaan dan kebersamaan.
7) Mewujudkan madrasah yang memenuhi standar nasional
pendidikan.
8) Mewujudkan madrasah yang beroreantasi pada standar
internasional
2. Keadaan Guru MTs Negeri Luwu Timur
Maju mundurnya suatu sekolah sangat ditentukan oleh keadaan guru pada
sekolah itu baik dari segi kualitasnya ataupun kuantitasnya. Dominasi guru
dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) cukup mendominasi.Secara teori
diasumsikan bahwa guru-guru yang ada di MTSN Luwu Timur telah memiliki
kredibilitas dan kualitas yang bisa diperhitungkan dan dipertanggung
jawabkan.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di lapangan diperoleh
data tentang pimpinan sekolah, keadaan guru-guru dan tenaga administrasi
yang ada di sekolah MTs Negeri Luwu Timur.
3. Keadaan siswa
Pada tahun ajaran 2019/2020 siswa MTs Negeri Luwu Timur berjumlah
356 orang siswa yang berasal dari sekolah dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
Negeri maupun swasta yang diterima melalui tes. Untuk lebih jelasnya berikut
dipaparkan kondisi siswa MTs Negeri Luwu Timur :
Tabel 4.2 Keadaan Siswa MTs Negeri Luwu Timur Tahun Ajaran 2019/2020
KELAS
JUMLAH Jumlah
Siswa A B C D
VII 25 25 33 32 115
VIII 31 31 29 32 123
IX 27 28 32 31 118
Total 356
Sumber Data: Bagian Tata Usaha MTs Negeri Luwu Timur.
4. Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Negeri luwu Timur
Sarana dan prasarana sekolah sangat berperan penting dalam proses
pembelajaran dan peningkatan mutu sekolah. Mengingat MTs Negeri luwu
Timur belum cukup lama menjalankan statusnya sebagai Madrasah Negeri
jadi, masih banyak sarana yang belum ada ataupun jumlahnya yang kurang
dan belum rampung pengerjaannya. Berikut penulis paparkan sarana dan
prasarana yang terdapat di MTs Negeri Luwu Timur:
Tabel 4.3 Keadaan Sarana Dan Prasarana MTs Negeri Luwu Timur
No Nama Bangunan
Yang
Dibutuhkan
Yang ada Ket
1 Ruang Belajar 16 16
2 Ruang Kepsek 1 1
3 Ruang Guru 1 -
4 Ruang BK 1 -
5 Ruang KTU 1 -
6 Ruang OSIS 1 1
7 Ruang Bendahara 1 -
8 Perpustakaan 1 1
9 Labotatarium 4 2
10 Mushalla 1 1 Belum Rampung
11 UKS 1 1
12 Kantin 2 2
13 Jamban Guru 2 1
14 Jamban Siswa 10 3
Sumber Data: Bagian Tata Usaha Mts Negeri Luwu Timur.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Faktor Penyebab Degradasi Moral di Madrasah Tsanawiyah Luwu
Timur
Berdasarkan realita yang yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah Luwu Timur
bahwa kemerosotan atau kemunduran moral peserta didik seperti bolos sekolah
yang di lakukan oleh siswa perempuan, berdua-duaan dengan lawan jenis di
lingkungan sekolah. Tentu ada yang melatarbelakangi masalah tersebut. Maka
dari itu peneliti berusaha mencari tahu terkait dengan faktor yang mempengaruhi
terjadinya degradasi moral di Madarasah Tsanawiyah Luwu Timur. Setelah
melakukan observasi lebih mendalam peneliti mendapatkan beberapa poin terkait
dengan penyebab degradasi moral di Madarasah Tsanawiyah Negeri 1 Luwu
Timur.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang atau
individu. Yang meliputi :
1. Lemahnya Pertahanan diri
Lemahnya pertahanan diri anak untuk menghindari pengaruh-pengaruh
negatif. Untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk untuk usia-usia
remaja mungkin sedikit sulit, dan pengaruh yang bisa didapatkan dari mana saja.
Seringkali sengaja untuk datang terlambat dikarenakan ajakan temannya, seperti
yang diutarakan oleh WR (14 Tahun) siswa kelas VIII D :
“Karena sebenarnya kak tidak maujika lakukan pelanggaran, tapi na ajak
teruska jadi lama-kelamaan ikutka juga kerjakan apa yang nakerjakan
temanku.” (Wawancara 19 Nov 2019).
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas bahwa faktor internal yaitu
lemahnya pertahanan diri anak menjadi salah satu penyebab degradasi moral yang
disebabkan oleh pengaruh teman sebaya.
Hal yang berkaitan juga disampaikan oleh WC (14 Tahun) siswi kelas IX C
mengatakan bahwa :
“Sebenarnya toh kak takut jaki melakukan pelanggaran karena sudah
ditaumi resikonya. Tapi ada biasa itu keinginan dari dalam hatiku malas
masuk belajar kalo mata pelajaran yang tidak kusuka.” (Wawancara 22 Nov
2019)
Dalam hal ini diketahui bahwa WC (14 Tahun) siswi yang duduk dikelas IX
menyatakan bahwa sebenarnya dirinya sendiri pun tidak ingin melakukan
pelanggaran-pelanggaran disekolah karena ia sendiri pun tahu bahwa setiap
pelanggaran yang dilakukan siswa pasti akan mendapatkan hukuman yang pantas.
Akan tetapi karena kurangnya efek jera sehingga siswa ingin selalu mengulangi
kesalahan yang sama.
“Berdasarkan dari hasil observasi, peneliti melihat bahwa memang benar
para siswa di MTs sebagian besar sangat gampang terperngaruh oleh
lingkungan yang tidak baik sehingga yang peneliti lihat bahwa pertahan diri
para siswa masih sangat lemah” (Hasil Observasi 18 Nov 2019).
Dari hasil observasi terlihat bahwa penyebab terjadinya degradasi moral di
Madrasah Tsanawiyah dikarenakan lemahnya pertahanan diri para siswa untuk
memilih lingkungan yang baik agar tidak terjadi pergaulan bebas.
2. Kurangnya kemampuan beradaptasi
Kurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan sehingga para
siswa tidak mampu memilih lingkungan yang baik. Seperti hasil wawancara dari
informan NF (15 Tahun) siswa kelas IX D yaitu:
“kak saya tidak cepatka akrab sama orang, jadi itumi biasa malaska ikut
belajar apalagi kalo tidak kusuka pelajarannya atau pelajaran yang
disuruhki naik ke depan kelas.”(Wawancara 19 Nov 2019).
Sama halnya yang diutarakan oleh ibu NH (44 Tahun) guru mata pelajaran
aqidah akhlak saat diwawancarai menuturkan bahwa :
“Sebagaian memang ada siswa-siswi yang kurang bisa beradaptasi yah
dek, apalagi itu yang kayak siswa baru susah untuk melakukan adaptasi
dengan lingkungan barunya, itulah mengapa mereka melakukan
pelanggaran.” (19 Nov 2019).
Dari kedua pernyataan informan di atas dapat digambarkan bahwa
terjadinya degradasi moral yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan
beradabtasi siswa saat berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan mereka
tinggal.
“Berdasarkan hasil observasi yang peneliti temukan di lapangan bahwa
benar terjadinya degradasi moral pada siswa di MTs Negeri 1 Luwu Timur
disebabkan oleh tidak memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan
serta susahnya dalam berkomunikasi secara baik sehingga menimbulkan
perilaku menyimpang.” (Observasi 18 Nov 2019).
Hasil observasi tersebut sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan yang
mana beberapa siswa terlihat tidak percaya diri dalam mengembangkan
kemampuannya dan hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara dengan
beberapa siswa.
3. Lemahnya paham agama
Pendidikan agama adalah benteng dalam menghadapi berbagai persoalan
yang akan mereka dapatkan. Fungsi dari pendidikan agama membangun fondasi
kehidupan pribadi, yaitu fondasi mental rohaniah yang mencakup keimanan, dan
ketaqwaan yang berfungsi sebagai pengendali bagi remaja. Seperti hasil
wawancara dari informan NR (43 Tahun) selaku Kepala sekolah di MTs
menyatakan bahwa :
“Lemahnya pemahaman siswa tentang keagamaan dapat berpengaruh pada
perilaku dalam kesehariannya, contohnya dalam memilih pergaulan
seringkali mereka tidak memperhatikan mana yang bisa mereka contohi dan
mana yang tidak patut. Karena ikut-ikutan dengan temannya ada siswa yang
kedapatan bolos saat jam sholat, ada yang beralasan datang bulan, padahal
itu hanya alasan agar tidak melakukan sholat. Itulah dampak yang
ditimbulkan dari kurangnya pendidikan agama yang di dapatkan
siswa.”(Wawancara 20 Nov 2019).
Dari wawancara di atas yang peneliti dapatkan yaitu pendidikan agama yang
lemah akan membuat anak mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif yang pasti
akan mereka dapatkan dikemudian hari. Anak harus mendapatkan pendidikan
agama sejak dini dari keluarga dan lingkungan tempat mereka tinggal.
Hal yang sama pun juga disampaikan oleh NM (27 Tahun) selaku wali kelas
VII D mengatakan bahwa :
“Pendidikan agama sebenarnya itu harus sudah didapatkan anak sejak dini
yah, karena anak itu bisa terbentuk dari lingkungan keluarganya, dari
kebiasaan-kebiasaan yang sering ia lihat atau dapatkan. Pihak sekolah itu
menerima anak untuk diajar sudah dalam keadaan sianak ini sudah punya
beberapa pengetahuan sendiri yah sebelum dikembangkan. tapi kembali lagi
pada tingkat moralitas pemahaman siswa tentang nilai dan moral sehingga
mempengaruhi perilaku keseharian.”(Wawancara 20 Nov 2019).
Dari wawancara ini yang peneliti dapatkan bahwa bagaimanapun sekolah
ingin menghindari atau mengatasi degradasi moral pada siswa itu sendiri, semua
tidak akan membuahkan hasil apabila tidak ada kesadaran pada diri siswa itu
sendiri tentang pentingnya pendidikan agama ditanamankan pada setiap individu.
“Berdasarkan dari hasil observasi yang peneliti dapatkan di lapangan
bahwa kurangnya atau melemahnya paham agama adalah salah satu penyebab
terjadinya degradasi moral para siswa sebab agama merupakan salah satu alat
ukur untuk menilai tingkat moral seseorang” (Observasi 16 Nov 2019)
4. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang itu sendiri.
Yaitu sebagai berikut :
1. Pengaruh lingkungan
Pengaruh lingkungan bisa dari lingkungan keluarga ataupun dimana anak
tersebut bermain, dan bisa juga dari lingkungan dimana seorang siswa menuntut
ilmu. Lingkungan keluarga adalah tempat pertama anak belajar tentang bagaimana
berperilaku. Sedangkan lingkungan bermain adalah tempat anak mendapat penga
laman bersosialisasi dengan teman sebaya, dan lingkungan sekolah selain tempat
untuk menimbah ilmu juga menjadi tempat untuk mengaplikasikan apa yang
dipelajari dari lingkungan keluarga dan teman bermain.
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia KN (32 Tahun) menyatakan bahwa :
“Kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada anak yah kalo menurut saya,
karena anak itu punya kebiasaan meniru atau mencontoh apa yang dia lihat.
Pengaruh keluarga untuk tumbuh kembangnya anak sangat erat karena
ketika anak keluar untuk bersosialisasi kemasyarakat ia akan menerapkan
apa yang telah ia dapatkan.” (wawancara 20 Nov 2019).
Anak itu tumbuh dan berkembang dari lingkungan keluarga yaitu hubungan
antara anak dan orang tua. Apa pun yang dilihat oleh anak di dalam keluarga itu
yang akan ditiru dan dicontohkan ketika anak keluar dari lingkungan tempat
tinggalnya. Lingkungan di mana anak itu bermain juga berpengaruh untuk tumbuh
kembangnya, seperit hasil wawancara dengan seorang siswa SW (15 Tahun) kelas
IX C menyatakan bahwa :
“Awalnya itu kak kenalanka dari temankuji yang sering kutemani kalo pergi
jalan, itu temanku ada temannya cowo nakasi kenalka itumi jadi pacarku
sekarang. Beda sekolahka sama pacarku Jadi kalo mau ketemu biasa pulang
sekolahpi atau hari libur kak.” (Wawancara 20 Nov 2019)
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti melihat bahwa pengaruh teman
bermain untuk pola perilaku anak sangat erat, seperti yang kita tahu bahwa anak
menghabiskan sebagian waktunya bersama dengan temannya, dan pada saat yang
sama hubungan kedekatan anak dan orang tua bisa menurun disebabkan anak
telah menemukan tempat yang asyik untuk bertukar cerita.
Hal yang sama pun dituturkan oleh informan NH (44) guru mata pelajaran
Aqidah akhlak menyatakan bahwa:
“Sudah banyakmi pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dan faktor
penyebabnya karena ikut-ikutan sama temannya atau karena disuruh dari
temannya dan bukan satu kali tapi berulangkali saya dapatkan seperti itu,
kalau teman satu sekolahnyaji yang pengaruhi mungkin bisaji diatasi tapi ini
bukan dari sekolah melainkan dari lingkungan luar.” (Wawancara 20 Nov
2019).
Berdasarkan hasil yang wawancara di atas, peneliti menemukan bahwa peran
teman bermain dalam pembentukan pola perilaku siswa berkaitan dengan sikap,
penampilan, dan minat. Adanya dorongan untuk meniru perilaku yang dilakukan
oleh temannya baik dalam hal tingkah laku ataupun cara berpakaian. Selain
dampak positif yang bisa didapatkan dari temannya juga ikut dampak negatif. Jadi
anak akan tumbuh seperti apa yang ia lihat di dalam keluarga dan akan mencontoh
perilaku yang telah ia dapatkan dalam lingkungan teman bermain.
Seperti yang dikatakan oleh NR (43 Tahun) selaku guru Kepala sekolah MTs
Negeri 1 Luwu Timur bahwa:
“Yang sering terjadi dan kedapatan oleh guru secara langsung adalah
maraknya aktivitas pacaran oleh peserta didik, baik itu didalam lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah. Dan jelas itu sama sekali tidak sesuai
dengan visi-misi sekolah kita. Untuk membuat efek jera pada siswa kami
memberikan surat peringatan kepada siswa dengan pernyataan pada surat
bahwa anak telah kedapatan pacaran. Jadi tidak hanya teori yang yang
diberikan tetapi juga action. Kerjasama antara guru dan orang tua itu sangat
dibutuhkan untuk membina peserta didik di jaman yang serba ada seperti
sekarang ini yah. Kita sebagai orang dewasa harusnya mampu menjadi figur
yang dia idolakan agar si anak ini tidak mencari figur di tempat lain’’
(Wawancara 20 Nov 2019).
Peserta didik dalam berperilaku tentunya di dasari oleh lingkungan dimana
mereka tumbuh dan berkembang sebab apa yang mereka lihat di lingkungan jika
itu membuat mereka senang maka tentulah akan ditiru, akan tetapi ketika ada
kerjasama antara guru dan orang tua untuk memberikan pengawasan pada peserta
didik untuk melakukan apa yang mereka sukai selama itu positif.
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan yang bernama WR
(14 Tahun) siswa kelas VIII D menyatakan bahwa :
“Tidak pilih-pilih temanji saya kak, tapi memang sering nabilang mamaku
kalo betemanki itu diliat juga yang mana bagus akhlaknya mana yang tidak.
Tapi nabilang juga guruku toh kalo nda bolehki pilih-pilih teman. Jadi kak
mana yang menurutku baik itumi kutemani. Jadi kalo ada hal yang kulakukan
sama temanku terus ditegur dari orang tua atau guru selama tidak terlalu
parahji kak, menurutku tidak apaji” (Wawancara 19 Nov 2019).
Dalam hal ini peserta didik selalu mengikuti kata hatinya untuk melakukan
apa yang diinginkan dan lingkungannya mempengaruhi tercapainya hasrat
tersebut. Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa faktor perkembangan
peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia bermain. Besar kecilnya
pengaruh yang mereka dapatkan di lingkungannya begitulah yang akan mereka
aplikasikan di kehidupan sehari-hari baik itu dalam hal positif maupun negatif.
Hal yang sama pun dituturkan oleh NF (15) sisiwa kelas IX D menyatakan
bahwa :
“Saya kak bertemanka sama siapa saja, karena menurutku kalo banyak
temanku berarti banyak bisa kutempati minta tolong kalo ada masalahku. Karena
lebih seru itu cerita sama teman-teman dari pada sama orang tua. Kalo cerita
sama orang tua kak jarang itu didukung apa mauku selalu disalahkan atau selalu
dibanding-bandingkan. Beda kalo cerita sama temanta sendiri, pasti lebih enak
dirasa, kayak puas kalo sudah cerita sama teman kak karena keluar semua itu
yang mau dicerita tidak ada yang ditahan-tahan. Gampangmi sekarang dapat
teman cerita kak, update status di instagram langsung banyak yang komen. ”
(Wawancara 17 Nov 2019).
Dari hasil penelitian menggambarkan bahwa peserta didik dan orang tua
dirumah yang memiliki pola komunikasi yang tidak sehat akan mengalami
berbagai konflik. Seperti yang kita tahu bahwa anak-anak memang suka bercerita
jadi harusnya orang tua bersedia mendengarkan tanpa harus menyalahkan atau
membuat anak malas bercerita apa yang dia alami di sekolah atau di tempat di
mana ia bermain. Anak-anak yang sudah tidak nyaman bercerita dengan orang
tuanya akan mencari lingkungan di mana dia diterima dan didengarkan. Dia akan
lebih jujur bercerita dengan temannya dibanding dengan orang tua.
“Berdasarkan hasil observasi di lapangan menggambarkan bahwa pengaruh
lingkungan hidup siswa merupakan salah satu penyebab terjadinya degradasi
moral di kalangan siswa sebab ketidakmampuan menentukan lingkungan yang
baik dan juga lepas kontrolnya siswa dalam lingkungan keluarga salah satu
pemicu pemilihan lingkungan yang tidak baik”.
Dari hasil observasi terlihat bahwa terjadinya degradasi moral dikalangan
siswa di MTs Negeri 1 Luwu Timur salah satunya yaitu pengaruh lingkungan
hidup baik lingkungan bermain maupun lingkungan keluarga karena pengaruh
lingkungan sangat menentukan kualitas hidup seseorang remaja maupun dewasa.
2. Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi
Sikap acuh orang tua terhadap perkembangan anak menghasilkan kepribadian
yang tertutup apabila anak memiliki masalah, dan rasa nyaman ketika bersama
teman-temannya menjadi alasan mengapa dia lebih condong kepada pendapat
temannya dari pada orang tuanya. Apalagi sekarang ini kita sudah dimanjakan
dengan adanya sosial media dan dengan berbagai macam kartu dengan kuota yang
bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau. Berbicara tentang mudahnya akses
internet didapatkan membuat tugas orangtua semakin bertambah, dari harus
melihat dengan siapa saja anak sering bersama hingga mengontrol akun media
sosial apa saja yang anak sering gunakan. Seperti yang kita tahu bahwa perilaku
mengakses internet sekarang tidak hanya bisa dilakukan dari laptop melainkan
juga sudah bisa handphone. Hingga kerap menyulitkan orang tua untuk
mengawasi aktivitas internet anak. Seperti yang kita tahu bahwa anak masih ada
dalam fase pembentukan dan belum cukup bisa menyaring segala informasi,
termasuk konten negatif di internet.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru Bahasa Indonesia KN (32
Tahun) menyatakan bahwa :
“Sebenarnya kebutuhan untuk memiliki atau mengakses teknologi untuk anak
itu hak orang tua yah, karena kita sudah masuk pada masa yang apapun bisa
didapatkan memalui internet. Hiburan tanpa mengeluarkan budged yang
besar ada di internet banyak kok. Apalagi anak-anak itu setelah pulang dari
sekolah dan menemui keadaan rumah yang tidak ada orang tua atau
saudara dikarenakan mungkin orang tua ada kesibukan di kebun, karena
mayoritas orang tua siswa disini bekerja di kebun yah. Itulah mengapa
sebagian besar anak yang telah difasilitasi handphone oleh orang tuanya
lebih senang berada didunia maya dari pada dunia nyata. Agar anak bisa
bertanggung jawab dalam menggunakan internet. Peran kami sebagai tenaga
pendidik untuk memeberikan edukasi tentang sosial media dan konten-konten
apa saja yang boleh di akses tak akan pernah bisa berjalan lurus tanpa
bantuan dari pihak keluarga, dikarenakan waktu kami bersama anak
disekolah tidak sebebrapa dengan waktu orang tua bersama anak saat
dirumah. Apalagi lagi karakter anak itu beda-beda semua punya
keunikannya, tugas guru itu berat karena kami di tuntut untuk membentuk
anak yang sudah terbentuk.” (Wawancara 20 Nov 2019).
Dari informasi yang dipaparkan oleh KN dapat diketahui bahwa kebebasan
yang diberikan orang tua untuk anak dalam hal mengakses internet itu harus ada
batasnya. Memberikan kemudahan untuk mengakses internet harus disertai
dengan edukasi tentang penggunaan media internet kepada anak, yang mana itu
tugas orang tua dan guru.
Hal yang sama pun diungkapkan oleh NH (44 Tahun) selaku guru aqidah
akhlak menyatakan bahwa :
“Pemanfaatan internet untuk anak itu memang perlu pengawasan yang
serius dek, karena sekarang kita disuguhi konten-konten yang berfaedah dan
juga yang unfaedah. Untuk usia yang masih sangat belia harus memfilter
tontonan apa yang bagus untuk mereka menurut saya itu tidak gampang.
Seusia mereka itu masih sangat condong kepada kepuasan hasrat, mereka
akan berada pada hal-hal yang bisa membuat mereka bahagia dan mereka
sangat sulit menerima penolakan pada saat usia-usia seperti ini. Konten-
konten sekarang itu dek, subhanallah lebih banyak yang naik sebagai
trending topik konten yang menurut saya tidak berfaedah untuk anak, dan
celakanya anak suka konten-konten seperti itu. Menghibur katanya padahal
dampaknya itu memang belum terlihat yah tapi akan ada suatu hari dimana
dia akan mempraktekkan apa yang pernah ia tonton. Masalah yang dihadapi
kita guru dan juga orang tua untuk menanamkan nilai-nilai moral pada anak
itulah PR besar kita saat ini. PR setiap hari harus dikerjakan.” (Wawancara
20 Nov 2019).
Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan di atas bahwa teknologi dan
kemudahan untuk mengakses internet oleh anak menjadi tugas besar orang tua
dan guru. Mereka perlu mendapatkan edukasi tentang penggunaan internet,
aplikasi apa saja yang boleh mereka pakai untuk seusia mereka dan yang belum
boleh mereka gunakan. Untuk mendapatkan respon yang baik dari peserta didik
dibutuhkan kerja sama yang kompak dari orang tua dan guru. Karena seberapa
kerasnya para guru memberikan edukasi dan mencontohkan hal-hal yang sesuai
dengan nilai-nilai moral apabila tanpa kerja sama dari orang tuaatau lingkungan
dimana ia berada itu tidak akan tercapai. Pengawasan yang dilakukan ornag tua
disini bukan mencurigai atau membatasi total gerak-gerik anak di internet. Karena
internet bisa membuka peluang untuk maju pada anak, tapi bisa menjadikan anak
sebagai seorang penyendiri.
Pengaruh dari dalam diri anak itu sendiri dan juga pengaruh dari luar sangat
rentan menimbulkan degradasi moral peserta didik saat ini, dimulai dari perasaan
tidak nyaman dan kurangnya rasa aman saat berada dilingkungan tempat tinggal
hingga kemudahan mendapatkan hiburan dari media sosial. Menjadikan anak
memiliki dunianya sendiri, tempat di mana bisa menjadi apapun yang dai sukai
tanpa pernah mendapatkan penolakan dari orang sekitarnya.
“Berdasarkan dari hasil observasi yang peneliti dapatkan di lapangan
bahwa memang benar dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang
semakin canggih membuat para siswa lepas kontrol dari pengawasan lingkungan
keluarga tentunya sebab diusia dini seperti tingkat SMP/MTs sederajat masih
terbilang remaja yang tetap harus dikontrol baik di lingkungan keluarga maupun
lingkungan bermain karena di umur tersebut masih dalam masa peralihan serta
pemilihan lingkungan yang tidak baik juga menjadi salah satu pemicu terjadinyan
degradasi moral” (Observasi 15 Nov 2019).
Hasil observasi menggambarakan bahwa lingkungan hidup dan
perkembangan teknoligi informasih yang semakin canggih menjadi salah satun
tolak ukur perkembangan para siswa melihat dari terjadinya degradasi moral
dikalangan remaja sekarang ini.
2. Peran sekolah dalam mengatasi degradasi moral di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur.
Segala sesuatu yang tejadi di lingkungan sekolah pada peserta didik dan
masalah-masalah yang dialami, pastilah akan ada solusi yang diberikan pihak
sekolah, baik itu permasalahan secara internal maupun eksternal. Berbicara
masalah moral, Madrasah Tsanawiyah sebagai salah satu sekolah Negeri yang
dikenal sangat mengedepankan pendidikan akhlaknya dan selalu menanamkan
nilai-nilai moral pada setiap pembelajaran di sekolah masih saja kewalahan
terhadap karakter siswa dijaman sekarang.
Berdasarkan dari hasil wawancara yang di dapatkan oleh peneliti terkait
dengan peran sekolah dalam mengatasi degradasi moral di Madarasah Tsanawiyah
yaitu :
a. Kegiatan Non Akademik
Kegiatan non akademik merupakan kegiatan yang dilakukan diluar kurikulum
seperti pramuka, palang merah remaja, marcing band, kegiatan olahraga, dan
beberapa karya ilmiah. Biasa juga disebut dengan ekstrakurikuler. Kegiatan
tersebut diadakan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi dirinya
baik potensi keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat.
Hal tersebut diutarakan NH (44 Tahun) seorang guru aqidah akhlak
menyatakan bahwa :
“Sekolah sudah memberikan wadah pada siswa untuk mengembangkan
potensi mereka, menyediakan fasilitas yang dibutuhkan agar setiap kegiatan
berjalan dengan lancar. Dan ekskul disini, bisa dikatakan sangat aktif dek,
setiap sore itu ada juga guru yang ikut memantau latihannya siswa. Sekolah
memberikan kebebasan pada siswa untuk berprestasi di kegiatan non
akademik tanpa melupakan prestasinya dibidang akademik. Banyak siswa
yang tertarik masuk kegiatan non akademik yang di adakan walaupun masih
ada sebagian siswa yang masa bodoh dengan kegiatan-kegiatan semacam
ini” (Wawancara 20 Nov 2019).
Kegiatan non akademik yang diselenggarakan sekolah dan tersedianya
fasilitas-fasilitas yang mendukung ternyata belum mampu menarik banyak
simpatik siswa untuk ikut bergabung dalam kegiatan non akademik yang ada.
Padahal seperti yang kita tahu bahwa dengan mengikuti ekstrakurikuler di sekolah
dapat menambah pengalaman dan mengasah keterampilan yang ujung-ujungnya
diperlukan apabila kita berada di tengah masyarakat.
Hal senada pun diungkapkan oleh KN (32 Tahun) selaku guru Bahasa
Indonesia yang menyatakan bahwa:
“Dengan adanya kegiatan non akademik ini dek saya sebagai seorang guru
dan juga sebagai orang tua merasa terbantu untuk mengajarkan anak
berinteraksi dengan masyarakat. Kegiatan ini cukup membantu menekan
kenakalan anak untuk beberapa saat. Walaupun kita tahu sendiri bahwa
belum ada solusi yang ampuh untuk kerusakan moral untuk anak seusia
mereka. Mungkin untuk menghentikan memang belum bisa tetapi untuk
menekan lajunya insyaallah selalu kami mencoba hal-hal yang menurut kami
para guru bisa efektif. Tidak lupa kami para guru selau mengevaluasi apa
yang mungkin harus ditambahkan atau dikurangi pada saat kami berinteraksi
secara langsung dengan para siswa.” (Wawancara 20 Nov 2019).
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas KN merasa terbantu dengan
adanya kegiatan non akademik, dikarenakan kegiatan tersebut dapat membantu
siswa untuk memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Walaupun kegiatan non
akademik belum bisa mempengaruhi siswa untuk tidak melakukan pelanggaran,
tetapi kegiatan non akademik dapat menekan jumlah siswa yang melakukan
pelanggaran.
Selain itu keterangan dari NR (43 Tahun) selaku Kepala sekolah MTs
menyatakan bahwa:
“Ada banyak upaya yang dilakukan oleh kami para tenaga pendidik dek,
selain mengaktivkan semua Ekskul yang ada di sekolah kami juga selalu
melakukan pengajian rutin setiap hari jumat dan tidak lelah memberikan
motivasi-motivasi kepada para siswa, karena untuk anak seusia seperti
mereka memang mengeluarkan tenaga yang eksta sabar. Dan kami juga
selalu membangun hubungan dengan orang tua siswa, walaupun sebenarnya
dek banyak orang tua siswa yang memasukkan anaknya ke Madrasah
Tsanawiyah tujuan utamanya untuk lebih meningkatkan paham agama dan
juga agar dibina dengan sebaik-baiknya tanpa tahu bagaimana prosesnya.
Kami sebagai tenaga pendidik dek terkadang merasa bingung dengan orang
tua karena ketika mereka mendapatkan anak melakukan pelanggaran di
sekolah orang tua langsung menyalahkan guru, itulah mengapa kami selalu
meminta kerja sama orang tua untuk membantu proses pembentukan
akhlak.” (Wawancara 20 Nov 2019).
Orang tua adalah komponen keluarga yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan
tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Sedang guru sebagai salah satu komponen sistem pendidikan yang mempunyai
peran penting bagi terciptanya tenaga terdidik dan terampil. Peran keduanya
sangat penting untuk menumbuhkan nilai-nilai moral dalam diri anak. Dalam
mengatasi degradasi moral siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler sudah efektif
yang mana yang diadakan dan selalu mengevaluasi apabila ada yang tidak sesuai
dengan perkembangan siswa. Meskipun pihak sekolah telah melakukan berbagai
upaya untuk mengatasi degradasi moral pada siswa tetap saja tidak luput dari
bantuan semua pihak agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan bersama.
Adapun hasil wawancara oleh ZA (15 Tahun) siswa kelas IX C bahwa :
“Karena kalo pulang sekolah kak kosong rumahku, pergi semua di kebun
bosanka sendiri, terus kalo pergika sama teman-temanku jalan disuruh ka
cepat pulang, dilarangka lama di luar kalo untuk jalan-jalan saja. Tapi kalo
kegiatan di sekolah tidak dilarangji, jadi masuk ekskul yang kusuka.
Semenjak masukka ekskul bertambahmi temanku dari sekolah lain, karena
seringki ikut bertanding sama sekolah lain.” (Wawancara 17 Nov 2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas menurut informan ZA bahwa perasaan
bosan saat berada di lingkungan tempat tinggal menjadi alasan untuk memiliki
kegiatan di luar rumah. Mengikuti kegiatan ektrakurikuler selain membantu siswa
menyalurkan bakatnya juga sebagai sarana perkenalan untuk mendapatkan rekan
dan juga pengalaman.
Begitupun dengan yang diungkapkan oleh SW (14 Tahun) siswa kelas VIII C
menyatakan bahwa :
“karena banyak teman akrabku masuk kegiatan-kegiatan di sekolah kak jadi
termotivasika juga ikut, terus nasuruhka juga orang dirumahku supaya tidak
pergi keluyuran kalo sore, jadi terkenalki juga diguru-guru kak, keliatan
kerenki juga kalo bikin snapgram kegiatan latihan atau kalo ikutka lomba.”
(Wawancara 20 Nov 2019).
Seperti yang di ungkapkan oleh SW bahwa motivasinya untuk mengikuti
kegiatan non akademik di sekolah di karenakan rekan-rekannya yang telah lebih
dulu masuk ke dalam kegiatan tersebut. Ini menunjukkan bahwa anak sangat
mudah termotivasi oleh orang-orang yang dekat dengannya, selain itu perasaan
ingin di perhatikan juga menjadi salah satu alasannya. Kurangnya komunikasi
yang baik dari orang tua dan rutinitas sekolah yang menjemukan membuat
mereka mencari tempat dimana mereka bisa bertemu dengan orang baru dan
mendapat perspektif baru pula. Dan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan non
akademik di sekolah bisa mengurangi fokus mereka pada hal-hal yang kurang
bermanfaat. Dengan kegiatan-kegiatan yang telah difasilitasi, siswa diharapkan
mampu menggunakan waktu mereka dengan sebaik-sebaiknya untuk mengasah
bakat dan meningkatkan wawasan mereka.
b. Kegiatan akademik
Berbicara tentang kemerosotan moral yang dialami peserta didik, maka
tentulah ada upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah yaitu meningkatkan
kualitas mereka dalam kegiatan akademik. Kegiatan akademik adalah kegiatan
yang mengacu pada pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah atau kurikulum. Hal
ini dijelaskan oleh HW (49 Tahun) guru sejarah kebudayaan islam menyatakan
bahwa :
“Kami sebagai tenaga pendidik terus mencoba agar bagaimana kami bisa
diterima tidak hanya saat berada diluar kelas tapi juga pada saat kami
berada dikelas untuk memberikan pelajaran, selalu kami mencoba
mendekati siswa, menerapkan model-model ajar yang menurut kami itu
cocok untuk menambah minat belajar mereka. karena kami paham yah
anak-anak didik kami sekarang butuh pembaharuan. Karena kami dek
sebagai seorang guru dituntut untuk mampu mengelola kelas, yaitu
menyediakan kondisi kelas yang kondusif untuk berlangsungnya proses
belajar-mengajar. Kami selaku guru terus berusaha seoptimal mungkin
untuk membenahinya. Disini itu kan kelas untuk perempuan dan laki-laki
dibedakan, agar supaya bisa fokus dalam melakukan proses pembelajaran
dan biasanya juga itu dek kan ada yang malu-malu tampil kalo lawan
jenisnya itulah sebabnya kelas mereka dipisahkan dan agar mereka belajar
tentang menjaga pergaulan antara perempuan dan laki-laki.”(Wawancara
20 Nov 2019).
Hal yang sama juga disampaikan oleh NL (45 Tahun) selaku kepala sekolah
menyatakan bahwa :
“Selalu yah dek kami sebagai tenaga pendidik memanfaatkan kompetensi
yang kami miliki untuk mencipatakan pembelajaran yang sesuai standar yang
ditentukan. Kami juga melihat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
agar supaya mereka didalam kelas itu dapat menangkap apa yang kami
sampaikan. Sekarang kan ada berbagai model ajar yang bisa diterapkan di
dalam kelas pintar-pintarta mami sebagai guru toh mencocokkan mana yang
untuk kelas A mana untuk kelas B. Sambil menyelam minum air kalo kata
pepatah dek, sembari mrngajar sambil belajar juga.” (Wawancara 20 Nov
2019).
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa kegiatan akademik yang
dilakukan oleh sekolah sebagai upaya mencegah degradasi moral di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur dengan cara pendekatan kepada siswa dan
dengan meningkatkan kualitas guru agar supaya proses belajar-mengajar dapat
kondusif.
Salah satu informan yang telah diwawancarai bernama SW (15 Tahun) siswa
kelas IX D menyatakan bahwa :
“Kalo saya kak tergantung dari bagaimana gurunya mengajar atau
menjelaskan di dalam kelas. Kalo bagus caranya itu guru mengajar atau
tidak membosankan otomatis kak betahji ka kalo didalam kelas. Tapi kalo
tidak bagusmi moodku dari rumah baru masuk dikelas ditambah guru yang
tidak pengertian, pasti malas-malaska belajar. Biasa sembarangmi kukerja
itu kak, biasa pura-puraka menulis apa yang najelaskan, biasa juga
menggambarka, terus kalo ada tugas disuruhki kerja kunyontekmi ditemanku
karena tidak mengertika.” (Wawancara 20 Nov 2019).
Disini dapat dilihat bahwa memang kualitas guru yang menjadi pemicu
peserta didik untuk aktiv dalam kelas, karena untuk siswa di jaman sekarang guru
di dalam kelas harus bisa membuat mereka merasa nyaman dan aman bukan yang
menakutkan hingga membuat mereka tertekan di kelas atau yang bisa membuat
mereka merasa tidak nyaman. Dan itulah yang saat ini sedang diterapkan oleh
Madrasah Stanawiyah Negeri 1 Luwu Timur.
Berdasarkan dari hasil wawancara yang peneliti temukan bahwa kegiatan
akademik dan kegiatan non akademik yang diselenggarakan pihak sekolah
sebagai upaya mencegah degradasi moral siswa di Madrasah Tsanawiyah telah
berjalan sebagaimana adanya, tapi semua itu akan kurang efektiv tanpa keikut
sertaan kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua atau keluarga di mana siswa
tinggal. Karena siswa yang sekarang kita hadapi bisa mendapat pelajarn tidak
hanya di dalam ruang lingkup sekolah saja. Bisa saja raga mereka berada dalam
ruang lingkup sekolah tetapi fikiran mereka atau fokus merak ada di dalam sosial
media.
B. Pembahasan
1. Faktor penyebab degradasi moral di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Luwu Timur
Degradasi moral yang sudah terjadi dari tahun-tahun sebelumnya
dipengaruhi oleh lemahnya pertahanan diri anak, kurangnya kemampuan untuk
beradaptasi, dan juga lemahnya paham agama. Tugas pihak sekolah untuk
membentuk kekurangan-kekurangan siswa harus juga dibantu dengan partisipasi
orang saat siswa telah pulang kerumah. Karena peran guru tidak akan berfungsi
apabila tidak ada bantuan dari orang tua.
Selain itu dapat dilihat bahwa salah satu penyebab degradasi moral siswa
yaitu melalui faktor internal atau dari dalam diri siswa itu sendiri. Selalu ada
keinginan untuk melakukan pelanggaran walaupun sebenarnya mereka
mengetahui bahwa setiap ada pelanggaran yang dilakukan siswa pasti akan
mendapatkan dampak yang tidak baik. Selain faktor internal adapula faktor
eksternal.
Seperti yang kita tahu bahwa ada banyak hal yang bisa mempengaruhi
perkembangan siswa atau dengan kata lain ada banyak hal yang melatar belakangi
penyebab terjadinya degradasi moral dikalangan pelajar saat ini ada faktor internal
yaitu pengaruh dari lingkungan keluarga, teman bermain dan juga lingkungan
sekolah. Kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai moral, kurangnya paham
agama yang didapatkan siswa, pengaruh-pengaruh yang datang dari lingkungan
tempat anak bermain dan di mana anak menempuh pendidikan. Itulah
menyebabkan peserta didik mencari tempat dimana ia bisa melakukan hal yang
membuat ia diperhatikan walaupun dengan cara yang salah, seperti hasil
wawancara dengan informan WC (14 Tahun) siswi yang duduk dikelas IX
menyatakan bahwa sebenarnya dirinya sendiri pun tidak ingin melakukan
pelanggaran-pelanggaran disekolah karena ia sendiri pun tahu bahwa setiap
pelanggaran yang dilakukan siswa pasti akan mendapatkan hukuman. Akan tetapi
karena kurangnya efek jera sehingga siswa ingin selalu mengulangi kesalahan
yang sama.
Ada juga faktor eksternal yang paling banyak menjadi alasan kemerosotan
moral anak yaitu Bisa dari lingkungan tempat peserta didik bermain, bisa dari
teman-teman yang dia temui dari dunia maya, dan bisa juga dari kemudahan
mendapatkan apa yang dia cari melalui teknologi yang sudah ada, Karena pada
jenjang ini dimana anak telah masuk kedalam fase puber anak akan senang
mengeksplorasi lingkungan sekitarnya, mereka akan lebih merasa nyaman saat
bermain bersama teman-temannya dan menghabiskan waktu diluar rumah apabila
ia tidak mendapatkan itu dilingkungan keluarganya. Seperti pada hasil wawancara
dengan KA (15 Tahun) sisiwa kelas IX D, rasa nyaman ketika ia bersama teman-
temannya menjadi alasan mengapa ia lebih condong kepada pendapat temannya
dari pada orang tuanya. Apalagi sekarang ini kita sudah dimanjakan dengan
adanya sosial media dan didukungnya dengan berbagai macam kartu dengan
kuota yang bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau.
Berbicara mengenai degradasi moral pada peserta didik, salah satu sekolah di
Luwu Timur tepatnya di Madrasah Tsawiyah Negeri 1 yang terletak di Kecamatan
Towuti yang bisa dikatakan sangat menjunjung terwujudnya peserta didik yang
beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia melalui pembelajaran yang diberikan di
sekolah. Moral atau akhlak peserta didik menjadi perhatian sekarang ini di
karenakan semakin hari ada-ada saja tingkah laku peserta didik yang membuat
para tenaga pendidik geleng-geleng kepala, dimulai dari perilaku mereka saat
menerima pelajaran ataupun saat berada di luar jam pelajaran. Kurangnya
perasaan malu berbuat salah juga menjadi salah satu alasan kenapa peserta didik
sekarang dengan mudah melakukan penyimpangan sosial.
Penyimpangan sosial yang dilakukan akibat pengaruh dari luar, karena
memang lingkungan dapat mengubah perilaku seseorang dalam sekejap tidak
perlu memakan waktu lama. Apalagi kita sekarang telah disuguhkan dengan
berbagai fasilitas yang sangat mudah digapai, hanya dengan handphone dan kartu
internet kita sudah bisa menjelajah disosial media dengan bebas. Tidak ada yang
bisa membatasi saat kita telah masuk kedalam dunia maya bahkan orang tua
sekalipun.
2. Peran sekolah dalam mengatasi degradasi moral di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur.
Dalam hal ini peran sekolah sangat penting dimana sekolah melakukan
kegiatan-kegiatan dan memberikan arahan dan didikan dalam menekan degredasi
moral siswa. Didikan yang diberikan dapat bersifat formal dan non formal. Di
mana pendidikan dan arahan secara formal diberikan oleh guru berupa sisipan-
sisipan ceramah dan nasehat sewaktu memberikan dan membawakan mata
pelajaran. Arahan dan binaan juga diberikan oleh guru terhadap siswa dengan
memberi ruang untuk mengisi waktu luang siswa dengan kegiatan-kegiatan yang
bersifat positif, sehingga waktu siswa dapat dimaksimalkan dengan kegiatan
ekstrakulikuler dari sekolah.
Binaan dan bimbingan saja tidak cukup diperlukan pemberian contoh dan
peraktik yang bersifat positif sehingga siswa mampu mencontoh dan meniru
perilaku yang dicontohkan oleh guru. Perilaku yang di contoh siswa adalah
perilaku yang mereka lihat dan mereka praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu bagi siswa guru merupakan panutan dalam sekolah dan merupakan
cerminan dan pedoman bagi siswa. Penanaman nilai-nilai agama juga diterapkan
terhadap siswa sehingga siswa dapat ditanamkan pada dirinya nilai-nilai agama
sehingga degradasi moral mampu ditekan dan mampu menanamkan niai-nilai
moral dalam diri siswa sesuai dengan apa yang diharapkan.
C. Kesesuaian teori dengan hasil penelitian
Dalam penjelasan kesesuaian teori dengan hasil penelitian menjelaskan
bagaimana teori yang digunakan dalam skripsi dapat memperkuat dan
mendukung terkait hal yang telah di teliti oleh peneliti. Sehingga
pembahasannya dapat dipertanggung jawabkan dengan bantuan penguatan
teori yang digunakan.
1. Faktor penyebab degradasi moral di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Luwu Timur
Keterkaitan teori dengan rumusan masalah adalah rumusan menjelaskan
mengenai faktor penyebab degradasi moral. Adapun faktor yang di dapatkan
oleh penulis dari beberapa sumber informan dan hasil observasi. Berdasarkan
(Baron dan Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001). Tentang perilaku sosial
yaitu, perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan,
kenangan atau rasa hormat terhadap orang lain. Teori tersebut sangat erat
kaitannya dengan faktor penyebab terjadinya degradasi moral dikalangan
siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur dikarenakan ada dua
faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi moral yaitu faktor internal atau
faktor yang berasal dari dalam diri seorang individu dan faktor eksternal atau
faktor yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor tersebut
menggambarkan perilaku sosial seseorang dalam menentukan atau memilih
lingku ngan hidup yang baik atau buruk, karena untuk menentukan kualitas
hidup tentunya dari individu itu sendiri dan juga sikap tolerasi terhadap
lingkungan mampu menopang moral siswa, misalnya dalam kehidupan sehari-
hari para siswa tentang memilih lingkungan yang baik di mana ketika siswa
telah mengetahui bahwa sesuatu yang mereka lakukan itu salah tentunya
mereka akan memilih lingkungan yang baik begitupun sebaliknya ketika siswa
mengetahui bahwa apa yang mareka lakukan baik tentunya harus menghindari
hal yang dapat membuatnya melanggar akan tetapi terkadang juga ada siswa
yang telah mengatahui sesuatu itu salah tetapi tetap mengejerkannya
tentunnya di dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut.
Dalam hal ini sesuai dengan hasil temuan yang ada di lapangan dimana siswa
mengalami perubahan baik tingkah laku maupun sikap. Perubahan perilaku
baik dari orang tua maupun orang yang disekitarnya. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor lingkungan di mana anak mencontoh setiap perbuatan dan tindakan
yang di lihat dan diaplikasikan dalam kehidupann sehari-harinya. Seperti
dalam teori yang digunakan dimana anak dikatakan belajar apabila mampu
berubah dalam segi pembelajaran maupun dari segi tingkah laku.
2. Peran sekolah dalam mengatasi degradasi moral di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur
Untuk rumusan masalah di atas penulis menggunakan konsep Ki Hajar
Dewantara dalam Wahab (2015:89) tentang pendidikan adalah upaya untuk
memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran
(intelek), dan tumbuh anak. Menurut Ki Hajar Dewantara pengembangan
manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang.
Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan
menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Pendidikan
yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan
peserta didik dari masyarakatnya. Menurut penulis keterkaitan konsep Ki
Hajar Dewantara dengan rumusan masalahnya yang mana pihak sekolah
yaitu tenaga pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur tidak
hanya memberikan pendidikan kepada siswa ketika sedang berada di dalam
kelas, tetapi pembelajaran juga di berikan melalui kegiatan-kegiatan non
akademik yang di selenggarakan sekolah. Karena perkembangan siswa tidak
bisa di lihat dari satu arah saja, melainkan harus dari segala arah. Dalam hal
ini sesuai dengan apa yang penulis dapatkan di lapangan bahwa sekolah
khususnya tenaga pendidik telah mengupayakan hal-hal yang dianggap bisa
menekan laju krisis moral yang dialami siswa dengan mengaktifkan semua
kegiatan-kegiata non akademik, dan terus memberikan dorongan-dorongan
atau motivasi kepada siswa.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarka hasil penelitian dan pembahasan diatas yang terkait dengan
data yang berhasil dihimpun tentang degradasi moral siswa di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur maka dapat diperoleh simpulan yaitu.
1. Degradasi moral adalah penyakit yang dialami peserta didik disetiap
instansi pendidikan, semua bisa itu berawal dari kurangnya penanaman
nilai-nilai moral sejak dini, dan juga tidak berjalannya fungsi keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Dan saat ini beberapa orang
tua menjadikan Madrasah sebagai tempat pelarian atas
ketidakmampuan mereka dalam pendidikan agama. Ketika mereka
tidak mampu untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak,
maka mereka akan menyerahkannya kepada Madrasah untuk dibina
dan dibimbing. Dan biasa menjadi masalah, karena pengetahuan yang
didapatkan di madarasah tidak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh
orang tua dirumah, akhirnya tidak singkron antara pendidikan
dimadraasah dan pendidikan orang tua dirumah.
2. Upaya yang dilakukan sekolah untuk mencegah degradasi moral
dengan mengaktifkan semua kegiatan non akademik dan selalu
melakukan evaluasi pada kinerja guru-guru dalam kegiatan akademik
serta membangun hubungan dengan setiap orang tua murid.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dipaparkan maka
saran dalam penelitian sebagai berikut :
1. Dalam hal ini penulis menyarankan agar sebaiknya setiap guru harus
menjadi idola bagi murid-muridnya, agar murid lebih mudah
menangkap apa yang disampaikam oleh guru.
2. Teruntuk para siswa cobalah menahan lelahnya belajar, dan
menanamkan nilai-nilai moral sejak dini sebagai bekal untuk kemudian
hari.
3. Untuk peneliti selanjutkan untuk menambah wawasan dan informasi
mengenai degradasi moral pada peserta didik. Semoga penelitian ini
menjadi langkah awal dan dapat menjadi acuan agar kedepannya
peneliti-peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dan
menemukan masalah-masalah lain dan upaya untuk mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmala, M. 2018. Urgensi Al-Sunnah Al-Nabawiyyah Approach dalam
Menghadapi Degradasi Moral Tutur Siswa. In Proceedings of Annual
Conference for Muslim Scholars.
Arief, Armai, 2010 Tantangan Pendidikan di Era Global, Artikel Jakarta : FAI-
UMJ.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta
Aspian, 2017. Peran Kepala Sekolah Madrasah dalam Mencegah Perilkaku
Menyimpang Siswa Madrasa Aliyah Al-Khairat Mekar Jaya Kecamatan
Maromo Utara Kabupaten Konawe Selatan. Diss. IAIN KENDARI .
Bahri, Saiful. 2015 ”Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Krisis
Moral di Sekolah”. Ta‟allum : Jurnal Pendidikan Islam.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Luwu Timur dalam Angka. Diakses pada
tanggal 16 Agustus 2018. Dari https://luwutimurkab.bps.go.id
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 Tahun 2003. Tentang Sitem
Pendidikan Nasional.
Erni K. 2010. Degradasi Moral Remaja Masa Kini. Kompasina.
Https://www.Kompasiana.com
Garizing, S. 2017. Degradasi Moral di Kalangan Peserta Didik di SMA Negeri 1
Pinrang. JURNAL SOSIALISASI
Kurnia, Erni, 2010 Degradasi Moral Remaja Masa Kini, Artikel.
Muthohar, Sofa. 2013 “Antisipasi Degradasi Moral di Era Global.” Nadwa.
Mugnifar Ilham. 2019. Pengertian siswa menurut para ahli. Https://Materi
Belajar.Co.id
Moleong. J, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya;
Bandung. 167 hlm.
Nurmalisca, Y dan M.M.A. 2016 Peran Lembaga Sosial Terhadap Pembinaan
Moral Remaja di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.
Nurul H. 2016.Kerisis moral generasi muda Indonesia. Dialektika Nusantara.
Https://Dialektika-Nusantara.Blogspot.com
Purwaningsih, Endang. 2012. Keluarga Dalam Mewujudkan Pendidikan Nilai
Sebagai Upaya Mengatasi Degradasi Nilai Moral. Jurnal Pendidikan
Sosiologi dan Humaniora.
Pratama, dehas Yudha 2016. Peranan Guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Dalam Menanggulani Degradasi Moralitas Peserta
Didik. FKIP UNPAS
Pratama D.Y, (2016) PERANAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN DALAM MENANGGULANGI
DEGRADASI MORALITAS PESERTA DIDIK ( Studi Deskriptif di
SMA Negeri 1 Sukahaji Kabupaten Majalengka). Skripsi (S1) thesis,
FKIP UNPAS.
Reza, Iredho Fani. 2013 Hubungan antara religiusitas dengan moralitas pada
remaja di Madrasah Aliyah (MA). HUMANITAS (Jurnal Psikologi
Indonesia).
Rini Dwiastuti 2017. Metode penelitian sosial ekonomi . Malang : UB Press.
Rusli Ibrahim. 2001. Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar.
Departemen Pendidikan Nasional. Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2000.
Saudah, Siti. 2014. Bahasa Positif Sebagai Sarana Pengembangan Pendidikan
Moral Anak. Al-Ulum.
Sugiyono 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R &D. Bandung: Alfabeta
Surur, Misbahus. 2010. Problematika Pendidikan Moral di Sekolah dan Upaya
Pemecahannya. Jurnal Fikroh.
Sutari Imam B. 1995. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: Andi
Ofseet.
Slavin, RE. 2000. Educational Psycology: Theory and Practice. Sixth Edition.
Boston. All and bacon.
Sofyan S. Willis 2017. REMAJA DAN MASALAHNYA (Mengupas Berbagai
Bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya).
Kota. Bandung. ALFABETA
Uno. B. Hamzah. 2008. Teori motivasi dan pengukurannya analisis bidang
pendidikan, Jakarta.
https://www.google.com/search?q=sejarah+luwu+timur&ie=utf-8. Sejarah Luwu
Timur. 3 Mei 2003.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
L
A
M
P
I
R
A
N
PEDOMAN OBSERVASI
Nama : Rosita
NIM : 10538326315
Judul Penelitian : DEGRADASI MORAL SISWA ( Studi pada Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu
Timur)
1. Identitas observasi
a. Informan yang diamati : Guru
b. Hari, tanggal : Senin, 18 November 2019
2. Aspek yang diamati
No. Aspek yang diamati Observasi
Keterangan Ya Tidak
1. Guru menerapkan tata tertib
sekolah.
2. Guru terlibat langsung dalam
mengatasi siswa yang
melanggar.
3. Guru ikut mengatasi Degradasi
moral
4. Guru perduli kepada para siswa
Makassar, 10 November 2020
Rosita
PEDOMAN OBSERVASI
Nama : Rosita
NIM : 10538326315
Judul Penelitian : DEGRADASI MORAL SISWA ( Studi pada Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu
Timur)
1. Identitas observasi
a. Informan yang diamati : Siswa
b. Hari, tanggal : Senin, 18 November 2019
No. Aspek yang diamati Observasi
Keterangan Ya Tidak
1. Siswa menerapkan nilai-nilai
agama
2. Apakah Siswa melakukan
pelanggaran di lingkungan
Makassar, 10 November 2019
Rosita
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl.Sultan Alauddin Tlp : (0411) 860132 Makassar 90221
PEDOMAN WAWANCARA
A. 1. Identitas
Nama :
Jabatan :
Tempat/ Lokasi :
2. Pertanyaan untuk Guru Sekolah MTs Negeri 1 Luwu Timur :
a. Bagaimana pendapat anda melihat kondisi siswa di MTs Negeri 1
Luwu Timur dari degradsi moral ?
b. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi moral?
c. Dengan penerapan aturan-aturan apakah ada perubahan yang anda
lihat dari tahun ketahun?
d. Apakah aturan-aturan yang diterapkan dapat mengatasi degradasi
mora?
e. Menurut ibu bagaimana siswa ?
f. Bagaimana langkah selanjutnya yang dilakukan pihak sekolah
dalam mencegah/mengatasi degradasi moral siswa?
g. Apakah guru berperan aktif dalal siswa di MTs Negeri 1 Luwu
Timur?
h. Bagaimana peran Kecamatan dalam menjaga generasi saat ini ?
i. Bagaimana partisipasi masyarakat serta lembaga-lembaga yang
bersangkutan dalam menjaga nama baik Belawa ?
B. 1. Identitas
Nama :
Jabatan :
Tempat/ Lokasi :
2. pertanyaan untuk Siswa MTs Negeri 1 Luwu Timur
a. Mengapa siswa tidak menaati tata tertib sekolah?
b. Bagaimana cara agar siswa tidak melakukan pelanggaran?
c. Menurut anda bagaimana peran guru dalam meningkatkan nilai-
nilai moral anda?
d. Bagaimana cara anda sebagai seorang siswa dalam memilih
lingkungan atau pergaulan ?
e. Menurut anda apakah sekolah membantu anda dalam pembelajaran
nilai-nilai moral?
f. Bagaimana menurut anda tentang degradasi moral di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Luwu Timur ?
g. Apa harapan anda untuk siswa dan guru pada saat ini?
81
DOKUMENTASI
82
Wawancara dengan Kepala Sekolah
Wawancara dengan guru Aqidah Aklak
83
Wawancara dengan guru di MT
Wawancara dengan beberapa siswi di MTs
84
85
86
Surat peringatan apabila melakukan pelanggaran
Kegiatan Ekstrakurikuler
87
Sosialisasi Kepada Orangtua Siswa
88
Proses pengembangan kepercayaan diri siswa melalui belajar mengajar
kegiatan tadarus al-quran oleh siswa setelah mengerjakan sholat.
89
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Nurlinda, S.Pd.I, M.Pd.I
Umur : 43 Tahun
Alamat : Dusun Tirowali
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Luwu Timur
2. Nama : Nurmila, S.Pd
Umur : 27 Tahun
Alamat : Jln. K. As‟ad
Jenis Kelamin : Perempuan
pekerjaan : Guru/ Wali kelas VII. D
3. Nama : Khairatun Nizar, S.Pd
Umur : 32 Tahun
Alamat : Jln. Setia
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru Bahasa Indonesia
4. Nama : Sitti Marwana
Umur : 15 Tahun
Alamat : Matompi
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Siswa Kelas IX C
5. Nama : Wiwi Cahyati
Umur : 15 Tahun
Alamat : Jln. K. As‟ad
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Siswa Kelas IX C
6. Nama : Nurifaizah
Umur : 15 Tahun
Alamat : Kampung Baru
Jenis Kelamin : Perempuan
90
Status : Siswa Kelas IX D
7. Nama : Zahra Azizah
Umur : 15 Tahun
Alamat : Kampung Baru
Jenis Kelamis : Perempuan
Status : Siswa Kelas IX D
8. Nama : Suci Wulandari
Umur : 14 Tahun
Alamat : Masiku
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Siswa Kelas VIII C
91
RIWAYAT HIDUP
r
ROSITA lahir di Tarakan, 26 Februari 1997. Lahir
sebagai anak kelima dari enam bersaudara. Merupakan
buah cinta dari pasangan Ayahanda tercinta Muhasir
dengan Ibunda tercinta Baharia. Penulis tumbuh dan besar
dengan keluarga yang harmonis dan sederhana. Penulis
memulai pendidikannya di SDN 272 Parahua tamat pada
tahun 2009. Kemudian pada tahun yang sama
melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menegah Pertama
di SMPN 1 Towuti dan tamat pada tahun 2012. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Luwu
Timur Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur dan tamat pada tahun
2015. Pada tahun 2015 penulis mendaftar di Universitas Muhammadiyah
Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan diterima di jurusan
Pendidikan Sosilogi pada program studi Pendidikan Strata 1 (S1). Pada
tahun 2020 menyelesaikan program studi Pendidikan Strata 1 (S1) pada
jurusan Pendidikan Sosiologi.