definisi-patogenesis

9

Click here to load reader

Upload: syukron-chalim-sardjono

Post on 14-Aug-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dbd

TRANSCRIPT

Page 1: Definisi-patogenesis

1. Definisi

Malaria merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut maupun kronis yang

disebabkan oleh protozoa intrasel dari genus Plasmodium. Ada empat parasit yang dapat

menginfeksi manusia, yaitu P.malariae, P.vivax, P.falciparum dan P.ovale. P.falciparum

paling sering didapati pada daerah tropis dan sering menyebabkan kematian pada manusia

karena dapat menginvasi sel darah merah pada semua usia dan sering resisten terhadap

obat-obat anti malaria (Nugroho, 2000).

2. Epidemiologi

Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah tropis maupun

subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat. Kini Malaria terutama dijumpai

di Meksiko, sebagian Karibia, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Sub-sahara, Timur

tengah, India, Asia Selatan, Indo Cina, dan pulau-pulau di Pasifik Selatan. Diperkirakan

prevalensi malaria di seluruh dunia berkisar antara 160-400 juta kasus pertahun

(Nugroho, 2000).

Di Indonesia malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang

berbeda-beda dengan ketinggian sampai 1800 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia

terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38000 kematian setiap tahun dan diperkirakan 35%

penduduk Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular malaria (Nugroho, 2000).

3. Transmisi

Malaria ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi

malaria, atau melalui inokulasi langsung dari sel darah yang terinfeksi. Seperti melalui

transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, dari ibu hamil ke bayi

yang dikandungnya, dan dari transplantasi organ (Nugroho, 2000).

4. Siklus Hidup Plasmodium

Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan

nyamuk Anopheles.

a. Siklus hidup pada manusia

Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit

yang berada di kelenjar air liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama

kurang lebih ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi

tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10 000-30

000 merozoit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer

yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.15-17 Merozoit yang berasal dari

skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah

Page 2: Definisi-patogenesis

merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit

sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual

ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan

merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut

siklus eritrositer. Siklus eritrositer ini menyebabkan timbulnya gejala malaria

(Nugroho, 2000).

Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel

darah merah akan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina)

(Nugroho, 2000).

b. Siklus hidup pada nyamuk Anopheles betina

Nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di

dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot.

Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk.

Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya

menjadi sporozoit,15 dan bermigrasi ke kelenjar air liur nyamuk.1 Sporozoit ini

bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. Siklus hidup malaria dapat dilihat

pada gambar di bawah (Nugroho, 2000).

Page 3: Definisi-patogenesis

5. Manifestasi Klinis

Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan olehPlasmodium mempunyai

gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses

skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol)

atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak

terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa

gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan

splenomegali (Nugroho, 2000).

Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:

a. Masa inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit

(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae), beratnya infeksi

dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga

cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya

transfuse darah yang mengandung stadium aseksual) (Nugroho, 2000).

Tabel ni diis tabel berapa y lis,km urutin

Plasmodium Masa Inkubasi (hari)

P. Falciparum 9-14 (12)

P. Vivax 12-17 (15)

P. Ovale 16-18 (17)

P. Malariae 18-40 (28)

b. Keluhan-keluhan prodromal

Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa:

malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,

anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di

punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P.

falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas (Nugroho, 2000).

c. Gejala-gejala umum

Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym)

secara berurutan:

Page 4: Definisi-patogenesis

1) Periode dingin

Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering

membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering

seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode

ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya

temperatur (Nugroho, 2000).

2) Periode panas

Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan

panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka

selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah

dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat

sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat (Nugroho, 2000).

3) Periode berkeringat

Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita

merasa lelah dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan

dapat melakukan pekerjaan biasa (Nugroho, 2000).

Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering

ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari

serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis (Nugroho,

2000).

6. Patogenesis

a. Demam

Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang

mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel

makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin,

antara lain TNF (Tumor Nekrosis Factor). TNF akan dibawa aliran darah ke

hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam.

Proses skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-

beda, P.falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P.vivax/ovale 48 jam, dan

P.malariae 72 jam. Demam pada P.falciparum dapat terjadi setiap hari,

P.vivax/ovale selang waktu satu hari, dan P.malariae selang waktu 2 hari

(Departemen Kesehatan RI, 2008).

Page 5: Definisi-patogenesis

b. Anemia

Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun

yang tidak terinfeksi. P.falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah,

sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. P.vivax/ovale hanya

menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh

jumlah sel darah merah. Sedangkan P.malariae menginfeksi sel darah merah tua

yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang

disebabkan oleh P.vivax, P.ovale, dan P.malariae umumnya terjadi pada keadaan

kronis (Departemen Kesehatan RI, 2008).

c. Splenomegali

Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium

dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini

akan menyebakan limpa bekerja lebih keras dari biasanya, akibatnya limpa akan

membesar (Departemen Kesehatan RI, 2008).

d. Malaria berat

Malaria berat akibat P.falciparum mempunyai patogenesis yang khusus.

Eritrosit yang terinfeksi P.falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu

tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler organ dalam

tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob

yang berisi berbagai antigen P.falciparum. pada saat terjadi proses sitoadherensi,

knob tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler. Akibat proses

ini terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh kapiler yang

menyebabkan terjadinya iskemia jaringan (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh proses terbentuknya rosette

yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berparasit dengan sel darah merah

lainnya. Pada proses sitoadherensi ini diduga juga terjadi proses imunologik yaitu

terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF, interleukin), dimana

mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan

tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Page 6: Definisi-patogenesis

DAPUS

Nugroho A & Tumewu WM. 2000. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis

dan Penanganan. Jakarta: EGC, Hal: 38-52.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.

diakses dari

http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Pedoman_Penatalaksana_Kasus_Mal

aria_di_Indonesia.pdf pada tanggal 31 Januari 2013.