dayu proposal benar.docx

62
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) di Sekolah Dasar (SD) memuat berbagai macam materi yang terdiri dari geogafi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Mata pelajaran IPS disusun sedemikian rupa secara sistematis, komprehensif, dan terpadu sesuai dengan kehidupan di masyarakat. Melalui pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap bidang studi yang berkaitan. Pembelajaran IPS merupakan meteri yang sulit, berdasrkan observasi peneliti bahwa banaknya materi pembelajaran IPS membutuhkan hafalan, cara guru menyamaikan pelajaran sulit di terima, kurangnya keterlibatan mental siswa dalam pembelajaran, karea metode mengajarnya kurang berfariasi. Berdasarkan hal tersebut di atas keberhasilan yang dicapai guru dalam mengajar tidak terlepas dari

Upload: sitiatikha

Post on 11-Nov-2015

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

27

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIlmu Pengetahuan sosial (IPS) di Sekolah Dasar (SD) memuat berbagai macam materi yang terdiri dari geogafi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Mata pelajaran IPS disusun sedemikian rupa secara sistematis, komprehensif, dan terpadu sesuai dengan kehidupan di masyarakat. Melalui pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap bidang studi yang berkaitan. Pembelajaran IPS merupakan meteri yang sulit, berdasrkan observasi peneliti bahwa banaknya materi pembelajaran IPS membutuhkan hafalan, cara guru menyamaikan pelajaran sulit di terima, kurangnya keterlibatan mental siswa dalam pembelajaran, karea metode mengajarnya kurang berfariasi. Berdasarkan hal tersebut di atas keberhasilan yang dicapai guru dalam mengajar tidak terlepas dari pengaruh pemilihan metode pembelajaran yang sesuai engan karakteristik siswa. Pada dasarnya semua metode itu baik yang teradisional maupun yang modern masing-masig mempunyai kelebihan dan kelemahan namun pada penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode Make A Match. Karena menurut peneliti metode ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD Inpres 1 Balinggi sekaligus sebagai variasi dalam mengajar agar siswa tidak bosan dalam pembelajaran. Berdasarkan informasi guru kelas V pada mata pelajaran IPS hanya 10 % siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan ketuntasan belajar yang di capai siswa-siswi kelas V SD Inpres 1 Balinggi hanya 50% (data wawancara guru kelas V). berdasarkan data tersebut berarti hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 65%. Dapat dilihat bahwa permasalahan yang dihadapi kelas V SD Inpres 1 Balinggi adalah masih rendahnya hasil belajar IPS yang belum memenuhi batas KKM yang telah di tetapkan dibutuhkan suatu perbaikan metode pembelajaran yang lebih menarik perhatian siswa. Metode pembelajaran Make A Match (mencari pasangan) adalah metode pembelajaran yang diasumsikan peneliti cukup efektif membuat siswa berpartisipasi dalam suatu permainan mencocokkan berpasangan. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan Metode ini juga dapat membuat anak menjadi aktif dan bertanggung jawab terhadap tugas apapun yang diembannya.Oleh karena itu, penelitian ini akan menerapkan metode pembelajaran Make A Match dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran IPS. Maka peneliti mengangkat judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Make A Match Kelas V SDN Inpres 1 Balinggi.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan adalah Apakah metode pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN Inpres 1 Balinggi pada mata pelajaran IPS?.

1.3 Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Inpres 1 Balinggi Pada Pelajaran IPS SD melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match.

1.4 Manfaat PenelitianAdapun manfaat penelitian ini sebagai berikut.1) Untuk guru, diharapkan bermanfaat dalam upaya meingkatkan kualitas pembelajaran IPS SDN Inpres 1 Balinggi di kelas V.2) Untuk siswa, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS di SDN Inpres 1 Balinggi di kelas V.3) Untuk komponen terkait yakni Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan dalam menyusun program peningkatan kualitas sekolah.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian Yang RelevanPenelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan dua penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Iin Karlina dkk (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Pembelajaran di Sekolah Dasar dengan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match. Persamaan tersebut terdapat pada pengkajian topik yang sama tentang model Make A Match, metode pengumpulan datanya dengan, observasi dan dokumentasi. Jenis penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Sedangkan perbedaannya terletak pada penelitian sebelumnya meneliti tentang motivasi belajar sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang hasil belajar siswa, penelitian sebelumnya pada seluruh mata pelajaran di SD sedangkan pada penelitian ini pada pelajaran IPS kelas 5 SD.

2.2 Kajian Pustaka2.2.1 Metode Pembelajaran Make A Match2.2.1.2 Pengertian Make A MatchMake A Match merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Make A Match dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan Make A Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Sugiyanto dalam Iin Karlina dkk, 2011). Metode pembelajaran mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Suprijono (dalam Iin Karlina dkk, 2011) menyatakan bahwa yang perlu dipersiapkan dalam metode pembelajaran Make A Match adalah kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan kartu yang lain berisi jawaban. Menurut Ramadhan (dalam Iin Karlina dkk, 2011) menyatakan bahwa salah satu keunggulan metode Make A Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Berdasarkan pendapat di atas, pada dasarnya pembelajaran kooperatif selalu berkelompok dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran yang meng-utamakan kegiatan berkelompok maka, pe-serta didik cenderung melatih kerjasama antar anggota kelompok.

2.2.1.2 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Make A MatchLangkah-langkah penerapan metode Make A Match menurut Lie (2008: 45) sebagai berikut: 1. Guru menyajikan materi pelajaran;2. Guru membagikan tugas untuk dikerjakan siswa; 3. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; 4. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/ jawaban; 5. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; 6. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya; 7. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin;8. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya (tidak dapat me-nemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapat hukuman, yang telah di-sepakati bersama; 9. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa men-dapatkan kartu yang berbeda dari se-belumnya, demikian seterusnya; 10. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok; 11. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

2.2.1.3 Kelebihan Metode Pembelajaran Make A MatchKelebihan metode Make A Match menurut Lie (2008: 46) adalah sebagai berikut; meningkatkan partisipasi siswa dalam pem-belajaran, cocok untuk tugas sederhana, siswa lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi dalam pembelajaran lebih mudah dan cepat membentuknya. Sedangkan kekurangan model Make A Match antara lain; banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide yang muncul, jika ada perselisihan tidak ada penengah.

2.2.2 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 2.2.2.1 Pengertian Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan. (Sudjatmiko, 2003:10).

Belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi- potensi yang dibawanya sejak lahir. Aktualisasi potensi ini sangat berguna bagi manusia untuk dapat menyesuaikan diri demi pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan manusia makin lama makin bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan tersebut. Hamalik (1994: 27) mengemukakan pendapat tentang belajar sebagai berikut: Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pelatihan dan pengalaman, bukan semata- mata hasil yang dicapai tetapi proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman sehingga terjadi modivikasi tingkah laku seseorang atau terjadi perkuatan pada tingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya.

Perubahan tingkah laku dalam belajar dikarenakan adanya latihan dan pengalaman. Pengalaman adalah suatu interaksi antara individu dengan lingkungan pengamatannya. Ketika individu tersebut berinteraksi dengan lingkungannya maka ia akan memperoleh pengertian, sikap dan keterampilan. Perubahan yang terjadi tanpa ada latihan dan pengalaman bukan disebut belajar, seperti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan dan kematangan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2003:2).

Sedangkan W.S. Winkel menyatakan sebagai berikut :

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. (W.S. Winkel dalam Darsono, 2000:4)

Dengan demikian belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh perubahan pada diri seseorang yang berupa tingkah laku, pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan sikap karena pengalaman atau interaksi dengan lingkungan. Pembelajaran yang efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa, siswa aktif dan guru sebagai fasilitator. Perubahan merupakan konsep pokok yang terdapat dalam pengertian belajar. Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang- kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar- benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dengan demikian perubahan tingkah laku dalam belajar merupakan perubahan yang benar-benar disadari bahkan individu yang belajar merasakan perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut secara keseluruhan meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam belajar tidak hanya untuk beberapa saat saja, melainkan perubahan tersebut berlangsung secara berkesinambungan serta berguna bagi proses belajar berikutnya. Rogers mengemukakan beberapa prinsip belajar yang manusiawi yaitu : a. Hasrat belajar, artinya setiap orang memiliki keinginan untuk belajar secara kodrati; b. Belajar bermakna, artinya keberhasilan belajar antara lain ditentukan oleh bermakna tidaknya bahan yang dipelajari. Kebermaknaan ini dikaitkan dengan kehidupan nyata. c. Belajar tanpa ancaman, artinya belajar sebagaimana suatu kegiatan kompleks yang menuntut kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, tidak selalu lancar. d. Belajar atas inisiatif sendiri, artinya belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pikiran dan perasaan sendiri, membuat belajar lebih bermakna. (Rogers dalam Darsono, 2000:2-22)

Apabila prinsip- prinsip belajar tersebut dikaitkan dengan belajar dan pembelajaran di sekolah yang sifatnya formal maka semua komponen dalam proses belajar dan pembelajaran harus direncanakan secara sistematis. Komponen guru sangat berperan dalam membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Jadi seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang profesional dam membelajarkan siswa- siswanya. Oleh sebab itulah pengajar perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran. Pokok pemikiran menurut Lie adalah sebagai berikut : a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Guru menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu- waktu dapat diproses dan dikambangkan lebih lanjut. b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. c. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan belajar harus lebih menekankan pada proses dari pada hasil. d. Dalam belajar terjadi interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Kegitan belajar adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan orang lain dan membangun pengetahuan dan pengertian bersama. (Lie, 2002:5)

Berdasarkan beberapa pokok pemikiran diatas, dapat disumpulkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar di sekolah lebih menekankan pada proses dari pada hasil. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa menjadi subyek didik terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga ia betul- betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Siswa menjadi inti dalam kegiatan belajar, sedangkan guru melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa seoptimal mungkin sehingga siswa tersebut mampu mengubah tingkah lakunya menjadi lebih baik.

2.2.2.2 Hasil Belajar Menurut Purwanto (1992: 43) tes hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. Di dalam pendidikan terdapat macam-macam alat penilaian yang dipergunakan untuk menilai proses yang telah dilakukan dengan anak didik.Bloom dalam Purwanto (1992: 46) membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi 6, yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Penulis menjabarkannya sebagai berikut.1. Pengetahuan hafalan ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta siswa untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya.2. Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.3. Kemampuan aplikasi atau penerapan adalah kemampuan menggunakan apa yang telah diketahui dalam situasi baru bagi siswa.4. Tingkat analisis adalah tingkat kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau situasi tertentu dalam komponen-komponen dan unsur-unsur pembentuknya.5. Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh.6. Evaluasi adalah suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan suatu kriteria tertentu.Sudjana mengemukakan tentang definisi hasil belajar sebagai berikut: bahwa hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Sudjana (1999:22) juga mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana, 1999:3).

Memperhatikan berbagai pengertian belajar dan hasil belajar yang dikemukakan ahli seperti tersebut di atas, dapat diambil pengertian umum tentang belajar dan hasil belajar, yaitu belajar adalah suatu proses, dimana proses tersebut menghasilkan suatu perubahan dan perubahan tersebut sebagai hasil belajar. Secara umum hasil belajar dapat diartikan sesuatu yang dicapai oleh siswa setelah terjadi proses belajar mengajar. belajar akan mengubah diri seseorang yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bias menjadi bisa, dan dari yang tidak biasa menjadi biasa. Jadi belajar itu merupakan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Sudjana mengemukakan pendapatnya mengenai tujuan pendidikan sebagai berikut: Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban / reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. (Sudjana, 1992:22)

Slameto mengemukakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut : Tercapainya suatu hasil belajar tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar tersebut, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dari individu yang sedang belajar, meliputi : Faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah antaralain: faktor kesehatan dan cacat tubuh, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar diri siswa sendiri, meliputi : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor sekolah diantaranya adalah kualitas pengajaran atau tinggi rendahnya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. (Slameto, 2003:54)

Menurut Sudjana ada faktor yang mempengaruhi kualitas pengajaran, yaitu : a. Kompetensi guru. Guru sangat menentukan kualitas pengajarn karena guru adalah sutradara dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus pandai- pandai dalam merencanakan pengajaran, termasuk memilih pendekatan maupun metode pengajaran. b. Karakteristik kelas, meliputi : besar kecilnya kelas, suasana belajar, fasilitas dan sumber belajar. c. Karaktristik sekolah, berkaiatan dengan disiplin sekolah, perpustakaan letak geografis lingkungan sekolah, estika dalam artian sekolah memberikan perasaan nyaman dan kepuasan belajar, bersih, rapi, dan teratur. (Sudjana, 1989:41-43)

Berdasarkan dari faktor yang mempengaruhi kualitas pengajaran tersebut diatas, membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya, Karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dan dirancang dengan melibatkan kolaboratif antara peneliti dengan guru sebagai observer. PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. (Wina Sanjaya, 2009)

3.2 Desain PenelitianPenelitian tindakan kelas dibagi dalam tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observe), serta refleksi (reflect). Kemmis dan McTaggart dalam Suwarsih Madya (1994:2), yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.Model PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Adapun alur kegiatan penelitian tindakan menurut Kemmis dan McTaggart adalah:

Gambar Alur PTKKeterangan :1. Perencanaan1. Tindakan dan Observasi 11. Refleksi 11. Rencana terevisi 11. Tindakan dan Observasi II1. Refleksi II1. Rencana terevisi II1. Tindakan dan Observasi III1. Refleksi III

a. Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakana. Perencanaan Perencanaan tindakan kegiatan dimulai dengan: 1) Membuat instrumen kegiatan pembelajaran yaitu:a. Lembar kegiatan pembelajaran, yakni urutan rencana pembelajaran bagi guru, media dan metode yang akan diterapkan.b. Lembar kegiatan dijadikan petunjuk dan arahan kegiatan pembelajaran. 2) Membuat instrumen pengumpul data a. Lembar observasi aktivitas siswa dengan observer.b. Post tes 3) Mempersiapkan media dan metode yang disesuaikan dengan materi pelajaran.b. Pelaksanaan dan tindakan 1) Guru menyajikan materi pelajaran;2) Guru membagikan tugas untuk dikerjakan siswa; 3) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; 4) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/ jawaban; 5) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; 6) Setiap siswa mencari pa-sangan kartu yang cocok dengan kartunya; 7) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin;8) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya (tidak dapat me-nemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapat hukuman, yang telah di-sepakati bersama; 9) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa men-dapatkan kartu yang berbeda dari se-belumnya, demikian seterusnya; 10) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok; 11) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, pada tiap siklus guru menggunakan metode Make A Match dan media yang disesuaikan materi pelajaran. Selanjutnya diberikan evaluasi tiap siklus yang hasilnya sebagai bahan perencanaan dan perbaikan untuk siklus selanjutnya. 3. Observasi Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas peserta didik. 4. Refleksi Refleksi ini diadakan berdasarkan dari catatan dan pengamatan yang telah dilakukan oleh guru dan peneliti. Peneliti bersama dengan guru kemudian membahas dampak yang dihasilkan dan membandingkan dengan keadaan sebelum diberi tindakan.

3.3 Tempat dan Waktu PenelitianTempat penelitian ini dirancang akan dilaksananakan di SDN Inpres I Balinggi dan waktu penelitian ini direncanakan selama 2 bulan.

3.4 Subyek PenelitianSubyek penelitian ini adalah adalah Kelas V SDN Inpres I Balinggi yang berjumlah 17 orang.

3.5 Jenis dan Sumber Data1. Data KualitatifDalam penelitian ini data kualitatif yaitu hasil observasi kegiatan guru dan siswa, serta hasil tes yang dinarasikan dalam subyek penelitian.2. Data KuantitatifDalam penelitian ini data kuantitatif yaitu tes hasil belajar Pelajaran IPS siswa kelas IV dalam bentuk angka dan presentase.3. 6 Teknik Pengumpulan DataTeknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut meliputi pengamatan (observasi) dan tes yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Observasi Menurut H.B. Sutopo (2006: 75) teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Dalam teknik observasi ini dapat dibagi menjadi (1) tak berperan sama sekali, (2) observasi berperan yang terdiri dari (a) berperan pasif, (b) berperan aktif, dan (c) berperan penuh (Spradley dalam H.B. Sutopo, 2006: 75). Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi berperan serta secara pasif. Observasi ini dilakukan oleh guru kelas V SDN Inpres 1 Balinggi dan peneliti dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi terhadap guru SDN Inpres 1 Balinggi difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS. Observasi terhadap kinerja juga diarahkan pada kegiatan guru kelas V SDN Inpres 1 Balinggi dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu observasi terhadap siswa Kelas V SDN Inpres 1 Balinggi difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran.2. Tes Menurut Zainal Arifin dalam Agus Suriamiharja (1997: 5) tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik atau siswa, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik atau siswa tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu. Adapun tes dalam penelitian ini dilaksanakan setiap akhir pembelajaran atau pada saat pemberian evaluasi. Tes yang diberikan kepada siswa kelas V SD Inpres I Balinggi berupa tes yang terdiri dari 10 nomor. 5 nomor di siklus I dan 5 nomor di siklus II.

3.7 Teknik Analisis Data a. Analisis Data Kuantitatif1. Daya serap individu x 100%Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika presentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65%. 2. Persentase tuntas klasikalx 100%Suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal jika prsantase daya serap klasikal sudah mencapai 75%.b. Analisis Data Kualitatif1. Reduksi dataYang dimaksud dengan mereduksi data adalah merangkum hal-hal yang pokok dan penting. Dengan demikian data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai minat beljar siswa dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan dan mencari data selanjutnya.2. Penyajian DataSetelah direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi. Melalui penyajian data maka data dapat terorganisasikan, tersusun dengan pola hubungan, sehingga lebih mudah memahami dan merencanakan langkah selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.3. Penarikan Kesimpulan Langkah terakhir dalam menganalis data adalah penarikan kesimpulan. Adapun indicator keberhasilan tindakan dapat dilihat dari ketercapaian tindakan apabila persentase daya serap individu 70 % dan peresentase ketuntasan belajar secara klasikal 75 % .Adapun kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu: a. 75% < NR 100% = sangat baikb. 50% < NR 75% = baikc. 25% < NR 50% = cukupd. 0% < NR 25% = kurang4. Indikator KeberhasilanIndikator keberhasilan dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang memenuhi KKM yaitu 70 terhadap aktifitas siswa dan pengelolan pembelajaran oleh guru atau peneliti. Penelitin ini dinyatakan berhasil jika dari indicator dalam observasi dan nilai rata-rata telah berada dalam katagori baik atau sangat baik. Hal ini berarti siswa memiliki mint yang baik atau sangat baik terhadap materi yang diajarkan selama pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Kartini, Tien. 2007. Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I. Jurnal Pendidikan Dasar, 8.

Subakti, Y.R. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konsstruktivisme. Jurnal SPSS (24), 1.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Jakarta : Sinar Baru Algesindo.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. DePorter, Bobby. 2004.Quantum Learning Membiasakan Anak Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 1999. Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Wina, Sanjaya. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Alfabeta.Iskandar, Harun. 2010. Tumbuhkan Minat Kembangkan Bakat. Jakarta : ST Book.Ischak dkk. 2004. Materi Pokok Pendidikan IPS di SD Modul 1-9. Jakarta : Universitas Tebuka.

Hamid Hasan, S. 1997. Kurikulum dan Buku Teks Sejarah dalam Kongres Nasional Sejarah 1996 Jakarta Sub Tema Perkembangan Teori dan Metodologi dan Orientasi Pendidikan Sejarah. Jakarta : Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Jumardan. 2005. Hubungan Antara Minat Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negri 4 Palu, Skripsi, FKIP UNTAD Palu.

Tampubolon. 1993. Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung: PT Angkasa.Iftitah, Nani. 2012. Meningkatkan Minat Belajar Anak melalui pemberian motivasi di kelompok B TK Kemuning Malang, Jurnal Pendidikan Dasar, 10.

Karlina, Iin dkk. Peningkatan Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dengan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match, Jurnal Pendidikan Dasar, 7

LEMBAR OBSERVASI HASIL BELAJAR SISWA

Materi : Hari / Tanggal : Petunjuk:Isilah lembar observasi ini berdasarkan data yang dikumpulkan dalam setiap mengamati kegiatan belajar siswa. Berilah skor antara 1 sampai dengan 5 pada kolom yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan siswa.Kelompok:DESKRIPSI PENGAMATANNo. Anggota Kelompok

12345

1. Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaran

.

2. Siswa aktif bertanya kepada guru atau teman mengenai materi yang belum dipahami

3. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu

.

4. Siswa aktif berdiskusi dengan teman-temen dalam menyelesaikan tugas.

5. Siswa tidak mudah putus asa dalam mengerjakan sesuatu di kelas

6. Siswa tidak malu apabila mengalami kegagalan dan mampu untuk bangkit lagi menjadi lebih baik

7. Siswa berusaha mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuannya.

Palu, ..................................

(..........................................)

LEMBAR OBSERVASI GURU

Sekolah Dasar:Kelas: Jam Ke:Mata Pelajaran:Nama Pengamat:Hari/Tanggal:

Petunjuk PengisianBerilah tanda check ( ) pada kolomyang sesuai dengan keadaan yang anda amati!NoButir-butir sasaranYaTidak

1Guru mengucapkan salam

2Guru mempergunakan pembukaan pelajaran

3Guru mengabsen/menyebut nama

4Suara guru jelas

5Guru memakai media

6Guru memakai alat peraga

7Guru terampil menggunakan media

8Guru sering bertanya kepada murid

9Perhatian guru menyeluruh

10Pertanyaan guru diajukan keperorangan

11Pertanyaan guru diajukan kepada kelas

12Guru mengadakan demonstrasi

13Guru memanfaatkan penguatan

14Murid dibagi perkelompok

15Guru membagi tugas perkelompok

16Guru memberi tugas perorangan

17Guru memberi tugas rumah

18Contoh yang diberikan guru tepat

19Sikap guru serius

20Dikap guru santai

21Guru menulis dipapan tulis

22Guru sering memeriksa catatan siswa

23Guru terpaku duduk dikursi

24Guru sering jalan kebelakang, samping dan tengah

25Guru membuat rangkuman pembelajaran

26Evaluasi diberikan pada:

Setiap TIK

a. Secara lisan

b. Secara tertulis

Pada akhir pelajaran

a. Secara lisan

b. Secara tertulis

Pengamat

()

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN( RPP )

Satuan Pendidikan: SD/MIMata Pelajaran : Ilmu pengetahuan SosialKelas/Semester: V/IIAlokasi waktu: 2 x 35 menit (1x Pertemuan)

I. Standar Kompetensi: 3. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan IndonesiaII. Kompetensi Dasar1. Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

III. IndikatorPemahaman1. Menyebutkan Negara manakah yang pernah menguasai Indinesia2. Mengetahui tujuan bangsa belanda datang ke indonesia

Afektif 3. Menghargai perjuangan rakyat indonesia pada masa penjajahan belanda.

IV. Tujuan PembelajaranKognitif Setelah melaksanakan proses pembelajaran di kelas siswa diharapkan:1. Siswa dapat menyebutkan Negara manakah yang pernah menguasai Indinesia2. Siswa dapat mengetahui tujuan bangsa belanda datang ke indonesia

Afektif3. Dengan Pemahamannya siswa dapat Menghargai perjuangan rakyat indonesia pada masa penjajahan belanda.

V. Materi PembelajaranA. Perjuangan Melawan Penjajahan BelandaBangsa Belanda pernah menguasai Indonesia lebih dari 300 tahun. Dalam kurun waktu itu, berkali-kali rakyat Indonesia mengadakan perlawanan. Pada bagian ini kita akan membahas tentang kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia, bentuk-bentuk penindasan Bangsa Belanda, dan perjuangan menentang penjajahan Bangsa Belanda.1. Kedatangan bangsa belanda ke Indonesia Bangsa Eropa mulai mencari barangbarang kebutuhan sehari-hari, seperti buah-buahan, rempah-rempah, wol, porselin , dan lain-lain dari negara-negara di luar Eropa. Indonesia, terkenal sebagai tempat penghasil rempah-rempah. Rempah- rempah yang dihasilkan bangsa Indonesia digunakan sebagai bahan obatobatan, penyedap makanan, dan pengawet makanan. Maka, berlomba-lombalah Bangsa Eropa untuk mendapatkan empah-rempah dari Indonesia. Bangsa Belanda sampai ke Indonesia pada tanggal 22 Juni 1596. Armada Belanda berhasil mendarat di Banten, Jawa Barat. Pada awalnya, kedatangan Bangsa Belanda disambut baik oleh Sultan Banten. Kegiatan perdagangan menjadi amai. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Bangsa Belanda berubah menjadi serakah dan kasar. Sikap itu menyebabkan mereka dimusuhi dan diusir dari Banten.2. Penindasan lewat VOCDua tahun setelah kedatangan pertama, bangsa Belanda datang lagi ke Indonesia. Kali ini mereka bersikap baik dan ramah. Belanda dapat diterima kembali di Indonesia. Banyak pedagang Belanda datang ke Indonesia. Hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan dagang dan pertikaian di antara mereka. Akibatnya, harga rempah-rempah tidak terkendali. Untuk menghindari pertikaian yang lebih parah pada tanggal 20 Maret 1602 dibentuk Perkumpulan Dagang Hindia Timur atau Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Mula-mula kegiatan VOC hanya berdagang. Akan tetapi, lama-kelamaan VOC berusaha menguasai perdagangan (monopoli). Untuk mewujudkan maksud itu VOC membentuk tentara, mencetak mata uang sendiri, dan mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat. Di Maluku VOC melakukan Pelayaran Hongi (patroli laut) untuk mengawasi rakyat Maluku agar tidak menjual rempah-rempah mereka kepada pedagang lain. Untuk mempertahankan harga, VOC juga memerintahkan penebangan sebagian pohon rempah-rempah milik rakyat. VOC memberikan hukuman berat kepada rakyat yang melanggar aturan monopoli itu.Pusat-pusat perdagangan yang dikuasai VOC adalah Ambon, Jayakarta, dan Banda. Pusat perdagangan Jayakarta direbut Belanda pada masa Gubernur Jenderal J.P. Coen. Ia mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia. Coen kemudian membangun kota Batavia dengan gaya Belanda. Kantor VOC yang semula ada di Ambon dipindahkan ke Batavia. VOC mampu berdiri dalam waktu yang sangat lama. Pada Tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan. VOC dibubarkan karena sebab-sebab berikut ini. 1. Pejabat-pejabat VOC melakukan korupsi dan hidup mewah.2. VOC menanggung biaya perang yang sangat besar3. Kalah bersaing dengan pedagang Inggris dan Prancis.4. Para pegawai VOC melakukan perdagangan gelap.Pada tanggal 1 Januari 1800, kekuasaan VOC di Indonesia digantikan langsung oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Semua hutang VOC ditanggung oleh Kerajaan Belanda. Sejak saat itu, Indonesia diperintah lansung oleh pemerintah Belanda. Pemerintahan Kerajaan Belanda atas wilayah Indonesia ini berlansung sampai tahun 1942. Pemerintah Belanda di Indonesia dinamakan Pemerintahan Hindia Belanda

3. Penindasan lewat kerja paksa, penarikan pajak, dan tanam paksaPada tahun 1806, Napoleon Bonaparte berhasil menaklukkan Belanda. Napoleon mengubah bentuk negara Belanda dari kerajaan menjadi republik. Napoleon ingin memberantas penyelewengan dan korupsi serta mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris. Ia mengangkatHerman Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal di Batavia. Untuk menahan serangan inggris, Daendels melakukan tiga hal, yaitu:1. menambah jumlah prajurit,2. membangun pabrik senjata, kapal-kapal baru, dan pos-pos pertahanan,3. membangun jalan raya yang menghubungkan pos satu dengan pos lainnya.

Daendels memberlakukan kerja paksa tanpa upah untuk membangun jalan. Kerja paksa ini dikenal dengan nama kerja rodi. Rakyat dipaksa membangun Jalan Raya Anyer-Panarukan yang panjangnya sekitar 1.000 km. Jalan ini juga dikenal dengan nama Jalan Pos. Selain untuk membangun jalan raya, rakyat juga dipaksa menanam kopi di daerah Priangan untuk pemerintah Belanda. Banyak rakyat Indonesia yang menjadi korban kerja rodi. Untuk mendapatkan dana biaya perang pemerintah kolonial Belanda menarik pajak dari rakyat. Rakyat diharuskan membayar pajak dan menyerahkan hasil bumi kepada pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1811, Daendels dipanggil ke Belanda. Ia digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens. Saat itu pasukan Inggris berhasil mengalahkan Belanda di daerah Tuntang, dekat Salatiga, Jawa Tengah. Gubernur Jenderal Janssens terpaksa menandatangani Perjanjian Tuntang. Berikut ini isi Perjanjian Tuntang.1. Seluruh wilayah jajahan Belanda di Indonesia diserahkan kepada Inggris.2. Adanya sistem pajak/sewa tanah.3. Sistem kerja rodi dihapuskan.4. Diberlakukan sistem perbudakan.Inggris berkuasa di Indonesia selama lima tahun (1811-1816). Pemerintah Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia. Pemerintah memberlakukan sistem sewa tanah yang dikenal dengan nama landrente. Rakyat yang menggarap tanah diharuskan menyewa dari pemerintah. Pada tahun 1816, Inggris menyerahkan wilayah Indonesia kepada Belanda. Pemerintah Belanda menunjuk Van Der Capellen sebagai gubernur jenderal. Van Der Capellen mempertahankan monopoli perdagangan yang telah dimulai oleh VOC dan tetap memberlakukan kerja paksa. Pada tahun 1830, Van Der Capellen diganti Van Den Bosch. Bosch mendapat tugas mengisi kas Belanda yang kosong. Ia memberlakukan tanam paksa atau cultuur stelsel untuk mengisi kas pemerintah yang kosong. Van Den Bosch membuat aturanaturanuntuk tanam paksa sebagai berikut.1. Rakyat wajib menyediakan 1/5 dari tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasaran Eropa.2. Tanah yang dipakai untuk tanamam paksa bebas dari pajak.3. Hasil tanaman diserahkan kepada Belanda.4. Pekerjaan untuk tanam paksa tidak melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.5. Kerusakan-kerusakan yang tidak dapat dicegah oleh petani menjadi tanggungan Belanda.6. Rakyat Indonesia yang bukan petani harus bekerja 66 hari tiap tahun bagi pemerintah Hindia Belanda.Kenyataannya, ada banyak penyelewengan dari ketentuan itu. Misalnya, tanah yang harus disediakan oleh petani melebihi luas tanah yang telah ditentukan, rakyat harus menanggung kerusakan hasil panen, rakyat harus bekerja lebih dari 66 hari, dan lain-lain. Akhirnya ketentuan ketentuan yang diatur dalam tanam paksa tidak berlaku sama sekali. Pemerintah Belanda semakin bertindak sewenang-wenang. Tanam paksa mengakibatkan penderitaan luar biasa bagi rakyat Indonesia. Hasil pertanian menurun. Rakyat mengalami kelaparan. Akibat kelaparan banyak rakyat yang mati. Sebaliknya, tanam paksa ini memberikan keuntungan yang melimpah bagi Belanda. Namun, masih ada orang Belanda yang peduli terhadap nasib rakyat Indonesia. Di antaranya adalah Douwes Dekker. Ia mengecam tanam paksa melalui bukunya yang berjudul Max Havelaar, dengan nama samaran Multatuli. Max Havelaar menceritakan penderitaan bangsa Indonesia sewaktu dilaksanakan tanam paksa. Max Havelaar menggegerkan seluruh warga Belanda. Timbul perdebatan hebat tentang tanam paksa di negeri Belanda. Akhirnya, Parlemen Belanda me-mutuskan untuk menghapus tanam paksa secepatnya.VI. Model PembelajaranPendekatan: PAIKEMModel: Kooperatif Metode: Make A Match

VII. Langkah - Langkah Pebelajarana. Kegiatan awal1. Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.2. Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaranb. Kegiatan intiDalam kegiatan inti, guru:1. Guru menyajikan materi pelajaran;2. Guru membagikan tugas untuk dikerjakan siswa; 3. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; 4. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/ jawaban; 5. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; 6. Setiap siswa mencari pa-sangan kartu yang cocok dengan kartunya; 7. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin;8. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya (tidak dapat me-nemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapat hukuman, yang telah di-sepakati bersama; 9. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa men-dapatkan kartu yang berbeda dari se-belumnya, demikian seterusnya; 10. Siswa juga bisa bergabung dengan 2atau3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok; 11. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. Kegiatan PenutupDalam kegiatan penutup, guru:a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didike. guru membagikan angket kepada seluruh siswa;

VIII. Media/Sumber Pembelajaran1. Media pembelajaran: Kartu Make A Match2. Buku Sumber BSE, IPS SD kelas V, Endang Susilaningsih. Linda S. Limbong

IX. Penilaian Dan Tindak LanjutPenilaian dilakukan selama, dan sesudah proses pembelajaran.Penilaian dalam bentuk:1. Penilaian kognitifa. Penilaia produk (terlampir)b. Penilaian proses (terlampir)2. Penilaian Afektif

Palu,April 2013MengetahuiKepala sekolahGuru Mata Pelajaran

NIPNIP.

Lampiran 1 : penilaian Kognitif

A. Penilaian Produk

1. Tujuan pertama bangsa Belanda datang ke Indonesia adalah ... .a. menanamkan modal c. mendidik penduduk pribumib. memajukan pertanian d. mencari rempah-rempah

2. J.P. Coen mengganti nama Jayakarta menjadi ... .a. Batavia c. Sundakelapab. Jakarta d. Jakarta Raya

3. Pembuatan jalan raya Anyer-Panarukan diperintahkan oleh ... .a. Napoleon Bonaparte c. Herman Willem Daendelsb. Van Der Capellen d. Thomas Stanford Raffles

4. Penguasa Inggris di Indonesia pada tahun 1811-1816 adalah ... .a. Napoleon Bonaparte c. Herman Willem Daendelsb. Van Der Capellen d. Thomas Stanford Raffles

5. Multatuli merupakan nama samaran untuk ... .a. Douwes Dekker c. Ki Hajar Dewantarab. Van den Bosch d. Dr. Sutomo

A. Penilaian Proses Contoh Lembar Observasi Penilaian Make A Match

Nama :..NoAspek Yang DinilaiBaikTidak Baik

1Kemampuan mencari pasangan

2Kemampuan bertanya

3Kemampuan menghargai pendapat

4Penguasaan subtansi materi

5Partisipasi dalam kegiatan Make a Match

Keterangan :Baik mendapat skor 1Tidak baik mendapat skor 0

Nilai Akhir=Skor perolehanx 100Skor maksimum

Lampiran 3 : Penilaian Afektif

Skala Sikap

NoPernyataan Pilihan Sikap

SSSRTSSTS

1Penindasan lewat kerja paksa, penarikan pajak, dan tanam paksa

2Penindasan lewat VOC

3Daendels memberlakukan kerja paksa tanpa upah untuk membangun jalan

4Rakyat yang menggarap tanah diharuskan menyewa dari pemerintah

5Rakyat Indonesia yang bukan petani harus bekerja 66 hari tiap tahun bagi pemerintah Hindia Belanda.

SS: Sangat SetujuS: SetujuR: Ragu-raguTS: Tidak SetujuSTS: Sangat Tidak Setuju

Lembar Penilaian Akhir

Penilaian dilakukan selama proses pembelajaranNoNama SiswaPenilaian Jumlah SkorNA

ProdukProsesAfektif

Nilai Akhir=Skor perolehanx 100Skor maksimum