dayeuhluhur art culture 2019 -...

12
DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono) Opening Ceremony Event Dayeuhluhur Art Culture 2019 yang dilaksanakan di Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja dan Majenang mulai 20 hingga 23 Oktober 2019, secara resmi, dibuka pada hari Senin, 21 Oktober 2019, pukul 13.30 WIB sd. selesai di Lapangan Desa Matenggeng, Kecamatan Dayeuhluhur. Dalam pra acara, selain menampilkan siswa SMP Muhammadiyah Dayeuhluhur dengan Tari Jaipongnya, juga menggelar ritual Ngarajah yang dipimpin sesepuh masyarakat adat Desa Hanum. Dapat dikatakan Opening Ceremony berlangsung cukup meriah, turut dihadir sejumlah kepala OPD, antara lain Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Cilacap, Heroe

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019

(Desain : Bambang Listiono)

Opening Ceremony

Event Dayeuhluhur Art Culture 2019 yang dilaksanakan di Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja dan Majenang mulai 20 hingga 23 Oktober 2019, secara resmi, dibuka pada hari Senin, 21 Oktober 2019, pukul 13.30 WIB sd. selesai di Lapangan Desa Matenggeng, Kecamatan Dayeuhluhur. Dalam pra acara, selain menampilkan siswa SMP Muhammadiyah Dayeuhluhur dengan Tari Jaipongnya, juga menggelar ritual Ngarajah yang dipimpin sesepuh masyarakat adat Desa Hanum.

Dapat dikatakan Opening Ceremony berlangsung cukup meriah, turut dihadir sejumlah kepala OPD, antara lain Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Cilacap, Heroe

Page 2: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

Harjanto. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap, Budi Santosa. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Sadmoko Danardono dan pejabat lainnya. Hadir pula Camat Dayaeuhluhur, Hari Winarno, Camat se eks Distrik Majenang dan Forkopimcam Dayaeuhluhur.

Dalam kesempatan tersebut, sesepuh masyarakat adat Desa Hanum memasangkan iket kepala (yang telah didoakan melalui ritual Ngarajah) untuk Wakil Bupati Cilacap, Syamsul Auliya Rahman, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Budi Santosa serta Camat Dayeuhluhur, Hari Winarno. Dengan harapan para pemakainya senantiasa diberi keselamatan dan keberkahan.

Foto 1 : Pemasangan iket kepala yang telah dirajah oleh sesepuh masyarakat adat

Desa Hanum (Koleksi : Mispan)

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cilacap Budi

Santosa dalam laporannya berharap, “Dayeuhluhur Art Culture 2019” dapat meningkatkan kemampuan seniman dalam mengolah kekayaan seni masyarakat Dayeuhluhur. Dalam kesempatan itu,

beliau menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya, kepada Camat dan seluruh komponen masyarakat Kecamatan Dayaeuhluhur, termasuk Camat Wanareja beserta jajarannya, karena telah membantu persiapan dan pelaksanaan agenda-agenda Dayeuhluhur Art Culture 2019.

Page 3: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

Foto 2 : Selaku penanggungjawab event, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap, Drs. Budi Santosa, M.Si. tengah membacakan laporan penyelenggara (Koleksi : Mispan)

Sementara itu dalam sambutannya, Wakil Bupati Cilacap, Syamsul Auliya Rahman, menyampaikan jika Dayaeuhluhur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Cilacap yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat. Letak geografis tersebut menyebabkan kawasan itu kaya akan perpaduan seni dan budaya dengan paduan unsur Banyumasan dan Sunda. Dari perpaduan tersebut, seni budaya di Dayaeuhluhur dan kawasan Cilacap barat pada umumnya memiliki keunikan tersendiri. Hal ini harus dikelola seoptimal mungkin agar menjadi daya tarik wisata, sehingga meningkatkan kunjungan wisatawan dan menggerakkan perekonomian masyarakat.

Foto 3 : Wakil Bupati Cilacap, Syamsul Auliya Rahman, tengan menyampaikan

sambutannya (Koleksi : Mispan)

(Sumber : http://cilacapkab.go.id/v3/wakil-bupati-buka-dayaeuhluhur-art-culture-2019/?print=print)

Page 4: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

Latar

Belakang

Secara kultural, perkembangan masyarakat Dayeuhluhur dipengaruhi oleh peristiwa masa lampau wilayah Cilacap. Posisi geografis Cilacap yang berada di antara dua wilayah politik, yaitu Galuh (Sunda) dan Mataram (Jawa), menjadikan Kabupaten tersebut “batas” dari pertemuan dua budaya besar. “Batas” tersebut juga ditafsirkan sebagai pertemuan antara kekuatan politik maupun budaya wilayah “perbatasan” tersebut, kemudian mempunyai identitas budaya (cultural identity) yang berbeda dari wilayah lainnya (Zuhdi, 2002 dalam Sujarno dkk, 2017 : 47).

Seperti apa identitas budaya yang menjadi kekuatan pembeda tersebut, dapat diketahui melalui unsur-unsur kebudayaan yang hari ini masih “hidup”, seperti adat istiadat, ritual, tradisi lisan, seni dan sebagainya. Diwariskan dari generasi ke generasi, unsur-unsur kebudayaan yang masih “hidup” tadi mungkin merupakan akulturasi bentuk dan nilai daripada dua kebudayaan besar tadi. Melalui perjumpaan panjang dua kebudayaan, tumbuhlah unsur-unsur kebudayaan bercorak baru, berdampingan dengan yang tetap bertahan dengan bentuk dan nilai budaya aslinya. Tetapi seperti apapun bentuk dan nilai unsur-unsur kebudayaannya, menjadi penanda adanya dialog Sunda-Jawa secara terus menerus, yang bagi masyarakat Dayeuhluhur hari ini dan mendatang, memiliki arti penting. Berangkat dari pemikiran tersebut, dalam rangka pemajuan kebudayaan sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017, Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, sejak tanggal 20 hingga 23 Oktober 2019, di Dayeuhluhur dan sekitarnya, menggelar “Dayeuhluhur Art Culture 2019”.

Melalui kegiatan tersebut masyarakat Dayeuhluhur bersama-sama masyarakat lain diharapkan, pertama, dapat mengidentifikasi potensi dan permasalahan warisan budaya yang mencirikan pertemuan Jawa dengan Sunda, sehingga menemukan solusi yang dapat direkomendasikan kepada pengampu berkompeten (pemerintah daerah, pemerintah desa, organisasi kesenian, dan sebagainya). Kedua, memperoleh pengalaman baru dalam melakukan pengembangan, pemanfaatan potensi sosial-budayanya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat Dayeuhluhur.

Dasar

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan;

2. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap, Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Cilacap;

3. Peraturan Bupati Cilacap, Nomor 63 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap;

4. Program Kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2019;

Capaian

Secara kultural masyarakat Dayeuhluhur merupakan representasi karakter seluruh masyarakat “batas” pertemuan Jawa-Sunda dalam wilayah Kabupaten Cilacap. Maka secara umum, potensi dan permasalahan masyarakat Dayeuhluhur juga dimiliki dan dialami masyarakat Kabupaten Cilacap yang secara geografis berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat serta masih dalam pengaruh budaya “perbatasan”, seperti masyarakat Kecamatan Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karangpucung, Petimuan, Kedungreja dan Cipari. Sesuai hasil identifikasi : 1. Permasalahan aktual yang dihadapi masyarakat Dayeuhluhur dan

sekitarnya adalah rendahnya kemampuan mengelola warisan

Page 5: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

budaya yang ada, terutama seni dan tradisi lisan. Untuk itu perlu diprioritaskan kegiatan peningkatan kapasitas pendukung budaya bidang seni dan tradisi lisan, melalui :

a. Kajian Seni Tradisional “Menoreh” (Minggu, 20 Oktober

2019, Pukul 19.30-23.00 WIB di Pendapa Kecamatan Wanareja). Kegiatan ini merupakan pra event. Setelah dibuka secara resmi oleh Camat Wanareja, Drs. Muhammad Najib, M.Si., sebagai objek material kajian ditampilkan grup Menoreh “Gunungsari Mandiri” (Desa Mekarsari, Kecamatan Cipari).

Foto 4 :

Salah satu adegan Seni Menoreh lakon Umar Maya-Umar Madi (Koleksi : Mispan)

Pada sesi kajian, dosen ISI Surakarta, Darno, S.Sen.,M.Sen. lebih menyoroti kesederhanaan properti panggung yang kurang milenial. Kemajuan teknologi dapat memilenialkan seni pertunjukkan Menoreh lewat sentuhan properti panggung khususnya perlampuan (lighting). Lanjut Darno, sesungguhnya tetabuhan musik ilustrasi perkusi dari rebana, bedhug dan kendang sangat bagus. Akan bertambah bagus jika ritme dan temponya dibikin naik turun menurut ekspresi dialog dan adegan yang sedang berlangsung. Sementara itu, dosen UNUGHA/IAIIG Cilacap, Indra Rukmana, S.Sn., M.Sn. senada dengan Camat Wanareja Drs Muhamad Najib., Msi masih menyoroti hubungan properti bisa mempertegas efek dramaturgi. Memasuki sesi interaktif dengan penonton, Hari Widiyanto, seorang penonton dari Purwokerto menyampaikan ide dan gagasan “ngurip-uripi” kesenian tradisiona Menoreh yang selalu bawakan kisah-kisah dalam cerita Umarmaya dan Umarmadi. Menurutnya, pemberian order tanggapan dan bantuan berupa hibah property panggung berupa kostum beserta instrumen musik pengiring dari birokrasi pemerintah yang berkompeten dalam seni dan budaya tradisional merupakan usaha-usaha parsial. Bantuan selanjutnya pada kesenian Menoreh dan kesenian tradisional lainnya di Kabupaten Cilacap hendaknya juga berupa bantuan terpadu yang sifatnya dapat menyentuh langsung pada mata pencaharian pelaku/pegiat kesenian tradisional itu. Kesenian tradisional Menoreh dan kesenian tradisional lainnya di Kabupaten Cilacap akan eksis jika sektor pertanian, khususnya persawahan tanaman-tanaman padi masih

Page 6: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

terhampar luas terus selalu direvitalisasi. Oleh karena itu “ngurip-uripi” kesenian tradisional selain aktif memberikan order tanggapan, juga selalu diupayakan revitalisasi budidaya pertanian tanaman padi. Salah satu caranya, bisa dengan memberikan program pelatihan wirausaha tani pada para pelaku/pegiat kesenian tradisional. Tentu saja program itu merupakan program lintas sektoral dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Secara khusus, Hari Widiyanto mengharapkan Wantini, Kades Mekarsari, agar mengkolaborasikan program terpadu “ngurip-uripi” Kesenian Menoreh dengan BUMDes Mekarsari lewat fungsi “holding company” atau enterprise pada BUMDes. Uang dana bantuan “ngurip-uripi” kesenian tradisional Menoreh dijadikan aset bersama pelaku/pegiat Kesenian tradisional Menoreh dengan BUMDes. Uang program itu hendaknya juga didampingi oleh uang DD (Dana Desa). Artinya, grup seni pertunjukan Menoreh juga dijadikan aset BUMDes. Sebab dalam prakteknya budidaya tanaman padi juga melibatkan para buruh tani penduduk miskin Desa Mekarsari dalam menggarap lahan dan merawat tanaman padi yang dikemas dalam PKT (Padat Karya Tunai). Sehingga program “ngurip-uripi” kesenian tradisional Menoreh seperti sekali mendayung perahu, dua, tiga atau empat pulau terlampaui. Artinya, sekali “ngurip-uripi” kesenian tradisional (Menoreh) sekaligus juga melaksanakan program-program pemerintah lainnya secara lintas sektoral. Pada muaranya lewat “ngurip-uripi” kesenian tradisional, sekaligus juga dapat mengurangi jumlah penduduk miskin. Muaranya akan dapat langsung mengurangi angka kemiskinan di Desa Menoreh. (Sumber : https://www.banyumasekspres.id/cilacap/merawat-seni-pasundan-dan-menoreh-di-dayeuhluhur-art-culture/22/10/ 2019/)

Foto 5 : Tim musik pengiring Seni Menoreh lakon Umar Maya-Umar Madi dengan segala kesederhanaannya.

(Koleksi : Mispan)

b. Workshop Penulisan Cerita Rakyat (Senin sd. Selasa, 21 sd. 22 Oktober 2019, di Hotel Borobudur, Majenang). Kegiatan yang dilaksanakan selama 2 (dua) hari ini, diikuti oleh guru-guru yang aktif dalam kegiatan-kegiatan MGMP Bahasa Indonesia, dengan prioritas peserta dari Dayeuhluhur dan

Page 7: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

sekitarnya. Melalui kegiatan ini, para nara sumber diharapkan mampu mendorong peserta workshop menggali dan mengembangkan, secara kreatif, informasi aktual terkait khasanah cerita rakyat Dayeuhluhur dan sekitarnya menjadi bahan bacaan masyarakat bernilai sastra. Usai Opening Ceremony Dayeuhluhur Art Culture 2019, mengawali kegiatan Workshop, Kepala Seksi Pembinaan Sejarah, Kepurbakalaan, Permuseuman dan Pelestarian pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap, Supino, S.T.,M.T. memaparkan kebijakan bidang kebudayaan, dengan harapan peserta memahami sasaran setiap program bidang kebudayaan, termasuk Workshop Penulisan Cerita Rakyat, yang dilaksanakan. Foto 6 : Kasi Sepur, Permuseuman dan Pelestarian, Supino, S.T.,M.T. tengah menyiapkan materi kebijakan bidang kebudayaan. (Koleksi : Mispan)

Setelah itu, nara sumber pertama, guru senior Bahasa Indonesia sekaligus sastrawan, Yonas Suharyono, S.Pd., M.Pd., menyampaikan materi tentang (a.) Bagaimana Menggali Sumber-sumber Cerita Rakyat, (b.) Mengumpulkan dan Mengolah Data Cerita Rakyat serta (c.) Praktik Penulisan dan Publikasi Cerita Rakyat

Foto 7 dan 8 : Yonas Suharyono, S.Pd., M.Pd. sedang menyampaikan materi.

(Koleksi : Mispan)

Page 8: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

Nara sumber berikut, yang juga seorang guru penulis, Lili Kuswanti, M. Pd. memaparkan materi tentang (a.) Struktur dan Metode Penulisan Cerita Rakyat, (b.) Evaluasi dan Penugasan untuk Buku Kumpulan Cerita Rakyat. Sebab seperti workshop tahun-tahun sebelumnya, karya peserta diharapkan dapat dikembangkan menjadi materi bahan bacaan masyarakat yang edukatif.

Foto 9 : Setelah penutupan, sebagian peserta Workshop berpose bersama

(Koleksi : Mispan)

2. Sebagai cultural identity, kesenian masyarakat Dayeuhluhur konon didominasi warna “pasundan”. Seperti apa coraknya, kiranya masyarakat luas perlu diberi kesempatan untuk mengapreasiasi sajian grup kesenian yang diundang untuk melakukan perform melalui Festival Seni Pasundan (Senin sd. Selasa, 21 sd. 22 Oktober 2019, di Lapangan Desa Matenggeng, Kecamatan Dayeuhluhur). Dalam festival, grup-grup kesenian yang telah dipilih oleh Pamong Budaya, dapat dikatakan dapat melakukan perform sesuai kemampuan, sumber daya yang dimilik dan adat tradisi yang akrab dengan grup, sebagai berikut : a. Senin, 21 Oktober 2019, pukul 19.30-20.30 WIB, grup Medal

Sari, Desa Matenggeng, menampilkan Pentas Adat Sedekah Suran. Foto 10 : Grup Medal Sari, Desa Matenggeng, menampilkan tradisi Sedekah Suran (Koleksi : Mispan)

Page 9: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

b. Senin, 21 Oktober 2019, pukul 21.00-22.00 WIB, grup Sri Kencana Wangi, Desa Hanum, menampilkan Pentas Pesta Adat Ombyok Dadung.

Foto 11 : Grup Kencana Wangi, Desa Hanum, dengan Pesta Adat Ombyok

Dadungnya (Koleksi : Mispan)

c. Selasa, 22 Oktober 2019, pukul 19.30-20.30 WIB, grup Cahya

Gemilang, Desa Bolang, menampilkan Pentas Adat Sedekah Tanam Padi (Melak Pare).

Foto 12 :

Grup Cahya Gemilang, Desa Bolang, dengan Pentas Sedekah Tanam Padi (Melak Pare)

(Koleksi : Mispan)

Page 10: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

d. Selasa, 22 Oktober 2019, pukul 21.00-22.00 WIB, grup Tunggal Kencana, Desa Matenggeng, menampilkan Pentas Adat Sedekah Bumi.

Foto 13 : Kasi Pembinaan Kesenian dan Tenaga Kebudayaan, Jarmo, S.Pd., sedang

mendampingi Grup Tunggal Kencana, Desa Matenggeng, menyiapkan penanmpilannya

(Koleksi : Mispan)

e. Selasa, 22 Oktober 2019, pukul 22.00-23.00 WIB, grup Sri

Linggar Sari, Desa Matenggeng, menampilkan Pentas Adat Babarit.

Foto 14 : Sajian grup Sri Linggar Sari, Desa Matenggeng, dengan Pentas Adat

Babaritnya (Koleksi : Mispan)

Page 11: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

3. Agar memiliki ikatan dengan masyarakat sekitar kegiatan, event Dayeuhluhur Art Culture 2019 dirancang untuk menghormati salah satu tradisi masyarakat Dayeuhluhur, yakni Sedekah Kupat. Hurmat Sedekah Kupat diikuti oleh pejabat dan staf Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap, sejak Selasa malam, 22 Oktober hingga Rabu pagi, 23 Oktober 2019, di Desa Matenggeng, Desa Hanum dan Desa Datar. Di lokasi-lokasi tersebut mereka dapat berinteraksi langsung dengan para pelaku tradisi, mengamati dan mendokumentasi persiapan hingga pelaksanaan Sedekah Kupat pada Rabu pagi.

Foto 16 dan 17 : Gairah masyarakat mengikuti Sedekah Kupat di beberapa perbatasan antar

dusun dan desa di Kecamatan Dayeuhluhur (Koleksi : Ceceng Rusmana)

Menurut catatan Ceceng Rusmana (pendamping desa sekaligus Ketua masyarakat mdat Desa Hanum), sejarah Sidekah Kupat di Wilayah Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap ada dua versi, kedua-duanya masih berhubungan. a. Versi Masa Dayeuhluhur Menjadi Wilayah Kerajaan Sunda

Galuh. Masa itu konon di jaman Prabu Siliwangi, jika beliau akan memperbaiki istananya (setiap tahun), beliau selalu menyuruh prajuritnya untuk mencari suatu bahan kayu tertentu yang ada di wilayah hutan Dayeuhluhur, dan kegiatan itu setiap tahunnya dilakukan menjelang Bulan Mulud. Untuk itu setiap menjelang

Page 12: DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 - pdk.cilacapkab.go.idpdk.cilacapkab.go.id/wp-content/uploads/2019/12/Dayeuhluhur-Art-C… · DAYEUHLUHUR ART CULTURE 2019 (Desain : Bambang Listiono)

bulan Mulud, tepatnya di hari Rabu Wekasan, masyarakat Dayeuhluhur melakukan upacara adat menyambut kedatangan prajurit Siliwangi di batas desa dengan cara menggantungkan Ketupat di batas Desa, yang disebut Sidekah Kupat Ngadatangkeun. Esoknya masyarakat dilarang masuk ke hutan, sebab di sana para prajurit Siliwangi (maung-maung Siliwangi) sedang bekerja. Dan masyarakat menggantung ketupat salamet di rumah, sawah dan kandang ternak sebagai penanda supaya tidak diganggu para “Maung” tersebut. Dan para “maung’ pun paham, bahwa ketupat salamet merupakan tanda, jika sipemilik rumah tersebut sudah ikut upacara menyambut mereka di hari rabu wekasan tersebut. Dan kurang lebih setelah sekitar duapuluh hari atau satu bulan, para prajurit itu sudah mendapatkan apa yang mereka cari. Maka ketika akan pulang, masyarakat dayeuhluhur kembali melakukan sidekah kupat yang ke dua, tapi dilaksanakan di batas desa yang berbeda untuk mengantarkan kepulangan para “maung”, yang disebut Sidekah Kupat Mulangkeun. Dan setelah itu masyarakat boleh kembali melakukan aktivitas di hutan seperti berburu dan mengambil hasil hutan. Dan tradisi tersebut terus belanjut ke jaman raja dan adipati dayeuhluhur yang konon masih keturunan prabu siliwangi.

b. Versi Masa Dayeuhluhur Menjadi Bagian Kerajaan Mataram Islam Meski Dayeuhluhur kemudian dikalahkan oleh Kerajaan Mataram, tradisi Sidekah Kupat terus berlanjut. Sehubungan masyarakat Islam masa itu masih percaya, jika Hari Rebo Wekasan merupakan hari turunnya penyakit dan musibah, maka masyarakat melakukan acara tolak bala. Di samping itu Sultan Agung juga sering mengundang Adipati atau utusan dari wilayah-wilayah jajahan untuk merayakan Maulid bersama di istananya. Maka pada akhir Bulan Safar saat Adipati dan Bupati Sunda serta pengawal dan pengiringnya akan melewati wilayah Dayeuhluhur, dan Tradisi Upacara Menyambut orang-orang tersebut kembali dilaksanakan di batas desa, dan juga dilaksanakan yang ke dua kalinya menjelang akhir bulan maulud ketika para bupati dan adipati sunda tersebut kembali dari Mataram. Ada kemungkinan, ketika masa perang Revolusi tradisi ini dimanfaatkan Prajurit Siliwangi yang membutuhkan bekal, ketika melakukan perjalanan hijrah ke dan kembali dari Yogyakarta.

Foto 18 : Usai hurmat Sedekah Kupat di perbatasan desa Hanum dan Datar, Kabid

Kebudayaan, Badrudin, S.H.,M.H. mendapatkan kalungan kupat dari Kades Datar (Koleksi : Ceceng Rusmana)

(Bidang Kebudayaan)