daun ungu mas bro

Upload: michael-salomo-christian

Post on 30-Oct-2015

110 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Ini adalah daun ungu mas bro,daun ungu punya saya masbro

TRANSCRIPT

  • 1

    A. Judul Program Daya Hambat Ekstrak Daun Ungu (Graptophyllum pictum) Terhadap

    Pertumbuhan Streptococcus mutans

    B. Latar Belakang Permasalahan Rongga mulut merupakan bagian yang sangat penting dalam tubuh manusia.

    Untuk melaksanakan fungsinya rongga mulut dilengkapi oleh sejumlah besar bakteri

    yang akan berhubungan dengan mukosa atau jaringan lunak permukaan rongga mulut

    (Sholekhudin, 2010). Di rongga mulut terdapat banyak spesies bakteri, diantaranya

    Streptococcus mutans.

    Streptococcus mutans merupakan jenis flora normal rongga mulut yang

    bersifat patogen oportunistik artinya mikroorganisme yang tidak berbahaya pada

    kondisi normal tetapi akan menjadi patogen pada kondisi tertentu karena terjadinya

    peningkatan jumlah populasi yang tidak dapat diimbangi dengan sistem imunologi

    tubuh. Kondisi perubahan itu antara lain karena berbagai macam kelainan sistemik

    dan faktor lokal (Lynch et al, 1994).

    Bakteri Streptococcus mutans mempunyai peran menimbulkan karies gigi,

    yaitu gangguan kesehatan gigi yang disebabkan oleh adanya interaksi antara bakteri

    plak, diet, dan gigi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004),

    prevelansi karies di Indonesia saat ini mencapai 90,05%. Karies menjadi salah satu

    bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia. Bakteri

    Streptococcus mutans dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel

    pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel.

    Polisakarida ekstra sel ini terutama terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan

    matriks plak mempunyai konsistensi seperti gelatin, akibatnya bakteri terbantu untuk

    melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Plak makin lama makin tebal,

    sehingga akan menghambat fungsi saliva untuk melakukan aktivitas antibakterinya

    (Anonim A, 2003).

    Oleh karena itu perlu suatu langkah pencegahan karies dan penyakit

    periodontal dengan melakukan peningkatan kesehatan gigi. Salah satu cara

    pencegahan karies adalah mengusahakan agar pembentukan plak pada permukaan

    gigi dapat dibatasi baik. Pengendalian plak dapat dilakukan dengan cara pembersihan

    plak secara mekanis dan kemungkinan penggunaan bahan anti kuman terutama untuk

    menekan S. mutans.

    Daun ungu (Graptophyllum pictum) merupakan sumber daya alam yang

    banyak terdapat di sekitar pekarangan rumah dan memiliki banyak khasiat untuk

    kesehatan tubuh manusia. Daun ungu mengandung zat berkhasiat yang yaitu tanin,

    flavonoid, antosianin, leukoantosianin, dan flavonol (Isnawati A, 2003). Dengan

    adanya kandungan yang kompleks dan beragam membuat daun ungu memiliki daya

    antibakteri, antijamur, dan antivirus.

    Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengadakan penelitian

    mengenai bahan alami yang aman bagui tubuh tetapi mempunyai daya antibakteri

    terhadap Streptococcus mutans dengan menggunakan daun ungu (Graptophyllum

  • 2

    pictum) menginat daun ungu memiliki kandungan antibakterial. Pada bidang

    kedokteran gigi belum ada penelitian tentang efek antibakteri daun ungu terhadap

    Streptococcus mutans sehingga melalui penelitian ini, diharapkan daun ungu dapat

    dikembangkan untuk menjadi bahan-bahan untuk mencegah terjadinya karies gigi.

    C. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu

    apakah ekstrak daun ungu (Graptophyllum pictum) daya antibakterial terhadap

    Streptococcus mutans dalam terjadinya karies gigi?

    D. Tujuan Program Tujuan Umum

    Mengetahui dan membuktikan daya antibakteri daun ungu (Graptophyllum

    pictum) terhadap Streptococcus mutans.

    Tujuan Khusus Untuk mengetahui jumlah konsentrasi ekstrak daun ungu yang paling efektif

    dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans

    E. Luaran yang Diharapkan Menghasilkan ekstrak herbal berupa ekstrak daun ungu sebagai bahan

    alternatif menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sehingga akan

    mengurangi angka prevalensi karies gigi atau gigi berlubang.

    F. Kegunaan Program Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi khususnya di bidang

    Biology Oral tentang ekstrak herbal yang bisa menghambat pertumbuhan

    Streptococcus mutans sehingga kemungkinan bisa dijadikan sebagai bahan dasar

    produk kedokteran gigi seperti pasta gigi, obat kumur, permen karet, dan lain-lain.

    G. Tinjauan Pustaka 1. Daun Ungu (Graptophyllum pictum) a) Sejarah Penggunaan Daun Ungu (Graptophyllum pictum)

    Daun ungu biasa dijumpai di pekarangan rumah. Orang Sunda menyebutnya

    daun Handeuleum. Sedang orang Sumatera memberi nama daun Pudin. Kandungan

    kimia yang terdapat pada daun ini pernah diteliti. Zat-zat berkhasiatnya mampu

    menyembuhkan penyakit wasir dan beberapa jenis penyakit lain. Tumbuhan daun

    ungu diduga berasal dari Irian dan Polinesia. Tanaman ini memiliki nama latin

    Graptophyllum pictum, biasa tumbuh liar di

    pekarangan. Terkadang masyarakat desa memakai tumbuhan yang termasuk dalam

    famili Acanthaceae ini sebagai pagar alami. Secara turun-temurun, anggota famili

    Acanthaceae itu digunakan untuk mengobati penyakit akibat membengkaknya bibir

  • 3

    anus itu. Tak hanya itu, daun ungu juga berkhasiat sebagai antiinflamasi, antiplak

    gigi, dan mencegah sakit ketika menopause (Anonim C, 2010).

    b) Klasifikasi Tanaman Ungu

    Gambar 1. Tanaman Ungu (Graptophyllum pictum)

    Klasifikasi tanaman ungu adalah sebagai berikut (Sekolah Ilmu dan Teknologi

    Hayati, 2010) :

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Bangsa : Scrophulariales

    Suku : Acanthaceae

    Marga : Graptophyllum

    Jenis : Graptophyllum pictum

    Nama Umum : Daun ungu

    Nama Daerah : Handeuleum

    c) Morfologi dan Habitat Tanaman Ungu Ciri menonjol tanaman yang juga sering disebut sebagai daun temen-temen ini

    adalah permukaan daunnya berwarna ungu mengkilap dan berbau kurang sedap.

    Daunnya berbentuk bulat telur dengan pangkal dan ujung daun meruncing. Sementara

    itu tulang daun menyirip. Bentuk tanaman ini adalah pohon kecil atau perdu.

    Tanaman perdu ini bisa tumbuh dengan ketinggian antara 1,5 sampai 3 meter.

    Cabang-cabang memenuhi batang tanaman ini. Terdapat tiga jenis varietas tanaman

    daun ungu. Varietas itu adalah daun berwarna ungu, daun berwarna hijau dan daun

    belang-belang putih. Karena warna daunnya, tanaman ini terkenal dengan nama daun

    ungu. Tanaman ini dapat tumbuh subur baik di dataran rendah maupun di dataran

    tinggi dengan ketinggian sampai 1250 meter di atas permukaan laut. Namun daerah

    yang kena sinar matahari kuat atau sedang adalah tempat tumbuh daun ungu yang

    ideal (Anonim C, 2010).

  • 4

    d) Kandungan Kimia Daun Ungu Kandungan kimia daun ungu terdiri dari tanin, flavonoid, antosianin,

    leukoantosianin, dan flavonol (Isnawati A, 2003).

    i) Tanin Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

    terdapat khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin,

    yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau

    flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi

    katekin tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian

    oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu flavon

    dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan flavolan

    mempunyai 2-20 satuan flavon (Harborne, 1987).

    Tanin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah

    depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh

    lima atau lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa

    senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan

    dengan glukosa. Bila dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat

    (Harborne, 1987). Tanin sebagai antibakteri dapat membentuk lapisan pelindung

    pada enamel untuk mencegah kerusakan gigi (Pratiwi R, 2005).

    ii) Flavonoid Flavonoid sebagai suatu senyawa fenol dalam dunia tumbuhan dapat

    ditemukan dalam bentuk glikosida maupun aglikonnya. Aglikon flavonoid

    mempunyai kerangka dasar struktur C6-C3-C6. Berdasarkan tingkat oksidasi serta

    subsituennya kerangka flavonoid dibedakan menjadi berbagai jenis seperti flavon,

    flavonol, khalkon, santon, auron, flavon, antosianidin dan leukoantosianidin

    (Pramono, 1989).

    Flavonoid mengandung cincin aromatik yang terkonjugasi dan karena itu

    menunjukkan pita serapan yang kuat pada daerah spektrum UV (ultra violet) dan

    spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada

    gula seperti glikosida. Aglikon flavonoid terdapat dalam satu tumbuhan dalam

    beberapa bentuk kombinasi glikosida (Harborne, 1989).

    2. Streptococcus mutans

    a) Pengertian Streptococccus mutans

    Streptococcus mutans termasuk family Streptoccaceae dan merupakan

    bakteri karogenik yang merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi. Rongga

    mulut adalah habitat utama untuk Streptococcus mutans yang biasanya

    mengakibatkan kolonisasi bakteri pada permukaan gigi (Mycol, 1994).

    Streptococcus mutans mampu memmetabolisme karbohidrat sampai menjadi

    asam sehingga pH saliva dan pH plak mengalami penurunan hingga dibawah titik

    kritis yang pada akhirnya dapat menyebabkan larutnya enamel (Lehner, 1992).

  • 5

    Streptococcus mutans mampu mensintesis glukan dari sukrosa dan glukan yang

    terbentuk merupakan massa lengket seperti lumpur, pekat dan tidak mudah larut serta

    berperan dalam perlekatan Streptococcus mutans pada permukaan gigi (Taubman,

    1992).

    Menurut Soerodjo (1989), beberapa faktor yang menyebabkan Streptococcus

    mutans dianggap mempunyai peranan penting dalam terjadinya karies gigi, antara

    lain Streptococcus mutans membuat asam lebih cepat pada sukrosa dalam pH lebih

    rendah daripada Lactobacillus. Selain itu Streptococcus mutans menghasilkan pH

    optimum 5,5 yang diperlukan untuk demineralisasi gigi, disebutkan juga bahwa

    Streptococcus mutans sangat asidogenik (mempunyai kecepatan yang tinggi dalam

    menghasilkan asam), sehingga dapat menyebabkan demineralisasi hidroksil apatite.

    Hal ini didukung oleh Melville (1981), yang menyatakan bahwa Streptococcus

    mutans dapat menghasilkan enzim glukosiltransferase (GTF) yang menyebabkan

    produksi glukan ini berpengaruh pada perlekatan plak gigi.

    b) Klasifikasi Streptococcus mutans

    Klasifikasi Streptococcus mutans adalah sebagai berikut (Nugraha AW, 2008) :

    Kingdom : Monera

    Divisio : Firmicutes

    Class : Bacilli

    Order : Lactobacilalles

    Family : Streptococcaceae

    Genus : Streptococcus

    Species : Streptococcus mutans

    c) Sifat Streptococcus mutans secara Mikroskopis

    Semua Streptococcus mutans tidak begerak aktif, tidak membentuk spora,

    gram positif, dan mempunyai susunan rantai dua atau lebih. Berbentuk bulat dengan

    diameter 0,5-0,7 mm. Kadang bentuknya mengalami pemanjangan menjadi batang

    pendek, tersusum berpasangan atau membentuk rantai pendek. Susunan rantai

    panjang diperoleh Streptococcus mutans berada dalam media BHIB (Basson, 1987).

    d) Morfologi koloni Streptococcus mutans Media yang dapat digunakan untuk membiakkan Streptococcus mutans

    adalah TYC dan media agar darah. Menurut Soerodjo (1989), gambaran koloni

    bakteri tersebut yaitu ukuran koloni dengan diameter 1-5 mm, permukaan koloni

    berbutir kasar, licin, menyerupai bunga kasar dengan pusat menyerupai kapas.

    Konsistensi koloni keras dan sangat lekat, warna koloni seperti salju yang membeku,

    agak buram mengkilat (opaque), kuning buram dengan lingkaran putih. Sedangkan

    tepi koloni tidak teratur, bulat teratur, dan oval teratur, dan daya lekat koloni melekat

    sekali pada TYC.

  • 6

    Gambar 2. Streptococcus mutans

    e. Kelainan yang disebabkan oleh Streptococcus mutans

    Penyakit yang disebabkan adalah karies gigi. Beberapa hal yang

    menyebabkan karies gigi bertambah parah adalah seperti gula, air liur, dan juga

    bakteri pembusuknya. Setelah meakan sesuatu yang mengandung gula, terutama

    adalah sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan,

    glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan karbohidrat) bertahan pada

    gigi untuk mulai pembentukan plak pada gigi. Pada waktu yang bersamaan berjuta-

    juta bakteri yang dikenal sebagai Streptococcus mutans juga bertahan pada

    glycoprotein itu. Walaupun, banyak bakteri lain yang juga melekat, hanya

    Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan rongga atau lubang pada gigi

    (Nugraha AW, 2008).

    Pada langkah selanjutnya, bakteri menggunakan fruktosa dalam suatu

    metabolisme glikolosis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari glikolisis di bawah

    kondisi-kondisi anaerobik adalah asam laktat. Asam laktat ini menciptakan kadar

    keasaman yang ekstra untuk menurunkan pH yang sejumlah tertentu menghancurkan

    zat kapur fosfat di dalam email gigi mendorong ke arah pembentukan suatu rongga

    atau lubang (Anonim B, 2003).

    Streptococcus mutans ini yang mempunyai suatu enzim yang disebut

    glukosil transferase di atas permukaannya yang dapat menyebabkan polimerisasi

    glukosa pada sukrosa dengan pelepasan dari fruktosa, sehingga dapat mensintesa

    molekul glukosa yang memiliki berat molekul yang tinggi yang terdiri dari ikatan

    glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket, sehingga

    tidak larut dalam air. Hal ini dimanfaatkan oleh bakteri Streptococcus mutans untuk

    berkembang dan membentuk plak pada gigi (Anonim B, 2003).

    3. Zat Antibakterial Menurut Pelczar dan Chan (1998), zat antimikrobial adalah zat yang dapat

    mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme penghambatan

    pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikrobial terdiri dari antijamur dan

    antibakterial. Zat antibakterial adalah zat yang mengganggu pertumbuhan dan

    metabolisme melalui penghambatan pertumbuhan bakteri. (Boyd and Marr, 1980;

    Pelczar, 1988).

  • 7

    Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih zat

    antimikrobial kimiawi adalah :

    1. Jenis zat dan mikroorganisme Zat antimikrobial yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis

    mikroorganismenya karena memiliki kerentanan yang berbeda-beda.

    2. Konsentrasi dan intensitas zat antimikrobial Semakin tinggi konsentrasi zat antimikrobial yang digunakan, maka semakin

    tinggi pula daya kemampuannya dalam mengendalikan mikroorganisme.

    3. Jumlah organisme Semakin banyak mikroorganisme yang dihambat atau dibunuh, maka semakin

    lama waktu yang diperlukan untuk mengendalikannya.

    4. Suhu

    Suhu yang optimal dapat menaikkan efektivitas zat antimikrobial.

    5. Bahan organik

    Bahan organik asing dapat menurunkan efektivitas zat antimikrobial dengan cara

    menginaktifkan bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme. Hal tersebut

    karena penggabungan zat dan bahan organik asing membentuk zat antimikrobial

    yang berupa endapan sehingga zat antimikrobial tidak lagi mengikat

    mikroorganisme. Akumulasi bahan organik terjadi pada permukaan sel

    mikroorganisme sehingga menjadi pelindung yang mengganggu kontak antara

    zat antimikrobial dengan mikroorganisme (Pelczar, 1998).

    H. Metode Pelaksanaan 1. Jenis Penelitian : eksperimental laboratoris. 2. Sampel Penelitian : bakteri Streptococcus mutans

    3. Identifikasi Variabel Penelitian a. Variabel Bebas : ekstrak daun ungu (konsentrasi 1,2,3) b. Variabel Terikat : daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

    c. Variabel Terkendali : media, alat, bahan, dan cara kerja.

    4. Definisi Operasional Variabel a. Ekstrak daun ungu adalah sediaan ekstrak daun ungu yang diperoleh dengan

    cara maserasi pada konsentrasi 0,29 mg/ml, 0,58 mg/ml, 1,17 mg/ml, 2,35

    mg/ml, 4,69 mg/ml, dan 9,38 mg/ml.

    b. Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans adalah diameter zona hambat paper dish dalam cawan petri setelah direndam dalam ekstrak

    daun ungu selama 24 jam dengan konsentrasi 0,29 mg/ml, 0,58 mg/ml, 1,17

    mg/ml, 2,35 mg/ml, 4,69 mg/ml, dan 9,38 mg/ml.

    5. Tempat Penelitian Pembuatan ekstrak daun ungu dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas

    Farmasi Universitas Airlangga Surabaya. Sedangkan uji daya hambat terhadap

  • 8

    Streptococcus mutans dilakukan di Laboratorium Biologi Mulut Sub Mikrobiologi

    Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

    6. Alat dan Bahan Alat Penelitian

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat-alat sebagai

    berikut :

    a. Gelas ukur b. Oase c. Alat timbangan d. Corong Buchner e. Rotary Evaporator f. Autoclave g. Tabung reaksi h. Cawan petri i. Paper dish j. Vortex k. Mikroskop cahaya l. Inkubator 37oC, 5 % CO2 m. Ujung pipet steril n. Pipet steril 5 ml dan 10 ml

    Bahan Penelitian

    a. Aquades steril b. Daun Ungu c. Medium Nutrien Agar d. Medium Glukosa Nutrien Agar e. Kultur bakteri Streptococcus mutans

    7. Prosedur penelitian

    a. Persiapan Ekstrak Daun Ungu Daun ungu yang masih segar sebanyak 25 gram dicuci dengan air mengalir

    hingga bersih dan dikeringkan. Masukkan daun ungu ke dalam pressing yang telah

    dilapisi dengan kasa steril. Kemudian perasan daun ungu ditampung di dalam beaker

    glass.

    b. Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA) Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA) sebanyak 200 ml : 0,6 gr Beef extract

    + 1 gr Pepton + 3 gr Agar dimasukkan dalam erlenmeyer dan cukupkan volumenya

    dengan aquades 200 ml, kemudian dimasak dalam air mendidih selama 15 menit, lalu

    disterilkan dalam autoclave selama 45 menit pada suhu 37C.

    c. Pembuatan Medium Glukosa Nutrien Agar (GNA) Pembuatan Medium Glukosa Nutrien Agar (GNA) sebanyak 300 ml : 1,5 gr

    Beef extract + 3 gr pepton + 3 gr agar dimasukkan dalam erlenmeyer. Cukupkan

  • 9

    volumenya dengan aquades hingga 250 ml, masak selama 15 menit lalu disterilkan

    dengan autoclave. Ambil glukosa sebanyak 10 gr dilarutkan dengan 50 ml aquades

    steril. Keluarkan campuran dan dimasak kembali selama 15 menit lalu masukkan

    glukosa ke dalam campuran, dan siap digunakan.

    d. Pembuatan Kultur Bakteri Streptococcus mutans NA diambil dan masukkan dalam tabung reaksi lalu dimiringkan. S. mutans

    yang berasal dari stock diambil dengan oase steril lalu dimasukkan ke dalam tabung

    reaksi yang berisi NA beku dan diinkubasi dalam incubator selama 24 jam.

    e. Pembuatan Ekstrak

    Daun ungu dikeringkan dan dipotong kecil-kecil, dicuci lalu dihaluskan

    menggunakan blender dan ditimbang 100 gram menggunakan timbangan analitik.

    Kemudian dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambah dengan pelarut etanol 95

    % kemudian direndam (maserasi) selama 3 hari. Pasang evaporator pada tiang

    permanen agar dapat digantung dengan kemiringan 30-40 terhadap meja. Kemudian

    hasil maserasi dimasukkan dalam labu ekstraksi. Satu set alas evaporasi diletakkan

    sedemikian rupa sehingga sebagian labu ekstraksi terendam aquades pada water bath.

    Water bath dihubungkan dengan sumber listrik dan dinaikkan suhunya sampai 70 C

    (sesuai dengan titik didih etanol). Kemudian ditunggu proses berjalan (pengembunan

    dan pemisahan di pendingin) sampai hasil evaporasi tersisa dalam labu ekstraksi.

    Hasil evaporasi berupa cairan kental.

    f. Uji Efektivitas Streptococcus mutans terhadap Ekstrak Daun Ungu Untuk mengetahui kepekaan S mutans terhadap ekstrak daun ungu,

    dilakukan hal sebagai berikut: disiapkan 10 cawan petri dan 20 paper dish dengan

    diameter 55 mm. 10 Paper dish direndam selama 5 menit dalam ekstrak daun ungu

    yang telah diencerkan dan 10 paper dish lain sebagai kontrol, kemudian disetiap

    cawan petri yang telah berisi media GNA dan isolat S. mutans diletakkan 2 paper

    dish dari ekstrak daun ungu dan kontrol. Lalu dimasukkan dalam inkubator dengan

    suhu 37 C selama 24 jam.

    g. Penilaian daya hambat Kriteria penilaian daya hambat yaitu dengan mengukur zona bening atau

    zona inhibisi disekitar paper dish dengan menggunakan kaliper secara vertikal,

    horizontal dan diagonal, kemudian dirata-ratakan

  • 10

    8. Alur Penelitian Alur penelitian yang telah dijabarkan di atas dapat digambarkan pada bagan

    berikut :

    10 paper dish direndam dalam ekstrak daun

    ungu selama 5 menit

    10 paper dish kontrol

    20 paper dish dimasukkan ke dalam 10

    cawan petri berisi GNA dan isolat S.mutans

    Inkubasi 370C selama 24 jam

    Pengukuran zona inhibisi sekitar paper dish

  • 11

    9. Analisa Data Data penelitian ini dianalisis dengan uji one way ANNOVA untuk mengetahui

    daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans setelah pemberian ekstrak

    daun ungu.

    I. Jadwal Kegiatan Tabel 1. Jadwal Pelaksaan Penelitian

    NO NAMA KEGIATAN

    WAKTU PELAKSANAAN 2011

    BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1.

    Mengumpulkan daun

    ungu

    2. Mengeringkan daun ungu

    3.

    Menghaluskan daun

    ungu

    4.

    Steam destilation

    Process

    5.

    Redestilation

    Process

    6.

    Penanaman Bakteri

    Streptococcus mutans

    7.

    Pemberian ekstrak daun

    ungu

    8.

    Penelitian dan

    Pengamatan

    9. Analisa Akhir

    10.

    Pembuatan laporan akhir

    PKMP

    Rancangan Biaya

  • 12

    J. Rancangan Biaya

    No. Materi Kebutuhan Jumlah

    Tahap Persiapan

    1. Pengumpulan literatur Rp 210.000,-

    2. Print dan fotocopy proposal Rp 100.000,-

    3. Alat tulis Rp 100.000,-

    4. Pengumpulan daun ungu Rp 300.000,-

    5. Transportasi Rp 150.000,-

    6. Pengiriman sampel Rp 300.000,-

    7. Biaya komunikasi Rp 200.000,-

    Tahap Penelitian

    8. Cawan petri Rp 100.000,-

    9. Cawan agar Rp 180.000,-

    10. Tabung reaksi Rp 190.000,-

    11. Biaya pemakaian laboratorium dan

    alat

    Rp 600.000,-

    12. BHI Rp 1.000.000,-

    13. Kultur Streptococcus mutans Rp 350.000,-

    14. Medium Nutient Agar (NA) Rp 180.000,-

    15. Medium Glucose Nutrient Agar

    (GNA)

    Rp 180.000,-

    16. Pipet steril 5 ml dan 10 ml Rp 100.000,-

    17. Tabung volumetric Rp 80.000,-

    18. Gelas ukur Rp 160.000,-

    19. Oase Rp 50.000,-

    20. Corong Buchner Rp 50.000,-

    21. Paper dish Rp 100.000,-

    22. Vortex Rp 150.000,-

    23. Ujung pinset steril Rp 200.000,-

    24. Biaya destilisasi Rp 700.000,-

    25. Biaya destilisasi bertingkat Rp 500.000,-

    26. Aquadest steril Rp 50.000,-

    27. Biaya analisa kandungan daun ungu Rp 350.000,-

    28. Kertas label Rp 10.000,-

    29. Timbangan Rp 100.000,-

    Tahap Akhir

    30. Print dan fotocopy laporan akhir Rp 100.000,-

    Total Rp 6.840.000,-

  • 13

    Daftar Pustaka

    Chan, E.C.S., W. Al-Joburi, S.L. Cheng, F. Delorme. 1989. In Vitro

    Susceptibilties of Oral Bacterial Isolates to Spiramycin : Antimicrobial Agents and

    Chemotherapy. Journal of Pharmacology, American Society for Microbiology.

    Lynch, Malcolm et all. 1994. Burkets Oral Medicine, Diagnosis and Treatment, 9

    th Edition. Philadelphia.

    Solekhudin. 2010. Bakteri dalam Rongga Mulut Kita. Available from:

    http://gusimerah. blogspot.com. Accessed at: December 1th

    ,2010.

    Anonim A. 2003. Sugar and Tooth Decay. Available from: http://www.

    elmhurst.edu/ html. Accessed at: December 1th

    ,2010.

    Anonim B. 2008, Sterptococcus mutans. Available from: http://www.

    emedicine.com/ emerg/topic 128.html, Accessed at: December 1th

    ,2010.

    Soerodjo, T. S. (1989). Respon Imun Humoral terhadap Streptococcus mutans

    Sehubungan dengan Karies gigi. Disertasi Universitas Airlangga Surabaya, hal. 12-

    88

    Chan, E.C.S., W. Al-Joburi, S.L. Cheng, F. Delorme. 1989. In Vitro

    Susceptibilties of Oral Bacterial Isolates to Spiramycin : Antimicrobial Agents and

    Chemotherapy. Journal of Pharmacology, American Society for Microbiology.

    Anonim C. 2009. Kandungan Daun Ungu. Available from :

    http://eramuslimstore. com/apotikherba/. Accessed at : November 30th

    2010.

    Pelczar, M.J., S. Chan, 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. UI-Press, Jakarta.

    Wahyuningtyas, E. 2005. The Graptophyllum pictum extract effect on acrylic

    resin complete denture plaque growth. Maj.Ked.Gigi (Dent.J.), Vol.38. No.4

    October-December 2005 : 201-204.

    Nugraha A. 2008. Streptococcus mutans. Available from:

    http://mikrobia.files.wordpress. com/2008/05/ streptococcus-mutans_31.pdf .

    Accessed at : November 30th

    2010.

  • 14

    Lampiran 1

    Daftar Riwayat Hidup Ketua Serta Anggota Pelaksana

    1.1 Ketua Peaksana Nama : Susilawati

    NIM : 021011009

    Tempat/tgl.Lahir : Surabaya, 16 Juli 1992

    Alamat : Jl. Kedung Tarukan Baru Gg IVb no 19 Surabaya

    No. Telp : 085649223380

    Jabatan sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Airlangga semester 3

    Ketua Pelaksana

    Susilawati

    1.2. Anggota Pelaksana Nama : Tiarisna Hidayatun Nisa

    NIM : 021011022

    Tempat/Tgl Lahir : Tuban, 26 Oktober 1991

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Jalan Darmwangsa II/32 Surabaya

    Telepon : 08563298285

    Jabatan sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Airlangga semester 3

    Anggota Pelaksana

    Tiarisna Hidayatun Nisa

    1.3. Anggota Pelaksana Nama : Tegar Permadi D.P.

    NIM : 021011020

    Tempat/Tgl Lahir : Tuban, 18 Februari 1992

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Alamat : Jalan Darmahusada III/2

    Telepon : 0813315748474

    Jabatan sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Airlangga semester 3

    Anggota Pelaksana

    Tegar Permadi D.P.

  • 15

    1.2 Anggota Pelaksana Nama : Servy Aulia Prihardianti

    NIM : 021011023

    Tempat/tgl.Lahir : Kediri, 21 Januari 1992

    Alamat : Jl. Kedung Tarukan Baru Gg IVb no 19

    Surabaya

    No. Telp : 085648016016

    Jabatan sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Airlangga semester 3

    Anggota Pelaksana

    Servy Aulia Prihardianti

    1.3 Anggota Pelaksana Nama : I Komang Evan Wijaksana

    NIM : 020911015

    Tempat/tgl lahir : Kaliasem, 9 Agustus 1991

    Alamat : Gubeng Kertajaya 9D/39A Surabaya

    No. Telp : 081916486624

    Jabatan sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

    Airlangga semester 5

    Anggota Pelaksana

    I Komang Evan Wijaksana

  • 16

    Daftar Riwayat Hidup Dosen Pembimbing

    Nama Lengkap : Dr. Retno Indrawati, drg., M.Si

    Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 12 November 1959

    Jenis Kelamin/Agama : Perempuan/Kristen Protestan

    Jurusan/Fakultas : Kedokteran Gigi

    Pangkat/Gol./NIP : IV A

    Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

    Kesatuan/Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga

    Alamat Kantor : Jl. Prof. Moestopo No.47 Surabaya

    Alamat Rumah : Jl. Ketintang Madya

    Dosen Pembimbing

    Dr. Retno Indrawati, drg., M.Si