dasar teori p1

22
BAB I DASAR TEORI GENERATOR SINKRON 3 PHASA Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkrondapat berupa generator sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasatergantung dari kebutuhan. 1.1 Konstruksi Generator Sinkron Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk mengahasilkan mdan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan stator generator. Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan dan non salient (rotor silinder). Gambaran bentuk kutup sepatu generator sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah ini : Gambar 1.1 Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron

Upload: lisa-diah-permata

Post on 30-Jun-2015

717 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DASAR TEORI P1

BAB IDASAR TEORI

GENERATOR SINKRON 3 PHASA

Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkrondapat berupa generator sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasatergantung dari kebutuhan.

1.1 Konstruksi Generator Sinkron Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk

mengahasilkan mdan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan stator generator. Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan dan non salient (rotor silinder). Gambaran bentuk kutup sepatu generator sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.1 Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron

Pada kutub salient, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor sedangkan pada kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor. Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub, sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub. Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar prime mover, frekuensi dan rating daya generator. Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dan rating daya sekitar 10MVA menggunakan rotor silinder. Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah maka digunakan rotor kutub sepatu. Gambaran bentuk kutup silinder generator sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

Page 2: DASAR TEORI P1

(a) (b) Gambar 1.2 Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder), (b)

penampang rotor pada generator sinkron

Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara: 1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana slip

ring dan sikat. 2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada

batang rotor generator sinkron.

1.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron

Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnethomogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan tersebut. Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus DC atau oleh magnet tetap. Pada mesin tipe ini medan magnet diletakkan pada stator (disebut generator kutub eksternal / external pole generator) yang mana energi listrik dibangkitkan pada kumparan rotor. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon sikat, sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator dengan kutub internal (internal pole generator), yang mana medan magnet dibangkitkan oleh kutub rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada kecepatan konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub internal pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa sehingga membentuk beda fasa dengan sudut 120°. Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan yang dibangkitkan diperlilhatkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.3 Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang dibangkitkan.

Page 3: DASAR TEORI P1

Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan dengan mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder, kumparan rotor disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks terdistribusi secara sinusoidal. Untuk tipe generator dengan kutub internal (internal pole generator), suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring dan sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan eksitasi daya rendah. Jika rotor menggunakan magnet permanen, maka tidak slip ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan.

1.3 Kecepatan Putar Generator Sinkron

Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron dengan kecepatan putar generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan suplai arus DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah putaran rotor. Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada mesin dengan frekuensi elektrik pada stator adalah:

(1.1)

yang mana: fe = frekuensi listrik (Hz) nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm) p = jumlah kutub magnet

Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan putar rotor dengan frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka generator harus berputar pada kecepatan tetapdengan jumlah kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk membangkitkan 60 Hz pada mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan 3600 rpm. Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor harus berputar pada 1500 rpm.

1.4 Alternator tanpa beban

Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (IF), maka tegangan (Ea ) akan terinduksi pada kumparan jangkar stator. Bentuk hubungannya diperlihatkan pada persamaan berikut.

Ea = c.n.φ (1.2) yang mana: c = konstanta mesinn = putaran sinkron φ = fluks yang dihasilkan oleh IF

Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan (IF). Apabila arus medan (IF) diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga Ea seperti yang terlihat pada kurva sebagai berikut :

Page 4: DASAR TEORI P1

gambar 1.4 Karakteristik tanpa beban generator sinkron

1.5 Alternator Berbeban

Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar besifat reaktif karena itu dinyatakan sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi magnetisasi (Xm ). Reaktansi pemagnet (Xm ) ini bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor (Xa ) dikenal sebagai reaktansi sinkron (Xs) . Persamaan tegangan pada generator adalah:

Ea = V + I.Ra + j I.Xs (1.3) Xs = Xm + Xa (1.4)

yang mana: Ea = tegangan induksi pada jangkar V = tegangan terminal output Ra = resistansi jangkar Xs = reaktansi sinkron

Karakteristik pembebanan dan diagram vektor dari alternator berbeban induktif (faktor kerja terbelakang) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.5 Karakteristik alternator berbeban induktif

Page 5: DASAR TEORI P1

1.6 Rangkaian Ekuivalen Generator Sinkron

Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator sinkron. Tegangan ini biasanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator. Tegangan induksi sama dengan tegangan output terminal hanya ketika tidak ada arus jangkar yang mengalir pada mesin. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara tegangan induksi dengan tegangan terminal adalah: 1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus pada stator,

disebut reaksi jangkar. 2. Induktansi sendiri kumparan jangkar. 3. Resistansi kumparan jangkar. 4. Efek permukaan rotor kutub sepatu.

Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.6 Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa

1.7 Pengaturan Tegangan (Regulasi Tegangan)

Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal alternator antara keadaan beban nol (VNL) dengan beban penuh (VFL). Keadaan ini memberikan gambaran batasan drop tegangan yang terjadi pada generator, yang dinyatakan sebagai berikut.

(1.5)

1.8 Kerja Paralel Alternator Untuk melayani beban yang berkembang, maka diperlukan tambahan

sumber daya listrik. Agar sumber daya listrik yang yang baru (alternator baru) bisa digunakan bersama, maka dilakukan penggabungan alternator dengan cara mempararelkan dua atau lebih alternator pada sistem tenaga dengan maksud memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan pada sistem. Selain untuk tujuan di atas, kerja pararel juga sering dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada mesin (alternator) yang harus dihentikan, misalnya untuk istirahat atau reparasi, maka alternator lain masih bisa bekerja untuk mensuplai beban yang lain. Untuk maksud mempararelkan ini, ada beberapa pesyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Harga sesaat ggl kedua alternator harus sama dalam kebesarannya, dan bertentangan dalam arah, atau harga sesaat ggl alternator harus sama dalam kebesarannya dan bertentangan dalam arah dengan harga efektif tegangan jalajala.

Page 6: DASAR TEORI P1

2. Frekuensi kedua alternator atau frekuensi alternator dengan jala harus sama 3. Fasa kedua alternator harus sama 4. Urutan fasa kedua alternator harus sama

Bila sebuah generator ’G’ akan diparaelkan dengan jala-jala, maka mula-mula G diputar oleh penggerak mula mendekati putaran sinkronnya, lalu penguatan IF diatur hingga tegangan terminal generator tersebut sama denga jala-jala. Untuk mendekati frekuensi dan urutan fasa kedua tegangan (generator dan jala-jala) digunakan alat pendeteksi yang dapat berupa lampu sinkronoskop hubungan terang. Benar tidaknya hubungan pararel tadi, dapat dilihat dari lampu tersebut. Bentuk hubungan operasi paralel generator sinkron dengan lampu sinkronoskop diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.10 Operasi paralel generator sinkron

Jika rangakaian untuk pararel itu benar (urutan fasa sama) maka lampu L1, L2 dan L3 akan hidup-mati dengan frekuensi fL - fG cycle. Sehingga apabila ke tiga lampu sedang tidak bekedip berarti fL = fG atau frekuensi tegangan generator dan jala-jala sudah sama. Untuk mengetahui bahwa fasa kedua tegangan (generator dan jala-jala) sama dapat dilihat dari lampu L1, L2, dan L3. Frekuensi tegangan generator diatur oleh penggerak mula, sedang besar tegangan diatur oleh penguatan medan. Jika rangkaian untuk mempararelkan itu salah (urutan fasa tidak sama) maka lampu L1, L2 dan L3 akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi (fL + fG ) cycle. Dalam hal ini dua buah fasa (sebarang) pada terminal generator harus kita pertukarkan.

Jika urutan fasa kedua sistem tegangan sama, maka lampu L1, L2, dan L3 akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi fL - fG cycle. Saat mempararelkan adalah pada keadaan L1 mati sedangkan L2 dan L3 menyala sama terang, dan keadaan ini berlangsung agak lama (yang berarti fL dan fG sudah sangat dekat atau benar-benar sama). Dalam keadaan ini, posisi semua fasa sistem tegangan jala-jala berimpit dengan semua fasa sistem tegangan generator.

Page 7: DASAR TEORI P1

BAB IIDATA PERCOBAAN

Percobaan IName Plate Generator Sinkron Typ 73228 Class 0,6Y/ 400/230 V 0,83/1,44 A0,27 Kw cos φ 0,7/1,01360/1500 U/min 50 HzU2 107/ = 20 V 1,7/ = 4,0 AIs B/F Ip 20 37627 VCE 0530

Percobaan IIGenerator Sinkron Tanpa BebanTabel 1a. Hasil Pengukuran Tegangan stator pada saat tanpa beban (arus eksitasi naik)Arus Medan (A): 0 0.4 1 1.6 2.4 2.8 3Teg. Stator (V): 7 90 215 280 320 330 310Torsi (Nm): 0.02 0.01 0.03 0.06 0.1 0.11 0.12

Tabel 1b. Hasil Pengukuran Tegangan stator pada saat tanpa beban (arus eksitasi turun)Arus Medan (A): 3 2.8 2.4 1.6 1 0.4 0Teg. Stator (V): 310 390 370 280 220 110 7Torsi (Nm): 0.12 0.11 0.10 0.07 0.03 0.01 0.02

Percobaan IIITest Hubung SingkatTabel 2. Hasil Pengukuran arus eksitasi dan arus statorArus Eksitasi (A): 3.3Arus Stator (A): 0.83

Percobaan IVBentuk Gelombang Tegangan GeneratorTabel 4.a. Perubahan Bentuk Gelombang tegangan akibat perubahan EksitasiArus Eksitasi (A) Tegangan RMS (V) Gambar Bentuk Gelombang

0.5 135

Page 8: DASAR TEORI P1

1.5 320

2.5 380

3 400

Tabel 4.b. Perubahan Bentuk Gelombang tegangan akibat perubahan Eksitasi

Put. Primeover (rpm)

Tegangan RMS (V) Gambar Bentuk Gelombang

1500 400

1100 290

800 200

Page 9: DASAR TEORI P1

400 100

Page 10: DASAR TEORI P1

BAB IIIANALISA DATA

Percobaan IName Plate Motor Sinkron Sumber tegangan bintang = 400 V tegangan delta = 230 V (Line to Line)Arus bintang = 0,83 A arus delta = 1,44 ADaya input = 0,27 KwCos φ asinkron = 0,7 Cos φ sinkron = 1,0Kecepatan sinkron = 1500 U/min Kecepatan asinkron = 1360 U/minFrekuensi = 50 HzTes input eksitasi Tegangan AC 107 V/ DC 20 V Arus AC 0,7 A / DC 4 A

Dari data diatas merupakan nameplate dari mesin sinkron 3 phasa yang digunakan dalam percobaan ini. Dari nameplate tersebut dapat diketahui dari mesin tersebut. Diantaranya jenis hubungan kumparan yang digunakan, batas- batas dari tegangan dan arus stator yang diizinkan, factor kerja mesin, frekuensi kerja, kecepatan medan putar dan sebagainya. Sehingga tidak diharapkan terjadi kesalahan pembacaan nameplate agar tidak terjadi kerusakan alat, akibat kesalahan pengaturan dari mesin sinkron tersebut.

Percobaan IIGenerator Sinkron Tanpa Beban

Dari data ditunjukkan bahwa jika If dinaikkan maka tegangan ikut naik secara cepat, kemudian naik dan secara perlahan dan linier. Kondisi ini dinamakan kondisi saturasi (jenuh) dimana inti tidak dapat ditambah kemagnetannya lagi. Pada saat If nol tegangan sudah timbul meskipun nilainya kecil. Hal ini disebabkan magnet sisa pada belitan eksitasi. Kenaikan harga If juga berpengaruhh pada torsi generator dimana nilainya semakin lama semakin turun (negatif).

Dari tabel 2, menunjukkan pada penurunan If maka tegangan akan turun perlahan dan kemudian semakin cepat sampai tegangan yang relatif kecil (tidak sampai nol). Beegitu pula dengan nilai dari torsi yang semakin naik (menuju nilai positif).

Percobaan IIITest Hubung Singkat

Dari tabel 3 ditunjukkan harga Is yang mencapai rating arusnya dengan cara If yang dinaikkan dan terminal beban dihubung singkat (beban penuh) dari sini didapat arus hubung singkat (Ihs) atau arus stator beban penuh.

Page 11: DASAR TEORI P1

BAB IVTUGAS-TUGAS

4.1. Tugas ModulPercobaan IName Plate Motor Sinkron Sumber tegangan bintang = 400 V tegangan delta = 230 V (Line to Line)Arus bintang = 0,83 A arus delta = 1,44 ADaya input = 0,27 KwCos φ asinkron = 0,7 Cos φ sinkron = 1,0Kecepatan sinkron = 1500 U/min Kecepatan asinkron = 1360 U/minFrekuensi = 50 HzTes input eksitasi Tegangan AC 107 V/ DC 20 V Arus AC 0,7 A / DC 4 A

Percobaan IIGenerator Sinkron Tanpa Beban (Ricky)

Page 12: DASAR TEORI P1

4.2 Tugas Asistensi1. Jelaskan tentang kerja paralel generator sinkron!

Generator sinkron di paralel memiliki tujuan untuk menjaga kontinuitas penyaluran daya ke sistem kelistrikan. Dalam memparalel generator sinkron diperlukan 4 syarat antara lain:

Besar magnitude tegangan phasa masing-masing generator harus sama

Memiliki polaritas yang sama antara kedua generator dan tidak bertentangan satu dengan lainnya

Memiliki urutan phasa yang sama antara kedua generator Frekuensi kedua generator sama Memiliki bentuk gelombang tegangan yang sama pada kedua

generatornya

Ada beberapa cara untuk memparalelkan generator dengan mengacu pada syarat-syarat diatas, yaitu :a. Lampu Cahaya berputar dan Volt-meterb. Voltmeter, Frekuensi Meter, dan Synchroscope.c. Cara Otomatis

Dengan rangkaian pada gambar 1, pilih lampu dengan tegangan kerja dua kali tegangan fasa-netral generator atau gunakan dua lampu yang dihubungkan secara seri. Dalam keadaan saklar S terbuka operasikan generator, kemudian lihat urutan nyala lampu. Urutan lampu akan berubah menurut urutan L1 - L2 - L3 - L1 - L2 - L3.

Perhatikan Gambar 2a, pada keadaan ini L1 paling terang, L2 terang, dan L3 redup. Perhatikan Gambar 2b, pada keadaan ini:• L2 paling terang• L1 terang• L3 terang

Perhatikan gambar 2c, pada keadaan ini,

Page 13: DASAR TEORI P1

• L1 dan L2 sama terang• L3 Gelap dan Voltmeter=0 V

Pada saat kondisi ini maka generator dapat diparalelkan dengan jala-jala (generator lain).

Gambar 2a,b dan c. Rangkaian Lampu Berputar.

Voltmeter, Frekuensi Meter dan SynchroscopePada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik, untuk indikator paralel

generator banyak yang menggunakan alat Synchroscope, gambar 3. Penggunaan alat ini dilengkapi dengan Voltmeter untuk memonitor kesamaan tegangan dan Frekuensi meter untuk kesamaan frekuensi. Ketepatan sudut fasa dapat dilihat dari synchroscope. Bila jarum penunjuk berputar berlawanan arah jarum jam, berarti frekuensi generator lebih rendah dan bila searah jarum jam berarti frekuensi generator lebih tinggi. Pada saat jarum telah diam dan menunjuk pada kedudukan vertikal, berarti beda fasa generator dan jala-jala telah 0 (Nol) dan selisih frekuensi telah 0 (Nol), maka pada kondisi ini saklar dimasukkan (ON). Alat synchroscope tidak bisa menunjukkan urutan fasa jala-jala, sehingga untuk memparalelkan perlu dipakai indikator urutan fasa jala-jala.

Paralel OtomatisParalel generator secara otomatis biasanya menggunakan alat yang

secara otomatis memonitor perbedaan fasa, tegangan, frekuensi, dan urutan fasa. Apabila semua kondisi telah tercapai alat memberi suatu sinyal bahwa saklar untuk paralel dapat dimasukkan.

Page 14: DASAR TEORI P1

Gambar 3. Synchroscope.

2. Jelaskan pengaruh pembebanan pada Generator Sinkron!Jawab

Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar besifat reaktif karena itu dinyatakan sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi magnetisasi (Xm ). Reaktansi pemagnet (Xm ) ini bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor (Xa ) dikenal sebagai reaktansi sinkron (Xs) . Persamaan tegangan pada generator adalah: Ea = V + I.Ra + j I.Xs (1.3) Xs = Xm + Xa (1.4)

yang mana: Ea = tegangan induksi pada jangkar V = tegangan terminal output Ra = resistansi jangkar Xs = reaktansi sinkron

Karakteristik pembebanan dan diagram vektor dari alternator berbeban induktif (faktor kerja terbelakang) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.5 Karakteristik alternator berbeban induktif

Page 15: DASAR TEORI P1

Gambar 1.9 Diagram fasor (a) Faktor daya satu (b) faktor daya tertinggal (c) faktor daya mendahului