dasar teori difraksi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gelombang memiliki suatu sifat yang sangat menarik ketika dipelajari
diantaranya yaitu gelombang dapat dibelokkkan dengan diberi rintangan. Peristiwa
pembelokkan dengan rintangan tersebut dikenal dengan difraksi. Sesuai dengan teori
Huygens, kita dapat memandang difraksi dari interferensi sebagai sederet sumber titik
yang memenuhi lebar celah. Untuk dapat lebih memahami dan mengerti prinsip kerja
dari difraksi terutama difraksi Fraunhofer, gejala fisisnya dan aplikasinya maka dilakukan
percobaan difraksi.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah mempelajari dan memahami prinsip kerja difraksi
Fraunhofer, gejala fisisnya, dan aplikasinya.
1.3 Permasalahan
Permasalahan dalam praktikum ini adalah bagaimana cara mengetahui peristiwa
difraksi dari interferensi sebagai sederet sumber titik yang memenuhi lebar celah, juga
bagaimana mengetahui gejala difraksi dan aplikasinya.
1.4 Sistematika Laporan
Laporan ini terdiri atas Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
tujuan dan permasalahan dalam percobaan serta sistematika laporan. Bab II Dasar
Teori, yang berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan tema percobaan.
Kemudian Bab III Metodologi Percobaan berisi tentang peralatan yang digunakan
dalam percobaan serta prosedur percobaan. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan,
tentang analisa data percobaan beserta dengan pembahasannya. Bab V berisi tentang
tugas khusus yang diberikan, kemudian Bab VI Kesimpulan tentang kesimpulan hasil
percobaan. Terakhir adalah Daftar Pustaka dan lampiran data hasil percobaan.
1
BAB II
DASAR TEORI
Difraksi adalah suatu sifat gelombang yang dapat dibelokkan oleh rintangan .
Apabila cahaya melalui celah yang begitu besar, baying-bayang tepian dari celah akan
tampak atau terlihat dengan jelas. Meskipun demikian, apabila cahaya melalui celah
sempit, baying-bayang dari tepian celah tampak kabur. Kekaburan ini dapat dipahami
bila kita pikirkan cahaya dapat melentur setelah melewati tepian celah. Lenturan cahaya
pada tepian penghalang ini disebut sebagai gejala difraksi. Difraksi dapat dijelaskan
sehubungan dengan sifat gelombang dari cahaya.
Francesco Grimaldi menunjukkan bahwa bagian tepi dari baying-bayang suatu
penghalang akan terlihat kabur apabila dilihat dengan seksama. Gejala ini dapat dilihat
dijelaskan dengan menganggap cahaya melentur ataupun membengkok di sekitar tepian
penghalang, seperti gelombang melentur di sekitar tepian penghalang. Gejala difraksi ini
agak sulit atau sukar diamati, hal ini disebabkan karena panjang gelombang cahaya
sangat kecil. Panjang gelombang cahaya yang sangat kecil ini menyebabkan gejala
difraksi cahaya dapat diamati apabila gelombang cahaya melalui celah yang sangat
sempit pula.
Selain itu Thomas Young juga mengadakan percobaan untuk menguji hipotesa
dari Grimaldi. Young memperkirakan bahwa cahaya yang mengalami difraksi apabila
melalui celah sempit akan membentuk pola interferensi. Percobaan Young ini
menunjukkan hubungan antara pola interferensi yang disebabkan oleh difraksi
gelombang.Menurut prinsip Huygens, apabila cahaya dating pada suatu celah maka
semua titik-titik pada celah tersebut menjadi sumber gelombang sekunder, yang
memancarkan gelombang-gelombang baru yang disebut gelombang terdifraksi.
2
Gb 2.1 Difraksi pada celah sempit yang panjang.
Peristiwa difraksi dapat ditinjau sebagai kumpulan dari peristiwa interferensi.
Untuk meninjau difraksi celah selebar b, maka diandaikan pada celah tersebut ada lima
sumber cahaya: A, B, C, D dan E. Hasil dari interferensi merusak terjadi apabila antara
dua sinar mempunyai beda lintasan
r1 – r2 = ( ) x n
dengan n= bilangan ganjil.
Apabila kita tinjau dari sinar yang jatuh di A dan di C, maka selisih panjang lintsannya:
rC - rA = CF = b sin = n ( )
Jadi untuk n= 1, 3, 5,. . . dua sinar tersebut, seperti halnya untuk pasangan sinar
lain yang berjarak b/ 2 juga akan menghasilkan interferensi merusak, sehingga tidak ada
gelombang yang teramati dalam arah . Sekarang kita akan meninjau titik A dan B yang
berjarak b/ 4, maka beda lintasan sinar A dan B adalah:
rB - rA = BG = b sin = ( ) ( )
dengan n= 2, 6, 8, . . . , kedua sinar dari A dan B tersebut seperti halnya pasangan sinar-
sinar lain yang berjarak b/ 4 akan menghasilkan interferensi destruktif.
3
Apabila cara tersebut diatas diulang terus menerus, hingga semua bilangan bulat
tercakup, maka disimpulkan bahwa intensitas nol terjadi apabila b sin = n untuk n
0. Jadi intensitas nol terjadi untuk
Sin = / b ; 2 b ; 3 / b
Antara setiap titik berintensitas nol terjadi intensitas maksimum, namun secara
berangsur-angsur intensitas berkurang terhadap orde yang semakin besar. Untuk panjang
gelombang yang sangat kecil dibandingkan ukuran lebar celah, maka kedudukan titik-
titik berintensitas nol terhadap pusat yang berintensitas maksimum dapat didekati sebagai
sin = / b
Pada gelombang mekanik, misalnya gelombang pada permukaan air, bila
dipasang penghalang, pada tepian penghalang akan terjadi gejala lenturan gelombang.
Gejala ini juga terjadi pada cahaya sebagai gelombang elektromagnetik. Gejala difraksi
pada cahaya akan terlihat pola gelap-terang, tetapi gejala ini agak sukar diamati karena
panjang gelombang cahaya sangat kecil. Gejala difraksi cahaya disebabkan oleh tepian
penghalang yang berupa tepi silet.
Seberkas cahaya yang sejajar dengan monokhromatik dating pada celah tunggal
lebar d. Setelah cahaya melalui celah akan mengalami lenturan dan terjadi pola difraksi
berupa garis-garis terang-gelap pada layer. Pada gambar 2.2 celah AB dibagi menjadi 2k
bagian sama besar dan setiap bagian diberi nama x1, x2, . . . ,xk, xk+1, . . . , x2k.
4
Gb 2.2 celah AB yang dibagi menjadi 2k sama besar
Setiap bagian kecil dari celah dianggap sebagai sumber yang koheren. Pada arah = 0
terhadap normal kisi terjadi garis terang pada layer. Garis terang ini melebar sehingga
merupakan pita terang yang makin ke tepi makin redup. Pada arah dengan d sin =
terjadi garis gelap. Hal ini karena gelombang dari setiap bagian celah mempunyai fase
yang sama setelah sampai pada layer. Selisih fase antara gelombang dari pasangan-
pasangan bagian x1 dan x k+1, x 2 dan x k+2, x 3 dan xk+3, . . . , xk, x 2k adalah:
Terang pertama terjadi pada arah , dan sin = 1 . Pada arah ini celah dibagi
menjadi 3k bagian kecil-kecil sama besar. Apabila kita amati, k bagian pertama dengan k
bagian kedua berselisih fase , sehingga saling meniadakan. K bagian ketiga membuat
garis terang pada layer dengan intensitas dan lebar lebih kecil disbanding dengan garis
terang pertama. Gelap kedua terjadi pada arah , dan sin = 2. Pada arah ini celah
dibagi menjadi 4k bagian kecil-kecil sama besar. Kita lihat bahwa k bagian pertama
dengan k bagian kedua berselisih fase , sehingga saling meniadakan. Demikian halnya
dengan k bagian ketiga dan k bagian keempat, juga saling meniadakan. Sehubungan
dengan hal tersebut, pada arah ini terjadi garis gelap pada layer. Apabila cara ini
diteruskan akan diperoleh perumusan:
Terlihat terang pada arah , bila
d sin = 0 (terang pusat)
atau
d sin = (2n – 1) ; n= 1, 2, 3, . . .
Dari perumusan di atas tampak bahwa lebar terang pusat sama dengan dua kali lebar
terang pertama, kedua, dan seterusnya. Apabila yang dating pada celah adalah cahaya
5
polikhromatik, pola difraksi yang terjadi pada layer adalah terang pusat, yaitu putih,
sedangkan terang berikutnya adalah berupa spectrum.
Pada difraksi oleh celah tunggal, pola difraksi yang dihasilkan pada layer jika
digunakan cahaya monokhromatik adalah garis terang dan garis gelap yang bergantian
letaknya. Difraksi karena lubang (kecil) yang bulat menimbulkan pola berupa lingkaran
terang dikelilingi lingkaran gelap secara berganti-ganti. Lingkaran gelap pertama
membuat sudut .
Sin =
Dimana D= diameter lubang
= panjang gelombang cahaya yang digunakan
Sebuah titik benda (cahaya) yang dilihat dengan peralatan optic akan diperoleh
bayangan berupa lingkaran terang. Apabila suatu peralatan optic digunakan untuk
mengamati dua titik sumber difraksi akan dihasilakan dua lingkaran terang. Kedudukan
dua lingkaran terang tersebut digunakan untuk menentukan apakah kedua titik sumber
tersebut dapat dibedakan (terlihat terpisah) atau tidak. Dua titik sumber dapat kita lihat
secara terpisah (dapat dibedakan ), bila terang pusat (maksimum) pola difraksi dari
sumber pertama berimpit dengan pola difraksi minimum dari titik sumber kedua.
Apabila terdapat dua buah sumber yang berjarak d, sedangkan jarak antara kedua
sumber ke lensa adalah L dan kedua sumber tersebut membuat sudut terhadap lensa.
Bayangan kedua sumber yang dibentuk lensa adalah dua lingkaran terang dengan pusat
S1’ dan S2’. Apabila diameter lensa D, d minimum agar kedua sumber dapat dibedakan
adalah:
Sin (min) =
Karena kecil, maka sin tg
, sehingga dmin =
6
BAB III
PERALATAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Peralatan dan Komponen Percobaan
Laser He-Ne
Sifat dengan lebar dan macam bervariasi
Layar dan kertas millimeter
Meteran dan penggaris
CD
3.2 Prosedur Percobaan
7
a) Mengamati peralatan percobaan laser He-Ne, slit/ pinhole/ kawat dan layer seperti
gb 3.1 dan mencatat jarak dan posisi peletakkan peralatan serta lebar slit dan
macam slit.
b) Menggambar pola frinji difraksi Franhoufer tersebut.
c) Pola difraksi dengan satu celah/ slit:
Mengatur layer pada jarak z 25 cm dan slit
Mengukur interval d pada layer dan memasukkan harga yang diperoleh pada
table I.
Mengulangi langkah diatas untuk posisi layer pada jarak 25-150 cm dengan
kenaikkan 25 cm dari layar. Mengisikan hasilnya pada table. Melakukan
untuk kedua lebar slit yang berbeda tersebut.
d) Pola difraksi dengan dua celah/ slit:
Mengatur layer pada jarak = 25 cm dari slit.
Mengukur interval d pada jarak layer dan memasukkan harga yang diperoleh
pada tabel.
Mengulangi langkah diatas untuk posisi layar pada jarak 25-150 cm dengan
kenaikkan 25 cm dari layer. Mengisikan hasilnya pada table.
e) Pola difraksi dengan banyak celah/ slit:
Mengatur layer pada jarak z = 50 cm dari slit. Mengamati pola pada layar.
Memindahkan layer dari jarak sebesar 7 5 cm.
Mengamati pola yang terjadi pada layer. Membandingkan dengan pola yang
terjadi pada jarak 50 cm dan pada satu dan dua celah.
f) Pola grating suatu CD yang terdiri dari banyak celah:
Mengenakan CD pada sinar laser seperti gb 3.2 sehingga terbentuk pola gelap
terang pada layer.
Mengukur jarak pada z= 25 cm dari CD. Menghitung besar interval d pada
layer dan memasukkan harga yang diperoleh pada table.
Melakukan untuk CD yang mempunyai informasi dan CD kosong serta CD
dengan bentuk yang berbeda.
Mengamati pola yang terjadi dan membandingkan antar ketiganya.
8
SLIT LAYAR
Gambar 3.1 Susunan Peralatan Percobaan
LASER
DISK
LAYAR
Gambar 3.2 Susunan Peralatan Percobaan
9
LASER