dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana...
TRANSCRIPT
1
DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA MATI
TERHADAP ANAK
STUDI PUTUSAN NO: 08/PID.B/2013/PN-GS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
Oleh:
ANES SEFTA ASMITA
NIM : 02111001084
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2016
2
3
4
Motto dan Persembahan :
“Sesungguhnya Allah tidak Mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Rad Ayat 11)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Al-Insyirah Ayat 6)
Skripsi ini Penulis persembahkan untuk :
Ayah dan Ibuku (Asnawi dan Mince Ari Susanti)
Seluruh Dosenku di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
Kedua adikku M. Yogi Marta Wijaya dan Defran Ardhika
Sahabat-sahabatku
Bripda Achmad Firdaus
Almamater yang aku banggakan
5
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb,
Dengan nama Allah yang Maha pemurah lagi maha penyayang, dan dengan
segala keridhoanNya, serta shalawat teriring salam tercurahkan untuk Nabi
Muhammad SAW, sang kekasih Allah tercinta. Saya selaku penulis skripsi dengan
segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih atas izin dari Allah untuk nikmat
yang ia berikan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dasar Pertimbangan
Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Anak Studi Putusan Nomor
08/Pid.B/2013/PN-GS”, Saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, tetapi dengan sepenuh hati saya sangat berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapapun terutama mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sriwijaya. Saya membuka hati menerima Kritik dan saran dari pembaca yang
tentunya akan sangat berguna untuk kemajuan penulis dimasa yang akan datang.
Indralaya, Januari 2016
Penulis
(Anes Sefta Asmita)
6
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan seluruh kerendahan hati saya mengucapkan terimakasih atas
segalanya kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada saya sehingga
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, cobaan dan rintangan silih berganti,
mengiringi kesungguhan perjuangan mendapatkan gelar sarjana hukum yang
didambakan selama ini, shalawat teriring kepada kekasih Allah Nabi Muhammad
SAW, Terimakasih kepada Ayah dan Ibu saya (Asnawi dan Mince Ari Susanti) yang
telah membesarkan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang, menyekolahkan
saya hingga dapat meraih gelar sarjana, berkat doa, kasih sayang dan tetesan keringat
Ayah dan ibu selama ini akhirnya saya bisa mendapatkan impian dan cita-cita saya
selama ini. Terimakasih saya ucapkan juga kepada :
1. Yth. Rektor Universitas Sriwijaya Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE
dan segenap Pembantu Rektor Universitas Sriwijaya.
2. Yth. Bapak Prof. Zainuddin Nawawi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya.
3. Yth. Bapak Dr. Febrian, S.H.,M.S. Selaku Pembantu Dekan I.
4. Yth. Bapak Dr. Muhammad Ridwan, SH.,M.Hum Selaku Pembantu Dekan II
5. Yth. Bapak Dr. H. Abdullah Gofar, S.H.,MH Selaku Pembantu Dekan III.
6. Yth. Bapak Dr. H. Ruben Achmad, S.H.,M.H Selaku Ketua Bagian Studi
Hukum dan Sistem Peradilan Pidana.
7
7. Terimakasih Kepada seluruh Dosen di fakultas hukum Universitas Sriwijaya
yang sangat berjasa dalam memberikan ilmu pengetahuan dibidang hukum.
8. Terimakasih Kepada Pembimbing Akademik saya, Yth. Bapak Malkian
Elvani, S.H.,M.Hum (Alm)
9. Terimakasih kepada Yth. Ibu Dr. Hj. Nashriana, SH.,M.Hum selaku
pembimbing utama dan ibu Vera Novianti,SH.M.Hum selaku pembimbing
pembantu yang telah membimbing saya dalam menulis skripsi.
10. Termakasih Kepada Universitas Sriwijaya karena telah memberikan saya
kesempatan untuk mengenyam pendidikan Strata 1 (S1).
11. Terimakasih kepada seluruh Perangkat Akademik yakni bapak dan ibu
pegawai akademik yang telah membantu dalam proses administrasi dan lain-
lainnya.
12. Terimakasih Kepada Organisasi Mahasiswa B.O RAMAH (Badan Otonom
Kerohanian Al-Mizahanul Haq) yang telah menjadi organisasi yang
membantu saya mempelajari Agama Islam secara mendalam.
13. Terimakasih kepada seluruh Tutor, pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan PLKH angkatan 2011, dan teman-teman selama PLKH, terutama
kelas B dan terkhusus untuk teman-teman Kelompok A “Fiat Lux”
14. Terimakasih Kepada Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan karena telah
memberikan kesempatan Magang di Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan
8
15. Terimakasih untuk Akbar Insani dan M. Rian partner magang (sekelompok)
selama di Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan
16. Terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
terutama yang telah membantu saya dalam meraih Impian saya.
Demikianlah ucapan terimakasih dari Penulis, Semoga kalian semua
memdapatkan ganjaran yang setimpal dari Allah atas kebaikan yang sudah kalian
berikan. Aamiin Ya Robbal „alamiin..
Indralaya, Januari 2016
Anes Sefta Asmita
Penulis
9
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN i
LEMBAR PERSETUUAN ii
PERNYATAAN PLAGIAT iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH v
DAFTAR ISI viii
ABSTRAK xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 8
E. Kerangka Teori 9
F. Metode Penelitian 14
1. Jenis Penelitian 14
2. Sifat Penelitian 14
3. Metode Pendekatan 15
4. Jenis Dan Sumber Data 15
5. Teknik Pengumpulan Data 16
6. Teknik Analisis Data 17
10
7. Teknik Penarikan Kesimpulan 17
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Pidana Dan Pemidanaan 18
1. Pengertian Pidana 18
B. Tinjauan Umum Tentang Jenis-jenis Pidana 20
1. Jenis-jenis Pidana Pokok 21
a. Pidana Mati 21
b. Pidana Penjara 23
c. Pidana Kurungan 24
d. Pidana Denda 25
e. Pidana Tutupan 25
2. Jenis-jenis Pidana Tambahan 26
a. Pidana Pencabutan Hak-hak Tertentu 26
b. Pidana Perampasan Barang-barang Tertentu 27
c. Pidana Pengumuman Putusan Hakim 27
3. Tujuan Adanya Pidana/Pemidanaan 28
C. Tinjauan Tentang Anak yang Berkonflik Dengan Hukum 28
1. Pengertian Anak yang Berkonflik Dengan Hukum 28
2. Hak-hak Anak yang Berkonflik Dengan Hukum 29
3. Sanksi Bagi Anak yang Berkonflik Dengan Hukum 31
11
D. Tinjauan Tentang Putusan Pengadilan 32
1. Pengertian Tentang Putusan Pengadilan 32
2. Bentuk-bentuk Putusan Pengadilan 33
3. Syarat Sah Putusan Pengadilan 34
E. Tinjauan Tentang Peranan Hakim 36
1. Tugas Dan Peranan Hakim 36
2. Teori Penjatuhan Putusan 37
BAB. III PEMBAHASAN
A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Anak
Dalam Putusan Nomor : 08/Pid.B/2013/PN-GS 42
1. Kasus Posisi 43
2. Tuntutan Penuntut Umum 50
3. Pertimbangan Hakim 52
4. Amar Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sitoli 89
5. Analisis Kasus 91
B. Putusan Nomor : 08/Pid.B/2013/PN-GS Dikaitkan Dengan Hak Asasi Anak
94
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan 105
B. Saran 106
12
ABSTRAK
Putusan Nomor: 08/Pid.B/2013/PN-GS” ini mengkaji mengenai dasar-dasar
yang menjadi bahan pertimbangan bagi hakim dalam penjatuhan pidana mati
terhadap anak dalam putusan nomor 08/Pid.B /2013/PN-GS, kemudian putusan
Nomor: 08/Pid.B/2013/PN-GS dilihat dari persfektif Hak Asasi Manusia.
Berdasarkan dengan latar belakang yang menjelaskan bahwa pelaku tindak pidana
pembunuhan berencana adalah seorang anak yang diketahui dari akta baptis gereja
bethel indonesia milik terdakwa dan ditemukan beberapa fakta cacat hukum dalam
proses penegakan hukum.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis normatif,
yaitu dengan melakukan analisis terhadap permasalahan melalui pendekatan asas-asas
hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan, dan dilakukan dengan (studi kepustakaan) yaitu melakukan
penelitian dengan beberapa literatur, seperti mencari beberapa sumber bacaan, buku-
buku, serta media internet yang berkaitan dengan masalah yang dikaji dalam skripsi
ini.
Hasil dari penelitian adalah, pertama dasar pertimbangan yang digunakan
oleh hakim dalam penjatuhan pidana mati terhadap anak dalam Putusan Nomor:
08/Pid.B/2013/PN-GS adalah perbuatan yang didakwakan merupakan tindak pidana
pembunuhan berencana yakni pasal 340 KUHPidana jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHPidana. Kedua, Putusan hakim Pengadilan Negeri Gunung Sitoli Nomor:
08/Pid.B/2013/PN-GS bertentangan dengan Pasal 26 ayat 2 Undang-undang Nomor
3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, Pasal 3 huruf f Undang-undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana, Pasal 81 ayat 6 Undang-undang Nomor
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana, Pasal 16 ayat 1 Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2002 Jo. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
perlindungan anak, Pasal 66 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia.
Kata Kunci : Pertimbangan Hakim, Pidana mati, Terhadap Anak
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pidana mati adalah hukuman pokok yang ketentuannya terdapat dalam Pasal
10 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP). Pidana mati sudah dikenal
sejak zaman dahulu, yakni pada zaman Romawi, Yunani, dan Jerman.1 Pidana mati
berlaku dan ditujukan kepada pelaku tindak pidana yang sudah dewasa, tidak
ditujukan kepada anak yang berkonflik dengan hukum.
Pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak menyebutkan anak yang berkonflik dengan hukum yang
selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.2
Secara hukum, anak yang berkonflik dengan hukum tidak dapat dipidana
dengan pidana mati, hal ini sesuai dengan Pasal 3 huruf f Undang-undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang berbunyi:
“Setiap anak dalam proes peradilan pidana berhak untuk tidak dijatuhi pidana
mati atau pidana seumur hidup”.3
1 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2011.hlm 117
2 Lihat Pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak 3 Lihat Pasal 3 huruf f Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak
14
Pasal 81 ayat 6 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak juga menjelaskan bahwa anak tidak dapat dijatuhi pidana
mati, yang berbunyi:
“Jika tindak pidana yang dilakukan Anak merupakan tindak pidana yang
diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang
dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh tahun)".4
Menurut Pasal 69 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, anak yang berkonflik dengan hukum dan belum
mencapai umur 14 tahun akan dikenai sanksi tindakan, sementara anak yang
berkonflik dengan hukum dan usianya 15 tahun keatas, menurut Pasal 71 ayat (1) dan
(2) Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak akan dikenai sanksi pidana yaitu
sanksi pidana pokok dan tambahan.5
Dewasa ini, terjadi kasus yang menunjukkan lemahnya prinsip peradilan yang
tidak memihak (fair trial) terhadap seorang anak dibawah umur bernama Yusman
Telaumbanua. Yusman Telaumbanua dijatuhi pidana mati oleh hakim Pengadilan
Negeri Gunung Sitoli (Putusan Nomor: 08/Pid.B/2013/PN-GS) atas dugaan turut
serta melakukan pembunuhan berencana yakni terhadap majikannya Kolimarinus
Zega, Jimmi Trio Girsang, dan Rugun Br Haloho. Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS) menemukan beberapa kejanggalan dan
4Lihat Pasal 81 ayat 6 Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak 5 Lihat Pasal 69 ayat (2) dan Pasal 71 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 11 tahun
2012tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
15
dugaan cacat hukum pada kasus Yusman. Pada Tahun 2013, diduga Yusman
mengalami kekerasan saat pemeriksaan di kepolisian, terlihat dari bekas luka pada
pelipis kanan dan di alis kanan Yusman juga terdapat bekas luka dipukul dengan
cincin oleh penyidik Polres Gunung Sitoli berinisial A yang memaksa Yusman
mengakui usianya sudah 19 tahun.6 Faktanya Yusman masih berumur 16 tahun sesuai
dengan akta baptis Gereja Bethel Indonesia bahwa Yusman kelahiran tahun 1996
bukan kelahiran tahun 1993 seperti yang tertulis dalam identitas terdakwa di putusan
Pengadilan Negeri Gunung Sitoli (Putusan Nomor: 08/Pid.B/2013/PN-GS).7 Yusman
dan Rusula Hia (kakaknya) baru mendapatkan penasehat hukum setelah ditunjuk oleh
majelis hakim tertanggal 29 Januari 2013, padahal penahanan dan proses pemeriksaan
yang dilakukan penyidik terhadap kedua terpidana telah dilakukan sejak 14
September 2012 sehingga pemeriksaan Yusman Telaumbanua tidak berjalan akurat.8
Bentuk ketidak adilan dalam proses hukum Yusman selanjutnya, ialah Yusman tidak
didampingi penerjemah bahasa ketika dipersidangan, padahal Yusman tidak bisa
berbahasa Indonesia dengan lancar dikarenakan latar belakang pendidikannya yang
hanya lulusan Sekolah Dasar (SD).9 Hal lain yang juga merupakan kejanggalan pada
6 Suryanta Bakti Susila, 2015, Fakta Baru Kasus Bocah 16 Tahun Divonis
Mati,http://m.news.viva.co.id/news/read/607215-fakta-baru-kasus-bocah-16-tahun-divonis-mati
diakses 28 maret 2015 Pukul 17.00 7 Dedy Priatmojo dan Moh Nadlir, 2015, Kejanggalan Vonis Mati Bocah Dibawah Umur,
http://m.news.viva.co.id/news/read/603318-kejanggalan-vonis-mati-bocah-di-bawah-umur-versi-
kontras diakses 19 Maret 2015 Pukul 16.48 8 Dedy Priatmojo dan Moh Nadlir, 2015, Kejanggalan Vonis Mati Bocah Dibawah Umur,
http://m.news.viva.co.id/news/read/603318-kejanggalan-vonis-mati-bocah-di-bawah-umur-versi-
kontras diakses 19 Maret 2015 Pukul 16.48 9 Dedy Priatmojo dan Moh Nadlir, 2015, Kejanggalan Vonis Mati Bocah Dibawah Umur,
http://m.news.viva.co.id/news/read/603318-kejanggalan-vonis-mati-bocah-di-bawah-umur-versi-
kontras diakses 19 Maret 2015 Pukul 16.48
16
kasus anak yang di vonis mati ini adalah terletak pada aparatur hukum, yakni
pengacara Yusman yang meminta hakim agar Yusman dijatuhi hukuman mati,
padahal jaksa penuntut umum hanya menuntut dengan hukuman seumur hidup (Ultra
Petita).10
Adanya perubahan motif pembunuhan terhadap ketiga orang korban pada
proses persidangan, mengingat motif awal dalamproses penyidikan Yusman bersama
Rusula Hia kakaknya, dipaksa untuk mengakui motif pembunuhan dikarenakan uang
pembelian tokek sebesar Rp. 500.000.000(lima ratus juta rupiah) yang dibawa oleh
korban, namun dalam proses persidangan motif tersebut berubah dikarenakan tidak
terbukti dan diganti dengan motif penjualan kepala korban sebagai jimat.11
Kasus Yusman bermula saat ketiga orang majikannya yakni Kolimarinus
Zega, Jimmi Trio Girsang dan Rugun Br Haloho hendak membeli tokek kepada
kakak ipar Yusman, yakni Rusula Hia. Akhirnya setelah berjanji untuk membeli
tokek mereka pun berangkat dari Karo menuju Nias. Ditengah perjalanan menuju
Nias Rusula Hia meminta tukang ojek yakni Ama Pasti Hia, Amosi Hia, dan Ama
Fandi Hia (DPO) untuk menjemput ketiga orang tersebut dari tengah kota, tepatnya
dari alun-alun kota Nias untuk ke rumah Rusula, dikarenakan akses jalan yang tidak
bisa dilalui kendaraan roda empat. Bersama ketiga tukang ojek (DPO) ketiga korban
dan Yusman menuju desa Hiliwaoyo yang merupakan desa Rusula Hia, kakak ipar
10
Ahlul Fikar, 2015, Kontras Akan Laporkan Pengacara Yusman, Diduga Langgar Kode
Etik, http://www.harianaceh.co.id/2015/03/19/kontras-akan-laporkan-pengacara-Yusman-diduga-
langgar-kode-etik/ diakses 20 maret 2015 Pukul 19.06 11
Haris Azhar, Rekayasa Kasus Yang Berujung Pada Vonis Hukuman Mati Terhadap Yusman
Telaumbanua dan Rasula Hia, www.kontras.org/home/index.php?module=pers&id=2013 diakses 20
maret Pukul 21.00
17
Yusman. Sementara terdakwa Rusula Hia dan Jeni (DPO) menunggu kedatangan di
desa Hiliwaoyo. Sesampainya di desa Hiliwaoyo terdakwa Rusula, Ama Pasti Hia,
Amosi Hia, Ama Fandi Hia, dan Jeni (DPO) menghabisi ketiga korban. Kemudian
setelah menghabisi ketiga korban lalu membuang mayatnya kejurang. Terdakwa
Rusulah Hia membagi-bagikan uang milik korban terhadap keempat rekannya Ama
Pasti Hia, Amosi Hia, Ama Fandi Hia, dan Jeni (DPO) serta kepada terdakwa
Yusman. Keesokan harinya, ketiga korban yang telah meninggal dibakar dan
setelahnya dikubur.12
Yusman adalah seorang anak yang tidak patut dijatuhi hukuman yang
kapasitasnya sama dengan orang dewasa. Anak memiliki hak asasi yang sama
dihadapan hukum sama seperti manusia lainnya, menurut Konvensi Hak-Hak Anak
(Convention On The Rights Of The Child) yang tertuang dalam Keputusan Presiden
Nomor 36 Tahun 1990, anak berhak memperoleh perlindungan dari bentuk
diskriminasi dan hukuman, memperoleh perlindungan dan perawatan seperti untuk
kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan, negara mengakui hak hidup anak, serta
kewajiban negara menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup anak,
memperoleh perlindungan akibat kekerasan fisik, mental, penyalahgunaan,
penelantaran atau perlakuan salah (eksploitasi) serta penyalahgunaan seksual,
12
Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sitoli Nomor: 08/Pid.B/2013/PN-GS, hlm. 4-9
18
memperoleh perlindungan hukum terhadap gangguan (kehidupan pribadi, keluarga,
surat menyurat atas serangan yang tidak sah) dan sebagainya.13
Hakim dalam memutus perkara seyogyanya didasarkan pada suara hati nurani
yang tulus dan bersandar pada perundang-undangan, dikatakan bersandar pada suara
hati nurani yang tulus maksudnya demi kepentingan masyarakat banyak bukan untuk
kepentingan diri sendiri sang hakim atau untuk melindungi orang-orang tertentu yang
memiliki akses pada kekuasaan.14
Hal tersebut sesuai Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang kekuasaan kehakiman berbunyi:
“Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna untuk menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia.” (Pasal butir 1 Undang-
undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.15
Hakim diharapkan mampu untuk dapat bertindak jujur dalam menegakkan
keadilan dengan sebagaimana mestinya sesuai dengan Undang-undang, meskipun
hakim diberikan kewenangan dalam memutus perkara, hakim dituntut untuk mampu
bersikap adil, memegang teguh prinsip fair trial (peradilan yang tidak memihak)
tidak melakukan tindakan tanpa sebuah pertimbangan, mempelajari kondisi
13
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012, hlm. 14-15 14
Antonius Sudirman, Hati Nurani Hakim Dan Putusannya, Bandung :PT. Citra Aditya
Bakti, 2007, hlm. 52 15
Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
19
riilterpidana, dituntut untuk mampu bersikap lebih teliti dan selalu menggunakan hati
nurani dalam menjatuhkan sanksi.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian, diperlukan adanya suatu rumusan
permasalahan yang akan diteliti agar dapat dijadikan acuan penelitian dalam
mencapai sasaran seperti yang diharapkan. Adapun permasalahan-permasalahan yang
menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian ialah sebagai berikut:
1. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan vonis
pidana mati terhadap anak tersebut?
2. Apakah putusan tersebut tidak memperhatikan hak asasi anak?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana mati
terhadap anak dalam putusan Nomor: 08/Pid.B/2013/PN-GS
2. Mengkaji putusan Nomor: 08/Pid.B/2013/PN-GS dilihat dari persfektif Hak
Asasi Manusia
20
D. Manfaat/Kegunaan Penelitian
Penelitian dalam penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
manfaat/kegunaan antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Mengembangkan ilmu pengetahuan hukum dan menyumbangkan suatu
pemikiran dibidang hukum pada umumnya yang didapat selama perkuliahan
dengan praktek dilapangan dalam bidang hukum acara pidana.
b. Memberikan gambaran nyata yang diperoleh dari teori mengenai
permasalahan hukum yang muncul dan cara penyelesainnya sebagai
pengetahuan tambahan untuk Mahasiswa Fakultas Hukum.
2. Manfaat Praktis
a. Menghasilkan bahan pustaka yang kebenarannya dapat dipertanggung
jawabkan, serta dapat memberikan gambaran yang diperoleh dari teori sebagai
jawaban ataupun solusi dari permasalahan hukum yang ada.
b. Memberikan masukan atau pengetahuan bagi pihak yang berkompeten saat
menemukan permasalahan yang sama.
c. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi penegak hukum dan terutama
Hakim dalam menegakkan hukum sesuai dengan Undang-Undang dan
sebagaimana mestinya.
21
E. Kerangka Teori
1. Teori-teori Tujuan Pemidanaan
a. Teori absolut atau Teori Pembalasan
Menurut teori pembalasan, diadakannya pidana adalah untuk pembalasan.
Teori ini dikenal pada akhir abad ke-18 dengan pengikut Immanuel Kant, Hegel,
Herbert, dan Stahl.16
b. Teori Tujuan atau Relatif
Jika teori absolut melihat kepada kesalahan yang sudah dilakukan, sebaliknya
teori-teori relatif ataupun tujuan berusaha untuk mencegah kesalahan-kesalahan pada
masa mendatang dengan kata lain pidana merupakan sarana untuk mencegah
kejahatan, atau biasa disebut teori prevensi yaitu prevensi umum dan prevensi
khusus. Dengan dijatuhkannya sanksi pidana penjahat potensial mengurungkan
niatnya, karena ada perasaan takut akan akibat yang dilihatnya, jadi ditujukan kepada
masyarakat pada umumnya. Sedangkan prevensi khusus ditujukan kepada pelaku
agar ia tidak mengulangi perbuatan jahatnya.17
c. Teori Gabungan
Gabungan dari teori absolut (pembalasan) dan relatif (tujuan).18
16
Teguh Prasetyo, O.p., cit hlm 15 17
Ibid., 18
Ibid.,
22
2. Teori Tentang Hak Asasi Manusia
Teori Utilitarian
Utilitarianisme dianggap sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan disini
diartikan sebagai kebahagiaan (happiness), yang mana tidak mempermasalahkan baik
atau tidak adilnya suatu hukum, melainkan bergantung kepada pembahasan mengenai
apakah hukum dapat memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak.19
3.Teori Penjatuhan Putusan
a. Teori Keseimbangan
Yang dimaksud dengan keseimbangan disini adalah keseimbangan antara
syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang
tersangkut atau berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya
keseimbangan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat, kepentingan terdakwa
dan kepentingan korban.20
Dalam praktik peradilan pidana, kepentingan korban saat
ini belum mendapatkan perhatian yang cukup, kecuali antara lain dalam perkara-
perkara korupsi, perlindungan konsumen, lingkungan hidup. Salah satu kesulitan
yang dihadapi dalam memberikan pertimbangan pada kepentingan korban, karena
baik dalam hukum pidana materiil maupun pidana formil, tidak ada ketentuan atau
tidak cukup diatur mengenai perlindungan terhadap korban, hal itu adalah atas
19
Muh Erwin dan Amrullah Arpan, Filsafat Hukum (Renungan Untuk Mencerahkan
Kehidupan Maanusia di bawah Sinar Keadilan), Palembang: Universitas Sriwijaya, 2007 20
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif, Jakarta:
Sinar Grafika.2014.hlm 105
23
inisiatif sendiri dan bukan sebagaibagian dari proses perkara.21
Salah satu penyebab
tidak ada tempat bagi kepentingan korban, karena perkara pidana semata-mata
dianggap sebagai perkara antara negara melawan pelaku dan korban bukan
merupakan bagian, apalagi sebagai pihak dalam perkara pidana.22
Keseimbangan
antara kepentingan masyarakat dan terdakwa, dalam praktik umumnya dirumuskan
dalam pertimbangan mengenai hal-hal yang memberatkan dan meringankan
penjatuhan pidana bagi terdakwa, dimana kepentingan masyarakat dirumuskan pada
hal-hal yang meringankan. Pertimbangan hl-hal memberatkan dan meringankan
tersebut, merupakan faktor yang menentukan berat ringannya pidana yang dijatuhkan
terhadap terdakwa (vide Pasal 197 ayat(1) huruf f KUHAP).23
b. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi
Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari
hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan, hakim akan menyesuaikan
dengan keadaan dan hukuman yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, dan pihak
terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana. Pendekatan seni dipergunakan
oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan, lebih ditentukan oleh instink atau intuisi
daripada pengetahuan dari hakim.24
Dalam praktik peradilan, kadangkala teori ini
dipergunakan hakim dimana pertimbangan akan perbuatan yang dilakukan oleh
terdakwa, dalam perkara pidana, disamping dengan minimum 2 (dua) alat bukti,
21
Ibid., 22
Ibid.,hlm. 106 23
Ibid., 24
Ibid.,hlm.106-107
24
harus ditambah dengan keyakinan hakim. Akan tetapi, keyakinan hakim adakalanya
sangat bersifat subjektif, yang hanya didasarkan pada instink atau naluri hakim saja.
Padahal hakim sebagai manusia biasa pada umumnya, dipengaruhi oleh keadaan
jasmani dan rohani yang kadang kala menempatkan instink atau naluri hakim menjadi
sesuatu yang tidak benar, sehingga dikuatirkan terjadi kekeliruan atau kesesatan
dalam putusan yang dijatuhkan oleh hakim tersebut, sehingga akan menjadi putusan
yang salah atau yang sesat, yang dapat menimbulkan polemik yang berkepanjangan
dalam masyarakat, yang pada akhirnya putusan tersebut lebih banyak mudharatnya
daripada manfaatnya.25
c. Teori Pendekatan Keilmuan
Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana
harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian, khususnya dalam
kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari
putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa
dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi atau
instink semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga
wawasan keilmuan hakim dala menghadapi suatu perkara yang harus
diputuskannya.26
25
Ibid.,hlm.107 26
Ibid., hlm. 107
25
d. Teori Pendekatan pengalaman
Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya
dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, karena dengan
pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat mengetahui bagaimana dampak
dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana, yang berkaitan dengan
pelaku, korban maupun masyarakat.27
e. Teori Ratio Decidendi
Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang dasar, yang
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara kemudian
mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok perkara sebagai
dasar hukum dalam penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan
pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi
para pihak yang berperkara.28
f. Teori Kebijaksanaan
Teori kebijaksanaan ini diperkenalkan oleh Made Sandhi Astuti, dimana
sebenarnya teori ini berkenaan dengan putusan hakim dalam perkara di Pengadilan
Anak. Landasan dari teori kebijaksanaan ini menekankan rasa cinta terhadap tanah
air, nusa dan bangsa Indonesia serta kekeluargaan harus ditanam, dipupuk, dan
dibina. Selanjutnya, aspek teori ini menekankan bahwa pemerintah, masyarakat,
keluarga, dan orang tua, ikut bertanggung jawab untuk membimbing, membina,
27
Ibid., hlm. 108 28
Wawancara dengan Jazim Hamidi di kota Malang, pada hari Sabtu, tanggal 29 Desember
2007, pukul 15.30 WIB (Dalam buku Ahmad Rifai, ibid, hlm. 110)
26
mendidik, dan melindungi anak, agar kelak dapat menjadi manusia yang berguna bagi
keluarga, masyarakat, dan bangsanya.29
Teori kebijaksanaan lebih ditujukan pada
penjatuhan putusan dalam perkara anak, tetapi jika dimaknai lebih dalam, teori ini,
dapat pula digunakan oleh hakim dalam penjatuhan putusan terhadap perkara pidana
lain pada umumnya dan tidak hanya terbatas pada perkara anak saja.30
F. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode yuridis
normatif (legal Research). Dalam memecahkan masalah yang menjadi objek penulis,
maka metode-metode penulisan skripsi meliputi:
1. Jenis penelitian
Dengan mengacu pada rumusan masalah, maka jenis penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan. Penelitian Hukum
Normatif adalah suatu penelitian hukum yang menggunakan data sekunder yang
mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.31
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, penelitian hukum deskriptif bersifat
pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang
keadaan hukum yang berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai
29
Made Sandhi Astuti, Pemidanaan Terhadap Anak sebagai Pekalu Tindak Pidana, IKIP
Malang, Malang, 1997, hlm. 87 30
Ahmad Rifai, Op. cit., hlm 112 31
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.2011.hlm 13 dan 14
27
gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam
masyarakat.32
3. Metode Pendekatan
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan antara lain sebagai
berikut:
a. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)
Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan dengan cara mengkaji
berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.33
b. Pendekatan Konsep (Conseptual Approach)
Pendekatan konsep merupakan pendekatan yang beranjak dari unsur-unsur
abstrak yang mewakili kelas-kelas fenomena dalam suatu bidang studi yang
kadangkala menunjuk pada hal-hal universal yang diabstraksikan dari hal-hal yang
partikular.34
4. Jenis dan Sumber Bahan Penelitian
Jenis bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan
hukum sekunder.35
Sumber Bahan Penelitian dalam penelitian ini adalah sumber bahan yang
berasal dari bahan sekunder, yang dalam penelitian mencakup:36
32
Abdulkadir Muhammad.Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2004,hlm.50 33
Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia
Publishing, 2012, hlm. 302 34
Ibid., hlm 306 35
Abdulkadir Muhammad., O.p., cit hlm. 121 36
Soerjono Soekanto dan Sri mamudji, O.p., cit hlm 13
28
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari:37
1. Norma atau kaedah dasar, yaitu pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
2. Peraturan Perundang-undangan seperti Undang-undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
3. Putusan Pengadilan Nomor: 08/Pid.B/2013/PN-GS
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian,
hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.38
Bahan hukum sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum seperti literatur
atau buku-buku yang berguna untuk membahas penjatuhan pidana mati
terhadap anak.
c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder; contohnya adalah
kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan seterusnya.39
5. Teknik Pengumpulan Bahan
Teknik pengumpulan bahan penelitian yang dilakukan penulis adalah dengan
mengumpulkan bahan sekunder. Pengumpulan bahan sekunder dilakukan dengan
studi pustaka. Pustaka yang dimaksud terdiri dari perundang-undangan, putusan
37
Ibid., 38
Ibid., 39
Ibid.,
29
pengadilan (dalam hal ini putusan Nomor:08/Pid.B/2013/PN-GS) dan buku karya
tulis bidang hukum.40
6. Teknik Analisis Bahan Penelitian
Analisis bahan penelitian yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis
kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang
teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan
interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.41
7. Teknik Penarikan Kesimpulan
Dalam penulisan skripsi ini, teknik penarikan kesimpulan yang digunakan
adalah dengan proses berfikir induktif. Berfikir induktif adalah proses berfikir untuk
menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
khusus (individual).42
40
Abdulkadir Muhammad., Op. cit, 125 41
Ibid., hlm 127 42
Ditjen Dikti, Depdikbud. Metodologi Penelitian: Makalah Penataran dan Loka-karya.
Unib Bengkulu. 1997. Hlm 1 (Dalam buku Abdulkadir Muhammad, ibid., hlm 8 )
119
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti
Adami Chazawi, 2007, Pelajaran Pidana 1, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Ahmad Rifai, 2014, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum
Progresif, Jakarta: Sinar Grafika
Antonius Sudirman, 2007, Hati Nurani Hakim Dan Putusannya, Bandung :PT. Citra
Aditya Bakti
Ditjen Dikti, Depdikbud, 1997, Metodologi penelitian: Makalah penataran dan
Loka-karya, Unib Bengkulu (Dalam buku Abdulkadir Muhammad,2004,
Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti)
Johnny Ibrahim, 2012, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia Publishing
Lilik Mulyadi, 2012, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan
permasaahannya, Bandung : PT Alumni
Made Sandhi Astuti, 1997, Pemidanaan Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak
Pidana, Malang : IKIP Malang
Marlina, 2011, Hukum Penitensier, Bandung : PT. Refika Aditama
120
Muh Erwin dan Amrullah Arpan, 2007, Filsafat Hukum (Renungan Untuk
Mencerahkan Kehidupan Maanusia di bawah Sinar Keadilan), Palembang:
Universitas Sriwijaya,
Nashriana, 2005, Diktat Kuliah Hukum Penitensier, Palembang : Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya
Nashriana, 2012, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
P.A.F Lamintang, 1987, Hukum Pidana 1 : Hukum Pidana Material Bagi Umum,
Bandung : Binacipta (Dalam Buku Marlina, 2011, Hukum Penitensier,
Bandung : PT. Refika Aditama)
P.A.F Lamintang, 2010, Hukum Penitensier Indonesia Edisi Kedua, Jakarta : Sinar
Grafika
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2011, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Teguh Prasetyo, 2011, Hukum Pidana, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Teguh Prasetyo, 2014, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Tina Asmara wati, 2013, Hukuman Mati Dan Permasalahannya Di Indonesia,
Yogyakarta : Deepublish
121
Undang-undang:
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP).
Putusan Pengadilan Nomor: 08/Pid.B/2013/PN-GS
Internet:
Suryanta Bakti Susila, 2015, Fakta Baru Kasus Bocah 16 Tahun Divonis Mati,
http://m.news.viva.co.id/news/read/607215-fakta-baru-kasus-bocah-16-tahun-
divonis-mati
Dedy Priatmojo dan Moh Nadlir, 2015, Kejanggalan Vonis Mati Bocah Dibawah
Umur, http://m.news.viva.co.id/news/read/603318-kejanggalan-vonis-mati-
bocah-di-bawah-umur-versi-kontras
Dedy Priatmojo dan Moh Nadlir, 2015, Kejanggalan Vonis Mati Bocah Dibawah
Umur, http://m.news.viva.co.id/news/read/603318-kejanggalan-vonis-mati-
bocah-di-bawah-umur-versi-kontras
122
Dedy Priatmojo dan Moh Nadlir, 2015, Kejanggalan Vonis Mati Bocah Dibawah
Umur, http://m.news.viva.co.id/news/read/603318-kejanggalan-vonis-mati-
bocah-di-bawah-umur-versi-kontras
Ahlul Fikar, 2015, Kontras Akan Laporkan Pengacara Yusman, Diduga Langgar
Kode Etik, http://www.harianaceh.co.id/2015/03/19/kontras-akan-laporkan-
pengacara-Yusman-diduga-langgar-kode-etik/
Haris Azhar, Rekayasa Kasus Yang Berujung Pada Vonis Hukuman Mati Terhadap
Yusman Telaumbanua Dan Rusula Hia,
www.kontras.org/home/index.php?=pers&id=2013,