analisis pertimbangan hakim dalam penjatuhan …/analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN IMPLIKASI YURIDIS YANG DITIMBULKANNYA (STUDI KASUS NOMOR : 202/Pid.B/2008/PN.SKA) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Gamarra Walmiki Rangga NIM. E1106127 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: lynga

Post on 08-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA

BERSYARAT DAN IMPLIKASI YURIDIS YANG DITIMBULKANNYA

(STUDI KASUS NOMOR : 202/Pid.B/2008/PN.SKA)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

Gamarra Walmiki Rangga

NIM. E1106127

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA

BERSYARAT DAN IMPLIKASI YURIDIS YANG DITIMBULKANNYA

(STUDI KASUS NOMOR:202/Pid.B/2008/PN.SKA)

Oleh

Gamarra Walmiki Rangga

NIM. E 1106127

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 6 Desember 2010

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

. Kristiyadi, S.H., M.Hum . NIP. 195812251986011001

Muh. Rustamaji, S.H., M.H. . NIP. 198210082005011001

Page 3: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA

BERSYARAT DAN IMPLIKASI YURIDIS YANG DITIMBULKANNYA

(STUDI KASUS NOMOR:202/Pid.B/2008/PN.SKA)

Oleh Gamarra Walmiki Rangga

NIM. E1106127

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan

Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada : Hari : Selasa Tanggal : 28 Desember 2010

DEWAN PENGUJI

1. Edy Herdyanto, S. H., M. H : ......................................................... Ketua

2. Muh. Rustamaji, S.H., M.H. : ......................................................... Sekretaris

3. Kristiyadi, S.H., M. Hum : ......................................................... Anggota

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. NIP. 196109301986011001

Page 4: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Gamarra Walmiki Rangga

NIM : E1106127

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA

BERSYARAT DAN IMPLIKASI YURIDIS YANG DITIMBULKANNYA

(STUDI KASUS NOMOR: 202/Pid.B/2008/PN.SKA) adalah betul-betul karya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi

tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari

terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya

peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Desember 2010 yang membuat pernyataan

Gamarra Walmiki Rangga NIM. E1106127

Page 5: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK GAMARRA WALMIKI RANGGA, E 1106127. 2010. ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN IMPLIKASI YURIDIS YANG DITIMBULKANNYA (STUDI KASUS NOMOR: 202/Pid.B/2008/PN.SKA). FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana bersyarat, serta untuk mengetahui implikasi yuridis atau akibat hukum yang timbul dari putusan penjatuhan pidana bersyarat oleh Hakim.

Penelitian ini termasuk penelitian hukum empiris bersifat deskriptif, yaitu untuk memberikan keterangan, pembahasan, dan data tentang penjatuhan pidana bersyarat. Jenis data yang digunakan pada penulisan hukum ini ialah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penulisan hukum ini ialah data primer yakni wawancara. Data sekunder yang dipakai dalam teknik pengumpulan data ialah studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan bahan yang berupa buku, dokumen, atau bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan obyek permasalahan yang diteliti. Analisis data yang digunakan pada penulisan hukum ini ialah analisis data kualitatif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana bersyarat terdapat empat (4) komponen yakni usia pelaku, hal-hal yang meringankan dalam proses persidangan, ketentuan yuridis pidana yang dilakukan anak, dan tujuan pemidanaan dari putusan pidana bersyarat. Kedua, implikasi yuridis putusan pidana bersyarat ada tiga (3) yakni terpidana tidak perlu menjalani pidana di dalam penjara, efek jera yang lebih mendidik melalui bimbingan daripada pembalasan, Hakim tidak bisa menjatuhkan pidana bersyarat lagi atau Hakim dapat membatalkan pidana bersyarat ketika itu dilanggar oleh terpidana.

Kata kunci: pertimbangan hakim, pidana bersyarat, implikasi yuridis

Page 6: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT GAMARRA WALMIKI RANGGA, E1106127. AN ANALYSIS ON THE JUDGE’S RATIONALE IN SENTENCING THE CONDITIONAL PUNISHMENT AND THE JURIDICAL IMPLICATION FROM IT (A CASE STUDY NUMBER: 202/Pid.B/2008/PN.SKA). LAW FACULTY OF SURAKARTA SEBELAS MARET UNIVERSITY. This research aims to find out the Judge’s rationale in sentencing the conditional punishment as well as to find out the juridical implication or legal consequence generated by the conditional punishment sentence by the Judge. This study belongs to an empirical law research that is descriptive in nature, that is, to give information, discussion and data on the conditional sentence. The data types employed in this article were primary and secondary data. Technique of the collecying data used was interview for primary data. For collecting the secondary data the library study was done in the from books, documents, or other literatures relevant to the object studied. The data analysis technique used was qualitative data analysis. Considering the result of research, the writer can conclude that there are four components becoming the Judge,s rationale in sentencing the conditional punishment: perpetrator’s age, alleviating factors in the trial process, juridical provision about the crime commited by children and tehe objective of conditional sentence. Secondly, there are three juridical implications of conditional sentences: the defedant does not necessarily undertake the punishment in the prison, the wary effect is more educatibg through guiding than taking revenge, the Judge cannot longer sentence the conditional punishment or the Judge can void the conditional punishment if the defedant violates it. Keywords: judge rationale, conditional punishment, juridical implication

Page 7: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

HALAMAN MOTTO “ Diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak, diberi pegangan atau tidak diberi pegangan;

diberi penguat atau tidak diberi penguat, tiap-tiap makhluk, tiap-tiap umat, tiap-tiap bangsa

tidak boleh tidak, pasti akhirnya berbangkit, pasti akhirnya bangun, pasti akhirnya

menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah terlalu sekali merasakan celakanya diri teraniaya

oleh suatu daya angkara murka! Jangan lagi manusia, jangan lagi bangsa, walau cacingpun

tentu bergerak berkeluget-keluget kalau merasakan sakit!

(Indonesia Menggugat, Bung Karno)

“ Majulah terus, demikian kukatakan dalam pidato 17 Agusustus 1957, jangan mundur,

mundur hancur, mandek-amblek, bongkar maju terus, kita tak bisa dan tak boleh berbalik

lagi, kita telah mencapai ‘point no return’ ”!

(Tahun Tantangan, Bung Karno)

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit

karena melawan bangsamu sendiri”.

(Bung Karno)

“Harus terus-menerus “tanpa ampun” memeras segala atom keringat yang ada dalam tubuh

kita ini, agar hasil revolusi kita itu dapat mengimbangi dinamika kesadaran sosial yang

bergelora dalam kalbunya masyarakat umum”.

(Jalannya Revolusi Kita, Bung Karno)

“Gelorakanlah rangsang kemauan nasionalmu!

Gelorakanlah rangsang perbutan nasionalmu!

Dan engkau, hai Bangsa Indonesia betul-betul nanti menjadi bangsa yang gemblengan!

(Manifesto Poltik, Bung Karno)

Page 8: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Allah SWT. 2. Papah, Mamah, dan Kakakku tercinta yang

selalu menyanyangi, membantu, menjaga, meyemangati, dan medidikku.

3. Keluarga besar Hadi Utomo dan Saeran Martosudirjo.

4. Seluruh rakyat di negara yang paling aku cintai Negara Republik Indonesia.

5. Almamaterku. 6. Bung Karno sosok yang sangat aku kagumi. 7. Untuk Anita Kusuma Wardani yang paling

cantik bagi penulis yang menginspirasiku untuk menyelesaikan skripsi.

8. Bayu Hindrio, S.E yang sedang menempuh Penididikan Magister Teknik di UGM.

Page 9: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia

dan berkat yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul:

“ ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA

BERSYARAT DAN IMPLIKASI YURIDIS YANG DITIMBULKANNYA

(STUDI KASUS NOMOR: 202/Pid.B/2008/PN.SKA)”.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis berharap dengan penulisan ini, dapat memberikan masukan yang

bermanfaat mengenai yang dijadikan pertimbangan oleh Hakim dalam

menjatuhkan pidana bersyarat dan implikasi yuridis atau akibat hukum yang

timbul dari putusan penjatuhan pidana bersyarat.

Keberhasilan dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari peran dan

dukungan banyak pihak yang telah dengan ikhlas memberikan bantuan,

kesempatan, bimbingan, nasehat dan masukan serta motivasi untuk penulis. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum UNS

yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Djuwityastuti, S.H, Pembimbing Akademik penulis dan Bapak

Harjono, S.H., M.H., yang banyak memberi masukan kepada penulis.

3. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Acara.

4. Bapak Kristiyadi, S.H., M.Hum., dan Bapak Muhammad Rustamaji, S.H.,

M.H., pembimbing skripsi penulis yang telah membimbing tanpa kenal

lelah hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

5. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum yang telah memberi saran dan

masukan penting dalam penulisan skripsi ini.

6. Dosen-dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu kepada

penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan

bekal yang akan datang.

7. Karyawan Fakultas Hukum UNS yang banyak membantu penulis dalam

perkuliahan, dengan menyiapkan fasilitas kampus dan kenyamanan kuliah.

8. Bapak Joko Sarjono, Bapak Sutarto yang telah memberikan kesempatan

penulis melakukan penelitian dan mendapatkan data yang diperlukan

untuk penulisan skripsi di Pengadilan Negeri Surakarta serta memberikan

masukan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

9. Papah, Mamah dan Kakakku yang tidak henti-hentinya mendukung semua

yang terbaik dan selalu mendoakan penulis.

10. M. Najib Sholeh, S.H yang telah memberikan waktunya untuk bertukar

pendapat dengan penulis dan juga bersedia memperkenankan penulis

untuk melakukan wawancara.

11. Kakak keponakanku Vidia Cheria Chairunisa yang menyemagatiku.

12. Teman-teman alumni SMA Negeri 4 Surakarta angkatan 2003 yang selalu

kurindukan.

Surakarta, Desember 2010

Penulis

Page 11: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI............................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. iv

ABSTRAK............................................................................................................ v

HALAMAN MOTTO.......................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... viii

KATA PENGANTAR......................................................................................... ix

DAFTAR ISI........................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian................................................................................... 5

E. Metode Penelitian..................................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan Hukum (Skripsi).................................................. 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori........................................................................................ 11

1. Tinjauan Umum tentang Macam-Macam putusan Hakim..……. 11

2. Tinjauan Umum tentang Pertimbangan Hakim………………... 11

3. Tinjauan Umum tentang Penjatuhan Pidana…………………... 16

4. Tinjauan Teori-Teori Pemidanaan……………………………… 17

B. Kerangka Pemikiran................................................................................. 31

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian........................................................................................ 34

1. Identitas Terdakwa...................................................................... 34

Page 12: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

2. Kasus Posisi................................................................................ 34

3. Dakwaan dan Tuntuntan Jaksa Penuntut Umum……………… 36

4. Putusan Hakim………………………………………………… 38

5. Hasil Wawancara……………………………………………… 39

B. Pembahasan.............................................................................................. 44

1. Dasar Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan Pidana bersyarat

dalam Kasus Nomor: 202/ Pid.B/2008/PN.SKA………………. 44

2. Implikasi Yuridis Terhadap Pertimbangan Hakim yang

Menjatuhkan Pidana Bersyarat dalam Kasus Nomor: 202/Pid.B/

2008/PN.SKA…………………………………………………… 48

BAB IV : PENUTUP

A. Simpulan................................................................................................... 56

B. Saran......................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 59

LAMPIRAN

Page 13: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Skema Analisis Data…………………………………………………. 9

Gambar II. Skema Kerangka Pemikiran……………………………………….. 31

Page 14: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Seperti banyak yang terjadi di negara-negara lain, di Indonesia juga

terdapat masalah universal, yakni ketidakpuasan masyarakat terhadap pidana

perampasan kemerdekaan, yang dalam prakteknya terbukti sangat merugikan bagi

masyarakat dan khususnya bagi terpidana sendiri. Dalam putusan yang dijatuhkan

oleh Hakim itu semua tidak terlepas dari segala sesuatu diyakini dan terbukti

selama proses persidangan dilakukan. Putusan Hakim yang berupa pemidanaan

sedikit banyak akan merampas kemerdekan terpidana kecuali, dalam hal agama

dan politik.

Berdasarkan hukum pidana positif yang berlaku di Indonesia saat ini,

maka pidana perampasan kemerdekaan yang paling utama ialah pidana penjara.

Pidana penjara ini dapat dikenakan seumur hidup atau untuk sementara bagi

terpidana. Jika pidana seperti ini diterapkan dan diberlakukan maka terpidana

akan terenggut kemerdekannya. Berkaitan dengan permasalahan ini harus dicari

solusi untuk mengatasi masalah pidana penjara yang merenggut kemerdekaan

terpidana salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan ini ialah dengan

menerapkan dan meningkatkan peran pidana bersyarat. Pidana bersyarat

merupakan alternatif lain dari pidana penjara yang merampas kemerdekaan

terpidana.

Pidana bersyarat juga mempunyai fungsi yang sangat baik bagi terpidana

dan bagi masyarakat karena terpidana diberikan kesempatan untuk memperbaiki

dirinya di luar penjara sehingga tidak akan menimbulkan stigma narapidana itu

orang yang jahat dan gemar melakukan kejahatan dalam penilaian oleh

masyarakat. Sanksi pidana bersyarat dijadikan sarana penanggulangan kejahatan

yang akan ditentukan oleh kemauan pidana bersyarat tersebut untuk mewujudkan

tujuan pemidanaan yang integratif. Tujuan pemidanaan yang bersifat integratif

ialah sebagai berikut: 1) Perlindungan masyarakat, 2) Memelihara solidaritas

masyarakat, 3) Pencegahan umum dan khusus, 4) Pengimbangan atau

pengimbalan ( Muladi, 1985: 11).

Page 15: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Pengaruh pidana bersyarat terhadap tujuan pemidanaan berupa

perlindungan masyarakat terlihat pada tujuan pidana bersyarat, yakni untuk

menyelamatkan terpidana dari penderitaan pidana pencabutan kemerdekaan

khususnya yang berjangka waktu pendek dengan segala konsekuensinya. Apabila

pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pidana bersyarat dapat dijalankan

sebagaimana mestinya akan bermanfaat bagi seorang terpidana maupun orang

lain. Sudarto mengatakan bahwa:

Pidana tidak dikenakan demi pidana itu sendiri melainkan untuk melakukan suatu tujuan yang bermanfaat, yaitu untuk melindungi masyarakat atau untuk pengayoman. Pidana mempunyai pengaruh terhadap yang dikenai sanksi dan juga terhadap masyarakat pada umumnya (Sudarto,1981:80).

Dalam kasus yang dijadikan obyek penelitian bagi penulis ini berkaitan

dengan anak-anak yang belum berumur 18 tahun atau belum dewasa yang

melakukan suatu perbuatan pidana melakukan pengrusakan barang ( pos polisi )

secara bersama-sama sebagimana diatur dalam Pasal 406 ayat (1) KUHP jo Pasal

55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997

tentang Pengadilan Anak.

Dengan menghindarkan terpidana dari pengaruh buruk pidana pencabutan

kemerdekaan, maka diharapkan masyarakat akan terlindung dari kemungkinan

timbulnya penjahat yang lebih berat, yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Oleh

sebab itu Hakim dalam menjatuhkan suatu putusan pidana harus

mempertimbangkan antara lain mencakup umur terdakwa, kepribadian terdakwa

dan sopan santun terdakwa dalam menjalani pemeriksaan di persidangan.

Penjatuhan pidana bersyarat diharapkan agar berfungsi sebagai penunjang

penyempurnaan hukum pidana yang berprikemanusiaan, yakni hukum pidana

yang mengutamakan pencegahan Tat-Taerstrafrecht, yang menempatkan

kesejahteraan sosial sebagai tujuan akhir, berorientasi ke masa depan dan

penggunaan ilmu pengetahuan. Andi Hamzah dan Siti Rahayu mengatakan

bahwa:

Pidana bersyarat adalah menjatuhkan pidana pada seseorang, akan tetapi pidana itu, kecuali dikemudian hari ternyata bahwa terpidana sebelum

Page 16: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

habis tempo masa percobaan berbuat suatu tindak pidana lagi atau melanggar perjanjian ( syarat-syarat ) yang diberikan kepadanya oleh Hakim, jadi kepuasan pidana tetaplah ada akan tetapi hanya pelaksanaan pidana itu yang tidak dilakukan( Andi Hamzah dan Siti Rahayu, 1983: 40). Pidana bersyarat akan memberikan kesempatan kepada terpidana untuk

memperbaiki dirinya di masayarakat. Kesejahteraan terpidana dalam hal ini

dipertimbangkan sebagai hal yang lebih utama daripada resiko yang akan diterima

oleh masyarakat. Hal ini yang sangat penting untuk diperhatikan adalah keharusan

untuk menghilangkan kekhawatiran terpidana untuk dimasukkan ke dalam

penjara.

Hakim juga harus melihat bahwa efek negatif dari pidana penjara

mempunyai dampak yang kurang baik bagi terpidana. Misalnya pada dasarnya ia

ialah orang baik, setelah menjalani hukuman di penjara besar potensinya bahwa

sang terpidana justru menjadi seseorang yang lebih buruk karena pergaulannya

dengan para narapidana lain dan pengaruh negatif akibat dari pergaulannya

tersebut. Disamping itu jika sang terpidana menjalani hukuman di penjara sudah

pasti akan terenggut semua kebebasannya yang belum tentu menimbulkan efek

jera bagi pelaku.

Pidana bersyarat bukan termasuk dalam pidana pokok ataupun pidana

tambahan, tetapi pidana bersyarat merupakan cara implementasi pidana yang

dalam menjalani pidana dilakukan di luar penjara. Menjatuhkan pidana bersyarat

bukan membebaskan terpidana, secara fisik terpidana memang bebas dalam arti ia

telah dijatuhi pidana, namun dengan pertimbangan tertentu pidana tersebut tidak

perlu dijalani. Pidana yang dijatuhkan tersebut dijalani bila terpidana melanggar

ketentuan-ketentuan yang diberikan Hakim.

Hakim sebelum menjatuhkan putusan kepada terdakwa wajib menggali,

mengikuti dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat. Sifat-

sifat baik atau jahat atas diri terdakwa wajib dijadikan pertimbangan Hakim

untuk menentukan berat atau ringannya pidana yang dijatuhkan. Putusan Hakim

dalam pidana bersyarat secara umum harus mempertimbangkan bentuk-bentuk

pidana tertentu atau catatan kejahatan seseorang pelaku tindak pidana, melainkan

harus didasarkan atas kenyataan-kenyataan dan keadaan-keadaan yang

Page 17: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

menyangkut tiap kasus. Hakim juga harus mempertimbangkan keadaan-keadaan

yang menyertai suatu kejahatan, riwayat pelaku tindak pidana tersebut, dan

lembaga-lembaga serta sumber-sumber yang ada di masyarakat. Pidana bersyarat

harus mendapatkan prioritas utama di dalam penjatuhan pidana. Selama berada di

luar penjara terpidana wajib memenuhi syarat umum dan syarat khusus yang

ditentukan Hakim.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan mengangkat hal tersebut sebagai bahan penyusun skripsi yang

diberi judul: “ ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN

PIDANA BERSYARAT DAN IMPLIKASI YURIDIS YANG

DITIMBULKANNYA ( STUDI KASUS NOMOR: 202/Pid.B/2008/PN.SKA )”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah

yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan

pidana bersyarat dalam kasus NOMOR:

202/Pid.B/2008/PN.SKA?

2. Apa yang menjadi implikasi yuridis terhadap pertimbangan Hakim

yang menjatuhkan pidana bersyarat dalam kasus NOMOR:

202/Pid.B/2008/PN.SKA?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan yang menjadi acuan Hakim

dalam menjatuhkan pidana bersyarat dalam kasus NOMOR:

202/Pid.B/2008/PN.SKA.

2. Untuk mengetahui implikasi yuridis terhadap pertimbangan Hakim

yang menjatuhkan pidana bersyarat dalam kasus NOMOR:

202/Pid.b/2008/PN.SKA.

D. Manfaat Penelitian

Page 18: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

1. Manfaat teoritis

a. Dengan dilaksanakannya penulisan ini, diharapkan akan dapat

mengembangkan ilmu penulisan hukum khususnya hukum acara

pidana.

b. Menambah informasi tentang pemidanaan dari bentuk alternatif atas

pidana pencabutan perampasan kemerdekaan dan pelaksanaan pidana

khususnya pidana bersyarat.

c. Memberikan dasar serta landasan guna penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Memperoleh data guna dianalisis agar dapat digunakan penulis dalam

menjawab rumusan masalah yang penulis kemukakan.

b. Memberikan wawasan bagi ilmu hukum dan aparat penegak hukum

dalam pendayagunaan pidana bersyarat.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara pandang seorang ilmuwan dalam

mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang

dihadapinya. Metode juga merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada

di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tanpa metode

seorang peneliti tidak akan mungkin mampu untuk menemukan,

merumuskan, menganalisa maupun memecahkan masalah-masalah

tertentu untuk mengungkapkan kebenaran (Soerjono Soekanto, 1986 : 13).

Adapun lebih jelas mengenai metode yang digunakan ialah sebagai

berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ialah penelitian empiris. Dikatakan

demikian oleh karena penelitian ini mendasarkan pada data primer sebagai

data utama. Adapun penelitian hukum empiris adalah penelitian terhadap

Page 19: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

identifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian terhadap efektivitas

hukum (Soerjono Soekanto, 1986: 51).

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang penulis susun ialah termasuk penelitian yang bersifat

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksud

untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan

atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama mempertegas

hipotesa-hipotesa tentang dasar pertimbangan Hakim dan implikasi yuridis

yang ditimbulkannya dalam penjatuhan pidana bersyarat, agar dapat

membantu memperkuat teori- teori lama, atau di dalam kerangka penyusun

teori baru (Soerjono Soekanto, 1986 : 10).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini ialah dengan penelitian

kualitatif sesuai dengan sifat data yang ada dan pendekatan kasus.

4. Jenis Data

a. Data Primer

Data yang di peroleh langsung dari lapangan melalui wawancara, suatu

pengajuan pertanyaan kepada Hakim Pengadilan Negeri Surakarta M.

Najib Sholeh, S. H atas putusan pidana bersyarat NOMOR : 202/ Pid.

B /2008 / PN. SKA.

b. Data Sekunder

Sejumlah data yang diperoleh di luar penelitian, yang merupakan studi

kepustakaan yang terdiri dari buku-buku, jurnal, makalah, peraturan

perundang-undangan, dan literatur lain yang berkaitan dengan pidana

bersyarat dan, serta bersumber dari arsip kasus dan putusan tentang

pidana bersyarat.

5. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sejumlah data atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui suatu

penelitian lapangan dengan wawancara tersusun atau spontan kepada

Page 20: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta M. Najib Sholeh, S. H. Sumber

data ini dipilih dengan teknik purposive sampling sesuai dengan tujuan

penelitian

b. Sumber Data Sekunder

Semua bahan hukum yang bersifat menjelaskan bahan hukum primer

berupa putusan pidana bersyarat NOMOR:202/Pid.b/2008/PN.SKA.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penelitian sebagai

berikut :

a) Untuk data primer yang digunakan ialah :

Wawancara / Interview

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan

wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan responden, yakni

pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan permasalahan obyek

yang akan diteliti. Dalam hal ini Hakim Pengadilan Negeri Surakarta

M. Najib Sholeh, S. H.

b) Untuk data sekunder digunakan teknik pengumpulan data ialah studi

pustaka yakni dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berupa buku-

buku, dokumen atau bahan pustaka lainnya yang ada hubungannya

dengan obyek yang diteliti dengan tujuan untuk memperoleh obyek

yang menunjang kelengkapan penelitian.

7. Teknik Analisis Data

Pada dasarnya analisis data ialah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data ( Lexy J. Moleong, 2002 : 103 ).

Analisis data yang digunakan adalah analisis data kulitatif . Analisis

data kualitatif merupakan cara penelitian yang menghasilkan data

analisis interaktif yakni apa yang dinyatakan oleh responden secara

tertulis maupun tidak tertulis / lisan juga perilaku nyata. Dalam

penelitian kualitatif, proses analisanya dilakukan sejak awal bersamaan

Page 21: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

dengan proses pengumpulan data. Dalam model ini dilakukan suatu

proses siklus antar tahap-tahap, sehingga data yang terkumpul akan

berhubungan dengan satu sama lain dan benar-benar data yang

mendukung penyusunan laporan penelitian (HB. Sutopo, 2002 :35).

Tiga tahap tersebut ialah :

a) Reduksi Data

Kegiatan ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian yang

bertujuan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus,

membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan

pengumpulan data. Proses ini berlangsung terus-terus menerus sampai

laporan akhir penelitian selesai.

b) Penyajian Data

Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinkan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan.

c) Menarik Kesimpulan

Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi berbagai hal

yang ditemui dengan melakukan pencatatan-pencatatan peraturan,

pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur

sebab akibat, akhirnya peneliti menarik kesimpulan (HB. Sutopo, 2002

: 37).

Gambar 1: Skema Model Analis Data Interanktif

Pengumpulan data

Penarikan kesimpulan

Penyajian data Reduksi data

Page 22: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

F. Sistematika Penulisan Hukum

Penulisan hukum ini terbagi dalam empat bab yang setiap bab terbagi

dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman

terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan hukum ini

adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab yang kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kerangka teori dan

kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis akan menguraikan

jenis-jenis putusan hakim, tinjauan tentang pertimbangan Hakim,

pengertian penjatuhan pidana, teori-teori pemidanaan, tujuan pemidanaan

dan tujuan pidana bersyarat, dasar-dasar penjatuhan pidana bersyarat.

Sedangkan dalam kerangka pemikiran penulis akan menampilkan bagan

kerangka pemikiran dan keterangan kerangka pemikiran.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang yang menjadi dasar pertimbangan Hakim

dalam menjatuhkan pidana bersyarat dalam kasus NOMOR : 202 / Pid.B /

2008/ PN.SKA dan yang menjadi implikasi yuridis terhadap pertimbangan

Hakim yang menjatuhkan pidana bersyarat dalam kasus NOMOR :202 /

Pid.B / 2008 / PN.SKA.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu simpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRA

Page 23: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1) Tinjauan Tentang Teori Macam-Macam Putusan Hakim

Ada tiga macam putusan Hakim dalam perkara pidana, yakni:

a) Putusan Hakim yang mengandung pelepasan dari segala tuntutan

hukum ( Onstlag van rechtvervolging )

Hal ini berarti bahwa tindak pidana yang didakwakan kepada

terdakwa terbukti, tetapi perbuatan terdakwa bukan merupakan

suatu tindak pidana, karena dakwaan tidak sesuai atau ada hal-hal

yang menghapuskan pidana.

b) Putusan Hakim yang mengandung pembebasan terdakwa

(vrijspraack)

Hal ini berarti tindak pidana yang didakwakan kepada tedakwa tidak

terbukti atau bukti minimum tidak terpenuhi, atau Hakim tidak yakin

akan kesalahan terdakwa. Terhadap putusan bebas tidak dibolehkan

mengajukan banding, namun diperbolehkan mengajukan

permohonan kasasi.

c) Putusan Hakim yang berupa pemidanaan terdakwa ( verordeling )

Hal ini berarti berarti tindak pidana yang didakwakan kepada

terdakwa, terbukti secara sah dan meyakinkan.

2) Tinjauan tentang Pertimbangan Hakim

a. Pengertian Pertimbangan Hakim

Pertimbangan Hakim ialah pertimbangan yang dilakukan oleh

Hakim yang mengadili perkara pidana tersebut, berdasarkan alat bukti

yang ada didukung oleh keyakinan Hakim yang berdasar pada hati

nurani dan kebijaksanaan, untuk memutus suatu perkara pidana. Untuk

memperkuat keyakinan Hakim dalam persidangan, barang bukti secara

material sangat berguna, untuk hal ini dikarenakan Hakim tidak boleh

Page 24: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiv

memutus perkara apabila tidak didasari pada sedikitnya dua alat bukti

yang meyakinkan. Banyak terjadi Hakim membebaskan seseorang

yang didakwa melakukan tindak pidana berdasar barang bukti yang

ada dalam proses persidangan (Pasal 183 KUHAP ).

Pertimbangan Hakim dalam suatu putusan yang mengandung

pemidanaan bagi terdakwa harus ditujukan terhadap hal-hal

terbuktinya persitiwa pidana yang dituduhkan kepada terdakwa. Dalam

memberikan telaah kepada pertimbangan Hakim berbagai putusannya

terdapat dua kategori, yakni:

1) Pertimbangan yang bersifat yuridis

Pertimbangan yang bersifat yuridis ialah pertimbangan

Hakim yang didasarkan pada fakta-fakta yuridis yang

terungkap dalam persidangan oleh Undang-Undang sebagai hal

yang harus dimuat dalam putusan. Hal-hal yang dimaksud

antara lain:

a) Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Dakwaan merupakan dasar dari Hukum Acara Pidana

karena berdasar itulah pemeriksaan di persidangan

dilakukan. Perumusan dakwaan didasarkan atas hasil

pemeriksaan pendahuluan yang disusun tunggal, komulatif,

alaternatif, maupun subsidair.

b) Keterangan Terdakwa

Keterangan terdakwa menurut pasal 184 huruf e

KUHAP, digolongkan sebagai alat bukti. Keterangan

terdakwa ialah apa yang dinyatakan terdakwa di sidang

tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui

sendiri atau dialami sendiri. Dalam Hukum Acara Pidana

keterangan terdakwa dapat dinyatakan dalam bentuk

pengakuan atau penolakan, baik sebagaian ataupun

keseluruhan terhadap dakwaan Penuntut Umum dan

keterangan yang disampaikan oleh para saksi. Keterangan

Page 25: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxv

terdakwa sekaligus juga merupakan jawaban atas

pertanyaan Hakim, Jaksa Penuntut Umum maupun dari

penasehat hukum.

c) Keterangan Saksi

Salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam

menjatuhkan putusan ialah keterangan saksi. Keterangan

saksi dapat dikategorikan sebagai alat bukti sepanjang

keterangan itu mengenai sesuatu peristiwa pidana yang ia

dengar sendiri, ia lihat sendiri, alami sendiri, dan wajib

disampaikan di dalam sidang pengadilan dengan

mengangkat sumpah. Keterangan saksi yang disampaikan

di sidang pengadilan yang merupakan hasil pemikiran saja

atau hasil rekaan yang diperoleh dari orang lain atau

kesaksian Testomonium De Auditu tidak dapat dinilai

sebagai alat bukti yang sah.

Menurut Pasal 185 KUHAP ayat (5) dalam menilai keterangan

saksi, Hakim harus memperhatikan:

(1) Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang

lain.

(2) Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan alat

bukti yang lain.

(3) Alasan yang mungkin dipergunakan saksi untuk

memberikan keterangan tertentu.

(4) Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang

pada umumnya dapat mempengaruhi serta dapat atau

tidaknya keterangan itu dipercaya.

d) Barang-barang Bukti

Pengertian barang bukti ialah semua benda yang dapat

dikenakan penyitaan dan diajukan oleh Penuntut Umum di

depan sidang pengadilan, yang meliputi:

Page 26: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvi

(1) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa seluruhnya

atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau

sebagai hasil tindak pidana.

(2) Benda yang dipergunakan secara langsung untuk

melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkan.

(3) Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi

penyidikan tindak pidana.

(4) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan

tindak pidana yang dilakukan.

Barang-barang bukti yang dimaksud diatas tidak termasuk alat

bukti. Adanya barang bukti yang terungkap pada persidangan akan

menambah keyakinan Hakim dalam menilai benar atau tidaknya

perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa, dan sudah barang

tentu Hakim akan lebih yakin apabila barang bukti itu dikenal dan

diakui oleh terdakwa atau saksi.

e) Pasal-Pasal dalam peraturan hukum pidana

Dalam praktek persidangan, Pasal peraturan hukum

pidana itu selalu dihubungkan dengan perbuatan terdakwa.

Dalam hal ini, Penuntut Umum dan Hakim berusaha untuk

membuktikan dan memeriksa melalui alat-alat bukti

tentang apakah perbuatan terdakwa telah atau tidak

memenuhi unsure-unsur yang dirumuskan dalam Pasal

peraturan hukum pidana. Apabila ternyata perbuatan

terdakwa memenuhi unsur-unsur dari setiap Pasal yang

dilanggar, berarti terbuktilah menurut hukum kesalahan

terdakwa, yakni telah melakukan perbuatan seperti diatur

dalam Pasal hukum pidana tersebut. Meskipun belum ada

ketentuan yang menyebutkan bahwa yang termuat dalam

putusan yang menyebutkan diantara yang termuat dalam

putusan itu merupakan pertimbangan yang bersifat yuridis

Page 27: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvii

di sidang pengadilan, dapatlah digolongkan sebagai

pertimbangan yang bersifat yuridis.

2) Pertimbangan yang bersifat non yuridis

Pertimbangan yang bersifat non yuridis, terdiri dari:

a) Latar belakang terdakwa

Pengertian latar belakang perbuatan terdakwa ialah setiap

keadaan yang menyebabkan timbulnya keinginan serta

dorongan keras paksa diri terdakwa dalam melakukan

tindak pidana kriminal. Latar belakang perbuatan terdakwa

dalam melakukan perbuatan kriminal meliputi: 1) Keadaan

ekonomi terdakwa, 2) Ketidak harmonisan hubungan sosial

tedakwa baik dalam lingkungan keluarganya, maupun

orang lain.

b) Akibat perbuatan terdakwa

Perbuatan pidana yang dilakukan terdakwa sudah pasti

membawa korban ataaupun kerugian pihak lain. Bahkan

akibat dari perbuatan terdakwa dari kejahatan yang

dilakukan tersebut dapat pula berpengaruh buruk kepada

masyarakat luas, paling tidak keamanan dan kententraman

mereka senantiasa terancam.

c) Kondisi diri terdakwa

Pengertian kondisi diri terdakwa dalam pembahasan ini

ialah keadaan fisik maupun psikis terdakwa sebelum

melakukan kejahatan, termasuk pula status sosial terdakwa.

Keadaan fisik dimaksudkan ialah usia dan tingkat

kedewasaan, sementara keadaan psikis dimaksudkan ialah

berkaitan dengan perasaan yang dapat berupa: mendapat

tekanan dari orang lain, pikiran sedang kacau, keadaan

marah dan lain-lain. Adapun yang dimaksudkan dengan

status sosial ialah predikat yang dimiliki masyarakat.

Page 28: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxviii

Dalam prakteknya Hakim, hal-hal yang dikemukakan dalam

dakwaan dan penjatuhan pidana ada dua hal pokok yang dapat

memberatkan dan meringankan. Faktor-faktor yang memberatkan

antara lain: memberikan keterangan yang berbelit-belit, tidak

menyesali perbuatannya, tidak mengakui perbuatannya, perbuatannya

keji dan tidak berprikemanusiaan, perbuatan pidana dilakukan dengan

sengaja, hasil kejahatan telah dinikmati, perbuatan meresahkan

masyarakat dan merugikan negara.

3) Pengertian Tentang Penjatuhan Pidana

Setelah Hakim memeriksa, mengadili suatu perkara dan melalui

pertimbangan dengan majelis Hakim yang lain maka akan mencapai

sebuah kesimpulan bahwa terdakwa akan dijatuhkan suatu putusan.

Putusan tersebut dapat berupa pembebasan, pelepasan dari segala tuntutan

hukum dan pemidanaan. Dalam hal putusan pemidanaan berarti dakwaan

itu terbukti secara sah dan meyakinkan telah terjadi tindak pidana seperti

yang didakwakan.

Putusan pemidanaan yang dijatuhkan kepada terpidana tergantung dari

jenis tindak pidana yang dilakukan, jika tindak pidana yang dilakukan

termasuk kategori kejahatan berat hukuman pidananya juga penjatuhan

pidana yang berat atupun sebaliknya jika tindak pidana itu termasuk

kategori kejahatan ringan maka hukumannya juga penjatuhan pidana yang

ringan. Semua putusan Hakim harus melalui pertimbangan yang sangat

cermat dan teliti sehingga tidak terjadi suatu kesalahan dalam mengadili

terdakwa.

Dalam penelitian yang penulis teliti ini berkaitan dengan putusan yang

menjatuhkan pemidanaan kepada terdakwa yang berarti perbuatan tindak

pidana yang didakwakan terbukti secara sah dan meyakinkan. Lebih

khususnya lagi apabila Hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama

satu tahun, maka dalam putusannya Hakim juga bisa menyuruh terdakwa

menjalani pidana penjara bukan di dalam penjara melainkan dijalani di

luar penjara. Putusan Hakim yang seperti ini dinamakan pidana bersyarat

Page 29: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxix

atau orang awam lebih mengenal dengan sebutan “hukuman percobaan”.

Penjatuhan putusan pemidanaan bersifat mengikat kecuali ada upaya

hukum yang diajukan.

4) Tinjauan Teori- Teori Pemidanaan

Permasalahan pokok yang terdapat dalam hukum pidana ialah masalah

yang diancamkan dan dijatuhkan kepada terdakwa. Permasalahan tersebut

berkaitan dengan jenis pidana, ukuran lemah dan beratnya pidana tersebut,

dan cara pelaksanaan pidana. Fakta yang terjadi dalam prakteknya banyak

menimbulkan problem karena terdapat efek negatif bagi terpidana dan

masyarakat luas.

Dalam permasalahan penjatuhan pidana perlu diketahui tentang teori-

teori pemidanaan. Teori yang perlu diketahui untuk menjatuhkan

pemidanan ada tiga yakni:

1. Teori absolut atau pembalasan

Dalam teori absolut ini, pidana bukan bertujuan untuk yang praktis

seperti memperbaiki penjahat, namun pidana dijatuhkan karena

orang telah melakukan kejahatan atau perbutan pidana. Setiap

kejahatan mempunyai akibat penjatuhan pidana kepada terdakwa.

Pidana bukan merupakan yang wajib ada sebagai suatu pembalasan

kepada orang yang telah melakukan kejahatan, karena pembenaran

dari pidana dilihat ada atau terjadinya suatu kejahatan.

2. Teori relatif atau tujuan

Dalam teoti relatif ini, pidana bukan hanya sekedar pembalasan

karena orang yang telah melakukan suatu tindak pidana, namun

mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang mempunyai manfaat antara

lain untuk pencegahan agar orang-orang tidak melakukan perbutan

pidana. Teori ini bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban

dalam masyarakat.

3. Teori gabungan

Dalam teori gabungan ini, tujuan pemidanaan menggabungkan

antara teori absolut dengan teori relatif yang bermanfaat.

Page 30: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxx

Pembalasan memang merupakan dasar dari pembenaran pidana,

namun demikian dengan menjatuhkan pidana pembalasan harus

diperhatikan apa yang hendak dicapai dengan pemidanaan itu.

(a) Tujuan Pemidanaan

Tujuan pemidanaan ialah sebagai berikut:

1. Pembalasan atau pengimbalan atau retribusi Pembalasan sebagai tujuan pemidanaan dijumpai dalam teori hukum pidana yang absolut, didalam kebijakan itu sendiri terletak pembenaran dari pembenaran dari pemidanaan, terlepas dari manfaat yang hendak dicapai. Teori pembalasan yang lebih modern menyatakan bahwa pembalasan disini bukanlah suatu tujuan sendiri melainkan sebagai pembatasan dalam arti harus ada keseimbangan antara perbutan dan pidana.

2. Memperbaiki tingkah laku orang demi perlindungan masyarakat Pidana tidak dikenakan demi pidana itu sendiri melainkan untuk melakukan suatu tujuan yang bermanfaat, yaitu untuk melindungi masyarakat atau untuk pengayoman. Pidana mempunyai pengaruh terhadap yang dikenai sanksi dan juga terhadap masyarakat pada umumnya ( Sudarto, 1981: 80 ).

Dalam hal kepastian dasar penjatuhan pidana, tujuan pemidanaan atau

kepentingan yang hendak dicapai dengan dijatuhkannya pidana oleh

Hakim terhadap terdakwa yang bersangkutan yakni:

1. Menyelesaikan konflik yang disebabkan oleh tindak pidana,

mengembalikan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai bagi

masyarakat.

2. Memasyarakatkan pidana dengan mengadakan pembinaan

sehingga menjadikan orang tersebut baik dan orang yang berguna.

3. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan cara menegakkan

norma hukum demi pengayoman masyarakat.

4. Membebaskan rasa bersalah terhadap terpidana.

Seorang terdakwa yang melakukan suatu tindak pidana setelah itu

kemudian perbuatan itu terbukti secara sah dan meyakinkan ia yang

melakukannya. Jenis tindak pidana orang yang melakukan tindak pidana

itu termasuk kategori tindak pidana yang ancaman hukumannya dibawah

satu tahun penjara. Kemudian Hakim menjatuhkan pidana penjara kepada

Page 31: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxi

terdakwa tersebut, namun karena sebenarnya terpidana ini tidak ada bakat

jahat dalam dirinya karena dia dulu pada saat melakukan tindak pidana

tersebut secara terpaksa, misalnya ia mencuri ayam karena butuh biaya

untuk berobat anaknya yang sedang sakit. Sesungguhnya ia melakukan

perbuatan pidana itu karena dipaksa keadaan untuk melakukan pencurian

itu supaya anaknya dapat berobat.

Putusan penjatuhan pidana seperti misal seperti kasus diatas karena

terpidana tidak ada bakat jahat atau kesengajaan melakukan tindak pidana

dan terdakwa dihukum pidana penjara. Setelah ia selama dalam jangka

waktu tertentu khususnya dibawah satu tahun pidana penjara karena

bergaul dengan para narapidana dari yang memang mempunyai bakat jahat

dan selama interaksinya ia dengan para narapidana tersebut ia akan

terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Dari contoh kasus diatas dapat

disimpulkan bahwa tujuan pemidanaan tidak tercapai dalam hal ini

menjadikan ia orang yang lebih baik daripada semula melainkan ia malah

semakin bertambah menjadi buruk atau jahat akibat pergaulannya dengan

para narapidana selama ia menjalani hukuman pidana penjara.

Jika melihat kenyataan yang banyak terjadi memang seperti itu,

maka sangatlah tepat pemberlakuan pidana bersyarat itu. Khususnya

kepada orang yang tidak mempunyai bakat jahat tersebut karena ia

melakukan tindak pidana dipaksa oleh keadaan yang memang

mengharuskannya melakukan tindak pidana itu.

(b) Tujuan Pidana Bersyarat:

Tujuan pidana beryarat yakni:

Tujuan yang paling utama dari pidana bersyarat ialah untuk

memberikan kesempatan kepada terpidana agar selama ia menjalani

masa hukuman tersebut menjadi orang yang lebih baik dalam

lingkungan masyarakat, dan tidak mengulangi perbauatan pidana lagi

atau jangan sampai melanggar syarat-syarat yang ditentukan oleh

Hakim terkait putusan pidana bersyarat tersebut, dengan itu bila sukses

dijalani atau tidak melanggar syarat-syarat yang ditentukan oleh

Page 32: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxii

Hakim pada saat menjalani pidana bersyarat tersebut, maka hukuman

pokok yang dijatuhakan kepadanya tidak perlu dijalani sama sekali.

Menurut Muladi penerapan pidana bersyarat harus diarahkan pada

manfaat-manfaat sebagai berikut:

a. Pidana bersyarat tersebut disatu pihak harus dapat meningkatkan kebebasan individu dan dilain pihak mempertahankan tertib hukum dan memberikan perlindungan kepada masyarakat secara efektif terhadap pelanggaran lebih lanjut .

b. Pidana bersyarat harus dapat meningkatkan persepsi masyarakat terhadap falsafah rehabilitasi dengan cara memelihara kesinambungan hubungan antara narapidana dengan masyarakat normal.

c. Pidana bersyarat berusaha menghindarkan dan melemahkan akibat-akibat negatif dari pidana perampasan kemerdekaan yang seringkali menghambat usaha pemasyarakatan kembali narapidana dalam masyarakat.

d. Pidana bersyarat mengurangi biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai sistem koreksi yang berdayaguna.

e. Pidana bersyarat diharapkan dapat membatasi kerugian-kerugian dari pencabutan pidana kemerdekaan, khususnya terhadap mereka yang kehidupannya tergantung pada si pelaku tindak pidana .

f. Pidana bersyarat diharapkan dapat memenuhi tujuan pemidanaan yang bersifat integratif, dalam fungsinya sebagai sarana pencegahan (umum dan khusus), perlindungan masyarakat, memelihara solidaritas masyarakat dan pengimbalan (Muladi, 1985: 197).

(c) Pengertian Pidana Bersyarat

Hakim yang menjatuhkan putusan yang berupa putusan

pemidanaan, Hakim dapat memerintahkan pidana tersebut tidak perlu

dijalani didalam penjara melainkan dijalani diluar penjara, khususnya

pidana yang dijatuhkan kepada terpidana kurang dari satu tahun,

terpidana yang menjalani pidana bersyarat harus mentaati syarat-syarat

umum serta syarat-syarat khusus yang ditentukan Hakim terhadap

dirinya. Jika terpidana selama dalam menjalani pidana bersyarat diluar

penjara tersebut telah melanggar atau tidak memenuhi ketentuan

Hakim yang terkandung dalam syarat-syarat umum dan syarat-syarat

Page 33: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiii

khusus itu maka, Hakim dapat memerintahkan membatalkan putusan

pidana bersyarat itu dan Hakim dapat memerintahkan pula terpidana

yang melanggar ketentuan syarat-syarat umum dan syarat-syarat

khusus yang ditentukan Hakim dalam putusan pidana beryarat tersebut

dengan menyuruh terpidana menjalani hukumannya di dalam penjara.

Andi Hamzah dan Siti Rahayu mengatakan bahwa:

Pidana bersyarat ialah menjatuhkan pidana kepada seseorang, akan tetapi pidana tersebut tidak usah dijalani, kecuali dikemudian hari ternyata bahwa terpidana sebelum habis tempo percobaan berbuat suatu tindak pidana lagi atau melanggar perjanjian( syarat-syarat ) yang diberikan kepadanya oleh Hakim, jadi keputusan pidana tetaplah ada akan tetapi hanya pelaksanaan pidana itu yang tidak dilakukan (Andi Hamzah dan Siti Rahayu, 1983 : 40). Masyarakat Indonesia pada umumnya kurang memahami pidana

bersyarat karena mereka terpengaruh ucapan di dalam masyarakat

yang menyebut dengan istilah hukuman percobaan. Padahal dalam

hukum pidana atau yang terdapat dalam KUHP malah tidak mengatur

dan menjelaskan tentang hukuman percobaan tetapi dalam KUHP

yang ada menyebutkan, mengatur dan menjelaskan tentang pidana

bersyarat. Singkatnya KUHP tidak mengenal hukuman percobaan

tetapi yang digunakan ialah pidana bersyarat. Muladi menyatakan

bahwa:

Pidana bersyarat adalah suatu pidana dalam hal mana si terpidana tidak usah menjalani pidana tersebut, kecuali bilamana selama masa percobaan terpidana telah melanggar syarat-syarat umum atau khusus yang ditentukan oleh pengadilan. Dalam hal ini pengadilan yang mengadili perkara tersebut mempunyai wewenang untuk mengadakan perubahan syarat-syarat yang telah ditentukan atau memerintahkan agar pidana dijalani bilamana terpidana melanggar syarat-syarat tersebut. Pidana bersyarat ini merupakan penundaan terhadap pelaksanaan pidana (Muladi, 1985 : 195-196). Pidana bersyarat merupakan salah satu alternatif dari pidana

perampasan kemerdekaan karena pembinaan pelaku tindak pidana

dilakukan diluar penjara atau di tengah-tengah lingkungan masyarakat,

Page 34: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiv

sehingga kerugian-kerugian yang terjadi akibat pidana perampasan

kemerdekaan dapat dihindari. Muladi menyatakan bahwa:

”Di pelbagai Negara di dunia, termasuk di Indonesia harus diusahakan untuk harus selalu mencari alternatif pidana perampasan kemerdekaan, antara lain berupa peningkatan pemidanaan yang bersifat non institusional dalam bentuk pidana bersyarat (voorwardelijke veroordeling)” (Muladi, 1985 : 219 ).

(d) Syarat- Syarat Pidana Bersyarat

Dalam menjatuhkan suatu putusan pidana bersyarat Hakim terlebih

dulu wajib menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi terpidana

terlebih dahulu. Bilamana terpidana melanggar syarat-syarat yang

ditentukan oleh Hakim tersebut terpidana dapat diperintahkan untuk

menjalani hukuman pidana penjara tersebut. Ditetapkannya syarat-

syarat tersebut karena tujuan yang hendak dicapai oleh putusan pidana

bersyarat ialah untuk perbaikan diri pelaku tindak pidana tersebut.

Syarat-syarat yang ditentukan Hakim dalam putusan pidana bersyarat

ada dua macam yakni:

1) Syarat-Syarat Umum

Syarat umum ialah sebagaimana yang tercantum dalam Pasal

14 a ayat (4) KUHP yang merupakan keyakinan Hakim bahwa

terpidana tidak akan melakukan perbuatan pidana lagi selama

dalam jangka waktu percobaan dan selama dalam jangka waktu

yang telah ditentukan itu mentaati putusan Hakim, maka ia

dibebaskan dari kewajiban untuk menjalani pidananya.

Sebaliknya apabila ia dalam jangka waktu yang telah ditentukan

itu melakukan suatu perbuatan pidana, maka ia diharuskan

menjalani pidana yang pertama yang telah dijatuhkan

kepadanya. Lebih jelasnya bunyi Pasal 14 a ayat (4) KUHP

ialah sebagai berikut: ”Perintah tersebut dalam ayat (1) hanya

diberikan jika Hakim dalam penyelidikannya yang teliti, yakin

bahwa dapat diadakan pengawasan yang cukup untuk

dipenuhinya syarat umum yakni bahwa terpidana tidak akan

Page 35: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxv

melakukan perbuatan pidana dan syarat-syarat khusus jika

sekiranya syarat-syarat itu ada” .

Syarat umum merupakan syarat yang wajib dipenuhi oleh

terpidana dalam putusan pidana bersyarat. Tetapi jika dalam

masa menjalani pidana bersyarat tersebut terpidana gagal atau

melanggar syarat-syarat umum tersebut ia dapat diperintahkan

menjalani pidana penjaranya. Pada hakekatnya syarat umum

tersebut dalam kenyatannya ialah suatu pembebasan terpidana

dari pidana penjara karena ia seperti orang yang tidak

mendapatkan pemidanaan karena pidananya dijalani di luar

penjara dan ia berinteraksi dengan masyarakat lainnya tanpa

merasa padahal ia sedang menjalani hukuman.

2) Syarat-Syarat Khusus

Syarat khusus ialah syarat yang ditentukan oleh Hakim agar

terpidana mengganti sebagian atau semua yang diderita oleh

korban sebagai akibat perbuatan dari terpidana. Disamping

syarat khusus mengganti kerugian tersebut Hakim juga dapat

menentukan syarat khusus lain yang wajib dipenuhi terpidana

yakni yang berkaitan dengan tingkah laku terpidana, dengan

batas tidak mengurangi kemerdekaan politik dan agama bagi

terpidana. Syarat khusus yang ditetapkan oleh Hakim tidak

selalu sama dalam setiap perkara tetapi disesuaikan dengan

jenis perkaranya.

Syarat khusus merupakan syarat yang hanya berfungsi

sebagai pelengkap, maksudnya Hakim tidak wajib menentukan

syarat- syarat khusus, karena syarat khusus hanya diberikan

sebagai pelengkap saja. Sebaliknya syarat umumlah yang wajib

ditentukan oleh Hakim dan wajib dipenuhi oleh terpidana.

Syarat umum merupakan syarat paling utama dalam pidana

bersyarat yang ditentukan Hakim dan wajib dipatuhi oleh

Page 36: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvi

terpidana sedangakan syarat khusus hanya berfungsi sebagai

pelangkap saja.

Syarat khusus ini ialah sebagaimana yang tercantun dalam

ketentuan Pasal 14 c KUHP yang berisi sebagai berikut:

(1) Dalam perintah yang dimaksud dalam Pasal 14 a kecuali

jika dijatuhkan denda, selain menempatkan syarat umum

bahwa terpidana tidak akan melakukan perbuatan pidana,

Hakim dapat menetapkan syarat khusus bahwa terpidana

dalam waktu tertentu, yang lebih pendek dari masa

percobaannya harus mengganti segala atau sebagian

kerugian yang di timbulkan oleh perbuatan tadi.

(2) Apabila Hakim menjatuhkan pidana penjara lebih dari tiga

bulan atau kurungan atas salah satu pelanggaran tersebut

dalam Pasal 492, 504, 505, 506 dan 536, maka boleh

ditetapkan syarat-syarat khusus lainnya mengenai tingkah

laku terpidana yang harus dipenuhi selama masa

percobaan atau selama sebagian dari masa percobaan.

(3) Syarat-syarat tersebut diatas tidak boleh mengurangi

kemerdekaan agama atau kemerdekaan politik bagi

terpidana.

Dengan Hakim menentukan syarat khusus ini dapat sangat

bermanfaat baik bagi terpidana atau masyarakat, karena

disamping terpidana berusaha memulihkan atau memperbaiki

dirinya sendiri manfaat itu juga akan diperolehnya dengan

hubungannya dengan masyarakat yang lain karena tidak ada

penghalang dalam interaksinya dengan masyarakat karena ia

menjalani pidananya bukan didalam penjara namun diluar

penjara. Sehingga masyarakat tidak perlu takut akan statusnya

dalam menjaga hubungan itu sebabnya masyarakat tidak akan

memberikan cap atau stempel ia ialah orang jahat yang pernah

melakukan tindak pidana dan dihukum penjara atau

Page 37: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvii

kaetakuatan masyarakat ia setelah menjalani hukuman penjara

malah menjadi orang yang lebih jahat serta akan mengulangi

perbuatan tindak pidana itu lagi. Syarat khusus ini juga dapat

memberikan manfaat yang sangat positif karena terpidana

diharuskan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya

kepada korban tersebut.

Mengenai ketentuan-ketentuan dalam pidana bersyarat ini.

Jonkers juga memberikan pendapatnya yang berkaitan dengan

syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus yang terdapat

dalam bukunya Ultrecht yang berisi sebagai berikut:

Syarat umum bahwa terpidana tidak boleh melakukan perbuatan pidana selama masa percobaan dikatakan sebagai segi negatif karena sebenarnya syarat umum ini tidak melahirkan suatu kewajiban hukum setiap orang untuk tidak melakukan perbuatan pidana. Tujuan syarat umum ini hanya satu yaitu mencegah supaya si terhukum tidak masuk penjara, asalkan si terhukum dapat menjaga diri untuk tidak melakukan pelanggaran lagi, maka ia akan bisa tetap diluar tembok penjara, sehingga tujuan lain yaitu tujuan mendidik serta memperbaiki tidak ada dalam syarat umum ini. Syarat khusus oleh Jonkers disebut sebagai segi positif karena syarat-syarat khusus itu berkaitan langsung tentang perilaku terpidana (Ultrecht, 1965 : 360-361).

(e) Dasar-Dasar Penjatuhan Pidana Beryarat

1. Pengaturan Pidana Bersyarat Berdasarkan aturan hukum positif di Indonesia, pengaturan tentang

hukum pidana bersyarat diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) bab dua tentang pidana, buku kesatu aturan umum dan

Pasal 29 Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan

anak.

Pengaturan mengenai masalah pokok pidana bersyarat diatur dalam

Pasal 14 a sampai dengan Pasal 14 f KUHP. Pasal 14 a KUHP

Page 38: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxviii

menyatakan bahwa pidana bersyarat hanya dapat dijatuhkan apabila

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(1) Apabila Hakim menjatuhan pidana penjara paling lama satu

tahun atau kurungan, tidak termasuk kurungan pengganti,

maka dalam putusannya dapat memerintahkan pula bahwa

pidana tidak usah dijalani, kecuali jika dikemudian hari ada

putusan Hakim yang menentukan lain, disebabkan karena

terpidana melakukan suatu perbuatan pidana sebelum masa

percobaan yang ditentukan dalam perintah tersebut diatas

habis, atau karena terpidana selama masa percobaan tidak

memenuhi syarat khusus yang mungkin ditentukan dalam

perintah tersebut.

(2) Hakim juga mempunyai kewenagan seperti di atas, kecuali

dalam perkara-perkara mengenai penghasilan dan persewaan

negara apabila menjatuhkan denda, tetapi harus ternyata

kepadanya bahwa denda atau perampasan yang mungkin

diperintahkan pula, akan sangat memberatkan terpidana.

Dalam menggunakan ayat ini, kejahatan dan pelanggaran

candu hanya dianggap sebagai perkara mengenai penghasilan

negara, jika terhadap kejahatan dan pelanggaran itu

ditentukan dalam hal dijatuhi denda, tidak berlaku ketentuan

Pasal 30 ayat (2).

(3) Jika Hakim tidak menetukan lain, maka perintah mengenai

pidana pokok juga mengenai pidana tambahan.

(4) Perintah tersebut dalam ayat (1) hanya diberikan jika Hakim,

berdasarkan penyelidikan yang teliti, yakin bahwa dapat

diadakan pengawasan yang cukup untuk dipenuhinya syarat

umum, yaitu bahwa terpidana tidak akan melakukan

perbuatan pidana, dan syarat-syarat khusus jika sekiranya

syarat-syarat itu ada.

Page 39: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxix

(5) Perintah dalam ayat (1) harus disertai hal-hal atau keadaan

yang menjadi alasan perintah tersebut.

Dalam Pasal 14 b KUHP dinyatakan bahwa:

(1) Masa percobaan kejahatan dan pelanggaran yang tersebut

dalam Pasal 492, 504, 505, 506, dan 536 paling lama adalah

tiga tahun dan bagi pelanggaran lainnya paling lama adalah

dua tahun.

(2) Masa percobaan dimulai pada saat putusan telah menjadi

tetap dan telah diberitahukan kepada terpidana menurut cara

yang ditentukan dalam undang-undang.

(3) Masa percobaan tidak dihitung selama terpidana dihilangkan

kemerdekaannya karena tahanan yang sah.

Dalam Pasal 14 c KUHP dinyatakan bahwa:

(1) Dalam perintah yang dimaksud dalam Pasal 14 a kecuali jika

dijatuhkan denda, selain menempatkan syarat umum bahwa

terpidana tidak akan melakukan perbuatan pidana, Hakim

dapat menerapakan syarat khusus bahwa terpidana dalam

waktu tertentu, yang lebih pendek dari masa percobaannya

harus mengganti segala atau sebagian kerugian yang

ditimbulkan oleh perbuatan pidana itu tadi.

(2) Apabila Hakim menjatuhkan pidana penjara lebih dari tiga

bulan atau kurungan, atas salah satu pelanggaran tersebut

dalam Pasal 492, 504, 505, 506 dan 536, maka boleh

ditetapkan syarat-syarat khusus lainnya mengenai tingkah

laku terpidana yang harus dipenuhi selama masa percobaan

atau selama sebagian dari masa percobaan.

(3) Syarat-syarat tersebut diatas tidak boleh mengurangi

kemerdekaan agama atau kemerdekaan politik terpidana.

Page 40: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xl

Dalam Pasal 14 d KUHP dinyatakan bahwa:

(1) Yang diserahi mengawasi supaya syarat-syarat dipenuhi ialah

pejabat yang berwenang menyuruh jalankan putusan, jika

kemudian ada perintah menjalankan putusan.

(2) Jika ada alasan, Hakim dalam perintahnya boleh mewajibkan

kepada lembaga yang berbentuk badan hukum, atau kepada

pemimpin suatu rumah penampung, atau kepada pejabat

tertentu supaya member pertolongan dan bantuan kepada

terpidana dalam memenuhi syarat-syarat khusus.

(3) Aturan-aturan lebih lanjut mengenai pengawasan dan bantuan

tadi serta mengenai penunjukkan lembaga dan pemimpin

rumah penampung yang dapat diserahi memberi bantuan itu,

diatur dalam undang-undang.

Dalam Pasal 14 e KUHP dinyatakan bahwa:

(1) Atas usul pejabat tersebut Pasal 14 d ayat (1), atau atas

permintaan terpidana Hakim memutuskan perkara dalam

tingkat pertama, selama masa percobaan, dapat mengubah

syarat-syarat khusus atau lamanya waktu berlaku syarat-

syarat khusus dalam masa percobaan. Hakim boleh juga

memerintahkan orang lain, daripada orang yang

diperintahkan semula, supaya memberi bantuan kepada

terpidana dan juga boleh memperpanjang masa percobaan

satu kali.

Dalam Pasal 14 f KUHP dinyatakan bahwa:

(1) Tanpa mengurangi ketentuan tersebut pasal diatas, maka atas

usul pejabat tersebut Pasal 14 d ayat (1), Hakim yang

memutus dalam perkara dalam tingkat pertama dapat

memerintahkan supaya pidananya dijalankan, atau

Page 41: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xli

memerintahkan atau supaya atas namanya diberi peringatan

kepada terpidana, yaitu jika terpidana selama masa percobaan

melakukan perbutan pidana dan karena adanya pemidanaan

yang mejadi tetap, atau jiaka salah satu syarat lainnya tidak

dipenuhi, ataupun jika terpidana sebelum masa percobaan

habis dijatuhi pemidanaan yang tetap, karena melakukan

perbuatan pidana sebelum masa percobaan mulai berlaku.

Dalam memerintahkan memberikan peringatan, Hakim harus

menentukan juga bagaimana cara memberi peringatan itu.

(2) Setelah masa percobaan habis, perintah supaya pidana tidak

dijalankan tidak dapat diberikan kecuali jika sebelum masa

percobaan habis, terpidana dituntut karena melakukan

perbuatan pidana di dalam masa percobaan dan penuntutan

itu kemudian berakhir dengan pemidanaan yang menjadi

tetap. Dalam hal itu dalam waktu dua bulan setelah

pemidanaan menjadi tetap, Hakim masih boleh

memerintahkan supaya pidana dijalankan, karena melakukan

perbutan pidana tadi.

Pidana bersyarat khusus anak-anak juga diatur dalam Pasal 29

Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

menyatakan bahwa:

1. Pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh Hakim, apabila pidana

penjara yang dijatuhkan paling lama dua tahun.

2. Dalam putusan putusan pidana pengadilan mengenai pidana

bersyarat sebagaimana diatur dalam ayat (1) ditentukan syarat

umum dan syarat khusus.

3. Syarat umum adalah bahwa anak nakal tidak akan melakukan

tindak pidana lagi selama menjalani pidana bersyarat.

4. Syarat khusus adalah untuk melakukan atau tidak melakukan

hal tertentu yang ditetapkan dalam keputusan Hakim dengan

tetap memperhatikan kebebasan anak.

Page 42: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlii

5. Masa pidana bersyarat bagi syarat khusus lebih pendek dari

masa pidana bersyarat bagi syarat umum.

6. Jangka waktu masa pidana bersyarat sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) paling lama adalah tiga tahun.

7. Selama menjalani masa pidana bersyarat, Jaksa melakukan

pengawasan, dan Pembimbing Kemasyarakatan melakukan

bimbingan anak nakal menepati persyaratan yang ditentukan.

8. Anak nakal yang menjalani pidana bersyarat dibimbing oleh

Lembaga Permasyarakatan dan berstatus sebagai klien

masyarakat.

9. Selama anak nakal berstatus sebagai klien permasyarakatan

dapat mengikuti pendidikan sekolah.

Pidana bersyarat bukan merupakan jenis pidana, tetapi pidana

bersyarat merupakan cara penerapan pidana. Pengaturan pidana

bersyarat di negara Indonesia diharapkan mampu meningkatkan

peranan pidana bersyarat dalam hal pemidanaan khususnya sebagai

alternatif pengganti dari pidana penjara yang merampas kemerdekaan

terpidana.

Dalam ketentuan mengenai peraturan belum cukup umur

sebenarnya telah ada dan dicantumkan dalam KUHP tetapi sekarang

ini muncul peraturan yang lebih khusus yakni Undang-Undang Nomor

3 Tahun 1997 yang berisi tentang pengadilan anak.

Page 43: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliii

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2 : Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan: Setelah Hakim memahami fakta yang terungkap selama proses

persidangan dan memperhatikan bukti-bukti yang diajukan selama

persidangan, maka Hakim selanjutnya menimbang kejelasan duduk perkara

dan fakta yang terungkap selama masa persidangan kemudian Hakim Ketua

Putusan Hakim Dalam perkara pidana Nomor :

202/Pid.B/2008/PN.SKA

Bagi Anak-Anak atau Belum Dewasa

Bagi Orang Umum atau Sudah Dewasa

Pasal 29 Undang- Undang Nomor 3 Tahun

1997

Pasal 14 a-f KUHP

Pidana Bersyarat

Bebas Pemidanaan Lepas

Page 44: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliv

berunding dengan para Hakim anggota untuk selanjutnya Hakim menjatuhkan

putusan kepada terdakwa dalam hal ini Putusan Hakim dalam Perkara pidana.

Putusan Hakim terdapat tiga macam yakni putusan Hakim yang mengandung

pembebasan terdakwa (Vrijspraack), putusan Hakim yang mengandung

pelepasan dari segala tuntutan hukum (Onstlag van vervolging), dan putusan

Hakim yang mengandung pemidanaan terdakawa (Verordeling).

Putusan Hakim yang mengandung pembebasan terdakwa (Vrijspraaack)

berarti tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti atau

bukti minimum tidak terpenuhi, atau Hakim tidak yakin akan kesalahan

terdakwa. Terhadap putusan bebas tidak boleh mengajukan banding, namun

dapat mengajukan permohonan kasasi. Putusan Hakim yang mengandung

pelepasan terdakwa dari segala tuntutan hukum (Onstlag van vervolging)

berarti tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, namun

perbuatan terdakwa bukan suatu tindak pidana, karena dakwaan tidak sesuai

atau terdapat hal-hal yang menghapuskan pidana.

Sedangkan putusan Hakim yang mengandung pemidanaan kepada

terdakwa berarti tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa terbukti

secara sah dan meyakinkan. Dalam putusan Hakim yang berupa pemidanaan

ini Hakim dapat mempertimbangkan untuk menjatuhkan putusan pidana

bersyarat dengan pertimbangan jenis pidana, ukuran berat atau lemahnya

pidana tersebut dan cara pelaksanaan pidana.

Hakim yang telah menjatuhkan pidana bersyarat tersebut Hakim juga telah

mengetahui bahwa dalam diri terpidana tidak ada bakat jahat, sehingga sangat

besar kemungkinannya untuk dapat memperbaiki dirinya. Tujuan dari pidana

bersyarat ialah untuk memberikan kesempatan kepada terpidana supaya dalam

masa percobaan tersebut dapat memperbaiki dirinya dalam masyarakat, dan

tidak berbuat suatu perbuatan pidana lagi atau melanggar syarat yang telah di

tentukan Hakim kepadanya. Dengan harapan apabila berhasil maka hukuman

yang telah dijatuhkan kepadanya itu tidak akan dijalankan selama-lamanya.

Dalam penjatuhan pidana beryarat ini Hakim menentukan syarat-syarat

umum dan syarat-syarat khusus yang harus dilaksanakan dan wajib dipenuhi

Page 45: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlv

oleh terpidana. Terpidana yang tidak melaksanakan atau tidak dapat

memenuhi syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus yang ditentukan

Hakim, maka Hakim dapat memerintahkan terpidana untuk menjalani

hukumannya di dalam penjara. Pengaturan pidana bersyarat yang memuat

mengenai syarat umum terdapat dalam Pasal 14 a KUHP sedangkan syarat

khusus terdapat dalam pasal 14 c KUHP bagi orang umum atau sudah dewasa

sedangkan syarat umum pidana bersyarat bagi anak-anak terdapat dalam Pasal

29 ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 dan syarat khusus pidana

bersyarat bagi anak-anak terdapat dalam Pasal 29 ayat (4) Uundang-Undang

Nomor 3 Tahun 1997. Pidana bersyarat bagi orang umum atau yang sudah

dewasa diatur dalam pasal 14 a-f KUHP sedangkan pidana bersyarat bagi

anak-anak atau belum dewasa diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor

3 Tahun 1997 tentang Pengadilan anak.

Page 46: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvi

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penulisan yang penulis lakukan tentang Pertimbangan Hakim

Dalam Penjatuhan Pidana Bersyarat dan Implikasi Yuridis Yang Ditimbulkannya,

maka penulis kemukakan hasil penelitian tersebut sebagai berikut ini:

1. Identitas Terdakwa

Nama Lengkap : Wahyu Purwanto alias Ipung

Tempat Lahir : Sukoharjo

Umur/ Tanggal Lahir : 17 Tahun 7 Bulan / 24 Oktober 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Kp. Klauran RT. 03 RW. 15 Kel. Palur Mojolaban

Sukoharjo

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak Bekerja

2. Kasus Posisi

Kasus ini bermula terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung dan Joko Tri

Prakoso baik secara bersama-sama maupun bertindak sendiri-sendiri

sebagai orang yang melakukan, menyuruh melakukan atau ikut melakukan

perbuatan pada hari Minggu tanggal 10 Februari 2008 kira-kira pukul

02.00 WIB, atau setidaknya pada waktu lain dalam tahun 2008 bertempat

di sebuah pos polisi lalu lintas perempatan Nonongan yang berada di jalan

Slamet Riyadi Surakarta, atau setidaknya pada suatu tempat yang masih

termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Surakarta, telah dengan

sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membuat

hingga tidak dapat dipakai atau menghilangkan sesuatu benda yang

seluruhnya atau sebagaian adalah kepunyaan orang lain, perbuatan ini

dilakukan oleh terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung yang masih belum

Page 47: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvii

dewasa karena usianya baru berumur 17 tahun lebih belum mencapai umur

18 tahun yang dikategorikan menurut KUHP ialah usia dewasa seseorang.

Pada awalnya pada waktu tersebut diatas, terdakwa Wahyu Purwanto

alias Ipung bersama Joko Tri Prakoso dan Muhammad Sadam Husein

sedang berada di sekitar Monumen 45 Pasar Legi Surakarta, sesaat

kemudian Joko Tri Prakoso mengatakan pada terdakwa pada Wahyu

Purwanto alias Ipung untuk mengambil beberapa buah batu atau

setidaknya satu buah batu.

Kemudian setelah itu dengan membawa batu tersebut terdakwa Wahyu

Purwanto alias Ipung bersama Joko Tri Prakoso dan Muhammad Saddam

Husein dengan cara terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung membonceng

sepeda motor Yamaha Vega R warna merah dengan Nomor Polisi : AD-

6423-JK yang dikemudikan Muhammad Sadam Husein, sedangkan Joko

Tri Prakoso mengendarai sepeda motor Honda GL dengan Nomor Polisi

AD-3829-CB warna silver sendirian.

Mereka bertiga yang masih duduk di sepeda motor tersebut melewati

Pos Polisi Lalu Lintas di perempatan Nonongan yang terletak di jalan

Slamet Riyadi Surakarta, selanjutnya Joko Tri Pangarso mengatakan

kepada terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung “ wis balangen-balangen “

( sudah, lempar saja ) dan selanjutnya terdakwa Wahyu Purwanto alias

Ipung melemparkan batu tersebut kearah Pos Polisi sehingga kaca Pos

Polisi tersebut pecah dan tidak dapat dipergunakan lagi.

Maka, akibat perbuatan terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung dan

Joko Tri Prakoso tersebut, Poltabes Surakarta menderita kerugian sebesar

lebih kurang Rp. 170. 000, 00 ( seratus tujuh puluh ribu rupiah ).

Terdakwa dalam kasus ini tidak ditahan, terdakwa tidak didampingi

penasehat hukum tetapi didampingi orang tuanya dan pembimbing

kemasyarakatan tetapi barang bukti yang digunakan untuk kepentingan

penyidikan disita oleh penyidik.

3. Dakwaan dan Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Page 48: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlviii

Bahwa pada saat itu terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung dan Joko

Tri Prakoso alias Gundul (dalam berkas terpisah) pada hari Minggu

tanggal 10 Februari 2008, atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam

bulan Februari tahun 2008, atau setidaknya-tidaknya pada waktu lain

dalam tahun 2008 bertempat di sebuah Pos Polisi Lalu Lintas perempatan

Nonongan di jalan Slamet Riyadi Surakarta, atau setidaknya pada suatu

tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri

Surakarta, telah dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan,

merusakkan, membuat hingga tidak dapat dipakai atau menghilangkan

sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagaian adalah kepunyaan orang

lain, perbuatan dilakukan oleh Wahyu Purwanto alias Ipung yang pada

waktu melakukan masih berumur 17 tahun 7 bulan tetapi belum mencapai

umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

Bahwa Wahyu Purwanto alias Ipung pada waktu tersebut diatas, Joko

Tri Prakoso alias Gundul dan Muhammad Sadam Husein sedang berada

di seputar Monumen 45 Pasar Legi Surakarta, sesaat kemudian Joko Tri

Prakoso mengatakan pada terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung untuk

mengambil beberapa batu atau setidak-tidaknya satu buah batu, yang

selanjutnya dengan membawa batu tersebut terdakwa Wahyu Purwanto

alias Ipung pergi bersama-sama Joko Tri Prakoso dan Muhammad Sadam

Husein dengan cara terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung membonceng

sepeda motor Yamaha Vega R warna merah dengan Nomor Polisi : AD-

6423-JK yang dikemudikan Muhammad Sadam Husein, sedangkan Joko

Tri Prakoso mengendarai sepeda motor Honda GL dengan Nomor Polisi :

AD-3829-CB warna silver sendirian.

Bahwa ketika ketiganya yang masih duduk di sepeda motor tersebut

melewati Pos Polisi Lalu Lintas di perempatan Nonongan yang terletak di

jalan Slamet Riyadi Surakarta, Joko Tri Prakoso mengatakan kepada

terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung “ wis balangen-balangen “ ( sudah,

lempar saja ) dan selanjutnya terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung

Page 49: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlix

melemparkan batu tersebut kearah kaca Pos Polisi sehingga kaca Pos

Polisi tersebut pecah dan tidak dapat dipergunakan lagi.

Bahwa terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung melemparkan batu

tersebut kearah kaca pos polisi sehingga kaca pos polisi tersebut pecah dan

tidak dapat dipergunakan lagi tersebut tanpa seizin pemiliknya, yaitu

Poltabes Surakarta, atau setidak-tidaknya bukan milik terdakwa Wahyu

Purwanto alias Ipung maupun Joko Tri Prakoso baik seluruhnya maupun

sebagaian.

Bahwa akibat perbuatan terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung dan

Joko Tri Prakoso tersebut, maka Poltabes Surakarta menderita kerugian

sebesar lebih kurang Rp. 170. 000, 00 ( seratus tujuh puluh ribu rupiah )

atau setidak-tidaknya lebih dari Rp. 250,00 ( dua ratus lima puluh rupiah ).

Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

1. Menyatakan terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung,

bersalah telah melakukan tindak pidana pengrusakan barang secara

bersama-sama sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

406 ayat (1) KUHP jo Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1997 tentang pengadialan anak, sebagaimana dalam surat

dakwaan Nomor Reg. PDM – 129 / SKRTA /Ep. 1 / 05 / 2007

tanggal 29 Mei 2008.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Wahyu

Purwanto alias Ipung berupa pidana penjara selama 3 ( tiga bulan

dengan masa percobaan selama 6 ( enam ) bulan.

3. Menyatakan barang bukti berupa 3 ( tiga ) buah batu

dan pecahan kaca, 1 ( satu ) buah sepeda motor Yamaha Vega R

warna merah dengan Nomor Polisi : AD-6423-JK dipergunakan

untuk perkara lain ( Joko Tri Prakoso alias Gundul ).

4. Putusan Hakim

Page 50: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

l

a. Menimbang, bahwa untuk dipersalahkan melakukan

kejahatan dalam ketentuan Pasal 406 ayat (1) KUHP jo Pasal

55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 1 angka 1, 2 huruf a Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak harus

memenuhi unsur- unsur: 1) unsur barang siapa, 2) unsur

dengan sengaja dan melawan hukum, merusakkan, membuat

hingga tidak dapat dipakai atau menghilangkan sesuatu benda,

3) unsur yang seluruhnya atau sebagaian milik orang lain, 4)

unsur sebagai orang yang melakukan atau ikut melakukan

perbuatan.

b. Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan putusan

perlu dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal

yang meringankan bagi terdakwa.

Hal- hal yang memberatkan:

1. Perbuatan terdakwa merugikan korban.

Hal-hal yang meringankan:

1. Terdakwa mengakui terus terang dan sangat

menyesali perbuatannya.

2. Orang tua terdakwa masih sanggup mendidik

anaknya.

Tersangka Wahyu Purwanto alias Ipung yang didakwa dengan

Pasal 406 ayat (1) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 1 angka 1,

2 huruf a Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan

Anak dan segala Pasal dari Undang-Undang serta peraturan yang

bersangkutan:

a. Menyatakan terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung

tersebut diatas terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “ Pengrusakan Barang Secara

Bersama-Sama “.

Page 51: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

li

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Wahyu

Purwanto alias Ipung dengan pidana penjara selama 2 (dua)

bulan.

c. Menetapkan pidana tersebut tidak usah dijalani,

kecuali dikemudian hari ada perintah lain dalam putusan

Hakim, karena sebelum masa percobaan selama 4 (empat)

bulan, terdakwa dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana.

d. Menyatakan barang bukti berupa:

1) 3 (tiga) buah batu dan pecahan kaca.

2) 1 (satu) buah sepeda motor Yamaha Vega R warna

merah dengan Nomor Polisi: AD-6423-JK.

3) 1 (satu) buah motor Honda GL dengan Nomor Polisi:

AD-3829-CB warna silver.

e. Membebankan biaya kepada terdakwa sebesar Rp.

1.000, - (seribu rupiah).

5. Hasil Wawancara

Hasil wawancara ini diperoleh berdasarkan wawancara penulis

dengan M. Najib Sholeh, S.H Hakim di Pengadilan Negeri

Surakarta pada tanggal 11 November 2010. Dalam penjatuhan

pidana bersyarat ini lebih menitikberatkan pada pelaku tindak

pidanaya. Sehingga dalam pelaksanaan pidana bersyarat ini

hukuman pemidanaannya diganti dengan pembinaan dan

bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan.

Pelaksanaan pidana bersyarat merupakan alternatif dari penerapan

pidana, pada prakteknya pelaksanaan pidana bersyarat mempunyai

beberapa kendala khususnya yang berkaitan dengan tugas

pembimbing kemasyarakatan dalam tugasnya membimbing

terpidana bersyarat . Kendala tersebut antara lain:

Page 52: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lii

a. Sarana transportasi yang jumlahnya sangat terbatas

dalam melakukan pengawasan kepada terpidana yang

dijatuhi hukuman pidana bersyarat.

b. Terpidana yang pindah tempat tinggal, tanpa

melaporkan terlebih dahulu kepada petugas pembimbing

kemasyarakatan sehingga menjadi kendala dalam petugas

tersebut melakukan bimbingan kepada terpidana.

c. Petugas pembimbing kemasyarakatan sangat sedikit

jumlahya sehingga menjadi kendala dalam melakukan

bimbingan kepada terpidana.

d. Terpidana sangat sulit ditemui karena pada waktu

petugas pembimbing kemasyarakatan datang ke rumah

terpidana, justru terpidana sedang pergi atau tidak berada di

rumah.

Pembimbing kemasyarakatan ialah petugas balai

kemasyarakatan yang secara langsung membina dan mengawasi

terpidana selama terpidana berada diluar penjara serta pada saat

terpidana selama dalam menjani waktu percobaan. Obyek

pemidanaan pembinaan pidana bersyarat ialah terpidana bersyarat.

Menurut wawancara penulis dengan ( Hakim M. Najib Sholeh, S.H

Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta) pada prakteknya bahwa

terpidana bersyarat sebagai obyek pembinaan seringkali menjadi

penghambat dalam proses pembinaan.

Pada prakteknya hambatan yang dilakukan oleh terpidana

yang penulis tanyakan kepada Hakim M. Najib Sholeh, S.H (hasil

wawancara) seringkali terjadi terpidana tidak mau mememuhi

panggilan dari petugas pembimbing kemasyarakatan sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sikap terpidana seperti

ini yang sangat mempengaruhi proses keberhasilan dari pembinaan

yang dilakukan kepada terpidana.

Page 53: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liii

Sebelum menjatuhkan pidana bersyarat Hakim, biasanya

Hakim memberikan arahan dan nasehat kepada terpidana dan

Hakim juga harus secermat mungkin dalam menjatuhkan pidana

bersyarat kepada terpidana yang sudah dewasa atau telah mencapai

umur 18 tahun atau kepada terpidana yang masih belum dewasa

atau belum mencapai umur 18 tahun ( wawancara dengan M. Najib

Sholeh, S.H ).

Sedangkan yang berkaitan dengan Kasus Nomor: 202/ Pid. B/

2008 / PN. SKA bagi anak yang yang masih belum dewasa dan

belum mencapai umur 18 tahun itu diatur dalam Pasal 29 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 yang bunyinya sebagai

berikut: “ pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh Hakim apabila

pidana penjara yang dijatuhkan paling lama dua tahun”.

Tujuan dari pemberian nasehat-nasehat maupun pengarahan

tersebut ialah agar terpidana dapat mengerti dan memahami status

dan kedudukannya ditengah-tengah pergaulan hidup di masyarakat

nantinya. Jaksa telah diberikan wewenang untuk melaksanakan

eksekusi tersebut, Hakim juga harus dapat mengetahui dengan jelas

bahwa putusan itu telah dijalankan sesuai dengan peraturan.

Berhasilnya pidana bersyarat berkaitan dengan baik atau

tidaknya pembimbing kemasyarakatan dalam mengadakan

bimbingan kepada terpidana ( wawancara dengan M. Najib Sholeh,

S.H ) jika berhasil menjadi orang yang lebih baik maka putusan

penjatuhan pidana bersyarat itu sangatlah tepat namun jika

terpidana tidak menjadi orang yang lebih baik maka pidana

bersyarat itu kurang berhasil atau bahkan tidak berhasil terutama

berkaitan dengan tujuan pemidanaan yang bertujuan menjadikan

terpidana menjadi orang yang lebih baik.

Penjatuhan pidana bersyarat mungkin dirasakan oleh

masyarakat sebagai suatu hal yang kurang memuaskan, dan

ditanggapi secara negatif bahwa pidana bersyarat ialah merupakan

Page 54: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liv

suatu pembebasan dan bukan sebagai suatu pemidanaan, sebab

apabila ternyata terpidana melanggar syarat-syarat yang telah

ditentukan selama masa percobaan, maka putusan yang telah

dijatuhkan oleh Hakim tidak langsung dijalankan, namun harus

melalui prosedur yakni Jaksa dapat mengajukan usul untuk

mengeksekusi putusan tersebut. Pengawasan terhadap terpidana

bersyarat harus dilakukan dengan sangat baik, apabila ternyata ada

suatu pelanggaran yang dilakukan oleh terpidana, maka Jaksa

segera melaporkan kepada Hakim.

Setelah Hakim mendapatkan usul dari Jaksa, dalam Kasus ini

terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung yang masih tergolong anak-

anak sebagaimana tercantum dalam Pasal 29 ayat (7) Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1997 menyatakan bahwa : Selama

menjalani masa pidana bersyarat, Jaksa melakukan pengawasan

dan Pembimbing kemasyarakatan melakukan bimbingan anak

nakal menepati persyaratan yang ditentukan.

Menurut (M. Najib Sholeh, S.H) pada prakteknya Hakim

bersifat pasif, menunggu ada tidaknya laporan dari Jaksa bahwa

terpidana melanggar syarat yang telah ditentukan padahal

sebenarnya Hakim harus dituntut lebih aktif dalam mengawasi

terpidana bersyarat. Jika Jaksa mengetahui bahwa dalam masa

percobaan terpidana tidak mematuhi syarat-syarat tersebut bahkan

melanggarnya, maka Jaksa akan meminta kepada Hakim agar

terpidana menjalani hukuman pidana penjara.

Arah pembinaan yang hendak dicapai yakni membina pribadi

terpidana agar jangan sampai mengulangi tindak pidana itu

dikemudian hari dan mentaati peraturan hukum yang berlaku,

membina hubungan antara terpidana dengan masyarakat, agar

dapat berdiri sendiri dan dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya

( wawancara dengan M. Najib Sholeh, S.H ). Dalam kehidupan

masyarakat tobat dan jera diharapkan akan tercapai melalui

Page 55: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lv

bimbingan, nasihat, petunjuk, dan pembinaan yang dilandasi rasa

kemanusiaan antara terpidana dengan pembimbing

kemasyarakatan.

Hal-hal yang menentukan suksesnya pembinaan terpidana

bersyarat sebagai upaya dalam melaksanan fungsinya untuk

mencapai tujuan pemidanaan yang hendak dicapai yakni

memperbaikki terpidana agar menjadi orang yang lebih baik. Itu

juga semua harus menuntut kerjasama Hakim, terpidana, Jaksa

pembimbing kemasyarakatan, keluarga, masyarakat dan pihak-

pihak yang terkait dengan pembinaan terpidana bersyarat. Hadi

Setia mengatakan bahwa:

Pembinaan kepribadian diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar bertanggungjawab kepada diri sendiri, keluarga dan masyarakat, sedangkan pembinaan kepribadian diarahkan pada pembinaan bakat dan ketrampilan agar warga binaan pemasyarakatan dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggungjawab ( Hadi Setia, 2000 : 4 ).

Dalam penjatuhan pidana bersyarat, balai permasyarakatan

memberitahukan atau melaporkan kepada kejaksaan serta

pengadilan agar orang yang sedang melaksanakan putusan pidana

bersyarat diperintahkan menjalani pidananya apabila terpidana

melanggar syarat umum atau syarat khusus yang telah diberikan

kepadanya. Dalam Pasal 276 KUHAP dinyatakan bahwa:

Dalam hal pengadilan menjatuhkan pidana bersyarat, maka

pelaksanaanya dilakukan dengan pengawasan serta pengamatan

yang sungguh-sungguh dan menurut ketentuan Undang-

Undang.

Pada prinsipnya tujuan penjatuhan pidana bersyarat kepada

terpidana ialah mengurangi efek negatif dari pidana penjara,

memperbaikki terpidana menjadi orang yang lebih baik, terpidana

dapat hidup normal dalam kehidupan bermasyarakat tidak perlu

Page 56: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvi

takut akan statusnya terpidana karena ia tidak akan di cap sebagai

narapidana dan terutama pidana bersyarat dapat mengatasi

penjatuhan pidana penjara yang pasti akan banyak merenggut

kemerdekaanya.

B. Pembahasan

1. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Bersyarat

dalam Kasus Nomor: 202 / Pid. B / 2008 / PN.SKA.

Mengenai dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana

bersyarat pada kasus Nomor: 202 /Pid. B / 2008 / PN.SKA, sejatinya

menyangkut 4 (empat) komponen. Keempat komponen yang ada tersebut

ialah 1) usia pelaku, 2) hal-hal yang meringankan dalam proses

persidangan, 3) ketentuan yuridis tentang pidana yang dilakukan oleh

anak-anak, dan 4) tujuan pemidanaan yang hendak dicapai dari putusan

penjatuhan pidana bersyarat.

Adapun yang pertama mengenai usia pelaku terdakwa Wahyu

Purwanto alias Ipung yang pada saat kasus ini terjadi baru berusia 17

tahun 7 bulan, maka terdakwa masih dianggap belum dewasa karena

belum mencapai umur 18 tahun yang dikategorikan usia dewasa

seseorang. Atas hal ini maka Hakim mendapat keyakinan bahwa terdakwa

masih dikategorikan sebagai anak. Dalam ketentuan mengenai anak dapat

dilihat ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1997 tentang pengadilan anak yang bunyinya sebagai berikut: “ Anak

adalah orang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur umum 8

(delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan

belum pernah kawin.

Page 57: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvii

Sesuai dengan usia pelaku itu maka Hakim menggunakan

ketentuan tersebut untuk mengadili terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung

yang didakwa melakukan “ Pengrusakkan Secara Bersama-Sama “. Hakim

berpendapat bahwa terdakwa merupakan anak nakal yang melakukan

suatu perbuatan pidana karena “ iseng “ saja. Anak nakal menurut Pasal 1

ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 ialah:

a. anak yang melakukan tindak pidana; atau

b. anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi

anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun

menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam

masyarakat yang bersangkutan.

Mengenai fakta hukum ini dan yang berkaitan dengan terdakwa

Wahyu Purwanto alias Ipung, maka Hakim berkeyakinan dengan usia

pelaku yang belum dewasa atau belum mencapai umur 18 tahun, Hakim

juga mempertimbangkan usia pelaku tersebut dalam mengadili terdakwa.

Adapun yang kedua mengenai hal-hal yang meringankan terdakwa

Wahyu Purwanto alias Ipung, ia diberikan kesempatan untuk memberikan

pembelaan yang diajukan secara lisan pada pokoknya mohon keringanan

hukuman dengan alasan:

a. Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan

mengulangi lagi.

b. Terdakwa mengakui terus-terang sehingga tidak mempersulit

jalannya persidangan.

c. Terdakwa sopan dalam persidangan.

Sebelum menjatuhkan Putusan, Hakim perlu mempertimbangkan

hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan bagi terdakwa.

Hal-hal yang memberatkan:

a. Perbuatan terdakwa merugikan korban.

Hal-hal yang meringankan:

a. Terdakwa mengakui terus-terang dan sangat menyesali

perbuatannya.

Page 58: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lviii

b. Orang tua terdakwa masih sanggup mendidi anaknya.

Pertimbangan yang dilakukan Hakim yang mengadili perkara

pidana tersebut, harus berdasarkan alat bukti yang didukung oleh

keyakinan Hakim yang berdasar pada hati nurani dan kebijaksanaan, untuk

memutus suatu perkara pidana. Ketentuan ini dinyatakan dalam Pasal 183

KUHAP yang berbunyi sebagai berikut: “Hakim tidak boleh menjatuhkan

pidana kepada seseorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat

bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana

benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.

Putusan Hakim dalam perkara pidana ada tiga macam yakni:

a. Putusan Hakim yang mengandung pelepasan dari segala

tuntutan hukum ( ontslag van vervolging )

Hal ini berarti bahwa tindak pidana yang didakwakan kepada

terdakwa terbukti, tetapi perbuatan terdakwa bukan merupakan

suatu tindak pidana, karena dakwaan tidak sesuai atau ada hal-

hal yang menghapuskan pidana.

b. Putusan yang mengandung pembebasan terdakwa (vrijspraack)

Hal ini berarti bahwa tindak pidana yang didakwakan kepada

terdakwa tidak terbukti atau bukti minimum tidak terpenuhi,

atau Hakim tidak yakin akan kesalahan terdakwa. Terhadap

putusan bebas tidak boleh mengajukan banding, namun

diperbolehkan mengajukan permohonan kasasi.

c. Putusan yang berupa pemidanaan terdakwa ( verordeling )

Hal ini berarti bahwa tindak pidana yang didakwakan kepada

terdakwa, terbukti secara sah dan meyakinkan.

Dalam Kasus Nomor: 202 / Pid. B / 2008 / PN.SKA dengan

terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung ini terdapat 3 (tiga) alat bukti yakni

keterangan saksi, keterangan terdakwa dan pentunjuk. Keterangan saksi

sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.

Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang

perbutan yang ia lakukan atau yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri

Page 59: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lix

atau alam sendiri. Petunjuk ialah perbuatan , kejadian atau keadaaan, yang

karena persesuainnya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun

dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu

tindak pidana.

Berdasarkan keterangan saksi Joko Tri Prakoso alias Gundul dan

Muhammad Sadam Husein yang dibenarkan oleh terdakwa Wahyu

Purwanto alias Ipung dan Keterangan Terdakwa Wahyu Purwanto alias

Ipung yang mengakui perbuatan tersebut serta alat bukti petunjuk yang

terbukti dalam kasus ini. Selanjutnya Hakim berdasarkan alat bukti yang

sah tersebut dan ia memperoleh keyakinan bahwa Wahyu Purwanto alias

Ipung yang melakukan tindak pidana “Pengrusakan Secara bersama-

Sama” maka, Hakim menjatuhkan putusan pemidanaan (verordeling)

kepada terdakwa, hal ini berarti tindak pidana yang didakwakan kepada

terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung, terbukti secara sah dan

meyakinkan. Namun Hakim menetapkan pidana tersebut tidak perlu

dijalani terdakwa, kecuali dikemudian hari ada perintah lain dalam putusan

Hakim, karena sebelum masa percobaan selam 4 (empat) bulan, terdakwa

dinyatakan bersalah melakukan suatu tindak pidana atau dengan kata lain

terdakwa dijatuhi Pidana Bersyarat oleh Hakim.

Adapun yang ketiga ketentuan yuridis tentang pidana yang

dilakukan oleh anak-anak karena Wahyu Purwanto alias Ipung yang pada

saat kasus ini terjadi berusia 17 tahun 7 bulan, hal ini membuat Jaksa

Penuntut Umum menggunakan ketentuan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1997 dan Hakim juga harus menggunakan Undang-Undang Nomor

3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak. Dalam kasus Nomor: 202 / Pid. B

/ 2008 / PN.SKA ini Hakim menjatuhkan pidana bersyarat kepada Wahyu

Purwanto alias Ipung, tetapi putusan penjatuhan pidana bersyarat itu

bukan tanpa pertimbangan, namun pertimbangan Hakim dalam penjatuhan

pidana bersyarat bagi anak-anak terdapat pada ketentuan Pasal 29 Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1997 yang mengatur tentang pidana bersyarat

bagi anak-anak yang menyatakan bahwa:

Page 60: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lx

1. Pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh Hakim, apabila pidana

penjara yang dijatuhkan paling lama dua tahun.

2. Dalam putusan pidana pengadilan mengenai pidana bersyarat

sebagaimana diatur dalam ayat (1) ditentukan syarat umum dan

syarat khusus.

3. Syarat umum adalah bahwa anak nakal tidak akan melakukan

tindak pidana lagi selama menjalani pidana bersyarat.

4. Syarat khusus adalah tidak melakukan atau tidak melakukan

hal tertentu yang ditetapkan dalam keputusan Hakim dengan

memperhatikan kebebasan anak.

5. Masa pidana bagi syarat khusus lebih pendek dari masa pidana

bersyarat bagi syarat umum.

6. Jangka masa pidana bersyarat sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) paling lama adalah tiga tahun.

7. Selama menjalani masa pidana bersyarat, Jaksa melakukan

pengawasn dan pembimbingan kemasyarakatan melakukan

bimbingan anak nakal menepati persyaratan yang ditentukan.

8. Anak nakal menjalani pidana bersyarat dibimbing oleh

Lembaga Permasyarakatan dan berstatus sebagai klien

masyarakat.

9. Selama anak nakal berstatus sebagai klien permasyarakatan

dapat mengikuti pendidikan sekolah.

Adapun yang keempat Hakim sebenarnya mempertimbangkan

bahwa dengan mengingat tujuan pemidanaan di Indonesia yang

berdasarkan Pancasila, tidak semata-mata untuk membalas dendam, tetapi

adalah untuk mendidik dan mengingatkan terdakwa Wahyu Purwanto alias

Ipung agar lebih berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan, selain itu

juga menghubungkan sifat perbuatan pidananya, maka dipandang cukup

adil jika terdakwa dijatuhi pidana bersyarat sebagai peringatan padanya

agar dia lebih berhati-hati pada masa-masa mendatang.

Page 61: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxi

2. Implikasi Yuridis Terhadap Pertimbangan Hakim yang Menjatuhkan

Pidana Bersyarat dalam Kasus Nomor: 202 / Pid. B / 2008 / PN.SKA.

Mengenai implikasi yuridis terhadap pertimbangan Hakim yang

menjatuhkan pidana bersyarat dalam kasus Nomor: 202 / Pid. B / 2008 /

PN.SKA terdapat 3 (tiga) hal yang dapat ditimbulkannya: 1) terpidana

tidak perlu menjalani pidana di dalam penjara, 2) efek jera yang lebih

mendidik dapat diperoleh melalui pendekatan pemidanaan yang tidak

membalas tetapi melalui bimbingan dan pembinaan, dan 3) Hakim tidak

bisa menjatuhkan pidana bersyarat lagi ketika pidana bersyarat yang kali

pertama itu dilanggar oleh terpidana atau pidana bersyarat tersebut dapat

dibatalkan oleh Hakim.

Implikasi yuridis yang pertama tentang terpidana tidak perlu

menjalani pidana di dalam penjara. Hakim yang menjatuhkan putusan

pemidanaan, Hakim dapat memerintahkan pidana tersebut tidak perlu

dijalani di luar penjara, khususnya pidana yang dijatuhkan kepada

terpidana kurang dari 1 (satu) tahun. Dalam kasus Nomor: 202 /Pid. B /

2008 / PN.SKA dengan terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung ini juga

dijatuhi pidana oleh Hakim dengan pidana penjara selama 2 (dua) bulan

hal ini sesuai dengan khususnya pidana yang dijatuhkan kurang dari 1

(satu) tahun. Dalam putusan pidana kepada Wahyu Purwanto alias Ipung

ini Hakim memerintahkan pidana penjara tersebut tidak perlu dijalani,

kecuali dikemudian hari ada perintah lain dalam putusan Hakim, karena

sebelum masa percobaan selam 4 (empat) bulan, terdakwa dinyatakan

bersalah melakukan suatu tindak pidana.

Terpidana yang menjalani pidana bersyarat harus mentaati syarat-

syarat umum dan syarat-syarat khusus yang ditentukan oleh Hakim.

Dalam kasus nomor: 202 / Pid. B / 2008 / PN.SKA Hakim menentukan

syarat umum kepada Wahyu Purwanto alias Ipung dengan melihat

ketentuan dalam Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997

yang menyatakan bahwa: “ syarat umum adalah bahwa anak nakal tidak

akan melakukan tindak pidana lagi selama menjalani pidana bersyarat “.

Page 62: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxii

Sedangkan ketentuan mengenai syarat khususnya dapat dilihat dalam

Pasal 29 ayat (4) Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1997 yang menyatakan

bahwa: “ syarat khusus adalah tidak melakukan atau tidak melakukan hal

tertentu yang ditetapkan dalam keputusan Hakim dengan tetap

memperhatikan kebebasan anak “.

Jika terpidana selama menjalani pidana bersyarat di luar penjara

penjara tersebut telah melanggar atau tidak memenuhi ketentuan Hakim

yang terkandung dalam syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus itu

maka, Hakim dapat memerintahkan menjalani pidana penjara yang

pertama kali dijatuhkan. Andi Hamzah dan Siti Rahayu menyatakan

bahwa:

Pidana bersyarat ialah menjatuhkan pidana kepada seseorang, akan tetapi pidana tersebut tidak usah dijalani, kecuali dikemudian hari ternyata bahwa terpidana sebelum habis tempo percobaan berbuat suatu tindak pidana lagi atau melanggar perjanjian (syarat-syarat) yang diberikan kepadanya oleh Hakim, jadi keputusan pidana tetaplah ada akan tetapi hanya pelaksanaan pidana itu yang tidak dilakukan (Andi Hamzah dan Siti Rahayu, 1983: 40).

Pidana bersyarat merupakan salah satu alternatif dari pidana

perampasan kemerdekaan karena pemidanaannya dilakukan di luar penjara

atau di tengah–tengah lingkungan masyarakat, sehingga kerugian-kerugian

yang terjadi akibat pidana perampasan kemerdekaan dapat dihindari.

Muladi menyatakan bahwa:

“Di pelbagai negara di dunia, termasuk Indonesia harus diusahakan untuk harus selalu mencari alternatif pidana perampasan kemerdekaan, antara lain berupa peningkatan pemidanaan yang bersifat non institusional dalam bentuk pidana bersyarat (voorwardelijke veroordeling)” (Muladi, 1985: 219).

Implikasi yuridis yang kedua berkaitan dengan efek jera yang lebih

mendidik dapat diperoleh melalui pendekatan pemidanaan yang tidak

membalas tetapi melalui bimbingan dan pembinaan. Dalam rangka

pembinaan ini dapat diterapkan dengan cara shock probation yang isinya

sebagai berikut:

Page 63: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiii

a. Suatu jalan bagi pengadilan untuk mempengaruhi tingkah laku narapidana berat tanpa pidana pencabutan kemerdekaan.

b. Suatu jalan bagi pengadilan untuk membebaskan narapidana yang terbukti dapat dipertanggungjawabkan untuk dibina di dalam masyarakat, berlainan dengan apa yang digambarkan oleh pengadilan pada saat dijatuhi pidana.

c. Suatu jalan bagi pengadilan untuk mencapai kompromi yang adil antara pidana dan pengampunan di dalam kasus-kasus yang sesuai.

d. Suatu jalan bagi pengadilan untuk menyelenggarakan pembinaan di masyarakat dalam rangka rehabilitasi narapidana, dan sementara itu tetap melakukan tanggungjawabnya untuk menerapkan pidana yang berfungsi pencegahan, sebagaimana dikehendaki oleh masyarakat.

e. Untuk melindungi narapidana jangka pendek dari pengaruh kultur penjara yang negatif ( Muladi, 1985: 159 ).

Penjatuhan pidana bersyarat lebih cenderung memperhatikan

pelaku tindak pidana, sehingga dalam pelaksanaan pidana bersyarat

diusahakan untuk menghilangkan sifat pidana itu sendiri diganti dengan

bimbingan dan pembinaan. Bimbingan dan pembinaan yang diberikan

oleh petugas pembimbing kemasyarakatan kepada terpidana harus

bermanfaat bagi kehidupan terpidana selama menjalani hukuman pidana

bersyarat. Pembinaan terpidana pada umumnya merupakan suatu proses

penyembuhan baik secara lahir dan batin, sehingga dalam penyembuhan

tersebut diperlukan pemahaman secara menyeluruh terhadap kehidupan

terpidana, baik secara individual maupun pemahaman terpidana dalam

hubungannya dengan masyarakat yang lain.

Pembinaan terpidana pada hakekatnya memperlakukan seseorang

terpidana untuk diarahkan menjadi orang yang lebih baik. Dasar

pengertian pembinaan yang seperti itu, sasaran yang hendak dituju ialah

budi pekerti dan mental terpidana, yang didorong untuk membangkitkan

rasa harga diri pada diri sendiri dan pada diri orang lain, serta mewujudkan

rasa tanggungjawab untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang

tentram dan sejahtera dalam masyarakat, dan mempunyai harapan untuk

menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi keluraga, masyarakat, bangsa

Page 64: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiv

dan negara. Terdapat dasar-dasar untuk melaksanakan bimbingan dan

pembinaan untuk terpidana yakni:

a. Penjatuhan pidana bukan suatu tindakan pembalasan atas

tindakan terpidana.

b. Kemampuan bertanggungjawab dan rasa jera terpidana atas

perbuatannya tidak dapat diperoleh dengan menyiksa

melainkan dengan bimbingan dan pembinaan.

c. Orang yang melakukan perbuatan tindak pidana harus dapat

diarahkan menjadi orang yang lebih baik melalui bimbingan

dan pembinaan.

d. Setiap orang harus diperlakukan sebagai orang normal pada

umumnya meskipun ia telah melakukan tindak pidana.

e. Bimbingan dan pembinaan harus dilaksanakan berdasarkan

Pancasila.

Bimbingan dan pembinaan yang dapat diberikan untuk terpidana

bersyarat antara lain: 1) Pendidikan ketrampilan kerja, 2) pendidikan budi

pekerti, 3) pendidikan agama, 4) pendidikan keluarga, 5) bimbingan dan

penyuluhan abgi terpidana. Begitupun dalam hal ini Kasus Nomor: 202

/Pid. B / 2008 / PN.SKA dengan terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung

dengan dijatuhkannya putusan pidana bersyarat oleh Hakim, Hakim

berkeyakinan bahwa terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung ini tidak

dibalas atas perbutannya tetapi dengan cara pembimbingan dan pembinaan

agar dapat menjadi orang yang lebih baik melalui beragam pendidikan

seperti diatas. Bimbingan dan pembinaan terhadap seseorang yang dijatuhi

putusan pidana bersyarat dapat dilaksanakan dengan berbagai macam

metode antara lain:

a. Dalam memberikan bimbingan, pembimbing kemasyarakatan

mengunjungi tempat tinggal terpidana bersyarat. Disini

pembimbing kemasyarakatan memperhatikan lingkungan

sekitar dan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan

terpidana.

Page 65: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxv

b. Memanggil terpidana bersyarat untuk datang ke balai

permasyarakatan. Disini terpidana bersyarat diberikan arahan

agar tidak mengulangi suatu tindak pidana lagi.

c. Menjalin hubungan yang intensif dalam rangka mengetahui

perkembangan kepribadian dengan terpidana bersyarat.

Dalam kaitannya dengan kasus Nomor: 202 / Pid. B / 2008 PN.

SKA ini cara bimbingan dan pembinaan untuk terpidana bersyarat Wahyu

Purwanto alias Ipung ini menitik beratkan pada tujuan untuk

mengintegrasikan pelaku tindak pidana ke dalam kehidupan masyarakat

yang normal. Dalam hal ini berarti harus dihindari semaksimal mungkin

pidana yang mencabut kemerdekaan yang mempunyai dampak langsung

menyingkirkan terpidana dari kehidupan bermasyarakat yang akan

mendatangkan akibat yang buruk, baik bagi masyarakat ataupun terpidana.

Implikasi yuridis yang ketiga Hakim tidak bisa menjatuhkan

pidana bersyarat lagi ketika pidana bersyarat kali pertama itu dilangar oleh

terpidana atau pidana bersyarat tersebut dapat dibatalkan. Pidana bersyarat

merupakan alternatif utama pidana pidana pencabutan kemerdekaan yang

diperlukan untuk melindungi masyarakat atau dengan pertimbangan

bahwa pembinaan terhadap terpidana lebih baik bilamana dilakukan di

dalam lembaga atau atas dasar berat ringannya tindak pidana yang

dilakukan. Sesuai dengan predikatnya sebagai pidana yang bersyarat,

maka pada hakekatnya bilamana terjadi pelanggaran terhadap syarat-syarat

yang telah ditentukan maka pidana bersyarat dapat dibatalkan.

Dalam hal ini memungkinkan terpidana bersyarat untuk

diperintahkan menjalani pidana yang pertama kali ditetapkan. Dalam

kasus Nomor: 202 / Pid. B / 2008 / PN.SKA ini jika terpidana Wahyu

Purwanto alias Ipung selama menjalani masa percobaan yang ditentukan

Hakim selama 4 (empat) bulan melakukan tindak pidana lagi selama

menjalani masa percobaan tersebut terpidana bersyarat Wahyu Purwanto

alias Ipung bisa diperintahkan Hakim menjalani pidananya di dalam

penjara.

Page 66: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvi

Namun pelanggaran terhadap syarat-syarat yang telah ditentukan

tidak secara langsung dapat membatalkan pidana bersyarat, sebab

bagaimanapun juga pengadilan yang telah memutus perkara terdahulu

harus tetap mempunyai alaternatif lain yang dapat dipilih, termasuk

alternatif meneruskan pidana bersyarat. Dalam Kasus ini dengan terpidana

Wahyu Purwanto alias Ipung ini jika terpidana melanggar syarat-syarat

yang ditentukan Hakim tidak langsung membatalkan pidana bersyarat

tersebut tetapi Hakim masih banyak mempunyai pilihan atau alternatif

lain, termasuk meneruskan pidana bersyarat tersebut kepada terpidana

Wahyu Purwanto alias Ipung.

Bahkan dalam hal pelanggaran terhadap syarat-syarat yang

ditentukan ini di dalam pidana bersyarat sebaiknya dibicarakan secara

mendalam di antara pejabat Pembina, bukan terhadap kemungkinan

pembatalan pidana bersyarat, tetapi didalam kerangka memahami secara

mendalam sebab-sebab terjadinya pelanggaran tersebut, sebagai langkah

antara lain untuk mencari alternatif lain daripada pembatalan pidana

bersyarat. Hal utama yang harus diperhatikan dalam hal ini, ialah sampai

sejauh mana pembatalan pidana bersyarat yang mengakibatkan

pelaksanaan putusan Hakim terdahulu dapat diterapkan secara adil. Untuk

ini harus dibuka kemungkinan untuk mengajukan keberatan, dengan

alasan bahwa kemungkinan pelanggaran terhadap syarat-syarat yang

ditentukan khususnya syarat-syarat khusus cukup beralasan. Terdapat

beberapa alasan dan alaternatif dalam pembatalan pidana bersyarat antara

lain:

1. Pelanggaran terhadap syarat-syarat yang telah ditentukan baik syarat umum maupun khusus merupakan alasan untuk membatalkan pidana bersyarat. Pembatalan pidana bersyarat yang akan diikuti oleh pelaksanaan pidana perampasan kemerdekaan hendaknya jangan merupakan suatu hal yang dianggap sederhana, kecuali dengan melihat tindak pidana yang dilakukan atau dengan mempertimbangkan perilaku tindak pidana pada masa yang akan datang.

2. Di dalam melaksanakan pedoman yang berkaitan dengan pembatalan pidana bersyarat ini, maka sebelum dilakukan

Page 67: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvii

penentuan pidana bersyarat tersebut akan dibatalkan atau tidak, sebaiknya dilakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut: a. Penijauan kembali terhadap syarat-syarat yang telah

ditentukan, yang kemungkinan diikuti dengan perubahan-perubahan bilamana diperlukan.

b. Mengadakan tatap muka baik yang bersifat formal maupun informal dengan terpidana bersyarat untuk menekankan kembali perlunya pemenuhan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Hakim.

c. Peringatan formal atau informal kepada terpidana bersyarat, bahwa pelanggaran lebih lanjut terhadap syarat-syarat yang telah ditentukan akan dapat membatalkan pidana bersyarat (Muladi, 1985: 209-210).

Begitupun dalam Kasus Nomor: 202 / Pid. B / 2008 / PN. SKA ini

dengan terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung ini tidak semata-mata jika

terpidana melanggar syarat-syarat yang ditentukan oleh Hakim putusan

pidana bersyarat tersebut tidak langsung batal begitu saja. Tetapi dapat

ditinjau lagi syarat-syarat tersebut, bertatap muka untuk meyakinkan

terpidana agar memenuhi syarat-syarat tersebut ataupun dengan peringatan

formal atau informal terlebih dahulu. Selanjutnya bilamana dengan cara

tersebut terpidana tetap tidak bisa memenuhi sayarat-syarat yang

ditentukan Hakim, maka Hakim dapat memerintahkan pembatalan pidana

bersayarat yang diikuti dengan pidana perampasan kemerdekaan.

Page 68: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxviii

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh simpulan

sebagai berikut:

1. Terdakwa yang dinyatakan dengan putusan Hakim yang berupa

pemidanaan terdakwa ( verordeling ), yang dalam putusan mengandung

bahwa tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa, terbukti secara

sah dan meyakinkan. Dalam kasus Nomor: 202 / Pid. B / 2008 PN. SKA

dengan terdakwa Wahyu Purwanto alias Ipung ini juga terbukti secara sah

dan meyakinkan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukan

“pengrusakan barang secara bersama-sama” selanjutnya Hakim

menjatuhkan putusan yang berupa pidana penjara selama 2 (dua) bulan

kepada Wahyu Purwanto alias Ipung ini, tetapi dalam putusan ini Hakim

menetapkan pidana tersebut tidak perlu dijalani, kecuali dikemudian hari

ada perintah lain dalam putusan Hakim, karena sebelum masa percobaan

selama 4 (empat) bulan, terdakwa dinyatakan bersalah melakukan tindak

pidana, Hakim dalam kasus Nomor: 202 / Pid. B / 2008 / PN. SKA ini

berarti telah memutuskan untuk menjatuhkan pidana bersyarat kepada

Wahyu Purwanto alias Ipung ini. Dalam menjatuhkan pidana bersyarat ini

Hakim harus mempertimbangkannya dalam kasus Nomor: 202 / Pid. B /

2008 / PN. SKA ini Hakim mempunyai 4 (empat) pertimbangan.

Pertimbangan Hakim ini ialah mengenai 1) usia pelaku, 2) hal-hal yang

meringankan dalam proses persidangan, 3) ketentuan yuridis pidana yang

dilakukan oleh anak-anak, 4) tujuan pemidanaan yang hendak dicapai dari

putusan penjatuhan bersyarat. Ketentuan pidana bersyarat bagi anak-anak

seperti Wahyu Purwanto alias Ipung yang baru berusia 17 tahun 7 bulan

ini dapat dilihat dalam Pasal 29 Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1997.

Page 69: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxix

2. Putusan penjatuhan pidana bersyarat yang dijatuhkan oleh Hakim

khususnya dalam kasus Nomor: 202 / Pid. B / 2008 / PN. SKA ini

tentunya akan menimbulkan implikasi yuridis atau akibat hukum kepada

terpidana berkaitan dengan putusan penjatuhan pidana bersyarat tersebut.

Implikasi yuridis yang pertama terpidana tidak perlu menjalani pidana

penjara, hal ini disebabkan pidana bersyarat dijalankan di lingkungan

kehidupan bermasyarakat atau di luar penjara dalam menjalani pidana

bersyarat ini Hakim menentukan syarat-syarat umum dan syarat-syarat

khusus yang wajib dipenuhi oleh terpidana. Implikasi yuridis atau akibat

hukum yang kedua efek jera yang lebih mendidik dapat diperoleh melalui

pendekatan pemidanaan yang tidak membalas tetapi melalui bimbingan

dan pembinaan, hal ini berarti lebih mengutamakan pelaku tindak

pidananya sehingga menghilangkan sifat pidana itu sendiri diganti dengan

cara bimbingan dan pembinaan kepada terpidana agar menjadi orang yang

lebih baik. Implikasi yuridis yang ketiga Hakim tidak bisa menjatuhkan

pidana bersyarat lagi ketika pidana bersyarat yang kali pertama itu

dilanggar oleh terpidana atau pidana bersyarat tersebut dapat dibatalkan

oleh Hakim sesuai dengan predikatnya pidana yang bersyarat maka pada

hakekatnya bila terjadi pelanggaran terhadap syarat-syarat yang telah

ditentukan maka pidana bersyarat tersebut dapat dibatalkan, hal ini

memungkinkan terpidana bersyarat untuk diperintahkan menjalani pidana

penjara.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka penulis

menyarankan:

1. Hakim yang akan menjatuhkan putusan kepada terdakwa harus melihat

dengan cermat dan teliti melalui berbagai macam pertimbangan sebelum

menjatuhkan pidana karena efek pemidanaan itu dapat berdampak

psikologis yang kurang baik khususnya bagi terpidana dan putusan Hakim

yang tepat akan membawa perubahan yang lebih baik bagi diri terpidana.

Page 70: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxx

2. Pidana bersyarat diharapkan akan dapat sering dipakai oleh Hakim dalam

setiap putusannya, khususnya yang berkaitan atau didasarkan dengan

bentuk-bentuk pidana tertentu yang diancam dengan hukuman pidana

yang ringan atau didasarkan atas latar belakang pelaku tindak pidana

terdapat bakat jahat atau sebenarnya ia adalah orang baik tetapi ia

melakukan tindak pidana tersebut karena didasarkan atas kenyataan-

kenyataan yang menyertainya atau terdapat keadaan yang memaksanya

untuk melakukan tindak pidana atau melakukan kejahatan tertentu.