dasar penentuan geometri titik batas

Click here to load reader

Upload: syafrilr

Post on 12-Aug-2015

132 views

Category:

Technology


2 download

TRANSCRIPT

  1. 1. Syafril Ramadhon Dasar-Dasar Penentuan Geometri Titik Batas
  2. 2. Agenda Prinsip Dasar Penentuan Posisi Penentuan Posisi dengan GPS Penentuan Batas Wilayah Dengan GPS
  3. 3. GPS???
  4. 4. 1. Prinsip Dasar Penentuan Posisi Posisi direpresentasikan sebagai titik + =
  5. 5. Prinsip Dasar Setiap Titik Tersebut Mempunyai Nilai Koordinat (x, y,z/h ) Tertentu 1 5432 1 5 4 3 2 -1-5 -4 -3 -2 -1 -4 -3 -2 X Y A(2,1) B(-3,-2) IIV III II
  6. 6. Konsep Kartesian Topografi Ilmu Ukur Sudut y x tg d y d x cos sin x y tg d x d y cos sin
  7. 7. SEHINGGA!!!!!!! GPS BISA MENENTUKAN ARAH GPS BISA MENENTUKAN KECEPATAN GPS BISA MENENTUKAN WAKTU TEMPUH
  8. 8. PENENTUAN POSISI DENGAN GPS
  9. 9. Penentuan Posisi Dengan GPS Posisi yang diberikan adalah posisi 3D (X,Y,Z) Tinggi yang diberikan adalah tinggi ellipsoid Datum Horisontal dalam WGS 1984 Titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam dan bergerak Metode pengukuran absolut dan differential.
  10. 10. Ellipsoida Referensi &Datum Geodesi Agar Bisa Dihitung, Permukaan Bumi Yang Tidak Beraturan Dimodelkan dalam bentuk Matematis yang disebut Ellipsoid Referensi. Datum Geodesi adalah sejumlah parameter yg digunakan untuk pendefinisian ellipsoida referensi. Ellipsoid yang digunakan oleh GPS umumnya adalah World Geodetik System 1984 (WGS 1984) Ellipsoid didefinisikan oleh Parameter-Parameter:semimajor axis (a) semiminor axis (b) Flattening (f) =f = (a - b) / a Eksentrisitas
  11. 11. Sistem Proyeksi/Koordinat Bumi yang dimodelkan sebagai bidang lengkung digambar ke bidang datar. Yang Umum Digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM) yang merupakan sistem proyeksi SILINDRIS
  12. 12. Tinggi Ellipsoid Tinggi GPS merupakan tinggi terhadap bidang Ellipsoida Referensi /Datum Bukan pada Muka Bumi
  13. 13. Prinsip Penentuan Posisi GPS Menggunakan metode reseksi dengan jarak, yaitu pengukuran ke beberapa satelit yang telah diketahui koordinatnya. Pada pengamatan posisi untuk dapat posisi, minimal perlu empat data: a. 3 parameter koordinat b. 1 parameter kesalahan waktu yang disebabkan oleh ketidaksinkronan antara jam (osilator) di satelit dan jumlah jam di receiver GPS Sehingga diperlukan minimal empat Satelit GPS .
  14. 14. Metoda Penentuan Posisi dengan GPS Survei Post-processing Real-Time Statik Pseudo-kinematik Kinematik Stop-and-Go Statik Singkat Penentuan Posisi Dengan GPS Absolut Diferensial Navigasi AbsolutDiferensial Jarak Fase (RTK) Pseudorange (DGPS) Survei Post-processing Real-Time Statik Pseudo-kinematik Kinematik Stop-and-Go Statik Singkat Penentuan Posisi Dengan GPSPenentuan Posisi Dengan GPS Absolut DiferensialAbsolut Diferensial NavigasiNavigasi AbsolutDiferensial Jarak Fase (RTK) Pseudorange (DGPS) Jarak Fase (RTK) Pseudorange (DGPS) Hasanuddin Z. Abidin, 2000 RT PPP PPP
  15. 15. Metode VS Ketelitian Data Metode Absolut + Data Code + SA On = 30-100 m Metode Absolut + Data Code + SA Off = 3,6 s.d 10 m Metode DGPS = 1 2 m Metode RTK = 1-5 cm Metode Differensial (baseline) + data fase dan code = mm Heri Andreas
  16. 16. kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007 1. Absolute Positioning * HANYA MEMERLUKAN 1 RECEIVER * BUKAN UNTUK MENENTUKAN POSISI SECARA TELITI (hanya 3 6 meter) * APLIKASI UTAMA : NAVIGASI Gambar deskripsi absolut positioning
  17. 17. Absolute Positioning Hasanuddin Z. Abidin, 1994 Hanya memerlukan satu receiver GPS Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) maupun bergerak (kinematik) Biasanya menggunakan data pseudorange Ketelitian posisi yang diperoleh sangat tergantung pada tingkat ketelitian data serta geometri dari satelit. Tidak dimaksudkan untuk penentuan posisi yang teliti. Aplikasi utama : navigasi
  18. 18. kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007 2. Differential Positioning * MINIMAL DIBUTUHKAN 2 RECEIVER * UNTUK MENENTUKAN POSISI SECARA TELITI ( sampai mm ) Gambar deskripsi relatif (differential) positioning
  19. 19. Differential Positioning Memerlukan minimal 2 buah receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya (Base), dan receiver lainnya untuk penentuan posisi (rover). Konsep dasar : differencing process dapat mengeliminir atau mereduksi efek-efek dari beberapa kesalahan dan bias. Efektivitas dari differencing process sangat tergantung pada jarak antara Base dengan Rover (semakin pendek semakin efektif). Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) maupun bergerak (kinematik) Bisa menggunakan data pseudorange atau/dan data fase. Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat Hasanuddin Z. Abidin, 1994
  20. 20. Efek Differential Kesalahan dan Bias Dapat dieliminasi Dapat direduksi Tidak Dapat Dieliminasi/direduksi Jam satelit Jam receiver Orbit (Ephemeris) Ionosfer Troposfer Multipath Noise (derau)
  21. 21. Differential Positioning Static Survey Survey GPS Statik)
  22. 22. Survey GPS Metode Penentuan Posisi adalah Differensial Diperlukan Minimal 2 Receiver GPS (Tipe Geodetik, sebaiknya dual frekuensi) Data pengamatan yang digunakan untuk penentuan posisi adalah data fase Penentuan Posisi sifatnya Statik Pengolahan Data Dilakukan Secara Post- processing Aplikasi utama : penentuan titik-titik kontrol untuk survay pemetaan ataupun geodetik.
  23. 23. Sumber: Heri Andreas 1. Konfigurasi Jaringan
  24. 24. 1.1 Metode Radial A 2 3 1 Baseline 3 Baseline 1 Baseline 2
  25. 25. 1.2.Metode Jaringan Terdapat Baseline Trivial dan Baseline Bebas Baseline trivial adalah baseline yang dapat diturunkan dari baseline-baseline lainnya dari satu sesi pengamatan. Baseline Trivial Tidak Boleh dimasukkan dalam pengolahan data Baseline yang bukan trivial dinamakan baseline bebas (independent). Pada satu sesi pengamatan, jika ada n receiver yang beroperasi secara simultan maka akan ada (n-1) baseline bebas. Set dari (n-1) baseline bebas yang akan digunakan akan mempengaruhi kualitas dari posisi titik yang diperoleh.
  26. 26. Sesi Pengamatan dengan 3 Receiver
  27. 27. 1- 30 Baseline sebaiknya tidak terlalu panjang (< 20 km); karena semakin panjang baseline pengaruh kesalahan orbit dan refraksi ionosfir akan semakin besar. Untuk kontrol kualitas dan menjaga kekuatan jaringan, sebaiknya baseline yang diamati saling menutup dalam suatu loop dan tidak terlepas begitu saja. Semakin banyak jumlah baseline bebas (independent) yang diamati dalam suatu jaringan akan semakin baik. Hindari baseline trivial, gunakan baseline bebas Karakteristik Baseline
  28. 28. Manajemen Akusisi dan Pengolahan data GPS Andreas 2013 l pemrosesan awal l perhitungan baseline l perhitungan jaringan l transformasi koordinat l kontrol kualitas PERENCANAAN PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA PENGOLAHAN DATA PELAPORAN revisi revisi revisi perhitungan tambahan l monumentasi l pengamatan satelit l data meteorologi l data pelengkap l peralatan l geometri l strategi pengamatan l strategi pengolahan data l organisasi pelaksanaan l pengenalan lapangan (reconnaissance)
  29. 29. Differential Positioning for Kinematic Purpose & Real Time
  30. 30. kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007 modul 9 - 29 Differential GPS (DGPS)
  31. 31. kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007 modul 9 - 30 RTK (Real Time Kinematic)
  32. 32. Aplikasi GPS Untuk Batas Wilayah
  33. 33. Batas Daerah Merupakan garis pemisah antara objek Batas daerah : garis pemisah suatu ruang geografis (dlm lingkup spasial bumi) Jenis : batas administrasi, WKP, kawasan hutan, dll
  34. 34. Penentuan dan Penegasan Batas Daerah Darat Laut
  35. 35. Tahapan Penetapan Batas Darat Penelitian Dokumen Batas Penentuan Peta Dasar Pembuatan peta dasar Penentuan batas secara kartometrik
  36. 36. Tahapan Penegasan Batas Darat Penelitian Dokumen Batas Pelacakan Garis Batas Pemasangan Pilar Batas Penentuan Posisi Pilar Batas Pengukuran Garis Batas Pemetaan Situasi Sepanjang Garis Batas Pembuatan Peta Batas Daerah Kalau DiperlukanKalau Diperlukan
  37. 37. Tahapan Penetapan Batas Laut Penyiapan Data dan Dokumen Pendukung Penentuan Peta Dasar Penentuan titik awal dan garis dasar (kartometrik) Penarikan garis batas daerah (kartometrik) Pembuatan Peta Batas (kartometrik)
  38. 38. Penegasan Batas Laut Penyiapan Dokumen Pelacakan Batas Pemasangan Pilar di titik acuan dan penentuan koordinatnya Penentuan titik awal dan garis dasar Pembuatan Peta Batas Pengukuran batas
  39. 39. Pemasangan Pilar Batas Pembuatan dan Pemasangan Pilar Batas Daerah ditujukan untuk memperoleh kejelasan dan ketegasan batas antar daerah di darat sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya Jenis-jenis Pilar Batas adalah : 1. Pilar Batas Utama (PBU), yaitu pilar batas yang dipasang di titik- titik tertentu terutama di titik awal, titik akhir garis batas, dan atau pada jarak tertentu di sepanjang garis batas daerah DAERAH A DAERAH B PBU001 PBU002 Sumber : KK Geodesi ITB
  40. 40. 2. Pilar Batas Antara (PBA), adalah pilar batas yang dipasang diantara pilar-pilar Batas Utama, dengan tujuan untuk menambah kejelasan garis batas antara dua daerah, atau pada titik-titik tertentu yang dipertimbangkan perlu untuk dipasang pilar batas antara 3. Pilar Acuan Batas (PAB), adalah pilar batas yang dipasang disekitar batas daerah dengan tujuan sebagai penunjuk keberadaan batas daerah. Pilar Acuan dipasang sehubungan pada batas yang dimaksud tidak dapat dipasang pilar batas utama karena kondisinya yang tidak memungkinkan (seperti pada kasus sungai atau jalan raya sebagai batas) atau keadaan tanah yang labil. Sumber : KK Geodesi ITB
  41. 41. Ketentuan untuk kerapatan PBU sesuai kriteria berikut : a) Untuk batas daerah propinsi yang mempunyai potensi tinggi (tingkat kepadatan penduduk, nilai ekonomi, SDA, nilai budaya), kerapatan pilar tidak melebihi 5 km (3 - 5 km), sedangkan untuk batas propinsi yang kurang potensi tidak melebihi 10 km (5 - 10 km). b) Untuk batas daerah kabupaten/kota yang mempunyai potensi tinggi kerapatan pilar tidak melebihi 3 km (1 - 3 km), sedangkan yang kurang potensi kerapatan pilar tidak melebihi 5 km (3 5 km). Sumber : KK Geodesi ITB
  42. 42. Ketelitian Posisi Penentuan posisi pilar batas diukur sesegera mungkin setelah tahap pemasangan pilar batas selesai dilaksanakan Standar ketelitian untuk koordinat pilar batas (satu simpangan baku) adalah : Untuk PBU dan PABU : +/- 15 sentimeter Untuk PBA dan PABA : +/- 25 sentimeter Pengukuran posisi PBU/PABU untuk batas daerah provinsi, kabupaten dan kota ditentukan berdasarkan metoda survey GPS menggunakan receiver GPS tipe geodetik dengan metode radial, atau RTK.
  43. 43. Waktu Pengamatan
  44. 44. TERIMA KASIH