dasar menghias.doc

Upload: yanti-setianingsih

Post on 05-Nov-2015

236 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Modul dasar menghias kain merupakan salah satu modul ke dua dari mata diklat membuat hiasan pada busana sub kompetensi yaitu membuat hiasan pada kain atau busana. Tujuan diajarkannya modul ini, agar peserta diklat memiliki wawasan dan keterampilan dalam membuat macam-macam dasar tusuk hias. Agar tujuan pembelajaran tercapai, ada beberapa materi yang harus dikuasai oleh peserta diklat melalui modul ini antara lain macam-macam tusuk hias dan cara pembuatannya.

B. Prasyarat

Untuk mempelajari modul ini prasyarat yang harus dimiliki oleh peserta diklat adalah telah selesai mempelajari modul Desain Hiasan Busana. 39.BUS.C-m.SEW.16.A.001.

C. Petunjuk penggunaan Modul

1. Petunjuk peserta diklat

a. Langkah-langkah belajar yang harus ditempuh dalam mempelajari modul ini adalah sebagai berikut :

1). Baca secara seksama hingga benar-benar paham dan mengerti isi modul, kemudian tandai/catat bagian kata atau kalimat yang belum dimengerti atau dipahami.

2). Jika ada yang kurang jelas atau mengalami kesulitan dalam mempelajari isi modul, silahkan menghubungi guru pengajar anda.

3). Lakukan kegiatan praktik secara sistemastis menurut langkah-langkah belajar yang ditulis pada modul ini.

4). Agar benar-benar terampil dalam melakukan pekerjaan membuat macam-macam tusuk hias dasar, anda perlu melakukan latihan secara berulang-ulang dengan mencoba membuat macam-macam tusuk hias pada kain.

b. Perlengkapan yang perlu disiapkan

1). Bahan-bahan

a). Kain bagi

b). Benang sulam2). Peralatan praktek

a). Jarum sulam

b). Pemidangan

c). Gunting kain

d). Gunting bordir

e). Kapur jahit

f). Pendedel

g). Meteran

h). Bidal 2. Peran Fasilitatora. Mengkonfirmasikan langkah-langkah belajar yang harus dilakukan peserta diklat untuk terampil membuat macam-macam tusuk hias.

b. Memberikan penjelasan kepada peserta diklat bagian-bagian dari modul yang belum dapat dipahami oleh peserta diklat.

c. Mendemonstrasikan langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan belajar.

d. Membimbing peserta diklat untuk melaksanakan praktikum membuat macam-macam tusuk hias.

e. Melakukan evaluasi secara komperhensif melalui proses dan produk belajar yang dicapai peserta diklat meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.D. Tujuan akhir

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat mampu :

1. menyapkan alat dan bahan 2. terampil mengawali dan mengakhiri jahitan sulaman3. menjelaskan berbagai macam tusuk hias.4. terampil membuat tusuk hias sesuai dengan teknik yang dipelajari.5. mengenal macam-macam sulaman6. terampil mengenal karakteristik tusuk hias sesuai dengan jenis sulaman.E. Kompetensi

Kode

: 39. BUS. C-m. SEW. 16. A. 002

Kompetensi: Membuat hiasan pada busana

Sub komppetensi

1. Menyiapkan tempat kerja dan alat

2. Membuat hiasan pada kain atau busana

KOMPETENSI

: Membuat hiasan pada busana (Embroidery)

KODE

: 39. BUS. C-m. SEW. 16. A

DURASI PEMELAJARAN: 120 Jam @ 45 menit

LEVEL KOMPETENSIABCDEFG

1112233

KONDISI KERJA Area kerja dan alat, serta sikap kerja dalam membuat hiasan busana sesuai dengan peraturan K3 No. 1 Th 1970.

Membuat hiasan pada busana dapat dilakukan pada bahan yang belum jadi (belum dipotong) dan dapat juga dibuat langsung pada busana yang sudah jadi.

Untuk mencapai kompetensi ini harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang tusuk dasar, macam-macam teknik menyulam dan penggunaan alat jahit tangan.

Alat yang digunakan adalah alat tulis, karbon jahit, jarum tangan, jarum payet dan pemidangan.

Benang hias digunakan sesuai dengan bahan dasar/busana yang akan dihias.

Unit ini berlaku untuk sektor Custume-made.

Kompetensi ini dapat diaplikasikan pada busana anak, wanita maupun pria.

Limbah dibuang atau dimanfaatkan sesuai dengan peraturan KLH.

SUBKRITERIALINGKUP

KOMPETENSIKINERJABELAJARSIKAPPENGETAHUANKETERAMPILAN

1. Menyiapkan tempat kerja dan alat. Tempat kerja disiapkan dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.

Peralatan disiapkan sesuai dengan kebutuhanPersiapan tempat dan alat kerja menghias busana dengan sulaman tangan dan bordir. Memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. Menyiapkan alat menghias busana dengan cermat dan tepat. Mengidentifikasikan kesehatan dan keselamatan kerja dalam bidang busana. Memahami jenis dan fungsi alat menghias busana.

Menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja. Menyiapkan alat menghias busana dengan tepat.

2. Membuat desain hiasan busana. Letak hiasan busana diidentifikasi sesuai dengan busana yang akan dihias. Jenis dan bentuk hiasan diidentifikasi sesuai dengan jenis bahan dan jenis busana.

Desain hiasan dibuat sesuai rencana.

Dasar-dasar desain hiasan busana. Desain hiasan busana sesuai dengan jenis bahan dan jenis busana. Responsif terhadap perkembangan desain hiasan busana. Kreatif dan inovatif dalam membuat desain hiasan busana. Memahami prinsip-prinsip desain hiasan busana. Memahami jenis dan bentuk hiasan busana.

Memahami jenis ragam hias. Merencanakan desain hiasan busana.

Membuat desain hiasan busana sesuai dengan jenis bahan dan jenis busana.

SUBKRITERIALINGKUP

KOMPETENSIKINERJABELAJARSIKAPPENGETAHUANKETERAMPILAN

3. Memindahkan desain hiasan pada kain atau busana. Lokasi desain busana diukur atau ditetapkan secara proporsional.

Desain dipindahkan dengan alat bantu sesuai dengan teknik memindahkan desain hiasan.

Alat bantu yang dipilih memiliki sifat tidak permanen pada busana yang akan dihias

Memindahkan desain hiasan pada kain atau busana. Teliti dan cermat dalam memindahkan desain hiasan pada kain atau busana. Memahami lokasi/letak desain pada busana/kain.

Memahami teknik memindahkan desain hiasan.

Memahami alat bantu yang digunakan untuk memindahkan desain hiasan pada kain atau busana.

Memindahkan desain hiasan pada kain atau busana dengan menggunakan alat bantu yang tepat (karbin jahit, kapur jahit dll).

SUBKRITERIALINGKUP

KOMPETENSIKINERJABELAJARSIKAPPENGETAHUANKETERAMPILAN

4. Membuat hiasan pada kain atau busana. Alat yang digunakan sesuai dengan fungsinya.

Sikap tubuh dalam mengerjakan ragam hias dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.

Ragam hias dikerjakan sesuai dengan desain dan menggunakan teknik yang sesuai dengan prosedur.

Ragam hias diselesaikan sesuai dengan prosedur.

Membuat hiasan pada kain atau busana. Kreatif dan inovatif dalam membuat desain hiasan busana. Memahami jenis-jenis hiasan busana/kain.

Memahami macam-macam teknik menghias dengan sulaman tangan. Memahami macam-macam teknik menghias busana dengan menggunakan teknik bordir.

Menghias busana sesuai dengan desain hiasan (menyulam, membordir dll).

SUBKRITERIALINGKUP

KOMPETENSIKINERJABELAJARSIKAPPENGETAHUANKETERAMPILAN

5. Mengemas busana atau kain yang sudah dihias. Busana yang sudah dihias digantung atau dikemas dengan menonjolkan hiasannya.

Busana yang sudah dikemas dilengkapi dengan identitas yang diperlukan.

Pengemasan kain atau busana.Teliti dan cermat dalam melaksanakan busana yang sudah dihias. Mengetahui alat dan bahan kemasan busana.

Memahami teknik penulisan identitas pemesan dan pengemasan busana yang sudah dihias.

Mengemas busana yang sudah dihias berikut identitas pemesan.

6. Menyimpan. Busana yang sudah dihias (disulam, pasang payet) digantung/disimpan dengan benar.

Busana disimpan dengan sistematis (sesuai dengan tanggal pengambilan).Menyimpan busana atau kainHati-hati dalam menyimpan busana atau kain yang sudah dihias.Memahami teknik dan sistematika penyimpanan busana atau kain yang sudah dihias.Menyimpan busana atau kain yang sudah dihias sesuai dengan teknik penyimpanan.

Kriteria unjuk kerja 1. Alat yang digunakan sesuai dengan fungsinya.2. Sikap tubuh pada saat membuat macam-macam tusuk hias dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.3. Tusuk hias dikerjakan dengan menggunakan teknik yang sesuai dengan prosedur.4. Tusuk hias diselesaikan sesuai dengan prosedur dengan hasil yang rapih dan bersih.F. Cek kemampuanNoAspek yang dinilaiBelumSudah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Fungsi alat untuk membuat tusuk hiasPembuatan macam-macam tusuk hias yang benarSikap tubuh pada saat membuat macam-macam tusuk hias dasar :

Duduk dikursi masing-masing

Duduk dengan tegak dan bersandar

Ruang lingkup gerak cukup nyaman

Jarak mata dengan pekerjaan tidak terlalu dekat + 30 cm

Memakai jas lab dan perhiasan tidak berlebihan

Ketelitian dalam menyelesaikan tusuk hias sesuai dengan teknik menyulamKerapihan hasil pembuatan macam-macam tusuk hiasKebersihan hasil pembuatan macam-macam tusuk hiasKebersihan tempat atau area lingkungan kerjaTerampil menyiapkan alat dan bahan

Terampil dalam penggunaan alat dan bahan

Terampil membuat macam-macam tusuk hias :

tusuk jelujur dan variasinya

tusuk rantai dan variasinya

tusuk pipih dan variasinya

tusuk feston dan variasinya

tusuk flanel dan variasinya

tusuk tangkai dan variasinya

tusuk tikam jejak dan variasinya

tusuk ranting dan variasinya

tusuk silang dan variasinya

tusuk melekatkan benang dan variasinyaPengenalan macam-macam sulaman

Catatan pembimbing :

1. ......2. 3. Kesimpulan:

BAB II

PEMELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta Diklat

Kompetensi : Membuat hiasan pada busana

Sub Kompetensi: Membuat hiasan pada kain/busanaWaktu

: 15 JamJenis KegiatanTanggalWaktuTempat BelajarAlasan PerubahanParaf Fasilitator

Pengenalan alat dan bahan untuk menyulam1 Jam @ 45 menit

Lab.Bordir/ Lab.Jahit

Teknik memulai dan mengakhiri jahitan1 Jam @ 45 menit

Lab.Bordir/ Lab.Jahit

Praktek macam-macam tusuk hias dan variasinya1 Jam @ 45 menit

Lab.Bordir/ Lab.Jahit

Pengenalan macam-macam sulaman1 Jam @ 45 menit

Lab.Bordir/ Lab.Jahit

B. Kegiatan Belajar

Pada kegiatan belajar Modul Dasar Menghias Kain peserta diklat harus menguasai kompetensi: terampil menyiapkan alat dan bahan untuk menyulam, cara memulai dan mengakhiri sulaman, membuat macam-macam tusuk hias dan variasinya serta pengenalan macam-macam sulaman.

Kegiatan Belajar 1Kegiatan belajar 1 meliputi pengenalan alat dan bahan yang diperlukan untuk menyulam.a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

Pada akhir kegiatan pemelajaran tentang alat dan bahan untuk menyulam, peserta diklat mampu :

1). menyebutkan minimal lima alat yang digunakan untukmenyulam2). menyebutkan kain yang sesuai untuk menyulam3). menyiapkan alat, benang dan kain untuk praktek membuat tusuk hias sulamanb. Uraian Materi

1. Alat yang digunakan untuk menghias kain adalah:

Gambar 2.1 alat-alat menghias kain

Keterangan gambar :

1. Rader

2. gunting kecil 3. Gunting besar4. Benang sulam5. Jarum tangan dengan berbagai ukuran

6. Karbon jahit/racing paper 7. Bantal jarum dan jarum pentul

8. Kapur jahit

9. Pendedel

10. Meteran

11. Tudung jari/bidal

12. Pemidangan

Macam-macam jarum tangan untuk menyulam

1. Jarum runcing

Jarum runcing biasa diguankan untuk menyulam secara bebas pada tenunan polos seperti batis, oxpord, tetoron dan lain-lain. Ciri-cirinya yaitu sangat tajam, memiliki ujung yang runcing dan mempunyai ukuran dengan nomor 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22 dan 24.

Gambar 2.2 macam-macam jarum runcing

2. Jarum tumpul

Jarum tumpul dikelompokkan menjadi dua yaitu jarum tumpul dengan nomor 12, 14, 16, 18, 20, yang biasa digunakan untuk menyulam dengan hitungan tertentu terutama untuk membuat tusuk hias pada kain strimin.

Gambar 2.3 macam-macam jarum tumpul

3. Jarum tumpul yang berukuran besar dan tidak bernomor, digunakan hanya untuk pekerjaan menusuk.

Gambar 2.4 macam-macam jarum tumpul

Benang Sulam

Menyulam adalah istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang seara dekoratif, untuk itu diperlukan benang hias yang sesuai dengan jenis kain yang akan dihias serta jenis sulaman yang dibuat, begitu juga ukuran dan warnanya. Untuk sulaman tangan digunakan benang sulam mouline atau benang mutiara. Untuk bahan halus dan tipis dapat digunakan benang mouline, sedangkan untuk bahan ang lebih tebal dengan pori-pori besar, digunakan benang mutiara. Untuk benang yang jarang tenunannya seperti kasah, dapat digunakan benang woll atau cashmilon. Pada sampul pembungkus kertas benang dicantumkan merk, panjang benang, nomor dan ukuran serta warnanya. Maka untuk mempermudah pembelian benang berikutnya, label kertas itu perlu kita simpan baik-baik.

Gambar 2.5 macam-macam benang sulam

Benang sulam pada umumnya dalam bentuk gulungan atau digulung. Untuk membukanya dapat dilakukan dengan dua cara, seperti pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 cara membuka benang dari untaian benang sulam

2. Bahan yang digunakan untuk menghias kain

Pembagian berdasarkan penggunaan jenis kain yang digunakan :

1. Teknik menghias kain dengan menggunakan kain rapat (tenunan rapat) atau tenunan yang tidak dapat dibagi. Misalnya : sulaman fantasi, sulaman inkrustasi, sulaman Inggris, sulaman Richelieu dan sulaman bayangan.

2. Teknik menghias kain dengan menggunakan kain bagi :

a) Kain bagi polos

Kain bagi adalah kain yang tenunan benangnya mudah dihitung. Kain bagi polos alur benangnya tampak jelas dan mudah dibagi. Umumnya jenis desain dekorasi untuk sulaman pada kain bagi berupa desain geometris. Misalnya kain strimin, matting.

b) Kain bagi bercorak

Kain bagi bercorak adalah kain yang tenunannya rapat dengan corak bergaris, berkotak-kotak atau berbintik-bintik. Ukuran sisi kotak antara tiga millimeter sampai tiga perempat sentimeter. Jika ukuran yang lebih besar dari yang telah disebutkan akan mempersulit membuat disain dan hasilnya kurang indah. Pada kain bagi bercorak bintik-bintik disain dekorasi tidak terbatas pada disain geometris saja, tetapi juga dapat ditambahkan desain lengkung dan desain flora atau fauna.Dapat dikatakan bahwa semua jenis kain (bahan tekstil) dapat dihias. Jenis sulaman yang digunakan, tergantung dari jenis tenunan dan corak kain, misalnya :

a) Belacu, popelin, berkolin dan jenis tenuann yang rapat tenunnya, sulaman fantasi (sulaman bebas), aplikasi.

b) Bahan serupa dengan corak kotak atau bintik dapat diubah dengan macam-macam tusuk hias (merubah corak) contohnya aplikasi, smock dan lain-lain dan tusuk-tusuk hias (merobah corak)c) Bahan yang dapat dihitung benangnya seperti strimin dan matting, yaitu terawang, tusuk silang dan holbein.

d) Bahan yang tipis dan bening yaitu sulaman bayangan, inkrustasi, lekapan renda, mute dan lain-lain.

e) Bahan lemas berkilau seperti satin yaitu dengan sulaman bebas, lekapan quilt dan lain-lain.

Polkadot kecil

Berkotak

Strimin

Strimin Lubang Besar

Bahan Tipis

Bahan Lemas Berkilau

Poplin

BlacuGambar 2.7Aneka macam contoh kainc. Rangkuman

Alat-alat menyulam, benang sulam dan kain banyak ragamnya dan harus disesuaikan dengan jenis sulaman yang dipilih. Penggunaan alat dan bahan yang tepat akan mempermudah dalam mengerjakannya, sehingga memungkinkan akan menghasilkan tusuk hias yang indah dan menarik.

d. Tugas

1). Menyiapkan alat-alat untuk membuat tusuk hias

2). Menyiapkan benang sulam yang sesuai

3). Menyiapkan kain bagi polos untuk membuat tusuk hias ukuran 35 cm x 60 cm

4). Menyiapkan area bekerja yang rapih dan bersihe. Tes Formatif

1. Sebutkan lima alat yang digunakan untuk menyulam !

2. Sebutkan kain yang sesuai untuk membuat macam-macam tusuk hias !

3. Sebutkan jarum yang sesuai untuk menyulam pada kain strimin !

f. Kunci Jawaban Formatif

1. Jarum sulam yang ujungnya tumpul, pendedel, pita ukuran, gunting benang dan gunting kain.

2. Kain bagi polos seperti strimin, matting.

3. Jarum sulam tumpul dengan nomor 12, 14, 16, 18 dan 20g. Lembar Kerja

1. Alat :

a. Jarum sulam tumpul

b. jarum pentul

c. Pendedel

d. Pita ukuran

e. Gunting benang

f. Gunting kain2. Bahan :

a. Benang sulam : Mouline, Melange/Pelangib.Kain bagi: 35 cm x 60 cm

3. Kesehatan dan keselamatan kerja

1). Meja kerja rapih dan bersih.

a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

b. Jarum pentul ditempatkan pada kotak kecil dan bantalannya.

c. Perhitungkan bahan secara teliti.

4. Langkah kerja

a. Menyiapkan alat yang diperlukan

b. Menggunting benang sulam sesuai yang dibutuhkan

c. Menggunting kain ukuran 35 cm x 60 cm

d. Siap memulai sulaman tusuk hias

Kegiatan Belajar 2Kegiatan belajar 2 ini meliputi cara memulai dan mengakhiri jahitan tusuk hias.a. Tujuan kegiatan pemelajaran

Pada akhir kegiatan pemelajaran cara memulai dan mengakhiri jahitan, peserta diklat mampu:

1. memulai jahitan tusuk hias dengan benar2. mengakhiri jahitan tusuk hias dengan benar3. merapihkan jahitan tusuk hias

b. Uraian materi

Dalam teknik menjahit dengan tangan, biasanya diperoleh hasil karya yang rapih dan halus. Dari depan nampak indah dari belakang nampak rapih. Selain untuk kerapian juga untuk kekuatan jahitan perlu diperhatikan cara memulai dan mengakhiri jahitan yaitu :

a. Sebelum tusukan pertama, jarum dijelujurkan halus dari bagian buruk hanya mengambil sedikit saja dari tenunan tiga sampai empat langkah kemudian jarum ditusukkan kebagian yang baik untuk memulai sulaman.

b. Cara lain adalah dengan menusukan jarum dari bagian buruk kebagian baik, tinggalkan 1 -2 cm ujung benang. Pada waktu membuat tusuk- tusuk sulaman, ujung benang tersebut ikut dijepit sehingga ujung benang itu tidak ikut tercabut.c. Menyisakan ujung benang + 6 cm pada bagian buruk waktu memulai tusukan, dan setelah benang tersebut diselipkan pada tusuk yang sudah seperti waktu mengakhiri jahitan.d. Mengakhiri jahitan caranya adalah dengan menusukan jarum kebagian buruk, jahitkan beberapa tusuk balut pada bagian belakang tusuk sulam sebelum benang digunting.

Gambar 2.8 mengawali dan mengakhiri jahitan

c. Rangkuman

Pembuatan macam-macam tusuk hias ataupun sulaman harus mempunyai penampilan yang rapih. Kerapihan tusuk hias harus tampak pada bagian baik juga bagian buruk kain. Oleh karena itu penampilan benang hias harus diperhatikan kerapihannya baik pada awal jahitan maupun di akhir jahitan.

d. Tugas

1. Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat tusuk hias

2. Mempraktikan cara mengawali membuat tusuk hias

3. Mempraktikan cara mengakhiri membuat tusuk hias

4. Merapihkan jahitan tusuk hias

5. Menyiapkan area bekerja yang rapih dan bersih

e. Tes formatif

1. Terangkan satu cara mengawali jahitan tusuk hias !

2. Terangkan cara mengakhiri jahitan tusuk hias !

f. Kunci jawaban formatif

1. Mula-mula buat jelujur halus dimulai dari bagian buruk tiga atau empat langkah jelujur. Jarum ditusukan ke bagian baik kain untuk memulai membuat tusuk hias.

2. Menusukan jarum ke bagian buruk kemudian benang tersebut dililitkan ke bagian belakang hasil tusuk hias yang telah dibuat.g. Lembar kerja

1. Alat:

a. Jarum sulam

b. Jarum pentul

c. Gunting benang 2. Bahan:

a. Benang sulam : Mouline, Melange/Pelangib. Kain bagi: 35 cm x 60 cm3. Kesehatan dan keselamatan kerja

a. Meja kerja rapih dan bersih.

b. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

c. Jarum pentul ditempatkan pada kotak kecil dan bantalannya.

d. Jarak mata dan benda yang akan dihias + 30 cm.

e. Posisi bekerja, pekerjaan diatas meja, tidak diatas pangkuan.

f. Bekerja dengan hati-hati dan teliti.

g. Penerangan yang cukup. 4. Langkah kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

b. Memberi tanda dimulai tusuk hias dengan jarum pentul.

c. Menyiapkan benang sulam dengan jarum sulam yang tumpul.

d. Mengawali jahitan tusuk hias.

e. Mengakhiri jahitan tusuk hias.

f. Merapihkan jahitan tusuk hias.Kegiatan belajar 3Kegiatan belajar 3 ini meliputi pembuatan macam-macam tusuk hias sulamana. Tujuan kegiatan pemelajaran

Pada akhir kegiatan pemelajaran pembuatan macam-macam tusuk hias, peserta diklat mampu :

2. Membuat macam-macam tusuk hias

3. Merencanakan penerapan tusuk hias pada sulaman

b. Uraian materi

Untuk menghiasi busana dapat dilakukan dengan bermacam-macam teknik hiasan. Teknik hiasan yang dimaksud adalah teknik menghias kain yang erat hubungannya dengan sulam menyulam. Sebelum memahami macam-macam teknik teknik menghias kain sebaiknya terlebih dahulu mempelajari macam-macam tusuk hias, karena tusuk hias merupakan dasar dari menghias kain. Tiap-tiap tusuk hias mempunyai keindahan masing-masing. Penyusunan bermacam tusuk hias yang harmonis akan melahirkan suatu dekoratif yang menarik. Berikut ini dikemukakan beberapa tusuk hias yang sering digunakan dalam menghias kain, diantaranya:1. Tusuk Jelujur

Gambar 2.9 tusuk jelujur

2. Tusuk Jelujur yang dililit

Gambar 2.10 tusuk jelujur yang dililitDalam hal ini kita dapat membuat variasi dengan cara menggunakan dua macam benang yang berlainan tebal ataupun warnannya.3. Tusuk Jelujur Berganda atau Tusuk Holbein

Gambar 2.11 tusuk jelujur berganda/holbeinTusuk Holbein ini harus dikerjakan pada kain bagi yang mudah dihitung benang pakannya maupun lungsinnya. Setiap baris tusuk Holbein harus dikerjakan dua kali/bolak balik.

4. Tusuk Hias Holbein yang Dililit

Gambar 2.12 tusuk holbein yang dililitMula-mula membuat satu baris tusuk hias Holbein yang berbiku-biku, kemudian tusuk hias tersebut dililitkan dengan benang lain.

6. Tusuk Hias Rantai

Gambar 2.13 tusuk rantaiTusuk rantai ini merupakan garis yang teratur dan rata sedangkan pengerjaannya harus agak longgar, lebih-lebih jika dikerjakan sebagai garis lengkung.

6.Tusuk Rantai Berwarna

Gambar 2.14 tusuk rantai berwarnaDalam hal ini kita menggunakan dua warna benang yang kedua-duanya dimasukan kedalam satu lubang jarum, dan dipergunakan saling berganti membuat tusuk rantai. Bila kita tidak hati-hati dalam mengerjakannya, benang yang sedang tidak dikerjakan dapat lepas kebagian belakang kain dasar.

7. Tusuk Rantai Lebar atau Persegi

Gambar 2.15 tusuk rantai lebar/persegiTusuk hias ini bila tidak dihias tampaknya kurang bagus dan kurang halus, kecuali jika dihiasi lagi dengan tusuk hias lainnya.

8. Tusuk Rantai Berganda

Gambar 2.16 tusuk rantai bergandaTampaknya hampir seperti tusuk tangkai yang tertutup, akan tetapi dalam hal ini jarum setiap kali ditusukan kedalam sengkelit sebanyak dua kali. Sedangkan pada tusuk tangkai biasanya hanya satu kali.

9. Tusuk Rantai Lepas

Gambar 2.17 tusuk rantai lepasTusuk hias ini dibuat sendiri-sendiri tidak sambung menyambung. Dapat dipergunakan sebagai tusuk hias pengisi bidang ragam hias.10. Tusuk Rantai Terbuka

Gambar 2.18 tusuk rantai terbukaTusuk hias ini banyak dipakai dan dapat dipergunakan menurut keperluannya. Dapat dikombinsasikan dengan tusuk hias lainnya, untuk membuat pinggiran dan sebagai pengisi bidang yang merupakan pola ragam hias beranting.11. Kombinasi /gabungan

Tusuk Rantai dengan Tusuk Jelujur

Gambar 2.19 Kombinasi tusuk rantai dengan tusuk tikam jejak

Mula-mula kita mengerjakan tusuk rantai, kemudian tusuk jelujur yang dikerjakan di tengah tusuk rantai tersebut. Disini kita dapat mempergunakan dua warna benang.

12. Tusuk Pipih

Gambar 2.20 tusuk pipihMula-mula kita membuat tusuk pipih berdiri, arahnya dari kanan ke kiri, kemudian satu sama lain disambungkan dengan tusuk pipih serong, dikerjakan pada waktu mulai lagi membuat dari kiri ke arah kanan.

13. Tusuk Pipih yang di Ikat

Gambar 2.21 tusuk pipih di ikat

Mula-mula kita membuat sebaris tusuk pipih dengan jarak antara satu sama lain sama begitu pula tingginya. Kemudian setiap dua tusuk pipih diikat dengan cara menyisipkan benang lain kebawah tusuk pipih yang pertama, benang kerja mempersatukan tusuk pipih kesatu dan kedua dengan cara menyisipkan benang kebawah tusuk pipih yang kedua. Benang kerja ini seterusnya disisipkan kebawah tusuk pipih berikutnya dan ulangi cara mengikat dua tusuk pipih itu seperti yang pertama kali tanpa menyangkut kain dasar.

14. Tusuk Cordon

Gambar 2.22 tusuk cordonTusuk pipih yang rapat ini digunakan untuk mengisi garis yang sebelumnya ditandai dengan tusuk tikam jejak. Gambar A menunjukkan cara menutup garis tikam jejak dengan cara menyangkut sedikit dari kain dasarnya. Gambar B menunjukkan cara menutup garis tusuk jelujur pada tepi bahan yang bertiras, umpamanya pada teknik aplikasi atau teknik lekapan.15. Tusuk Pipih Berderet

Gambar 2.23 tusuk pipih berderetSetiap deretan tusuk pipih berikutnya dikerjakan diantara deretan tusuk pipih, sehingga nampak saling mengisi. Tusuk pipih semacam ini sangat baik sebagai pengisi bidang bentuk kecil-kecil, dan kita juga dapat mengatur warnanya secara bertingkat atau seperti pelangi dari warna tua sampai muda.

16. Tusuk Feston

Tusuk hias feston ini memungkinkan banyak variasi yang sangat dikenal antara lain :

Tusuk Feston biasa atau tusuk selimut

Gambar 2.24 tusuk feston biasa

Tusuk Feston bersilang

Gambar 2.25 tusuk feston bersilang

Tusuk Feston tertutup atau bentuknya segitiga

Gambar 2.26 tusuk feston tertutup dan bentuk segitiga

Tusuk Feston berkelompok yang diikat

Gambar 2.27 tusuk feston tertutup dan bentuk segitiga Tusuk Feston kaki dua dan tusuk feston berganda

Gambar 2.28 tusuk feston berganda dan kaki dua

Tusuk Feston berkelompok dengan antara

Gambar 2.29 tusuk feston berkelompok dengan antara

Tusuk Feston naik turun

Gambar 2.30 tusuk feston naik turun

17. Tusuk Feston dengan Sisipan

Gambar 2.31 tusuk feston dengan sisipanDengan berbagai macam cara kita dapat menyisipi tusuk feston seperti dengan cara mengepang, untuk itu kita dapat menggunakan benang yang bermacam-macam tebalnya.

18. Tusuk Feston dengan Buhulan

Gambar 2.32 tusuk feston dengan buhulanDengan cara membuat sengkelit yang melingkari ibu jari, dengan mudah kita dapat membuat buhulan pada ujung kaki tusuk feston.

19. Tusuk Feston yang dililit

Gambar 2.33 tusuk feston yang dililitKalau kita melilit tusuk feston itu dari kiri ke arah kanan, akan memberi kesan lain daripada kalau kita melilit dari kanan kekiri.

20. Tusuk Feston sebagai Pengisi

Gambar 2.34 tusuk feston sebagai pengisiTusuk hias ini sebagian besar merupakan pengisi bidang yang letaknya bebas, dikerjakan setiap baris dengan cara dibolak-balik. Pada baris pertama setiap tusuk feston menyangkut sedikit kain dasar, pada baris-baris berikutnya hanya pada permulaan dan pada ujungnya atau akhir saja.

21. Tusuk Flanel

Gambar 2.35 tusuk flanelTusuk hias yang terkenal ini merupakan dasar untuk berbagai macam sisipan dan variasi menjalin.22. Tusuk Flanel Berganda

Gambar 2.36 tusuk flanel bergandaKita membuat dua baris tusuk flanel dengan mempergunakan warna yang berlainan, hingga kedua baris tusuk flanel itu saling menumpang, hal ini dapat dibuat dengan dua cara, yaitu :

a) Sebagai dasar untuk tusuk hiasan jalin secara Timur, pada silang bagian atas benangnya sisipkan dibawah flanel pertama, kebalikannya dengan tusuk silang biasa b) Pada gambar B, perlu diperhatikan bahwa benang-benang itu selalu menurut cara yang sama yaitu saling menyilang (A). Kedua baris itu dibuat seperti tusuk flanel biasa (B).23. Tusuk Flanel dengan Sisipan Tunggal

Gambar 2.37 tusuk flanel dengan sisipan tunggalMula-mula kita membuat satu baris tusuk flanel. Kemudian kita sisipi dengan benang berwarna lain tanpa menyangkut kain dasar. Kita harus menghindari adanya sambungan pada benang sisipan itu, jadi benang ini harus panjang sekali dan baris tusuk flanel ini jangan terlalu besar.

24. Tusuk Flanel dengan Sisipan Berganda

Gambar 2.38 tusuk flanel dengan sisipan bergandaMula-mula kita membuat tusuk flanel berganda sebagai dasar yang saling menumpang. Kemudian bagian atas disisipi benang lain dahulu, baru sesudah itu menyisipi bagian bawahnya tanpa menyangkut kain dasar, terkecuali pada permulaan bekerja atau pada akhir pekerjaan.

25. Tusuk Flanel yang dililit

Gambar 2.39 tusuk flanel yang dililit

Pada gambar kita lihat tusuk flanel ini tidak seperti biasanya yang kita kerjakan, agak berbeda yakni tusuk lilit yang kedua kali itu tidak menumpang pada tusuk lilit yang pertama, melainkan letaknya dibawah yang pertama.26. Tusuk Flanel Tertutup/Yanina

Gambar 2.40 tusuk flanel tertutup/YaninaTusuk hias ini cepat dibuatnya dan merupakan dua garis tertutup. Jika dipakai untuk sulaman bayangan tusuk hias ini dikerjakan pada bagian buruk dari kain dasar. Pada bagian yang baiknya terdapat dua baris tikam jejak (karena itulah mendapat nama tusuk hias bayangan). Pada teknik perzisch ayour dikerjakan pada bagian buruk juga, sehingga dapat menutup bidang ragam hiasanya sedangkan pada bagian yang baik merupakan suatu relief (lihatlah halaman 48 contoh tusuk hias bayangan).27. Tusuk Flanel dilekat dengan Tusuk Koral

Gambar 2.41 tusuk flanel yang dilekat dengan tusuk koralSetelah membuat satu baris tusuk flanel biasa, kita bekerja dengan benang lain melekat pada setiap persilangan tusuk flanel dengan tusuk rantai yang diputar (inilah yang disebut tusuk koral).28. Tusuk Flanel dilekat dengan Tusuk Jelujur

Gambar 2.42 tusuk flanel yang dilekat dengan tusuk jelujur

Dalam hal ini tusuk jelujur melintang dipergunakan untuk menekat. Tusuk flanel dapat juga ditekat dengan tusuk jelujur tegak lurus atau tusuk rantai pada setiap persilangan.

29. Tusuk Tangkai

Gambar 2.43 tusuk tangkaiPada tusuk tangkai biasanya benang kerja itu letaknya dibawah jarum (lihat gambar). Dapat juga benang kerja itu selalu ada diatas jarum dan tusuk hiasnya disebut juga tusuk pinggiran (sebagai batas). Dalam hal ini kedua jarum tersebut ditusukan dan dikeluarkan tepat pada ujung tusuk hias yang sebelumnya. Pada bagian buruk kita harus memperoleh suatu baris tusuk tikam jejak yang rapi.

30. Tusuk Tangkai Melompat

Gambar 2.44 tusuk tangkai melompat

Benang kerja secara bergilir letaknya diatas atau dibawah.

31. Tusuk Tikam Jejak

Gambar 2.45 tusuk tikam jejakTusuk ini harus dikerjakan secara teratur dan jaraknya kecil-kecil. Tusuk tikam jejak diperguakan untuk mengisi garis-garis tipis dan merupakan dasar untuk berbagai macam tusuk hias lainnya seperti tusuk hias manik-manik, tusuk pekinees atau tusuk tikam jejak yang dikepang dan tusuk tikam jejak berganda yang disisipi tusuk flanel.

32. Tusuk Tikam Jejak Serong

Gambar 2.46 tusuk tikam jejak serong

Tusuk tikam jejak yang terlihat pada bagian atas nampaknya serong dan berpasangan. Letaknya tegak lurus dan pada bagian belakang/buruk terjadi dua tusuk jahit mendatar (samakan dengan tusuk kantil atau runcing panah.33. Tusuk Tikam Jejak dengan Sisipan Bersilang

Gambar 2.47 tusuk tikam jejak dengan sisipan bersilangBilamana kita menghendaki hasil pekerjaan itu pada kedua belah kain sama, kita dapat menganti tusuk tikam jejak dengan tusuk hias holbein, tusuk hias ini pada kedua belah kain bagian atas dan bawah disisipi benang. Saran yang baik janganlah membuat ban yang terlalu lebar nanti benang sisipannya terlalu panjang karena tidak bisa disambung.

34. Tusuk Ranting

Gambar 2.48 tusuk ranting

Tusuk ranting mempunyai efek satu arah yang seolah-olah tumbuh. Tusuk hias ini harus dikerjakan dengan teliti. Ada berbagai macam variasi dari tusuk ranting ini. Di Belanda tusuk hias ini sangat dikenal.

35. Tusuk Ranting Tulang Daun

Gambar 2.49 tusuk ranting tulang daun36. Tusuk Ranting Lurus

Gambar 2.50 tusuk ranting lurus37. Tusuk Ranting Rantai

Gambar 2.51 tusuk ranting rantai

Tusuk hias ini biasanya dibuat sedemikian rupa, agar tusuk rantai itu pada bagian luar sama panjang seperti tusuk serong dibagian tengah. Dapat juga dibuat biku-biku pada bagian tengah harus teratur dan timbul dengan baik.

38. Tusuk Silang (kruisteek)

Gambar 2.52 tusuk silangTusuk hias ini dikerjakan silang menyilang menurut dua arah yang serong. Hendaknya dikerjakan pada kain bagi, yaitu kain yang benang tenunannya mudah dihitung seperti bahan strimin, matting, lenan kasar dengan silang polos. Karena tusuk silang ini bentuk dasarnya segi empat maka dalam mengerjakannya melebar maupun memanjang harus sama-sama simetris. Syarat utama pekerjaan tusuk silang ini adalah tusuk silang yang kedua kalinya diatas yang pertama, harus sama arahnya, agar hasil seluruh pekerjaan itu rapi nampaknya. Tusuk silang dapat dikombinasikan dengan teknik lainnya yang khusus dikerjakan pada kain bagi seperti tusuk holbein, tusuk perzis ayour dan tapisseri.

39. Melekatkan Benang

Gambar 2.53 melekatkan benang

Sehelai benang tebal ataupun seikat benang tipis dilekatkan pada kain dasar dengan tusuk hias kecil-kecil. Untuk ini kita dapat memakai benang yang lebih tipis. Sehelai atau dua helai dengan warnanya yang sama atau kontras/bertentangan dengan benang tebal tersebut diatas. Untuk melekatkan benang tebal tadi kita mempergunakan tusuk hias yang tidak terlalu mencolok, umpamanya tusuk pipih kecil-kecil atau tusuk hias lainnya yang merupakan bentuk V, tusuk rantai terbuka, yang mempunyai fungsi menghiasi benang tebal. [melekatkan benang tebal dengan tusuk pipih yang rapat (B)]. Dalam hal ini seikat benang tipis-tipis dilekatkan pada kain dasar sedemikian rupa hingga tidak kelihatan lagi. Untuk ini kita pakai benang tipis untuk membuat pipih kecil rapat-rapat, setiap kali sedikit dari kain dasar tersangkut.c. Rangkuman

Tusuk hias sulaman banyak jenis dan ragamnya, mulai dari tusuk jelujur dan variasinya, tusuk rantai dan variasinya, tusuk pipih dan variasinya, tusuk feston dan variasinya, tusuk flanel dan variasinya, tusuk tangkai dan variasinya, tusuk tikam jejak dan variasinya, tusuk ranting dan variasinya, tusuk silang dan variasinya dan tusuk melekatkan benang. Tusuk-tusuk hias tersebut mempunyai kekhasan, keunikan dan keindahan masing-masing. Keindahan tusuk hias tersebut akan banyak dipengaruhi oleh pemilihan benang, warna benang, tekstur benang atau pilinan benang disamping teknik tarikan benang saat menyulam. Tusuk hias yang baik adalah tusuk hias yang indah, rapih, permukaannya rata tidak terlalu kencang dan tidak terlalu longgar.

d. Tugas

1) Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat tusuk hias

2) Menyiapkan area bekerja yang rapih dan bersih

3) Mengakhiri pembuatan tusuk hias

4) Merapihkan jahitan tusuk hias5) Setelah mempraktekan cara mengawali membuat tusuk hias dilanjutkan dengan pembuatan tusuk hiase. Tes formatif

1) Sebutkan 6 buah tusuk hias !2) Gambarkan 2 buah variasi tusuk jelujur !

3) Gambarkan 2 buah variasi tusuk flanel !

4) Gambarkan 2 buah variasi tusuk feston !

5) Terangkan penggunaan benang hias untuk tusuk hias !

f. Kunci jawaban formatif

1. Tusuk jelujur, tusuk rantai, tusuk pipih, tusuk feston, tusuk flannel dan tusuk silang2. a)

b)

3. a)

b)

4. a)

b)

5. Benang dapat dipilih yang teksturnya tebal, halus, kasar, kusam atau mengkilat, juga dapat dipilih benang tunggal atau yang dengan sedikit pilinan akan lebih kuat, dengan atau tanpa penebalan, sengkelit, keriting dan sebaginya. Sebaiknya kita coba dahulu membuat tusuk hias yang akan kita kerjakan satu helai atau lebih agar tusuk hias benar- benar muncul keindahannya.g. Lembar kerja

Alat :

1). Jarum sulam

2). Jarum pentul

3). Pendedel

4). Gunting benang 5). Gunting kain

6). Pita ukuran

7). Kapur jahit

Bahan :

1) Benang sulam : Mouline,Melange/Pelangi2) Kain bagi

: 35 cm x 60 cm

Kesehatan dan keselamatan kerja

1) Meja kerja rapih dan bersih.

2) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

3) Jarum pentul ditempatkan pada kotak kecil dan bantalannya.

4) Benang hias dibuka secara benar agar tidak kusut dan dapat dirapihkan lagi.

5) Jarak mata dan benda yang akan dihias + 30 cm.

6) Duduk bersandar santai dan rileks.

7) Posisi bekerja, pekerjaan diatas meja, tidak diatas pangkuan.

8) Bekerja dengan hati-hati dan teliti.

9) Penerangan yang cukup.

Langkah kerja

1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2) Memberi tanda dimulai tusuk hias dengan jarum pentul.

3) Menyiapkan benang sulam dengan jarum sulam yang tumpul.

4) Mengawali jahitan tusuk hias dengan teliti.

5) Mulai membuat tusuk hias dengan teliti, perhatikan gambar tusuk hias.

6) Mengakhiri jahitan tusuk hias dengan hati-hati.

7) Merapihkan jahitan tusuk hias.

4. Kegiatan belajar 4Kegiatan belajar 4 ini meliputi pengenalan macam-macam sulaman.a. Tujuan kegiatan pemelajaran

Pada akhir kegiatan pemelajaran pengenalan macam-macam sulaman, peserta diklat mampu :

1) Menyebutkan 2 jenis sulaman putih

2) Menyebutkan 2 jenis sulaman berwarna

3) Merencanakan pemilihan tusuk hias untuk sulaman fantasi

b. Uraian materi

Menghias kain adalah seni untuk membuat suatu kain atau busana menjadi lebih indah. Cara menghias kain dengan jahitan biasa disebut menyulam atau membordir, yang berasal dari bahasa Belanda Borduur. Menghias dengan menyulam sudah digemari dan dilakukan orang sejak ribuan tahun yang lalu dan hingga saat ini berkembang menjadi barang komoditi yang trend di masyarakat. Menyulam digunakan untuk menghias pakaian, lenan rumah tangga maupun benda lain yang dibuat dari bahan tekstil seperti tas, selop (sejenis alas kaki ber-hak) dan lain-lain.

Sebutan untuk beberapa jenis sulaman masih menggunakan nama asing atau sebutan negara dimana sulaman tersebut lebih dahulu dipraktekan, seperti : sulaman Perancis, Inggris, Richelieu, Holbei dan Quilt. Pada mulanya, sulaman Perancis, Inggris dan Richelieu hanya dikerjakan pada kain lenan atau katun putih dengan menggunakan benang berwarna putih. Oleh karena itu disebut sulaman putih, akan tetapi pada masa kini hal tersebut tidak berlaku lagi, sulaman tersebut dapat dibuat pada kain berwarna warni dengan benang yang berwarna warni pula sehingga banyak disukai orang dan pekerjaan menyulam pun berkembang menjadi industri.Teknik menghias kain yang didasarkan atas penggunaan warna kain dan benang hiasnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :1. Sulaman Putih

Sulaman putih dikerjakan pada kain polos dengan benang hias sewarna, lebih tua atau lebih muda. Pada zaman dahulu sulaman putih dikerjakan pada tenunan yang putih dengan benang hias putih. Keindahan dari sulaman ini terletak pada serat timbul dan berlubang dari ragam hias. Yang termasuk dalam kelompok sulaman putih adalah sulaman Perancis, Richelieu dan sulaman bayangan.a) Sulaman Inggris

Gambar 2.54 sulaman InggrisSulaman Inggris dikenal pada bentuk motif hias yang terdiri dari lubang-lubang bundar, lonjong atau berbentuk tetes air yang diselesaikan dengan tusuk feston atau tusuk cordon, dirangkai dengan tusuk pipih dan tusuk tangkai. Tepi sulaman diberi pinggiran yang berbentuk lengkungan yang disebut bentuk ringgitan. Untuk membuat lubang, digunakan alat pelubang yang disebut priem. Untuk membuat lubang yang besar dan bentuk yang lonjong, keliling lubang dijelujur dua kali kemudian lubang dibuat dengan menggunakan gunting kecil.

Teknik sulaman Inggris dikerjakan pada kain polos misalnya tetoron, oxpord, berkolin, poplin, mori dan lain-lain. Benang yang digunakan benang katun sewarna dengan kain, atau boleh berbeda, hanya tingkatan warnanya saja misalnya hijau dengan hijau muda. Benda yang dapat dihias yaitu blus, kerah, saku, alas vas, serbet, saputangan dan sebagainya.

b) Sulaman Perancis

Gambar 2.55 sulaman PerancisSulaman Perancis merupakan sulaman yang timbul (relief) karena motif-motif diisi dengan tusuk rantai sebagai pengisi atau penebal. Tepi motif dijelujur halus dua kali penyelesaian motif dengan tusuk pipih. Untuk membuat garis yang merupakan tangkai daun digunakan tusuk jelujur yang diselesaikan dengan tusuk balut. Sulaman ini banyak dipergunakan untuk monogrem ataupun simbol-simbol, selain itu juga dapat diterapkan pada blus, kemeja maupun pakaian anak-anak.

c) Sulaman Richeulieu

Gambar sulaman Richeulieu 2.56

Gambar 2.57 contoh hasil produk sulaman RicheulieuSulaman ini disebut juga dengan sulaman terbuka karena efeknya terbuka (seperti renda). Motif dari sulaman ini berlubang-lubang. Lubang tersebut diberi beberapa rentangan benang yang difeston (brides). Dengan demikian lubang- lubang pada sulaman Richeulieu harus lebar (lebih besar dari pada sulaman inggris). Diluar lubang masih ada garis motif yang mengelilinginya yang harus diselesaikan dengan tusuk feston yang kaki festonnya menghadap kedalam sedangkan bagian lubang kakinya menghadap keluar. Sulaman Richeulieu ini dapat digunakan untuk menghiasi berbagai macam pakaian atau lenan rumah tangga. Kain yang dihias haruslah rapat tenunannya dan polos.

d) Sulaman Bayangan

Gambar sulaman Bayangan 2.58Sulaman ini dikenal pada hiasan yang membayang dari bagian dalam. Untuk mengisi bentuk hias digunakan tusuk flanel. Menyulamnya muai dari bagian dalam sehingga pada bagian luar bentuk itu hanya membayang dengan tepi garis berupa tusuk tikam jejak. Sulaman ini dikerjakan pada kain yang tembus terang seperti voile, paris, ciffon dan sebagainya. Benda-benda yang dapat dihiasi dengan teknik ini antara lain blus, kebaya, alas kaki, kerudung, selendang, rok anak dan sebagainya.

e) Sulaman Matelase

Gambar 2.59 sulaman Matelase

Sulaman matelase termasuk sulaman putih, karena menggunakan benang yang sama/senada dengan warna kain. Motif hias sulaman matelase dapat berbentuk renggaan bunga, binatang dll. Sebaiknya dalam pemilihan motif tidak menggunakan motif yang terlalu besar/lebar. Motif hias sulaman matelase akan membentuk relief dari bahan pengisi yaitu kapas, dacron atau busa tipis yang diberi jahitan pada tepi motif. Kain yang digunakan dipilih yang mempunyai tenunan rapat, bermotif ataupun polos. Sulaman matelase dapat diterapkan pada lenan rumah tangga ataupun hiasan busana. f) Sulaman Inkrustasi

Gambar sulaman Inkrustasi 2.60Menghias kain dengan cara inkrustasi adalah melekatkan bahan pada bahan yang lain, pada tempat lekapan itu bahan dasar dihilangkan. Bila pada aplikasi bahan pelekap diletakan diatas, maka pada inkrustasi bahan pelekap diletakan dibawah.2. Teknik Menghias Kain Sulaman Berwarna

Sulaman yang menggunakan bahan dasar (kain yang akan dihias) maupun benang hiasnya bervariasi yang dikombinasikan secara harmonis. Kain yang dapat dihiasnyapun bermacam-macam, seperti kain polos, kain bagi, kain berkotak, berbintik dan sebagainya, dan teknik hiasannya dapat menyesuaikan dengan kain tersebut. Adapun sulaman berwarna meliputi :a) Sulaman fantasi

Gambar 2.61 sulaman FantasiSulaman fantasi adalah sulaman yang menerapkan bermacam-macam tusuk hias dengan aneka warna benang. Motif hias yang akan dibuat dikerjakan dengan bermacam-macam tusuk hias paling sedikit tiga macam tusuk hias. Pemakaian tusuk hias harus sesuai dengan bentuk ragam hias. Motif hias dapat berbentuk bunga, pemandangan atau geometris.

Biasanya sulaman fantasi ini dikerjakan pada kain polos misalnya : kain tetoron, poplin, nerkolin, mori, harmonis dan kontras, sehingga sulaman atau hiasan terlihat lebih menonjol, menarik dan rapih.

b) Merubah corak

Gambar 2.62 merubah corakMenyulam dengan merubah corak dikerjakan pada kain yang bercorak seperti bergaris, berkotak, berbintik. Tusuk-tusuk yang dapat digunakan adalah tusuk jelujur, tusuk silang, tusuk rantai terbuka, tusuk biku dan lain-lain. Pada jarak tertentu sesuai desain, kotak, garis atau bulatan diubah atau ditambah dengan jahitan sehingga terdapat variasi dan hiasan pada kain tersebut. Gunakan warna benang yang sama dengan warna corak kain. Mengubah corak dapat diterapkan pada gaun, blus, rok, bantal kursi, taplak dan lain-lain.

c) Smock

Gambar 2.63 smock

Gambar 2.64 contoh hasil produk smockTeknik menghias yang disebut dengan smock dikenal pada sulaman diatas kain yang dikerut rata. Sulaman tersebut dapat dikerjakan pada kain yang dapat dibagi, yaitu kain bersalur, bergaris, berkotak atau berbintik. Bila smock itu dikerjakan pada kain polos, maka pada kain tersebut harus diberi tanda-tnda titik atau garis. Pekerjaan smock sifatnya elastis, kecuali pada bagian tertentu yang dikehendaki tidak elastis. Benda yang dapat di smock yaitu gaun, blus, rok, bebe anak, bantal hias dan lain-lain.

d) Terawang (openhadiwerk)

Gambar 2.65 pinggiran terawangDengan menarik satu helai benang atau lebih dari tenunan, maka akan terdapat benang lepas. Bila yang dicabut benang lungsin maka akan terdapat sejajaran benang pakan yang lepas. Bila dicabut baik lungsin maupun pakan, maka akan terdapat lubang pada titik persilangan benang yang dicabut. Benang lepas tersebut diikat dengan tusuk terawang sehingga terdapat hiasan terawang.

e) Tusuk silang (Kruissteek)

Gambar 2.66 KruissteekTeknik tusuk silang dikenal pada sulaman dengan cara mengisi kotak tenunan dengan tusuk silang. Sulaman tusuk silang harus dikerjakan pada kain yang jelas tenunannya, dimana tenunan itu membentuk kotak-kotak kecil seperti pada kain strimin.

f) Sulaman Holbein

Gambar 2.67 sulaman holbeinHolbein dikenal dikenal pada sulaman yang menggunakan tusuk jelujur/lurus membentuk segi-segi dan biku-biku. Bentuk tersebut diperoleh dengan dua kali jalan. Teknik ini dikerjakan pada kain yang dapat dihitung benagnya. Pada bagian baik dan buruk garis motif sama.

g) Sulaman Asisi

Gambar 2.68 sulaman asisiSulaman Asisi merupakan antara tusuk silang dengan tusuk holbein. Ciri khas dari sulaman asisi ini adalah pada batas motif dikerjakan dengan tusuk holbein. Dengan demikian pada sulaman asisi menggunakan dua tusuk hias yaitu tusuk silang dengan tusuk holbein. Warna benang yang digunakan hanya dua warna yang merupakan kombinasi warna tua dan muda dari satu warna. Warna muda untuk tusuk silangnya dan warna tua untuk tusuk holbeinnya atau kebalikannya. Bahkan kadang-kadang digunakan warna kontras antara tusuk silang dengan tusuk holbeinnya. Pada asisi ini motif hiasnya dikosongkan dan tepinya dikerjakan dengan tusuk holbein. Diluar holbein tersebut (diluar motif) dikerjakan dengan tusuk silang sampai batas tertentu. Motif hiasan asisi pada umumnya sama dengan motif untuk hiasan kruisteek.

h) Melekatkan benang

Gambar 2.69 melekatkan benangMelekatkan benang adalah teknik menghias kain yang menggunakan benang tebal untuk membuat hiasan berbentuk garis yang bersambung. Untuk menjahitkan benang tebal digunakan tusuk balut.

c. Rangkuman

Untuk menghias busana dapat dilakukan dengan bermacam teknik hiasan, diantaranya teknik menghias kain yang erat hubungannya dengan sulam menyulam. Pada pembahasan ini akan diperkenalkan macam-macam sulaman yaitu sulaman fantasi, sulaman Inggris, sulaman Perancis, sulaman Richeulieu, sulaman Bayangan, sulaman Mengubah Corak, sulaman Smock, sulaman Terawang, sulaman Tusuk silang, sulaman Holbein, sulaman Asisi, sulaman Inkrustasi dan sulaman Melekatkan Benang.

d. Tugas

1) Baca uraian materi modul dengan seksama

2) Tentukan salah satu jenis sulaman (misal : sulaman fantasi) perencanaan3) Buat motif untuk sulaman fantasi4) Rencanakan tusuk hias untuk sulaman fantasi sesuai dengan motif

5) Konsultasikan dengan gurumu, perencanaan yang sudah dibuat

e. Tes formatif

1) Sebutkan 2 jenis sulaman putih !

2) Sebutkan 2 jenis sulaman berwarna !

3) Rencanakan pemilihan tusuk hias untuk salah satu sulaman (sulaman fantasi) !

f. Kunci jawaban formatif1). a. Sulaman Inggris

b. Sulaman Perancis2). a. Sulaman Fantasi

b. Sulaman Holbein

g. Lembar kerja Alat :

1) Alat Tulis

2) Kertas HVS

3) Pensil warna Kesehatan dan keselamatan kerja

1) Meja kerja rapih dan bersih.

2) Menyiapkan alat yang diperlukan.

3) Bekerja dengan tenang dan tertib

4) Penerangan yang cukup.

Langkah kerja

1) Menyiapkan alat yang diperlukan.

2) Membaca dengan seksama pengenalan macam-macam sulaman.

3) Merncanakan tusuk hias sesuai dengan motif sulaman fantasi

4) Memberi warna dengan pensil warna sesuai dengan tusuk hias pada motif.

5) Merapihkan hasil pekerjaan

6) Mengkonsultasikan dengan guru pembimbing.

BAB III

EVALUASI

A. Tes TertulisLatihan I (Pilihan Berganda)Pilihlah salah satu jawaban pada setiap pertanyaan di bawah ini, yang anda anggap benar !

1. Berikut ini adalah alat-alat yang dipergunakan untuk menyulam, kecuali :

a. Jarum pentul

c. Jarum tangan

b. Jarum mesin

d. Pita ukuran

e. Gunting benang

2. Jarum yang digunakan sebagai penolong untuk meletakan pola adalah ..

a. Jarumtangan

c. Jarum mesin

b. Jarum tumpul

d. Jarum pentul

e. Jarum juki

3. Alat yang digunakan untuk membentangkan kain yang dihias atau disulam adalah ..

a. Pemidangan

c. Pita ukuran

b. Penggaris

d. Pendedel

e. Bidal

4. Bahan strimin biasanya dihias dengan menggunakan benang ..

a. Kasur

c. Cashmilon

b. Wol

d. Mutiara

e. Jahit

5. Bahan yang digunakan untuk membuat lenan rumah tangga dengan hiasan tusuk silang adalah ..

a. Belacu

c. Strimin

b. Tetoron

d. Berkolin

e. Oxford

6. Teknik melekatkan benang merupakan teknik menghias kain dengan menggunakan :

a. Benang panjang & tidak terputusc. Pita

b. Benang pendek-pendek

d. Bisban

e. Renda

7. Gambar berikut dibuat dengan menggunakan tusuk ..

a. Rantai, tikam jejak

c. Feston, tikam jejak

b. Rantai, flanel

d. Tangkai, jelujur

e. Silang, jelujur

8. Sulaman bayangan menggunakan tusuk ..

a. Tikam jejak

c. Flanel

b. Rantai

d. Feston

e. Silang

9. Yang termasuk sulaman putih ..

a. Aplikasi

c. Sulaman Fantasi

b. Melekatkan Benang

d. Sulaman Asisi

e. Sulaman Inggris

10. Yang termasuk sulaman berwarna ..

a. Sulaman Richeulieu

c. Sulaman Fantasi

b. Sulaman Bayangan

d. Sulaman Perancis

e. Sulaman English

Latihan II (Soal Isian)Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas !1. Sebutkan salah satu cara untuk memulai suatu tusuk hias !

2. Uraikan bagaimana cara mengakhiri tusuk hias !

3. Sebutkan kain yang cocok untuk sulaman fantasi !

4. Apa perbedaan sulaman asisi dengan holbein ?

5. Gambarkan tusuk rantai lepas !

6. Gambarkan tusuk rantai terbuka !

7. Gambarkan tusuk flannel dan variasinya !

8. Untuk membuat sulaman Inggris, tusuk apa yang biasa digunakan ?

9. Sebutkan tiga variasi tusuk rantai !

10. Sebutkan tiga variasi tusuk flanel !

B. Tes PraktikBuatlah macam-macam tusuk hias pada kain bagi dengan ukuran 35 cm x 60 cm. Kerjakan minimal 30 tusuk hias. Tusuk hias yang anda buat mewakili variasinya. Gunakanlah benang mouline, warna bebas. Perhatikan keserasian warna benang tusuk hias yang satu dengan yanglainnya, kerapihan tusuk hias dan teknik jenis tusuk hias.

C. Kunci JawabanLembar kunci jawaban latihan I

1. b

2. d

3. a

4. d

5. c

6. a

7. a

8. c

9. e

10. c

Lembar kunci jawaban latihan II

1. Buat jelujur yang halus dimulai dari bagian buruk kain dengan hanya membuat sebanyak tiga atau empat langkah jelujur. Jarum ditusukan ke bagian baik kain untuk memulai membuat tusuk hias.2. Menusukan jarum ke bagian buruk kain kemudian benang tersebut dililitkan ke bagian belakang hasil tusuk hias yang telah dibuat.3. Kain tetoron, oxford, blacu dan berkolin4. Kalau sulaman asisi diluar motif diberi tuku silang sampai batas tepi motif.

5. 6. 7. 8. Tusuk feston, tusuk tangkai dan tusuk pipih9. Rantai kabel, rantai berkepala dan rantai berganda10. Flanel dengan sisipan tunggal, flanel dengan sisipan berganda, flanel tertutupFormat Penilaian Praktik Nama Peserta

:

No Induk

:

Program Keahlian:

Nama Jenis Pekerjaan:NoAspek yang dinilaiSkor maksSkor perolehanKeterangan

IPersiapan 1. Persiapan alat2. Persiapan bahan membuat tusuk hias55

Jumlah 10

IIProses (sistematika dan cara kerja)

1. Cara memulai tusuk hias2. Cara mengakhiri tusuk hias3. Cara pembuatan tusuk hias66

8

Jumlah 20

IIISikap/etos kerja1. Kebersihan area kerja2. Sikap bekerja3. Ketelitian

4. Tanggung jawab

5. Kemandirian44

4

4

4

Jumlah 20

IVKualitas produk 1. Hasil pembuatan tusuk hias sesuai dengan prosedur

2. Keserasian benang dengan tusuk hias3. Kerapihan tusuk hias4. Kebersihan tusuk hias5. Pekerjaan diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan10

10

10

10

10

Jumlah 50

Jumlah total100

KRITERIA PENILAIANNo.Aspek yang dinilaiKriteria penilaianSkor

I. Persiapan 1. Persiapan alat2. Persiapan bahan membuat tusuk hias Alat disiapkan sesuai dengan kebutuhan

Alat disiapkan tidak sesuai dengan kebutuhan

Persiapan bahan sesuai dengan kebutuhan

Persiapan bahan tidak sesuai dengan kebutuhan

5

1

5

1

II. Proses (sistematika dan cara kerja)

1. Cara memulai tusuk hias2. Cara mengakhiri tusuk hias3. Cara pembuatan tusuk hias Mengawali jahitan tusuk hias sesuai dengan teknik jahitan sulaman.

Mengawali jahitan tusuk hias tidak sesuai dengan teknik jahitan sulaman.

Mengakhiri jahitan tusuk hias sesuai dengan teknik jahitan sulaman.

Mengakhiri jahitan tusuk hias tidak sesuai dengan teknik jahitan sulaman.

Pembuatan tusuk hias sesuai dengan teknik

Pembuatan tusuk hias tidak sesuai dengan teknik

6

1

6

1

8

1

III. Sikap/etos kerja

1. Kebersihan area kerja2. Sikap bekerja3. Ketelitian

4. Tanggung jawab

5. Kemandirian Memelihara kebersihan area kerja

Tidak memelihara kebersihan area kerja

Sikap bekerja memperhatikan proses kerja

Sikap bekerja tidak memperhatikan proses kerja

Tidak banyak melakukan kesalahan

Banyak melakukan kesalahan

Membereskan kembali alat dan bahan yang dipergunakan

Tidak membereskan kembali alat dan bahan yang dipergunakan

Bekerja tanpa banyak diperintah

Bekerja dengan banyak diperintah

4

1

4

1

4

1

4

1

4

1

IV. Kualitas produk

1. Hasil pembuatan tusuk hias sesuai dengan prosedur

2. Keserasian benang dengan tusuk hias3. Kerapihan tusuk hias4. Kebersihan tusuk hias5. Pekerjaan diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan Hasil pembuatan tusuk hias sesuai dengan prosedur

Hasil pembuatan tusuk hias tidak sesuai dengan prosedur

Pemilihan benang dengan tusuk hias serasi

Pemilihan benang dengan tusuk hias tidak serasi

Tusuk hias rapih

Tusuk hias tidak rapih

Tusuk hias bersih

Tusuk hias tidak bersih

Menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari waktu yang ditentukan

Menyelesaikan pekerjaan tepat dari waktu yang ditentukan

Menyelesaikan pekerjaan melebihi dari waktu yang ditentukan

BAB IV

PENUTUP

Modul dasar menghias kain ini membahas penggunaan alat dan bahan menyulam, membuat macam-macam tusuk hias dan pengenalan macam-macam sulaman. Modul ini merupakan modul dasar yang harus dipelajari sebelum mempelajari teknik-teknik hiasan lainnya. Penguasaan peserta diklat setelah selesai mempelajari modul ini diwujudkan dengan serangkaian kegiatan berupa : memahami isi modul, melaksanakan tugas-tugas yang diwujudkan dalam bentuk portofolio, menjawab dengan benar evaluasi formatif dan sumatif dengan standar nilai yang sudah ditetapkan.

Untuk menambah wawasan dan keterampilan dalam membuat macam-macam tusuk hias, peserta diklat disarankan mengikuti perkembangan usaha industri hiasan busana yang sedang trend dilapangan.Setelah peserta diklat mengikuti serangkaian kegiatan pemelajaran dan memiliki kemampuan membuat macam-macam tusuk hias dan pengenalan macam-macam sulaman, peserta diklat berhak mengikuti uji kompetensi dan selanjutnya mintalah petunjuk kepada instruktur untuk modul berikutnya.DAFTAR PUSTAKA

Atisah Sipahelut,. 1979. Desain Sulaman Busana dan Perlengkapannya. Jakarta ; Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dep Dik Bud.

De Dilmout Mulhouse. 1974. Asisi Embroideries. France. DMC Library.

Herni Kusantati, dkk. Desain Hiasan. PKK FPTK UPI.

Lisyani Affandi. 1984. Keterampilan Tata Busana 1. Bandung. Ganeca Exact.

R. Roesmini Soeria Atmadja. 1983. (Terjemah) 450 Contoh Sulaman. Jakarta. Bhratara Karya Aksara.

Soedjono. 1990. Seni Kerajinan Membordir. Bandung. Angkasa.

V.M Bambang Soemantri. 2005. Tusuk Sulam Dasar. Yogyakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Wasia Roesbani Pulu Karang. 1982. Keterampilan Menghias Kain. Bandung. Angkasa.

Widjiningsih. 1982. Disain Hiasan Busana dan Lenan Rumah Tangga. Yogyakarta. IKIP Yogyakarta.

1

7

1

2

Tusuk hias ini paling sederhana, akan tetapi sangat bernilai juga berguna untuk jahitan sementara. Arahnya dari kanan ke kiri.

Bagian dalam sengkelit berbentuk V dibuat pendek dan tegak lurus, yang keluar panjang dan serong.

Bagian dalam sengkelit berbentuk V serong, bagian yang luar menajdi tegak lurus dan lebih panjang atau lebih pendek.

MATERI POKOK PEMELAJARAN

MATERI POKOK PEMELAJARAN

MATERI POKOK PEMELAJARAN

MATERI POKOK PEMELAJARAN

461Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002