dasar dasar epidemiologi

79
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Ajar Komunitas Jurusan Keperawatan Program Reguler Angkatan XIII Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya Oleh: 1. Guntras Sanjaya PO.62.20.1.10.016 2. Gusmila Kasih PO.62.20.1.10.017 3. Hafsah PO.62.20.1.10.018 4. Hasdian noor PO.62.20.1.10.019 5. Heffi PO.62.20.1.10.057 6. Hendy Trisaputra PO.62.20.1.10.058 7. Indrayadi PO.62.20.1.10.020 8. Irvan Haryanto W. PO.62.20.1.10.059 9. Issa Ina Jarini PO.62.20.1.10.021 10. Leonardo Imanuel .S PO.62.20.1.10.060 11. Maretha Vistaria PO.62.20.1.10.061

Upload: hendy-tri-saputra-sigai

Post on 05-Dec-2014

367 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

dasar

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar Dasar Epidemiologi

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI

Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Ajar KomunitasJurusan Keperawatan Program Reguler Angkatan XIII

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya

Oleh:

1. Guntras Sanjaya PO.62.20.1.10.0162. Gusmila Kasih PO.62.20.1.10.0173. Hafsah PO.62.20.1.10.0184. Hasdian noor PO.62.20.1.10.0195. Heffi PO.62.20.1.10.0576. Hendy Trisaputra PO.62.20.1.10.0587. Indrayadi PO.62.20.1.10.0208. Irvan Haryanto W. PO.62.20.1.10.0599. Issa Ina Jarini PO.62.20.1.10.02110. Leonardo Imanuel .S PO.62.20.1.10.06011. Maretha Vistaria PO.62.20.1.10.061

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM REGULER ANGKATAN XIII

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA

TAHUN 2013

Page 2: Dasar Dasar Epidemiologi

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya

maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “DASAR-

DASAR EPIDEMIOLOGI”.

Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan

untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Komunitas di Poltekkes Kemenkes

Palangka Raya.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki

penyusun.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih

kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya

kepada :

1. Bapak Natalansyah, S.Pd., M.Kes., selaku Koordinator Mata Kuliah

Keperawatan Komunitas dan pembimbing kami yang mengajar di

Keperawatan Reguler XIII di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Palangka Raya.

Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua, kami juga

mengharapkan kritik dan saran bagi penulisan makalah selanjutnya.

Palangka Raya, Januari 2013

Penyusun

Page 3: Dasar Dasar Epidemiologi

DASAR – DASAR EPIDEMIOLOGI

1. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI

Oleh : Guntras Sanjaya

Epidemologi banyak di pakai di lapangan dalam masalah kesehatan

masyarakat. Banyak definisi epidemologi yang kita kenal. Sekalipun bukan di

nyatakan dalam bentuk definisi, gambaran umum tentang masalah kesehatan yang

dikaitkan dengan udara, air, dan tempat tinggal pernah di kemukan pada zaman

yunani kuno oleh Hipocrates.

Kita kenal beberapa pengamat epidemologi tanpa mereka mengemukakan

definisinya, yaitu sebagai berikut.

1. John Snow yang pada tahun 1848-1853 menyelidiki timbulnya kolera di

London yang pada kesimpulannya mengaitkannya dengan timbulnya air

kotor

2. Edwin Chadwick tahun 1842 menyelidiki angka kematian pada berbagai

golong umum penduduk di Liverpool Inggris sehubungan dengan keadaan

sanitasi yang jelek pada saat mulai gencarnya industrialisasi. Diungkapkan

dari pengamatannya bahwa lebih dari separo balita golongan pekerja

meninggal sebelum sempat merayakan hari ulang tahunny kelima.

Sehubungan dengan rintisan Edwin Chadwick, ia kemudian justru di kenal

bukan sebagai seorang epidemiologi melainkan seorang pionir Public Health.

3. Prof. Windslow sebagai seorang tokoh kesehatan masyarakat yang pernah

pertama tama merumuskan definisi Public Health, menekankan dasar ilmu ini

pada lingkungan fisik yang ia sebut kemudian sebagai sanitation untuk

dikembangakan selanjutnya dalam ilmu baru terkait, yaitu preventive

medicine.

Setelah munculnya berbagai pengamatan di atas, beberapa ahli kemudian

mencoba memberikan macam macam definisi epidemiologi. Sekalipun dari berbagai

definisi itu di simpulkan terdapat berbagai aneka ragam rumusan namun dari

berbagai perbedaan tersebut masih didapatkan beberapa persamaan yang sama,

yaitu kaitan penyakit dan penyebarannya.

Page 4: Dasar Dasar Epidemiologi

Eddy Pranowo Soedibyo dalam pidato pengukuhannya sebagai guru Besar

Epidemiogi tahun 1991 tempat menginventarisasi berbagai definisi dari berbagai ahli

epidemiologi antara lain Hirsch (1883), Frost (1927), Greenwood (1934), Lilienfield

(1957), plunked dan Gordon (1960), dan lain lain sampai H. R. Leavell dan E. G. C.

Clark.

Berbagai definisi tersebut, yang paling dikenal adalah Leavel and Clark yang

rumusannya adalah sebagai berikut.

Epidemiologi is the science concerned with factors and conditions which

determine the occurance and distribution of health, disease, defect, disability

and death in populations.

(Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari baerbagai faktor dan

kondisi yang mempengaruhi suatu kejadian dan penyebaran keadaan sehat,

sakit, kerusakan jaringan, kelumpuhan, serta kematian pada masyarakat).

Untuk memudahakan penerapan definisi tersbut pada berbagai aplikasi, perhatikan

uraian berikut.

Epidemiologi adalah (cabang ilmu kesehatan) yang mempelajari tentang hal

hal sebagai berikut.

1. Timbulnya suatu penyakit atau fenomena kesehatan.

2. Penyebab penyebabyang menimbulkan.

3. Faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya penyebab penyebab tersebut.

4. Bagaiman penyebarannya di dalam kelompok kelompok masyarakat.

5. Pokok pokokpemecahan/penanggulangannya

Adapun perumusan definisi yang meliputi lima hal di atas di tunjukan terhadap

beberapa jangkauan sub-bahasan lain terkait sebagai berikut.

1. Timbulnya penyakit/fenomena kesehatan berkaitan dengan mekanisme

kejadian atau patogenesisnya

2. Penyebab penyebab penyakit nantinya dikaitkan dengan faktor agent

dalam keseimbangan Gordon yang menyangkut trias agent-host-

environment.

Page 5: Dasar Dasar Epidemiologi

3. Faktor faktor yang “ mempengaruhi“ berkaitan dengan determinan atau

variable sebagai influence factors.

4. Masalah penyebaran berkaitan dengan pembahasan transmisi penyakit

(transmission of disease).

5. Masalah pemecahan/penanggulangan nantinya berkaitan dengan sub-

bahasan lebih lanjut terhadap berbagai pemberantasan penyakit atau

Communicable Disease Controle (CDC).

Dari berbagai definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa makna epidemiologi

pada hakikatnya adalah sebagai berikut.

A science of accurance of desease

Maupun

The study of the Natural History of Disease

DEFINISI EPIDEMIOLOGI

1. Last (1988) mendefinisikan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari

distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan

atau yang berkaitan dengan status dan kejadian spesifik pada populasi serta

ilmu yang menjelaskan kejadian suatu penyakit di masyarakat.

2. Wade Hampton Frost (1972), seorang guru besar epidemiologi, mengatakan

bahwa epidemiologi adalah pengetahuan tentang fenomena missal (mass

phenomena) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history)

penyakit menular.

3. Greenwood (1934), profesor di School of Hyangiene and Tropical Medicine

London, mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas, yaitu

mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang berkaiatan

dengan kelompok penduduk (herd people).

4. Brian Mac Mahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika serikat, bersama

Thomas F. Pugh menulis buku Epidemiology: Principles and Method’s. Pada

buku tersebut diamenyatakan epidemiologi adalah studi tentang penyebaran

dan penyebab kejadian penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi

semacam itu. Walaupun definisinya cukup sederhana, di sini tampak

epidemiologi ditekankan pada suatu pendekatan metodologi dalam

Page 6: Dasar Dasar Epidemiologi

menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab mengapa terjadi

distribusi tersebut dari suatu penyakit.

5. Omran (1974), merupakan suatu studi mengenai penyebab, pola distribusi

keadaan kesehatan, penyakit, dan perubahan pada penduduk, serta

determinanya dan akibat akibat yang terjadi pada kelompok penduduk atau

masyarakat.

6. Hacmohan dan Pugh (1970) menyatakan epidemiologi adalah ilmu yang

mempelajari penyebaran dan faktor faktor yang menentukan terjadinya

penyakit pada masyarakat.

7. Fox, Hall, Elreback, menyatakan epidemiologi merupakan suatu pengetahuan

tentang faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit dalam suatu

populasi.

8. Mausner/Bahn berpendapat bahwa epidemiologi adalah sutu pengetahuan

tentang penyebaran/distribusi dan faktor penyakit serta kecelakaan dalam

suatu populasi.

9. Edwin D Kill Bourne menyatakan epidemiologi adalah pengetahuan tentang

penyebaran dari pada penyakit di masyarakat dan faktor faktor yang

mempengaruhi penyebaran tersebut.

10.WHO (Regional Committe Nacting ke-42 di bandung) mendefinisikan

epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari

peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan denga

kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapakan ilmu

tersebut untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.

11.Garry D. Friedman (1974) dalam bukunya Primer of Epidemiology menuliskan

bahwa epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit

pada populasi manusia.

DEFINISI EPIDEMIOLOGI

Kata epidemiologi berasal dari bahasa yunani, epi berarti pada/tentang,

demos berarti penduduk, dan logos berarti ilmu. Epidemiologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang penduduk. Selain definisi asal kata, banyak definisi

epidemiologi yang dibuat oleh ahli kesehatan. Definisi yang dibuat tersebut terkait

dengan keadaan dan waktu, dikenal ada 2 definisi yaitu :

Page 7: Dasar Dasar Epidemiologi

1. Definisi lama (sebelum tahun 1960) : Epidemiologi adalah ilmu yang

mempelajari penyebaran dan peruasan suatu penularan penyakit dalam sutu

kelompok penduduk dan masyarakat. Dasrnya adalah sebelum tahun 1960

penyakit menular meruakan penyakit yang paling banyak dialami penduduk

dunia.

2. Definisi baru (setelah tahun 1960) : Beberapa tokoh yang terkenal dalam ilmu

penyakit member define mengenai epidemiologi sebagai berikut :

a. Mag Mahon & pugh (1970) epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari

penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya

penyakit terhadap manusia.

b. Omran (1974) epidemilogi adalah suatu studi memgenai kejadian dan

distribusi kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk.

c. Mausner & Kramer (1985) epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan

determinan penyakit dan kekcelakaan pada populasi manusia.

d. Last (1988) epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan

tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada

populasi tertentu dan aplikasinya untuk menanggulangi masalah keehatan.

Dari beberapa definisi baru tersebut dapat kita asumsikan bahwa penyakit

pada populasi tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak dan penyakit pada

manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor pencegahan yang

dapat diidentifikasi melalui penelitian (pengamatan) secara sistematik pada populasi,

tempat dan waktu.

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi, determinan, frekuansi

penyakit, dan faktor yang mempengaruhi status kesehatan pada populasi

manusia.definisi ini mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya merupakan

ilmu empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran

sistematik tentang penyakitdan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit.

Epidemiologi berhubungan erat dengan ilmu yang di sebut biostatistik.

EPIDEMIOLOGY DEFINED

The word epidemiology derives from epidemic, a term that provides an

immediate clue to its subject matter. Epidemiologi originates from the Greek words

epi (upon) + demos (people) + logy (study of). Although some conceptions of

Page 8: Dasar Dasar Epidemiologi

epidemiology are quite narrow, we suggest a broadenad scope and propose the

following definition :

Epidemiology is concerned with the distribution and determinants of health and

diseases, morbidity, injuries, disability, and mortality in populations. Epidemiologic

studies are applied to the control of health problems in populations. The key aspects

of this definition are determinants, distribution, population, and health phenomena

(e.g., mobidity and mortality).

Terjemahan :

Kata epidemiologi berasal dari epidemi, sebuah istilah yang memberikan petunjuk

langsung ke pokok permasalahannya. Epidemiologi berasal dari kata Yunani epi

(atas) + demo (orang) + logi (studi). Meskipun beberapa konsep epidemiologi cukup

sempit, kami sarankan lingkup broadenad dan mengusulkan definisi berikut:

Epidemiologi berkaitan dengan distribusi dan faktor-faktor penentu kesehatan dan

penyakit, morbiditas, cedera, kecacatan, dan kematian pada populasi. Studi

epidemiologi diterapkan untuk mengendalikan masalah kesehatan pada populasi.

Aspek kunci dari definisi ini adalah penentu, distribusi, populasi, dan fenomena

kesehatan (misalnya, mobidity dan kematian).

EPIDEMIOLOGY DEFINED

Epidemiology is the study of the distribution and determinants of health and

disease in human populations (Harkneee,1995) and is the principal science of

community health practice. It entails a body of knowledge derived from

epidemiological research and specialized epidemiological methods and approaches

to scientific researce. Community health nurses use epidemiological concepts to

improve the health of population groups by identifying risk factors and optimal

approaches that reduce disease risk. Epidemiological methods are important for

accurate community assessment and diagnosis, and in planning and evaluating

effective community interventions. This chapter discusses the uses of epidemiology

and its specialized methodologies.

Page 9: Dasar Dasar Epidemiologi

Terjemahan :

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan faktor-faktor penentu

kesehatan dan penyakit pada populasi manusia (Harkneee, 1995) dan

merupakan ilmu utama praktik kesehatan masyarakat. Ini memerlukan suatu

tubuh pengetahuan yang berasal dari penelitian epidemiologi dan metode

epidemiologi khusus dan pendekatan ilmiah researce. Komunitas perawat

kesehatan menggunakan konsep epidemiologi untuk meningkatkan

kesehatan kelompok penduduk dengan mengidentifikasi faktor risiko dan

pendekatan yang optimal yang mengurangi risiko penyakit. Metode

epidemiologi penting untuk penilaian masyarakat yang akurat dan diagnosis,

dan dalam merencanakan dan mengevaluasi intervensi masyarakat yang

efektif. Bab ini membahas penggunaan epidemiologi dan metodologi khusus

nya.

Sumber :

1. Wahyudin Rajab, Buku ajar Epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan,

Jakarta: EGC, 2009

2. Wahid Iqbal Mubarak, Ilmu Kesehatan masyarakat: Konsep dan Aplikasi

dalam Kebidanan. Jakarta: Salamba Medika, 2012

3. A.L. Slamet Ryadi dan T. Wijayanti, Dasar-dasar epidemiologi. Jakarta:

Salemba Medika, 2011

4. Nies, Mary A. and Melanie Mc ewen. Community Health Nursing: Promoting

the Health of Populations. United States of America: W.B.Saunders

Company, 2001

5. Robert H. Friis and Thomas A. sellers, Epidemiology for Public Health

Practice: volume 1. Canada : Jones and Bartllet learning, 2009

Page 10: Dasar Dasar Epidemiologi

2. TUJUAN EPIDEMIOLOGI

Oleh : Gusmila Kasih

Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam

mempelajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi dan

determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan

masyarakat. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memperoleh informasi

tentang penyebab penyakit, misalnya:

1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat

keracunan makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang

tercemar dan menemukan penyebabnya

2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara

karsinoma paru-paru dengan asbes

3. Menetukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaabn hewan konsisten

dengan data epidemiologis. Misalnya, percobaan tentang terjadinya karsinoma

kandung kemih pada hewan yang diolesi tir. Untuk mengetahui apakah hasil

percobaan hewan konsisten dengan kenyataan pada manusia, dilakukan

analisis terhadap semua penderita karsinoma kandung kemih lebih banyak

terpajan oleh rokok dibandingkan dengan bukan penderita

4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam menyusun perencanaan, penanggulangan masalah kesehatan, serta

menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat; misalnya:

a. Data frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat dimasyarakat

dapat digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan pelayanan

kesehatan disuatu wilayah dan menentukan prioritas masalah

b. Bila dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insidensi tetanus

neonatorum disuatu wilayah cukup tinggi maka data tersebut dapat

digunakan untuk menyusun strategi yang efektif dan efisien dalam

menggulangi masalah tersebut, misalnya dengan mengirirm petugas

lapangan untuk memberikan penyuluhan pada ibu-ibu serta mengadakan

imunisasi pada ibu hamil.

Page 11: Dasar Dasar Epidemiologi

Tujuan Epidemiologi :

a. Menentukan agens primer atauu memastikan factor penyebab.

b. Memahami penyebab penyakit, cacat, atau kondisi.

c. Menentukan karakteristik agens atau factor penyebab

d. Menentukan cara penularan.

e. Menentukan dan menetapkan factor kontribusi.

f. Mengidentifikasi dan menjelaskan pola penyakit secara geografis

g. Menentukan,mendeskripsikan, dan melaporkan perjalanan alami penyakit,

ketidakmampuan cedera, dan kematian.

h. Menentukan metode pengendalian.

i. Menentukan langkah-langkah pencegahan

j. Membantu dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan kesehatan.

k. Menyediakan data-data administrasi dan perencanaan.

Sumber : Timmreck, Thomas C. 2004. EPIDEMIOLOGI : suatu pengantar. Ed 2.

Jakarta : EGC.

Page 12: Dasar Dasar Epidemiologi

3. RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI

Oleh : Hafsah

Kegiatan epidemiologi meliputi bebagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang

berhubungan dengan bidang kesehatan maupun di luar bidang kesehatan. Berbagai

bentuk dan jenis kegiatan dalam epidemiologi saling berhubungan satu dengan yang

lainnya sehingga tidak jarang dijumpai bentuk kegiatan yang tumpah tindih. Ruang

lingkup epidemiologi adalah sebagai berikut :

1. Subjek dan objeknya adalah masalah kesehatan. Awalnya subjek dan objek

masalah kesehatan hanya penyakit infeksi dan menular. Sesuai

perkembangan zaman, penyakit degeneratif mulai marak dipelajari dan

sekarang banyak digunakan pada masalah –masalah kesehatan yang bukan

penyakit, sehingga dikenal dengan epidemiologi penyakit menular dan

epidemiologi penyakit tidak menular.

a. Epidemiologi penyakit menular

Sebagai bentuk dan upaya manusia untuk mengatasi gangguan penyakit

menular yang saat ini hasilnya sudah tampak.

b. Epidemiologi penyakit tidak menular

Upaya untuk mencegah penyakit yang tak menular seperti : kanker,

penyakit sistemik, penyakit akibat kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan

obat, termasuk penyakit akibat gangguan industri.

2. Masalah kesehatan yang dimaksud adalah masalah kesehatan yang

ditemukan pada sekelompok populasi/manusia, sehingga terbagi menjadi

epidemiologi komunitas (kependudukan, lingkungan, gizi masyarakat, dan

lain-lain), dan epidemiologi klinis (pengelolaan layanan kesehatan, kesehatan

jiwa, dan lain-lain).

a. Epidemiologi klinis

Bentuk yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi yang bertujuan

untuk membekali para klinisi atau dokter/paramedis tentang cara

pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.

b. Epidemiologi kependudukan

Cabang epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi

dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan

Page 13: Dasar Dasar Epidemiologi

bidang demografi serta faktor-faktor yang memengaruhi berbagai

perubahan demografi yang terjadi di dalam masyarakat. Memberikan

analisi tentang sifat karakteristik penduduk secara demografi dalam

hubungannnya dengan masalah kesehatan dalam masyarakat. Juga

berperan dalam berbagai aspek kependudukan dan keluarga berencana,

serta digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan dan

menyusun perencanaan yang baik.

c. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan

Salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah,

mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah, serta penyusunan

rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.

Bentuk pendekatan ini dapat digunakan oleh para perencana pelayanan

kesehatan, baik dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan

yang bersifat umum maupun dengan sasaran yang khusus.

d. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja

Ocupational and environmental epidemiology merupakan salah satu

bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan

kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan

kerja, baik yang bersifat fisik, kimia, biologis, maupun sosial budaya serta

kebiasaan hidup para pekerja. Kegunaannya adalah analisis tingkat

kesehatan para pekerja juga untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja

serta penyakit akibat kerja (PAK).

e. Epidemiologi kesehatan jiwa

Salah satu pendekatan dan analisi masalah gangguan jiwa dalam

masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk

tertentu, maupun analisis berbagai faktor yang memengaruhi timbulnya

gangguan jiwa dalam masyarakat.

f. Epidemiologi gizi

Banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat, di mana

masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut

pola hidup masyarakat. Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis

faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyrakat,

baik yang bersifat biologis maupun yang berkaitan dengan masalah sosial.

Page 14: Dasar Dasar Epidemiologi

3. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan

dimanfaatkan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah tersebut.

Sumber :

o C. Nurul, Iqbal Wahit M. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta. Salemba

Medika.

o Wahyudi Rajab, M.epid. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta:EGC

Page 15: Dasar Dasar Epidemiologi

4. PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM KESEHATAN

Oleh : Hasdian noor

Epidemiologi diharapkan dapat berperan dalam pembangunan kesehatan

masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan melalui kemampuan

epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan factor penyebab masalah kesehatan

dengan mengarahkan intervensi yang diperlukan. Berikut ini adalah peranan

epidemiolgi.

1. Dalam bidang kesehatan masyarakat,epidemiologi mempunyai tiga fungsi.

a. Menerapkan besarnya dan gangguan kesehatan ( termasuk penyakit )

serta penyebarannya pada suatu penduduk tertentu.

b. Menyiapkan data atau informasi yang esensial untuk keperluan

perencanaan,pelaksanaan program,serta evaluasi berbagai pelayanan

( kesehatan ) pada masyarakat,baik yang bersifat pencegahan,

penanggulangan penyakit,maupun bentuk lain menentuka skala prioritas

terhadap kegiatan.

c. Mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau

factor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.

2. Empat peranan utama epidemiologi menurut WHO (1977) adalah sebagai

berikut.

a. Mencari kuasa,yaitu fakto-faktor yang memangaruhi derajat kesehatan

dan yang menyebabkan terjadinya penyakit.

b. Riwayat alamiah penyakit,yaitu berlangsungnya penyakit,bisa sangat

mendadak (emergency),akut,sub-akut,dan kronis.

c. Deskripsi status kesehatan masyarakat,yaitu menggambarkan proposi

menurut status kesehatan,perubahan menurut waktu,usia,dan

sebagainya.

d. Evaluasi hasil intervensi,yaitu menilai bagaimana keberhasilan berbagai

intervensi seperti promosi kesehatan,upaya pencegahan,dan pelayanan

kesehatan.

3. 7 (tujuh) peran utam epidemiologi menurut Vanalis B. (1999) dalam bukunya

epidemiology in heal care.

a. Menginvestigasi penyebab dari suatu penyakit.

Page 16: Dasar Dasar Epidemiologi

b. Mengidentifikasi factor resiko penyakit.

c. Identifikasi sindrom (kumpulan gejala penyakit) dan klasifikasi penyakit.

d. Melakukan diagnosis binding (differential diagnosys) dan perencanaan

pengobatan.

e. Kepentingan surveilen status kesehatan penduduk

f. Sebagai diagnosis komunitas dan perencanaan pelayanan kesehatan.

g. Evaluasi pelayanan kesehatan dan intervensi kesehatan masyarakat.

4. Dari kemampuan epidemiologi

Mengetahui distribusi,fakto-faktor penyebab masalah kesehatan,dan

mengarahkan intervensi yang diperlukan. Epidemiologi diharapkan

mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat di antaranya

adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan utama yang sedang dihadapi oleh

masyarakat.

b. Mengidentifikasi fakto-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit

atau masalah kesehatan utama masyarakat.

c. Menyediakan data untuk keperluan perencanaan kesehatan dan

pengambilan keputusan (decision making).

d. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang

sedang atau telah dilakukan.

e. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu

penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.

f. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi maslah

yang perlu dipecahkan.

5. Epidemiologi dengan disiplin ilmu lainnya

Dunia ilmu pengetahuan secara garis besar terdiri atas ilmu social

(sosiologi), ilmu kesehatan (public health), dan ilmu kedokteran (medicine).

Masing-masing ilmu berkembang dari waktu ke waktu, sehingga lama

kelamaan batas masing-masing ilmu semakin tidak jelas dan sebaliknya

hubungan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya semakin erat. Epidemiologi

pada dasarnya bernaungnya dibawah dunia kesehatan sebagai salah satu

cabang ilmu kesehatan masyarakat.

Dalam epidemiologi dipelajari distribusi penyakit faktor-faktor yang

mempengarauhinya. Dalam hal ini,epidemiologi tidak dapat berdiri sendiri

Page 17: Dasar Dasar Epidemiologi

karena timbulnya penyakit berhubungan dengan faktor-faktor yang ada

dalam penjamu (host), agent,dan lingkungan (environment). Sehingga dari

uraian ini dapat dipahami bahwa epidemiologi tidak dapat melepaskan diri

dengan bidang ilmu lainnya. Dalam bidang kedokteran,epidemiologi

berhubungan erat dengan mikrobiologi,parasitology,patologi,virology,dan

ilmu laboratorium preklinik lainnya. Tidak terkecuali hubungan dengan ilmu-

ilmu penyakit/klinik seperti ilmu penyakit dalam,ilmu bedah,dan sebagainya.

Epidemiologi sebagai suatu metode ilmiah berperan dalam penelitian,

sehingga tidak dapat melepaskan diri dalam kaitannya dengan statistic dan

matematika. Guna menganalisis masalah-masalah yang berkaitan dengan

penerapan strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit,epidemiologi

memerlukan masukan dari ilmu-ilmu social,misalnya antropologi dan ilmu

ekonomi. Dengan demikian,tampak bahwa sebagai ilmu yang berkembang

epidemiologi sangat terbuka untuk menerima masukan dari disiplin ilmu

lainnya. Bahkan dalam aplikasinya epidemiologi merasa lebih sempurna bila

bersama ilmu lainnya. Sebagai contoh penerapan epideniologi di klinik

dikenal adanya epidemiologi klinik. Dengan epidemiologi klinik,tampak

epidemiologi turut berkembang kemampuan metodologinya dengan

mendapat masukan dari berbagai ilmu klinik dalam dunia kedokteran.

Sebagai gambarannyan dapat dilihat pada table.7.11.

Table 7.11. Perbandingan Hubungan Epidemiologi dengan Klinik

Epidemiologi Klinik

Taret: Populasi Target: Individu

1. Pengkajian (assessment)

2. Pencegahan (preventif)

3. Perencanaan (planning)

4. Penilaian (evaluation)

1. Diagnosis

2. Pengobatan

3. Perawatan

4. Pelayanan

Sumber: Vanalis, Beaglehole, Epidemiology in health care WHO, 1993

Sumber :

Ryadi, A.L. Slamet. 2011. Dasar-dasar Epidemiologi. Jakarta : Salemba Medika

Page 18: Dasar Dasar Epidemiologi

5. STRATEGI MENGENAL ANALISA MASALAH BERDASARKAN KONSEP

EPIDEMIOLOGI

Oleh : Indrayadi

Strategi mengenal analisa masalah kesehatan berdasarkan prinsip atau

konsep epidemiologi sebagai berikut mempelajari masalah kesehatan pada

sekelompok manusia atau masyarakat , banyaknya masalah kesehatan yang

ditemukan pada sekelompok manusia yang dinyatakan dengan angka frekuensi

mutlak (absolut) atau relative ,banyaknya masalah kesehatan diperinci menurut

keadaan tertentu ,diantaranya keadaan waktu, tempat, orang yang mengalami

masalah kesehatan ,melakukan rangkaian kegiatan tertentu (riset) yang dilakukan

untuk mengkaji masalah kesehatan sehingga diperoleh kejelasan dari masalah

tersebut.

Sumber :

o C. Nurul, Iqbal Wahit M. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta. Salemba

Medika.

Page 19: Dasar Dasar Epidemiologi

6. HUBUNGAN SEBAB AKIBAT POLA PENYAKIT, DENGAN WAKTU, TEMPAT

DAN LINGKUNGAN.

Oleh : Issa Ina Jarini

Tanpa pemahaman tentang berbagai konsep penyakit, kita tidak mempunyai

dasar pemikiran yang kuat untuk mendeteksi serta mengenal setiap perbedaan yang

ditentukan pada pelayanan kesehatan pada masa kini. Kesenjangan antara konsep

penyakit yang dianut oleh petugas kesehatan dan yang dianut oleh masyarakat

sering menyebabkan gagalnya upaya meningkatkan kesehatan di masyarakat.

Pada petugas kesehatan, sering memiliki harapan yang lebih pada

masyarakat untuk memahami konsep penyakit tanpa sedikitpun memahami konsep

yag ada dalam msyarakat sekitarnya. Sikap yang apriori dan perbedaan pandang

yang tajam tentang pengobatan alternatif sangat banyak dijumpai saat ini. Hal ini

membuktikan ketidak pahaman tentang konsep penyakit di masyarakat.

Konsep tentang penyakit dipengaruhi oleh budaya, tingkat perkembangan

ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pada masyarakat primitif yang masih awam dari

pengaruh ilmu pengetahuan, konsep penyakt tidak dapat dijelaskan secara rasional.

Berbeda dengan masyarakat sekarang ini yang sangat dipengaruhi oleh era

komunikasi global yang lebihbanyakmengenal konsep penyakit secara umum tetapi

tidak mendetail.

Perkembangan konsep timbulnya penyakit lebih banyak dipengaruhi oleh

kekuatan nalar manusia pada zaman ia hidup. Kekuatan manusia adalah pada

kemampuan nalarnya yang tinggi dalam emecahkan berbagai misteri dalam alam

semesta untuk kemudian mengendalikanya. Tanpa nalar manusia terbukti akan

memposisikan dirinya sebagai manusia yang lemah, tidak berdaya dan akhirnya

kalah. Dalam membahas timbulnya penyakit, tidak terlepas dengan adanya kosep

sehat-sakit karena kedua konsep ini berkaitan erat dengan epidemiologi dalam hal

pencegahan dan pemberantasan penyakit. Sebelum membahas megenai konsep

penyebab penyakit, kita mengenal lebih dahulu apa yang disebut dengan penyakit,

bagaimana seseorang dapat sakit, dan dampak yang dapat timbul dengan adanya

penyakit tersebut.

Page 20: Dasar Dasar Epidemiologi

Penyakit/sakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk

bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan

pada fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh.

Penyakit/sakit adalah suatu keadaan terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi

tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak normal. Dari definisi ini dapat

disimpulkan bahwa penyakit/sakit berbeda dengan rasa sakit.

Penyakit

Positif Negatif

Rasa Sakit Positif Kasus klasik Psikosomatis

Negatif kasus kesehatan

masyarakat

Sehat

Gambar: Perbedaan sakit & penyakit dalam masalah kesehatan masyarakat.

Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif dan rasa sakit bersifat

subjektif.

Kasus klasik adalah apabila rasa sakit atau masalah dirasakan ada dan memang

ada penyakitnya. Psikosomatik adalah apabila rasa sakitnya ada namun dari

pemeriksaan dan analisis tidak ditemukan penyakit. Masalah kesehatan masyarakat

adalah rasa sakit dan masalahnya tidak dirasakan/diketahui masyarakat pada saat

itu, namun menurut pandangan kesehatan masalahnya/penyakitnya ada. Sehat,

menurut gambar diatas adalah rasa sakit ataupenyakit tidak ada.

Kajian utama epidemiologi adalah hubungan kasus klasik dengan masalah

kesehatan masyarakat, karena epidemiolog tidak mempelajari tentang rasa sakit

tetapi mempelajari tentang penyakit. Jadi penyebab penyakit adalah kejadian,

kondisi, sifat ataupun kombinasi dari faktor-faktor tersebut di atas yang berperan

penting dalam kejadian penyakit.

Pemahaman tentang konsep penyebab timbulnya penyakit perlu dimiliki untuk

dapat menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya dan penyebarannya. Banyak

model konsep penyebab penyakit yang dikembangkan oleh para ahli, dari zaman

generasi pertama Hippocrates dengan konsep “Airs,Waters and Places”. Galen

dengan konsep “Experimental Medicine”, dan Hieronymous Fracastorius (1478-

1553) dan Igmatz Semmelweis (1818-1865) dengan konsep “Contagion Germ”.

Page 21: Dasar Dasar Epidemiologi

Faktor X Penyakit Y

Menjelang akhir abad ke-19, para pakar mengklasifikasi penyebab timbulnya

penyakit menjadi dua yaitu singel causation (penyebab tunggal)

Gambar : timbulnya penyakit singel causation (penyakit tunggal) menurut model determinasi

murni. Model ini memperlihatkan bahwa faktor X akan menyebabkan penyakit Y.

dan multiple causation ( penyebab majemuk ). Pemikiran para ahli pada waktu itu

menuntut bahwa tiap penyakit harus dapat ditemukan penyebabnya (kuman) yang

spesifik untuk penyakit yang diderita seseorang. Para ahli yang perintis teori kuman

(bakteriologi) seperti Robert Koch atau Louis Pasteur mulai mengidentifikasi jenis

kuman untuk tiap jenis penyakit menular. Konsep penyebab tunggal ini sempat

berlangsung lama sampai seseorang mulai menyadari bahwa berkembangnya

penyakit tidak dapat dijelaskan hanya dengan mengenali jenis penyebabnya saja

yang spesifik.

MODEL PENYEBAB PENYAKIT

Tokoh yang paling berperan dalam model ini adalah Robert Koch yang

berhasil menemukan basil Tuberculosis sebagai penyebab penyakit tuberkulosa

sehingga terkenal dengan Postulat Henle Koch. Postulat ini menyatakan bahwa

suatu agent (bibit penyakit) dapat menyebabkan penyakit apabila memenuhi 4

syarat :

1. Kuman harus ada pada setiap kasus dan dibuktikan melalui kultur (faktor

yang diperlukan)

2. Kuman tersebut tidak ditemukan pada kasus-kasus yang disebabkan oleh

penyakit lain (suffccient factor).

3. Kuman harus dapat menimbulkan penyakit yang sama pada binatang

percobaan, atau dari binatang percobaan dapat ditemukan kuman yan

dimaksud (spesifitas efek).

Page 22: Dasar Dasar Epidemiologi

Environment(lingkungan) (lingkungan)

Agent(Penyebab Lingkungan)

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Faktor

Penyakit

Host (penjamu)

Gambar: segitiga epidemiologi

4. Adanya faktor yang berkontribusi dan berperan dalam timbulnya penyakit,

misalnya kondisi umum, daya tahan, dan lain-lain (faktor kontributor).

Melihat perkembangan penyakit pada masanya, ternyata konsep penyebab

tunggal mulai ditinggalkan. Alasannya, orang mulai menyadari bahwa

berkembangnya peyakit tidak dapat dijelaskan hanya dengan mengenali jenis

kumannya saja, namun diperlukan faktor lain yang turut memengaruhi sehingga

dikenal konsep/model penyebab majemuk. Berikut ini ditampilakan beberapa model

multiple causation (penyebab majemuk) yang merupakan model yang sering

digunakan dalam melihat terjadinya penyebab penyakit.

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan pada satu

komponen akan mengubah keseimbangan ketiga komponen. Dari hasil interaksi

antara tiga faktor host, agent, dan environmet itu penyakit berpeluang untuk terjadi

dan kemudian berkembang dan menyebar. Model ini cocok untuk menerangkan

penyakit infeksi.

Model jaringan sebab-akibat (web of causation) menjelaskan baha penyebab

penyakit terdiri dari berbagai faktor yang majemuk, faktor atau komponen tersebut

saling terkait dan membentuk jaringa sebab-akibat yang cukup rumit.

Gambar: sebab akibat pada penyebab penyakit majemuk.

Page 23: Dasar Dasar Epidemiologi

Keterangan :

1. Lingkungan sosial2. Lingkungan Bologis3. Lingkungan fisik4. Host (manusia)5. bvyfInti Genetik.

Gambar : Penyebab penyakit menurut model roda.

Dari gambar diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu penyakit tidak

tergantug pada suatu sebab yang berdiri sendiri melainkan akibat dari proses sebab-

akibat. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah dengan memotong rantai

tersebut. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oeleh perilaku

dan gaya hidup individu.

Model roda menggambarkan hubugan manusia dan lingkungannya sebagai

roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian

intinya dan faktor lingkungan biologi, sosial, fisik yang mengelilingi host (manusia).

Ukuran komponen roda bersifat relatif, bergantung pada problem spesifik dari

penyait.

Dalam model roda diperlukan pengkajian dari berbagai faktor yang berperan

dalam timbulnya penyakit dengan tidak menekankan pada pentingnya agent sebagai

penyebab penyakit. Model ini mementingkan adanya hubungan antara manusia dan

lingkungan hidupnya. Besarnya pera dari masing-masing lingkungan sangat

bergantung pada penyakit. Misalnya, faktor lingkungan sosial sangat berperan

dalam menyebabkan stes mental / kejiwaan manusia; faktor lingkungan biologis

berperan menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh agent; dan faktor genetik

berperan besar menimbulkan penyakit keturunan.

Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi yang diteukan oleh

Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit

pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment.

Gorden berpendapat bahwa:

4

1

2

3

5

Page 24: Dasar Dasar Epidemiologi

HOST

ENVIRONMENT

AGENT

AE

HH

E

A

H

A

E

1) Penyakit timbul karena ketidak seimbangan antara agent (penyebab) dan

manusia (host)

2) Keadaan keseimbanagn bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent

dan host (baik individu/kelompok)

3) Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi

tersebut akan berhubungan langsug pada keadaan alami dari lingkungan

(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis)

Penjamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusi yang dapat

memengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host erat hubungannya dengan

manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai makhluk sosial sehingga

manusia dalam hidupnya mempunyai dua keadaan dalam timbulnya penyakit yaitu

manusia kemungkinan terpajan da kemungkinan rentan/resisten.

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses kejadian penyakit pada

penjamu adalah:

Gambar : skema tahap prapatogenesis yang menggambarkan hubungan seimbang, pada tahap ini host dalam keadaan sehat.

( 1. ) ( 2. ) ( 3 )

Gambar : Skema tahap potogenesia

1. Faktor keturunan. Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat ditularkan

dari kedua orang tuanya (mis, penyakit asma, diabetes melitus).

2. Mekanisme kekebalan tubuh/imunitas. Daya tahan tubuh seseorang tidak

sama, namun faktor imunitas sangat berperan penting dalam proses kejadian

penyakit pada seseorang dan sebaliknya apabila host mempunyai imunitas

akan terhindar dari penyakit. Imunitas terbagi atas.

Page 25: Dasar Dasar Epidemiologi

a. Imunitas alamniah (tanpa intervensi)

Aktif alamiah yang bertahan lama dan membentuk antibodi (misal, air

susu ibu untuk bayinya)

Pasif alamiah pada bayi yang hilang setelah 4 bulan, tidak bertahan

lama (misal, pemberian toksid kepada ibu akan berdampak pada bayi

yang lahir)

b. Imunitas didapat (dengan intervensi)

Aktif didapat yang dibuat pejamu setelah imunisasi.

Pasif didapat yang bertahan 4-5 minggu ( ATS dan ABU ).

c. Herd immunity ( kekebalan kelompok ) yang berpengaruh dalam

timbulnya penyakit pada suatu kelompok di suatu populasi. Orang

yang tekena varisela aka mempunyai kekebalan terhadap varisela.

3. Usia. Terdapat penyakit pada usia tertentu (misal, penyakit difteri atau

campak akan menyerang anak-anak balita).

4. Jenis kelamin. Terdapat penyakit yang menyerang jenis kelamin tertentu

( misal, kenker prostat yang dialami oleh pria dan kanker serviks yang dialami

wanita)

5. Ras (perbedaan cara, nilai sosial, dan faktor genetika)

6. Sosial-ekonomi (cara hidup, tingkat pendidikan, dan ekonomi)

7. Status perkawinan (mortalitas berkaitan denga status perkawinan)

8. Penyakit terdahulu. Penyakit kronis lebih rentan terhadap suatu infeksi.

9. Gaya hidup berhubungan dengan sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, ras,

atau golongan etnis.

10.Hereditas (berkaitan dengan ras)

11.Nutrisi (sistem pertahanan tubuh secara umum)

Bibit penyakit (agent) adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya

atau ketidakberdayaannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan

penyakit atau mempengauhi perjalanan suatu penyakit. Macamnya berupa golongan

biotis (unsur hidup) dan golongan a-biotis (unsur mati). Golongan biotis terdiri dari :

a. Mikroorganisme (virus, bakteri, dan riketsia)

b. Non-mikroorganisme (prtozoa, metazoa/cacing)

c. Tumbuhan (fungsi atau jamur)

Page 26: Dasar Dasar Epidemiologi

Penyakit yang ditimbulkan oleh kelompok biotis ini disebut dengan penyakit

infeksi yang sifatnya menular dan tidak menular. Golongan a-biotis terdiri dari :

a. Golongan kimiawi (pestisida, bahan pengawet makanan, obat-obatan, limbah

industri)

b. Golongan fisik (panas, sinar, radiasi, suara, getaran, objek yang bergerak

cepat)

c. Golongan mekanik (kecelakaan lalu-lintas, pukulan)

d. Golongan nutrien (karbohidrat, protein, lemak) yang apabila manusia

mengalami kekurangan atau kelebihan akan mengakibatkan penyakit.

Sifat bibit penyakit yang dapat menularkan penyakit infeksi(menular dan tidak

menular) dikenali ada empat macam, yaitu :

1. Patogenesis adalah kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi

pada penjamu sehingga menimbulkan penyakit pada penjamu. Jika

kemampuan ini tidak dimiliki disebut dengan a-patogen.

2. Virulensi adalah suatu tingkat / derajat keganasan suatu kuman. Jika

kerusakan yang ditimbulkannya hebat/ganas maka golongan bibit penyakit

tersebut disebut virulen.

3. Antigenesitas adalah kemampuan suatu bibit penyakit untuk merangsang

timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (antigen/antibodi) pada diri penjamu.

Misalnya, pada saat kontak dengan penderita hepatitis.

4. Infektivitas adalah kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi/menyebar

dan penyesuaian diri pada pejamu, hidup, dan berkembang biak dalam tubuh

penjamu (misal, penderita HIV)

Masuknya agent (bibit penyakit) yang dapat menimbulkan penyakit pada host

(manusia) melalui beberapa macam jalur penularan sebagai berikut.

a. Inhalasi yaitu masuknya agent dengan perantara udara (air borne

transmission). Misalnya, terhirup zat-zat kimia berupa gas, uap, debu,

mineral, partikel (golongan a-biotik), atau kontak dengan penderita TB

(golongan biotik).

Page 27: Dasar Dasar Epidemiologi

b. Ditelan yaitu masuknya agent melalui salular pencernaan dengan cara

memakan atau tertelan. Misalnya, minuman keras, obat-obatan, keracunan

logam berat.

c. Melalui kulit yaitu masuknya agent melalui kontak langsung dengan kulit.

Misalnya, keracunan oleh bahan kosmetika, tumbuh-tumbuhan, dan binatang.

Environment (lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada di sekitar

manusia yang memengaruhi kehidupan da perkembangan manusia. Lingkungan

terbagi dalam tiga macam yaitu:

1. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang berbeda di sekitar manusia yang

meliputi kondisi udara,musim, cuaca, kondisi geografi, dan geologinya yang

dapat memengaruhi kerentanan host. Ketinggian tertentu akan memengaruhi

jantung, kelembapan aka memengaruhi selaput lendir. Keadaan geografi

akan menentukan jenis vektor atau reservoar dari suatu penyakit, sedangkan

keadaan geologi akan memengaruhi ketersediaan air.

2. Lingkungan biologi, masih merupakn ligkungan yang berada di sekitar

manusia namun jenisnya berasal dari golongan biotis (hewan, tumbuhan, dan

mikroorganisme) tempat hidup yang paling sesuai dengan bibit penyakit

disebut dengan reservoar atau tempat agent tersebut dapat hidup di dalam

tubuh manusia dan binatang.

3. Lingkungan non-fisik adalah lingkungan sebagai akibat dari aksi manusia

yang meliputi sosial-budaya, norma, dan adat-istiadat. Sebagai contoh,

lingkungan sosial-ekonoi yang memengaruhi status kesehatn fisik dan mental

baik individu maupun kelompok, meliputi kepadatan, kehidupan sosial,

fasilitas olehraga, rekreasi, stratifikasi sosial, tingkat kejahatan, sistem

asuransi, bencana alam, perang, dan lain-lain.

Seseorang dapat menjadi sakit atau timbul penyakit apabila ia dengan

sengaja atau tidak sengaja mengadakan / terpajan pada penyebab penyakit. Proses

ini melalaui tahapan. Dalam proses ini terlibat enam komponen yang dapat

menimbulkan penyakit infeksi (menular dan tidak menular) :

1. Penyebab penyakit. Bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit disebut

patogen.

Page 28: Dasar Dasar Epidemiologi

2. Reservoar dari agent penyebab adalah habitat normal tmpat agent penyakit

menular hdup, tubuh, dan berkembang biak ( habitat ini dapat berupa

manusia, hewan, atau lingkungan).

3. Cara keluarnya penyebab penyakit dari penjamu (melalui saluran napas,

sluran kemih, perencanaan, kulit, dan transplasental)

4. Cara penularan agent ke pejamu baru melalui metode kontak langsung dan

droplet (tetes ludah) dan metode tidak langsung yaitu melalui perantara

(misal, nyamuk)

5. Tempat masuk ke dalam pejamu umumnya sama antara tempat masuk dan

keluarnya.

6. Kerentaan / kepekaan pejamu. Faktor imunitas, faktor ketahanan tubuh,

malnutrisi, dan sistem imunologi.

Epidemiologi Deskriptif Penyakit Bedasarkan Waktu, Tempat dan Orang.

Gambaran wabah berdasarkan waktu

Perjalanan wabah berdasarkan waktu digambarkan dengan grafik histogram

yang berbentuk kurva epidemi, gambaran ini membantu :

1. Memberi informasi sampai di mana proses wabah itu dan bagaimana

kemungkinan kelanjutannya.

2. Memperkirakan kapan pemasaran terjadi dan memusatkan penyelidikan pada

periode tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.

3. Menarik kesimpulan tentang pola kejadian,dengan demikian mengetahui

apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang atau campur

keduanya.

Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan denga :

1. Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, da rata-rata.

2. Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur

satu masa inkubasi rata-rata.

3. Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi

terpendek.

Page 29: Dasar Dasar Epidemiologi

Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit

sampai timbulnya gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat bila

penyakit belum diketahui sehingga mempersempit diagnosa diferensial dan

memperkirakan periode pemaparan. Cara menghitug median masa inkubasi :

1. Susunan teratur (array) berdasarkan waktu kejadiannya.

2. Buat frekuensi kumulatifnya.

3. Tentukan posisi kasus paling tengah (median)

4. Tentukan kelas median.

5. Median masa inkubasi ditentukan dengan menghitung jarak antara waktu

pemaparan dan kasus median.

Gambaran wabah berdasarkan tempat

Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk

Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/simbol tempat tertentu yang

menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis

kejadian namun mengakibatkan populasi ( tidak menggambarkan resiko )

Gambaran wabah berdasarkan ciri orang

Variabel orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada

hubungannya dengan keterpajanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit. Disini

akan diamati karakteristik yang ada pada individu yang merupakan subjek

pengamatan peneliti, sehingga kita akan mengetahui kesimpulan dari yang kita

amati tersebut. Misalnya karakteristik inang ( jamur, jenis kelamin, ras/suku, status

kesehatan ) atau berdasarkan pemaparan (pekerjaan, rekreasi, penggunaan obat-

obatan).

Sumber :

C. Nurul, Iqbal Wahit M. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta.

Salemba Medika.

Wahyudi Rajab, M.epid. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta:EGC

Page 30: Dasar Dasar Epidemiologi

7. KLASIFIKASI PENYAKIT

Oleh : Heffi

Menurut klasifikasi penyakit, maka kita dapat membedakan dalam

epidemiologi penyakit infeksi dan epidemiologi penyakit non-infeksi. Selanjutnya

masing-masing klasifikasi ini dapat dibagi kembali menurut berbagai sub-kriteria.

Dengan bergesernya pola penyakit infeksi kini ke arah non-infeksi, maka

strategi dan kebijaksanaan program penanggulangan penyakit dalam kondisi hari ini

maupun yang akan datang harus pula diubah disesuaikan dengan trend pola

penyebaran penyakit.

Epidemiologi penyakit infeksi dapat dibedakan kembali dalam epidemiologi

penyakit infeksi menular dan epidemiologi penyakit infeksi non-menular. Dengan

makin meningkatnya tingkat pencemaran di negara kita atau makin panjangnya usia

umur harapan hidup serta ketegangan dalam kehidupan sosial, maka morbiditas

maupun mortalitas penyakit non-infeksi makin meningkat pula.

Page 31: Dasar Dasar Epidemiologi

Untuk memudahkan gambaran klasifikasi maka perhatikan visualisasi dalam

bagian 3 berikut ini

Klasifikasi penyakit

Dengan makin majunya masyarakat secara sosial dan ekonomi, maka gaya

hidup masyarakat berubah makin tidak menguntungkan untuk meredam beberapa

jenis penyakit yang seyogianya dapat dengan mudah kita tiadakan dengan

kesadaran dan langkah-langkah kita. Sebagai contoh adalah penyakit-penyakit yang

tergolong dalam kelompok penyakit non-infeksi.

Menurutnya kualitas udara karena pencemaran di kemudian hari akan makin

bertambah. Bertambah justru karena makin melajunya pembangunan, baik lewat

KLASIFIKASIPENYAKIT

P. INFEKSI ( I )

P.I MENULAR P.I. NON-MENULAR

P.NON-INFEKSI (NI)

Contoh :

- Dipteri

- TBC

- Typhus

abdominalis

-Hepatitis

Contoh :

- Tetanus

- Streptococcen

- Stafilococcen

- Nutritional disease

- Nutritional related

- P. Metabolisme

- P. Geriatri

- P. Alkoholisme

- P. Kecanduan Narkotik

- P. Karsinogenik

- Trauma Accidental

Page 32: Dasar Dasar Epidemiologi

industriaisasi maupun trasportasi karena meningkatnya mobilitas masyarakat

modern.

Sumber :

Ryadi, A.L. Slamet. 2011. Dasar-dasar Epidemiologi. Jakarta : Salemba Medika

Page 33: Dasar Dasar Epidemiologi

8. TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT

Oleh : Hendy Trisaputra

Salah satu teori Public Health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya

penyakit dikenal dengan istilah 5 level of prevention against deseases.

Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive medicine fot the Doctor in his

Community mengemukakan adanya tiga tingkatan dalam proses pencegahan

terhadap timbulnya sauatu penyakit. Kedua tingkatan utama tersebut meliputi hal-hal

sebagai berikut.

1. Fase sebelum sakit

Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut

pencegahan primer (primary prevention)

2. Fase selama proses sakit

Fase pathogenesis, terbagi dalam dua tingkatann pencegahan yang

disebut pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan

tersier (tertiary prevention).

Tabel 3.1

Lima tingkatan secara public health dalam pencegahan terhadap penyakit.

Fase Pre-Pathogenesis Fase Pathogenesis

Pencegahan Primer

Pencegahan

sekunder Pencegahan Tersier

Promosi

Kesehatan

(Health

promotion)

Perlindungan

umum & spesifik

(General and

specific protection)

Diagnosis awal dan

perawatan tepat waktu

(Early diagnosis and

prompt treatment)

Pembatasan

ketidakmampuan

Rehabilitasi

Pada masing-masing tingkat pencegahan dikemukakan beberapa dikemukakan

beberapa sifat kegiatan atau usaha-usaha pokok yang dapat dilakukan, yaitu pada

tingkat pencegahan primer dan sekunder.

Page 34: Dasar Dasar Epidemiologi

Pencegahan Primer (Primary Prevention)

1. Dapat dilakukan promosi kesehatan di mana kegiatan-kegiatan sebagaimana

di bawah ini dapat dipersiapkan sebagai berikut.

a. Penyuluhan kesehatan yang intensif.

b. Perbaikan gizi dan penusunan pola menu gizi yang adekuat.

c. Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya,

anak-anak, dan remaja pada umumnya.

d. Perbaikan perumahan sehat.

e. Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan

pengembangan kesehatan mental maupun social.

f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.

g. Pengendalian terhadap factor lingkungan yang dapat memengaruhi

timbulnya suatu penyakit.

2. Perlindungan umum dan spesifik meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. Memberikan pengobtan kepada golongan yang rentan (vulnerable risk

groups).

b. Peningkatan hygiene perorangan dan perlindungan terhadap lingkungan

yang tidak menguntungkan.

c. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan (pengembangan aspek

keamanan).

d. Perlindungan kerja (dalam rangka pengembangan occupational health)

e. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-

bahan racun mupun allergen.

f. Pengendalian sumber-sumber perncemaran.

Pada pencegahan primer ini kegiatan-kegiatan program yang berkaitan dengan

lingkup epidemiologi antara lain adalah 1 (c, d, dan g) serta 2 (a, b, d, e, dan f).

Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum kita

jatuh sakit dan ini adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut dalam

kesehatan masyarakat modern.

Page 35: Dasar Dasar Epidemiologi

Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)

Dalam tingkat pencegahan ini ada dua kegiatan pokok yang sangat dianjurkan untuk

diterapkan, yaitu Disability Limitation and Rehabilitation. Untuk disability limitation ini

dapat dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar arah penyakit

tidak sebaliknya menjurus kepada stadium komplikasi.

2. Pencegahan terhadap komplikasi maupun cacat setelah sembuh.

3. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan

pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.

4. Mengusahakan pengurangan beban-beban nonmedis (sosial) pada seorang

penderita untuk memungkinkan ia meneruskan pengobatan dan perawatan

diri.

Makin menjurus ke pencegahan tersier, upaya-upaya epidemiologis makin tidak lagi

dimungkinkan. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan terbaik untuk upaya-upaya

epidemiologis adalah pencegahan primer. Sementara itu, pada pencegahan

sekunder hanya dimungkinkan pada keadaan dini dari pathogenesis penyakit

tersebut. Pada keadaan lanjut, kita hanya mempunyai kesempatan kecil sekali untuk

dapat melakukan upaya-upaya epidemiologis.

Kegiatan lima tingkatan pencegahan penyakit meliputi :

1. Peningkatan kesehatan

a. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan

b. Memberi nutrisi yang sesuai dengan standar

c. Meningkatkan kesehatan mental

d. Penyediaan perumahan yang sehat

e. Rekreasi yang cukup

f. Pekerjaan yang sesuai

g. Melakukan konseling perkawinan

h. Melaksanakan pemeriksaan berkala

2. Perlindungan umum dan khusus

a. Pemberian imunisasi

b. Kebersihan perorangan

Page 36: Dasar Dasar Epidemiologi

c. Perlindungan sanitasi

d. Perlindungan kecelakaan

e. Perlindungan terhadap kecelakaan kerja

f. Penggunaan nutrisi khusus

g. Perlindungan terhadap bahan karsinogen

h. Menghindari zat-zat allergen.

3. Diagnosis dini dan pengobatan cepat dan tepat

a. Mencari kasus sedini mungkin

b. Pemeriksaan umum secara rutin

c. Survey selektif penyakit khusus

d. Meningkatkan keteraturan pengobatan

e. Mencari orang yang pernah berhubungan dengan penderita penyakit

menular.

f. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.

4. Pembatasan ketidakmampuan

a. Penyempurnaan dan intensitas pengobatan lanjutan agar terarah dan

tidak menimbulkan komplikasi.

b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan

c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk pengobatan dan

perawatan yang intensif.

5. Rehabilitasi

a. Diperlukan sarana untuk pelatihan dn pendidikan di rumah sakit dan

tempat-tempat umum

b. Memanfaatkan dan memelihara sebaik-baiknya kapasitas yang tersisa

pada seseorang

c. Melakukan pendidikan dan penyuluhan pad masyarakat umum dan

industry

d. Menyediakan tempat perlindungan khusus.

Sumber :

Ryadi, A.L. Slamet. 2011. Dasar-dasar Epidemiologi. Jakarta : Salemba Medika

Page 37: Dasar Dasar Epidemiologi

9. BERBAGAI STUDI DALAM EPIDEMIOLOGI

Oleh : Irvan Haryanto Wijaya

Jenis studi/riset kuantitatif dibagi menjadi studi deskriptif dan studi analitik. Studi

deskriptif terdiri dari :

1. Studi korelasi penyakit

2. Rangkaian berkala

3. Laporan kasus

4. Rangkaian kasus

5. Cross sectional ( studi potong lintang atau studi prevalens atau survey).

Studi analitik terdiri dari :

1. Studi observasi (kasus control, kohort, cross sectional)

2. Eksperimen/intervensi (uji klinik, quasi experiment, eksperimen murni)

Studi Epidemiologi Deskriptif

Definisi studi deskriptif adalah studi yang menggambarkan karakter umum

sebaran (distribusi) suatu penyakit, misalnya berhubungan dengan orang (siapa),

tempat (di mana), dan waktu (kapan).Selain itu, studi deskriptif adalah studi yang

memberi bukti untuk mengembangkan hipotesis.Manfaat dan kegunaannya adalah

memberi informasi untuk pelayanan kesehatan dan administrator bagi

pengalokasian sumber daya dan perencanaan program pencegahan dan

pendidikan.

Tujuan studi deskriptif dalam epidemiologi adalah :

1. Menggambarkan karakteristik distribusi dari berbagai penyakit/ masalah

kesehatan dari suatu kelompok populasi yang terkena.

2. Memperhitungkan besar dan pentingnya berbagai masalah kesehatan pada

kelompok populasi.

3. Mengidentifikasi kemungkinan determinan, masalah, dan factor risiko.

Macam studi deskriptif adalah laporan kasus, rangkaian kasus, dan studi

korelasi penyakit. Di bawah ini akan disajikan contoh dari tiap jenis tersebut.

Page 38: Dasar Dasar Epidemiologi

Laporan kasus dan rangkaian kasus

Banyak ahli menganggap laporan kasus bukan sebagai suatu

penelitian, karena dari bentuk laporan ini kita tidak mengetahui

hubungan sebab akibat karena dilakukan tanpa menggunakan

control.Tetapi merupakan dokumen berharga karena dapat

menggugah kita untuk waspada terhadap kemungkinan dan

mendorong kita untuk melakukan penelitian. Gambaran tentang

pengalaman menarik dari seorang pasien atau sekelompok pasien

dengan diagnosis yang sama akan memudahkan penyusunan suatu

kesimpulan sehingga pengenalan atas penyakit tersebut berguna bagi

penyusunan hipotesis.

Contoh 1.laporan kasus pada tahun 1961 tentang wanita berusia 40

tahun yang dalam premenopause menderita emboli paru 5 minggu

setelah mengkonsumsi pil konsentrasi. Dengan mempelajari kasus

tersebut kita dapat lebih waspada tentang penggunaan pil kontrasepsi

dan dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun hipotesis ketika

kita akan meneliti lebih lanjut.

Contoh 2.Laporan kasus padatahun 1980 tentang 5 pemuda

homoseksual yang sebelumnya sehat namun kemudian menderita

pneumocystic carinii di Los Angels.Ini pun membuat kita waspada dan

mencoba mencari jawaban dari contoh tersebut.

Studi Korelasi

Studi korelasi adalah studi yang menggunakan data dari suatu populasi

tertentu untuk membandingkan kelompok yang berbeda selama periode waktu

yang sama atau populasi yang sama tetapi untuk waktu yang berbeda. Studi ini

sangat berguna untuk merumuskan hipotesis.Contohnya, korelasi antara

konsumsi daging per kapita dan kanker usus besar atau korelasi antara asupan

(intake) garam dan hipertensi.Studi korelasi mengacu pada seluruh populasi,

sehingga tidak dapat menghubungkan antara pemajanan (exposure) dan

penyakit terhadap individu.

Page 39: Dasar Dasar Epidemiologi

Studi Epidemiologi Analitik

Studi epidemiologi analitik adalah studi yang menekankan pada pencarian

jawaban tentang penyebab terjadinya masalah kesehatan (determinan),

besarnya masalah/kejadian (frekuensi). Dan penyebaran serta munculnya

masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab

akibat antara factor resiko dan penyakit. Secara strategis studi ini dibagi atas dua

desain utama yaitu observasi dan studi intervensi/eksperimen. Studi observasi

terdiri dari rancangan cross sectional, kohort, dan kasus control.

Rancangan Cross Sectional

Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang

mempelajari hubungan penyakit dan factor penyebab yang mempengaruhi

penyakit tersebut secara serentak pada individu atau kelompok pada satu

kejadian menggunakan kamera foto. Ciri khas rancangan cross sectional :

1. Peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada saat

tertentu.

2. Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua factor baik

pemajanan (exposure) maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang

sama. Variabelnya bebas dan terikat yang dikumpulkan dalam waktu yang

sama.

3. Hanya menggambarkan hubungan asosiasi bukan sebab-akibat.

4. Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan

tindak lanjut terhadapp pengukuran yang dilakukan.

5. Desain ini dapat digunakan

Keterbatasan dari studi ini adalah kerancuan hubungan waktu antara

pemajanan dan penyakit.Kelebihannya :

1. Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum.

2. Relative mudah, murah, dan hasil cepat diperoleh.

3. Dapat meneliti banyak variabel.

4. Subjek jarang droup out.

5. Dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya

Page 40: Dasar Dasar Epidemiologi

Kekurangannya :

1. Sulit menentukan hubungan sebab-akibat.

2. Jumlah subjek cukup mahal.

3. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit.

4. Tidak praktis untuk kasus yang jarang.

Rancangan Kasus Kontrol

Adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara

penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan

kelompok kasus dan kelompok control berdasarkan status penyebab

penyakitnya.

Ciri rancangan kasusu control :

1. Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak

(control) suatu kasus yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan

dari kedua kelompok tersebut dibandingkan.

2. Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingin diketahui variabel bebas

(penyebab).

3. Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama.

4. Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek

[kasus] yang telah terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari

secara retrospektif.

5. Untuk control, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik

yang sama dengan kasus.

6. Bedanya kelompok control tidak menderita penyakit yang akan diteliti.

Kasus individu dengan penyakit

Control individu tanpa penyakit

Terpajan (exposed)

Tidak (Non-exposed)

Terpajan (exposed)

Tidak (Non-exposed)

Page 41: Dasar Dasar Epidemiologi

Dari gambar di atas dapat diambil langkah-langkah yang harus diperhatikan

dalam menggunakan rangcangan ini, yaitu :

1. Pilih satu kelompok dari kasus.

2. Pilih satu kelompok control yang tepat.

3. “melihat” ke belakang apakah terdapat pemajanan pada masing-masing

kelompok.

Ketepatan pemilihan kasus dan control merupakan hal terpenting dalam studi

ini. Oleh karena itu, kasus harus benar-benar mewakili variabel yang akan diteliti.

Control tidak boleh dipilih atas dasar keterpajanan variabel yang diteliti dan harus

sama dengan kasus kecuali mereka tidak menderita penyakit yang akan diteliti.

Nilai untuk hasil hubungan tersebut dikenal dengan odd ratio (OR) yang

merupakan estimasi dari risiko relative (RR) pada studi kasus control. OR adalah

suatu rasio odds pemajanan dari kelompok kasus dengan odds pemajanan dari

kelompok control, yang menggambarkan besarnya kemungkinan

berkembangnya penyakit pada kelompok yang terpajan relative dibandingkan

yang tidak terpajan.

Kelebihan rancangan ini adalah :

1. Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yang

masa latennya pajang.

2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.

3. Biaya yang dibutuhkan relative sedikit.

4. Subjek penelitian sedikit.

Kekurangannya :

1. Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh.

2. Sukar untuk meyakinkan dua kelompok tersebut sebanding.

3. Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen.

Rancangan Kohort

Rancangan kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari

hubungan antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan

membandingkan kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan

berdasarkan status penyakitnya.

Ciri khas dari rancangan kohort :

Page 42: Dasar Dasar Epidemiologi

1. berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang

berbaris maju ke depan.

2. Subjek dibagi berdasarkan ada atau tidaknya pemajan factor tertentu dan

kemudian diikuti dalam periode waktu tertentu untuk menentukan

munculnya penyakit pada tiap kelompok.

3. Digunakan untuk mempelajari dinamika kolerasi antara factor risiko dan

efek.

4. Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti

secara prospektif.

5. Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel

terikat (akibat).

6. Dapat dilakukan secara prospektif atau retrospektif.

Langkah-langkahnya :

1. Tentukan satu kelompok orang yang terpajan.

2. Tentukan kelompok lainnya orang yang tidak terpajan.

3. Amati kedua kelompok, apakah mereka menjadi sakit atau tidak.

Terdapat dua jenis studi kohort yaitu kohort prospektif dan studi kohort

retrospektif. Kelebihan rancangan kohort adalah :

1. Merupak desain terbaik dalam menentukan insiden dan perjalanan

penyakit atau efek yang diteliti.

2. Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara factor

risiko dengan efek secara temporal.

3. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus.

4. Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.

5. Dapat meneliti multiple efek dari satu pemajan.

6. Dapat menetapkan hubungan temporal.

7. Mendapatkan incidence rate.

Page 43: Dasar Dasar Epidemiologi

Kekurangannya adalah :

1. Memerlukan waktu yang lama.

2. Sarana dan biaya yang mahal.

3. Rumit.

4. Kurang efesien untuk kasus yang jarang.

5. Terancam droup out mengganggu analisis.

6. Menimbulkan masalah etika.

Rancangan Studi Eksperimen

Rancangan studi eksperimen atau intervensi adalah jenis penelitian yang

dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam rangka korelasi sebab akibat.

Menurut Bhisma Murti, rancangan studi ini digunakan ketika penelitian atau

orang lain dengan sengaja memperlakukan sebagai tingkat variabel independent

kepada subjek penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh variabel

independent tersebut terhadap variabel dependent.

Berdasarkan pengertian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan atau

intervensi dari situasi penelitian) terbagi dalam dua macam yaitu rancangan

eksperimen murni dan quasi eksperimen.

Terpajan (exposed)

Tidak terpajan (Non-exposed) Tidak sakit (non-

disease)

Sakit (disease)

Tidak sakit (non-disease)

Sakit (disease)

Page 44: Dasar Dasar Epidemiologi

Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan

memanipulasi subjek penelitian dengan control secara ketat. Dengan kata lain

penelitian eksperimen murni mempunyai ciri sebagai berikut :

1. Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang ditelitinya

(memanipulasi suatu variabel)

2. Ada randominasi, yaitu penunjukkan subjek penelitian secara acak untuk

mendapatkan salah satu dri berbagai tingkat factor penelitian.

3. Semua variabel tterkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hamper

semua pengaruh factor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti.

Quasi eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam

mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan

tertentu dan/atau penunjukan subjek penelitian secara tidak acak untuk

mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat factor penelitian. Ciri dari quasi

eksperimen adalah :

1. Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan subjek penelitian secara

tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat factor

penelitian. Hal ini disebabkan karena ketika pengalokasian factor

penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak

praktis menggunakan randominasi.

2. Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian

factor penelitiian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis,

atau tidak praktis menggunakan randominasi sehingga sulit mengontrol

variabel secara ketat.

Perbedaan studi deskriptif dan analitik :

Deskriptif

1. Pemaparan data tentang mortalitas dan morbiditas penyakit dan data kondisi

kesehatan lainnya.

2. Pemaparan data dalam bentuk tabulasi dan tesusun secara statistik.

3. Kompilasi data tabulasi menurut berbagai variabel :

Man (group of men)

Place

time

4. Mengadakan analisis tabulasi tanpa uji inferensial dan tanpa membahas

hubungan sebab akibat

Page 45: Dasar Dasar Epidemiologi

Analitik

1. Idem, meliputi keseluruhan data karakteristik deskriptif, ditambah karakteristik

analitik pad butir-butir berikut.

2. Mengadakan berbagai penelitian menurut metode epidemiologi seperti kohort,

case control, screening test, dan lain-lain.

3. Mengadakan analisis dan uji inferensial dari data yang diteliti.

4. Melakukan analisis untuk mencari korelasi sebab-akibat.

5. Mengembangkan pengetahuan dan prosedur penanganan masalah letupan

dan endemisitas penyakit dengan cara-cara yang baru dan lebih operasional.

Sumber :

Ryadi, A.L Slamet dan Wijayanti, T. 2011. Dasar-Dasar Epidemiologi.Jakarta :

Medika Salemba.

http://books.google.co.id/books?

id=DrTEvxpXLWMC&pg=PA44&dq=macam+studi+epidemiologi&hl=en&sa=X

&ei=oFwTUcvEMIjLrQeN84GoDA&redir_esc=y#v=onepage&q=macam

%20studi%20epidemiologi&f=false

10. STUDI DESKRIFTIF

Page 46: Dasar Dasar Epidemiologi

Oleh : Leonardo Imanuel Samson

1. Study deskriftif adalah alat untuk menemukan makna makna baru , menjelaskan

sebuah kondisi keberadaan ,menentukan frekuensi kemunculan sesuatu,dan

mengkategorikan informasi.

2. Tujuan study deskriptif adalah :

a. Untuk mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat factual

adakalanya penelitian dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau uraian

semata mata dari suatu fenomena ,tidak mencari hubungan antar

variable ,menguji hipotesis atau membuat ramalan.

b. Untuk mencari informasi factual dan di lakukan secara mendetail

c. Mengidentifikasi masalah masalah atau untuk mendapatkan jastifikasi keadaan

dan praktik praktik yang sedang berlangsung

d. Mendeskripsikan tentang subjek yang di kelola oleh kelompok orang tertentu

dalam waktu yang bersamaan.

3. Langkah langkah umum penelitian deskiptif :

a. Mengidentifikasi masalah,

b. Mengidentifikasi secara spesifik

c. Merumuskan rancangan atau desain pendekatan

d. Mengumpulkan dan menganalisis data,

e. Menyusn laporan penelitian.

4. ruang lingkup studi deskriptif

a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek

b. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia

c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah dalam

merumuskan timbulnya suatu masalah

Page 47: Dasar Dasar Epidemiologi

Sumber :

Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta :

EGC

11. UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

Oleh : Maretha Vistaria

Page 48: Dasar Dasar Epidemiologi

Dalam epidemiologi, ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas

dan mortalitas adalah rasio, proporsi, dan angka.

1. Rasio

Rasio merupakan nilai relative yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai

kuantitatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.misalnya

sebuah nilai kuantitatif A dan nilai kuantitatif lain adalah B, maka rasio kedua

nilai tersebut adalah A/B. contoh, pada suatu kejadian luar biasa keracunan

makanan terdapat 32 orang penderita dan 12 diantaranya dalah anak-anak,

rasio anak terhadap orang dewasa adalah :

12/20 = 0.6

2. Proporsi

Proporsi adalah perbandingan dua kali kuantitatif yang pembilangannya

merupakan bagian dari penyebut. Pada proporsi, perbandingan menjadi:

A/(A+B). Pada contoh diatas proporsi menjadi :

12/(12+20) = 0.375

Bila proporsi dikalikan 100 disebut persen (%) sehingga presentase pada

contoh diatas menjadi 37,5 %.

3. Angka

Angka merupakan proporsidalam bentuk khusus perbandingan antara

pembilang dan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu. Insidensi

merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.

Ini merupakan cara terbaik untuk mementukan risiko timbulnya penyakit.

a. Angka Insidensi

Batasan untuk angka insidensi ialah proporsi kelompok individu yg terdapat

dalam penduduk suatu wilayah atau Negara yang semula tidak sakit dan

menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi

tersebut adalah kasus baru. Rumusnya adalah sebagai berikut.

p = (d/n)xk

p = estimasi

d = jumlah kasus baru

n = jumlah individu yang awalnya tidak sakit

k = konstanta

Page 49: Dasar Dasar Epidemiologi

Atau jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu dibagi penduduk yang

mempunyai risiko (population ot risk) terhadap kejadian tersebut dalam

kurun waktu tertentu dikalikan dengan konstanta “k”.

Jumlah kejadian dalam waktu tertentu

Angka insidensi = ----------------------------------------------------- x k

Jumlah population ot risk waktu tertentu

b. Angka prevalensi

Perhitungan angka prevalensi terdapat dua ukuran, yaitu point prevalence

( prevalensi sesaat) dan periode prevalence (prevalensi periode).

Jumlah semua kasus yang dicatat pada saat tertentu

Point prevalence = -------------------------------------------------------------------------

Jumlah penduduk

Jumlah semua kasus yang dicatat selama 1 periode

Point prevalence = -----------------------------------------------------------------------

Jumlah penduduk

( Wahif Iqbal Mubarak, 2009, hal. 192-194 )

Data menurut epidemiologi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu data berbentuk rasio,

proporsi, rate.

1. Rasio ( R ) = jumlah orang ( dengan sifat kualitatif tertentu ) dibandingkan

terhadap sejumlah orang lain ( dengan sifat kualitatif lain pula ).

Rumus : X

R = ---

Y

Keterangan :

X tidak mempunyai keterkaitan dengan Y.

x/y harus merupakan bilangan yang lebih kecil atau sama dengan satu.

R tidak dinyatakan dalam prosentasi, melainkan sebagai suatu pecahan

dimana y harus lebih besar daripada x ( suatu angka pecahan ) atau

sama.

Page 50: Dasar Dasar Epidemiologi

2. Proporsi ( P )

Jumlah orang ( dengan sifat kualitatif tertentu ) dibandingkan dengan sejumlah

populasi seluruhnya.

Rumus : X

P = ---

Y

Keterangan :

X merupakan bagian dari Y, dimana Y = 100%

X/Y merupakan bagian dari 100%, misalnya X/Y adalah 60% atau 35%,

dan sebagainya.

P sering dinyatakan dalam persentase ( % )

3. Rate ( Rr )

Angka yang menyatakan hubungan ( relasio ). Jumlah berapa kali ( frekuensi )

suatu kejadian ( penyakit ) tertentu itu terjadi diantara sejumlah orang yang

mempunyai peluang terekpos dalam suatu waktu tertentu.

Rumus : X

Rr= --- Population at risk atau :

Y

Perbandingan suatu peristiwa dengan populasi yang mempunyai risiko berkaitan

dengan peristiwa dimaksud.

Hal-hal yang termasuk dalam kelompok rate adalah sebagai berikut :

a. Insiden.

b. Prevalens.

c. Attack rate ( AR ).

d. Case fatality rate ( CFR )

e. Crude birth rate ( CBR ).

f. Crude death rate ( CDR ).

g. Infant mortality rate ( IMR ).

h. Maternal mortality rate ( MMR ).

Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun

CBR =--------------------------------------------------------------- x 10000/00

Page 51: Dasar Dasar Epidemiologi

Jumlah penduduk pertengahan tahun

Jumlah kematian dalam 1 tahun

CDR = --------------------------------------------------------------- x 10000/00

Jumlah penduduk pertengahan tahun

Jumlah bayi mati kurang 1 tahun dalam 1 th

IMR = ---------------------------------------------------------------- x 10000/00

Jumlah lahir hidup dalam tahun sama

Jumlah ibu mati karena persalinan dalam 1 th

IMR = --------------------------------------------------------------- x 10000/00

Jumlah kelahiran hidup dalam tahun sama

( Wahif Iqbal Mubarak, 2009, hal.92-94 )

Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi digunakan salah

satu dari tiga bentuk pecahan, yaitu proporsi, rasio, dan rate.

1. Proporsi

Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari

penyebut. Ciri dari proporsi :

a. Bentuk ini biasanya dinyatakan dalam persen ( % ) yaitu dengan

mengalihkan pecahan ini dengan 100%.

b. Tidak mempunyai satuan.

c. Rentang nilai 0 sampai 1.

Contoh :

Page 52: Dasar Dasar Epidemiologi

Populasi yang terdiri dari 500 orang, 20 orang diantaranya menderita penyakit

malaria. Berapa besar proporsi penderita malaria dalam populasi ?

Proporsi = X/Y x K

20/500 x 100% = 4%.

2. Rasio

Rasio adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian dari

penyebutnya. Ini yang membedakannya dengan proporsi. Rasio menyatakan

hubungan antara pembilang dan penyebut yang berbeda satu dengan yang lain.

Dengan kata lain, perbandingan saru peristiwa ( kejadian ) dangan peristiwa

yang lainnya yang tidak berhubungan.

Rumus rasio = X/Y x K. X adalah jumlah kejadian orang yang memiliki satu atau

lebih cirri-ciri tertentu. Y adalah jumlah kejadian orang yang memiliki satu atau

lebuh cirri tertentu namun cirri tersebut berbeda dangan ciri pada kelompok X.

selama K = 1 rumus dapat disederhanakan menjadi X/Y = X : Y.

Ada dua jenis rasio :

1) Rasio yang mempunyai satuan. Misalnya, jumlah dokter per 100.000

penduduk atau jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran

hidup.

2) Rasio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan

penyebutnya mempunyai satuan yang sama. Misalnya, rasio antara satu

proporsi dan proporsi lain atau rasio antara satu rate dan rate yang lain.

Contohnya relative risk dan odds ratio.

Contoh :

a. Jumlah anak kelas VI yang sudah diimunisasi disbanding dengan

dengan anak kelas sama yang tidak diimunisasi pada sekolah

tertentu.

b. Didalam suatu kelompok sebanyak 20 orang menderita penyakit

tertentu, 2 orang diantaranya meninggal. Rasionya 20 : 2 = 20/2 : 2/2

= 10 : 1. Artinya, dari 10 kasus didapati 1 kematian.

3. Rate

Rate adalah perbandingan suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk yang

mungkin terkena peristiwa yang dimaksud dalam waktu yang sama yang

Page 53: Dasar Dasar Epidemiologi

dinyatakan dalam persen, permil, atau per 100.000. ini merupakan konsep yang

lebih kompleks dibandingkan dengan dua bentuk pecahan yang terdahulu. Rate

yang sesungguhnya merupakan kemampuan berubah suatu kuantitas bila terjadi

perubahan pada kuantitas lain. Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan

ini biasanya adalah kuantitas waktu.

Bentuk ukuran ini sering dicampuradukan penggunaanya dengan proporsi. Ciri

dari rate adalah mempunyai satuan ukuran per satuan waktu dan besarnya tidak

terbatas.

Rumus rate = X/Y x K dengan satuan harga yag ditetapkan oleh peneliti, namun

penyaji harus dapat menerangkan nilai K-nya ( apakah 100, 1.000, 10.000, atau

100.000 ).

Contoh :

1) Dari hasil pengukuran penyakit disuatu daerah ditemukan penderita

penyakit TBC sebanyak 180/00.

2) Kecepatan mobil pada satu saat tertentu bentuknya adalah suatu rate.

Oleh karena kecepatan sebuah mobil yang sedang berjalan dapat

berubah tiap saat, maka yang diukur adalah kecepatan rata-rata dari

mobil tersebut. Ini yang biasa disebut kecepatan ( speed ) yang diukur

dengan membagi jarak tempuh mobil tersebut dengan waktu yang

digunakan untuk mencapainya.

Misalnya Jakarta-Bogor yang jaraknya 60 km ditempuh dalam wkatu 1

jam. Jadi, kecepatan mobilnya adalah 60 km per jam.

( Wahyudin Rajab, 2009, hal. 96-98 )

Calculation of rates

The community health nurse must analyze data about the health of the community

to determine the pattern of disease in a community. The nurse may collect data by

conducting surveys or compiling data from existing records ( e.g., data from clinic

facilities or vital statistics records ). Often assessment data are in the from of

counts or simple frequencies of events ( e.g., the number of people with a specific

Page 54: Dasar Dasar Epidemiologi

health condition ). Community health practitioners interpret these raw counts by

transforming them into rates.

Rates are arithmetic expressions that help practitioners consider a count of an

event relative to the size of the population from which it is extracted ( e.g., the

population at risk ). Rates are population proportions or factions in which the

numerator is the number of events occurring in a specified perion of time. The

denominator consists of those in the population at the specified time period ( e.g.,

per day, per week, or per year). This proportion is multiplied by a constant ( k ) that

is a multiple of 10, such as 1000, 10,000, or 100,000. The constant usually

converts the resultant number to a whole number, which is large and easier to

interpret. Thus a rate can be the number of cases of a disease occurring for every

1000, 10,000, or 100,000 people in the population.

Terjemahan :

Perhitungan tingkat

Perawat kesehatan komunitas harus menganalisis data tentang kesehatan

masyarakat untuk menentukan pola penyakit di masyarakat. Perawat dapat

mengumpulkan data dengan melakukan survei atau kompilasi data dari catatan

yang ada (misalnya, data dari fasilitas klinik atau vital statistik catatan). Seringkali

data penilaian dalam dari penghitungan atau frekuensi kejadian yang sederhana

(misalnya, jumlah orang dengan kondisi kesehatan tertentu). Komunitas praktisi

kesehatan menafsirkan jumlah mentah dengan mengubah mereka ke tingkat.

Harga adalah ekspresi aritmatika yang membantu praktisi mempertimbangkan

hitungan peristiwa relatif terhadap ukuran populasi dari yang diekstrak (misalnya,

populasi yang berisiko). Tarif populasi proporsi atau faksi di mana pembilang

adalah jumlah kejadian yang terjadi dalam Perion waktu tertentu. Penyebut terdiri

dari orang-orang dalam populasi pada periode waktu tertentu (misalnya, per hari,

per minggu, atau per tahun). Proporsi ini dikalikan dengan suatu konstanta (k) yang

merupakan kelipatan dari 10, seperti 1000, 10.000, atau 100.000. Konstan

biasanya mengubah nomor yang dihasilkan untuk seluruh nomor, yang besar dan

mudah untuk menafsirkan. Dengan demikian tingkat dapat menjadi jumlah kasus

penyakit yang terjadi untuk setiap 1000, 10.000, atau 100.000 orang dalam

populasi.

Numerator Number of health events in a specified period

Rate = ---------------------- = ------------------------------------------------------------------- x k

Page 55: Dasar Dasar Epidemiologi

Denominator Population in same area in same specified period

When raw counts are converted to rates, the community health nurse can make

meaningful cmparisons with rates from other districts or states, from the nation, and

from previous time periods. These analyses assist the nurse in determining the

magnitude of a public health problem in a given area and allow more reliable

tracking of trends in the community over time.

Sometimes a ratio is used to express a relation-ship between two variables. A ratio

is obtained by divining one quantity by another and the numerator is not necessarily

part of the denominator. For example, a ratio could contrast the number of male

births to that of female births. Proportions is often a percentage and it represents

the numerator as part of the denominator.

Terjemahan :

Ketika jumlah mentah dikonversi ke tingkat, perawat kesehatan masyarakat dapat

membuat cmparisons bermakna dengan tingkat dari daerah lain atau negara, dari

bangsa, dan dari periode waktu sebelumnya. Analisis ini membantu perawat dalam

menentukan besarnya masalah kesehatan masyarakat di daerah tertentu dan

memungkinkan pelacakan lebih handal dari tren dalam masyarakat dari waktu ke

waktu.

Kadang-kadang rasio yang digunakan untuk mengekspresikan hubungan-kapal

antara dua variabel. Sebuah rasio diperoleh dengan meramal satu kuantitas

dengan yang lain dan pembilang belum tentu bagian dari penyebut. Sebagai

contoh, rasio kontras bisa jumlah kelahiran laki-laki dengan perempuan kelahiran.

Proporsi sering persentase dan itu merupakan pembilang sebagai bagian dari

penyebut.

( Mary A Nies and Melanie Mc Ewen, 2001, hal. 71 )

Sumber :

Mubarak, Wahif Iqbal & Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas

Pengantar dan Teori. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak, Wahif Iqbal. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.

Jakarta : Salemba Medika.

Page 56: Dasar Dasar Epidemiologi

Nies, Mary A and Melanie Mc Ewen. 2001. Community Health Nursing : Promoting

the Health of Populations. United States of America : W. B,. Saunders Company.

RAJAB, Wahtudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.

Jakarta: ECG.

DAFTAR PUSTAKA

A.L. Slamet Ryadi dan T. Wijayanti, Dasar-dasar epidemiologi. Jakarta: Salemba

Medika, 2011

Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta :

EGC

Page 57: Dasar Dasar Epidemiologi

Mubarak, Wahif Iqbal & Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas

Pengantar dan Teori. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

Timmreck, Thomas C. 2004. EPIDEMIOLOGI : suatu pengantar. Ed 2. Jakarta :

EGC.

Wahid Iqbal Mubarak, Ilmu Kesehatan masyarakat: Konsep dan Aplikasi dalam

Kebidanan. Jakarta: Salamba Medika, 2012

RAJAB, Wahtudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.

Jakarta: ECG.

Nies, Mary A. and Melanie Mc ewen. 2001.Community Health Nursing: Promoting

the Health of Populations. United States of America: W.B.Saunders Company.

Robert H. Friis and Thomas A. sellers,2009. Epidemiology for Public Health Practice:

volume 1. Canada : Jones and Bartllet learning

Macam study epidemiologi

http://books.google.co.id/books?

id=DrTEvxpXLWMC&pg=PA44&dq=macam+studi+epidemiologi&hl=en&sa=X&e

i=oFwTUcvEMIjLrQeN84GoDA&redir_esc=y#v=onepage&q=macam%20studi

%20epidemiologi&f=false

Tujuan Epidemiologi

http://books.google.co.id/books?

id=V1e0q0f2vC8C&pg=PA16&dq=tujuan+epidemiologi&hl=id&sa=X&ei=vlwkUc6

7HcfprAf0nICoAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=tujuan%20epidemiologi&f=false

diakses tanggal 19 Pebruari 2013

Page 58: Dasar Dasar Epidemiologi