dasar hukum anti diskriminasi pekerja wanita

21
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1984 tentang PENGESAHAN KONVENSI MENGENAI PENGHAPUSAN SEGALA MACAM BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP WANITA (CONVENTION OF THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF DISCRIMINATION AGAINST WOMEN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, sehingga segala bentuk diskriminasi terhadap wanita harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang- undang Dasar 1945; b. bahwa Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa di dalam sidangnya pada tanggal 18 Desember 1979, telah menyetujui Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women); c. bahwa ketentuan-ketentuan di dalam Konvensi tersebut di atas pada dasarnya tidak bertentangan dengan Pancasila, Undang-undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia; d. bahwa Pemerintah Republik Indonesia telah menanda- tangani Konvensi tersebut pada tanggal 29 Juli 1980 sewaktu diadakan Konperensi Sedunia Dasawarsa Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi Wanita di Kopenhagen; e. bahwa berhubung dengan hal tersebut di atas maka dipandang perlu mengesahkan

Upload: syaiful-bakhri

Post on 14-Aug-2015

105 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 7 TAHUN 1984

tentangPENGESAHAN KONVENSI MENGENAI PENGHAPUSAN SEGALA

MACAMBENTUK DISKRIMINASI TERHADAP WANITA

(CONVENTION OF THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF DISCRIMINATION

AGAINST WOMEN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, sehingga segala bentuk diskriminasi terhadap wanita harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang- undang Dasar 1945;

b. bahwa Majelis Umum Perserikatan  Bangsa-Bangsa didalam sidangnya pada tanggal 18 Desember 1979, telah  menyetujui Konvensi mengenai Penghapusan Segala   Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Convention  on the Elimination  of  All  Forms  of Discrimination Against Women);

c. bahwa ketentuan-ketentuan di dalam Konvensi tersebut di atas pada dasarnya tidak bertentangan dengan Pancasila, Undang-undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia;

d. bahwa Pemerintah Republik Indonesia telah menanda- tangani Konvensi tersebut pada tanggal  29 Juli 1980 sewaktu diadakan Konperensi Sedunia Dasawarsa Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi Wanita di              Kopenhagen;

e. bahwa  berhubung dengan hal tersebut di  atas  maka dipandang  perlu mengesahkan  Konvensi  sebagaimana tersebut pada huruf b di atas dengan Undang-undang.

Mengingat: 1. Pasal  5 ayat (1),  Pasal 11, Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945;

2. Ketetapan  Majelis Permusyawaratan Rakyat  Republik Indonesia  Nomor  II/MPR/1983  tentang  Garis-garis Besar Haluan Negara.

Dengan PersetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Page 2: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

MEMUTUSKANMenetapkan: UNDANG-UNDANG  TENTANG PENGESAHAN KONVENSI 

MENGENAI PENGHAPUSAN  SEGALA  BENTUK  DISKRIMINASI TERHADAP WANITA  (CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF DISCRIMINATION AGAINST WOMEN)

 Pasal 1

Mengesahkan Konvensi mengenai Penghapusan Segala BentukDiskriminasi terhadap Wanita (Convention of the Elimination ofAll Forms of Discrimination Against Women) yang telah disetujuioleh Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 8 Desember1979, dengan persyaratan (reservation) terhadap pasal 29 ayat (1)tentang penyelesaian mengenai penafsiran atau penerapan Konvensiini, yang salinannya dilampirkan pada Undang-undang ini.

Pasal 2

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agarsetiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Disahkan di : Jakarta Pada tanggal: 24 Juli 1984 __________________________ PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

SOEHARTO

Diundangkan di: JakartaPada tanggal : 24 Juli 1984MENTERI/SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd

SUDHARMONO, S.H. (LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1984 NOMOR 29)

PENJELASAN

Page 3: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 7 TAHUN 1984

tentangPENGESAHAN KONVENSI MENGENAI PENGAWASANSEGALA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP WANITA( CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS

OF DlSCRIMINATION AGAINST WOMEN )

I. UMUM

Pada tahun 1967 Perserikatan Bangsa-bangsa telah mengeluarkanDeklarasi mengenai Penghapusan Diskriminasi terhadap wanita.

Deklarasi tersebut memuat hak dan kewajiban wanita berdasarkanpersamaan hak dengan pria dan menyatakan agar diambil langkah-langkah seperlunya untuk menjamin pelaksanaan Deklarasi tersebut.

Oleh karena Deklarasi itu sifatnya tidak mengikat maka KomisiPerserikatan Bangsa Bangsa tentang Kedudukan Wanita berdasarkanDeklarasi tersebut menyusun rancanyan Konvensi tentangPenghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita.

Pada tanggal 18 Desember Tahun 1979 Majelis Umum PerserikatanBangsa-Bangsa telah menyetujui Konvensi tersebut. Karenaketentuan Konvensi pada dasarnya tidak bertentangan denganPancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka Pemerintah RepublikIndonesia dalam Konperensi Sedunia Dasawarsa Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi Wanita di Kopenhagen pada tanggal 29 Juli 1980 telahmenandatangani Konvensi tersebut. Penandatanganan itu merupakanpenegasan sikap lndonesia yang dinyatakan pada tangal 18 Desember1979 pada waktu Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsamelaksanakan pemungutan suara atas resolusi yang kemudianmenyetujui Konvensi tersebut.

Dalam pemungutan suara itu Indonesia memberikan suara setujusebagai perwujudan keinginan Indonesia untuk berpartisipasi dalamusaha-usaha internasional menghapus segada bentuk diskriminasiterhadap wanita karena isi Kovensi itu sesuai dengan dasar negaraPancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang menetapkan bahwasegala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum danpemerintahan.

Ketentuan dalarn Konvensi ini tidak akan mempengaruhi asas danketentuan dalam peraturan perundang-undangan nasional yangmengandung asas persamaan hak antara pria dan wanita sebagaiperwujudan tata hukum Indonesia yang sudah kita anggap baik ataulebih baik bagi dan sesuai, serasi serta selaras denyan aspirasibangsa Indonesia.

Sedang dalam pelaksanaannya, ketentuan dalam Konvensi ini wajibdisesuaikan dengan tata kehidupan masyarakat yang meliputi nilai-nilai budaya, adat istiadat serta norma-norma keagamaan yangmasih berlaku dan diikuti secara luas oleh masyarakat Indonesia.

Page 4: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

Pancasila sebab sebagai pandangan hidup dan Undang-undang Dasar1945 sebagai hukum nasional memberikan keyakinan bahwapelaksanaan ketentuan Konvensi ini sejalan dengan tata kehidupanyang dikehendaki bangsa Indonesia.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Pasal 29 Konvensi memuat ketentuan tentang cara untuk menyelesaikan setiap perselisihan antara negara peserta Konvensi mengenai penafsiran atau penerapan ketentuan Konvensi. Pemerintah Indonesia tidak bersedia untuk mengikatkan diri pada ketentuan pasal tersebut, karena pada prinsipnya tidak dapat menerima suatu kewajiban untuk mengajukan perselisihan internasional, di mana Indonesia tersangkut, kepada Mahkamah lnternasional.

Dengan pertimbangan tersebut di atas Indonesia mengadakan pensyaratan terhadap Pasal 29 ayat (1) Konvensi, hingga dengan demikian Indonesia menyatakan dirinya tidak terikat oleh pasal tersebut.

Pasal 2 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3277.

SURAT EDARANMENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR: SE-04/MEN/88tentang

PELAKSANAAN LARANGAN DISKRIMINASI PEKERJA WANITA

Page 5: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

Dengan diundangkannya Undang-undang No. 7 Tahun 1984 mengenaiRatifikasi Konvensi PBB tentang Penghapusan segala BentukDiskriminasi Bagi Wanita, maka menjadi kewajiban semua pihakuntuk mematuhi dan mentaati ketentuan tersebut dengan sebaik-baiknya.

Dalam pelaksanaannya, khususnya dalam peneterapan materi KKB danPeraturan Perusahaan, masih dijumpai hal-hal yang tidak sejalandengan jiwa Undang-Undang tersebut antara lain mengenai perbedaanusia pensiun serta bantuan/tunjangan biaya pengobatan danperawatan bagi pekerja laki-laki dan wanita beserta keluarganya.Dalam hal bantuan/ tunjangan biaya pengobatan bagi pekerja wanitasering terjadi bahwa mereka diperlakukan sebagai tenaga kerjadengan status tidak menikah/lajang.

Sehubungan dengan hal itu maka diminta perhatian Saudara mengenaihal-hal sebagai berikut:

1. Jika dalam KKB maupun Peraturan Pemsahaan terdapat pengaturan mengenai usia pensiun maka agar batas usia pensiun antara pekerja laki-laki dan pekerja wanita harus disamakan kecuali atas permintaannya sendiri dapat meminta percepatan pensiun dari waktu yang telah ditetapkan.

Contoh: Batas Usia Pensiun Pekerja adalah 55 tahun. Khusus untuk pekerja wanita atas kemauannya sendiri dapat mengajukan permintaan pensiun dalam batas usia serendah-rendahnya 40 tahun.

2. Apabila dalam KKB atau Peraturan Perusahaan diatur mengenai pemeliharaan kesehatan pekerja dan keluarganya agar hak pekerja wanita disamakan dengan hak pekerja laki-laki kecuali apabila suami pekerja wanita telah memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan untuk dirinya maupun keluarganya baik dari perusahaan yang sama maupun dan perusahaan/instansi yang berbeda.

Misal: Perusahaan memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan untuk pekerja beserta keluarganya ( seorang istri/suami + orang anaknya ). Untuk pekerja wanita di anggap berstatus tidak menikah, sehingga jaminan kesehatan hanya berlaku untuk dirinya saja, kecuali dapat dibuktikan dengan surat keterangan resmi bahwa ditempat suami bekerja tidak mendapatkan jaminan kesehatan untuk dirinya dan keluarganya atau pekerja wanita tersebut berstatus janda dan anak-anaknya menjadi tanggungannya.

3. Memberikan pembinaan dalam pembuatan KKB baru maupun perpanjangannya serta meneliti KKB yang dimintakan pendaftara kepada Menteri Tenaga Kerja dan meneliti Peraturan Perusahaan yang akan disahkan agar tidak terdapat diskriminasi dalam segala bentuknya terhadap Pekerja Wanita sesuai dengan jiwa Undang-Undang No 7 Tahun 1984, selain dari hal-hal tersebut angka 1 dan 2 di atas.

Demikian untuk mendapat perhatian.

Jakarta, 16 Agustus 1988 MENTERI TENAGA KERJA

TTD

Page 6: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

DRS. COSMAS BATUBARA

Kepada Yth.:

1. Kakanwil Depnaker di seluruh Indonesia;2. Kandepnaker di sehruh Indonesia.

Tembusan:

1. Sckjen, Irjen Depnaker;2. Dirjen Binawas Depnaker;3. Para Pejabat Eselon II di lingkungan Ditjen Binawas.

SE.04/M/BW/1996 TTG LARANGAN DISKRIMINASI BAGI PEKERJA WANITA DALAM PP/KKB

Jakarta, 8 Januari 1996Kepada

Page 7: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

Yth. Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerjadi

Seluruh Indonesia

SURAT EDARANMENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

Nomor: SE.04/M/BW/1996TENTANG

LARANGAN DISKRIMINASI BAGI  PEKERJA WANITA DALAM PERATURAN PERUSAHAAN ATAU KESEPAKATAN KERJA BERSAMA

Sehubungan masih dijumpai materi Peraturan Perusahaan atau Kesepakatan Kerja Bersama yang dapat ditafsirkan adanya diskriminasi antara pekerja wanita dan pria, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Larangan diskriminasi bagi pekerja wanita yang diatur dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.04/Men/1988 yang merupakan penjelasan Undang-undang No. 7 Tahun 1984 masih tetap dijadikan acuan.

Dalam pembinaan PP dan KKB agar Saudara memberikan arahan dengan maksud untuk menghindari adanya pasal atau materi yang diatur dalam KKB yang dapat ditafsirkan diskriminasi antara pekerja wanita dan pria. Sebagai contoh: adanya pasal yang menyatakan larangan pekerja wanita untuk menikah, tunjangan keluarga yang hanya bagi tenaga pria dan sebagainya.

Demikian untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya

A.n. MENTERI TENAGA KERJADirektorat JenderalPembinaan Hubungan Industrialdan Pengawasan Ketenagakerjaanttd

Drs. SOEWARTONIP: 160011300

Tembusan Yth:1. Menteri Tenaga Kerja2. Arsip

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 13 TAHUN 2003

TENTANGKETENAGAKERJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Page 8: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

Menimbang:a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan;

c. bahwa sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peransertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan;

d. bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha;

e. bahwa beberapa Undang-Undang di bidang ketenagakerjaan dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan ketenagakerjaan, oleh karena itu perlu dicabut dan/atau ditarik kembali;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, b, c, d, dan e perlu membentuk Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan.

BAB IIIKESEMPATAN DAN PERLAKUAN YANG SAMA

Pasal 5Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.

Pasal 6Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.

KONVENSI (No. 100) MENGENAI PENGUPAHAN YANG SAMA BAGI BURUH LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK

PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA *)

KONFERENSI UMUM ORGANISASI PERBURUHAN

Page 9: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

INTERNASI0NAL,

*) Lihat UU No. 8O Tahun 1957

Setelah diundang di Jenewa oleh Badan Pengurus Biro Perburuhan Intemasional dan setelah mengadakan sidangnva yang ke-34 tanggal 6 Juni 1951,dan

Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usul-usul mengenai asas pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya, yang termasuk acara ke-7 dari agenda sidang, dan

Setelah mcnetapkan bahwa usul-usul ini harus herhentuk Konvcnsi Intcrnasiollal .

Menerima pada tanggal 29 Juni tahun 1951 Konvensi di bawah ini, yang dapat disebut Konvensi pengupahan yang sama, 1951.Pasal 1

Untuk maksud Konvensi ini:

a. Istilah "pengupahan" meliputi upah atau gaji biasa, pokok atau minimum dan pendapatan-pendapatan tambahan apa pun juga, yang harus dibayar secara langsung atau tidak, maupun secara tunai atau dengan barang oleh majikan kepada buruh berhubung dengan pekerjaan buruh.

b. dengan istilah "pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya" dimaksud nilai pengupahan yang diadakan tanpa diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.

Pasal 2

1. Dengan jalan yang sepadan dengan cara yang berlaku untuk menetapkan nilai pengupahan tiap-tiap anggota harus memajukan dan sekedar sesuai dengan cara itu, menjamin pelaksanaan asas pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya untuk semua buruh.

2. Asas ini dapat dilaksanakan:

a. dengan undang-undang atau peraturm nasional;b. oleh badan penetapan upah yang didirikan menurut peraturan yang berlaku atau

yang diakui sah;c. dengan perjanjian perburuhan atau;d. dengan menggabungkan cara-cara ini.

Pasal 3

1. Di mana tindakan demikian akan membantu pelaksanaan ketentuan konvensi ini tindakan harus diambil untuk memajukan penilaian pekerjaan yang obyektif berdasarkan

Page 10: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

pekerjaan yang akan dijalankan.2. Cara vang akan ditempuh dalam penilaian ini dapat diputuskan oleh pengusaha yang

bertanggung jawab untuk penetapan nilai pengupahan atau bila nilai pengupahan itu ditetapkan dengan perjanjian perburuhan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Nilai pengupahan yang berlainan antara buruh yang tanpa memandang jenis kelamin sesuai dengan perbedaan sebagai ditetapkan dengan penilaian obyektif demikian, dalam pekerjaan yang akan dijalankan tidak akan dianggap sebagai bertentangan dengan asas pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya.

Pasal 4

Tiap-tiap anggota harus bekerja sama sepatutnya dengan organisasi- organisasi majikan dan buruh yang bersangkutan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan konvensi.

Pasal 5

Surat ratifikasi konvensi ini harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional untuk didaftarkan.

Pasal 6

1. Konvensi ini hanya akan mengikat anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang ratifikasinya telah didaftarkan pada Direktur Jenderal.

2. Konvensi ini akan berlaku duabelas bulan sesudah tanggal ratifikasi oleh dua anggota didaftarkan pada Direktur Jenderal.

3. Selanjutnya Konvensi ini akan mulai berlaku untuk tiap-tiap anggota dua belas bulan sesudah tanggal ratifikasi anggota tersebut didaftarkan.

Pasal 7

1. Ketentuan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional sesuai dengan ayat (2) pasal 35 dari konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional menyatakan:

a. daerah-daerah terhadap mana anggota yang bersangkutan menanggung bahwa ketentuan-ketentuan dari konvensi ini akan dilaksanakan tanpa perubahan.

b. daerah-daerah terhadap mana anggota yang bersangkutan menanggung bahwa ketentuan-ketentuan dari konvensi ini akan dilaksanakan dengan perubahan- perubahan, beserta hal ikhwal perubanan tersebut.

c. daerah-daerah, dimana Konvensi ini tidak dapat dilakukan dan dalam hal demikian alasan-alasan yang menyebabkan Konvensi ini tidak dapat dilaksanakan.

d. daerah-daerah terhadap mana anggota menangguhkan keputusannya sambil menunggu pertimbangan lebih lanjut tentang keadaan di daerah itu

2. Tanggungan yang dimaksud pada sub a dan b ayat (1) pasal ini akan dianggap

Page 11: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ratifikasi dan berlaku sebagai ratifikasi

3. Tiap-tiap anggota sewaktu-waktu dapat membatalkan seluruh atau sebagian tiap-tiap pembatalan yang dicantumkan dalam keterangannya yang asli berdasarkan ayat (1) sub b, c, atau d dari pasal ini dengan pernyataan yang diberikan kemudian.

4. Tiap-tiap anggaota pada setiap waktu Konvensi ini dapat dibatalkan menurut ketentuan pada pasal 9, dapat menyampaikan kepada Direktur Jenderal suatu keterangan yang dalam hal lain merubah bunyi keterangan yang lalu dan memberitahukan keadaan sekarang dari daerah-daerah itu, jika dapat dengan uraian seperlunya.

Pasal 8

1. Keterangan yang disampaikan pada Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional sesuai dengan ayat (4) atau (5) pasal 35 dari Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional harus menyampaikan, apakah ketentuan Konvensi ini, akan dilaksanakan di daerah yang bersangkutan tanpa perubahan atau dengan perubahan. Jika keterangan itu menyatakan bahwa ketentuan Konvensi ini akan dilaksanakan dengan perubahan, maka keterangan itu memuat juga hal ikhwal perubahan termaksud.

2. Anggota atau penguasa internasional yang bersangkutan, sewaktu-waktu dapat melepaskan seluruh atau sebagian haknya untuk mengadakan suatu perubahan yang telah dinyatakan dalam keterangan yang lalu dengan suatu keterangan yang disampaikan kemudian.

3. Anggota atau penguasa internasional yang bersangkutan yang setiap waktu Konvensi ini dapat dibatalkan menurut ketentuan pasal 9, dapat menyampaikan kepada Direktur Jenderal keterangan yang dalam hal lain merubah bunyi keterangan yang lalu dan memberitahukan keadaan sekarang mengenai pelaksanaan Konvensi ini.

Pasal 9

1. Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini, setelah lewat waktu 10 tahun terhitung dari tanggal Konvensi ini mulai berlaku, dapat membatalkannya dengan menyampaikan suatu keterangan kepada Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pembatalan demikian baru berlaku satu tahun sesudah tanggal pendaftarannya.

2. Tiap-tiap anggota yang telah meratifisir Konvensi ini dan tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan yang tercantum pada pasal ini dalam tahun berikutnya setelah lewat sepuluh tahun seperti termaksud pada ayat (1), akan terikat untuk 10 tahun lagi dan sesudah itu, dapat membatalkan Konvensi ini pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa 10 tahun menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum pada pasal ini.

Pasal 10

1. Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional harus memberitahukan kepada segenap anggota Organisasi Perburuhan Internasional tentang pendaftaran semua ratifikasi, keterangan dan pembatalan yang disampaikan kepadanya oleh anggota organisasi.

2. Pada waktu memberitahukan kepada anggota organisasi tentang pendaftaran dari ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal harus memperingatkan

Page 12: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

anggota organisasi tanggal mulai berlakunya Konvensi ini.

Pasal 11

Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional harus menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendaftarkan sesuai dengan Pasal 102 dari piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa hal ikhwal mengenai semua ratifikasi, keterangan dan pembatalan yang didaftarkannya menurut ketentuan pasal-pasal tersebut di atas.

Pasal 12

Pada waktu-waktu yang dipandang perlu, Badan Pengurus Biro Perburuhan Internasional harus menyerahkan laporan mengenai pelaksanaan Konvensi ini kepada Konferensi Umum dan harus mempelajari apakah soal peninjauan kembal Konvensi ini seluruhnya atau sebagian perlu ditempatkan dalam agenda Konvensi.

Pasal 13

1. Jika Konferensi menerima Konvensi baru yang merubah sebagian atau seluruhnya Konvensi ini, kecuali Konvensi baru menentukan lain, maka:

a. dengan menyimpang dari ketentuan pasal 9, ratifikasi Konvensi baru oleh anggota berarti pembatalan Konvensi ini pada saat itu juga karena hukum, jika dan waktu Konvensi baru ini mulai berlaku.

b. mulai pada tanggal Konvensi baru berlaku, Konvensi ini tidak dapat diratifisir lagi oleh anggota

2. Bagaimana juga Konvensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk dan sisi yang asli bagi anggota yang telah meratifirnya, tetapi belum meratifisir Konvensi baru.

Pasal 14

Bunyi naskah Konvensi ini dalam bahasa Inggeris dan Perancis kedua-duanya adalah resmi.

ILO CONVENTION NO. 100 CONCERNING EQUAL REMUNERATION

INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATIONILO CONVENTIONS AND RECOMMENDATIONS

Page 13: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

CONVENTION No. 100: CONVENTION CONCERNING EQUAL REMUNERATION

The General Conference of the International Labour Organisation,

Having been convened at Geneva by the Governing Body of theInternational Labour Office, and having met in its Thirty-fourthSession on 6 June 1951, and

Having decided upon the adoption of certain proposals with regard tothe principle of equal remuneration for men and women workers forwork of equal value, which is the seventh item on the agenda of thesession, and

Having determined that these proposals shall take the form of aninternational Convention,

adopts the twenty-ninth day of June of the year one thousand ninehundred and fifty-one, the following Convention, which may be citedas the Equal Remuneration Convention, 1951:

Article 1

For the purpose of this Convention--

a) the term remuneration includes the ordinary, basic or minimum wage or salary and any additional emoluments whatsoever payable directly or indirectly, whether in cash or in kind, by the employer to the worker and arising out of the worker's employment;

b) the term equal remuneration for men and women workers for work of equal value refers to rates of remuneration established without discrimination based on sex.

Article 2

1. Each Member shall, by means appropriate to the methods inoperation for determining rates of remuneration, promote and, in sofar as is consistent with such methods, ensure the application to allworkers of the principle of equal remuneration for men and womenworkers for work of equal value.

2. This principle may be applied by means of--

a) national laws or regulations; b) legally established or recognised machinery for wage determination; c) collective agreements between employers and workers; or d) a combination of these various means.

Article 3

1. Where such action will assist in giving effect to the provisionsof this Convention measures shall be taken to promote objectiveappraisal of jobs on the basis of the work to be performed.

2. The methods to be followed in this appraisal may be decided uponby the authorities responsible for the determination of rates of

Page 14: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

remuneration, or, where such rates are determined by collectiveagreements, by the parties thereto.

3. Differential rates between workers which correspond, withoutregard to sex, to differences, as determined by such objectiveappraisal, in the work to be performed shall not be considered asbeing contrary to the principle of equal remuneration for men andwomen workers for work of equal value.

Article 4

Each Member shall co-operate as appropriate with the employers' andworkers' organisations concerned for the purpose of giving effect tothe provisions of this Convention.

Article 5

The formal ratifications of this Convention shall be communicated tothe Director-General of the International Labour Office forregistration.

Article 6

1. This Convention shall be binding only upon those Members of theInternational Labour Organisation whose ratifications have beenregistered with the Director-General.

2. It shall come into force twelve months after the date on which theratifications of two Members have been registered with the Director-General.

3. Thereafter, this Convention shall come into force for any Membertwelve months after the date on which its ratifications has beenregistered.

Article 7

1. Declarations communicated to the Director-General of theInternational Labour Office in accordance with paragraph 2 of article35 of the Constitution of the International Labour Organisation shallindicate --

a) the territories in respect of which the Member concerned undertakes that the provisions of the Convention shall be applied without modification;

b) the territories in respect of which it undertakes that the provisions of the Convention shall be applied subject to modifications, together with details of the said modifications;

c) the territories in respect of which the Convention is inapplicable and in such cases the grounds on which it is inapplicable;

d) the territories in respect of which it reserves its decision pending further consideration of the position.

2. The undertakings referred to in subparagraphs (a) and (b) ofparagraph 1 of this Article shall be deemed to be an integral part ofthe ratification and shall have the force of ratification.

Page 15: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

3. Any Member may at any time by a subsequent declaration cancel inwhole or in part any reservation made in its original declaration invirtue of subparagraph (b), (c) or (d) of paragraph 1 of thisArticle.

4. Any Member may, at any time at which the Convention is subject todenunciation in accordance with the provisions of Article 9,communicate to the Director-General a declaration modifying in anyother respect the terms of any former declaration and stating thepresent position in respect of such territories as it may specify.

Article 8

1. Declarations communicated to the Director-General of theInternational Labour Office in accordance with paragraph 4 or 5 ofarticle 35 of the Constitution of the International LabourOrganisation shall indicate whether the provisions of the Conventionwill be applied in the territory concerned without modification orsubject to modifications; when the declaration indicates that theprovisions of the Convention will be applied subject tomodifications, it shall give details of the said modifications.

2. The Member, Members or international authority concerned may atany time by a subsequent declaration renounce in whole or in part theright to have recourse to any modification indicated in any formerdeclaration.

3. The Member, Members or international authority concerned may, atany time at which the Convention is subject to denunciation inaccordance with the provisions of Article 9, communicate to theDirector-General a declaration modifying in any other respect theterms of any former declaration and stating the present position inrespect of the application of the Convention.

Article 9

1. A Member which has ratified this Convention may denounce it afterthe expiration of ten years from the date on which the Conventionfirst comes into force, by an Act communicated to the Director-General of the International Labour Office for registration. Suchdenunciation should not take effect until one year after the date onwhich it is registered.

2. Each Member which has ratified this Convention and which does not,within the year following the expiration of the period of ten yearsmentioned in the preceding paragraph, exercise the right ofdenunciation provided for in this Article, will be bound for anotherperiod of ten years and, thereafter, may denounce this Convention atthe expiration of each period of ten years under the terms providedfor in this Article.

Article 10

1. The Director-General of the International Labour Office shallnotify all Members of the International Labour Organisation of theregistration of all ratifications and denunciations communicated tohim by the Members of the Organisation.

Page 16: Dasar Hukum Anti Diskriminasi Pekerja Wanita

2. When notifying the Members of the Organisation of the registrationof the second ratification communicated to him, the Director-Generalshall draw the attention of the Members of the Organisation to thedate upon which the Convention will come into force.

Article 11

The Director-General of the International Labour Office shallcommunicate to the Secretary-General of the United Nations forregistration in accordance with Article 102 of the Charter of theUnited Nations full particulars of all ratifications and acts ofdenunciation registered by him in accordance with the provisions ofthe preceding Articles.

Article 12

At such times as may consider necessary the Governing Body of theInternational Labour Office shall present to the General Conference areport on the working of this Convention and shall examine thedesirability of placing on the agenda of the Conference the questionof its revision in whole or in part.

Article 13

1. Should the Conference adopt a new Convention revising thisConvention in whole or in part, then, unless the new Conventionotherwise provides:

a) the ratification by a Member of the new revising Convention shall ipso jure involve the immediate denunciation of this Convention, notwithstanding the provisions of Article 9 above, if and when the new revising Convention shall have come into force;

b) as from the date when the new revising Convention comes into force this Convention shall cease to be open to ratification by the Members.

2. This Convention shall in any case remain in force in its actualform and content for those Members which have ratified it but havenot ratified the revising Convention.

Article 14

The English and French versions of the text of this Convention areequally authoritative.

For further information, please contact the International LabourStandards and Human Rights Department (NORMES) at Tel: 41-22-799-7126or Fax: 41-22-799-6926

ILO HomeCopyright @ 1995 International Labour Oganization (ILO) Disclaimer [email protected] page was created by MT. It was approved by DS. It was last updated on February 21,1996.