dari redaksi s kabupaten kutai timur punya investment ... · sekitar 50 kelompok yang ada di tiga...

8
Edisi I November 2008 Buletin INFO PEMBERDAYAAN emua orang tahu bahwa Kabupaten Kutai Timur punya S potensi sumber daya alam yang sangat melimpah, sebut saja misalnya di bidang pertanian, perkebunan, kelautan, dan pertambangan. Namun, kekayaan sumber daya alam itu belum seimbang dengan sumber daya manusia yang dimiliki daerah ini. Masyarakat belum memaksimalkan potensi-potensi yang ada di sekitarnya. Pisang, misalnya, masih dikelola dan dipasarkan secara tradisional. Masyarakat belum mencoba bagaimana komoditi pisang itu bisa diolah menjadi komoditi bisnis dalam bentuk lainnya, seperti tepung, selai, dan kerupuk pisang. Dalam konteks ini, kehadiran Bina Swadaya dalam Program Investasi Masyarakat ( Community Investment Program) mungkin bisa menjembatani ”kepincangan” alamiah ini. Lewat pendampingan dan pemberdayaan masyarakat berbasis kelompok Bina Swadaya mencoba memberdayakan masyarakat dengan fokus penguatan kelembagaan kelompok sehingga kemudian diharapkan bisa meningkatkan produktivitas bisnis kelompok sasaran sebagaimana tujuan dari program ini. Info Pemberdayaan, dalam edisi perdana ini, menyajikan beberapa informasi terkait dengan program CIP di Kecamatan Kaliorang. Di antaranya adalah mengenal lebih dekat program CIP, sosialisasi CIP tingkat kecamatan dan tingkat desa, melihat kondisi kelembagaan kelompok, dan perlunya kerja sama antarpihak untuk mewujudkan kelompok yang mandiri. ”Tidak ada gading yang tidak retak.” Adagium ini mungkin tepat untuk buletin edisi perdana ini. Untuk itu, redaksi mengharapkan adanya kritik konstruktif dan saran yang bijak dari berbagai pihak sehingga terwujud media yang mendidik dan berimbang. Selamat membaca! Isi Berita Sosialisasi Community Investment Program Mengenal Lebih Dekat Community Investment Program Sumber Daya Alam yang Terabaikan Koordinasi dengan Dinas-dinas Kehadiran Bina Swadaya Ditanggapi Positif Menilik Kondisi Kelompok: Penguatan Kapasitas Kelembagaan Suatu Keharusan Menuju Kelompok Mandiri: Perlu Kerja Sama antar Pihak 2 3 1 1 4 5 6 Dari Redaksi agi itu, Rabu (29/10) sekitar pukul 07.30 WITA, tim Bina Swadaya yang terdiri dari Team Leader (Pasrah P Martakarya), Tenaga Ahli Agribisnis (Sasmito), Staf Administrasi (Widya Fermata, dan Tenaga Media & Informasi (Yosfialdi) berangkat menuju Kantor Kecamatan Kaliorang yang jaraknya tak kurang dari 50 km dari Kantor Bina Swadaya Bengalon. Saat itu hari cukup cerah dan tidak ada tanda-tanda hari akan hujan. Maklum sudah beberapa hari hujan terus mengguyur beberapa daerah di Kalimantan Timur, termasuk Kutai Timur. Waktu yang dihabiskan menuju Kantor Kecamatan Kaliorang lebih kurang satu setengah jam. Walaupun jalan banyak yang berlobang dan rusak, namun kondisi ini relatif lebih baik bila dibandingkan dengan jalan menuju desa-desa yang berlumpur. Sepanjang perjalanan kami ”disuguhi” pemandangan pepohonan dan potensi hutan yang luar biasa. Walaupun ada rumah yang berdiri di kiri-kanan jalan, namun jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Di benak kami terlintas bahwa Kutai Timur dianugerahi kekayaan alam yang potensial, akan tetapi masih banyak yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Masih banyak lahan-lahan produktif yang belum digarap. Di sejumlah titik kebun pisang nampaknya sudah tak terurus lagi. Sekitar pukul sembilan kami tiba di Kantor Kecamatan Kaliorang. Cuaca sedikit mendung dan terlihat tanda-tanda hari akan hujan. Gunung Sekerat sudah dikelilingi awan hitam yang siap menyirami bumi Kaliorang. Secara umum, topografi Kutai Sosialisasi Community Investment Program Timur relatif berbukit. Tak heran kalau posisi Kantor Kecamatan Kaliorang juga berada di atas bukit. Jumlah penduduk di sekitar kantor ini juga tidak banyak. Terlihat hanya ada beberapa rumah yang berdekatan dengan kantor kecamatan ini. Sebelum kami tiba ternyata tim Bina Swadaya lainnya sudah datang duluan. Mereka adalah Ade Suparman (Coordinator of Community Organizer /Koordinator Pendamping Kelompok), Ichsanul Fikri ( Community Organizer /Pendamping Kelompok Desa Selangkau), Ari Ponda (Pendamping Kelompok Desa Kaliorang, Winardi GR (Pendamping Kelompok Desa Bumi Sejatera). Kedatangan kami bukan untuk menghadap Camat atau Staf Kecamatan Kaliorang untuk keperluan administrasi melainkan untuk sosialisasi Program Investasi Masyarakat (Community Investment Program - CIP) tingkat kecamatan. Sedianya acara dijadualkan pada pukul 09.00 WITA, namun karena para undangan belum banyak yang datang akhirnya acara bisa dimulai pada pukul 10.00 WITA, maklum kondisi jalan yang berlumpur tidak memungkinkan undangan datang lebih cepat. Secara formal sosialisasi program memang baru kali ini diadakan di tingkat kecamatan, walaupun program sudah berjalan. Namun secara informal, sosialisasi sudah dilakukan oleh tim Bina Swadaya semenjak dimulainya program ini. Selain tim Bina Swadaya acara ini juga dihadiri oleh Sekretaris Camat (Suria Atmaja), Kepala BPP Kecamatan Kaliorang (Muslim), PPL, Kasi PMD, Babinsa, Pospol, Sekretaris Camat Kaliorang, Suria Atmaja (kiri), memberikan kata sambutan saat sosialisasi program CIP-Bina Swadaya. (Foto: Info Pemberdayaan)

Upload: others

Post on 03-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dari Redaksi S Kabupaten Kutai Timur punya Investment ... · sekitar 50 kelompok yang ada di tiga desa tersebut, konsentrasi pendampingan hanya pada 8 kelompok untuk satu desa. Dengan

Edisi I November 2008

Buletin

INFO PEMBERDAYAAN

e mu a o r a n g t a h u b a h wa Kabupaten Kutai Timur punya S potensi sumber daya alam yang

sangat melimpah, sebut saja misalnya di bidang pertanian, perkebunan, kelautan, dan pertambangan. Namun, kekayaan sumber daya alam itu belum seimbang dengan sumber daya manusia yang dimiliki daerah ini.

Masyarakat belum memaksimalkan potensi-potensi yang ada di sekitarnya. Pisang, misalnya, masih dikelola dan dipasarkan secara tradisional. Masyarakat belum mencoba bagaimana komoditi pisang itu bisa diolah menjadi komoditi bisnis dalam bentuk lainnya, seperti tepung, selai, dan kerupuk pisang.

Dalam konteks ini, kehadiran Bina Swadaya dalam Program Investasi Masyarakat (Community Investment Program) mungkin bisa menjembatani ”kepincangan” alamiah ini. Lewat pendampingan dan pemberdayaan masyarakat berbasis kelompok Bina Swadaya mencoba memberdayakan masyarakat dengan fokus penguatan kelembagaan kelompok sehingga kemudian diharapkan bisa meningkatkan produktivitas bisnis kelompok sasaran sebagaimana tujuan dari program ini.

Info Pemberdayaan, dalam edisi perdana ini, menyajikan beberapa informasi terkait dengan program CIP di Kecamatan Kaliorang. Di antaranya adalah mengenal lebih dekat program CIP, sosialisasi CIP tingkat kecamatan dan tingkat desa, melihat kondisi kelembagaan kelompok, dan perlunya kerja sama antarpihak untuk mewujudkan kelompok yang mandiri.

”Tidak ada gading yang tidak retak.” Adagium ini mungkin tepat untuk buletin edisi perdana ini. Untuk itu, redaksi mengharapkan adanya kritik konstruktif dan saran yang bijak dari berbagai pihak sehingga terwujud media yang mendidik dan berimbang. Selamat membaca!

Isi BeritaSosialisasi Community Investment Program

Mengenal Lebih Dekat Community Investment Program

Sumber Daya Alam yang Terabaikan

Koordinasi dengan Dinas-dinas

Kehadiran Bina Swadaya Ditanggapi Positif

Menilik Kondisi Kelompok: Penguatan Kapasitas Kelembagaan Suatu Keharusan

Menuju Kelompok Mandiri: Perlu Kerja Sama antar Pihak

23

1

1

4

5

6

Dari Redaksi

agi itu, Rabu (29/10) sekitar pukul 07.30 WITA, tim Bina Swadaya yang terdiri dari Team Leader (Pasrah P

Martakarya), Tenaga Ahli Agribisnis (Sasmito), Staf Administrasi (Widya Fermata, dan Tenaga Media & Informasi (Yosfialdi) berangkat menuju Kantor Kecamatan Kaliorang yang jaraknya tak kurang dari 50 km dari Kantor Bina Swadaya Bengalon. Saat itu hari cukup cerah dan tidak ada tanda-tanda hari akan hujan. Maklum sudah beberapa hari hujan terus mengguyur beberapa daerah di Kalimantan Timur, termasuk Kutai Timur. Waktu yang dihabiskan menuju Kantor Kecamatan Kaliorang lebih kurang satu setengah jam. Walaupun jalan banyak yang berlobang dan rusak, namun kondisi ini relatif lebih baik bila dibandingkan dengan jalan menuju desa-desa yang berlumpur.

Sepanjang perjalanan kami ”disuguhi” pemandangan pepohonan dan potensi hutan yang luar biasa. Walaupun ada rumah yang berdiri di kiri-kanan jalan, namun jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Di benak kami terlintas bahwa Kutai Timur dianugerahi kekayaan alam yang potensial, akan tetapi masih banyak yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Masih banyak lahan-lahan produktif yang belum digarap. Di sejumlah titik kebun pisang nampaknya sudah tak terurus lagi.

Sekitar pukul sembilan kami tiba di Kantor Kecamatan Kaliorang. Cuaca sedikit mendung dan terlihat tanda-tanda hari akan hujan. Gunung Sekerat sudah dikelilingi awan hitam yang siap menyirami bumi Kaliorang. Secara umum, topografi Kutai

Sosialisasi Community Investment Program

Timur relatif berbukit. Tak heran kalau posisi Kantor Kecamatan Kaliorang juga berada di atas bukit. Jumlah penduduk di sekitar kantor ini juga tidak banyak. Terlihat hanya ada beberapa rumah yang berdekatan dengan kantor kecamatan ini.

Sebelum kami tiba ternyata tim Bina Swadaya lainnya sudah datang duluan. Mereka adalah Ade Suparman (Coordinator of C o m m u n i t y O r g a n i z e r / Ko o r d i n a t o r Pendamping Kelompok), Ichsanul Fikri ( C o m m u n i t y O r ga n i z e r /Pendamping Kelompok Desa Selangkau), Ari Ponda (Pendamping Kelompok Desa Kaliorang, Winardi GR (Pendamping Kelompok Desa Bumi Sejatera). Kedatangan kami bukan untuk menghadap Camat atau Staf Kecamatan Kaliorang untuk keperluan administrasi melainkan untuk sosialisasi Program Investasi Masyarakat (Community Investment Program - CIP) tingkat kecamatan.

Sedianya acara dijadualkan pada pukul 09.00 WITA, namun karena para undangan belum banyak yang datang akhirnya acara bisa dimulai pada pukul 10.00 WITA, maklum kondisi jalan yang berlumpur tidak memungkinkan undangan datang lebih cepat. Secara formal sosialisasi program memang baru kali ini diadakan di tingkat kecamatan, walaupun program sudah berjalan. Namun secara informal, sosialisasi sudah dilakukan oleh tim Bina Swadaya semenjak dimulainya program ini.

Selain tim Bina Swadaya acara ini juga dihadiri oleh Sekretaris Camat (Suria Atmaja), Kepala BPP Kecamatan Kaliorang (Muslim), PPL, Kasi PMD, Babinsa, Pospol,

Sekretaris Camat Kaliorang, Suria Atmaja (kiri), memberikan kata sambutan saat sosialisasi program CIP-Bina Swadaya. (Foto: Info Pemberdayaan)

Page 2: Dari Redaksi S Kabupaten Kutai Timur punya Investment ... · sekitar 50 kelompok yang ada di tiga desa tersebut, konsentrasi pendampingan hanya pada 8 kelompok untuk satu desa. Dengan

communityip.org

staf desa, tokoh masyarakat, Badan Perwakilan Desa, dan Kontak Tani. Sayang sekali, acara sosialisasi ini tidak bisa dihadiri oleh Camat Kaliorang (H. Hormansyah) karena beliau sedang bertugas di kabupaten (Sangatta). Acara dibuka oleh Sekretaris Camat Kaliorang, Suria Atmaja.

Dalam sambutannya Suria Atmaja mengatakan bahwa ia sangat senang dan mendukung kehadiran Bina Swadaya di Kecamatan Kaliorang. Untuk itu, ia meminta agar segenap pihak ikut membantu dan mendukung program CIP ini. Menurutnya, karena kondisi masyarakat masih lemah dari s i s i s u m b e r d aya m a nu s i a , m a k a pendampingan dan penguatan kapasitas masyarakat sangat perlu dan mendesak. Oleh karena itu, lanjutnya, kehadiran Bina Swadaya di Kecamatan Kaliorang sangat tepat.

Sementara dalam pemaparannya, Team

Leader Pasrah Martakarya menjelaskan

bahwa Program Investasi Masyarakat ini tidak selalu dan harus identik dengan investasi dalam bentuk materi. Investasi, lanjutnya lebih jauh, bisa saja dalam non materi. Ia mengistilahkannya dengan investasi sosial. ”Kehadiran Bina Swadaya di Kecamatan Kaliorang ini lebih pada investasi s o s i a l d a l a m b e n t u k p e n i n g k a t a n kemampuan atau pengembangan kapasitas masyarakat,” jelas pria yang sudah puluhan tahun bergerak dalam dunia pemberdayaan ini.

Terlihat undangan serius mengikuti pemaparan program CIP yang disampaikan oleh Tim Bina Swadaya. (Foto: Info Pemberdayaan)

PenasehatPasrah Marta Karya

Tim RedaksiYosfialdiSasmito

Diterbitkan OlehTim Bina Swadaya

Alamat RedaksiJl. Poros Perdau – Kalindo, Desa Sepaso Barat, Kec.

BengalonKab. Kutai Timur – Kalimantan Timur

Hp. 0818707469. Email: [email protected]

Team Leader juga menjelaskan bahwa keberadaan Bina Swadaya tidak terfokus pada hal-hal yang bersifat teknis melainkan menitikberatkan pada peningkatan dan pengembangan kapasitas masyarakat (baca: kelompok). Hal ini bertujuan untuk menghindari ketumpangtindihan dengan program dinas terkait.

Secara umum tujuan program CIP ini adalah meningkatkan produktivitas bisnis kelompok sasaran. Hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan kapasitas k e l e m b a g a a n K S M , k a p a s i t a s teknis/keterampilan dan pengetahuan kelompok, dan meningkatnya usaha kecil dan menengah KSM (budidaya pertanian, pasca panen, dan pengelolaan modal). Sementara prinsip yang dikembangkan dalam program ini adalah pa r t i s ipa t i f dan kebe r l an ju tan . Par t i s ipa t i f a r t inya masyarakat berpartisipasi dalam setiap aktivitas program dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam program yang lain. Sementara keberlanjutan dalam artian bahwa program ini dirancang untuk membangun keber lanjutan mata pencaharian dan partisipasi masyarakat. (ya)

Sosialisasi di Kec. Kaliorang ini ditanggapi positif oleh peserta karena yang dipaparkan oleh CIP-Bina Swadaya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Suasana dalam sosialisasi ini juga cukup menarik dan dinamis. Ini terbukti ketika sesi tanya jawab peserta aktif bertanya dan menanggapi bahan pemaparan

Mengenal Lebih Dekat

Istilah pemberdayaan (empowerment) barangkali bukan hal yang asing lagi bagi banyak kalangan, bahkan terma ini sudah berkembang dalam literatur ilmiah. Dalam pengertian yang lebih luas pemberdayaan lebih merujuk pada bagaimana meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Di samping itu, pemberdayaan juga upaya merubah kondisi masyarakat untuk bisa mengakses sumber daya pembangunan yang selama ini tidak mereka dapatkan.

Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata “daya” (power). Daya berarti kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat juga diperkuat dengan unsur–unsur yang berasal dari luar. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan m e m a n d i r i k a n m a s y a r a k a t . Pemberdayaan menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya serta mendorong masyarakat agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Dengan demikian, pemberdayaan bertujuan dua arah. Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi lapisan masyarakat dalam struktur ekonomi dan nilai tawar dengan pihak lain.

Pada dataran ini, Program Investasi Masyarakat (Community Investment Program) barangkali sejalan dengan k o n s e p d i a t a s . D e n g a n p o l a pendampingan kepada masyarakat

program ini mengarah pada peningkatan kapasitas berupa pengetahuan, keterampilan, dan t ingkah laku masyarakat sehingga dapat mengelola sumber daya yang ada pada masyarakat tersebut. Community Investment Program (CIP) ini sejalan dengan program Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur dalam hal meningkatkan produktivitas usaha, mengurangi kemiskinan, dan pengembangan sumber daya alam potensial.

P r o g r a m i n i d i r a n c a n g d a n dilaksanakan oleh Bina Swadaya dan bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya seperti Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan Kabupaten Kutai Timur. Terhitung program CIP sudah dimulai semenjak Juli 2008 dengan tiga desa yang menjadi sasaran wilayah kerja, yaitu Desa Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera. Tiga desa ini berada di Kecamatan Kaliorang.

Secara struktur, tim CIP terdiri dari Team Leader (TL), 3 tenaga ahli (keuangan mikro, agribisnis, dan media & informasi). Tim juga diperkuat oleh Community Organizer (CO) yang berada di m a s i n g - m a s i n g d e s a . U n t u k mengkoordinasi ketiga CO tersebut di tingkat kecamatan ditempatkan seorang Coordinator of Community Organizer (CCO). Untuk kelancaran program tentu saja tim didukung penuh oleh seorang staf administrasi dan keuangan yang bertempat di Kantor Bina Swadaya-CIP Bengalon, Jl. Poros Perdau – Kalindo, Desa Sepaso Barat.

Fokus program ini berada pada 3 desa meskipun ada 7 desa di Kec. Kaliorang. Dari sekitar 50 kelompok yang ada di tiga desa tersebut, konsentrasi pendampingan hanya pada 8 kelompok untuk satu desa. Dengan demikian, jumlah keseluruhan kelompok dampingan adalah 24 kelompok. Hal ini dimaksudkan agar pendampingan lebih intensif, dan diharapkan nanti bisa diterapkan untuk kelompok lainnya.

Paling tidak ada tiga lingkup kegiatan CIP. Pertama, Pengembangan kapasitas masyarakat melalui penumbuhan dan pengembangan 24 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) – yang terdiri dari 8 KSM di masing-masing desa, Wahana Kerjasama antar Kelompok (WKAK) dan Pusat Pembelajaran Masyarakat (CLC). Kedua, Pengembangan kemampuan teknis anggota kelompok melalui pengembangan sektor pertanian, peternakan, dan perikanan melalui introduksi teknologi tepat guna, dan penanganan pasca panen. Ketiga, Pengembangan akses pasar untuk menjamin meningkatan produktivitas usaha dan peningkatan nilai tambah produk.

Sejauh ini program CIP sudah masuk pada tahap pembentukan atau reposisi KSM dan penyusunan base line data setelah melakukan sosialisasi program di tingkat desa dan kecamatan. Di samping itu, koordinasi dengan berbagai pihak juga terus ditingkatkan, seperti koordinasi dengan Pemda Kab. Kutai Timur, Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Kutai Timur, Camat dan BPP Kecamatan Kaliorang, serta aparat desa dan tokoh masyarakat. Keberadaan tim dan program CIP sejauh ini mendapat sambutan dan respon yang baik dari berbagai pihak tak terkecuali dari kelompok sendiri. (ya)

SUSUNAN REDAKSI

INFO PEMBERDAYAAN INFO PEMBERDAYAAN

2 3

Kedatangan kami bukan untuk menghadap Camat

atau Staf Kecamatan Kaliorang untuk keperluan

administrasi melainkan untuk sosialisasi

Program Investasi Masyarakat (Community Investment

Program - CIP) tingkat kecamatan.

Community Investment Program

Page 3: Dari Redaksi S Kabupaten Kutai Timur punya Investment ... · sekitar 50 kelompok yang ada di tiga desa tersebut, konsentrasi pendampingan hanya pada 8 kelompok untuk satu desa. Dengan

communityip.org

staf desa, tokoh masyarakat, Badan Perwakilan Desa, dan Kontak Tani. Sayang sekali, acara sosialisasi ini tidak bisa dihadiri oleh Camat Kaliorang (H. Hormansyah) karena beliau sedang bertugas di kabupaten (Sangatta). Acara dibuka oleh Sekretaris Camat Kaliorang, Suria Atmaja.

Dalam sambutannya Suria Atmaja mengatakan bahwa ia sangat senang dan mendukung kehadiran Bina Swadaya di Kecamatan Kaliorang. Untuk itu, ia meminta agar segenap pihak ikut membantu dan mendukung program CIP ini. Menurutnya, karena kondisi masyarakat masih lemah dari s i s i s u m b e r d aya m a nu s i a , m a k a pendampingan dan penguatan kapasitas masyarakat sangat perlu dan mendesak. Oleh karena itu, lanjutnya, kehadiran Bina Swadaya di Kecamatan Kaliorang sangat tepat.

Sementara dalam pemaparannya, Team

Leader Pasrah Martakarya menjelaskan

bahwa Program Investasi Masyarakat ini tidak selalu dan harus identik dengan investasi dalam bentuk materi. Investasi, lanjutnya lebih jauh, bisa saja dalam non materi. Ia mengistilahkannya dengan investasi sosial. ”Kehadiran Bina Swadaya di Kecamatan Kaliorang ini lebih pada investasi s o s i a l d a l a m b e n t u k p e n i n g k a t a n kemampuan atau pengembangan kapasitas masyarakat,” jelas pria yang sudah puluhan tahun bergerak dalam dunia pemberdayaan ini.

Terlihat undangan serius mengikuti pemaparan program CIP yang disampaikan oleh Tim Bina Swadaya. (Foto: Info Pemberdayaan)

PenasehatPasrah Marta Karya

Tim RedaksiYosfialdiSasmito

Diterbitkan OlehTim Bina Swadaya

Alamat RedaksiJl. Poros Perdau – Kalindo, Desa Sepaso Barat, Kec.

BengalonKab. Kutai Timur – Kalimantan Timur

Hp. 0818707469. Email: [email protected]

Team Leader juga menjelaskan bahwa keberadaan Bina Swadaya tidak terfokus pada hal-hal yang bersifat teknis melainkan menitikberatkan pada peningkatan dan pengembangan kapasitas masyarakat (baca: kelompok). Hal ini bertujuan untuk menghindari ketumpangtindihan dengan program dinas terkait.

Secara umum tujuan program CIP ini adalah meningkatkan produktivitas bisnis kelompok sasaran. Hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan kapasitas k e l e m b a g a a n K S M , k a p a s i t a s teknis/keterampilan dan pengetahuan kelompok, dan meningkatnya usaha kecil dan menengah KSM (budidaya pertanian, pasca panen, dan pengelolaan modal). Sementara prinsip yang dikembangkan dalam program ini adalah pa r t i s ipa t i f dan kebe r l an ju tan . Par t i s ipa t i f a r t inya masyarakat berpartisipasi dalam setiap aktivitas program dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam program yang lain. Sementara keberlanjutan dalam artian bahwa program ini dirancang untuk membangun keber lanjutan mata pencaharian dan partisipasi masyarakat. (ya)

Sosialisasi di Kec. Kaliorang ini ditanggapi positif oleh peserta karena yang dipaparkan oleh CIP-Bina Swadaya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Suasana dalam sosialisasi ini juga cukup menarik dan dinamis. Ini terbukti ketika sesi tanya jawab peserta aktif bertanya dan menanggapi bahan pemaparan

Mengenal Lebih Dekat

Istilah pemberdayaan (empowerment) barangkali bukan hal yang asing lagi bagi banyak kalangan, bahkan terma ini sudah berkembang dalam literatur ilmiah. Dalam pengertian yang lebih luas pemberdayaan lebih merujuk pada bagaimana meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Di samping itu, pemberdayaan juga upaya merubah kondisi masyarakat untuk bisa mengakses sumber daya pembangunan yang selama ini tidak mereka dapatkan.

Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata “daya” (power). Daya berarti kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat juga diperkuat dengan unsur–unsur yang berasal dari luar. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan m e m a n d i r i k a n m a s y a r a k a t . Pemberdayaan menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya serta mendorong masyarakat agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Dengan demikian, pemberdayaan bertujuan dua arah. Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi lapisan masyarakat dalam struktur ekonomi dan nilai tawar dengan pihak lain.

Pada dataran ini, Program Investasi Masyarakat (Community Investment Program) barangkali sejalan dengan k o n s e p d i a t a s . D e n g a n p o l a pendampingan kepada masyarakat

program ini mengarah pada peningkatan kapasitas berupa pengetahuan, keterampilan, dan t ingkah laku masyarakat sehingga dapat mengelola sumber daya yang ada pada masyarakat tersebut. Community Investment Program (CIP) ini sejalan dengan program Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur dalam hal meningkatkan produktivitas usaha, mengurangi kemiskinan, dan pengembangan sumber daya alam potensial.

P r o g r a m i n i d i r a n c a n g d a n dilaksanakan oleh Bina Swadaya dan bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya seperti Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan Kabupaten Kutai Timur. Terhitung program CIP sudah dimulai semenjak Juli 2008 dengan tiga desa yang menjadi sasaran wilayah kerja, yaitu Desa Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera. Tiga desa ini berada di Kecamatan Kaliorang.

Secara struktur, tim CIP terdiri dari Team Leader (TL), 3 tenaga ahli (keuangan mikro, agribisnis, dan media & informasi). Tim juga diperkuat oleh Community Organizer (CO) yang berada di m a s i n g - m a s i n g d e s a . U n t u k mengkoordinasi ketiga CO tersebut di tingkat kecamatan ditempatkan seorang Coordinator of Community Organizer (CCO). Untuk kelancaran program tentu saja tim didukung penuh oleh seorang staf administrasi dan keuangan yang bertempat di Kantor Bina Swadaya-CIP Bengalon, Jl. Poros Perdau – Kalindo, Desa Sepaso Barat.

Fokus program ini berada pada 3 desa meskipun ada 7 desa di Kec. Kaliorang. Dari sekitar 50 kelompok yang ada di tiga desa tersebut, konsentrasi pendampingan hanya pada 8 kelompok untuk satu desa. Dengan demikian, jumlah keseluruhan kelompok dampingan adalah 24 kelompok. Hal ini dimaksudkan agar pendampingan lebih intensif, dan diharapkan nanti bisa diterapkan untuk kelompok lainnya.

Paling tidak ada tiga lingkup kegiatan CIP. Pertama, Pengembangan kapasitas masyarakat melalui penumbuhan dan pengembangan 24 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) – yang terdiri dari 8 KSM di masing-masing desa, Wahana Kerjasama antar Kelompok (WKAK) dan Pusat Pembelajaran Masyarakat (CLC). Kedua, Pengembangan kemampuan teknis anggota kelompok melalui pengembangan sektor pertanian, peternakan, dan perikanan melalui introduksi teknologi tepat guna, dan penanganan pasca panen. Ketiga, Pengembangan akses pasar untuk menjamin meningkatan produktivitas usaha dan peningkatan nilai tambah produk.

Sejauh ini program CIP sudah masuk pada tahap pembentukan atau reposisi KSM dan penyusunan base line data setelah melakukan sosialisasi program di tingkat desa dan kecamatan. Di samping itu, koordinasi dengan berbagai pihak juga terus ditingkatkan, seperti koordinasi dengan Pemda Kab. Kutai Timur, Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Kutai Timur, Camat dan BPP Kecamatan Kaliorang, serta aparat desa dan tokoh masyarakat. Keberadaan tim dan program CIP sejauh ini mendapat sambutan dan respon yang baik dari berbagai pihak tak terkecuali dari kelompok sendiri. (ya)

SUSUNAN REDAKSI

INFO PEMBERDAYAAN INFO PEMBERDAYAAN

2 3

Kedatangan kami bukan untuk menghadap Camat

atau Staf Kecamatan Kaliorang untuk keperluan

administrasi melainkan untuk sosialisasi

Program Investasi Masyarakat (Community Investment

Program - CIP) tingkat kecamatan.

Community Investment Program

Page 4: Dari Redaksi S Kabupaten Kutai Timur punya Investment ... · sekitar 50 kelompok yang ada di tiga desa tersebut, konsentrasi pendampingan hanya pada 8 kelompok untuk satu desa. Dengan

kippy

Koordinasi dengan Dinas-dinas

Tim Bina Swadaya yang terdiri dari Team Leader Pasrah Martakarya (kedua dari kiri) dan Tenaga Ahli Agribisnis Sasmito (kiri) menyampaikan program CIP kepada Kadis Kutai Timur (kanan). (Foto: Info Pemberdayaan)

ebagian orang mungkin tidak menganggap penting koordinasi S antara satu pihak dengan pihak

lain. Atau mungkin sebaliknya, sebagian orang malah menyadar i be tapa pentingnya koordinasi itu. Koordinasi yang baik akan melahirkan komunikasi dua arah yang pada gilirannya akan terbangun saling percaya dan kerja sama yang lebih erat. Sebaliknya, tanpa koordinasi apa pun bentuk kegiatan akan m e l a h i r k a n k e s a l a h p a h a m a n (misunderstanding), dan pada akhirnya bisa m e n i m b u l k a n k e c u r i g a a n ya n g seharusnya tidak boleh terjadi.

Hal ini sangat disadari oleh tim CIP-Bina Swadaya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari, Tenaga Ahli Agribisnis CIP-Bina Swadaya Sasmito (36), Senin (27/10), membangun koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan dan Dinas Perikanan dan Kelautan dalam rangka merealisasikan Program CIP-Bina Swadaya di Kecamatan Kaliorang. Menurut pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah ini, Koordinasi tidak hanya dibangun pada dua dinas ini saja melainkan ke dinas-dinas lainnya sesuai dengan pe rkembangan p rog ram selanjutnya.

Koordinasi pertama telah dilakukan tim Bina Swadaya pada awal Agustus 2008 yang lalu ke Dinas Pertanian dan Peternakan sebagai langkah awal dalam memperkenalkan program CIP.

Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan yang berada di Pusat Pemerintahan Kabupaten Kutai Timur, Bukit Pelangi, Sangatta ini adalah kunjungan pertama Tenaga Ahli Agribisnis CIP-Bina Swadaya, setelah itu baru ke Kantor Dinas Keulatan dan Perikanan yang berada di Komplek Lama Perintahan Kabupaten Kutai Timur, Bukit Pelangi, Sangatta. Di Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Sasmito menemui Wijaya Rahman (Kadis Pertanian dan Peternakan Kab. Kutai Timur) dan Saili (Kasubdin Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Kutai Timur).

Paling tidak ada empat materi yang dibicarakan dalam koordinasi di masing-masing dinas ini, yaitu membicarakan lingkup kegiatan CIP secara umum, tanggapan dan sikap dinas terhadap kehadiran CIP, tindak lanjut dukungan dinas terhadap CIP, Tindak lanjut hasil koordinasi.

Lebih rinci alumnus Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan Yogyakarta ini

menyampaikan seputar gambaran umum program, lingkungan kegiatan, organisasi pelaksana, serta sejumlah kegiatan yang telah dan sedang dilakukan oleh tim CIP. Lebih jauh lagi pria yang sudah malang-melintang dalam dunia pemberdayaan ini juga menyampaikan kepada pihak dinas bahwa pada tingkat lapangan antara anggota tim dengan petugas lapangan dari dinas nampaknya sudah mulai terbangun, terutama dengan BPP maupun PPL setempat.

Terkait dengan kegitan yang akan dilakukan, Sasmito menyampaikan bahwa dalam waktu dekat sosialisasi CIP akan dilakukan secara simultan, mulai dari tingkat kecamatan hingga ke desa-desa sasaran program.

Dilihat dari koordinasi tersebut, jelas Sasmito, nampaknya baik Dinas Pertanian & Peternakan maupun Dinas Kelautan & Perikanan menyambut baik program yang disampaikan oleh Bina Swadaya dan mendukung se jumlah keg ia tan yang memungkinkan dapat digandengkan dengan program dinas. Sementara di disi lain, pihak dinas berharap agar Bina Swadaya dapat membantu menguatkan kelompok-kelompok dampingannya, sehingga pada saat dinas meluncurkan program kelompok-kelompok tersebut mampu dan siap baik secara k e l e m b a g a a n m a u p u n k e m a m p u a n manajemennya.

INFO PEMBERDAYAAN INFO PEMBERDAYAAN

4 5

Kabupaten Kutai Timur punya potensi sumber daya alam yang sangat melimpah, sebut saja misalnya di bidang pertanian, perkebunan, kelautan, dan pertambangan. Namun, kekayaan sumber daya alam itu tidak seimbang dengan sumber daya manusia yang dimiliki daerah ini. Lahan yang begitu luas belum dimanfaatkan secara maksimal. Masih banyak lahan yang dibiarkan begitu saja tanpa dimanfaatkan menjadi usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan di tengah penghasilan masyarakat yang tidak menentu.

Kondisi ini bisa kita jumpai di tiga desa yang menjadi sasaran program Community Investment Program (CIP), yaitu Desa Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera. Ketiga desa ini memiliki potensi sumber daya alam yang belum dikembangkan dengan optimal. Desa Kaliorang, misalnya, punya lahan tambak potensial yang mencapai 100 ha. Sementara di Desa Selangkau terdapat 270 ha lahan potensial yang masih dimiliki masyarakat setempat. Di samping lahan tambak, ketiga desa di atas juga punya lahan sawah yang cukup potensial untuk dikembangkan. Namun, sebagian besar belum digarap dan masih semak belukar dan berawa. Pemanfaatan sumber daya alam yang belum maksimal juga terjadi pada komoditi pisang dan coklat yang dimiliki oleh masih-masing desa tersebut walaupun dua komoditi

ini pernah menjadi komoditi primadona masyarakat beberapa waktu yang lalu.

Belum optimalnya pengelolaan dan pengolahan sumber daya alam karena, diantaranya, tidak ditunjang dengan pengetahuan dan terbatasnya modal yang dimiliki masyarakat. Dari sisi pengetahuan, pola pengelolaan dan pengolahan sumber daya yang ada masih dalam bentuk pola lama. Komoditi pisang, misalnya, masih dikelola dalam bentuk konvensional. Artinya komoditi ini baru sebatas penjualan biasa dan belum terpikirkan bagaimana mengolah komoditi pisang ini menjadi bentuk lain. Padahal pisang bisa diolah menjadi kerupuk pisang, selai pisang, tepung, dan lain-lainnya.

Begitu juga dengan ikan hasil tangkapan nelayan. Komoditi ini hanya sebatas dijual kepada pengumpul dan belum terpikirkan bagaimana ikan bisa diolah menjadi bentuk makanan lain. Padahal ketersediaan ikan di Desa Kaliorang dan Selangkau cukup potensial untuk dikembangkan menjadi bisnis lain.

Hambatan pengetahuan ini diperparah lagi dengan keterbatasan modal yang dimiliki masyarakat. ”Potensi Desa Kaliorang cukup menjanjikan. Desa ini punya komoditi andalan seperti padi, pisang, kakao, dan ikan. Sayang sekali pengetahuan masyarakat

sangat terbatas dalam mengelolanya. Hal ini juga diperparah oleh keterbatasan modal,” jelas H. Rustam, Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Kaliorang.

Potensi desa yang cukup menjanjikan p e n i n g k a t a n m a t a p e n c a h a r i a n masyarakat ini sayang dibiarkan begitu saja tanpa dikelola dengan baik. Semua pihak perlu memikirkan bagaimana potensi yang ada ini dikembangkan agar pendapatan masyarakat meningkat seiring dengan kebutuhan hidup yang semakin tinggi. Pemerintah perlu melihat potensi berikut persoalan yang dihadapi masyarakat di ketiga desa ini khususnya dan desa-desa lain umumnya.

Pemer in tah hendaknya leb ih meng in tens i f kan pendampingan masyarakat melalui personilnya yang di tingkat desa dan kecamatan sehingga pengetahuan yang selama ini menjadi salah satu kendala bisa diminimalisir. Atau kalau perlu pemerintah bisa mengucurkan kredit dengan bunga rendah untuk menambah modal petani dalam meneruskan dan pengembangkan usaha yang mereka jalankan. Karena, sejauh ini, di Kecamatan Kaliorang belum ada lembaga keuangan formal atau perbankan sehingga akses masyarakat dalam memperoleh permodalan sangat terbatas. (ya)

Potensi budidaya tambak di Desa Selangkau, Kec. Kaliorang-Kutim yang belum dioptimalkan.

(Foto: CO Selangkau)

Potensi komoditas kakao yang tersebar di desa-desa sasaran program. Community Organizer

(Winardi) tengah memperlihatkan Kakao hasil panenan di Desa Kaliorang Kec.Kaliorang.

(Foto: CO Kaliorang)

Sumber Daya Alam yang Terabaikan

Page 5: Dari Redaksi S Kabupaten Kutai Timur punya Investment ... · sekitar 50 kelompok yang ada di tiga desa tersebut, konsentrasi pendampingan hanya pada 8 kelompok untuk satu desa. Dengan

kippy

Koordinasi dengan Dinas-dinas

Tim Bina Swadaya yang terdiri dari Team Leader Pasrah Martakarya (kedua dari kiri) dan Tenaga Ahli Agribisnis Sasmito (kiri) menyampaikan program CIP kepada Kadis Kutai Timur (kanan). (Foto: Info Pemberdayaan)

ebagian orang mungkin tidak menganggap penting koordinasi S antara satu pihak dengan pihak

lain. Atau mungkin sebaliknya, sebagian orang malah menyadar i be tapa pentingnya koordinasi itu. Koordinasi yang baik akan melahirkan komunikasi dua arah yang pada gilirannya akan terbangun saling percaya dan kerja sama yang lebih erat. Sebaliknya, tanpa koordinasi apa pun bentuk kegiatan akan m e l a h i r k a n k e s a l a h p a h a m a n (misunderstanding), dan pada akhirnya bisa m e n i m b u l k a n k e c u r i g a a n ya n g seharusnya tidak boleh terjadi.

Hal ini sangat disadari oleh tim CIP-Bina Swadaya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari, Tenaga Ahli Agribisnis CIP-Bina Swadaya Sasmito (36), Senin (27/10), membangun koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan dan Dinas Perikanan dan Kelautan dalam rangka merealisasikan Program CIP-Bina Swadaya di Kecamatan Kaliorang. Menurut pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah ini, Koordinasi tidak hanya dibangun pada dua dinas ini saja melainkan ke dinas-dinas lainnya sesuai dengan pe rkembangan p rog ram selanjutnya.

Koordinasi pertama telah dilakukan tim Bina Swadaya pada awal Agustus 2008 yang lalu ke Dinas Pertanian dan Peternakan sebagai langkah awal dalam memperkenalkan program CIP.

Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan yang berada di Pusat Pemerintahan Kabupaten Kutai Timur, Bukit Pelangi, Sangatta ini adalah kunjungan pertama Tenaga Ahli Agribisnis CIP-Bina Swadaya, setelah itu baru ke Kantor Dinas Keulatan dan Perikanan yang berada di Komplek Lama Perintahan Kabupaten Kutai Timur, Bukit Pelangi, Sangatta. Di Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Sasmito menemui Wijaya Rahman (Kadis Pertanian dan Peternakan Kab. Kutai Timur) dan Saili (Kasubdin Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Kutai Timur).

Paling tidak ada empat materi yang dibicarakan dalam koordinasi di masing-masing dinas ini, yaitu membicarakan lingkup kegiatan CIP secara umum, tanggapan dan sikap dinas terhadap kehadiran CIP, tindak lanjut dukungan dinas terhadap CIP, Tindak lanjut hasil koordinasi.

Lebih rinci alumnus Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan Yogyakarta ini

menyampaikan seputar gambaran umum program, lingkungan kegiatan, organisasi pelaksana, serta sejumlah kegiatan yang telah dan sedang dilakukan oleh tim CIP. Lebih jauh lagi pria yang sudah malang-melintang dalam dunia pemberdayaan ini juga menyampaikan kepada pihak dinas bahwa pada tingkat lapangan antara anggota tim dengan petugas lapangan dari dinas nampaknya sudah mulai terbangun, terutama dengan BPP maupun PPL setempat.

Terkait dengan kegitan yang akan dilakukan, Sasmito menyampaikan bahwa dalam waktu dekat sosialisasi CIP akan dilakukan secara simultan, mulai dari tingkat kecamatan hingga ke desa-desa sasaran program.

Dilihat dari koordinasi tersebut, jelas Sasmito, nampaknya baik Dinas Pertanian & Peternakan maupun Dinas Kelautan & Perikanan menyambut baik program yang disampaikan oleh Bina Swadaya dan mendukung se jumlah keg ia tan yang memungkinkan dapat digandengkan dengan program dinas. Sementara di disi lain, pihak dinas berharap agar Bina Swadaya dapat membantu menguatkan kelompok-kelompok dampingannya, sehingga pada saat dinas meluncurkan program kelompok-kelompok tersebut mampu dan siap baik secara k e l e m b a g a a n m a u p u n k e m a m p u a n manajemennya.

INFO PEMBERDAYAAN INFO PEMBERDAYAAN

4 5

Kabupaten Kutai Timur punya potensi sumber daya alam yang sangat melimpah, sebut saja misalnya di bidang pertanian, perkebunan, kelautan, dan pertambangan. Namun, kekayaan sumber daya alam itu tidak seimbang dengan sumber daya manusia yang dimiliki daerah ini. Lahan yang begitu luas belum dimanfaatkan secara maksimal. Masih banyak lahan yang dibiarkan begitu saja tanpa dimanfaatkan menjadi usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan di tengah penghasilan masyarakat yang tidak menentu.

Kondisi ini bisa kita jumpai di tiga desa yang menjadi sasaran program Community Investment Program (CIP), yaitu Desa Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera. Ketiga desa ini memiliki potensi sumber daya alam yang belum dikembangkan dengan optimal. Desa Kaliorang, misalnya, punya lahan tambak potensial yang mencapai 100 ha. Sementara di Desa Selangkau terdapat 270 ha lahan potensial yang masih dimiliki masyarakat setempat. Di samping lahan tambak, ketiga desa di atas juga punya lahan sawah yang cukup potensial untuk dikembangkan. Namun, sebagian besar belum digarap dan masih semak belukar dan berawa. Pemanfaatan sumber daya alam yang belum maksimal juga terjadi pada komoditi pisang dan coklat yang dimiliki oleh masih-masing desa tersebut walaupun dua komoditi

ini pernah menjadi komoditi primadona masyarakat beberapa waktu yang lalu.

Belum optimalnya pengelolaan dan pengolahan sumber daya alam karena, diantaranya, tidak ditunjang dengan pengetahuan dan terbatasnya modal yang dimiliki masyarakat. Dari sisi pengetahuan, pola pengelolaan dan pengolahan sumber daya yang ada masih dalam bentuk pola lama. Komoditi pisang, misalnya, masih dikelola dalam bentuk konvensional. Artinya komoditi ini baru sebatas penjualan biasa dan belum terpikirkan bagaimana mengolah komoditi pisang ini menjadi bentuk lain. Padahal pisang bisa diolah menjadi kerupuk pisang, selai pisang, tepung, dan lain-lainnya.

Begitu juga dengan ikan hasil tangkapan nelayan. Komoditi ini hanya sebatas dijual kepada pengumpul dan belum terpikirkan bagaimana ikan bisa diolah menjadi bentuk makanan lain. Padahal ketersediaan ikan di Desa Kaliorang dan Selangkau cukup potensial untuk dikembangkan menjadi bisnis lain.

Hambatan pengetahuan ini diperparah lagi dengan keterbatasan modal yang dimiliki masyarakat. ”Potensi Desa Kaliorang cukup menjanjikan. Desa ini punya komoditi andalan seperti padi, pisang, kakao, dan ikan. Sayang sekali pengetahuan masyarakat

sangat terbatas dalam mengelolanya. Hal ini juga diperparah oleh keterbatasan modal,” jelas H. Rustam, Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Kaliorang.

Potensi desa yang cukup menjanjikan p e n i n g k a t a n m a t a p e n c a h a r i a n masyarakat ini sayang dibiarkan begitu saja tanpa dikelola dengan baik. Semua pihak perlu memikirkan bagaimana potensi yang ada ini dikembangkan agar pendapatan masyarakat meningkat seiring dengan kebutuhan hidup yang semakin tinggi. Pemerintah perlu melihat potensi berikut persoalan yang dihadapi masyarakat di ketiga desa ini khususnya dan desa-desa lain umumnya.

Pemer in tah hendaknya leb ih meng in tens i f kan pendampingan masyarakat melalui personilnya yang di tingkat desa dan kecamatan sehingga pengetahuan yang selama ini menjadi salah satu kendala bisa diminimalisir. Atau kalau perlu pemerintah bisa mengucurkan kredit dengan bunga rendah untuk menambah modal petani dalam meneruskan dan pengembangkan usaha yang mereka jalankan. Karena, sejauh ini, di Kecamatan Kaliorang belum ada lembaga keuangan formal atau perbankan sehingga akses masyarakat dalam memperoleh permodalan sangat terbatas. (ya)

Potensi budidaya tambak di Desa Selangkau, Kec. Kaliorang-Kutim yang belum dioptimalkan.

(Foto: CO Selangkau)

Potensi komoditas kakao yang tersebar di desa-desa sasaran program. Community Organizer

(Winardi) tengah memperlihatkan Kakao hasil panenan di Desa Kaliorang Kec.Kaliorang.

(Foto: CO Kaliorang)

Sumber Daya Alam yang Terabaikan

Page 6: Dari Redaksi S Kabupaten Kutai Timur punya Investment ... · sekitar 50 kelompok yang ada di tiga desa tersebut, konsentrasi pendampingan hanya pada 8 kelompok untuk satu desa. Dengan

INFO PEMBERDAYAAN INFO PEMBERDAYAAN

6 7

Menilik Kondisi Kelompok: Penguatan Kapasitas Kelembagaan Suatu Keharusan

i Desa Kaliorang, Selangkau, d a n B u m i S e j a h t e r a s e b e n a r n ya s u d a h a d a D

b e b e r a p a K e l o m p o k S w a d a y a Masyarakat (KSM). Ini terbukti ketika identifikasi kelompok dimana ditemukan bahwa di Desa Kaliorang terdapat 22 kelompok, Desa Selangkau 13 kelompok, dan Desa Bumi Sejahtera 15 kelompok. Kelompok-kelompok ini cukup beragam; kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok ternak, kelompok perempuan, kelompok keagamaan, kelompok sosial, dan lain-lain. Dari sekian banyak kelompok ini masih didominasi oleh kelompok pertanian.

Keberadaan kelompok-kelompok yang tersebar di masing-masing desa ini bisa dikatakan masih sebatas simbol. Sebagian besar kelompok, jika tidak semuanya, masih pasif meskipun kepengurusannya sudah terbentuk sejak awal. ”Kelompok baru sebatas namanya saja, faktanya di lapangan kegiatan kelompok belum ber jalan,” jelas Mahmud (35), Ketua Kelompok Pantai Harapan, usai sosialisasi program CIP kepada Info Pemberdayaan, Kamis

(30/10). Bahkan, jelas Mahmud yang juga menjabat Kaur Pemerintahan Desa Selangkau, tidak sedikit kelompok yang semenjak d iben tuk bar u seka l i mengadakan rapat untuk membahas masalah yang berkaitan dengan kepentingan kelompok. Setelah itu kelompok tidak pernah terdengar lagi mengadakan rapat-rapat.

Pria asal bugis yang sehari-hari juga sebagai ne layan in i l eb ih jauh menyatakan bahwa pembentukan kelompok terkesan asal-asalan. Karena dianggap tua atau yang disegani maka diangkat menjadi ketua kelompok, padahal dia belum tentu bisa bekerja untuk kelompok. Begitu juga dengan pengangkatan sekretaris dan bendahara yang masing-masingnya belum tentu bisa baca tulis dan mengerti manajemen keuangan. Hal yang sama juga terjadi di Desa Kaliorang dan Bumi Sejatera.

Persoalan utama yang dialami oleh semua kelompok di tiga desa ini adalah masalah sumber daya manusia (SDM) terutama pengetahuan tentang cara berorganisasi atau manajemen kelompok. Hal ini juga

diakui sendiri oleh H. Rustam (45), Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Desa Kaliorang ketika dimintai pendapatnya tentang kapasitas pengurus kelompok dalam mengorganisir kelompoknya usai acara sosialisasi di Desa Kaliorang, Senin (3/11). “...Oleh sebab itu, dengan adanya pendampingan Bina Swadaya selama tiga tahun di Desa Kaliorang ini bisa meningkatkan SDM pengurus kelompok,” lanjutnya sambil berharap.

Kondisi kelompok sebagaimana yang diuraikan di atas memang benar adanya. Pendampingan yang dilakukan Bina Swadaya di tiga desa ini tentu saja diharapkan bisa mengubah kondisi ini. Oleh sebab itu, di samping peningkatan produktivitas bisnis masyarakat dengan strategi pendekatan kelompok, program CIP juga fokus pada penguatan kelembagaan dan manajemen KSM melalui pelatihan dan pendampingan. Dari kondisi kelompok di atas, per lu d i lakukan penguatan kapas i tas k e l e m b a g a a n k e l o m p o k ya n g s e c a r a b e r k e s i n a m b u n g a n a k a n m e n d u k u n g peningkatan produktivitas bisnis masing-masing anggotanya.

Diantara bentuk pelatihan yang akan diberikan kepada kelompok dalam rangka penguatan kelembagaan adalah pelatihan dasar-dasar berkelompok, pelatihan kepemimpinan kelompok, pelatihan kesekretariatan kelompok (pengelolaan administrasi dan keuangan kelompok), pengelolaan ekonomi rumah tangga, keuangan mikro, manajemen usaha kecil, dan lain-lain.

Tujuan dari pelatihan ini adalah agar pengurus dan anggota kelompok mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep dan manajemen kelompok. Selain itu, diharapkan permasalahan dan kendala yang dihadapi kelompok selama ini dapat diketahui semenjak dini untuk kemudian secara bersama-sama mencari jalan keluarnya. Strategi ini tentu saja diawali dengan penumbuhan dan pembentukan kelompok, mulai dari kepengurusan, administrasi, pengelolaan finansial kelompok hingga peningkatan motivasi anggota kelompok.

Di satu sisi kelompok memang jauh dari kondisi yang mandiri (dalam pengertian luas). Namun dilihat dari penguatan kelembagaan yang akan dilakukan Bina Swadaya mungkin kondisi kelompok yang boleh dikatakan masih “tertatih-tatih” ini bisa mengubah kelompok ke arah yang lebih baik sehingga apa yang dicita-citakan menjadi kelompok mandiri bisa terwujud. (ya)

Ketua Kelompok Nelayan Pantai Harapan, Mahmud, di depan rumah kediamannya sekaligus sekretariat kelompok. Ia berharap adanya pembenahan SDM kelompok. (Foto: Info Pemberdayaan)

Kehadiran Bina Swadaya Ditanggapi Positif

rogram Community Investment Program (CIP) adalah sebuah P program yang dirancang dan

dijalankan oleh Bina Swadaya yang bertujuan meningkatkan kapasitas (pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku) masyarakat, sehingga dapat mengelola sumber daya lingkungan secara berkelanjutan melalui pemberdayaan kelompok dan pengelolaan sumber daya lokal. Program ini sejalan dengan program Pemerintah Daerah K a b u p a t e n K u t a i T i m u r d a l a m meningkatkan peran dunia usaha, kesejahteraan masyarakat, pengurangan tingkat kemiskinan, pengembangan sumber daya alam potensial, dan peningkatan produktivitas usaha.

Semenjak dimulainya program CIP di Kecamatan Kaliorang pada Juli 2008, dari pra survei hingga sosialisasi, keberadaan Bina Swadaya ternyata mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat tempat dimana program CIP dijalankan. Dukungan dan tanggapan positif ini tentu saja sangat penting bagi kelancaran pelaksanaan program CIP di lapangan.

Di tingkat pemerintah, misalnya, tim CIP-Bina Swadaya juga mendapat dukunga yang positif. Ketika awal program ini disampaikan kepada Camat Kaliorang, H. Hormansyah, pada awal Agustus 2008, beliau langsung mempersilahkan tim Bina Swadaya-CIP untuk melakukan penjajakan desa-desa di Kecamatan Kaliorang karena program ini dapat membantu memajukan masyarakat di daerah Kec. Kaliorang. Lebih jauh, Camat secara khusus mengharapkan agar Bina Swadaya bersedia melakukan pendampingan di semua desa (7 desa) yang terdapat di Kecamatan Kaliorang. Sementara komitmen Bina Swadaya-CIP yang menempatkan pendamping langsung (in live strategy) di desa dampingan menjadi nilai positif yang sangat dihargai aparat kecamatan karena akan semakin meningkatkan intensitas interaksi antara pendamping dengan masyarakat dampingan khususnya dan masyarakat setempat pada umumnya.

Hal yang sama juga terjadi di tingkat kabupaten. Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kab. Kutai Timur mendukung pelaksanaan program CIP di Kecamatan Kaliorang. Tanggapan positif juga mengalir

dari Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur melalui Kabag Pemerintahan (Dodi Rizani, S.Sos). Kabag Pemerintahan sangat mendukung pelaksanaan program CIP. Dukungan dibuktikan dengan dikeluarkannya Surat Pengantar Tugas untuk tim CIP-Bina Swadaya. Bahkan dalam koordinasi yang dilakukan pada paroh pertama Agustus yang lalu itu disepakati adanya nota kesepahaman bersama (MoU) antara Distanak, Kabag Pemerintahan dan Bina Swadaya-CIP.

Ketika kegiataan need assessment dilakukan, dengan melibatkan masyarakat, tim CIP mendapat dukungan dari masyarakat karena membantu masyarakat mengetahui potensi dan kondisi desanya. Tanggapan positif dari masyarakat terlihat saat sosialisasi program CIP di masing-masing desa. ”Warga sangat responsif dengan keberadaan Bina Swadaya di tengah-tengah kami. Kami berharap sekali agar Bina Swadaya benar-benar mendampingi masyarakat karena masyarakat ingin maju dalam berkelompok,” ungkap Mujiburrahman, salah seorang warga, saat sosialisasi di Desa Selangkau, Kamis (30/10).

Banyaknya persoalan yang dihadapi kelompok selama ini, seperti lemahnya kapasitas kelompok dan kurangnya penge tahuan da lam berorgan i sas i ,

diharapkan dengan adanya Bina Swadaya selama beberapa tahun ini bisa memicu semangat dan menambah wawasan kelompok menuju kelompok yang mandiri. Paling tidak itulah yang disampaikan Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) H. Rustam (45) ketika memberikan sambutan sosialisasi CIP di Desa Kaliorang, Senin (3/11). Disamping mendampingi kelompok, lanjutnya, kehadiran Bina Swadaya diharapkan bisa merubah pola pikir masyarakat yang selama ini dianggap jauh tertinggal.

Warga Desa Bumi Sejahtera yang berpenduduk 899 jiwa juga cukup antusias dengan kehadiran Bina Swadaya. Mereka berharap Bina Swadaya bisa mendampingi mereka (baca: kelompok) dalam rangka meningkatkan kapasitas kelompok karena dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) sangat lemah. Mereka juga minta agar Bina Swadaya mau membantu mencarikan akses modal yang selama ini menjadi salah satu masalah yang dihadapi warga dalam memasarkan usaha mereka. Persoalan ini cukup mengemuka disampaikan warga ketika sosialisasi yang diadakan di ruangan pertemuan yang bersebelahan dengan Kantor Desa Bumi Sejahtera, Rabu (5/11). (ya)

Sosialisasi program CIP di Kantor Desa Kaliorang. Dari kiri-kanan, Ari Ponda (Pendamping Desa Kaliorang), Team Leader CIP, Sekdes Kaliorang (M. Asri), dan Ketua BPD (H. Rustam). (Foto: Info Pemberdayaan)

Undangan yang terdiri dari kelompok, aparat desa, dan tokoh masyarakat tengah menyimak penjelasan dari Tim CIP. Acara sosialisasi berlangsung di Balai

Pertemuan Desa Bumi Sejahtera. (Foto: Info Pemberdayaan)

Page 7: Dari Redaksi S Kabupaten Kutai Timur punya Investment ... · sekitar 50 kelompok yang ada di tiga desa tersebut, konsentrasi pendampingan hanya pada 8 kelompok untuk satu desa. Dengan

INFO PEMBERDAYAAN INFO PEMBERDAYAAN

6 7

Menilik Kondisi Kelompok: Penguatan Kapasitas Kelembagaan Suatu Keharusan

i Desa Kaliorang, Selangkau, d a n B u m i S e j a h t e r a s e b e n a r n ya s u d a h a d a D

b e b e r a p a K e l o m p o k S w a d a y a Masyarakat (KSM). Ini terbukti ketika identifikasi kelompok dimana ditemukan bahwa di Desa Kaliorang terdapat 22 kelompok, Desa Selangkau 13 kelompok, dan Desa Bumi Sejahtera 15 kelompok. Kelompok-kelompok ini cukup beragam; kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok ternak, kelompok perempuan, kelompok keagamaan, kelompok sosial, dan lain-lain. Dari sekian banyak kelompok ini masih didominasi oleh kelompok pertanian.

Keberadaan kelompok-kelompok yang tersebar di masing-masing desa ini bisa dikatakan masih sebatas simbol. Sebagian besar kelompok, jika tidak semuanya, masih pasif meskipun kepengurusannya sudah terbentuk sejak awal. ”Kelompok baru sebatas namanya saja, faktanya di lapangan kegiatan kelompok belum ber jalan,” jelas Mahmud (35), Ketua Kelompok Pantai Harapan, usai sosialisasi program CIP kepada Info Pemberdayaan, Kamis

(30/10). Bahkan, jelas Mahmud yang juga menjabat Kaur Pemerintahan Desa Selangkau, tidak sedikit kelompok yang semenjak d iben tuk bar u seka l i mengadakan rapat untuk membahas masalah yang berkaitan dengan kepentingan kelompok. Setelah itu kelompok tidak pernah terdengar lagi mengadakan rapat-rapat.

Pria asal bugis yang sehari-hari juga sebagai ne layan in i l eb ih jauh menyatakan bahwa pembentukan kelompok terkesan asal-asalan. Karena dianggap tua atau yang disegani maka diangkat menjadi ketua kelompok, padahal dia belum tentu bisa bekerja untuk kelompok. Begitu juga dengan pengangkatan sekretaris dan bendahara yang masing-masingnya belum tentu bisa baca tulis dan mengerti manajemen keuangan. Hal yang sama juga terjadi di Desa Kaliorang dan Bumi Sejatera.

Persoalan utama yang dialami oleh semua kelompok di tiga desa ini adalah masalah sumber daya manusia (SDM) terutama pengetahuan tentang cara berorganisasi atau manajemen kelompok. Hal ini juga

diakui sendiri oleh H. Rustam (45), Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Desa Kaliorang ketika dimintai pendapatnya tentang kapasitas pengurus kelompok dalam mengorganisir kelompoknya usai acara sosialisasi di Desa Kaliorang, Senin (3/11). “...Oleh sebab itu, dengan adanya pendampingan Bina Swadaya selama tiga tahun di Desa Kaliorang ini bisa meningkatkan SDM pengurus kelompok,” lanjutnya sambil berharap.

Kondisi kelompok sebagaimana yang diuraikan di atas memang benar adanya. Pendampingan yang dilakukan Bina Swadaya di tiga desa ini tentu saja diharapkan bisa mengubah kondisi ini. Oleh sebab itu, di samping peningkatan produktivitas bisnis masyarakat dengan strategi pendekatan kelompok, program CIP juga fokus pada penguatan kelembagaan dan manajemen KSM melalui pelatihan dan pendampingan. Dari kondisi kelompok di atas, per lu d i lakukan penguatan kapas i tas k e l e m b a g a a n k e l o m p o k ya n g s e c a r a b e r k e s i n a m b u n g a n a k a n m e n d u k u n g peningkatan produktivitas bisnis masing-masing anggotanya.

Diantara bentuk pelatihan yang akan diberikan kepada kelompok dalam rangka penguatan kelembagaan adalah pelatihan dasar-dasar berkelompok, pelatihan kepemimpinan kelompok, pelatihan kesekretariatan kelompok (pengelolaan administrasi dan keuangan kelompok), pengelolaan ekonomi rumah tangga, keuangan mikro, manajemen usaha kecil, dan lain-lain.

Tujuan dari pelatihan ini adalah agar pengurus dan anggota kelompok mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep dan manajemen kelompok. Selain itu, diharapkan permasalahan dan kendala yang dihadapi kelompok selama ini dapat diketahui semenjak dini untuk kemudian secara bersama-sama mencari jalan keluarnya. Strategi ini tentu saja diawali dengan penumbuhan dan pembentukan kelompok, mulai dari kepengurusan, administrasi, pengelolaan finansial kelompok hingga peningkatan motivasi anggota kelompok.

Di satu sisi kelompok memang jauh dari kondisi yang mandiri (dalam pengertian luas). Namun dilihat dari penguatan kelembagaan yang akan dilakukan Bina Swadaya mungkin kondisi kelompok yang boleh dikatakan masih “tertatih-tatih” ini bisa mengubah kelompok ke arah yang lebih baik sehingga apa yang dicita-citakan menjadi kelompok mandiri bisa terwujud. (ya)

Ketua Kelompok Nelayan Pantai Harapan, Mahmud, di depan rumah kediamannya sekaligus sekretariat kelompok. Ia berharap adanya pembenahan SDM kelompok. (Foto: Info Pemberdayaan)

Kehadiran Bina Swadaya Ditanggapi Positif

rogram Community Investment Program (CIP) adalah sebuah P program yang dirancang dan

dijalankan oleh Bina Swadaya yang bertujuan meningkatkan kapasitas (pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku) masyarakat, sehingga dapat mengelola sumber daya lingkungan secara berkelanjutan melalui pemberdayaan kelompok dan pengelolaan sumber daya lokal. Program ini sejalan dengan program Pemerintah Daerah K a b u p a t e n K u t a i T i m u r d a l a m meningkatkan peran dunia usaha, kesejahteraan masyarakat, pengurangan tingkat kemiskinan, pengembangan sumber daya alam potensial, dan peningkatan produktivitas usaha.

Semenjak dimulainya program CIP di Kecamatan Kaliorang pada Juli 2008, dari pra survei hingga sosialisasi, keberadaan Bina Swadaya ternyata mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat tempat dimana program CIP dijalankan. Dukungan dan tanggapan positif ini tentu saja sangat penting bagi kelancaran pelaksanaan program CIP di lapangan.

Di tingkat pemerintah, misalnya, tim CIP-Bina Swadaya juga mendapat dukunga yang positif. Ketika awal program ini disampaikan kepada Camat Kaliorang, H. Hormansyah, pada awal Agustus 2008, beliau langsung mempersilahkan tim Bina Swadaya-CIP untuk melakukan penjajakan desa-desa di Kecamatan Kaliorang karena program ini dapat membantu memajukan masyarakat di daerah Kec. Kaliorang. Lebih jauh, Camat secara khusus mengharapkan agar Bina Swadaya bersedia melakukan pendampingan di semua desa (7 desa) yang terdapat di Kecamatan Kaliorang. Sementara komitmen Bina Swadaya-CIP yang menempatkan pendamping langsung (in live strategy) di desa dampingan menjadi nilai positif yang sangat dihargai aparat kecamatan karena akan semakin meningkatkan intensitas interaksi antara pendamping dengan masyarakat dampingan khususnya dan masyarakat setempat pada umumnya.

Hal yang sama juga terjadi di tingkat kabupaten. Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kab. Kutai Timur mendukung pelaksanaan program CIP di Kecamatan Kaliorang. Tanggapan positif juga mengalir

dari Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur melalui Kabag Pemerintahan (Dodi Rizani, S.Sos). Kabag Pemerintahan sangat mendukung pelaksanaan program CIP. Dukungan dibuktikan dengan dikeluarkannya Surat Pengantar Tugas untuk tim CIP-Bina Swadaya. Bahkan dalam koordinasi yang dilakukan pada paroh pertama Agustus yang lalu itu disepakati adanya nota kesepahaman bersama (MoU) antara Distanak, Kabag Pemerintahan dan Bina Swadaya-CIP.

Ketika kegiataan need assessment dilakukan, dengan melibatkan masyarakat, tim CIP mendapat dukungan dari masyarakat karena membantu masyarakat mengetahui potensi dan kondisi desanya. Tanggapan positif dari masyarakat terlihat saat sosialisasi program CIP di masing-masing desa. ”Warga sangat responsif dengan keberadaan Bina Swadaya di tengah-tengah kami. Kami berharap sekali agar Bina Swadaya benar-benar mendampingi masyarakat karena masyarakat ingin maju dalam berkelompok,” ungkap Mujiburrahman, salah seorang warga, saat sosialisasi di Desa Selangkau, Kamis (30/10).

Banyaknya persoalan yang dihadapi kelompok selama ini, seperti lemahnya kapasitas kelompok dan kurangnya penge tahuan da lam berorgan i sas i ,

diharapkan dengan adanya Bina Swadaya selama beberapa tahun ini bisa memicu semangat dan menambah wawasan kelompok menuju kelompok yang mandiri. Paling tidak itulah yang disampaikan Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) H. Rustam (45) ketika memberikan sambutan sosialisasi CIP di Desa Kaliorang, Senin (3/11). Disamping mendampingi kelompok, lanjutnya, kehadiran Bina Swadaya diharapkan bisa merubah pola pikir masyarakat yang selama ini dianggap jauh tertinggal.

Warga Desa Bumi Sejahtera yang berpenduduk 899 jiwa juga cukup antusias dengan kehadiran Bina Swadaya. Mereka berharap Bina Swadaya bisa mendampingi mereka (baca: kelompok) dalam rangka meningkatkan kapasitas kelompok karena dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) sangat lemah. Mereka juga minta agar Bina Swadaya mau membantu mencarikan akses modal yang selama ini menjadi salah satu masalah yang dihadapi warga dalam memasarkan usaha mereka. Persoalan ini cukup mengemuka disampaikan warga ketika sosialisasi yang diadakan di ruangan pertemuan yang bersebelahan dengan Kantor Desa Bumi Sejahtera, Rabu (5/11). (ya)

Sosialisasi program CIP di Kantor Desa Kaliorang. Dari kiri-kanan, Ari Ponda (Pendamping Desa Kaliorang), Team Leader CIP, Sekdes Kaliorang (M. Asri), dan Ketua BPD (H. Rustam). (Foto: Info Pemberdayaan)

Undangan yang terdiri dari kelompok, aparat desa, dan tokoh masyarakat tengah menyimak penjelasan dari Tim CIP. Acara sosialisasi berlangsung di Balai

Pertemuan Desa Bumi Sejahtera. (Foto: Info Pemberdayaan)

Page 8: Dari Redaksi S Kabupaten Kutai Timur punya Investment ... · sekitar 50 kelompok yang ada di tiga desa tersebut, konsentrasi pendampingan hanya pada 8 kelompok untuk satu desa. Dengan

8

Menuju Kelompok Mandiri: Perlu Kerja Sama antar Pihak

enjadi kelompok yang mandiri tentu saja hal yang tidak mudah seperti membalikkan telapak M

tangan. Ada proses-proses yang harus dilalui, di antaranya adalah memperkuat kelembagaan kelompok. Sementara untuk mencapai ke arah ini (kelompok mandiri) perlu kerja sama yang baik antara CIP-Bina Swadaya dengan pihak lain.

Di tengah kesibukannya, Info pemberdayaan sempat mewawancarai Kepala BPP Kec. Kaliorang, Bapak Muslim. Dalam wawancara kali ini mantan PPL Desa Bumi Sejahtera ini menyadari bahwa SDM kelompok masih lemah. Di samping itu, perlu kerja sama yang baik untuk menyukseskan porogram di lapangan. Berikut petikan wawancaranya:

Di Kecamatan Kaliorang, khususnya di Desa Kaliorang, Selangkau, dan Bumi Sejahtera sudah ada sejumlah kelompok tani, bahkan keberadaan mereka sudah cukup lama. Sejauh ini bagaimana perkembangan kelompok-kelompok tersebut?

Awalnya Kecamatan Kaubun dan Kaliorang ini gabung jadi satu. Namun pada 2007 terjadi pemekaran kecamatan; Kaubun jadi satu kecamatan dan kaliorang jadi satu kecamatan. Diakui bahwa sebelum pemekaran perkembangan kelompok memang lambat karena jumlahnya yang cukup banyak, namun setelah ter jadi pemekaran sudah ada perkembangan yang berarti walaupun ada kelemahan-kelemahannya, yaitu lemahnya penguatan kelompok. Hanya beberapa kelompok saja yang paham cara berkelompok. Saya berharap dengan adanya Bina Swadaya di tiga desa ini akan menambah perkembangan yang ada. Saya melihat tiga desa ini sangat potensial untuk dikembangkan.

Kenapa selama ini kelompok susah berkembang padahal sudah lama dibentuk dan sudah diberikan penyuluhan?

Pertama adalah masalah sumber daya manusianya. Ketua kelompok (atau pengurus lainnya, red) sebagian malah ada yang tidak bisa baca-tulis. Padahal kita sudah mengarahkan

agar dalam rapat pemilihan pengurus kelompok hendaknya memilih minimal yang bisa baca-tulis. Walaupun sudah diarahkan mereka tetap memilihnya. Berbeda halnya mereka yang memilih ketua atau pengurus lainnya yang bisa baca tulis. Kelompok-kelompok ini, walaupun hanya beberapa kelompok saja, mengalami kemajuan. Misalnya kelompok Rawai Indah yang berada di (dusun) Golo, mereka sudah bisa menyimpan dana (kelompok) sebesar 27 juta.

Di samping itu, mereka sangat bergantung pada bantuan. Di lapangan petugas penyuluh mencoba untuk mengubah pola pikir semacam ini. Kehadiran program CIP ini juga diharapkan bisa mengubah pola pikir masyarakat yang terlalu bergantung pada bantuan (pemerintah).

Umumnya kelompok, termasuk kelompok tani, dibentuk dengan motif atau karena akan ada bantuan. Sementara ketika tidak ada bantuan kelompok-kelompok hampir tidak kelihatan, jika tidak dikatakan bubar. Komentar Anda tentang hal ini?

Saya berharap jangan sampai terjadi seperti itu (kelompok bubar, red). Tidak ada kelompok yang bubar, paling mereka cuma ganti pengurus saja. Pola pikir yang selalu mengharapkan bantuan ini harus kita robah. Bahkan saya sangat senang dengan kehadiran Bina Swadaya dalam mendampingi dan memperkuat kapasitas kelompok di tiga desa ini. Semoga Bina Swadaya bisa mengubah pola pikir masyarakat yang selalu mengharapkan bantuan.

Menurut Anda, bagaimana caranya untuk menciptakan supaya kelompok tidak tergantung dengan bantuan?

Ketika kita memberikan penyuluhan atau memberikan anjuran di lapangan supaya masyarakat menanam suatu tanaman tertentu karena pasarannya bagus, mereka malah menolaknya bahkan mereka menyuruh kita untuk menanam duluan. Nah, di sini kita dulu yang harus berbuat untuk memberikan contoh. Ketika ini berhasil mereka baru mau menanamnya. Untuk Desa Bumi Sejahtera saya mencoba mengangkat satu kelompok dari 12 kelompok yang ada untuk memotivasi mereka. Kelompok Rawai Indah bisa dijadikan contoh. Kelompok punya 120 ton padi. Dengan ongkos giling Rp. 300 hingga Rp. 400 per kilo. Jika tergiling sebanyak 50 ton, kelompok ini sudah mengantongi pendapatan Rp. 15 juta. Jadi kalau mereka sudah punya pendapatan sebanyak itu ketergantungan bantuan akan berkurang dan bahkan hilang. Dengan cara ini diharapkan hasilnya bisa diikuti oleh kelompok lain.

Program CIP-Bina Swadaya sudah berjalan kurang lebih empat bulan. Artinya Bina Swadaya hadir di tengah-tengah kelompok yang kondisinya rata-rata masih lemah dalam hal kelembagaan. Apa tanggapan Anda dengan kehadiran Bina Swadaya di tiga desa ini?

Saya sangat bersyukur dengan kehadiran Bina Swadaya di kecamatan ini. Artinya di lapangan kami sangat terbantu dalam hal membenahi kelompok-kelompok. Saya mengakui bahwa kelompok-kelompok masih mempunyai banyak kelemahan. Untuk itu, di lapangan kita bisa bekerja sama. Saya juga

senang Bina Swadaya sudah berkoordinasi dengan Dinas (Pertanian Kabupaten, red). Pihak dinas juga berpesan ke saya supaya BPP bisa bekerja sama dengan CIP-Bina Swadaya.

Dalam mendampingi kelompok ada perbedaan titik tekan yang dilakukan oleh Bina Swadaya dengan Dinas Pertanian dimana yang pertama lebih pada penguatan kapasitas kelompok sementara yang kedua lebih pada sisi teknisnya. Bagaimana agar kedua penekanan ini bisa sejalan?

Se pintar apa pun orang pas t i ada kelemahannya. Sebaliknya, sebodoh apa pun orang pasti ada kelebihannya. Saya sudah bilang beberapa kali kepada Pak Ade (Suparman – Koordinator Pendamping, red) bahwa kalau ada hal-hal yang bersifat teknis dalam program CIP kami akan bantu. Sebaliknya kalau ada kelemahan dari sisi kapasitas kelompok tolong saya diberi masukan. Artinya di sini harus ada kerja sama antara kedua belah pihak untuk mencapai tujuan yang sama.

Di lapangan ada tenaga pendamping dari CIP-Bina Swadaya. Sementara dari dinas pertanian juga ada tenaga penyuluh (PPL). Kerja sama seperti apa yang sebaiknya dilakukan?

Kita sepakat kalau ada pertemuan hendaknya semua pihak dilibatkan agar semua informasi bisa diketahui bersama-sama. Jadi, jangan sampai terjadi komunikasi yang tidak bagus serta menon jo lkan ego i sme mas ing -mas ing. Pengalaman menunjukkan bawa antara SP2B dan PPL terjadi gap dimana yang satu merasa dia seorang sarjana yang bisa menggerakkan agribisnis, yang satu lagi merasa dia yang punya wilayah. Saya ingin mengambil pelajaran dari sini sehingga antara CIP dan Dinas Pertanian bisa bekerja sama walaupun CIP penekanannya pada kapasitas kelompok.

Menurut Anda, apakah ke depan masih dibutuhkan koordinasi yang lebih intensif lagi?

Koordinasi ke depan tetap diperlukan. Setiap ada pertemuan baik yang diadakan oleh CIP-Bina Swadaya maupun dinas harus diketahui dan kalau perlu dihadiri oleh masing-masing pihak. Pihak yang mengadakan pertemuan hendaknya memberi tahu pihak yang lain. Ini bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Kita berada di tengah-tengah kelompok untuk memecahkan masalah bukan untuk menambah masalah. Namun, saya minta maaf kepada Bina Swadaya karena tidak bisa hadir saat sosialisasi beberapa hari yang lalu karena mendampingi 37 kelompok ke Sangatta.

Apakah sudah ada koordinasi setiap bulan antara BPP dengan Koordinator Pendamping CIP?

Hal ini belum terlaksana tapi untuk ke depannya kami sudah menjadualkan pertemuan bulanan yang dilaksanakan setiap tanggal 25 karena pada waktu ini petugas penyuluh menyampaikan laporannya kepada saya. Momen ini kami gunakan untuk koordinasi dengan pihak CIP (koordinator pendamping, red). Walaupun ada CIP kita tidak menutup diri bahkan ingin bersama-sama supaya program di lapangan bisa berjalan dengan baik.

Supaya program berjalan dengan baik di tingkat lapangan, apa pesan anda kepada tenaga pendamping CIP?

Yang penting kita terus membangun kerja sama yang baik. Kita berharap jangan sampai putus komunikasi untuk menghindari hal-hak yang tidak kita inginkan. (ya)

Kepala BPP Kec. Kaliorang, Pak Muslim (kanan) dan Koordinator Pendamping CIP, Ade Suparman (kiri) usai wawancara di lokasi lahan Kelompok Rawa Indah, Desa Bumi Sejahtera. (Foto: Info Pemberdayaan

INFO PEMBERDAYAAN