inbound investment adalah

41
1. Inbound investment adalah: investasi yang berasal dari luar negri. 2. Perpajakan atas industri tertentu: Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi melalui Peraturan Menteri Kuangan No. 244/PMK.011/2012 ditetapkan sebagai pemungut Pajak pasal 22 UU PPh. Pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu tersebut dilakukan pada saat penjualan kepada distributornya didalam negeri. Besarnya pungutan PPh pasal 22 tersebut ditetapkan antara lain: 1. Industri semen ; 0,25 % dari DPP PPN penjualan semua jenis semen 2. Industri kertas ; 0,1 % dari DPP PPN penjualan kertas 3. Industri baja ; 0,3% dari DPP PPN penjualan baja 4. Industri otomotif ; 0,45% dari DPP PPN penjualan kendaraan bermotor roda dua atau lebih 5. Industri farmasi ; 0,3% dari DPP PPN penjualan semua jenis obat Dalam melakukan pemungutan PPh pasal 22, pemungut wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh pasal 22 dalam rangkap 3 yang peruntukannya adalah sebagai berikut; 1. lembar kesatu untuk wajib pajak yang dipungut 2. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan SPT masa PPh 22 ke KPP tempat terdaftarnya pemungut. 3. lembar ketiga untuk arsip wajib pajak pemungut. Hasil pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu tersebut disetorkan ke Kas negara melalui Bank persepsi yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan atau melaui kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) paling lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya. Dan melaporkan hasil pungutannya dengan menggunakan SPT masa ke KPP tempat pemungut terdaftar paling lambat tanggal 20 masa pajak berikutnya. Sedangkan bagi distributor dalam negeri yang dipungut dapat memperihungkan sebagai pembayaran pajak penghasilan dalam tahun berjalan (kredit pajak dalam negeri). PPH Pasal 22 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:

Upload: dian-nurul-qalby

Post on 07-Feb-2016

345 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

INBOUND INVESTMEN adalah... semuanya akan di jelaskan dalam dokumen in. chech it out!

TRANSCRIPT

Page 1: Inbound Investment Adalah

1. Inbound investment adalah: investasi yang berasal dari luar negri.

2. Perpajakan atas industri tertentu:

Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi melalui Peraturan Menteri Kuangan No. 244/PMK.011/2012 ditetapkan sebagai pemungut Pajak pasal 22 UU PPh. Pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu tersebut dilakukan pada saat penjualan kepada distributornya didalam negeri.

Besarnya pungutan PPh pasal 22 tersebut ditetapkan antara lain:1. Industri semen ; 0,25 % dari DPP PPN penjualan semua jenis semen

2. Industri kertas ; 0,1 % dari DPP PPN penjualan kertas

3. Industri baja ; 0,3% dari DPP PPN penjualan baja

4. Industri otomotif ; 0,45% dari DPP PPN penjualan kendaraan bermotor roda dua atau lebih

5. Industri farmasi ; 0,3% dari DPP PPN penjualan semua jenis obat

Dalam melakukan pemungutan PPh pasal 22, pemungut wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh pasal 22 dalam rangkap 3 yang peruntukannya adalah sebagai berikut;1. lembar kesatu untuk wajib pajak yang dipungut

2. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan SPT masa PPh 22 ke KPP tempat terdaftarnya pemungut.

3. lembar ketiga untuk arsip wajib pajak pemungut.

Hasil pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu tersebut disetorkan ke Kas negara melalui Bank persepsi yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan atau melaui kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) paling lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya. Dan melaporkan hasil pungutannya dengan menggunakan SPT masa ke KPP tempat pemungut terdaftar paling lambat tanggal 20 masa pajak berikutnya. Sedangkan bagi distributor dalam negeri yang dipungut dapat memperihungkan sebagai pembayaran pajak penghasilan dalam tahun berjalan (kredit pajak dalam negeri).

PPH Pasal 22

Pengertian

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:

1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-

lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang;

2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan

di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

3. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), atas impor barang;

Page 2: Inbound Investment Adalah

2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah yang

melakukan pembayaran, atas pembelian barang;

3. BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari

belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada

angka 4;

4. Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Badan Urusan Logistik

(BULOG), PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT.

Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT. Krakatau Steel, Pertamina dan bank-bank BUMN yang

melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun dari non APBN;

5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang industri semen, industri rokok, industri kertas,

industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas

penjualan hasil produksinya di dalam negeri;

6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar

minyak, gas, dan pelumas.

7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan

perikanan, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, atas pembelian bahan-bahan untuk

keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.

8. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Tarif PPh Pasal 22

1. Atas impor :

a. yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), 2,5% (dua setengah persen)

dari nilai impor;

b. yang tidak menggunakan API, 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai impor;

c. yang tidak dikuasai, 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang.

2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,

BUMN/BUMD (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2,3, dan 4) sebesar 1,5% (satu

setengah persen) dari harga pembelian tidak termasuk PPN dan tidak final.

3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 5)

ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:

a. Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)

b. Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)

c. Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)

d. Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)

4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan

bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:

Page 3: Inbound Investment Adalah

Catatan:

Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak

final

5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang

pengumpul (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 7) ditetapkan sebesar 2,5 % dari

harga pembelian tidak termasuk PPN.

6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API

sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai impor.

7. Atas Penjualan

a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp20.000.000.000,00

b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp10.000.000.000,00

c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari

Rp10.000.000.000,00 dan luas bangunan lebih dari 500 m2.

d. Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya

lebih dari Rp10.000.000.000,00 dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.

e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa

sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya

dengan harga jual lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan dengan kapasitas

silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.

8. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22

Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan tidak terutang PPh, dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB).

2. Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai;

dilaksanakan oleh DJBC.

3. Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali,

dan dilaksanakan oleh Dirjen BC.

4. Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang lainnya yang jumlahnya

paling banyak Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-

pecah.

5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, benda-

benda pos.

6. Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas

untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB.

Page 4: Inbound Investment Adalah

7. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh Kantor Perbendaharaan dan

Kas Negara.

8. Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah

diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang memenuhi syarat yang

ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

9. Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog.

Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22

1. Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk.

Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka PPh Pasal 22 terutang dan

dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB);

2. Atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2,3, dan 4 )

terutang dan dipungut pada saat pembayaran;

3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 5) terutang

dan dipungut pada saat penjualan;

4. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 6)

dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order);

5. Atas pembelian bahan-bahan (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 7) terutang

dan dipungut pada saat pembelian.

Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22

1. PPh Pasal 22 atas impor barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 1)

disetor oleh importir dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak, Cukai dan Pabean

(SSPCP). PPh Pasal 22 atas impor barang yang dipungut oleh DJBC harus disetor ke bank

devisa, atau bank persepsi, atau bendahara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dalam jangka

waktu 1 (satu) hari setelah pemungutan pajak dan dilaporkan ke KPP secara mingguan paling

lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.

2. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk

dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi saat

penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor. Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal

20 setelah masa pajak berakhir.

3. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2)

disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak rekanan ke bank persepsi atau Kantor

Pos pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang. Pemungut

menerbitkan bukti pungutan rangkap tiga, yaitu :

a. lembar pertama untuk pembeli;

b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor Pelayanan Pajak;

Page 5: Inbound Investment Adalah

c. lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan, dan dilaporkan ke

KPP paling lambat 14 (empat belas ) hari setelah masa pajak berakhir.

4. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 3)

disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor

Pos paling lama tanggal 10 sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dilaporkan

ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.

5. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 4 )

disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor

Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir

SSP dan menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak

berakhir.

6. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

butir 5, dan 7 ) dan hasil penjualan barang sangat mewah (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal

22 butir 8) disetor oleh pemungut atas nama wajib pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos paling

lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP.

Pemungut menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa

pajak berakhir.

7. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

butir 6) disetor oleh pemungut ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10(sepuluh)

bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Pemungut wajib menerbitkan bukti pemungutan

PPh Ps. 22 rangkap 3 yaitu:

a. lembar pertama untuk pembeli;

b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak;

c. lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.

Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP setempat paling lambat 20

(dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22 bertepatan dengan

hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat

dilakukan pada hari kerja berikutnya.

                                                 

CONTOH PERHITUNGAN :

CONTOH 1---Menghitung PPh pasal 22 atas impor barang

PT Pasaribu Motors mengimpor barang dari Korea. PT Pasaribu Motors adalah importir mobil

yang telah memiliki Angka Pengenal Impor. PT KIA mengimpor unit 50 mobil, dengan harga

faktur $ 10.000 per unit. Biaya asuransi dan biaya angkut yang berkaitan dengan impor mobil

tersebut masing-masing adalah 2% dan 3%. Bea masuk yang dibayar oleh PT KIA Motors

Page 6: Inbound Investment Adalah

sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs pada saat itu

ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar $1 = Rp 9.000. Berapa PPh pasal 22 yang harus

dibayar?

Harga faktur : 50 unit x $10.000                                   $500.000

Biaya asuransi(2%)                                                       $   10.000

Biaya angkut(3%)                                                         $   15.000

                                                                                      --------------

CIF                                                                                $525.000

Bea masuk: 5% x $525.000                                          $  26.250

Bea masuk tambahan:20% x $525.000                         $105.000

                                                                                       -------------

Nilai Impor                                                                  $ 656.250

Nilai Impor dalam rupiah:

$656.250 x Rp 9.000 =  Rp   5.906.250.000,-

PPh 22 yang harus dipungut (memiliki API)

2,5% x Rp   5.906.250.000 = Rp  147.656.250,-

CONTOH 2---Menghitung PPh Pasal 22 ataspembelian barang oleh bendahara Instansi

Pemerintahan

Pada tanggal 1 April 2011, Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Yogyakarta Membeli mebel

dan peralatan kantor lainnya dari Perdana Furniture senilai RP 220.000.000,- ( termasuk PPn

10% )

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Yogyakarta

dihitung sebagai berikut:

            DPP : ( 100 : 110 ) X Rp 220.000.000,-                                 Rp 200.000.000,-

            PPh Pasal 22 : ( 1,5% X Rp 200.000.000,- )                           Rp     3.000.000,-

CONTOH 3---Menghitung PPh Pasal 22 atas Pembayaran Olehbendahara pengeluaran

Bendahara pengeluaran pada Dinas Pertanian Kabupaten Sleman pada tanggal 10 juli 2011

membayarsejumlah Rp 7.150.000,- ( termasuk PPN ). Pembayaran dilakukan menggunakan uang

persediaan.

PPh Pasal  22 yang  dipungut oleh Bendahara Pengeluaran Dinas Pertanian Kab. Sleman

dihitung sebagai berikut:

            DPP : ( 100 : 110 ) X Rp 7.150.000,-                         Rp  6.500.000,-

            PPh Pasal 22 : 1,5% X Rp 6.500.000,-                       Rp       97.500,-

CONTOH 4---Menghitung PPh Pasal 22 atas pembayaran dengan mekanisme langsung oleh

Kuasa Pengguna Anggran

Page 7: Inbound Investment Adalah

Pada tanggal 20 Juli 2011, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Selaman membeli alat berat senilai Rp

962.500.000,- ( termasuk PPN ) dari PT Nagata. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

wilayah tersebut, untuk pembelian senilai di atas Rp 100.000.000,- dilakukan dengan cara

mekanisme langsung yaitu pembayaran dilakukan oleh bendahara umum daerah dalam hal ini

DPPKD Kab sleman langsung kepada PT Nagata.

PPh pasal 22 dihitung sebagai berikut:

DPP atau harga di luar PPN adalah:

( 100 : 110 ) X Rp 962.500.000                                              Rp 875.000.000,-

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DPPKD Kab. Sleman:

1,5% X Rp 875.00.000,-                                                         Rp   13.125.000,-

CONTOH 5---Menghitung PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu

a.    PT Indah Kiat Paper dalam bulan Mei 2011 menjual beberapa jenis kertas hasil produksinya

dengan total harga sebesar Rp 88.000.000,- kepada Penerbit Perdana Putra di Yogyakarta. Harga

tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.

( 100 ; 110 ) X Rp 88.000.000,-                                                          Rp 80.000.000,-

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Indah Kiat Paper adalah:

0,10% X Rp 80.000.000,-                                                                   RP       80.000,-

b.    PT Semen Gresik dalam bulan Juni 2011 menjual hasil produksinya senilai Rp 165.000.000,-

kepada Pt Karya Jaya. Harga tersebut termasuk PPN.

Besarnya DPP PPN adalah:

( 100 : 110 ) X Rp 165.000.000                                                          Rp 150.000.000,-

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Semen Gresik adalah:

0,25% X Rp 150.000.000,-                                                                 Rp       375.000,-

c.    PT Baja Perkasa merupakan produsen baja, pada bulan juli 2011 menjual hasil produksinya

kepada  PT Adi Karya senilai Rp 825.000.000,- (termasuk PPN).

Besarnya DPP PPN adalah:

( 100 : 110 ) X Rp 825.000.000,-                                                        Rp 750.000.000,-

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Baja Perkasa adalah:

0,3% X Rp 750.000.000,-                                                                   Rp    2.250.000,-

CONTOH 6---Menghitung PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh produse atas

importer bahan bakar dan pelumas

PT Pertamina adalah produsen dan importer bahan bakar minyak,gas,dan pelumas . Pada bulan

agustus 2011 melakukan penyerahan sebagai berikut ;

Page 8: Inbound Investment Adalah

a.       Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp.816.000.000,00 kepada SPBU Pertamina

b.      Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp.523.000.000,00 kepada Non SPBU

c.       Penyerahan bahan bakar gas senilai Rp.179.800.000,00 kepada Blue Gas Distributor

d.      Penyerahan pelumas senilai Rp.278.900.000,00 kepada PT Oli

Catatan : setiap harga tersebut tidak termasuk PPN.

Besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Pertamina atas penyerahan tersebut adalah :

a.       Atas penyerahan bahan bakar minyak kepada SPBU :

0,25% X Rp 816.000.000,00                                                              Rp. 2.040.000,00

b.      Atas penyerahan bahan bakar minyak kepada Non SPBU :

0,3% X Rp 523.000.000,00                                                                Rp. 1.569.000,00

c.       Atas penyerahan bahan bakar gas kepada Blue Gas Distributor:

0,3% X Rp 179.800.000,00                                                                Rp.    539.000,00

d.      Atas penyerahan pelumas kepada PT Oli :

0,3% X Rp.278.900.000,00                                                                Rp.    836.700,00

CONTOH 7---Menghitung PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk industri atau ekspor

oleh badan usaha sektor tertentu.

PT Dua Saudara merupakan perusahaan yang pengolahan hasil-hasil pertanian. Pada bulan Juli

2011, membeli bahan-bahan untuk keperluan industri tersebut dari UD Petani sebagai pedagang

pengumpul . Nilai pembelian sebesar Rp.326.000.000,00

Besarnya PPh Pasal 22 atas pembelian tersebut adalah :

0,25% X Rp326.000.000,00                                                               Rp.815.000,00

Page 9: Inbound Investment Adalah
Page 10: Inbound Investment Adalah
Page 11: Inbound Investment Adalah
Page 12: Inbound Investment Adalah
Page 13: Inbound Investment Adalah
Page 14: Inbound Investment Adalah
Page 15: Inbound Investment Adalah
Page 16: Inbound Investment Adalah

PAJAK DAERAH

Pajak Daerah, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Page 17: Inbound Investment Adalah

(Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009) 

Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

(Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009) 

Saat anda mengunjungi restoran lalu melakukan pembayaran, dan terlihat dalam

struk/nota pembayaran terdapat tambahan pengenaan Pajak Restoran sebesar 10%, maka anda telah berkontribusi dalam pembayaran Pajak Daerah untuk Kabupaten/Kota di mana restoran itu berusaha. Pembayaran yang anda lakukan akan dihimpun oleh pengusaha restoran yang berposisi sebagai Wajib Pajak, lalu pengusaha restoran tersebut akan menyetor pajak restoran yang telah dikutip dari pelanggan restoran ke rekening Kas Daerah Pemerintah Daerah.Pelanggan restoran sebagai pihak yang telah dikutip pembayaran pajak daerah tidak akan mendapat jasa atau kontraprestasi secara langsung dari Pemerintah Daerah. Nominal pembayaran yang disetor ke Kas Daerah akan dihimpun dan selanjutnya digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah.Sedangkan ketika anda melakukan pembayaran Retribusi Daerah, maka pembayaran yang dilakukan merupakan kompensasi atas sebuah jasa/layanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Apabila ada sebuah pungutan yang dinamakan Retribusi namun tidak terdapat jasa/layanan yang diberikan kepada pembayar Retribusi, maka pada hakikatnya pembayaran tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai Retribusi.

Kapan kabupaten/kota dapat mulai mengelola PBB sektor perdesaan dan perkotaan (PBB-P2)?

Paling lambat tanggal 1 Januari 2014 PBB-P2 akan dikelola oleh kabupaten/kota dan dalam hal sebelum tahun

2014 terdapat kabupaten/kota sudah siap untuk mengelola PBB-P2, yang dibuktikan dengan telah disahkannya

Perda, maka kabupaten/kota dimaksud dapat mengelola PBB-P2 mulai tahun tersebut.

Apa tujuan dari pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak daerah sesuai UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(PDRD)?

Untuk meningkatkan local taxing power pada kabupaten/kota, seperti:

1. Memperluas objek pajak daerah dan retribusi daerah

2. Menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah (termasuk pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan dan

BPHTB menjadi Pajak Daerah)

3. Memberikan diskresi penetapan tarif pajak kepada daerah

4. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah

Terkait PBB-P2, kewenangan apa saja yang akan dialihkan oleh pemerintah pusat kepada kabupaten/kota?

Page 18: Inbound Investment Adalah

Pemerintah pusat akan mengalihkan semua kewenangan terkait pengelolaan PBB-P2 kepada

kabupaten/kota. Kewenangan tersebut antara lain: proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian,

pemungutan/penagihan dan pelayanan.

Apakah sama antara subjek pajak PBB-P2 saat dikelola oleh pemerintah pusat (Ditjen Pajak) dan saat

dikelola oleh kabupaten/kota?

Subjek pajaknya sama, yaitu Orang atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi,

dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan. (Pasal 4 Ayat 1 UU PBB sama dengan Pasal 78 ayat (1) dan (2) UU PDRD)

Untuk objek pajak PBB-P2 sesuai UU PDRD apakah ada perbedaan dengan saat dikelola oleh Pusat?

Objek PBB sesuai: 

UU PBB : bumi dan/atau bangunan

UU PDRD : bumi dan/atau bangunan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan

Bagaimana dengan tarif PBB-nya?

Saat ini tarif PBB adalah tunggal, yaitu 0,5%. Ketika dikelola oleh pemda, maka tarifnya paling tinggi 0,3%

(sesuai dengan UU PDRD)

Selain tarif, perbedaan apa yang akan timbul ketika PBB-P2 dikelola oleh kabupaten/kota?

Saat PBB dikelola oleh pemda:

1. NJKP (20% dan 40%) tidak dipergunakan/diberlakukan

2. NJOPTKP ditetapkan paling rendah Rp10 juta, yang saat ini ditetapkan setinggi-tingginya Rp12 juta (Rp24

juta mulai tahun 2012)

Bagaimana formula penghitungan besarnya PBB-P2?

UU PBB : Tarif x NJKP x (NJOP-NJOPTKP)

: 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP)

: 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)

UU PDRD : Tarif x (NJOP-NJOPTKP)

: Maks. 0,3% x (NJOP-NJOPTKP)

Apa keuntungan bagi pemerintah kabupaten/kota dengan pengelolaan PBB-P2?

Penerimaan dari PBB 100% akan masuk ke pemerintah kabupaten/kota. Saat dikelola oleh Pemerintah Pusat

(DJP) pemerintah kabupaten/kota hanya mendapatkan bagian sebesar 64,8%.

Apakah ada ketentuan yang bisa dijadikan acuan oleh kabupaten/kota dalam mempersiapkan pengelolaan

PBB-P2?

Dalam mempersiapkan diri untuk mengelola PBB-P2, kabupaten/kota dapat berpedoman pada Undang-Undang

PDRD dan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 213/PMK.07/2010 dan Nomor

58 Tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah.

Page 19: Inbound Investment Adalah

Selain itu Direktur Jenderal Pajak juga telah menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-61/PJ/2010 tentang Tata Cara Persiapan Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah

Apa saja tugas dan tanggung jawab kabupaten/kota dalam rangka persiapan pengalihan PBB-P2?

Pemda harus menyiapkan:

1. Perda, Perkepda, dan SOP

2. Sumber Daya Manusia

3. Struktur organisasi dan tata kerja

4. Sarana dan prasarana

5. Pembukaan rekening penerimaan

6. Kerja sama dengan pihak-pihak terkait (notaris/PPAT, BPN, dll)

Hal-hal apa saja yang bisa diadopsi oleh kabupaten/kota dari Pusat?

Banyak hal yang bisa diadopsi oleh pemda dari DJP, antara lain:

1. Tarif efektif, sistem administrasi PBB (pendataan, penilaian, penetapan, dll.)

2. Kebijakan/peraturan dan SOP pelayanan 

3. Keahlian SDM (melalui pelatihan)

4. Sistem manajemen informasi objek pajak, dll.

Apa saja yang perlu diperhatikan oleh kabupaten/kota dalam mengelola PBB-P2?

1. Kebijakan NJOP agar memperhatikan konsistensi, kesinambungan dan keseimbangan antar wilayah

2. Kebijakan tarif PBB, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat

3. Menjaga kualitas pelayanan kepada WP

4. Akurasi data subjek dan objek pajak dalam SPPT tetap terjaga

Peluang apa saja yang dapat diperoleh oleh kabupaten/kota dengan pengalihan PBB-P2 ini?

1. Penyeimbangan kepentingan budgeter dan reguler karena diskresi kebijakan ada di kabupaten/kota.

2. Penggalian potensi penerimaan yang lebih optimal karena jaringan birokrasi yang lebih luas

3. Peningkatan kualitas pelayanan kepada WP

4. Peningkatan akuntabilitas penggunaan penerimaan PBB

Dalam setiap kegiatan pasti ada tantangan, dalam pengalihan PBB-P2 ini apa saja tantangannya?

Tantangan dalam pengalihan PBB-P2, antara lain:

1. Kesiapan kabupaten/kota pada masa awal pengalihan yang belum optimal, sehingga dapat berdampak

pada penurunan pelayanan, penerimaan, dll.

2. Kesenjangan (disparitas) kebijakan PBB-P2 antar kabupaten/kota

3. Hilangnya potensi penerimaan bagi provinsi (16,2%) dan hilangnya potensi penerimaan insentif PBB

khususnya bagi kabupaten/kota yang potensi PBB-P2nya rendah

4. Beban biaya pemungutan PBB-P2 yang cukup besar

Apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan pengalihan PBB-P2?

1. Proses pengalihan berjalan lancar dengan biaya yang minimal

2. Stabilitas penerimaan PBB-P2 tetap terjaga dengan tingkat deviasi yang dapat diterima

3. WP tidak merasakan adanya penurunan pelayanan

Page 20: Inbound Investment Adalah

1. A.    Pengertian Pajak

Menurut rochmat sumitro (1988:12)

: ”Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang

(yang dapat di paksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra

prestasi) yang langsung dapat di tunjukkan dan yang di gunakan untuk

membayar pengeluaran umum”.“Dapat di paksakan” mempunyai

arti,apabila utang pajak tidak di bayar,utang tersebut di tagih dengan

kekerasan, seperti surat paksa, sita, lelang dan sandera. dengan demikian,

ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut.

1. Pajak di pungut berdasarkan Undang-Undang

2. Jasa timbal tidak di tunjukkan secara langsung

3. Pajak dipungut oleh pemerintah,baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

4. Dapat di paksakan (bersifat yuridis)

 

Menurut Brotodiharjo,R (1982:2) :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada negara (yang dapat di paksakan) yang

terutang oleh wajib pajak membayarnya berdasarkan peraturan-

peraturan,dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat di

tunjuk dan yang dapat di gunakan untuk membiayai pengeluaran umum

berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah”.

 

1. B.     Pajak Daerah

Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) :

“Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah oleh pemerintah daerah (baik

pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil di

Page 21: Inbound Investment Adalah

pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah

(APBD)”.

Menurut Mardiasmo, (2002:5) : “Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan

oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku di gunakan untuk membiayai penyelenggarakan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.

 

1. C.    Jenis-Jenis Pajak Daerah

 

1.Jenis-Jenis Pajak Daerah

 

Berdasarkan Undang-Undang No.34 Tahun 2000 jenis-jenis pajak daerah

adalah

sebagai berikut

 

Pajak Daerah Kabupaten/Kota menurut UU 34/2000 terdiri dari

a)      Pajak Hotel.

b)      Pajak Restoran

c)      Pajak Hiburan

d)     Pajak Reklame

e)      Pajak Penerangan Jalan

Page 22: Inbound Investment Adalah

f)       Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

g)      Pajak Parkir

 

Contoh peraturan pajak daerah adalah di kabupaten Musi banyuasin.

 

Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah mengeluarkan beberapa

peraturan daerah sebagai berikut :

 

Peraturan Daerah No. 26 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel

Peraturan Daerah No. 26 Tahun 2002 tentang Pajak Reklame

Peraturan Daerah No. 28 Tahun 2002 tentang Pajak Hiburan

Peraturan Daerah No. 29 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran

 

 

1. D.    Karakteristik Pajak Daerah

1. Pajak Hotel

Menurut peraturan daerah No. 26 tentang Pajak Hotel (2002:1) : “

pajak hotel di sebut pajak daerah pungutan daerah atas penyelenggaraan

hotel”.

Hotel adalah : “Bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat

menginap/istirahat, memperoleh pelayanan atau fasilitas lainnya dengan di

pungut bayaran, termasuk bangunan yang lainnya yang mengatur,di kelolah

Page 23: Inbound Investment Adalah

dan dimiliki oleh pihak yang sama kecuali untuk pertokoan dan

perkantoran”.

Pengusaha hotel ialah : “Perorangan atau badan yang menyelenggarakan

usaha hotel untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama

pihak lain yang menjadi tanggungannya”.

Objek pajak adalah : “Setiap pelayanan yang disediakan dengan

pembayaran di hotel, Objek pajak berupa

1)      :Fasilitas penginapan seperti gubuk pariwisata (cottage),

Hotel,wisma,losmen dan rumah penginapan termasuk rumah kost dengan

jumlah kamar 15 atau lebih menyediakan fasilitas seperti rumah

penginapan.

2)      Pelayanan penunjang antara lain : Telepon, faksimilie, teleks, foto

copy, layanan cuci, setrika, taksi dan pengangkut lainnya disediakan atau

dikelolah hotel

3)      Fasilitas Olahraga dan hiburan

 

Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

pembayaran atas pelayanan hotel. Wajib pajak hotel adalah : “Pengusaha

hotel”. Dasar pengenaan adalah : “Jumlah pembayaran yang dilakukan

kepada hotel dan tarif pajak ditetapkan sebesar 10%, Masa pajak I (satu)

bulan takwim, jangka waktu lamanya pajak terutang dalam masa pajak pada

saat pelayanan di hotel.

2. Pajak Restoran

Menurut Peraturan Daerah No. 29 tentang Pajak Restoran (2002:1) : “pajak

restoran yang di sebut pajak adalah pungutan daerah atas pelayanan

restoran. Restoran atau rumah makan adalah : “Tempat menyantap

Page 24: Inbound Investment Adalah

makanan dan atau minuman yang disediakan dengan dipungut

bayaran,tidak termasuk usaha jasa boga atau catering.

Objek Pajak yaitu setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di

restoran. Subjek pajak orang pribadi atau badan yang melakukan

pembayaran atas pelayanan restoran, Wajib pajak rastoran yaitu Pengusaha

restoran dan tarif pajak di tetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

3. Pajak Hiburan

Menurut Peraturan Daerah No.28 tentang Pajak Hiburan (2002:1) : “Pajak

Hiburan atau di sebut pajak adalah pajak hiburan di Kabupaten Musi

Banyuasin. Hiburan ialah “semua jenis pertunjukan permainan dengan

nama dan bentuk apapun yang di tonton atau di nikmati oleh setiap orang

dengan dipungut bayaran di Kabupaten Musi Banyuasin.

Objek Pajak Semua Penyelenggaraan Hiburan berupa :

1)      .Penyelenggara pertunjukan film di bioskop dengan tarif pajak sebesar

31%

2)      .Pertunjukan kesenian tradisional, Pertunjukan sirkus, Pemeran seni,

Pameran busana dengan tarif pajak 10%.

3)      Pergelaran Musik dan tarif ditetapkan sebesar 15%

4)      Karaoke ditetapkan sebesar 20%

5)      Permainan Bilyar ditetapkan sebesar 20%

6)      Pertandingan Olahraga ditetapkan sabesar 10%

Subjek pajak hiburan orang pribadi atau badan yang menonton atau

menikmati hiburan, Wajib pakak hiburan orang pribadi atau badan

penyelenggara hiburan

4. Pajak Reklame

Page 25: Inbound Investment Adalah

Menurut Peraturan Daerah No.27 Tentang Pajak Reklame (2002:1) : Pajak

reklame yang selanjutnya disebut pajak adalah pungutan daerah atas

penyelenggaraan reklame. Reklame yaitu benda, alat, media yang menurut

bentuk susunan dan corak raganya untuk tujuan komersial di pergunakan

untuk memperkenalkan,mengajukan atau memujikan suatu barang, jasa

atau orang yang di tempatkan atau di dengar dari suatu tempat oleh umum

kecuali yang di lakukan oleh pemerintah.

Objek Pajak ialah penyelenggara reklame seperti :

1)      Reklame Kain

2)      Reklame Melekat, Stiker

3)      Reklame Berjalan termasuk pajak kendaraan

4)       Reklame Udara

5)      Reklame Suara

6)      Reklame Film/Slide

7)      Reklame Peragaan

Subjek Pajak Reklame adalah : “Orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan atau memesan reklame.Tarif pajak ditetapkan sebesar

25%.

 

1. E.     Landasan Hukum Dan Tata Cara Pemungutan Pajak

Daerah

1)      Dasar Hukum

Page 26: Inbound Investment Adalah

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 Ayat (2) : “Segala Pajak Untuk

Keperluan Negara Berdasarkan Undang-Undang”.

Dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah :

“Undang-Undang No.18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi

Daerah sebagaimana telah di ubah terakhir dengan Undang-Undang No.34

Tahun 2000.

 

1. F.     Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

Pedoman tata cara pemungutan pajak daerah diatur Keputusan Menteri

Dalam Negeri No.170 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri

No. 43 Tahun 1999

Tentang Sistem Dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah.

Sistem Dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah

v  Pendaftaran Dan Pendataan

A.Kegiatan pendaftaran dan pendataan untuk wajib pajak baru dengan cara

penetapan kepala daerah (Official Assessment) terdiri dari

a)      Pendaftaran

b)      Pendataan

c)      Formulir / kartu dan daftar

A 1.Kegiatan Pendaftaran Dengan Cara Dibayar Sendiri (Self Assesment)

terdiri dari

a)      Menyiapkan formulir pendaftaran

Page 27: Inbound Investment Adalah

b)      Menyerahkan formulir pendaftaran kepada wajib pakak setelah

dicatat dalam daftar formulir pendaftaran.

c)      Menerima dan memeriksa kelengkapan formulir pendaftaran yang

telah di isi oleh wajib pajak dan atau yang diberi kuasa

d)     Formulir / kartu dan daftar.

 

A 2.Kegiatan pendataan dengan cara dibayar sendiri (Self Assesment) untuk

wajib pajak yang sudah memiliki NPWPD terdiri dari

a)      Menyerahkan formulir pendataan

b)      Menerima dan memeriksa kelengkapan formulir pendataan (SPTPD)

yang telah di isi oleh wajib pajak atau yang diberi kuasa

c)      Mencatat data pajak daerah dalam kartu data ke dalam daftar SPTPD

(Surat Pemberitahuan Pajak Daerah) wajib pajak self assessment.

d)     Formulir dan daftar SPTPD.

 

v  Penetapan

B 1.Kegiatan penetapan dengan cara di bayar sendiri (self assesment)

terdiri

Dari

a)              Setelah wajib pajak membayar pajak terutang berdasarkan

SPTPD    dicatat dalam kartu data.

Page 28: Inbound Investment Adalah

b)             Membuat nota perhitungan pajak atas dasar kartu data dan hasil

pemeriksaan atau keterangan lain, Dengan cara menghitung jumlah pajak

terutang dan jumlah kredit pajak yang diperhitungkan dalam kartu data

c)               Jika pajak terutang kurang atau tidak dibayar maka di terbitkan

surat ketetapan pajak daerah kurang bayar (SKPDKB)

d)              jika tidak terdapat selisih antara kurang dan kredit, Maka

diterbitkan surat ketetapan pajak daerah nihil (SKPDN)

e)              Jika terdapat tambahan objek pajak yang sama selesai akibat di

temukannya data baru, Maka diterbitkan surat ketetapan pajak daerah

kurang bayar tambahan (SKPDKBT)

f)              Jika terdapat kelebihan pembayaran pajak terutang, Maka di

terbitkan surat ketetapan pajak daerah lebih bayar (SKPDLB)

g)             Setelah pembuatan nota perhitungan pajak selesai, Selanjutnya

menyerahkan kembali kartu data kepada unit kerja pendataan.

h)             Menerbitkan daftar SKPDKB,SKPDKBT,SKPDLB,dan SKPDN atas

dasar surat etetapan pajak daerah tersebut

i)               Surat ketetapan ditandatangani oleh kepalah unit kerja

penetapan.

j)                Menyerahkan copy daftar surat ketetapan di atas kepala unit

kerja penagihan,unit kerja perencanaan dan pengendalian operasional.

k)             Menyerahka kepada wajib pajak berupa SKPDKB, SKPDKBT,

SKPDN kemudian wajib pajak menandatangani masing-masing tanda terima

dan mengembalikannya.

l)               Jumlah pajak terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi

administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari pokok pajak.

Page 29: Inbound Investment Adalah

m)           Apabila SKPDKB,SKPDKBT,SKPDN yang direrbitkan tidak atau

kurang bayar setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak

SKPDKB,SKPDKBT,SKPDN diterima, Dapat memberikan sanksi administrasi

berupa bunga 2% tiap bulan dengan menerbitkan STPD (surat tagihan pajak

daerah).

 

v  Formulir dan daftar / buku

a)              Formulir kartu data

b)             Daftar surat ketetapan

.Kegiatan Penyetoran

a)       Kegitan penyetoran melalui bendaharawan khusus penerima (BKP)

terdiri dari

a)       BKP menerima setoran disertai surat ketetapan pajak daerah dengan

media SSPD (Surat Setoran Pajak daerah)

b)      .Setelah SSPD tersebut di cap, Aslinya disertai SKPD dikembalikan ke

wajib pajak yang bersangkutan

c)      .Berdasarkan SSPD yang telah di cap, Dicatat dan dijumlahkan dalam

buku pembantu penerimaan sejenis melalui BKP dan selanjutnya dibukukan

dalam buku kas umum.

d)      BKP menyetor uang ke kas daerah secara harian yang disertai bukti

setoran Bank.

e)      BKP secara periodikal (bulanan) menyiapkan laporan realisasi

penerimaan dan penyetoran uang yang di tandatangani oleh Kepala Dinas

Pendapatan Daerah.

Page 30: Inbound Investment Adalah

f)        mendistribusikan

b)      Kegiatan Penyetoran Melalui Kas Daerah terdiri dari

a)      Kas daerah menerima uang dari wajib pajak disertai dengan media

surat ketetapan dan media penyetoran SSPD dan bukti setoran Bank

b)      Selanjutnya setelah SSPD ditandatangani dan di cap oleh pejabat kas

daerah, Maka lembar pertama dari SSPD dan bukti setoran Bank

diserahkan kembali ke wajib pajak

c)      2 (Dua) lembar tembusan SSPD diberikan oleh kas daerah ke BKP

Dipenda yang dilampiri bukti setoran Bank

d)     BKP setelah menerima media penyetoran yang di cap oleh kas daerah

dicatat dan dijumlahkan dalam buku pembantu penerimaan sejenis melalui

kas daerah dan selanjutnya dibukukan dalam buku kas umum

e)      .BKP secara periodikal (bulanan) membuat laporan realisasi

penerimaan dan penyetoran uang yang ditandatangani oleh Kadipenda

f)        Mendistribusikan

Angsuran Dan Penundaan Pembayaran

1. Angsuran pembayaran

2. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari

Menerima surat per mohonan angsuran dari wajib pajak

Mengadakan penelitian untuk di jadikan bahan dalam persetujuan

perjanjian angsuran oleh kadipenda

Membuat surat perjanjian angsuran / penolakan angsuran

ditandatangani oleh kadipenda dan apabila permohonan di setujui

selanjutnya dibuatkan daftar perjanjian angsuran.

Page 31: Inbound Investment Adalah

Menyerahkan surat perjanjian angsuran / penolakan angsuran kepada

wajib pajak dan daftar surat perjanjian angsuran kepada unit lain-lain

yang terkait.

1. Formulir Dan Buku / Daftar

Formulir SSPD

Buku / Daftar

Buku registrasi permohonan angsuran

Daftar surat perjanjian angsuran

1. Kegiatan Penundaan pembayaran

2. Kegiatan yang dilaksanakan

Dipenda melalui unit kerja penetapan menerima surat permohonan

penundaan pembayaran oleh Kadipenda.

Mengadakan penelitian untuk dijadikan bahan dalam pemberian

persetujuan penundaan pembayaran oleh Kadipenda.

Membuat surat persetujaun penundaan pembayaran / penolakan

penundaan pembayaran yang ditandatangani oleh Kadipenda apabila

permohonan di setujui dibuatkan sistem persetujuan penundaan

Menyerahkan surat persetujuan penundaan pembayaran kepada wajib

pajak dan daftar persetujuan penundaan kepada unit-unit yang te

rkait.

1.  Formulir Dan Buku / Daftar

Formulir surat permohonan penundaan pembayaran

Buku / Daftar

1. Buku registrasi

2. Daftar persetujuan penundaan pembayaran

3. Pelaporan

4. Kegiatan yang dilaksanakan

Page 32: Inbound Investment Adalah

Membuat daftar penetapan, Penerimaan dan tunggakan

Membuat daftar tunggakan per wajib pajak

Membuat laporan realisasi penerimaan pajak daerah

Mengajukan laporan realisasi penerimaan pendapatan daerah pada

Kadipenda

Mengajukan laporan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah

kapada kepala Unit kerja pengelolaan pendapatan daerah lainnya dan

perencanaan, Pengendalian operasional

Membuat daftar realisasi setoran masa pada akhir periode

Mengajukan daftar realisasi setoran masa (Self Assessment)

Menyerahkan daftar realisasi setoran masa (Self Assessment)

1.  Penagihan

2.  Penagihan dengan surat teguran

3. Penagihan dengan surat paksa

4. Penagihan dengan surat perintah melaksanakan penyitaan

5. Pengumuman lelang dan pelaksanaan lelang

6. Pencabutan penyitaan dan pengumuman lelang

7. kegiatan penagihan dengan surat perintah penagihan seketika dan

sekaligus (SPPS dan S)

1. Kegiatan Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan ketetapan dan

penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi

ü  Tahapan Kegiatan

a)      Menerima surat permohonan pembetulan pembatalan, Pengurangan

ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dari

wajib pajak

b)      Meneliti kelengkapan permohonan pembetulan, Pembatalan,

Pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi

Page 33: Inbound Investment Adalah

administrasi wajib pajak setelah dilakukan penelitian dan bila perlu

dilakukan pemeriksaan, Dibuat laporan hasil penelitian.

ü  Formulir Dan Buku Yang Diperlukan

Tahapan Kegiatan

a)       Menerima surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

pajak, Melakukan pemeriksaan dan membuat laporan pemeriksaan

ditandatangani oleh petugas dari wajib pajak.

b)      Mencatat ke kartu data selanjutnya diserahkan kapada unit kerja

penghitungan untuk dilakukan penghitungan penetapan kelebihan

pembayaran pajak.

c)      Memperhitungkan dengan hutang / tunggakan pajak yang lain

d)       Setelah perhitungan dengan hutang pajak yang lain ternyata

kelebihan pembayaran pajak kurang / sama dengan hutang pajak lainnya

tersebut maka wajib pajak menerima bukti pemindahbukuan sebagai bukti

pembayaran / kompensasi dengan pajak terutang dimaksud, Karenanya

SKPDLB tidak diterbitkan.

e)      Apabila hutang pajak di perhitungkan di kompensasi dengan

kelebihan pembayaran pajak ternyata lebih, Maka wajib pajak akan

menerima bukti pemindahbukuan dan sebagai bukti pembayaran /

kompensasi dari SKPDLB harus di terbitkan

f)       Setelah menerima SKPDLB dari unit kerja penetapan dan di proses

untuk penerbitan

 

Pajak dan retribusi Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah,

Daerah mempunyai kewenangan untuk mengelola dan mengaturnya sendiri.

Page 34: Inbound Investment Adalah

Pajak DaerahPajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa

imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintah Daerah dan

Pembangunan Daerah.

Dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan tersebut diatas, jenis-jenis Pajak Daerah

yang berlaku di Kabupaten Bogor terdiri dari :

1.   Pajak Hotel

 

2.   Pajak Restoran

 

3.   Pajak Hiburan

   

4.   Pajak Reklame

    

5.   Pajak Penerangan Jalan  

     

6.   Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

 

7.   Pajak Parkir

 

8.   Pajak Air Tanah   

 

9.  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2)

 

10.Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bagunan (BPHTB)

Pajak HiburanPAJAK HIBURAN

A. Dasar Hukum

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan

B. Pengertian

1. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan/atau keramaian yang dinikmati

dengan dipungut bayaran.

Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati

dengan dipungut bayaran. Pajak Hiburan adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan hiburan.

Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan

Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib pajak

untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak terutang.

Page 35: Inbound Investment Adalah

Dalam upaya meningkatkan peran penyelenggara hiburan terhadap penerimaan pendapatan asli

daerah serta sesuai ketentuan Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-

Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, telah diterapkan pajak atas

penyelenggaraan hiburan dengan pembayaran sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Bogor No.17 Tahun 2002 tentang Pajak Hiburan.

Pajak HotelPAJAK HOTEL

A. Dasar Hukum

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pajak Hotel

B. Pengertian

1. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya

dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubug pariwisata, wisma pariwisata,

pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10

(sepuluh).

2. Pajak Hotel adalah Pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan hotel.

C. Obyek, Subyek dan Wajib   Pajak

1. Objek Pajak adalah Pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa

penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,

termasuk fasilitas olahraga olahraga dan hiburan. Jasa penunjang : fasilatas telepon, faksimile,

teleteks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang

disediakan atau dikelola hotel.

2. Dikecualikan dari objek Pajak Hotel adalah :

a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

b. jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya;

c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;

d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial

lainnya yang sejenis;

…Pajak Penerangan JalanPajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri

maupun diperoleh dari sumber lain. Masa pajak adalah 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain

yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar

bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.

Dalam upaya meningkatkan peran masyarakat pengguna tenaga listrik terhadap penerimaan

pendapatan asli daerah serta sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang

Perubahan atas Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, telah

diterapkan pajak atas penggunaan tenaga listrik baik yang berasal dari PLN maupun bukan PLN

Page 36: Inbound Investment Adalah

sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No.23 Tahun 2002 tentang Pajak

Penerangan Jalan.

Pajak ReklameReklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk

tujuan komersial memperkenalkan, meganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian

umum terhadap barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,

dan/atau dinikmati oleh umum.

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Tahun Pajak lamanya 1 (satu) tahun

kalender, kecuali bila Wajib Pajakmenggunakan tahun buku yang tidak sama dengan kalender.

Dalam upaya meningkatkan peran penyelenggaraan reklame terhadap pendapatan asli daerah, serta

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang

No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, telah diterapkan pajak atas

penyelenggaraan reklame sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No.18 Tahun

2002 tentang Pajak Reklame.

 

Pajak RestoranPAJAK RESTORAN

A. Dasar Hukum

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pajak Restoran.

B. Pengertian

1. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang

mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa

boga/catering.

2. Pajak Restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

B. Obyek, Subyek dan Wajib Pajak

1. Pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran baik untuk dikonsumsi ditempat

pelayanan maupun ditempat lain.

2. Dikecualikan dari objek pajak adalah Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah

makanyang nilai penjualannyatidak melebihi Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) perbulan.

3. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari

Restoran.

4. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran.

5. Jenis pemungutan untuk Pajak Hotel ini adalah SELF ASSESMENT (WP menghitung, melaporkan,

dan menyetorkan pajaknya sendiri).