dari redaksi g - bina swadaya konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/warta...

13
ARTIKEL >> 2 - 5 LAPORAN UTAMA >> 7 - 9 LAPORAN KHUSUS >> 10 - 12 PROFIL >> 9 Pengurangan Risiko Bencana edisi : 03 / 7 - 2010 Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana di Bina Swadaya Tanggap Darurat untuk Pemulihan Pariaman Tanggap Darurat untuk Pemulihan Pariaman Lebih Siap dan Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi akhir Ketika harapan ada, kami bisa tersenyum Srikandi dari Pandes Forum PRB Gajihan, Klaten Seniman dari Gajihan Silakan Menggunakan Rumah Saya KRONIK >> 5 dari redaksi G empa memporakporandakan wilayah Gajihan yang terletak di desa Pandes, kabupaten Klaten. Dusun ini merupakan daerah binaan terbesar Bina Swadaya Klaten, dimana saat gempa 90% penduduknya menjadi korban. Karena alasan itulah Bina Swadaya menawarkan program Pengurangan Risiko Bencana (PRB) kepada masyarakat. Ternyata, meskipun sudah mendampingi masyarakat dusun ini sejak tahun 1996, tidak semudah itu tim pendamping Bina Swadaya membangun pondasi program PRB. Mengapa? Silakan baca tulisan berjudul “Ketika harapan ada, kami bisa tersenyum”. Tulisan ini menuturkan pengalaman dan refleksi tim pendamping ketika memperkenalkan PRB di wilayah tersebut. Di edisi ini, kita diajak untuk mempelajari strategi pengarusutamaan PRB oleh masyarakat. Masyarakat Gajihan melakukannya dengan menginterasikan PRB dengan program kesehatan yang digulirkan pemerintah. Contohnya seperti apa? Silakan baca “Srikandi dari Pandes” dan “Forum PRB Gajihan, Klaten”. Selain cerita-cerita dari Gajihan, kami menampilkan pula tulisan teman-teman dari Padang Pariaman yang sedang mengembangkan PRB pasca gempa 2009 yang lalu dan sebuah tulisan dari desa Ngargomulyo. Dan tentu saja, masih banyak lagi kisah lain yang kiranya menambah pengetahuan kita tentang perkembangan kegiatan PRB di Bina Swadaya. Semoga tulisan-tulisan di edisi kali ini memperluas perspektif kita dan meningkatkan semangat kita untuk melaksanakan program PRB di setiap kegiatan (ss). Penasehat : Direksi Bina Swadaya Konsultan | Tim Redaksi : Ikasari, Sinta Situmorang | Layout : Agus Sugiarto Kontributor : Tim Fasilitator Bina Swadaya Pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana Alamat Redaksi : Jl. Gunung Sahari III No.7 Jakarta 10610 Indonesia | Phone : 021 4204402 | Email : [email protected] DEWAN REDAKSI

Upload: trinhdan

Post on 30-Jan-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

ARTIKEL >> 2 - 5 LAPORAN UTAMA >> 7 - 9 LAPORAN KHUSUS >> 10 - 12

PROFIL >> 9

Pengurangan Risiko Bencanaedisi : 03 / 7 - 2010

Mengarusutamakan PenguranganRisiko Bencana di Bina Swadaya Tanggap Darurat untuk PemulihanPariaman Tanggap Darurat untukPemulihan Pariaman Lebih Siap danTerpadu dengan Adanya ProtapPenanganan Bencana

Monitoring dan evaluasi akhir Ketika harapan ada, kami bisatersenyum

Srikandi dari Pandes

Forum PRB Gajihan, Klaten Senimandari Gajihan Silakan MenggunakanRumah Saya

KRONIK >> 5

dari redaksi

G empa memporakporandakanwilayah Gajihan yang terletak didesa Pandes, kabupaten Klaten.

Dusun ini merupakan daerah binaan terbesarBina Swadaya Klaten, dimana saat gempa90% penduduknya menjadi korban. Karenaalasan itulah Bina Swadaya menawarkanprogram Pengurangan Risiko Bencana (PRB)kepada masyarakat.

Ternyata, meskipun sudah mendampingimasyarakat dusun ini sejak tahun 1996, tidaksemudah itu tim pendamping Bina Swadayamembangun pondasi program PRB. Mengapa?Silakan baca tulisan berjudul “Ketika harapan ada,kami bisa tersenyum”. Tulisan ini menuturkanpengalaman dan refleksi tim pendamping ketikamemperkenalkan PRB di wilayah tersebut.

Di edisi ini, kita diajak untuk mempelajari strategipengarusutamaan PRB oleh masyarakat.Masyarakat Gajihan melakukannya denganmenginterasikan PRB dengan program kesehatanyang digulirkan pemerintah. Contohnya sepertiapa? Silakan baca “Srikandi dari Pandes” dan“Forum PRB Gajihan, Klaten”.

Selain cerita-cerita dari Gajihan, kamimenampilkan pula tulisan teman-teman dariPadang Pariaman yang sedangmengembangkan PRB pasca gempa 2009yang lalu dan sebuah tulisan dari desaNgargomulyo. Dan tentu saja, masih banyaklagi kisah lain yang kiranya menambahpengetahuan kita tentang perkembangankegiatan PRB di Bina Swadaya.

Semoga tulisan-tulisan di edisi kali inimemperluas perspektif kita danmeningkatkan semangat kita untukmelaksanakan program PRB di setiapkegiatan (ss).

Penasehat : Direksi Bina Swadaya Konsultan | Tim Redaksi : Ikasari, Sinta Situmorang | Layout : Agus SugiartoKontributor : Tim Fasilitator Bina Swadaya Pengurus Forum Pengurangan Risiko BencanaAlamat Redaksi : Jl. Gunung Sahari III No.7 Jakarta 10610 Indonesia | Phone : 021 4204402 | Email : [email protected]

D E W A NREDAKSI

Page 2: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

ARtIKEL

2 warta DRR

MengarusutamakanPengurangan Risiko

Bencanadi Bina Swadaya

Ikasari

Pengurangan Risiko BencanaFenomena alam, dampak industri, dan ulah manusiadapat menyebabkan timbulnya berbagai ancaman.Mulai dari gempa bumi, angin puting beliung,kebakaran, banjir, longsor, konflik, dan wabahpenyakit.

Ancaman dapat berubah menjadi bencana yangmenyebabkan kematian, kerugian material, sosial, danlingkungan yang melampaui batas kemampuan manusiayang bersangkutan untuk mengatasinya. Dengan katalain, bencana terjadi jika manusia sudah tidak dapatlagi mengatasinya dengan sumberdaya dan kapasitasyang dimiliki.

Kerentanan dan rendahnya kapasitas untuk bertahan,merupakan faktor yang membuat manusia tidakmampu mencegah dan mengurangi risiko bencana.Oleh karena itu, penting memahami berbagai faktorancaman disekitar kita, mengetahui kerentanan, danmembangun kapasitas atau kekuatan untuk mencegah,mengurangi, dan menanggulangi bencana yangmungkin terjadi. Upaya untuk memahami ancaman,kerentanan, dan membangun kapasitas dikenal sebagaipengurangan risiko bencana (PRB).

PRB adalah kegiatan yang wajib dilakukan olehmasyarakat, pemerintah, sektor swasta, LSM, danberbagai lembaga lainnya, dalam membangunkesiapsiagaan untuk mengurangi dampak ataumencegah terjadinya bencana.

Kesadaran untuk saling menjagaKomunitas Bina Swadaya di Jakarta terdiri dari 12 unitkerja, yang tersebar di tiga gedung di wilayah berbeda.Untuk meningkatkan kapasitas, mengurangikerentanan, dan membangun kesiapsiagaanmenghadapi bencana para karyawan, tim PRB BinaSwadaya Konsultan melakukan simulasi evakuasikebakaran gedung perkantoran.

Kebakaran merupakan ancaman bencana yangmungkin terjadi di kantor. Karena itulah, simulasikebakaran diselenggarakan untuk mendorongkesiapsiagaan pekerja dan pengelola gedung Janakaryadalam menghadapi ancaman tersebut.

Simulasi evakuasi peristiwa kebakaran dipandu olehDinas Pemadam Kebakaran danPenanggulangan Bencana (DAMKAR-PB)Provinsi DKI . Sebelumnya, tim DAMKAR-PBmelakukan survei gedung Janakarya dan dilanjutkandengan diskusi bersama 17 orang perwakilan dari setiaplantai dan unit kegiatan. Pada pertemuan kedua ini,

dibahas skenario simulasi, hal-hal yang perludiperhatikan, dipersiapkan, dan pembagian peran. Parapemimpin unit kegiatan dihimbau untuk mendorongkaryawannya agar melaksanakan simulasi ini dengansungguh-sungguh dan bahwa pekerja yang sudah tua,sakit, dan/atau hamil tidak perlu mengikuti simulasi.

Pada saat simulasi, tim Manajemen Keselamatandan Keamanan Gedung (MKKG) Janakaryadipandu oleh DAMKAR-PB membutuhkan waktu 8menit untuk mengevakuasi seluruh karyawan gedung.Setelah simulasi, tim MKKG melakukan evaluasikerentanan dan kapasitas yang harus ditingkatkan olehpenghuni dan pengelola gedung. Pada akhirnya, timfasilitator memberikan informasi, tips, dan beberaparekomendasi untuk perbaikan.

Kebakaran dapat terjadi karena kelalaian kita sebagaipengelola dan penghuni gedung. Kelalaian pengelolagedung, misalnya, membangun jaringan instalasi listrikyang tidak memenuhi standar kapasitas maupunmenggunakan kabel listrik yang materinya rentanmenyebabkan korslet arus listrik. Ditambah, tidakmenyediakan alat pemadam kebakaran ringan(APAR) di ruang kantor.

Sementara itu, kelalaian penghuni gedung dapatmenimbulkan resiko kebakaran. Seperti, lupamematikan sumber listrik ketika meninggalkan gedung,tidak menyimpan dengan baik bahan-bahan kimia ataubahan lain yang mudah terbakar, lalai dalam keamananmenggunakan lilin, membuang puntung rokoksembarangan.

Keamanan dan keselamatan gedung kantor bukan hanyatanggungjawab pengelola gedung. Akan tetapi,merupakan tanggungjawab semua penghuni gedunguntuk saling menjaga dan mencegah terjadinya bencanakebakaran. Selain pemahaman terhadap pentingnyamencegah kebakaran, kesiapsiagaan dalam menanganidan mengevakuasi penghuni gedung menjadi bagianpenting dalam mengurangi risiko yang lebih besar.Terutama jika tiba-tiba terjadi bencana kebakaran.

Dengan melakukan simulasi evakuasi peristiwakebakaran, diharapkan pekerja dan pengelola gedunglebih memperhatikan keselamatan dan kesehatankerja (K3). Caranya adalah dengan membentuk danmemfungsikan tim MKKG di setiap lokasi kerja BinaSwadaya. Simulasi ini juga diharapkan tidak sekedarkegiatan. Akan tetapi, menjadi suatu aksi nyatakesiapsiagaan semua penghuni gedung atau bangunankantor di semua wilayah unit kegiatan Bina Swadaya.

Dari simulasi sampai komitmen kesiapsiagaanPeningkatan kesadaran mengenai K3 tidak berhenti disimulasi evakuasi kebakaran. Secara khusus BinaSwadaya Konsultan menyelenggarakan “SarasehanPengurangan Risiko Bencana”, pada saat pembukaanperayaan ulang tahun Bina Swadaya Konsultan.Kegiatan ini menjadi ajakan sekaligus seruan bagi semuaunit kegiatan Bina Swadaya untuk melakukan PRB.

Sarasehan diawali dengan sajian film singkatdokumentasi simulasi kebakaran dan kegiatanpengurangan risiko bencana oleh masyarakat di Jawa

Page 3: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

ARtIKEL

3warta DRR

Tengah dan Jogjakarta. Kemudian dilanjutkan dengandiskusi bersama DAMKAR-PB Provinsi DKI.

Di akhir sarasehan, para pejabat Bina Swadaya diajakkesediaannya untuk mendorong pelaksanaan PRB. Haltersebut diwujudkan melalui penandatanganankomitmen untuk melaksanakan PRB, khususnyakebakaran dan gempa bumi, di lingkungan kerja/kantorBina Swadaya.

Lomba K3 ruang kerja di Bina SwadayaUpaya lain yang dilakukan oleh tim PRB Bina SwadayaKonsultan untuk mensosialisasikan danmembudayakan K3 di lingkungan kerja Bina Swadayaadalah melalui lomba kenyamanan dan keselamatanruang kerja untuk mencegah dan mengurangi risikobencana kebakaran.

Kriteria ruang kerja yang nyaman adalah ruang kerjayang didesain dan ditata apik, bersih, dengan paduanwarna serasi dengan keindahan hiasan, dan adatanaman menambah kesejukan ruangan. Selainkeindahan ruangan kerja, keamanan menjadi halpenting. Keamanan tidak saja meliputi penjagaanbarang dan inventaris kantor, tetapi juga tata letakbarang-barang maupun hiasan yang aman. Aman dalamarti peletakan barang-barang. Jika barang-barang jatuhkarena guncangan gempa bumi atau kerapuhankonstruksi, barang-barang itu tidak akan mencederaikaryawan yang bekerja di ruangan tersebut.

Ruangan kerja yang bersih dan indah ditata baik, akanmemberikan kenyamanan dan jaminan kesehatan bagikaryawan yang bekerja. Instalasi listrik, sarana, danprasarana kerja diletakkan dan digunakan dengan aman.Selain itu tersedianya APAR menjadi indikatorkeamanan dan keselamatan ruang kerja.

Sambil menilai ruang kerja setiap unit kerja, tim penilaijuga melakukan sosialisasi dan dialog dengan semuakaryawan tentang kesehatan, keamanan, dankeselamatan ruang kerja, termasuk mensimulasikanpenggunaan APAR.

Setiap unit kerja telah berusaha membersihkan, menataruang kerjanya untuk memenuhi syarat-syaratkesehatan dan keselamatan kerja. Secara umum, setiapunit kerja telah menunjukkan kebersihan dankenyamanan ruang kerjanya. Akan tetapi, untukkesehatan dan keselamatan masih harus ditingkatkan.Seperti, instalasi dan penataan peralatan listrik yangbelum aman, dan belum tersedianya APAR

Harapannya, apa yang telah dimulai ini tidak berakhirsetelah lomba berakhir, namun terus dipertahankandan ditingkatkan demi mewujudkan lingkungan danbudaya kesehatan dan keselamatan kerja.

Lomba kenyamanan dan keselamatan ruang kerjadiikuti oleh 12 ruang kerja unit kegiatan di BinaSwadaya. Dan setelah melakukan penilaian, maka ruangkerja yang memenangkan lomba ini adalah YayasanBina Swadaya di Wisma Hijau, ruang kerja PT BSK, danruang kerja PT Percetakan PS.

Membangun ketahanan bencana di komunitasBina SwadayaSimulasi evakuasi kebakaran, sarasehan K3, lombakenyamanan dan keselamatan ruang kerja danpengalaman pengurangan risiko bencana olehmasyarakat dampingan Bina Swadaya di Jateng danJogja merupakan pengalaman dan langkah awal yangamat baik dalam membangun ketahanan terhadapbencana.

Upaya pengurangan risiko bencana bukan sematadilakukan oleh masyarakat di desa, di lokasi bencanaatau masyarakat yang menjadi mitra program saja. PRBseharusnya menjadi perhatian semua masyarakat,komunitas termasuk komunitas perkantoran.

Bekerjasama mengurangi kerentanan dan meningkatkankapasitas untuk ancaman kebakaran gedungmerupakan langkah nyata yang segera dapatdiwujudkan. Setelah itu kita semua lebih peka terhadapberbagai ancaman dan memiliki ketangguhan untukbersama-sama mencegah, mengurangi risiko bencanayang mungkin mengancam.

Bina Swadaya berusaha PRB menjadi mainstreamingdalam kehidupan organisasi, dan kegiatan-kegiatanyang dilakukan tersebut merupakan awalan bagi upayamenciptakan ketahanan komunitas Bina Swadayaterhadap bencana.

Ikasari, manajer program dan salah seorang tim PRB

G empa di laut selatan pulau Sumatramengguncang ranah Minang pada tanggal 30September 2009. Pusat gempa berada di 45

kilometer (28 mil) barat-barat laut Padang dan 220kilometer (140 mil) tenggara Pekanbaru, Sumatra.Guncangan utama terjadi pukul 17:16 waktu setempatdengan skala 7,6 SR.

Perkiraan pertama korban jiwa mencapai lebih dari1300. Pemerintah melaporkan 1.115 meninggal, 1.214luka berat, dan 1.688 luka ringan. Korban meninggalterbanyak terdapat di wilayah Padang Pariaman (675),Padang (313), Agam (80) dan Pariaman (37). Sekitar135.000 rumah rusak berat, 65.000 rumah rusaksedang, dan 79.000 rumah rusak ringan. Diperkirakan250.000 keluarga (1.250.000 orang) telah tertimpabencana total atau sebagian dari rumah dan lingkunganhidup mereka.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial, BinaSwadaya mengirimkan 2 orang untuk melakukan kajiancepat terhadap kebutuhan para survivor. Salah seorangbertugas di Kotang Padang dan lainnya di Pariaman. Disamping melakukan asessment, Bina Swadayabekerjasama dengan lembaga dari Jepang, yaitu PeaceWind dan AAR, memberikan bantuan berupa beras danair mineral kepada anak-anak berkebutuhan khusus(different ability / difabel) di sekolah-sekolah luarbiasa.

Emilia Tri SN dan Ikhwan Safa’at

Tanggap Darurat untukPemulihan Pariaman

Page 4: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

ARtIKEL

4 warta DRR

Berdasarkan hasil kajian cepat tersebut Bina Swadayamengajukan kerjasama dengan Cordaid, sebagailembaga donor, untuk membantu pemulihan kondisimental, ekonomi, dan pendidikan. Lokasi yangditawarkan Bina Swadaya yaitu (1) korong (desa) SungaiDurian, kecamatan Patamuan, (2) korong Sungai PuarTanjung Mutus dan (3) korong Kampung Lambah,kecamatan Padang Sago. Ketiganya terletak diPariaman dengan lokasi yang terpencil dan sulitdijangkau.

Awalnya, bantuan yang diajukan adalah pelatihanpemulihan trauma (trauma healing), pelatihanpengurangan risiko bencana, bantuan untuk sekolahdan pemberian bantuan uang lauk-pauk. Akan tetapikarena proses administrasi yang cukup panjang, saatkegiatan mulai dilaksanakan, pemberian uang lauk paukdinilai sudah tidak relevan. Sehingga kegiatan ituakhirnya dialihkan untuk kegiatan revitalisasi usaha(livelihood). Program tanggap darurat ini berlangsungselama 3 bulan, yaitu 16 November 2009 sampaidengan 16 Januari 2010. Bina Swadaya jugamenggandeng Ibu Foundation untuk memberikanbantuan kesehatan dan UNICEF untuk menyalurkantenda sekolah.

Penyadaran PRBPelatihan pengurangan risiko bencana (PRB) iniditujukan untuk masyarakat, murid-murid SD, dan SMPyang ada di 3 korong tersebut. Tujuan pelatihan agarmasyarakat dewasa dan anak-anak memilikipengetahuan mengenai penyebab gempa dan apa yangharus dilakukan saat gempa terjadi. Pelatihanmencakup kesiapsiagaan individu dan komunitas,mitigasi, dan rencana kontingensi. Peserta pelatihanjuga diajak mengenali lingkungan melalui pembuatanpeta bersama.

Melalui pelatihan penyadaran PRB untuk kelompokdewasa, masyarakat diajak mengenali rumah yangtahan gempa, peletakan barang-barang yang aman,pentingnya memiliki tas siaga, pembentukan forumpengurangan risiko bencana, dan rencana kontingensi.

Trauma healing dan pemulihan usahaekonomiPelatihan trauma healing ditujukan untuk anak-anakdan orang dewasa yang mengalami gejala trauma akibatgempa. Pelatihan dimaksudkan agar para survivor, baikanak maupun dewasa, pulih dari rasa takut dan mampumelaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimanasebelumnya.

Pemulihan usaha produktif dilakukan denganmemberikan bantuan uang, peralatan, serta saranapertanian dan peternakan untuk anggota kelompokmasyarakat. Bantuan uang merupakan pinjaman tanpabunga dan wajib dikembalikan sebagai modal kelompok(revolving fund). Setiap anggota rata-rata menerimabantuan sebesar Rp. 1.500.000,- Lama pinjaman danaturan-aturan lainnya ditentukan oleh anggotakelompok sendiri.

Bantuan untuk sekolahSekolah-sekolah yang berada di 3 lokasi mendapatbantuan pengadaan peralatan sekolah. Meja, kursi, danpapan tulis adalah peralatan sekolah yang palingdibutuhkan. Selain itu, Bina Swadaya memberikan

buku-buku pelajaran agar proses belajar mengajarberjalan kembali dengan baik.

Setelah bantuanBantuan pemulihan usaha telah mendorongngpengusaha bordir dan peyek memulai kembaliusahanya. Pesanan dari luar desa mulai berdatangandan dapat dipenuhi. Pembuatan virgin cocounut oilyang sempat terhenti juga dijalankan kembali.Proses belajar mengajar di sekolah-sekolah darurat jugamulai lancar karena kursi-kursi yang rusak tertimpabangunan sudah diganti dengan yang baru. Dalamkondisi serba minim dan darurat, anak-anak tetap bisamenikmati masa-masa sekolah.Pelatihan trauma healing dan pelatihan penyadaranPRB membantu masyarakat untuk kembali menjalaniaktivitas yang normal. Bedanya, kini masyarakatmemiliki kesiapsiagaan menghadapi bencana alam.

Emilia Tri SN adalah pemerhatiprogram pemulihan Padang Pariaman pada tahun

2009 – awal 2010.Ikhwan Safa’at adalah team leader lapangan

untuk program yang sama.

Lebih Siap dan Terpadudengan Adanya ProtapPenanganan Bencana

Kristanto Ari

Standar penanganan yang terpaduKabupaten Magelang terdiri dari 89 dusun dan 21

desa yang tersebar di 3 kecamatan. Magelangmerupakan wilayah yang rentan akan letusan gunungberapi karena posisinya dekat dengan gunung Merapi.Salah satu desa yang termasuk wilayah rentan adalahdesa Ngargomulyo. Desa ini terletak di lereng selatandi wilayah kecamatan Dukun dan berbatasan langsungdengan gunung Merapi. Setiap 3 sampai 7 tahun sekaliaktivitas gunung Merapi memuncak, yaitumengeluarkan awan panas. Saat meletus gunung bukansaja mengeluarkan awan panas, namun juga lava panas.Jika gunung meletus, maka masyarakat desaNgargomulyo mengungsi ke lokasi yang lebih rendah,jauh dari sumber ancaman.

Melihat pengalaman selama ini, penangananbencana dirasa belum maksimal dan masih jauh dariapa yang diharapkan oleh masyarakat. Kadang- kadangterjadi benturan atau kekosongan penanganan ditingkat lapangan. Belajar dari hal tersebut, disadariperlunya prosedur operasional standar penangananbencana secara terpadu. Mulai dari tingkat masyarakatsampai pemerintah.

Memang belum semua desa di wilayah kabupatenMagelang memprioritaskan perancangan proseduroperasional standar – atau biasa disebut protap,singkatan dari prosedur dan ketetapan. Dari beberapadesa yang sudah membuat protap, salah satunya adalahdesa Ngargomulyo.

Isi protapPerancangan protap diawali dengan pertemuan seluruhpemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di desa

Page 5: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

ARtIKEL

5warta DRR

Ngargomulyo. Yaitu, pemerintah desa, forum PRB desa,perwakilan dari Community-Based Disaster RiskManagement Nahdlatul Ulama (CMDRM NU), PasagMerapi, Bina Swadaya, dan lembaga- lembaga sosialyang ada di desa. Pertemuan ini diinisiasi oleh forumPRB. Hal utama yang dibicarakan adalah membangunkesepakatan pembuatan protap dan mengatur jadwal.Kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakanworkshop. Kesbanglimas dan PB kabupaten diundanguntuk memberikan masukan tentang isi dan prinsip-prinsip protap penanganan bencana tingkat desa.Langkah selanjutnya yaitu menyusun protap itusendiri, yang melibatkan seluruh perwakilanmasyarakat desa dan memakan waktu 3 bulan.Isi protap penanganan bencana desa Ngargomulyomemuat beberapa hal pokok. Yaitu:1 . Gambaran umum, kondisi, dan situasi wilayah terkait

dengan bencana.Isi dari gambaran umum ini adalah tentang keadaaanwilayah yang rentan bencana, situasi saat bencana,dan kegiatan penanggulangan serta penangananbencana yang masih perlu ditingkatkan.

2 . Lembaga pelaksana protap.Di dalamnya memuat pelaksana protap, yaitu daftarlembaga pemangku kepentingan terkait, dan jobdescription masing – masing personel.

3 . Langkah-langkah dalam penanggulangan bencana.a. Protap mengatur kegiatan sebelum, saat, dan

sesudah terjadi bencana.b . Pelaporan bencana , adminsitrasi dan logistik,

sarana dan prasarana, pengaturan sumber-

sumber pembiayaan dalam penangananbencana.

c . Sistem komando dan pengendalian kegiatanpelaksanaan protap dipegang kepala desa.

Fungsi protapAda dua tujuan utama pembuatan protap.

- Protap sebagai upaya mitigasi nonstrukturaldalam penanggulangan bencana.Dalam pengurangan resiko bencana, mitigasimerupakan sesuatu kegiatan yang pentingdilakukan. Salah satu mitigasi nonstrukuturaladalah dengan adanya protap, karena protapmengatur kegiatan, lembaga dan orang yangbertanggungjawab pra, saat, dan sesudahbencana.

- Protap mewadahi kearifan lokal.Berdasarkan pengalaman menghadapi letusangunung selama ini, penanganan bencana memangbelum terstrukutur dengan baik. Masyarakatkorban hanya dijadikan obyek dalam penangananbencana. Sehingga kadang – kadang hal inimenjadi permasalahan sosial ditingkatmasyarakat. Dengan adanya protap kebencanaanini diharapkan bahwa masyarakat mempunyaipengaruh dan partisipasi yang kuat dalammelakukan kegiatan penanganan bencana secaraswadaya dan mandiri, dimana mereka melakukankegiatan itu secara sukarela.

Kristanto Ari adalah pendamping Bina Swadaya untuk program PRB Magelang

Simulasi kebakaranRangkaian kegiatan program “Peningkatan KapasitasPengurangan Resiko Bencana bagi Staff Bina Swadayadan Mitra” kerjasama tahap kedua antara Bina Swadayadengan Cordaid, berakhir pada bulan Februari 2010. Sebagaikegiatan pamungkas sebelum menutup seluruh rangkaianprogram, dilakukan pemantauan (monitoring) yangdipadukan dengan evaluasi.

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk melihatperkembangan kegiatan dan mengukur tingkat pencapaianoutput program, manfaat langsung maupun tidak langsung,serta dampak aktivitas program terhadap staff BinaSwadaya, masyarakat dan para pemangku kepentingan(stakeholders) di tiga wilayah dampingan. Tiga wilayahdampingan, yaitu:- Dusun Pucung, desa Wukirsari, kecamatan Imogiri,

kabupaten Bantul, Yogyakarta- Dusun Gaj ihan, desa Pandes, kecamatan Wedi,

kabupaten Klaten, Jawa Tengah.- Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten

Magelang, Jawa Tengah.Monitoring dan evaluasi diselenggarakan dari tanggal 12hingga 15 Januari 2010. Hasil evaluasi didiseminasikan padatanggal 19 Januari 2010.

Kesimpulan dari hasil temuan yaitu program ini telah dapat:1. Berkontribusi dalam pengembangan kesadaran dan

kemampuan staf Bina Swadaya tentang PRB dan

Kronik

mengintegrasikannya ke dalam kegiatan di tingkatlembaga, masyarakat, hingga pemerintah lokal.

2. Meningkatkan kesadaran dan kesiap-siagaanmasyarakat rentan di tiga lokasi. Bahkan di desaNgargomulyo dan dusun Pucung, telah berkembangmenjadi kebijakan kesiap-siagaan masyarakat ditingkat pemerintahan desa.

3. Memotivasi dan memfasilitasi pemerintah desa agarterlibat aktif bersama pemangku kepentingan lain dalampengembangan program PRB di desa mereka.Bahkan, keberadaan program telah mendorongdilakukannya advokasi bersama. Forum PRBmembidani dan menyusun kebijakan desa tentangpengelolaan dan pengurangan resiko bencana dalambentuk peraturan desa (Perdes). Dengan ditetapkannyaPerdes tersebut, besar harapan dapat mendorongpengembangan program dan kesinambunganpendanaan yang berasal dari perencanaan jangkamenengah desa.

4. Memberikan pegetahuan kepada pemerintah danpemangku kepentingan di dalam dan di luar desa, baikdi tingkat kecamatan, kabupaten, hingga propinsi.Penyebaran pengetahuan ini dilakukan melalui sharing(bagi) pengalaman, diskusi, kunjungan lapang, danundangan kegiatan lainnya.

Page 6: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

Kronik

6 warta DRR

Simulasi kebakaranSelain gempa bumi, kebakaran merupakan ancaman yangmungkin terjadi dalam keseharian. Atas dasar pemikiranitulah PT. Bina Swadaya Konsultan (BSK)menyelenggarakan simulasi evakuasi peristiwa kebakaranyang terjadi di lantai 4, Gedung Janakarya, Jalan GunungSahari – Jakarta. Tujuan diselenggarakannya simulasiadalah mendorong pekerja dan pengelola gedung Janakaryasiap dalam menghadapi ancaman bahaya kebakaran.

mengintegrasikan PRB ke dalam kurikulum sekolah danmendorong anak-anak sekolah menyebarkan PRB kemasyarakat.

Lokasi lain yang dikunjungi adalah Kampung Sawah,Cakung Barat, Jakarta Timur yang menjadi dampinganAMAN Indonesia. Risiko utama di daerah ini adalah banjir.Capaian yang sudah dilakukan oleh staff AMAN Indonesiaadalah membuat protap penanganan banjir. Dengan adanyaprotap dan kelompok PRB, penanganan banjir menjadi lebihterkoordinir dan terpadu.

Ayu Bulan mengunjungi mengunjungi dusun Klisat, desaSrihardono, kecamatan Pundong, Bantul. Ancaman didaerah ini adalah gempa. Daerah ini merupakan dampinganPusat Studi Pengembangan Perdamaian (PSPP), salahsatu unit di bawah Rektorat Universitas Kristen DutaWacana yang bergerak sebagai pusat studi perdamaian.

Daerah lain yang dikunjungi Ayu adalah pulau Tanimbar-Kei dan pulau Warbal di Maluku Tenggara. Lokasi inimerupakan dampingan Yayasan Nen Mas Il, yangmerupakan lembaga mitra Insist. Masalah di lokasi iniadalah akses terhadap air bersih, kekeringan, penyakit kulit,ISPA, gempa, tsunami, dan badai elnino.

Workshop inisiasi program PRB tahap 3Pada tanggal 28 – 29 April 2010, Bina Swadayamenyelenggarakan workshop inisiasi / awal pelaksanaanprogram PRB tahap 3. Workshop ini diselenggarakan diJogyakarta dan diikuti oleh 40 orang. Peserta terdiri dari 2orang Bina Swadaya Jakarta, 6 orang pendamping, danperwakilan masyarakat, forum, atau pemerintah dari :Kabupaten Bantul:- desa Wukirsari- desa Triharjo- desa Sriharjo- desa SrimulyoKabupaten Klaten:- desa Bero- desa GadenKabupaten Magelang:- desa Krinjing- desa Sengi- desa Sumber

Pada kegiatan ini, Bina Swadaya menjelaskan kegiatandan capaian program PRB tahap 1 dan 2, dan rencanaprogram PRB tahap 3. Dijelaskan bahwa tahap 3 inimerupakan perluasan program ke desa lain, mengkaitkanPRB dengan perubahan iklim, dan menekankan pada upayaadvokasi kepada pemerintah lokal. Peserta kemudianmerancang kegiatan dan jadwal yang akan dilaksanakanpada 3 bulan ke depan. Diharapkan program dapat berjalandengan lancar. Semoga!

Untuk mencapai tujuan di atas, BSK menghubungi DinasPemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana(Damkar PB) Propinsi DKI Jakarta.Tanggal 4 Februari 2010, seorang petugas Damkar PNdatang untuk survei gedung. Kemudian dilanjutkan padatanggal 10 Februari untuk mendiskusikan kegiatan simulasi.Pada pertemuan kedua ini dibahas skenario simulasi, hal-hal yang perlu diperhatikan, dan pembagian peran.

Simulasi sendiri dilaksanakan pada tanggal 11 Februari.Setelah selesai simulasi, semua perwakilan unit berkumpuluntuk melakukan evaluasi bersama tim Damkar PB.

peer review program PRBPada bulan Februari 2010, Cordaid menyelenggarakan pilotpeer review program PRB. Kegiatan ini adalah try outsebelum melaksanakan peer review di lokasi-lokasilainnya. Lokasi dampingan yang mendapat kesempatanini adalah dusun Gajihan, yang merupakan salah satuwilayah dampingan Bina Swadaya.

Pada bulan Maret, tepatnya tanggal 10 – 18 Maret 2010,peer review dilakukan dengan cara cross visit. Yaitu dimanastaff dari 3 lembaga yang menjadi mitra Cordaidmengunjungi lembaga lainnya.

Wilayah dampingan Bina Swadaya yang menjadi lokasikegiatan peer review pada bulan Maret itu adalah dusunPucung, desa Wukirsari, Bantul. Lokasi ini dikunjungi olehlembaga Primari (Papua), INSIST (Yogyakarta), dan PSPP(Yogyakarta). Mereka mengunjungi Pucung dan Wukirsaripada tanggal 9 – 11 Maret 2010.

Sedangkan staff Bina Swadaya yang mengikuti kegiatanini adalah Sinta Situmorang dan Ayu Bulan.

Sinta berkunjung ke lokasi dan masyarakat dampinganPusaka Indonesia di pulau Simeulue, NAD. Risiko bencanadi daerah ini adalah gempa bumi dan tsunami. PusakaIndonesia adalah sebuah LSM yang bergerak di isuperlindungan anak. Mereka melihat penyebaran PRBsebagai salah satu bentuk perlindungan anak danperwujudan hak anak-anak akan rasa aman. Mereka

Page 7: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

7warta DRR

Awal mula pendampingan

Dusun Gajihan merupakan salah satu dusun dikecamatan Wedi, kabupaten Klaten, yangmenjadi lokasi dampingan Bina Swadaya Klaten.

Sejak tahun 1996 Bina Swadaya Klaten telahmendampingi masyarakat Gajihan dalampengembangan sosial ekonomi melalui pendekatankelompok swadaya masyarakat ( KSM ). Hingga saat iniada tiga KSM yang masih didampingi. Yaitu KSM GuyupRukun, KSM Jahit Rapi, dan KSM PKK RW 14.

Mayoritas peduduk dusun Gajihan bekerja sebagaiburuh jahit untuk pengusaha garmen yang ada diwilayah mereka. Pada akhir tahun 1990an itu,penghasilan sebagai buruh jahit cukup rendah. Merekadiupah Rp 250 – Rp 300 rupiah per potong pakaian.Dengan waktu kerja 8 jam perhari, mereka hanyamampu mengerjakan 12 – 30 potong.

Untuk meningkatkan posisi tawar buruh terhadappengusaha, Bina Swadaya dan MWPRI melakukanprogram pendampingan untuk wanita pekerja rumahan.Antara lain mengadakan pelatihan ekonomi rumahtangga, wira usaha dan manajemen KSM, sertamenghubungkan anggota KSM dengan bank mitra.Waktu itu, BPR Jatiartha Swadaya dan BPD. Krisismoneter tahun 1998 memberi imbas pada bisnispakaian. Para pengusaha bangkrut dan menutupusahanya. Para pekerja pada akhirnya beralih profesimenjadi pedagang beras, berjualan makanan, dan lain-lain.

Gempa bumiBagi warga Gajihan, peristiwa gempa 27 Mei 2007menyisakan trauma yang mendalam. Wilayahkecamatan Wedi merupakan wilayah yang parahterkena dampak gempa bumi. Salah satunya dusunGajihan.

Sebanyak 90% rumah penduduk Gajihan roboh total.Bahkan yang sangat memprihatinkan adalah satuanggota dari KSM Jahit Rapi meninggal dalam peristiwatersebut. Gempa juga mengakibatkan usaha produktifmasyarakat mengalami kelumpuhan total. Hal inidisebabkan oleh rusaknya alat-alat kerja mereka,sebagai satu-satunya barang yang bisa dipergunakanuntuk mencari nafkah. Pada saat itu masyarakat hanyamenggantungkan diri pada bantuan dari pemerintah,LSM lokal dan internasional yang peduli dengan gempa.

Inisiasi program PRBKetika gempa mengguncang, masyarakat begitu panik.Setelah gempa, situasi kacau, tanpa kepastian, dankoordinasi berantakan. Berangkat dari pengalamaninilah, Bina Swadaya Klaten mengusulkan program PRBdi wilayah dusun Gajihan, desa Pandes.

Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat( PRBBM ) adalah program yang bertujuan menyiapkanindividu, masayarakat, dan pemerintah agarmempunyai kesiapsiagaan menghadapi bencana.Setelah memahami PRB, diharapkan seluruh lapisanmasyarakat mampu mengelola sumber daya yang adadan mampu mandiri memitigasi (mencegah bencana)hingga mengelola tanggap darurat dan pasca bencana.

Tentu saja selalu ada tantangan ketika memulai danmenjalankan sebuah program. Hal ini pula yangdihadapi oleh kami, selaku tim pendamping (fasilitator).Pada awalnya kami berjuang keras karena sebagianmasyarakat dan pemerintah lokal belum paham tentangtujuan program PRB. Apalagi program ini berupapeningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Tidak adawujudnya, tidak langsung dirasakan manfaatnya. Tentuberbeda dari bantuan lainnya yang berbentuk uang ataubarang. Tanggapan sinis sering dilontarkan dari mulutbeberapa anggota masyarakat. “Program seperti inihanya buang-buang waktu! Nggak jelas tujuannya!”“Sudah, nggak usah bertele-tele. Kasih saja uangnya!”Belum lagi ditambah sikap orang yang malah membuangmuka ketika diajak bicara, atau sama sekali tidak maumenyentuh lembar informasi PRB yang ditawarkankepadanya.

Kami betul-betul putus asa. Bahkan sempat terpikiruntuk alih lokasi ke kecamatan lain. Pak Camat sudahoke, bahkan sangat berharap program itu dilaksanakandi wilayahnya. Akan tetapi kebijakan lembaga tidakmembolehkan begitu saja mengganti lokasi. Akhirnyadengan tekad kuat dan dukungan warga yang terusmemberi semangat, kami meneruskan pekerjaan diGajihan.

PendekatanKami sangat menyadari bahwa masih banyakmasyarakat yang belum memahami tujuan dan manfaatPRB. Bantuan tanggap darurat untuk pemulihan pascabencana malah disalahartikan dan merusak rasakemandirian masyarakat. Ada sebagian masyarakatyang menganggap dirinya adalah korban dan sudahseharusnya diberikan bantuan.

Agar program dapat diterima dengan baik, timpendamping mencoba mendekati tokoh masyarakat.Mulai dari Bidan Desa, tokoh pemuda, hingga tetuamasyarakat. Sehingga akhirnya ada dukungan nyatadari tokoh-tokoh masyarakat ini. Mulai dari bu Budi (Bidan Desa ), pak dan bu Hadi, pak Gunawan, pak EkoPB, bu Markamah, bu Sri Lestari, pak Danang, dan masihbeberapa lagi yang betul-betul bergiat untuk forum PRBGajihan. Komitmen merekalah yang kami pupuk dandorong agar forum PRB menjadi organisasi yang mampumemberikan pemahaman PRB kepada masyarakat.

Ketika Harapan Ada, Kami Bisa TersenyumF.B. Jatmiko

Laporan Utama

Page 8: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

Laporan Utama

8 warta DRR

Terbukti, hingga hari ini mereka tetap konsisten. Danperlahan-lahan dukungan dari anggota masyarakatyang lain mulai tampak.

Penguatan kapasitasForum PRB Gajihan dibentuk pada Agustus 2007.Programnya hingga saat ini berfokus pada bencanagempa bumi. Beberapa kegiatan yang telah dilakukanadalah:

Penguatan kapasitas masyarakatLemahnya kepedulian tentang PRB bisa jadi disebabkankurangnya pemahaman. Karena itu, penting sekalimelakukan sosialiasi pemahaman PRB. Kegiatan inidiberikan kepada kelompok ibu-ibu, karang taruna,anak-anak sekolah dasar, dan kelompok masyarakatlainnya. Kegiatan lain adalah pelatihan pengembanganusaha agar masyarakat memiliki wawasan mengenaialternatif usaha dan perekonomiannya segera pulih.

Penguatan kapasitas bagi pengurus dan anggotaforum PRBSebagai lembaga yang masih baru, forum PRB Gajihanperlu mengembangkan wawasan, pengetahuan, danketrampilan berkaitan dengan kegiatan yang akandilakukan. Untuk menjawab kebutuhan itu, makadilakukan kegiatan pelatihan pemahaman PRB,manajemen risiko bencana, manajeman organisasi,manajemen keuangan dan fundraising. Pelatihan-pelatihan ini sangat berguna dalam meningkatkankapasitas lembaga.

Kampanye PRBUntuk lebih mengenalkan PRB di semua lapisanmasyarakat, maka forum PRB membuat berbagaimedium dan kegiatan sosialisasi. Mulai dari membuatbrosur/pamflet, kaos, hingga acara budaya denganmenggelar panggung kesenian karawitan dalam rangkamemperingati 3 tahun gempa. Gelar kesenian karawitantersebut mampu menarik semua warga dusun Gajihanuntuk datang. Pada kesempatan itu, anggota forummembagikan brosur tentang kesiapsiagaan bencanagempa dan memberikan pemahaman PRB bagimasyarakat melalui tembang-tembang yang dibawakan.

Studi bandingSebagai lembaga yang masih baru, tidak ada salahnyaforum PRB belajar kepada masyarakat yang sudahmemilki kesiapsiagaan menghadapi bencana. Kegiatanstudi banding dilakukan di desa Depok, Parangtritis.Masyarakat Depok difasilitasi oleh KAPPALAIndonesia, WALHI, Dinas Kelautan kabupaten Bantul,dan Daro SAR kabupaten Bantul. Mengapa forum PRBmemilih lokasi tersebut? Karena Depok juga daerah

rawan gempa. Kegiatan ini memperluas wawasan forumGajihan untuk mengembangkan kegiatannya.

Berbagi peranForum terdiri dari pokja-pokja yang memiliki peran dantugas masing-masing.

Pokja KesehatanPokja Kesehatan mencetuskan ide “ambulance dusun”.Ambulance dusun ini bukanlah mobil khusus berbentukambulance. Melainkan mobil pribadi yang dimiliki olehwarga dan mereka merelakannya untuk digunakanmengangkut korban saat terjadi bencana di wilayahtersebut. Saat ini ada tiga mobil yang menjadiambulance dusun. Kegiatan lain yang dilakukan adalahcek golongan darah warga Gajihan. Kegiatanpengecekan darah ini dilakukan untuk mengantisipasikebutuhan darah warga jika sewaktu-waktu terjadibencana dan warga masyarakat membutuhkan darah.

Pokja Penyelamatan dan Pengungsian (Pokja PP)Pokja Penyelamatan dan Pegungsian dibentuk untukmemberikan pertolongan dan penyelamatan jika terjadibencana. Salah satu kegiatan yang telah dilakukanadalah peningkatan ketrampilan anggota timpenyelamatan dengan melakukan pelatihan. Tepatnya,pelatihan Pertolongan Pertama Pada Korban (P3K)bencana dan kecelakaan yang di fasilitasi oleh PMIKlaten selama 3 hari. Kegiatan lain yang sudahdilakukan adalah menentukan jalur evakuasi, denganmemasang rambu- rambu sepanjang jalan dusun yangmenuju ke lokasi barak pengungsian. Di samping ituPokja Penyelamatan dan Pengungsian mengadakan alat-alat komunikasi (handy talky / HT) untuk sistemperingatan dini dan tenda untuk sarana pengunsiansementara.

Pokja Kelompok SosialPokja kelompok sosial bertanggung jawab memberikanpemahaman PRB bagi semua kelompok yang ada dimasyarakat.

Pokja KeamananKegiatan yang sudah dilakukan adalah berkoordinasidengan Polsek, mendata nomer telpon yang pentingdihubungi pada saat keadaan darurat, dan menjalinhubungan dengan istansi lain. Lalu Pokja ini juga

Page 9: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

Laporan Utama

9warta DRR

Papan penunjuk jalur evakuasi Lokasi pengungsian

bertanggungjawab untuk merawat dan menggunakanHT sebagai alat komunikasi yang sewaktu-waktu dapatdigunakan ketika situasi darurat.

Harapan ke depan

Masih banyak kegiatan forum yang sudah direncanakannamun belum dilaksanakan. Antara lain:- Advokasi ke pemerintah desa

Forum masih membutuhkan dukungan dankomitmen yang lebih besar serta nyata daripemerintah desa. Hal ini diperlukan untukkeberlanjutan kegiatan PRB. Lagipula, upaya PRBberbasis masyarakat akan lebih terasa manfaatnyajika diintegrasikan dalam program pembangunandesa.

- Mengembangkan kegiatan PRB ke tingkat desamelalui kampanye DRR

Kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan danmengembangkan kegiatan PRB yang dilakukan didusun Gajihan untuk dibawa ke tingkat desa.Tujuannya untuk menjadi pembelajaran bersama.

Kegiatan – kegiatan lain akan dikembangkan:- Meningkatkan kampanye PRB melalui siaran radio

komunikasi- Pelatihan kader- Pembuatan jalur evakuasi di dalam rumah- Peningkatan usaha pupuk dan pengolahan sampah

yang dikelola secara profitable untuk fundraising

Melihat rancangan kegiatan yang siap dilaksanakan dandikembangkan, kami sebagai pendamping merasa yakinbahwa ada harapan bahwa forum dan kegiatan PRBdapat berlanjut. Rasa putus asa yang dulu sempatmenghadang, perlahan sirna. Kini kami sudah bisatersenyum! (F.B. Jatmiko, pendamping Bina Swadayauntuk program PRB Klaten)

Srikandi dari PandesBerbicara mengenai Desa Siaga tidak bisa dilepaskan dengan kiprah ibu Budi,begitu perempuan ini kerap disapa. Beliau adalah bidan teladan yang mengantardesa Pandes menjadi juara I sebagai Desa Siaga. Desa Siaga adalah programpemerintah yang didukung oleh Unicef dan Charitas dalam kesiapsiagaankesehatan. Program pokoknya adalah pemberian ASI ekslusif bagi bayi sertakesehatan ibu hamil, balita, dan lansia. Kemampuan, pengalaman, dan dedikasiterhadap kemajuan kesehatan masyarakat inilah yang membuat bu Bidansemakin sibuk. Beliau diundang menjadi narasumber tentang ASI eksklusif diPuskesmas di berbagai propinsi di Indonesia. Kini bu Budi bukan milik wargaPandes saja, akan tetapi menjadi milik bangsa Indonesia.

Kesamaan pandanganPendamping mendatangi ibu Budi ke Puskesmas dan juga ke rumahnya dengan harapan beliau berkenan

memperkuat keberadaan forum PRB Gajihan. Kami menjelaskan mengenai tujuan program PRB dan pentingnya mengajakpetugas kesehatan seperti ibu Budi untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan PRB. “Dengan senang hati saya akan mendukungFPRB, Mbak Tutik dan Mas Jatmiko!” Begitu jawabnya kepada kami. Kami merasa gembira atas tanggapan beliau yangbegitu positif.Kesanggupan ibu Bidan tidak sebatas lip service. Ibu yang murah tersenyum ini selalu menyempatkan diri dalam pertemuanawal penguatan forum PRB dan penyusunan program. Banyak ide-ide beliau yang kami sinergikan dengan program forumPRB. Salah satunya ambulance dusun yang mengadopsi ambulance desa. Cek golongan darah juga merupakan usulanbeliau. Melihat potensinya, beliau kami ajak duduk di struktur forum sebagai koordinator bidang kesehatan.Mengabdi untuk masyarakatPeran bu Budi menyebarluaskan PRB tidak kalah besar. Di sela-sela pelayanannya di posyandu lansia dan balita setiaptanggal 15 beliau mengkampanyekan manfaat PRB dan keberadaan forum PRB. Bu Budi berperan pula dalammemperkenalkan PRB kepada kepala desa Pandes. Sehingga berkat jasa beliau, kepala desa memahami PRB danberpartisipasi dalam beberapa kegiatan forum.Hal yang dapat dipetik dari apa yang pernah dikatakan bu Bidan adalah, “Selagi masih ada waktu, akan saya abdikanhidupku untuk masyarakat.” Itulah kepribadian yang sangat mulia yang perlu kita teladani. Semangat dan komitmennyamemperjuangkan kemajuan masyarakat bagaikan Srikandi yang selalu maju tanpa merasa lelah demi rasa kemanusiandan mengharumkan nama baik negaranya.

Mardyastuti, Pendamping Bina Swadaya untuk program PRB Klaten

Ibu b idan (tengah)pada rapat fo rum

Page 10: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

Laporan Khusus

10 warta DRR

Dusun Gajihan terletak di desa Pandes, kecamatan Wedi,kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dusun ini merupakanwilayah yang paling luas di desa Pandes, dengan pendudukterbanyak pula. Sebagian besar warga dusun adalahpetani dan pedagang. Tingkat pendidikannya bervariatif,dari SD hingga S3.

Pada tanggal 27 Mei 2006 silam, penduduk Gajihanmerasakan dahsyatnya gempa bumi yang baru kali itumereka alami. Peristiwa beberapa tahun silam tersebutternyata masih membekas di hati warga. Rasa takut dantrauma akan berulangnya gempa, sering menghantuiwa rga ny a.

Bina Swadaya menawarkan program pengurangan risikobencana untuk masyarakat Gajihan pada tahun2007.    Pada  awalnya,  masyarakat  kurang  merespon.Alasannya, jika bersiap-siap menghadapi bencana, samahalnya dengan menanti-nantikan bencana. Akan tetapikegigihan pendamping Bina Swadaya mampu mengubahpersepsi masyarakat hingga mereka mengertitujuan program.

Pembentukan FPRB

Forum Peredaman Resiko Bencana (forumPRB)   dusun  Gajihan  adalah  forum  yangmewadahi aspirasi, implementasi inspirasi,dan bakat ketrampilan dalam pencegahan,mitigasi, dan kesiapsiagaan menghadapibencana. Forum ini terdiri dari individu-individu yang peduli terhadap nilai-nilaikemanusiaan. Mereka adalah para tokoh masyarakat,kaum muda, dan tentunya para ibu .

Ide pembentukan forum diawali dari sekelompok kecilmasyarakat Gajihan yang sadar akan pentingnyapengetahuan dan kesiapsigaan menghadapi bencana,khususnya gempa bumi. Mereka juga menyadari bahwapeningkatan kapasitas tersebut tidak mungkin dilakukansendiri-sendiri. Oleh karena itu lah, muncul inisiatif untukmembentuk suatu wadah dimana mereka dapatmembahas, memahami, dan melatih diri mengenai PRB.

Kelompok masyarakat ini lalu mengundang warga lainuntuk terlibat dengan terus menyakinkan padamasyarakat akan pentingnya PRB. Mereka jugamemberikan informasi-informasi yang akurat bahwaGajihan juga merupakan wilayah yang rawan terhadapbencana dan melakukan pendekatan personal pada tokohmasyarakat. Pada akhirnya tujuan baik itupunmembuahkan hasil . Terbentuklah Forum PeredamanResiko Bencana di dusun Gajihan. Forum terdiri dari pokja(kelompok kerja) yang koordinator serta anggotanyadipilih berdasarkan kemampuan.

Penguatan kapasitas forum dilakukan dengan melakukanpelatihan dan membuka diskusi dengan lembaga-lembagayang berkompeten dalam peredaman risiko bencana.Pelatihan yang dilakukan antara lain P3K serta pencariandan penyelamatan (SAR). Sedangkan lembaga-lembagayang diajak bekerjasama diantaranya Tagana Dinas Sosial

Kabupaten Klaten, Saklak Kabupaten, Sakgana PMI, DinasPemadam Kebakaran, dll.

Bina Swadaya mendukung peningkatan kapasitasmengelola forum dengan melatih cara berorganisasi,manajemen organisasi, pelatihan mengelola keuangan,dan fundraising.

Untuk mengumpulkan dana, forum membuat pupukorganik / kompos, demplot padi organik, dan mengolahsampah plastik yang terbuang untuk dibuat tas, dompet.Di samping itu, forum juga melakukan lobi kepadapemerintah desa agar mengalokasikan dana PRB dalamAPBDes.

Peran kaum perempuan

Mayoritas anggota Forum PRB dusun Gajihan adalahperempuan. Meskipun kaum ibu sibuk dengan urusanrumah tangga, tetapi mereka dapat membagi waktuuntuk forum. Semangat belajar mereka pun luar biasa

tinggi. Sebelum forum terbentuk, merekamempelajari PRB dari membaca buku, koran,melihat televisi, atau mendengarperbincangan orang-orang. Setelah forumterbentuk, mereka mempelajari PRB lebihjauh lagi dari beragam narasumber,pemimpin daerah di desa / kabupaten lain,anggota forum PRB di daerah lain,dan pelaku-pelaku PRB lainnya.

Para ibu bukanlah anggota pasif yang hanyadatang dan duduk diam mendengarkan pada

setiap pertemuan forum. Mereka bahkan secara terbukadan percaya diri mengemukakan aspirasi dan “unek-unek”. Berbagai keputusan untuk kegiatan forum seringdimotori oleh para ibu.

Ada saat dimana anggota forum jenuh terhadap kegiatanforum. Di saat itu para ibu memimpin di depan. Mendekatidan menyemangati anggota lainnya untuk kembali aktif.Para ibu yang selalu penuh semangat membuat forumyang sempat melempem, renyah kembali. Sifat ibu yang“memelihara” itu sangat terasa untuk denyut kehidupanforum, karena mereka tidak ingin forum berhenti. Tanpadipaksakan, FPRB dusun Gajihan menerapkan gendermainstreaming.

FORUM PRB GAJIHAN, KLATENEko Yohan

Page 11: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

Laporan Khusus

11warta DRR

setempat: seni karawitan. Karawitan diselenggarakanpertengahan tahun 2009 untuk memperingati 3 tahungempa. Sekaligus pula, disebarluaskanlah pengertian danpemahaman tentang Undang-Undang PenanggulanganBencana, PRB, dan forum melalui brosur-brosur dantembang-tembang karawitan yang dilantunkan.Indikator keberhasilan misi ini adalah timbulnyakeingintahuan masyarakat dari dusun lain tentang forumdan PRB, sehingga mereka datang ke acara tersebut. Danyang tidak disangka-sangka adalah begitu membludaknyaorang-orang yang datang dan tekun mengikuti acarahingga selesai. Kegiatan forum ternyata mampumempersatukan warga!

Kini ancaman bencana di Gajihan bukan saja gempa bumi.Beberapa waktu yang lalu, dusun ini mengalami anginputing beliung. Akan tetapi dengan memahami segalakejadian alam dan PRB maka diharapkan masyarakatdapat menghadapinya dan meredam dampaknya.Sehingga kerugian materi maupun kehilangan nyawadapat diminimalisir atau bahkan ditiadakan. Semuawarga dan pihak-pihak yang berkepentingan harusberusaha dan saling mengingatkan.

Eko Yohan, warga Pandes dan praktisi PRB

Desa Siaga

Atas ide anggota, Forum PRB mengintegrasikan programpengurangan risiko bencana dengan Desa Siaga. Desa Siagaadalah program Kementerian Kesehatan, berupapemberdayaan masyarakat agar masyarakat sadar, mau,dan mampu mencegah serta mengatasi berbagai ancamankesehatan sesuai dengan potensi yang ada di daerahnya.Pengintegrasian PRB dengan Desa Siaga misalnya denganmelakukan sosialisasi PRB ke pos-pos layanan kesehatan.Mulai dari posyandu hingga pos lansia. Tujuannya adalahmencegah timbul serta menyebarnya penyakit yang jikatidak dicegah berpotensi menimbulkan bencana.

Ide lain yang diusung oleh forum ini adalahmemfungsikan mobil pribadi yang dimiliki warga untukmengangkut orang sakit / korban bencana ke rumah sakit.Untuk keperluan ini, forum membuat perjanjiankerjasama. dengan pemilik kendaraan. Yaitu jika adawarga yang perlu diangkut ke rumah sakit, maka pemilikmobil bersedia meminjamkan mobilnya. Kendaraan yangdifungsikan ini dikenal dengan istilah “ambulance desa”.Kerelaan masyarakat yang bersedia meminjamkanmobilnya untuk kepentingan umum menunjukkan masihkuatnya sikap gotong royong.

Pada waktu gempa 2006, banyak warga yang terluka danmembutuhkan bantuan darah. Namun, baik yangmembutuhkan atau yang akan menyumbang, tidakmengetahui golongan darahnya. Belajar dari pengalamanitu, forum melakukan pendataan golongan darah. Kiniseluruh warga sudah mengetahui golongan darahnya.

Penyebaran informasi PRB

Pengurus dan anggota forum PRB Gajihan merasabersyukur memiliki pengetahuan dan ketrampilan PRB.Mereka menyadari bahwa semua orang perlu memilikipengetahuan itu. Untuk itulah mereka bertekad untukmenyebarkannya kepada masyarakat luas, termasukmasyarakat di dusun-dusun lain. Apalagi karena Gajihanmerupakan bagian dari desa Pandes dan sekitarnya.

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut forumGajihan menyebarluaskan PRB kepada organisasi-organisasi yang ada di desa. Seperti Karang Taruna, PKK,dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Juga melalui rapatRT, RW, pertemuan di desa, dan pertemuan-pertemuanantar desa. Cara sosialisasi lain yang ditempuh adalahdengan menggunakan teknologi komunikasi yang ada.Yaitu dari radio komunitas hingga jejaring sosial Facebook.Untuk facebook, silakan klik ke Fprb Gajihan atau cekmelalui alamat emailnya [email protected]

Salah satu cara yang ditempuh dan mencapai kesuksesanyang besar yaitu ketika forum menggunakan kebudayaan

FPRB ( pangkur )

Sun Sesuwun mring hyang Manon,Mugi-mugi Gusti ngijabahiNagari kita punikuLuput saking bebayaWarna-warna, tsunami,puting beliung,Banjir uga tanah longsorNggegana miwah jaladri.

FPRB karsanira,Sung tuladha mring masyarakat sesami,Yen ana musibah linduLan sapanunggalannya,Angurangi kacintrakan kang tumempuh,Iku gede gunanira,Ngurangi bebaya pati.

Kita memohon kepada Tuhan yang maha kuasa,Semoga Tuhan merestuiNegara kita iniTidak terkena bahayaseperti tsunami,puting beliung,banjir dan tanah longsorBaik kecelakaan udara dan daratan

FPRB menjadi harapan kita,Supaya menjadi teladan bagi masyarakat lainJika ada musibah gempadan bencana lainnya,Dapat mengurangi bahaya yang dialamiFPRB besar manfaatnya,

dapat mengurangi bahaya dari kematian.

Demikianlah sebuah syair gubahan Sutoro. Syair tersebutmerupakan refleksi apa yang dilihat, dialami, dan dirasakanterhadap berbagai kejadian bencana alam di Indonesia,termasuk gempa bumi di tempat tinggalnya, dan sewaktumengikuti kegiatan forum PRB dusun Gajihan.

Pak Toro, demikian beliau biasa disapa, adalah anggota PokjaPU forum PRB dusun Gajihan. Kegemarannya melantunkanlagu Jawa atau gending ditularkan kepada paguyubankarawitan ibu–ibu Gajihan yang juga merupakan anggota

Seniman dari Gajihan

Page 12: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi

12 warta DRR

Laporan Khusus

Tangan Bina SwadayaPasca gempa bumi 27 Mei 2006, warga kecamatan Wedi,khususnya desa Pandes, mendapatkan bantuan tanggapdarurat yang sifatnya hibah secara berlimpah. Kondisi inimembuatkan masyarakat berpikir bahwa setiap LSM yangdatang pasti membawa bantuan. Paradigma inilah yangpada awalnya menyulitkan pengembangan program PRByang ditawarkan oleh Bina Swadaya. Karena Bina Swadayamenawarkan bantuan pengetahuan, bukannya barang atauuang.

Di saat mengalami patah arang melihat kenyataan tersebut,tim pendamping Bina Swadaya menceritakan kegalauanhati kepada bapak dan ibu Hadi Poyo yang sudah kami anggapkeluarga sendiri.

Pak Hadi menanggapi dengan berkata,”Nggih, mbak Tutik.Saya mengalami, pada saat terjadi gempa bumi, kami yabingung. Tidak tahu apa yang musti dilakukan. Bahkanbanyak juga yang luka-luka, meninggal, akibat tidak bisamenolong korban yang terjebak di reruntuhan.” Bu Hadimenambahkan,”Inggih mas Jatmiko dan mbak Tutik.Masyarakat mriki sami rebutan bantuan, damel poskopiyambak-piyambak. Terus niku lho... sami rumaos meri jikaada warga lain yang mendapat bantuan sedangkan dirinyatidak .”

Merasa Perlu AdaSetelah beberapa kali kami melakukan kunjungan danmenyelenggarakan pertemuan di rumah pak Hadi untukmenjelaskan maksud dan tujuan program PRB, warga yangdulu pasif di setiap pertemuan, perlahan-lahan mulai ingintahu apa yang akan dilakukan Bina Swadaya dengankegiatan PRB. Walau baru sebatas ingin tahu, menurut kamihal tersebut sudah selangkah lebih maju daripada tidak maudatang ke pertemuan dan memutus rasa keingintahuanmereka.

Dalam pertemuan yang kesekian kalinya, masih adabeberapa warga yang belum paham. Dengan tekun pak Hadimenjelaskan kepada warga hakikat program PRB. Beliausangat getol serta gigih memperjuangkan keberlangsunganprogram ini agar dapat dipahami dan didukung oleh wargadusun Gajihan karena Pak Hadi merasa bahwa kegiatan inisangat baik dan perlu.

Sejak pertemuan tersebut, beliau aktif mendatangi beberaparekan serta tokoh seusianya, dan juga pemuda, agar merekamendukung kegiatan ini. Dan hasilnya memangmembanggakan! Semakin banyak individu yang terlibatdalam forum.

Sekretariat Forum PRBBerangkat dari beberapa warga yang sudah mulai mengenaldan memahami maksud serta tujuan kegiatan PRB yangdibawa oleh Bina Swadaya Klaten, anggota masyarakat lainpun jadi lebih mudah diundang dan datang pada pertemuandi rumah bapak Hadi Poyo. Komitmen warga yang semakinterlihat, membuat pak Hadi dan para pendamping gembira.

Pada suatu pertemuan, peserta yang hadir membahastempat untuk Forum PRB kelak. Pada saat pendampingmenawarkan kesediaan peserta agar rumahnya dijadikansekretariat forum, tidak ada yang mau dengan beragamalasan. Hingga akhirnya pak Hadi mengajukan diri. “Jikarumah saya mau dipakai jadi kantor FPRB, silakan! Sayarela.” Sejak itulah sekretariat FPRB bertempat di rumahbapak Hadi.

Memang begitulah sifat pasutri Hadi Poyo. Terbuka, tanpapamrih, dan mendukung kegiatan sosial yang mempunyaitujuan baik.

FB Jatmiko dan Mardyastuti adalah tim pendamping BinaSwadaya untuk program PRB Klaten

Berjuang demi kemajuan

Bapak Hadi Poyo adalah salah satu anggota kelompok swadayamasyarakat (KSM) Jahit Rapi. KSM Jahit Rapi sebuah kelompokpemberdayaan ekonomi melalui kegiatan menjahit yangdampingan Bina Swadaya Klaten sejak tahun 1996. Sekiantahun berhubungan dengan Bina Swadaya, beliau merasabanyak manfaat yang diperoleh. Antara lain ketika BinaSwadaya memfasilitasi permodalan untuk anggotakelompoknya sehingga dengan dukungan modal tersebutkegiatan ekonomi kelompok Jahit Rapi dapat berkembangdengan pesat.

Di usianya yang sudah mencapai 70 tahun, bapak Hadi tetapberkarya bagi sesama dalam masyarakat. Menurutnya, waktutidak boleh dilewatkan dengan hanya berpangku tangan. Sifatpengabdian yang tidak mengenal lelah terlihat pada komitmenbeliau dalam memperjuangkan tatanan sosial masyarakatyang lebih baik di wilayahnya, yaitu dusun Gajihan, desaPandes, Klaten.

Dalam berkarya dan berjuang, bapak Hadi didampingi istrinyayang setia, yaitu ibu Hadi Poyo. Peran ibu Hadi sangat besardalam mendukung kegiatan suaminya. Ibu Hadi turut aktifdalam kegiatan serupa, sehingga pasangan suami istri inibagaikan “tumbu oleh tutup”. Artinya, pasangan suami istriini mempunyai kesamaan visi dan misi dalammemperjuangkan kemajuan warga dusunnya. Untukmewujudkan visi dan misi tersebut, mereka meluangkanwaktu, pemikiran, bahkan materi pun sering mereka relakan.

Pasangan suami istri ini memiliki enam anak yang telahmandiri. Pasangan harmonis ini sekarang hidup dengan anakbungsunya. Bapak Hadi berharap si bungsu tidak pergi bekerjake luar daerah sehingga dapat menemaninya sampai tua.

Beberapa waktu yang lalu, pak Hadi mengalami sakit prostatdan sempat menjalani operasi di Rumah Sakit Tegalyoso,kabupaten Klaten. Sebagai pensiunan dinas kesehatankabupaten, pak Hadi memiliki asuransi kesehatan sehinggatidak terlalu dibebani dengan urusan biaya pengobatan.Setelah operasi, pak Hadi memilih terapi dan pengobatanherbal. Ternyata dampaknya positif dan kini kesehatannyaberangsur membaik.

“ Silakanmenggunakanrumah saya “

FB Jatmiko dan Mardyastuti

“ Silakanmenggunakanrumah saya “

FB Jatmiko dan Mardyastuti

forum. Beliau bahkan bersedia menjadi penanggung jawabpementasan karawitan dalam rangka sosialisasi program PRBdan mengenang 3 tahun gempa.

Sejak tahun 1965, pak Toro mencurahkan hidupnya untuknggegulang / kesenian Jawa. Dari satu desa ke desa lain diKlaten, beliau dengan setia hadir dan terlibat dalam setiap latihanatau acara kesenian Jawa lainnya.

Kemampuan yang dimilikinya telah mengantar beliau menjadipengisi acara kesenian di RRI Surakarta dan lembaga senilainnya. Berbagai kejuaraan pernah pula diikuti. Pada tahun 1971beliau mengikuti lomba wiraswara tingkat kabupaten Klaten danpada tahun 1986 lomba wiraswara tingkat Solo – Semarang.Pak Toro mengantongi juara pertama di kedua perlombaanbergengsi itu.

Dedikasi pak Toro terhadap kesenian Jawa diakui oleh KratonSurakarta Hadiningrat yang pada tahun 2006 menganugrahkangelar atau pangkat Mas Lurah Sutoro Lumaksono.

Page 13: dari redaksi G - Bina Swadaya Konsultanbinaswadayakonsultan.com/web/wp-content/uploads/2012/04/Warta D… · Terpadu dengan Adanya Protap Penanganan Bencana Monitoring dan evaluasi